• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi Bibliografi

Dalam dokumen Turnitin HAKI Kritik Hadis (Halaman 35-43)

Siti Afidhayanti, Mugiyono, Sofia Hayati Prodi Studi Agama-Agama

Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam Universitas Islam Negeri Raden Fatah Palembang

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengambarkan bagaimanatradisi rumpak di era milenial. Hasil dari penelitian ini adalah bahwa tradisi rumpak-rumpak di era milenial ini sudah mulai memudar khususnya dikalangan remaja. Penelelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif dengan menggunakan data yang bersumber pada data pustaka (bibliografi).Temuan penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi masyarakat pendukung tradisi rumpak-rumpak sebagai sumber literasi maupun bagi pemerintah dan pemuka agama setempat sebagai bahan kajian dan pengambilan kebijakan terkait pelestarian tradisi rumpak-rumpak yang ada di Palembang.

Kata Kunci: Milenial, Rumpak-Rumpak, Tradisi Pendahuluan

Tradisirumpak-rumpak adalah tradisi dalam masyarakat Arab kota Palembang yang diwariskan secara turun temurun sejak tiga abad yang lalu.

Acara rumpak-rumpak dilaksalanakan pada tanggal 1 Syawal selepas sholat Idul Fitri dan tanggal 2 Syawal. Warga masyarakat Arab keturunan melakukan saling-kunjung sesama mereka secara berombongan dari rumah satu kerumah yang lain di sekitar tempat tinggal mereka. Kunjungan pertama pada 1 Syawal biasanya

dilakukan ke rumah tokoh agama (ustadz/kyai) setempat, lalu dilanjutkan ke rumah kerabat, tetangga dan teman-teman. Momen tersebut dilakukan sebagai bentuk silaturahmi dan bermaaf-maafan kepada seluruh warga setempat, (Purwanti, 2017).

Suatu yang menarik untuk ditelaah terkait dengan rumpak-rumpak adalah mengapa tradisi tersebut masih langgeng dan dipertahankan pada era milenial dimana teknologi informasi dan komunikasi sudah sangat canggih.Di sini, peneliti mencoba menghimpun data yang bersumber pada kepustakaan dalam rangka mengekplorasi perbincangan dan pembahasan yang telah dilakukan terkait tradisi rumpak-rumpak.Hasil penelitian ekploratif ini diharapkan dapat menyajikan berbagai hal tentang rumpak-rumpak dan menemukan jawaban terkait masih langgengnya tradisi itu di era milenial sekarang ini.Sebagai alur logis berjalannya penelitian ini perlu dirancang kerangka berfikir.Kerangka berfikir adalah penjelasan sementara mengenai gejala yang menjadi objek atas permasalahan yang diperlukan dalam metode penelitian.Metode pengumpulan data diperoleh melalui studi kepustakaan. Setelah itu data dianalisis secara kualitatif-deskriptif (Riyadi, 2018).

Penelitian terdahulu yang relevan antara lain adalah tradisi syawalan sebagai pendekatan dakwah dalam mempererat silaturahmi pada masyarakat.

“Pendekatan Dakwah dalam Mempererat Silaturahim Pada Masyarakat”.

Syawaladalah salah satu bulan yang ada di kalender Islam.Bagi masyarakat Jawa tradisi syawalan diadakan dalam seminggu setelah sholat Idul Fitri atau sampai lebaran ketupat di hari ketujuh bulan Syawal.Tradisi syawalan kini semakin terkenal tak hanya dilakukan oleh umat Islam, namun dilakukan juga oleh masyarakat secara umum dalam ikatan keluarga. Dalam melakukan tradisi ini berbagai kelompok masyarakat memiliki cara masing-masing dalam memaknai lebaran ketupat. Seperti diberbagai tempat yang ada diJawa khususnya di Jawa Timur di namai sebagai kupatan, Ba’da kupat (lebaran kupat) lebaran kacil atau lebaran kedua setelah 1 syawal. Biasanya seminggu setelah 1 syawal.Setiap rumah membuat ketupat dari daun kelapa muda. Setelah dimasak ketupat itu akan diantarkan ke kerabat yang lebih tua yang melambangkan sebuah kebersamaan. Dalam bahasa Jawa ketupat diartikan laku lepat yang mengandung empat makna yaitu lebar,lebur, luber dan labor yang memiliki arti luas, lebur memiliki arti dosa atau kesalahan yang sudah diampuni sedangkan

luber memiliki makna pemberi pahala yang lebih, dan labur artinya wajah yang bahagia.

Penelitian ini mengunakan metode kualitatif, metode ini menurut peneliti tepat untuk mengidentifikasipermasalahan yang berkenaan dengan tradisi syawalan Penelitian ini bersifat deskriptifyaitu data yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar dan bukan angka Hal ini disebabkan oleh adanya penerapan metode kualitatif. Selain itu, semua yang dikumpulkan berkemungkinan menjadi kunci terhadap apa yang sudah diteliti.Metode pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara, dokumentasi, pemeriksaan keabsahan data, analisis data dan tinjuan pustaka(AZIS EDI SAPUTRA, 2021). Kedua,nama-nama bulan dalam kalender Madura dalam pandangan masyarakat Muslim Sumenep memiliki makna tersendiri. Ritual yang dipahami sebagai upacara keagamaan, sangatlah berkait dengan konsep hari, tanggal dan bulan dalam sebuah kalender, baik pada ritual kematian, ritual peret kandung dan ritual sonat dengan simbol dan makna yang diharapkan berguna dalam kehidupan beragama dan bermasyarakat. Penelitian ini mengunakan metode kualitatif, metode pengumpulan data yang digunakan adalah dengan cara observasi, wawancara, analisis data dan tinjuan pustaka(Mulyadi, 2018).

Perbedaan penelitian ini dengan beberapa penelitian terdahulu terletak pada prespektif yang diambil dalam menyimpulkan masalah, metode yang digunakan dalam memecahkan masalah(Riyadi, 2018).Disini Peneliti akan memfokuskan penelitian bagaimanakah tradisi rumpak-rumpak diera milenial saat ini.Yang mana diera milenial ini terdapat hambatan yang cukup signifikan salah satu yaitu memudarnya identitas kultural yang selama ini yang melekat pada diri masyarakat. Disini peneliti mengunakan metode kualitatif menggunakan pendekatan deskriftif dengan metode penelitian bibliografi dengan cara mengadaptasi menganalisis, informasi atau tulisan yang mengenai tradisi rumpak-rumpak(Irianto, 2017).

Metode Penelitian

Metode penelitian ini mengadaptasi metode penelitian bibliografi yakni mencari, menganalisis,membuat interpretasi terhadap informasi atau tulisan tentang rumpak-rumpak.Disini peneliti menggunakan pendekatan deskriftif-kualitatif yakni mendeskripsikan suatu kondisi atau kejadian secara sistematis

dan akurat.Peneliti tidak mengontrol atau memanipulasi variabel, melainkan hanya bekerja untuk mengamati rumpak-rumpak sebagaimana terdapat pada karya-karya tulis terdahulu. Sumber pustaka yang digunakan sebagai pengumpulan data (Rupadha, 2016) dalam tulisan ini adalah artikel, jurnal atau berita-berita mengenai rumpak-rumpak pada media masa online dan cetak.

Hasil dan Pembahasan Pengertian Tradisi

Tradisi dalam kamus antropologi sama dengan adat istiadat yaitu kebiasaan-kebiasaan yang mengandung sifat magis-religius dari kehidupan suatu masyarakat asli yang mempunyai nilai-nilai budaya, norma-norma,hukum dan aturan-aturan yang sudah matang serta mencakup segala konsepsi sistem budaya dari suatu kebudayaan untuk mengatur suatu tindakan sosial.

Tradisi adalah sebuah bentuk perbuatan yang dilakukan secara berulang-ulang dengan cara yang sama. Hal ini menunjukan bahwa seseorang menyukai perbuatan itu.Kebiasaan yang dilakukan secara terus menerus ini nilai dapat memeberikan manfaat bagi sekelompok orang, sehingga masyarakat pun melestarikannya.

Kata “Tradisi”berasal dari bahasa Latin yaitu ‘’Tradere’’yang memiliki makna mentransmisikan dari satu tangan ketangan yang lain agar tetap terlestarikan.Tradisi secara umum biasa dikenal sebagai suatu bentuk kebiasaan yang memiliki rangkaian peristiwa sejarah kuno.Setiap tradisi dikembangkan untuk beberapa tujuan, seperti tujuan politis atau tujuan budaya dalam beberapa masa.

Tradisi merupakan kepercayaan yang biasa disebut dengan istilah animisme dan dinamisme. Animisme memiliki arti percaya kepada roh-roh halus atau roh leluhur, yang cara ritualnya terekspresikan dalam sebuah persembahan di tempat-tempat tertentu yang diangap keramat(rijal Amin, 2017). Dari pemaham tersebut maka dilakukan oleh manusia secara turun temurun dari setiap aspek kehidupannya yang merupakan upaya untuk mengurangi atau meringankan hidup manusia agar dapat dikatakan sebagai “tradisi” yang berarti bahwa hal tersebut adalah menjadi bagian dari kebudayaan. Tradisi dapat berubah, diangkat, ditolak dan dikolaborasikan dengan aneka ragam kegiatan manusia. Lebih khusus

tradisi yang dapat melahirkan kebudayaan masyarakat dapat diketahui dari wujud dari tradisi itu sendiri.Tradisi adalah kesamaan benda material dan gagasan yang berasal dari masa lalu namun masih ada hingga kini dan belum dihancurkan atau dirusak.

1. Tradisi Rumpak-Rumpak

Tradisi rumpak-rumpak adalah tradisi yang ada di Indonesia merupakan warisan budaya turun temurun sejak ratusan tahun, tradisi ini terletak di kampung Arabatau dikenal dengan Kampung Al-Munawar. Perkampungan berada atau terletak di jalan KH. Azhari Kelurahan 13 Ulu Kecamatan Sebrang Ulu (SU) II Palembang. Tradisi ini juga terdapat di berbagai wilayah di Palembang. Selain di Kampung Arab terdapat juga di kawasan Kuto Kecamatan Ilir Timur (IT) II Palembang tradisi ini dipercaya sudah ada sejak 3 abad lalu oleh masyarakat kampung Arab. Tradisi rumpak-rumpak ini bertujuan untuk memeriahkan momen agama Islam yang selalu di peringati pada tanggal 1 Idul Fitri (1 Syawal).Tradisi yang memiliki makna untuk mempererat tali silaturahmi (sanjo) antar masyarakat dan tokoh agama, tradisi yang dilakukan sesudah sholat Idul Fitri. Usai semua rangkaian prosesi ibadah para jamaah akan mulai tradisi mengitari isi masjid untuk saling bermaaf-maafan dengan jamaah yang ada sambil meresapi makna idul fitri.

Setelah bermaaf-maafan para jamaah dihidangkan makanan untuk dimakan bersama-sama. Setiap tahun pengurus Masjid dan masyarakat menyiapkan makanan ala kadarnya untuk tradisi makan bersama mulai dari makanan kuah kari, daging, nasi aneka makanan lain dan roti. Selesai menyantap hidangan para jamaah lalu bersiap-siap untuk berkunjung kerumah warga kampung Arab. Masyarakat mengunakan alat yang disebut dengan terbangan, terbangan adalah alat musik yang dipukul dengan dua jenis pukulan yaitu pak (buka) dan bing (tutup). Terbangan dipukul dengan berbagai macam irama dan diiringin dengan lantunan syair yang mengandung pujian kepada Nabi Muhammad SAW. Permainan terbangan ini biasanya dimainkan oleh generasi muda Kota Batu Palembang dan diikuti oleh generasi tua.Rombongan berkunjung dari rumah satu kerumah yang lain. Rumah yang pertama kali dikunjungiadalah rumah tokoh agama setempat, ketika sudah berada di rumah, kita akan melakukan pujian untuk Rasulullah. Biasanya dipimpin oleh orang yang memiliki lantunan suara yang baik. Setelah itu membaca surat

al-Fatihah lalu dilanjutkan dengan do’a setelah rangkain acara selesai, baru kemudian ada hidangan ringan untuk tamu, setelah itu berpamitan kepada tuan rumah lalu berdiri dan melanjutkan kerumah yang lain. Tradisi berkunjung tersebut merupakan rangkaian dari rumpak-rumpak. Masyarakat biasanya memanfaatkan dua hari Idul Fitri untuk bersilaturahmi.

Dengan adanya momen silahturahmi ini diharapkan masyarakat dapat kembali ke fitrahnya sebagai sesama kaum muslimin dan membersihkan diri untuk memulai perjalanan yang baru. Kemudian dihari ketiga biasanya ada pernikahan sesama keturunan Arab.

Meskipun demikian, pelestari dari tradisi ini sudah mulai memudar khususnya dikalangan remaja.Dengan perkembangan teknologi dan informasi yang menjalar dalam kehidupan masyarakat.Tradisi ini masih mampu bertahan dan berkembang oleh perkembangan zaman yang semakin global.Karena pada dasarnya suatu bentuk kemajuan selalu diikuti dengan berbagai perubahan yang dalam hal ini diharapkan perubahan yang baik.Ternyata perubahan ini juga terjadi dalam berbagai aspek, terutama aspek budaya dan tradisi di dalam masyarakat atau komunitas tertentu. Dengan adanya perubahan ini akan terlihat eksistensi atau keberadaan dari masyarakat atau komunitas tersebut. Seperti keberadaan masyarakat dalam menghadapi dan beradaptasi dengan perubahan ini. Di sisi lain masyarakat ingin tetap mempertahankan kekhasan dari tradisi.

Akan tetapi keinginan tersebut harus diimbangi dengan perkembangan teknologi untuk beradaptasi agar mampu mempertahankan keberadaannya dengan mengikuti perkembangan yang semakin moderat(Danugroho, 2020).

Namun menurut rri.co.id dalam kutipan dalam waktu dua tahun terakhirini, tradisi rumpak-rumpak tidak digelar karna adanya pandemiCovid-19 yang sedang melanda Indonesia. Demi menjaga kesehatan dan sebagai langkah pencegahan dari penularan virus, maka masyarakat kampung Arab memanfaatkan teknologi gadget untuk bersilaturahmi, semenjak adanya covid-19 ini juga wisata kampung arab pun ditutup. Ini berdampak pada sektor perekonomian masyarakat yang mana pendapatan masyarakat pun berkurang.

Padahal memasuki bulan Ramadhan biasanya pengunjung ramai datang untuk menikmati suasana kampung yang bersih, menunggu berbuka puasa atau ngabuburit didekat bibir sungai, melihat aktivitas masyarakat warga kampung Arab menjelang berbuka puasa. Sebelum pandemi jika Ramadhan sebelumnya

ada acara buka bersama yang dilakukan bergilir disetiap rumah, sedangkan Ramadhan dua tahun belakangan ini, menurut Ahmad warga kampung Arab mereka tidak ingin menghilangkan tradisi saat Ramadhan namun kegiatannya lebih dibatasi dan hanya dilakukan dengan warga kampung atau tetangga saja.

Tetap ada tarawih dan pengajian subuh.Hal tersebut masih digelar sebagian ada yang dimusholla dan ada yang dirumah.

Penutup

Tradisi adalah kebiasaan yang dilakukan secara turun- temurun oleh suatu masyarakat.Tradisi rumpak-rumpak ini bertujuan untuk memeriahkan momen hari raya Islam yang selalu diperingati pada tanggal 1 Idul Fitri (1 Syawal). Tradisi ini selalu dilakukan secara turun temurun sampai sekarang yang dilaksanaka di Kota Palembang Kampung Arab atau dikenal dengan Kampung Al-Munawar, perkampungan yang ada di jalan KH. Azhari Kelurahan 13 Ulu Kecamatan Seberang Ulu (SU) II. Tradisi yang memiliki makna untuk mempererat tali silaturahmi (sanjo). Penelitian ini dihapkan dapat memberikan wawasan untuk semua orang bahwa di Sumatra Selatan masih ada tradisi rumpak-rumpak.Namun menurut rri.co.id, dalam waktu dua tahun terakhir ini tradisi rumpak-rumpak tidak digelar karna adanya pandemi Covid-19 yang melanda Indonesia.

Daftar Pustaka

Azis Edi Saputra, M,Tradisi Syawalan Sebagai Pendekatan Dakwah dalam Mempererat Silaturahmi Pada Masyarakat Kelurahan Korpri Jaya Kecamatan Sukarame, (2021). Retrieved from http://repository.

radenintan.ac.id/14374/

Danugroho, A. (2020). eksistensi tradisi masyarakat samin kabupaten bojonegoro pada era modern. 2(1).

Irianto, A. M. (2017). Kesenian Tradisional Sebagai Sarana Strategi Kebudayaan di Tengah Determinasi Teknologi Komunikasi. Nusa: Jurnal Ilmu Bahasa Dan Sastra, 12(1), 90. https://doi.org/10.14710/nusa.12.1.90-100

Mulyadi, A. (2018). Memaknai Praktik Tradisi Ritual Masyarakat Muslim Sumenep. Endogami: Jurnal Ilmiah Kajian Antropologi, 1(2), 124.

https://doi.org/10.14710/endogami.1.2.124-135

Purwanti, R. (2017). Pelestarian Kawasan Kampung Arab Almunawar Palembang.

B089–B094. https://doi.org/10.32315/sem.1.b089

Rijal Amin, W. (2017). Kupatan, Tradisi Untuk Melestrikan Ajaran Bersedekan, Memperkuat Tali Silaturahmi, dan Memuliakan Tamu.

Riyadi, A. (2018). Tradisi Keagamaan dan Proses Sosial Pada Kaum Muslim Pedesaan. International Journal Ihya’ ’Ulum Al-Din, 20(2), 193–216.

https://doi.org/10.21580/ihya.20.2.4046

Rupadha, I. K. (2016). Memahami Metode Analisis Pasangan Bibliografi (Bibliographic Coupling) dan Ko-Sitasi (Co-Citation) Serta Manfaatnya Untuk Penelitian Kepustakaan. Lentera Pustaka: Jurnal Kajian Ilmu Perpustakaan, Informasi Dan Kearsipan, 2(1), 68. https://doi.

org/10.14710/lenpust.v2i1.12358

Dalam dokumen Turnitin HAKI Kritik Hadis (Halaman 35-43)