• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sumber Data

Dalam dokumen PEMBANGUNAN KETAHANAN KELUARGA 2016 (Halaman 43-0)

II. Pengukuran Ketahanan Keluarga 5

2.5. Sumber Data

Data yang digunakan untuk mengukur ketahanan keluarga ini berasal dari berbagai hasil survei yang dilakukan oleh BPS ditambah dengan publikasi dari kementerian. Terdapat 8 (delapan) sumber data yang digunakan, meliputi:

1. Pemutakhiran Basis Data Terpadu (PBDT) 2015.

Adalah survei yang digunakan untuk untuk memperoleh keterangan rumah tangga dan anggota rumah tangga sasaran melalui kegiatan Pemutakhiran Basis Data Tepadu (PBDT) 2015. Target rumah tangga yang dikumpulkan datanya sekitar 27,2 juta rumah tangga, atau mencakup sekitar 40 persen rumah tangga dengan kondisi sosial ekonomi terbawah secara nasional, yang dilaksanakan di 34 provinsi, 511 Kabupaten/Kota, 7.074 kecamatan dan 82.190 desa/kelurahan di seluruh wilayah Indonesia. Lingkup isi data (keterangan) yang dikumpulkan adalah alamat, keterangan sosial ekonomi rumah tangga dan individu anggota rumah tangga, yang sifatnya umum sehingga dapat digali dengan pengamatan dan wawancara (pengakuan).

2. Survei Sosial Ekonomi Nasional Keterangan Pokok Rumah Tangga (Susenas Kor) 2015.

Adalah survei yang mengumpulkan data yang berkaitan dengan kondisi sosial ekonomi masyarakat meliputi kondisi kesehatan, pendidikan, fertilitas, keluarga berencana, perumahan dan kondisi sosial ekonomi lainnya. Topik atau variabel yang dicakup dikelompokkan ke dalam 2 (dua) kategori, disebut Kor dan Modul.

Variabel yang termasuk kategori Kor (inti) dikumpulkan datanya setiap tahun, untuk variabel kategori Modul dikelompokkan lagi ke dalam 3 (tiga) paket, masing-masing paket digilir pengumpulannya setiap 3 (tiga) tahun. Ketiga paket dikatakan memiliki ketahanan keluarga yang cukup tinggi bila anggota keluarga selalu

berperan serta ikut berpartisipasi dalam semua kegiatan sosial yang diadakan di lingkungan sekitar.

3) Variabel Ketaatan Beragama diukur berdasarkan 1 (satu) indikator yaitu:

Partisipasi Dalam Kegiatan Keagamaan Di Lingkungan.

Ketaatan beragama menjadi salah satu komponen pembentuk keluarga yang berkualitas. Kondisi mental dan spiritual serta penerapan nilai-nilai agama merupakan dasar untuk mencapai keluarga yang berkualitas yang selanjutnya akan membentuk keluarga yang sejahtera. Ketaatan beragama dapat berupa kesadaran individu untuk berpartisipasi dalam kegiatan keagamaan di lingkungan sekitar tempat tinggalnya didasarkan pada kerelaan individu untuk hadir, terlibat, dan berperan secara langsung dalam kegiatan keagamaan yang ada di lingkungan sekitar tempat tinggalnya.

Sehingga, suatu keluarga dikatakan memiliki ketahanan keluarga yang cukup tinggi bila anggota keluarga selalu ikut berpartisipasi pada kegiatan keagamaan.

2.4 RUMAH TANGGA SEBAGAI PENDEKATAN ANALISIS KETAHANAN KELUARGA Pemanfaatan sumber data yang telah ada dari berbagai hasil survei BPS ataupun kementerian membawa konsekuensi tersendiri, yaitu digunakannya rumah tangga sebagai pendekatan keluarga. Selama ini, BPS tidak pernah mereferensikan pengumpulan data dengan pendekatan keluarga dengan pertimbangan, antara lain:

(1) adanya kesimpangsiuran dalam definisi keluarga yang dimaksud, keluarga batih atau keluarga extended, (2) kesulitan dalam operasional lapangan karena masih umum berlaku keluarga muda yang tinggal bersama orang tua atau mertua dan bergantung secara ekonomi. Hal tersebut menimbulkan perbedaan perspektif responden dalam mendeskripsikan kondisi keluarga dan menjadi keterbatasan dalam penyusunan instrumen penelitian keluarga. Oleh sebab itu, survei dengan pendekatan keluarga sangat terbatas dan seringkali tidak dapat digunakan sebagai gambaran kondisi keluarga secara nasional.

Penggunaan rumah tangga sebagai pendekatan keluarga tidak akan mengubah arah hasil analisis yang dilakukan. Hal ini karena terdapat kecenderungan rumah tangga di Indonesia yang hanya terdiri dari satu keluarga saja yaitu keluarga inti maupun keluarga dalam arti luas (extended family). Selain itu, konsep keluarga dan rumah tangga seringkali dianggap serupa oleh masyarakat karena pada umumnya fungsi keluarga dan rumah tangga dianggap serupa, khususnya pada masyarakat yang struktur keluarga batihnya masih dominan. Oleh karena itu, konsep rumah tangga dapat dijadikan sebagai suatu pendekatan untuk menganalisis keluarga dengan memperhatikan hubungan setiap anggota rumah tangga dengan kepala rumah tangganya.

Pembangunan Ketahanan Keluarga 2016 23

Dengan memahami bahwa sumber data yang digunakan berasal dari berbagai hasil survei yang utamanya dilakukan oleh BPS maka perlu dipertimbangkan pula beberapa catatan penting dalam sumber data yang digunakan, yaitu:

1. Penggunaan konsep rumah tangga dalam pengumpulan data.

2. Sumber data berasal dari berbagai hasil survei dengan level estimasi provinsi sehingga parameter dapat disajikan menurut provinsi.

3. Terdapat 8 (delapan) sumber data yang digunakan dengan tahun pengumpulan data yang berbeda.

4. Terdapat parameter yang hanya menggambarkan kondisi populasi tertentu, seperti kepemilikan buku/akte nikah yang hanya menggambarkan persentase kepemilikan akte/buku nikah pada rumah tangga dengan tingkat kesejahteraan 40 persen terbawah secara nasional.

2.5 SUMBER DATA

Data yang digunakan untuk mengukur ketahanan keluarga ini berasal dari berbagai hasil survei yang dilakukan oleh BPS ditambah dengan publikasi dari kementerian. Terdapat 8 (delapan) sumber data yang digunakan, meliputi:

1. Pemutakhiran Basis Data Terpadu (PBDT) 2015.

Adalah survei yang digunakan untuk untuk memperoleh keterangan rumah tangga dan anggota rumah tangga sasaran melalui kegiatan Pemutakhiran Basis Data Tepadu (PBDT) 2015. Target rumah tangga yang dikumpulkan datanya sekitar 27,2 juta rumah tangga, atau mencakup sekitar 40 persen rumah tangga dengan kondisi sosial ekonomi terbawah secara nasional, yang dilaksanakan di 34 provinsi, 511 Kabupaten/Kota, 7.074 kecamatan dan 82.190 desa/kelurahan di seluruh wilayah Indonesia. Lingkup isi data (keterangan) yang dikumpulkan adalah alamat, keterangan sosial ekonomi rumah tangga dan individu anggota rumah tangga, yang sifatnya umum sehingga dapat digali dengan pengamatan dan wawancara (pengakuan).

2. Survei Sosial Ekonomi Nasional Keterangan Pokok Rumah Tangga (Susenas Kor) 2015.

Adalah survei yang mengumpulkan data yang berkaitan dengan kondisi sosial ekonomi masyarakat meliputi kondisi kesehatan, pendidikan, fertilitas, keluarga berencana, perumahan dan kondisi sosial ekonomi lainnya. Topik atau variabel yang dicakup dikelompokkan ke dalam 2 (dua) kategori, disebut Kor dan Modul.

Variabel yang termasuk kategori Kor (inti) dikumpulkan datanya setiap tahun, untuk variabel kategori Modul dikelompokkan lagi ke dalam 3 (tiga) paket, masing-masing paket digilir pengumpulannya setiap 3 (tiga) tahun. Ketiga paket 22 | Pembangunan Ketahanan Keluarga 2016

dikatakan memiliki ketahanan keluarga yang cukup tinggi bila anggota keluarga selalu berperan serta ikut berpartisipasi dalam semua kegiatan sosial yang diadakan di lingkungan sekitar.

3) Variabel Ketaatan Beragama diukur berdasarkan 1 (satu) indikator yaitu:

Partisipasi Dalam Kegiatan Keagamaan Di Lingkungan.

Ketaatan beragama menjadi salah satu komponen pembentuk keluarga yang berkualitas. Kondisi mental dan spiritual serta penerapan nilai-nilai agama merupakan dasar untuk mencapai keluarga yang berkualitas yang selanjutnya akan membentuk keluarga yang sejahtera. Ketaatan beragama dapat berupa kesadaran individu untuk berpartisipasi dalam kegiatan keagamaan di lingkungan sekitar tempat tinggalnya didasarkan pada kerelaan individu untuk hadir, terlibat, dan berperan secara langsung dalam kegiatan keagamaan yang ada di lingkungan sekitar tempat tinggalnya.

Sehingga, suatu keluarga dikatakan memiliki ketahanan keluarga yang cukup tinggi bila anggota keluarga selalu ikut berpartisipasi pada kegiatan keagamaan.

2.4 RUMAH TANGGA SEBAGAI PENDEKATAN ANALISIS KETAHANAN KELUARGA Pemanfaatan sumber data yang telah ada dari berbagai hasil survei BPS ataupun kementerian membawa konsekuensi tersendiri, yaitu digunakannya rumah tangga sebagai pendekatan keluarga. Selama ini, BPS tidak pernah mereferensikan pengumpulan data dengan pendekatan keluarga dengan pertimbangan, antara lain:

(1) adanya kesimpangsiuran dalam definisi keluarga yang dimaksud, keluarga batih atau keluarga extended, (2) kesulitan dalam operasional lapangan karena masih umum berlaku keluarga muda yang tinggal bersama orang tua atau mertua dan bergantung secara ekonomi. Hal tersebut menimbulkan perbedaan perspektif responden dalam mendeskripsikan kondisi keluarga dan menjadi keterbatasan dalam penyusunan instrumen penelitian keluarga. Oleh sebab itu, survei dengan pendekatan keluarga sangat terbatas dan seringkali tidak dapat digunakan sebagai gambaran kondisi keluarga secara nasional.

Penggunaan rumah tangga sebagai pendekatan keluarga tidak akan mengubah arah hasil analisis yang dilakukan. Hal ini karena terdapat kecenderungan rumah tangga di Indonesia yang hanya terdiri dari satu keluarga saja yaitu keluarga inti maupun keluarga dalam arti luas (extended family). Selain itu, konsep keluarga dan rumah tangga seringkali dianggap serupa oleh masyarakat karena pada umumnya fungsi keluarga dan rumah tangga dianggap serupa, khususnya pada masyarakat yang struktur keluarga batihnya masih dominan. Oleh karena itu, konsep rumah tangga dapat dijadikan sebagai suatu pendekatan untuk menganalisis keluarga dengan memperhatikan hubungan setiap anggota rumah tangga dengan kepala rumah tangganya.

Kabupaten/Kota di seluruh provinsi, dimana hasilnya dapat disajikan untuk tingkat nasional dan provinsi.

7. Publikasi Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013.

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013 merupakan upaya Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI untuk menyediakan data dasar berbasis masyarakat, yang bertujuan untuk mengumpulkan informasi dari berbagai indikator kesehatan sebagai bahan penilaian pencapaian target MDGs, mengevaluasi keberhasilan perbaikan status kesehatan dan perkembangan upaya pembangunan kesehatan di tingkat nasional, provinsi sampai kabupaten/kota. Riskesdas mempunyai cakupan sampel sebesar ± 300.000 RT pada 12.000 Blok Sensus yang digunakan sebagai sampel Bidang Kesehatan Masyarakat. Estimasi yang yang dihasilkan dapat disajikan pada tingkat nasional dan provinsi, sedangkan untuk estimasi tingkat kabupaten tidak bisa berlaku untuk semua indikator karena keterbatasan jumlah sampel untuk keperluan analisis.

8. Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012.

Adalah suatu survei yang dirancang untuk menyajikan informasi mengenai tingkat kelahiran, kematian, keluarga berencana dan kesehatan. Cakupan SDKI yaitu mencakup semua wanita usia subur (WUS) umur 15-49 tahun termasuk remaja wanita, pria kawin (PK) umur 15-54 tahun,dan remaja pria (RP) belum kawin umur 15-24 tahun. Pelaksanaan SDKI mencakup sekitar 46.000 rumah tangga sampel yang tersebar di di 33 provinsi, dimana hasil datanya dapat disajikan pada tingkat nasional dan provinsi.

tersebut adalah (i) Konsumsi/Pengeluaran, (ii) Pendidikan dan Sosial Budaya, dan (iii) Kesehatan dan Perumahan. Pelaksanaan Susenas Maret 2015 mencakup sekitar 300.000 rumah tangga sampel yang tersebar di 34 provinsi dan 511 kabupaten/kota di Indonesia dan menghasilkan estimasi yang dapat disajikan pada tingkat nasional dan provinsi.

3. Survei Sosial Ekonomi Nasional Modul Sosial Budaya dan Pendidikan (Susenas MSBP) 2015.

Adalah survei yang memberikan informasi terkait pendidikan, ketelantaran, kebudayaan, kepemudaan, keolahragaan, dan perlindungan sosial. Pendataan Susenas MSBP dilaksanakan bulan September 2015, mencakup 75.000 rumah tangga sampel dan tersebar di seluruh wilayah di Indonesia menghasilkan estimasi yang dapat disajikan pada tingkat nasional dan provinsi.

4. Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) 2015.

Adalah survei yang digunakan khusus untuk mengumpulkan data yang dapat menggambarkan keadaan umum ketenagakerjaan antar periode pencacahan.

Secara khusus, untuk memperoleh informasi data jumlah penduduk yang bekerja, pengangguran dan penduduk yang pernah berhenti/pindah bekerja serta perkembangannya di tingkat kabupaten/kota, provinsi maupun nasional.

Sakernas Tahunan 2015 dilaksanakan di seluruh wilayah Republik Indonesia dengan jumlah sampel sekitar 200 000 rumah tangga, dengan maksud untuk memperoleh estimasi data hingga tingkat kabupaten/kota.

5. Survei Sosial Ekonomi Nasional Modul Ketahanan Sosial (Susenas Modul HANSOS) 2014.

Adalah suatu survei yang menggambarkan kondisi ketahanan sosial di masyarakat. Indikator-indikator yang dicakup terkait dengan dengan modal sosial yang dimiliki masyarakat, partisipasi masyarakat dalam kehidupan berpolitik, tingkat keamanan dan kejahatan yang terjadi di masyarakat, serta perilaku masyarakat terhadap lingkungan hidupnya. Kegiatan ini diintegrasikan dengan pelaksanaan Susenas triwulan III pada tahun 2014 dan dilaksanakan di seluruh kabupaten/kota dengan sampel sekitar 75.000 rumah tangga, dimana hasilnya dapat disajikan untuk tingkat nasional dan provinsi.

6. Survei Pengukuran Tingkat Kebahagiaan (SPTK) 2014.

Adalah suatu survei yang mengumpulkan data terkait kebahagiaan dan kepuasan hidup penduduk secara nasional. Data yang dikumpulkan dilengkapi dengan data-data yang sifatnya kualitatif sehingga dibutuhkan petugas yang memiliki kemampuan berwawancara yang baik sehingga non sampling error dan non respons dapat ditekan sekecil mungkin. Pelaksanaan SPTK 2014, mencakup sekitar 75.000 rumah tangga sampel yang tersebar di 497

Pembangunan Ketahanan Keluarga 2016 25

Kabupaten/Kota di seluruh provinsi, dimana hasilnya dapat disajikan untuk tingkat nasional dan provinsi.

7. Publikasi Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013.

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013 merupakan upaya Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI untuk menyediakan data dasar berbasis masyarakat, yang bertujuan untuk mengumpulkan informasi dari berbagai indikator kesehatan sebagai bahan penilaian pencapaian target MDGs, mengevaluasi keberhasilan perbaikan status kesehatan dan perkembangan upaya pembangunan kesehatan di tingkat nasional, provinsi sampai kabupaten/kota. Riskesdas mempunyai cakupan sampel sebesar ± 300.000 RT pada 12.000 Blok Sensus yang digunakan sebagai sampel Bidang Kesehatan Masyarakat. Estimasi yang yang dihasilkan dapat disajikan pada tingkat nasional dan provinsi, sedangkan untuk estimasi tingkat kabupaten tidak bisa berlaku untuk semua indikator karena keterbatasan jumlah sampel untuk keperluan analisis.

8. Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012.

Adalah suatu survei yang dirancang untuk menyajikan informasi mengenai tingkat kelahiran, kematian, keluarga berencana dan kesehatan. Cakupan SDKI yaitu mencakup semua wanita usia subur (WUS) umur 15-49 tahun termasuk remaja wanita, pria kawin (PK) umur 15-54 tahun,dan remaja pria (RP) belum kawin umur 15-24 tahun. Pelaksanaan SDKI mencakup sekitar 46.000 rumah tangga sampel yang tersebar di di 33 provinsi, dimana hasil datanya dapat disajikan pada tingkat nasional dan provinsi.

24 | Pembangunan Ketahanan Keluarga 2016

tersebut adalah (i) Konsumsi/Pengeluaran, (ii) Pendidikan dan Sosial Budaya, dan (iii) Kesehatan dan Perumahan. Pelaksanaan Susenas Maret 2015 mencakup sekitar 300.000 rumah tangga sampel yang tersebar di 34 provinsi dan 511 kabupaten/kota di Indonesia dan menghasilkan estimasi yang dapat disajikan pada tingkat nasional dan provinsi.

3. Survei Sosial Ekonomi Nasional Modul Sosial Budaya dan Pendidikan (Susenas MSBP) 2015.

Adalah survei yang memberikan informasi terkait pendidikan, ketelantaran, kebudayaan, kepemudaan, keolahragaan, dan perlindungan sosial. Pendataan Susenas MSBP dilaksanakan bulan September 2015, mencakup 75.000 rumah tangga sampel dan tersebar di seluruh wilayah di Indonesia menghasilkan estimasi yang dapat disajikan pada tingkat nasional dan provinsi.

4. Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) 2015.

Adalah survei yang digunakan khusus untuk mengumpulkan data yang dapat menggambarkan keadaan umum ketenagakerjaan antar periode pencacahan.

Secara khusus, untuk memperoleh informasi data jumlah penduduk yang bekerja, pengangguran dan penduduk yang pernah berhenti/pindah bekerja serta perkembangannya di tingkat kabupaten/kota, provinsi maupun nasional.

Sakernas Tahunan 2015 dilaksanakan di seluruh wilayah Republik Indonesia dengan jumlah sampel sekitar 200 000 rumah tangga, dengan maksud untuk memperoleh estimasi data hingga tingkat kabupaten/kota.

5. Survei Sosial Ekonomi Nasional Modul Ketahanan Sosial (Susenas Modul HANSOS) 2014.

Adalah suatu survei yang menggambarkan kondisi ketahanan sosial di masyarakat. Indikator-indikator yang dicakup terkait dengan dengan modal sosial yang dimiliki masyarakat, partisipasi masyarakat dalam kehidupan berpolitik, tingkat keamanan dan kejahatan yang terjadi di masyarakat, serta perilaku masyarakat terhadap lingkungan hidupnya. Kegiatan ini diintegrasikan dengan pelaksanaan Susenas triwulan III pada tahun 2014 dan dilaksanakan di seluruh kabupaten/kota dengan sampel sekitar 75.000 rumah tangga, dimana hasilnya dapat disajikan untuk tingkat nasional dan provinsi.

6. Survei Pengukuran Tingkat Kebahagiaan (SPTK) 2014.

Adalah suatu survei yang mengumpulkan data terkait kebahagiaan dan kepuasan hidup penduduk secara nasional. Data yang dikumpulkan dilengkapi dengan data-data yang sifatnya kualitatif sehingga dibutuhkan petugas yang memiliki kemampuan berwawancara yang baik sehingga non sampling error dan non respons dapat ditekan sekecil mungkin. Pelaksanaan SPTK 2014, mencakup sekitar 75.000 rumah tangga sampel yang tersebar di 497

PENGEMBANGAN UKURAN TINGKAT KETAHANAN KELUARGA INDONESIA

Ukuran tingkat ketahanan keluarga di Indonesia pada saat ini masih merupakan proses pengembangan. Ukuran ini akan terus disempurnakan sejalan dengan dinamika dan perkembangan zaman. Berbagai kendala yang berkaitan dengan indikator dan ketersediaan data, menyebabkan upaya pengembangan kerangka kerja ketahanan keluarga dan pengukurannya menjadi tantangan tersendiri yang penting untuk dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. Pembahasan terkait tahapan pengembangan ukuran tingkat ketahanan keluarga yang digunakan pada publikasi ini meliputi: (1) metodologi pengembangan ukuran tingkat ketahanan keluarga; (2) penyusunan Rintisan Indeks Ketahanan Keluarga (R-IKK), dan (3) Rintisan Indeks Ketahanan Keluarga (R-IKK).

3.1 Metodologi Pengembangan Ukuran Tingkat Ketahanan Keluarga

Tingkat Ketahanan Keluarga diukur secara komposit yang mencakup berbagai indikator dari berbagai data hasil survei yang relevan dan tersedia di BPS. Ukuran tingkat ketahanan keluarga yang dihasilkan pada saat ini masih merupakan suatu rintisan indeks komposit yang diharapkan mampu menggambarkan secara sederhana tentang tingkat ketahanan keluarga. Indeks komposit tersebut pada saat ini bersifat sementara dan akan terus dikembangkan, sehingga indeks komposit ini disebut sebagai “Rintisan Indeks Ketahanan Keluarga” atau “R-IKK”. Rintisan ini pada saatnya nanti diharapkan akan ditetapkan sebagai Indeks Ketahanan Keluarga (IKK).

Sebagai sebuah ukuran tingkat ketahanan keluarga, maka R-IKK yang merupakan indeks komposit mencakup multidimensi, multivariabel, dan multiindikator, perlu diukur dengan menggunakan skenario pembobotan dimensi, variabel, dan indikator tertentu yang dianggap cocok. Metode yang digunakan untuk penentuan besarnya bobot dimensi, variabel, dan indikator pada publikasi ini adalah Analytic Hierarchy Process (AHP). Penggunaan metode ini didasarkan pada pertimbangan bahwa berbagai dimensi, variabel, dan indikator yang digunakan pada saat ini diukur menggunakan berbagai data yang memiliki satuan ukur yang berbeda-beda dan telah diagregasi ke level provinsi. Pertimbangan lain terkait penggunaan metode AHP ini adalah adanya penilaian bahwa kontribusi setiap dimensi, variabel,

3

Pembangunan Ketahanan Keluarga 2016Pembangunan Ketahanan Keluarga 2016 | 27

PENGEMBANGAN UKURAN

TINGKAT KETAHANAN KELUARGA INDONESIA

Ukuran tingkat ketahanan keluarga di Indonesia pada saat ini masih merupakan proses pengembangan. Ukuran ini akan terus disempurnakan sejalan dengan dinamika dan perkembangan zaman. Berbagai kendala yang berkaitan dengan indikator dan ketersediaan data, menyebabkan upaya pengembangan kerangka kerja ketahanan keluarga dan pengukurannya menjadi tantangan tersendiri yang penting untuk dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. Pembahasan terkait tahapan pengembangan ukuran tingkat ketahanan keluarga yang digunakan pada publikasi ini meliputi: (1) metodologi pengembangan ukuran tingkat ketahanan keluarga; (2) penyusunan Rintisan Indeks Ketahanan Keluarga (R-IKK), dan (3) Rintisan Indeks Ketahanan Keluarga (R-IKK).

3.1 Metodologi Pengembangan Ukuran Tingkat Ketahanan Keluarga

Tingkat Ketahanan Keluarga diukur secara komposit yang mencakup berbagai indikator dari berbagai data hasil survei yang relevan dan tersedia di BPS. Ukuran tingkat ketahanan keluarga yang dihasilkan pada saat ini masih merupakan suatu rintisan indeks komposit yang diharapkan mampu menggambarkan secara sederhana tentang tingkat ketahanan keluarga. Indeks komposit tersebut pada saat ini bersifat sementara dan akan terus dikembangkan, sehingga indeks komposit ini disebut sebagai “Rintisan Indeks Ketahanan Keluarga” atau “R-IKK”. Rintisan ini pada saatnya nanti diharapkan akan ditetapkan sebagai Indeks Ketahanan Keluarga (IKK).

Sebagai sebuah ukuran tingkat ketahanan keluarga, maka R-IKK yang merupakan indeks komposit mencakup multidimensi, multivariabel, dan multiindikator, perlu diukur dengan menggunakan skenario pembobotan dimensi, variabel, dan indikator tertentu yang dianggap cocok. Metode yang digunakan untuk penentuan besarnya bobot dimensi, variabel, dan indikator pada publikasi ini adalah Analytic Hierarchy Process (AHP). Penggunaan metode ini didasarkan pada pertimbangan bahwa berbagai dimensi, variabel, dan indikator yang digunakan pada saat ini diukur menggunakan berbagai data yang memiliki satuan ukur yang berbeda-beda dan telah diagregasi ke level provinsi. Pertimbangan lain terkait penggunaan metode AHP ini adalah adanya penilaian bahwa kontribusi setiap dimensi, variabel,

3

dari berbagai objektif tersebut. Oleh karena matriks perbandingan relatif tersedia pada setiap tingkatan hierarki (dimensi, variabel, dan indikator), maka sangat dimungkinkan untuk disusun urutan prioritas pada untuk setiap tingkatan hierarki.

Tahapan terakhir yaitu evaluasi konsistensi logis (logical consistency) dengan maksud untuk mendapatkan gambaran derajat konsistensi maupun inkonsistensi penilaian pada ahli serta konsistensi logis terkait susunan prioritas keseluruhan objektif. Pada tahapan ini dapat ditentukan apakah penilaian yang diberikan oleh seorang ahli dapat diikutsertakan secara bersama-sama dengan penilaian para ahli lainnya dalam forum WCM tersebut. Bagi ahli yang memiliki konsistensi penilaian perbandingan yang rendah (inkonsisten) maka hasil penilaian ahli tersebut tidak layak untuk digunakan bagi penentuan prioritas objektif/persoalan yang dipecahkan dengan metode AHP ini.

Tabel 3.1 Skala Ukuran Perbandingan Dua Objektif Secara Berpasangan

Skor Definisi Deskripsi

(1) (2) (3)

1 Sama Penting (Equal

Important) Dua objektif memiliki derajat kepentingan yang sama atau setara.

3 Sedikit Lebih Penting (Somewhat More

Important)

Pengalaman dan pertimbangan cenderung

mementingkan salah satu objektif dibandingkan objektif pasangannya.

5 Lebih Penting (Much

More Important) Pengalaman dan pertimbangan yang kuat untuk menyokong salah satu objektif dibanding pasangannya.

7 Lebih Penting Secara Kuat (Very Much More

Important)

Pengalaman dan pertimbangan dengan sangat kuat untuk menyokong salah satu objektif dibanding pasangannya. Derajat kepentingan salah satu objektif telah terbukti dalam praktek.

9 Lebih Penting Secara Mutlak (Absolutely

More Important)

Pengalaman dan pertimbangan secara mutlak dan tidak terbantahkan untuk menyokong salah satu objektif dibanding pasangannya.

2,4,6,8 Nilai Tengah

(Intermediate Values) Apabila diperlukan kompromi antara dua nilai yang berdekatan.

3.2 Pengukuran Rintisan Indeks Ketahanan Keluarga

Salah satu bagian penting dalam penggunaan metode AHP untuk menentukan besarnya bobot setiap dimensi, variabel, dan indikator penyusun ketahanan keluarga adalah pelaksanaan forum World Cafe Method (WCM). WCM merupakan sebuah metode yang sederhana dan efektif untuk menyelenggarakan dialog dengan dan indikator terhadap indeks komposit sangat mungkin berbeda-beda sesuai dengan

tingkat kepentingan/peran masing-masing dalam kerangka teori ketahanan keluarga.

Penetapan besarnya kontribusi setiap dimensi, variabel, dan indikator pengukur tingkat ketahanan keluarga yang tepat merupakan persoalan yang kompleks. Metode AHP digunakan untuk memutuskan secara sistematis atas berbagai kompleksitas persoalan dan peran setiap komponen penyusun R-IKK. Berbagai persoalan yang kompleks tersebut diuraikan ke dalam berbagai kelompok yang kemudian disusun

Penetapan besarnya kontribusi setiap dimensi, variabel, dan indikator pengukur tingkat ketahanan keluarga yang tepat merupakan persoalan yang kompleks. Metode AHP digunakan untuk memutuskan secara sistematis atas berbagai kompleksitas persoalan dan peran setiap komponen penyusun R-IKK. Berbagai persoalan yang kompleks tersebut diuraikan ke dalam berbagai kelompok yang kemudian disusun

Dalam dokumen PEMBANGUNAN KETAHANAN KELUARGA 2016 (Halaman 43-0)