• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMBANGUNAN KETAHANAN KELUARGA 2016

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PEMBANGUNAN KETAHANAN KELUARGA 2016"

Copied!
290
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

Pembangunan Ketahanan Keluarga 2016

(3)

Pembangunan Ketahanan Keluarga 2016

PEMBANGUNAN KETAHANAN KELUARGA 2016

ISBN : …

No. Publikasi : … Katalog BPS : …

Ukuran Buku : 18,2 cm × 25,7 cm Jumlah Halaman : 286 halaman Naskah:

Badan Pusat Statistik Penyunting:

Badan Pusat Statistik

Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Gambar Kulit:

Badan Pusat Statistik Gambar:

Badan Pusat Statistik Diterbitkan oleh:

Dicetak oleh:

CV. Lintas Khatulistiwa

Boleh dikutip dengan menyebutkan sumbernya 17,6 X 25 cm

xvii + 268 halaman

Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak

(4)

Pembangunan Ketahanan Keluarga 2016 iii

Pembangunan Ketahanan Keluarga 2016

ii | Pembangunan Ketahanan Keluarga 2016

PEMBANGUNAN KETAHANAN KELUARGA 2016

ISBN : …

No. Publikasi : … Katalog BPS : …

Ukuran Buku : 18,2 cm × 25,7 cm Jumlah Halaman : 286 halaman Naskah:

Badan Pusat Statistik Penyunting:

Badan Pusat Statistik

Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Gambar Kulit:

Badan Pusat Statistik Gambar:

Badan Pusat Statistik Diterbitkan oleh:

Dicetak oleh:

CV. Lintas Khatulistiwa

Boleh dikutip dengan menyebutkan sumbernya

(5)
(6)

Pembangunan Ketahanan Keluarga 2016 Assassalamu ’alaikum Wr. Wb.

Keluarga merupakan unit masyarakat yang terkecil yang memiliki kedudukan yang sangat strategis dalam pengembangan kualitas SDM yang mencakup pengembangan kemampuannya, kemampuan menghadapi tantangan dan mencegah resiko terhadap masalah di sekeliling mereka. Kemampuan SDM tersebut juga bisa menjadi modal dalam upaya pencegahan tindak kekerasan terhadap perempuan dan anak, dan sekaligus upaya pencapaian kesetaraan gender. Sejalan dengan hal tersebut Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak telah menerbitkan Peraturan Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindaungan Anak Nomor 6 tahun 2013 tentang Pelaksanaan Pembangunan Keluarga. Peraturan ini bertujuan antara lain; mendorong penerapan konsep Ketahanan dan Kesejahteraan Keluarga dalam semua kegiatan pembangunan yang sasarannya dan/atau ditujukan untuk Keluarga dan meningkatkan pelaksanaan kebijakan pembangunan kelaurga bagi Kementerian/Lembaga dan Pemerintah Daerah.

Untuk meningkatkan ketahanan keluarga kita harus dapat menunjukan bagaimana situasi saat ini, bagian mana dari ketahanan keluarga yang perlu diperbaiki. Dengan mengetahuinya, kita dapat mengembangkan strategi bagaimana program dirancang untuk memperbaiki ketahan keluarga.

Terima kasih dan apresiasi yang tinggi disampaikan kepada Kepala Badan Pusat Statistik dan jajarannya, terutama Deputi Bidang Statistik Sosial dan Direktorat Statistik Ketahanan Sosial atas kerjasama penyusunan buku ini. Semoga buku ini, membantu para pemangku kepentingan sebagai bahan perencanaan program pembinaan ketahanan keluarga. Terima Kasih.

Wassalamu ’alaikum Wr. Wb.

Jakarta, November 2016 Menteri

Pemberdayaan Perempuan dan Perlindaungan Anak Republik Indonesia

Yohana Susana Yembise

MENTERI PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK REPUBLIK INDONESIA

KATA SAMBUTAN

(7)

KATA PENGANTAR

Konsep ketahanan keluarga telah dicantumkan secara jelas dalam berbagai peraturan perundang-undangan, namun sejauh ini belum tersedia ukuran yang berlaku secara universal untuk mengetahui gambaran tingkat ketahanan keluarga di Indonesia. Untuk itu, Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPPA) bekerja sama dengan Badan Pusat Statistik (BPS) untuk menghitung berbagai indikator terkait ketahanan keluarga dengan berbagai pendekatan dan keterbatasan ketersediaan data.

Keluarga sebagai sebuah unit terkecil dalam sistem sosial mempunyai peranan penting dalam mencapai kesejahteraan masyarakat. Keluarga mempunyai peran dalam memperkenalkan cinta kasih, moral keagamaan, sosial budaya dan sebagainya. Keluarga juga menjadi pertahanan utama yang dapat menangkal berbagai pengaruh negatif dari dinamika sosial yang ada. Hanya keluarga dengan tingkat ketahanan keluarga tinggi yang dapat menyaring pengaruh negatif dinamika sosial.

Publikasi Pembangunan Ketahanan Keluarga 2016 ini berusaha memberikan informasi mengenai tingkat ketahanan keluarga Indonesia berdasarkan lima dimensi penyusun ketahanan keluarga, antara lain: Landasan Legalitas dan Keutuhan Keluarga; Ketahanan Fisik; Ketahanan Ekonomi; Ketahanan Sosial-Psikologi; dan Ketahanan Sosial-Budaya. Data yang digunakan dalam publikasi ini bersumber dari berbagai survei yang dilaksanakan oleh BPS dan instansi lain yang berkaitan dengan variabel dan indikator penyusun ketahanan keluarga.

Publikasi ini dapat direalisasikan berkat bantuan dari berbagai pihak. Kepada semua pihak yang telah memberikan kontribusi positif, baik secara individu maupun lembaga, kami sampaikan penghargaan yang tulus. Kritik dan saran demi perbaikan publikasi serupa di masa mendatang sangat diharapkan.

Jakarta, November 2016 Kepala Badan Pusat Statistik

Dr. Suhariyanto

(8)

Pembangunan Ketahanan Keluarga 2016 vii

KATA PENGANTAR

Konsep ketahanan keluarga telah dicantumkan secara jelas dalam berbagai peraturan perundang-undangan, namun sejauh ini belum tersedia ukuran yang berlaku secara universal untuk mengetahui gambaran tingkat ketahanan keluarga di Indonesia. Untuk itu, Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPPA) bekerja sama dengan Badan Pusat Statistik (BPS) untuk menghitung berbagai indikator terkait ketahanan keluarga dengan berbagai pendekatan dan keterbatasan ketersediaan data.

Keluarga sebagai sebuah unit terkecil dalam sistem sosial mempunyai peranan penting dalam mencapai kesejahteraan masyarakat. Keluarga mempunyai peran dalam memperkenalkan cinta kasih, moral keagamaan, sosial budaya dan sebagainya. Keluarga juga menjadi pertahanan utama yang dapat menangkal berbagai pengaruh negatif dari dinamika sosial yang ada. Hanya keluarga dengan tingkat ketahanan keluarga tinggi yang dapat menyaring pengaruh negatif dinamika sosial.

Publikasi Pembangunan Ketahanan Keluarga 2016 ini berusaha memberikan informasi mengenai tingkat ketahanan keluarga Indonesia berdasarkan lima dimensi penyusun ketahanan keluarga, antara lain: Landasan Legalitas dan Keutuhan Keluarga; Ketahanan Fisik; Ketahanan Ekonomi; Ketahanan Sosial-Psikologi; dan Ketahanan Sosial-Budaya. Data yang digunakan dalam publikasi ini bersumber dari berbagai survei yang dilaksanakan oleh BPS dan instansi lain yang berkaitan dengan variabel dan indikator penyusun ketahanan keluarga.

Publikasi ini dapat direalisasikan berkat bantuan dari berbagai pihak. Kepada semua pihak yang telah memberikan kontribusi positif, baik secara individu maupun lembaga, kami sampaikan penghargaan yang tulus. Kritik dan saran demi perbaikan publikasi serupa di masa mendatang sangat diharapkan.

Jakarta, November 2016 Kepala Badan Pusat Statistik

Dr. Suhariyanto

Pembangunan Ketahanan Keluarga 2016| v

KATA PENGANTAR

Konsep ketahanan keluarga telah dicantumkan secara jelas dalam berbagai peraturan perundang-undangan, namun sejauh ini belum tersedia ukuran yang berlaku secara universal untuk mengetahui gambaran tingkat ketahanan keluarga di Indonesia. Untuk itu, Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPPA) bekerja sama dengan Badan Pusat Statistik (BPS) untuk menghitung berbagai indikator terkait ketahanan keluarga dengan berbagai pendekatan dan keterbatasan ketersediaan data.

Keluarga sebagai sebuah unit terkecil dalam sistem sosial mempunyai peranan penting dalam mencapai kesejahteraan masyarakat. Keluarga mempunyai peran dalam memperkenalkan cinta kasih, moral keagamaan, sosial budaya dan sebagainya. Keluarga juga menjadi pertahanan utama yang dapat menangkal berbagai pengaruh negatif dari dinamika sosial yang ada. Hanya keluarga dengan tingkat ketahanan keluarga tinggi yang dapat menyaring pengaruh negatif dinamika sosial.

Publikasi Pembangunan Ketahanan Keluarga 2016 ini berusaha memberikan informasi mengenai tingkat ketahanan keluarga Indonesia berdasarkan lima dimensi penyusun ketahanan keluarga, antara lain: Landasan Legalitas dan Keutuhan Keluarga; Ketahanan Fisik; Ketahanan Ekonomi; Ketahanan Sosial-Psikologi; dan Ketahanan Sosial-Budaya. Data yang digunakan dalam publikasi ini bersumber dari berbagai survei yang dilaksanakan oleh BPS dan instansi lain yang berkaitan dengan variabel dan indikator penyusun ketahanan keluarga.

Publikasi ini dapat direalisasikan berkat bantuan dari berbagai pihak. Kepada semua pihak yang telah memberikan kontribusi positif, baik secara individu maupun lembaga, kami sampaikan penghargaan yang tulus. Kritik dan saran demi perbaikan publikasi serupa di masa mendatang sangat diharapkan.

Jakarta, November 2016 Kepala Badan Pusat Statistik

Dr. Suhariyanto

Konsep ketahanan keluarga telah dicantumkan secara jelas dalam berbagai peraturan perundang-undangan, namun sejauh ini belum tersedia ukuran yang berlaku secara universal untuk mengetahui gambaran tingkat ketahanan keluarga di Indonesia. Untuk itu, Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPA) bekerja sama dengan Badan Pusat Statistik (BPS) untuk menghitung berbagai indikator terkait ketahanan keluarga dengan berbagai pendekatan dan keterbatasan ketersediaan data.

Keluarga sebagai sebuah unit terkecil dalam sistem sosial mempunyai peranan penting dalam mencapai kesejahteraan masayarakat. Kelaurga mempunyai peran dalam memperkenalkan cinta kasih, moral keagamaan, sosial budaya dan sebagainya. Keluarga juga menjadi pertahanan utama yang dapat menangkal berbagai pengaruh negatif dari dinamika sosial yang ada. Hanya keluarga dengan tingkat ketahanan keluarga tinggi yang dapat menyaring pengaruh negatif dinamika sosial.

Publikasi Pembangunan Ketahanan Keluarga 2016 ini berusaha memberikan informasi mengenai tingkat ketahanan keluarga Indonesia berdasarkan lima dimensi penyusun ketahanan keluarga, antara lain: Landasan Legalitas dan Keutuhan Kelaurga;

Ketahanan Fisik; Ketahanan Ekonomi; Ketyahanan Sosial-Psikologi; dan Ketahanan Sosial- Budaya. Data yang digunakan dalam publikasi ini bersumber dari berbagai survei yang dilaksanakan oleh BPS dan instansi lain yang berkaitan dengan variabel dan indikator penyusun ketahanan keluarga.

Publikasi ini dapat direalisasikan berkat bantuan dari berbagai pihak. Kewpada semua pihak yang telah memberikan kontribusi positif, baik secara individu maupun lembaga, kami sampaikan penghargaan yang tulus. Kritik dan saran demi perbaikan publikasi serupa di masa mendatang sangat diharapkan.

(9)

viii Pembangunan Ketahanan Keluarga 2016

TIM PENYUSUN

Pengarah : Prof. Dr. Yohana Susana Yembise, Ph.D Dr. Suryamin, M.Sc.

Dr. Suhariyanto M Sairi, M.A.

dr. Heru P. Kasidi, M.Sc.

Penanggung Jawab : Ir. Thoman Pardosi, SE., M.Si.

Budi Mardaya, SE., M.Si.

Editor : Dwi Retno Wilujeng Wahyu Utami, S.Si., M.Si.

Krismawati, M.A.

Dra. Lieska Prasetya, M.Sc.

Karmaji, SE., M.A.

Puji Lestari, S.Si., M.Si.

Diana Aryanti, S.P., M.Si.

Armi Susilowati, S.Si.

Drs. Sayuti Fitri

Skriptandono, SE., M.M.

Dwi Ratna Anugerah, S.Sos.

Sri Lestari, SE.

Penulis : Anisah Cahyaningtyas, SST Asih Amperiana Tenrisana, S.Si.

Dewi Triana, S.Sos.

Dwi Agus Prastiwi, SST Eko Hadi Nurcahyo, SST Jamilah, S.Si., M.Eng.

Nia Aminiah, S.Si., M.A., M.S.E.

Viane Dorthea Tiwa, SST Pengolah Data : Eko Hadi Nurcahyo, SST

Udin Suchaini, SE.

Tata Letak : Anisah Cahyaningtyas, SST Dwi Agus Prastiwi, SST Udin Suchaini, SE.

vi | Pembangunan Ketahanan Keluarga 2016

TIM PENYUSUN

Pengarah : Prof. Dr. Yohana Susana Yembise, Ph.D Dr. Suryamin, M.Sc.

Dr. Suhariyanto M Sairi, M.A.

dr. Heru P. Kasidi, M.Sc.

Penanggung Jawab : Ir. Thoman Pardosi, SE., M.Si.

Budi Mardaya, SE., M.Si.

Editor : Dwi Retno Wilujeng Wahyu Utami, S.Si., M.Si.

Krismawati, M.A.

Dra. Lieska Prasetya, M.Sc.

Karmaji, SE., M.A.

Puji Lestari, S.Si., M.Si.

Diana Aryanti, S.P., M.Si.

Armi Susilowati, S.Si.

Drs. Sayuti Fitri

Skriptandono, SE., M.M.

Dwi Ratna Anugerah, S.Sos.

Sri Lestari, SE.

Penulis : Anisah Cahyaningtyas, SST Asih Amperiana Tenrisana, S.Si.

Dewi Triana, S.Sos.

Dwi Agus Prastiwi, SST Eko Hadi Nurcahyo, SST Jamilah, S.Si., M.Eng.

Nia Aminiah, S.Si., M.A., M.S.E.

Viane Dorthea Tiwa, SST Pengolah Data : Eko Hadi Nurcahyo, SST

Udin Suchaini, SE.

Tata Letak : Anisah Cahyaningtyas, SST Dwi Agus Prastiwi, SST Udin Suchaini, SE.

DAFTAR ISI

Halaman

SAMBUTAN ... iii

KATA PENGANTAR ... v

TIM PENYUSUN... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

I. Pendahuluan 1 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Landasan Hukum ... 3

1.3. Tujuan ... 3

1.4. Sistematika Penyajian ... 4

II. Pengukuran Ketahanan Keluarga 5 2.1. Konsep Keluarga ... 5

2.2. Konsep Ketahanan Keluarga ... 6

2.3. Dimensi, Variabel, Dan Indikator Ketahanan Keluarga ... 8

2.4. Rumah Tangga Sebagai Pendekatan Analisis Ketahanan Keluarga ... 22

2.5. Sumber Data ... 23

III. Indeks Ketahanan Keluarga 27 3.1. Metodologi Pengembangan Ukuran Tingkat Ketahanan Keluarga ... 27

3.2. Pengukuran Rintisan Indeks Ketahanan Keluarga ... 29

3.3. Rintisan Indeks Ketahanan Keluarga (R-IKK) ... 33

IV. Landasan Legalitas dan Keutuhan Keluarga 39 4.1. Landasan Legalitas ... 39

4.2. Keutuhan Keluarga ... 47

4.3. Kemitraan Gender ... 50

V. Ketahanan Fisik 63 5.1. Kecukupan Pangan dan Gizi ... 63

5.2. Kesehatan Keluarga ... 71

5.3. Ketersediaan Tempat/Lokasi Tetap untuk Tidur ... 75

(10)

Pembangunan Ketahanan Keluarga 2016 ix vi | Pembangunan Ketahanan Keluarga 2016

TIM PENYUSUN

Pengarah : Prof. Dr. Yohana Susana Yembise, Ph.D Dr. Suryamin, M.Sc.

Dr. Suhariyanto M Sairi, M.A.

dr. Heru P. Kasidi, M.Sc.

Penanggung Jawab : Ir. Thoman Pardosi, SE., M.Si.

Budi Mardaya, SE., M.Si.

Editor : Dwi Retno Wilujeng Wahyu Utami, S.Si., M.Si.

Krismawati, M.A.

Dra. Lieska Prasetya, M.Sc.

Karmaji, SE., M.A.

Puji Lestari, S.Si., M.Si.

Diana Aryanti, S.P., M.Si.

Armi Susilowati, S.Si.

Drs. Sayuti Fitri

Skriptandono, SE., M.M.

Dwi Ratna Anugerah, S.Sos.

Sri Lestari, SE.

Penulis : Anisah Cahyaningtyas, SST Asih Amperiana Tenrisana, S.Si.

Dewi Triana, S.Sos.

Dwi Agus Prastiwi, SST Eko Hadi Nurcahyo, SST Jamilah, S.Si., M.Eng.

Nia Aminiah, S.Si., M.A., M.S.E.

Viane Dorthea Tiwa, SST Pengolah Data : Eko Hadi Nurcahyo, SST

Udin Suchaini, SE.

Tata Letak : Anisah Cahyaningtyas, SST Dwi Agus Prastiwi, SST Udin Suchaini, SE.

Pembangunan Ketahanan Keluarga 2016| vii

DAFTAR ISI

Halaman

SAMBUTAN ... iii

KATA PENGANTAR ... v

TIM PENYUSUN... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

I. Pendahuluan 1 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Landasan Hukum ... 3

1.3. Tujuan ... 3

1.4. Sistematika Penyajian ... 4

II. Pengukuran Ketahanan Keluarga 5 2.1. Konsep Keluarga ... 5

2.2. Konsep Ketahanan Keluarga ... 6

2.3. Dimensi, Variabel, Dan Indikator Ketahanan Keluarga ... 8

2.4. Rumah Tangga Sebagai Pendekatan Analisis Ketahanan Keluarga ... 22

2.5. Sumber Data ... 23

III. Indeks Ketahanan Keluarga 27 3.1. Metodologi Pengembangan Ukuran Tingkat Ketahanan Keluarga ... 27

3.2. Pengukuran Rintisan Indeks Ketahanan Keluarga ... 29

3.3. Rintisan Indeks Ketahanan Keluarga (R-IKK) ... 33

IV. Landasan Legalitas dan Keutuhan Keluarga 39 4.1. Landasan Legalitas ... 39

4.2. Keutuhan Keluarga ... 47

4.3. Kemitraan Gender ... 50

V. Ketahanan Fisik 63 5.1. Kecukupan Pangan dan Gizi ... 63

5.2. Kesehatan Keluarga ... 71

5.3. Ketersediaan Tempat/Lokasi Tetap untuk Tidur ... 75

(11)

x Pembangunan Ketahanan Keluarga 2016

VI. Ketahanan Ekonomi 79

6.1. Tempat Tinggal Keluarga ... 79

6.2. Pendapatan Keluarga ... 82

6.3. Pembiayaan Pendidikan Anak ... 89

6.4. Jaminan Keuangan Keluarga ... 94

VII. Ketahanan Sosial Psikologi 101 7.1. Keharmonisan Keluarga ... 101

7.2. Kepatuhan Terhadap Hukum ... 111

VIII.Ketahanan Sosial Budaya 115 8.1. Kepedulian Sosial ... 115

8.2. Keeratan Sosial ... 120

8.3. Ketaatan Beragama ... 123

Daftar Pustaka ... 127

Lampiran ... 131

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 2.1 Ciri-Ciri Ketahanan Keluarga, Ketersediaan Data, dan Penyesuaian Indikator Ketahanan Keluarga ... 10

Tabel 3.1 Skala Ukuran Perbandingan Dua Objektif Secara Berpasangan ... 29

Tabel 3.2 Peserta Forum WCM Penyusunan Bobot Rintisan Indeks Ketahanan Keluarga ... 31

Tabel 3.3 Bobot/Kontribusi Dimensi, Variabel, dan Indikator Penyusun Rintisan Indeks Ketahanan Keluarga ... 32

Tabel 3.4 Nilai Batas Kelompok Menurut Skenario Pengklasifikasian R-IKK ... 33

(12)

Pembangunan Ketahanan Keluarga 2016 xi viii | Pembangunan Ketahanan Keluarga 2016

VI. Ketahanan Ekonomi 79

6.1. Tempat Tinggal Keluarga ... 79

6.2. Pendapatan Keluarga ... 82

6.3. Pembiayaan Pendidikan Anak ... 89

6.4. Jaminan Keuangan Keluarga ... 94

VII. Ketahanan Sosial Psikologi 101 7.1. Keharmonisan Keluarga ... 101

7.2. Kepatuhan Terhadap Hukum ... 111

VIII.Ketahanan Sosial Budaya 115 8.1. Kepedulian Sosial ... 115

8.2. Keeratan Sosial ... 120

8.3. Ketaatan Beragama ... 123

Daftar Pustaka ... 127

Lampiran ... 131

Pembangunan Ketahanan Keluarga 2016| ix

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 2.1 Ciri-Ciri Ketahanan Keluarga, Ketersediaan Data, dan Penyesuaian Indikator Ketahanan Keluarga ... 10

Tabel 3.1 Skala Ukuran Perbandingan Dua Objektif Secara Berpasangan ... 29

Tabel 3.2 Peserta Forum WCM Penyusunan Bobot Rintisan Indeks Ketahanan Keluarga ... 31

Tabel 3.3 Bobot/Kontribusi Dimensi, Variabel, dan Indikator Penyusun Rintisan Indeks Ketahanan Keluarga ... 32

Tabel 3.4 Nilai Batas Kelompok Menurut Skenario Pengklasifikasian R-IKK ... 33

(13)

xii Pembangunan Ketahanan Keluarga 2016

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 2.1 Dimensi dan Variabel Pengukur Tingkat Ketahanan Keluarga ... 14 Gambar 3.1 Rintisan Indeks Ketahanan Keluarga (R-IKK) Menurut Provinsi

dan Kategori Tingkat Ketahanan Keluarga ... 35 Gambar 3.2 Peta Rintisan Indeks Ketahanan Keluarga Indonesia ... 37 Gambar 4.1 Persentase Rumah Tangga dengan Tingkat Kesejahteraan 40

persen Terbawah Secara Nasional Menurut Kepemilikan Buku

Nikah, 2015 ... 40 Gambar 4.2 Persentase Rumah Tangga Dengan Tingkat Kesejahteraan 40

persen Terbawah Secara Nasional yang Memiliki Buku Nikah

Menurut Provinsi, 2015 ... 42 Gambar 4.3 Persentase Rumah Tangga Menurut Klasifikasi Wilayah dan

Kepemilikan Akte Kelahiran Anggota Rumah Tangga (ART)

Umur 0-17 Tahun, 2015 ... 43 Gambar 4.4 Persentase Penduduk Umur 0-17 Tahun yang Memiliki Akte

Kelahiran Menurut Kelompok Umur dan Target Nasional Kepemilikan Akte Kelahiran, 2015 ... 44 Gambar 4.5 Persentase Rumah Tangga yang Semua ART Berumur 0-17

Tahun Memiliki Akte Kelahiran Menurut Provinsi, 2015 ... 46 Gambar 4.6 Persentase Rumah Tangga Menurut Klasifikasi Wilayah dan

Tempat Tinggal Kepala Rumah Tangga dan Pasangannya, 2015 ... 48 Gambar 4.7 Persentase Kepala Rumah Tangga Yang Tinggal Serumah

Dengan Pasangan Menurut Provinsi, 2015 ... 49 Gambar 4.8 Persentase Rumah Tangga Menurut Klasifikasi Wilayah dan

Kecukupan Waktu Luang Bersama Keluarga, 2014 ... 51 Gambar 4.9 Persentase Rumah Tangga yang Memiliki Waktu Luang

Bersama Keluarga Minimal 14 Jam dalam Seminggu Menurut

Provinsi, 2014 ... 52 Gambar 4.10 Persentase Rumah Tangga Menurut Klasifikasi Wilayah dan

Orang yang Mengurus Rumah Tangga, 2015 ... 54 Gambar 4.11 Persentase Rumah Tangga yang Kepala Rumah Tangga dan

Pasangan Melakukan Kegiatan Mengurus Rumah Menurut Provinsi, 2015 ... 55 Gambar 4.12 Persentase Istri Umur 15-49 Tahun Menurut Klasifikasi

Wilayah dan Penentu Keputusan Penggunaan Pendapatan Suami, 2012 ... 56 x | Pembangunan Ketahanan Keluarga 2016

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 2.1 Dimensi dan Variabel Pengukur Tingkat Ketahanan Keluarga ... 14 Gambar 3.1 Rintisan Indeks Ketahanan Keluarga (R-IKK) Menurut Provinsi

dan Kategori Tingkat Ketahanan Keluarga ... 35 Gambar 3.2 Peta Rintisan Indeks Ketahanan Keluarga Indonesia ... 37 Gambar 4.1 Persentase Rumah Tangga dengan Tingkat Kesejahteraan 40

persen Terbawah Secara Nasional Menurut Kepemilikan Buku Nikah, 2015 ... 40 Gambar 4.2 Persentase Rumah Tangga Dengan Tingkat Kesejahteraan 40

persen Terbawah Secara Nasional yang Memiliki Buku Nikah Menurut Provinsi, 2015 ... 42 Gambar 4.3 Persentase Rumah Tangga Menurut Klasifikasi Wilayah dan

Kepemilikan Akte Kelahiran Anggota Rumah Tangga (ART) Umur 0-17 Tahun, 2015 ... 43 Gambar 4.4 Persentase Penduduk Umur 0-17 Tahun yang Memiliki Akte

Kelahiran Menurut Kelompok Umur dan Target Nasional Kepemilikan Akte Kelahiran, 2015 ... 44 Gambar 4.5 Persentase Rumah Tangga yang Semua ART Berumur 0-17

Tahun Memiliki Akte Kelahiran Menurut Provinsi, 2015 ... 46 Gambar 4.6 Persentase Rumah Tangga Menurut Klasifikasi Wilayah dan

Tempat Tinggal Kepala Rumah Tangga dan Pasangannya, 2015 ... 48 Gambar 4.7 Persentase Kepala Rumah Tangga Yang Tinggal Serumah

Dengan Pasangan Menurut Provinsi, 2015 ... 49 Gambar 4.8 Persentase Rumah Tangga Menurut Klasifikasi Wilayah dan

Kecukupan Waktu Luang Bersama Keluarga, 2014 ... 51 Gambar 4.9 Persentase Rumah Tangga yang Memiliki Waktu Luang

Bersama Keluarga Minimal 14 Jam dalam Seminggu Menurut Provinsi, 2014 ... 52 Gambar 4.10 Persentase Rumah Tangga Menurut Klasifikasi Wilayah dan

Orang yang Mengurus Rumah Tangga, 2015 ... 54 Gambar 4.11 Persentase Rumah Tangga yang Kepala Rumah Tangga dan

Pasangan Melakukan Kegiatan Mengurus Rumah Menurut Provinsi, 2015 ... 55 Gambar 4.12 Persentase Istri Umur 15-49 Tahun Menurut Klasifikasi

Wilayah dan Penentu Keputusan Penggunaan Pendapatan Suami, 2012 ... 56

(14)

Pembangunan Ketahanan Keluarga 2016 xiii x | Pembangunan Ketahanan Keluarga 2016

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 2.1 Dimensi dan Variabel Pengukur Tingkat Ketahanan Keluarga ... 14 Gambar 3.1 Rintisan Indeks Ketahanan Keluarga (R-IKK) Menurut Provinsi

dan Kategori Tingkat Ketahanan Keluarga ... 35 Gambar 3.2 Peta Rintisan Indeks Ketahanan Keluarga Indonesia ... 37 Gambar 4.1 Persentase Rumah Tangga dengan Tingkat Kesejahteraan 40

persen Terbawah Secara Nasional Menurut Kepemilikan Buku

Nikah, 2015 ... 40 Gambar 4.2 Persentase Rumah Tangga Dengan Tingkat Kesejahteraan 40

persen Terbawah Secara Nasional yang Memiliki Buku Nikah

Menurut Provinsi, 2015 ... 42 Gambar 4.3 Persentase Rumah Tangga Menurut Klasifikasi Wilayah dan

Kepemilikan Akte Kelahiran Anggota Rumah Tangga (ART)

Umur 0-17 Tahun, 2015 ... 43 Gambar 4.4 Persentase Penduduk Umur 0-17 Tahun yang Memiliki Akte

Kelahiran Menurut Kelompok Umur dan Target Nasional Kepemilikan Akte Kelahiran, 2015 ... 44 Gambar 4.5 Persentase Rumah Tangga yang Semua ART Berumur 0-17

Tahun Memiliki Akte Kelahiran Menurut Provinsi, 2015 ... 46 Gambar 4.6 Persentase Rumah Tangga Menurut Klasifikasi Wilayah dan

Tempat Tinggal Kepala Rumah Tangga dan Pasangannya, 2015 ... 48 Gambar 4.7 Persentase Kepala Rumah Tangga Yang Tinggal Serumah

Dengan Pasangan Menurut Provinsi, 2015 ... 49 Gambar 4.8 Persentase Rumah Tangga Menurut Klasifikasi Wilayah dan

Kecukupan Waktu Luang Bersama Keluarga, 2014 ... 51 Gambar 4.9 Persentase Rumah Tangga yang Memiliki Waktu Luang

Bersama Keluarga Minimal 14 Jam dalam Seminggu Menurut

Provinsi, 2014 ... 52 Gambar 4.10 Persentase Rumah Tangga Menurut Klasifikasi Wilayah dan

Orang yang Mengurus Rumah Tangga, 2015 ... 54 Gambar 4.11 Persentase Rumah Tangga yang Kepala Rumah Tangga dan

Pasangan Melakukan Kegiatan Mengurus Rumah Menurut Provinsi, 2015 ... 55 Gambar 4.12 Persentase Istri Umur 15-49 Tahun Menurut Klasifikasi

Wilayah dan Penentu Keputusan Penggunaan Pendapatan Suami, 2012 ... 56

Pembangunan Ketahanan Keluarga 2016| xi Gambar 4.13 Persentase Istri Umur 15-49 Tahun Menurut Klasifikasi

Wilayah dan Penentu Keputusan Penggunaan Penghasilan Istri, 2012... 57 Gambar 4.14 Persentase Istri Umur 15-49 Tahun yang Menyatakan

Keputusan Penggunaan Penghasilan Suami Dilakukan Secara

Bersama oleh Suami dan Istri Menurut Provinsi, 2012 ... 58 Gambar 4.15 Persentase Istri Umur 15-49 Tahun yang Menyatakan

Keputusan Penggunaan Penghasilannya Dilakukan oleh Secara

Bersama oleh Suami dan Istri Menurut Provinsi, 2012 ... 59 Gambar 4.16 Persentase Rumah Tangga Menurut Klasifikasi Wilayah dan

Penentu Keputusan dalam Hal Menentukan Jumlah Anak, 2014 ... 60 Gambar 4.17 Persentase Rumah Tangga yang Suami dan Istri Menentukan

Jumlah Anak Secara Bersama Menurut Provinsi, 2014 ... 61 Gambar 5.1 Persentase Rumah Tangga Menurut Anggota Rumah Tangga

(ART) yang Makan Makanan Pokok dengan Lauk Pauk Nabati/

Hewani Minimal 14 Kali Seminggu, 2015 ... 65 Gambar 5.2 Persentase Rumah Tangga Menurut Banyaknya Anggota

Rumah Tangga (ART) yang Makan Minimal 14 Kali Seminggu

Berdasarkan Jenis Makanan, 2015 ... 65 Gambar 5.3 Persentase Rumah Tangga yang Seluruh Anggota Rumah

Tangga (ART) Makan Makanan Pokok dengan Lauk Pauk Nabati/ Hewani Minimal 14 Kali Seminggu Menurut Provinsi, 2015 ... 67 Gambar 5.4 Persentase Balita Menurut Klasifikasi Wilayah dan Status Gizi

Berdasarkan Kriteria BB/U, 2013 ... 68 Gambar 5.5 Persentase Balita yang Mempunyai Status Gizi Baik Menurut

Provinsi, 2013 ... 70 Gambar 5.6 Persentase Penduduk Menurut Klasifikasi Wilayah dan Status

Kesehatan Selama Sebulan Terakhir, 2015 ... 71 Gambar 5.7 Persentase Rumah Tangga Menurut Klasifikasi Wilayah,

Keberadaan KRT/Pasangan Penderita Penyakit Kronis, dan Disabilitas, 2014 ... 73 Gambar 5.8 Persentase Rumah Tangga yang KRT/Pasangan Bukan

Penderita Penyakit Kronis dan Disabilitas, 2014 ... 74 Gambar 5.9 Persentase Rumah Tangga Menurut Keberadaan Lokasi Tetap

Untuk Tidur dan Tempat Tidur KRT dan Klasifikasi Wilayah, 2015 ... 76 Gambar 5.10 Persentase Rumah Tangga yang KRT-nya Memiliki Tempat

Tidur dan Digunakan Maksimal 3 Orang, 2015 ... 77 Gambar 6.1 Persentase Rumah Tangga Menurut Klasifikasi Wilayah dan

Status Kepemilikan Bangunan Tempat Tinggal, 2015 ... 80 Gambar 6.2 Persentase Rumah Tangga yang Status Kepemilikan Bangunan

Tempat Tinggalnya Milik Sendiri Menurut Provinsi, 2015 ... 81

(15)

Gambar 6.3 Persentase Rumah Tangga Menurut Kelompok Rata-Rata

Pengeluaran Perkapita Per Bulan, 2015 ... 82 Gambar 6.4 Persentase Rumah Tangga Menurut Klasifikasi Wilayah dan

Rata-rata Pengeluaran Per Kapita Per Bulan, 2015 ... 84 Gambar 6.5 Persentase Rumah Tangga Menurut Rata-rata Pengeluaran

PerKapita Per Bulan dan Provinsi, 2015 ... 85 Gambar 6.6 Persentase Rumah Tangga Menurut Klasifikasi Wilayah dan

Kecukupan Pendapatan Rumah Tangga untuk Memenuhi Kebutuhan Sehari-hari, 2014 ... 86 Gambar 6.7 Persentase Rumah Tangga Menurut Kecukupan Pendapatan

Rumah Tangga untuk Memenuhi Kebutuhan Sehari-hari dan Kelompok Pendapatan, 2014 ... 87 Gambar 6.8 Persentase Rumah Tangga Menurut Kecukupan Pendapatan

Rumah Tangga untuk Memenuhi Kebutuhan Sehari-hari dan Provinsi, 2015 ... 88 Gambar 6.9 Persentase Rumah Tangga Menurut Klasifikasi Wilayah dan

Keberadaan Anggota Rumah Tangga Usia 7-18 Tahun yang Bersekolah, 2015 ... 89 Gambar 6.10 Persentase Rumah Tangga Menurut Pendidikan Tertinggi KRT

dan Keberadaan Anggota Rumah Tangga Usia Sekolah (7-18

Tahun) yang Bersekolah, 2015 ... 90 Gambar 6.11 Persentase Rumah Tangga Menurut Keberadaan Anggota

Rumah Tangga Usia 7-18 Tahun yang Bersekolah dan Provinsi,

2015 ... 91 Gambar 6.12 Persentase Rumah Tangga Menurut Klasifikasi Wilayah dan

Keberadaan ART Umur 7-18 Tahun yang Putus Sekolah atau Tidak Pernah Bersekolah, 2015 ... 92 Gambar 6.13 Persentase Penduduk Putus Sekolah atau Tidak Pernah

Bersekolah Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin, 2015 ... 93 Gambar 6.14 Persentase Rumah Tangga Menurut Klasifikasi Wilayah dan

Jenis Tabungan yang Dimiliki, 2015 ... 94 Gambar 6.15 Persentase Rumah Tangga Menurut Keberadaan Anggota

Rumah Tangga yang Mempunyai Tabungan/Simpanan dan Provinsi, 2015 ... 96 Gambar 6.16 Persentase Rumah Tangga Menurut Klasifikasi Wilayah dan

Kepemilikan Jaminan Kesehatan Anggota Rumah Tangga (ART), 2015 ... 97 Gambar 6.17 Persentase Rumah Tangga Menurut Status dalam Pekerjaan

dan Kepemilikan Jaminan Kesehatan Anggota Rumah Tangga (ART), 2015 ... 98 Gambar 6.18 Persentase Rumah Tangga yang Semua ART-nya Memiliki

Jaminan Kesehatan Menurut Provinsi, 2015 ... 99 Gambar 7.1 Persentase Rumah Tangga Menurut Klasifikasi Wilayah Dan

Sikap Terhadap Tindakan Suami Memukul Istri, 2014 ... 102

(16)

Pembangunan Ketahanan Keluarga 2016Pembangunan Ketahanan Keluarga 2016| xiii Gambar 7.2 Persentase Rumah Tangga yang KRT/Pasangannya Bersikap

Membenarkan Tindakan Suami Memukul Istri Menurut Alasan

Tertentu, 2014 ... 103 Gambar 7.3 Persentase Rumah Tangga yang Sikap KRT/Pasangannya Tidak

Membenarkan Tindakan Suami Memukul Istri dengan Alasan

Apapun Menurut Provinsi, 2014 ... 105 Gambar 7.4 Persentase Rumah Tangga Menurut Klasifikasi Wilayah dan

Cara Mendidik Anak Umur 1-14 Tahun oleh KRT/pasangan, 2014 ... 107 Gambar 7.5 Persentase Rumah Tangga Menurut Jenis Perilaku Kekerasan

yang Digunakan Dalam Mendidik Anak Umur 1-14 Tahun, 2014 ... 107 Gambar 7.6 Persentase Rumah Tangga Menurut Tingkat Pendidikan

KRT/pasangan dan Cara Mendidik Anak Umur 1-14 Tahun, 2014 ... 108 Gambar 7.7 Persentase Rumah Tangga yang KRT/Pasangannya Tidak

Menggunakan Kekerasan dalam Mendidik Anak Umur 1-14

Tahun Menurut Provinsi, 2014 ... 109 Gambar 7.8 Persentase Rumah Tangga Menurut Klasifikasi Wilayah dan

Keberadaan ART yang Menjadi Korban Tindak Pidana, 2015 ... 111 Gambar 7.9 Persentase Rumah Tangga yang Menjadi Korban Tindak Pidana

Menurut Jenis Kejahatan, 2015 ... 112 Gambar 7.10 Persentase Rumah Tangga Menurut Provinsi dan Keberadaan

Anggota Rumah Tangga yang Tidak Pernah Menjadi Korban Tindak Pidana, 2015 ... 113 Gambar 8.1 Rumah Tangga Lansia Indonesia, 2015 ... 117 Gambar 8.2 Persentase Rumah Tangga Menurut Provinsi dan Keberadaan

Lansia yang Tinggal Bersama ART Lain, 2015 ... 119 Gambar 8.3 Partisipasi Rumah Tangga dalam Kegiatan Sosial

Kemasyarakatan di Lingkungan Sekitar Tempat Tinggal, 2014 ... 121 Gambar 8.4 Persentase Rumah Tangga yang Berpartisipasi dalam

Kegiatan Sosial Kemasyarakatan di Lingkungan Sekitar Tempat Tinggal Menurut Provinsi, 2014 ... 122 Gambar 8.5 Partisipasi Rumah Tangga dalam Kegiatan Sosial

Keagamaan di Lingkungan Sekitar Tempat Tinggal, 2014 ... 124 Gambar 8.6 Persentase Rumah Tangga yang Berpartisipasi dalam Kegiatan

Sosial Keagamaan di Lingkungan Sekitar Tempat Tinggal Menurut Provinsi, 2014 ... 125

(17)

xvi Pembangunan Ketahanan Keluarga 2016

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran 4.1 Persentase Rumah Tangga Menurut Provinsi dan

Kepemilikan Buku/Akte Nikah Kepala Rumah Tangga dan

Pasangannya yang Berstatus Kawin, 2015 ... 133 Lampiran 4.2 Persentase Rumah Tangga Menurut Provinsi dan

Kepemilikan Akte Kelahiran ART Umur 0-17 Tahun, 2015 ... 134 Lampiran 4.3 Persentase Penduduk Usia 0-17 Tahun yang Memiliki

Akte Kelahiran Menurut Provinsi dan Kelompok Umur,

2015 ... 137 Lampiran 4.4 Persentase Penduduk Umur 0-17 Tahun yang Tidak

Memiliki Akte Kelahiran Menurut Provinsi dan Alasan

Tidak Mengurus Akte Kelahiran, 2015 ... 140 Lampiran 4.5 Persentase Rumah Tangga Menurut Provinsi dan Tempat

Tinggal Kepala Rumah Tangga dan Pasangannya, 2015 ... 143 Lampiran 4.6 Persentase Rumah Tangga Menurut Provinsi dan

Kecukupan Waktu Luang Bersama Keluarga, 2014 ... 146 Lampiran 4.7 Persentase Rumah Tangga Menurut Provinsi dan Orang

yang Mengurus Rumah Tangga Selama Seminggu

Terakhir, 2015 ... 149 Lampiran 4.8 Persentase Rumah Tangga Menurut Provinsi dan Status

Bekerja Istri, 2015 ... 152 Lampiran 4.9 Persentase Istri Umur 15 -49 yang Suaminya Memiliki

Penghasilan Menurut Provinsi dan Penentu Keputusan

Penggunaan Penghasilan Suami, 2012 ... 155 Lampiran 4.10 Persentase Istri Umur 15 -49 yang Menerima Penghasilan

dari Bekerja Menurut Provinsi dan Penentu Keputusan

Penggunaan Penghasilan Istri, 2012 ... 156 Lampiran 4.11 Persentase Rumah Tangga Menurut Provinsi dan Penentu

Keputusan dalam Hal Menentukan Jumlah Anak, 2014 ... 157

(18)

Pembangunan Ketahanan Keluarga 2016 xvii xiv | Pembangunan Ketahanan Keluarga 2016

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran 4.1 Persentase Rumah Tangga Menurut Provinsi dan

Kepemilikan Buku/Akte Nikah Kepala Rumah Tangga dan

Pasangannya yang Berstatus Kawin, 2015 ... 133 Lampiran 4.2 Persentase Rumah Tangga Menurut Provinsi dan

Kepemilikan Akte Kelahiran ART Umur 0-17 Tahun, 2015 ... 134 Lampiran 4.3 Persentase Penduduk Usia 0-17 Tahun yang Memiliki

Akte Kelahiran Menurut Provinsi dan Kelompok Umur,

2015 ... 137 Lampiran 4.4 Persentase Penduduk Umur 0-17 Tahun yang Tidak

Memiliki Akte Kelahiran Menurut Provinsi dan Alasan

Tidak Mengurus Akte Kelahiran, 2015 ... 140 Lampiran 4.5 Persentase Rumah Tangga Menurut Provinsi dan Tempat

Tinggal Kepala Rumah Tangga dan Pasangannya, 2015 ... 143 Lampiran 4.6 Persentase Rumah Tangga Menurut Provinsi dan

Kecukupan Waktu Luang Bersama Keluarga, 2014 ... 146 Lampiran 4.7 Persentase Rumah Tangga Menurut Provinsi dan Orang

yang Mengurus Rumah Tangga Selama Seminggu

Terakhir, 2015 ... 149 Lampiran 4.8 Persentase Rumah Tangga Menurut Provinsi dan Status

Bekerja Istri, 2015 ... 152 Lampiran 4.9 Persentase Istri Umur 15 -49 yang Suaminya Memiliki

Penghasilan Menurut Provinsi dan Penentu Keputusan

Penggunaan Penghasilan Suami, 2012 ... 155 Lampiran 4.10 Persentase Istri Umur 15 -49 yang Menerima Penghasilan

dari Bekerja Menurut Provinsi dan Penentu Keputusan

Penggunaan Penghasilan Istri, 2012 ... 156 Lampiran 4.11 Persentase Rumah Tangga Menurut Provinsi dan Penentu

Keputusan dalam Hal Menentukan Jumlah Anak, 2014 ... 157

Pembangunan Ketahanan Keluarga 2016| xv Lampiran 5.1 Persentase Rumah Tangga Menurut Provinsi dan

Banyaknya Anggota Rumah Tangga (ART) yang Makan Minimal Dua Kali Sehari, 2015 ... 160 Lampiran 5.2 Persentase Rumah Tangga Menurut Provinsi dan

Banyaknya Anggota Rumah Tangga (ART) yang Makan Minimal Dua Kali Sehari, 2015 ... 163 Lampiran 5.3 Persentase Balita Menurut Provinsi dan Status Gizi

Berdasarkan Kriteria BB/U ... 166 Lampiran 5.4 Persentase Penduduk Menurut Provinsi dan Keberadaan

Gangguan Kesehatan, 2015 ... 167 Lampiran 5.5 Persentase Rumah Tangga yang Terbebas dari Penyakit

Kronis dan Disabilitas Sedang Atau Berat Menurut Provinsi, 2014 ... 170 Lampiran 5.6 Persentase Rumah Tangga Menurut Provinsi dan

Keberadaan Lokasi Tetap untuk Tidur dan Tempat Tidur di

Rumah, 2015 ... 173 Lampiran 6.1 Persentase Rumah Tangga Menurut Provinsi dan Status

Kepemilikan Bangunan Tempat Tinggal yang Ditempati,

2015 ... 176 Lampiran 6.2 Kepadatan Penduduk Menurut Provinsi, 2015 ... 179 Lampiran 6.3 Persentase Rumah Tangga Menurut Provinsi dan Rata-

Rata Pengeluaran Per Kapita Per Bulan, 2015 ... 180 Lampiran 6.4 Persentase Penduduk Miskin dan Besarnya Garis

Kemiskinan Menurut Provinsi dan Klasifikasi Wilayah, 2015 ... 183 Lampiran 6.5 Persentase Rumah Tangga Menurut Provinsi dan Rata-

Rata Pengeluaran Per Kapita Per Bulan, 2015 ... 184 Lampiran 6.6 Persentase Rumah Tangga Menurut Provinsi dan

Kecukupan Pendapatan Rumah Tangga untuk Memenuhi

Kebutuhan Sehari-hari, 2014 ... 187 Lampiran 6.7 Persentase Rumah Tangga Menurut Provinsi, Kelompok

Pendapatan, dan Kecukupan Pendapatan Rumah Tangga

untuk Memenuhi Kebutuhan Sehari-hari, 2014 ... 190 Lampiran 6.8 Persentase Rumah Tangga Menurut Provinsi dan

Keberadaan Anggota Rumah Tangga Umur 7-18 Tahun

yang Bersekolah, 2015... 193 Lampiran 6.9 Persentase Rata-Rata Lama Sekolah Penduduk Usia 25

Tahun ke Atas Menurut Provinsi, 2014 ... 196

(19)

Lampiran 6.10 Persentase Rumah Tangga Menurut Provinsi, Pendidikan KRT, dan Keberadaan Anggota Rumah Tangga Umur 7-18

Tahun yang Bersekolah, 2015 ... 197 Lampiran 6.11 Persentase Rumah Tangga Menurut Provinsi dan

Keberadaan ART Umur 7 - 18 Tahun yang Putus Sekolah atau Tidak Pernah Bersekolah, 2015 ... 200 Lampiran 6.12 Persentase Penduduk Menurut Provinsi, Kelompok Umur,

dan Status Putus Sekolah, 2015 ... 203 Lampiran 6.13 Persentase Rumah Tangga Menurut Provinsi dan Bentuk

Tabungan/ Simpanan, 2015 ... 206 Lampiran 6.14 Persentase Rumah Tangga Menurut Provinsi dan

Kepemilikan Jaminan Kesehatan Anggota Rumah Tangga

(ART), 2015 ... 209 Lampiran 6.15 Persentase Rumah Tangga Menurut Provinsi, Status

Pekerjaan KRT, dan Kepemilikan Jaminan Kesehatan

Anggota Rumah Tangga (ART), 2015 ... 212 Lampiran 7.1 Persentase Rumah Tangga Menurut Provinsi dan Sikap

KRT/Pasangannya Terhadap Tindakan Suami Memukul

Istri dengan Alasan Tertentu, 2014 ... 215 Lampiran 7.2 Persentase Rumah Tangga yang KRT/Pasangannya

Bersikap Membenarkan Tindakan Suami Memukul Istri

Menurut Alasan Tertentu, 2014 ... 218 Lampiran 7.3 Persentase Rumah Tangga yang Memiliki Persepsi Tidak

Membenarkan Tindakan Pemukulan Istri Menurut

Provinsi dan Tingkat Pendidikan, 2014 ... 221 Lampiran 7.4 Persentase Rumah Tangga Menurut Provinsi dan Perilaku

KRT/Pasangannya dalam Mendidik Anak Umur 1-14

Tahun, 2014 ... 227 Lampiran 7.5 Persentase Rumah Tangga yang KRT/Pasangannya

Menggunakan Kekerasan dalam Mendidik Anak Umur 1- 14 Tahun Menurut Provinsi dan Jenis Tindakan

Kekerasan, 2014 ... 230 Lampiran 7.6 Persentase Rumah Tangga Menurut Provinsi, Pendidikan

KRT/Pasangan dan Perilaku KRT/Pasangannya dalam Mendidik Anak Umur 1-14 Tahun, 2014 ... 233 Lampiran 7.7 Persentase Rumah Tangga Menurut Provinsi dan Jenis

Tindak Pidana yang Dialami, 2015 ... 239

(20)

Pembangunan Ketahanan Keluarga 2016Pembangunan Ketahanan Keluarga 2016| xvii Lampiran 7.8 Persentase Rumah Tangga Menurut Provinsi dan

Keberadaan Anggota Rumah Tangga yang Pernah

Menjadi Korban Tindak Pidana, 2015 ... 242 Lampiran 8.1 Persentase Rumah Tangga Menurut Provinsi dan

Keberadaan Lansia, 2015 ... 245 Lampiran 8.2 Persentase Rumah Tangga yang Memiliki Lansia Menurut

Provinsi, Klasifikasi Wilayah, dan Keberadaan Anggota Rumah Tangga Lain yang Berumur Kurang dari 60 Tahun,

2015 ... 248 Lampiran 8.3 Persentase Rumah Tangga Menurut Provinsi dan

Frekuensi Partisipasi Kegiatan Sosial Kemasyarakatan di Lingkungan Sekitar Tempat Tinggal, 2014 ... 249 Lampiran 8.4 Persentase Rumah Tangga Menurut Provinsi dan

Frekuensi Partisipasi Kegiatan Keagamaan di Lingkungan Sekitar Tempat Tinggal, 2014 ... 252 Lampiran 9 Instrumen Analytic Hierarchy Process (AHP) ... 255

(21)

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Orientasi pembangunan nasional di berbagai negara di lingkup internasional telah mengalami perubahan dengan menempatkan pembangunan sosial sejajar dengan pembangunan ekonomi. Kedua aspek pembangunan sosial dan ekonomi tersebut bersifat sejalan dan saling melengkapi. Kemajuan pembangunan sosial, yang memposisikan manusia sebagai pusat orientasi pembangunan, akan mendorong terciptanya kemajuan pembangunan dalam aspek ekonomi demikian pula sebaliknya.

Indonesia sebagai negara yang sedang giat membangun juga telah menempatkan pentingnya aspek sosial dan ekonomi dalam pembangunan nasional secara berkelanjutan.

Dalam konteks pembangunan sosial di Indonesia maka pembangunan keluarga merupakan salah satu isu tematik dalam pembangunan nasional. Upaya peningkatan pembangunan sosial tidak terlepas dari pentingnya keluarga sebagai salah satu aspek penting pranata sosial yang perlu diperhatikan. Kekuatan pembangunan nasional, berakar pada elemen keluarga sebagai komunitas mikro dalam masyarakat. Keluarga sejahtera merupakan fondasi dasar bagi keutuhan kekuatan dan keberlanjutan pembangunan. Sebaliknya, keluarga yang rentan dan tercerai-berai mendorong lemahnya fondasi kehidupan masyarakat bernegara.

Pembangunan keluarga menjadi salah satu isu pembangunan nasional dengan penekanan pada pentingnya penguatan ketahanan keluarga. Secara yuridis, Undang- Undang Nomor 10 Tahun 1992 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Sejahtera menyebutkan bahwa “Ketahanan keluarga berfungsi sebagai alat untuk mengukur seberapa jauh keluarga telah melaksanakan peranan, fungsi, tugas-tugas, dan tanggung jawabnya dalam mewujudkan kesejahteraan anggotanya”. Sementara itu, peran penting keluarga tertera pada Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 1994 tentang Penyelenggaraan Pembangunan Keluarga Sejahtera. Peraturan pemerintah ini sangat jelas menyebutkan bahwa keluarga sebagai unit terkecil dalam masyarakat mempunyai peran sangat penting dalam pembangunan nasional. Lebih jauh lagi, keluarga perlu dibina dan dikembangkan kualitasnya agar menjadi keluarga sejahtera serta menjadi sumber daya manusia yang efektif bagi pembangunan nasional.

1

(22)

Pembangunan Ketahanan Keluarga 2016 1

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Orientasi pembangunan nasional di berbagai negara di lingkup internasional telah mengalami perubahan dengan menempatkan pembangunan sosial sejajar dengan pembangunan ekonomi. Kedua aspek pembangunan sosial dan ekonomi tersebut bersifat sejalan dan saling melengkapi. Kemajuan pembangunan sosial, yang memposisikan manusia sebagai pusat orientasi pembangunan, akan mendorong terciptanya kemajuan pembangunan dalam aspek ekonomi demikian pula sebaliknya.

Indonesia sebagai negara yang sedang giat membangun juga telah menempatkan pentingnya aspek sosial dan ekonomi dalam pembangunan nasional secara berkelanjutan.

Dalam konteks pembangunan sosial di Indonesia maka pembangunan keluarga merupakan salah satu isu tematik dalam pembangunan nasional. Upaya peningkatan pembangunan sosial tidak terlepas dari pentingnya keluarga sebagai salah satu aspek penting pranata sosial yang perlu diperhatikan. Kekuatan pembangunan nasional, berakar pada elemen keluarga sebagai komunitas mikro dalam masyarakat. Keluarga sejahtera merupakan fondasi dasar bagi keutuhan kekuatan dan keberlanjutan pembangunan. Sebaliknya, keluarga yang rentan dan tercerai-berai mendorong lemahnya fondasi kehidupan masyarakat bernegara.

Pembangunan keluarga menjadi salah satu isu pembangunan nasional dengan penekanan pada pentingnya penguatan ketahanan keluarga. Secara yuridis, Undang- Undang Nomor 10 Tahun 1992 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Sejahtera menyebutkan bahwa “Ketahanan keluarga berfungsi sebagai alat untuk mengukur seberapa jauh keluarga telah melaksanakan peranan, fungsi, tugas-tugas, dan tanggung jawabnya dalam mewujudkan kesejahteraan anggotanya”. Sementara itu, peran penting keluarga tertera pada Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 1994 tentang Penyelenggaraan Pembangunan Keluarga Sejahtera. Peraturan pemerintah ini sangat jelas menyebutkan bahwa keluarga sebagai unit terkecil dalam masyarakat mempunyai peran sangat penting dalam pembangunan nasional. Lebih jauh lagi, keluarga perlu dibina dan dikembangkan kualitasnya agar menjadi keluarga sejahtera serta menjadi sumber daya manusia yang efektif bagi pembangunan nasional.

1

(23)

Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPPA) berupaya untuk menyusun berbagai indikator terkait ketahanan keluarga yang digunakan sebagai bahan kajian dan penilaian tingkat ketahanan keluarga di Indonesia.

1.2 LANDASAN HUKUM

Penyusunan Publikasi Pembangunan Ketahanan Keluarga Tahun 2016 dilaksanakan berdasarkan landasan hukum berikut ini:

1. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1992 tentang Pembangunan Keluarga, 2. Undang-Undang Nomor 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan

dan Pembangunan Keluarga,

3. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang- Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak

4. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1997 tentang Statistik,

5. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 1990 tentang Konvensi Tentang Hak-Hak Anak

6. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 1994 tentang Penyelenggaraan Pembangunan Keluarga Sejahtera,

7. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 1994 Tentang Pengelolaan Perkembangan Kependudukan

8. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 57 Tahun 2009 Tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1994 Tentang Pengelolaan Perkembangan Kependudukan

9. Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia Nomor 07 Tahun 2011 Tentang Kebijakan Peningkatan Ketahanan Keluarga dan Perlindungan Anak Republik Indonesia,

10. Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia Nomor 06 Tahun 2013 Tentang Pelaksanaan Pembangunan Keluarga.

1.3 TUJUAN

Tujuan kegiatan penyusunan Publikasi Pembangunan Ketahanan Keluarga Tahun 2016 sebagai berikut:

1. Mendapatkan indikator-indikator penting pengukur tingkat Ketahanan Keluarga.

2. Mengetahui gambaran tingkat ketahanan keluarga di Indonesia tahun 2016.

3. Menyediakan Publikasi Pembangunan Ketahanan Keluarga Tahun 2016 yang dapat digunakan sebagai bahan perencanaan program pembinaan ketahanan keluarga oleh pemerintah dan segenap pemangku kepentingan.

Selanjutnya, Undang-Undang Nomor 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga menyatakan bahwa upaya peningkatan ketahanan dan kesejahteraan keluarga perlu dipertimbangkan untuk mewujudkan pertumbuhan penduduk yang seimbang dan keluarga berkualitas.

Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi dalam konteks globalisasi, berpengaruh terhadap perubahan perilaku individu dan masyarakat. Eksistensi individu dan keluarga telah menghadapi berbagai ancaman yang bersumber dari berbagai dampak proses transformasi sosial yang berlangsung sangat cepat dan tak terhindarkan. Banyak keluarga mengalami perubahan, baik struktur, fungsi, dan peranannya. Dampak negatif transformasi sosial akan menggoyahkan eksistensi individu dan keluarga sehingga menjadi rentan atau bahkan berpotensi tidak memiliki ketahanan. Oleh karena itu, individu dan keluarga perlu ditingkatkan ketahanannya melalui upaya pemberdayaan, terutama yang berkaitan dengan penguatan struktur, fungsi, dan peran keluarga dalam masyarakat.

Ketahanan individu dan keluarga akan berakibat pada terjaminnya ketahanan masyarakat. Undang-Undang Nomor 52 Tahun 2009 mendefinisikan ketahanan dan kesejahteraan keluarga sebagai kondisi keluarga yang memiliki keuletan dan ketangguhan serta mengandung kemampuan fisik materil guna hidup mandiri dan mengembangkan diri dan keluarganya untuk hidup harmonis dalam meningkatkan kesejahteraan kebahagiaan lahir dan batin. Sementara suatu keluarga akan memiliki ketahanan dan kemandirian yang tinggi apabila keluarga tersebut dapat berperan secara optimal dalam mewujudkan seluruh potensi yang dimilikinya. Lebih jauh lagi, ketahanan keluarga diindikasikan sebagai kecukupan dan kesinambungan akses terhadap pendapatan dan sumberdaya setidaknya untuk memenuhi kebutuhan dasar, termasuk didalamnya adalah kecukupan akses terhadap pangan, air bersih, pelayanan kesehatan, kesempatan pendidikan, perumahan, waktu untuk berpartisipasi di masyarakat, dan integrasi sosial. Dengan demikian, ketahanan keluarga merupakan konsep yang mengandung aspek multidimensi.

Upaya peningkatan ketahanan keluarga menjadi penting untuk dilaksanakan dalam rangka mengurangi atau mengatasi berbagai masalah yang menghambat pembangunan nasional. Dengan diketahuinya tingkat ketahanan keluarga maka dinamika kehidupan sosial keluarga sebagai salah satu aspek kesejahteraan keluarga juga dapat diukur. Kondisi ketahanan keluarga menjadi gambaran keadaan dan perkembangan pembangunan sosial yang sedang berlangsung. Sayangnya, meskipun konsep ketahanan keluarga telah dicantumkan secara jelas dalam berbagai peraturan perundang-undangan, tetapi sejauh ini dirasakan masih belum tersedianya ukuran yang pasti secara metodologis dan berlaku umum untuk mengetahui tingkat ketahanan keluarga di Indonesia. Badan Pusat Statistik (BPS) bersama-sama dengan

(24)

Pembangunan Ketahanan Keluarga 2016Pembangunan Ketahanan Keluarga 2016 | 3 3 Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPPA) berupaya untuk menyusun berbagai indikator terkait ketahanan keluarga yang digunakan sebagai bahan kajian dan penilaian tingkat ketahanan keluarga di Indonesia.

1.2 LANDASAN HUKUM

Penyusunan Publikasi Pembangunan Ketahanan Keluarga Tahun 2016 dilaksanakan berdasarkan landasan hukum berikut ini:

1. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1992 tentang Pembangunan Keluarga, 2. Undang-Undang Nomor 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan

dan Pembangunan Keluarga,

3. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang- Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak

4. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1997 tentang Statistik,

5. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 1990 tentang Konvensi Tentang Hak-Hak Anak

6. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 1994 tentang Penyelenggaraan Pembangunan Keluarga Sejahtera,

7. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 1994 Tentang Pengelolaan Perkembangan Kependudukan

8. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 57 Tahun 2009 Tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1994 Tentang Pengelolaan Perkembangan Kependudukan

9. Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia Nomor 07 Tahun 2011 Tentang Kebijakan Peningkatan Ketahanan Keluarga dan Perlindungan Anak Republik Indonesia,

10. Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia Nomor 06 Tahun 2013 Tentang Pelaksanaan Pembangunan Keluarga.

1.3 TUJUAN

Tujuan kegiatan penyusunan Publikasi Pembangunan Ketahanan Keluarga Tahun 2016 sebagai berikut:

1. Mendapatkan indikator-indikator penting pengukur tingkat Ketahanan Keluarga.

2. Mengetahui gambaran tingkat ketahanan keluarga di Indonesia tahun 2016.

3. Menyediakan Publikasi Pembangunan Ketahanan Keluarga Tahun 2016 yang dapat digunakan sebagai bahan perencanaan program pembinaan ketahanan keluarga oleh pemerintah dan segenap pemangku kepentingan.

Selanjutnya, Undang-Undang Nomor 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga menyatakan bahwa upaya peningkatan ketahanan dan kesejahteraan keluarga perlu dipertimbangkan untuk mewujudkan pertumbuhan penduduk yang seimbang dan keluarga berkualitas.

Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi dalam konteks globalisasi, berpengaruh terhadap perubahan perilaku individu dan masyarakat. Eksistensi individu dan keluarga telah menghadapi berbagai ancaman yang bersumber dari berbagai dampak proses transformasi sosial yang berlangsung sangat cepat dan tak terhindarkan. Banyak keluarga mengalami perubahan, baik struktur, fungsi, dan peranannya. Dampak negatif transformasi sosial akan menggoyahkan eksistensi individu dan keluarga sehingga menjadi rentan atau bahkan berpotensi tidak memiliki ketahanan. Oleh karena itu, individu dan keluarga perlu ditingkatkan ketahanannya melalui upaya pemberdayaan, terutama yang berkaitan dengan penguatan struktur, fungsi, dan peran keluarga dalam masyarakat.

Ketahanan individu dan keluarga akan berakibat pada terjaminnya ketahanan masyarakat. Undang-Undang Nomor 52 Tahun 2009 mendefinisikan ketahanan dan kesejahteraan keluarga sebagai kondisi keluarga yang memiliki keuletan dan ketangguhan serta mengandung kemampuan fisik materil guna hidup mandiri dan mengembangkan diri dan keluarganya untuk hidup harmonis dalam meningkatkan kesejahteraan kebahagiaan lahir dan batin. Sementara suatu keluarga akan memiliki ketahanan dan kemandirian yang tinggi apabila keluarga tersebut dapat berperan secara optimal dalam mewujudkan seluruh potensi yang dimilikinya. Lebih jauh lagi, ketahanan keluarga diindikasikan sebagai kecukupan dan kesinambungan akses terhadap pendapatan dan sumberdaya setidaknya untuk memenuhi kebutuhan dasar, termasuk didalamnya adalah kecukupan akses terhadap pangan, air bersih, pelayanan kesehatan, kesempatan pendidikan, perumahan, waktu untuk berpartisipasi di masyarakat, dan integrasi sosial. Dengan demikian, ketahanan keluarga merupakan konsep yang mengandung aspek multidimensi.

Upaya peningkatan ketahanan keluarga menjadi penting untuk dilaksanakan dalam rangka mengurangi atau mengatasi berbagai masalah yang menghambat pembangunan nasional. Dengan diketahuinya tingkat ketahanan keluarga maka dinamika kehidupan sosial keluarga sebagai salah satu aspek kesejahteraan keluarga juga dapat diukur. Kondisi ketahanan keluarga menjadi gambaran keadaan dan perkembangan pembangunan sosial yang sedang berlangsung. Sayangnya, meskipun konsep ketahanan keluarga telah dicantumkan secara jelas dalam berbagai peraturan perundang-undangan, tetapi sejauh ini dirasakan masih belum tersedianya ukuran yang pasti secara metodologis dan berlaku umum untuk mengetahui tingkat ketahanan keluarga di Indonesia. Badan Pusat Statistik (BPS) bersama-sama dengan

(25)

PENGUKURAN KETAHANAN KELUARGA

Keluarga sebagai sebuah sistem sosial terkecil mempunyai peranan penting dalam mencapai kesejahteraan penduduk yang menjadi cita-cita pembangunan.

Keluarga menjadi lingkungan sosial pertama yang memperkenalkan cinta kasih, moral keagamaan, sosial budaya dan sebagainya. Keluarga juga menjadi pertahanan utama yang dapat menangkal berbagai pengaruh negatif dari dinamika sosial yang ada.

Pengaruh negatif yang diakibatkan oleh adanya interaksi antara dinamika eksternal dan internal dalam komunitas yang bersentuhan dengan sistem sosial lainnya diharapkan dapat ditangkal oleh sebuah keluarga yang memiliki ketahanan keluarga yang tangguh. Oleh karena itu, pengukuran ketahanan keluarga yang dapat menggambarkan ketangguhan keluarga di Indonesia dalam menangkal berbagai dampak negatif yang datang dari dalam komunitas maupun dari luar komunitas menjadi hal yang sangat mendesak untuk dilakukan.

2.1 KONSEP KELUARGA

Keluarga (family) merupakan sebuah konsep yang memiliki pengertian dan cakupan yang luas dan beragam. Keluarga, dalam konteks sosiologi, dianggap sebagai suatu institusi sosial yang sekaligus menjadi suatu sistem sosial yang ada di setiap kebudayaan. Sebagai sebuah institusi sosial terkecil, keluarga merupakan kumpulan dari sekelompok orang yang mempunyai hubungan atas dasar pernikahan, keturunan, atau adopsi serta tinggal bersama di rumah tangga biasa (Zastrow, 2006). Sementara itu, keluarga juga didefinisikan sebagai unit sosial terkecil dalam masyarakat yang anggotanya terikat oleh adanya hubungan perkawinan (suami-istri) serta hubungan darah (anak kandung) atau adopsi (anak angkat/pungut) (Burgess dan Locke dalam Sunarti, 2006). Dari dua definisi keluarga tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa keluarga merupakan unit/institusi/sistem sosial terkecil dalam masyarakat yang beranggotakan sekelompok orang atas dasar hubungan perkawinan, pertalian darah, atau adopsi yang tinggal bersama dalam sebuah rumah tangga.

Secara umum, keluarga memilik 4 (empat) karakteristik yaitu: (1) keluarga tersusun oleh beberapa orang yang disatukan dalam suatu ikatan seperti perkawinan, hubungan darah, atau adopsi; (2) anggota keluarga hidup dan menetap secara bersama-sama di suatu tempat atau bangunan di bawah satu atap dalam susunan

2

1.4 SISTEMATIKA PENYAJIAN

Publikasi Pembangunan Ketahanan Keluarga Tahun 2016 disajikan dalam 8 bagian, yaitu:

Bab I. PENDAHULUAN, menyajikan informasi terkait latar belakang, landasan hukum, tujuan, dan sistematika penyajian publikasi ini.

Bab II. PENGUKURAN KETAHANAN KELUARGA, menyajikan informasi terkait konsep keluarga, konsep ketahanan keluarga, pengukuran ketahanan keluarga, variabel dan indikator ketahanan keluarga, penggunaan rumah tangga sebagai pendekatan keluarga, dan sumber data.

Bab III. KETAHANAN KELUARGA INDONESIA, menyajikan kondisi ketahanan keluarga Indonesia secara umum.

Bab IV. LANDASAN LEGALITAS DAN KEUTUHAN KELUARGA, menyajikan informasi terkait landasan legalitas, keutuhan keluarga dan kemitraan gender dalam keluarga.

Bab V. KETAHANAN FISIK, menyajikan informasi terkait kecukupan pangan dan gizi, kesehatan keluarga, dan ketersediaan tempat/lokasi tetap untuk tidur.

Bab VI. KETAHANAN EKONOMI, menyajikan informasi terkait tempat tinggal keluarga, pendapatan keluarga, pembiayaan pendidikan anak, dan jaminan keuangan keluarga.

Bab VII. KETAHANAN SOSIAL PSIKOLOGIS, menyajikan informasi terkait keharmonisan keluarga dan kepatuhan terhadap hukum.

Bab VIII. KETAHANAN SOSIAL BUDAYA, menyajikan informasi terkait kepedulian sosial, keeratan sosial dan ketaatan beragama.

(26)

Pembangunan Ketahanan Keluarga 2016Pembangunan Ketahanan Keluarga 2016| 5 5

PENGUKURAN KETAHANAN

KELUARGA

Keluarga sebagai sebuah sistem sosial terkecil mempunyai peranan penting dalam mencapai kesejahteraan penduduk yang menjadi cita-cita pembangunan.

Keluarga menjadi lingkungan sosial pertama yang memperkenalkan cinta kasih, moral keagamaan, sosial budaya dan sebagainya. Keluarga juga menjadi pertahanan utama yang dapat menangkal berbagai pengaruh negatif dari dinamika sosial yang ada.

Pengaruh negatif yang diakibatkan oleh adanya interaksi antara dinamika eksternal dan internal dalam komunitas yang bersentuhan dengan sistem sosial lainnya diharapkan dapat ditangkal oleh sebuah keluarga yang memiliki ketahanan keluarga yang tangguh. Oleh karena itu, pengukuran ketahanan keluarga yang dapat menggambarkan ketangguhan keluarga di Indonesia dalam menangkal berbagai dampak negatif yang datang dari dalam komunitas maupun dari luar komunitas menjadi hal yang sangat mendesak untuk dilakukan.

2.1 KONSEP KELUARGA

Keluarga (family) merupakan sebuah konsep yang memiliki pengertian dan cakupan yang luas dan beragam. Keluarga, dalam konteks sosiologi, dianggap sebagai suatu institusi sosial yang sekaligus menjadi suatu sistem sosial yang ada di setiap kebudayaan. Sebagai sebuah institusi sosial terkecil, keluarga merupakan kumpulan dari sekelompok orang yang mempunyai hubungan atas dasar pernikahan, keturunan, atau adopsi serta tinggal bersama di rumah tangga biasa (Zastrow, 2006). Sementara itu, keluarga juga didefinisikan sebagai unit sosial terkecil dalam masyarakat yang anggotanya terikat oleh adanya hubungan perkawinan (suami-istri) serta hubungan darah (anak kandung) atau adopsi (anak angkat/pungut) (Burgess dan Locke dalam Sunarti, 2006). Dari dua definisi keluarga tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa keluarga merupakan unit/institusi/sistem sosial terkecil dalam masyarakat yang beranggotakan sekelompok orang atas dasar hubungan perkawinan, pertalian darah, atau adopsi yang tinggal bersama dalam sebuah rumah tangga.

Secara umum, keluarga memilik 4 (empat) karakteristik yaitu: (1) keluarga tersusun oleh beberapa orang yang disatukan dalam suatu ikatan seperti perkawinan, hubungan darah, atau adopsi; (2) anggota keluarga hidup dan menetap secara bersama-sama di suatu tempat atau bangunan di bawah satu atap dalam susunan

2

1.4 SISTEMATIKA PENYAJIAN

Publikasi Pembangunan Ketahanan Keluarga Tahun 2016 disajikan dalam 8 bagian, yaitu:

Bab I. PENDAHULUAN, menyajikan informasi terkait latar belakang, landasan hukum, tujuan, dan sistematika penyajian publikasi ini.

Bab II. PENGUKURAN KETAHANAN KELUARGA, menyajikan informasi terkait konsep keluarga, konsep ketahanan keluarga, pengukuran ketahanan keluarga, variabel dan indikator ketahanan keluarga, penggunaan rumah tangga sebagai pendekatan keluarga, dan sumber data.

Bab III. KETAHANAN KELUARGA INDONESIA, menyajikan kondisi ketahanan keluarga Indonesia secara umum.

Bab IV. LANDASAN LEGALITAS DAN KEUTUHAN KELUARGA, menyajikan informasi terkait landasan legalitas, keutuhan keluarga dan kemitraan gender dalam keluarga.

Bab V. KETAHANAN FISIK, menyajikan informasi terkait kecukupan pangan dan gizi, kesehatan keluarga, dan ketersediaan tempat/lokasi tetap untuk tidur.

Bab VI. KETAHANAN EKONOMI, menyajikan informasi terkait tempat tinggal keluarga, pendapatan keluarga, pembiayaan pendidikan anak, dan jaminan keuangan keluarga.

Bab VII. KETAHANAN SOSIAL PSIKOLOGIS, menyajikan informasi terkait keharmonisan keluarga dan kepatuhan terhadap hukum.

Bab VIII. KETAHANAN SOSIAL BUDAYA, menyajikan informasi terkait kepedulian sosial, keeratan sosial dan ketaatan beragama.

(27)

ketahanan suatu keluarga yaitu: (1) adanya sikap saling melayani sebagai tanda kemuliaan; (2) adanya keakraban antara suami dan istri menuju kualitas perkawinan yang baik; (3) adanya orang tua yang mengajar dan melatih anak-anaknya dengan berbagai tantangan kreatif, pelatihan yang konsisten, dan mengembangkan keterampilan; (4) adanya suami dan istri yang memimpin seluruh anggota keluarganya dengan penuh kasih sayang; dan (5) adanya anak-anak yang menaati dan menghormati orang tuanya.

Dalam konteks yang lebih luas, ketahanan keluarga diidentikan dengan ketahanan sosial karena keluarga merupakan unit terkecil dalam sistem sosial. BPS mendefinisikan ketahanan sosial sebagai hasil dari dinamika sosial skala lokal dan global. Dinamika sosial skala lokal dikelompokkan ke dalam dua bagian yaitu dinamika sistem sosial skala lokal (small scale system) itu sendiri dan karakteristik sistem sosial skala lokal (characteristics of the small scale system) yang disebut sebagai Faktor Komunal (Communal Factors). Faktor komunal yang berpengaruh terhadap ketahanan sosial antara lain: (1) organisasi sosial reproduksi meliputi: formasi keluarga, sistem pernikahan dan pertalian darah, serta prinsip turunan, warisan, dan suksesi; (2) organisasi sosial produksi meliputi: stratifikasi dan pembagian kerja berdasarkan gender, usia, dan kelas sosial; (3) organisasi sosial partisipasi politik meliputi:

kepemimpinan lokal dan pola manajemen; dan (4) organisasi sosial keagamaan meliputi: hukuman dan insentif yang memperkuat norma sosial yang berlaku.

Sementara itu, dinamika sosial skala global merujuk pada dinamika sosial pada sistem sosial skala global (large scale system) yang disebut sebagai Faktor Sosial (Societal Factors). Faktor sosial yang berpengaruh terhadap ketahanan sosial antara lain: (1) derajat integrasi ke sistem ekonomi pasar global (misalnya prevalensi upah/gaji buruh, moneterisasi, mekanisasi, penggunaan teknologi, penanaman modal asing, orientasi dan ketergantungan ekspor, dan ketergantungan impor); (2) derasnya arus pengetahuan dan informasi global; (3) derajat integrasi ke dalam tata kehidupan perkotaan; dan (4) penerapan kebijakan skala internasional, nasional, non-lokal berpengaruh terhadap wilayah (misal kebijakan terkait kependudukan, kesehatan dan pendidikan).

Akhirnya, ketahanan sosial sebagai hasil dari dinamika sosial skala lokal dan global tersebut kemudian diidentifikasi oleh BPS sebagai: (1) tingkat perlindungan yang diberikan kepada penduduk lanjut usia, anak-anak, perempuan, orang dengan disabilitas; (2) tingkat dukungan yang diberikan kepada individu maupun keluarga/rumah tangga rentan seperti keluarga miskin, orang tua tunggal, anak-anak dan penduduk lanjut usia yang terlantar, orang dengan disabilitas yang terlantar; (3) tingkat partisipasi individu, kelompok dan keluarga dalam kehidupan sosial dan politik; (4) tingkat konservasi/keberlanjutan sumber daya lingkungan bagi satu rumah tangga; (3) setiap anggota keluarga saling berinteraksi, berkomunikasi,

dan menciptakan peran sosial bagi setiap anggota seperti: suami dan isteri, ayah dan ibu, putera dan puteri, saudara laki-laki dan saudara perempuan, dan sebagainya; (4) hubungan antar anggota keluarga merupakan representasi upaya pemeliharaan pola- pola kebudayaan bersama yang diperoleh dari kebudayaan umum di komunitas.

Dalam konteks peraturan perundang-undangan, keluarga didefinisikan sebagai unit sosial terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari: (1) suami dan istri; (2) suami, istri dan anaknya; (3) ayah dan anaknya; atau (4) ibu dan anaknya (Undang-Undang Nomor 52 Tahun 2009 Tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga). Selain itu, keluarga mempunyai 8 (delapan) fungsi, seperti yang dimaksud dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 21 Tahun 1994, yang mencakup fungsi pemenuhan kebutuhan fisik dan nonfisik yaitu: (1) fungsi keagamaan; (2) fungsi sosial budaya; (3) fungsi cinta kasih; (4) fungsi perlindungan; (5) fungsi reproduksi; (6) fungsi sosialisasi dan pendidikan; (7) fungsi ekonomi; dan (8) fungsi pembinaan lingkungan.

Dalam kaitannya dengan pengukuran tingkat ketahanan keluarga maka konsep keluarga yang digunakan akan diupayakan untuk merujuk kepada peraturan perundang-undangan yang berlaku.

2.2 KONSEP KETAHANAN KELUARGA

Ketahanan keluarga (family strength atau family resilience) merupakan kondisi kecukupan dan kesinambungan akses terhadap pendapatan dan sumber daya untuk memenuhi berbagai kebutuhan dasar antara lain: pangan, air bersih, pelayanan kesehatan, kesempatan pendidikan, perumahan, waktu untuk berpartisipasi di masyarakat, dan integrasi sosial (Frankenberger, 1998). Pandangan lain mendefinisikan ketahanan keluarga sebagai suatu kondisi dinamik keluarga yang memiliki keuletan, ketangguhan, dan kemampuan fisik, materil, dan mental untuk hidup secara mandiri (Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 1994). Ketahanan keluarga juga mengandung maksud sebagai kemampuan keluarga untuk mengembangkan dirinya untuk hidup secara harmonis, sejahtera dan bahagia lahir dan batin. Dalam pandangan yang lain, ketahanan keluarga mencakup kemampuan keluarga untuk mengelola sumber daya dan masalah untuk mencapai kesejahteraan (Sunarti, 2001), kemampuan untuk bertahan dan beradaptasi terhadap berbagai kondisi yang senantiasa berubah secara dinamis serta memiliki sikap positif terhadap berbagai tantangan kehidupan keluarga (Walsh, 1996).

Dari sudut pandang yang lain, ketahanan keluarga didefinisikan sebagai kemampuan keluarga untuk menangkal atau melindungi diri dari berbagai permasalahan atau ancaman kehidupan baik yang datang dari dalam keluarga itu sendiri maupun dari luar keluarga seperti lingkungan, komunitas, masyarakat, maupun negara. Setidaknya ada 5 (lima) indikasi yang menggambarkan tingkat

Gambar

Gambar 2.1 Dimensi dan Variabel Pengukur Tingkat Ketahanan Keluarga  3 Variabel:  1. Landasan legalitas   (2 indikator)  2
Gambar 4.1   Persentase Rumah Tangga  dengan Tingkat  Kesejahteraan 40 persen Terbawah Secara Nasional  Menurut Kepemilikan Buku Nikah, 2015
Gambar 4.3  Persentase Rumah Tangga Menurut Klasifikasi Wilayah dan  Kepemilikan Akte Kelahiran Anggota Rumah Tangga (ART) Umur 0-17  Tahun, 2015
Gambar 4.3  Persentase Rumah Tangga Menurut Klasifikasi Wilayah dan  Kepemilikan Akte Kelahiran Anggota Rumah Tangga (ART) Umur 0-17  Tahun, 2015
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sari, Novita Kurnia, 2013, Status Gizi, Penyakit Kronis, Dan Konsumsi Obat Terhadap Kualitas Hidup Dimensi Kesehatan Fisik Lansia, Jurnal Penelitian Kesehatan,

Dari sisi kesehatan, keluarga Bapak Ketut Kerna memiliki riwayat

Terdapat banyak perubahan pada lansia yang menderita penyakit kronis yaitu perubahan fisik, dan mental yang mempengaruhi kualitas hidup lansia yang dilihat dari delapan

bagi penderita Thalassaemia Mayor yang merupakan penyakit kronis untuk dapat. bertahan hidup dengan penyakit

Kesehatan yang menderita penyakit kronis (khususnya penyakit Hipertensi dan DM tipe 2) untuk mencapai kualitas hidup yang

urusan rumah tangga, perempuan juga bekerja untuk memenuhi kebutuhan

Terdapat banyak perubahan pada lansia yang menderita penyakit kronis yaitu perubahan fisik, dan mental yang mempengaruhi kualitas hidup lansia yang dilihat dari delapan

mengakibatkan perubahan dalam cara hidup seperti semakin sadar akan kematian, merasa kesepian, terjadi perubahan ekonomi, mengalami penyakit kronis, kekuatan fisik