• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tafsir QS Yunus/10: 99-100

Dalam dokumen Oleh: Andi Raita Umairah Syarif (Halaman 107-111)

BAB II MEDIA SOSIAL

C. Tafsir Ayat-Ayat Toleransi

2. Tafsir QS Yunus/10: 99-100

اوُنوُكَي اتََّح َساانلا ُهمرْكُت َتْنَأَفَأ اًعيمَجَ ْمُهُّلُك مضْرَْلْا مفِ ْنَم َنَم َلَ َكُّبَر َءاَش ْوَلَو َيمنممْؤُم َلَ َنيمذالا ىَلَع َسْجِّرلا ُلَعَْيَُو مهاللا منْذمإمب الَمإ َنممْؤُ ت ْنَأ ٍسْفَ نمل َناَك اَمَو .

َنوُلمقْعَ ي .

281M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbah Vol. 15, h. 581.

282M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbah Vol. 15, h. 582.

283M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbah Vol. 15, h. 582.

284M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbah Vol. 15, h. 582.

285M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbah Vol. 15, h. 582.

Terjemahnya:

Dan jika Tuhanmu menghendaki, tentulah beriman semua orang di muka bumi seluruhnya. Tetapi apakah kamu (hendak) memaksa manusia agar mereka menjadi orang-orang yang beriman? Dan tidak seorang pun akan beriman kecuali dengan izin Allah, dan Allah menimpakan azab kepada orang yang tidak mengerti.

b. Pengertian Umum Kosakata

Kata ُهِرْكُت merupakan bentuk fi’il mudhari’ dari kata هركا yang berarti

‘memaksa’. Kata ini berasal dari akar kata هرك yang memiliki satu makna dasar, yaitu lawan dari kata اضِّرلا (senang/rela) dan ةّبحملا(cinta).286

c. Munasabah

Pada ayat sebelumnya diterangkan bahwa kaum Nabi Yunus yang sebelumnya membangkang atas kehendak mereka sendiri, akhirnya sadar dan beriman atas kehendak mereka sendiri pula, hingga Allah tidak menjatuhkan siksa-Nya. Demikianlah kebebasan yang Allah berikan kepada manusia. Namun, perlu digarisbawahi bahwa kebebasan tersebut adalah kehendak Allah, sebagaimana diisyaratkan dalam dua ayat ini.287

Ayat-ayat tersebut mengindikasikan bahwa tidak ada paksaan bagi seseorang untuk beriman. Alih-alih memaksa, seseorang seharusnya ditunjukkan untuk memperhatikan ciptaan Allah, sebagaimana dijelaskan pada ayat selanjutnya.

d. Makna Global

Dua ayat ini menerangkan bahwa manusia tidak dipaksa untuk beriman, dan mereka juga tidak bisa beriman tanpa adanya hidayah dan rahmat-Nya.288

e. Tafsir Ayat 1) Tafsir Klasik a) Tafsir al-Razi

Firman-Nya,

َساانلا ُهمرْكُت َتْنَأَفَأ َيمنممْؤُم اوُنوُكَي اتََّح

.

Terjemahnya:

Tetapi apakah kamu (hendak) memaksa manusia agar mereka menjadi orang-orang yang beriman?

Potongan ayat tersebut menunjukkan makna bahwa tidak ada kuasa bagimu untuk memalingkan seorang pun. Kuasa tersebut hanya milik dan kehendak Allah SWT.289

Adapun ayat selanjutnya,

286Ahmad bin Faris bin Zakariyya, Maqayis al-Lugah Juz 5, h. 140.

287M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbah Vol. 6, h. 161.

288Allamah Kamal Faqih, Nur al-Qur’an: An Enlightening Commentary into the Light of the Holy Qur’an, Jilid VII, diterjemahkan oleh Sayyid Abbas Shadr Amili dan Ahsin Muhammad (Cet. I; Jakarta: Penerbit Al-Huda, 2005), h. 166.

289Abu ‘Abdillah Muhammad bin ‘Amr al-Razi, Mafatih al-Ghaib Juz 8, h. 353.

َنوُلمقْعَ ي َلَ َنيمذالا ىَلَع َسْجِّرلا ُلَعَْيَُو مهاللا منْذمإمب الَمإ َنممْؤُ ت ْنَأ ٍسْفَ نمل َناَك اَمَو .

Terjemahnya:

Dan tidak seorang pun akan beriman kecuali dengan izin Allah, dan Allah menimpakan azab kepada orang yang tidak mengerti.

Al-Razi mengutip pendapat al-Qadhi mengenai firman-Nya, ‘Dan tidak seorang pun akan beriman kecuali dengan izin Allah.’ Ia berkata bahwa ayat tersebut menunjukkan bahwa iman itu tidak muncul pada diri seseorang kecuali dengan ilmu Allah, taklif-Nya, atau kuasa-Nya atasnya.290

b) Tafsir al-Qurthubi

‘Dan jika Tuhanmu menghendaki, tentulah beriman semua orang di muka bumi seluruhnya,’ yakni mereka semua dipaksakan untuk beriman.291

Ibnu ‘Abbas berkata bahwa Nabi saw. sangat ingin semua manusia beriman. Maka Allah mengabarkan kepadanya bahwa sebagian manusia tidak beriman kecuali yang telah ditentukan, dan tidak juga disesatkan kecuali yang telah ditentukan. Ada yang berpendapat bahwa al-nas yang dimaksudkan di sini adalah Abu Thalib.292

Firman-Nya,

َنوُلمقْعَ ي َلَ َنيمذالا ىَلَع َسْجِّرلا ُلَعَْيَُو مهاللا منْذمإمب الَمإ َنممْؤُ ت ْنَأ ٍسْفَ نمل َناَك اَمَو .

Terjemahnya:

Dan tidak seorang pun akan beriman kecuali dengan izin Allah, dan Allah menimpakan azab kepada orang yang tidak mengerti.

Huruf ma pada awal ayat tersebut berfungsi menafikan, sehingga bermakna bahwa tidak beriman seorang pun kecuali telah ditentukan dengan qadha, qadar, dan kehendak Allah.293

‘Kepada orang-orang yang tidak mempergunakan akalnya,’ yaitu yang tidak mempergunakan akalnya untuk melihat perintah dan larangan Allah.294

2) Tafsir Modern a) Tafsir al-Maraghi

Sekiranya Allah menghendaki seluruh penduduk bumi beriman, mereka pasti beriman, dengan jalan memaksa mereka atau menciptakan mereka dalam keadaan beriman dan taat, sebagaimana malaikat, dan tidak menjadikan dalam fitrah mereka kesiapan untuk tidak beriman. Namun, Allah tidak menghendaki demikian. Ia menciptakan manusia sesuai

290Abu ‘Abdillah Muhammad bin ‘Amr al-Razi, Mafatih al-Ghaib Juz 8, h. 353.

291Muhammad bin Ahmad bin Abi Bakr al-Qurthubi, al-Jami’ li Ahkam al-Qur’an Juz 8, h. 386.

292Abu ‘Abdillah Muhammad bin ‘Amr al-Razi, Mafatih al-Ghaib Juz 8, h. 353.

293Muhammad bin Ahmad bin Abi Bakr al-Qurthubi, al-Jami’ li Ahkam al-Qur’an Juz 8, h. 386.

294Muhammad bin Ahmad bin Abi Bakr al-Qurthubi, al-Jami’ li Ahkam al-Qur’an Juz 8, h. 386.

Nya dengan memberi kebebasan mereka dalam memilih kekufuran atau keimanan.295

Ayat ini semakna dengan dua firman Allah lainnya, yaitu dalam QS al-An’am/6: 107 dan QS Hud/11:118. Dalam QS Hud/11:118, Allah berfirman,296

ًةَدمحاَو ًةامُأ َساانلا َلَعََلَ َكُّبَر َءاَش ْوَلَو

Terjemahnya:

Dan jika Tuhanmu menghendaki, tentu Dia jadikan manusia umat yang satu.

Sebagai kesimpulan, sekiranya Tuhanmu menghendaki untuk tidak menciptakan manusia dalam keadaan siap menurut fitrahnya untuk melakukan kebaikan dan keburukan, untuk beriman atau kafir, dan dengan pilihannya sendiri dia lebih suka kepada salah satu di antara perkara-perkara yang mungkin dilakukan, dengan meninggalkan kebalikannya atas kehendaknya sendiri, tentu semua itu Allah lakukan. Namun, kebijaksanaan Allah tetap untuk menciptakan manusia sedemikian rupa, sehingga manusia mempertimbangkan sendiri dengan pilihannya, apakah akan beriman atau kafir, sehingga ada sebagian manusia yang beriman dan ada sebagian manusia yang kafir.297

‘Tetapi apakah kamu (hendak) memaksa manusia agar mereka menjadi orang-orang yang beriman?’ Sesungguhnya kamu tidak akan bisa dan hal tersebut bukan tugas risalahmu, sebagaimana berlaku pula bagi rasul-rasul yang lain.298

Allah berfirman dalam QS al-Syura/42: 48,

ُغ َلََبْلا الَمإ َكْيَلَع ْنمإ

Terjemahnya:

Kewajibanmu tidak lain hanya menyampaikan risalah.

‘Tidak seorang pun akan beriman kecuali dengan izin Allah,’ yakni tidak ada seorang pun yang beriman kecuali atas kehendak Allah dan sesuai sunnah-Nya dalam memilih salah satu dari dua hal yang bertentangan.

Manusia memilih dalam lingkaran sebab dan akibat. Namun, kebebasan mereka tidak bersifat utuh karena terikat dengan aturan sunnah dan ketentuan Ilahiyyah.299

b) Tafsir al-Mishbah

Ayat ini menunjukkan bahwa manusia diberi kebebasan untuk beriman atau tidak beriman. Kaum Yunus awalnya enggan beriman dan Allah memperingatkan dan mengancam mereka. Setelahnya, kaum Yunus yang membangkang atas kehendak sendiri akhirnya sadar dan beriman atas

295Ahmad Mushthafa al-Maraghi, Tafsir al-Maraghi Juz 11, h. 158.

296Ahmad Mushthafa al-Maraghi, Tafsir al-Maraghi Juz 11, h. 158.

297Ahmad Mushthafa al-Maraghi, Tafsir al-Maraghi Juz 11, h. 158.

298Ahmad Mushthafa al-Maraghi, Tafsir al-Maraghi Juz 11, h. 158.

299Ahmad Mushthafa al-Maraghi, Tafsir al-Maraghi Juz 11, h. 158.

kehendak sendiri pula, hingga Allah tidak menjatuhkan siksa-Nya.

Demikianlah kebebasan yang Allah berikan kepada manusia.300

Kebebasan tersebut tidak lain adalah kehendak dan anugerah Allah karena sekiranya Dia mengehendaki, maka seluruh manusia di muka bumi akan beriman, antara lain dengan cara mencabut kemampuan mereka untuk memilih dan menghiasi jiwa mereka dengan potensi positif saja, tanpa nafsu dan dorongan negatif sebagaimana malaikat. Namun, hal itu tidak dikehendaki-Nya karena Dia bermaksud menguji manusia dan memberi kebebasan kepada mereka dalam beragama dan bertindak dengan potensi akal yang dianugerahkan-Nya.301

Firman-Nya,

َيمنممْؤُم اوُنوُكَي اتََّح َساانلا ُهمرْكُت َتْنَأَفَأ .

Terjemahnya:

Tetapi apakah kamu (hendak) memaksa manusia agar mereka menjadi orang-orang yang beriman?

Firman ini ditujukan kepada Nabi Muhammad saw. yang berupaya dengan sungguh-sungguh melebihi kemampuannya sehingga hampir mencelakakan diri sendiri demi mengajak manusia beriman kepada Allah.

Apa yang Nabi lakukan tersebut dengan beraneka ragam upaya seakan-akan hal tersebut telah sampai pada tahap ‘paksaan’, yakni paksaan terhadap dirinya sendiri dan hampir menyerupai pemaksaan terhadap orang lain.302

Allah tidak merestui engkau berbuat demikian dan engkau pun tidak akan berhasil. Sekiranya engkau berhasil, Allah tidak akan menerimanya karena yang demikian adalah iman paksaan, sedang yang dikehendaki adalah iman yang tulus, tanpa pamrih dan paksaan.303

Adapun makna dari lafal

منْذمإ

(izin Allah) pada ayat ini adalah hukum-hukum sebab-akibat yang diciptakan Allah dan yang berlaku umum bagi seluruh manusia. Dalam hal ini Allah telah menciptakan manusia memiliki potensi berbuat baik dan buruk, dan menganugerahkan kepadanya akal untuk memilih jalan yang dikehendakinya. Bagi yang menggunakan akal dan potensinya secara baik, maka dia telah memperoleh izin Allah untuk beriman, sedang bagi yang tidak menggunakannya, Allah pun menjadikan dalam jiwanya kegoncangan dan kebimbangan, kesesatan dan kekufuran.304

Dalam dokumen Oleh: Andi Raita Umairah Syarif (Halaman 107-111)