• Tidak ada hasil yang ditemukan

II TINJAUAN PUSTAKA

3.4. Teknik Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data primer untuk tiap variabel dibagi menjadi tiga bagian besar. Pertama, komponen ekologi-fisik lingkungan (tanah, air dan vegetasi). Kedua, komponen ekonomi melalui wawancara dengan stakeholder.

Tabel 2. Metode Pengumpulan dan Analisis Data

Komponen Parameter Metode Pengumpulan Data Metode Analisis Data

Metode Lokasi Dimensi Ekologi

Tanah Jenis tanah

Kesuburan tanah Erosi Data Primer Areal pasca tambang dilokasi reklamasi dan non reklamasi Analisis Laboratorium Analisis silang baku mutu

Air Sifat fisik

Sifat kimia

Data Primer Air dilokasi

reklamasi dan non reklamasi Analisis Laboratorium Analisis silang baku mutu

Vegetasi Jenis vegetasi

Frekwensi

vegetasi

Data primer Areal pasca

tambang dilokasi reklamasi dan non reklamasi Petak pengamatan Dimensi Ekonomi Kontribusi PDRB Sarana dan prasarana transportasi Status penguasaan lahan Sarana perekonomian Aktivitas perekonomian Mata pencaharian Tingkat pendapatan Aksesibilitas

Data primer dan data sekunder Desa-desa terdekat dilokasi wilayah studi Deskriptif Penilaian ahli Dimensi Sosial Kesehatan masyarakat Persepsi masyarakat terhadap pertambangan

Tatanan adat dan

kebiasaan masyarakat

Angka beban

tanggungan keluarga Rasio relatif Jenis

kelamin

Migrasi penduduk

Konflik sosial

Tingkat pendidikan

Data primer dan data sekunder Desa-desa terdekat di lokasi wilayah studi Deskriptif Penilaian ahli

Ketiga, komponen sosial, data primer juga dikumpulkan melalui wawancara langsung dengan stakeholder. Komponen ekologi-fisik lingkungan didapatkan dari hasil uji laboratorium dan pengamatan vegetasi dengan

mengambil contoh tanah, air dan melihat vegetasi di areal bekas penambangan batubara yang legal, baik yang melakukan reklamasi maupun yang tidak melakukan reklamasi. Tanah dan air di analisis di laboratorium sedangkan vegetasi diamati tanaman apa saja yang tumbuh di tiap lokasi.

Tanah. Perusahaan yang dipilih untuk analisis fisik-lingkungan adalah PT. Kitadin dan PT. Tanito Harum. Tanah ditiap areal perusahaan ditentukan lebih dahulu berdasarkan lokasi umur yang paling tua berdasarkan lamanya waktu terhitung sejak terakhir kali penambangan batubara (pasca tambang batubara). Setelah ditentukan lokasi umur kawasan paling tua dibagi menjadi tiga kategori umur yaitu umur paling tua, interval dan umur paling muda dengan penggolongan untuk lokasi yang direklamasi dan untuk lokasi yang tidak direklamasi. Contoh tanah kemudian diberi label dengan kode-kode agar tidak tercampur satu dengan yang lainnya. Untuk memudahkan dalam pembahasan huruf A digunakan lebih dahulu untuk umur kawasan paling muda, huruf B digunakan untuk umur interval, dan huruf C digunakan untuk umur paling tua. Dari masing-masing umur diambil dua contoh tanah dari pembagian dua wilayah sehingga tiap golongan umur diperoleh dua sampel.

Umur pasca tambang batubara yang paling tua berdasarkan lamanya waktu terhitung sejak terakhir kali penambangan batubara (pasca tambang batubara) adalah sekitar 10 tahun (C), sekitar 5 tahun (B), dan sekitar 1 tahun (A). Sampel 24 contoh tanah terdiri dari 12 contoh tanah dari PT. Kitadin (6 reklamasi; 6 non reklamasi) dan 12 contoh tanah dari PT. Tanito Harum (6 reklamasi; 6 non reklamasi).

Kawasan pasca tambang batubara di PT. Kitadin yang melakukan reklamasi maupun yang tidak melakukan reklamasi (Non Reklamasi) penggolongannya dapat dilihat sebagai berikut:

1. Berdasarkan umur pasca tambang batubara dan melakukan reklamasi:

a. PT. Kitadin dengan kode sampel RASK1 (Reklamasi umur A Soil Kitadin contoh 1) dan RASK2 (Reklamasi umur A Soil Kitadin contoh 2).

b. PT. Kitadin dengan kode sampel RBSK1 (Reklamasi umur B Soil Kitadin contoh 1) dan RBSK2 (Reklamasi umur B Soil Kitadin contoh 2).

c. PT. Kitadin dengan kode sampel RCSK1 (Reklamasi umur C Soil Kitadin contoh 1) dan RCSK2 (Reklamasi umur C Soil Kitadin contoh 2).

2. Berdasarkan umur pasca tambang batubara dan non reklamasi:

a. PT. Kitadin dengan kode sampel NASK1 (Non Reklamasi umur A Soil

Kitadin contoh 1) dan NASK2 (Non Reklamasi umur A Soil Kitadin contoh 2).

b. PT. Kitadin dengan kode sampel NBSK1 (Non Reklamasi umur B Soil

Kitadin contoh 1) dan NBSK2 (Non Reklamasi umur B Soil Kitadin contoh 2).

c. PT. Kitadin dengan kode sampel NCSK1 (Non Reklamasi umur C Soil

Kitadin contoh 1) dan NCSK2 (Non Reklamasi umur C Soil Kitadin contoh 2).

Kawasan pasca tambang batubara di PT. Tanito Harum yang melakukan reklamasi maupun yang tidak melakukan reklamasi (Non Reklamasi) penggolongannya dapat dilihat sebagai berikut:

1. Berdasarkan umur pasca tambang batubara dan melakukan reklamasi:

a. PT. Tanito Harum dengan kode sampel RAST1 (Reklamasi umur A Soil

Tanito contoh 1) dan RASK2 (Reklamasi umur A Soil Tanito contoh 2).

b. PT. Tanito Harum dengan kode sampel RBST1 (Reklamasi umur B Soil

Tanito contoh 1) dan RBST2 (Reklamasi umur B Soil Tanito contoh 2).

c. PT. Tanito Harum dengan kode sampel RCST1 (Reklamasi umur C Soil

Tanito contoh 1) dan RCST2 (Reklamasi umur C Soil Tanito contoh 2). 2. Berdasarkan umur pasca tambang batubara dan non reklamasi:

a. PT. Tanito Harum dengan kode sampel NAST1 (Non Reklamasi umur A Soil Tanito contoh 1) dan NAST2 (Non Reklamasi umur A Soil Tanito contoh 2). b. PT. Tanito dengan kode sampel NBST1 (Non Reklamasi umur B Soil Tanito

contoh 1) dan NBST2 (Non Reklamasi umur B Soil Tanito contoh 2).

c. PT. Kitadin dengan kode sampel NCST1 (Non Reklamasi umur C Soil Tanito contoh 1) dan NCST2 (Non Reklamasi umur C Soil Tanito contoh 2).

Cara pengambilan contoh tanah sebagai berikut:

2. Dari tiap lokasi tanah diambil komposit 5 titik masing-masing ½ kg, yaitu dari Timur, Barat, Utara, Selatan dan bagian Tengah, pengambilan tanah dilakukan dengan menggunakan bor dengan kedalaman 30 cm, kemudian tanah dari lima titik dicampur menjadi tanah komposit sebanyak 1kg, contoh tanah dimasukan ke dalam kantung plastik dan diberi label.

Kriteria kesuburan tanah berdasarkan kimia tanah dari sifat tanah dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Kriteria Kesuburan Tanah Berdasarkan Kimia Tanah Dari Sifat Tanah

Kriteria Sangat rendah

Rendah Sedang Tinggi Sangat tinggi

C (%) <1,00 1,00 – 2,00 2,01-3,0 3,01-5,0 > 5,00 N (%) <0,10 0,10 – 0,20 0,21 – 0, 5 0,51 – 0,75 >0,75 C/N <5 5 – 10 11 – 15 16 – 25 > 25 P2O5 Bray I (ppm) P2O5HCL (mg/100g) < 10 <10 10 – 15 10 – 20 16 – 25 21 – 40 26 – 35 41 – 60 > 35 >60 K2OHCL 25% (mg/100g) <10 10-20 21-40 41-60 >60 KTK ( me/100g) <5 5-16 17 – 24 25 – 40 > 40 Susunan kation: K ( me/100 g) Na( me/100 g) Mg( me/100 g) Ca( me/100 g) < 0,1 < 0,1 < 0,4 < 2 0,1 – 0,2 0,1 – 0,3 0,4 – 1,0 2 – 5 0,3 – 0,5 0,4 – 0,7 1,1 – 2,0 6 - 10 0,6 – 1,0 0,8 – 1,0 2,1 – 8,0 11 – 20 > 1,0 > 1,0 > 8,0 > 20 Kejenuhan Basa(%) < 20 20 – 35 36 – 50 51 – 70 > 70 Aluminum (%) <10 10-20 21-30 31-60 >60 pHH2O <4,5 Sangat masam 4,5 – 5,5 Masam 5,6 – 6,5 Agak masam 6,6 – 7,5 Netral 7,6 – 8,5 Agak alkalis

Sumber : Pusat Penelitian Tanah, 1983.

Air. Dalam melakukan analisis air, langkah pertama adalah melakukan pengecekan terhadap keberadaan air di PT. Kitadin dan PT. Tanito Harum dilokasi reklamasi maupun yang non reklamasi sesuai lokasi tempat contoh tanah tadi diambil. Jika di lokasi terdapat air maka akan diambil sampel. Ditemukan 11 contoh air yaitu 6 contoh air di PT. Kitadin (3 reklamasi; 3 non reklamasi, masing-masing terdiri dari satu air rawa dan dua air parit) dan 5 contoh air di PT. Tanito Harum (2 reklamasi, satu air danau satu air parit; 3 non reklamasi, dua air danau satu air rawa). Contoh air diambil sebanyak satu botol (sekitar 250 cc) dan diberi label.

Erosi dan Banjir. Analisis untuk erosi dan banjir dilakukan dengan menggunakan pendugaan erosi melalui pendekatan Universal Soil Loss Equation (USLE). Rumus untuk pendugaan erosi yang dikenalkan oleh Wischmeier dan Smith 1962 dalam Hardjowigeno (2007) tersebut adalah :

A = R.K.L.S.C.P dimana :

A = jumlah tanah yang hilang rata-rata setiap tahun (ton/ha/tahun) R = indeks daya erosi curah hujan(erosivitas hujan)

K = indeks kepekaan tanah terhadap erosi (erodibilitas tanah) LS= Faktor panjang (L) dan curamnya (S) lereng

C = Faktor tanaman (vegetasi) P = Faktor-faktor pencegahan erosi.

Pengembangan model pendugaan prediksi banjir yang dilakukan oleh Hakim (2008) didasarkan pada permodelan fungsi produksi (perhitungan curah hujan netto/sisa dari perubahan curah hujan bruto) dan permodelan fungsi transfer (perhitungan debit aliran permukaan dari perubahan curah hujan sisa melalui jaringan drainase). Perhitungan curah hujan sisa (curah hujan netto) didasarkan pada tiga metode, yaitu (A) perhitungan curah hujan sisa berdasarkan koefisien runoff (Kr), (B) perhitungan curah hujan sisa berdasarkan intersepsi dan infiltrasi, dan (C) perhitungan curah hujan sisa berdasarkan sifat fisik tanah (kapasitas tanah menyimpan air) pada lapisan atas (20 cm). Klasifikasi model pendugaan banjir metode A adalah model kotak kelabu dan untuk metode B dan C adalah model terdistribusi.

Perhitungan model curah hujan efektif berdasarkan koefisien runoff (Kr) adalah sebagai berikut :

Pn (t) = Pb(t)*Kr...(1) Pn(t) adalah curah hujan netto/sisa (mm), Pb(t) adalah curah hujan bruto (mm) dan Kr adalah koefisien runoff.

Perhitungan koefisien runoff (Kr) didasarkan pada persamaan sebagai berikut : Kr = Vro.1000/PbT.A...(2) Vr adalah volume aliran permukaan (m3), PbT adalah total curah hujan bruto (mm), dan A adalah luas DAS (m2).

Perhitungan curah hujan sisa berdasarkan selisih antara curah hujan bruto yang tercatat di penangkaran hujan (Pb) dengan jumlah air yang diintersepsi oleh tanaman (INTCP) dan air diinfiltrasi ke dalam tanah f(t) adalah sebagai berikut :

Pn(t) = Pb – { INTCP (t) + f (t) } ...(3) Perhitungan curah hujan sisa berdasarkan sifat fisik tanah (kapasitas tanah menyimpan air) pada lapisan atas disusun berdasarkan analisis regresi berganda antara curah hujan bruto dan sifat fisik tanah (kapasitas tanah menyimpan air) sebagai variabel bebas dengan curah hujan sisa sebagai variabel tak bebas dan persamaan matematisnya adalah sebagai berikut :

Pn(t) = a + b1.Pb + b2Ws...(4) A adalah intersep, b1 adalah koefisien curah hujan bruto, Pb adalah curah hujan bruto (mm), b2 adalah koefisien penyimpan air, dan Ws adalah kapasitas tanah menyimpan air (mm).

Perhitungan fungsi transfer (debit simulasi) dihitung berdasarkan produk konvolusi antara curah hujan netto/sisa (Pn) dengan fungsi kerapatan peluasng (pdf) dan luas DAS. Secara matematis persamaannya adalah sebagai berikut :

Qsim = {Pn Θρ (L)}*A...(5) Qsim adalah debit air permukaan simulasi (m3/detik), Pn adalah curah hujan netto/sisa (mm/6 menit), ρ(L) adalah fungsi kerapatan peluang (pdf), dan A adalah luas DAS (m2).

Klasifikasi kemampuan lahan. Klasifikasi kemampuan lahan adalah pengelompokkan lahan ke dalam satuan-satuan khusus menurut kemampuannya untuk penggunaan intensif dan perlakuan yang diperlukan untuk dapat digunakan secara terus menerus (Soil Conservation Society of America, 1982 dalam Sitorus, 2004). Klasifikasi kemampuan lahan ini akan menetapkan jenis penggunaan yang sesuai dan jenis perlakuan yang diperlukan untuk dapat digunakan bagi produksi tanaman secara lestari. Klasifikasi kemampuan lahan oleh Departemen Pertanian Amerika Serikat (USDA) merupakan salah satu dari sejumlah pengelompokkan lahan melalui interpretasi yang dibuat terutama untuk keperluan pertanian. Sistem USDA (Klingebiel dan Montgomery, 1961 dalam Sitorus, 2004) membagi lahan ke dalam sejumlah kecil kategori yang diurut menurut jumlah dan intensitas faktor

penghambat yang berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman dari kategori tertinggi ke kategori terendah (kelas, sub-kelas dan satuan pengelolaan). Kelas kemampuan lahan berkisar dari kelas I di mana tanah tidak mempunyai penghambat utama bagi pertumbuhan tanaman, sampai kelas VIII di mana tanah mempunyai penghambat-penghambat yang sangat berat sehingga tidak memungkinkan penggunaannya untuk produksi tanaman-tanaman komersil.

Ketersediaan Air. Ketersediaan air dapat didekati dengan melihat curah hujan yang terdapat di lokasi penelitian. Menurut Oldeman, kriteria iklim dapat dikelompokkan menjadi :

ƒ Bulan basah : Bila rata-rata curah hujan lebih dari 200 mm/bulan.

ƒ Bulan kering: Bila rata-rata curah hujan kurang dari 100 mm/bulan.

ƒ Bulan lembab: Bila rata-rata curah hujan antara 100 mm – 200 mm/bulan. Atas dasar kriteria Bulan Basah (CH > 200mm/bulan) dan Bulan Kering (CH<100 mm/bulan), maka batasan iklim menurut Oldeman yaitu :

1. Tipe Utama A = panjang bulan basah > 9 bulan. 2. Tipe Utama B = panjang bulan basah 7- 9 bulan. 3. Tipe Utama C = panjang bulan basah 5-6 bulan. 4. Tipe Utama D = panjang bulan basah 3-4 bulan. 5. Tipe Utama E = panjang bulan basah < 3 bulan. Adapun Sub Tipe dapat digolongkan menjadi : 1. Sub Tipe 1 = panjang bulan kering < 1 bulan. 2. Sub Tipe 1 = panjang bulan kering 2 - 3 bulan. 3. Sub Tipe 1 = panjang bulan kering 4 – 6 bulan. 4. Sub Tipe 1 = panjang bulan kering > 6 bulan.

Vegetasi. Analisis vegetasi alami dilakukan untuk melihat pengaruh perubahan fisik dan kimia tanah setelah kegiatan penambangan terhadap vegetasi. Untuk mendapatkan data mengenai keragaan jenis vegetasi di kawasan pasca tambang batubara PT. Kitadin dan PT. Tanito Harum dilakukan analisis vegetasi sesuai lokasi tempat contoh tanah masing-masing satu contoh pengamatan untuk kawasan reklamasi dan non reklamasi. Ada 12 contoh petak pengamatan yaitu 6 contoh petak pengamatan di PT. Kitadin (3 reklamasi; 3 non reklamasi) dan 6 contoh petak pengamatan di PT. Tanito Harum (3 reklamasi; 3 non reklamasi).

Pengumpulan data dilakukan melalui inventarisasi jenis tegakan dengan metode jalur petak menggunakan peralatan meteran, phi band, kompas dan tally sheet. Pada setiap jalur pengamatan dibuat beberapa petak ukur dengan cara kuadrat yang berbentuk segi empat dengan ukuran 20 x 20 meter (pengamatan tingkat pohon), 10 x 10 meter (pengamatan tingkat tiang), 5 x 5 meter (pengamatan tingkat pancang) dan 2 x 2 meter (pengamatan tingkat semai). Jarak petak ukur sesuai dengan 4 lokasi yang ditentukan pada saat pengambilan sampel tanah. Cara melakukannya tertera pada Gambar 7.

Gambar 7. Jarak dan Jalur Petak Pengamatan 20 M 20 M 20 M 20 M 10m 10m 5m 5m 5m 5m 2m 2m 2m 2m

Jalur Pengamatan