• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN ASUMSI

3.4. Teknik Pengumpulan Data

Dalam melakukan penelitian, peneliti menggunakan beberapa metode pengumpulan data. Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian kualitatif adalah data primer dan data sekunder. Menurut Lofland dan Loflang dalam Moleong (2010:157) sumber data utama atau primer dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan selebihnya adalah data tambahan atau data sekunder seperti dokumen, gambar dan lain-lain, sedangkan alat bantu tambahan yang dapat digunakan dalam hal pengumpulan data peneliti menggunakan alat perekam/handphone, panduan wawancara, buku catatan dan kamera handphone.

3.4.1. Data Primer

Menurut Irawan (2005:5.5) menjelaskan bahwa data primer adalah data yang diambil langsung, tanpa perantara, dari sumbernya. Seorang peneliti sosial bisa mendapatkan data primernya dengan cara melakukan wawancara atau melakukan pengamatan langsung terhadap suatu aktivitas masyarakat. Data primer sendiri bisa didapat peneliti dengan melakukan berbagai metode, seperti melakukan wawancara maupun juga observasi.

3.4.1.1. Wawancara

Moleong (2010:168) menjelaskan bahwa wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan yang ada dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interview) yang mengajukan pertanyaan, dan terwawancara (interviewer) yang memberikan jawaban atas pertanyaan yang diajukan. Dalam wawancara yang dilakukan, yang menjadi pewawancara ialah peneliti sendiri, dan

yang berlaku sebagai terwawancara ialah setiap pihak yang menjadi objek dalam penelitian ini. Proses wawancara ini dilakukan dengan peneliti mengajukan pertanyaan-pertanyaan terkait dengan tema penelitian terhadap objek penelitian yang memberikan jawaban dan informasi terkait dengan penelitian tersebut. Hal ini diperjelas oleh Moleong (2010:168) yang menjelaskan juga bahwa kedudukan peneliti dalam penelitian kualitatif cukup rumit. Ia sekaligus merupakan perencana, pelaksana pengumpulan data, dan pada hasilnya ia menjadi pelapor hasil penelitiannya. Pengertian instrumen atau alat penelitian di sini tepat karena ia menjadi segalanya dari keseluruhan proses penelitian.

Esterberg dalam Sugiyono (2005:73) mengemukakan beberapa macam wawancara, yaitu wawancara terstruktur, wawancara semi terstruktur, dan wawancara tidak terstruktur.

a. Wawancara Terstruktur

Teknik wawancara ini dilakukan untuk dapat mengumpulkan data, dimana ketika melakukan wawancara ini peneliti telah mengetahui dengan pasti terlebih dahulu mengenai informasi yang akan diperoleh. Karena data dan informasi yang dibutuhkan telah terlebih dahulu diketahui, maka dalam melakukan wawancara pengumpul data telah menyiapkan instrumen penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis yang alternatif. Pada teknik ini, peneliti pada awalnya mencatat pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan nantinya berupa pedoman wawancara.

Jenis wawancara ini mengharuskan pewawancara membuat kerangka dan garis besar pokok-pokok yang dirumuskan, namun tidak perlu ditanyakan

secara berurutan. Penggunaan dan pemilihan kata-kata dalam wawancara nantinya juga tidak perlu dilakukan sebelumnya. Pedoman wawancara yang ada hanyalah berisi petunjuk secara garis besar tentang proses dan isi wawancara untuk menjaga agar pokok-pokok yang direncanakan dapat seluruhnya tercakup.

Tabel 3.1 Pedoman Wawancara

No. Dimensi Sub Dimensi Informan

1 Akurat 1. Keakuratan informasi

2. Pengujian keakuratan data dan informasi

I1, I2

2 Secara ekonomi realistik

1. Anggaran yang dikeluarkan 2. Program dan kegiatan

I1, I2, I3 3 Tepat waktu 1. Kecepatan reaksi terhadap

penyimpangan yang ada

2. Bentuk tindakan yang dilakukan 3. Rentang waktu pengawasan

I1, I2, I3

4 Realistik secara organisasi

1. Kesesuaian sistem pengawasan dengan kondisi organisasi

2. Standar pengawasan 3. Tugas dan fungsi

I1, I3

5 Dipusatkan pada pengendalian strategik

1. Titik-titik kunci strategis

2. Terpusat pada bagian yang bisa diperbaiki

I1

6 Terkoordinasi dengan arus kerja organisasi

1. Kesinambungan antar program 2. Koordinasi yang dilakukan

I1,I2 I3

7 Objektif dan kompherensif

1. Pemahaman akan sistem pengawasan

2. Objektivitas sistem pengawasan

I1, I2,I3

8 Fleksibel 1. Keluwesan sistem pengawasan I1, I2, I3 9 Diterima para

anggota organisasi

1. Diterima dan dimengerti 2. Penjelasan sistem pengawasan

I1, I3 Sumber : Peneliti, 2015

b. Wawancara semi terstruktur

Jenis wawancara ini termasuk dalam kategori indept interview, dimana pelaksanannya jauh lebih bebas dibandingkan dengan wawancara terstruktur. Wawancara ini sendiri bertujuan untuk menemukan permasalahan yang ada dengan lebih terbuka, dimana pihak yang diwawancarai dimintakan pendapat dan ide-idenya ketika melakukan wawancara. Dalam wawancara ini, peneliti perlu untuk mendengarkan secara teliti dan juga mencatat apa yang disampaikan oleh informan. c. Wawancara tidak terstruktur

Wawancara tidak terstruktur merupakan wawancara yang bebas dimana peneliti tidaklah menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun. Pada teknik wawancara ini, pertanyaan yang diajukan tergantung kepada pewawancara itu sendiri, dalam arti spontanitas pewawancara dalam mengajukan pertanyaan selama wawancara berlangsung. Hubungan yang terjadi antara pewawancara dengan terwawancara berlangsung dalam suasana biasa, dan kerapkali terwawancara tidak menyadari bahwa dirinya sedang diwawancarai.

3.4.1.2. Observasi

Observasi merupakan bentuk pengamatan yang dilakukan dengan sengaja dan sistematis terkait fenomena sosial dengan gejala-gejala psikis untuk kemudian dilakukan pencatatan. Observasi sendiri sendiri sebagai alat pengumpulan data dapat dilakukan dengan daftar isian yang telah dipersiapkan sebelumnya, maupun juga secara spontan. Pada dasarnya teknik observasi digunakan untuk melihat atau

mengamati perubahan fenomena sosial yang tumbuh dan kemudian berkembang yang kemudian dapat dilakukan penelitian atas perubahan tersebut. (Subagyo: 2011: 63).

Peneliti menggunakan observasi Non-Participant. Dimana peneliti datang langsung ke lapangan atau objek penelitian, namun tidak ikut terlibat dengan kegiatan subyek penelitian, artinya peneliti hanya melakukan pengamatan yaitu bagaimana pengawasan Disnakertrans terhadap fenomena pekerja anak di Kota Serang berlangsung. Tujuan menggunakan metode ini untuk mencatat hal-hal, proses pengawasan ataupun juga penyimpangan-penyimpangan yang terjadi seputar pengawasan yang dilakukan Disnakertrans terhadap pekerja anak di Kota Serang.

3.4.2. Data Sekunder

Irawan (2005:5.5) menjelaskan bahwa data sekunder adalah data yang diambil secara tidak langsung dari sumbernya. Data sekunder biasanya diambil dari dokumen-dokumen (laporan, karya tulis, koran, majalah). Ketika seseorang mendapatkan informasi dari orang lain dimana orang lain ini mendapatkan informasi primer dari pihak sebelumnya, ketika itulah kita mendapatkan informasi sekunder.

Silalahi (2010:291) memaparkan bahwa data sekunder merupakan data yang dikumpulkan dari tangan kedua atau dari sumber-sumber lain yang telah tersedia sebelum penelitian dilakukan. Data yang dikumpulkan melalui sumber-sumber lain yang tersedia dinamakan data sekunder. Bahan-bahannya dapat

berupa artikel-artikel dalam surat kabar, atau majalah popular atau buku atau telaah gambar hidup, atau artikel-artikel yang ditemukan dalam jurnal-jurnal ilmiah yang mengevaluasi atau mengkritisi suatu penelitian original yang lain. Buletin statistik, laporan-laporan, arsip organisasi, publikasi pemerintah, informasi yang dipublikasikan atau tidak dipublikasikan dan tersedia dari dalam atau dari luar organisasi, analisis-analisis yang dibuat para ahli, analisis survei terdahulu, catatan publik mengenai peristiwa-peristiwa resmi dan catatan-catatan perpustakaan juga merupakan data sekunder.

Berdasarkan pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa data sekunder mencakup seluruh data yang didapat dari informan yang telah mendapatkan data primer sebelumnya, ataupun juga dari berbagai data yang didapat sebelum penelitian yang dilakukan peneliti berlangsung yang dapat mendukung informasi mengenai penelitian yang dilakukan. Adapun dalam penelitian ini, peneliti memanfaatkan data sekunder berupa dokumen, gambar dan alat bantu tambahan berupa alat perekam/handphone, panduan wawancara, buku catatan dan kamera handphone.