• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tembus Pandang sebagai Suatu Telepati

Dalam dokumen nafas meditasi.pdf (Halaman 138-144)

D

r. Zhen Xiang Lin adalah seorang wanita warga kota Beijing, yang mempunyai kekuatan pandangan mata seperti sinar x [X-ray), yang dapat melihat tembus pandang. (Materi tulisan ini, sebagian dikutip dari majalah Kartini, No 441, halaman 32). Tembus pandang di sini, artinya dapat melihat dengan jelas organ-organ yang ada di dalam tubuhnya sendiri maupun di dalam diri orang lain, sehingga ia dapat mengetahui kelainan atau penyakit yang diderita oleh diri orang yang bersangkutan. Dengan kata lain, Dr.Zhen Xiang Lin dapat menggunakan kekuatan kedua matanya untuk mendiagnosis seorang pasien dengan tepat. Oleh karena itu, Dr. Zhen Xiang Lin menjadi seorang yang istimewa dan diberi tugas mengawasi kesehatan serta keselamatan para pemimpin tertinggi di RRC.

Keistimewaan tersebut bisa digolongkan sebagai telepati. Untuk mencapai atau menguasai telepati memang sangat sukar, karena harus melalui latihan khusus dan

dengan gemblengan yang kuat dan amat ketat selama puluhan tahun. Dan itu pun belum dapat menjamin persentase kesuksesannya. Lain halnya bila hal tersebut merupakan bakat alamiah, ilmu telepati yang mereka miliki adalah bawaan sejak lahir. Maka ada sementara orang sejak usia balita saja sudah mengetahui banyak hal, namun mungkin belum dapat dimengerti oleh orang dewasa.

Terkadang memang terasa aneh, kalau ada orang yang dapat membaca dengan menggunakan ketiak, atau dengan telinga dan organ lain, yang pasti tidak menggunakan kedua matanya. Ada juga yang dapat melihat tembus pandang ke dalam kotak hitam yang tebal, dan melihat dengan jelas benda-benda maupun membaca tulisan yang ada di dalamnya. Akan tetapi konon, ilmu telepati yang merupakan bawaan sejak lahir itu, tidak stabil sehingga kebanyakan sesudah menginjak dewasa kekuatan ilmunya mendadak hilang.

Dengan sekelumit uraian di atas, penulis ingin memberikan sekilas penjelasan tentang tembus pandang, kaitannya dengan ilmu pernapasan.Dalam ilmu perna-pasan dijelaskan, bahwa tembus pandang tersebut, tidak langsung dapat dilihat dengan mata, melainkan hanya dengan perasaan dari rangsangan cahaya. Ibarat seorang tunanetra, meskipun tidak melihat tetapi dapat mengerti pergantian siang dan malam, berkat rangsangan cahaya. Perlu diketahui sinar matahari sebagai sumber cahaya alami yang mengandung +_ 10 % sinar inframerah dapat menembus permukaan kulit, kemudian masuk ke dalam

darah, menembus tulang kepala lalu masuk ke otak. Hal inilah, yang menjadikan seorang tunanetra dapat merasakan adanya cahaya, di samping disebabkan oleh masuknya sinar inframerah ke otak sampai ke pinealis body.

Bagaimana seorang pakar ilmu pernapasan dapat melihat tembus pandang ke dalam tubuhnya sendiri maupun ke dalam tubuh orang lain ? Sebelum menjawab pertanyaan ini, sebaiknya kita mengetahui terlebih dahulu apa yang disebut pinealis body itu. Pinealis body adalah ibarat mata ketiga bagi manusia, organ ini setelah seseorang berumur 11 tahun, sudah mulai mengapur sehingga mengalami kemunduran fungsi. Namun demikian, fungsi pinealis body sebagai mata ketiga bagi manusia masih ada, yaitu dapat menerima rangsangan cahaya. Pinealis body letaknya di daerah Ni Wan di dalam otak, yaitu di tempat persilangan antara garis melintang melalui titik akupunktur Ing-Dang dan Yi-Cen dengan garis bujur Pai-Hwei dan Pai-Hwei-Yin.

Seseorang dapat melihat, memiliki beberapa tahapan proses di antaranya adalah adanya rangsangan cahaya, kemudian rangsangan cahaya tadi akan membangkitkan suatu getaran yang dapat diterima oleh jaringan saraf penglihatan, dan sudah tentu orang tadi memiliki sistem organ penglihatan yang sehat untuk dapat melakukan aktivitas penglihatan.

Para pakar ilmu pernapasan yang berkemampuan melihat tembus pandang pun harus memenubi beberapa

tahapan tadi sebagai syarat mutlak, dengan pembahasan sebagai berikut:

1. Rangsangan cahaya

Sumber dari rangsangan cahaya ini, bukanlah dari luar melainkan dari dalam. Menurut analisis, beroperasinya sel-sel organ dan sirkulasi darah di dalam tubuh mengakibatkan adanya unsur bioelektrik positif dan negatif yang berputar terus menerus dan memotong lintasan magnetis biologis, sehingga menimbulkan cahaya. Keadaan tadi, jika difoto dengan alat foto ciptaan Kirllian,dalam tubuh akan tampak cahaya yang berkelap-kelip. Orang bias a, mempunyai pancaran cahaya dari dalam tubuhnya lemah sekali, terhitung sekitar ±1,7 energi cahaya per detik. Jika difoto secara Kirllian, belum tampak adanya cahaya. Telah diketahui, bahwa pancaran cahaya dalam tubuh akan tampak bila pancarannya mencapai 5 - 14 energi cahaya per detik. Dan bila pancarannya menca-pai 40 - 100 energi cahaya per detik, maka pancaran cahaya tersebut baru dapat dilihat dengan mata telanjang manusia.

Menurut penelitian, energi cahaya yang dipancarkan oleh seorang pakar ilmu pernapasan adalah 50 kali lebih besar daripada orang biasa. Artinya organ-organ dalam tubuh dari seorang pakar ilmu pernapasan tadi dapat memancarkan hingga 85 energi cahaya per detik. Nilai ini sudah cukup dapat diterima oleh organ penglihatan manusia ( orang yang mempunyai kemampuan bertelepati). Dengan demikian, syarat utama telah terpenuhi.

2. Rangsangan cahaya membangkitkan

getaran yang dapat diterima oleh

jaringan saraf penglihatan

Menurut analisis para pakar ilmu pernapasan, pinealis body merupakan sebuah alat sumber cahaya di

dalam tubuh manusia. Di samping itu,- juga merupakan alat yang berfungsi mengubah cahaya menjadi getaran yang dapat diterima oleh jaringan-jaringan saraf penglihatan. Pernah melalui percobaan, dibuktikan bahwapinealis body seekor katak dapat berfungsi mengubah cahaya menjadi getaran yang dapat diterima oleh jaringan-jaringan saraf penglihatan, bahkan terus menuju ke saraf otak yang tingkatannya lebih tinggi. Pada kenyataannya, para pakar ilmu pernapasan pun demikian, sinyal didapatkan dari M Wan (tempat letaknyapinealis body).

3. Jika pada seseorang tidak terdapat

kelainan pada organ penglihatannya

Dalam kondisi sehat, maka setelah adanya rangsangan cahaya, yang kemudian diteruskan rangsangan cahaya tersebut diubah menjadi getaran dan selanjutnya diteruskan ke saraf otak besar bagian penglihatan, melalui proses dengan membayangkan bentuk organ yang bersangkutan, akhirnya timbullah gambaran yang jelas.

Seseorang yang berkemampuan melihat tembus pandang ke dalam tubuhnya sendiri, tergolong pembangkit cahaya dalam tubuh yang kuat. Sedangkan orang yang berkemampuan melihat tembus pandang ke tubuh orang lain, termasuk penerima cahaya dari tubuh orang lain yang

kuat. Kedua jenis keahlian ini, sama-sama dapat diperoleh melalui proses latihan yang membutuhkan bakat dan memerlukan waktu latihan yang relatif lama.

12

Dalam dokumen nafas meditasi.pdf (Halaman 138-144)