• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ternak Sapi Potong

Dalam dokumen rkpd kabupaten rembang tahun 2012 (Halaman 42-47)

2008 2009 2010 Bina Marga

1 Ternak Sapi Potong

1) Jumlah populasi (ekor) 115,220 120,060

2) Jumlah pemotongan per tahun (ekor) 1,908 4,566 3) Laju pertumbuhan populasi per tahun (%) 11.00 4.03

4) Rata-rata kepemilikan (ekor/Petani) 3 3

2 Ternak Sapi perah

1) Jumlah populasi (ekor) 4 7

2) Jumlah produksi susu per tahun (ribu liter) 3.6 4,9 3) Laju pertumbuhan populasi per tahun (%) 75.00 4) Rata-rata kepemilikan (ekor/Petani) 4.00 4.00 5) Rata-rata produktivitas per ekor per hari (liter) 5.95 2.50

3 Ternak Kambing

1). Jumlah populasi (ekor) 117,243 126,372

4 Ternak Domba

1). Jumlah Populasi (ekor) 88,469 97,314

5 Unggas

1) Jumlah ayam Buras

- jumlah populasi (ekor) 582,212 605,500

2) Ayam Ras / Petelur

- jumlah populasi (ekor) 800 5,000

- jumlah produksi telur (kg ) 10,600 42,657 - rata-rata kepemilikan per peternak (ekor/Petani) 800 5,000

3) Ayam pedaging

- jumlah populasi (ekor) 352,200 367,200

- jumlah produksi daging (ton/bulan) 133.7 39,046 - rata-rata kepemilikan per peternak (ekor/Petani) 5,814 6,331

4) Itik

- jumlah populasi (ekor) 84,573 93,031

- produksi n (kg) 736,849 696,468

- rata-rata kepemilikan per peternak (ekor/Petani) 35 38

Sumber : Dintanhut (2010)

Untuk Produksi hasil hutan non HPH pada tahun 2010 menurun jika dibandingkan tahun sebelumnya, namun luasan lahan kritis juga terus menurun dan sebaliknya luasan lahan yang tereboisasi meningkat. Hal ini

adalah indikasi penting bahwa kehutanan tidak semata-mata

pembangunan yang berorientasi produksi dan profit, namun manfaat dan fungsi lingkungan adalah hal lain yang tidak kalah penting dalam proses pembangunan kehutanan di Kabupaten Rembang yang saat ini memang baru memasuki tahap pemulihan kondisi hutan. Selengkapnya dapat dilihat pada Tabel berikut :

Tabel 2.40

Pembangunan Kehutanan di Kabupaten Rembang Tahun 2009-2010

No U r a i a n 2009 2010

1 Hasil hutan non HPH (Kayu bulat) (m3) 1,797,520 756,800

2 Luas Lahan Kritis (Ha) 11,982 11,605

3 Luas Lahan reboisasi (Ha) 182 1,378

4 Luas lahan penghijauan (Ha) 200 600

5 Luas kebakaran hutan (Ha) 454,80

6 Industri pengolahan Hasil Hutan (unit) 190 190 Sumber : Dintanhut (2010)

Di bidang kelautan dan perikanan Jumlah dan nilai produksi perikanan laut dari tahun 2009 sampai dengan 2010 mengalami peningkatan, demikian juga produksi dan nilai perikanan darat. Produksi perikanan laut pada tahun 2010 adalah sebesar 35.004 ton, sedangkan perikanan darat sebesar 862,76 ton. Untuk sarana dan prasana perikanan dan kelautan, jumlah kapal penangkap ikan mengalami peningkatan dari 4.260 unit pada tahun 2009 menjadi 4.622 unit pada tahun 2010, dengan jumlah TPI sebanyak 10 Unit.

Pada sektor Perdagangan dan industri melalui program peningkatan dan perbaikan sarana pasar tradisional, diharapkan usaha perdagangan di pedesaaan akan terus meningkat dan pada sisi lain akan menarik industri untuk berkembang. Selengkapnya dapat dilihat pada tabel di bawah:

Tabel 2.41

Jumlah Sarana Perdagangan dan Industri Kabupaten Rembang Tahun 2009- 2010

Uraian Satuan 2009 2010

Sarana perdagangan

1) Pasar Tradisional buah 23 23

2) Pasar Lokal buah 12 12

Jumlah Toko buah 1.211 1.287

Jumlah Industri besar buah 31 36

Jumlah Industri Menengah buah 1.302 1.303

Jumlah Industri Kecil buah 4.017 4.029

Sumber : Dinindagkop dan UMKM Kabupaten Rembang Tahun 2010

Di bidang energi dan sumber daya mineral, potensi pertambangan di Kabupaten Rembang cukup besar utamanya pertambangan galian C, produksinya dari tahun ke tahun cenderung terus meningkat. Pada tahun 2008 produksi tambang sebesar 760.798 ton, meningkat menjadi 2.032.296 ton pada tahun 2010. Luas tambang yang dieksploitasi sampai dengan tahun 2010 mencapai 769,02 ha. Sedangkan jumlah SIPD yang terlayani pada tahun 2010 tercatat sebanyak 40 buah dan sumbangan PAD sebesar Rp 6.343.506.549,-.

Perkembangan sektor pariwisata di Kabupaten Rembang menunjukkan angka yang terus meningkat. Jumlah kunjungan wisata pada tahun 2010 meningkat menjadi 553.830 wisatawan dari tahun sebelumnya sebanyak 315.822wisatawan.

Untuk perkembangan sektor pelayanan ketransmigrasian, dapat dilihat dari berapa banyak pengiriman transmigran dan penduduk yang mendaftar sebagai calon transmigran. Pada tahun 2010 dari 65 KK yang mendaftar hanya 10 KK atau 15% yang bisa dilayani, hal ini karena ketersediaan kuota transmigrasi yang diberikan untuk Kabupaten Rembang hanya 10 KK.

2.1.4. Aspek Daya Saing Daerah

Gambaran umum Kabupaten Rembang ditinjau dari aspek daya saing daerah dapat dilihat dari beberapa indikator yaitu kondisi umum perekonomian, Nilai Tukar Petani, ketersediaan fasilitas wilayah/infrastruktur dan iklim berinvestasi.

Kondisi umum perekonomian Kabupaten Rembang dapat dilihat dari pertumbuhan PDRB ADHK 2000 selama kurun waktu 2008–2010, pada tahun 2010 PDRB ADHK 2000 mencapai sebesar Rp 2,283 trilyun, jumlah tersebut meningkat cukup baik dibandingkan dengan tahun 2008 sebesar Rp 2,093 trilyun. Nilai PDRB ADHK 2000 pada tahun 2010 didominasi oleh 3 sektor tertinggi yaitu pertanian sebesar Rp. 1,039 trilyun, sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar Rp. 388.765,60 juta dan sektor jasa-jasa Rp. 335.707,26 juta. Selengkapnya sebagaimana tabel berikut:

Tabel 2.42

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Berdasarkan Harga Konstan (2000) Kabupaten Rembang Tahun 2008-2010 (Juta Rupiah)

No. Lapangan Usaha 2008 2009 2010* ) 1. Pertanian 977.600,61 1.007.820,18 1.039.899,07

2. Pertambangan dan penggalian 43.896,29 45.880,56 47.098,10 3. I ndustri pengolahan 84.634,72 86.908,28 89.799,32 4. Listrik, gas dan air bersih 8.734,04 9.279,48 9.947,58 5. Bangunan 171.166,22 185.133,88 196.343,75 6. Perdagangan, hotel, dan restoran 356.075,53 371.205,25 388.765,60 7. Angkutan dan komunikasi 111.947,89 116.130,25 122.310,44

8. Keuangan, persewaan dan jasa perusahaan

48.216,05 50.876,32 122.310,44

9. Jasa-jasa 291.141,24 313.502,30 335.707,26 10 Jumlah PDRB 2.093.412,59 2.186.736,49 2,283,381.51

Laju Pertumbuhan 4,67 4,46 4,42

Sumber: BPS Kabupaten Rembang (2008-2010* ).

Keterangan: * ) Angka Sangat Sementara

Hal yang sama, nampak pula dalam PDRB (Atas Dasar Harga Berlaku), bahwa dalam kurun waktu 2008-2010 mengalami pertumbuhan positif. Pada tahun 2008 sebesar Rp.4,064 trilyun, pada tahun 2010 meningkat menjadi sebesar Rp. 4,930 trilyun. Tiga sektor perekonomian Kabupaten Rembang yang memberikan kontribusi terbesar adalah Sektor Pertanian (dalam arti luas) sebesar Rp. 2,216 trilyun, Perdagangan, Hotel dan Restoran sebesar Rp. 851.048,04 juta, dan Sektor jasa-jasa sebesar Rp.714.065,83 juta. Selengkapnya sebagaimana tabel berikut:

Tabel 2.43

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Berdasarkan Harga Berlaku Kabupaten Rembang Tahun 2008-2010 (Juta Rupiah)

No. Lapangan Usaha 2008 2009 2010* ) 1. Pertanian 1.861.359,47 2.021.190,65 2.216.668,19

2. Pertambangan dan penggalian 76.626,49 82.903,78 88.684,07 3. I ndustri pengolahan 162.481,91 174.120,28 188.022,07

4. Listrik, gas dan air bersih 15.807,11 17.489,68 19.803,81 5. Bangunan 354.698.41 402.573,46 454.618,44 6. Perdagangan, hotel, dan restoran 706.708,16 774.277,91 851.048,04

7. Angkutan dan komunikasi 229.306,04 253.421,00 282.534,18 8. Keuangan, persewaan dan jasa

perusahaan

93.470,96 103.008,45 114.556,25 9. Jasa-jasa 563.779,36 625.496,14 714.065,83

Produk Domestik Regional Bruto 4.064.237,92 4.454.481,36 4.930.000,88 Laju Pertumbuhan (% ) 12,69 9,60 10,68

Sumber: BPS Kabupaten Rembang (2008-2010* ). Keterangan: * ) Angka Sangat Sementara

Sedangkan perkembangan nilai tukar petani (NTP) yang merupakan pengukur kemampuan tukar barang-barang (produk) pertanian yang dihasilkan petani terhadap barang dan jasa yang diperlukan untuk konsumsi rumah tangga dan kebutuhan dalam memproduksi hasil pertanian, Nilai Tukar Petani (NTP) tahun 2008-2010 mengalami pertumbuhan yang relatif stagnan. Tahun 2008 NTP Kabupaten Rembang sebesar 99%, sedang pada tahun 2009 dan 2010 turun menjadi 98%. Apabila dibandingkan dengan NTP Provinsi Jawa Tengah, nilai NTP Kabupaten Rembang masih di bawah

NTP Jawa Tengah. Hal ini menunjukan kemampuan/daya beli

(kesejahteraan) petani menurun dibandingkan keadaan pada tahun dasar dan mempunyai arti bahwa indeks harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh rumah tangga maupun untuk keperluan produksi pertanian, relatif lebih tinggi dibandingkan indeks harga hasil produksi pertanian.

Dalam hal ketersediaan fasilitas wilayah/infrastruktur untuk meningkatkan daya saing daerah, Pemerintah Kabupaten Rembang menetapkan kebijakan strategis daerah yaitu penyediaan dan peningkatan infrastruktur pelayanan publik, yang meliputi jalan Hotmix poros antar kecamatan, akses perekonomian daerah dan sarana/prasarana ke-PU-an lainnya. Upaya lain juga dilakukan dalam rangka mengoptimalkan sumberdaya pesisir melalui pengembangan fasilitas infrastruktur sektor perikanan kelautan antara lain pelabuhan perikanan, TPI dan fasilitas pendukung lainnya. Peningkatan infrastruktur di Kabupaten Rembang juga dilakukan karena Rembang merupakan jalur utama Pantura Pulau Jawa, Rembang yang mempunyai potensi sebagai simpul transit mobilitas barang dan jasa tingkat Nasional. Disamping itu juga dikembangkan pelabuhan umum yang diorientasikan menjadi pelabuhan pengumpul/utama yang diarahkan bagi pertumbuhan ekonomi wilayah dengan membuka pintu gerbang akses transportasi laut guna mengangkut barang komoditas yang memungkin untuk arus perdagangan antar pulau maupun export import antar negara. Keberadaan PLTU di Kabupaten Rembang juga memberikan keunggulan lebih bagi wilayah Kab Rembang dalam mencukupi kebutuhan energi listrik.

Sedang berkaitan dengan pengelolaan tata ruang, Kabupaten Rembang telah menyusun Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) yang meliputi tata ruang darat dan tata ruang laut untuk mengatur pemanfaatan ruang di wilayah Kabupaten Rembang. Pada tingkat kecamatan dilakukan penyusunan Rencana Detail Tata Ruang Kecamatan (RDTRK).

Pemanfaatan ruang berdasarkan RTRW paling dominan adalah untuk aktivitas budidaya (97,16%), meliputi permukiman, industri, pertanian sawah, tegalan dan tambak. Sementara itu kawasan lindung hanya sebesar 2,84% dari luas keseluruhan Kabupaten Rembang.

Terkait dengan berbagai aktivitas pembangunan di Kabupaten Rembang, ada beberapa aspek penataan ruang yang perlu mendapatkan perhatian pada masa mendatang, yaitu kawasan lindung, kawasan ruang terbuka hijau, kawasan rawan bencana alam, kawasan budidaya dan

kawasan pariwisata. Pengaturan tersebut perlu dilakukan untuk

mengendalikan kebutuhan masing-masing kawasan agar tetap sinkron dengan tetap mengedepankan kepentingan masyarakat.

Untuk mendukung perkembangan wilayah perdesaan, diperlukan upaya mendorong pertumbuhan melalui penyediaan infrastruktur yang memadai, sehingga keberadaan fungsi permukiman perdesaan dapat tumbuh sebagai pusat kegiatan di wilayah sekitarnya. Pengaturan permukiman perdesaan yang kondusif dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut:

a) Pengembangan kawasan permukiman diarahkan menyebar terutama pada

simpul-simpul kegiatan (nodes).

b) Membuka hubungan pusat-pusat kegiatan dengan kantong-kantong permukiman perdesaan. Termasuk penyediaan infrastruktur secara memadai untuk mendukung interaksi desa terhadap wilayah luar.

c) Menciptakan pola permukiman yang mampu menampung kegiatan pengolahan pertanian baik berupa kerajinan, industri kecil, maupun pariwisata.

d) Permukiman perdesaan akan menjadi penyeimbang pertumbuhan pusat dan wilayah belakang, sehingga tidak terjadi kesenjangan yang semakin melebar antara perdesaan dan perkotaan.

e) Permukiman perdesaan diarahkan menjadi tempat transformasi fungsi perkotaan. Kawasan perdesaan, akan menjadi pusat distribusi dan koleksi sumberdaya yang diperlukan bagi pengembangan wilayah perdesaan.

Penggunaan lahan wilayah Kabupaten Rembang secara umum dapat dikelompokkan menjadi lahan sawah seluas 29.958 Ha dan lahan kering seluas 71.450 Ha. Penggunaan lahan untuk kegiatan industri yang ada di

Kabupaten Rembang cenderung menyebar di beberapa lokasi.

Kecenderungan lokasi industri yang menyebar ini karena sifat dari kegiatan industri yang ada di Kabupaten Rembang masih berskala kecil dan rumah tangga.

Hal lain yang perlu mendapatkan dukungan kebijakan adalah fasilitasi dan perlindungan usaha bagi pedagang sektor informal, perdagangan skala kecil dan menengah sejalan dengan berlakunya perdagangan bebas mulai 2010 berdasarkan kesepakatan C-AFTA (2010) dan NAFTA pada tahun 2015 serta perdagangan bebas sesuai dengan persetujuan dalam World Trade Organizaion (WTO).

Kemudian dalam rangka menciptakan iklim investasi yang kondusif, diupayakan melalui pembangunan di bidang politik, keamanan dan ketentraman lingkungan. Dalam hal Keamanan dan ketertiban lingkungan, kondisi di Kabupaten Rembang relatif stabil dan terkendali. Hal ini ditunjukkan dengan sedikitnya gangguan keamanan baik oleh masyarakat maupun oleh sekelompok orang. Kejadian unjuk rasa di Kabupaten Rembang selama tahun 2008 terjadi 5 kali, pada tahun 2009 sebanyak 6 kali dan pada tahun 2010 sebanyak 7 Kali. Sedangkan jumlah kasus kriminalitas pada tahun 2008 sebanyak 310 kasus, pada tahun 2009 sebanyak 463 kasus, dan pada tahun 2010 turun menjadi 218 Kasus.

Terkait dengan pelanggaran hukum di Kabupaten Rembang pada tahun 2008 sebanyak 123 perkara pidana dan 21 perkara perdata. Jumlah perkara yang terselesaikan sebanyak 47 perkara pidana dan 7 perkara perdata, pada tahun 2009 sebanyak 150 perkara pidana dan 10 perkara perdata, yang terselesaikan pidana 105 perkara, dan perdata 6 perkara dan pada tahun 2010 sebanyak 117 perkara pidana , perkara perdata 27 perkara. Jumlah Perkara hukum yang terselesaikan sebanyak 89 perkara pidana dan 2 Perkara perdata.

Peran pemerintah kabupaten dalam meningkatkan daya saing daerah guna menjaring investasi sebanyak-banyaknya tercermin dari kinerja layanan One Stop Service (OSS). Hingga saat ini telah terbentuk Kantor Pelayanan Perijinan Terpadu (KPPT) yang telah memberikan ijin kepada 16 Unit usaha, dengan tingkat efisiensi pelayanan perijinan sebesar 3hr/ijin yang mencerminkan bahwa tingkat layanan KPPT mencapai tingkat yang efisien.

2.2. Evaluasi Pelaksanaan Program dan kegiatan RKPD Tahun 2010 dan Realisasi RPJMD

2.2.1. Evaluasi pelaksanaan program dan kegiatan RKPD Tahun 2010

Kinerja Pemerintah Kabupaten Rembang tahun 2010 tercermin dalam pencapaian sasaran yang dilaksanakan melalui berbagai program dan kegiatan. Pencapaian kinerja seluruh sasaran tahun 2010 adalah sebagai berikut :

a. Peningkatan Kinerja Sistem Ekonomi

Meningkatnya kinerja sistem ekonomi ditandai dengan terjadinya pertumbuhan ekonomi, pemerataan distribusi hasil pertumbuhan ekonomi dan meningkatnya kesejahteraan masyarakat. Indikator yang digunakan untuk mengukur capaian kinerja sasaran ini meliputi 1)Pertumbuhan PDRB, 2)Meningkatnya jumlah industri, usaha dagang dan UMKM, 3)Nilai ekspor, 4)Tingkat Pengangguran, dan 5)Tingkat kemiskinan. Rata-rata capaian kinerja

sasaran peningkatan kinerja sistem ekonomi adalah sebesar 98,92% . Adapun

capaian masing-masing indikator sebagaimana tabel berikut :

Tabel 2.44

Capaian Indikator Kinerja Peningkatan Kinerja Sistem Ekonomi

No Indikator kinerja Satuan Target Realisasi Capaian (%)

1 Pertumbuhan PDRB % 5,5 4,42 80,36

2 Meningkatnya jumlah industri, usaha dagang dan UMKM

unit 32.300 34.054 105,43

3 Nilai ekspor (US$) US $ 6.000.000 8.548.552 142,48

4 Tingkat pengangguran % 5,09 3,49 68,57

5 Tingkat kemiskinan % 24,00 24,54 97,75

Capaian Kinerja Sasaran 98,92

Dalam dokumen rkpd kabupaten rembang tahun 2012 (Halaman 42-47)