• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tujuan Pengembangan Dan Pelatihan

Dalam dokumen Manajemen Sumber Daya Manusia Pendidikan (Halaman 134-137)

Orientasi, Penempatan, Pelatihan dan Pengembangan Pegawai

D. GEJALA PEMICU PELATIHAN DAN TANTANGAN PENGEMBANGAN PENGEMBANGAN

3. Tujuan Pengembangan Dan Pelatihan

Ada dua tujuan utama program latihan dan pengembangan karyawan. (a) Latihan dan pengembangan dilakukan untuk menutup gap antara kecakapan atau kemampuan karyawan dengan permintaan jabatan. (b) Program-program tersebut diharapkan dapat meningkatkan efisien dan efektivitas Kerja karyawan dalam mencapai sasaran kerja yang telah ditetapkan. Meskipun usaha-usaha ini memakan waktu dan mahal, akan tetapi mengurangi tenaga kerja dan membuat karyawan menjadi produktif. Dan membantu mereka dalam menghindarkan diri dari keusangan dan melaksanakan pekerjaan lebih baik, dalam organisasi.

Dalam konteks tersebut peningkatan karier atau promosi ditentukan oleh pemilikan kualifikasi skill. Sementara dalam situasi sulit dimana organisasi cenderung mengurangi jumlah karyawannya, pelatihan dan pengembangan memberi penguatan bagi individu dengan memberi jaminan job security berdasarkan penguasaan kompetensi yang dipersyaratkan organisasi.

Disaat kompetisi antar organisasi berlangsung sangat ketat, persoalan produktivitas menjadi salah satu penentu keberlangsungan organisasi disamping persoalan kualitas dan kemampuan karyawan. Program pelatihan dan pengem-bangan SDM dapat memberi jaminan pencapaian ketiga persoalan tersebut, pada peringkat organisasional.

Para karyawan baru biasanya telah mempunyai kecakapan dan ketrampilan dasar yang dibutuhkan. Mereka adalah produk dari suatu sistem pendidikan dan mempunyai pengalaman yang diperoleh dari organisasi lain. Bahkan para karyawan yang sudah berpengalaman pun perlu belajar dan menyesuaikan dengan organisasi orang-orangnya, kebijaksanaanya, dan prosedur-prosedurnnya. Meskipun program orientasi serta latihan pengembangan memakan waktu dan dana, hampir semua organisasi melaksanakanya, dan menyebut biaya-biaya untuk berbagi program tersebut sebagai investasi sumber daya manusia.

4.

Proses Pelatihan dan Pengembangan

Dalam mempelajari proses pelatihan, ada dua perspektif dasar yang dapat diadopsi yaitu internal dan eksternal (Dolan dan Schuler, 1994): Pendekatan pertama; berkonsentrasi pada bagaimana memahami berbagai elemen yang terlibat dalam pengembangan proses pelatihan (seperti berapa banyak pelatihan, tipe, diperuntukkan bagi siapa, kapan dan bagaimana) ditentukan dan diorganisir dalam usaha untuk menjamin semua kebutuhan dapat berjalan efisien.

Pendekatan kedua; berkaitan dengan proses orientasi fungsi pelatihan ke dalam perusahaan, hubungan dengan filosofi dan terutama pada focus srateginya. Pendekatan kedua ini mempunyai dua buah sasaran, yaitu: (1) Untuk menguji jika orientasi dari sejumlah parameter yang mengkarakteristikkan strategi atau kebijakan pelatihan untuk pembicaraan keunikan dan perbedaan model; (2) Untuk menguji jika model pelatihan berhubungan dalam cara sistematik untuk: (a) Strategi bisnis; (2) Karakteristik proses Kerja, dan (3) Kolaborasi kedua hal tersebut.

Bab 7 : Orientasi, Penempatan, Pelatihan dan Pengembangan Pegawai

|

107

5.

Tahap Perencanaan Pelatihan

Analisis Kebutuhan Pelatihan (training need analysis) pada tahap pertama organisasimemerlukan fase penilaian yang ditandai dengan satu kegatan utama yaitu analsis kebutuhan pelatihan. Terdapat tiga situasi dimana organisasi diharuskan melakukan analisis tersebut yaitu: Performance problem, New system and

technology serta Automatic and habitual training; (a) Situasi pertama, berkaitan

dengan kinerja dimana karyawan organisasi mengalami degradasi kualitas atau kesenjangan antara unjuk kerja dengan standar kerja yang telah ditetapkan; (b) Situasi kedua, berkaitan dengan penggunaan komputer, prosedur atau teknologi baruyang diadopsi untuk memperbaiki efesiensi operasional perusahaan; (c) Situasi ketiga, berkaitan dengan pelatihan yang secara tradisional dilakukan berda-sarkan persyaratan-persyaratan tertentu misalnya kewajiban legal seperti masalah kesehatan dan keselamatan kerja.

Training need analysis merupakan sebuah analisis kebutuhan work place

secara spesifik dimaksud untuk menentukan apa sebetulnya kabutuhan pelatihan yang menjadi prioritas.Informasi kebutuhan tersebut akan dapat membantu organisasi dalam menggunakan sumber daya (dana, waktu dll) secara efektif sekaligus menghindari kegatan pelatihan yang tidak perlu.

Training need analysis dapat pula dipahami sebagai sebuah investigasi

sistematis dan komprehensif tentang berbagai masalah dengan tujuan mengidentifikasi secara tepat beberapadimensi persoalan, sehingga akhirnya organisasi dapat mengetahui apakah masalah tersebut memang perlu dipecahkan melalui program pelatihan atau tidak.

Analisis kebutuhan pelatihan dilakukan melalui sebuah proses tanya jawab (asking question getting answers). Pertanyaan diajukan kepada setiap karyawan dan kemudian membuat verifikasidan dokumentasi tentang berbagai masalah dimana akhirnya kebutuhan pelatihan dapat diketahuiuntuk memecahkan masalah tersebut. Masalah yang membutuhkan pelatihan selalu berkaitan dengan lack of skill or

knowledge sehingga kinerja standar tidak dapat dicapai. Dengan demikian dapat

disimpulkan kinerja actual dengan kinerja situasional.

6.

Fungsi Training Need Analysis

Training Need Analysis (TNA) yaitu: mengumpulkan informasi tentang skill, knowledge dan feeling pekerja; mengumpulkan informasi tentang job content dan job context; mendefinisikan kinerja standar dan kinerja aktual dalam rincian yang

operasional; melibatkan stakeholders danmem bentuk dukungan; memberi data untuk keperluan perencanaan. Hasil training need analisis adalah identifikasi

performancegap. Kesenjangan kinerja tersebut dapat diidentifikasi sebagai

perbedaan antara kinerja yang diharapkan dan kinerja aktual individu. Kesenjangan kinerja dapat ditemukan dengan mengidentifikasi dan mendokumentasi standar atau persyaratan kompetensi yang harus dipenuhi dalam melaksanakan pekerjaan dan mencocokkan dengan kinerja aktual individu tempat kerja.

Identifikasi masalah; (2) Identifikasi kebutuhan; (3) Pengembangan standar kinerja; (4) Identifikasi peserta; (5) Pengembangan kriteria pelatihan; (6) Perkiraan biaya; (7) Keuntungan.

7.

Perencanaan dan Pembuatan Desain Pelatihan

Desain pelatihan adalah esensi dari pelatihan, karena pada tahap ini bagaimana kita dapat menyakinkan bahwa pelatihan akan dilaksanakan. Keseluruhan tugas yang harus dilaksanakan pada tahap ini adalah: (1) Meng-identifikasi sasaran pembelajaran dari program pelatihan; (2) Menetapkan metode yang paling tepat; (3) Menetapkan penyelenggara dan dukungan lainnya; (4) Memilih dari beraneka ragam media; (5) Menetapkan isi; (6) Mengidentifikasi alat-alat evaluasi; (8) Menyusun urut-urut pelatihan.

Selanjutnya yang tidak kalah pentingnya adalah membuat materi pelatihan yang diperlukan dan dikembangkan seperti: jadwal pelatihan secara menyeluruh (estimasi waktu); rencana setiapsesi; materi-materi pembelajaran seperti buku tulis, buku bacaan, hand out dll; alat-alat bantu pembelajaran; formulir evaluasi.

8.

Implementasi Pelatihan

Tahap berikutnya untuk membentuk sebuah kegiatan pelatihan yang efektif adalah implementasi dari program pelatihan. Keberhasilan implementasi program pelatihan dan pengembangan sumber daya manusia tergantung pada pemilihan (selecting) program untuk memperoleh ”theright people under the right conditions”.

Training need analysis dapat membantu mengidentifikasi the right people dan the right program, sedangkan beberapa pertimbangan (training development) and concideration program dapat membantu dalam menciptakan theright condition.

9.

Evaluasi Pelatihan

Untuk memastikan keberhasilan pelatihan dapat dilakukan melalui evaluasi. Secara sistimatik manajemen pelatihan meliputi tahap perencanaan yaitu training need analysis, tahap implementasi dan tahap evaluasi.

Tahap terakhir merupakan titik kritis dalam setiap kegiatankarena acap kali diabaikan sementara fungsinya sangat vital untuk memastikan bahwa pelatihanyang telah dilakukan berhasil mencapai tujuan ataukah justru sebaliknya.

10.

Persepsi terhadap Evaluasi Pelatihan

Konsep pelatihan sudah sejak lama mengalam problem perseptual. Sebagai kegiatan banyak organisasi mempersepsikan evaluasi secara keliru disamping mengabaikan atau sama sekali tidak melakukannya setelah pelatihan diadakan.

Menurut Smith (1997) evaluasi program pelatihan dan pengembangan merupakan a necessary and usefull activity, namun demikian secara praktis sering dilupakan atau tidak dilakukan samasekali.

Bab 7 : Orientasi, Penempatan, Pelatihan dan Pengembangan Pegawai

|

109

a. Makna Evaluasi Pelatihan

Newby Tovey, 1996 dalam (Irianto Yusuf, 2001) menulis bahwa perhatian utama evaluasi dipusatkan pada efektivitas pelatihan. Efektifitas berkaitan dengan sampai sejauh manakah program pelatihan sumber daya manusia diputuskan sebagai tujuan yang harus dicapai, karena efektifitas menjadi masalah serius dalam kegiatan evaluasi pelatihan.

b. Merancang Evaluasi Pelatihan

Evaluasi yang dilakukan oleh penyelenggara diklat sebagai berikut: Evaluasi Pra Diklat, bertujuan mengetahui sejauhmana pengetahuan, keterampilan dan sikapyang telah dimiliki para peserta sebelum diklat dilaksanakan dibandingkan dengan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang disusun dalam program. Pengetahuan, keterampilan dan sikap yang belum dimiliki peserta yang disajikan dalam pelaksanaan program diklat.

Tahapan evaluasi terhadap pelatihan: (1) Evaluasi Peserta ; (2) Evaluasi Widyaiswara ; (3) Evaluasi Kinerja PenyelenggaraEvaluasi Pasca Diklat, bertujuan mengetahui pengetahuan, keterampilan dan sikap yang sebelum diklat tidak dimiliki oleh peserta setelah proses diklat selesai dapat dimiliki dengan baik oleh peserta.

D.

GEJALA PEMICU PELATIHAN DAN TANTANGAN

Dalam dokumen Manajemen Sumber Daya Manusia Pendidikan (Halaman 134-137)