• Tidak ada hasil yang ditemukan

Wawancara Intan Sari

Dalam dokumen LITERASI DIGITAL DI KALANGAN MAHASISWA (Halaman 90-106)

Tangga Apresiasi Estetika

4.3. Temuan Penelitian (Informan)

4.3.3. Wawancara Intan Sari

Informan ketiga dalam penelitian ini ialah Intan Sari berusia 22 tahun, dan tengah duduk di Semester VI. Sebagai seorang Mahasiswi Ilmu komunikasi FISIP-USU, Intan juga menggunakan media sosial seperti Instagram, Twitter dan Tumblr.

Dalam menggunakan media sosial tersebut, Intan bertujuan untuk melakukan interaksi sosial di Instagram, dan untuk mendapatkan informasi di Twitter, serta untuk membaca cerita-cerita di Tumblr yang menurutnya penuh makna, sehingga sering ia bagikan di media sosial.

Kalau di Instagram itu Intan berinteraksi sama orang, nah kalau di Twitter itu Intan bacain tweet aja, ga pernah update, interaksinya juga sedikit belakangan ini, tapi ya kalo emang mau nyari info terbaru, update-nya itu dari Twitter. Kalo di Instagram untuk, ya bisalah, Bang untuk melihat kehedonan-kehedonan manusia Indonesia, hehehe.

Tumblr terakhir akses tadi malam, untuk bacain cerita-cerita penuh makna yang di-posting akun-akun di Tumblr, hehehe.

Intan juga berkata, ia menggunakan media sosial sebagai suatu kebutuhan di era modern, namun ia tidak tergolong ke dalam pengguna yang cenderung adiktif.

Artinya, Intan tidak memiliki sifat candu dan ketergantungan yang bersangatan pada pemakaian media sosial.“Iya, tapi sebenarnya gini, Bang. Kalau ga lihat Instagram juga it’s ok. Gitu sih”. Maka, dalam skala kultivasi dan penetrasi, Intan termasuk ke dalam golongan light viewer yang hanya menghabiskan waktu lebih kurang 2 jam saja untuk berselancar di dunia maya.

Gambar 4.3.3.1 Pola Kebutuhan Intanakan Media Sosial.

Bagi Intan sebelum mengunggah sesuatu di media sosial seperti Instagram, harus memiliki pertimbangan yang matang terlebih dahulu. Hal ini ia mulai ketika kali Intan pernah menemukan sebuah akun palsu (fake account) yang mengatasnamakan dirinya, sekaligus memasang fotonya di media sosial.

Semester 2. Nama akunnya „Intan Permata Sari‟, terus temen Intan langsung nge-WAkan, “Ntan, ngapain sih alay kali buat akun Instagram dua” katanya gitu. Terus Intan jawab, “Enggak ahcuman satu, satu aja gake-urus gitu,kan. Terus ya uda, ya gitu. Akhirnya akun itu di-hack sih sama temen Intan, cuman gimana ya, Bang, takutnya kan dia melakukan hal-hal yang atas nama dan wajah kita. Jadi kalo orang tiba-tiba ketemu di jalan, „Eh ini yang…‟,Ha…gitu kan jadi takut.

Sementara di Twitter, Intan termasuk sangat selektif dalam mengunggah sesuatu atau pun membagikan sesuatu terkait pemberitaan. Ia hanya akan membagikan suatu pemberitaan dari portal berita tepercaya, seperti akun persma kampus, tirto.id dan mojok.id. Adapun untuk unggahan yang sifatnya hasil pemikiran sendiri, terakhir kali ia unggahpada saat dirinya duduk di bangku SMA. Itu pun sebatas do‟a dan impian-impiannya saja.

Sejak Intan kuliah ga pernah, e… pernah tapi nge-posting itu cuman nyebarin informasi kayak dari persma(pers mahasiswa –

Sebagai kebutuhan akan informasi di era modern.

Berinteraksi dengan orang lain di Instagram.

Untuk update informasi di Twitter.

Membaca cerita-cerita penuh makna di Tumblr.

red) kampus, atau dari tirto.id dan mojok.id. Kalau buat status di Twitter itu jaman-jaman SMA, itu masih ada ga Intan hapus, karena ternyata status doa-doa pas di jaman SMA terkabul di kuliah terus pas dilihat sekarang, „Ohiya, ternyata waktu SMA aku pernah memimpikan ini. Cuman sekarang udah ga share mimpi di Twitter lagi, hahaha.

Adapun yang biasanya Intan unggah di Twitter adalah isu mengenai politik yang dipilihnya berdasarkan berbagai pertimbangan. Salah satunya yaitu berita politik tersebut tidak memihak calon presiden nomor urut 1, ataupun calon presiden nomor urut 2. Selain isu politik, Intan lebih sering mengunggah hal-hal yangberkenaan dengan buku dan merekomendasikan kepada para pengikutnya. Seperti buku Bumi Manusia karya Pramoedya Ananta Toer, Pulang karya Leila S. Chudori, Habis Gelap Terbitlah Terang karya Raden Ajeng Kartini, dan Max Havelar karya Multatuli.

Adapun buku-buku lainnya yang juga pernah ia rekomendasikan seperti:

Tentang Kamu karya Tereliye, Baper (Bawa Perubahan) karya Rhenald Kasali, Negeri 5 Menara karya Ahmad Fuadi, Rich Dad Poor Dad karya Robert T. Kiyosaki, dan Political Communication Research karya Lynda Lee Kaid, serta 24 Wajah Billy karya Daniel Keyes.

Politik, ga sering. Dua sampai tiga kali, masih terhitung, atau tentang buku. Jadi nanti direkomendasikan. Kayak misalnya buku judulnya, “Hujan Bulan Juni”, jadi Intan share terus ajak temen-temen untuk baca juga. Intan sertakan ulasan orang-orang yang udah baca buku itu. Buku sih, Bang, buku sama karena kemarin itu orang-orang memang lagi demam politik, tapi Intan milih posting-an politik itu yposting-ang enggak mihak si 1 atau si 2. Karenakposting-an bahaya juga, soalnya teman-teman Intan ada di dua-dua nya. Jadi maksudnya memilih untuk nge-posting, „Ayolah mikir tu dua sisi!‟,gitu. Maksudnya tujuannya untuk buat lebih damai dan capeklo kenapa sih harus saling menjelekkan, gitu sih. Jadi ya tujuannya nge-post lebih kek gitu.Itu sih, Bang.

Intan juga menggunakan Twitter untuk memperbarui informasi, namun harus bersifat logis, rasional dan positif. Ada 3 akun di Twitter yang Intan ikuti karena menurutnya memenuhi kriteria, yaitu @channiacitta, @erlanggagrasinov dan

@hendrimanampiring. Selain itu, ia juga mengikuti akun Kurniawan Gunadi di Instagram.

Lebih ke orangnya sih, Bang. Intan tukalo di Twitter suka sama@channiacitta, kalo yang cowo tuh@erlanggagrasinov sama

@hendrimanampiring. Logis, rasional, tweet mereka itu bikin kita selalu berfikir, dan apa ya Bang, Intan fikir mereka itu menyebar hal-hal yang positif. Walaupun mungkin pandangan politik atau perspektif tentang agama atau apapun itu berbeda, kita masih bisa discuss. Mereka open discuss gitu jadi kayak apa ya, lebih open minded gitu. Kalau baca tweet mereka itu ga bakal emosi jiwa karena kebodohan, Astaghfirullah Intan, karena mereka memang sering buka diskusi publik yang mencerdaskan gitu dan segala hal dibahas disitu, mengenai ekonomi lah, politik lah, jadi yang awalnya Intan gatau ya jadi tau, gitu. Jadi kayak lebih membuka wawasan.

Kalo Bang Erlangga itu Intan rasa kayakapa ya, seorang muslim yang enggak menjerumuskan dan menyesatkan tapi pemikirannya itu asik, kita bisa nge-lihat suatu isu dari banyak perspektif.

Walaupun tinggi bahasanya tapi kankayak lama-lama ngalir, gitu.

Jadi lebih apa ya, ada menambah wawasan sih. Jadi yang kita follow, lingkungannya positif, gitukan. Bang Hendri penulis, Intan suka sama tulisannya, hehehe. Dia tuh penulis Filosofi Tera, dulu Intan tau dia itu dari ask.fm sebenarnya. Cuman sekarang udahga main lagi.Tau kak Channia dari ask.fmtau Erlangga juga, sampai akhirnya mereka beralih ke Twitter. Jadi Hendrimanampiring tuh punya buku, itu bener-bener dia tuh, di tulisannya itu gimana jadi perempuan yang cerdas, tapi tetap perempuan gitu. Kan kalo sekarang di Indonesia, feminis diperdebatkan. Hendri ini kek-nya pendukung Feminis, cuman dia ga nyuruh kita untuk jadi feminis, tapi gimana tetap jadi perempuan dan punya harga diri. Misalnya gini, kalau mau sekolah tinggi, dan pasangan kamu kuliah atau malah lulusan SMA, dan kamu mau S2 dan dia ngelarang karena dia merasa tersaingi ya harusnya kamu tuh kasih perspektif ke dia

untuk ayok sama-sama berpendidikan, karena kita bisa memilih untuk menjadi pintar bersama atau bodoh bersama, it’s about your choice, kek gitu, jadi Intan suka, excited kali, hahaha.

Intan mengaku tidak memiliki waktu khusus dalam mengakses informasi di media sosial. Namun, sejak mengikuti magang di salah satu perusahaan, ia cukup membatasi diri dalam hal bermedia sosial. Sementara itu, dalam hal tempat, Intan mengaku kamar tidurnya menjadi tempat yang paling nyaman ketika berselancar di dunia maya.

Sebenarnya enggak, tapi sejak PKL (Praktik Kerja Lapangan –red) lebih ini sih, Bang, lebih terkendali. Karena Intan pagi sampai sore di kantor, jadi main medsos itu abis sholat Magrib atau habis sholat Isya sebelum tidur, atau pas jam istirahat, seringnya sih pas jam istirahat, Bang, tapi kalau pun di kampus emang jam istirahat juga sih, Bang, karena bagi Intan main medsos, karena yang Intan follow agak-agak berat gitu, butuh waktu untuk ini kan, untuk memikirkan post mereka, hehe.

Di kamar lah kalo perempuan, atau di tempat nongkrong gitu, kek di kafe,tapi Intan bukan anak nongkrong yang mau nongkrong sendiri, ga pernah pun, demi memuaskan hasrat bermain medsos (media sosial –red). Ya lebih sering di kamar sih. Nah, abis main medsos, nulis, hehe. Intan selalu bawa notes kemanapun jadi abis maen medsos buat ini sendiri, pendapat Intan. Misalnya abis baca tweet-nya kak @channia tentang ganja, terus ga setuju, Intan tulis kenapa, Intan tulis alasan Intan, kalo mood di-posting di blog, kalo ga disimpan sendiri.

Alasan Intan menggunakan media sosial, karena ia merupakan bagian dari generasi milenial yang tidak terpisahkan dari perkembangan teknologi komunikasi digital. Melalui teknologi komunikasi seperti Instagram dan Twitter misalnya, Intan dapat memenuhi kebutuhannya akan informasi, dan merasa puas setelah mendapatkan apa yang ingin ia ketahui.

Anak Milenial dong, gitukan. Informasi itu bukan sekedar keinginan tapi udah jadi kebutuhan, kebutuhan akan informasi.

Kalo di Twitter itu kan mereka bertiga tadi kan Bang ya. Kalo Instagram Intan baru ingat ada Kurniawan Gunadi, Mas Gun panggilannya dia itu penulis, bareng istrinya. Face-nya bagus, caption-nya lebih bagus lagi. Posting-an di story-nya Bang, hmm, MasyaAllah, gimana ya dia itu, kan sekarang lagi marak mengenai nikah muda gitu kan, Bang. Nah dia itu anak ITB yang nikah muda juga, cuman di story-nya dia ga menjual perspektif „Ayo Nikah Muda!‟,enggak. Dia lebih ngasi perspektif bahwa nikah itu sebuah kewarasan, „it’s not about our age‟, muda atau tua, tapi kamu nikah setelah kamu siap.

Selain tentang nikah dia juga bahas mengenai apa aja sih persiapan untuk menikah. Jadi misalnya, dia nyuruh kita untuk berani bertanya pada pasangan kita about hal hal yang kita khawatirkan setelah pernikahan. Jadi di medsos-nya bahas kek begitu, di bukunya juga, jadi kayak apa ya, Intan yang masih 20 tahun dan nikah masih jauh dari benak Intan setelah membaca posting-annya jadi berpikir „Ya kenapa enggak?‟. Kan persiapan itu bisa, bisa sejak dini kan gitu.

Terus mengenai parenting, kalo istrinya itu, karena ibu muda yang baru punya anak kecil. Jadi banyak posting mengenai parenting.

Jadi Intan banyak belajar dari mereka-mereka, dengan caption mereka yang membangun, juga story mereka yang memberikan sudut pandang yang baru bagi kita. Terus kalo orang Medan Intan suka kak Kintari, dia tuh anak psikologi USU yang udah S2. Intan suka dia tuh karena suka spread (penyebaran) love, dan salah satu nasihatnya yang Intan suka, „Gimana kalo kita itu lagi emosi jiwa, tulis aja’. Pokoknya inspiratif sih, Bang. Lebih banyak memberi informasi baru tentang psikologi kalo Kak Kintari, gitu.

Sama ada juga akun, biasa lah Bang, perempuan suka cari-cari akun beauty, hahaha. Intan tuh yang beauty follow akunnya Channel Beauty. Biasanya dia suka post pas weekend. Jadi ini tuh akunnya kecantikan tapi untuk remaja gitu. Sama inilah Bang, penyebar positif dari duta Gen-Re.

Berdasarkan pengakuan Intan, ia mulai menggunakan media sosial seusai salat subuh. Intan mengakses Instagram untuk melihat pesan masuk dan membalas pesan tersebut. Baru seusai magang, Intan memiliki keleluasaan untuk mengakses media sosial lainnya seperti Twitter dan Tumblr. Bagi Intan, Twitter menjadi wadah

media sosial yang cukup ideal untuk memperoleh seputar informasi terbaru. Selain itu, isu-isu yang menjadi perbincangan di Twitter juga menjadi inspirasi baginya untuk menulis di blog-nya imajinasiintan.wordpress.com. Hanya saja, Intan tetap membatasi dirinya dalam bermedia sosial, karena berkaca dari pengalaman di masa lalu, terutama ketika liburan, terlalu banyak menghabiskan waktu di media sosial akan kontraproduktif dengan kegitan-kegitan lain yang jauh lebih bermanfaat, seperti membaca buku atau pun menulis di blog.

Bangun tidur cuci muka, abis sholat subuh sih, Bang. Awalnya ngecek ini, dm-dm (direct message) Instagram yang masuk, terus buka grup WA, biasanya ada yang share info soal kampus dan harus cepat diresponkan, kek misalnya „Tugas ya wei jangan lupa dikumpul bla bla bla‟. Kalo YouTube atau Twitter itu siang ke malam baru buka. Biasanya sih sebelum nulis di blog, nyari inspirasi apa yang mau ditulis itu, Intan buka YouTube atau Twitter, Tumblr gitu, informasi apa yang kurang, baru browsing Google, gitu sih.

Tapi pernah Intan lihat, kan sekarang di Instagram udah ada ini ya, aktivitas kita berapa lama, itu pernah, kapan ya, kek-nya pas lagi libur-libur mau puasa atau lebaran gitu, itu gila tinggi kali! Ya sejak itu dikurangin waktu untuk maen Instagram-nya, serem juga kan? Padahal kita bisa ngelakuin hal-hal lain kek misalnya baca buku yang belum dibaca, bantu ini itu kalo ada yang bisa dibantu, ada aja sih Bang sebenarnya kerjaan kalo di rumah, hahaha.

Ketika mendapatkan informasi di media sosial, Intan selalu membaca informasi tersebut terlebih dahulu, hingga dirinya paham, kemudian mencari data pembanding dari berbagai sumber, sehingga yakin bahwa informasi tadi merupakan informasi yang valid, karena Intan sadar bahwa ketika dirinya mem-posting atau pun menyebarkan suatu informasi tanpa verifikasi, dirinya bisa terkena hukuman pidana penjara selama 6 tahun penjara, berdasarkan UU No.19 Tahun 2016 tentang

Perubahan Atas UU No. 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik cap liberal atau kek gimana pulakkan, seram juga. Jadi punya Kak

@channia itu biasanya Intan baca dulu, kemudian tulis, nah share-nya itu di blog Intan terus pakai kata kata, “…ini menurut pendapat aku…”,kek gitu gitu. Kalo misalnya langsung Intan share bulat-bulat posting-an dia, itu risikonya tinggi kali. Yang lebih sering akun Mas Gun, karena Mas Gun itu, gimana ya, Bang, agak-agak sarkas tapi, nyampe pesan nya. Kalo kak Channia itu mungkin karena masih muda juga kan, dan beda agama juga, jadi pandangan dia tu liberalism, makanya berisiko kalo Intan posting bulat-bulat, tapi untuk konsumsi Intan sendiri sih it’s ok, karena kita kan butuh nambah-nambah mindset kita kan, karena kita kan ga mungkin ketemu di orang yang baik-baik aja kan.

Intinya, Intannya harus paham, karena gini, Intan itu tahun 2017 itu, ikut kompetisi tentang Smart City di Solo, jadi Smart City itu kan belum terlalu hype kek sekarang. Nah pas Intan coba buka diskusi di Instagram yang ada malah diskusi-diskusi lanjutan, makanya kalo kita ga paham tentang apa yang kita share itukan malah membuat makin banyak diskursus tentang itu. Makanya pahami dulu, kalo pun mereka mau mendebat, mereka mau nanya kita udah punya kek gini pandanganku, kekgini, kek gini, kek gini, gitu, dan Alhamdulillahnya, sejauh ini, semua aman terkendali sih Bang. Malah gimana ya, Intan tuh senang aja kalo misalnya tetiba ada yang nge-dm atau nge-WA bilang, “Tan, aku seneng deh sama posting-anmu, bermanfaat, aku jadi rajin baca gegara kau, gitu.

Atau „Tan collabs yuk untuk nge-bahas ini, walaupun yang ngajak collabs itu belum terlaksana sampai sekarang, „I don’t know why‟, cuman itu, atau gini, tulis lagi dong, atau posting lagi dong yang ini, gitu. Cuman ya ga bisa cepat, karena ntar malah ngasal, karena data, sumber harus jelas, kalo enggak bisa kenak.Sekarang lagi, dikit-dikit hukum gitu. Itu juga yang buat Intan selektif memilih follower, jadi Intan lihat dulu, baru approved.

Intan juga mengaku bahwa dirinya sangat selektif dalam memilih akun-akun mana saja yang bisa mem-follow akun Instagramnya. Artinya, akun Instagram Intan terkunci (locked), dan hanya akun-akun yang Intan setujui (approved) saja, yang diizinkan untuk mengikuti aktivitasnya di akun Instagram. Intan beralasan hal itu ia lakukan untuk mendapatkan kenyamanan ketika bermedia sosial.

Iya, jadi yang 1400 follower itu Intan tau dia siapa, tau „Hoo ini temen-nya si ini‟, gitu. Kalocuman satu temen Intan yang follow, Intan tanya, eh kenal dia ga, gimana?„Hoo yaudah aku terima,approved. Kan sekarang banyak fake fake akun juga kan, Bang, yang suka memantau, padahal ga ada yang bisa dipantau dari awak, hehehe.

Intan juga mengaku pernah mengonfirmasi sebuah posting-an mengenai Feminisme di Twitter, langsung kepada si pembuat posting-an. Selain itu, Intan selalu membaca buku agar punya dasar pegangan yang kuat untuk memahami informasi di media sosial. Intan juga memiliki Kakak mentor, tempatnya berdiskusi agar bisa memahami informasi di media sosial, bagi Intan diskusi bersama teman akan membuat pemikiran dan wawasannyaterbuka dan bertambah luas, sehingga bisa bertransformasi menjadi individu yang tidakterlalu cepat menghakimi atas sebuah informasi.

Pernah langsung konfirmasi, waktu kelas 3 SMA, Intan belum terlalu tau feminis itu apa. Ya udatanya langsung, „Kak sederhananya feminis itu apa sih? dibales dia dari Line kemaren, terus semakin kita baca buku semakin, kuat pegangan kita. Terus Intan juga punya Kakak mentor, di Fasilkom (Fakultas Ilmu Komputer –red), tapi dia anaknya, jiwanya psikologi banget gitu, sering diskusi sama dia, kebetulan dia itu Kakak mentor yang open minded, Bang. Jadi, pasti diskusi sama temen.

Adapun hal-hal yang biasa Intan update di akun Instagram-nya seperti foto pemandangan yang disertai dengan caption (keterangan foto –red). Intan juga tidak terlalu sering mem-posting foto sendiri, atau pun menyertakan dimana lokasi foto itu diambil, Intan juga menahan diri untuk mem-posting setiap kegiatan yang ia lakukan.

Hal ini ia lakukan untuk menghindari rasa ujub/pamer/riya di media sosial. Menurut Intan, setiap orang tidak bisa menilai begitu saja orang lain semata berdasarkan posting-an mereka. Oleh karena itu, ia lebih suka mem-posting hal-hal yang berkaitan dengan tulisan, atau pun pendapat-pendapatnya mengenai suatu isu.

Kalo di Instagram itu lebih ke foto pemandangan, buat caption juga Intan ga mau panjang-panjang, karena Intan merasa kalo mau nulis panjang itu di blog Intan aja. Lebih nyaman itu buat tulisan panjang itu di blog, malesngetik di hape, kecil, makanya ngetik di laptop. Tapi kalo yang lebih sering Intan posting itu yang penyadaran-penyadaran gituloh, itu tapi di story bang. Misalnya kalo sekarang orang bilang, „Maen mu kurang jauh!‟,gitu kan.

Intan kurang setuju, terus bikin di story, „Maen itu ga penting jauh, yang penting itu berkualitas enggak, mau jauh, mau dekat, itu bukan jadi patokan.Main jauh sampe Amerika, tapi kalo mabuk-mabukan ga jelas juga ga guna.Jadi lebih sering ke, ini sih, Bang, kontemplasi (perenungan –red) yang lebih sering.

Atau kalo lagi jalan-jalan suka foto-foto pemandangannya gitu sih, Bang. Sebisa mungkin Intan ga buat location tag, kek misalnya lagi di Candi Borobudur, terus nge tag lokasi di Candi Borobudur nya, Intan mikirnya kayak, apaan sih tu orang, semua juga taukalo itu Candi Borobudur. hehehe. Maksudnya Intan berusaha untuk ga terlihat kek pamer gitukan. Terus apa ya, penyakit A’in. Jadi Kurniawan Gunadi pernah ngepos tentang buku atau tulisan, tapi niatnya itu mungkin bukan untuk inspired person, bukan untuk ngasih manfaat ke orang lain, tapi biar dikomen orang lain, „Wih, bukunya yang dibaca berat ya, Mas‟. Nah, akhirnya kemudian di dirinya itu timbul sifat malas baca, Bang.Dia, kemudian itu ngeshare tentang penyakit A’in gitu, ketika ada orang yang iri dengan kita, Allah ambil sesuatu dari diri kita. Terus posting anak, kan itu gemes ya, anaknya itu kemudian sakit, mungkin itu penyakit A’in bagi beberapa yang menyadari, kek gitu-gitu sih,

Bang. Jadi sebenarnya bukan ga boleh posting, posting lah kalo itu ada nilai manfaatnya untuk orang lain, tujuannya baik. Kan kita

Bang. Jadi sebenarnya bukan ga boleh posting, posting lah kalo itu ada nilai manfaatnya untuk orang lain, tujuannya baik. Kan kita

Dalam dokumen LITERASI DIGITAL DI KALANGAN MAHASISWA (Halaman 90-106)