• Tidak ada hasil yang ditemukan

Wawancara Muhammad Abdul Fattah

Dalam dokumen LITERASI DIGITAL DI KALANGAN MAHASISWA (Halaman 106-112)

Tangga Apresiasi Estetika

4.3. Temuan Penelitian (Informan)

4.3.4. Wawancara Muhammad Abdul Fattah

Informan keempat dalam penelitian ini ialah Muhammad Abdul Fattah berusia 21 tahun, dan tengah duduk di Semester VI). Sebagai seorang Mahasiswa Ilmu Komunikasi FISIP-USU, Abdul juga merupakan pengguna aktif media sosial sepertiInstagram, YouTube, dan Twitter. Dulu, ia juga sering memainkan media sosial lainnya seperti Facebook, Tumblr dan Path, serta mengelola sebuah blog bersama rekannya.

Dalam menggunakan media sosial, Abdul bertujuan untuk mencari informasi dan sebagai ajang akualisasi diri. Seperti dari YouTube, ia mendapatkan banyak informasi seputar kuliner, desain, editing, dan trailer film-film terbaru yang akan tayang di bioskop. Ia sebagai Marvelicious (penggemar Marvel) juga berlangganan saluran/kanal di YouTube terkait; sementara dari Instagram, ia mendapatkan banyak informasi seputar gaya hidup. Bahkan, Abdul juga mengikutibeberapa akun modeternama, serta mengikuti beberapa akun resmi pencarian bakat seperti Putri Indonesia 2019 dan Miss Indonesia. Abdul cukup tertarik dengan setiap rutinitas mereka.

Dari akun Instagram seperti Miss Indonesia misalnya, Abdul memahami bahwa perempuan cantik itu tidak dinilai hanya dari sekadar paras cantiknya, tetapi juga dari program kerjanya, dan kemampuannya dalam memengaruhi kaum muda untuk senantiasa berperilaku positif (Beauty with a Purpose/BWAP).

Kalau fashion, Dul lebih ngeliat ada tu akun yang jualan, tapi dia gak cuman jualan,tapi dia punya ide-ide terbaru lagi kayak

gimana-gimana dari situlah Dul tau, itu ada akunnya namanya AculaLucky, itu dia nawarin fashion-fashion outer gitu, tapi setelah dicari tahu ternyata ada akun-akun yang dibelakang dia itu, dia sebenarnya bukan disitu pekerjaannya tapi sampingan, lebih tau la lebih dalam lagi.

Kalau Youtube akun mgdalenaf, Dul memang pertamanya suka denger kayak kata Abang bilang, suka lebih ke apa yang dia tampilin, dia sering makan segala macam dan ternyata setelah diselediki, dia juga keren, gayanya keren terus pribadinya juga gimana, keluarganya gimana. Terus kalau untuk modeling, aku serius, banyak orang yang mungkin agak sediki „Ew‟gitu kan, aku sedikit ngikutin aktivitas-aktivitas major, karena memang aktif juga di duta-duta, jadi aku lebih suka nge-follow Putri Indonesia, Miss Indonesia, apa yang dilakuin oleh mereka, dibuat oleh mereka jadi aku lebih tertarik gitungeliat-nya.

Adapun di Twitter, ia mengaku tidak begitu aktif berkicau, ia hanya sebatas me-retwit(meneruskan ulang) posting-an akun lain.

Gak sih, itu tergantung ya, kayak yang tadi Abdul bilang kalau misalnya YouTube itu so pasti tentang informasi. Informasi-informasi kayak buka Vlog, itu suka cari Informasi-informasi tentang makanan, lebih suka ke „food‟ sebenarnya dan informasi-informasi lainnya. Terus Dul juga lebih concern ke design jadi lebih carinya di YouTube sama paling info-info film yang bakal terbit, karena Dul kan juga Marvelicious, jadi pecinta Marvel juga, nge subscribe-subscribegitu, jadi kalau buka YouTube so pasti bakal ngeliatin yang kayak gitu.

Terus kalau kayak Instagram lebih ke fashion sama lebih ke lifestyle, kalau Twitter hanya kepoin dan gak pernah nge-posting, paling nerusin aja, nge-retweet terus gak pernah juga bahkan kayak ngehindar gitu dari kawan-kawan, misalnya dia punya twitter nanya „Twitter mu apa?‟. Kami gak follow-follow-an, bilang aja gak pernah punya, padahal punya. Cuman memang hanya untuk pribadi gitu sih, private.

Itu sih kalau untuk ngapai informasi-informasi lebih ke YouTube dan Instagram, misal untuk trend fashion terbaru lebih ke Instagram, terus hal-hal yang Marvel baru terjadi itukan di Instagram cepet banget kalau kita buka explore. Kalau YouTube itu update-update info yang Dul sukai aja kayak Marvel, selalu update.

Dalam menggunakan media sosial, Abdul bertujuan untuk melihat akun-akun yang mengupload foto-foto dan informasi mengenai lifestyle dan fashion di Instagram, dan untuk mendapatkan informasi di Twitter.

Abdul mengaku menunggu waktu luang dalam mengakses informasi informasi di media sosial. Karena Abdul berprinsip, sekalinya mengakses media sosial, dirinya harus sigap memberikan respon.

Terus untuk nge-posting di Instagram kayak foto-foto dengan caption yang menginspirasi bagi orang lain, kalau itu sih lebih ngeliat kesiapan kita untuk nge-posting karena mungkin kalau orang ngejar untuk likes kan kalau Dul enggak, siap gak ya untuk nge-posting ini, kalau misal ada orang yang komen aku bisa jawab segera, Dul orangnya kayak gitu, mau dikomen, mau di-chat kalau bisa cepet dibalas, cepet dibalasnya. Jadi sama dengan semua orang juga di sosial media kalau misalnya aku bisa juga ngeluangin waktu untuk ngejawab aku bakal posting, kalau gak punya waktu banyak aku gak posting, jadi kayak punya timing yang pas.

Adapun tempat favorit Abdul ketika berselancar di dunia maya adalah perpustakaan, tempat nongkrong bersama teman-temannya, serta kamar tatkala di malam hari.

Tempat favorit untuk nge-posting sendiri itu ada perpustakaan, lagi nongkrong. Untuk difoto spot yang bagus terus dikasi caption-caption nya gitu, terus misalnya gak ada ya paling quote-quote gitu kan. Apalagi Instagram kan tinggal tambah teks gitu kan, kamar kalau malam ya.

Secara umum, alasan utama Dul menggunakan media sosial ialah untuk mendapatkan informasi, aktualisasi diri, menambah relasi, personal branding, dan mengikuti perkembangan zaman, di mana saat ini penggunaan media sosial telah menjadi salah satu kebutuhan primer. Selain itu, ia meyakini bahwa media sosial

seperti Instagram memiliki kegunaan tersendiri sebagai wadah untuk menyebarkan konten-konten positif dan memotivasi antar sesama pengguna media sosial. Bahkan, kata Abdul, unggahannya yang positif tersebut dapat berlanjut pada tahapan diskusi melalui aplikasi chatting (obrolan).

Pertama itu sebagai aktualisasi diri, terus yang kedua bukti kalau kita memang kita manusia yang bermanfaat karena di Instagram sendiri lebih suka posting-posting kegiatan.Orang tau berarti si Dul abis ini lagi ngapain, „Oh dia baru selesai ini nih makanya jadi gini.Jadi lebih ngasi tau temen-temen juga dan ngajak mereka untuk posting yang bagus-bagus juga. Lakukan hal-hal yang bermanfaat bagi orang lainlagi untuk jaman sekarang ini. Yang ketiga sebagai ini sih Bang, kalau dulu itu kan suka punya temen banyak, jadi dari Instagram ini kita bisa nambah teman.

Nah itu ada pernah kejadian di Yogya, Dul itu sebenarnya gak kenal ama dia tapi di media sosial kita kenal, follow-follow-an, dm-dm-an, dan nyatanya pas Dul di Yogya, nge-update dan dia ngeliat dan ketemuan padah itu gak kenal sama sekali, kita ketemuan.

Walaupun sebenarnya agak takut juga tapi ternyata asyik, jadi pernah sekali kek gitu kalau misalnya keluar kota kayaknya harus punya temen orang-orang sana, karena keuntungannya kalau kita misal ke daerah orang, kita punya orang di situ, nah kita punya spot-spot yang lebih lagi, gitu sih.

Gambar 4.3.4.1 Pola Kebutuhan Abdul akan Media Sosial.

Mendapatkan informasi.

Sebagai wadah aktualisasi diri.

Menambah relasi pertemanan.

Personal branding.

Turut mengikuti perkembangan zaman.

Dalam kesehariannya, Abdul menggunakan media sosial secara kontinu. Artinya, hampir setiap hari Abdul memperbarui unggahannya, berupa aktivitas yang sedang atau dilakukan. Abdul berpendapat perilakunya tersebut bukan sebagai ajang pamer, melainkan sebagai bentuk memotivasi orang lain untuk terus melakukan hal-hal positif lewat unggahan-unggahannya. Namun demikian, bukan berarti Abdul tidak memiliki batasan waktu dalam menggunakan media sosial. Abdul tetap mengatur pola konsumsinya terhadap media sosial. Dul meyakini, bahwa ada banyak hal lain yang bisa dilakukan selain hanya beraktivitas di media sosial, yaituseperti melakukan interaksi sosial bersama teman-teman.

Sebenarnya kontinu, harus ada tiap hari yang di-posting di media sosial, baik itu aktivitas Dul terus baik itu motivasi dari Dul, atau baik itu juga apa yang Dul dapatkan dari semalam. Itu harus dikasi ke orang lain, harus di-share. Karena di satu sisi, mungkin kesannya bagi orang yang positif mikirnya, „Oh mungkin dia bakal ngasi masukan sama kita untuk melakukan hal yang lebih‟, bagi orang yang negatif, positif juga bagi dia, dia jadi iri.Jadi dia memicu diri dia „Oh aku harus nandingin diri dia, kayak gitu. Jadi kan secara gak langsung secara tersirat, Dul udah mendorong dia untuk melakukan hal-hal yang positif.

Terus kalau untuk bagaimana lagi, yang kedua mungkin lebih harus tau juga batasannya, masak iya tiap saat kita harus main media sosial. Jadi ada manajemen waktu disitu. Kalau misalnya nih 3 jam terus kita main sosial media itu gak bakalan bagus sih mood-nya, pasti bakal jenuh, males gitu. Jadi lebih tau tentang manajemen waktu dan posting lah yang bermanfaat. Apa yang orang liat di Instagram kita, itu mencerminkan kek gitu lah diri kita. Itu sih manajemen waktu, manajemen diri dan manajemen aktivitas dari media sosialnya itu sendiri.

Adapun hal-hal yang Abdul lakukan sebelum membagikan suatu unggahan adalah 1) Memiliki manfaat, mendidik, hiburan yang sehat, dan dapat memberikan

dampak positif; 2) Tidak membagikan unggahan-unggahan yang dapat menimbulkan kengerian, serta memuat kata-kata kasar; 3) Mencari sumber pemberitaan terkait dari Google untuk menguji tingkat kebenarannya; dan 4) Bertanya pada ahli untuk mendapatkan keragaman sudut pandang.

Gambar 4.3.4.2 Alur Selektif Abdul ketika Menggunakan Media Sosial.

Dul mengatakan, bahwa media sosial seperti Facebook dan Instagram, termasuk juga media obrolan seperti WhatsApp dan Line masih menjadi tempat penyebaran hoaks yang cukup banyak terjadi, sehingga Abdul sangat berhati-hati dalam mengonsumsi setiap informasi yang diterimanya. Abdul juga turut menyesali kasus Audrey dan kabar meninggalnya Bupati Asahan kala itu, sehingga ia menjadi korban hoaks, serta turut pula menyebarkannya.

Di Instagram, WhatsApp, Line, Facebook, makanya semenjak Facebook di situ terus banyak hoaks-hoaks ada disitu itu jadi malesmakek-nya, makanya ga mau lagi buka-buka Facebook, cuman kalau lagi ada perlu buka, harus tetap diingatFacebook-nya, sekedar untuk log in akun Line aja. Yang pertama itu tentang bullying (perundungan –red), kayak kemaren yang bullying Audrey itu, itu gak terlalu percaya kasusnya, tau-taucuman cari Bermanfaat, mendidik, hiburan yang sehat.

Tidak membagikan unggahan yang menimbulkan kengerian dan kekerasan.

Memeriksa info terkait di Google.

Mendiskusikan kembali.

Melakukan manajemen waktu.

tenar gitukan, itu sih lebih sering. Tapi emang pernah kena hoaks, kayak ada yang bilang jaman dulu kali Bupati Asahan meninggal, ternyata belum, dia masih dalam perawatan. Tapi uda gencar, ternyata itu hoaks, „Oh my God!‟ dari situ 2 bulan kemudian dia meninggal. Cobalah itukan gawat kali, kesannya kayak mendoakan. Terus mengenai ini sih, korupsi pejabat daerah. Jadi di Kisaran itu ada hoaks tentang pejabat ini itu korupsi, ternyata sumbernya dapet info dari ini ini itu.Rakyat Asahan itu percayalah kalau misalnya itu benar adanya, dan ternyata itu enggak, dan secara gak langsung itu bahwa pihak jurnalis investigasi dibayar oleh beberapa orang untuk menjelekkan ini, untuk view-nya naik.

Terus yang kedua buat hoaks tentang Bupati meninggal, jadi Dul uda sempet tanya-tanya, jadi Dul share untuk ucapan belasungkawa, lalu nge-kroscek lagi, ada portal yang bilang bahwa belum meninggal, hanya masih koma, dan itu diakui sama Asistennya. Dul uda kena hoaks, kena hoaks lagi. Berlipat-lipat ganda jadinya .Sebenarnya bahaya kali sih hoaks di media sosial ini kalau kita tidak di lokasi tersebut. Apalagi kayak kita orang perantauan. Kan kesel aja sih kita uda tau, terus ucapin belasungkawa, tau-tau-nya gak meninggal, jadi kita cabut lagi. Eh tau-nya bener meninggal.

4.4.Triangulasi

Dalam dokumen LITERASI DIGITAL DI KALANGAN MAHASISWA (Halaman 106-112)