• Tidak ada hasil yang ditemukan

LITERASI DIGITAL DI KALANGAN MAHASISWA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "LITERASI DIGITAL DI KALANGAN MAHASISWA"

Copied!
147
0
0

Teks penuh

(1)LITERASI DIGITAL DI KALANGAN MAHASISWA (Studi Fenomenologi Penyebaran Hoaks Melalui Media Sosial di Kalangan Mahasiswa Program Studi Ilmu Komunikasi FISIP USU). TESIS. BAYU JULIANDRA PUTRA 177045019. MAGISTER ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2020. Universitas Sumatera Utara.

(2) LITERASI DIGITAL DI KALANGAN MAHASISWA (Studi Fenomenologi Penyebaran Hoaks Melalui Media Sosial di Kalangan Mahasiswa Program Studi Ilmu Komunikasi FISIP USU). TESIS. Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Ilmu Komunikasi pada Program Magister IlmuKomunikasi di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara. Oleh. Bayu Juliandra Putra 177045019. MAGISTER ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2020. Universitas Sumatera Utara.

(3) LITERASI DIGITAL DI KALANGAN MAHASISWA (Studi Fenomenologi Penyebaran Hoaks Melalui Media Sosial di Kalangan Mahasiswa Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU). ABSTRAK Penelitian ini berjudul Literasi Digital di Kalangan Mahasiswa (Studi Fenomenologi Penyebaran Hoaks Melalui Media Sosial di Kalangan Mahasiswa Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU). Fokus penelitian ini adalah bagaimana kemampuan literasi digital Mahasiswa S1 Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU saat diterpa berita hoaks melalui media sosial. Tujuan penelitian ini adalah bagaimana mengetahui literasi digital di mahasiswa S1 program studi Ilmu Komunikasi FISIP USU saat diterpa berita hoaks melalui media sosial. Penelitian ini merupakan penelitian studi kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Adapun teknik pengumpulan data menggunakan teknik wawancara mendalam, observasi non partisipan, dan studi dokumentasi, sementara teknis analisis data yang digunakan ialah reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan milik Miles Huberman. wawancara mendalam dilakukan terhadap Mahasiswa (Riri Pratama Putri, Dina Sakinah, Muhammad Abdul Fattah, Intan Sari), serta pegiat literasi (Sheila Sultana), dan Dosen Ilmu Komunikasi (Yovita Sabarina Sitepu). Temuan penelitian ini adalah: 1) Pola penggunaan media sosial para informan, antara lain, menggunakan Twitter untuk mendapatkan informasi dan menggunakan Instagram untuk aktualisasi diri. 2) Pemahaman para informan terhadap informasi di media sosial meningkat setelah mengikuti mata kuliah yang membahas literasi media, mereka sudah bisa mengutamakan sumber informasi yang berasal dari website terpercaya. 3) Para informan telah memiliki kontrol individu atas media yang mereka gunakan, dan mereka memutuskan untuk tidak lagi meneruskan informasi hoaks. Kata Kunci: Literasi Media, Literasi Digital, FISIP USU, Informasi Hoaks, Media Sosial.. i Universitas Sumatera Utara.

(4) DIGITAL LITERATION IN STUDENTS (Phenomenology Study of Spreading Hoaks Through Social Media Among Department of Communication at USU FISIP Students) ABSTRACT This research is titled Digital Literation in Students (Phenomenology Study of Spreading Hoax Through Social Media Among USU FISIP Students). The focus of this research is how is the digital literacy ability of S1 Students in the Department of Communication at USU's FISIP when exposed to hoax via social media? The theory used in this research is the theory of mass communication, new media, social media (Facebook, Twitter, Instagram), and media literacy. This research is a phenomenological study using a qualitative approach. The data collection techniques using in-depth interviews, non-participant observation and study documentation. The findings of this study are ... Key Words: Digital Literacy, USU’s FISIP, Hoax Informations, Social Media.. ii Universitas Sumatera Utara.

(5) Judul Tesis. : LITERASI DIGITAL DI KALANGAN MAHASISWA. (Studi. Fenomenologi. Penyebaran Hoaks Melalui Media Sosial di Kalangan Mahasiswa FISIP USU) Nama Mahasiswa. : Bayu Juliandra Putra. Nomor Pokok. : 177045019. Program Studi. : Magister Ilmu Komunikasi. Menyetujui, Komisi Pembimbing. K E T U A,. ANGGOTA,. (Dra. Mazdalifah, M.Si, Ph.D). (Drs. Hendra Harahap, M.Si, Ph.D). NIP.196507031989032001. NIP. 196710021994031002. KETUA PROGRAM STUDI,. DEKAN,. (Dra. Lusiana Andriani Lubis, M.A, Ph.D) NIP. 196704051990032002. Tanggal Lulus:. (Dr. Muryanto Amin, S.Sos, M.Si) NIP. 197409302005011002. Januari 2020. iii Universitas Sumatera Utara.

(6) Telah diuji pada Tanggal: Januari 2020. PANITIA PENGUJI TESIS Ketua. : Dra. Mazdalifah, M.Si, Ph.D. Anggota. : 1. Drs. Hendra Harahap, M.Si, Ph.D 2. Drs. Syafruddin Pohan, SH, M.Si, Ph.D. 3. Dr. Iskandar Zulkarnain, M.Si. iv Universitas Sumatera Utara.

(7) PERNYATAAN. LITERASI DIGITAL DI KALANGAN MAHASISWA (Studi Fenomenologi Penyebaran Hoaks Melalui Media Sosial di Kalangan Mahasiswa FISIP USU) Dengan ini peneliti menyatakan bahwa: 1. Tesis ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar Magister pada Program Magister Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara benar merupakan hasil karya peneliti sendiri. 2. Tesis ini adalah asli dan belum pernah diajukan untuk mendapatkan gelar akademik (sarjana, magister, dan/atau doktor) baik di Universitas Sumatera Utara maupun di perguruan tinggi lain. 3. Tesis ini adalah murni gagasan, rumusan, dan penelitian saya sendiri, tanpa bantuan pihak lain, kecuali arahan Komisi Pembimbing dan masukan Tim Penguji. 4. Dalam karya tulis ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis atau dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dengan jelas di cantumkan sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama pengarang, dan dicantumkan dalam daftar pustaka. 5. Pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya. Apabila di kemudian hari ditemukan seluruh atau sebagian isi tesis ini bukanlah hasil karya peneliti sendiri, atau adanya plagiat pada bagian-bagian tertentu, maka penulis bersedia menerima sanksi pencabutan gelar akademik yang penulis sandang, dan sanksi-sanksi lainnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Medan, Januari 2020 Penulis,. Materai 6000 (TandaTangan) Bayu Juliandra Putra. v Universitas Sumatera Utara.

(8) KATA PENGANTAR Alhamdulillah penulis mengucapkan puji syukur kehadirat Allah ‘Azza wa Jalla yang telah memberikan berkahnya kepada peneliti, sehingga peneliti dapat menyelesaikan penulisan tesis ini. Selama melakukan penelitian dan penulisan tesis ini, peneliti banyak memperoleh bantuan moral dan materil dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini, peneliti menyampaikan ucapan terimakasih yang tulus kepada Ayahanda Mhd. Nazif dan Ibunda Sri Wahyuni atas kasih saying dan do’a yang tiada henti diberikan kepada peneliti, juga kepada adinda Muhammad Rifki, Muhammad Aulia dan Faza Anala Nazwa. Terimakasih juga peneliti sampaikan kepada pihak yang turut membantu, baik selama proses kuliah maupun dalam menyelesaikan tesis ini, yaitu: 1. Bapak Prof. Dr. Runtung, SH, M.Hum, selaku Rektor Universitas Sumatera Utara. 2. Bapak Dr. Muryanto Amin, S.Sos, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara. 3. Bapak Drs. Hendra Harahap, M.Si, Ph.D, selaku Wakil Dekan III Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara, dan Komisi Pembimbing II yang telah membimbing dalam penulisan karya ilmiah ini. 4. Ibu Prof. Dra. Lusiana Andriani Lubis, M.A, Ph.D, selaku Ketua Magister Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara. 5. Bapak Drs. Syafruddin Pohan, S.H, M.Si, Ph.D, selaku Sekretaris Magister Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara, serta sebagai Komisi Pembanding I yang telah memberikan masukan dalam penulisan karya ilmiah ini. 6. Ibu Dra. Mazdalifah, M.Si., Ph.D, selaku Dosen Magister Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera. vi Universitas Sumatera Utara.

(9) Utara, dan Komisi Pembimbing I yang telah membimbing peneliti dalam penulisan karya ilmiah ini. 7. Dr. Iskandar Zulkarnain, M.Si, selaku Dosen Magister Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara, dan Komisi Pembanding II yang banyak memberikan masukan.. 8. Bapak dan Ibu dosen di lingkungan FISIP USU, khususnya Magister Ilmu Komunikasi. Terimakasih atas ilmu yang diberikan. 9. Staf Administrasi Magister Ilmu Komunikasi FISIP USU Bang Rya, Ose Dean Sitompul dan Andrizal Siregar, S.Kom. 10. Riri, Intan, Abdul dan Dina yang bersedia menjadi informan penelitian. 11. Sheila dan Kak Yovita Sibarani selaku pihak triangulasi. 12. Teman-teman Magister Ilmu Komunikasi 2017 dan 2018. 13. Sahabat-sahabat peneliti sesama perintis di bisnis fotografi; bang Fadhlan Miswari, bang Andika Kalimaniez, pakde Juri, bang Putra Loca, Andre Rabel yang telah memberikan dorongan semangat kepada peneliti untuk menyelesaikan tesis ini. 14. Calon istri peneliti, Muthia Faradita Harahap. Atas perhatian dan dukungan yang tiada henti. 15. Pembaca penelitian tesis ini. Semoga apa yang penulis tuliskan dapat memberikan manfaat. Penulis menyadari tesis ini masih memiliki banyak kekurangan dan jauh dari kata sempurna, namun peneliti berharap semoga tesis ini bermanfaat bagi kemajuan Ilmu Komunikasi, terutama di bidang literasi digital. Semoga kiranya Allah SWT meridai. Amin. Medan,. Januari 2020 Penulis,. Bayu Juliandra Putra. vii Universitas Sumatera Utara.

(10) DAFTAR ISI ABSTRAK ............................................................................................... i ABSTRACT .............................................................................................. ii LEMBAR PENGESAHAN TESIS ........................................................ iii LEMBAR PENETAPAN PANITIA PENGUJI TESIS ....................... iv PERNYATAAN ....................................................................................... v KATA PENGANTAR ............................................................................. vi DAFTAR ISI ............................................................................................ ix DAFTAR GAMBAR ............................................................................... xi DAFTAR TABEL ................................................................................... xii DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................... xiii BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ................................................................................... 1 1.2. Fokus Penelitian ................................................................................. 13 1.3. Tujuan Penelitian ............................................................................... 13 1.4. Manfaat Penelitian ............................................................................. 14 BAB II. KAJIAN PUSTAKA 2.1. Paradigma Penelitian.......................................................................... 15 2.1.1. Paradigma Konstruktivis ................................................................. 16 2.2. Penelitian Sejenis Terdahulu .............................................................. 18 2.3. Uraian Teoritis ................................................................................... 21 2.3.1. Komunikasi Massa .......................................................................... 21 2.3.2. New Media (Media Baru) ................................................................ 27 2.3.2.1. Media Sosial. ................................................................................ 30 2.3.2.1.1 Twitter ........................................................................................ 38 2.3.2.1.2. Instagram .................................................................................. 38 2.3.3. Literasi Media ................................................................................. 39 2.3.3.1. Literasi Media Digital .................................................................. 52 2.4. Kerangka Pemikiran ........................................................................... 53 BAB III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Metode Penelitian............................................................................... 54 3.1.1. Studi Fenomenologi ........................................................................ 55 3.2. Aspek Kajian ...................................................................................... 57 3.3. Subjek Penelitian................................................................................ 57 3.4. Teknik Pengumpulan Data ................................................................. 57. viii Universitas Sumatera Utara.

(11) 3.5. Teknik Analisis Data ......................................................................... 59 3.6. Teknik Keabsahan Data ..................................................................... 61 BAB IV. HASIL PENELITIAN 4.1. Proses Penelitian ................................................................................. 62 4.2. Deskripsi Lokasi Penelitian ................................................................ 64 4.3. Temuan Penelitian (Informan) ............................................................ 65 4.3.1. Wawancara Riri Pratama Putri ......................................................... 65 4.3.2. Wawancara Dina Sakinah ................................................................ 72 4.3.3. Wawancara Intan Sari ...................................................................... 78 4.3.4. Wawancara Muhammad Abdul Fattah............................................. 95 4.4. Triangulasi........................................................................................... 102 4.4.1. Wawancara Sheila Sultana ............................................................... 102 4.4.2. WawancaraYovita Sabarina Sitepu .................................................. 107 BAB V. PEMBAHASAN 5.1. Pola Penggunaan Informan Terhadap Media Sosial ........................... 118 5.2. Pemahaman Informan Terhadap Informasi di Media Sosial............... 119 5.3. Pemahaman Informan Terhadap Produksi Informasi di Medsos ........ 122 5.4. Pengalaman Informan Saat Menerima Informasi Hoaks .................... 124 5.5. Kemampuan Literasi Digital Mahasiswa Saat Diterpa Hoaks ............ 127 BAB VI. SIMPULAN DAN SARAN 6.1. Simpulan ............................................................................................. 131 6.2. Saran .................................................................................................... 132 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN. ix Universitas Sumatera Utara.

(12) DAFTAR GAMBAR 2.3.3.1.Aspek-Aspek Media Literasi................................................................. 42 2.3.3.2. Tangga Belajar Milik James W. Potter ................................................ 46 4.3.1.1. Pola Kebutuhan Riri akan Media Sosial .............................................. 66 4.3.1.2. Faktor Utama Riri dalam Menyebarkan Berita Hoaks .......................... 68 4.3.1.3. Alur Selektif Riri ketika Menggunakan Media Sosial .......................... 70 4.3.1.4. Solusi Riri Terhadap Penyebar Hoaks .................................................. 71 4.3.2.1. Pola Kebutuhan Dina akan Media Sosial .............................................. 73 4.3.2.2. Alur Selektif Dina ketika Menggunakan Media Sosial......................... 75 4.3.2.3. Solusi Dina Terhadap Penyebar Hoaks ................................................. 78 4.3.3.1. Pola Kebutuhan Intan akan Media Sosial ............................................. 79 4.3.3.2. Alur Selektif Intan ketika Menggunakan Media Sosial ........................ 89 4.3.3.3. Solusi Intan Terhadap Penyebar Hoaks ................................................ 94 4.3.4.1. Pola Kebutuhan Abdul akan Media Sosial ........................................... 99 4.3.4.2. Alur Selektif Abdul ketika Menggunakan Media Sosial ...................... 100 4.4.1.1. Faktor-Faktor Menyebarnya Berita Bohong di Media Sosial ............... 103. x Universitas Sumatera Utara.

(13) DAFTAR TABEL 4.1.1.Tahapan Penelitian ........................................................................... 63 4.4.1.1. Fenomena PenyebaranHoaks di KalanganMahasiswa ................. 106 4.4.2.1. Fenomena PenyebaranHoaks di KalanganMahasiswa ................. 115. xi Universitas Sumatera Utara.

(14) DAFTAR LAMPIRAN 1. UU ITE 2. Surat Edaran Gubernur tentang media massa yang terdaftar 3. Surat Konfirmasi Transkrip Wawancara 4. Daftar Pedoman Wawancara 5. Permohonan Izin Penelitian 6. Keterangan Menyelesaikan Penelitian 7. Biodata Peneliti. xii Universitas Sumatera Utara.

(15) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sifat dasar manusia yang merupakan makhluk sosial (homo homini socius), menuntun mereka untuk tidak melupakan aspek sosial dalam diri mereka dengan cara selalu berusaha untuk terhubung dengan banyak orang. Manusia menggunakan media sosial yang bisa diakses melalui ponsel pintar mereka, sebagai sarana pemenuhannya. Media sosial merupakan salah satu produk yang dihasilkan dari kemajuan teknologi digital yang kita sebut dengan internet, dan sukses menghadirkan tren baru dalam proses komunikasi. Media sosial mampu mengajak siapa saja yang tertarik untuk berpartisipasi memberikan feedback secara terbuka seperti memberi komentar, serta berbagi informasi dalam waktu yang singkat dan ke banyak tempat yang tak terbatas. Deskripsi singkat ini sesuai dengan pendapat Prof. Neil Selwyn dalam bukunya yang mengatakan, media sosial merupakan sebuah aplikasi yang mengizinkan penggunanya berinteraksi dan memberikan timbal-balik dengan sesama pengguna; membuat, mengedit dan membagikan informasi dalam berbagai bentuk. Karena itu dapat kita simpulkan, bahwa media sosial mampu menghapus batasanbatasan dalam berkomunikasi dan bersosialisasi. Media sosial tidak memiliki batasan ruang dan waktu, mereka dapat berkomunikasi kapan pun dan dimana pun mereka berada, bahkan usia dibawah umur pun saat ini sudah memiliki akun pribadi di media sosial. Akses yang mudah dalam bermedia sosial, menjadi faktor penting eksisnya media ini. Jika untuk media tradisional seperti koran, televisi, radio membutuhkan 1 Universitas Sumatera Utara.

(16) 2. modal besar, lahan luas serta tenaga kerja yang banyak, maka berbeda sekali dengan media sosial. Pengguna media sosial secara mudah bisa membuat, mengakses dan menggunakan jaringan internet dengan biaya yang kecil serta melakukannya sendiri dengan mudah. Survei terbaru dari APJII (Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia) tahun 2017, jumlah pengguna internet di Indonesia mencapai 143,26 juta pengguna. Angka ini sudah meningkat dari tahun 2016 lalu dengan jumlah 132,7 juta pengguna, dan jumlah ini, sudah melampaui setengah dari total penduduk yang ada di Indonesia, yaitu sekitar 54,7%. Pengguna internet yang terus meningkat di negara ini, membuat segala hal yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari turut mengalami penyesuaian. Internet yang awalnya hanya bisa diakses melalui komputer, saat ini telah bisa diakses melalui smartphone (telepon seluler pintar), sehingga akses internet pun jadi lebih mudah dan perkembangan teknologi komunikasi yang ada di smartphone, turut berkembang menyesuaikan sifat mobilitas dari smartphone tadi. Dibawanya. Hal ini lah yang membuatnya menjadi kebutuhan utama sebagian besar masyarakat Indonesia bahkan dunia. Dari data we are social per Januari 2019, media sosial dengan pengguna terbanyak di Indonesia masih dipegang Facebook sebanyak 130 juta pengguna aktif, dengan pengguna pria sebanyak 56% dan pengguna perempuan sebanyak 44%. Kemudian di urutan kedua ada Instagram dengan 62 juta pengguna aktif yang terdiri dari pengguna pria sebanyak 51% dan pengguna perempuan sebanyak 49%. Pada urutan ketiga ada Twitter dengan 6 juta lebih pengguna aktif, yang terdiri dari 35% pengguna perempuan dan 65% pengguna pria.. Universitas Sumatera Utara. Universitas Sumatera Utara.

(17) 3. Selain untuk pemenuhan aspek sosialnya, manusia juga biasanya lebih senang berlama-lama berinteraksi di media sosial miliknya, karena biasanya informasi awal yang bersifat berita juga sering muncul dari lini masa (timeline) pengguna Twitter, Instagram dan media sosial lain. Adapun informasi yang muncul di lini masa media sosial, terdiri dari bermacam-macam informasi, sehingga menimbulkan bermacammacam kesan pula, seperti misalnya merasa senang, terhibur, dan terpikat (Bungin, 2008). Penggunaan internet yang masih didominasi oleh media sosial, menimbulkan berbagai macam pola interaksi oleh penggunanya. Perubahan pola komunikasi terjadi karena munculnya berbagai macam media sosial. Di kalangan muda, Instagram merupakan media sosial yang cukup populer. Kita dapat melihat berbagai macam pola komunikasi. di dalamnya, dari mulai. penggunaan untuk. jual beli,. mempromosikan produk barang atau jasa, dan juga penggunaan untuk pemberitaan online. Di balik banyak manfaat sosialnya, media sosial juga menjadi tempat berkembang pesatnya berita bohong (hoax), yang sering kali dibagikan para penggunanya tanpa dicek terlebih dahulu keabsahan dari berita yang mereka bagikan. Belum lagi fakta, bahwa semakin banyak dan cepatnya informasi yang tersedia di media sosial, yang terbuka bagi siapa saja, yang mana kemudahan ini seharusnya dibarengi dengan kesiapan masyarakatnya untuk mengantisipasi dampak buruk yang ditimbulkan, hingga kemudian perkembangan teknologi khususnya di bidang komunikasi memiliki dampak positif bagi masyarakat.. Universitas Sumatera Utara. Universitas Sumatera Utara.

(18) 4. Berita hoax dan ujaran kebencian berpotensi untuk membuat keresahan, keonaran, dan menciptakan rasa antipati terhadap siapa pun. Dalam seminar Bimtek Pengawasan Siaran Kampanye Pemilu 2019 yang diselenggarakan oleh Dinas Komunikasi dan Informatika Provinsi Sumatera Utara (Diskominfo Provsu), didapat data bahwa bentuk hoaks yang paling sering diterima masyarakat adalah tulisan sebesar 62.10%, kemudian dalam bentuk gambar sebesar 37.50%, dan terakhir dalam bentuk video sebesar 0.40%. Adapun jenis hoaks yang paling sering diterima masyarakat adalah isu sosial politik sebesar 91.80%, kemudian disusul dengan isu SARA sebesar 88.60%, isu kesehatan sebesar 41.20%, dan jenis hoaks yang paling sedikit adalah hoaks mengenai isu lalu lintas dengan persentase sebesar 4%. Menurut data terbaru dari Divisi Multimedia Humas Mabes Polri, telah termonitor sebanyak 3.500 berita hoaks per hari, sedangkan Direktorat Tindak Pidana Siber Bareskrim Polri telah mengamankan 18 tersangka dugaan SARA dan ujaran kebencian sepanjang tahun 2018. Hoax bertujuan untuk mengarahkan para pembacanya berprasangka buruk tanpa bukti yang nyata. Terkait pemilu, setidaknya ada beberapa isu hoax yang telah digelontorkan sejauh ini, seperti isu kotak kardus sebagai tempat pemungutan suara, isu 14 juta orang yang tidak waras namun masuk kedalam Daftar Pemilih Tetap (DPT), hingga kabar penemuan 7 kontainer berisi surat suara yang telah tercoblos. Padahal, menurut Direktur Eksekutif Jaringan Demokrasi Indonesia (JaDi) Sumatera Utara Nazir Salim Manik, penggunaan kotak suara berbahan kardus atau duplex sudah dilakukan sejak pemilu 2014 silam. Namun saat itu tidak begitu dipersoalkan, sedangkan tentang masuknya tunagrahita ke dalam DPT juga sudah menjadi wacana pada Pemilu sebelumnya. Selain itu, ujaran kebencian. Universitas Sumatera Utara. Universitas Sumatera Utara.

(19) 5. juga termasuk dalam peta kerawanan pemilu, dan bisa membuat jalannya pemilu terganggu. Kepala Seksi Sandi Telekomunikasi Dinas Informasi dan Komunikasi Pemerintahan Provinsi Sumatera Utara, Thamrin Dedi Sunarto menyebutkan 92,4 persen hoax menyebar dari media sosial, dan 22,88 persen menyebar lewat aplikasi chat dan lainnya. Disisi lain, media massa merupakan salah satu pintu gerbang informasi, sekaligus penyebar ilmu pengetahuan dan perkembangan teknologi yang sangat berguna dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa. Pada saat yang bersamaan, media massa sebagai pilar keempat demokrasi punya „PR‟ besar melawan informasi bohong. Bahkan, Presiden Joko Widodo secara pribadi ikut menyoroti mengenai semakin banyaknya pelanggaran kode etik yang dilakukan oleh media massa, khususnya portal berita di internet yang berisi berita tidak benar, fitnah, mengandung muatan pornografi, sadis, ujaran kebencian dan lain-lain. Kasus besar terbaru terjadi pada akhir tahun 2018, mengenai kasus “Hoaks Ratna Sarumpaet” TEMPO.CO, Jakarta - Kepolisian Daerah Metro Jaya menangkap aktivis Ratna Sarumpaet pada Kamis malam, 4 Oktober 2018 di Bandara Internasional Soekarno Hatta. Ratna ditangkap sebelum terbang ke Santiago, Cile. Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya Komisaris Besar Raden Prabowo Argo Yuwono mengatakan, penangkapan terhadap Ratna dilakukan karena kepolisian telah menetapkan dia sebagai tersangka dalam kasus penyebaran hoax atau berita bohong. Kepolisian menjerat Ratna dengan pasal 14 dan 15 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1946 tentang Peraturan Hukum Pidana serta pasal 28 juncto pasal 45 Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE). "Ancaman hukumannya maksimal 10. Universitas Sumatera Utara. Universitas Sumatera Utara.

(20) 6. tahun penjara," Kata Argo di Polda Metro Jaya, Jakarta Selatan, Kamis 4, Oktober 2018. Sebelum ditangkap pihak kepolisian, hoax mengenai penganiayaan Ratna telah menjadi perhatian publik. Sejumlah tokoh politik pun sempat melontarkan pernyataan mengenai hoax penganiayaan Ratna Sarumpaet, namun kemudian Ratna mengakui bahwa dirinya telah berbohong mengenai penganiayaan tersebut, dan kini sedang menjalani persidangan akibat perbuatannya. Dua pekan jelang Pemilu Presiden 2019, penyebaran informasi palsu atau hoaks kian masif dan sistematis. Data yang didapat dari Masyarakat Anti Fitnah Indonesia atau Mafindo menyebutkan, bahwa jutaan orang terpapar hoaks di media sosial. Mafindo menemukan penyebaran video hoaks berjudul “Server Komisi Pemilihan Umum di-setting untuk Memenangkan Kubu Tertentu” yang disebar secara masif di media sosial. Hanya dalam sehari, video hoaks ini dibagikan lebih dari 45.000 kali dan dilihat 974.000 kali. Hoaks “Server KPU” itu disebar di semua jejaring media sosial, mulai dari Facebook, Twitter hingga Instagram. Pendataan oleh Mafindo belum termasuk penyebaran di grup Whatsapp yang diduga angkanya bisa jauh lebih besar. Ketua presidium Mafindo, Septiaji Eko Nugroho mengatakan, hoaks “Server KPU” itu merupakan Hoaks yang paling besar dan paling cepat penyebarannya di masyarakat terkait Pilpres 2019. Diduga, hoaks-hoaks semacam ini sengaja disebar untuk mendelegitimasi penyelenggaraan pemilu. Informasi palsu ini disebar dengan sangat masif, jauh dibandingkan hoaks-hoaks sebelumnya.. Universitas Sumatera Utara. Universitas Sumatera Utara.

(21) 7. Adapun ciri-ciri hoax menurut Kominfo, di antaranya: 1) Tidak jelas sumbernya. Umumnya, pemberitaan hoax di media sosial kerap tidak memiliki sumber yang jelas, tidak jelas tautan media pengirimnya; 2) Isi pesan sepihak, tidak berimbang dan hanya membela atau hanya menyerang pihak tertentu, sehingga mengakibatkan kecemasan, kebencian, dan permusuhan di kalangannya. Masyarakat yang terpapar hoax biasanya akan mudah terpancing perdebatan dan berlanjut dengan konflik yang berkepanjangan. Jika sudah berdebat, mereka akan saling membenci dan memojokkan, sehingga terjadi permusuhan antar sesama; 3) Sering mencatut namanama tokoh, seakan informasi tersebut berasal dari tokoh tersebut; 4) Info yang dibagikan kerap memanfaatkan fanatisme dengan nilai ideologi atau agama untuk meyakinkan; 5) Judul atau tampilan provokatif, termasuk dengan cara membuat judul dan teras berita yang tendensius, menghakimi, serta cenderung membelokkan fakta dan data yang sebenarnya; 6) Judul dengan isi atau link yang dibuka tidak cocok; 7) Berisi kata-kata meminta untuk di-share seluas mungkin agar viral. Berita hoax rentan menjadi komoditas oknum elit untuk berbagai tujuan yang bersifat tendensius. Sebagaimana dikatakan oleh Assoc. Prof. Dr. Baharuddin Aziz, pakar komunikasi internasional yang berkedudukan di Kuala Lumpur, “Hampir seluruh negara, termasuk di kawasan ASEAN akan diserang secara gencar oleh hoax. Ironisnya generasi muda yang cenderung ber-euforia terhadap melejitnya media sosial malah condong terpengaruh pemberitaan hoaks. Tentu ini berbahaya, karena dapat merubuhkan sendi-sendi aktual dan faktual dalam sebuah pemberitaan. Begitu pula pada aspek lain seperti di bidang kebangsaan, politik, sosial kemasyarakatan, ekonomi dan lain-lain,” ujar Guru Besar Universitas Antar Bangsa Malaysia itu.. Universitas Sumatera Utara. Universitas Sumatera Utara.

(22) 8. Banyak generasi muda yang belum tepat mengenali mana informasi yang mengandung hoaks dan mana informasi yang benar. Padahal saat ini, sudah banyak situs yang tersedia untuk mengecek kebenaran informasi dan opini yang bergulir, dengan cara melakukan verifikasi fakta terhadap informasi yang diterima, salah satunya dengan menggunakan situs anti hoaks karya anak bangsa, yang dibuat untuk meminimalisir penyebaran hoaks. Ketua Aliansi Jurnalis Independen, Abdul Manan menambahkan, dalam upaya memberantas berita-berita palsu, sejumlah media dan organisasi berkolaborasi membentuk cekfakta.com untuk menguji setiap berita yang muncul di media sosial. Dalam hal ini, penyebaran hoaks dilawan melalui kerja-kerja jurnalistik. Pada poin ini lah kita seharusnya sadar, bahwa masyarakat harus mendapatkan pendidikan mengenai pentingnya literasi media. Hal ini penting agar masyarakat mampu memanfaatkan hingga kemudian menikmati dampak positif dari kemajuan teknologi di bidang komunikasi, tanpa harus khawatir terhadap dampak buruknya. Ini bisa terlaksana jika setiap individu memiliki kesadaran bermedia. Memiliki kesadaran bermedia akan memberikan masyarakat perspektif yang lebih jelas untuk melihat perbatasan antara dunia nyata dan dunia yang diproduksi oleh media. Ketika kita memiliki kesadaran bermedia, kita memiliki arah yang jelas ketika kita berada di dunia yang diproduksi media, sehingga kita bisa mendapatkan pengalaman dan informasi yang diinginkan tanpa terganggu oleh hal-hal yang berbahaya bagi kita, seperti berita palsu atau pun penipuan, sementara masyarakat yang tidak memiliki kesadaran bermedia akan tersapu oleh gelombang pesan dan informasi yang tidak mereka butuhkan, palsu dan tertipu tanpa mereka sadari.. Universitas Sumatera Utara. Universitas Sumatera Utara.

(23) 9. Melek media atau lebih sering disebut sebagai literasi media, berfokus pada proses adaptasi dengan dunia kita yang berubah menjadi lebih baik dalam menilai makna di setiap pesan, mengatur makna itu sehingga berguna, dan kemudian membangun pesan untuk menyampaikan makna itu kepada orang lain. Dengan demikian, perspektif yang digunakan secara aktif ketika individu mengakses media dengan tujuan untuk memaknai pesan yang disampaikan oleh media, itulah yang disebut oleh Potter (2008) sebagai literasi media. Adapun cara melakukan literasi media menurut Potter (2008) adalah kegiatan memahami dan memunculkan kecakapan individu dalam menggunakan media, ini merupakan tujuan utama dalam kegiatan literasi media. Mengingat istilah literasi media merupakan istilah yang populer, maka perlu adanya upaya untuk membuat rumusan yang lebih jelas agar dapat diterima dan juga tidak disalah artikan oleh pihak lain. Agar upaya tersebut tercapai, maka beberapa instansi pemerintah seperti Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Kementerian Sosial, Komisi Perlindungan Anak, Komisi Penyiaran Indonesia, dan instansi lainnya perlu turun tangan dalam memberikan penyuluhan untuk menerapkan pendidikan mengenai literasi media. Program penyuluhan ini sebaiknya difokuskan kepada anak yang masih duduk di bangku Sekolah Dasar dan yang berada di tingkat usia dini. Ini dikarenakan kebiasaan bermedia seseorang akan dibentuk dan terus melekat mulai masa kanakkanak hingga dewasa nanti. Dengan demikian, tentunya kemampuan dan pendidikan literasi media pada anak akan berpengaruh dalam tumbuh kembangnya hingga dewasa. Sang anak akan memiliki bekal pengetahuan dan keterampilan yang cukup dalam menghadapi media, sehingga ia akan lebih terlindungi dari dampak negatif. Universitas Sumatera Utara. Universitas Sumatera Utara.

(24) 10. media. Hanya saja literasi media tidak sebatas pada penyuluhan saja, seperti dalam bentuk seminar. Literasi media juga dapat dilakukan mulai dari institusi terkecil seperti keluarga; dari orang tua kepada anaknya ketika mengonsumsi informasi di media sosial. Hal ini diperlukan karena struktural pengetahuan mereka yang masih rendah dalam memahami konstruksi realitas yang direpresentasikan di media. Literasi media bertujuan membantu khalayak, agar memiliki pengetahuan dan pemahaman yang cukup tentang isi media, sehingga dapat mengendalikan pengaruh media dalam kehidupannya. Untuk melindungi konsumen yang rentan dan lemah terhadap dampak media penetrasi budaya media baru. Tujuan literasi media adalah untuk menghasilkan warga masyarakat yang "well informed/reliable" (telah menerima informasi dengan baik), serta dapat membuat penilaian terhadap konten media berdasarkan pengetahuan dan pemahaman mereka terhadap media yang bersangkutan. Gilster (2007) menyatakan konsep literasi digital sebagai kemampuan memahami dan menggunakan informasi dari berbagai sumber digital, dengan kata lain kemampuan untuk membaca, menulis, dan berhubungan dengan informasi dengan menggunakan teknologi dan format digital. Penulis lain menggunakan istilah literasi digital untuk menunjukkan konsep yang luas yang menautkan bersama-sama berbagai literasi berbasis kompetensi dan keterampilan teknologi komunikasi, namun menekankan pada kemampuan evaluasi informasi yang lebih "lunak" dan perangkaian pengetahuan bersama-sama pemahaman dan sikap (Bawden, 2008; dan Martin, 2008).. Universitas Sumatera Utara. Universitas Sumatera Utara.

(25) 11. IFLA ALP Workshop (2006) menyebutkan, literasi digital didefinisikan sebagai kemampuan memahami dan menggunakan informasi dalam berbagai format dari sejumlah besar sumber daya tatkala sumber daya tersebut disajikan melalui komputer. Literasi digital mencakup pemahaman tentang web dan mesin pencari. Pemakai memahami bahwa tidak semua informasi yang tersedia di web memiliki kualitas yang sama. Dengan demikian, pemakai lambat laun dapat mengenal lagi situs web mana yang handal, serta situs mana yang tidak dapat dipercaya. Dalam literasi digital ini pemakai dapat memilih mesin pemakai yang baik untuk kebutuhan informasinya, mampu menggunakan mesin pencari secara efektif (misalnya dengan "advanced search"). Singkatnya, literasi digital adalah himpunan sikap, pemahaman keterampilan dan kemampuan untuk memanfaatkan media baru seperti internet, untuk mengakses dan mengkomunikasikan informasi secara efektif, serta kemampuan untuk mengumpulkan, mengorganisasikan, menyaring, dan mengevaluasi informasi, juga membentuk opini yang kokoh, (Bertelsman &AOL Time Warner, 2002: 13). Kasus yang menimpa Himma Dewiyani Lubis, Dosen Universitas Sumatera Utara adalah fakta bahwa kaum intelektual ternyata juga dapat menjadi pelaku penyebaran hoaks, hingga kemudian beliau didakwa melanggar UU ITE lantaran menulis status di akun Facebook terkait teror bom gereja di Surabaya, Jawa Timur, Mei 2018 lalu. Himma ditangkap oleh penyidik Polda Sumut setelah menulis kalimat di facebook miliknya, “Skenario pengalihan yang sempurna #2019GantiPresiden”, dan “Ini dia pemicunya sodara, Kitab Al-Quran dibuang”. Fakta ini tentu saja menjadi ironi dikarenakan kaum intelektual seperti dosen maupun mahasiswa yang seharusnya. mampu. menggunakan,. memahami,. menganalisa,. memilih,. dan. Universitas Sumatera Utara. Universitas Sumatera Utara.

(26) 12. memproduksi pesan media, namun pada kenyataannya turut menyebarluaskan pemberitaan hoax tersebut, sehingga terjadi ketimpangan antara „harapan‟ dan „kenyataan‟ (das sollen das sein). Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk meneliti bagaimana kemampuan literasi digital mahasiswa Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara saat diterpa berita hoaks melalui media sosial? Alasan peneliti memilih mahasiswa program studi Ilmu Komunikasi, karena mereka mempelajari literasi media. Sebagaimana kita ketahui, pendidikan literasi media di Indonesia masih sebatas dilakukan terhadap mahasiswa program studi ilmu komunikasi. Sementara kurikulum terkait belum pernah diajarkan terhadap mereka yang duduk di bangku sekolah dasar, pertama dan menengah. Padahal keberadaan media sosial dapat diakses oleh siapapun dan dimanapun. 1.2. Fokus Penelitian Berdasarkan latar belakang masalah yang sudah diuraikan di atas, dan agar cakupan penelitian ini tidak terlalu luas, serta tidak banyak menimbulkan penafsiran, maka peneliti menetapkan fokus masalah dalam penelitian ini, yakni “Bagaimana literasi digital mahasiswa S1 Program studi Ilmu Komunikasi FISIP USU saat diterpa berita hoaks melalui media sosial?”.. 1.3. Tujuan Penelitian. Universitas Sumatera Utara. Universitas Sumatera Utara.

(27) 13. Adapun tujuan penelitian ini adalah, “Bagaimana mengetahui literasi digital Mahasiswa S1 Program studi Ilmu Komunikasi FISIP USU saat diterpa berita hoaks melalui media sosial”. 1.4. Manfaat Penelitian Adapun manfaat penelitian ini, sebagai berikut: 1. Manfaat Teoritis Penelitian ini memberikan kontribusi dan memperluas wawasan pembaca, terkait dengan Literasi Digital. 2. Manfaat Akademis Penelitian ini berkontribusi dalam menambah dan/atau memperluas khazanah penelitian Ilmu Komunikasi, dan dapat menjadi referensi tambahan bagi mahasiswanya, khususnya Mahasiswa Magister Ilmu Komunikasi Universitas Sumatera Utara. 3. Manfaat Praktis Penelitian ini dapat bermanfaat dan menjadi masukan bagi pihak-pihak terkait, khususnya pemerintah yang menangani bidang pendidikan, agar sadar bahwa pengajaran mengenai Literasi Digital sudah mendesak untuk di masukkan ke dalam kurikulum pendidikan kita.. Universitas Sumatera Utara. Universitas Sumatera Utara.

(28) BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1.Paradigma Penelitian Penelitian merupakan cara untuk mengungkapkan atau mencari kebenaran dari suatu masalah ataupun fenomena yang ada dalam masyarakat, dan di dalam sebuah penelitian terdapat paradigma. Adapun langkah pertama seorang peneliti dalam sebuah penelitian adalah memilih dan menetapkan paradigma penelitian. Melalui paradigma seorang peneliti dapat memahami fenomena apa yang akan diteliti. Paradigma penelitian merupakan cara pandang dan landasan dalam menentukan arah berfikir bagi peneliti dalam melakukan penelitiannya. Istilah paradigma menurut A. Mappadjantji (2005: 36) dipopulerkan oleh Thomas S. Kuhn yang mengemukakan, bahwa paradigma ilmiah adalah konstalasi hasil kajian yang terdiri dari seperangkat konsep, nilai, teknik dan lainnya yang digunakan bersama oleh komunitas ilmiah untuk menentukan kebenaran masalah beserta solusinya. Menurut Moleong (dalam Zulfikar & Nyoman Budiantara, 2014:31) paradigma adalah cara untuk mempersepsikan, menilai dan melakukan sesuatu secara khusus mengenai realitas. Dedy N. Hidayat (dalam Burhan Bungin, 2008: 237) menyatakan, terdapat tiga paradigma dalam penelitian ilmu komunikasi, yaitu paradigma klasik, kritis, dan konstruktivis: 1. Paradigma Klasik/Positivistik, yang menempatkan ilmu sosial sebagai gejala alam atau fisik. Paradigma ini bertujuan untuk mencari kausalitas guna memprediksi gejala-gejala umum dari bentukan negara sosial.. 15 Universitas Sumatera Utara.

(29) 16. 2. Paradigma Konstruktivisme, yang memandang ilmu komunikasi sebagai analisis sistematis terhadap tindakan yang penuh kebermaknaan. 3. Paradigma Kritis, yang mendefinisikan ilmu sebagai suatu proses yang secara kritis berusaha mengungkapkan fenomena nyata dibalik sebuah ilusi, ataupun kesadaran palsu yang mencuat di permukaan. Tujuannya ialah untuk membentuk kesadaran sosial agar di kemudian hari dapat diperbaiki. Sejumlah hal mendasar yang membedakan ketiga paradigma di atas antara lain: Konsepsi tentang ilmu sosial, asumsi tentang masyarakat, manusia, realitas sosial, keberpihakan moral, dan juga komitmen terhadap hal-hal tertentu. 2.1.1. Paradigma Konstruktivis Penelitian ini menggunakan paradigma konstruktivis.Menurut Zulfikar & Budiantara (2014: 35) mengemukakan, bahwa penelitian konstruktivis cenderung tergantung pada pandangan partisipan mengenai situasi yang diteliti.Metode konstruktivis ini tidak memulai dengan teori, namun cenderung mengembangkan teori.Menurut A. Mappadjantji Amien (2005: 38) juga mengemukakan, bahwa konstruktivisme membangun perspektif tentang adanya keterkaitan antara objek dan subjek. Menurut Andi Bulaeng (2004: 12) ada lima asumsi yang mendasar dalam paradigma ini, yaitu: 1. Konstruktivisme menolak pandangan logika positivisme Kaum konstruktivis beranggapan bahwa persepsi dan interpretasi peneliti memengaruhi penglihatan peneliti saat penelitian. 2. Konstruktivis menolak pandangan bahwa pengalaman tidak berdiri sendiri.. Universitas Sumatera Utara. Universitas Sumatera Utara.

(30) 17. Kaum konstruktivis mengingkari pandangan bahwa konsep teoritis berbeda dengan indikator empirisnya. 3. Konstruktivis beranggapan bahwa teori komunikasi lebih dari hubungan statistik, namun juga menjelaskan perilaku komunikasi mengacu pada alasan seseorang berbicara dengan orang lain. Paradigma konstruktivis diuraikan oleh Guba dan Lincoln (dalam Yesmil Anwar & Adang, 2008: 63) beranggapan, bahwa realitas merupakan konstruksi sosial, kebenaran realitas bersifat relatif dan berlaku dalam konteks yang relevan dengan pelaku sosial.Temuan penelitian berasal dari interaksi antara peneliti dengan yang diteliti.Dalam metodologisnya melalui interaksi antara peneliti dan responden dalam mengonstruksikan realitas yang diteliti melalui metode kualitatif, dalamnya temuan merupakan refleksi dari realitas serta dihayati oleh pelaku sosial. Robyn Penmann (dalm Elvinaro Ardianto & Bambang Q-Aness, 2007: 158) merangkum kaitan konstruktivisme dan komunikasi, sebagai berikut: 1. Tindakan komunikatif bersifat sukarela, karena subjek yang merupakan pembuat komunikasi memiliki pilihan yang bebas. 2. Pengetahuan adalah sebuah produk sosial, karena pengetahuan dapat ditemukan melalui bahasa, sebab lewat bahasa konstruksi realitas tercipta. 3. Pengetahuan bersifat kontekstual yang dipengaruhi oleh ruang-waktu dan seiring berjalannya waktu akan berubah 4. Teori-teori menciptakan dunia. Dunia disini adalah pemahaman manusia atas kenyataan diluar dirinya 5. Pengetahuan bersifat sarat nilai.. Universitas Sumatera Utara. Universitas Sumatera Utara.

(31) 18. 2.2 Penelitian Sejenis Terdahulu Penelitian sejenis yang membahas mengenai literasi media seperti penelitian ini cukup banyak. Adapun beberapa literatur yang bisa dijadikan sebagai acuan antara lain: 1) Media Baru, Visi Khalayak Aktif dan Urgensi Literasi Media. Milik Puji Rianto dari Prodi Ilmu Komunikasi, Fakultas Psikologi dan Sosial Budaya, Universitas Islam Indonesia. Kajian ini didasarkan pada argumentasi khalayak media baru yang pada dasarnya merefleksikan visi paling radikal dari uses and gratifications. Dalam visi baru ini, audiens benar-benar terlibat secara aktif dalam mencari informasi. Pada satu sisi, hal ini memberikan harapan baru bagi partisipasi khalayak dalam proses komunikasi, sekaligus membuka kesempatan yang lebih luas bagi partisipasi warga negara dalam kehidupan publik. Namun, di sisi lain, hal itu juga mengandung persoalan. Dalam banyak kasus, khalayak lebih mencari informasi yang meneguhkan keyakinannyaatau pilihan-pilihan sikap yang sebelumnya telah diambil. Akibatnya, individu cenderung tenggelam ke dalam ‗kesesatan‘ sikap dan keyakinan yang dipilihnya. Studi ini meneguhkan hal itu. Melalui partisipasi observasi, studi ini menemukan bahwa individu-individu terlibat aktif dalam mencari dan berbagi informasi dalam suatu kelompok percakapan yang disesuaikan dengan kebutuhan, nilai, dan keyakinan mereka. Sayangnya, hal itu tidak disertai dengan sifat kritis yang cukup atas sumber-sumber informasi yang mereka akses, sehingga menciptakan suatu pandangan yang bias dan menyesatkan.. Universitas Sumatera Utara. Universitas Sumatera Utara.

(32) 19. Dalam situasi semacam itu, suatu digital literasi mutlak diperlukan agar media baru benar-benar memberikan manfaat bagi khalayak, dan bukannya sebaliknya. 2) Analisis Fenomena Hoaks di Berbagai Media Sosial dan Cara Menanggulangi Hoaks. Milik Roida Pakpahan dari AMIK BSI Jakarta. Perkembangan teknologi yang semakin berkembang secara tidak langsung turut serta memengaruhi perilaku sosial masyarakat Indonesia,khususnya pengguna media sosial.Kehadiran media sosial sebagai wadah berbincang dan bertukar informasi antara satu dengan yang lain tentu memberikan dampak yang sangat positif, namun disisi lain, media sosial juga menjadi arena bagi penyampaian opini, ujaran penuh kebencian (hate speech) dan berita-berita palsu (hoax). Hoaks adalah istilah untuk menggambarkan suatu berita bohong, fitnah, atau sejenisnya. Hoaks sendiri telah menimbulkan keresahan dalam masyarakat, bahkan dapat memecah belah persatuan dan salah satu solusi untuk mengatasi hoakstersebut adalah membangun daya pikir masyarat, agar tidak mudah terprovokasi oleh hoaks yang tidak bisa dipastikan kebenarannya. Mengajak masyarakat agar cerdas dalam melakukan literasi informasi, mengecek kebenaran informasi, sebelum melakukan share atau berbagi informasi melalui media sosial. Disisi lain pemerintah harus tanggap terhadap hoax yang beredar yang meresahkan masyarakat, meskipun saat ini pemerintah telah membentuk Satgas Anti Hoaks. Pemerintah diharapkan terus melakukan verifikasi atau akreditasi terhadap media mainstream maupun para penyedia berita melalui televisi, koran dan media online, termasuk melakukan akreditasi dan independensi terhadap para wartawan yang menyajikan informasi,serta. Universitas Sumatera Utara. Universitas Sumatera Utara.

(33) 20. menutup situs-situs yang menyebarkan berita hoaks dan terus giat mensosialisasikan dan menerapkan UU ITE. 3) Kredibilitas Pemberitaan pada Portal Berita Onlinevivanews.com. Milik Rachmat Widodo dari Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Diponegoro. Perkembangan teknologi sekarang ini tumbuh dengan cepat, munculnyamedia baru yang disebut dengan internet semakin memudahkan manusia untuk berkomunikasi tanpa mengenal adanya batasan ruang dan waktu. Komunikasi melalui komputer telah menjadi media baru dalam perkembangan kegiatan jurnalistik. Salah satu portal berita online di Indonesia yang banyak dikonsumsi adalah vivanews.com. Dalam menyebarkan informasi, media online memiliki kelebihan yaitudapat diakses dengan mudah, cepat, di mana saja, kapan saja, dan informasi yang dimiliki lebih update. Akan tetapi, pemenuhan terhadap kebutuhan khalayak akan kecepatan pemberitaan justru tidak memberikan informasi yang baik. Banyak ditemukan kesalahan pada portal berita online. Ketika terjadi kesalahan dalam sebuah berita, maka berita menjadi tidak akurat dan mengubah pemaknaan khalayak terhadap isi berita, sehingga berita menjadi tidak kredibel. Hal tersebut yang mendorong peneliti untuk mendeskripsikan dan mengetahui kredibilitas pemberitaan vivanews.com. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode analisis isi. Analisis isi digunakan untuk menganalisis dan mendeskripsikan kredibilitas pemberitaan yang diposting oleh vivanews.com selama 1 – 31 Mei 2012. Waktu tersebut dipilih karena waktu tersebut merupakan masa ketika jumlah page viewervivanews mengalami peningkatan persentase. Dari penelitian ini, dapat dilihat. Universitas Sumatera Utara. Universitas Sumatera Utara.

(34) 21. bahwa pemberitaan pada portal berita online vivanews.com cukup kredibel. Kualitaskualitas yang menentukan tingkat kredibilitas pemberitaan seperti accuracy, believability, bias, dan completeness sudah dimiliki vivanews.com dan relatif terpenuhi. 4). Literasi Media Internet di Kalangan Mahasiswa. Milik Gracia Rachmi Adiarsi Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana pengguna Internet sejalan dengan literasi media. Menurut Asosiasi Penyedia Layanan Internet Indonesia (APJII) dan Statistik BPS Indonesia, ditemukan bahwa pengguna internet di Indonesia telah tumbuh sejak tiga tahun lalu hingga 13% atau menjadi 71,19 juta orang hingga akhir 2013. Menurut survei penelitian MarkPlus Insight , "Netizen" atau pengguna Internet yang menghabiskan lebih dari tiga jam per hari di Internet. Selain itu, mereka meningkat dari 24,2 juta orang pada tahun 2012 dan menjadi 31,7 juta orang pada tahun 2013. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan mengumpulkan data melalui Focus Group Discussion (FGD) kepada mahasiswa universitas swasta yang menghabiskan internet 5 jam per hari dan kurang dari 5 jam per hari. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah literasi media. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa siswa yang mengakses Internet di bawah 5 jam per hari sudah sibuk dengan pekerjaan dan tidak terlalu intens dalam menggunakan Internet baik melalui smartphone atau komputer. Temuan berbeda datang dari siswa yang mengakses Internet lebih dari 5 jam per hari. Sebagian besar waktu, mereka menggunakan Internet untuk media sosial dan pesan instan (instant messenger). Universitas Sumatera Utara. Universitas Sumatera Utara.

(35) 22. melalui smartphone. Sikap kritis terhadap pesan media tergantung pada minat informan terhadap informasi tersebut. 5) Literasi Media Pada Mahasiswa Prodi Ilmu Komunikasi Universitas Mulawarman. Milik Inda Fitryarini 2.3. Uraian Teoritis 2.3.1. Komunikasi Massa Komunikasi Massa merupakan suatu tipe komunikasi manusia (human communication), yang lahir bersamaan dengan mulai digunakannya alat-alat mekanik, yang mampu melipatgandakan pesan-pesan komunikasi.Dalam sejarah publisistik dimulai satu setengah abad setelah ditemukan mesin cetak oleh Johannes Gutenberg. Sejak itu dimulai suatu zaman yang dikenal dengan zaman publisistik atau awal dari era komunikasi massa. Sebaliknya, zaman sebelumnya dikenal sebagai zaman prapublisistik. Istilah publisistik sering dipakai dalam arti yang identik dengan istilah komunikasi massa. Di Amerika Serikat, komunikasi massa sebagai ilmu baru lahir pada 1940-an, ketika para ilmuwan sosial mulai melakukan pendekatan-pendekatan ilmiah mengenai gejala komunikasi. Di Indonesia, gejala komunikasi yang menggunakan media massa ini dipelajari di perguruan tinggi sekitar tahun 1950-an. Pada dekade sebelum abad ke-20, alat-alat mekanik yang menyertai lahirnya publisistik atau komunikasi massa adalah alat-alat percetakan (press printed) yang menghasilkan suratkabar, buku-buku, majalah, brosur, dan materi cetakan lain. Gejala ini makin meluas pada dasawarsa pertama abad ke-20, ketika film dan radio mulai digunakan secara luas.Kemudian disusul televisi pada dekade berikutnya.Kini kita. Universitas Sumatera Utara. Universitas Sumatera Utara.

(36) 23. sudah memasuki era telekomunikasi dengan digunakannya sistem satelit ruang angkasa dan jaringan komputer. Sebagian atau sejumlah besar dari peralatan mekanik itu dikenal sebagai alatalat komunikasi massa atau lebih populer dengan nama media massa, yang meliputi semua (alat-alat) saluran, ketika narasumber (komunikator) mampu mencapai jumlah penerima (komunikan, audience) yang luas serta secara serentak dengan kecepatan yang relatif tinggi. Karena demikian erat penggunaan peralatan tersebut, maka komunikasi massadapat diartikan sebagai jenis komunikasi yang menggunakan media massa untuk pesan-pesan yang disampaikan. Komunikasi. massa. kita. adopsi. dari. istilah. bahasa. Inggris,. mass. communication, kependekan dari mass media communication (komunikasi media massa). Artinya, komunikasi yang menggunakan media massa atau komunikasi yang ―mass mediated‖ (Wiryanto, 2000: 1-2). Kata massa dalam komunikasi massa dapat diartikan lebih dari sekadar ―orang banyak‖. Massa kita artikan sebagai ―meliputi semua orang yang menjadi sasaran alat-alat komunikasi massa‖ (Berlo, 1960). Massa mengandung pengertian orang banyak, tetapi mereka tidak harus berada di suatu lokasi tertentu yang sama. Mereka dapat tersebar atau terpencar di berbagai lokasi yang dalam waktu yang sama, atau hampir bersamaan dapat memperoleh pesan-pesan komunikasi yang sama. Massa juga dapat kita lihat sebagai ―meliputi semua lapisan masyarakat‖ atau ―khalayak ramai‖ dalam berbagai tingkat umur, pendidikan, keyakinan, status sosial. Tentu saja yang terjangkau oleh saluran media massa. Pool (1973) mendefinisikan komunikasi massa sebagai komunikasi yang berlangsung dalam situasi interposed, ketika antara sumber dan penerima tidak. Universitas Sumatera Utara. Universitas Sumatera Utara.

(37) 24. terjadi kontak secara langsung. Pesan-pesan komunikasi mengalir kepada penerima melalui saluran-saluran media massa, seperti suratkabar, majalah, radio, film atau televisi‖. Massa dalam arti komunikasi massa lebih menunjuk pada penerima pesan yang berkaitan dengan media massa. Dengan kata lain, massa yang dalam sikap dan perilakunya berkaitan dengan peran media massa. Oleh karena itu, massa di sini menunjuk kepada khalayak, audience, penonton, pemirsa, atau pembaca. Beberapa istilah ini berkaitan dengan media massa (Nurudin, 2015: 4). Komunikasi massa (mass communication) adalah komunikasi yang menggunakan media massa, baik cetak (suratkabar, majalah) atau elektronik (radio, televisi). Bisa dikatakan media massa bentuknya antara lain media elektronik (televise, radio), media cetak (suratkabar, majalah, tabloid), buku dan film. Dalam perkembangan komunikasi massa yang sudah sangat modern dewasa ini, ada satu perkembangan tentang media massa, yakni ditemukannya internet. Jika ditinjau dari ciri, fungsi dan elemennya, internet jelas masuk dalam bentuk komunikasi massa. Dengan demikian, bentuk komunikasi massa bias ditambah dengan internet. Komunikasi massa menurut Joseph A. Devito (dalam McQuail, 1996: 7), menyebutkan: First, mass communication iscommunication addressed to the masses, to an extremely large science. This does not mean that audience includes all people or everyone who reads or everyone who watches television; rather it means an audience that is large and generally rather poorly defined.Second, mass communication is communication mediated by audio and/or visual transmitter. Mass. Universitas Sumatera Utara. Universitas Sumatera Utara.

(38) 25. communication is perhaps most easily and most logically defined by it form: television, radio, newspaper, magazines, films, books and tapes. Terjemahannya adalah, ―Pertama, komunikasi massa adalah komunikasi yang ditujukan kepada massa, kepada khalayak yang luar biasa banyaknya. Ini tidak berarti bahwa khalayak meliputi seluruh penduduk, atau semua orang yang membaca atau semua orang yang menonton televisi.Agaknya, ini tidak berarti pula bahwa khalayak itu besar pada umumnya, agak sukar untuk didefinisikan.Kedua, komunikasi massa adalah komunikasi yang disalurkan oleh pemancar-pemancar yang audio dan atau visual. Komunikasi massa barangkali akan lebih mudah dan lebih logis, bila didefinisikan menurut bentuknya (televisi, radio, suratkabar, majalah, film, buku dan pita). Beberapa definisi komunikasi massa tidak menyebutkan internet dalam definisi komunikasinya, karena definisi itu dibuat beberapa puluh tahun yang lalu, ketika internet belum mewabah seperti sekarang ini. Maka, sah-sah saja jika saat ini kita memasukkan internet dalam bentuk komunikasi massa. Jadi, media massa itu antara lain: televisi, radio, internet, majalah, koran, tabloid, buku dan film (film bioskop dan bukan negatif film yang dihasilkan kamera). Dalam pandangan lama, yang disebut alat-alat komunikasi massa meliputi suratkabar, majalah, tabloid, buku, televisi, radio, kaset/CD, dan film. Sementara, dalam pandangan baru ada penambahan, yakni suratkabar, majalah, tabloid, televisi, radio, dan internet. Penambahan tersebut dimungkinkan, karena perkembangan teknologi komunikasi massa yang cepat dan perubahan tersebut akan membawa konsekuensi perubahan ciri, yang melekat pada media massa tersebut.. Universitas Sumatera Utara. Universitas Sumatera Utara.

(39) 26. Pada dasarnya, komunikasi massa adalah komunikasi melalui media massa (media cetak dan elektronik). Sebab, awal perkembangannya saja, komunikasi massa berasal dari pengembangan kata media of mass communication (media komunikasi massa). Media massa (atau) saluran yang dihasilkan oleh teknologi modern. Hal ini perlu ditekankan, sebab ada media yang bukan media massa, yakni media tradisional seperti kentongan, angklung, gamelan, dan lain-lain. Jadi, di sini jelas media massa menunjuk pada hasil produk teknologi modern sebagai saluran dalam komunikasi massa (Nurudin, 2015: 5). Disamping itu, agar tidak membingungkan, kita juga perlu membedakan antara mass communications (dengan s) dengan mass communication (tanpa s). seperti dikemukakan oleh Jay Black dan Frederick C. Whitney dalam bukunya Introduction to Mass Communication (1988) dikatakan bahwa Mass Communications lebih menunjuk pada media mekanis, yang digunakan dalam komunikasi massa, yakni media massa. Sementara itu, mass communication lebih menunjuk pada teori atau proses teoritik. Atau bisa dikatakan mass communication lebih menunjuk pada proses dalam komunikasi massa, namun keduanya saling mendukung satu sama lain. Ada satu definisi komunikasi massa yang dikemukakan Michael W. Gamble dan Teri Kwal Gamble (1986) akan semakin memperjelas apa itu komunikasi massa. Menurut mereka sesuatu bisa didefinisikan sebagai komunikasi massa, jika mencakup hal-hal sebagai berikut: 1. Komunikator dalam komunikasi massa mengandalkan peralatan modern, untuk menyebarkan atau memancarkan pesan secara cepat kepada khalayak yang luas dan tersebar. Pesan itu disebarkan melalui media. Universitas Sumatera Utara. Universitas Sumatera Utara.

(40) 27. modern seperti suratkabar, majalah, televisi, film, atau gabungan diantara media tersebut. 2. Anonimitas dan heterogenitasaudience. Herbert Blumer (1939), kemudian menggunakan ini untuk menyebut mass audience (penerima pesan dalam komunikasi massa). Yang disebut penerima dalam komunikasi massa itu paling tidak mempunyai: (1) Heterogenitas susunan anggotanya yang berasal dari berbagai kelompok lapisan masyarakat; (2) Berisi individu yang tidak saling mengenal, dan terpisah satu sama lain (tidak mengumpul), serta tidak berinteraksi satu sama lain pula; dan (3) Tidak mempunyai pemimpin atau organisasi formal. 3. Pesan adalah milik publik. Artinya bahwa pesan ini bisa didapatkan dan diterima oleh banyak orang, karena itu diartikan milik publik. 4. Sebagai sumber, komunikator tidak berasal dari seseorang tetapi lembaga. 5. Komunikasi massa dikontrol oleh gatekeeper (penapis informasi). Artinya, pesan-pesan yang disebarkan atau dipancarkan dikontrol oleh sejumlah individu dalam lembaga tersebut, sebelum disiarkan lewat media massa. 6. Umpan balik dalam komunikasi massa sifatnya tertunda (delayed). Dengan demikian, media massa adalah alat-alat dalam komunikasi, yang bisa menyebarkan pesan secara serempak, cepat kepada audience yang luas dan heterogen. Kelebihan media massa dibanding dengan jenis komunikasi lain adalah ia bisa mengatasi hambatan ruang dan waktu. Bahkan, media massa mampu menyebarkan pesan hampir seketika pada waktu yang tak terbatas.. Universitas Sumatera Utara. Universitas Sumatera Utara.

(41) 28. 2.3.2. New Media (Media Baru) Media Baru adalah istilah yang dimaksudkan untuk mencakup kemunculan digital, komputer, atau jaringan teknologi informasi dan komunikasi di akhir abad ke20.Sebagian besar teknologi yang digambarkan sebagai media baru adalah digital, seringkali memiliki karakteristik dapat dimanipulasi, bersifat jaringan, padat, mampat, interaktif dan tidak memihak.Secara sederhana, media baru adalah media yang terbentuk dari interaksi antara manusia dengan komputer dan internet secara khususnya. Termasuk di dalamnya adalah web, blog, online social network, online forum dan lain-lain yang menggunakan komputer sebagai medianya. Menurut Everett M. Rogers (dalam Abrar, 2003:17-18) merangkumkan perkembangan media komunikasi ke dalam empat era.Pertama, era komunikasi tulisan, Kedua, era komunikasi cetak, Ketiga, era telekomunikasi, dan Keempat, era komunikasi interaktif.Media baru adalah media yang berkembang pada era komunikasi interaktif. a. Pandangan terhadap New Media Pandangan. terhadap. new. media. dapat. berpengaruh. positif. dan. negatif.Berpengaruh positifnya info dari media sangat mudah dan sangat cepat, dapat diakses di mana pun serta, mendapatkannya sangatlah murah. Pengaruh negatif new media terhadap manusia adalah info dari media tersebut tanpa batas dan dapat masuknya budaya luar melalui media baru ini, jika tidak didasarkan kepada ilmu pengetahuan maka akan menimbulkan hal-hal yang negatif terhadap masyarakat. b. Manfaat New Media Terdapat beberapa manfaat Media Baru diberbagai bidang, yaitu:. Universitas Sumatera Utara. Universitas Sumatera Utara.

(42) 29. 1. Bidang Sosial Dalam bidang ini banyak menyita perhatian masyarakat. Misalnya saja berbagai macam jejaring sosial yang sekarang diminati masyarakat seperti Facebook, Twitter, Skype, Yahoo Messenger, My Space, Hello dan lain-lain. Menggunakan jejaring sosial ini dengan mudah dapat menjalin komunikasi dengan semua user dibelahan dunia manapun. 2. Bidang Industri/Dagang Dalam. bidang. ini. memudahkan. bagi. siapa. pun. yang. ingin. menawarkan/mempromosikan produk tertentu, sehingga tidak susah untuk membuka toko dan promosi langsung didepan konsumen, melalui new media pedagang dapat mempromosikan produknya melalui online shop, bisa melalui Facebook, Twitter atau Kaskus. 3. Bidang Pendidikan Dalam bidang ini sangat memudahkan bagi pelajar maupun pengajar dalam mendapatkan materi yang diinginkan. Bisa melalui search engine kita bisa mendapatkan segala informasi, atau dengan fasilitas e-book, fasilitasemail juga bisa membantu dalan proses mengerjakan tugas atau saling tukar informasi. 4. Bidang Lowongan Kerja Dalam bidang ini bagi yang ingin mencari pekerjaan cukup searching di internet lalu mendaftar secara online, bahkan bisa mengikuti tes masuk secara online juga, tidak perlu lagi susah payah datang dari kantor ke kantor. c. Komponen New Media Pada new media ada beberapa komponen yang digunakan agar dapat. Universitas Sumatera Utara. Universitas Sumatera Utara.

(43) 30. berhubungan dengan new media,di antaranya:Produsen merupakan orang yang menciptakan wadah atau sarana new media; Distributor adalah orang yang bertanggungjawab dalam pembuatan jaringan yang menghubungkan pengguna new media; Konsumenadalah yang berperan sebagai penggunanew media. d. Aplikasi New Media -. Media Sosial. Contoh aplikasi new media dalam bidang media sosial yaitu Facebook, Twitter, Instagram, dan sebagainya. Aplikasi ini sangat mudah digunakan bagi masyarakat, fasilitas di jejaring sosial ini adalah bisa berbagi informasi dengan caraupdatestatus, uploadfoto, video call, dan sebagainya. Kelebihan new mediajenis ini adalah biaya murah, cepat dan mudah. -. Online Shop. Produk produk dagang, saat ini dengan mudah bisa dipromosikan melalui online shop yang sudah sangat banyak tersebar didunia maya, masyarakat bisa membuat online shop melalui Facebook, Twitter, Blogspot, Website, ataupun Kaskus, dan bisa juga bergabung di Online Shop besar seperti Lazada, Tokopedia maupun Bukalapak yang bisa menarik perhatian konsumen secara cepat. -. Informasi/Pendidikan. Untuk mencari segala informasi maupun berita yang terkini, bisa menggunakan. aplikasi. seperti. Wikipedia,. Google,. ataupun. website-website. lainnya.Beberapa contoh aplikasi didalam internet, yaitu: Google, Yahoo, Wikipedia dan website sejenisnya yang merupakan aplikasi pencarian sejumlah kata yang. Universitas Sumatera Utara. Universitas Sumatera Utara.

(44) 31. terdapat didalam website untuk mencari berita. CNN, BBC, Detik, Okezone dan berbagai website sejenisnya yang dibuat untuk memberikan berita secara cepat sebagai pengganti koran/majalah. You Tube, seleb.tv, metacafe dan website sejenisnya yang menyediakan layanan membagikan video atau menampilkannya sebagai sarana hiburan dan berita secara audiovisual. Twitter, Facebook, Instagram dan website sejenisnya yang menyediakan layanan mini blog dan social network sebagai sarana komunikasi langsung yang sengaja dibagikan kepata publik. BSE, e-dukasi.net, ilmukomputer,com yang menyediakan layanan pendidikan secara online berupa pembahasan-pembahasan materi pendidikan, dan ada yang menyediakan buku elektronik (e-book). 2.3.2.1. Media Sosial Secara umum, pengertian media sosial adalah media online yang mendukung adanya interaksi sosial. Sosial media atau media sosial menggunakan teknologi berbasis web yang mengubah suatu komunikasi ke dalam dialog interaktif. Beberapa contoh situs media sosial yang sangat populer saat ini adalah Facebook, Twitter, dan Instagram. Pengertian media sosial menurut Antony Mayfield (2008), media sosial adalah media yang penggunanya mudah berpartisipasi, berbagi dan menciptakan peran, khususnya blog, jejaring sosial, wiki/ensiklopedia online, forum-forum maya, termasuk virtual worlds (dengan avatar/karakter 3D). Puntoadi (2011:5) mengemukakan, pemakaian media sosial mempunyai fungsi antara lain:. Universitas Sumatera Utara. Universitas Sumatera Utara.

(45) 32. a. Membangun personal branding lewat media sosial tidak mengenal trik atau popularitas semu, karena audience yang akan menentukan. Berbagai sosial media menjadi media untuk orang yang melakukan komunikasi, berdiskusi, dan juga memberikan suatu popularitas di media sosial. b. Memberikan suatu kesempatan yang fungsi interaksinya lebih dekat dengan konsumen. Media sosial menawarkan konten komunikasi yang lebih individual. Melalui media sosial juga berbagai kalangan pemasar bisa mengetahui kebiasaan dari konsumen mereka, dan melakukan suatu interaksi secara personal juga bisa membangun suatu ketertarikan yang lebih dalam. Berikut beberapa karakteristik yang terdapat pada media sosial: a. Partisipasi: Mendorong kontribusi dan umpan balik dari setiap orang yang tertarik atau berminat menggunakannya, hingga dapat mengaburkan batas antara media dan audience. b. Keterbukaan:Kebanyakan dari media sosial yang terbuka bagi umpan balik dan juga partisipasi melalui sarana-sarana voting, berbagi dan juga komentar. Terkadang batasan untuk mengakses dan juga memanfaatkan isi pesan (perlindungan password terhadap isi cenderung dianggap aneh). c. Perbincangan: Kemungkinkan dengan terjadinya perbincangan ataupun pengguna secara dua arah. d. Keterhubungan: Mayoritas dari media sosial tumbuh dengan subur lantaran terjadi suatu kemampuan yang dapat melayani keterhubungan antarpengguna. Melalui suatu fasilitas tautan (links) ke website, yang menjadi sumber informasi.. Universitas Sumatera Utara. Universitas Sumatera Utara.

(46) 33. Kotler dan Keller mengemukakan terdapat tiga platform utama dalam media sosial, yakni: 1. Online Communities And Forums Ada berbagai bentuk dan ukuran komunitas online dan forum, yang mana banyak dibuat oleh pelanggan atau kelompok pelanggan tanpa ada bunga komersial ataupun afiliasi perusahaan. Beberapa komunitas online dan forum ini didukung oleh perusahaan yang anggotanya berkomunikasi dengan perusahaan dan satu sama lain dengan lewatposting, instant, messaging, dan juga chatting yang berdiskusi tentang minat khusus yang dapat berkaitan dengan produk perusahaan dan merek. 2. Blogs Ada sekitar 3 juta pemakai blog dan mereka sangat bervariasi, sebagian dalam bentuk blog priadi untuk teman-teman dekat dan keluarga, dan juga yang lainnya dibuat untuk menjangkau dan memengaruhi khalayak luas. 3. Social Networks Jaringan sosial sudah menjadi kekuatan yang utama baik pada bisnis konsumen dan juga pemasaran bisnis ke bisnis.Salah satunya adalah facebook, messenger, twitter dan lain-lain.Jaringan yang berbeda itu menawarkan manfaat yang berbeda untuk perusahaan. Sedangkan menurut Puntoadi (2011:34), terdapat beberapa jenismedia sosial, antara lain: 1. Bookmarking. Universitas Sumatera Utara. Universitas Sumatera Utara.

(47) 34. Bookmarking menawarkan peluang untuk men-sharelink dan tag yang menjadi minat.Hal itu memiliki tujuan supaya setiap orang dapat menikmati yang kita sukai. 2. Content Sharing Melalui situs content sharing tersebut orang membuat berbagai media dan publikasi untuk berbagi kepada orang lain. You Tube dan Flickr adalah situs content sharing yang sering kali dikunjungi oleh banyak orang. 3. Wiki Sebagai situs yang mempunyai beragam karakteristik yang berbeda, seperti situs knowledge sharing, wikitravel yang mempunyai fokus terhadap informasi tempat, dan konsep komunitas lebih eksklusif. 4. Flickr Situs milik Yahoo ini adalah situs khusus dalam berbagi image sharing dengan kontributor yang ahli pada masing bidang fotografi diseluruh dunia.Flickr membuat photo catalog yang masing-masing produk dapat dipasarkan. 5. Social Network Kegiatan yang memakai fitur yang disediakan oleh situs tertentu menjadi suatu hubungan, interaksi dengan sesama. Situs sosial networking itu antara lainLinkedin, Facebook dan My Space. 6. Creating Opinion. Universitas Sumatera Utara. Universitas Sumatera Utara.

(48) 35. Media sosial ini menawarkan sarana untuk berbagi pendapat dengan orang lain di seluruh dunia. Melalui creating opinion, seluruh orang dapat menjadi penulis, jurnalis dan juga komentator. Menurut Kaplan dan Haenlein, bahwa jenis-jenis media sosial, sebagai berikut: 1. Konten: Pengguna situs demikian meng-klik setiap konten saham-konten media, misalnya, gambar, video, ebook dan lain-lain. 2. Proyek Kolaborasi: Situs demikian mengguna dapat mengubah, menambah, ataupun menghapus suatu konten sedikit yang tersedia di website ini. Contohnya Wikipedia. 3. Blog dan Microblog: Pengguna bebas dalam mengekspresikan sesuatu hal misalnya ventilasi atau mengkritik kebijakan pemerintah. Contohnya Twitter. 4. Virtual Game World: Sebuah dunia maya, dalam lingkup 3D mereplikasikan sebuah pengguna yang dalam bentuk yang diinginkan, dan berinteraksi dengan orang lain baik dunia nyata. Berikut beberapa dampak yang dapat ditimbulkan dalam penggunaan media sosial: 1. Dampak Positif a. Mempererat silaturahmi: Dalam hal silaturahmi, penggunaan media sosial sangat cocok lewat berinteraksi dengan orang yang berjauhan tempat tinggalnya.. Universitas Sumatera Utara. Universitas Sumatera Utara.

(49) 36. b. Menyediakan ruang untuk berpesan positf: Penggunaan media sosial tersebut telah banyak digunakan oleh para tokoh agama, motivator, dan juga ulama. c. Mengakrabkan hubungan pertemanan: Media sosial akan mengakbrakan suatu pertemanan kala seseorang malu berteman di dunia nyata. d. Menyediakan informasi yang tepat dan akurat: Informasi yang diperoleh dari media sosial baik itu informasi perguruan tinggi, beasiswa dan juga lowongan kerja. e. Menambah wawasan dan pengetahuan:Banyak akun media sosial yang berisikan informasi yang dapat membuka wawasan dan juga pengetahuan pengetahuan praktis. 2. Dampak Negatif a. Penipuan. b. Anak dan remaja menjadi malas belajar dan berkomunikasi di dunia nyata. c. Merupakan lahan subur bagi predator dalam melakukan kejahatan pornografi. d. Prostitusi. 2.3.2.1.1. Twitter Twitter merupakan salah satu media sosial yang sensasional. Platform inilah yang menampung segala cuitan dari berbagai kalangan. Banyak postingan cuitan kontroversi hadir di Twitter. Dilansir dari Wikipedia, asal mula Twitter berawal dari acara diskusi yang diselenggarakan oleh sebuah perusahaan Podcast bernama Odeo. Jack Dorsey, seorang mahasiswa sarjana di Universitas New York, mengemukakan. Universitas Sumatera Utara. Universitas Sumatera Utara.

(50) 37. gagasannya mengenai penggunaan layanan pesan singkat untuk berkomunikasi dengan sebuah kelompok kecil. Pengerjaan proyek ini dimulai pada tanggal 21 Maret 2006, ketika Dorsey mempublikasikan pesan Twitter pertamanya pada pukul 9:50 PMPST. Pesan tersebut berbunyi: "just setting up my twitter". "...kami memilih kata 'twitter', dan itu sempurna. Defenisinya adalah 'ledakan singkat informasi tidak penting', dan 'celotehan burung', dan seperti itulah tepatnya produk ini – Jack Dorsey.Twitter pertama kali digunakan sebagai layanan internal bagi karyawan Odeo, dan versi lengkapnya diperkenalkan kepada publik pada tanggal 15 Juli 2006 (http://makassar.tribunnews.com). 2.3.2.1.2. Instagram Instagram memulai rilis perdananya di Apple App Store pada 6 Oktober 2010. Aplikasi ini memungkinkan pengguna untuk menggunggah foto yang bisa diedit dengan berbagai filter. Kelak, sejumlah fitur baru muncul, misalnya berbagi video, tag, serta informasi lokasi. Peluncuran Instagram menjadi terobosan terbaru dalam hal jejaring sosial berbasis foto dan video. Instagram pun menjadi aplikasi populer. Hingga. kemudian,. pada. April. 2012,. Facebook. mengakuisisi. Instagram. (https://tekno.kompas.com). Instagram terdiri dari kata ―insta‖ yang berasal dari kata ―instan‖, dan kata ―gram‖ yang berasal dari kata ―telegram‖, dimana cara kerja telegram sendiri adalah untuk mengirimkan informasi pada orang lain dengan cepat. Sama halnya dengan instagram yang dapat mengunggah foto dengan keterangan lainnya dengan menggunakan jaringan internet, sehingga informasi yang ingin disampaikan dapat diterima dengan cepat. Instagram juga merupakan suatu aplikasi media sosial. Universitas Sumatera Utara. Universitas Sumatera Utara.

(51) 38. berbasis Android yang menggunakan internet untuk mengaktifkannya. Tahun ini, menurut riset dari perusahaan media ‗We Are Social‘ yang bekerja sama dengan Hootsuite, menyebut Instagram yang juga dimiliki Facebook, menjadi media sosial terpopuler. kedua. di. Indonesia,. dengan. penetrasi. sebesar. 80. persen. (https://tekno.kompas.com/). 2.3.3. Literasi Media Menurut Baran dan Denis (2010) literasi media adalah suatu rangkaian kegiatan melek media, yaitu gerakan melek media dirancang untuk meningkatkan kontrol individu terhadap media yang mereka gunakan untuk mengirim dan menerima pesan. Hal senada juga disampaikan oleh Apriadi Tamburaka (2013), bahwa literasi media berasal dari bahasa Inggris yaitu Media Literacy terdiri dari kata ‗media‘ yaitu tempat pertukaran pesan, dan ‗literacy‘berarti melek, kemudian dikenal dalam istilah Literasi Media yang mana melek dapat diartikan pada kemampuan khalayak terhadap media dan pesan media massa dalam konteks komunikasi massa.Kemudian, dalam hal ini melek media dipandang sebagai sebuah keterampilan yang bisa berkembang di dalam sebuah rangkaian, dimana kita tidak selalu melek terhadap media dalam semua situasi, setiap waktu serta terhadap semua media. Menurut Aspen dalam bukunya berjudulMedia Literacy Leadership Institute (1992), literasi media adalah kemampuan untuk mengakses, meneliti, mengevaluasi dan menciptakan kemampuan tiap-tiap individu dalam beragam tahapan aktivitas literasi media.Barry Duncan (dalam Guntarto & Dina, 2002) berpendapat, bahwa literasi media sangat perhatian dalam hal membantu para siswa mengembangkan. Universitas Sumatera Utara. Universitas Sumatera Utara.

(52) 39. suatu pemahaman yang penuh informasi dan kritis mengenai sifat (the nature) dari media massa, teknik-teknik yang digunakan, dan dampak dari teknik-teknik tersebut. Rubin (dalam Baran, 2004) menyatakan, bahwa literasi media adalah pemahaman terhadap sumber-sumber dan teknologi komunikasi, kode-kode yang digunakan, pesan-pesan yang diproduksi, dan seleksi, interpretasi, dan akibat dari pesan-pesan tersebut, sementara Astuti (2007) menyatakan, bahwa media literacy perlu dibedakan pengertiannya dari media education. Media education memandang media dalam fungsi yang senantiasa positif, yaitu sebagai a site of pleasure—dalam berbagai. bentuk,. sedangkanmedia. literacy. yang. memakai. pendekatan. inocculationistberupaya memproteksi anak-anak dari apa yang dipersepsi sebagai efek buruk media massa. Jika kemudian kita simpulkan, maka definisi literasi media secara umum adalah. kemampuan. untuk. mengakses,. menganalisis,. mengevaluasi,. dan. mengkomunikasikan informasi dalam berbagai bentuk media.Literasi media merupakan seperangkat perspektif yang digunakan secara aktif saat mengakses media masa. untuk. berhubungan. menginterpretasikan dengan. bagaimana. pesan khalayak. yang dapat. dihadapi,. dan literasi media. mengambil. kontrol. atas. media.Literasi media merupakan skill untuk menilai makna dalam setiap jenis pesan, mengorganisasikan makna itu sehingga berguna, dan kemudian membangun pesan untuk disampaikan kepada orang lain. Intinya adalah literasi media berusaha memberikan kesadaran kritis bagi khalayak ketika berhadapan dengan media.Kesadaran kritis menjadi kata kunci bagi. Universitas Sumatera Utara. Universitas Sumatera Utara.

Gambar

Gambar 2.3.3.1.Aspek-Aspek Media Literasi.
Gambar 2.3.3.2. Tangga Belajar Milik James W. Potter
Tabel 4.1.1. Tahapan Penelitian.
Gambar 4.3.1.1 Pola Kebutuhan Riri akan Media Sosial.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kesenjangan digital di kalangan mahasiswa FISIP Universitas Sriwijaya berbentuk perbedaan kepemilikan, biaya komunikasi yang

Mahasiswa ( Studi tentang Komunikasi Antar Budaya di Kalangan Mahasiswa Etnis Batak dengan Mahasiswa etnis Jawa di Universitas Sebelas Maret Surakarta ).. Medan:

Inti dari pembahasan ini adalah melihat bagaimana ekspresi dan eksistensi fashion androgini di kalangan mahasiswa/i FISIP USU, dan bagaimana pula pendapat mahasiswa/i FISIP USU

pengaruh hubungan antara program tayangan 86 di Net Tv terhadap citra polisi di kalangan.. mahasiswa Ilmu Komunikasi FISIP

Penelitian ini mengkaji tentang “BUDAYA LITERASI (Studi Deskriptif Budaya Literasi Pada Mahasiswa Teknik Industri USU)”.Penelitian ini bertempat di kota Medan dengan fokus

(Studi Deskriptif Kualitatif Literasi Media Tentang Kesadaran Kritis Mahasiswa Ilmu Komunikasi USU Terhadap Media

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk melihat bagaimana perilaku konsumtif yang terjadi di kalangan mahasiswa FISIP USU dan apa saja yang menjadi faktor-faktor

Kemampuan Literasi Digital Dalam Menilai Berita Hoax Di Media Daring Di Kalangan Mahasiswa Aktivis Universitas Airlangga Surabaya berdasarkan aspek