STRATEGI PENINGKATAN KINERJA KARYAWAN PANEN
PT. PERKEBUNAN NUSANTARA III
(Kasus : Kebun Rambutan, Kecamatan Rambutan, Kabupaten Serdang Bedagai)
SKRIPSI
Oleh :
KAMAR RIZKY DALIMUNTHE
060304040/AGRIBISNIS
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
M E D A N
STRATEGI PENINGKATAN KINERJA KARYAWAN PANEN
PT.PERKEBUNAN NUSANTARA III
(Kasus : Kebun Rambutan, Kecamatan Rambutan, Kabupaten Serdang Bedagai)
SKRIPSI
Oleh :
KAMAR RIZKY DALIMUNTHE
060304040/AGRIBISNIS
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh
Gelar Sarjana di Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara
Disetujui Oleh :
Komisi Pembimbing
Ketua
Anggota
(Ir. Iskandarini, MM) (Ir. Thomson Sebayang,MT
)
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
RINGKASAN
KAMAR RIZKY DALIMUNTHE : Strategi Peningkatan Kinerja Karyawan Panen di Kebun Rambutan PT. Perkebunan Nusantara III, Kecamatan Rambutan, Kabupaten Serdang Bedagai dibimbing oleh Ibu Ir. Iskandarini, M.M dan Bapak Ir. Thomson Sebayang, MT.
Latar Belakang penelitian ini adalah Perusahaan PT.Perkebunan Nusantara III Kebun Rambutan merupakan perusahaan nasional perkebunan yang terdapat di Sumatera Utara. Perusahaan ini membutuhkan suatu penilaian kinerja karyawan yang lebih baik sehingga perusahaan dapat berjalan dengan lebih baik pula. Penilaian kinerja dapat dilakukan dengan cara menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja karyawan, sehingga dapat dilihat faktor mana yang berpengaruh dalam meningkatkan kinerja karyawan di perusahaan PT.Perkebunan Nusantara III Kebun Rambutan sehingga dapat disusun suatu strategi peningkatan kinerja karyawan panen di Kebun Rambutan PT. Perkebunan Nusantara III. Penelitian ini bertujuan untuk : 1) Untuk menganalisis faktor-faktor internal yang mempengaruhi kinerja karyawan panen di Kebun Rambutan, 2) Untuk menganalisis faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi kinerja karyawan panen di Kebun Rambutan, serta 3) Untuk memformulasi strategi peningkatan kinerja karyawan panen di Kebun Rambutan.
RIWAYAT HIDUP
KAMAR RIZKY DALIMUNTHE lahir di Medan 3 September 1988,
anak ketiga dari 3 bersaudara dari Ayahanda H.Akhmadi Dalimunthe dan
Ibunda Hj. Farida Parinduri.
Pendidikan formal yang ditempuh penulis adalah sebagai berikut :
1. Tahun 1994 masuk Sekolah Dasar dan lulus tahun 2000 dari SD
SWASTA HARAPAN II MEDAN
2. Tahun 2000 masuk Sekolah Menengah Pertama dan lulus tahun 2003
dari SLTP NEGERI I MEDAN.
3. Tahun 2003 masuk Sekolah Menengah Atas dan lulus tahun 2006 dari
SMAN.1 MEDAN
Kegiatan yang pernah diikuti penulis selama kuliah :
1. Seksi Kesekretariatan IMASEP di Fakultas Pertanian Universitas
Sumatera Utara, Medan.
2. Melaksanakan penelitian Skripsi di Kebun Rambutan PT. Perkebunan
Nusantara III Kecamatan Rambutan Kabupaten Serdang Bedagai pada
Oktober 2010.
3. Penulis melakukan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Desa Lae
Luhung Kecamatan Si Empat Nempu Hilir Kabupaten Dairi dari
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, karena atas
berkat, rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Adapun judul skripsi ini adalah : “STRATEGI PENINGKATAN
KINERJA KARYAWAN PANEN PT. PERKEBUNAN NUSANTARA III”. (Studi Kasus di Kebun Rambutan, Kecamatan Rambutan, Kabupaten Serdang Bedagai) Skripsi ini sebagai salah satu
syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian Universitas
Sumatera Utara, Medan.
Pada kesempatan ini pertama-tama penulis mengucapkan
terimakasih kepada kedua orangtua penulis yaitu Ayahanda H.Akhmadi
Dalimunthe dan Ibunda Hj. Farida Parinduri yang telah
memberikan dukungan moril dan materil kepada penulis.
Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada :
1. Ibu Ir. Iskandarini, M.M, selaku Ketua Komisi Pembimbing.
2. Bapak Ir. Thomson Sebayang, MT, selaku Anggota Komisi
Pembimbing.
3. Seluruh Dosen, Staff dan Pegawai di Departemen Agribisnis Fakultas
Pertanian USU.
4. Karyawan Staff Kebun Rambutan PT Perkebunan Nusantara III
6. Seluruh responden dan instansi yang terkait dengan penelitian ini yang
telah memberikan data-data pendukung kepada penulis selama
penelitian.
7. Sahabat-sahabat penulis yang telah banyak mendukung selama ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih belum sempurna, untuk
itu diharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun untuk
menyempurnakan skripsi ini.
Semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.
Medan, November 2010
DAFTAR ISI
Hal
ABSTRAK ... i
RIWAYAT HIDUP ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR LAMPIRAN ... viii
DAFTAR GAMBAR ... x
BAB I. PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1
Identifikasi Masalah ... 4
Tujuan Penelitian ... 4
Kegunaan Penelitian ... 5
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan Pustaka………. 6
Landasan Teori ... 7
Kerangka Pemikiran ... 27
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN Metode Penentuan Daerah Penelitian ... 29
Metode Pengambilan Sampel ... 29
Metode Pengumpulan Data ... 30
Metode Analisis Data ... 31
Definisi dan Batasan Operasional ... 33
BAB IV. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK PETANI SAMPEL Deskripsi Daerah Penelitian ... 34
Letak dan keadaan geografis ... 34
Profil Kebun Rambutan PT. Perkebunan Nusantara III ... 34
Karakteristik Responden ... 37
Umur ... 37
Tingkat Pendidikan ... 37
BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN
Faktor-Faktor Internal Kinerja Karyawan Panen ... 39
Faktor-Faktor Internal Kinerja Karyawan Panen ... 41
Strategi Peningkatan Kinerja Karyawan Panen di Kebun Rambutan PT. Perkebunan Nusantara III ... 43
Menentukan rating dan skoring faktor faktor strategis ... 44
Kekuatan Peningkatan Kinerja ... 44
Kelemahan Peningkatan Kinerja ... 47
Peluang Peningkatan Kinerja ... 48
Ancaman Peningkatan Kinerja ... 51
BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 54
Saran ... 54
DAFTAR TABEL
No. Hal
1. Matriks Faktor Strategi Internal (IFAS) ... 21
2. Matriks Faktor Strategi Eksternal ... 23
3. Matriks SWOT ... 26
4. Kategori Kebun Terbaik di PT. Perkebunan Nusantara III ... 29
5. Kategori Karyawan Pimpinan di Kebun Rambutan PTPN III... 36
6. Kategori Karyawan Pelaksana di Kebun Rambutan PTPN III ... 36
7. Distribusi Karyawan Panen di Kebun Rambutan PTPN III Berdasarkan Umur Tahun 2009 ... 37
8. Distribusi Karyawan Panen di Kebun Rambutan PTPN III Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tahun 2009 ... 37
9. Distribusi Karyawan Panen di Kebun Rambutan PTPN III Berdasarkan Lama Bekerja Tahun 2009 ... 38
10. Pembobotan Faktor Strategis Internal ... 39
11. Pembobotan Faktor Strategis Eksternal| ... 41
12. Matriks Evaluasi Faktor Internal (IFAS) ... 44
13. Matriks Evaluasi Faktor Eksternal ... 48
DAFTAR LAMPIRAN
No. Hal
1. Pembobotan Faktor Strategis Internal ... 62
2. Pembobotan Faktor Strategis Eksternal ... 63
3. Matriks Evaluasi Faktor Eksternal (EFAS) ... 64
4. Matriks Evaluasi Faktor Internal (IFAS) ... 65
5. Parameter Penilaian SWOT Peningkatan Kinerja Karyawan Panen di Kebun Rambutan PTPN III ... 66
6. Karakteristik Responden di Kebun Rambutan PTPN III………71
7. Parameter Penilaian Faktor Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman Peningkatan Kinerja Karyawan Panen di Kebun Rambutan PTPN III .. 72
8. Penentuan Faktor Internal (Kekuatan dan Kelemahan) dan Faktor Eksternal (Peluang dan Ancaman) Strategi Peningkatan Kinerja Karyawan Panen di Kebun Rambutan PTPN III ... 74
9. Kategori Pengalaman Bekerja Karyawan Panen di Kebun Rambutan .. 75
10. Kategori Pendidikan Karyawan Panen di Kebun Rambutan ... 76
11. Kategori Umur di Kebun Rambutan PTPN III ... 77
12. Kategori Kemampuan Karyawan Bekerjasama Dengan Buruh Panennya di Kebun Rambutan PTPN III ... 78
13. Kategori Alat-Alat Panenyang Dimiliki Oleh Karyawan Panen di Kebun Rambutan PTPN III ... 79
14. Kategori Kemampuan Pimpinan Dalam Memberikan Instruksi Kerja .. 80
15. Kategori Adanya Premi Yang diberikan Karyawan Panen ... 81
16. Kategori Adanya Sanksi Yang diberikan Kepada Karyawan Panen ... 82
DAFTAR GAMBAR
No. Hal
1. Kuadran Dalam Analisis SWOT ... 24
2. Skema Kerangka Pemikiran ... 28
3. Kuadran Dalam Analisis SWOT (2) ... 18
RINGKASAN
KAMAR RIZKY DALIMUNTHE : Strategi Peningkatan Kinerja Karyawan Panen di Kebun Rambutan PT. Perkebunan Nusantara III, Kecamatan Rambutan, Kabupaten Serdang Bedagai dibimbing oleh Ibu Ir. Iskandarini, M.M dan Bapak Ir. Thomson Sebayang, MT.
Latar Belakang penelitian ini adalah Perusahaan PT.Perkebunan Nusantara III Kebun Rambutan merupakan perusahaan nasional perkebunan yang terdapat di Sumatera Utara. Perusahaan ini membutuhkan suatu penilaian kinerja karyawan yang lebih baik sehingga perusahaan dapat berjalan dengan lebih baik pula. Penilaian kinerja dapat dilakukan dengan cara menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja karyawan, sehingga dapat dilihat faktor mana yang berpengaruh dalam meningkatkan kinerja karyawan di perusahaan PT.Perkebunan Nusantara III Kebun Rambutan sehingga dapat disusun suatu strategi peningkatan kinerja karyawan panen di Kebun Rambutan PT. Perkebunan Nusantara III. Penelitian ini bertujuan untuk : 1) Untuk menganalisis faktor-faktor internal yang mempengaruhi kinerja karyawan panen di Kebun Rambutan, 2) Untuk menganalisis faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi kinerja karyawan panen di Kebun Rambutan, serta 3) Untuk memformulasi strategi peningkatan kinerja karyawan panen di Kebun Rambutan.
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pertanian merupakan sektor ekonomi yang tangguh dalam menghadapi
perkembangan ekonomi dunia, misalnya krisis yang dialami Indonesia. Dalam
menghadapi krisis tersebut, sektor pertanian mampu untuk berkontribusi dalam
ekonomi nasional dan daerah dengan pertumbuhan ekonomi positif. Sektor
pertanian dalam arti luas mencakup subsektor pertanian pangan, perkebunan,
peternakan, perikanan, dan kehutanan (Yasin, 2003).
Perkebunan mempunyai kedudukan yang penting di dalam pengembangan
pertanian baik pada tingkat nasional maupun regional. Perkembangan kegiatan
perkebunan di Provinsi Sumatera Utara menujukkan trend yang semakin
meningkat. Hal ini dapat dilihat dari semakin luasnya lahan perkebunan dan
meningkatnya produksi rata-rata pertahun, dengan komoditas utama kelapa sawit,
kelapa, karet, kakao, tebu dan tanaman lainnya. Peluang pengembangan tanaman
perkebunan semakin memberikan harapan, hal ini berkaitan dengan semakin
kuatnya dukungan pemerintah terhadap usaha perkebunan rakyat, tumbuhnya
berbagai industri yang membutuhkan bahan baku dari produk perkebunan dan
semakin luasnya pangsa pasar produk perkebunan (Ahmad,1998).
Kelapa sawit sebagai tanaman penghasil minyak kelapa sawit dan inti
kelapa sawit (CPO) merupakan salah satu primadona tanaman perkebunan yang
menjadi sumber penghasil devisa non-migas bagi Indonesia. Cerahnya prospek
mendorong pemerintah Indonesia untuk memacu pengembangan areal perkebunan
kelapa sawit. Salah satunya ialah PT Perkebunan Nusantara III disingkat PTPN III
(Persero), merupakan salah satu dari 14 Badan Usaha Milik Negara (BUMN)
Perkebunan yang bergerak dalam bidang usaha perkebunan, pengolahan dan
pemasaran hasil perkebunan. Kegiatan usaha Perseroan mencakup usaha budidaya
dan pengolahan tanaman kelapa sawit dan karet. Produk utama Perseroan adalah
Minyak Sawit (CPO) dan Inti Sawit (Kernel) dan produk hilir karet (Dinas
Perkebunan SUMUT, 2008).
Salah satu PTPN (PT Perkebunan Nusantara) yang sehat diantaranya
adalah PTPN III (Persero) Medan. Ini karena BUMN (Badan usaha milik negara)
ini pada tahun 2005 meraih laba sebesar Rp 408 miliar atau meningkat dari
perolehan laba yang diperoleh pada tahun sebelumnya (2004) Rp 330 miliar.
Sedangkan pada 2003, PTPN ini hanya meraih keuntungan bersih Rp 236 miliar,
di mana pada 2002 hanya Rp 150 miliar. Dengan perolehan laba ini, perusahaan
memberikan bonus kepada karyawan tahun ini sebesar 5 bulan gaji. Total
kekayaan atau aset perusahaan pun bertambah menjadi Rp 2,3 triliun lebih. Lokasi
usaha sebagian besar berada di daerah Kabupaten Deli Serdang, Serdang
Bedagai, Simalungun, Asahan,Tapanuli Selatan dan Labuhan Batu. Melihat
perolehan laba dan pertambahan aset ini apa yang dikatakan Komisaris Utama
PTPN III pada saat itu bahwa di antara BUMN Perkebunan yang ada di Indonesia
PTPN III sebagai yang terbaik cukup beralasan. "PTPN III saat ini merupakan
salah satu BUMN Perkebunan yang terdepan yang sedang melaju menuju
Peningkatan maupun penurunan produksi serta produktivitas suatu
perusahaan dipengaruhi oleh peningkatan dan penurunan kinerja para tenaga kerja
yang tercakup di dalamnya. Tenaga kerja pada perusahaan-perusahaan seperti
perkebunan umumnya adalah karyawan. Karyawan yang erat kaitannya dengan
peningkatan produksi dan produktivitas produk yang dihasilkan adalah karyawan
pelaksana. Dalam mencapai tujuan perusahaan (organisasi), karyawan bukan
hanya sebagai objek tetapi juga sebagai subjek (pelaku). Karyawan dapat menjadi
perencana, pelaksana, dan pengendali yang selalu berperan aktif dalam
pencapaian tujuan perusahaan, serta mempunyai pikiran, perasaan, dan keinginan
yang dapat mempengaruhi sikapnya terhadap pekerjaan. Karyawan memberikan
kontribusi terhadap perusahaan berupa kemampuan, keahlian, dan keterampilan
yang dimiliki, sedangkan perusahaan diharapkan memberikan imbalan dan
penghargaan kepada karyawan secara adil sehingga dapat memberikan kepuasan,
dan pada akhirnya karyawan tersebut mampu meningkatkan kinerja (prestasi
kerja) nya dalam pencapaian tujuan perusahaan. Kinerja atau prestasi kerja berasal
dari pengertian performance. Kinerja adalah tentang melakukan pekerjaan dan
hasil yang dicapai dari pekerjaan tersebut. Kinerja adalah tentang apa yang
dikerjakan dan bagaimana cara mengerjakannya. Kinerja merupakan hasil
pekerjaan yang mempunyai hubungan kuat dengan tujuan strategis organisasi,
kepuasan konsumen dan memberikan kontribusi ekonomi (Supardi dan Anwar,
2004).
Kinerja juga merupakan suatu hasil kerja yang dicapai seseorang dalam
melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya yang didasarkan atas
Kinerja merupakan fungsi perkalian dari kemampuan, motivasi dan
opportunity to perform (kesempatan untuk berpartisipasi). Yang dimaksud dengan Opportunity to Perform adalah kesempatan untuk mencapai kinerja yang lebih
tinggi bila mendapat support, bantuan atau fasilitas dari luar seperti kondisi
tempat kerja, tercukupi peralatan dan perlengkapan kerja, adanya teman yang mau
membantu, tercukupinya sumber informasi yang diperlukan, serta adanya aturan
dan prosedur kerja (Yodhia , 2006).
Kinerja yang semakin baik dari seorang karyawan tidak terlepas oleh
adanya pengaruh dari faktor internal dan faktor eksternal yang dialami oleh setiap
karyawan di suatu perusahaan. Untuk meningkatkan kinerjanya diperlukan suatu
strategi yang dilakukan oleh perusahaan dalam peningkatan kinerja karyawannya.
Penelitian ini dilakukan untuk melihat bagaimana faktor internal dan eksternal
dapat meningkatkan kinerja karyawan, serta mengkaji strategi peningkatan kinerja
karyawan khususnya karyawan panen di lingkungan Kebun Rambutan PT.
Perkebunan Nusantara III.
Identifikasi Masalah :
Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka dirumuskan beberapa
masalah penelitian sebagai berikut :
1. Faktor internal apa sajakah yang dapat meningkatkan kinerja karyawan
panen di lokasi penelitian?
2. Faktor eksternal apa sajakah yang dapat meningkatkan kinerja karyawan
3. Bagaimana strategi peningkatan kinerja karyawan panen di lokasi
penelitian?
Tujuan Penelitian :
1. Untuk menganalisis faktor internal yang dapat meningkatkan kinerja
karyawan panen di lokasi penelitian.
2. Untuk menganalisis faktor eksternal yang dapat meningkatkan kinerja
karyawan panen di lokasi penelitian.
3. Untuk memformulasi strategi peningkatan kinerja karyawan panen di
lokasi penelitian.
Kegunaan Penelitian
Penelitian ini merupakan skripsi penulis, sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara
Medan serta diharapkan dapat berguna sebagai bahan pertimbangan bagi para
pengambil keputusan dan kebijakan dalam peningkatan kinerja karyawan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA
PEMIKIRAN PENELITIAN
Tinjauan Pustaka
Manajemen Sumber Daya Manusia diperlukan untuk meningkatkan
efektivitas sumber daya manusia dalam organisasi. Tujuannya adalah memberikan
kepada
tentang manajemen personalia akan menunjukkan bagaimana seharusnya
memelihara karyawan dalam jumlah (kuantitas) dan tipe (kualitas) yang tepat.
Manajemen sumber daya manusia adalah suatu proses menangani berbagai
masalah pada ruang lingkup karyawan, pegawai, buruh, manajer dan tenaga kerja
lainnya untuk dapat menunjang aktivitas organisasi atau perusahaan demi
mencapai tujuan yang telah ditentukan. Bagian atau unit yang biasanya mengurusi
SDM adalah Departemen Sumber Daya Manusia atau dalam bahasa inggris
disebut HRD atau Human Resource Department. Manajemen sumber daya
manusia adalah suatu prosedur yang berkelanjutan yang bertujuan untuk memasok
suatu organisasi atau perusahaan dengan orang-orang yang tepat untuk
ditempatkan pada posisi dan jabatan yang tepat pada saat organisasi
memerlukannya (Stoner, 2005).
Produktivitas karyawan menjadi pusat perhatian dalam upaya untuk
meningkatkan kinerja yang mempengaruhi tingkat dan efisiensi dan efektifitas
memberikan penekanan pada 3 faktor utama Ravianto (1995), menyatakan
motivasi dari karyawan, kemampuan dari karyawan serta dukungan
organisasional. PTPN III merupakan perusahaan yang cukup besar dan memiliki
jumlah karyawan yang cukup banyak, maka dalam menjalankan aktivitas
sehari-harinya tentu saja perusahaan sangat tergantung pada kinerja para karyawannya
agar perusahaan tetap survive.
Landasan Teori Kinerja
Kinerja sumber daya manusia adalah prestasi kerja baik kualitas maupun
kuantitas yang dicapai sumber daya manusia persatuan periode waktu dalam
melaksanakan tugas kerjanya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan
kepadanya (Mangkunegara, 2009).
Adapun elemen-elemen kinerja pada umumnya menurut Mathis dan
Jackson (2006), terdiri dari lima elemen yaitu :
1. kualitas hasil
2. kuantitas hasil
3. ketepatan waktu
4. kehadiran
Faktor –Faktor yang Mempengaruhi Kinerja
Faktor yang mempengaruhi pencapaian kinerja adalah faktor kemampuan
(ability) dan faktor motivasi (motivation). Hal ini sesuai dengan pendapat Keith
Davis (2000) yang merumuskan :
Human Performance = Ability x Motivation. Ability = Knowledge x Skill Motivation = Attitude x Situation
1. Faktor Kemampuan (Ability)
Secara psikologis, kemampuan (ability) terdiri atas kemampuan potensi
pendidikan (knowledge) dan keterampilan (skill), dengan kata lain pendidikan
yang memadai dan terampil dalam mengerjakan pekerjaan sehari-hari maka
akan lebih mudah mencapai kinerja maksimal.
2. Faktor Motivasi (Motivation)
Motivasi diartikan suatu sikap (attitude) pimpinan dan karyawan terhadap
situasi kerja (situation) di lingkungan organisasinya. Motivasi merupakan
kondisi atau energi yang menggerakkan diri karyawan yang terarah atau
tertuju untuk mencapai tujuan organisasi perusahaan. Sikap mental karyawan
yang pro dan positif terhadap situasi kerja itulah yang memperkuat motivasi
kerjanya untuk mencapai kinerja maksimal.
Menurut Henry Simamora (1995), kinerja (performance) dipengaruhi 3
faktor yaitu :
1. Faktor Individual
a. Kemampuan dan Keahlian
2. Faktor Psikologis
a. Pembelajaran
b. Personality
c. Motivasi
3. Faktor Organisasi
a. Penghargaan
b. Job design
c. Kepemimpinan
Dengan kata lain, kinerja individu adalah hasil :
1. Atribut individu, yang menentukan kapasitas untuk mengerjakan sesuatu.
Atribut individu meliputi faktor individu (kemampuan, keahlian, dan latar
belakang) dan faktor psikologis (pembelajaran, motivasi, dan personality).
2. Upaya kerja (work effort), yang membentuk keinginan untuk mencapai
sesuatu.
3. Dukungan Organisasi, yang memberikan kesempatan kepada karyawan
untuk berbuat sesuatu.
Motivasi Kerja Karyawan
Motivasi merupakan salah satu unsur yang mempunyai peranan dalam
meningkatkan kinerja (performance). Motivasi adalah dorongan seseorang untuk
melakukan suatu tindakan karena orang tersebut ingin melakukannya juga. Jika
seseorang didorong, mereka akan bereaksi untuk menekan. Mereka bereaksi,
sebab mereka merasa bahwa mereka harus melakukan. Bagaimanapun juga, jika
sesuatu, sebab mereka melihat bahwa aksi tersebut sangat berarti bagi mereka.
Aksi mereka, sebagai contoh, dapat memuaskan beberapa dari
kebutuhan-kebutuhan mereka (Werther and Davis, 1985).
Teori Kebutuhan
Kebutuhan dapat didefinisikan sebagai suatu kesenjangan/pertentangan
yang dialami antara suatu kenyataan dengan dorongan yang ada dalam diri.
Apabila pegawai kebutuhannya tidak terpenuhi maka pegawai tersebut akan
menunjukan perilaku kecewa. Sebaliknya, jika kebutuhannya terpenuhi maka
pegawai tersebut akan memperlihatkan perilaku yang gembira sebagai manifestasi
dari rasa puasnya. Abraham Maslow dalam Dessler (1992), mengemukakan
bahwa secara teoritis motivasi terbentuk karena manusia memiliki lima kategori
kebutuhan pokok, yaitu sebagai berikut :
1. Kebutuhan fisik (Physiological needs), yaitu kebutuhan untuk makan,
minum,perlindungan fisik, bernapas, seksual. Kebutuhan ini merupakan
kebutuhan tingkat terendah atau disebut pula sebagai kebutuhan yang
paling dasar.
Di dalam mengatasi kebutuhan fisik terdapat hal-hal yang perlu diperhatikan antara lain :
a. Tingkat upah atau gaji, istilah system penggajian (remuneration)
mengandung pengertian suatu penghargaan (reward), pembayaran
(payment), atau penggantian biaya (reimbursement) sebagai imbalan kerja
atau balas jasa. Remuneration lazimnya berupa upah (wages) atau gaji
(salary). Upah lazim digunakan bagi para pekerja, sedangkan gaji
digunakan bagi para pegawai atau pejabat. Menurut Sikula, (1981),
pertama, Pembayaran berdasarkan satuan hasil kerja dan kedua
pembayaran berdasarkan satuan waktu. Berdasarkan perbedaan ini maka
lazimnya upah dibayarkan atas dasar apa yang dihasilkan pekerja selama
waktu tertentu. Sebaliknya gaji dibayarkan atas dasar satuan waktu (bulan,
tahun) selama pegawai itu menjabat atau bekerja dengan kata lain, gaji
berupa pembayaran terhadap pekerjaannya atau jabatan
b. Tunjangan sosial, merupakan imbalan tak langsung, dapat berupa
asuransi, dana pensiun, holiday pay, kesehatan, hari raya, dan sebagainya.
Menurut Chruden dan Sherman (1984) menguraikan sebagai berikut:
“Tunjangan sosial menyatakan bentuk kompensasi yang tidak langsung
yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas dari kehidupan untuk
pekerja”. Dengan menambah kualitas dan kehidupan kerja, jaminan sosial
ini diharapkan untuk meningkatkan kerja sama dan kinerja di antara para
pekerja.
2. Kebutuhan akan rasa aman (Safety needs), apabila kebutuhan fisiologis
relatif telah terpenuhi, maka akan muncul seperangkat
kebutuhan-kebutuhan baru, yang kurang lebih dapat kita kategorikan dalam
kebutuhan-kebutuhan akan keselamatan (keamanan, kemantapan,
ketergantungan, perlindungan, kebebasan dari rasa takut, cemas, dan
kekalutan; kebutuhan akan struktur, ketertiban, hukum, batas-batas
kekuatan pada diri pelindung, dan sebagainya).
Di dalam mengatasi kebutuhan akan rasa aman terdapat hal-hal yang perlu diperhatikan antara lain :
a. Jaminan keamanan dan keselamatan kerja, adanya rasa aman atau
pekerja. Mengenai hal ini Flippo (1984) menguraikan sebagai berikut:
“Dengan adanya peningkatan keamanan pekerja, dapat memberikan
sumbangan terhadap usaha meningkatkan kinerja pekerja”. Dengan
demikian dapat dikatakan bahwa keselamatan dan keamanan merupakan
usaha untuk dapat memberi ketentraman akan adanya ketidakpastian di
masa yang akan datang, misalnya ketidakpastian akan pekerjaannya.
b. Fasilitas (perlengkapan kerja), fasilitas adalah sarana untuk melancarkan
pelaksanaan fungsi, dan memberikan kemudahan dalam bekerja selain itu
fasilitas juga berhubungan dengan kemampuan dari seseorang untuk
menggunakan fasilitas tersebut (Ivancevich dan Matterson, 1999).
c. Perjanjian kontrak kerja, merupakan suatu kesepakatan antara pihak
perusahaan dan pekerja dimana yang di dalamnya dijelaskan masalah
kejelasan status pekerjaan dan hal-hal penting lainnya. (Hamilton, 1997).
d. Kebijakan-kebijakan perusahaan, merupakan suatu arah yang ditentukan
untuk dipatuhi dalam proses kerja atau dalam suatu perusahaan. Kebijakan
yang ditetapkan manajemen menuntut partisipasi dan kerja sama dari
semua pihak. Setiap pekerja diberikan arahan dan pemikiran yang akan
membantunya dalam mencapai sasaran dan hasil yang diinginkan. Setiap
kebijakan mengandung sasaran jangka panjang dan ketentuan yang harus
dipatuhi setiap kategori fungsionaris perusahaan (Ivancevich dan
Matterson, 1999).
3. Kebutuhan sosial (Social needs), Apabila kebutuhan-kebutuhan fisiologis
dan keamanan telah cukup terpenuhi, maka akan muncul
haus akan tata hubungan yang penuh rasa enggan orang-orang pada
umumnya, yakni akan suatu tempat dalam kelompok atau keluarganya,
dan ia akan berikhtiar lebih keras lagi untuk mencapai tujuan ini.
Di dalam mengatasi kebutuhan sosial terdapat hal-hal yang perlu diperhatikan antara lain :
a. Hubungan sosial, merupakan kebutuhan yang diakui oleh
lingkungannya, penerimaan teman sejawat, dan kesempatan dalam
masyarakat.
b. Lingkungan atau iklim kerja, lingkungankerja dapat diartikan juga
dalam iklim atau suasana kerja yang berhubungan dengan hubungan antar
manusia (human relation), tetapi juga dapat diartikan suasana dalam arti
fisik, tempat kerja yang luas, bersih, sehat, dan membuat karyawan merasa
betah bekerja, dimana dapat mempengaruhi disiplin dan kinerja kerja.
Lingkungan kerja yang menyenangkan mungkin dapat menjadi kunci
pendorong bagi para pekerja untuk menghasilkan kinerja puncak. Dimana
suasana lingkungan kerja juga dapat diartikan sebagai serangkaian sifat
lingkungan kerja yang dapat diukur berdasarkan persepsi kolektif dari
orang-orang yang hidup dan bekerja di dalam lingkungan tersebut, dan
diperhatikan untuk mempengaruhi motivasi serta perilaku mereka (Dale,
1992).
c. Work crew, merupakan perseorangan atau grup yang dapat membantu
pekerja lainnya dalam menyelesaikan suatu pekerjaan sesuai dengan
jadwal yang telah ditentukan (Soeharsono, 1987).
d. Sanksi, merupakan suatu tindakan administrasi sebagai ganjaran atau
memenuhi syarat dimana hal tersebut dapat menjadi suatu dorongan
pekerja untuk bekerja lebih baik (Ivancevich dan Matterson, 1999).
4. Kebutuhan akan penghargaan (Esteem needs), Maslow dan Deasler
(1992) mengatakan dalam bukunya bahwa: “Semua orang dalam
masyarakat (dengan beberapa pengecualian patologis) mempunyai
kebutuhan atau menginginkan penilaian terhadap dirinya yang mantap,
mempunyai dasar yang kuat dan biasanya bermutu tinggi, akan rasa
hormat atau harga diri, dan penghargaan akan orang-orang lain.
Karenanya, kebutuhan tersebut dapat diklasifikasikan dalam dua perangkat
tambahan”. Yakni yang pertama, keinginan akan kekuatan, akan prestasi,
akan kecukupan, akan keunggulan dan kemampuan, akan kepercayaan
pada diri sendiri dalam menghadapi dunia, dan akan kemerdekaan dan
kebebasan. Kedua, kita memiliki apa yang dapat kita katakan hasrat akan
nama baik atau gengsi, prestise (yang dirumuskan sebagai kehormatan dan
penghargaan dari orang lain), status, ketenaran dan kemuliaan, dominasi,
pengakuan, perhatian.
Di dalam mengatasi kebutuhan akan penghargaan terdapat hal-hal yang perlu diperhatikan antara lain :
a. Penghargaan, wajar jika seorang tenaga kerja atau karyawan yang telah
berusaha dan bekerja ingin dihargai oleh atasannya. Ditinjau dari segi
kebutuhan (needs) penghargaan atas prestasi atau jasa seseorang
merupakan salah satu kebutuhan manusia. Menurut Abraham Maslow
(1992) kebutuhan tersebut terletak pada urutan keempat yaitu yang
disebut sebagai self-esteem. Mengenai wujud penghargaan dalam
fisik dan penghargaan non fisik. Dimana akan dijelaskan sebagai
berikut:
(1) Penghargaan fisik adalah suatu penghargaan yang diberikan dalam
bentuk benda, dan pada umumnya sangat diharapkan oleh pekerja yang
kebetulan keadaan sosial ekonominya rendah.
(2) Penghargaan non fisik merupakan suatu penghargaan yang dapat
diartikan cukup luas, karena dapat mencakup semua hal yang
berhubungan dengan kepuasan rohani seseorang dari segi
kemanusiaan.
b. Kepercayaan dari atasan, untuk mencapai suatu hasil pekerjaan yang
bagus maka pekerja harus mampu menunjukkan suatu hasil nyata yang
dapat dilihat secara langsung oleh atasan sehingga dapat memperoleh
suatu kepercayaan dalam menangani pekerjaan tertentu, dimana untuk
memperoleh kepercayaan tersebut diharapkan mempunyai sikap
kejujuran, keterbukaan, dan integritas (Susanto, 1997).
c. Status, merupakan suatu kejelasan kedudukan di suatu perusahan
untuk setiap infrastruktur yang ada di perusahaan tersebut baik itu
formal maupun informal (Ivancevich dan Matterson, 1999).
d. Kemampua n diri sendiri (skills), kemampuan atau keahlian bisa
mendominasi terhadap orang dan sesuatu, tetapi keahlian bisa juga
berarti suatu tingkat tertentu dari kecakapan. Keahlian pribadi
merupakan suatu kedisiplinan dalam mengklarifikasikan secara
atau mengembangkan kesadaran, dan melihat realitas secara objektif
(Fred Luthans, 2002).
e. Promosi, adalah semacam penghargaan terhadap hasil pekerjaan
seseorang yang telah berusaha, dan merupakan suatu peluang bagi
karyawan untuk meningkatkan kinerja mereka untuk memperoleh
promosi tersebut. Biasanya hal tersebut dapat berupa peningkatan upah
atau gaji, dan dapat juga berupa peningkatan jabatan (Fred Luthans,
2002).
5. Kebutuhan akan aktualisasi diri (Self-Actualizatiton), sekalipun semua
kebutuhan di atas telah terpenuhi, kita masih sering merasa(walau tidak
selalu) bahwa akan segera berkembang suatu perasaan tidak puas dan
kegelisahan yang baru, kecuali orang itu melakukan apa yang secara
individual, sesuai dengan keinginannya. Seseorang yang ingin menjadi
sesuatu harus berusaha, ia harus jujur terhadap sifatnya sendiri. Kebutuhan
ini dapat kita sebut juga sebagai perwujudan diri.
Kemampuan Karyawan Bekerja
Secara psikologis, kemampuan (ability) terdiri atas kemampuan potensi
pendidikan (knowledge) dan keterampilan (skill), dengan kata lain pendidikan
yang memadai dan terampil dalam mengerjakan pekerjaan sehari-hari maka akan
lebih mudah mencapai kinerja maksimal
Dukungan Organisasional
Dukungan organisasional lebih kepada bagaimana suatu organisasi mampu
memenuhi kebutuhan tiap-tiap karyawan sehingga dapat menjadi nilai motivasi
Menurut Moenir (1983) , kegiatan organisasi atau manajemen yang
ditujukan untuk peningkatan kinerja karyawan ada 3 cara, yaitu :
1. Peningkatan melalui pendidikan dan pelatihan
a. Pendidikan
Suatu kegiatan untuk meningkatkan pengetahan umum seseorang di
dalamnya peningkatan penguasaan teori dan ketrampilan memutuskan
terhadap persoalan yang menyangkut kegiatan pencapaian tujuan.
b. Pelatihan
Pelatihan adalah peningkatan pengetahuan dan kemampuan dalam
menjalankan pekerjaan tertentu dan merupakan beban penting bagi
organisasi dimana pekerjaan itu berada.
2. Peningkatan melalui Promosi
a. Pengertian Promosi
Promosi adalah perubahan kedudukan seseorang dalam rangka susunan
jabatan yang lebih tinggi dari keadaan semula baik ditinjau dari segi
tanggung jawab, syarat-syarat maupun penghasilan (Moenir, 1983).
b. Tujuan dan Manfaat Promosi
(1) Memungkinkan perusahaan untuk mendayagunakan keahlian keahlian dan
kemampuan karyawan setinggi mungkin.
(2) Memotivasi para karyawan untuk meningkatkan kinerjanya.
(3) Menyebabkan efisiensi organisasional yang lebih besar dan tingkat moral
kerja karyawan yang tinggi.
c. Peningkatan Melalui Transfer.
Transfer adalah perpindahan dari tempat kerja yang satu ke tempat kerja
juga tidak disyaratkan kualifikasi kemampuan atau kecakapan yang lebih
tinggi dari yang sekarang (Moenir, 1987).
Strategi Peningkatan Kinerja Karyawan
Strategi adalah seperangkat proses dan aktivitas yang dilakukan oleh
pimpinan untuk mengembangkan sumber daya manusia, peningkatan kinerja
karyawan adalah usaha untuk memperbaiki pelaksanaan kinerja karyawan yang
sekarang maupun yang akan datang sehingga pelaksanaan tujuan organisasi lebih
efisien. Dengan kata lain peningkatan kinerja karyawan adalah setiap kegiatan
yang dimaksudkan mengubah perilaku yang terdiri dari pengetahuan, kecakapan,
dan sikap (Moekijat, 1991).
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa strategi peningkatan kinerja
karyawan ialah seperangkat proses dan aktivitas yang dilakukan oleh pimpinan
untuk memajukan karyawan baik dari pengetahuan, dan kemampuan karyawan
sehingga dapat mengubah kemampuan bekerja, berfikir dan
ketrampilan-ketrampilan lainnya agar dapat meningkatkan kinerja karyawan itu sendiri,
sehingga pelaksanaan tujuan organisasi dapat tercapai dengan baik.
Tujuan Peningkatan Kinerja Karyawan
Sedangkan menurut Hasibuan (2002). Tujuan peningkatan kinerja
karyawan yaitu , kualitas dan kuantitas produksi semakin baik, karena technical
skill, dan human skill karyawan yang semakin baik. Kendala-kendala Peningkatan Kinerja Karyawan
Kendala-kendala pengembangan yang akan dihadapai dalam pelaksanaan
1. Karyawan
Karyawan mempunyai latar belakang yang tidak sama atau
heterogen, seperti pendidikan dasarnya, pengalaman bekerja, dan usianya.
Hal ini akan menyulitkan dan menghambat kelancaran dalam pelaksanaan
latihan dan pendidikan, karena daya tangkap, persepsi dan daya nalar
mereka tehadap pelajaran yang diberikan berbeda.
2. Fasilitas Peningkatan Kinerja
Fasilitas sarana dan prasarana pengembangan yang dibutuhkan
untuk latihan dan pendidikan sangat kurang atau tidak baik. Hal ini akan
menyulitkan dan menghambat lancarnya peningkatan kinerja.
Analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunities, Threat)
Menurut Rangkuti (2008) analisa SWOT adalah sebuah bentuk analisa
situasi dan kondisi yang bersifat deskriptif (memberi gambaran). Analisa ini
menempatkan situasi dan kondisi sebagai sebagai faktor masukan, yang kemudian
dikelompokkan menurut kontribusinya masing-masing. Satu hal yang harus
diingat baik-baik oleh para pengguna analisa SWOT, bahwa analisa SWOT adalah
semata-mata sebuah alat analisa yang ditujukan untuk menggambarkan situasi
yang sedang dihadapi atau yang mungkin akan dihadapi oleh organisasi, dan
bukan sebuah alat analisa ajaib yang mampu memberikan jalan keluar yang
cespleng bagi masalah-masalah yang dihadapi oleh organisasi. Analisa ini terbagi
atas empat komponen dasar yaitu :
1. Strength (S), adalah situasi atau kondisi yang merupakan kekuatan dari
2. Weakness (W), adalah situasi atau kondisi yang merupakan kelemahan
dari organisasi atau program pada saat ini.
3. Opportunity (O), adalah situasi atau kondisi yang merupakan peluang
diluar organisasi dan memberikan peluang berkembang bagi organisasi
dimasa depan.
4. Threat (T), adalah situasi yang merupakan ancaman bagi organisasi yang
datang dari luar organisasi dan dapat mengancam eksistensi organisasi
dimasa depan.
Dalam perencanaan analisa SWOT, ada dua hal yang dapat mempengaruhi
yaitu pertama faktor Internal dan kedua faktor eksternal. Analisa SWOT
dipergunakan untuk mengidentifikasi faktor internal dan eksternal yang penting
dalam mencapai tujuan.
Analisis SWOT membantu menemukan kecocokan terbaik antara tren
lingkungan (peluang dan ancaman) dan kemampuan internal. Pada umumnya,
strategi yang efektif adalah salah satu yang mengambil keuntungan dari peluang
organisasi dengan menggunakan kekuatan dan pelajari dari ancaman itu dengan
menghindari atau memperbaiki atau kompensasi untuk kelemahan. Bagian
pertama dari setiap analisis SWOT adalah untuk mengumpulkan serangkaian
fakta kunci tentang organisasi dan lingkungannya. Ini akan mencakup
fakta-fakta tentang pasar organisasi, kompetisi, sumber daya keuangan, fasilitas,
karyawan, persediaan, pemasaran dan sistem distribusi, manajemen, pengaturan
lingkungan hidup (misalnya teknologi, politik, sosial, dan tren ekonomi), sejarah
Proses penyusunan perencanaan strategis melalui tiga tahap yaitu tahap
masukan, tahap analisis, dan tahap pengambilan keputusan (Rangkuti, 2008).
Tahap Masukan
1. Matrik Faktor Strategi Internal
Sebelum membuat matrik factor strategi internal, kita perlu mengetahui
terlebih dahulu factor strategi internal (IFAS). Berikut cara-cara penentuan Faktor
Strategi Internal (IFAS) :
1. Susunlah dalam kolom 1 faktor-faktor internalnya yaitu kekuatan dan
kelemahan.
2. Beri bobot masing-masing faktor dalam kolom 2, mulai dari 1,0 (sangat
penting) sampai dengan 0,0 (tidak penting). Faktor-faktor tersebut
kemungkinan dapat memberikan dampak terhadap faktor strategis.
3. Hitung rating (dalam kolom 3) untuk masing-masing factor dengan
memberikan kuesioner mulai dari 4 (sangat penting), 3 (penting), 2 (cukup
penting), dan 1 (tidak penting) berdasarkan pengaruh factor tersebut
terhadap kondisi perusahaan yang bersangkutan. Pemberian nilai rating
untuk faktor kekuatan bersifat positif (kekuatan yang semakin besar diberi
rating +4, tetapi jika kekuatannya kecil, diberi rating +1). Sedangkan
pemberian nilai negative ialah kebalikannya yaitu kelemahan. Misalnya,
jika nilai ancamannya sangat besar, ratingnya adalah 1. Sebaliknya, jika
Tabel 1. Matrik Faktor Strategi Internal (IFAS)
4. Kalikan bobot pada kolom 2 dengan rating pada kolom 3, untuk
memperoleh factor pembobotan dalam kolom 4.
5. Jumlahkan skor pembobotan (pada kolom 4), untuk memperoleh total
skor pembobotan. Total skor digunakan bagaimana cara bereaksi terhadap
factor-faktor eksternalnya.
Hasil identifikasi faktor kunci internal yang merupakan kekuatan dan
kelemahan, pembobotan, dan rating di pindahkan ke Tabel Matrik Faktor Strategi
Eksternal (IFAS) untuk dijumlahkan dan kemudian diperbandingkan antara total
skor kekuatan dan kelemahan.
2. Matrik Faktor Strategi Eksternal
Sebelum membuat matrik factor strategi eksternal, kita perlu mengetahui
terlebih dahulu factor strategi eksternal (EFAS). Berikut cara-cara penentuan
Faktor Strategi Eksternal (EFAS) :
1. Susunlah dalam kolom 1 faktor-faktor eksternalnya yaitu peluang dan
ancaman. FAKTOR-FAKTOR INTERNAL
BOBOT RATING BOBOT X RATING
Kekuatan :
Kelemahan:
2. Beri bobot masing-masing factor dalam kolom 2, mulai dari 1,0 (sangat
penting) sampai dengan 0,0 (tidak penting). Faktor-faktor tersebut
kemungkinan dapat memberikan dampak terhadap factor strategis.
3. Hitung rating (dalam kolom 3) untuk masing-masing faktor dengan
memberikan kuesioner mulai dari 4 (sangat penting), 3 (penting), 2 (cukup
penting), dan 1 (tidak penting) berdasarkan pengaruh faktor tersebut
terhadap kondisi perusahaan yang bersangkutan. Pemberian nilai rating
untuk faktor peluang bersifat positif (peluang yang semakin besar diberi
rating +4, tetapi ika peluangnya kecil, diberi rating +1). Pemberian nilai
negatif rating adalah kebalikannya yaitu ancaman. Misalnya, jika niai
ancamannya sangat besar, ratingnya adalah 1. Sebaliknya, jika nilai
ancamannnya sedikit beri rating 4.
4. Kalikan bobot pada kolom 2 dengan rating pada kolom 3, untuk
memperoleh faktor pembobotan dalam kolom 4.
5. Jumlahkan skor pembobotan (pada kolom 4), untuk memperoleh total
skor pembobotan. Total skor digunakan bagaimana cara bereaksi terhadap
faktor-faktor eksternalnya.
Hasil identifikasi faktor kunci eksternal yang merupakan peluang dan
ancaman, pembobotan, dan rating di pindahkan ke Tabel Matrik Faktor Strategi
Eksternal (EFAS) untuk dijumlahkan dan kemudian diperbandingkan antara total
Tabel 2. Matrik Faktor Strategi Eksternal (EFAS)
FAKTOR-FAKTOR EKSTERNAL
BOBOT RATING BOBOT X RATING
Peluang :
Ancaman:
TOTAL
Tahap Analisis
Setelah mengumpulkan semua informasi yang berpengaruh terhadap
kelangsungan perusahaan, tahap selanjutnya adalah memanfaatkan semua
informasi tersebut ke dalam model-model kua ntitatif perumusan strategi. Dalam
hal ini digunakan matriks SWOT (Rangkuti, 2006)
Analisis TOWS atau SWOT
Hasil analisis pada tabel matriks faktor strategi internal dan faktor strategi
eksternal dipetakan pada matriks posisi dengan cara sebagai berikut :
• Sumbu horizontal (x) menunjukkan kekuatan dan kelemahan,
sedangkan sumbu vertikal (y) menunjukkan peluang dan ancaman.
• Posisi perusahaan ditentukan dengan hasil sebagai berikut :
1. Kalau peluang lebih besar daripada ancaman maka nilai
y>0 dan sebaliknya kalau ancaman lebih besar daripada
peluang maka nilainya y<0.
2. Kalau kekutan lebih besar daripada kelemahan maka nilai
x>0 dan sebaliknya kalau kelemahan lebih besar daripada
Y(+)
X(-) X(+)
[image:37.595.147.495.88.407.2]Y(-)
Gambar 1 . Kuadran dalam analisis SWOT
Kuadran I
• Merupakan posisi menguntungkan
• Perusahaan mempunyai peluang dan kekuatan sehingga ia dapat
memanfaatkan peluang secara maksimal
• Seyogiayanya dapat menerapkan strategi yang mendukung
kebijakan pertumbuhan yang agresif.
Kuadran II
• Meskipun menghadapi berbagai ancaman, perusahaan mempunyai
keunggulan sumber daya.
EKSTERNAL FAKTOR I N T E R N A L F A K T O R Kuadran III
Strategi Trund- around
• Perusahaan-perusahaan pada posisi seperti ini menggunakan
kekuatannya untuk memanfaatkan peluang jangka panjang.
• Dilakukan dengan penggunaan diversifikasi produk atau pasar.
Kuadran III
• Perusahaan menghadapi peluang besar tetapi sumber dayanya
lemah, karena itu dapat memanfaatkan peluang tersebut secara
optimal fokus strategi perusahaan pada posisi seperti inilah dapat
meminimalkan kendala-kendala internal perusahaan.
Kuadran IV
• Merupakan kondisi yang serba tidak menguntungkan
• Perusahaan menghadapi berbagai ancaman eksternal sementara
sumberdaya yang dimiliki mempunyai banyak kelemahan
• Strategi yang diambil: defensif, penciutan dan likuidasi.
(Rangkuti, 2008).
Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematika
untuk merumuskan strategi analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor
secara sistematika untuk merumuskan strategi perusahaan. Analisis didasarkan
pada logika yang memaksimalkan kekuatan (Strengths) dan peluang
(Opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan
Matriks ini dapat menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan
ancaman eksternal yang dihadapi perusahaan sesuai dengan kekuatan dan
kelemahan yang dimilikinya. Matriks ini dapat menghasilkan empat set
[image:39.595.114.518.199.408.2]kemungkinan alternatif strategis seperti yang ditunjukkan pada Tabel 3.
Tabel 3. Matriks SWOT IFAS EFAS Strenght (S) (Kekuatan) Weakness (W) (Kelemahan) Opportunity (O) (Peluang) Strategi (SO)
Ciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang
Strategi WO
Ciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan peluang Threats (T) Ancaman Strategi ST
Ciptakan strategi yang menggunakan kekuatan
untuk mengatasi ancaman
Strategi WT
Ciptakan strategi yang meminimalkan
kelemahan dan menghindari ancaman
1. Strategi SO
Strategi ini dibuat berdasarkan jalan pikiran perusahaan yaitu dengan
menggunakan seluruh kekuatan untuk memanfaatkan peluang.
2. Strategi ST
Strategi ini dibuat untuk menggunakan kekuatan yang dimiliki
perusahaan dengan cara menghindari ancaman
3. Strategi WO
Strategi ini dibuat berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada, dengan
cara mengatasi kelemahan-kelemahan yang dimiliki.
4. Strategi WT
Strategi ini didasarkan pda kegiatan yang bersifat defensif dan
ditujukan untuk meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari
Kerangka Pemikiran
Di dalam suatu perusahaan perkebunan yang bersifat padat karya, faktor
tenaga kerja sangat menentukan pencapaian tujuan perusahaan. Tenaga kerja
dalam perkebunan terdiri dari pekerja/pelaksana, pimpinan, dewan direksi,
komisaris dan pemilik. Pekerja/pelaksana ini terdiri dari pekerja (skill dan unskill)
Karyawan panen merupakan karyawan skill.
Secara logika, peningkatan kinerja karyawan panen ini akan meningkatkan
kinerja perusahaan. Kinerja itu sendiri dapat diartikan sebagai prestasi kerja atau
hasil kerja, baik kualitas maupun kuantitas yang dicapai oleh karyawan persatuan
periode waktu dalam melaksanakan tugas kerjanya sesuai dengan tanggung jawab
yang diberikan kepadanya. Aspek yang akan dinilai dalam kinerja antara lain:
kuantitas dari hasil dan kehadiran.
Untuk meningkatkan kinerja karyawan, terdapat strategi-strategi yang
dapat dilakukan oleh perusahaan, agar mampu memotivasi para pekerjanya untuk
meningkatkan kinerjanya.
Dan untuk mengetahui apakah faktor internal dan faktor eksternal serta
strategi peningkatan kinerja karyawan tersebut berpengaruh terhadap peningkatan
kinerja karyawan di PTPN III, maka perlu dilakukan suatu penelitian mengenai
Adapun skema kerangka pemikiran dapat dilihat pada gambar 2 berikut:
Gambar 2. Kerangka Pemikiran Keterangan :
: Menyatakan Hubungan
: Menyatakan pengaruh
PTPN III (Produksi Sawit)
Faktor Internal Faktor Eksternal
Karyawan Panen
Strategi Peningkatan Kinerja Strenght
Weakness
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Metode Penentuan Daerah Penelitian
Penelitian dilakukan di Kebun Rambutan PT.Perkebunan Nusantara III,
Kecamatan Rambutan, Kabupaten Serdang Bedagai. Penentuan daerah penelitian
dilakukan secara purposive (sengaja) dengan pertimbangan Kebun Rambutan
merupakan kebun sawit yang memiliki prestasi baik di PT.Perkebunan Nusantara
[image:42.595.109.546.311.519.2]III.
Tabel 4. Kategori Kebun Terbaik di PTPN III
Kategori Kebun/unit Peringkat
Tanaman Belum Menghasilkan (TBM) Sawit
Tanaman Menghasilkan (TM) Sawit
Pabrik Crumb Rubber
Pabrik Ribbed Smoke Sheet
Kebun Labuhan Haji Kebun Pamela
Kebun Rambutan
Kebun Tanah Raja Kebun Sei Silau
Kebun Membang Muda Kebun Gunung Para
Kebun Sarang Ginting Kebun Bandar Betsy Kebun Gunung Para
I (pertama) II (kedua)
I (pertama)
II (kedua) III (ketiga)
I (pertama) II (kedua)
I (pertama) II (kedua) III (ketiga)
Sumber :Humas PTPN III, 2009
Metode Pengambilan Sampel
Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah metode simple
random sampling, yaitu melakukan pengambilan sampel secara acak kepada
karyawan panen dengan pertimbangan semua karyawan panen memiliki
karakteristik yang relatif homogen yakni merupakan Karyawan Harian Tetap
(KHT).
Populasi penelitian di Kebun Rambutan PT. Perkebunan Nusantara III
ukuran minimun sampel yang dapat diterima berdasarkan pada desain penelitian
yang digunakan yaitu minimum 30 sampel, dan peneliti mengambil sampel
sebanyak 30 sampel karyawan panen.
Metode Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder. Data primer diperoleh dari wawancara langsung kepada karyawan
panen, sedangkan data sekunder diperoleh dari Kantor Pusat PT .Perkebunan
Nusantara III, Kantor Kebun Rambutan PT. Perkebunan Nusantara III, serta
literatur yang mendukung penelitian ini.
Metode Analisis Data
Untuk Menganalisis masalah (1) digunakan metode analisis deskriptif
dengan melihat faktor apa saja yang menjadi kekuatan dan kelemahan dalam
meningkatkan kinerja karyawan khususnya karyawan panen di Kebun Rambutan
PT. Perkebunan Nusantara III.
Untuk Menganalisis masalah (2) digunakan metode analisis deskriptif
dengan melihat faktor apa saja yang menjadi peluang dan ancaman dalam
meningkatkan kinerja karyawan khususnya karyawan panen di Kebun Rambutan
PT. Perkebunan Nusantara III.
Untuk memformulasi masalah (3) digunakan matriks SWOT. Matrik ini
menggambarkan secara jelas bagaimana kekuatan dan kelemahan yang terdapat
pada karyawan serta peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi dalam
peningkatan kinerja karyawan panen. Analisis SWOT menyediakan pemahaman
realistis tentang hubungan suatu karyawan dengan lingkungan organisasinya
dan peluang serta meminimumkan kelemahan dan ancaman yang ada. Dengan
gambaran tersebut kita akan dapat melihat bagaimana strategi peningkatan kinerja
karyawan panen di Kebun Rambutan PTPN III.
Langkah-Langkah Analisis SWOT
Analisis SWOT dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut :
1. Menganalisis faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi peningkatan kinerja
karyawan panen. Berdasarkan itu, ditemukan beberapa variabel yang akan
menentukan peningkatan kinerja karyawan panen. Faktor-faktor yang
mempengaruhi peningkatan kinerja karyawan panen di Kebun Rambutan PT.
Perkebunan Nusantara III diperoleh dari teori, kemudian melakukan
wawancara dengan mewawancarai karyawan panen sehingga diperoleh
faktor-faktor yang lebih strategis dalam mempengaruhi kinerja karyawan panen.
Pemilihan faktor-faktor ini dilakukan dengan melakukan wawancara dengan
15 karyawan panen dan pengamatan langsung ke Kebun Rambutan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja karyawan panen antara lain :
1. Tingkat pendidikan karyawan panen
2. Tingkat umur karyawan panen
3. Kemampuan karyawan memenuhi standar panennya
4. Kemampuan kerja sama karyawan panen dengan buruh panennya.
5. Kondisi alat-alat panen yang dimiliki oleh karyawan panen
6. Adanya pengalaman bekerja
8. Adanya kompensasi tidak langsung yang diberikan kepada karyawan
panen
9. Kemampuan pimpinan dalam memberikan instruksi kerja.
10.Adanya Sanksi
11.Infrastruktur seperti jalan ke lokasi panen
2. Setelah diketahui faktor-faktor strategis, kemudian faktor-faktor tersebut
dklasifikasikan menjadi 2 (dua) bagian yaitu :
a. Faktor Internal, yaitu faktor yang dapat dikendalikan oleh karyawan panen
tersebut.
b. Faktor Eksternal, yaitu faktor yang tidak dapat dikendalikan oleh
karyawan panen tersebut.
3. Setelah diklarifikasi faktor-faktor yang internal dan eksternalnya, kemudian
disusun kuesioner untuk menentukan skor setiap faktor dengan menggunakan
parameter. Skor tersebut akan menentukan apakah faktor tersebut di dalam
faktor internal merupakan kekuatan dan kelemahan serta apakah di faktor
eksternal merupakan ancaman dan peluang. Faktor dibagi menjadi 4 kategori
yaitu 1 dan 2 merupakan nilai rendah serta 3 dan 4 merupakan nilai tinggi.
Pada faktor internal 1 dan 2 yaitu kelemahan, 3 dan 4 yaitu kekuatan.
Sedangkan pada faktor eksternal 1 dan 2 yaitu ancaman, 3 dan 4 yaitu
peluang.
4. Setelah diperoleh kekuatan dan kelemahan di faktor internal serta peluang dan
ancaman di faktor eksternal, kemudian nilai skor terbobot dengan mengalikan
rating dari tiap faktor dengan bobot yang diperoleh dalam tiap faktor. Nilai
faktor-faktor strategis internal dan faktor-faktor-faktor-faktor strategis eksternal terhadap strategi
peningkatan kinerja karyawan panen.
Defenisi dan Batasan Operasional
Untuk menghindari kesalahpahaman dan kekeliruan dalam penafsiran
penelitian ini, maka dibuat definisi dan batasan operasional sebagai berikut:
1. Karyawan panen di lokasi penelitian adalah karyawan yang melakukan
tugasnya dalam memanen.
2. Faktor internal dalam peningkatan kinerja karyawan panen dapat dikontrol
oleh karyawan panen,
3. Faktor eksternal dalam peningkatan kinerja karyawan panen tidak dapat
dikontrol oleh karyawan panen.
4. Peningkatan yaitu kondisi suatu kualitas dan kuantitas yang diperoleh
dalam keadaan yang lebih baik daripada sebelumnya di dalam kurun
waktu penelitian dengan pemahaman semua faktor yang memperngaruhi
memiliki asumsi dapat meningkatkan kinerja karyawan.
Batasan Operasional
Adapun batasan operasional dari penelitian ini adalah :
1. Lokasi penelitian adalah Kebun Rambutan PTPN III
2. Waktu penelitian adalah tahun 2010.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Metode Penentuan Daerah Penelitian
Penelitian dilakukan di Kebun Rambutan PT.Perkebunan Nusantara III,
Kecamatan Rambutan, Kabupaten Serdang Bedagai. Penentuan daerah penelitian
dilakukan secara purposive (sengaja) dengan pertimbangan Kebun Rambutan
merupakan kebun sawit yang memiliki prestasi baik di PT.Perkebunan Nusantara
[image:47.595.109.546.311.519.2]III.
Tabel 4. Kategori Kebun Terbaik di PTPN III
Kategori Kebun/unit Peringkat
Tanaman Belum Menghasilkan (TBM) Sawit
Tanaman Menghasilkan (TM) Sawit
Pabrik Crumb Rubber
Pabrik Ribbed Smoke Sheet
Kebun Labuhan Haji Kebun Pamela
Kebun Rambutan
Kebun Tanah Raja Kebun Sei Silau
Kebun Membang Muda Kebun Gunung Para
Kebun Sarang Ginting Kebun Bandar Betsy Kebun Gunung Para
I (pertama) II (kedua)
I (pertama)
II (kedua) III (ketiga)
I (pertama) II (kedua)
I (pertama) II (kedua) III (ketiga)
Sumber :Humas PTPN III, 2009
Metode Pengambilan Sampel
Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah metode simple
random sampling, yaitu melakukan pengambilan sampel secara acak kepada
karyawan panen dengan pertimbangan semua karyawan panen memiliki
karakteristik yang relatif homogen yakni merupakan Karyawan Harian Tetap
(KHT).
Populasi penelitian di Kebun Rambutan PT. Perkebunan Nusantara III
ukuran minimun sampel yang dapat diterima berdasarkan pada desain penelitian
yang digunakan yaitu minimum 30 sampel, dan peneliti mengambil sampel
sebanyak 30 sampel karyawan panen.
Metode Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder. Data primer diperoleh dari wawancara langsung kepada karyawan
panen, sedangkan data sekunder diperoleh dari Kantor Pusat PT .Perkebunan
Nusantara III, Kantor Kebun Rambutan PT. Perkebunan Nusantara III, serta
literatur yang mendukung penelitian ini.
Metode Analisis Data
Untuk Menganalisis masalah (1) digunakan metode analisis deskriptif
dengan melihat faktor apa saja yang menjadi kekuatan dan kelemahan dalam
meningkatkan kinerja karyawan khususnya karyawan panen di Kebun Rambutan
PT. Perkebunan Nusantara III.
Untuk Menganalisis masalah (2) digunakan metode analisis deskriptif
dengan melihat faktor apa saja yang menjadi peluang dan ancaman dalam
meningkatkan kinerja karyawan khususnya karyawan panen di Kebun Rambutan
PT. Perkebunan Nusantara III.
Untuk memformulasi masalah (3) digunakan matriks SWOT. Matrik ini
menggambarkan secara jelas bagaimana kekuatan dan kelemahan yang terdapat
pada karyawan serta peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi dalam
peningkatan kinerja karyawan panen. Analisis SWOT menyediakan pemahaman
realistis tentang hubungan suatu karyawan dengan lingkungan organisasinya
dan peluang serta meminimumkan kelemahan dan ancaman yang ada. Dengan
gambaran tersebut kita akan dapat melihat bagaimana strategi peningkatan kinerja
karyawan panen di Kebun Rambutan PTPN III.
Langkah-Langkah Analisis SWOT
Analisis SWOT dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut :
1. Menganalisis faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi peningkatan kinerja
karyawan panen. Berdasarkan itu, ditemukan beberapa variabel yang akan
menentukan peningkatan kinerja karyawan panen. Faktor-faktor yang
mempengaruhi peningkatan kinerja karyawan panen di Kebun Rambutan PT.
Perkebunan Nusantara III diperoleh dari teori, kemudian melakukan
wawancara dengan mewawancarai karyawan panen sehingga diperoleh
faktor-faktor yang lebih strategis dalam mempengaruhi kinerja karyawan panen.
Pemilihan faktor-faktor ini dilakukan dengan melakukan wawancara dengan
15 karyawan panen dan pengamatan langsung ke Kebun Rambutan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja karyawan panen antara lain :
1. Tingkat pendidikan karyawan panen
2. Tingkat umur karyawan panen
3. Kemampuan karyawan memenuhi standar panennya
4. Kemampuan kerja sama karyawan panen dengan buruh panennya.
5. Kondisi alat-alat panen yang dimiliki oleh karyawan panen
6. Adanya pengalaman bekerja
8. Adanya kompensasi tidak langsung yang diberikan kepada karyawan
panen
9. Kemampuan pimpinan dalam memberikan instruksi kerja.
10.Adanya Sanksi
11.Infrastruktur seperti jalan ke lokasi panen
2. Setelah diketahui faktor-faktor strategis, kemudian faktor-faktor tersebut
dklasifikasikan menjadi 2 (dua) bagian yaitu :
a. Faktor Internal, yaitu faktor yang dapat dikendalikan oleh karyawan panen
tersebut.
b. Faktor Eksternal, yaitu faktor yang tidak dapat dikendalikan oleh
karyawan panen tersebut.
3. Setelah diklarifikasi faktor-faktor yang internal dan eksternalnya, kemudian
disusun kuesioner untuk menentukan skor setiap faktor dengan menggunakan
parameter. Skor tersebut akan menentukan apakah faktor tersebut di dalam
faktor internal merupakan kekuatan dan kelemahan serta apakah di faktor
eksternal merupakan ancaman dan peluang. Faktor dibagi menjadi 4 kategori
yaitu 1 dan 2 merupakan nilai rendah serta 3 dan 4 merupakan nilai tinggi.
Pada faktor internal 1 dan 2 yaitu kelemahan, 3 dan 4 yaitu kekuatan.
Sedangkan pada faktor eksternal 1 dan 2 yaitu ancaman, 3 dan 4 yaitu
peluang.
4. Setelah diperoleh kekuatan dan kelemahan di faktor internal serta peluang dan
ancaman di faktor eksternal, kemudian nilai skor terbobot dengan mengalikan
rating dari tiap faktor dengan bobot yang diperoleh dalam tiap faktor. Nilai
faktor-faktor strategis internal dan faktor-faktor-faktor-faktor strategis eksternal terhadap strategi
peningkatan kinerja karyawan panen.
Defenisi dan Batasan Operasional
Untuk menghindari kesalahpahaman dan kekeliruan dalam penafsiran
penelitian ini, maka dibuat definisi dan batasan operasional sebagai berikut:
1. Karyawan panen di lokasi penelitian adalah karyawan yang melakukan
tugasnya dalam memanen.
2. Faktor internal dalam peningkatan kinerja karyawan panen dapat dikontrol
oleh karyawan panen,
3. Faktor eksternal dalam peningkatan kinerja karyawan panen tidak dapat
dikontrol oleh karyawan panen.
4. Peningkatan yaitu kondisi suatu kualitas dan kuantitas yang diperoleh
dalam keadaan yang lebih baik daripada sebelumnya di dalam kurun
waktu penelitian dengan pemahaman semua faktor yang memperngaruhi
memiliki asumsi dapat meningkatkan kinerja karyawan.
Batasan Operasional
Adapun batasan operasional dari penelitian ini adalah :
1. Lokasi penelitian adalah Kebun Rambutan PTPN III
2. Waktu penelitian adalah tahun 2010.
BAB IV
DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK
RESPONDEN
Deskripsi Daerah Penelitian
Letak dan Keadaan Geografis
Kebun Rambutan terletak pada lokasi yang sangat strategis di Propinsi
Sumatera Utara, yaitu ±90 km Kota Medan dan berlokasi dalam dua Kabupaten
Serdang Bedagai dan Batubara. Letak Kebun Rambutan berada pada ketinggian
±18 m Dari Permukaan Laut dan bertopografi datar yang didominasi oleh jenis
tanah podsolik Merah Kuning, Alluvial dan Hidromorfik Kelabu. Menurut
Schmith dan Ferguson (1990) tipe iklim E dengan curah hujan berkisar 1300-2100
mm per tahun, dan bulan basah ±8 bulan serta bulan kering ± 4 bulan.
Profil Kebun Rambutan PT Perkebunan Nusantara III
Kebun Rambutan berasal dari Perkebunan milik Maatskappay Hindia
Belanda dibawah Naungan NV RCMA (Rubber Cultur Maatskappy Amsterdam)
yang pada tahun 1958 dinasionalisasi menjadi PPN (Perusahaan Perkebunan
Nusantara) Baru Cabang Sumatera Utara. Dalam perkembangannya Perkebunan
ini beberapa kali mengalami restrukturisasi, yaitu pada tahun 1961 menjadi PPN
SUMUT IV, selanjutnya pada tahun 1976 dirubah menjadi unit Kebun PT.
Perkebunan V (Persero). Kemudian pada bulan Pebruari 1996 terjadi
nama PT. Perkebunan Nusantara III yang berkantor pusat di Jalan Sei Batang Hari
Medan, dimana Kebun Rambutan menjadi salah satu unit kebunnya.
Adapun Visi dan Misi PT. Perkebunan Nusantara III adalah sebagai berikut:
1. Visi Perkebunan Nusantara III
Adapun visi dari PT. Perkebunan Nusantara III, yaitu Menjadi perusahaan
agribisnis kelas dunia dengan kinerja prima dan melaksankan tata kelola bisnis
terbaik.
2. Misi Perkebunan Nusantara III
1. Mengembangkan industri hilir berbasis perkebunan secara
berkesinambungan
2. Menghasilkan produk berkualitas untuk pelanggan.
3. Memperlakukan karyawan sebagai asset stratejik dan mengembangkan
karyawan secara optimal.
4. Menjadikan perusahaan terpilih yang memberikan “imbal-hasil” yang
terbaik bagi para investor.
5. Menjadikan perusahaan yang paling menarik untuk bermitra bisnis.
6. Memotivasi karyawan untuk berpartisipasi aktif dalam pengembangan
komunitas.
7. Melaksanakan seluruh aktivitas perusahaan yang berwawasan
lingkungan.
Kebun Rambutan terletak pada lokasi yang sangat strategis di Propinsi
Sumatera Utara, yaitu ± 90 km kota Medan dan berlokasi dalam dua kabupaten,
permukaan laut dan bertofografi datar yang didominasi oleh jenis tanah Podsolik
Merah Kuning, Alluvial dan Hidromorfik Kelabu. Tipe Iklim E (Schmith &
Ferguson) dengan curah hujan berkisar 1.300-2.100 mm per tahun, dan bulan
basah ± 8 bulan serta bulan kering ± 4 bulan.
Manajemen team Kebun Rambutan terdiri dari 1 orang Manager, 2 orang
Asisten Kepala dan 13 orang karyawan pimpinan yang terdiri dari : 8 orang
Asisten Tanaman, 1 orang Asisten Pengolahan, 1 orang Asisten Teknik, 1 orang
Asisten Tata Usaha dan 1 orang Asisten Personalia Kebun. Manajemen kebun
didukung oleh 618 orang karyawan pelaksana yang terdiri dari 327 orang
pemanen kelapa sawit, 166 orang penyadap Karet dan 115 orang karyawan yang
bertugas di bidang administrasi, mandor, pemeliharaan tanaman, guru, petugas
kesehatan, pengolahan, teknik, serta keamanan. Segenap karyawan mempunyai
komitmen memberikan produktivitas, efisiensi, laba dan pertumbuhan yang tinggi
[image:54.595.109.515.515.686.2]untuk PT. Perkebunan Nusantara III.
Tabel 5. Kategori Karyawan Pimpinan di Kebun Rambutan PTPN III.
No. Karyawan Pimpinan Jumlah Karyawan Keterangan
1 Asisten Tanaman 8
2. Asisten Pengolahan 1
3. Asisten Teknik 1
4. Asisten Tata Usaha 1
5. Asisten Personalia Kebun 1
Total 16
Sumber :Humas Kebun Rambutan PTPN III Serdang Bedagai 2009
No. Karyawan Pelaksana Jumlah Karyawan Keterangan
1 Karyawan Panen Kelapa Sawit 327 Karyawan Harian
Tetap
2. Karyawan Penyadap Karet 116
3. Karyawan Bidang Administrasi 115
Total 618
Sumber :Humas Kebun Rambutan PTPN III Serdang Bedagai 2009
Karakteristik Responden
Karakterisitik responden adalah keseluruhan karakteristik yang akan
mempengaruhi seseorang dalam melakukan sesuatu kegiataan yang menunjang
kehidupannya kearah yang lebih baik. Karakteristik seseorang akan
mempengaruhi tindakan, pola pikir, serta wawasan yang dimilikinya.
Karakteristik sosial ekonomi responden di daerah penelitian meliput i umur,
pendidikan, lama bekerja.
[image:55.595.110.535.518.728.2]Karakterisitk sosial ekonomi yang dilihat dari umur pada Tabel 6 di bawah ini :
Tabel 7. Distribusi Sampel Karyawan Panen di Kebun Rambutan PTPN III berdasarkan Umur Tahun (2009)
Umur Jumlah Karyawan Panen Persentase(%)
(Tahun) (orang)
22-26 8 26,67
%
27-31 5 16,67
%
32-36 6 20
%
37-41 4 13,33
%
42-46 4 13,33
%
>46 3 10
%
Jumlah 30 100
%
Tabel 7 menunjukkan kisaran umur jumlah karyawan terbesar berada pada
kelompok umur 22-26 sebanyak 8 orang dengan persentase 26,67 %. Sedangkan
yang terkecil pada kelompok umur lebih besar 46 sebanyak 2 orang dengan
persentase 10%. Adapun karakteristik sosial yang dilihat dari tingkat pendidikan
[image:56.595.113.536.275.431.2]pada Tabel 8 di bawah ini :
Tabel 8. Distribusi Sampel Karyawan Panen di Kebun Rambutan PTPN III Pendidikan Tahun (2009)
Tingkat Pendidikan Jumlah Karyawan Panen
Persentase (Tahun) (Orang)
(%)
SD 18 60
%
SLTP 1 3,33
%
SLTA/SMA 11 36,67
% Jumlah 30
100 %
Sumber :Humas Kebun Rambutan PTPN III Serdang Bedagai 2009
Tabel 8 menunjukka