PENGARUH JAMUR TIRAM PUTIH TERHADAP PENURUNAN KADAR KOLESTEROL DAN PENCEGAHAN ATEROSKLEROSIS PADA TIKUS
WISTAR JANTAN YANG DIBERI PAKAN TINGGI KOLESTEROL
TESIS
OLEH ERNAWATI
117008007
PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU BIOMEDIK FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
PENGARUH JAMUR TIRAM PUTIH TERHADAP PENURUNAN KADAR KOLESTEROL DAN PENCEGAHAN ATEROSKLER0SIS PADA TIKUS
WISTAR JANTAN YANG DIBERI PAKAN TINGGI KOLESTEROL
Diajukan untuk melengkapi persyaratan memperoleh Gelar Magister Biomedik dalam Program Studi Magister Ilmu Biomedik pada Fakultas
Kedokteran
Universitas Sumatera Utara
OLEH ERNAWATI
117008007
PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU BIOMEDIK FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
Judul : PENGARUH JAMUR TIRAM PUTIH TERHADAP PENURUNAN KADAR KOLESTEROL DAN
PENCEGAHAN ATEROSKLER0SIS PADA TIKUS WISTAR JANTAN YANG DIBERI PAKAN TINGGI KOLESTEROL
Nama Mahasiswa : Ernawati Nomor Induk : 117008007 Program Studi : Ilmu Biomedik
Menyetujui, Komisi Pembimbing
Prof. Hakim Bangun, Ph.D, Apt. dr. Delyuzar, M (Ked), Sp.PA
Ketua Anggota
(K)
Ketua Program Studi Biomedik, Dekan,
dr. Yahwardiah Siregar, Ph.D
NIP. 19550807 198503 2 001 NIP. 19540220 198011 1 001 Prof.dr.GontarA.Siregar,Sp.PD(KGEH)
Telah diuji pada
Tanggal : 22 Desember 2014
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua : Prof. Hakim Bangun, Ph.D, Apt. Anggota :1. dr. Delyuzar, M (Ked.), Sp.PA (K)
ABSTRAK
PENGARUH JAMUR TIRAM PUTIH TERHADAP PENURUNAN KADAR KOLESTEROL DAN PENCEGAHAN ATEROSKLEROSIS PADA TIKUS
JANTAN GALUR WISTAR YANG DIBERI PAKAN TINGGI KOLESTEROL.
Latar belakang: Aterosklerosis adalah penyakit degeneratif yang timbulnya dapat dipercepat dengan mengkonsumsi makanan tinggi kolesterol. Salah satu cara untuk mencegah terbentuknya aterosklerosis adalah dengan menurunkan kadar kolesterol darah.
Tujuan: Menentukan pengaruh Ekstrak Etanol Jamur Tiram (EEJT) dan residunya terhadap pencegahan penaikan kadar kolesterol dan terjadinya aterosklerosis pada tikus (efek preventif) dan pengaruh EEJT dan residunya terhadap penurunan kadar kolesterol dan aterosklerosis (efek kuratif) pada tikus jantan yang hiperkolesterol.
Metode: Pembuatan ekstrak dengan metode maserasi menggunakan etanol 96%. Hewan coba dibagi atas dua kelompok yaitu; preventif dan kuratif. Kelompok preventif menggunakan 24 ekor tikus yang dibagi menjadi empat kelompok, tiap-tiap kelompok terdiri dari 6 ekor. Kelompok 1 (diberi pakan biasa), kelompok 2 (diberi pakan tinggi kolesterol), kelompok 3 (diberi pakan tinggi kolesterol dan EEJT dosis 250 mg/kg bb sehari sekali), kelompok 4 (diberi pakan tinggi kolesterol dan residu dosis 250 mg/kg bb sehari sekali). EEJT dan residu diberi secara oral. Kelompok kuratif menggunakan 24 ekor tikus yang hiperkolesterol, kemudian dibagi empat kelompok, tiap-tiap kelompok terdiri dari 6 ekor. Kelompok 1 (diberi statin dosis 20 mg/kg bb sekali sehari), kelompok 2 (tanpa diberi pengobatan), kelompok 3 (diberi EEJT dosis 250 mg/kg bb sehari sekali), kelompok 4 (diberi residu dosis 250 mg/kg bb sehari sekali). Statin, EEJT dan residu diberi secara oral. Parameter yang diukur adalah kadar kolesterol, LDL, berat badan, jumlah sel busa dan ketebalan lapisan intima. Kadar kolesterol, LDl dan berat badan diukur setiap minggu, sel busa dan ketebalan lapisan intima diperiksa secara histopatologi pada akhir percobaan. Sebagai pembanding untuk kelompok kuratif digunakan statin dosis 20 mg/kg bb. Analisis data menggunakan one way ANOVA.
Hasil: Penelitian pada kelompok preventif menunjukkan bahwa EEJT dan residunya dapat mencegah penaikan kadar kolesterol, LDL, berat badan, pembentukan sel busa, dan penebalan lapisan intima. Efek EEJT dan residunya tidak berbeda signifikan (p > 0,05). Pada kelompok kuratif menunjukkan bahwa EEJT dan residunya dapat menurunkan kadar kolesterol dan LDL, tetapi tidak dapat mengurangi jumlah sel busa dan penebalan lapisan intima yang sudah terbentuk. Efek EEJT dan residunya tidak berbeda signifikan dibanding statin.
Kesimpulan: Hasil menunjukkan bahwa EEJT dan residunya berguna untuk mencegah aterosklerosis dan juga untuk menurunkan kadar kolesterol dan LDL.
Key words: Jamur tiram; kolesterol; LDL; sel busa; lapisan intima; preventif; kuratif.
ABSTRACT
EFFECT OF WHITE OYSTER MUSHROOMS ON LOWERING CHOLESTEROL LEVELS AND PREVENTION ATHEROSCLEROSIS IN
WISTAR MALE RAT FED HIGH CHOLESTEROL.
Background: Atherosclerosis is a degenerative disease that can be accelerated by consuming foods high in cholesterol. One way to prevent the formation of
atherosclerosis is by lowering blood cholesterol levels.
Purpose: To determine the effect of ethanol extract of Oyster Mushroom (EEJT) and its residue on the prevention of raising cholesterol levels and atherosclerosis in rats (preventive effect) and the influence EEJT and its residue to decrease cholesterol levels and atherosclerosis (curative effect) in male
hypercholesterolemia rats. .
Method: Preparation of the extract by maceration method using 96% ethanol. Experimental animals were divided into two groups,i.e., preventive and curative groups. Preventive group used 24 rats were divided into four groups, each group consisted of 6 animals. Group 1 (fed normal), group 2 (fed with high cholesterol), group 3 (fed with high cholesterol and EEJT dose 250 mg / kg bw once a day), group 4 (fed with high cholesterol and residue dose of 250 mg / kg bw once a day). EEJT and the residue was given orally. Curative group used 24 were hypercholesterolemia rats, and then divided into four groups, each group consisted of 6 animals. Group 1 (given statin dose of 20 mg / kg bw once a day), group 2 (without any treatment), group 3 (given EEJT dose 250 mg / kg bw once a day), group 4 (given residue dose of 250 mg / kg bw once a day ). Statin, EEJT and the residue was given orally. Parameters measured were cholesterol, LDL levels, body weight, number of foam cells and the thicknes of the intima layers. Cholesterol, LDL levels and body weight were measured every week, foam cells and intimal layers thicknes histopathologically examined at the end of the experiment. As a comparison to curative groups used statin dose of 20 mg / kg bw. Analysis of data using one-way ANOVA.
Results: The study on the preventive group showed that EEJT and the residue can prevent raising of cholesterol, LDL, body weight, foam cell formation, and thickening of the intima layers. EEJT and the residue effect was not different significantly (p > 0.05). In the curative group showed that EEJT and the residue could lower cholesterol and LDL levels, but could not reduce the number of foam cells and thickening of the intimal layers that has been formed. EEJT and residue effect was not different significantly compared to statin (p > 0,05) . .
Conclusion: The results indicate that EEJT and the residue are useful to prevent atherosclerosis and also to lower the blood cholesterol and LDL levels.
KATA PENGANTAR
Dengan ucapan Alhamdulillah, puji dan syukur yang utama dan pertama
dipanjatkan kehadirat Allah Subhannahu Wat’ala, karena hanya dengan ridha-Nya
jualah peneliti dapat menyelesaikan tugas yang berat ini, yakni penelitian tesis.
Tesis mengenai pengaruh jamur tiram putih terhadap penurunan kadar
kolesterol dan pencegahan aterosklerosis pada tikus wistar jantan yang diberi
pakan tinggi kolesterol merupakan salah satu dari beberapa herba yang sudah
puluhan tahun digunakan manusia sebagai pengobatan.
Tesis yang terdiri dari lima bab ini dimaksudkan untuk memberikan
kontribusi dalam menambah obat herba pada penderita hiperkolesterol dan
pencegahan timbulnya aterosklerosis. Apa yang melatar belakangi, yang menjadi
tujuan penelitian, faktor permasalahan dan apa manfaat penelitian ini disajikan
pada bagian pendahuluan (Bab I), teori-teori yang digunakan sebagai landasan
pada penelitian ini terdapat pada tinjauan pustaka (Bab II). Proses penelitian
disajikan pada metodologi penelitian (Bab III), sedangkan hasil dan diskusi
terdapat pada bagian keempat (Bab IV) terakhir penelitia ini ditutup dengan
kesimpulan dan saran pada bagian kelima (Bab V).
Semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat khususnya bagi penderita
hiperkolesterol dan sebagai pengobatan preventif bagi kita semua.
Medan, Desember, 2014
UCAPAN TERIMA KASIH
Pada kesempatam ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Hakim Bangun, PhD, Apt, sebagai komisi pembimbing I dan
Bapak dr. Delyuzar M.Ked, Sp PA (K) sebagai komisi pembimbing II.
Ditengah-tengah kesibukan mereka yang amat padat, mereka senantiasa
meluangkan waktu dalam pembimbingan tesis ini. Dengan ketelitian,
kesabaran yang ditunjukkan selama proses bimbingan sehingga tesis ini selesai.
2. Prof. Dr. Syahril Pasaribu, DTMH, Msc (CTM), Sp.A(K), Rektor Universitas
Sumatera Utara, yang telah memberikan kesempatan bagi peneliti untuk
mengikuti jenjang pendidikan S2 di Universitas Sumatera Utara.
3. Prof.Gontar A. Siregar, Sp.PD-KGEH, Dekan Fakultas Kedokteran Universitas
Sumatera Utara.
4. dr.Yahwardiah Siregar,PhD, Ketua Program Studi Magister Ilmu Biomedik
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
5. dr.Jamaluddin Sp, PA. sebagai komisi pembanding I dan Ibu dr. Yunita Sari
Pane MSc. sebagai komisi pembanding II yang telah banyak memberi masukan
kepada penulis dalam menyelesaikan tesis ini.
6. Ibu Sondang SKM, Bapak dr. Immanuel Pinem, mantan kepala puskesmas
Namu Terasi Kabupaten Langkat dan Bapak dr. Esra F Sembiring sebagai
kepala puskesmas Namu Terasi saat ini, yang telah memberi ijin kepada
7, Kepada rekan-rekan seangkatan: Vera, Ningrum, Anwar, Dita, Siti, Pak
Mustari, Leo, Sukaesih, Lili, Yeni, Tina, Roy, Taya, Imam, Donny, selama
masa perkuliahan berjuang bersama untuk menyelesaikan tugas dari pengajar.
8. Kepada kedua orang tua tersayang, Drs. H.Ngamehi Sembiring dan Ibu
Hj.Sismiasih yang selalu berdo’a memohonkan kemudahan segala urusan yang
dihadapi oleh seluruh putra-putrinya. Hal yang sama disampaikan kepada
Bapak dan Ibu mertua M. Yusuf Harun dan Ibu Hj. Mahmani
9. Kepada suami tercinta Prof. DR. Yusnadi, Ms, yang dengan ikhlas mengijinkan
peneliti untuk melanjutkan studi S2, beliau juga teman dikala suka dan duka,
juga selalu memberi semangat kepada peneliti pada saat peneliti merasa jenuh
dalam menyelesaikan tesis. Demikian juga kepada anak-anakku tersayang,
Nurul Nisa Primadiaty dan Naufal Hady, maafkan ibu karena kalian sudah
banyak mengorbankan hak-hak sebagai seorang anak. Peneliti juga
mengucapkan terima kasih kepada abang peneliti DR. Ir. Jaka sembiring,
M.Eng./ Sarah Asmita, SS, adik peneliti Dra. Ollyvia Sembiring/ Drs. Bahrizal
pasaribu, M.Pd, Ir. Akhmad Daniel sembiring M.T / Wihandini, Julian Henry
sembiring S.E/ Dwi Rini, DR. Idha.A, Sembiring/ DR. Delvian M.P dan
pihak-pihak lain yang telah banyak membantu peneliti dalam menyelesaikan tesis ini.
Peneliti hanya dapat mendo’akan semoga Allah SWT memberikan imbalan
RIWAYAT HIDUP
Nama lengkap : Ernawati
Tanggal lahir : 19 Oktober 1967
Tempat lahir : Langkat
NIM : 117008007
Alamat : Jl. Juang 45 No: 59 Medan Estate, Percut Sei Tuan
Pendidikan :
1. SD Negeri No: 050584 Binjai, tamat tahun 1980
2. SLTP Negeri I Binjai, tamat tahun 1983
3. SMU Negeri I Binjai, tamat tahun 1986
4. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, tamat tahun 1994
Riwayat Pekerjaan :
1.Dokter Jaga Poliklinik Taman Setia Budi, tahun 1994-1997.
2.Dokter Jaga Klinik Daarut-Tauhid Bandung, tahun 1998-2000.
3.Dokter PTT DEPKES di Puskesmas Kuala Kabupaten Langkat,
1995-1998.
4.Dokter PNS di Puskesmas Namu Terasi Kabupaten Langkat, Januari
2007 – sekarang.
DAFTAR ISI
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... iii
RIWAYAT HIDUP ... v
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR TABEL ... x
DAFTAR GAMBAR ... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ... xvi
DAFTAR SINGKATAN ... xviii
BAB PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang masalah ... 1
1.2. Rumusan masalah ... 4
1.3. Hipotesa ... 5
1.4. Tujuan penelitian ... 6
1,5. Manfaat penelitian ... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian sebelumnya ... 8
2.2. Kerangka teoretis ... 9
2.2.1. jamur tiram ... 9
2.2.1.1. Kandungan gizi jamur tiram ... 10
2.2.1.2. Manfaat jamur tiram ... 11
2.2.2. Kolesterol ... 12
2.2.2.1. Biosintesa kolesterol ... 12
2.2.2.2. Metabolisme kolesterol ... 13
2.2.2.3. Hiperkolesterol ... 14
2.2.3. Low Density Lipoprotein (LDL) ... 16
2.2.4. Berat badan ... 19
2.2.5. Sel busa (Foam cells) ... 19
2.2.6. Aterosklerosis ... 22
2.2.7. Radikal bebas (Free radicals) ... 25
2.2.7.1 Definisi ... 25
2.2.7.2 Sumber radikal bebas ... 25
2.2.7.3. Mekanisme patofisiologi ... 27
2.2.7.4. Jenis-jenis radikal bebas ... 28
2.2.8. Anti oksidan ... 29
2.2.8.1. Definisi ... 29
2.2.8.2. Klasifikasi anti oksidan ... 29
2.2.8.3. Mekanisme kerja anti oksidan ... 30
2.2.9. Statin ... 31
2.2.9.1 Mekanisme kerja ... 31
2.2.10. Kerangka teoretis (kerangka konsep) ... 32
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Desain penelitian ... 34
3.2. Tempat dan waktu ... 34
3.3 . Sampel ... 34
3.4. Kriteria inklusi ... 35
3.5. Kriteria eksklusi ... 35
3.6. Jumlah sampel ... 35
3.7. Bahan dan alat ... 36
3.7.1. bahan ... 36
3.7,2. Alat ... 36
3.8. Cara kerja ... 37
3.8.1.Pengolahan jamur tiram ... 37
3.8.2. Perhitungan dosis ... 37
3.8.3.Pengelompokan tikus ... 39
3.8.4.Pembuatan sediaan histopatologi ... 40
3.8.5. Pewarnaan haematoxyllin dan eosin ... 41
3.9. Kerangka operasional ... 44
3.10. Identifikasi variabel ... 46
3.10.1. Jamur tiram ... 46
3.10.2. Pakan tinggi kolesterol ... 46
3.10.3. Obat golongan statin ... 46
3.10.4. Kadar kolesterol total dan LDL ... 47
3.10.5. Sel busa ... 47
3.10.6. Diameter lapisan intima ... 47
3.11. Defenisi operasional ... 47
3.11.1.Jamur tiram putih ... 47
3.11.2. Pakan tinggi kolesterol ... 48
3.11.3. Obat golongan statin ... 49
3.11.4. Kadar kolesterol total dan LDL ... 49
3.11.5. Berat badan tikus ... 51
3.11.5. Sel busa ( foam cells ) ... 51
3.11.6. Penebalan dinding aorta ... 52
3.12. Analisis data ... 52
BAB IV HASIL DAN DISKUSI 4.1.1. Hasil group preventif ... 54
4.1.1.1 Kadar kolesterol ... 54
4.1.1.2 Kadar LDL ... 58
4.1.1.3 Berat badan ... 62
4.1.1.4 Jumlah sel busa ... 66
4.1.1.5 Ketebalan lapisan intima ... 69
4.1.2 Hasil group kuratif ... 72
4.1.2.1 Kadar kolesterol ... 72
4.1.2.2 Kadar LDL ... 76
4.1.2.3 Berat badan ... 80
4.1.2.4 Jumlah sel busa ... 83
4.1.2.5 Diameter lapisan intima ... 87
4.2.1 Diskusi group preventif
4.2.1.1 Kadar kolesterol ... 90
4.2.1.2 Kadar LDL ... 92
4.2.1.3 Berat badan ... 94
4.2.1.4 Jumlah sel busa ... 97
4.2.1.5 Ketebalan lapisan intima ... 99
4.2.2 Diskusi group kuratif 4.2.2.1 Kadar kolesterol ... 101
4.2.2.2 Kadar LDL ... 103
4.2.2.3 Berat badan ... 106
4.2.2.4 Jumlah sel busa ... 106
4.2.2.5 Diameter lapisan intima ... 108
4.2.3.Korelasi dan regresi ... 107
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan 5.1.1 Group preventif ... 120
5.1.2 Group kuratif ... 121
5.2 Saran ... 122
DAFTAR TABEL
No Tabel Hal.
2.1 Kadar kolesterol dan trigliserid pada orang dewasa menurut
perhimpunan jantung Amerika(Stapleton, et al., 2010) ... 15
3.1 Langkah-langkah untuk menentukan analisis data yang digunakan
(Sopiyudin, 2013). ... 52
4.1 Kadar kolesterol tikus grup preventif (n = 6) ... 54
4.2 Rerata luas AUC kolesterol tikus group preventif (n = 6) ... 56
4.3 Hasil analisis Post-Hoc luas AUC kolesterol group preventif
Keterangan: tanda (*) menunjukkan perbedaan signifikan ... 57
4.4 Kadar LDL tikus group preventif (n = 6) ... 58
4.5 Rerata luas AUC LDL tikus group preventif (n – 6) ... 60
4.6 Hasil uji analisis Post-Hoc Bonferroni luas AUC LDL tikus
group preventif. Keterangan: tanda (*) berbeda signifikan ... 61
4.7 Berat badan tikus group preventif (n = 6) ... 62
4.8 Luas AUC berat badan tikus group preventif ... 64
4.9 Hasil uji analisis Post-Hoc luas AUC berat badan tikus group preventif. Keterangan: tanda (*) menunjukkan perbedaan yang
signifikan ... 65
4.10 Jumlah sel busa tikus group preventif ... 67
4.11 Hasil uji analisis Post-Hoc jumlah sel busa tikus grup preventif.
Keterangan: tanda (*) menunjukkan perbedaan yang signifikan.... 68
4.12 Diameter lapisan intima aorta grup preventif P0, P1, P2 diberi EEJT dan P3 diberi residu EEJT ...
70
4.13 Hasil analisis Post-Hoc ketebalan lapisan intima tikus group preventif. Keterangan: tanda (*) menunjukkan perbedaan
signifikan ... 71
4.14 Kadar kolesterol tikus group kuratif (n = 6) ... 72
4.16 Hasil analisis Post-Hoc luas AUC kolesterol tikus group kuratif
Keterangan: tanda (*) menunjukkan perbedaan yang signifikan .... 75
4.17 Kadar LDL tikus group kuratif (n = 6) ... 76
4.18 Luas AUC kadar LDL tikus group kuratif (n = 6) ... 77
4.19 Hasil analisis Post-Hoc luas AUC LDL tikus group kuratif
Keterangan: tanda (*) berbeda signifikan ... 79
4.20 Berat badan tikus group kuratif (n = 6) ... 80
4.21 Luas AUC berat badan tikus group kuratif ... 82
4.22 Hasil analisis Post-Hoc luas AUC berat badan group kuratif K1 (kontrol positif), K2 (kontrol negatif), K3 diberi EEJT dan K4
residu EEJT. ... 83
4.23 Jumlah sel busa group kuratif K1 (kontrol positif), K2 (kontrol
negatif), K3 diberi EEJT dan K4 diberi residu EEJT ... 85
4.24 Hasil analisis Post-Hoc jumlah sel busa tikus group kuratif,
Keterangan: Tanda (*) menunjukkan perbedaan yang signifikan.... 86
4.25 Ketebalan lapisan intima aorta tikus group kuratif ... 87
4.26 Hasil analisis Post-Hoc ketebalan lapisan intima aorta tikus group
kuratif. Keterangan: tanda (*) menunjukkan perbedaan signifikan 89
4.27 Nilai R Square kadar kolesterol dan LDL pada P1 group preventif 113
4.28 Koefisien korelasi kadar kolesterol dan LDL pada P1 group
preventif ... 114
4.29 Nilai R Square kadar kolesterol dan LDL pada P2 group preventif 114
4.30 Koefisien korelasi kadar kolesterol dan LDL pada P2 group
preventif ... 114
4.31 Nilai R Square kadar kolesterol dan LDL pada P3 group preventif 115
4.32 Koefisien korelasi kadar kolesterol dan LDL pada P3 group preventif ...
115
4.33 Nilai R Square kadar kolesterol dan LDL pada K1 group kuratif 116
4.34 Koefisien korelasi kadar kolesterol dan LDL pada K1 group
4.35 Nilai R Square kadar kolesterol dan LDL pada K3 group kuratif 118
4.36 Koefisien korelasi kadar kolesterol dan LDL pada K3 group
kuratif ... 118
4.37 Nilai R Square kadar kolesterol dan LDL pada K3 group kuratif
yang diberi residu EEJT ... 118
4.38 Koeffisien korelasi antara kadar kolesterol dan LDL pada group
kuratif yang diberi residu EEJT ... 119
DAFTAR GAMBAR
No Gambar Hal.
2.1 Kesimpulan metabolisme lipoprotein (Prentice Hall, 2002) ... 17
2.2 Skematik : terjadinya migrasi monosit dan perubahannya
menjadi sel busa (Yuan, et al., 2012) ... 21
2.3 Hubungan antara stres oksidatif dan atherosclerosis. Sumber utama bahan oksidatif dan Reactiv Oxygen Species pada aterosklerosis pembuluh darah adalah makrofag dan Smooth Muscle Cell. Keberadaan ROS akan menginduksi disfungsi endotel. Stres oksidatif yang utama menimbulkan oksidatif modifikasi dari LDL ( oxd- LDL ) dan kelanjutan lesi
aterosklerosis.(vogiatzi, 2009) ... 22
2.4 Sumber radikal bebas (Fang, 2002) ... 27
2.5 Stres oksidatif menginduksi beberapa jenis penyakit pada
manusia (huy, He, 2008) ... 28
4.1 Hubungan kadar kolesterol terhadap waktu pada grup preventif
P0, P1, P2 diberi EEJT dan P3 diberi residu EEJT... 55
4.2 Hubungan kadar LDL terhadap waktu untuk group preventif P0,
P1, P2 diberi EEJT dan P3 diberi residu EEJT. ... 59
4.3 Hubungan antara berat badan terhadap waktu grup preventif P0,
P1, P2 diberi EEJT dan P3 diberi residu EEJT ... 63
4.4 Lapisan intima aorta tikus group preventif P0dijumpai sel busa
(foam cell) ... 66
4.5 Lapisan intima aorta tikus group preventif P2(EEJT), terlihat sel
busa(foam cell) ... 66
4.6 Lapisan intima aorta tikus group preventif P1, terlihat sel busa
(foam cell ) pada lapisan intima ... 66
4.7 Lapisan intima aorta tikus group preventif P3 (rEEJT), terlihat
sel busa (foam cell) ... 66
4.8 Rerata jumlah sel busa tikus grup preventif Keterangan: huruf
4.9 Lapisan intima group preventif P0, ketebalan lapisan intima
18,38 µm ... 69
4.10 Lapisan intima group preventif P2, ketebalan lapisan intima
34,36µm ... 69
4.11 Lapisan intima group preventif P1, ketebalan lapisan intima
45,11µm ... 69
4.12 Lapisan intima group preventif P3, ketebalan lapisan intima
34,36µm ... 69
4.13 Rerata ketebalan lapisan intima aorta tikus group preventif. Keterangan : Huruf yang berbeda menunjukkan perbedaan yang
signifikan ... 70
4.14 Hubungan kadar kolesterol terhadap waktu pada tikus group kuratif kelompok 1 (kontrol positif), 2 (kontrol negatif), 3 diberi
EEJT dan 4 diberi residu EEJT... 73
4.15 Hubungan kadar kolesterol dan LDL terhadap waktu pada group kuratif K1 (kontrol positif), K2 (kontrol negatif), K3 diberi
EEJT dan K4 diberi residu EEJT ... 77
4.16 Hubungan berat badan tikus terhadap waktu setelah dihentikan pakan tinggi kolesterol dan dimulai pengobatan untuk K1 (KP/statin), K2 (KN), K3 diberi EEJT dan K4 diberi residu
EEJT ... 81
4.17 Lapisan intima aorta tikus K1 (KP/statin), dijumpai sel busa
(foam cell) pada lapisan intimanya. ... 83
4.18 Lapisan intima aorta K2 (KN), , terlihat sel busa (foam cell )
pada lapisan intima ... 83
4.19 Lapisan intima aorta tikus K3 (EEJT), terlihat ada sel busa(foam
cell) pada lapisan intimanya ... 83
4.20 Lapisan intima tikus K 4 (r EEJT) tampak sel busa
(foamcell= FC) pada lapisan Intimanya ... 83
4.21 Jumlah rerata sel busa kelompok I (kontrol positif/statin), II (kontrol negatif), III (EEJT), dan kelompok IV (r EEJT). Keterangan: huruf yang berbeda menunjukkan perbandingan
yang signifikan ... 85
4.22 Lapisan intima K1 (KP/statin) ketebalan lapisan intima 36,11
4.23 Lapisan intima K 2 (KN) ketebalan lapisan intima14,06 µm ... 87
4.24 Lapisan intima K3 (EEJT) yang diberi pakan tinggi
kolesterol, ketebalan lapisan intima 71,84 µm ... 87
4.25 Lapisan intimaK4 (rEEJT) yang diberi statin, ketebalan lapisan
inti 40,13 µm ... 87
4.26 Ketebalan lapisan intima aorta group kuratif K1(kontrol positif), K2 (kontrol negatif), K3 diberi EEJT dan K4 diberi residu EEJT.Keterangan: huruf yang berbeda menunjukkan perbedaan
yang signifikan ... 88
4.27 Regresi antara kadar kolesterol dan LDL pada group preventif P1 113
4.28 Korelasi antara kadar kolesterol dan LDL pada kontrol positif
kelompok kuratif... 116
4.29 Korelasi antara kadar kolesterol dan LDL pada group kuratif
yang diberi EEJT ... 117
DAFTAR LAMPIRAN
No Lampiran Hal.
1. Rekomendasi persetujuan etik penelitian kesehatan ... 128
2. Hasil identifikasi jamur ... 129
3. Hasil skrining fitokimia simplisia ... 130
4. Rincian hasil pemeriksaan karakterisasi ... 134
5. Hasil skrining fitokimia ekstrak ... 137
6. Hasil skrining fitokimia residu ... 140
7. Foto penelitian ... 144
8. Hasil kelompok preventif ... 145
9. Hasil deskripsi luas AUC kolesterol kelompok preventif ... 146
10. Kadar LDL ... 147
11. Hasil tes uji normalitas luas AUC LDL kelompok preventif ... 148 12. Berat badan rata-rata tikus kelompok preventif ... 149
13. Hasil uji normalitas luas AUC berat badan kelompok preventif ... 150
14. Jumlah sel busa kelompok preventif ... 151
15. Hasil uji homogenitas varian jumlah sel busa kelompok preventif 152 16. Hasil uji normalitas diameter lapisan intima kelompok preventif 153 17. Kadar kolesterol kelompok kuratif ... 154
18. Hasil deskripsi luas AUC kolesterol kelompok preventif ... 155
19. Hasil uji ANOVA luas AUC kolesterol kelompok kuratif ... 156
20. Hasil test normalitas luas AUC LDL kelompok kuratif ... 157
21. Berat badan kelompok kuratif ... 158
23. Hasil uji ANOVA luas AUC berat badan kelompok kuratif ... 160
24. Hasil uji ANOVA jumlah sel busa kelompok kuratif ... 161
25. Hasil test normalitas diameter lapisan intima kelompok kuratif ... 162
26. Hasil test homogenitas varian jumlah sel busa group kuratif 163
27. Hasil deskripsi ketebalan lapisan intima group kuratif 164
DAFTAR SINGKATAN
1. AUC : Area Under The Curve
2. ANOVA : Analysis Of Variance
3. BB : Berat badan
4. CMC : Carboxyl Methyl Cellulose
5. EEJT : Ekstrak Etanol Jamur Tiram
6. HMG Ko-A : 3 Hidroxy 3 Methyl Glutaril Co Enzym A
7. Ho : Hipotesis Nol
8. Ha : Hipotesis Alternatif
9. HE : Haematoxyllin Eosin
10. LDL : Low Dencity Lipoprotein
11.MCI : Myocard Infarction
ABSTRAK
PENGARUH JAMUR TIRAM PUTIH TERHADAP PENURUNAN KADAR KOLESTEROL DAN PENCEGAHAN ATEROSKLEROSIS PADA TIKUS
JANTAN GALUR WISTAR YANG DIBERI PAKAN TINGGI KOLESTEROL.
Latar belakang: Aterosklerosis adalah penyakit degeneratif yang timbulnya dapat dipercepat dengan mengkonsumsi makanan tinggi kolesterol. Salah satu cara untuk mencegah terbentuknya aterosklerosis adalah dengan menurunkan kadar kolesterol darah.
Tujuan: Menentukan pengaruh Ekstrak Etanol Jamur Tiram (EEJT) dan residunya terhadap pencegahan penaikan kadar kolesterol dan terjadinya aterosklerosis pada tikus (efek preventif) dan pengaruh EEJT dan residunya terhadap penurunan kadar kolesterol dan aterosklerosis (efek kuratif) pada tikus jantan yang hiperkolesterol.
Metode: Pembuatan ekstrak dengan metode maserasi menggunakan etanol 96%. Hewan coba dibagi atas dua kelompok yaitu; preventif dan kuratif. Kelompok preventif menggunakan 24 ekor tikus yang dibagi menjadi empat kelompok, tiap-tiap kelompok terdiri dari 6 ekor. Kelompok 1 (diberi pakan biasa), kelompok 2 (diberi pakan tinggi kolesterol), kelompok 3 (diberi pakan tinggi kolesterol dan EEJT dosis 250 mg/kg bb sehari sekali), kelompok 4 (diberi pakan tinggi kolesterol dan residu dosis 250 mg/kg bb sehari sekali). EEJT dan residu diberi secara oral. Kelompok kuratif menggunakan 24 ekor tikus yang hiperkolesterol, kemudian dibagi empat kelompok, tiap-tiap kelompok terdiri dari 6 ekor. Kelompok 1 (diberi statin dosis 20 mg/kg bb sekali sehari), kelompok 2 (tanpa diberi pengobatan), kelompok 3 (diberi EEJT dosis 250 mg/kg bb sehari sekali), kelompok 4 (diberi residu dosis 250 mg/kg bb sehari sekali). Statin, EEJT dan residu diberi secara oral. Parameter yang diukur adalah kadar kolesterol, LDL, berat badan, jumlah sel busa dan ketebalan lapisan intima. Kadar kolesterol, LDl dan berat badan diukur setiap minggu, sel busa dan ketebalan lapisan intima diperiksa secara histopatologi pada akhir percobaan. Sebagai pembanding untuk kelompok kuratif digunakan statin dosis 20 mg/kg bb. Analisis data menggunakan one way ANOVA.
Hasil: Penelitian pada kelompok preventif menunjukkan bahwa EEJT dan residunya dapat mencegah penaikan kadar kolesterol, LDL, berat badan, pembentukan sel busa, dan penebalan lapisan intima. Efek EEJT dan residunya tidak berbeda signifikan (p > 0,05). Pada kelompok kuratif menunjukkan bahwa EEJT dan residunya dapat menurunkan kadar kolesterol dan LDL, tetapi tidak dapat mengurangi jumlah sel busa dan penebalan lapisan intima yang sudah terbentuk. Efek EEJT dan residunya tidak berbeda signifikan dibanding statin.
Kesimpulan: Hasil menunjukkan bahwa EEJT dan residunya berguna untuk mencegah aterosklerosis dan juga untuk menurunkan kadar kolesterol dan LDL.
Key words: Jamur tiram; kolesterol; LDL; sel busa; lapisan intima; preventif; kuratif.
ABSTRACT
EFFECT OF WHITE OYSTER MUSHROOMS ON LOWERING CHOLESTEROL LEVELS AND PREVENTION ATHEROSCLEROSIS IN
WISTAR MALE RAT FED HIGH CHOLESTEROL.
Background: Atherosclerosis is a degenerative disease that can be accelerated by consuming foods high in cholesterol. One way to prevent the formation of
atherosclerosis is by lowering blood cholesterol levels.
Purpose: To determine the effect of ethanol extract of Oyster Mushroom (EEJT) and its residue on the prevention of raising cholesterol levels and atherosclerosis in rats (preventive effect) and the influence EEJT and its residue to decrease cholesterol levels and atherosclerosis (curative effect) in male
hypercholesterolemia rats. .
Method: Preparation of the extract by maceration method using 96% ethanol. Experimental animals were divided into two groups,i.e., preventive and curative groups. Preventive group used 24 rats were divided into four groups, each group consisted of 6 animals. Group 1 (fed normal), group 2 (fed with high cholesterol), group 3 (fed with high cholesterol and EEJT dose 250 mg / kg bw once a day), group 4 (fed with high cholesterol and residue dose of 250 mg / kg bw once a day). EEJT and the residue was given orally. Curative group used 24 were hypercholesterolemia rats, and then divided into four groups, each group consisted of 6 animals. Group 1 (given statin dose of 20 mg / kg bw once a day), group 2 (without any treatment), group 3 (given EEJT dose 250 mg / kg bw once a day), group 4 (given residue dose of 250 mg / kg bw once a day ). Statin, EEJT and the residue was given orally. Parameters measured were cholesterol, LDL levels, body weight, number of foam cells and the thicknes of the intima layers. Cholesterol, LDL levels and body weight were measured every week, foam cells and intimal layers thicknes histopathologically examined at the end of the experiment. As a comparison to curative groups used statin dose of 20 mg / kg bw. Analysis of data using one-way ANOVA.
Results: The study on the preventive group showed that EEJT and the residue can prevent raising of cholesterol, LDL, body weight, foam cell formation, and thickening of the intima layers. EEJT and the residue effect was not different significantly (p > 0.05). In the curative group showed that EEJT and the residue could lower cholesterol and LDL levels, but could not reduce the number of foam cells and thickening of the intimal layers that has been formed. EEJT and residue effect was not different significantly compared to statin (p > 0,05) . .
Conclusion: The results indicate that EEJT and the residue are useful to prevent atherosclerosis and also to lower the blood cholesterol and LDL levels.
BAB I. PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Pola makan sangat menentukan kondisi kesehatan seseorang. Menu
makanan yang lebih banyak mengandung serat baik dari sayuran maupun
buah-buahan, akan mengurangi resiko menderita penyakit-penyakit degeneratif,
penyakit cardio vascular, diabetes, kanker. Sebaliknya makanan yang sedikit atau
tidak mengandung serat maka penyakit–penyakit seperti yang disebut diatas
mengalami peningkatan dan akan menurunkan kualitas hidup individu yang
menderita penyakit tersebut. Saat ini pola makanan sudah berubah, orang lebih
senang mengkonsumsi makanan cepat saji (fast food), yang pasti sudah tidak ada
keseimbangan zat gizi pada makanan tersebut. Makanan cepat saji lebih banyak
mengandung lemak, kolesterol dan hanya sedikit atau tidak ada sama sekali
mengandung serat. Ketidak seimbangan gizi ini akan banyak menimbulkan
masalah pada individu yang suka atau terpaksa mengkonsumsi makanan tersebut.
Demikian juga dengan makanan yang dimasak dengan cara menggoreng.
Menggoreng adalah salah satu cara dalam menyiapkan makanan, sementara itu
menggunakan minyak yang berulang kali dipakai akan meningkatkan jumlah
lemak yang teroksidasi dan mengurangi jumlah anti oksidan yang terkandung
didalam minyak, dan akan menghasilkan radikal bebas (Xian, 2012), makanan
yang digoreng akan mengabsorbsi minyak jelantah begitu juga radikal bebasnya,
dan ini akan menjadi bagian dari makanan kita. Pemanasan kembali minyak
jelantah akan semakin meningkatkan jumlah radikal bebas yang berbahaya bagi
penting dalam perkembangan aterosklerosis (Vogiatzi, et al., 2009). Selain
makanan, sumber radikal bebas dapat berasal dari beberapa keadaan seperti
syndroma metabolik pada penderita diabetes melitus, perokok berat, infeksi,
peningkatan kadar lipid pada orang yang gemuk (Dẑumhur, et al., 2009).
Dengan kebiasaan mengkonsumsi jenis–jenis makanan seperti yang sudah
diterangkan diatas akan menimbulkan peningkatan kadar kolesterol di dalam
darah yang disebut dengan hiperkolesterolemia, bagi penderita hiperkolesterol mereka melakukan upaya apa saja untuk menurunkan kadar kolesterol tersebut.
Menurut (Matos, 2005 : Trapani, et al., 2012) keadaan hiperkolesterol merupakan
problem bagi berbagai negara, karena merupakan salah satu faktor resiko untuk
berkembang menjadi penyakit kardiovaskular seperti aterosklerosis dan
komplikasinya, MCI (Myocard Infarction) dan hipertensi. Hiperkolesterolemia
merupakan suatu bentuk kesalahan dari metabolisme lipoprotein yang ditandai
dengan peninggian kadar LDL serum dan kolesterol darah (Otunola, 2010).
Komplikasi yang paling sering terjadi pada penderita hiperkolesterol adalah
terbentuknya aterosklerosis pada pembuluh darah (Mc.Namara,2000).
Aterosklerosis yang terjadi pada arteri koroner dapat menyebabkan penyumbatan
arteri secara perlahan, menyebabkan angina yang stabil, dan dapat diprediksi bila
merasa sakit ketika beraktifitas. Apabila plak aterosklerosis ini lepas dapat
menimbulkan Acut Coronary Syndrome, Angina yang tidak stabil, InfarcMyocard
atau kematian yang mendadak (Boyle, 2005). Kematian mendadak disebabkan
karena aliran darah ke otak dan jantung terhenti (Yuan, et al., 2012).
Pembentukan aterosklerosis hanya bisa dicegah dengan mengendalikan
mengendalikan aterosklerosis ini adalah dengan cara menurunkan kadar kolesterol
darah, bila kadar kolesterol terkendali maka kemungkinan keprogresifan
aterosklerosis bisa diminimalkan, kolesterol yang tinggi juga akan memicu
peristiwa oksidasi kolesterol terutama fraksi LDL oleh radikal bebas menjadi
oxd-LDL, oxd-LDL ini akan mengundang makrofag, kemudian makrofag akan
memfagosit oxd-LDL dan akan berubah menjadi sel busa. Untuk mengurangi
aktifitas radikal bebas dibutuhkan antioksidan, pada penelitian ini antioksidan dan
anti hiperkolesterol diperoleh dari jamur tiram putih (Pleurotus oestreatus).
Didunia ini ditemukan berpuluh macam jenis jamur, beberapa jenis
dikonsumsi sebagai obat. Pada penelitian ini jamur yang digunakan adalah jamur
tiram, jamur tiram ini juga memiliki beberapa jenis tetapi yang digunakan pada
penelitian ini adalah jamur tiram putih (Pleurotus Ostreatus). Jamur Pleurotus
Ostreatus ini tersebar di seluruh dunia terutama di Asia dan Eropa,
pembudidayaan jamur ini secara tehnik sederhana dan murah (Patil, et al., 2010),
Jamur Pleurotus Ostreatus mengandung fenolic, karotenoid, vitamin C dan E dan
Flavonoids. Sebagai anti oksidan fenolic acid dapat menghambat proses stres
oksidatif (Jayakumar, et al.,2011). Selaian itu Pleurotus Ostreatus juga mengandung Pluran (β–1.3-D–glucan) merupakan bagian yang penting dan
berada di serat jamur ini (Bobek, 2001). Sebagai anti hiperkolesterol ternyata
jamur tiram putih mengandung zat yang menyerupai lovastatin yang berfungsi
menurunkan kadar kolesterol dengan cara menginhibisi kerja HMG Ko A (
3-hydroxy 3-Methylglutaril Co enzym A) reductase, merupakan enzym yang penting
Serat yang terkandung dalam makanan diklasifikasikan menjadi dua bagian,
bagian pertama adalah yang tidak larut dalam air, misalnya: beberapa
hemiselulosa, lignin dan selulose. Bagian yang kedua adalah yang larut dalam air,
contoh bagian ini adalah: sebagian hemiselulose dan pektin. (Samarghandian, et
al., 2011) Diet serat terutama bagian yang tidak larut dalam air akan merangsang
aktifitas pada usus, meningkatkan gerakan peristaltik usus, menyebabkan
makanan tidak terlalu lama di usus, meningkatkan volume dan berat kotoran.
Jamur tiram putih juga mengandung serat sebanyak 7,4-24,6%, serat ini sangat
baik untuk fungsi pencernaan (Ardiansyah, 2006). Pada penelitian ini residu dari
ekstraksi etanol jamur tiram tetap digunakan untuk melihat apakah residu ini juga
dapat menurunkan kadar kolesterol.
Dengan melihat latar belakang maka peneliti tertarik untuk meneliti efek
dari jamur tiram putih terhadap penurunan kadar kolesterol, dan bagaimana jamur
tiram putih dapat mencegah terbentuknya aterosklerosis, sehingga komplikasi
aterosklerosis dapat dihindari. Karena itulah perlu diteliti apakah mengkonsumsi
jamur tiram putih dapat mencegah manusia dari pembentukan aterosklerosis
dengan cara menurunkan kadar kolesterol dan mengurangi aktifitas radikal bebas.
1.2. RUMUSAN MASALAH
Dengan memperhatikan latar belakang masalah diatas, maka dapat
dirumuskan masalah penelitian dalam bentuk pertanyaan penelitian sebagai
berikut, group preventif seberapa besar pengaruh jamur tiram putih mencegah
kenaikan kadar kolesterol sehingga dapat mencegah pembentukan aterosklerosis
seberapa besar pengaruh jamur tiram putih menurunkan kadar kolesterol sehingga
dapat mencegah pembentukan aterosklerosis pada tikus jantan galur wistar yang
diberi pakan tinggi kolesterol.
1.3. HIPOTESIS
Dari rumusan masalah maka diperoleh hipotesis penelitian sebagai berikut:
1. Kelompok preventif
• Hipotesis nol ( Ho ): tidak ada pengaruh jamur tiram putih untuk
pencegahan penaikan kadar kolesterol dan pencegahan aterosklerosis pada
tikus jantan galur wistar yang diberi pakan tinggi kolesterol
• Hipotesis alternatif ( Ha ): ada pengaruh jamur tiram putih untuk
pencegahan penaikan kadar kolesterol dan pencegahan aterosklerosis pada
tikus jantan galur wistar yang diberi pakan tinggi kolesterol
2. Kelompok kuratif
• Hipotesis nol ( Ho ): tidak ada pengaruh jamur tiram putih menurunkan
kadar kolesterol dan pencegahan aterosklerosis pada tikus jantan galur
wistar yang diberi pakan tinggi kolesterol
• Hipotesis alternatif ( Ha ): ada pengaruh jamur tiram putih menurunkan
kadar kolesterol dan pencegahan aterosklerosis pada tikus jantan galur
1.4. TUJUAN PENELITIAN
1.4.1.Kelompok preventif
1.4,1.1. Tujuan umum
Untuk membuktikan bahwa jamur tiram putih dapat digunakan sebagai
pencegahan pembentukan aterosklerosis.
1.4.1.2. Tujuan khusus
1. Untuk membuktikan jamur tiram putih dapat mencegah penaikan kadar
kolesterol, LDL plasma, berat badan.
2. Untuk membuktikan dengan menurunnya kadar kolesterol dan LDL,
pembentukan sel busa dan pembentukan aterosklerosis pada aorta dapat
dicegah.
1.4.2. Kelompok kuratif
1.4.2.1. Tujuan umum
Untuk membuktikan bahwa jamur tiram putih dapat digunakan sebagai
pencegahan pembentukan aterosklerosis.
1.4.1.2. Tujuan khusus
3. Untuk membuktikan jamur tiram putih dapat menurunkan kadar kolesterol,
LDL plasma, berat badan.
4. Untuk membuktikan dengan menurunnya kadar kolesterol dan LDL,
pembentukan sel busa dan pembentukan aterosklerosis pada aorta dapat
1.5. MANFAAT PENELITIAN
1.5.1. Manfaat teoretis
Sebagai sumbangan dalam pengembangan ilmu pengetahuan yang berkaitan
dengan penurunan kadar kolesterol dalam upaya pencegahan terbentuknya
aterosklerosis.
1.5.2 Manfaat bagi penderita hiperkolesterol.
Penelitian ini diharapkan bermanfaat pada penderita hiperkolesterol yang
mengkonsumsi obat–obat herba sebagai pengobatan anti hiperkolesterol,
dan juga sebagai pengobatan alternatif bagi penderita hiperkolesterol yang
selama ini menggunakan obat–obat kimia yang diresepkan oleh dokter dan
penelitian ini diharapkan juga dapat menambah jenis–jenis obat herba yang
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. PENELITIAN SEBELUMNYA
Hasil penelitian (Alam, et al., 2011) diketahui bahwa efek jamur tiram
terhadap berat badan tikus yang sudah diberi diet hiperkolesterol, terjadi
penurunan berat badan secara signifikan, selain itu dia juga meneliti efek jamur
tiram terhadap plasma lipid, pada penelitian ini terjadi penurunan profil lemak
secara bermakna, hal ini dijelaskan karena jamur tiram mengandung lovastatin.
Efek lain yang diteliti adalah yang berhubungan dengan jumlah elektrolit, analisa
total lipid dan kolesterol pada kotoran. Untuk analisa lipid Nuhu alam
menggunakan Agarose Gel Electrophorese, dan analisa histologinya digunakan
sel–sel hepar dengan menggunakan pewarnaan Red – O – oil.
Hasil penelitian dari (Bobek & Galvaby, 1998) terbukti bahwa jamur tiram
dapat mencegah pembentukan aterosklerosis pada kelinci yang sudah diberi diet
tinggi lemak dan kolesterol selama 12 minggu dan pada akhir minggu ke 12
kelinci tersebut dibunuh dan diambil aorta, arteri coronaria dextra dan otot
jantung, pada penelitian ini dilaporkan bahwa jamur tiram terbukti dapat
mencegah pembentukan aterosklerosis dan juga menurunkan kadar profil lemak.
Sementara itu (Gaafar, et al., 2010), meneliti efek dari 10% bubuk jamur
tiram dan 300 mg ekstrak jamur tiram terhadap lipid profile, lipid peroxidase dan
fungsi liver pada tikus yang ditambah dengan pemberian L-carnitin. Hasilnya
pada pemberian 10% bubuk jamur tiram, 300 mg ekstrak jamur tiram, 300 mg
L-canitin dan 600 mg L- carnitin terjadi penurunan kadar total lemak, trigliserida,
Malondylaldehyde. Pada sediaan histopatologi hepar pemberian 300 mg ekstrak
jamur dan 600 mg L-carnitin ternyata lebih dapat melindungi hepar dibanding
dengan pemberian 10 % bubuk jamur tiram dan 300 mg L-carnitin.
Dari penelitian (Jayakumar, et al., 2011), dipercayai bahwa ekstrak etanol
jamur tiram memiliki aktifitas antioksidan terutama dengan adanya scavengger
terhadap hydroxyl radicals dan superoxide radicals yang akan menginhibisi lipid
peroksidase, mengurangi kekuatan ion ferri. Penelitian ini juga membuktikan
bahwa antioksidan secara in–vivo dapat mengurangi proses peroksidasi lipid di
usus, sehingga jamur tiram ini baik dikonsumsi sebagai terapi penyakit yang
diinduksi oleh stres oksidatif.
2.2. KERANGKA TEORETIS 2.2.1. Jamur tiram
Jamur tersebar luas di seluruh permukaan bumi dan sebagian dari jamur
tersebut dapat dipergunakan sebagai obat dalam ethno-medicine. Beberapa jamur
yang dapat dimakan dilaporkan memiliki khasiat sebagai anti oksidan, anti
mikrobial, dan anti kanker (Akata, 2012).
Jamur tiram putih (Pleurotus Oestreatus) adalah jamur pangan dari
kelompok Basidiomycota dan termasuk kelas Homobasidiomycetes dengan ciri–
ciri umum tubuh buah berwarna putih hingga krem dan tudungnya berbentuk
setengah lingkaran mirip cangkang tiram dengan bagian tengah agak cekung.
2.2.1.1. Kandungan gizi jamur tiram
Kandungan gizi jamur tiram terdiri dari protein, mineral (Ca, P, Fe dan Na)
dan beberapa jenis vitamin seperti vitamin C, vitamin B kompleks (thiamin,
riboflavin, asam folat dan niacin), (Patil, et al., 2010 ). Selain itu jamur tiram juga
mengandung asam amino, yaitu : alanin, arginin, asam aspartat, asam glutamat,
glycine, histidine, isoleucine, leucine, lysine, methionine, norvaline, phenylalanin,
proline, serine, threonine, tryptophan, tyrosine, valine, (Chirinang, 2009). Antioksidan β–glucans juga terkandung didalam jamur tiram (Synytsya, et al.,
2009), dimana anti oksidan ini berfungsi menangkap radikal bebas di dalam tubuh. β–Glucans adalah nama kimia dari polymer β–Glucose, mereka memiliki
banyak nama polimer, perbedaannya berada pada posisi ikatan glycosiclic nya,
misal: cellulose, (1-4) – β – D- Glucan. (Novak, 2008).
Menurut (Alarcon, et al., 2003; Lakshmanan & Radha, 2012) jamur tiram
mengandung suatu zat yang berfungsi menurunkan kadar kolesterol didalam darah
yaitu lovastatin. Lovastatin adalah salah satu obat potensial yang digunakan untuk
menurunkan kadar kolesterol darah dengan cara inhibisi kompetitif terhadap
mekanisme kerja dari enzym 3– hydroxy–3–methylglutaril Co enzym A (HMG Co
A) reductase. Selain pada jamur tiram lovastatin juga ada pada jamur yang lain
seperti : Monascus purpureus, Marine zactinomycetes, A. parasiticus,
Accremonium chrysogenum, Monascus ruber, Trichoderma viridae, (Lakshmanan
& Radha, 2012).
Semua statin yang berasal dari alam memiliki struktur molekul yang sama
dibedakan satu dengan yang lainnya pada bagian rantai dan cincin yang mengikat
grup methyl disekelilingnya (Arancibia, 2003).
2.2.1.2. Manfaat jamur tiram
Selain sebagai sumber makanan jamur tiram juga memiliki beberapa
manfaat antara lain :
1. Sebagai zat penurun kadar kolesterol, sesuai dengan hasil penelitian (Freire, et
al., 2013), ditemukan bahwa Pleurotus Ostreatus mengandung komponen yang
menyerupai lovastatin, bahwa terjadi penurunan kadar kolesterol secara
bermakna pada binatang coba yang diberi diet tinggi kolesterol.
2. Sebagai zat untuk menurunkan kadar gula darah,hal ini sudah diteliti oleh
(Agrawal, et al., 2010). Pada penelitian ini didapat bahwa jamur tiram putih
bisa dikonsumsi sebagai pencegahan terjadinya diabetes melitus karena jamur
ini mengandung polisakarida, sedikit atau hampir tidak ada gula dan
karbohidrat, dan jamur ini juga memiliki indeks glikemi yang rendah.
3. Sebagai zat anti kanker. Pada hewan coba (tikus jantan galur wistar), efek dari pleuran (β – 1,3 – D- Glucan) yang diisolasi dari jamur Pleurotus Ostreatus
disebutkan bahwa pada tikus yang diberi diit yang mengandung selulosa dari
jamur Pleurotus Ostreatus di bandingkan dengan tikus yang diberi diit bebas
selulosa. Dijumpai bahwa diet yang mengandung selulosa dan pleuran akan
mengurangi aktifitas dari GSH-PX (Glutation peroksidase) dan meningkatkan
aktifitas katalase di eritrosit. Prekanker ACF (Abberant Crypt Foci)
2.2.2. Kolesterol
2.2.2.1. Biosintesa kolesterol
Sebagian kolesterol tubuh berasal dari proses sintesis dan sisanya berasal
dari makanan. Hati dan usus menghasilkan 10% kolesterol dari seluruh sintesis
total pada tubuh manusia (Harper, 2006 : Widayanti, et al., 2004) .
Biosintesa kolestesterol dibagi menjadi lima tahap:
Tahap 1 : Biosintesis Mevalonat
Dua molekul asetil- KoA bersatu untuk membentuk asetoasetil-KoA yang
dikatalisis oleh tiolase sitosol. Asetoasetil-KoA mengalami kondensasi dengan
molekul asetoasetil-KoA lainnya yang dikatalisis oleh
3-hydroksi-3-metilglutaril-KoA sintase (HMG-KoA sintase) untuk membentuk HMG-KoA yang direduksi
menjadi mevalonat oleh NADPH dan dikatalisis oleh HMG-KoA reduktase,
merupakan tempat kerja golongan obat penurun kadar kolesterol yang paling
efektif yaitu dengan cara menginhibisi HMG-KoA reduktase (golongan statin).
Tahap 2 : Pembentukan Unit Isoprenoid
Mevalonat mengalami fosforilasi secara sekuensial oleh ATP dengan tiga kinase,
dan setelah dekarboksilasi terbentuk unit isoprenoid aktif yaitu isopentenil
difosfat.
Tahap 3 : Pembentukan Skualen
Isopentenil difosfat mengalami isomerisasi melalui pergeseran ikatan rangkap
untuk membentuk dimetilalil difosfat, yang kemudian bergabung dengan molekul
lain isopentenil difosfat untuk membentuk zat antara sepuluh karbon geranil
difosfat. Kondensasi lebih lanjut dengan isopentenil difosfat membentuk farnesil
Tahap 4 : Pembentukan Lanosterol
Skualen dapat melipat membentuk suatu struktur. Sebelum terjadi penutupan
cincin, skualen diubah menjadi skualen 2,3-epoksida oleh oksidase di retikulum
endoplasma. Gugus metil di C14 dipindahkan ke C12 dan yang ada di C8 ke C14
dikatalisis oleh enzym oksidoskualenlanosterol siklase.
Tahap 5 : Pembentukan Kolesterol
Berlangsung di membran retikulum endoplasma. Gugus metil di C14 dan C4
dikeluarka untuk membentuk 14- desmetil lanosterol dan kemudian zimosterol.
Ikatan rangkap di C8 dan C9 kemudian dipindahkan ke C5-C6 dalam dua langkah
yang membentuk desmosterol. Akhirnya ikatan rangkap rantai samping direduksi
dan menghasilkan kolesterol.
2.2.2.2. Metabolisme kolesterol
2.2.2.2.1. Absorbsi dan sintesa. Kolesterol yang berasal dari makanan sebagian diabsorbsi di jejunum sesudah diesterifikasi dengan asam lemak rantai
panjang dan dikemas menjadi kilomikron (Dietschy, 2003) Kilomikron
memasuki aliran darah melalui duktus torasik menuju hepar. Didalam hepar
kolesterol akan dilepas dari kilomokran dan kembali ke plasma sebagai komponen
dari lipoprotein plasma.
2.2.2.2.2. Pengeluaran dari tubuh. Cara utama pengeluaran kolesterol dari badan adalah melalui duktus billiaris. Perubahan kolesterol menjadi hormon
steroid, ekskresi ke duktus billiaris dan keluar melalui urin adalah salah satu
2.2.2.2.3. Sirkulasi enterohepatik. Sebagian kolesterol di keluarkan menjadi empedu , direabsorbsi sesudah bercampur dengan kolesterol yang diperoleh dari
usus yang berasal dari makanan. Kolesterol yang tidak diabsorbsi akan
dikeluarkan melalui kotoran. Setelah sebagian dirubah menjadi koprostanol dan
sterids lainnya oleh bakteri didalam usus besar. Garam empedu sebagian juga
direabsorbsi di illeum, bagian yang tidak direabsorbsi di teruskan ke usus besar
dan akan dihidrolitik oleh bakteri setelah itu asam empedu akan dikeluarkan
melalui feses (Dietschy, 2003).
2.2.2.3. Hiperkolesterol
Yang dimaksud dengan hiperkolesterolemia adalah peninggian kadar
kolesterol di dalam darah. Menurut AHA (American Heart Association) kolesterol
darah yang normal berada pada kadar 200 mg / dl. Hepar sebagai kunci dalam
mengkontrol konsentrasi kolesterol dalam plasma (Dietschy, 2003). Organ ini
sangat responsible terhadap peningkatan kadar kolesterol baik yang berasal dari
usus maupun yang disintesa di ekstra hepatik, seperti: di jaringan dan pengeluaran
sterol menjadi empedu.
Kadar kolesterol yang terlalu tinggi di dalam sel, suatu saat akan
menimbulkan keadaan patologi terutama pada dinding sel arteri. Akumulasi
kolesterol akan memicu penyakit jantung aterosklerosis (Trapani, et al., 2012).
Akibat yang akan timbul bila terjadi hiperkolesterol antara lain:
1. Hiperkolesterol dihubungkan dengan disfungsi vaskuler.
Dalam keadaan sistim yang normal, sel endotel berfungsi memelihara tonus
vaskuler melalui endothelium derived relaxing factor. Termasuk NO,
aliran darah sistemik, coagulasi, inflamasi, agregasi platelet, dan transduksi
sinyal (Stapleton, et al., 2010).
Tabel 2.1. Kadar kolesterol dan trigliserid pada orang dewasa menurut perhimpunan jantung Amerika(Stapleton, et al., 2010)
Total LDL HDL Trigliserida
Normal - < 100 mg/dL > 60mg/dL -
Diatas normal
< 200 mg/dL
100 – 129 mg/dL
50 – 60 mg/dL (P)
40 – 50 mg/dL (L)
< 150 mg/dL
Ambang batas
200 – 239 mg/dL
130 - 159 mg/dL
- 150 – 159 mg/dL
Tinggi - 160 – 189 mg/dL
- 200 – 499 mg/dL Sangat
tinggi
> 240 mg/dL
> 190 mg/dL < 50 mg/dL (P)
< 40 mg/dL (L)
> 500 mg/dL
Pada kondisi hiperkolesterol maka terjadi penurunan fungsi endothel sebagai
pemelihara yang merupakan hasil penurunan bioavailability dari NO. NO
disintesa dan dilepas oleh karena respon endotel terhadap bahan kimia, fisikal,
dan karena stimulasi humoral seperti: trombin, hormon, autocoid lokal. NO
sangat berperan pada pembentukan aterosklerosis, hal ini dapat terjadi karena
efek inhibitor NO terhadap agregasi platelet, adesi leukosit, proliferasi
Vasculer Smooth Muscle (VSM) (Huy, et al., 2008).
2. Hubungan hiperkolesterol dan proses inflamasi
Penurunan bioavailability dari NO juga akan menyebabkan sel endothel
[image:39.595.113.515.205.442.2]sepanjang lumen pembuluh darah dan akan melekat pada dinding sel.
Peninggian jumlah leukosit yang datang dan perlekatannya pada dinding sel
akan menyebabkan remodelling dinding sel tersebut, dan macrophage derived
monocyt akan mulai menangkap dan menimbun LDL dan oxd-LDL yang akan
berubah menjadi sel busa.
3. Hiperkolesterol dan stres oksidatif
Stres oksidatif terjadi karena adanya ketidak seimbangan antara enzym pro dan
enzym yang antioksidan, menyebabkan produksi radikal bebas yang
berlebihan, seperti: superoxide, hydroxyl radical dan lipid radical, yang akan
merusak komponen seluler. Hiperkolesterol juga meningkatkan aktifitas
produksi tiga bagian besar enzym oksidan: NADPH oxidase (NOX) , Xanthin
oxidase dan Myeloperoxidase. Bila NOX teraktifitasi akan mentransfer
elektron ke molekul O2 membentuk H2O2
Dalam kondisi patologi pada keadaan hiperkolesterol sistem antioksidan
tidak sanggup menghalangi pemakaian dan produksi ROS. Keadaan
hiperkolesterol ini juga menyebabkan reaksi antara radikal oksigen atau oksidasi
enzymatik dan lipoprotein terutama fosfolipid merupakan faktor utama dalam
menghasilkan radikal lipid (oxd- LDL) yang akan memicu proses inflamasi dan
oksidatif stres. (Stapleton, et al.. 2010)
.
2.2.3. Low Density Lipoprotein (LDL)
Lipoprotein berfungsi mentranspor lemak hidrofobik di dalam darah.
Lipoprotein utama yang beredar di dalam darah adalah kilomikron, VLDL (Very
Density Lipoprotein). LDL merupakan hasil degradasi dari VLDL dalam jaringan
adiposa, LDL ini akan beredar di dalam peredaran darah sebagai lipoprotein
[image:41.595.188.438.200.404.2]utama yang membawa kolesterol (Ngili, 2009).
Gambar 2.1 Kesimpulan metabolisme lipoprotein (Prentice Hall, 2002)
LDL yang membawa kolesterol dari jaringan akan terikat secara spesifik
pada reseptor LDL (LDLR), kompleks LDL - reseptor ini akan didegradasi
menjadi asam amino dan kolesteril ester dihidrolisis menjadi kolesterol bebas dan
asam lemak. Reseptor LDL baru disintesa kembali pada membran retikulum
endoplasma dan kembali ke membran plasma. Kolesterol dalam jumlah kecil
dimasukkan ke dalam membran retikulum endoplasma atau disimpan setelah
diesterifikasi menjadi kolesteril ester di dalam sitosol. Penyimpanan ini terjadi
jika pasokan kolesterol melebihi pemakaiannya dalam membran, mayoritas
glikoprotein membran integral terdiri atas 839 residu yang terlipat menjadi lima
domain, domain 1 mengikat ligan yang memperantai interaksi dengan
apolipoprotein B atau E, domain 2 memiliki derajat homolog dengan faktor
pertumbuhan epidermal (EGF), domain 3 mengandung rantai karbihidrat yang
fungsinya belum diketahui, domain 4 menempelkan reseptor ke dalam membran,
domain 5 menargetkan reseptor LDL kedalam lubang berlapis pada membran
plasma (coated pits).
Peningkatan LDL disirkulasi adalah gambaran yang utama pada penderita
hiperkolesterol dan ini merupakan faktor resiko terbesar untuk berkembangnya
penyakit jantung koroner (Chancharme, et al., 2002).
2.2.4. Berat badan
Berat badan merupakan ukuran antropometri yang paling penting dan sangat
sensitif untuk menggambarkan perubahan dalam waktu singkat karena adanya
perubahan konsumsi makanan, penurunan nafsu makan, ataupun terserangnya
penyakit infeksi (Arliek, et al.,--). Dalam keadaan normal, dimana keadaan
kesehatan baik serta keseimbangan antara konsumsi dan kebutuhan zat gizi
terjamin, maka berat badan berkembang mengikuti perkembangan umum. Ada
dua kondisi yang berhubungan dengan berat badan, pertama berat badan rendah
(under weight ) dan kedua kelebihan berat badan (over weight) biasa disebut juga dengan obesitas. Obesitas merupakan kelainan metabolisme yang paling sering
diderita manusia. Penyebab pasti obesitas tidak diketahui tapi ada beberapa
keadaan yang akan memicu kenaikan berat badan. Pada dasarnya hal utama yang
dengan yang digunakan. Ada dua masalah yang dianggap sebagai penyebabnya,
pertama asupan kaya lemak, gula, dan garam tetapi kurang vitamin, mineral dan
mikronutrien yang lain, kedua aktifitas fisik yang kurang karena perubahan gaya
hidup (Pangkahila, 2011). Ada juga obesitas yang disebabkan karena penyakit,
misalnya gangguan hormon. Salah satu pemicu obesitas adalah kondisi
hiperkolesterol. Kolesterol yang berlebihan akan disimpan di dalam sel-sel
adiposa, sehingga menyebabkan ukuran sel adiposa membesar (Krause &
Hartman, 1984). Untuk mengatasi kegemukan harus dicari dan diobati faktor
penyebabnya, selain itu perlu dilakukan:1. Kurangi asupan energi dari makanan
berlemak dan gula. 2. Perbanyak asupan sayur dan buah. 3. Lakukan olah raga
teratur, dan 4. Bila perlu gunakan obat untuk menekan nafsu makan atau
mengeluarkan lemak. (Pangkahila, 2011).
2.2.5. Sel busa (foam cells) Sel busa (foam cells) adalah gambaran awal dari pembentukan plak
aterosklerosis , sel busa ini dapat merubah bentuk makrofag pada dinding arteri
dan merupakan kunci proses perkembangan penyakit ini (Greenspan, 1997).
Kejadian masuknya Monosit ke lapisan intima dinding arteri, akan menyebabkan
diferensiasi monosit menjadi makrofag dan akan memulai proses berkumpulnya
lipid melalui penangkapan lipoprotein yang dimodifikasi yang hasilnya adalah
pembentukan sel busa (Schrijvers, et al.. 2007). Keberadaan sel busa merupakan
akhir dari proses karena terakumulasinya makrofag diantara kolesterol dan
kolesteril ester. LDL yang teroksidasi (oxd-LDL) merupakan partikel lipoprotein
Efek inisiasi pada aterosklerosis mungkin disebabkan oleh karena
berkumpulnya LDL didalam matriks sub endotel. Akumulasi LDL ini akan
semakin besar ketika kadar LDL disirkulasi darah juga menigkat. LDL akan
makin banyak terperangkap didalam matriks sub-endotel. Penarikan monosit ke
dalam dinding arteri adalah salah satu kejadian awal pada aterosklerosis. Didalam
lapisan intima monosit berkembang menjadi makrofag yang penting sebagai
mediator inflamasi dan merupakan respon innate immune pada aterosklerosis
(Linton & Fazio, 2003). Makrofag juga berperan terhadap respon inflamasi lokal
dengan cara memproduksi cytokines, free oxygen radicals, protease dan faktor
komplemen (Linton & Fazio, 2003).
Menurut (Yuan, et al., 2012), pembentukan sel busa aterosklerosis melalui
beberapa tahap: 1. Aktifasi endotelium sesudah terjadi penumpukan lipoprotein
termodifikasi pada lapisan intima. 2. Penarikan monosit oleh chemoattractans dan
monosit berpindah ke dalam lapisan intima. 3. Monosit berdiferensiasi menjadi
makrofag dan akan menangkap lipoprotein yang termodifikasi. 4. Penumpukan
lipid yang berlebihan di dalam marofag membentuk sel busa lipid–laden. 5. Sel
busa mati dan mengeluarkan isinya, hal ini akan menarik lebih banyak lagi
Gambar 2.2. Skematik : terjadinya migrasi monosit dan perubahannya menjadi sel busa (Yuan, et al., 2012)
Penangkapan oxd-LDL diperantarai oleh SR (Scavenger Receptor)
misalnya: SR kelas A (SR – A1. SR – AII, SR – AIII). Kelas B (CLA-I/SR-BI,
SR-BII, CD 36) dan kelas D reseptor CD68 (Shashkin, et al., 2005). Semua SR ini
sangat penting dalam perubahan makrofag menjadi sel busa. Bila di lakukan
blocking pada kedua SR-A dan B begitu juga dengan CD 36 maka akan terjadi
penurunan ambilan Oxd-LDL secara signifikan, hal ini menunjukkan bahwa
ambilan oxd-LDL memang diperantarai oleh SR.
Scavenger Receptor adalah molekul pengenal yang diekspresikan oleh
makrofag dan bermanfaat membantu makrofag untuk mengikat berbagai bakteri
gram positif dan gram negatif, fagositosis dan dalam kematian sel terprogram
SMC
(Smooth Muscle Cells) Enzym oksidatif
[image:46.595.124.511.95.353.2]
Gambar 2.3 Hubungan antara stres oksidatif dan atherosclerosis. Sumber utama bahan oksidatif dan Reactiv Oxygen Species pada aterosklerosis pembuluh darah adalah makrofag dan Smooth Muscle Cell. Keberadaan ROS akan menginduksi disfungsi endotel. Stres oksidatif yang utama menimbulkan oksidatif modifikasi dari LDL ( oxd- LDL ) dan kelanjutan lesi aterosklerosis.(vogiatzi, 2009)
2.2.6. Aterosklerosis
Penyebab pasti aterosklerosis sampai saat ini belum diketahui, namun ada
beberapa faktor yang menjadi penyebab, misalnya: sindroma metabolik pada
penderita diabetes melitus, penyakit infeksi (Chlamydia Pneumoniae, virus
herpes, Helicobacter pylori), pembentukan radikal bebas oleh asap rokok,
peninggian kadar lipid pada orang yang gemuk (Džumhur, et al.. 2009). Stres oksidatif
Kerusakan
endotel
Lesi
atherolerotic
Fatty streak
Sel busa
Pembentukan aterosklerosis merupakan hasil dari keadaan dislipidemi dan
inflamasi sistemik, bersamaan dengan kekuatan dan interaksi metabolisme antara
diet dan penyakit (jiao-Wu , 2011), perkembangan aterosklerosis merupakan
suatu proses multi faktorial yang kompleks dalam hal ini termasuk juga
lingkungan dan interaksi genetik (Kalsait, 2011). Aterosklerosis selalu
dihubungkan dengan penyakit jantung, keadaan ini dapat terjadi karena sebagian
besar dari kasus CVD (Cardio Vascular Desease) berhubungan dengan
aterosklerosis dan paling sering menyebabkan kematian (Shashkin, 2005)
umumnya ditandai dengan adanya disfungsi endotel, inflamasi kronik,
dislipidemia, dan akumulasi lipid didalam dinding arteri (Chait, 2009; Dillard,
2010). Semua bentuk penyakit kardiovaskuler yang disebabkan oleh
aterosklerosis 2 – 8 kali lipat lebih besar pada individu penderita diabetes
dibanding dengan individu tanpa diabetes (Wu & Huan, 2007).
Selain SR pembentukan dan progresifitas dari aterosklerosis juga di
perantarai oleh TLR (Toll Like Receptor) ,TLR merupakan respon innate
immuniti, yang diatur olah karena diproduksinya chemokines atau cytokines, hal
ini penting untuk membedakan tipe dari inflamasi yang terjadi, apakah inflamasi
karena bakteri, virus, parasit, akut ataupun kronik (Džumhur, et al.. 2009). Pada
aterosklerosis TLR yang berperan adalah TLR 4 dan TLR 2. Hal ini sudah
dicobakan pada mencit hiperkolesterol LDL
-/-Toll Like Receptor diduga merupakan reseptor penting. Ada sembilan jenis
TLR. TLR ini terutama mengenal sejumlah besar patogen yang berhubungan
dengan PAMP (Pathogen Associated Molecular Patterns) yang ditemukan dengan defisiensi total TLR2 maka
pada komponen patogen virus, bakteri, jamur maupun protozoa (Baratawidjaja,
2010). TLR terutama ditemukan pada makrofag, SD (Sel Dendritik), neutrofilik,
eosinofil, sel epitel, keratinosit. Makrofag dapat diaktifasi oleh TLR untuk
mengeluarkan zat–zat yang berperan dalam respon immun.
Klasifikasi lesi aterosklerotik yang berkelanjutan secara karakteristik
morfologi dibagi menjadi tiga tipe, gambaran tipe I dan tipe II hanya ada sedikit
tumpukan lemak di lapisan intima dinding arteri. Pada yang tipe III dijumpai lesi
yang sama dengan tipe II yangsudah berlanjut. Lesi tipe II biasa disebut dengan
fatty streak. Tipe I dan tipe II umumnya dijumpai pada masa kanak–kanak
(Wagner & Wissler, 1994).
Tahap awal pembentukan aterosklerosis dimulai dengan proses
penggundulan endotel pembuluh darah dan sebagai konsekuensinya adalah
kehilangan fungsi normal dari endotel yaitu: mengontrol tonus pembuluh darah,
antikoagulan yang merupakan ciri khas pada lapisan intima, dan juga berfungsi
sebagai pertahanan terhadap mediator inflamasi. Tahap selanjutnya adalah
pembentukan plak aterosklerosis oleh karena akumulasi lipid dalam SMC
(Smooth Muscle Cells) dan makrofag, yang ditutupi oleh tudung fibrinogen.
Tahap akhir adalah terlepasnya plak aterosklerosis dengan akibat stenosis atau
obstruksi (Džumhur, et al., 2009). Disfungsi endotel inilah sebagai dasar tahap
inisiasi keprogresifan dari suatu lesi aterosklerosis (Vanhoutte, 1997; Yekeler, et
al.. 2007).
Bersamaan dengan hilangnya fungsi normal lapisan endotel akan
meningkatkan sifat adesif dari endotel, hal ini terjadi karena diekspresikannya
(Džumhur, et al., 2009), dalam waktu yang sama penetrasi oxd-LDL pada
subendotel sangat penting dalam proses progresifitas dari aterosklerosis, karena
oxd-LDL memilik fungsi kemotaktik yang kuat terhadap monosit, Oxd-LDL akan
menstimulasi lapisan endotel untuk mengeluarkan kemokin (MPC-1) dan
cytokines (M-CSF) yang terutama menyebabkan akumulasi monosit dan berubah
menjadi makrofag. Oxd-LDL juga menyababkan NO terinhibisi sehingga terjadi
vasodilatasi pembuluh darah.
2.2.7. Radikal bebas (free radicals) 2.2.7.1. Definisi
Radikal bebas (free radicals) dapat didefinisikan sebagai atom atau molekul
yang memiliki satu atau lebih elektron yang tidak berpasangan pada orbitnya
(Pala & Gürkan, 2008), manusia diperkirakan menghasilkan radikal bebas lebih
kurang sekitar 10.000 – 20.000 tiap sel tubuh setiap hari.Sebagian radikal bebas
berguna bagi tubuh antara lain untuk melawan proses inflamasi, membunuh
bakteri, mengontrol tonus otot polos. Sebaliknya peninggian radikal bebas atau
kekuatan aktifitas radikal bebas yang tidak terkontrol dan karena kombinasi
dengan faktor yang lain akan menimbulkan beberapa penyakit seperti: penyakit
neurodegeneratif, penyakit jantung, kanker, proses penuaan, diabetes dan lain –
lain.
2.2.7.2. Sumber radikal bebas
Ketika sel menggunakan Oksigen untuk memperolah energi, radikal bebas
produk itu disebut ROS (Reactive Oxygen Species) yang terbentuk karena adanya
proses redoks (Huy, et al., 2008).
Sumber utama radikal bebas adalah peroksidasi (auto oksidasi) lipid yang
te