• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Jamur Tiram Putih Terhadap Penurunan Kadar Kolesterol Dan Pencegahan Aterosklerosis Pada Tikus Wistar Jantan Yang Diberi Pakan Tinggi Kolesterol

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Jamur Tiram Putih Terhadap Penurunan Kadar Kolesterol Dan Pencegahan Aterosklerosis Pada Tikus Wistar Jantan Yang Diberi Pakan Tinggi Kolesterol"

Copied!
189
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH JAMUR TIRAM PUTIH TERHADAP PENURUNAN KADAR KOLESTEROL DAN PENCEGAHAN ATEROSKLEROSIS PADA TIKUS

WISTAR JANTAN YANG DIBERI PAKAN TINGGI KOLESTEROL

TESIS

OLEH ERNAWATI

117008007

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU BIOMEDIK FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

PENGARUH JAMUR TIRAM PUTIH TERHADAP PENURUNAN KADAR KOLESTEROL DAN PENCEGAHAN ATEROSKLER0SIS PADA TIKUS

WISTAR JANTAN YANG DIBERI PAKAN TINGGI KOLESTEROL

Diajukan untuk melengkapi persyaratan memperoleh Gelar Magister Biomedik dalam Program Studi Magister Ilmu Biomedik pada Fakultas

Kedokteran

Universitas Sumatera Utara

OLEH ERNAWATI

117008007

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU BIOMEDIK FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(3)

Judul : PENGARUH JAMUR TIRAM PUTIH TERHADAP PENURUNAN KADAR KOLESTEROL DAN

PENCEGAHAN ATEROSKLER0SIS PADA TIKUS WISTAR JANTAN YANG DIBERI PAKAN TINGGI KOLESTEROL

Nama Mahasiswa : Ernawati Nomor Induk : 117008007 Program Studi : Ilmu Biomedik

Menyetujui, Komisi Pembimbing

Prof. Hakim Bangun, Ph.D, Apt. dr. Delyuzar, M (Ked), Sp.PA

Ketua Anggota

(K)

Ketua Program Studi Biomedik, Dekan,

dr. Yahwardiah Siregar, Ph.D

NIP. 19550807 198503 2 001 NIP. 19540220 198011 1 001 Prof.dr.GontarA.Siregar,Sp.PD(KGEH)

(4)

Telah diuji pada

Tanggal : 22 Desember 2014

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Hakim Bangun, Ph.D, Apt. Anggota :1. dr. Delyuzar, M (Ked.), Sp.PA (K)

(5)

ABSTRAK

PENGARUH JAMUR TIRAM PUTIH TERHADAP PENURUNAN KADAR KOLESTEROL DAN PENCEGAHAN ATEROSKLEROSIS PADA TIKUS

JANTAN GALUR WISTAR YANG DIBERI PAKAN TINGGI KOLESTEROL.

Latar belakang: Aterosklerosis adalah penyakit degeneratif yang timbulnya dapat dipercepat dengan mengkonsumsi makanan tinggi kolesterol. Salah satu cara untuk mencegah terbentuknya aterosklerosis adalah dengan menurunkan kadar kolesterol darah.

Tujuan: Menentukan pengaruh Ekstrak Etanol Jamur Tiram (EEJT) dan residunya terhadap pencegahan penaikan kadar kolesterol dan terjadinya aterosklerosis pada tikus (efek preventif) dan pengaruh EEJT dan residunya terhadap penurunan kadar kolesterol dan aterosklerosis (efek kuratif) pada tikus jantan yang hiperkolesterol.

Metode: Pembuatan ekstrak dengan metode maserasi menggunakan etanol 96%. Hewan coba dibagi atas dua kelompok yaitu; preventif dan kuratif. Kelompok preventif menggunakan 24 ekor tikus yang dibagi menjadi empat kelompok, tiap-tiap kelompok terdiri dari 6 ekor. Kelompok 1 (diberi pakan biasa), kelompok 2 (diberi pakan tinggi kolesterol), kelompok 3 (diberi pakan tinggi kolesterol dan EEJT dosis 250 mg/kg bb sehari sekali), kelompok 4 (diberi pakan tinggi kolesterol dan residu dosis 250 mg/kg bb sehari sekali). EEJT dan residu diberi secara oral. Kelompok kuratif menggunakan 24 ekor tikus yang hiperkolesterol, kemudian dibagi empat kelompok, tiap-tiap kelompok terdiri dari 6 ekor. Kelompok 1 (diberi statin dosis 20 mg/kg bb sekali sehari), kelompok 2 (tanpa diberi pengobatan), kelompok 3 (diberi EEJT dosis 250 mg/kg bb sehari sekali), kelompok 4 (diberi residu dosis 250 mg/kg bb sehari sekali). Statin, EEJT dan residu diberi secara oral. Parameter yang diukur adalah kadar kolesterol, LDL, berat badan, jumlah sel busa dan ketebalan lapisan intima. Kadar kolesterol, LDl dan berat badan diukur setiap minggu, sel busa dan ketebalan lapisan intima diperiksa secara histopatologi pada akhir percobaan. Sebagai pembanding untuk kelompok kuratif digunakan statin dosis 20 mg/kg bb. Analisis data menggunakan one way ANOVA.

Hasil: Penelitian pada kelompok preventif menunjukkan bahwa EEJT dan residunya dapat mencegah penaikan kadar kolesterol, LDL, berat badan, pembentukan sel busa, dan penebalan lapisan intima. Efek EEJT dan residunya tidak berbeda signifikan (p > 0,05). Pada kelompok kuratif menunjukkan bahwa EEJT dan residunya dapat menurunkan kadar kolesterol dan LDL, tetapi tidak dapat mengurangi jumlah sel busa dan penebalan lapisan intima yang sudah terbentuk. Efek EEJT dan residunya tidak berbeda signifikan dibanding statin.

Kesimpulan: Hasil menunjukkan bahwa EEJT dan residunya berguna untuk mencegah aterosklerosis dan juga untuk menurunkan kadar kolesterol dan LDL.

Key words: Jamur tiram; kolesterol; LDL; sel busa; lapisan intima; preventif; kuratif.

(6)

ABSTRACT

EFFECT OF WHITE OYSTER MUSHROOMS ON LOWERING CHOLESTEROL LEVELS AND PREVENTION ATHEROSCLEROSIS IN

WISTAR MALE RAT FED HIGH CHOLESTEROL.

Background: Atherosclerosis is a degenerative disease that can be accelerated by consuming foods high in cholesterol. One way to prevent the formation of

atherosclerosis is by lowering blood cholesterol levels.

Purpose: To determine the effect of ethanol extract of Oyster Mushroom (EEJT) and its residue on the prevention of raising cholesterol levels and atherosclerosis in rats (preventive effect) and the influence EEJT and its residue to decrease cholesterol levels and atherosclerosis (curative effect) in male

hypercholesterolemia rats. .

Method: Preparation of the extract by maceration method using 96% ethanol. Experimental animals were divided into two groups,i.e., preventive and curative groups. Preventive group used 24 rats were divided into four groups, each group consisted of 6 animals. Group 1 (fed normal), group 2 (fed with high cholesterol), group 3 (fed with high cholesterol and EEJT dose 250 mg / kg bw once a day), group 4 (fed with high cholesterol and residue dose of 250 mg / kg bw once a day). EEJT and the residue was given orally. Curative group used 24 were hypercholesterolemia rats, and then divided into four groups, each group consisted of 6 animals. Group 1 (given statin dose of 20 mg / kg bw once a day), group 2 (without any treatment), group 3 (given EEJT dose 250 mg / kg bw once a day), group 4 (given residue dose of 250 mg / kg bw once a day ). Statin, EEJT and the residue was given orally. Parameters measured were cholesterol, LDL levels, body weight, number of foam cells and the thicknes of the intima layers. Cholesterol, LDL levels and body weight were measured every week, foam cells and intimal layers thicknes histopathologically examined at the end of the experiment. As a comparison to curative groups used statin dose of 20 mg / kg bw. Analysis of data using one-way ANOVA.

Results: The study on the preventive group showed that EEJT and the residue can prevent raising of cholesterol, LDL, body weight, foam cell formation, and thickening of the intima layers. EEJT and the residue effect was not different significantly (p > 0.05). In the curative group showed that EEJT and the residue could lower cholesterol and LDL levels, but could not reduce the number of foam cells and thickening of the intimal layers that has been formed. EEJT and residue effect was not different significantly compared to statin (p > 0,05) . .

Conclusion: The results indicate that EEJT and the residue are useful to prevent atherosclerosis and also to lower the blood cholesterol and LDL levels.

(7)

KATA PENGANTAR

Dengan ucapan Alhamdulillah, puji dan syukur yang utama dan pertama

dipanjatkan kehadirat Allah Subhannahu Wat’ala, karena hanya dengan ridha-Nya

jualah peneliti dapat menyelesaikan tugas yang berat ini, yakni penelitian tesis.

Tesis mengenai pengaruh jamur tiram putih terhadap penurunan kadar

kolesterol dan pencegahan aterosklerosis pada tikus wistar jantan yang diberi

pakan tinggi kolesterol merupakan salah satu dari beberapa herba yang sudah

puluhan tahun digunakan manusia sebagai pengobatan.

Tesis yang terdiri dari lima bab ini dimaksudkan untuk memberikan

kontribusi dalam menambah obat herba pada penderita hiperkolesterol dan

pencegahan timbulnya aterosklerosis. Apa yang melatar belakangi, yang menjadi

tujuan penelitian, faktor permasalahan dan apa manfaat penelitian ini disajikan

pada bagian pendahuluan (Bab I), teori-teori yang digunakan sebagai landasan

pada penelitian ini terdapat pada tinjauan pustaka (Bab II). Proses penelitian

disajikan pada metodologi penelitian (Bab III), sedangkan hasil dan diskusi

terdapat pada bagian keempat (Bab IV) terakhir penelitia ini ditutup dengan

kesimpulan dan saran pada bagian kelima (Bab V).

Semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat khususnya bagi penderita

hiperkolesterol dan sebagai pengobatan preventif bagi kita semua.

Medan, Desember, 2014

(8)

UCAPAN TERIMA KASIH

Pada kesempatam ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Hakim Bangun, PhD, Apt, sebagai komisi pembimbing I dan

Bapak dr. Delyuzar M.Ked, Sp PA (K) sebagai komisi pembimbing II.

Ditengah-tengah kesibukan mereka yang amat padat, mereka senantiasa

meluangkan waktu dalam pembimbingan tesis ini. Dengan ketelitian,

kesabaran yang ditunjukkan selama proses bimbingan sehingga tesis ini selesai.

2. Prof. Dr. Syahril Pasaribu, DTMH, Msc (CTM), Sp.A(K), Rektor Universitas

Sumatera Utara, yang telah memberikan kesempatan bagi peneliti untuk

mengikuti jenjang pendidikan S2 di Universitas Sumatera Utara.

3. Prof.Gontar A. Siregar, Sp.PD-KGEH, Dekan Fakultas Kedokteran Universitas

Sumatera Utara.

4. dr.Yahwardiah Siregar,PhD, Ketua Program Studi Magister Ilmu Biomedik

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

5. dr.Jamaluddin Sp, PA. sebagai komisi pembanding I dan Ibu dr. Yunita Sari

Pane MSc. sebagai komisi pembanding II yang telah banyak memberi masukan

kepada penulis dalam menyelesaikan tesis ini.

6. Ibu Sondang SKM, Bapak dr. Immanuel Pinem, mantan kepala puskesmas

Namu Terasi Kabupaten Langkat dan Bapak dr. Esra F Sembiring sebagai

kepala puskesmas Namu Terasi saat ini, yang telah memberi ijin kepada

(9)

7, Kepada rekan-rekan seangkatan: Vera, Ningrum, Anwar, Dita, Siti, Pak

Mustari, Leo, Sukaesih, Lili, Yeni, Tina, Roy, Taya, Imam, Donny, selama

masa perkuliahan berjuang bersama untuk menyelesaikan tugas dari pengajar.

8. Kepada kedua orang tua tersayang, Drs. H.Ngamehi Sembiring dan Ibu

Hj.Sismiasih yang selalu berdo’a memohonkan kemudahan segala urusan yang

dihadapi oleh seluruh putra-putrinya. Hal yang sama disampaikan kepada

Bapak dan Ibu mertua M. Yusuf Harun dan Ibu Hj. Mahmani

9. Kepada suami tercinta Prof. DR. Yusnadi, Ms, yang dengan ikhlas mengijinkan

peneliti untuk melanjutkan studi S2, beliau juga teman dikala suka dan duka,

juga selalu memberi semangat kepada peneliti pada saat peneliti merasa jenuh

dalam menyelesaikan tesis. Demikian juga kepada anak-anakku tersayang,

Nurul Nisa Primadiaty dan Naufal Hady, maafkan ibu karena kalian sudah

banyak mengorbankan hak-hak sebagai seorang anak. Peneliti juga

mengucapkan terima kasih kepada abang peneliti DR. Ir. Jaka sembiring,

M.Eng./ Sarah Asmita, SS, adik peneliti Dra. Ollyvia Sembiring/ Drs. Bahrizal

pasaribu, M.Pd, Ir. Akhmad Daniel sembiring M.T / Wihandini, Julian Henry

sembiring S.E/ Dwi Rini, DR. Idha.A, Sembiring/ DR. Delvian M.P dan

pihak-pihak lain yang telah banyak membantu peneliti dalam menyelesaikan tesis ini.

Peneliti hanya dapat mendo’akan semoga Allah SWT memberikan imbalan

(10)

RIWAYAT HIDUP

Nama lengkap : Ernawati

Tanggal lahir : 19 Oktober 1967

Tempat lahir : Langkat

NIM : 117008007

Alamat : Jl. Juang 45 No: 59 Medan Estate, Percut Sei Tuan

Pendidikan :

1. SD Negeri No: 050584 Binjai, tamat tahun 1980

2. SLTP Negeri I Binjai, tamat tahun 1983

3. SMU Negeri I Binjai, tamat tahun 1986

4. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, tamat tahun 1994

Riwayat Pekerjaan :

1.Dokter Jaga Poliklinik Taman Setia Budi, tahun 1994-1997.

2.Dokter Jaga Klinik Daarut-Tauhid Bandung, tahun 1998-2000.

3.Dokter PTT DEPKES di Puskesmas Kuala Kabupaten Langkat,

1995-1998.

4.Dokter PNS di Puskesmas Namu Terasi Kabupaten Langkat, Januari

2007 – sekarang.

(11)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... iii

RIWAYAT HIDUP ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

DAFTAR SINGKATAN ... xviii

BAB PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang masalah ... 1

1.2. Rumusan masalah ... 4

1.3. Hipotesa ... 5

1.4. Tujuan penelitian ... 6

1,5. Manfaat penelitian ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian sebelumnya ... 8

2.2. Kerangka teoretis ... 9

2.2.1. jamur tiram ... 9

2.2.1.1. Kandungan gizi jamur tiram ... 10

2.2.1.2. Manfaat jamur tiram ... 11

2.2.2. Kolesterol ... 12

2.2.2.1. Biosintesa kolesterol ... 12

2.2.2.2. Metabolisme kolesterol ... 13

2.2.2.3. Hiperkolesterol ... 14

2.2.3. Low Density Lipoprotein (LDL) ... 16

2.2.4. Berat badan ... 19

2.2.5. Sel busa (Foam cells) ... 19

2.2.6. Aterosklerosis ... 22

2.2.7. Radikal bebas (Free radicals) ... 25

2.2.7.1 Definisi ... 25

2.2.7.2 Sumber radikal bebas ... 25

2.2.7.3. Mekanisme patofisiologi ... 27

2.2.7.4. Jenis-jenis radikal bebas ... 28

2.2.8. Anti oksidan ... 29

2.2.8.1. Definisi ... 29

2.2.8.2. Klasifikasi anti oksidan ... 29

2.2.8.3. Mekanisme kerja anti oksidan ... 30

2.2.9. Statin ... 31

2.2.9.1 Mekanisme kerja ... 31

2.2.10. Kerangka teoretis (kerangka konsep) ... 32

(12)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Desain penelitian ... 34

3.2. Tempat dan waktu ... 34

3.3 . Sampel ... 34

3.4. Kriteria inklusi ... 35

3.5. Kriteria eksklusi ... 35

3.6. Jumlah sampel ... 35

3.7. Bahan dan alat ... 36

3.7.1. bahan ... 36

3.7,2. Alat ... 36

3.8. Cara kerja ... 37

3.8.1.Pengolahan jamur tiram ... 37

3.8.2. Perhitungan dosis ... 37

3.8.3.Pengelompokan tikus ... 39

3.8.4.Pembuatan sediaan histopatologi ... 40

3.8.5. Pewarnaan haematoxyllin dan eosin ... 41

3.9. Kerangka operasional ... 44

3.10. Identifikasi variabel ... 46

3.10.1. Jamur tiram ... 46

3.10.2. Pakan tinggi kolesterol ... 46

3.10.3. Obat golongan statin ... 46

3.10.4. Kadar kolesterol total dan LDL ... 47

3.10.5. Sel busa ... 47

3.10.6. Diameter lapisan intima ... 47

3.11. Defenisi operasional ... 47

3.11.1.Jamur tiram putih ... 47

3.11.2. Pakan tinggi kolesterol ... 48

3.11.3. Obat golongan statin ... 49

3.11.4. Kadar kolesterol total dan LDL ... 49

3.11.5. Berat badan tikus ... 51

3.11.5. Sel busa ( foam cells ) ... 51

3.11.6. Penebalan dinding aorta ... 52

3.12. Analisis data ... 52

BAB IV HASIL DAN DISKUSI 4.1.1. Hasil group preventif ... 54

4.1.1.1 Kadar kolesterol ... 54

4.1.1.2 Kadar LDL ... 58

4.1.1.3 Berat badan ... 62

4.1.1.4 Jumlah sel busa ... 66

4.1.1.5 Ketebalan lapisan intima ... 69

4.1.2 Hasil group kuratif ... 72

4.1.2.1 Kadar kolesterol ... 72

4.1.2.2 Kadar LDL ... 76

4.1.2.3 Berat badan ... 80

4.1.2.4 Jumlah sel busa ... 83

4.1.2.5 Diameter lapisan intima ... 87

(13)

4.2.1 Diskusi group preventif

4.2.1.1 Kadar kolesterol ... 90

4.2.1.2 Kadar LDL ... 92

4.2.1.3 Berat badan ... 94

4.2.1.4 Jumlah sel busa ... 97

4.2.1.5 Ketebalan lapisan intima ... 99

4.2.2 Diskusi group kuratif 4.2.2.1 Kadar kolesterol ... 101

4.2.2.2 Kadar LDL ... 103

4.2.2.3 Berat badan ... 106

4.2.2.4 Jumlah sel busa ... 106

4.2.2.5 Diameter lapisan intima ... 108

4.2.3.Korelasi dan regresi ... 107

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan 5.1.1 Group preventif ... 120

5.1.2 Group kuratif ... 121

5.2 Saran ... 122

(14)

DAFTAR TABEL

No Tabel Hal.

2.1 Kadar kolesterol dan trigliserid pada orang dewasa menurut

perhimpunan jantung Amerika(Stapleton, et al., 2010) ... 15

3.1 Langkah-langkah untuk menentukan analisis data yang digunakan

(Sopiyudin, 2013). ... 52

4.1 Kadar kolesterol tikus grup preventif (n = 6) ... 54

4.2 Rerata luas AUC kolesterol tikus group preventif (n = 6) ... 56

4.3 Hasil analisis Post-Hoc luas AUC kolesterol group preventif

Keterangan: tanda (*) menunjukkan perbedaan signifikan ... 57

4.4 Kadar LDL tikus group preventif (n = 6) ... 58

4.5 Rerata luas AUC LDL tikus group preventif (n – 6) ... 60

4.6 Hasil uji analisis Post-Hoc Bonferroni luas AUC LDL tikus

group preventif. Keterangan: tanda (*) berbeda signifikan ... 61

4.7 Berat badan tikus group preventif (n = 6) ... 62

4.8 Luas AUC berat badan tikus group preventif ... 64

4.9 Hasil uji analisis Post-Hoc luas AUC berat badan tikus group preventif. Keterangan: tanda (*) menunjukkan perbedaan yang

signifikan ... 65

4.10 Jumlah sel busa tikus group preventif ... 67

4.11 Hasil uji analisis Post-Hoc jumlah sel busa tikus grup preventif.

Keterangan: tanda (*) menunjukkan perbedaan yang signifikan.... 68

4.12 Diameter lapisan intima aorta grup preventif P0, P1, P2 diberi EEJT dan P3 diberi residu EEJT ...

70

4.13 Hasil analisis Post-Hoc ketebalan lapisan intima tikus group preventif. Keterangan: tanda (*) menunjukkan perbedaan

signifikan ... 71

4.14 Kadar kolesterol tikus group kuratif (n = 6) ... 72

(15)

4.16 Hasil analisis Post-Hoc luas AUC kolesterol tikus group kuratif

Keterangan: tanda (*) menunjukkan perbedaan yang signifikan .... 75

4.17 Kadar LDL tikus group kuratif (n = 6) ... 76

4.18 Luas AUC kadar LDL tikus group kuratif (n = 6) ... 77

4.19 Hasil analisis Post-Hoc luas AUC LDL tikus group kuratif

Keterangan: tanda (*) berbeda signifikan ... 79

4.20 Berat badan tikus group kuratif (n = 6) ... 80

4.21 Luas AUC berat badan tikus group kuratif ... 82

4.22 Hasil analisis Post-Hoc luas AUC berat badan group kuratif K1 (kontrol positif), K2 (kontrol negatif), K3 diberi EEJT dan K4

residu EEJT. ... 83

4.23 Jumlah sel busa group kuratif K1 (kontrol positif), K2 (kontrol

negatif), K3 diberi EEJT dan K4 diberi residu EEJT ... 85

4.24 Hasil analisis Post-Hoc jumlah sel busa tikus group kuratif,

Keterangan: Tanda (*) menunjukkan perbedaan yang signifikan.... 86

4.25 Ketebalan lapisan intima aorta tikus group kuratif ... 87

4.26 Hasil analisis Post-Hoc ketebalan lapisan intima aorta tikus group

kuratif. Keterangan: tanda (*) menunjukkan perbedaan signifikan 89

4.27 Nilai R Square kadar kolesterol dan LDL pada P1 group preventif 113

4.28 Koefisien korelasi kadar kolesterol dan LDL pada P1 group

preventif ... 114

4.29 Nilai R Square kadar kolesterol dan LDL pada P2 group preventif 114

4.30 Koefisien korelasi kadar kolesterol dan LDL pada P2 group

preventif ... 114

4.31 Nilai R Square kadar kolesterol dan LDL pada P3 group preventif 115

4.32 Koefisien korelasi kadar kolesterol dan LDL pada P3 group preventif ...

115

4.33 Nilai R Square kadar kolesterol dan LDL pada K1 group kuratif 116

4.34 Koefisien korelasi kadar kolesterol dan LDL pada K1 group

(16)

4.35 Nilai R Square kadar kolesterol dan LDL pada K3 group kuratif 118

4.36 Koefisien korelasi kadar kolesterol dan LDL pada K3 group

kuratif ... 118

4.37 Nilai R Square kadar kolesterol dan LDL pada K3 group kuratif

yang diberi residu EEJT ... 118

4.38 Koeffisien korelasi antara kadar kolesterol dan LDL pada group

kuratif yang diberi residu EEJT ... 119

(17)

DAFTAR GAMBAR

No Gambar Hal.

2.1 Kesimpulan metabolisme lipoprotein (Prentice Hall, 2002) ... 17

2.2 Skematik : terjadinya migrasi monosit dan perubahannya

menjadi sel busa (Yuan, et al., 2012) ... 21

2.3 Hubungan antara stres oksidatif dan atherosclerosis. Sumber utama bahan oksidatif dan Reactiv Oxygen Species pada aterosklerosis pembuluh darah adalah makrofag dan Smooth Muscle Cell. Keberadaan ROS akan menginduksi disfungsi endotel. Stres oksidatif yang utama menimbulkan oksidatif modifikasi dari LDL ( oxd- LDL ) dan kelanjutan lesi

aterosklerosis.(vogiatzi, 2009) ... 22

2.4 Sumber radikal bebas (Fang, 2002) ... 27

2.5 Stres oksidatif menginduksi beberapa jenis penyakit pada

manusia (huy, He, 2008) ... 28

4.1 Hubungan kadar kolesterol terhadap waktu pada grup preventif

P0, P1, P2 diberi EEJT dan P3 diberi residu EEJT... 55

4.2 Hubungan kadar LDL terhadap waktu untuk group preventif P0,

P1, P2 diberi EEJT dan P3 diberi residu EEJT. ... 59

4.3 Hubungan antara berat badan terhadap waktu grup preventif P0,

P1, P2 diberi EEJT dan P3 diberi residu EEJT ... 63

4.4 Lapisan intima aorta tikus group preventif P0dijumpai sel busa

(foam cell) ... 66

4.5 Lapisan intima aorta tikus group preventif P2(EEJT), terlihat sel

busa(foam cell) ... 66

4.6 Lapisan intima aorta tikus group preventif P1, terlihat sel busa

(foam cell ) pada lapisan intima ... 66

4.7 Lapisan intima aorta tikus group preventif P3 (rEEJT), terlihat

sel busa (foam cell) ... 66

4.8 Rerata jumlah sel busa tikus grup preventif Keterangan: huruf

(18)

4.9 Lapisan intima group preventif P0, ketebalan lapisan intima

18,38 µm ... 69

4.10 Lapisan intima group preventif P2, ketebalan lapisan intima

34,36µm ... 69

4.11 Lapisan intima group preventif P1, ketebalan lapisan intima

45,11µm ... 69

4.12 Lapisan intima group preventif P3, ketebalan lapisan intima

34,36µm ... 69

4.13 Rerata ketebalan lapisan intima aorta tikus group preventif. Keterangan : Huruf yang berbeda menunjukkan perbedaan yang

signifikan ... 70

4.14 Hubungan kadar kolesterol terhadap waktu pada tikus group kuratif kelompok 1 (kontrol positif), 2 (kontrol negatif), 3 diberi

EEJT dan 4 diberi residu EEJT... 73

4.15 Hubungan kadar kolesterol dan LDL terhadap waktu pada group kuratif K1 (kontrol positif), K2 (kontrol negatif), K3 diberi

EEJT dan K4 diberi residu EEJT ... 77

4.16 Hubungan berat badan tikus terhadap waktu setelah dihentikan pakan tinggi kolesterol dan dimulai pengobatan untuk K1 (KP/statin), K2 (KN), K3 diberi EEJT dan K4 diberi residu

EEJT ... 81

4.17 Lapisan intima aorta tikus K1 (KP/statin), dijumpai sel busa

(foam cell) pada lapisan intimanya. ... 83

4.18 Lapisan intima aorta K2 (KN), , terlihat sel busa (foam cell )

pada lapisan intima ... 83

4.19 Lapisan intima aorta tikus K3 (EEJT), terlihat ada sel busa(foam

cell) pada lapisan intimanya ... 83

4.20 Lapisan intima tikus K 4 (r EEJT) tampak sel busa

(foamcell= FC) pada lapisan Intimanya ... 83

4.21 Jumlah rerata sel busa kelompok I (kontrol positif/statin), II (kontrol negatif), III (EEJT), dan kelompok IV (r EEJT). Keterangan: huruf yang berbeda menunjukkan perbandingan

yang signifikan ... 85

4.22 Lapisan intima K1 (KP/statin) ketebalan lapisan intima 36,11

(19)

4.23 Lapisan intima K 2 (KN) ketebalan lapisan intima14,06 µm ... 87

4.24 Lapisan intima K3 (EEJT) yang diberi pakan tinggi

kolesterol, ketebalan lapisan intima 71,84 µm ... 87

4.25 Lapisan intimaK4 (rEEJT) yang diberi statin, ketebalan lapisan

inti 40,13 µm ... 87

4.26 Ketebalan lapisan intima aorta group kuratif K1(kontrol positif), K2 (kontrol negatif), K3 diberi EEJT dan K4 diberi residu EEJT.Keterangan: huruf yang berbeda menunjukkan perbedaan

yang signifikan ... 88

4.27 Regresi antara kadar kolesterol dan LDL pada group preventif P1 113

4.28 Korelasi antara kadar kolesterol dan LDL pada kontrol positif

kelompok kuratif... 116

4.29 Korelasi antara kadar kolesterol dan LDL pada group kuratif

yang diberi EEJT ... 117

(20)

DAFTAR LAMPIRAN

No Lampiran Hal.

1. Rekomendasi persetujuan etik penelitian kesehatan ... 128

2. Hasil identifikasi jamur ... 129

3. Hasil skrining fitokimia simplisia ... 130

4. Rincian hasil pemeriksaan karakterisasi ... 134

5. Hasil skrining fitokimia ekstrak ... 137

6. Hasil skrining fitokimia residu ... 140

7. Foto penelitian ... 144

8. Hasil kelompok preventif ... 145

9. Hasil deskripsi luas AUC kolesterol kelompok preventif ... 146

10. Kadar LDL ... 147

11. Hasil tes uji normalitas luas AUC LDL kelompok preventif ... 148 12. Berat badan rata-rata tikus kelompok preventif ... 149

13. Hasil uji normalitas luas AUC berat badan kelompok preventif ... 150

14. Jumlah sel busa kelompok preventif ... 151

15. Hasil uji homogenitas varian jumlah sel busa kelompok preventif 152 16. Hasil uji normalitas diameter lapisan intima kelompok preventif 153 17. Kadar kolesterol kelompok kuratif ... 154

18. Hasil deskripsi luas AUC kolesterol kelompok preventif ... 155

19. Hasil uji ANOVA luas AUC kolesterol kelompok kuratif ... 156

20. Hasil test normalitas luas AUC LDL kelompok kuratif ... 157

21. Berat badan kelompok kuratif ... 158

(21)

23. Hasil uji ANOVA luas AUC berat badan kelompok kuratif ... 160

24. Hasil uji ANOVA jumlah sel busa kelompok kuratif ... 161

25. Hasil test normalitas diameter lapisan intima kelompok kuratif ... 162

26. Hasil test homogenitas varian jumlah sel busa group kuratif 163

27. Hasil deskripsi ketebalan lapisan intima group kuratif 164

(22)

DAFTAR SINGKATAN

1. AUC : Area Under The Curve

2. ANOVA : Analysis Of Variance

3. BB : Berat badan

4. CMC : Carboxyl Methyl Cellulose

5. EEJT : Ekstrak Etanol Jamur Tiram

6. HMG Ko-A : 3 Hidroxy 3 Methyl Glutaril Co Enzym A

7. Ho : Hipotesis Nol

8. Ha : Hipotesis Alternatif

9. HE : Haematoxyllin Eosin

10. LDL : Low Dencity Lipoprotein

11.MCI : Myocard Infarction

(23)

ABSTRAK

PENGARUH JAMUR TIRAM PUTIH TERHADAP PENURUNAN KADAR KOLESTEROL DAN PENCEGAHAN ATEROSKLEROSIS PADA TIKUS

JANTAN GALUR WISTAR YANG DIBERI PAKAN TINGGI KOLESTEROL.

Latar belakang: Aterosklerosis adalah penyakit degeneratif yang timbulnya dapat dipercepat dengan mengkonsumsi makanan tinggi kolesterol. Salah satu cara untuk mencegah terbentuknya aterosklerosis adalah dengan menurunkan kadar kolesterol darah.

Tujuan: Menentukan pengaruh Ekstrak Etanol Jamur Tiram (EEJT) dan residunya terhadap pencegahan penaikan kadar kolesterol dan terjadinya aterosklerosis pada tikus (efek preventif) dan pengaruh EEJT dan residunya terhadap penurunan kadar kolesterol dan aterosklerosis (efek kuratif) pada tikus jantan yang hiperkolesterol.

Metode: Pembuatan ekstrak dengan metode maserasi menggunakan etanol 96%. Hewan coba dibagi atas dua kelompok yaitu; preventif dan kuratif. Kelompok preventif menggunakan 24 ekor tikus yang dibagi menjadi empat kelompok, tiap-tiap kelompok terdiri dari 6 ekor. Kelompok 1 (diberi pakan biasa), kelompok 2 (diberi pakan tinggi kolesterol), kelompok 3 (diberi pakan tinggi kolesterol dan EEJT dosis 250 mg/kg bb sehari sekali), kelompok 4 (diberi pakan tinggi kolesterol dan residu dosis 250 mg/kg bb sehari sekali). EEJT dan residu diberi secara oral. Kelompok kuratif menggunakan 24 ekor tikus yang hiperkolesterol, kemudian dibagi empat kelompok, tiap-tiap kelompok terdiri dari 6 ekor. Kelompok 1 (diberi statin dosis 20 mg/kg bb sekali sehari), kelompok 2 (tanpa diberi pengobatan), kelompok 3 (diberi EEJT dosis 250 mg/kg bb sehari sekali), kelompok 4 (diberi residu dosis 250 mg/kg bb sehari sekali). Statin, EEJT dan residu diberi secara oral. Parameter yang diukur adalah kadar kolesterol, LDL, berat badan, jumlah sel busa dan ketebalan lapisan intima. Kadar kolesterol, LDl dan berat badan diukur setiap minggu, sel busa dan ketebalan lapisan intima diperiksa secara histopatologi pada akhir percobaan. Sebagai pembanding untuk kelompok kuratif digunakan statin dosis 20 mg/kg bb. Analisis data menggunakan one way ANOVA.

Hasil: Penelitian pada kelompok preventif menunjukkan bahwa EEJT dan residunya dapat mencegah penaikan kadar kolesterol, LDL, berat badan, pembentukan sel busa, dan penebalan lapisan intima. Efek EEJT dan residunya tidak berbeda signifikan (p > 0,05). Pada kelompok kuratif menunjukkan bahwa EEJT dan residunya dapat menurunkan kadar kolesterol dan LDL, tetapi tidak dapat mengurangi jumlah sel busa dan penebalan lapisan intima yang sudah terbentuk. Efek EEJT dan residunya tidak berbeda signifikan dibanding statin.

Kesimpulan: Hasil menunjukkan bahwa EEJT dan residunya berguna untuk mencegah aterosklerosis dan juga untuk menurunkan kadar kolesterol dan LDL.

Key words: Jamur tiram; kolesterol; LDL; sel busa; lapisan intima; preventif; kuratif.

(24)

ABSTRACT

EFFECT OF WHITE OYSTER MUSHROOMS ON LOWERING CHOLESTEROL LEVELS AND PREVENTION ATHEROSCLEROSIS IN

WISTAR MALE RAT FED HIGH CHOLESTEROL.

Background: Atherosclerosis is a degenerative disease that can be accelerated by consuming foods high in cholesterol. One way to prevent the formation of

atherosclerosis is by lowering blood cholesterol levels.

Purpose: To determine the effect of ethanol extract of Oyster Mushroom (EEJT) and its residue on the prevention of raising cholesterol levels and atherosclerosis in rats (preventive effect) and the influence EEJT and its residue to decrease cholesterol levels and atherosclerosis (curative effect) in male

hypercholesterolemia rats. .

Method: Preparation of the extract by maceration method using 96% ethanol. Experimental animals were divided into two groups,i.e., preventive and curative groups. Preventive group used 24 rats were divided into four groups, each group consisted of 6 animals. Group 1 (fed normal), group 2 (fed with high cholesterol), group 3 (fed with high cholesterol and EEJT dose 250 mg / kg bw once a day), group 4 (fed with high cholesterol and residue dose of 250 mg / kg bw once a day). EEJT and the residue was given orally. Curative group used 24 were hypercholesterolemia rats, and then divided into four groups, each group consisted of 6 animals. Group 1 (given statin dose of 20 mg / kg bw once a day), group 2 (without any treatment), group 3 (given EEJT dose 250 mg / kg bw once a day), group 4 (given residue dose of 250 mg / kg bw once a day ). Statin, EEJT and the residue was given orally. Parameters measured were cholesterol, LDL levels, body weight, number of foam cells and the thicknes of the intima layers. Cholesterol, LDL levels and body weight were measured every week, foam cells and intimal layers thicknes histopathologically examined at the end of the experiment. As a comparison to curative groups used statin dose of 20 mg / kg bw. Analysis of data using one-way ANOVA.

Results: The study on the preventive group showed that EEJT and the residue can prevent raising of cholesterol, LDL, body weight, foam cell formation, and thickening of the intima layers. EEJT and the residue effect was not different significantly (p > 0.05). In the curative group showed that EEJT and the residue could lower cholesterol and LDL levels, but could not reduce the number of foam cells and thickening of the intimal layers that has been formed. EEJT and residue effect was not different significantly compared to statin (p > 0,05) . .

Conclusion: The results indicate that EEJT and the residue are useful to prevent atherosclerosis and also to lower the blood cholesterol and LDL levels.

(25)

BAB I. PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Pola makan sangat menentukan kondisi kesehatan seseorang. Menu

makanan yang lebih banyak mengandung serat baik dari sayuran maupun

buah-buahan, akan mengurangi resiko menderita penyakit-penyakit degeneratif,

penyakit cardio vascular, diabetes, kanker. Sebaliknya makanan yang sedikit atau

tidak mengandung serat maka penyakit–penyakit seperti yang disebut diatas

mengalami peningkatan dan akan menurunkan kualitas hidup individu yang

menderita penyakit tersebut. Saat ini pola makanan sudah berubah, orang lebih

senang mengkonsumsi makanan cepat saji (fast food), yang pasti sudah tidak ada

keseimbangan zat gizi pada makanan tersebut. Makanan cepat saji lebih banyak

mengandung lemak, kolesterol dan hanya sedikit atau tidak ada sama sekali

mengandung serat. Ketidak seimbangan gizi ini akan banyak menimbulkan

masalah pada individu yang suka atau terpaksa mengkonsumsi makanan tersebut.

Demikian juga dengan makanan yang dimasak dengan cara menggoreng.

Menggoreng adalah salah satu cara dalam menyiapkan makanan, sementara itu

menggunakan minyak yang berulang kali dipakai akan meningkatkan jumlah

lemak yang teroksidasi dan mengurangi jumlah anti oksidan yang terkandung

didalam minyak, dan akan menghasilkan radikal bebas (Xian, 2012), makanan

yang digoreng akan mengabsorbsi minyak jelantah begitu juga radikal bebasnya,

dan ini akan menjadi bagian dari makanan kita. Pemanasan kembali minyak

jelantah akan semakin meningkatkan jumlah radikal bebas yang berbahaya bagi

(26)

penting dalam perkembangan aterosklerosis (Vogiatzi, et al., 2009). Selain

makanan, sumber radikal bebas dapat berasal dari beberapa keadaan seperti

syndroma metabolik pada penderita diabetes melitus, perokok berat, infeksi,

peningkatan kadar lipid pada orang yang gemuk (Dẑumhur, et al., 2009).

Dengan kebiasaan mengkonsumsi jenis–jenis makanan seperti yang sudah

diterangkan diatas akan menimbulkan peningkatan kadar kolesterol di dalam

darah yang disebut dengan hiperkolesterolemia, bagi penderita hiperkolesterol mereka melakukan upaya apa saja untuk menurunkan kadar kolesterol tersebut.

Menurut (Matos, 2005 : Trapani, et al., 2012) keadaan hiperkolesterol merupakan

problem bagi berbagai negara, karena merupakan salah satu faktor resiko untuk

berkembang menjadi penyakit kardiovaskular seperti aterosklerosis dan

komplikasinya, MCI (Myocard Infarction) dan hipertensi. Hiperkolesterolemia

merupakan suatu bentuk kesalahan dari metabolisme lipoprotein yang ditandai

dengan peninggian kadar LDL serum dan kolesterol darah (Otunola, 2010).

Komplikasi yang paling sering terjadi pada penderita hiperkolesterol adalah

terbentuknya aterosklerosis pada pembuluh darah (Mc.Namara,2000).

Aterosklerosis yang terjadi pada arteri koroner dapat menyebabkan penyumbatan

arteri secara perlahan, menyebabkan angina yang stabil, dan dapat diprediksi bila

merasa sakit ketika beraktifitas. Apabila plak aterosklerosis ini lepas dapat

menimbulkan Acut Coronary Syndrome, Angina yang tidak stabil, InfarcMyocard

atau kematian yang mendadak (Boyle, 2005). Kematian mendadak disebabkan

karena aliran darah ke otak dan jantung terhenti (Yuan, et al., 2012).

Pembentukan aterosklerosis hanya bisa dicegah dengan mengendalikan

(27)

mengendalikan aterosklerosis ini adalah dengan cara menurunkan kadar kolesterol

darah, bila kadar kolesterol terkendali maka kemungkinan keprogresifan

aterosklerosis bisa diminimalkan, kolesterol yang tinggi juga akan memicu

peristiwa oksidasi kolesterol terutama fraksi LDL oleh radikal bebas menjadi

oxd-LDL, oxd-LDL ini akan mengundang makrofag, kemudian makrofag akan

memfagosit oxd-LDL dan akan berubah menjadi sel busa. Untuk mengurangi

aktifitas radikal bebas dibutuhkan antioksidan, pada penelitian ini antioksidan dan

anti hiperkolesterol diperoleh dari jamur tiram putih (Pleurotus oestreatus).

Didunia ini ditemukan berpuluh macam jenis jamur, beberapa jenis

dikonsumsi sebagai obat. Pada penelitian ini jamur yang digunakan adalah jamur

tiram, jamur tiram ini juga memiliki beberapa jenis tetapi yang digunakan pada

penelitian ini adalah jamur tiram putih (Pleurotus Ostreatus). Jamur Pleurotus

Ostreatus ini tersebar di seluruh dunia terutama di Asia dan Eropa,

pembudidayaan jamur ini secara tehnik sederhana dan murah (Patil, et al., 2010),

Jamur Pleurotus Ostreatus mengandung fenolic, karotenoid, vitamin C dan E dan

Flavonoids. Sebagai anti oksidan fenolic acid dapat menghambat proses stres

oksidatif (Jayakumar, et al.,2011). Selaian itu Pleurotus Ostreatus juga mengandung Pluran (β–1.3-D–glucan) merupakan bagian yang penting dan

berada di serat jamur ini (Bobek, 2001). Sebagai anti hiperkolesterol ternyata

jamur tiram putih mengandung zat yang menyerupai lovastatin yang berfungsi

menurunkan kadar kolesterol dengan cara menginhibisi kerja HMG Ko A (

3-hydroxy 3-Methylglutaril Co enzym A) reductase, merupakan enzym yang penting

(28)

Serat yang terkandung dalam makanan diklasifikasikan menjadi dua bagian,

bagian pertama adalah yang tidak larut dalam air, misalnya: beberapa

hemiselulosa, lignin dan selulose. Bagian yang kedua adalah yang larut dalam air,

contoh bagian ini adalah: sebagian hemiselulose dan pektin. (Samarghandian, et

al., 2011) Diet serat terutama bagian yang tidak larut dalam air akan merangsang

aktifitas pada usus, meningkatkan gerakan peristaltik usus, menyebabkan

makanan tidak terlalu lama di usus, meningkatkan volume dan berat kotoran.

Jamur tiram putih juga mengandung serat sebanyak 7,4-24,6%, serat ini sangat

baik untuk fungsi pencernaan (Ardiansyah, 2006). Pada penelitian ini residu dari

ekstraksi etanol jamur tiram tetap digunakan untuk melihat apakah residu ini juga

dapat menurunkan kadar kolesterol.

Dengan melihat latar belakang maka peneliti tertarik untuk meneliti efek

dari jamur tiram putih terhadap penurunan kadar kolesterol, dan bagaimana jamur

tiram putih dapat mencegah terbentuknya aterosklerosis, sehingga komplikasi

aterosklerosis dapat dihindari. Karena itulah perlu diteliti apakah mengkonsumsi

jamur tiram putih dapat mencegah manusia dari pembentukan aterosklerosis

dengan cara menurunkan kadar kolesterol dan mengurangi aktifitas radikal bebas.

1.2. RUMUSAN MASALAH

Dengan memperhatikan latar belakang masalah diatas, maka dapat

dirumuskan masalah penelitian dalam bentuk pertanyaan penelitian sebagai

berikut, group preventif seberapa besar pengaruh jamur tiram putih mencegah

kenaikan kadar kolesterol sehingga dapat mencegah pembentukan aterosklerosis

(29)

seberapa besar pengaruh jamur tiram putih menurunkan kadar kolesterol sehingga

dapat mencegah pembentukan aterosklerosis pada tikus jantan galur wistar yang

diberi pakan tinggi kolesterol.

1.3. HIPOTESIS

Dari rumusan masalah maka diperoleh hipotesis penelitian sebagai berikut:

1. Kelompok preventif

• Hipotesis nol ( Ho ): tidak ada pengaruh jamur tiram putih untuk

pencegahan penaikan kadar kolesterol dan pencegahan aterosklerosis pada

tikus jantan galur wistar yang diberi pakan tinggi kolesterol

• Hipotesis alternatif ( Ha ): ada pengaruh jamur tiram putih untuk

pencegahan penaikan kadar kolesterol dan pencegahan aterosklerosis pada

tikus jantan galur wistar yang diberi pakan tinggi kolesterol

2. Kelompok kuratif

• Hipotesis nol ( Ho ): tidak ada pengaruh jamur tiram putih menurunkan

kadar kolesterol dan pencegahan aterosklerosis pada tikus jantan galur

wistar yang diberi pakan tinggi kolesterol

• Hipotesis alternatif ( Ha ): ada pengaruh jamur tiram putih menurunkan

kadar kolesterol dan pencegahan aterosklerosis pada tikus jantan galur

(30)

1.4. TUJUAN PENELITIAN

1.4.1.Kelompok preventif

1.4,1.1. Tujuan umum

Untuk membuktikan bahwa jamur tiram putih dapat digunakan sebagai

pencegahan pembentukan aterosklerosis.

1.4.1.2. Tujuan khusus

1. Untuk membuktikan jamur tiram putih dapat mencegah penaikan kadar

kolesterol, LDL plasma, berat badan.

2. Untuk membuktikan dengan menurunnya kadar kolesterol dan LDL,

pembentukan sel busa dan pembentukan aterosklerosis pada aorta dapat

dicegah.

1.4.2. Kelompok kuratif

1.4.2.1. Tujuan umum

Untuk membuktikan bahwa jamur tiram putih dapat digunakan sebagai

pencegahan pembentukan aterosklerosis.

1.4.1.2. Tujuan khusus

3. Untuk membuktikan jamur tiram putih dapat menurunkan kadar kolesterol,

LDL plasma, berat badan.

4. Untuk membuktikan dengan menurunnya kadar kolesterol dan LDL,

pembentukan sel busa dan pembentukan aterosklerosis pada aorta dapat

(31)

1.5. MANFAAT PENELITIAN

1.5.1. Manfaat teoretis

Sebagai sumbangan dalam pengembangan ilmu pengetahuan yang berkaitan

dengan penurunan kadar kolesterol dalam upaya pencegahan terbentuknya

aterosklerosis.

1.5.2 Manfaat bagi penderita hiperkolesterol.

Penelitian ini diharapkan bermanfaat pada penderita hiperkolesterol yang

mengkonsumsi obat–obat herba sebagai pengobatan anti hiperkolesterol,

dan juga sebagai pengobatan alternatif bagi penderita hiperkolesterol yang

selama ini menggunakan obat–obat kimia yang diresepkan oleh dokter dan

penelitian ini diharapkan juga dapat menambah jenis–jenis obat herba yang

(32)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. PENELITIAN SEBELUMNYA

Hasil penelitian (Alam, et al., 2011) diketahui bahwa efek jamur tiram

terhadap berat badan tikus yang sudah diberi diet hiperkolesterol, terjadi

penurunan berat badan secara signifikan, selain itu dia juga meneliti efek jamur

tiram terhadap plasma lipid, pada penelitian ini terjadi penurunan profil lemak

secara bermakna, hal ini dijelaskan karena jamur tiram mengandung lovastatin.

Efek lain yang diteliti adalah yang berhubungan dengan jumlah elektrolit, analisa

total lipid dan kolesterol pada kotoran. Untuk analisa lipid Nuhu alam

menggunakan Agarose Gel Electrophorese, dan analisa histologinya digunakan

sel–sel hepar dengan menggunakan pewarnaan Red – O – oil.

Hasil penelitian dari (Bobek & Galvaby, 1998) terbukti bahwa jamur tiram

dapat mencegah pembentukan aterosklerosis pada kelinci yang sudah diberi diet

tinggi lemak dan kolesterol selama 12 minggu dan pada akhir minggu ke 12

kelinci tersebut dibunuh dan diambil aorta, arteri coronaria dextra dan otot

jantung, pada penelitian ini dilaporkan bahwa jamur tiram terbukti dapat

mencegah pembentukan aterosklerosis dan juga menurunkan kadar profil lemak.

Sementara itu (Gaafar, et al., 2010), meneliti efek dari 10% bubuk jamur

tiram dan 300 mg ekstrak jamur tiram terhadap lipid profile, lipid peroxidase dan

fungsi liver pada tikus yang ditambah dengan pemberian L-carnitin. Hasilnya

pada pemberian 10% bubuk jamur tiram, 300 mg ekstrak jamur tiram, 300 mg

L-canitin dan 600 mg L- carnitin terjadi penurunan kadar total lemak, trigliserida,

(33)

Malondylaldehyde. Pada sediaan histopatologi hepar pemberian 300 mg ekstrak

jamur dan 600 mg L-carnitin ternyata lebih dapat melindungi hepar dibanding

dengan pemberian 10 % bubuk jamur tiram dan 300 mg L-carnitin.

Dari penelitian (Jayakumar, et al., 2011), dipercayai bahwa ekstrak etanol

jamur tiram memiliki aktifitas antioksidan terutama dengan adanya scavengger

terhadap hydroxyl radicals dan superoxide radicals yang akan menginhibisi lipid

peroksidase, mengurangi kekuatan ion ferri. Penelitian ini juga membuktikan

bahwa antioksidan secara in–vivo dapat mengurangi proses peroksidasi lipid di

usus, sehingga jamur tiram ini baik dikonsumsi sebagai terapi penyakit yang

diinduksi oleh stres oksidatif.

2.2. KERANGKA TEORETIS 2.2.1. Jamur tiram

Jamur tersebar luas di seluruh permukaan bumi dan sebagian dari jamur

tersebut dapat dipergunakan sebagai obat dalam ethno-medicine. Beberapa jamur

yang dapat dimakan dilaporkan memiliki khasiat sebagai anti oksidan, anti

mikrobial, dan anti kanker (Akata, 2012).

Jamur tiram putih (Pleurotus Oestreatus) adalah jamur pangan dari

kelompok Basidiomycota dan termasuk kelas Homobasidiomycetes dengan ciri–

ciri umum tubuh buah berwarna putih hingga krem dan tudungnya berbentuk

setengah lingkaran mirip cangkang tiram dengan bagian tengah agak cekung.

(34)

2.2.1.1. Kandungan gizi jamur tiram

Kandungan gizi jamur tiram terdiri dari protein, mineral (Ca, P, Fe dan Na)

dan beberapa jenis vitamin seperti vitamin C, vitamin B kompleks (thiamin,

riboflavin, asam folat dan niacin), (Patil, et al., 2010 ). Selain itu jamur tiram juga

mengandung asam amino, yaitu : alanin, arginin, asam aspartat, asam glutamat,

glycine, histidine, isoleucine, leucine, lysine, methionine, norvaline, phenylalanin,

proline, serine, threonine, tryptophan, tyrosine, valine, (Chirinang, 2009). Antioksidan β–glucans juga terkandung didalam jamur tiram (Synytsya, et al.,

2009), dimana anti oksidan ini berfungsi menangkap radikal bebas di dalam tubuh. β–Glucans adalah nama kimia dari polymer β–Glucose, mereka memiliki

banyak nama polimer, perbedaannya berada pada posisi ikatan glycosiclic nya,

misal: cellulose, (1-4) – β – D- Glucan. (Novak, 2008).

Menurut (Alarcon, et al., 2003; Lakshmanan & Radha, 2012) jamur tiram

mengandung suatu zat yang berfungsi menurunkan kadar kolesterol didalam darah

yaitu lovastatin. Lovastatin adalah salah satu obat potensial yang digunakan untuk

menurunkan kadar kolesterol darah dengan cara inhibisi kompetitif terhadap

mekanisme kerja dari enzym 3– hydroxy–3–methylglutaril Co enzym A (HMG Co

A) reductase. Selain pada jamur tiram lovastatin juga ada pada jamur yang lain

seperti : Monascus purpureus, Marine zactinomycetes, A. parasiticus,

Accremonium chrysogenum, Monascus ruber, Trichoderma viridae, (Lakshmanan

& Radha, 2012).

Semua statin yang berasal dari alam memiliki struktur molekul yang sama

(35)

dibedakan satu dengan yang lainnya pada bagian rantai dan cincin yang mengikat

grup methyl disekelilingnya (Arancibia, 2003).

2.2.1.2. Manfaat jamur tiram

Selain sebagai sumber makanan jamur tiram juga memiliki beberapa

manfaat antara lain :

1. Sebagai zat penurun kadar kolesterol, sesuai dengan hasil penelitian (Freire, et

al., 2013), ditemukan bahwa Pleurotus Ostreatus mengandung komponen yang

menyerupai lovastatin, bahwa terjadi penurunan kadar kolesterol secara

bermakna pada binatang coba yang diberi diet tinggi kolesterol.

2. Sebagai zat untuk menurunkan kadar gula darah,hal ini sudah diteliti oleh

(Agrawal, et al., 2010). Pada penelitian ini didapat bahwa jamur tiram putih

bisa dikonsumsi sebagai pencegahan terjadinya diabetes melitus karena jamur

ini mengandung polisakarida, sedikit atau hampir tidak ada gula dan

karbohidrat, dan jamur ini juga memiliki indeks glikemi yang rendah.

3. Sebagai zat anti kanker. Pada hewan coba (tikus jantan galur wistar), efek dari pleuran (β – 1,3 – D- Glucan) yang diisolasi dari jamur Pleurotus Ostreatus

disebutkan bahwa pada tikus yang diberi diit yang mengandung selulosa dari

jamur Pleurotus Ostreatus di bandingkan dengan tikus yang diberi diit bebas

selulosa. Dijumpai bahwa diet yang mengandung selulosa dan pleuran akan

mengurangi aktifitas dari GSH-PX (Glutation peroksidase) dan meningkatkan

aktifitas katalase di eritrosit. Prekanker ACF (Abberant Crypt Foci)

(36)

2.2.2. Kolesterol

2.2.2.1. Biosintesa kolesterol

Sebagian kolesterol tubuh berasal dari proses sintesis dan sisanya berasal

dari makanan. Hati dan usus menghasilkan 10% kolesterol dari seluruh sintesis

total pada tubuh manusia (Harper, 2006 : Widayanti, et al., 2004) .

Biosintesa kolestesterol dibagi menjadi lima tahap:

Tahap 1 : Biosintesis Mevalonat

Dua molekul asetil- KoA bersatu untuk membentuk asetoasetil-KoA yang

dikatalisis oleh tiolase sitosol. Asetoasetil-KoA mengalami kondensasi dengan

molekul asetoasetil-KoA lainnya yang dikatalisis oleh

3-hydroksi-3-metilglutaril-KoA sintase (HMG-KoA sintase) untuk membentuk HMG-KoA yang direduksi

menjadi mevalonat oleh NADPH dan dikatalisis oleh HMG-KoA reduktase,

merupakan tempat kerja golongan obat penurun kadar kolesterol yang paling

efektif yaitu dengan cara menginhibisi HMG-KoA reduktase (golongan statin).

Tahap 2 : Pembentukan Unit Isoprenoid

Mevalonat mengalami fosforilasi secara sekuensial oleh ATP dengan tiga kinase,

dan setelah dekarboksilasi terbentuk unit isoprenoid aktif yaitu isopentenil

difosfat.

Tahap 3 : Pembentukan Skualen

Isopentenil difosfat mengalami isomerisasi melalui pergeseran ikatan rangkap

untuk membentuk dimetilalil difosfat, yang kemudian bergabung dengan molekul

lain isopentenil difosfat untuk membentuk zat antara sepuluh karbon geranil

difosfat. Kondensasi lebih lanjut dengan isopentenil difosfat membentuk farnesil

(37)

Tahap 4 : Pembentukan Lanosterol

Skualen dapat melipat membentuk suatu struktur. Sebelum terjadi penutupan

cincin, skualen diubah menjadi skualen 2,3-epoksida oleh oksidase di retikulum

endoplasma. Gugus metil di C14 dipindahkan ke C12 dan yang ada di C8 ke C14

dikatalisis oleh enzym oksidoskualenlanosterol siklase.

Tahap 5 : Pembentukan Kolesterol

Berlangsung di membran retikulum endoplasma. Gugus metil di C14 dan C4

dikeluarka untuk membentuk 14- desmetil lanosterol dan kemudian zimosterol.

Ikatan rangkap di C8 dan C9 kemudian dipindahkan ke C5-C6 dalam dua langkah

yang membentuk desmosterol. Akhirnya ikatan rangkap rantai samping direduksi

dan menghasilkan kolesterol.

2.2.2.2. Metabolisme kolesterol

2.2.2.2.1. Absorbsi dan sintesa. Kolesterol yang berasal dari makanan sebagian diabsorbsi di jejunum sesudah diesterifikasi dengan asam lemak rantai

panjang dan dikemas menjadi kilomikron (Dietschy, 2003) Kilomikron

memasuki aliran darah melalui duktus torasik menuju hepar. Didalam hepar

kolesterol akan dilepas dari kilomokran dan kembali ke plasma sebagai komponen

dari lipoprotein plasma.

2.2.2.2.2. Pengeluaran dari tubuh. Cara utama pengeluaran kolesterol dari badan adalah melalui duktus billiaris. Perubahan kolesterol menjadi hormon

steroid, ekskresi ke duktus billiaris dan keluar melalui urin adalah salah satu

(38)

2.2.2.2.3. Sirkulasi enterohepatik. Sebagian kolesterol di keluarkan menjadi empedu , direabsorbsi sesudah bercampur dengan kolesterol yang diperoleh dari

usus yang berasal dari makanan. Kolesterol yang tidak diabsorbsi akan

dikeluarkan melalui kotoran. Setelah sebagian dirubah menjadi koprostanol dan

sterids lainnya oleh bakteri didalam usus besar. Garam empedu sebagian juga

direabsorbsi di illeum, bagian yang tidak direabsorbsi di teruskan ke usus besar

dan akan dihidrolitik oleh bakteri setelah itu asam empedu akan dikeluarkan

melalui feses (Dietschy, 2003).

2.2.2.3. Hiperkolesterol

Yang dimaksud dengan hiperkolesterolemia adalah peninggian kadar

kolesterol di dalam darah. Menurut AHA (American Heart Association) kolesterol

darah yang normal berada pada kadar 200 mg / dl. Hepar sebagai kunci dalam

mengkontrol konsentrasi kolesterol dalam plasma (Dietschy, 2003). Organ ini

sangat responsible terhadap peningkatan kadar kolesterol baik yang berasal dari

usus maupun yang disintesa di ekstra hepatik, seperti: di jaringan dan pengeluaran

sterol menjadi empedu.

Kadar kolesterol yang terlalu tinggi di dalam sel, suatu saat akan

menimbulkan keadaan patologi terutama pada dinding sel arteri. Akumulasi

kolesterol akan memicu penyakit jantung aterosklerosis (Trapani, et al., 2012).

Akibat yang akan timbul bila terjadi hiperkolesterol antara lain:

1. Hiperkolesterol dihubungkan dengan disfungsi vaskuler.

Dalam keadaan sistim yang normal, sel endotel berfungsi memelihara tonus

vaskuler melalui endothelium derived relaxing factor. Termasuk NO,

(39)

aliran darah sistemik, coagulasi, inflamasi, agregasi platelet, dan transduksi

sinyal (Stapleton, et al., 2010).

Tabel 2.1. Kadar kolesterol dan trigliserid pada orang dewasa menurut perhimpunan jantung Amerika(Stapleton, et al., 2010)

Total LDL HDL Trigliserida

Normal - < 100 mg/dL > 60mg/dL -

Diatas normal

< 200 mg/dL

100 – 129 mg/dL

50 – 60 mg/dL (P)

40 – 50 mg/dL (L)

< 150 mg/dL

Ambang batas

200 – 239 mg/dL

130 - 159 mg/dL

- 150 – 159 mg/dL

Tinggi - 160 – 189 mg/dL

- 200 – 499 mg/dL Sangat

tinggi

> 240 mg/dL

> 190 mg/dL < 50 mg/dL (P)

< 40 mg/dL (L)

> 500 mg/dL

Pada kondisi hiperkolesterol maka terjadi penurunan fungsi endothel sebagai

pemelihara yang merupakan hasil penurunan bioavailability dari NO. NO

disintesa dan dilepas oleh karena respon endotel terhadap bahan kimia, fisikal,

dan karena stimulasi humoral seperti: trombin, hormon, autocoid lokal. NO

sangat berperan pada pembentukan aterosklerosis, hal ini dapat terjadi karena

efek inhibitor NO terhadap agregasi platelet, adesi leukosit, proliferasi

Vasculer Smooth Muscle (VSM) (Huy, et al., 2008).

2. Hubungan hiperkolesterol dan proses inflamasi

Penurunan bioavailability dari NO juga akan menyebabkan sel endothel

[image:39.595.113.515.205.442.2]
(40)

sepanjang lumen pembuluh darah dan akan melekat pada dinding sel.

Peninggian jumlah leukosit yang datang dan perlekatannya pada dinding sel

akan menyebabkan remodelling dinding sel tersebut, dan macrophage derived

monocyt akan mulai menangkap dan menimbun LDL dan oxd-LDL yang akan

berubah menjadi sel busa.

3. Hiperkolesterol dan stres oksidatif

Stres oksidatif terjadi karena adanya ketidak seimbangan antara enzym pro dan

enzym yang antioksidan, menyebabkan produksi radikal bebas yang

berlebihan, seperti: superoxide, hydroxyl radical dan lipid radical, yang akan

merusak komponen seluler. Hiperkolesterol juga meningkatkan aktifitas

produksi tiga bagian besar enzym oksidan: NADPH oxidase (NOX) , Xanthin

oxidase dan Myeloperoxidase. Bila NOX teraktifitasi akan mentransfer

elektron ke molekul O2 membentuk H2O2

Dalam kondisi patologi pada keadaan hiperkolesterol sistem antioksidan

tidak sanggup menghalangi pemakaian dan produksi ROS. Keadaan

hiperkolesterol ini juga menyebabkan reaksi antara radikal oksigen atau oksidasi

enzymatik dan lipoprotein terutama fosfolipid merupakan faktor utama dalam

menghasilkan radikal lipid (oxd- LDL) yang akan memicu proses inflamasi dan

oksidatif stres. (Stapleton, et al.. 2010)

.

2.2.3. Low Density Lipoprotein (LDL)

Lipoprotein berfungsi mentranspor lemak hidrofobik di dalam darah.

Lipoprotein utama yang beredar di dalam darah adalah kilomikron, VLDL (Very

(41)

Density Lipoprotein). LDL merupakan hasil degradasi dari VLDL dalam jaringan

adiposa, LDL ini akan beredar di dalam peredaran darah sebagai lipoprotein

[image:41.595.188.438.200.404.2]

utama yang membawa kolesterol (Ngili, 2009).

Gambar 2.1 Kesimpulan metabolisme lipoprotein (Prentice Hall, 2002)

LDL yang membawa kolesterol dari jaringan akan terikat secara spesifik

pada reseptor LDL (LDLR), kompleks LDL - reseptor ini akan didegradasi

menjadi asam amino dan kolesteril ester dihidrolisis menjadi kolesterol bebas dan

asam lemak. Reseptor LDL baru disintesa kembali pada membran retikulum

endoplasma dan kembali ke membran plasma. Kolesterol dalam jumlah kecil

dimasukkan ke dalam membran retikulum endoplasma atau disimpan setelah

diesterifikasi menjadi kolesteril ester di dalam sitosol. Penyimpanan ini terjadi

jika pasokan kolesterol melebihi pemakaiannya dalam membran, mayoritas

(42)

glikoprotein membran integral terdiri atas 839 residu yang terlipat menjadi lima

domain, domain 1 mengikat ligan yang memperantai interaksi dengan

apolipoprotein B atau E, domain 2 memiliki derajat homolog dengan faktor

pertumbuhan epidermal (EGF), domain 3 mengandung rantai karbihidrat yang

fungsinya belum diketahui, domain 4 menempelkan reseptor ke dalam membran,

domain 5 menargetkan reseptor LDL kedalam lubang berlapis pada membran

plasma (coated pits).

Peningkatan LDL disirkulasi adalah gambaran yang utama pada penderita

hiperkolesterol dan ini merupakan faktor resiko terbesar untuk berkembangnya

penyakit jantung koroner (Chancharme, et al., 2002).

2.2.4. Berat badan

Berat badan merupakan ukuran antropometri yang paling penting dan sangat

sensitif untuk menggambarkan perubahan dalam waktu singkat karena adanya

perubahan konsumsi makanan, penurunan nafsu makan, ataupun terserangnya

penyakit infeksi (Arliek, et al.,--). Dalam keadaan normal, dimana keadaan

kesehatan baik serta keseimbangan antara konsumsi dan kebutuhan zat gizi

terjamin, maka berat badan berkembang mengikuti perkembangan umum. Ada

dua kondisi yang berhubungan dengan berat badan, pertama berat badan rendah

(under weight ) dan kedua kelebihan berat badan (over weight) biasa disebut juga dengan obesitas. Obesitas merupakan kelainan metabolisme yang paling sering

diderita manusia. Penyebab pasti obesitas tidak diketahui tapi ada beberapa

keadaan yang akan memicu kenaikan berat badan. Pada dasarnya hal utama yang

(43)

dengan yang digunakan. Ada dua masalah yang dianggap sebagai penyebabnya,

pertama asupan kaya lemak, gula, dan garam tetapi kurang vitamin, mineral dan

mikronutrien yang lain, kedua aktifitas fisik yang kurang karena perubahan gaya

hidup (Pangkahila, 2011). Ada juga obesitas yang disebabkan karena penyakit,

misalnya gangguan hormon. Salah satu pemicu obesitas adalah kondisi

hiperkolesterol. Kolesterol yang berlebihan akan disimpan di dalam sel-sel

adiposa, sehingga menyebabkan ukuran sel adiposa membesar (Krause &

Hartman, 1984). Untuk mengatasi kegemukan harus dicari dan diobati faktor

penyebabnya, selain itu perlu dilakukan:1. Kurangi asupan energi dari makanan

berlemak dan gula. 2. Perbanyak asupan sayur dan buah. 3. Lakukan olah raga

teratur, dan 4. Bila perlu gunakan obat untuk menekan nafsu makan atau

mengeluarkan lemak. (Pangkahila, 2011).

2.2.5. Sel busa (foam cells) Sel busa (foam cells) adalah gambaran awal dari pembentukan plak

aterosklerosis , sel busa ini dapat merubah bentuk makrofag pada dinding arteri

dan merupakan kunci proses perkembangan penyakit ini (Greenspan, 1997).

Kejadian masuknya Monosit ke lapisan intima dinding arteri, akan menyebabkan

diferensiasi monosit menjadi makrofag dan akan memulai proses berkumpulnya

lipid melalui penangkapan lipoprotein yang dimodifikasi yang hasilnya adalah

pembentukan sel busa (Schrijvers, et al.. 2007). Keberadaan sel busa merupakan

akhir dari proses karena terakumulasinya makrofag diantara kolesterol dan

kolesteril ester. LDL yang teroksidasi (oxd-LDL) merupakan partikel lipoprotein

(44)

Efek inisiasi pada aterosklerosis mungkin disebabkan oleh karena

berkumpulnya LDL didalam matriks sub endotel. Akumulasi LDL ini akan

semakin besar ketika kadar LDL disirkulasi darah juga menigkat. LDL akan

makin banyak terperangkap didalam matriks sub-endotel. Penarikan monosit ke

dalam dinding arteri adalah salah satu kejadian awal pada aterosklerosis. Didalam

lapisan intima monosit berkembang menjadi makrofag yang penting sebagai

mediator inflamasi dan merupakan respon innate immune pada aterosklerosis

(Linton & Fazio, 2003). Makrofag juga berperan terhadap respon inflamasi lokal

dengan cara memproduksi cytokines, free oxygen radicals, protease dan faktor

komplemen (Linton & Fazio, 2003).

Menurut (Yuan, et al., 2012), pembentukan sel busa aterosklerosis melalui

beberapa tahap: 1. Aktifasi endotelium sesudah terjadi penumpukan lipoprotein

termodifikasi pada lapisan intima. 2. Penarikan monosit oleh chemoattractans dan

monosit berpindah ke dalam lapisan intima. 3. Monosit berdiferensiasi menjadi

makrofag dan akan menangkap lipoprotein yang termodifikasi. 4. Penumpukan

lipid yang berlebihan di dalam marofag membentuk sel busa lipid–laden. 5. Sel

busa mati dan mengeluarkan isinya, hal ini akan menarik lebih banyak lagi

(45)
[image:45.595.131.498.115.360.2]

Gambar 2.2. Skematik : terjadinya migrasi monosit dan perubahannya menjadi sel busa (Yuan, et al., 2012)

Penangkapan oxd-LDL diperantarai oleh SR (Scavenger Receptor)

misalnya: SR kelas A (SR – A1. SR – AII, SR – AIII). Kelas B (CLA-I/SR-BI,

SR-BII, CD 36) dan kelas D reseptor CD68 (Shashkin, et al., 2005). Semua SR ini

sangat penting dalam perubahan makrofag menjadi sel busa. Bila di lakukan

blocking pada kedua SR-A dan B begitu juga dengan CD 36 maka akan terjadi

penurunan ambilan Oxd-LDL secara signifikan, hal ini menunjukkan bahwa

ambilan oxd-LDL memang diperantarai oleh SR.

Scavenger Receptor adalah molekul pengenal yang diekspresikan oleh

makrofag dan bermanfaat membantu makrofag untuk mengikat berbagai bakteri

gram positif dan gram negatif, fagositosis dan dalam kematian sel terprogram

(46)

SMC

(Smooth Muscle Cells) Enzym oksidatif

[image:46.595.124.511.95.353.2]

Gambar 2.3 Hubungan antara stres oksidatif dan atherosclerosis. Sumber utama bahan oksidatif dan Reactiv Oxygen Species pada aterosklerosis pembuluh darah adalah makrofag dan Smooth Muscle Cell. Keberadaan ROS akan menginduksi disfungsi endotel. Stres oksidatif yang utama menimbulkan oksidatif modifikasi dari LDL ( oxd- LDL ) dan kelanjutan lesi aterosklerosis.(vogiatzi, 2009)

2.2.6. Aterosklerosis

Penyebab pasti aterosklerosis sampai saat ini belum diketahui, namun ada

beberapa faktor yang menjadi penyebab, misalnya: sindroma metabolik pada

penderita diabetes melitus, penyakit infeksi (Chlamydia Pneumoniae, virus

herpes, Helicobacter pylori), pembentukan radikal bebas oleh asap rokok,

peninggian kadar lipid pada orang yang gemuk (Džumhur, et al.. 2009). Stres oksidatif

Kerusakan

endotel

Lesi

atherolerotic

Fatty streak

Sel busa

(47)

Pembentukan aterosklerosis merupakan hasil dari keadaan dislipidemi dan

inflamasi sistemik, bersamaan dengan kekuatan dan interaksi metabolisme antara

diet dan penyakit (jiao-Wu , 2011), perkembangan aterosklerosis merupakan

suatu proses multi faktorial yang kompleks dalam hal ini termasuk juga

lingkungan dan interaksi genetik (Kalsait, 2011). Aterosklerosis selalu

dihubungkan dengan penyakit jantung, keadaan ini dapat terjadi karena sebagian

besar dari kasus CVD (Cardio Vascular Desease) berhubungan dengan

aterosklerosis dan paling sering menyebabkan kematian (Shashkin, 2005)

umumnya ditandai dengan adanya disfungsi endotel, inflamasi kronik,

dislipidemia, dan akumulasi lipid didalam dinding arteri (Chait, 2009; Dillard,

2010). Semua bentuk penyakit kardiovaskuler yang disebabkan oleh

aterosklerosis 2 – 8 kali lipat lebih besar pada individu penderita diabetes

dibanding dengan individu tanpa diabetes (Wu & Huan, 2007).

Selain SR pembentukan dan progresifitas dari aterosklerosis juga di

perantarai oleh TLR (Toll Like Receptor) ,TLR merupakan respon innate

immuniti, yang diatur olah karena diproduksinya chemokines atau cytokines, hal

ini penting untuk membedakan tipe dari inflamasi yang terjadi, apakah inflamasi

karena bakteri, virus, parasit, akut ataupun kronik (Džumhur, et al.. 2009). Pada

aterosklerosis TLR yang berperan adalah TLR 4 dan TLR 2. Hal ini sudah

dicobakan pada mencit hiperkolesterol LDL

-/-Toll Like Receptor diduga merupakan reseptor penting. Ada sembilan jenis

TLR. TLR ini terutama mengenal sejumlah besar patogen yang berhubungan

dengan PAMP (Pathogen Associated Molecular Patterns) yang ditemukan dengan defisiensi total TLR2 maka

(48)

pada komponen patogen virus, bakteri, jamur maupun protozoa (Baratawidjaja,

2010). TLR terutama ditemukan pada makrofag, SD (Sel Dendritik), neutrofilik,

eosinofil, sel epitel, keratinosit. Makrofag dapat diaktifasi oleh TLR untuk

mengeluarkan zat–zat yang berperan dalam respon immun.

Klasifikasi lesi aterosklerotik yang berkelanjutan secara karakteristik

morfologi dibagi menjadi tiga tipe, gambaran tipe I dan tipe II hanya ada sedikit

tumpukan lemak di lapisan intima dinding arteri. Pada yang tipe III dijumpai lesi

yang sama dengan tipe II yangsudah berlanjut. Lesi tipe II biasa disebut dengan

fatty streak. Tipe I dan tipe II umumnya dijumpai pada masa kanak–kanak

(Wagner & Wissler, 1994).

Tahap awal pembentukan aterosklerosis dimulai dengan proses

penggundulan endotel pembuluh darah dan sebagai konsekuensinya adalah

kehilangan fungsi normal dari endotel yaitu: mengontrol tonus pembuluh darah,

antikoagulan yang merupakan ciri khas pada lapisan intima, dan juga berfungsi

sebagai pertahanan terhadap mediator inflamasi. Tahap selanjutnya adalah

pembentukan plak aterosklerosis oleh karena akumulasi lipid dalam SMC

(Smooth Muscle Cells) dan makrofag, yang ditutupi oleh tudung fibrinogen.

Tahap akhir adalah terlepasnya plak aterosklerosis dengan akibat stenosis atau

obstruksi (Džumhur, et al., 2009). Disfungsi endotel inilah sebagai dasar tahap

inisiasi keprogresifan dari suatu lesi aterosklerosis (Vanhoutte, 1997; Yekeler, et

al.. 2007).

Bersamaan dengan hilangnya fungsi normal lapisan endotel akan

meningkatkan sifat adesif dari endotel, hal ini terjadi karena diekspresikannya

(49)

(Džumhur, et al., 2009), dalam waktu yang sama penetrasi oxd-LDL pada

subendotel sangat penting dalam proses progresifitas dari aterosklerosis, karena

oxd-LDL memilik fungsi kemotaktik yang kuat terhadap monosit, Oxd-LDL akan

menstimulasi lapisan endotel untuk mengeluarkan kemokin (MPC-1) dan

cytokines (M-CSF) yang terutama menyebabkan akumulasi monosit dan berubah

menjadi makrofag. Oxd-LDL juga menyababkan NO terinhibisi sehingga terjadi

vasodilatasi pembuluh darah.

2.2.7. Radikal bebas (free radicals) 2.2.7.1. Definisi

Radikal bebas (free radicals) dapat didefinisikan sebagai atom atau molekul

yang memiliki satu atau lebih elektron yang tidak berpasangan pada orbitnya

(Pala & Gürkan, 2008), manusia diperkirakan menghasilkan radikal bebas lebih

kurang sekitar 10.000 – 20.000 tiap sel tubuh setiap hari.Sebagian radikal bebas

berguna bagi tubuh antara lain untuk melawan proses inflamasi, membunuh

bakteri, mengontrol tonus otot polos. Sebaliknya peninggian radikal bebas atau

kekuatan aktifitas radikal bebas yang tidak terkontrol dan karena kombinasi

dengan faktor yang lain akan menimbulkan beberapa penyakit seperti: penyakit

neurodegeneratif, penyakit jantung, kanker, proses penuaan, diabetes dan lain –

lain.

2.2.7.2. Sumber radikal bebas

Ketika sel menggunakan Oksigen untuk memperolah energi, radikal bebas

(50)

produk itu disebut ROS (Reactive Oxygen Species) yang terbentuk karena adanya

proses redoks (Huy, et al., 2008).

Sumber utama radikal bebas adalah peroksidasi (auto oksidasi) lipid yang

te

Gambar

Tabel 2.1. Kadar kolesterol dan trigliserid pada orang dewasa menurut perhimpunan jantung Amerika (Stapleton, et al., 2010)
Gambar 2.1 Kesimpulan metabolisme lipoprotein (Prentice Hall, 2002)
Gambar 2.2. Skematik : terjadinya migrasi monosit dan perubahannya menjadi sel busa  (Yuan, et al., 2012)
Gambar 2.3 Hubungan antara stres oksidatif dan atherosclerosis. Sumber utama  bahan oksidatif dan Reactiv  Oxygen Species pada aterosklerosis pembuluh darah adalah makrofag dan Smooth Muscle   Cell
+7

Referensi

Dokumen terkait

Resha, 2013, Pengaruh pemberian ekstrak the hitam (Camelia sinensis) sebagai pencegahan aterosklerosis pada tikus putih jantan (Rattus novergicus strain wistar)

PENGARUH EKSTRAK BAWANG PUTIH (Allium sativum) TERHADAP PENCEGAHAN TERBENTUKNYA PLAQUE ATEROSKLEROSIS PADA TIKUS PUTIH JANTAN (Rattus norvegicus strain wistar)

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pemberian herbal dengan bentuk sediaan filtrat dan serbuk jamur tiram putih dalam mempengaruhi penurunan kadar kolesterol

EFEK EKSTRAK ETANOL DAUN MURBEI (Morus alba L.) TERHADAP PENURUNAN KADAR KOLESTEROL TOTAL SERUM TIKUS WISTAR JANTAN YANG DIINDUKSI DIET TINGGI LEMAK.. Dwi Hillary, 2014

kombinasi dengan pemberian tunggal isolat andrografolid atau vitamin E dalam upaya pencegahan kejadian aterosklerosis yang dilihat terhadap perubahan kadar kolesterol

 Bagaimana efek ekstrak etanol kulit manggis terhadap penurunan kadar kolesterol total serum tikus Wistar jantan yang diinduksi pakan tinggi lemak dibandingkan

Tujuan penelitian ini adalah menilai efek ekstrak etanol daun salam terhadap kadar kolesterol total serum tikus Wistar jantan yang diinduksi pakan tinggi lemak dan

Perlu dilakuan penelitian lebih lanjut mengenai efek penurunan kadar kolesterol total darah tikus dari ekstrak etanol 70% daun jati ( Tectona grandis L.f.) dengan