• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh model pembelajan CLIS (Children Learning in Science) terhadap hasil belajar siswa pada konsep sifat dan perubahan wujud benda

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh model pembelajan CLIS (Children Learning in Science) terhadap hasil belajar siswa pada konsep sifat dan perubahan wujud benda"

Copied!
256
0
0

Teks penuh

(1)

(Penelitian Quasi Eksperimen di SD Islam Al-Syukro Universal)

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan (FITK) untuk Memenuhi Salah Satu syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan

oleh: INA ISPARINA

109018300054

JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

(2)
(3)

Skripsi yang berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran Tutor Sebaya Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Konsep Penyesuaian Diri Makhluk Hidup Terhadap Lingkungannya” oleh Yuni Anggraeni EJ, NIM 109018300051, diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 20 Februari 2014 dihadapan dewan penguji. Karena itu, penulis berhak memperoleh gelar Sarjana S1 (S.Pd) pada Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI).

Jakarta, 20 Februari 2014

Panitia Ujian Munaqosah

Tanggal Tanda Tangan

Ketua Panitia (Ketua Jurusan PGMI) Fauzan, MA

NIP. 19761107 200701 1 013 ..………….. ………

Penguji I

Dr. Zulfiani, M.Pd

NIP. 19760309 200501 2 002 ……… ………

Penguji II

Meiry Fadilah Noor, M.Si

NIP. 19800516 200710 2 001 ……… ………

Mengetahui,

Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

(4)
(5)

i

Ina Isparina, (109018300054) “Pengaruh Model Pembelajaran Children Learning In Science (CLIS) Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Konsep Sifat dan Perubahan Wujud Benda”.SKRIPSI, JurusanPendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran Children Learning In Science (CLIS) terhadap hasil belajar siswa. Penelitian ini dilakukan di SD Islam Al-Syukro Universal, Ciputat Tanggerang. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kuasi eksperimen. Pada penelitian ini sampel yang diambil sebanyak 46 siswa menggunakan teknik purposive sampling dan dibagi menjadi dua kelompok yaitu, kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Instrumen penelitian yang digunakan berupa tes objektif bentuk pilihan ganda. Tes ini terdiri dari empat pilihan (opsi) dan hasilnya diuji melalui statistik uji “t”. Dari hasil perhitungan diperoleh nilai thitung sebesar 4,65sedangkan ttabel sebesar 1,68 pada taraf signifikansi 0,05 atau dapat diketahui thitung>ttabel. Maka dapat disimpulkan bahwa Ha yang menyatakan terdapat pengaruh model pembelajaran

Children Learning In Science (CLIS) terhadap hasil belajar siswa diterima atau disetujui. Hal ini menunjukan bahwa model pembelajaran Children Learning In Science (CLIS) berpengaruh terhadap hasil belajar siswa.

(6)

ii

Ina Isparina (109018300054) The effect of theChildren Learning In Science (CLIS)Model to student learning outcomes of the property and phase exchange of matter conceptSkripsi, Department of Madrasah Ibtidaiyah Teacher Education, Faculty ofTarbiyahand Teachers Training, SyarifHidayatullah State Islamic University Jakarta.

The aim of this research is to know the influence of children learning in science(CLIS) model toward students’ achievement. This research was conducted in SD Islam Al-Syukro Universal CiputatTangerang. This research methodology was used Quasi Experimental method to get the data. The research took 46 student as a sample by using purposive sampling technique, which divided into two groups as experiment group and control group. The writer used objective multiple choice test as the research instrument which the test is consist of 4 options. The writer used t test to analyze the data. The result showed that t0 is 4,65 and ttable is 1,68 on the significance level is 0,05 or t0>ttable. It can conclude that Ha is accepted, it means that there is influence of children learning in science(CLIS) model toward students’ achievement.

Key words: CLIS learning model and students’ achievement.

(7)

iii

Bismillahhirrahmanirrahim

Segala puji serta syukur kehadirat Allah S.W.T yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran Children Learning In Science (CLIS) Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Konsep Sifat

dan Perubahan wujud benda”.

Salawat serta salam tidak lupa penulis curahkan kepada junjungan kita nabi besar Muhammad S.A.W yang telah menjadi uswah bagi pengikutnya, sehingga dapat melahirkan peradaban baru di dunia ini, yaitu peradaban Islam yang tidak pernah lekang oleh zaman.

Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi syarat pencapaian gelar Sarjana Pendidikan (SP.d) di Universitas Islam Negeri Syarif Hidatullah Jakarta. Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini terutama kepada:

1. Ibu Dra. Nurlena Rifai, M.A Ph.D., selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Bapak Fauzan, M.A.,selaku Ketua Jurusan Pendidikan Guru Madrasah

Ibtidaiyah (PGMI) Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. IbuYanti Herlanti, M.Pd., dosen pembimbing Skripsi I, yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan dan arahan dalam penyelesaian penulisan skripsi ini.

4. BapakBurhanudinMilama, M.Pd., dosen pembimbing skripsi II, yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan dan arahan dalam penyelesaian penulisan skripsi ini.

(8)

iv sekolah yang beliau pimpin.

7. Ibu Mawar ElistaS.Pd., dan seluruh Dewan Guru SD Islam Al-Syukro Universal, yang telah memberikan banyak masukan dan saran-saran selama proses penelitian berlangsung.

8. Seluruh Dosen Program Studi Pendidikan Madrasah Ibtidaiyah yang telah memberikan ilmunya sehingga penulis mampu menyelesaikan perkuliahan ini dengan sebaik-baiknya.

9. Terisitimewa untuk kedua orang tua tercinta, Uca Parinca dan Esih Sukaesih, yang selalu mendo’akan dan memberikan kasih sayang, semangat dan dukungan yang tiada henti-hentinya. Teruntuk abah Saminta dan mimih Maskani, yang selalu mendo’akan dan memberikan kasih sayang,semangat dan dukungan yang tiada henti-hentinya.

10. Kakak-kakakku tercinta Aries Restika, Aliyah Mahmudah, S.Pdi dan M. Tria Restria, SH yang selalu setia memberikan bantuan berupa moril maupun materil dan kasih sayang. Adik-adik tersayang, Windi Windiasih, M.Rizal Fauzi, Rere yang selalu setia memberikan dukungan serta doa.

11. Sahabat-sahabat tercintaku, Yuni Anggraeni EJ, Annisa Nurul Aini, Ana Mutiah, Sholly Liyutsabita Romli, yang selalu memberikan support kepada penulis. Annisa Primadini, Dewi Maria, Miftahul Jannah, Rike Purnamasari dan semua teman-teman seangkatanku yang telah memberikan bantuan dan semangatnya sehingga terselesaikannya skripsi ini.

12. Serta semua pihak yang terkait dan tidak dapat disebutkan satu-persatu. Atas segala bantuannya dalam menyelesaikan skripsi ini.

Akhirnya penulis hanya dapat memanjatkan doa kepada Allah SWT semoga segala perhatian, motivasi dan bantuannya dibalas oleh-Nya sebagai amal kebaikan. Amin.

(9)

v

Jakarta, Maret 2014

(10)

vi

ABSTRAK………. .. i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN... x

BAB I PENDAHULUAN A. Latar BelakangMasalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 4

C. Pembatasan Masalah ... 4

D. RumusanMasalah... 4

E. Tujuan Penelitian ... 5

F. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. DeskipsiTeoretik. ... 6

1. Model PembelajaranChildren Learning In science... 6

a. Model PembelajaranKontruktivisme ... 6

b. Pengertian model pembelajaranChildren Learning In Science science(CLIS) ... 8

c. Karakteristik model pembelajaran children learning in science(CLIS) ... 13

d. Kelebihan dan kelemahan model pembelajaran children leraning in science (CLIS) ... 13

2. Hasil Belajar IPA ... 14

a. Pengertian Hasil Belajar... 14

b. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar ... 15

c. Jenis-JenisHasilBelajar ... 16

(11)

vii

B. Hasil Penelitian yang Relevan ... 22

C. Kerangka Berfikir ... 25

D. HipotesisPenelitian ... 27

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian... 28

B. Metode dan Desain Penelitian ... 28

C. Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel ... 29

D. Teknik Pengumpulan Data... 30

E. Instrumen Penelitian ... 31

F. Kontrol Terhadap Validitas Internal ... 34

G. Teknik Analisis Data ... 39

BAB IV: HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 44

1. Deskripsi Data Hasil Pretest Kelompok Eksperimen dan Kontrol... 44

2. Deskripsi Data Hasil Pretest Kelompok Eksperimen dan Kontrol ... 45

3. Deskripsi Hasil Belajar Berdasarkan Indikator dan Jengjang kognitif ... 47

4. Deskripsi Hasil Observasi Penelitian ... 50

B. Analisis dan Interpretasi Data ... 52

1. Pengujian Persyaratan Analisis Data ... 52

2. Hasil Uji Hipotesis ... 54

3. HasilUji N-Gain ... 56

C. Pembahasan Hasil Penelitian ... 56

BAB V: PENUTUP A. Kesimpulan ... 61

(12)

viii

Tabel 3.2 Jenis danTeknik Pengumpulan Data...31

Tabel 3.3 Kisi-Kisi Instrumen Penelitian Tes Hasil Belajar ...33

Tabel 3.4 Interpretasi Reliabilitas ...36

Tabel 3.5 Klarifikasi Indeks Kesukaran ...37

Tabel 3.6 Klarifikasi Daya Pembeda ...38

Tabel 3.7 KriteriaNilai N-Gain ...43

Tabel 4.1 Analisis Deskriptif Hasil Belajar Kelompok Eksprimen dan Kelompok Kontrol...47

Tabel 4.2 Rekapitulasi Hasil Belajar Pretest dan Postest Per Indikator ...48

Tabel 4.3 Presentasi Hasil Observasi ...51

Tabel 4.4 Hasil Uji Normalitas Pretest ...52

Tabel 4.5 Hasil Uji Normalitas Postest...53

Tabel 4.6 Hasil Uji Homogen ...54

Tabel 4.7 Hasil Uji Hipotesis...55

(13)

ix

Gambar 2.2 Perubahan Wujud Zat... 22

Gambar 2.3 Bagan Kerangka Berpikir ...26

Gambar 4.1 Histogram Hasil Pretest Kelompok Eksperimen dan Kontrol ... 45

Gambar 4.2 Histogram Hasil Posttest Kelompok Eksperimen dan Kontrol ...46

Gambar 4.3 Diagram Presentase Data Pretest Berdasarkan Jenjang Kognitif ...49

(14)

x

Lampiran 1.Kisi-kisi Instrumen Tes... 66

Lampiran 2.Hasil Anates ... 77

Lampiran 3. Rekapitulasi Hasil Analisis Butir Soal Uji Coba Instrumen... 82

Lampiran 4. Soal Instrumen Tes yang Digunakan ... 83

Lampiran 5. Kunci Jawaban Instrumen Tes Hasil Belajar... 86

Lampiran 6. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Eksperimen ... 87

Lampiran 7. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Kontrol ... 116

Lampiran 8. Lembar Kerja Siswa (LKS) Kelas Eksperimen ... 141

Lampiran 9. Lembar Kerja Siswa (LKS) Kelas Kontrol... 151

Lampiran10.Lembar Observasi Kelas Kontrol ... 155

Lampiran11.Lembar Observasi Kelas Eksperimen... 169

Lampiran12.Daftar Tes Hasil Belajar Kelas Eksprimen ... 189

Lampiran 13.Distribusi Frekuensi Pretest Siswa Kelas Eksperimen... 190

Lampiran 14.Uji Normalitas Pretest Kelas Eksperimen ... 193

Lampiran 15.Distribusi FrekuensiPostest Siswa Kelas Eksperimen ... 195

Lampiran 16.Uji Normalitas Postest Kelas Eksperimen... 198

Lampiran 17.Daftar Tes Hasil Belajar Kelas Kontrol ... 200

Lampiran 18. Distribusi Frekuensi Pretest Siswa Kelas Kontrol ... 201

Lampiran 19.Uji Normalitas Pretest Kelas Kontrol... 204

Lampiran 20.Distribusi FrekuensiPostest Siswa Kelas Kontrol ... 206

Lampiran 21.Uji Normalitas Postest Kelas Kontrol ... 208

Lampiran 22.Uji Homogenitas Data Pretest dan Postest... 210

Lampiran 23Uji Hipotesis Data Pretest dan Postest ... 211

Lampiran 24.RekapitulasiHasilUji N-Gain... 215

Lampiran 25 Distribusi data Per indikakor. ... 220

Lampiran 26.Distribusi data Jenjang Kognitif ... 224

Lampiran 27.Dokumentasi Penelitian ... 228

Lampiran 28. Surat Permohonan Bimbingan Skripsi... 230

(15)
(16)

1

A. Latar Belakang

Potensi peserta didik akan berkembang dengan baik melalui proses pendidikan. Pendidikan merupakan usaha manusia untuk menumbuhkan dan mengembangkan potensi-potensi pembawaan baik jasmani maupun rohaninya sesuai dengan nilai–nilai yang ada di dalam masyarakat dan kebudayaan.1 Salah satu tahapan proses pendidikan yang sangat berpengaruh terhadap kualitas perkembangan peserta didik adalah Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah. Pada tingkat SD/MI mulai diberikan dasar pengetahuan dan keterampilan yang memegang peranan penting dalam mempersiapkan siswa untuk mengikuti jenjang pendidikan selanjutnya.

Pada jenjang SD ada beberapa mata pelajaran yang harus ditempuh siswa diantaranya mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). IPA diperlukan dalam kehidupan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan manusia melalui pemecahan masalah-masalah yang dapat diidentifikasikan. Penerapan IPA perlu dilakukan secara bijaksana agar tidak berdampak buruk terhadap lingkungan. Di tingkat SD/MI diharapkan ada penekanan pembelajaran Salingtemas (Sains, lingkungan, teknologi, dan masyarakat) yang diarahkan pada pengalaman belajar untuk merancang dan membuat suatu karya melalui penerapan konsep IPA dan kompetensi bekerja ilmiah secara bijaksana.2

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan suatu kumpulan teori yang sistematis, penerapannya secara umum terbatas pada gelaja-gejala alam, lahir dan berkembang melalui metode ilmiah seperti observasi dan eksperimen serta menuntut sikap ilmiah seperti rasa ingin tahu, terbuka, jujur dan sebagainya.3 Sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu

1

Fuad ihsan, dasar-dasar k ependidikan. (Jakarta: Asdimahasatya. 2001).Cet Ke-3.h. 2.

2

BSNP, Standar Isi untuk satuan Pendidik an Dasar dan Menengah. 2006. h. 161.

3

(17)

proses penemuan.4 Hasil observasi di sebuah sekolah swasta di Tangsel pada bulan Juli 2013, diketahui perolehan hasil belajar Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) peserta didik masih rendah, metode yang digunakan guru masih berpusat pada guru (teacher centered), peserta didik terlihat bosan mengikuti pembelajaran, siswa hanya mengahafal tanpa memahami benar isi pelajaran, dan guru kurang memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk berinteraksi dengan teman sebayanya.

Proses pembelajaran di kelas seharusnya sudah mengarah kepada peran aktif siswa (student centered). Karenanya diperlukan model pembelajaran yang bersifat student centered agar peserta didik belajar lebih aktif dalam mengikuti pembelajaran, salah satu model pembelajaran yang dapat meningkatkan keaktifan peserta didik yaitu model pembelajaran yang menggunakan teori belajar konstruktivistik yang membantu siswa untuk membentuk kembali, atau mentransformasi informasi baru yang menghasilkan suatu kreasi pemahaman baru. Dengan dasar itu, maka pembelajaran harus dikemas menjadi proses “mengkontruksi” bukan menerima pengetahuan, dalam proses pembelajaran siswa membangun sendiri pengetahuan mereka melalui keterlibatan aktif dalam proses pembelajaran siswa menjadi pusat kegiatan, bukan guru.5

Hasil-hasil penelitian menunjukan bahwa pembelajaran kontruktif dan aktif berdampak pada hasil belajar siswa yang lebih baik, karena siswa diajak untuk terlibat aktif sehingga siswa termotivasi untuk belajar dan dapat menunjang keberhasilan pembelajaran secara keseluruhan. Hal ini sesuai dengan pandangan kontruktivisme dimana proses aktif dalam pembelajaran IPA, siswa diupayakan agar dapat mengkontruksi pengetahuan yang diperoleh dengan memperhatikan pengetahuan awal yang dimiliki siswa. Jika pengetahuan awal tersebut tidak sesuai dengan konsep ilmiah maka perlu dilakukan klarifikasi melalui kegiatan observasi, eksperimen, atau dengan berdiskusi agar siswa dapat mengemukakan pendapat dan bertukar informasi dengan teman sebayanya untuk bertukar informasi.

4

BSNP, Op.Cit.

5

(18)

Metode diskusi adalah cara penyajian pelajaran, dimana siswa dihadapkan kepada suatu masalah yang bisa berupa pernyataan atau pertanyaan yang bersifat proplematis untuk dibahas dan dipecahkan bersama.6 Kelebihan dari metode diskusi salah satunya merangsang keberanian dan kreativitas siswa dalam mengemukakan gagasan, membiasakan siswa bertukar pikiran dengan teman serta menghargai menerima pendapat orang lain. Sebagai salah satu model pembelajaran berlandaskan kontruktivisme dan memiliki karakteristik yang sama dengan metode diskusi adalah model pembelajaran CLIS (Children Learning In Science) model pembelajaran ini berusaha mengembangkan ide atau gagasan siswa tentang suatu masalah tertentu dalam pembelajaran merekontruksi ide atau gagasan berdasarkan hasil pengamatan atau percobaan. Tujuan dari model pembelajarn Children learning in science (CLIS) membentuk pengetahuan awal siswa kemudian masuk kedalam memori siswa sehingga penerapan konsep materi dapat lebih bertahan lama serta meningkatkan aktivitas siswa dalam pembelajaran IPA sehingga berdampak pada hasil belajar yang akan tercapai siswa.

Model Clis telah diteliti oleh Ila suminar (2010), Pada Siswa Kelas II SDN Cibeureum Cilengsi Bogor. CLIS meningkatkan keaktifan, kemandirian dan keberanian siswa dalam melakukan percobaan, mengemukakan gagasan, dan mengikuti kegiatan pembelajaran IPA selama penelitian.7 Hasil penelitian oleh Minarti (2012) menyatakan peningkatan hasil belajar IPA peserta didik kelas V karena penggunaan model pembelajaran Children Learning In Science (CLIS), peserta didik lebih aktif dalam mengungkapkan gagasan dan berdiskusi.8

Model pembelajaran CLIS dapat digunakan pada konsep yang berkaitan dengan kegiatan pengamatan/observasi dan eksperimen, karena dalam model pembelajaran CLIS diperlukan keterlibatan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran. Salah satu konsep yang cocok pada model pembelajaran Children

6

Syaiful bahri djamarah dan Aswan Zain,strategi belajar mengajar .(Jakarta: Rineka Cipta. 2010) .hlm.87.

7

Ila Suminar, Peningkatan Hasil Belajar IPA Tentang Energi Dan Kegunaannya Melalui Model Pembelajaran CLIS (Children Learning In Science) Pada Siswa Kelas II SDN. (Jakarta: Skripsi FIP UNJ, 2010). h. 90.

8

(19)

learning in science (CLIS) adalah konsep sifat dan perubahan wujud benda. Konsep ini dapat dikembangkan dengan cara melibatkan aktivitas siswa dalam pembelajaran serta dapat membantu siswa dalam mempelajari konsep serta menerapkanya dalam kehidupan sehari-hari.

Berdasarkan uraian diatas, yang dapat dijadikan latar belakang masalah, maka penulis terdorong untuk membahasnya dalam sebuah skripsi, berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran Children Learning In Science (CLIS) Terhadap Hasil Belajar IPA Pada Konsep Sifat dan Perubahan Wujud Benda”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, dapat diidentifikasi beberapa masalah:

1. Model pembelajaran yang masih berpusat pada guru (teacher contered) dan kurang efektif.

2. Siswa hanya menghafal tanpa memahami benar isi pelajaran. 3. Siswa kurang diberi kesempatan untuk menyampaikan gagasannya. 4. Siswa jarang melakukan diskusi, sehingga siswa sulit untuk

menyampaikan gagasanya.

5. Rendahnya hasil belajar siswa pada konsep sifat dan perubahan wujud benda.

C. Pembatasan Masalah

Dari uraian identifikasi masalah yang telah disebutkan, maka ruang lingkup masalah dalam penelitian ini yaitu pengaruh model pembelajaran CLIS (Children Learning In Science) terhadap hasil belajar IPA pada konsep sifat dan perubahan wujud benda. Aspek yang diukur adalah aspek kognitif, yaitu hasil belajar siswa pada konsep sifat dan perubahan wujud benda.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan sebagaimana tersebut di atas, maka rumusan permasalahan yang diajukan dalam skripsi ini adalah:

(20)

E. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran CLIS (Children Learning In Scince) terhadap hasil belajar siswa.

F. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi guru, sekolah, maupun intitusi pendidikan lainnya:

1. Bagi guru, diharapkan penelitian ini dapat memberikan informasi mengenai pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa serta memotivasi guru dalam melakukan pembelajaran yang sejenis untuk materi pelajaran lainnya.

2. Bagi sekolah dan intitusi pendidikan lainnya, diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan informasi dan pertimbangan dalam pengembangan pembelajaran IPA di SD.

(21)

6

PENGAJUAN HIPOTESIS

A. Deskrispsi Teoretik

1. Model Pembelajaran Children Learning In Science (CLIS) a. Model Pembelajaran Kontruktivisme

Model pembelajaran merupakan salah satu pendekatan dalam rangka mensiasati perubahan perilaku peserta didik secara adaptif maupun generatif.1 Model pembelajaran diartikan sebagai suatu rencana atau kerangka yang dapat digunakan untuk merancang mekanisme pengajaran yang bermakna 2. Menurut Joyce model pembelajaran mengarahkan kita merancang pembelajaran untuk membantu pesrta didik sedemikian rupa sehingga tujuan pembelajaran tercapai.3 Sedangkan Menurut Arend berpendapat bahwa model pembelajaran mengacu pada pendekatan pembelajaran yang akan digunakan, termaksud didalamnya tujuan pengajaran, tahap-tahap kegiatan dalam pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan pengolahan kelas.4

Berdasarkan paparan diatas dapat disimpulakan bahwa model pembelajaran adalah suatu rencana yang mengacu pada satu pendekatan yang mengarah pada pembelajaran bermakna, sehingga terjadi perubahan tingkah laku pada peserta didik dan tercapaianya tujuan pembelajaran.

Model pembelajaran IPA harus dikembangkan berdasarkan pendekatan kontruktivisme. Pendekatan kontrukvivisme sangat memperhatikan dan mempertimbangkan pengetahuan awal siswa yang mungkin diperoleh dari luar sekolah. Kontruktivisme memandang keberhasilan belajar bergantung bukan

1

Nanang hanafiah dan Cucu suhana, Konsep Strategi Pembelajaran. (Bandung: Refika Aditama, 2012)., h. 41.

2

Nono Sutarno, Materi dan pembelajaran IPA di SD.( Jakarta: Universitas Terbuka, 2007) Cet. 9. h. 8.19.

(22)

hanya pada lingkungan belajar, tetapi juga pada pengetahuan awal siswa.5 Pendekatan kontruktivisme memandang bahwa siswa belajar sains dengan cara mengkonstruksikan pengertian atau pemahaman baru tentang fenomena dari pengalaman yang telah dimiliki sebelumnya.6

Menurut Bell pengetahuan yang didapat siswa diluar sekolah dipertimbangkan sebagai pengetahuan awal siswa dalam sasaran pembelajaran karena sangat mungkin terjadi miskonsepsi, Sebaliknya apabila guru tidak mempertimbangkan konsepsi atau pengetahuan awal siswa, besar kemungkinan miskonsepsi yang terjadi akan semakin kompleks.7 Prinsip paling penting dalam psikologi pendidikan adalah guru tidak dapat hanya sekedar memberikan pengetahuan kepada siswa, tetapi siswa harus membangun sendiri pengetahuan dibenaknya.8 Menurut pandangan kontruktivis dalam proses pembelajaran IPA seharusnya disediakan serangkaian pengalaman berupa kegiatan nyata rasional atau dapat dimengerti siswa dan memungkinkan terjadi interaksi sosial. Dengan kata lain saat proses pembelajaran berlangsung siswa harus terlibat secara langsung dengan kegiatan nyata. Essensi dari teori kontruktivisme adalah ide bahwa harus siswa sendiri yang menemukan dan menstranformasi sendiri suatu informasi kompleks apabila mereka menginginkan informasi itu jadi miliknya.9 Model pembelajaran IPA dipilih sesuai dengen sifat IPA sebagai pengetahuan deklaratif, maupun pengetahuan prosedural komponen–komponen pembentukan model pembelajaran dirumuskan sesuai dengan sifat model pembelajaran yang disusun dan terutama ditentukan oleh tujuan yang ingin dicapai melalui pembelajaran tersebut. Menurut Slavin dalam Trianto pendekatan kontruktivis dalam pengajaran menerapkan pembelajaran kooperatif secara intensif, atas dasar teori bahwa siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep-konsep yang sulit apabila mereka dapat saling mendiskusikan masalah-masalah itu

5

Nuryani rustaman,dkk ,Materi Dan Pembelajaran IPA SD, (Jakarta;Universitas Terbuka. 2010), h. 2.6.

6

Pudyo susanto, Keterampilan Dasar MengajarIPA Berbasis Kontruk rivisme. (Malang:Universitas Negeri Malang ,2002) h. 6.

(23)

dengan temannya.10 Berpijak pada uraian di atas maka pada dasarnya aliran kontruktivisme menghendaki bahwa pengetahuan dibentuk sendiri oleh individu dan pengalaman merupakan kunci utama dari belajar bermakna. Belajar bermakna tidak akan terwujud hanya dengan mendengarkan ceramah atau membeca buku tentang pengalaman orang lain.11

Komponen utama secara langsung membentuk suatu model pembelajaran adalah materi subjek yang dibahas, guru pengajar, tahap berpikir siswa sebagai subjek belajar, pendekatan dan metode, serta alat evaluasi yang diguanakan. Materi yang dibahas harus dapat dikaitkan dengan konsep IPA yang telah dimiliki siswa. Konsep yang dimiliki siswa adalah apresepsinya terhadap konsep yang disepakati para IPA-wan. Konsep tersebut dipelajari dengan menggunakan analogi terhadap konsep-konsep yang berhubungan dan ditemukan dalam kehidupan sehari-hari, yang merupakan dasar pemahaman terhadap konsep– konsep IPA menurut Flick dalam Usman.12

b. Pengertian Model Pembelajaran CLIS

Model CLIS dikembangkan oleh kelompok children’s learning in science di inggris yang dipimpin oleh Driver. Rangkaian fase pembelajaran pada model CLIS oleh Driver diberi nama general structure of a constructivist teaching sequence, sedangkan tytler menyebutnya constructivism and conceptual change views of learning in science.13 Dalam pengajaran sains, pengetahuan tidak dipindahkan dari guru ke siswa, siswa tidak boleh mengartikan/menafsirkan pengetahuan dengan cara yang diharapkan guru mereka. Siswa yang mendapatkan pengetahuan dari fenomena/peristiwa alam dalam kehidupan sehari-hari seringkali mengalami kesalahpahaman konsep (misunderstanding).

Sebagai salah satu model pembelajaran berlandaskan kontruktivisme, pembelajaran CLIS mengandung kontruktivis sosial. Dalam teori konstrutivis sosial menilai bahwa anak-anak/siswa berperan aktif membangun pemahaman,

10

Ibid., h. 75.

11

Ibid,.

12

Usman Samatowa,Pembelajaran IPA Sek olah Dasar, (Jakarta:indeks, 2010), h. 65.

13

(24)

mereka tidak dapat membangun pemahaman secara pasif untuk memperoleh pengetahuan yang hanya dipindahkan dari guru. Pembelajaran yang menggunakan teori kontruktivis sosial memfokuskan anak sebagai pembangun pengetahuan yang aktif dalam komunitas pembelajar. Teori ini berpengaruh bagi guru untuk menciptakan lingkungan belajar, menetapkan pelajaran, mengajukan pertanyaan memberikan reaksi terhadap gagasan siswa dan menyampaikan pelajaran. salah satu strategi untuk membangkitkan kognitif dalam meningkatkan hasil belajar siswa adalah melalui model CLIS. Model CLIS merupakan model pembelajaran yang berusaha mengembangkan ide atau gagasan siswa tentang suatu masalah tertentu dalam pembelajaran dan merekontruksi ide atau gagasan berdasarkan pengamatan atau percobaan. Dalam model pembelajaran ini, siswa diberi kesempatan untuk mengungkapkan berbagai gagasan tentang topik yang dibahas dalam pembelajaran, mengungkapkan gagasan dan membandingkan gagasan siswa lainya serta mendiskusikannya untuk menyampaikan presepsi. Selanjutnya siswa diberi kesepatan merekonrtuksi gagasan setelah membandingkan gagasan tersebut dengan hasil percobaan, observasi, atau hasil mencermati buku teks. Disamping itu siswa juga mengaplikasikan hasil merekontruksi gagasan dalam situasi baru.

Model pembelajaran CLIS (Children Learning in Science) terdiri dari lima tahap utama yakni, orientasi atau orientation (a), pemunculan gagasan atau

elicatation of ideas (b), penyusunan ulang gagasan atau restructure of ideas (c), penerapan gagasan atau application of ideas (d), pemantapan gagasan atau review change in ideas (e). Tahap penyusunan ulang gagasan masih dibedakan atas tiga bagian, yaitu pengungkapan dan pertukaran gagasan atau clarification and exchange (i), pembukaan pada situasi konflik atau ekposure to confict situation

(ii), dan kontruksi gagasan baru dan evaluasi atau construction of new ideas and evaluation (iii).14

14

(25)

Model pembelajaran ini terdiri dari tahapan–tahapan kegiatan yang dilakukan siswa :15,16,17

1. Tahapan orientasi (orientations) merupakan upaya guru untuk memusatkan perhatian siswa, misalnya dengan menyebutkan dan mempertontonkan suatu fenomena yang sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan topik yang dipelajari. Upaya mengaitkan topik yang akan dipelajari dengan fenomena lingkungan (misalnya produk teknologi) juga merupakan salah satu kegiatan dalam penggunaan pendekatan sains teknologi masyarakat. 2. Tahapan pemunculan gagasan (elicilations of ideas) merupakan upaya guru

untuk memunculkan gagasan awal siswa cara yang bisa dilakukan misalnya dengan cara meminta siswa menuliskan apa saja yang telah diketahui tentang topik pembicaraan atau dengan menjawab beberapa pertanyaan uraian terbuka. Bgai guru tahapan ini merupakan upaya eksplorasi pengetahuan awal siswa. Oleh karena itu tahapan ini dapat juga dilakukan melalui wawancara informal. 3. Tahapan pengungkapan dan pertukaran gagasan (restructuring of ideas), Pengungkapan dan pertukaran gagasan mendahului pembukaan ke situasi konflik. Tahap ini merupakan upaya untuk memperjelas dan mengungkapkan gagasan awal siswa tentang suatu topik secara umum, misalnya dengan cara mendiskusikan jawaban siswa pada langkah kedua (pemunculan gagasan) dalam kelompok kecil, kemudian salah satu anggota kelompok melaporkan hasil diskusi tersebut kepada seluruh kelas. Guru tidak membenarkan atau menyalahkan. pada tahap pembukaan ke situasi konflik siswa diberi kesempatan untuk mencari pengertian ilmiah yang sedang dipelajari di dalam buku teks. selanjutnya siswa mencari beberapa perbedaan antara konsepsi awal mereka dengan konsep ilmiah yang ada dalam buku teks atau hasil pengamatan terhadap kegiatan yang dilakukan. tahap kontruksi gagasan baru dan evaluasi dilakukan untuk mecocokan gagasan yang sesuai dengan fenomena yang dipelajari guna mengkontruksikan gagasan baru. Siswa diberi kesempatan

15

Ibid,.

16

Nono Sutarno, Op.Cit h. 8.30.

17

(26)

untuk melakukan percobaan dan observasi, kemudian mendiskusikannya dengan kelompoknya.

4. Tahapan penerapan gagasan (applications of ideas), pada tahap ini siswa diminta untuk menjawab pertanyaan yang disusun untuk menerapakan konsep ilmiah yang telah dikembangkan melalui percobaan atau observasi ke dalam situasi baru. gagasan yang sudah direkontruksikan ini dalam aplikasinya dapat digunakan untuk menganalisis isu dan memecahkan masalah yang ada di lingkungan.

5. Tahapan mengkaji ulang gagasan (review change in ideas), Konsepsi yang telah diperoleh siswa perlu diberi umpan balik oleh guru untuk memperkuat konsep ilmiah tersebut. Dengan demikian diharapkan siswa yang konsepsi awalnya tidak konsisten dengan konsep ilmiah sadar akan mengubah konsepsi awalnya menjadi konsepsi ilmiah. pada kesempatan ini dapat juga diberi kesempatan membanding konsep ilmiah yang sudah disusun dengan konsep awal pada langkah ke-2.

(27)

Menurut driver tahapan –tahapan model pembelajaran CLIS secara umum seperti gambar berikut:18

Gambar 2.1 Bagan Struktur Umum Model CLIS

18

Peter J fensham, Development and Dilemmas in Science Education, (British library cataloguing in publication data, 2005).h. 141.

Perbandingan Dengan Gagasan Awal

orientasi

Pemunculan Gagasan Awal

Penyusunan Ulang Gagasan

Pengungkapan Dan Penukaran Gagasan

Perubahan Situasi Konflik Konstruksi Gagasan Baru

Evaluasi

Penerapan Gagasan

(28)

c. Karakteristik Model Pembelajaran CLIS

Model pembelajaran CLIS (Children Learning in Science) memiliki beberapa karakteristik yakni, karena merupakan suatu model pembelajaran yang lahir dari pendekatan kontruktivisme tentunya model pembelajaran ini berlandaskan kontruktivisme, pembelajaran berpusat pada siswa (student centered), menggunakan kegiatan hands-on serta memberikan kesempatan yang luas untuk melakukan dialog dengan guru dan teman-temannya.19

d. Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran CLIS

Adapun kelebihan–kelebihan model pembelajaran CLIS (children learning in science) sebagai berikut:20

1. Membiasakan siswa untuk belajar mandiri dalam memecahkan masalah yang ada.

2. Mencipkatan kreativitas siswa untuk belajar sehingga tercipta suasana kelas yang nyaman, aktif, dan kreatif.

3. Terjadi kerja sama yang baik diantara siswa dan siswa juga terlibat langsung dalam melakukan kegiatan

4. Menciptakan belajar yang lebih bermakna karena timbulnya kebanggaan siswa menemukan sendiri konsep ilmiah yang dipelajari

5. Guru mengajar akan lebih efektif karena dapat menciptakan pembelajaran yang lebih menyenangkan.

Kelemahan dari model pembelajaran CLIS (children learning in science)

antara lain:21

1. Kejelasan dari tahap dalam CLIS tidak selalu mudah dilaksanakan, walaupun semula direncanakan dengan baik.

2. Kesulitan terjadi pada tahapan pindah dari satu fase ke fase lainnya.

3. Terkadang guru lupa memantapkan gagasan baru siswa, sehingga jika ini terjadi tentunya siswa akan kembali pada konsep awal.

19

Nono Sutarno, Op.Cit h. 8.11.

20

Usman, Op.Cit.h.77.

21

(29)

2. Hasil Belajar

a. Pengertian Hasil Belajar

Hasil belajar terdiri dari dua kata, yakni “hasil” dan “belajar”. Hasil adalah perolehan sesuatu yang diperoleh dari usaha, pikiran, dan sebagainya.sedangkan belajar adalah proses perubahan tingkah laku yang disengaja, berupa : dari yang tidak tahu menjadi tahu, dari yang tidak mengerti menjadi mengerti dan dari yang tidak dapat mengerjakan sesuatu menjadi dapat mengerjakan sesuatu, dari merespon yang salah kearah yang benar.

Skinner mengartikan belajar sebagai suatu proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara progresif.22 Bruner mengemukakan bahwa belajar melibatkan tiga proses yang berlangsung hampir bersamaan , ketiga proses itu yaitu memperoleh informasi baru, transformasi informasi, dan menguji relevansi dan ketepatan pengetahuan. 23

Pemahaman belajar bukanlah proses pengumpulan informasi secara pasif yang diartikan bahwa siswa tidak hanya menerima sebuah atau rangkaian informasi secara utuh atau mutlak dan kemudian disimpan dalam memori pikirannya. Akan tetapi siswa menangkap informasi dan memproses informasi tersebut sehingga dapat dikembangkan menjadi suatu pengetahuan yang padu. Disinilah peranan siswa untuk menggali informasi lebih banyak agar dapat dikembangkan. selain peranan siswa sebagai subjek yang aktif menggali informasi secara individu, interaksi antar siswa secara horizontal pun berperan penting. Hal ini berguna untuk menggali ide-ide, pemikiran dan informasi yang berhubungan dengan sebuah konsep melalui media diskusi. Dari beberapa pengertian belajar diatas, dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku yang dialami oleh individu yang menyangkut berbagai aspek kehidupan yang merupakan hasil pengalaman individu tersebut terhadap lingkungan sekitarnya. sehingga dapat disimpulkan hasil belajar adalah kemampuan –kemampuan yang

22

Pupuh fathurohman dan M Sobry sutikno, Strategi Belajar Mengajar. (Bandung: refika aditama. 2009) , Cet.Ke-3. h .5.

23

(30)

dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya.24 Hasil belajar merupakan realisasi tercapainya tujuan pendidikan, setiap kegiatan belajar akan menghasilkan suatu perubahan yang spesifik yaitu hasil belajar. Hasil belajar menghasilkan bertambahnya kemampuan kognitif, psikomotorik, dan sikap dan merupakan pemekaran dari kecakapan –kecapakapan potensial atau kapasitas yang dimiliki seseorang.

Prinsip penilaian hasil belajar adalah : 25

1. Dalam menilai hasil belajar hendaknya di rancang sedemikian rupa sehingga jelas kemampuan yang harus dinilai, materi penilaian alat penilaian, dan interpretasi hasil belajar.

2. Penilain hasil belajar hendaknya menjadi begian integral dari proses belajar mengajar. Artinya, penilaian senantiasa dilaksanakan pada setiap saat proses belajar mengajar sehingga pelaksanaannya berkesinambungan.

3. Agar diperoleh hasil yang objektif dalam pengertian menggambarkan prestasi dan kemampuan siswa sebagaimana adanya, penilaian harus menggunakan berbagai alat penilaian dan sifat komprehensif.

4. Penilaian hasil belajar hendaknya diikuti dengan tindak lanjutnya. data hasil penilaian sangat bermanfaat bagi guru maupun bagi siswa.

b. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar, yakni :26 1. Faktor Internal (faktor yang berasal dari dalam diri sendiri), meliputi:

a. Faktor jasmaniah (fisiologi) yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh melalui usaha termaksud panca indera dan kondisi fisik.

b. Faktor psikologis (psikis), terdiri atas:

 Faktor interaktif, yakni kecerdasan dan bakat serta faktor kecakapan nyata (prestasi yang dimiliki).

24

Nana sudjana. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. ( Bandung : PT. Rosda Karya.2006).Cet.Ke-11.h.22.

25

Ibid,. h .9.

26

(31)

 Faktor non intearktif, yakni unsur-unsur kepribadian tertentu seperti sikap, kebiasaan, minat, kebutuhan, motivasi, dan penyesuaian diri. 2. Faktor Eksternal (faktor-faktor yang berasal dari luar diri sendiri),

meliputi:

a) Faktor sosial, yakni lingkungan sekolah, keluarga, masyarakat,dan kelompok.

b) Faktor budaya, yakni adat istiadat, ilmu pengetahuan, teknologi dan kesenian.

c) Faktor lingkungan fisik , yakni fasilitas rumah dan fasilitas belajar. d) Faktor lingkungan spiritual dan keagamaan.

3. Faktor pendekatan belajar, yakni jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang akan digunakan siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran materi-materi pelajaran.

c. Jenis- Jenis Hasil belajar

Menurut Gagne terdapat lima kategori hasil belajar yakni informasi verbal, keterampilan intelektual, strategi kognitif, sikap, dan keterampilan motoris.27 Dalam bukunya, Muhibbin Syah membagi hasil belajar kedalam tiga ranah sebagai berikut:28

1) Ranah cipta (kognitif), terdiri dari: pengamatan, ingatan, pemahaman, penerapan, analisis (pemeriksaan dan pemilahan secara teliti), sintesis (membuat paduan baru dan utuh).

2) Ranah rasa (afektif), terdiri dari: penerimaan, sambutan, apresiasi (sikap menghargai), internalisasi (pendalaman), karakterisasi (penghayatan).

3) Ranah karsa (psikomotorik), terdiri dari: keterampilan bergerak dan bertindak, dan kecakapan ekspresi verbal dan non verbal.

Dalam dunia pendidikan di Indonesia jenis-jenis hasil belajar yang paling dikenal dan paling sering digunakan adalah jenis-jenis belajar yang dikemukakan

27

Nana Sudjana, Op.Cit., h. 22

28 Muhibbin Syah, Psik ologi Pendidik an Dengan Pendek atan Baru, (Bandung: PT.

(32)

oleh Benyamin S. Bloom atau yang sering dikenal dengan “Taksonomi Bloom”. Benyamin S. Bloom dan kawan-kawannya itu berpendapat bahwa taksonomi (pengelompokkan) tujuan pendidikan itu harus senantiasa mengacu pada tiga domain (daerah binaan atau ranah) yang melekat pada diri peserta didik, yaitu: ranah proses berpikir (cognitive domain), ranah nilai atau sikap (affaective domain), ranah keterampilan (psychomotor domain).29

Menurut Bloom ranah kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan mental (otak). Menurutnya, segala upaya yang menyangkut aktivitas otak adalah termasuk dalam ranah kognitif.30 Domain kognitif merupakan proses pengetahuan yang lebih banyak didasarkan perkembagannya dari persepsi, intropeksi, atau memori siswa.31 Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi.32

Sementara itu ranah afektif adalah yang berkaitan dengan sikap dan nilai, yang terdiri dari lima aspek, yaitu menerima, menanggapi, mengharga, mengorganisasikan,dan karakterisasi dengan suatu nilai atau komplek nilai. 33

Untuk ranah psikomotor adalah ranah yang berkaitan dengan keterampilan (skill) atau kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar tertentu.34 Ada enam tingkatan keterampilan, yakni:35

1) Gerakan refleks (keterampilan pada gerakan yang tidak sadar) 2) Keterampilan pada gerakan-gerakan dasar

3) Kemampuan perceptual, termasuk di dalamnya membedakan visual, membedakan auditif, motoris, dan lain-lain

4) Kemampuan di bidang fisik, misalnya kekuatan, keharmonisan, dan ketepatan

29

Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidik an, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2011), Cet.11 h. 49.

30

Ibid,. h. 49-50.

31 Sukardi, Evaluasi Pendidik an: Prinsip dan Operasionalnya, (Jakarta: Bumi Aksara,

2009), h. 75.

32

Nana Sudjana, Op.Cit., h. 23-28

33

Anas Sudijono, Op.Cit, h. 54-56

34 Ibid, h. 57.

(33)

5) Gerakan-gerakan skill, mulai dari keterampilan sederhana sampai pada keterampilan yang kompleks

6) Kemampuan yag berkenaan dengan komunikasi non-decursive seperti gerakan ekspresif dan interpretative

Dari berbagai penjelasan di atas, dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa hasil belajar tidak dapat hanya diukur dengan menggunakan aspek pengetahuan saja, melainkan harus melibatkan segala aspek perubahan tingkah laku, baik secara intelektual, fisik, dan psikologis.

d. Jenis Alat Penilaian Hasil Belajar IPA

Secara garis besar, metode evaluasi dalam pendidikan dapat dibedakan menjadi dua macam bentuk, yaitu tes dan nontes.36 Kedua macam bentuk tersebut digunakan untuk mengukur ketercapaian hasil belajar IPA. Tes adalah cara (yang dapat dipergunakan) atau prosedur (yang perlu ditempuh) dalam rangka pengukuran dan penilaian di bidang pendidikan, yang berbentuk pemberian tugas atau serangkaian tugas (baik berupa pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab atau perintah-perintah yang harus dikerjakan) oleh testee, sehingga (atas dasar data yang diperoleh dari hasil pengukuran tersebut) dapat dihasilkan nilai yang melambangkan tingkah laku atau prestasi testee.37 Tes sebagai alat penilaian adalah pertanyaan-pertanyaan yang diberikan kepada siswa dalam bentuk lisan (tes lisan), dalam bentuk tulisan (tes tulisan), atau dalam bentuk perbuatan (tes tindakan).38 Tes pada umumnya digunakan untuk menilai dan mengukur hasil belajar siswa, terutama hasil belajar kognitif berkenaan dengan penguasaan bahan pengajaran sesuai dengan tujuan pendidikan dan pengajaran. Sedangkan alat penilaian nontes digunakan untuk mengevaluasi penampilan dan aspek-aspek belajar afektif siswa.39 Dengan teknik nontes maka penilaian atau evaluasi hasil belajar peserta didik dilakukan dengan tanpa menguji peserta didik, melainkan dilakukan dengan melakukan pengamatan secara sistematis (observation),

36

Sukardi, Op.Cit, h. 11.

37

Anas Sudijono, Op.Cit, h. 67

(34)

melakukan wawancara (interview), menyebarkan angket (questionnaire), dan memeriksa atau meneliti dokumen-dokumen (documentary analysis).40 Teknik nontes ini pada umumnya memegang peranan yang penting dalam rangka mengevaluasi hasil belajar peserta didik dari segi ranah sikap hidup (affective domain), dan ranah keterampilan psychomotoric domain).

Kedua bentuk alat penilaian di atas sangat tepat digunakan untuk mengukur ketercapaian dalam pelajaran IPA. Para guru harus mengetahui bahwa tidak semua materi pelajaran dapat diukur dengan menggunakan tes, tetapi ada beberapa materi tertentu yang hanya dapat diukur dengan menggunakan teknik non tes.

e. Fungsi dan Tujuan Penilaian Hasil Belajar

Penilaian hasil belajar adalah proses pemberian nilai terhadap hasil- hasil belajar yang dicapai siswa dengan kriteria tertentu. Dalam penilaian ini dilihat sejauh mana keefektifan dan efisiennya dalam mencapai tujuan pengajaran atau perubahan tingkah laku siswa. Oleh sebab itu, penilaian hasil dan proses belajar saling berkaitan satu sama lain sebab hasil merupakan akibat dari proses.

Sejalan dengan pengertian di atas maka penilaian berfungsi sebagai berikut:41 1) Alat untuk mengetahui tercapai tidaknya tujuan instruksional. Dengan fungsi

ini maka penilaian harus mengacu kepada rumusan-rumusan tujuan instruksional.

2) Umpan balik bagi perbaikan proses belajar-mengajar. Perbaikan mungkin dilakukan dalam hal tujuan instruksional, kegiatan belajar siswa, strategi mengajar guru,dll.

3) Dasar dalam menyusun laporan kemajuan belajar siswa kepada orang tuanya. Dalam laporan tersebut dikemukakan kemampuan dan kecakapan belajar siswa dalam berbagai bidang studi dalam bentuk nilai-nilai prestasi yang dicapainya.

Sedangkan tujuan penilaian adalah sebagai berikut:

(35)

1) Mendeskripsikan kecakapan para siswa, sehingga diketahui berbagai bidang studi atau mata pelajaran yang ditempuhnya.

2) Mengetahui keberhasilan proses pendidikan dan pengajaran disekolah, yakni seberapa jauh keefektifannnya dalam mengubah tingkah laku para siswa ke arah tujuan pendidikan yang diharapkan.

3) Menentukan tidak lanjut hasil penilaian, yakni melakukan perbaikan dan penyempurnaan dalam hal program pendidikan dan pengajaran serta strategi pelaksanaannya.

4) Memberikan pertanggung jawaban (accountability) dari pihak sekolah kepada pihak-pihak yang berkepentingan.

Menurut Sukardi dalam bukunya evaluasi pendidikan mengatakan evaluasi juga mempunyai fungsi yang bervariasi di dalam proses belajar mengajar, yaitu sebagai berikut:42

1) Sebagai alat guna mengetahui apakah peserta didik telah menguasai pengetahuan, nilai-nilai, dan keterampilan yang telah diberikan oleh seorang guru.

2) Untuk mengetahui aspek-aspek kelemahan peserta didik dalam melakukan kegiatan belajar mengajar.

3) Mengetahui tingkat ketercapaian siswa dalam kegiatan belajar.

4) Sebagai sarana umpan balik bagi seorang guru, yang bersumber dari siswa. 5) Sebagai alat untuk mengetahui perkembangan belajar siswa.

6) Sebagai materi utama laporan hasil belajar kepada para orang tua siswa.

Dari penjelasan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa tujuan penilaian hasil belajar adalah untuk mengetahui tingkat keberhasilan kegiatan belajar yang telah dilakukan.

3. Konsep Sifat dan Perubahan Wujud Benda

Materi sifat dan perubahan wujud benda menekankan pada aspek pemahaman, karena siswa tidak hanya sekedar tahu saja namun siswa juga diharapkan agar paham dan mampu menjelaskan kembali. Materi ini bersifat

(36)

kontekstual, sehingga siswa bisa mengaitkan materi dengan lingkungan sekitar dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan

penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari. Materi ini juga dilakukan dengan

eksperimen, sehingga siswa bisa mendapatkan pengalaman baru dalam menemukan ilmu pengetahuan. Setelah melaksanakan pembelajaran materi ini, siswa diharapkan dapat mengaplikasikan dan menerapkannya dalam kehidupan siswa sehari- hari.

a. Sifat Dan Wujud Benda

Ada tiga macam wujud zat, yaitu padat, cair dan gas :43 1) Zat padat

Zat padat adalah zat yang mempunyai sifat bentuk dan volume tetap. Contohnya adalah batu, meja, kapur tulis, pensil, dan lain-lain.

2) Zat cair

Zat cair adalah zat yang mempunyai sifat volume tetap, permukaanya selalu datar, tetapi bentuknya selalu berubah-ubah mengikuti tempatnya, meresap melalui celah celah kecil, mengalir dari tempat tinggi ketempat yang lebih rendah, menekan ke segala arah, dan dapat melarutkan zat padat tertentu. Contohnya adalah air, sirup, dan lain-lain.

3) Zat gas

Zat gas adalah zat yang mempunyai sifat bentuk dan volume yang tidak tetap, Memiliki berat, menempati ruang yang kosong, Bentuknya sesuai dengan wadahanya dan Menekan ke segala arah. Contohnya adalah udara, minyak wangi, oksigen, dan lain-lain.

b. Perubahan Wujud Benda

Padat, cair, dan gas adalah tiga wujud benda yang dapat diubah satu sama lain. Beberapa perubahan wujud benda terjadi dalam kehidupan kita sehari-hari. Misalnya, saat ibu membuat teh untuk tamu, ibu mengaduk gula pasir dalam teh panas. Gula pasir tidak hilang, tetapi mengalami perubahan wujud. Terdapat 6

43

(37)

proses perubahan wujud benda yaitu: mencair, membeku, menguap, mengembun, menyublim, dan disposisi.

Gambar 2.2 Perubahan Wujud zat.

1. Mencair adalah perubahan wujud benda dari padat menjadi cair, contohnya es batu yang mencair menjadi air.

2. Membeku adalah perubahan wujud benda dari benda cair menjadi benda padat, contohnya air yang membeku jadi es batu.

3. Menguap adalah perubahan wujud benda dari benda cair menjadi gas, contohnya air yang dipanaskan akan menguap menjadi uap air.

4. Mengembun adalah perubahan wujud benda dari benda gas menjadi benda cair, contohnya butiran air embun yang menempel pada dedaunan di waktu pagi berasal dari udara yang mengalami pendinginan.

5. Menyublim adalah perubahan wujud benda dari benda padat menjadi gas, contohnya kamper atau kapur barus yang diletakkan di almari pakaian lama-kelamaan akan habis bercampur dengan udara.44

B. Hasil Penelitian Yang Relevan

Penelitian yang relevan dengan penelitian ini antara lain :

1) Sri Handayani, Nurmayati, Lusi rahmiati, Judul Pengembangan Model Pembelajaran CLIS (Children Learning in Science) Tentang Konsep Hewan Dan Benda Untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Rasional Siswa, Menyimpulkan bahwa model pembelajaran CLIS dapat meningkatkan melalui penguasaan konsep, keterampilan berpikir rasional siswa pada aspek

44

(38)

mengingat, mengelompokan, menggeneralisasi dan membandingkan, model pembelajaran CLIS pun yang dikembangkan dapat meningkatkan keterampilan proses sains melalui aspek mengamati, mengelompokan dan menafsirkan pengamatan serta respon siswa cukup baik.45

2) Fatika candra fitriastuti, Judul Upaya Meningkatkan Aktivitas Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran Children Learning in Science Pada Mata Pelajaran IPA Kelas V Materi Gaya Magnet SDN 2 Tlobong Delanggu. Hal ini dapat dilihat dari aktivitas siswa: a) mendengarkan penjelasan guru, sebelum tindakan 30,7%, setelah tindakan 92,3%, b) mengajukan pertanyaan, sebelum tindakan 15,3%, setelah tindakan 76,9%, c) menanggapi pertanyaan yang diajukan guru atau teman lain, sebelum tindakan 23,07%, setelah tindakan 84,6%, d) mengemukakan ide/gagasan, sebelum tindakan 15,3%, setelah tindakan 76,9%, e) menyelesaikan tugas atau mengerjakan soal, sebelum tindakan 46,1%, setelah tindakan 100%. Penelitian ini menyimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran Children Learning In Science (CLIS)

dapat meningkatakan aktivitas siswa dalam pembelajaran IPA sehingga berdampak pada hasil belajar.46

3) Leni, “Pengaruh Model pembelajaran Children Learning In Science (CLIS) terhadap hasil belajar siswapada konsep getaran dan gelombang”. Melalui statistik uji “t”. Dari hasil perhitungan diperoleh nilai thitung sebesar 3.27 sedangkan ttabel sebesar 1.98 pada taraf signifikansi 0,05 atau dapat diketahui thitung>ttabel. Maka dapat disimpulkan bahwa Ha yang menyatakan terdapat pengaruh model pembelajaran children learning in science (CLIS) tehadap hasil belajar siswa diterima atau disetujui. Hal ini menunjukan bahwa model pembelajaran CLIS membeawa pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar.47

45

Sri Handayani, dkk, “Pengembangan Model Children Learningin Science Meningkatkan Keterampilan Berpikir Rasional. (Jurnal pendidikan,Vol.5, 2004)

46

Fatika Candra Fitriastuti, Upaya Meningkatkan Aktivitas Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran Children Learning in Science Pada Mata Pelajaran IPA Kelas V Materi Gaya Magnet SDN 2 Tlobong Delanggu.(Surakarta: Skripsi FKIP, UMS, 2011).

47

(39)

4) Era Catur Styo Rini, Judul Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPA Melalui Model Pembelajaran Chiildren Learning IN Science (CLIS) Pada Siswa Kelas IV SD Negeri NgembatpadaS I Kecamatan Gemolong Kabupaten Sragen. Kesimpulan penelitian ini menunjukan adanya peningkatan hasil belajar siswa dalam proses pembelajaran IPA. Hal ini dapat dilihat dari hasil post test yang dilakukan di akhir proses pembelajaran dan menunjukan adanya peningkatan hasil belajar siswa kelas IV. Sebelum diberikan tindakan penelitian hasil belajar siswa yang mencapai nilai KKM ( >62) hanya 46.67 %, setelah dilakukan siklus I meningkat menjadi 63,33%, dan pada siklus II meningkat menjadi 80% . Berdasarkan hasil penelitian tersebut disimpulkan bahwa pembelajaran dengan penerapan model pembelajaran CLIS dapat meningkatkan hasil belajar IPA pada siswa kelas IV SD Negeri Ngembatpadas 1 kecamatan gemolong kabupaten sragen tahun ajaran 2011/2012.48

5) Minarti, dengan judul Pengaruh Model Pembalajaran Children Learning in Science (CLIS) terhadap hasil belajar IPA siswa kelas V SDN Mngunsari 05 Salatiga. Penelitian ini menyimpulkan bahwa perbedaan antara kedua model tersebut dapat dilihat dari nilai rata-rata skor tes hasil belajar kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Nilai rata-rata tas hasil belajar kelompok eksperimen adalah 57,45 dan kelompok adalah 53,02. Dengan uji-t 4,735 dan dari tabel nilai sig (2-tailed) 0,000 berarti sangat signifikan. Hasil uji-t pos tes kelompok eksperimen dengan nilai mean yaitu 84,35 dan pada kelas kontrol dengan mean yaitu 73,52. Dengan nilai t 7,283 dan tabel nilai sig (2-tailed)

0.000 berarti sangat signifikan. Berarti terdapat perbedaan yang signifikan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol sehingga terdapat pengaruh dengan menggunakan model pembelajaran CLIS terhadap hasil belajar IPA siswa kelas V SDN mangunsari 05 salatiga semester 2 tahun ajaran 2011/2012.49

48

Era Catur Styo Rini, Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPA Melalui Model Pembelajaran Chiildren Learning IN Science (CLIS) Pada Siswa Kelas IV SD Negeri

Ngembatpadas I Kecamatan Gemolong Kabupaten Sragen.(Surakarta: Skripsi FKIP UMS, 2012)

49

(40)

6) Ni Luh Desi Susanti dengan judul Model Pembelajaran CLIS Berbantuan Media Grafis Berpengaruh Terhadap Hasil Belajar IPA siswa Kelas V Gugus Srikandi Denpasar Timur, dari hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa hasil belajar IPA rata-rata nilai siswa yang belajar menggunakan model pembelajaran CLIS berbantuan media grafis 76,9, sedangkan siswa yang belajar menggunakan model pembelajaran konvensional 56,9 . Berdasarkan analisis diperoleh thitung= 5,4 dengan dk=5 serta taraf signifikansi 5% diperoleh ttabel= 2,00. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran

Children Learning in Science (CLIS) berpengaruh terhadap hasil belajar IPA siswa kelas V Gugus Srikandi Denpasar Timur Tahun Pelajaran 2013/2014. 50

C. Kerangka Berpikir

Berdasarkan hasil pengamatan yang diperoleh bahwa hasil belajar IPA pada saat ini di Sekolah Dasar masih rendah dibanding dengan mata pelajaran lain, disebabkan oleh salah satu faktor yang dapat mengarah pada penyebab rendahnya hasil belajar IPA diantaranya yaitu masih didominasi dengan model pembelajaran berpusat pada guru (teacher centered), peserta didik terlihat bosan mengikuti pembelajaran, peserta didik hanya mengahafal tanpa memahami benar isi pelajaran, dan guru kurang memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk berinteraksi dengan teman sebayanya.

Maka diperlukannya model pembelajaran yang bersifat student centered agar peserta didik belajar lebih aktif, salah satu model pembelajaran yang dianggap dapat meningkatkan hasil belajar siswa adalah model pembelajaran CLIS (Children Learning in Science). Model pembelajaran CLIS merupakan model pembelajaran yang berusaha mengembangkan ide atau gagasan siswa tentang suatu masalah tertentu dalam pembelajaran dan merekonstruksi ide atau gagasan berdasarkan hasil pengamatan atau percobaan. Melalui lima tahapan orientasi, pemunculan gagasan, pengungkapan dan pertukaan gagasan, penerapan gagasan, dan mengakaji ulang gagasan.

50

(41)

Model pembelajaran ini banyak melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran, siswa diberi kebebasan dalam belajar mandiri untuk memecahkan masalah, menciptakan belajar yang lebih bermakna dan kreatif. sehingga hasil belajar IPA yang diperoleh siswa menjadi lebih baik. Secara lebih jelas peneliti menyajikannya dalam bagan kerangka berfikir.

Berdasarkan kerangka berpikir diatas dapat disimpulkan dengan bagan berikut:

Bagan 2.3 Alur Kerangka Berpikir Masalah Pembelajaran IPA

1. Model pembelajaran yang masih berpusat pada guru (teacher contered) dan kurang efektif.

2. Siswa hanya menghafal tanpa memahami benar isi pelajaran. 3. Siswa kurang diberi kesempatan untuk menyampaikan gagasannya.

4. Siswa jarang melakukan diskusi, sehingga siswa sulit untuk menyampaikan gagasanya.

5. Rendahnya hasil belajar siswa pada konsep sifat dan perubahan wujud benda.

Tahapan dalam pembelajaran CLIS yaitu : 1. Tahap Orientasi 2.Tahap elistisasi 3. Tahap restrukturisasi

4.Tahap Aplikasi

5. Tahap Review

(42)

D. Pengajuan Hipotesis

Berdasarkan kerangka berpikir yang telah diuraikan maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut :

HO : Tidak terdapat pengaruh model pembelajaran Children Learning in Science (CLIS) terhadap hasil belajar siswa pada konsep sifat dan perubahan wujud benda .

Ha : Terdapat pengaruh model pembelajaran Children Learning in Science

(43)

28 A. Tempat dan Metodologi Penelitian

Tempat penelitian dilaksanakan di SDIT Al-Syukro Universal Jl. Otista Raya Gg. H. Maung No.30 Ciputat. Waktu pelaksanaan penelitian ini pada semester ganjil Tahun Ajaran 2012-2013. Pada bulan Oktober – November. B. Metode dan Desain Penelitian

Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah metode penelitian quasi experiment (eksperimen semu), yaitu penelitian yang mendekati percobaan sungguhan dimana tidak mungkin mengadakan kontrol/manipulasi semua variable yang relevan. Dengan kata lain bahwa metode ini tidak bisa dilakukan secara ketat, atau secara penuh. Oleh sebab itu peneliti harus dapat memilih dan menetukan variable mana yang boleh dilonggarkan pengendaliannya, dalam arti kata tidak dilakukan sepenuhnya.1 Metode ini dipakai untuk menguji hipotesis berbentuk hubungan sebab akibat melalui perlakuan dan menguji perubahan yang diakibatkan oleh perlakuan tersebut. Peneliti meneliti ada tidaknya pengaruh penerapan model pembelajaran CLIS (Children Learning in science) terhadap hasil belajar ipa yang terdapat dalam kelas eksperimen. Kelas eksperimen adalah kelas dengan perlakuan model Children Learning in science

(CLIS) dan kelas kontrol dengan pembelajaran konvensional. Perbedaan pemahaman pada kedua kelompok perlakuan dapat dilihat dengan melakukan pretes sebelum pembelajaran dimulai, tujuannya untuk mengatahui sejauh mana pengetahuan awal siswa tentang materi yang akan diberikan. Kemudian dilakukan postes setelah pembelajaran pada konsep sifat dan perubahan wujud benda berakhir, tujuannya untuk mengetahui perubahan hasil belajar siswa setelah pembelajaran menggunakan model pembalajaran CLIS (Children learning in science).

1

(44)

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

nonrandomized control group pretest-postest design.

Desain Penelitian

Tabel 3.1 Desain Penelitian

Group Pretes Perlakuan Postes

E O1 XE O2

K O1 XK O2

Keterangan:

E : Kelas eksperimen K : Kelas control

O1 : tes awal yang diberikan sebelum proses belajar mengajar dan diberikan kepada eksperimen dan kelas kontrol (pretest).

O2 : tes akhir yang diberikan setelah proses belajar mengajar dan diberikan kepada kelas eksperimen dan kelas kontrol (postest).

XE : Perlakuan dengan menggunakan model pembalajaran CLIS

(Children learning in science).

Xk : perlakuan tanpa menggunakan model pembalajaran CLIS

(Children learning in science).

C. Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel

Populasi merupakan keseluruhan subjek penelitian.2 Sedangkan sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti.3 Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa-siswi kelas IV SD Islam Al-syukro Universal. Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari 2 kelompok, yaitu:

a. Kelompok eksperimen, yaitu kelompok siswa yang mendapat model pembelajan CLIS (children learning in science). Sample yang terpilih sebagai kelas eksperimen adalah kelas IV B dengan jumlah 23 siswa.

2 Suharsimi,.Op.Cit., h. 173. 3

(45)

b. Kelompok kontrol, yaitu kelompok siswa yang tidak mendapatkan model pembelajaran CLIS (children learning in science). Sample yang terpilih sebagai kelas control adalah kelas IV A dengan jumlah 23 siswa.

Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah

purposive sampling, yaitu pengambilan sampel disesuaikan dengan tujuan penelitian.4 Penentuan sampel dilakukan dengan memilih dua kelas yang memiliki kesamaan karakter, baik dari aspek kognitif, afektif dan psikomotoriknya.

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dimaksud dalam penelitian ini adalah cara-cara yang dipergunakan untuk memperoleh data empiris yang dipergunakan untuk penelitian. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes. Tes adalah seperangkat rangsangan (Stimulus) yang diberikan kepada seseorang dengan maksud untuk mendapat jawaban yang dapat dijadikan dasar bagi penetapan skor angka.5 Tes yang dimaksud adalah tes objektif pilihan ganda.

Dalam pengumpulan data ini terlebih dahulu ditentukan sumber data, kemudian jenis data, teknik pengumpulan data, dan instrumen yang digunakan secara lengkap dapat dilihat pada tabel berikut:

4

Amirul hadi dan haryono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Bandung: Pustaka Setia, 2005),h. 37.

(46)

Tabel 3.2 Jenis dan Teknik Pengumpulan Data

Sumber Data Jenis Data Teknik

Pengumpulan Data Instrumen Kelas ( Children Learning in Science) ( Children Learning in Science)

Hasil observasi peneliti pada saat pembelajaran menggunakan CLIS pada kelas eksperimen.

Peneliti dibantu oleh observer (guru mata dimaksudkan untuk mengukur prestasi belajar setelah subjek dikenankan variabel eksperimental. Posttest juga dimaksudkan untuk mengetahui perbedaan yang terjadi antara tes yang dilakukan setelah suatu program pembelajaran dilakukan.6

E. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian diartikan sebagai alat yang dapat menunjang sejumlah data yang diasumsikan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang menguji hipotesis penelitian. Instrumen dalam penelitian ini adalah instrumen tes berupa tes objektif pilihan ganda dengan empat alternatif jawaban. Tes adalah serentetan

6 Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian, (Jakarta: PT.RajaGrafindo Persada, 2006),

Gambar

Gambar  2.2 Perubahan Wujud zat.
Tabel 3.2 Jenis dan Teknik Pengumpulan Data
Tabel kisi-kisi
Tabel 3.4 Interpretasi Reliabilitas
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tiga dari lima dimensi variabel orientasi nilai yaitu nilai keluarga, kesadaran dalam masyarakat, dan tradisionalisme memiliki hubungan yang positif signifikan

Sedangkan komunikasi efektif orang tua-anak merupakan suatu proses pemindahan informasi, ide, pengertian atau pemahaman dari orang tua kepada anak ataupun dari anak kepada orang

studies in the field of reading using interactive read aloud technique to search or. uncover other advantages and disadvantages of the

Sedangkan skala kecemasan disusun berdasarkan gejala-gejala kecemasan dari Conley (2004), Ibrahim (2002), Hurlock dan Darajat (dalam Hasibuan & Simatupang, 1999) yaitu berupa

2.4 By contrast, the authors view that the stakeholder-oriented theory of corporate governance is strongly recognized in Islam via two fundamental concepts

Jalan Tirtosari Ujung yang diambil dari pertengahan Jalan Tirtosari Ujung dari sisi Kiri ( Terlihat ibu R. Sirait sedang mempersiapkan makanan.. ternaknya. Sebuah Becak di depan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa; Faktor Produksi (bibit, pupuk organik, pupuk N, insektisida, fungisida dan tenaga kerja) secara serempak (bersamaan) berpengaruh secara

Bila dikaitkan dengan Peraturan Daerah Kota Medan tentang Sistem Kesehatan, maka adalah suatu hal yang penting dan wajib bagi Pemerintah Kota Medan untuk memberikan pelayanan