LAMPIRAN
Lampiran 1. Formulir Uji Kesukaan
FORMULIR UJI KESUKAAN (UJI HEDONIK) Nama :
Umur :
Jenis Kelamin :
Petunjukan Penilaian
Ujilah sampel satu persatu dengan sebaik-baiknya dan nyatakan pendapat anda tentang apa yang dirasakan oleh indera dengan mengisi tabel dibawah ini dengan skor berikut:
Suka : 3 Kurang suka : 2 Tidak suka : 1
Indikator Sampel
A1 A2
Lampiran 2. Daftar Panelis Dalam Uji Organoleptik Agar-Agar Dadih Susu Kerbau
No Nama Jenis Kelamin Umur (Tahun)
1 Rizki Hapipah Perempuan 12
2 Mhd. Sukri Laki-Laki 11
3 Syamsiah Sriwahyuni Perempuan 12
4 Ahmad Hidayat Laki-Laki 10
5 Sarkawi Laki-Laki 10
6 Nabila Perempuan 11
7 Mhd. Subhan Laki-Laki 12
8 Aidil Putra Laki-Laki 10
9 Aryana Pauziah Perempuan 13
10 Surya Hasmar Laki-Laki 12
11 Adanan Laki-Laki 11
12 Nurul Aisyah Perempuan 11
13 Khoirunnisa Perempuan 12
14 Harun Alrasyid Laki-Laki 11
15 Lutpi Ibrahim Laki-Laki 13
16 Nurhamidah Perempuan 12
17 Abd. Qodir Laki-Laki 12
18 Rahmat Hidayat Laki-Laki 12
19 M. Sanusi Laki-Laki 11
20 Mhd. Erwin Laki-Laki 11
21 Indra Afdal Laki-Laki 13
22 Ilyas Rkt Laki-Laki 12
23 Nanda M. Husein Laki-Laki 11
Lampiran 5. Hasil Analisis Data Sifat Uji Organoleptik Agar-Agar Dadih Susu Kerbau A1 dan A2 Dengan SPSS
a. Uji Rasa Agar-Agar Dadih Susu Kerbau A1 dan A2
Des criptive Statis tics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation Variance
b. Uji Aroma Agar-Agar Dadih Susu Kerbau A1 dan A2
c. Uji Warna Agar-Agar Dadih Susu Kerbau A1 dan A2 Des criptive Statis tics
N Minimum Max imum Mean Std. Deviation Varianc e
Ranks
N Mean Std. Deviation Minimum Max imum
d. Uji Tekstur Agar-Agar Dadih Susu Kerbau A1 dan A2
N Mean Std. Deviation Minimum Max imum
Lampiran 7. Dokumentasi Penelitian
Gambar 1. Bahan dan Alat Pembuatan Agar-Agar Dadih Susu Kerbau
Gambar 3. Penimbangan Berat Dadih Susu Kerbau dan Gula Aren
DAFTAR PUSTAKA
Adnan, M. 1984. Kimia dan Teknologi Pengolahan Air Susu. UGM-Press. Yogyakarta
Ammermen, G.R., 1987. Effect Of Equal Lethal Heat Threatments At Various Times And Temperature Upon Selected Food Constituent. Prude University Lafayette. Indiana
Arief, I. M. Sugitha, Dan L. Oktavia., 2003. Diversifikasi Produksi Makanan Tradisional Dadih Dengan Penambahan Beberapa Level Coklat Kental. Jurnal Peternakan Dan Lingkungan, 09 (1), 71-75.
Almatsier, S., 2004. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta Aritonang, S. N., 2004. Diversifikasi Dadih Dengan Penambahan Coklat Kental
Dan Kandungan Gizinya Pada Penyimpanan Suhu Ruang. Jurnal Peternakan Dan Lingkungan, 10 (1), 84-88
Ambri, K., J. Kusnadi, Dan W. D. R. Putri., 2009. Studi Pertumbuhan Bakteri Asam Laktat (BAL) Dari Dadih Dalam Es Krim Sebagai Pangan Probiotik. Jurnal Teknologi Pertanian, 10 (1), 1-9
A. A. Putra, Y. Marlida, Khasrad, S.Y.D. Azhike, Dan R. Wulandari., 2011. Perkembangan Dan Usaha Pengembangan Dadih: Sebuah Review Tentang Susu Fermentasi Tradisional Minangkabau. Jurnal Peternakan Indonesia, Oktober 2011 Vol. 13 (3) ISSN 1907-1760
Alatas, Sarah Salim S., 2011. Status Gizi Anak Usia Sekolah (7-12 Tahun) dan Hubungannya Dengan Tingkat Asupan Kalsium Harian di Yayasan Kampungkids Pejaten Jakarta Selatan. Skripsi. Program Studi Kedokteran Umum. Universitas Indonesia
Borghese, A. 2005. Buffalo Cheese And Milk Industry. Buffalo Production And Research REU Technical. FAO Regional Office For Europe. Departemen Pertanian. 1991. Pengolahan Hasil-Hasil Peternakan. Departemen Pertanian. Jakarta.
Benech, Anita NOREVO GmbH., 2012. Agar-Agar Seaweed Hydrocolloid As a Gelatin Alternative In Dairy Applications. Jurnal Wellness Foods Europe Functional Ingridients
Chairannisa, Citra., 2015. Daya Terima Biskuit dengan Modifikasi Tepung Biji Nangka, Tepung Kacang Merah dan Tepung Pisang serta Konstribusinya Terhadap Kecukupan Energi, Protein dan Zat Besi Remaja. Skripsi. Jurusan Gizi Kesehatan Masyarakat. Fakultas Kesehatan Masyarakat
Desrosier, N.W. 1988. Teknologi Pengawetan Pangan. UI-Press. Jakarta.
Daswati Evi, dkk., 2009. Kualitas Dadih Susu Kerbau dengan Lama Pemerahan yang Berbeda. Jurnal Peternakan, Vol. 6, No. 1, ISSN 1829 – 8729. Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.
Damayanti,D., 2010. Makanan Anak Usia Sekolah. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta
Devi Nirmala., 2010. Nutrition and Food Gizi untuk Keluarga. Jakarta, Kompas Media Nusantara
Fatimah, Petti Siti., 2013. Uji Daya Terima dan Nilai Gizi Biskuit yang Dimodifikasi dengan Tepung Kacang Merah. Skripsi. Jurusan Gizi Kesehatan Masyarakat. Fakultas Kesehatan Masyarakat
Gianti, Ice Dan Herly., 2011. Pengaruh Penambahan Gula dan Lama Penyimpanan Terhadap Kualitas Fisik Susu Fermentasi. Jurnal Ilmu dan Teknologi Hasil Ternak. Hal. 28-33, Vol. 6, No. 1, Malang
Jairani, Eka Nenni., 2010. Uji Daya Terima Nasi Dengan Penambahan Tepung Ubi Jalar Ungu (Nabilar). Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara
Judarwanto, Widodo., Perilaku Makan Anak Sekolah. http:// gizi.depkes.go.id Lempang, Mody., 2012. Pohon Aren Dan Manfaat Produksinya. Info Teknis
EBONI. Vol.9 No.1, Oktober 2012 : 37-54
Nababan , Martha Sofia K., 2012. Daya Tahan Dan Uji Organoleptik Terhadap Dadih Dan Yoghurt Dari Susu Kerbau Murrah Di Kecamatan Siborong-Borong Kabupaten Tapanuli Utara. Skripsi. Peternakan Universitas Sumatera Utara
Moehji, S., 2000. Ilmu Gizi Dan Diet. Bharata Karya Aksara. Jakarta
Meirina Winda., Widajanti Laksmi., K Martha Irene., 2012. Kandungan Energi, Protein, Sakarin, Siklamat dan Frekuensi Konsumsi Makanan Jajanan Oleh Siswa MTs Syarif Hidayah Kecamatan Doro Kabupaten
Pekalongan. Media Kesehatan Masyarakat Indonesia, Vol. 11 / No. 1: 51-58
Purnomo, H Dan M, Padaga., 1993. Susu dan Produk Olahannya. Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya
Putri, Hertisa Kusuma., 2012. Uji Organoleptik Formulasi Cookies Kaya Gizi Sebagai Makanan Tambahan Dalam Upaya Penanggulangan Anemia Pada Ibu Hamil di Rangkapan Jaya Depok. Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Indonesia
Puspitasari, Lilis Indriawati., 2013. Kualitas Jajanan Siswa di Sekolah Dasar. Jurnal Al-azhar Indonesia Seri Sains dan Teknologi, Vol. 2, No.1: 52-56 Rahayu, W.P., 1998. Diktat Penuntun Praktikum Penilaian Organoleptik
Rahayu, Paramhita. 2011. Daya Terima Dan Kandungan Gizi Makanan
Tambahan Ibu Hamil Trimester Kedua Dengan Bahan Dasar Ubi Jalar Ungu. Skripsi. Teknologi Jasa Dan Produksi Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang
Rijadi, Bagus Christoper., 2012. Hubungan Rasa Makanan, Penampilan Makanan, dan Faktor Lainnya Terhadap Daya Terima Makanan Lunak Pada Pasien Dewasa di Gedung Perawatan Umum RSPAD Gatot Soebroto Jakarta. Skripsi. Program Studi Gizi. Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Indonesia
Soetjiningsih., 1995. Tumbuh Kembang Anak. Buku Kedokteran Anak. Jakarta Sediaoetama AD., 2000. Ilmu Gizi untuk Mahasiswa dan Profesi. Edisi pertama,
Jakarta Timur, Dian Rakyat
Siagian Albiner., 2008. Teknologi Pangan dan Gizi. Medan, Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat USU
Suci, Eunike S T., 2009. Gambaran Perilaku Jajan Murid Sekolah Dasar di Jakarta. Psikobuana Vol 1 no 1. Fakultas Psikologi Universitas Katolik Atma Jaya Jakarta. Jakarta
Sunaryanto R.,& Marwoto B., 2012. Isolasi, Identifikasi, dan Karakterisasi Bakteri Asam Laktat dari Dadih Susu Kerbau. Jurnal Sains dan Teknologi Indonesia Vol.14, No.3, Desember 2012 Hlm.228-233. Balai Pengkajian Bioteknologi BPP Teknologi
Taufik, E. 2004. Dadih Susu Sapi Hasil Fermentasi Berbagai Starter Bakteri Probiotik Yang Disimpan Pada Suhu Rendah: Karakteristik Kimiawi. Media Peternakan 27(3): (88 – 100)
Tasik, Jepi Kendek L., Pengaruh Bakteri Probiotik dari Susu Kerbau Terhadap Aktivitas Imunoglobulin Pada Mencit Jantan (Mus musculus). Jurnal Universitas Hasanuddin, Jurusan Biologi, Fakultas Biologi dan Ilmu Pengetahuan Alam
Usmiati, Sri & Risfaheri., 2012. Pengembangan Dadih Sebagai Pangan Fungsional Probiotik Asli Sumatera Barat. J. Litbang Pert. Vol. 32 No. 1 Maret 2013: 20-29. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian
Yurliasni., 2010. Aktivitas Antimikroba Khamir Asal Dadih (susu kerbau fermentasi) Terhadap Beberapa Bakteri Patogen. Jurnal Agripet : Vol (10) No. 1: 19-24. Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala, Darussalam, Banda Aceh
Zulbardi, M., 2002. Upaya Peningkatan Produksi Susu Kerbau Bagi Ketersediaan dan Mempertahankan Potensi Dadih. Pros. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Puslitbang Peternakan. Bogor
BAB III
METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian
3.1.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini menggunakan metode penelitian eksperimen, menggunakan rancangan penelitian acak lengkap yang hanya terdiri dari satu faktor yaitu dadih susu kerbau dengan dua perlakuan yang berbeda yaitu agar-agar yang ditambahkan dadih susu kerbau sebanyak 700 gr dan agar-agar yang ditambahkan dadih susu kerbau sebanyak 900 gr dengan simbol A1 dan A2 yang diulang sebanyak 2 kali (i = 1, 2) pada saat proses pembuatan agar-agar dadih susu kerbau dengan maksud untuk memperkecil error atau kesalahan yang mungkin terjadi pada saat penimbangan bahan yang digunakan dalam pembuatan agar-agar dadih susu kerbau.
A1. 1 bungkus tepung agar-agar (6,5 gr) dan dadih susu kerbau sebanyak 700 gr. A2. 1 bungkus tepung agar-agar (6,5 gr) dan dadih susu kerbau sebanyak 900 gr. Y11 : Perlakuan A1 pada ulangan ke-1
Y12 : Perlakuan A1 pada ulangan ke-2 Y21 : Perlakuan A2 pada ulangan ke-1 Y22 : Perlakuan A2 pada ulangan ke-2 TU : Jumlah nilai ulangan
3.2 Objek Penelitian
Objek penelitian ini adalah agar-agar dengan penambahan dadih susu kerbau sebanyak 700 gr dan agar-agar dengan penambahan dadih susu kerbau sebanyak 900 gr.
3.3 Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian ini dilakukan di Desa Pangkat Kec. Lembah Sorik Marapi Kab. Mandailing Natal. Waktu penelitian dilakukan pada bulan Maret 2016 sampai dengan April 2016.
3.4 Defenisi Operasional
a. Dadih adalah susu kerbau yang baru diperah sebanyak 300 ml yang difermentasi dalam tabung bambu yang masih segar yang ditutup dengan daun pisang yang dibiarkan selama 24-48 jam pada suhu kamar.
b. Agar-agar dadih susu kerbau adalah makanan yang dihasilkan dari pencampuran tepung agar-agar dengan dadih susu kerbau yang diolah dengan cara dimasak.
c. Uji daya terima adalah pengujian yang dilakukan untuk mengetahui tingkat daya terima konsumen terhadap agar-agar dadih susu kerbau dengan mempergunakan skala hedonik tiga titik sebagai acuan.
e. Penilaian warna adalah penilaian secara subjektif, paling mudah dan paling memberi kesan yang dilakukan melalui indera penglihatan terhadap corak warna agar-agar dadih susu kerbau.
f. Penilaian aroma (bau) adalah penilaian yang dilakukan dengan menggunakan indera pembauan, biasa disebut pencicipan jarak jauh terhadap bau yang ditimbulkan agar-agar dadih susu kerbau.
g. Penilaian tekstur adalah penilaian melalui perabaan atau sentuhan terhadap konsistensi atau kekenyalan dari agar-agar dadih susu kerbau.
3.5 Alat dan Bahan 3.5.1 Alat
Adapun alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain tabung bambu segar sebagai tempat fermentasi susu kerbau, daun pisang segar sebagai penutup tabung bambu, karet gelang sebagai pengikat daun pisang dengan tabung bambu, panci sebagai tempat untuk memasak agar-agar dadih susu kerbau, spatula sebagai pengaduk, timbangan untuk menimbang berat bahan yang digunakan dalam pembuatan agar-agar, kompor untuk memasak dan kemasan gelas plastik kecil tempat agar-agar setelah dimasak agar lebih praktis untuk disajikan.
3.5.2 Bahan
3.6 Tahapan Penelitian
3.6.1 Proses pembuatan agar-agar dadih susu kerbau
Untuk menghasilkan agar-agar yang berkualitas perlu perbandingan
ukuran bahan-bahan. Perbandingan ukuran bahan yang digunakan dalam
penelitian ini adalah seperti pada tabel 3.2 berikut ini:
Tabel 3.2 Jenis dan Ukuran Bahan Pembuatan Agar-Agar Dadih Susu Kerbau
Jenis Bahan A1 A2
Tepung Agar-Agar Dadih Susu Kerbau
Gula Aren
6,5 gr 700 gr 250 gr
6,5 gr 900 gr 250 gr
1. Proses pembuatan dadih
Gambar 5. Diagram Alir Pembuatan Dadih Susu Kerbau Susu kerbau dimasukkan dalam setiap tabung
bambu sebanyak 300 ml (satu setengah gelas sedang )
Ditutup dengan daun pisang yang sudah dilayukan, dan diikat dengan karet gelang
Disimpan dalam suhu ruang selama 24-48 jam
Bagan diatas menjelaskan bahwa pengolahan dadih pada umumnya masih
dilakukan secara tradisional yaitu susu kerbau yang baru diperah disaring untuk
memisahkan kotoran atau benda asing yang masuk selama pemerahan. Susu yang
sudah disaring, dimasukkan ke dalam 7 buah tabung bambu yang sudah dipotong
(panjang bambu 15 cm dari ruas/buku bambu) yang masing-masing sebanyak
300 ml (satu setengah gelas sedang ). Bambu yang digunakan masih segar atau
belum kering. Tabung bambu yang sudah berisi susu ditutup dengan daun pisang
yang sudah dilayukan, agar bakteri (kotoran) yang ada pada daun pisang mati,
lalu diikat dengan karet gelang. Tabung yang sudah ditutup tersebut, dibiarkan
dalam ruangan yang tidak terkena sinar matahari langsung selama 24-48 jam atau
sampai terjadi pengumpalan. Setelah waktu tersebut, dengan bantuan berbagai
mikroba yang ada di dalam tabung bambu, daun pisang maupun susu itu sendiri,
susu akan menggumpal menjadi semi padat. Dadih yang dihasilkan memiliki
karakteristik berwarna putih seperti tahu, bagian atas dadih berbentuk curd
(gumpalan) dan bawahnya berupa semi cairan. Dadih memiliki aroma khas
pencampuran antara susu, bambu dan daun pisang. Memiliki rasa asam karena
terjadi fermentasi yang disebabkan oleh bakteri asam laktat yang menyebabkan
2. Pembuatan agar-agar dadih susu kerbau dengan formula yang sudah ditetapkan.
Gambar 6. Diagram Alir Pembuatan Agar-Agar Dadih Susu Kerbau
Bagan di atas menjelaskan tahapan-tahapan pembuatan agar-agar dadih
susu kerbau A1 dan A2. Prosedur pembuatan agar-agar dadih susu kerbau
melalui beberapa tahap yaitu: tahap persiapan, tahap pelaksanaan dan tahap
penyelesaian.
Tepung agar-agar 6,5 gr Dadih susu kerbau 900 gr
Gula aren 250 gr
Campurkan semua dalam panci
Masak pada api sedang, aduk hingga rata selama ±10 menit
Tuang agar-agar dalam cetakan, dan diamkan sebentar sampai agar-agar
menggumpal
Agar-agar dadih susu kerbau Tepung agar-agar 6,5 gr
1) Tahap Persiapan
- Menyiapkan semua alat, bahan utama dan bahan tambahan yang diperlukan
dalam pembuatan agar-agar.
2) Tahap pelaksanaan
- Untuk agar-agar A1, tuangkan 3 tabung dadih susu kerbau, tepung agar-agar dan
gula aren dalam satu panci. Masak pada api sedang sambil diaduk rata sampai
agar-agar mendidih ±10 menit.
- Untuk agar-agar A2, tuangkan 4 tabung dadih susu kerbau, tepung agar-agar
dan gula aren dalam satu panci. Masak pada api sedang sambil diaduk rata
sampai agar-agar mendidih ±10 menit.
3) Tahap penyelesaian
- Ketika agar-agar sudah mendidih, tuangkan agar-agar ke dalam cetakan,
diamkan sebentar sampai agar-agar menggumpal.
- Dilakukan uji organoleptik agar-agar (rasa, aroma, warna dan tekstur). Uji
organoleptik dilakukan dengan menggunakan panelis.
3.6.2 Pengamatan Subjektif
produk (Setyaningsih et al., 2010). Berdasarkan tingkatannya, tingkat penerimaan panelis dapat diketahui sesuaidengan tabel 3.3 berikut :
Tabel 3.3 Tingkat Penerimaan Panelis Pada Uji Hedonik
Organoleptik Skala Hedonik Skala Numerik
Rasa Sumber : Kartika et al. (1998)
Untuk penilaian kesukaan/analisa sifat sensoris suatu komoditi diperlukan
alat instrumen, alat yang digunakan terdiri dari orang/kelompok orang yang
disebut panel, orang yang bertugas sebagai panel disebut panelis.
1. Pelaksanaan Penilaian
a. Waktu dan tempat
Penilaian uji organoleptik agar-agar dadih susu kerbau hasil percobaan
dilaksanakan di SD Negeri 160 Desa Pangkat Kec. Lembah Sorik Marapi Kab.
Mandailing Natal pada bulan April 2016.
b. Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan adalah agar-agar dadih susu kerbau yang sudah
dilakukan. Sedangkan alat yang digunakan adalah formulir penilaian, alat tulis
2. Langkah-langkah pada uji daya terima
Langkah-langkah yang harus dilakukan pada uji organoleptik adalah sebagai
berikut:
a. Mempersilahkan panelis untuk duduk di ruangan yang telah disediakan.
b. Membagikan sampel, air minum dalam kemasan, formulir penilaian dan alat
tulis.
c. Memberikan penjelasan singkat kepada panelis tentang cara memulai dan cara
pengisian formulir.
d. Panelis dipersilahkan untuk minum terlebih dahulu sebelum mencicipi
aagar-agar dadih susu kerbau, dan pada pergantian sampel A1 ke sampel A2.
e.Memberikan kesempatan kepada panelis untuk mencicipi dan menuliskan
penilaian pada lembar fomulir penilaian.
f. Mengumpulkan formulir yang telah diisi oleh panelis.
g.Setelah formulir penilaian dikumpulkan kemudian dianalisis secara manual lalu
dengan program spss.
3.6.3 Panelis
Jenis panelis yang digunakan adalah panelis tidak terlatih yang diambil
dari 24 orang siswa Sekolah Dasar (SD) Negeri 160 Desa Pangkat Kec. Lembah
Sorik Marapi Kab. Mandailing Natal adalah siswa yang duduk di kelas V dan
kelas VI. Umur panelis untuk kelas V berkisar antara 10-12 tahun yang terdiri dari
10 orang, 7 laki-laki dan 3 orang perempuan, sedangkan umur panelis untuk kelas
VI berkisar antara 11-13 tahun yang terdiri dari 14 orang, 10 laki-laki dan 4
telah memenuhi syarat-syarat sebagai panelis yaitu tidak dalam keadaan sakit
karena apabila sakit maka kepekaan indera perasa panelis akan menjadi berkurang
kemampuannya. Penilaian/pengujian dilakukan pada pukul 09.30 WIB dimana
telah sesuai dengan syarat-syarat waktu pengujian yang baik.
Syarat-syarat seseorang panelis adalah :
a. Sehat lahir dan batin (terutama orang untuk menguji)
b. Tidak lelah
c. Bisa bekerja sama
3.7. Pengolahan dan Analisis Data
Data hasil penelitian sifat organoleptik dianalisis secara manual .Untuk
mengetahui tigkat kesukaan dari panelis dilakukan analisis deskriptif kualitatif
persentase yaitu kualitatif yang diperoleh dari panelis harus dianalisis dahulu
untuk dijadikan data kuantitatif. Skor nilai untuk mendapatkan persentase
dirumuskan sebagai berikut (Ali 1992) :
% = n x 100
N
Keterangan :
% = skor presentase
n = jumlah skor yang diperoleh
N = skor ideal (skor tertinggi x jumlah panelis)
Untuk mengubah data skor persentase menjadi nilai kesukaan konsumen,
analisanya sama dengan analisis kualitatif dengan nilai yang berbeda, yaitu
sebagai berikut :
Nilai tertinggi = 3 (suka)
Jumlah kriteria yang ditentukan = 3 kriteria
Jumlah panelis = 24 orang
a. Skor maximum = jumlah panelis x nilai tertinggi
= 24 x 3
= 72
b. Skor minimum = jumlah panelis x nilai terendah
= 24 x 1
= 24
c. Persentase maksimum = skor maksimum x 100%
skor maksimum
= 72 x 100 %
72
= 100%
d. Persentase Minimum = skor minimum x 100%
skor maksimum
= 24 x 100 %
72
= 33,33 %
e. Rentangan = Persentase maximum – Persentase minimum
= 100% - 33,3%
= 66,7%
f. Interval presentase = Rentangan : Jumlah kriteria
= 66,7% : 3
= 22,23%
Berdasarkan hasil perhitungan tersebut maka dapat dibuat interval
Tabel 3.4 Interval Persentase dan Kriteria Kesukaan
Persentase % Tingkat Kesukaan
78- 100 56 – 77 33 – 55
Suka Kurang suka
Tidak suka
Setelah mengetahui bagaimana penerimaan panelis terhadap agar-agar
dadih susu kerbau yang dihasilkan, langkah selanjutnya adalah mengetahui ada
atau tidaknya perbedaan pada organoleptik dadih susu kerbau dengan dua
perlakuan jumlah penambahan dadih susu kerbau maka dapat dilakukan dengan
uji statistik non parametrik karena data merupakan jenis data kualitatif yang tidak
dapat diukur dengan skala numerik sehingga harus dikuantifikasi dalam bentuk
kategori agar dapat diproses. Selain itu, jumlah sampel yang digunakan dalam
penelitian ini kurang dari 30. Adapun uji statistik non parametrik yang digunakan
adalah Friedman test dengan taraf signifikan 95%. Analisis dilakukan dengan
menggunakan program SPSS versi 17.0.
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1 Karakteristik Agar-Agar Dadih Susu Kerbau
Kedua perlakuan yang berbeda terhadap agar-agar dadih susu kerbau maka dihasilkan agar-agar dadih susu kerbau yang berbeda. Perbedaan kedua agar-agar dadih susu kerbau yang dihasilkan dapat dilihat pada gambar 7, 8 dan tabel 4.1
A1 A2
Gambar 7. Bagian atas agar-agar dadih susu kerbau
A1 A2
Tabel 4.1 Karakteristik Agar-Agar Dadih Susu Kerbau
Karakteristik Agar-Agar dadih Susu Kerbau
A1 A2
4.2 Analisis Organoleptik Rasa Agar-Agar Dadih Susu
Hasil analisis organoleptik rasa agar-agar dadih susu kerbau yang dilakukan dengan panelis siswa di SDN No. 160 Desa Pangkat Kec. Lembah Sorik Marapi Kab. Mandailing Natal dapat dilihat pada tabel 4.2
Tabel 4.2 Hasil Analisis Organoleptik Rasa Agar-Agar Dadih Susu Kerbau Agar-Agar Dadih Susu Kerbau
Hasil uji Friedman terhadap penilaian organoleptik rasa agar-agar dadih susu kerbau diperoleh nilai P = 0,763. Dari hasil uji tersebut, didapatkan hasil bahwa nilai P > 0,05 artinya tidak ada perbedaan yang sangat nyata terhadap rasa dari agar yang ditambahkan dadih susu kerbau sebanyak 700 gr dan agar-agar yang ditambahkan dadih susu kerbau sebanyak 900 gr.
4.3 Analisis Organoleptik Aroma Agar-Agar Dadih Susu
Hasil analisis organoleptik aroma agar-agar dadih susu kerbau yang dilakukan dengan panelis siswa di SDN No. 160 Desa Pangkat Kec. Lembah Sorik Marapi Kab. Mandailing Natal dapat dilihat pada tabel 4.3
Tabel 4.3 Hasil Analisis Organoleptik Aroma Agar-Agar Dadih Susu Kerbau Agar-Agar Dadih Susu Kerbau
A1 A2
Kriteria Skor Panelis Skor Skor% Panelis Skor Skor %
Suka 3 17 51 70,83 16 48 66,66
Kurang Suka
2 7 14 19,44 7 14 19,44
Tidak Suka 1 0 1 0 1 1 1,38
Total 24 66 90,27 24 63 87,48
Hasil uji Friedman terhadap penilaian organoleptik aroma agar-agar dadih susu kerbau diperoleh nilai P = 0,796. Dari hasil uji tersebut, didapatkan hasil bahwa nilai P > 0,05 artinya tidak ada perbedaan yang sangat nyata terhadap rasa dari agar yang ditambahkan dadih susu kerbau sebanyak 700 gr dan agar-agar yang ditambahkan dadih susu kerbau sebanyak 900 gr.
4.4 Analisis Organoleptik Warna Agar-Agar Dadih Susu
Hasil analisis organoleptik warna agar-agar dadih susu kerbau yang dilakukan dengan panelis siswa di SDN No. 160 Desa Pangkat Kec. Lembah Sorik Marapi Kab. Mandailing Natal dapat dilihat pada tabel 4.4
Tabel 4.4 Hasil Analisis Organoleptik Warna Agar-Agar Dadih Susu Kerbau Agar-Agar Dadih Susu Kerbau
A1 A2
Kriteria Skor Panelis Skor Skor% Panelis Skor Skor %
Suka 3 17 51 70,83 13 39 54,16
Kurang Suka
2 6 12 16,66 8 16 22,22
Tidak Suka 1 1 1 1,38 3 1 4,16
Total 24 64 88,87 24 56 80,54
Hasil uji Friedman terhadap penilaian organoleptik warna agar-agar dadih susu kerbau diperoleh nilai P = 0,166. Dari hasil uji tersebut, didapatkan hasil bahwa nilai P > 0,05 artinya tidak ada perbedaan yang sangat nyata terhadap rasa dari agar yang ditambahkan dadih susu kerbau sebanyak 700 gr dan agar-agar yang ditambahkan dadih susu kerbau sebanyak 900 gr.
4.5 Analisis Organoleptik Tekstur Agar-Agar Dadih Susu
Hasil analisis organoleptik tekstur agar-agar dadih susu kerbau yang dilakukan dengan panelis siswa di SDN No. 160 Desa Pangkat Kec. Lembah Sorik Marapi Kab. Mandailing Natal dapat dilihat pada tabel 4.5
Tabel 4.5 Hasil Analisis Organoleptik Tekstur Agar-Agar Dadih Susu Kerbau Agar-Agar Dadih Susu Kerbau
Hasil uji Friedman terhadap penilaian organoleptik tekstur agar-agar dadih susu kerbau diperoleh nilai P = 0,071. Dari hasil uji tersebut, didapatkan hasil bahwa nilai P > 0,05 artinya tidak ada perbedaan yang sangat nyata terhadap rasa dari agar yang ditambahkan dadih susu kerbau sebanyak 700 gr dan agar-agar yang ditambahkan dadih susu kerbau sebanyak 900 gr.
4.6 Nilai Gizi Agar-Agar Dadih Susu Kerbau
Berdasarkan penelitian nilai gizi dari masing-masing bahan pada pembuatan agar-agar dadih susu kerbau maka didapat hasil perhitungan nilai gizi agar-agar dadih susu kerbau seperti pada tabel 4.6
Tabel 4.6 Perkiraan Nilai Gizi Agar-Agar Dadih Susu Kerbau Perlakuan A1 dan A2
Zat Gizi Nilai Gizi
A1 A2
Kadar Air 66,95 ml 68,64 ml
Protein 20,73 % 27,64 %
Lemak 23,94 % 31,92 %
Abu 2,7 % 3,6 %
Keasaman 3,84 % 5,12 %
pH 14,28 % 19.04 %
Serat Pangan 5 gr 5 gr
Sodium 25 gr 25 gr
Karbohidrat 243,5 mg 243,5 mg
Kalsium 187,5 mg 187,5 mg
Fosfor 87,5 mg 87,5 mg
BAB V PEMBAHASAN
5.1Karakteristik Agar-Agar Dadih Susu Kerbau
Berdasarkan kedua perlakuan yang berbeda terhadap agar-agar dengan penggunaan dadih susu kerbau maka dihasilkan karakteristik agar-agar yang berbeda. Agar-agar dengan penambahan dadih susu kerbau 700 gr mempunyai rasa sedikit asam, beraroma amis, berwarna cokelat susu, dan teksturnya kenyal dan padat (khas agar-agar). Agar-agar dengan penambahan dadih susu kerbau sebanyak 900 gr mempunyai rasa asam, berwarna coklat kekuningan, beraroma amis, dan teksturnya kenyal dan kasar.
5.2Daya Terima Agar-Agar Dadih Susu Kerbau 5.2.1 Rasa
Rasa lebih banyak melibatkan panca indera yaitu lidah, agar suatu senyawa dapat dikenali rasanya. Rasa suatu bahan makanan dipengaruhi oleh senyawa kimia, suhu, konsentrasi dan interaksi dengan komponen rasa yang lain. Setiap orang mempunyai batas konsentrasi terendah terhadap suatu rasa agar masih bisa dirasakan (threshold). Batas ini tidak sama pada tiap-tiap orang dan threshold seseorang terhadap rasa yang berbeda juga tidak sama. Akibat yang ditimbulkan mungkin peningkatan intensitas rasa atau penurunan intensitas rasa.
Rasa agar-agar dadih susu kerbau pada penelitian ini dipengaruhi terutama oleh dadih susu kerbau yang ditambahkan. Penambahan dadih susu kerbau akan menyebabkan berubahnya rasa agar-agar jika jumlahnya semakin banyak, karena pada dasarnya dadih susu kerbau memiliki rasa khas asam. Penambahan dadih susu kerbau yang semakin banyak pada agar-agar semakin menurunkan tingkat kesukaan panelis, itu disebabkan karena rasa agar-agar akan terasa asam dan khas susu kerbau.
5.2.2 Aroma
Penilaian aroma agar-agar merupakan penilaian yang berdasarkan indera pembau. Penilaian suka atau tidak terhadap aroma didasarkan pada enak atau tidaknya bau agar-agar yang diuji cobakan. Pengujian daya terima terhadap aroma oleh panelis menunjukkan bahwa panelis menyukai aroma agar-agar dengan penambahan dadih susu kerbau sebanyak 700 gr dengan kriteria suka. Walaupun agar-agar dengan penambahan dadih susu kerbau 900 gr berada dalam kriteria suka tetapi apabila dilihat dari total skor, agar-agar dengan penambahan dadih susu kerbau 700 gr memiliki total skor lebih tinggi yaitu 66 (90,27%), sedangkan hasil penilaian agar-agar dengan penambahan dadih susu kerbau 900 gr memiliki total skor 63 (87,48%).
Dewinta dalam Kartika (2010) menyatakan bahwa aroma yaitu bau yang sukar diukur sehingga biasanya menimbulkan pendapat yang berlainan dalam menilai kualitas aromanya. Perbedaan pendapat disebabkan setiap orang memiliki perbedaan penciuman, meskipun mereka dapat membedakan aroma namun setiap orang mempunyai kesukaan yang berlainan. Indera penciuman sangat sensitif terhadap bau dan kecepatan timbulnya bau lebih kurang 0,8 detik. Kepekaan indera penciuman diperkirakan berkurang 1% setiap bertambahnya umur satu tahun. Penerimaan indera penciuman akan berkurang oleh adanya senyawa-senyawa tertentu seperti misalnya formaldehida.
amis dadih susu kerbau lebih kuat pada perlakuan A2. Pada perlakuan A1, aroma dadih susu kerbau bercampur dengan aroma gula aren, hal ini yang menyebabkan panelis menyukai aroma pada perlakuan agar-agar dadih susu kerbau yang pertama (A1).
5.2.3 Warna
Penilaian warna agar-agar merupakan penilaian yang berdasarkan nilai subjektif yang ditangkap oleh indera penglihatan. Penilaian suka atau tidak terhadap warna didasarkan pada menarik atau tidaknya agar-agar yang diuji cobakan untuk dimakan. Pengujian terhadap warna oleh panelis menunjukkan bahwa agar-agar dengan penambahan dadih susu kerbau 700 gr disukai panelis dengan total skor 64 (88,87%), sedangkan untuk agar-agar dengan penambahan dadih susu kerbau sebanyak 900 gr memiliki total skor 56 (80,54%). Walaupun hasil penilaian kedua agar-agar berada dalam kriteria suka tetapi apabila dilihat dari total skor, agar-agar dengan penambahan dadih susu kerbau sebanyak 700 gr memiliki skor lebih tinggi.
Fungsi warna pada suatu makanan sangatlah penting, karna dapat membangkitkan selera makan.Warna makanan yang menarik dapat mempengaruhi dan membangkitkan selera makan konsumen, bahkan warna dapat menjadi petunjuk bagi kualitas makanan yang dihasilkan.Warna juga mempunyai peran dan arti yang sangat penting pada komoditas pangan karena mempengaruhi penerimaan konsumen terhadap komoditas tersebut (Winarno, 1997).
Warna coklat pada kedua perlakuan agar-agar dihasilkan oleh penambahan gula aren. Perbedaan warna pada agar-agar A1 dan A2 disebabkan karena penambahan jumlah dadih susu kerbau yang berbeda. Pada perlakuan A1, curd (gumpalan) yang dihasilkan oleh dadih susu kerbau ketika dimasak akan hancur semua sedangkan pada perlakuan A2, sebagian curd (gumpalan) tidak hancur menyebabkan agar-agar dadih susu kerbau pada perlakuan A2 berserat dan curd (gumpalan) memberikan warna kuning pada agar-agar dadih susu kerbau A2. Hal ini yang menyebabkan panelis lebih menyukai agar-agar pada perlakuan A1 karena warnanya lebih menarik daripada agar-agar pada perlakuan A2.
5.2.4 Tekstur
total skor, agar-agar dengan penambahan dadih susu kerbau sebanyak 700 gr memiliki skor lebih tinggi.
Tekstur makanan berkaitan dengan sensasi sentuhan. Memandang satu produk dapat memberi gagasan apakah suatu produk tersebut kasar, halus, keras, atau lembek (Shewfelt, 2014).
Pada agar-agar perlakuan A1 memiliki tekstur yang kenyal dan padat (khas agar-agar) sedangkan pada agar-agar perlakuan A2 memiliki tekstur kenyal dan kasar disebabkan karena curd (gumpalan) dadih susu kerbau yang tidak hancur pada saat dimasak. Hal ini yang menyebabkan panelis menyukai agar-agar perlakuan A1 karena teksturnya lebih enak dipegang daripada agar-agar pada perlakuan A2.
5.3 Penerimaan Konsumen Terhadap Agar-Agar Dadih Susu Kerbau
Penerimaan konsumen terhadap bahan makanan pada umumnya dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain cita rasa ( rasa, aroma, warna dan tekstur/kekentalan), harga, gengsi, serta nilai gizi/kesehatan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerimaan panelis berdasarkan aspek cita rasa ( rasa, aroma, warna dan tekstur) terhadap agar-agar yang ditambahkan dadih susu kerbau sebanyak 700 gr yang paling disukai (kategori suka) dibandingkan dengan agar-agar dengan penambahan dadih susu kerbau sebanyak 900 gr.
datanya diproses oleh otak, sehingga kita akan memperoleh kesan tertentu terhadap benda tersebut. Dengan adanya rekaman memori yang ada pada otak kita, maka otak akan menginterpretasikan, mengatur, dan mengintergrasikan rangsangan yang masuk menjadi persepsi. Kemudian tanggapan atau respon diformulasikan berdasarkan persepsi kita (Setyaningsih dkk, 2010). Oleh karena itu, orang yang cenderung terbiasa mengonsumsi agar-agar atau makanan lain pada umumnya, akan mengatakan menyukai makanan tersebut karena telah terbiasa baik dengan warna, rasa, aroma, maupun teksturnya.
Tambah lagi, Setyaningsih dkk (2010) menyatakan bahwa pada kenyataannya, manusia kerap memberikan respon yang berbeda-beda terhadap rangsangan yang sama. Harus dipahami juga bahwa perbedaan yang terjadi antara dua orang dapat disebabkan oleh adanya perbedaan sensasi yang diterima karena perbedaan sensitivitas organ penginderaannya, atau karena kurangnya pengetahuan terhadap beberapa bau atau rasa tertentu (dipengaruhi oleh rekaman memori otak), atau juga karena kurangnya pelatihan dalam mengekspresikan apa yang mereka rasakan dalam kata-kata atau angka.
5.4 Nilai Gizi Agar-Agar Dadih Susu Kerbau
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN 6.1Kesimpulan
a. Karakteristik agar-agar pada penambahan dadih susu kerbau sebanyak 700 gr
mempunyai rasa khas dadih susu kerbau, aroma khas dadih susu kerbau,
warna coklat susu, dan tekstur kenyal padat (khas agar-agar), sedangkan pada
agar-agar penambahan dadih susu kerbau sebanyak 900 gr mempunyai rasa
khas dadih susu kerbau, aroma khas dadih susu kerbau, warna coklat
kekuningan dan tekstur kenyal berserat.
b. Semakin banyak campuran dadih susu kerbau yang digunakan pada agar-agar maka curd (gumpalan) dadih susu kerbau semakin banyak, menyebabkan agar-agar menjadi berserat dan berwarna kuning, selain itu agar-agar juga akan asam. Kadar curd (gumpalan) paling banyak terdapat pada agar-agar dengan penambahan dadih susu kerbau sebanyak 900 gr.
c. Hasil penelitian menunjukkan bahwa daya terima siswa sekolah dasar
terhadap agar-agar dengan penambahan dadih susu kerbau 700 gr dan
penambahan dadih susu kerbau 900 gr tergolong disukai siswa sekolah dasar.
Namun, berdasarkan skor penilaian agar-agar dengan penambahan dadih susu
kerbau 700 gr memiliki total skor lebih tinggi.
6.2 Saran
setempat untuk dijadikan makanan jajanan/tambahan anak-anak sekolah dasar terutama yang mengalami masalah gizi.
b. Orang tua beserta pihak sekolah lebih memperhatikan makanan yang dikonsumsi oleh anak sekolah, orang tua dapat menyediakan makanan yang bergizi seperti agar-agar dadih susu kerbau sebagai bekal anak disekolah agar anak tidak mengkonsumsi makanan jajanan sembarangan di sekolah.
c. Pada peternak kerbau yang ada di Kab. Mandailing Natal, untuk meningkatkan pengetahuannya terhadap susu kerbau bahwa susu kerbau mengandung banyak zat gizi essensial yang diperlukan oleh tubuh, sehingga peternak kerbau mulai memanfaatkan susu kerbau, selain dari pemanfaatan daging kerbau untuk makanan utama ataupun makanan tambahan.
d. Untuk memenuhi asupan gizi, lebih disarankan menggunakan formula agar-agar dadih susu kerbau pada penambahan dadih susu kerbau sebanyak 900 gr, walaupun agar-agar dengan penambahan dadih 700 gr lebih enak.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anak Sekolah Dasar
2.1.1 Pengertian dan karakteristik anak sekolah dasar
Anak sekolah dasar adalah anak yang berusia 7-12 tahun, memiliki fisik
lebih kuat mempunyai sifat individual serta aktif dan tidak bergantung dengan
orang tua. Biasanya pertumbuhan anak putri lebih cepat dari pada putra.
Kebutuhan gizi anak sebagian besar digunakan untuk aktivitas pembentukan dan
pemeliharaan jaringan. Karakteristik anak sekolah meliputi:
1. Pertumbuhan tidak secepat bayi.
2. Gigi merupakan gigi susu yang tidak permanen (tanggal).
3. Lebih aktif memilih makanan yang disukai.
4. Kebutuhan energi tinggi karena aktivitas meningkat.
5. Pertumbuhan lambat.
6. Pertumbuhan meningkat lagi pada masa pra remaja.
Anak sekolah biasanya banyak memiliki aktivitas bermain yang menguras
banyak tenaga, dengan terjadi ketidakseimbangan antara energi yang masuk dan
keluar, akibatnya anak menjadi kekurangan gizi. Untuk mengatasinya, ibu bisa
2.1.2 Masalah gizi anak sekolah dasar
Masalah gizi (malnutrition) adalah gangguan pada beberapa segi
kesejahteraan perorangan dan atau masyarakat yang disebabkan oleh tidak
terpenuhinya kebutuhan akan zat gizi yang diperoleh dari makanan. Masalah gizi
berkaiatan erat dengan masalah pangan.
Masalah pangan antara lain menyangkut ketersediaan pangan dan
kerawanan konsumsi pangan yang dipengaruhi oleh kemiskinan, rendahnya
pendidikan dan adat/kepercayaan yang terkait dengan tabu makanan. Sementara,
permasalahan gizi tidak hanya terbatas pada kondisi kekurangan gizi saja
melainkan tercakup pula kondisi kelebihan gizi.
Di beberapa daerah pada sekelompok masyarakat Indonesia terutama di
kota-kota besar, masalah kesehatan masyarakat utama justru dipicu dengan
adanya kelebihan gizi, meledaknya kejadian obesitas di beberapa daerah di
Indonesia akan mendatangkan masalah baru yang mempunyai konsekuensi yang
serius bagi pembangunan bangsa Indonesia khususnya di bidang kesehatan.
Dengan kata lain, masih tingginya prevalensi kurang gizi di beberapa daerah dan
meningkatnya prevalensi obesitas yang dramatis di beberapa daerah yang lain
akan menambah beban yang lebih komplek dan harus dibayar mahal oleh bangsa
Indonesia dalam upaya pembangunan bidang kesehatan, sumber daya manusia
dan ekonomi. Kelompok anak sekolah pada umumnya mempunyai kondisi gizi
yang lebih baik daripada kelompok balita, karena kelompok umur sekolah mudah
dijangkau oleh berbagai upaya perbaikan gizi yang dilakukan oleh pemerintah
Meskipun demikian masih terdapat berbagai kondisi gizi anak sekolah
yang tidak memuaskan, misal berat badan yang kurang, anemia defisiensi Fe,
defisiensi vitamin C dan daerah-daerah tertentu juga defisiensi Iodium
(Sediaoetama, 2006).
2.1.3 Kebutuhan makan pada anak sekolah
Awal usia 7 tahun anak mulai masuk sekolah, dengan demikian anak-anak
mulai masuk ke dalam dunia baru, dimana dia mulai banyak berhubungan dengan
orang-orang di luar keluarganya, dan dia berkenalan dengan suasana dan
lingkungan baru dalam kehidupannya. Hal ini tentu saja banyak mempengaruhi
kebiasaan makan mereka. Pengalaman-pengalaman baru, kegembiraan di sekolah,
rasa takut terlambat tiba di sekolah, menyebabkan anak-anak ini sering
menyimpang dari kebiasaan waktu makan yang sudah diberikan kepada mereka.
Adanya aktivitas yang tinggi mulai dari sekolah, kursus, mengerjakan
pekerjaan rumah (PR) dan mempersiapkan pekerjaan untuk esok harinya,
membuat stamina anak cepat menurun kalau tidak ditunjang dengan intake pangan
dan gizi yang cukup dan berkualitas. Agar stamina anak usia sekolah tetap fit
selama mengikuti kegiatan di sekolah maupun kegiatan ekstra kurikuler, maka
saran utama dari segi gizi adalah ibu harus tetap mengontrol makanan anak, dan
berikan anak makanan tambahan (makanan selingan) yang dapat memperkuat
kekebalan tubuhnya. Pentingnya mengkonsumsi makanan selingan selama di
sekolah adalah agar kadar gula tetap terkontrol baik, sehingga konsentrasi
Tabel 2.1 Angka kecukupan gizi rata-rata yang dianjurkan (per orang per hari) anak umur 7-12 tahun
Gol.Umur Berat Tinggi Energi Protein
7-9 tahun
2.1.4 Pola konsumsi makanan jajanan anak sekolah dasar
Dewasa ini perilaku mengkonsumsi makanan jajanan menunjukkan adanya kecenderungan meningkat dari tahun ke tahun, baik di perkotaan maupun di pedesaan. Konsumsi makanan jajanan di masyarakat diperkirakan terus meningkat mengingat makin terbatasnya waktu anggota keluarga untuk mengolah makanan sendiri. Keunggulan makanan jajanan adalah murah dan mudah di dapat, serta cita rasa yang enak dan cocok dengan selera sebagian besar masyarakat. Makanan jajanan yang pada umumnya digemari masyarakat adalah makanan kecil ringan yang biasa dikonsumsi sebagai makanan selingan dan bersifat tidak mengenyangkan (Moehji, 2000).
dan terjadi ketidaksempurnaan biokimia dalam otak sehingga berpengaruh terhadap perkembangan kecerdasan dan fungsi kognitif anak.
2.2 Makanan Jajanan
Makanan jajanan atau dalam bahasa Inggris disebut street food menurut Food and Agriculture (FAO) didefinisikan sebagai makanan dan minuman yang
dipersiapkan dan dijual oleh pedagang kaki lima di jalanan dan di tempat-tempat keramaian umum lain yang langsung dimakan atau dikonsumsi tanpa pengolahan atau persiapan lebih lanjut. Makanan jajanan memegang peranan penting dalam mernberikan kontibusi tambahan untuk kecukupan gizi, khususnya energi dan protein. Kebiasaan jajan di sekolah terjadi karena 3-4 jam setelah makan pagi perut akan terasa lapar kembali.
Kebanyakan pedagang makanan jajanan disekolah tersebut adalah industri rumah tangga. Perlu disadari bahwa sering kali makanan hasil buatan industri rumah tangga mengandung bahan tambahan makanan yang berbahaya, salah satunya adalah pemanis buatan yang dilarang ataupun pemanis buatan yang diizinkan tetapi dalam jurnlah berlebih. Industri pangan dan minuman lebih menyukai menggunakan pemanis buatan karena selain harganya relatif murah, tingkat kemanisan pemanis buatan jauh lebih tinggi dari pemanis alami. Hal tersebut mengakibatkan terus meningkatnya penggunaan pemanis buatan terutama sakarin dan siklamat.
sakarin, penggunaan siklamat dapat pula berbahaya mengingat hasil metabolismenya, yaitu sikloheksamina bersifat karsinogenik, sehingga sekresi lewat urin dapat merangsang pertumbuhan tumor pada kandung kemih tikus.
Salah satu kriteria keamanan makanan jajanan yang dijual di lingkungan sekolah adalah aman dari komposisi gizi dan bahan tambahan pangan, maka komposisi makanan jajanan harus diperhatikan. Anak sekolah umumnya setiap hari menghabiskan seperempat waktunya di sekolah. Hanya sekitar 5 persen anak sekolah membawa bekal dari rumah. Oleh karena itu mereka lebih suka jajan makanan jajanan kaki lima dan mempunyai kemampuan untuk mernbeli makanan jajanan.
Makanan jajanan dapat berupa minuman atau makanan dengan jenis, rasa, dan warna yang bervariasi dan memikat. Variasi rasa, jenis dan terutama warna yang memikat dan menarik minat anak sekolah untuk membeli makanan jajanan. Sekarang ini, jajan menjadi sebagai kebiasaan anak sepulang sekolah. Dikutip dari buletin Info POM, kebiasaan orang tua memberikan uang jajan dan tidak menjadikan bekal adalah salah satu alasan terbentuknya kebiasaan jajan pada anak sekolah.
(IPB) membuktikan 35% jajanan anak sekolah di Indonesia tidak sehat dikonsumsi.
2.3 Susu Kerbau
Susu merupakan bahan pangan yang sangat bermanfaat bagi manusia. Sebagai bahan makanan, susu mengandung semua zat yang dibutuhkan oleh tubuh dan semua dapat diserap oleh darah dan dimanfaatkan. Di dalam kehidupan sehari hari susu sapi yang umumnya dijadikan sebagai bahan makanan, walaupun pada dasarnya masih ada susu yang bersumber dari ternak lain yang tidak kalah penting nilainya dari susu sapi seperti susu kerbau. Di Asia Tenggara susu kerbau banyak digunakan untuk melengkapi susunan makanan anak setelah disapih dari ibunya terutama yang tinggal didaerah pedesaan. Sedangkan di Indonesia, beberapa daerah seperti : Minangkabau, Sulawesi Selatan dan Tapanuli Utara telah memanfaatkan susu kerbau sebagai bahan makanan contohnya dadih (Anonymous, 1991).
Pencemaran mikrobia seringkali mengakibatkan umur simpan susu menjadi pendek dan teknologi olahan dikembangkan untuk mengatasi hal itu. Pengetahuan dan teknologi yang dikuasai oleh manusia telah memungkinkan susu untuk diolah lebih lanjut. Pengolahan dapat meningkatkan kualitas susu yang dihasilkan. Sebab berbagai macam mikroorganisme berbahaya dapat
dikurangiselama proses pengolahan, dan dapat memperpanjang daya simpan (Adnan, 1984).
Tempat terbaik dalam menyimpan susu adalah dalam lemari es. Namun menyimpan susu didalam gelap lebih dianjurkan, karena cahaya matahari dapat mengubah aroma susu dan merusak vitamin B2-nya. Mengingat pengaruh negatif tersebut, sebaiknya wadah atau gelas untuk menyimpan susu terbuat dari bahan tidak tembus cahaya. Susu yang disimpan didalam freezer dapat bertahan selama 3 bulan pada suhu –17.8ºC. Susu harus di thawing terlebih dahulu didalam lemari es sebelum diminum. Susu yang dibekukan kadang kadang menjadi sedikit mengkristal. Tetapi hal itu tidak berpengaruh terhadap kualitas susu (Sumoprastowo, 2000).
2.3.1 Komposisi susu kerbau
Secara umum, komposisi susu kerbau sama dengan susu dari ternak ruminansia lainnya, hanya saja dengan proporsi yang berbeda beda. Susu kerbau mudah dikenal karena memiliki ciri seperti : Warnanya lebih putih, lebih kaya lemak, globula lemak susunya lebih kecil dan beremulsi dengan susu. Lemaknya lebih mudah dicerna dan mengandung mineral yang lengkap. Curd proteinnyalebih lunak. Susu kerbau dapat diminum orang yang alergi minum susu sapi dan baik untuk orang yang mengalami gangguan sistem pencernaan.
Susu kerbau memiliki ciri khas seperti ketiadaan karoten sehingga
membuat warna susu kerbau lebih putih daripada susu lainnya. Selain itu, susu
kerbau relatif tidak mengandung kasein bebas, mengandung lebih sedikit nitrogen
dan asam salat, dan dadih susu kerbau lebih banyak mengandung mineral Ca dan
P (Wisnu : 2002).
Tabel 2.2 Komposisi susu kambing, susu domba, susu kerbau, susu sapi dan susu ibu (ASI)
Tabel 2.3 Rataan kualitas susu sapi dan susu kerbau di Sumatera Utara
Sumber : Sirait (1991)
Penelitian Sirait (1991) menunjukkan bahwa susu kerbau di Kotamadya
Medan Sumatera Utara memiliki kadar lemak dan protein yang lebih tinggi
dibandingkan susu sapi.
2.3.1.1 Kadar lemak susu kerbau
Kay (1974) menyatakan bahwa globula-globula penyusun lemak pada susu
kerbau adalah trigiserida (gliserol), kolesterol, lipid, pospolipin, lecitin, vitamin A
dan D dan alpha tocopherol. Lemak susu disekresi sebagai globula-globula lemak.
Ukuran globula-globula lemak pada susu kerbau lebih besar dibandingkan dengan
susu sapi. Diameter globula-globula lemak susu pada kerbau India adalah
4,1-4,8µ sementara sapi 3,6-4,0µ. Fahmi et al. disitasi Kay (1974) menyatakan bahwa
pada penelitiannya pada kerbau Yunani diketahui diameter rata-rata globula lemak
Tabel 2.4 Kadar asam lemak pada susu kerbau
Tingkat laktasi dan umur kerbau diyakini mempengaruhi kadar lemak susu
kerbau (Fahimmudin, 1975). Kadar lemak susu meningkat sejak awal masa laktasi
dan mencapai taraf tertinggi pada bulan keempat dan kelima laktasi. Pada umur
laktasi ke empat atau ke lima kadar lemak yang terkandung dalam susu kerbau
mencapai tingkat tertinggi. Arumughan dan Narayanan(1981) mengatakan bahwa
dengan meningkatnya masa laktasi kerbau perubahan yang sangat nyata adalah
dari lemak kolostrum yaitu meningkatnya kadar asam-asam lemak berkarbon
rendah dan menurunnya asam oleat.
2.3.1.2 Kadar protein susu kerbau
Secara umum protein susu dibedakan menjadi dua kelompok yaitu kasein
dan whey. Harper dan Hall (1981) berpendapat bahwa kasein adalah suatu protein
yang disintesa oleh kelenjar susu. Komposisi protein susu terdiri dari kasein,
-laktoglobulin, α-laktalbumin, serum albumin, immunoglobulin, IgG1, dan IgG2.
-kasein dan κ kasein. Kadar α–kasein, -kasein, -kasein susu kerbau adalah 26,1,
50,5, dan 23,4 (Kay, 1974 ).
2.3.1.3 Kadar laktosa susu kerbau
Olson (1951) menyatakan bahwa laktosa atau gula susu adalah bagian dari
larutan susu yang sebenarnya, ditemukan di dalam bahan kering, bahan baku
industri keju dan buttermilk, bahan baku dari industri mentega. Laktosa ditemukan
sedikit di dalam produk yang berbahan dasar susu, karena pemisahan yang tidak
sempurna dalam proses pembuatannya. Laktosa hanya ditemukan di dalam susu
dan merupakan produk dari sekresi kelenjar mammary. Susu dari spesies hewan
yang berbeda akan memiliki jumlah laktosa yang berbeda.
Laktosa atau gula susu adalah gula yang ditemukan hanya pada susu.
Laktosa mudah dicerna khususnya oleh bayi dan anak kecil. Laktosa menyediakan
keseimbangan nutrisi makanan di dalam susu dan membantu dalam
penggunaan lemak susu, mineral, dan vitamin (Diggins dan Bundy, 1961).
Laktosa tidak berasa manis seperti sukrosa atau gula tebu. Ratio rasa manis antara
laktosa dan sukrosa adalah 1 banding 6. Sangat sedikit informasi dalam
membandingkan nilai laktosa dan dan gula lain yang dipakai dalam makanan.
Laktosa terdapat pada susu yang berasal dari semua spesies hewan yang
sangatl berperanan penting dalam nutrisi, khususnya untuk hewan muda. Energi
dari laktosa dapat dibandingkan dengan glukosa dan mempunyai kemampuan
physikologi yang tidak ditemukan pada gula lain. Laktosa mempunyai food
value yang sama dengan sukrosa dan karbohidrat lain dan penambahan
sangat baik untuk media tumbuh bakteri. Laktosa memiliki nilai kesehatan yang
lebih dalam bentuk fermentasi yaitu susu acidhophilus dan hasil lain dari
fermentasi susu yang merupakan hasil dari kerja bakteri di dalam laktosa susu.
Fahimuddin (1975) mengatakan bahwa kadar laktosa kerbau antar 4.27 –
5.28%. Kadar laktosa mengalami peningkatan pada susu kerbau antara bulan
kedua dan ketiga laktasi, dan pada bulan ke enam laktasi nilainya menjadi tetap
dan menurun. Laktasi memberikan efek yang sangat signifikan terhadap kadar
laktosa.
Laktosa adalah disakarida yang terdirio dari galaktosa dan laktosa. Laktosa
hanya ditemukan dalam susu yang merupakan karbohidrat dasar dari banyak
spesies. Salah satu gen yang mempengaruhi kadar laktosa adalah a-lactalbumin
(a-LA). a-Lactalbumin adalah :
a. Susu yang memiliki protein kering 25% dari total protein pada susu sapi., dan
bernilai 2-5% dari total skim protein susu.
b. Tidak ada katalis aktif di dalam a-Lactalbumin, tapi mempunyai hubungan
yang sangat dekat dengan pembentukan laktosa.
c. Memiliki kesamaan dalam struktur dengan lisosom. Lisosom adalah
glikosidase dengan hidrolisis dari polisakarida di dalam dinding sel bakteri.
d. a-LA mengubah gula binding yang dimiliki galaktosiltransfer, jadi laktosa di
2.3.2 Manfaat susu kerbau bagi tubuh
Susu kerbau terdiri dari banyak jenis zat gizi yang berguna untuk
pertumbuhan dan perkembangan tubuh. Adapun manfaat susu kerbau untuk tubuh
adalah :
a. Protein
Protein dalam susu kerbau merupakan protein lengkap atau mengandung
semua asam amino esensial dalam jumlah yang dapat mendukung pertumbuhan.
Protein susu terbagi menjadi dua kelompok utama yaitu kasein yang dapat
diendapkan oleh asam dan enzim renin dan protein whey yang dapat mengalami
denaturasi oleh panas pada suhu kurang lebih 65 0c (Purnomo,1985).
Protein dalam susu berfungsi membentuk jaringan baru selama
pertumbuhan dan perkembangan tubuh,memelihara jaringan tubuh, menyediakan
asam amino yang diperlukan untuk membentuk enzim pencernaan dan
metabolisme serta antibodi yang diperlukan, mengatur keseimbangan air,
mempertahan kenetralan (asam-basa) tubuh (Khomsan,2004).
b. Lemak
Lemak pada susu kerbau banyak mengandung asam lemak jenuh.Lemak
berfungsi mengubah bentuk dan ukuran substansi dalam sel, berfungsi dalam
pembentukan sel otak,dan lain-lain. Kekurangan asam lemak omega 6
menyebabkan pertumbuhan menurun,kegagalan reproduktif, perubahan kulit dan
rambut,serta patologi hati. Lemak berfungsi menyediakan energi untuk membantu
c. Karbohidrat
Karbohidrat merupakan sumber energi terbesar dalam tubuh dan
merupakan komponen nutrient ( zat gizi ) terbesar dalam makanan sehari-hari.
Laktosa merupakan karbohidrat utama yang terdapat dalam susu yang terdiri dari
glukosa dan galaktosa. Laktosa mudah diasimilasikan sebagai makanan dengan
proses hidrolisa menjadi glukosa dan galaktosa oleh enzim usus laktase
(Purnomo,1985).
Karbohidrat berfungsi sebagai sumber energi, bahan pembentuk berbagai
senyawa tubuh, bahan pembentuk asam amino esensial, metabolisme normal
lemak, menghemat protein, meningkatkan pertumbuhan bakteri usus,
mempertahan gerak usus (teruatama serat), meningkatkan konsumsi
protein,mineral dan vitamin B (Khomsan,2004).
d. Vitamin
Vitamin dalam susu kerbau berfungsi untuk membantu pengaturan atau
kegiatan tubuh.Tanpa vitamin, manusia tidak akan dapat melakukan aktivitas
hidup serta memperbesar peluang terkena penyakit pada tubuh. Adapun vitamin
yang banyak di dalam susu kerbau adalah vitamin D.Vitamin D erat sekali
fungsinya untuk kesehatan tulang. Ketika tubuh kekurangan vitamin D dapat
menyebabkan riket pada anak-anak dan osteomalasia pada orang dewasa.Selain
itu kekurangan vitamin D juga menyebabkan gigi mudah rusak dan otot
e. Mineral
Susu kerbau lebih banyak mengandung mineral Ca(kalsium)
dibandingkan dengan susu lainnya sehingga susu kerbau lebih cepat
menggumpal.Untuk memperlambat terjadinya gumpalan, susu kerbau
dicampurkan dengan air (Wisnu,2002).
Kalsium berfungsi membantu mengentalkan darah, penyerapan vitamin
B12, mengirimkan isyarat-isyarat ke seluruh tubuh, membantu otot berkontraksi
dan relaksasi (Soehardjo,1986).
f. Air
Air berfungsi sebagai pelarut dalam terjadinya reaksi kimia di dalam
tubuh.
2.4 Dadih
Dadih merupakan salah satu produk fermentasi susu tradisional yang
sangat khas di daerah Sumatera Barat. Dadih dibuat dengan bahan dasar susu
kerbau yang dimasukkan dalam bambu dan ditutup menggunakan daun pisang
atau plastik, kemudian difermentasi pada suhu kamar selama 1-2 hari hingga
terbentuk gumpalan (Elida, 2002).
Tabung bambu dalam pembuatan dadih memegang peranan penting dalam
mempertahankan kualitas dari dadih khususnya sifat organoleptik dadih (warna,
aroma, rasa, dan tekstur). Dadih yang baik ditentukan oleh kualitas fisik,
kandungan dan keasaman dadih. Kualitas fisik dadih yang baik adalah berwarna
putih menyerupai tahu yang bisa dimakan dengan sendok serta memiliki karakter
susu asam. Aroma khas pada dadih juga merupakan percampuran dari aroma susu,
daun pisang dan bambu (Sirait dalam Sari, 2009).
Bambu yang sering digunakan dalam pembuatan dadih yaitu bambu ampel
(Bambusa vulgaris) karena memiliki rasa pahit sehingga dapat menghindarkan
produk dari semut dan jenis bambu ini sering digunakan karena di dalamnya
terdapat beberapa jenis mikrobia yang secara alami dapat memfermentasikan susu
menjadi dadih (Usmiati dkk, 2009).
Mikroorganisme diduga dari permukaan tabung bambu bagian dalam,
permukaan daun penutup, dan dari susu yang digunakan. Mikroorganisme
tersebut adalah bakteri asam laktat (BAL). Dari beberapa penelitian diketahui
bahwa dadih mengandung bakteri baik yaitu asam laktat (Lactobacillus casei)
yang potensial sebagai probiotik. Asam laktat di dalam dadih berperan dalam
pembentukan tekstur dan cita rasa (Usmiati dan Miskiyah, 2011).
Bambu yang digunakan memiliki diameter ± 4-5 cm dan dipotong dengan
panjang ± 15 cm. Susu yang dimasukkan ke dalam bambu sebanyak ± 300 ml per
bambu (Taufik, 2004).
Pembuatan dadih menggunakan media bambu segar yang baru dipotong
dapat menghasilkan perpaduan aroma susu dan aroma khas bambu yang segar
serta memiliki warna putih dan kental (Usmiati dan Miskiyah, 2011). Kualitas
dadih yang baik bewarna putih seperti susu dengan tekstur yang licin dan
beraroma susu dan khas bambu (Sayuti, 1992).
Penelitian mengenai suhu penyimpanan pada dadih dilakukan pada suhu
efektif dalam memperpanjang masa simpan dadih karena suhu dingin
memperlambat proses fermentasi dan mencegah terjadinya aktivitas metabolisme
kultur starter dan mikroorganisme pencemar (Sisriyenni dan Yayu, 2004).
Dadih dalam kemasan bambu dan disimpan pada suhu ruang hanya
bertahan sampai hari ke-8, setelah itu dadih mengalami kerusakan. Kerusakan
dadih disebabkan adanya kapang dan belatung pada bambu dan juga kekentalan
dadih berkurang sehingga aroma dadih pun juga berubah (Miskiyah dan Usmiati,
2011).
Dadih dikonsumsi langsung dengan memakai sendok ataupun diolah. Pada
umumnya dadih dimanfaatkan sebagai lauk pauk, makanan selingan, pelengkap
upacara adat dan sebagai obat-obatan tradisional (Sughita dan Aidi, 1998).
Sumber:https://www.google.com/search?q=dadih&source=lnms&tbm=isch&sa=X&ved=0ahUK EwjM3eOF6qvMAhUmn6YKHQ2BCm8Q_AUIBygB&biw=1440&bih=751
Sumber:https://www.google.com/search?q=dadih&source=lnms&tbm=isch&sa=X&ved =0ahUKEwjM3eOF6qvMAhUmn6YKHQ2BCm8Q_AUIBygB&biw=1440&bih=751
Gambar 2. Dadih Susu Kerbau
2.4.1 Komposisi dadih susu kerbau
Secara umum komposisi dadih susu kerbau sama dengan susu lainnya
yaitu karbohidrat, protein, vitamin, mineral, lemak dan air. Namun, lemak dan
protein pada dadih susu kerbau lebih banyak daripada susu lainnya.
Dadih susu kerbau memiliki ciri khas seperti ketiadaan karoten sehingga
membuat warna susu kerbau lebih putih daripada susu lainnya. Selain itu, dadih
susu kerbau relatif tidak mengandung kasein bebas, mengandung lebih sedikit
nitrogen dan asam salat, dan dadih susu kerbau lebih banyak mengandung mineral
Ca dan P (Wisnu : 2002).
Tabel 2.5 Kandungan Gizi Dadih Susu Kerbau
Zat Gizi Nilai Gizi (%)
Air 81,79 - 82,40
Protein 6,91 - 7,06
Lemak 7,98 - 8,17
Abu 0,90 - 0,91
Keasaman 1,28 - 1,32
pH 4,76 - 4,81
2.5 Agar-Agar
Benech (2012) menyatakan bahwa agar-agar atau agarosa adalah zat yang biasanya berupa gel yang diolah dari rumput laut atau alga. Jenis rumput laut yang biasa diolah untuk agar-agar adalah Eucheuma spinosum (Rhodophycophyta) dan rumput laut dari golongan Phaeophycophyta (Gracilaria dan Gelidium).
Agar-agar sebenarnya adalah karbohidrat dengan molekul tinggi yang mengisi dinding sel rumput laut, tergolong kelompok pektin dan merupakan suatu polimer yang tersusun dari monomer galaktosa. Agar-agar dapat dibentuk sebagai bubuk dan diperjualbelikan.
Gel terbentuk karena pada saat dipanaskan di air, molekul agar-agar dan air bergerak bebas. Ketika didinginkan, molekul-molekul agar-agar mulai mulai saling merapat, memadat dan membentuk kisi-kisi yang mengurung molekul-molekul air, sehingga terbentuk sistem koloid padat cair.
Tabel 2.6 Nilai Gizi 6,5 gr Tepung Agar-Agar Sumber : PT Satelit Sriti (2015)
2.6 Uji Organoleptik
Penilaian organoleptik disebut juga dengan penilaian indra atau penilaian
sensorik yang merupakan suatu cara penilaian yang paling primitif atau sudah
lama dikenal. Penilaian organoleptik sangat banyak digunakan untuk menilai
mutu dalam industri pangan dan industri hasil pertanian lainnya. Kadang-kadang
penilaian ini dapat memberikan hasil penilaian yang sangat teliti. Dalam beberapa
hal penilaian dengan indera bahkan melebihi ketelitian alat yang paling sensitif
(Susiwi, 2009).
Indera yang berperan dalam uji organoleptik adalah indera penglihatan,
penciuman, pencicipan, peraba dan pendengaran. Panel diperlukan untuk
melaksanakan penelitian organoleptik dalam penilaian mutu atau sifat-sifat
sensorik suatu komoditi, panel bertindak sebagai instrumen atau alat. Panel ini
terdiri atas orang atau kelompok yang bertugas menilai sifat dari suatu komoditi.
Orang yang menjadi anggota panel disebut panelis.
Uji hedonik atau kesukaan merupakan salah satu jenis uji penerimaan.
Dalam uji ini panelis diminta mengungkapkan tanggapan pribadinya tentang
mengemukakan tingkat kesukaan/ketidaksukaan. Tingkat-tingkat kesukaan ini
disebut orang skala hedonik, misalnya amat sangat suka, sangat suka, suka, agak
suka, netral, agak tidak suka, tidak suka, sangat tidak suka dan amat sangat tidak
suka. Skala hedonik dapat direntangkan atau diciutkan sesuai yang diinginkan
peneliti (Rahayu, 1998).
2.7 Panelis
Menurut Rahayu (1998), dalam penilaian organoleptik dikenal tujuh
macam panel, yaitu panel perseorangan, panel terbatas, panel terlatih, panel agak
terlatih, panel tidak terlatih, panel konsumen dan panel anak-anak. Perbedaan
ketujuhpanel tersebut didasarkan pada keahlian dalam melakukan penilaian
organoleptik.
a. Panel perseorangan
Panel perseorangan adalah orang yang sangat ahli dengan kepekaan
spesifik yang sangat tinggi yang diperoleh karena bakat atau latihan-latihan yang
sangat intensif. Panel perseorangan sangat mengenal sifat, peranan dan cara
pengolahan bahan yang akan dinilai dan menguasai metode-metode analisa
organoleptik dengan sangat baik. Keuntungan menggunakan panelis ini adalah
kepekaan tinggi, biasa dapat dihindari, penilaian efisien. Panel perseorangan
biasanya digunakan untuk mendeteksi penyimpangan yang tidak terlalu banyak
dan mengenali penyebabnya.
b. Panel terbatas
Panel terbatas terdiri dari 3-5 orang yang mempunyai kepekaan tinggi
faktor-faktor dalam penilaian organoleptik dan mengetahui cara pengolahan dan
pengaruh bahan baku terhadap hasil akhir.
c. Panel terlatih
Panel terlatih terdiri dari 15-25 orang yang mempunyai kepekaan cukup
baik. Untuk menjadi panelis terlatih perlu didahului dengan seleksi dan
latihan-latihan. Panelis ini dapat menilai veverapa rangsangan sehingga tidak terlampau
spesifik.
d. Panel agak terlatih
Panel agak terlatih terdiri dari 15-25 orang yang sebelumnya dilatih untuk
mengetahui sifat-sifat tertentu. Panel agak terlatih dapat dipilih dari kalangan
terbatas dengan menguji datanya terlebih dahulu. Sedangkan data yang sangat
menyimpang boleh tidak digunakan dalam keputusannya.
e. Panel tidak terlatih
Panel tidak terlatih terdiri dari 25 orang awam yang dapat dipilih
berdasaran jenis suku-suku bangsa, tingkat social dan pendidikan. Panel tidak
terlatihnya diperbolehkan menilai sifat-sifat organoleptik yang sederhana seperti
sifat kesukaan, tetapi tidak boleh digunakan dalam uji pembedaan. Panel tidak
terlatih biasanya terdiri dari orang dewasa dengan komposisi panelis pria sama
dengan panelis wanita.
f. Panel konsumen
Panel konsumen teridir dari 30 hingga 100 orang tergantung pada target
pemasaran komoditi. Panel ini mempunyai sifat yang sangat umum dan dapat