• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Kebiasaan Merokok dengan Terjadinya Gangguan Pengecapan pada Pegawai Non-Akademik Universitas Sumatera Utara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan Kebiasaan Merokok dengan Terjadinya Gangguan Pengecapan pada Pegawai Non-Akademik Universitas Sumatera Utara"

Copied!
64
0
0

Teks penuh

(1)

Lampiran 1

KUESIONER

Nomor :

Tanggal Pemeriksaan :

A. IDENTITAS

1. Nama :

2. Umur :

B. DIAGNOSA

Identifikasi Rasa Benar Salah

Manis

Asin

Pahit

Asam

(2)

C. DATA KEBIASAAN MEROKOK

1. Sudah berapa lama saudara merokok?

< 5 tahun

5 – 10 tahun

> 10 tahun

2. Jenis rokok apa yang saudara hisap?

Rokok putih ( rokok biasa )

Rokok kretek

3. Berapa batang rokok yang saudara hisap dalam 1 hari?

1 – 10 batang

11 – 20 batang

(3)

Lampiran 2

LEMBARAN PENJELASAN KEPADA SUBJEK PENELITIAN

Kepada Yth:

Saudara

………..

Bersama ini saya, Victor Leong Weng Ken (umur 22 tahun), yang sedang menjalani program pendidikan sarjana pada Fakultas Kedokteraan Gigi, Universitas Sumatera Utara, memohon kesediaan saudara untuk berpartisipasi sebagai subjek penelitian saya yang berjudul:

HUBUNGAN KEBIASAAN MEROKOK DENGAN TERJADINYA GANGGUAN

PENGECAPAN PADA PEGAWAI NON-AKADEMIK UNIVERSITAS

SUMATERA UTARA YANG MEROKOK.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara jumlah dan lamanya merokok dengan terjadinya gangguan pengecapan (gangguan rasa) di kalangan pegawai non-akademik lingkungan USU yang merokok.

(4)

Penelitian ini tidak akan menimbulkan efek samping dan tidak akan mengubah kondisi kesehatan rongga mulut Saudara. Dengan adanya penelitian ini diharapkan bahwa Saudara dapat manfaat dengan mengetahui bahaya merokok terhadap kesehatan rongga mulut.

Jika saudara mengerti isi dari lembar penjelasan ini dan bersedia untuk menjadi subjek penelitian, maka mohon kiranya saudara untuk mengisi dan menandatangani surat penyataan persetujuan sebagai subjek penelitian yang terlampir pada lembar berikutnya. Saudara perlu mengetahui bahwa surat kesediaan tersebut tidak mengikat dan Saudara dapat mengundurkan diri dari penelitian ini bila saudara merasa keberatan. Apabila Saudara mengalami keluhan maka dapat menghubungi peneliti di no. HP 087711896195

Demikian lembar penjelasan ini saya perbuat, semoga keterangan ini dapat dimengerti dan atas kesediaan Saudara untuk berpartisipasi dalam penelitian ini saya ucapkan terima kasih.

Medan,………2015

(5)

Lampiran 3

SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN SUBJEK PENELITIAN (INFORMED CONSENT)

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama :

Umur :

Jenis Kelamin : L/P

Alamat :

Menyatakan telah membaca lembar penjelasan kepada subjek penelitian dan sudah mengerti serta bersedia untuk turut serta sebagai subjek penelitian, dalam penelitian atas nama Victor Leong Weng Ken yang berjudul “Hubungan Kebiasaan Merokok Dengan Terjadinya Gangguan Pengecapan Pada Pegawai Non-Akademik Universitas Sumatera Utara Yang Merokok” tidak keberatan maupun melakukan tuntutan di kemudian hari.

Demikian pernyataan ini saya perbuat dalam keadaan sehat, penuh kesadaran dan tanpa paksaan dari pihak manapun.

Medan, 2015

Pembuat Pernyataan

(………..)

(6)
(7)

Total Count 46 4 50

a. 3 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .72.

b. The standardized statistic is 2.805.

(8)

Total Count 46 4 50

Linear-by-Linear Association 4.094b 1 .043 .068 .038

N of Valid Cases 50

a. 3 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .96.

b. The standardized statistic is 2.023.

(9)

Crosstab

Continuity Correctionb .116 1 .733

Likelihood Ratio .764 1 .382 .574 .346

Fisher's Exact Test .574 .346

Linear-by-Linear Association .812c 1 .368 .574 .346 .271

N of Valid Cases 50

a. 2 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1.20.

b. Computed only for a 2x2 table

(10)

Frequencies

Notes

Output Created 12-May-2015 13:03:18

Comments

Input Data C:\Users\User\Documents\viktor.sav

Active Dataset DataSet1

Filter <none>

Weight <none>

Split File <none>

N of Rows in Working Data File 50

Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing values are treated as

missing.

Cases Used Statistics are based on all cases with valid

data.

Syntax FREQUENCIES VARIABLES=Jenis Lama

JumlahDiagnosa

/ORDER=ANALYSIS.

Resources Processor Time 00:00:00.016

Elapsed Time 00:00:00.003

[DataSet1] C:\Users\User\Documents\viktor.sav

Statistics

JenisRokok Lama Jumlah Diagnosa

N Valid 50 50 50 50

(11)

Frequency Table

JenisRokok

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

(12)

Diagnosa

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Normal 46 92.0 92.0 92.0

GangguanPengecapan 4 8.0 8.0 100.0

(13)

DAFTAR PUSTAKA

1. World Health Organization. WHO: Tobacco Facts.<http://www.who.int/tobacco/ mpower/tobacco_facts/en

2. KOMPAS. Indonesia negara perokok terbesar se-ASEAN. 11 Oktober

/ > (8 September 2014)

3. Yanbaeva DG, Dentener MA, Creutzberg EC, Wessiling G, Wouters EFM. Systemic effects of smoking. J CHEST 2007; 131 : 1557-66.

4. Trandafir V, Trandafir D, Gogalniceanu D, Popescu E, Vicol C, Burlui V. Tocacco-induced oral mucosal modifications. Internation J Med Dent 2010; 1: 84-91.

5. Center for Disease Control and Prevention. CDC: Health Effects of CigaretteSmoking.<http://www.cdc.gov/tobacco/data_statistics/fact_sheets/health _effects/effects_cig_smoking/

6. Mecklenburg RE. Tobacco effects in the mouth. DIANE Publishing, Aug 2004; 5. >(10 September 2014)

7. Felton S, Chapman A. Basic Guide to Oral Health Education and Promotion. Edisi 2. New Delhi: John Wiley & Sons, 2013; 143.

8. Vennemann MM, Hummel T, Berger K. The association between smoking and smell and taste impairment in the general population. Journal of Neurology. 2008; 255(8): 1121-6.

9. Khurana I. Textbook of Human Physiology for Dental Student. Edisi 2. New Delhi: Elsevier Health Science, 2014; 589.

10.Rhoades R, Bell DR. Medical Physiology: Principles for Clinical Medicine. Edisi 4. Philadelphia: Lippincott Willians & Wilkins, 2009; 89.

11.Mann NM. Management of smell and taste problems.Cleveland Clinic Journal of Medicine 2002; 69: 329-36.

(14)

13.Hong SJ. Ryu JW. Ahn JM. Yoon CL. Changes of taste threshold after smoking in young Korean men. Korean J Oral Med 2010; 35(3): 184-92.

14.Shafey O, Eriksen M, Ross H, Mackay J. The tobacco atlas. USA: Bookhouse, 2009: 21-4.

15.Wigand JS. Additives, cigarette design and tobacco product regulation. A Report to the World Health Organization Tobacco Free Initiative Tobacco Regulation Group. Japan: Kobe, 2006: 2-42.

16.Geiss O, Kotzias D. Tobacco, cigarettes and cigarette smoke. A Report to the European Institute of Health and Consumer Protection. Italy: Luxembourg, 2007: 1-10,20-2,29,30,35-9,44-9.

17.Husaini A. Tobat Merokok. Edisi 1. Depok: Pustaka IIMaN, 2001: 15-7, 107-9. 18.Ruslan G. Efek merokok terhadap rongga mulut. Cermin Dunia Kedokteran 1996;

113: 41-3.

19.Sitepoe M. Kekhususan rokok Indonesia. Jakarta: PT Grasindo, 2000: 1-34. 20.Fowles J, Bates M, Noiton D. The chemical constituents in cigarettes and

cigarette smoke: Priorities for harm reduction. A Report to the New Zealand Ministry of Health. Epidemiology and Toxicology Group. 2000: 10-2, 34.

21.Cancer Council of Western Australia. Cigarette ingredients. <http://www.cancerw a.asn.au/resources/2009-12-22-Cigarette-ingredients.pdf

22.ASK Sham, LK Cheung, Jin LJ, Corbet EF. The effects of tobacco use on oral health. Hong Kong Med J 2003; 9(4): 271-6.

> (10 October 2014)

23.Fritsch H, Kuehnel W. Color Atlas of Human Anatomy. Edisi 5. Wemding; Thieme, 2011: 172-3.

24.Zaidi FN, Meadows P, Jacobowitz O, Davidson TM. Tongue anatomy and physiology, the scientific basis for a novel targeted neurostimulation system designed for the treatment of obstructive sleep apnea. Neuromodulation 2012: 2. 25.Kulkarni NV. Clinical Anatomy (A Problem Solving Approach). Edisi 2. New

(15)

26.Dodson B. Computer rendering of taste is on the tip of the tongue. <http://www.gizmag.com/computer-rendering-taste-experience-mixed-reality-lab/29948

27.Guyton AC, Hall JE. Textbook of Medical Physiology. Edisi 11. Philadelphia; Elsevier Saunders, 2006: 663-4.

/>

28.Bear MF, Connors BW, Paradiso MA. Neuroscience. Edisi 3. Lippincott Williams & Wilkins,2007: 259.

29.Anonymous. General Taste and Smell. <http://apbrwww5.apsu.edu/thompsonj/ Anatomy%20&%20Physiology/2010/2010%20Exam%20Reviews/Exam%204%2 0Review/CH%2015%20General-Taste-Smell.htm>

30.Isselbacher, Braunwald, Wilson, Martin, Fauci, Kasper. Harrison: Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 18. EGC, 2011: 244-5.

(15 Disember 2014)

31.Goldstein EB. Encyclopedia of Perception. Volume 1. SAGE, 2010: 957-8. 32.American Cancer Society. Guides to Quitting Smoking. <http://www.cancer.org/

acs/groups/cid/documents/webcontent/002971-pdf.pdf>

33.Sastroasmoro S, Ismael S. Dasar-dasar metodologi penelitian klinis. Edisi 4. Jakarta: Sagung Seto, 2011: 368-9.

(20 Oktober 2014)

34.William MK. Nonprobability sampling. <http://www.socialresearchmethods.net/ kb/sampnon.php

35.Currie GP. ABC of COPD. Singapore: Fabulous Printers, 2007: 7-9. > (25 Oktober 2014)

36.Anonymous. Statistics and Probability Dictionary. <http://stattrek.com/statistics/ dictionary.aspx?definition=bivariate_data

37.Kang KZ. Hubungan kebiasaan merokok dengan terjadinya stomatitis nikotina pada pegawai non-akademik Universitas Sumatera Utara. Skripsi. Medan: Universitas Sumatera Utara, 2012: 33.

> (25 Oktober 2014)

38. Krut LH, Perrin MJ, Bronte-Stewart B. Taste perception in smokers and non-smokers. Br Med J. 1961;1:384-7.

(16)

40. Baker KA, Didcock EA, Kemm JR, Patrick JM. Effect of age, sex and illness on salt taste detection thresholds. Age and Ageing 1983;12:159-65.

41. Kim SH, Hur YK, Choi JK. Suprathreshold taste intensities for sucrose, NaCl, citric acid, and quinine HCl in young koreans and the influence of sex, taste preference, and smoking. Korean J Oral Med 2005;30:149-62.

42. Pavlos P, Vasilios N, Antonia A, Dimitrios K, Georgios K, George A. Evaluation of young smokers and non-smokers with electrogustometry and contact endoscopy. BMC Ear, Nose and Throat Disorders 2009;9:9.

43. Akal UK, Delilbasi C, Yimlaz T, Redzep E, Durud Sertkaya. Evaluation of some factors affecting taste perception. JOHDMBSC 2003;2(4):33-7.

(17)

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik observasional untuk mengetahui hubungan sebab akibat antara dua variabel yaitu kebiasaan merokok dan gangguan pengecapan secara observasional, dengan pendekatancross sectional.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

3.2.1 Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di lingkungan Universitas Sumatera Utara (USU), Medan, Indonesia karena banyak dijumpai pegawai non-akademik USU dewasa yang merokok dan pengambilan data dilakukan di ruangan yang disediakan Biro Rektor Universitas Sumatera Utara.

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan April 2015 sampai bulan Mei 2015.

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

(18)

3.3.2 Besar Sampel

Sampel penelitian ini adalah pegawai-pegawai non-akademik (SATPAM) yang bertugas di Universitas Sumatera Utara. Perhitungan besar sampel pada penelitian ini menggunakan rumus, yaitu:

Uji Hipotesis Satu Kelompok Sampel33:

n = 49.847 ≈ 50

Keterangan :

n = Jumlah sampel minimal

α= level of significant, penelitian ini menggunakan α= 5%, sehingga Zα = 1,96

β= power of test, penelitian ini menggunakan β= 10%, sehingga Zβ =1,282

Po= proporsi awal penelitian, pada penelitian ini digunakan Po =20%

Pα= proporsi yang diinginkan dari penelitian, pada penelitian ini digunakan

Pα= 40%

(19)

Jumlah sampel minimum yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah 50 orang. Teknik pemilihan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah

purposive non probability sampling.34 Pemilihan subjek dalam penelitian ini dilakukan berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi.

3.3.3 Kriteria Inklusi dan Eksklusi Kriteria Inklusi:

1. Laki-laki perokok yang bersedia untuk berpartisipasi dalam penelitian ini. 2. Laki-laki perokok yang mempunyai kebiasaan merokok pada waktu

penelitian dilakukan.

3. Laki-laki perokok yang berumur 18 hingga 50 tahun.

Kriteria Eksklusi:

1. Laki-laki perokok yang mempunyai penyakit sistemik. 2. Laki-laki perokok yang sedang mengkonsumsi obat-obatan.

3. Laki-laki perokok yang sedang menjalankan terapi radiasi di bagian kepala.

4. Laki-laki perokok yang mempunyai kelainan pada lidah seperti coated tongue dan hairy tongue.

3.4Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

3.4.1 Variabel Penelitian

(20)

Variabel Terkendali:

- Jenis Kelamin

- Umur

3.4.2 Definisi Operasional

1. Gangguan pengecapan adalah kehilangan atau penurunan kemampuan seseorang untuk mendeteksi rasa (ageusia,hypogeusia). Selain itu, gangguan pengecapan juga merupakan kelainan pada persepsi suatu zat pencetus rasa (dysgeusia).31Seseorang diasumsikan memiliki gangguan pengecapan ketika dia tidak dapat mengidentifikasikan rasa pada konsentrasi suprathreshold.8

Cara ukur: Pemeriksaan rasa pada lidah Alat ukur: Strip rasa

Skala ukur: Kategorik

2. Kebiasaan merokok adalah sesuatu adiksi secara fisik dan mental terhadap tembakau.14

Cara ukur: Wawancara pada subjek penelitian Alat ukur: Kuesioner

Skala ukur: Kategorik

3. Jenis rokok adalah rokok yang dihisap sehari-hari yang terbagi atas rokok putih dan rokok kretek.14

Cara ukur: Wawancara pada subjek penelitian Alat ukur: Kuesioner

Skala ukur: Kategorik

4. Lama merokok adalah lama seseorang melakukan kebiasaan merokok dari waktu pertama kali sampai penelitian dilakukan yang dihitung dalam tahun.35

Cara ukur: Wawancara pada subjek penelitian Alat ukur: Kuesioner

Skala ukur: Kategorik

(21)

Cara ukur: Wawancara pada subjek penelitian Alat ukur: Kuesioner

Skala ukur: Kategorik

3.5 Sarana Penelitian

3.5.1 Alat

1. Formulir pencatatan berupa kuesioner yang mencakup identitassubjek (nama dan umur) dan hasil pemeriksaan subjektif dan objektif

2. Strip rasa berukuran 2x8 cm yang dibuat dari kertas saring 3. Alat tulis

3. Sukrosa 1,5 g yang dilarutkan dalam 15 g air 4. Asam Sitrat 0,75 g yang dilarutkan dalam 15 g air 5. Natrium Klorida 1,124 g yang dilarutan dalam 15 g air 6. Kina Hidroklorida 0,0075 mg yang dilarutkan dalam 15 g air 7. Aquades

3.6 Metode Pengumpulan Data

(22)

3.6.1 Pengisian Kuesioner

Identitas subjek penelitian diperoleh dengan melakukan wawancara langsung terhadap subjek yang dipilih untuk berpartisipasi dalam penelitian ini.Data kebiasaan merokok diperoleh dengan wawancara terhadap subjek penelitian dengan menggunakan kuesioner.

3.6.2 Pemeriksaan Klinis

Data klinik diperoleh dengan melakukan pemeriksaan terhadap subjek dengan cara sebagai berikut:

1. Strip rasa berukuran 2x8 cm yang dibuat dari kertas saring dicelupkan dalam larutan sukrosa, natrium klorida, asam sitrat dan kina hidroklorida dengan konsentrasi suprathreshold dan dikeringkan.

2. Subjek diminta duduk dengan relaks.

3. Subjek diminta berkumur menggunakan aquades. 4. Subjek diminta menjulurkan lidah.

5. Permukaan lidah subjek dikeringkan dengan cotton roll untuk mencegah kontaminasi saliva.

6. Empat strip rasa dengan rasa yang berbeda yaitu manis, asam, asin dan pahit pada konsentrasi suprathreshold diletakkan pada permukaan lidah subjek secara bergantian dan secara acak.

7. Setelah satu strip rasa diletakkan pada permukaan lidah subjek, subjek diminta untuk mengidentifikasikan rasa pada strip rasa tersebut.

8. Sebelum strip rasa yang lain digunakan subjek diminta untuk mengulangi langkah 2 ke langkah 4 untuk mencegah kontaminasi saliva.

(23)

3.6.3 Skema alur penelitian:

3.7 Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan sistem komputerisasi.

3.8 Analisa Data

Analisa data dilakukan dengan mengumpulkan data univariat dan data bivariat dan menguji hipotesis. Uji statistik yang digunakan adalah Fisher’s Exact Test.

Memilih subjek penelitian yang sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi.

Mengumpulkan data kebiasaan merokok dengan menggunakan kuesioner.

Melakukan pemeriksaan rasa untuk menilai gangguan pengecapan.

Pencatatan hasil pemeriksaan.

Analisis data.

(24)

3.8.1 Data Univariat

Data univariat adalah data yang digunakan untuk menganalisis satu variabel.36 Analisis univariat dilakukan untuk melihat gambaran karakteristik. Data univariat disajikan dalam bentuk tabel yang meliputi:

1. Distribusi persentase perokok menurut jenis rokok yang dihisap. 2. Distribusi persentase perokok menurut lama merokok.

3. Distribusi persentase perokok menurut jumlah rokok yang dihisap per hari. 4. Prevalensi terjadinya gangguan pengecapan.

3.8.2 Data Bivariat

Data bivariat adalah data untuk menganalisis hubungan dua variabel. Analisis bivariat adalah untuk melihat korelasi hubungan kebiasaan merokok dengan terjadinya gangguan pengecapan.36 Data yang terkumpul dianalisa dengan uji statistikFisher’s Exact Test. Perhitungan statistik apabila nilai P < 0,05 maka h0 ditolak yaitu terdapat

hubungan signifikan antara variabel. Bila nilai P > 0,05 maka h0 diterima yaitu tidak

terdapat hubungan yang signifikan antara kedua variabel. Data bivariat disajikan dalam bentuk tabel yang meliputi:

1. Hubungan kebiasaan merokok dengan terjadinya gangguan pengecapan. 2. Hubungan jenis merokok dengan terjadinya gangguan pengecapan. 3. Hubungan lama merokok dengan terjadinya gangguan pengecapan.

4. Hubungan jumlah rokok yang dihisap per hari dengan terjadinya gangguan pengecapan.

3.9 Etika Penelitian

Etika penelitian dalam penelitian ini mencakup hal sebagai berikut: 1. Lembar Persetujuan (Informed Consent)

(25)

untuk menandatangani lembar persetujuan (informed consent) agar dapat berpartispasi dalam penelitian.

2. Kelayakan Etik (Ethical Clearance)

(26)

BAB 4

HASIL PENELITIAN

4.1 Hasil Analisis Univariat

Sampel dalam penelitian ini melibatkan 50 orang pegawai non-akademik laki-laki yang mempunyai kebiasaan merokok di Universitas Sumatera Utara.

4.1.1 Data Demografis Subjek Penelitian

Tabel 1 menunjukkan persentase jenis rokok yang dihisap oleh pegawai non-akademik di Universitas Sumatera Utara. Dari jumlah sampel yang diteliti, terdapat 35 orang yang menghisap rokok putih (70%) dan 15 orang yang menghisap rokok kretek (30%). Hasil tersebut menunjukkan bahwa frekuensi dan persentase subjek yang menghisap rokok putih lebih tinggi dibandingkan dengan rokok kretek dalam penelitian ini.

Tabel 1. Distribusi Persentase Perokok Menurut Jenis Rokok Yang Dihisap

Jenis Rokok n %

Rokok Putih 35 70

Rokok Kretek 15 30

Total 50 100

(27)

Tabel 2. Distribusi Persentase Perokok Menurut Lama Merokok

Lama Merokok n %

< 5 tahun 15 30

5-10 tahun 12 24

> 10 tahun 23 46

Total 50 100

Tabel 3 menunjukkan persentase jumlah batang rokok yang dihisap dalam sehari, terlihat bahwa kebanyakan pegawai non-akademik di Universitas Sumatera Utara merokok 1 hingga 10 batang rokok per hari.Kelompok ini mencapai frekuensi yang tertinggi yaitu sebanyak 22 orang (44%). Dari hasil penelitian, terdapat 19 orang yang merokok 11-20 batang rokok per hari (38%) dan 9 orang yang merokok lebih dari 20 batang rokok per hari (18%).

Tabel 3. Distribusi Persentase Perokok Menurut Lama Merokok

Jumlah Rokok/Hari n %

1-10 batang 22 44

11-20 batang 19 38

>20 batang 9 18

Total 50 50

(28)

Tabel 4. Prevalensi Gangguan Pengecapan

Prevalensi

Gangguan Pengecapan Total

Ya Tidak

Jumlah orang (n) 4 46 50

Persentase (%) 8 92 100

4.2 Hasil Analisis Bivariat

4.2.1 Hubungan Antara Kebiasaan Merokok Dengan Terjadinya Gangguan Pengecapan

Tabel 5 menunjukkan persentase gangguan pengecapan yang ada berdasarkan jenis rokok yang dihisap.Berdasarkan tabel, terlihat bahwa gangguan pengecapan terdapat pada subjek yang menghisap rokok putih sebesar 2 orang dan terdapat 2 orang yang mempunyai gangguan pengecapan pada subjek yang menghisap rokok kretek.

Hasil Fisher’s Exact Test menunjukkan tidak ada hubungan signifikan antara jenis rokok yang dihisap dengan terjadinya gangguan pengecapan dimana P=0,574. Hal ini menunjukkan bahwa Ho diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa jenis

(29)

Tabel 5. Hasil Uji Statistik Hubungan Antara Jenis Rokok Dengan Terjadinya

Tabel 6 menunjukkan persentase gangguan pengecapan yang ada berdasarkan lama merokok dalam hitungan tahun.Berdasarkan tabel, terlihat bahwa gangguan pengecapan terjadi paling banyak pada subjek yang menghisap rokok lebih dari 10 tahun yaitu sebanyak 4 orang.Subjek yang menghisap rokok selama 5-10 tahun dan kurang dari 5 tahun tidak mengalami gangguan pengecapan.Secara deskriptif, gangguan pengecapan memiliki hubungan pada orang yang merokok lebih dari 10 tahun. Secara analitik, hasil uji Fisher’s Exact Test mendapat nilai P=0,137 dimana menunjukkan tidak terdapat hubungan yang signifikan antara lama merokok dengan terjadinya gangguan pengecapan.

(30)

Tabel 7 menunjukkan persentase gangguan pengecapan yang ada berdasarkan jumlah rokok yang dihisap per hari. Berdasarkan tabel terlihat bahwa gangguan pengecapan terjadi paling banyak pada subjek menghisap lebih dari 20 batang per hari yaitu 3 orang diikuti menghisap rokok antara 11-20 batang per hari yaitu 1 orang. Subjek yang menghisap 1-10 batang rokok per hari tidak mengalami gangguan pengecapan. Hasil uji statistic Fisher’s Exact Test menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara jumlah rokok yang dihisap per hari dengan terjadinya gangguan pengecapan dimana nilai P=0,007 dimana P < 0,05.

Tabel 7. Hasil Uji Statistik Hubungan Antara Jumlah Rokok Yang Dihisap Per Hari Dengan Terjadinya Gangguan Pengecapan

Jumlah Rokok/Hari

Gangguan Pengecapan

n Nilai P

Ya Tidak

1-10 batang 0 22 22

0,007

11-20 batang 1 18 19

(31)

BAB 5 PEMBAHASAN

Pada penelitian ini ditemukan bahwa jenis rokok yang diminati oleh pegawai non-akademik di Universitas Sumatera Utara adalah rokok putih yaitu sebanyak 70%. Hasil ini hampir sama dibandingkan penelitian yang dilakukan oleh Kang, KZ (2012) yang menemukan 61,2% pegawai menghisap rokok putih dan sebanyak 38,8% menghisap rokok kretek.37Rokok kretek lebih enak dibandingkan rokok putih karena terdapat rasa eksotik dan penambahan eugenol yang akan memberikan efek anastetik tetapi inhalasinya lebih mendalam dan berbahaya. Namun, dalam penelitian ini rokok putih lebih diminati subjek dibandingkan rokok kretek karena rokok putih mempunyai filter asetat selulosa pada ujung pemegang yang bertujuan untuk menyaring nikotin dan tar sampai batas tertentu.14

Dalam penelitian ini didapati bahwa kebanyakan pegawai mempunyai kebiasaan merokok lebih dari 10 tahun (46%).Hal ini dikarenakan mereka sudah mulai merokok sejak mereka remaja atau berada di Sekolah Menengah Atas.Selain itu, pegawai non-akademik Universitas Sumatera Utara mayoritas menghisap 1 hingga 10 batang rokok sehari yaitu sebesar 44%.

(32)

bahwa secara signifikan, threshold pada perokok lebih tinggi dari non-perokok hanya untuk rasa pahit.38,39Nikotin dan kandungan lain dalam rokok kemungkinan dapat menyebabkan gangguan enzim pada reseptor pahit dalam taste buds sehingga pengecapan untuk rasa pahit terganggu.38Penelitian Baker (1983) menemukan bahwa perokok mempunyai threshold yang lebih tinggi untuk rasa asin dibandingkan dengan non-perokok.40 PenelitianKim, dkk (2005) menyatakan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan di antara suprathreshold perokok dan non-perokok untuk empat rasa dasar.41Penelitian Palvidis (2009) dan Hong (2010) menemukan bahwa terdapat

perbedaan yang signifikan di antara threshold perokok dan

non-perokok.13,42Berdasarkan hasil yang berbeda-beda, dapat disimpulkan bahwa merokok mempunyai efek yang negatif terhadap pengecapan lidah tetapi efeknyasedikit. Walaupun terdapat perbedaan threshold antara perokok dan non-perokok, perbedaan suprathreshold di antara mereka tidak signifikan.43

Berdasarkan jenis rokok yang dihisap, gangguan pengecapan ditemui pada 2 subjek yang menghisap rokok putih dan 2 subjek yang menghisap rokok kretek.Hal ini disebabkan oleh kandungan nikotin yang terdapatpada kedua-dua rokok tersebut.Pembakaran tembakau yang terus menerus pada rokok dapat menyebabkan penumpukan nikotin pada mukosa mulut.Penumpukan nikotin dapat menyebabkan

taste budsterhambat sehingga zat-zat makanan tidak dapat berinteraksi dengan reseptor pengecap secara optimal. Meskipun terdapat perbedaan dalam kandungan nikotin di antara rokok putih dan rokok kretek, efeknya terhadap taste buds tidak ada perbedaan secara signifikan.12 Pada penelitian ini tidak ditemukan hubungan yang signifikan antara jenis rokok yang dihisap dengan terjadinya gangguan pengecapan (nilai P = 0,547).

Berdasarkan penelitian ini, didapati bahwa gangguan pengecapan hanya terdapat padasubjek yang menghisap rokok lebih dari 10 tahun yaitu sebanyak 4 orang (8%). Hal ini karena paparan mukosa mulut terdapat suhu tinggi dari asap rokok dalam jangka waktu yang lama dapat menyebabkan kerusakan pada ujung saraf sensoris dan

(33)

hubungan yang signifikan antara lama merokok dengan terjadinya gangguan pengecapan (nilai P = 0,137).Walaupun gangguan pengecapan hanya terjadi pada subjek yang merokok lebih dari 10 tahun (4 orang), jumlah subjekyang mempunyai pengecapan yang normal pada kategori itubanyak ditemukan yaitu sebanyak 19 orang sehingga dalam analisis Fisher’s Exact Test tidakditemukan hubungan yang bermakna antara lama merokok dan gangguan pengecapan. Penelitan Khan, dkk (2003) menemukan bahwa reseptor rasa tidak terpengaruh oleh lama merokok karena reaksi reseptor rasa perokok dan non perokok terhadap zat perasa yang digunakan dalam penelitiannya tidak terdapat perbedaan yang signifikan.44

Pada penelitian ini, jumlah rokok yang dihisap per hari oleh subjek penelitian menunjukkan bahwa terdapat gangguan pengecapan pada 3 orang yang menghisap lebih dari 20 batang rokok sehari.Gangguan pengecapan juga didapati pada subjek yang menghisap rokok antara 11-20 batang per hari yaitu 1 orang. Berdasarkan analisis data tersebut, terdapat hubungan yang signifikan antara jumlah rokok yang dihisap per hari dengan terjadinya gangguan pengecapan (nilai P = 0,007). Pembakaran tembakau pada rokok dengan frekuensi yang tinggi dapat menyebabkan penumpukan nikotin pada mukosa mulut sehingga menyebabkan taste buds

terhambat. Hal ini akan menghalangi interaksi zat-zat perasa dengan reseptor pada

taste buds dan mengurangkan efisiensi pengecapan.Hasil ini sesuai dengan hasil penelitian Vennemann, dkk (2008) yang menyatakan bahwa perokok berat yang merokok lebih dari 20 batang rokok per hari mempunyai peningkatan resiko untuk mengalami gangguan pada fungsi penciuman dan pengecapan karena persentase gangguan pengecapan tinggi di kalangan perokok berat.8Selain itu, penelitian Akal,dkk (2003) menyatakan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan untuk

(34)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa gangguan pengecapan tidak mempunyai hubungan yang signifikan dengan kebiasaan merokok pada pegawai non-akademik Universitas Sumatera Utara dan prevalensi gangguan pengecapan pada perokok rendah.

Secara khusus dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara jumlah batang rokok yang dihisap per hari dengan terjadinya gangguan pengecapan.Namun, tidak terdapat hubungan antara jenis rokok dan lama merokok dengan terjadinya gangguan pengecapan.

6.2 Saran

Gangguan pengecapan dapat dicegah dengan mengurangi atau menghentikan kebiasaan merokok.Para perokok harus diedukasi dan dinasehat untuk mengurangi jumlah rokok yang dihisap dalam sehari atau berhenti merokok. Selain itu, gangguan pengecapan juga dapat dicegah dengan menjaga kesehatan tubuh secara menyeluruh dan mengurang faktor-faktor etiologi lain yang dapat menyebabkan kelainan ini. Penelitian ini mempunyai kelemahan dimana jumlah sampel penelitian terlalu kecil dan jenis rasa yang mengalami gangguan akibat kebiasaan merokok tidak dianalisa.Oleh itu, diharapkan adanya penelitian lanjutan yang meneliti tentang hubungan kebiasaan rokokdengan terjadinya gangguan pengecapan dengan sampel yang lebih besar.Selain itu, penelitian dan evaluasi tentang jenis rasa yang mengalami gangguan akibat kebiasaan merokok juga dapat dilaksanakan.

(35)
(36)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Rokok

Rokok merupakan sejenis produk tembakau yang paling umum diproduksi.14,15 Rokok berbentuk silinder dan merupakan gulungan bahan tembakau yang dibalut kertas atau bahan non-tembakau. Sebatang rokok berdiameter 10 mm dan mempunyai ukuran panjang total sebanyak 70-10 mm, dengan panjang filter sebanyak 15-25 mm.15 Bahan baku rokok sebagian besar adalah tembakau (Nicotiana tobacum).16

Struktur rokok terdiri dari tembakau dan komponen non-tembakau yang merupakan filter dan kertas pembalut rokok. Pada ujung pegangan rokok, ada filter yang biasanya terbuat dari asetat selulosa yang bertujuan untuk menyaring nikotin dan tar sampai batas tertentu sesuai dengan standar International Organization for Standardization (ISO). Filter berperan untuk menyediakan ventilasi yang akan mengurangkan inhalasi nikotin dan tar dari rokok. Kertas pembalut rokok dapat berpori dengan derajat yang bervariasi.Pori-pori pada kertas pembalut rokok dapat dilalui aliran udara yang melewatinya dan berperan untuk mengatur regulasi pembakaran tembakau. Oleh karena itu, asap yang dihasilkan dari sebatang rokok tergantung pada karakteristik kertas pembalutnya.16

2.1.1 Sejarah Rokok

(37)

membawa rokok dari peperangan ‘Crimean War’ sedangkan kebiasaan merokok di Amerika baru menyebar pada tahun 1865. Munculnya kebiasaan merokok di negara-negara Arab dan Islam terjadi di akhir abad 10 Hijriah dan diperkenalkan oleh orang Yahudi dan Nasrani yang datang ke negara mereka.Pada 1890-an, rokok kretek diciptakan di Indonesia.17

2.1.2 Jenis Rokok

Terdapat beberapa tipe rokok yang digunakan pada masyarakat secara umum yaitu rokok putih, rokok cerutu, bidi, rokok pipa, rokok kretek dan shisha. Namun, rokok yang paling umum digunakan di Indonesia adalah rokok putih dan rokok kretek.14

2.1.2.1 Rokok Putih

Rokok putih merupakan rokok yang paling umum digunakan di seluruh dunia.Rokok ini terdiri daritembakau yang diparut dan diproses dengan ratusan jenis bahan kimia dan digulung menjadi bentuk silinder dengan kertas pembalut rokok. Rokok ini biasanya mempunyai filter asetat selulosa pada ujung pemegang.14

Gambar 1. Rokok Putih14

2.1.2.2 Rokok Kretek

(38)

Gambar 2. Rokok Kretek14

2.1.3 Kandungan Rokok

Sebatang rokok mengandung lebih dari 4000 jenis bahan kimia dan lebih dari 60 jenis bahan kimia di antaranya dapat menyebabkan kanker.16 Sebatang rokok yang dibakar dapat menghasilkan lebih kurang 500 mg gas (92%) dan bahan-bahan partikel padat (8%).19 Beberapa bahan kimia toksik yang terkandung dalam rokok dan asap tembakau adalah nikotin (agen adiktif dalam asap tembakau), karbonmonoksida (yang juga ditemukan dalam knalpot mobil) dan tar (partikel dalam asap rokok).17,18 Filter rokok yang baik dapat mengurangi inhalasi bahan-bahan ini.18

Nikotin adalah senyawa alami yang dapat ditemukan pada tanaman tembakau. Ketika rokok dibakar, sebagian kecil dari nikotin yang berada dalam tembakau akan menjadi komponen dari asap rokok.16 Nikotin dapat menaikkan tingkat epinefrin dalam darah, menaikkan tekanan darah, menambah denyut jantung dan menginduksi vasokonstriksi perifer. Nikotin sering dianggap sebagai penyebab adiksi rokok pada perokok.18 Kadar nikotin 4-6 mg yang dihisap per hari dapat menimbulkan ketagihan.19

(39)

Karbon monoksida adalah gas yang terbentuk apabila materi seperti kayu atau batu bara dibakar. Oleh karena itu, ketika rokok dibakar, karbon monoksida akan dibentuk sebagai komponen gas dalam asap. Kehadiran karbon monoksida dikaitkan dengan resiko penyakit kardiovaskular pada perokok karena karbon monoksida dapat menyebabkan perubahan pada hemoglobin dan akan mengurangi kapasitas pengambilan oksigen ke dalam darah.16

Selain bahan-bahan tersebut di atas, masih banyak terdapat zat-zat kimia lainnya yang berefek buruk terhadap tubuh seperti ammonia, fenol, hidrogen sianida dan sebagainya.20

2.1.4 Efek Merokok terhadap Rongga Mulut

(40)

2.2 Lidah

2.2.1 Anatomi Lidah

Lidah adalah suatu organ berotot yang ditutupi oleh mukosa mulut.22 Lidah hampir seluruhnya terdiri dari otot dengan dukungan skeletal yang sangat sedikit.23 Sebagian lidah terletak di rongga mulut dan sebagian lagi terletak di orofaring.22Lidah dibentuk oleh otot-otot yang terbagi atas 2 kelompok, yaitu otot intrinsik yang terdapat dalam lidah dan otot-otot ekstrinsik yang terdapat pada tulang rahang bawah di dasar mulut dan tulang lidah.22 Melalui otot-otot ini, lidah dapat berfungsi dalam proses mastikasi, proses penelanan dan proses berbicara. Selain itu, lidah juga berfungsi dalam proses pengecapan.22,23

Lidah terdiri dari tip, akar, permukaan inferior yang tertutup dengan membran mukosa dan permukaan dorsal yang melengkung. Dorsum lidah dibagi menjadi dua oleh suatu alur yang berbentuk V yang dikenali sebagai sulkus terminal. Sekitar dua-pertiga dari bagian lidah terletak di depan sulkus yang dikenali sebagai bagian anterior lidah. Bagian sepertiga yang tersisa yang terletak pada posterior sulkus terminal dikenali sebagai bagian posterior lidah.22,24

(41)

Bagian posterior pada dorsum lidah terletak di lantai orofaring. Mukosa pada bagian dorsum ini tidak mempunyai taste buds.22,25

Gambar 3. Anatomi Dorsal Lidah9

2.2.2 Fisiologi Pengecapan

Rangsangan rasa terdeteksi oleh kemoreseptor khusus yang disebut reseptor rasa atau sel rasa. Lidah merupakan situs utama deteksi rasa dan mengandung banyaktaste buds pada permukaan dorsalnya. Membran mukosa ditandai dengan adanya papila lidah yang merupakan proyeksi dari mukosa.Taste buds terletak di dinding papila tersebut. Taste buds merupakan komponen yang penting untuk sensasi rasa dan taste buds terdiri dari sel-sel reseptor rasa dan sel pendukung.4Sel-sel pada taste buds

(42)

Gambar 4.Taste buds26

Bahan yang memproduksi sensasi rasa yang primer adalah sebagai berikut:

1. Sensasi manis dihasilkan oleh sejumlah molekul organik termasuk gula, glikol, alkohol, aldehida, ester dan lain-lain. Bagian ujung lidah dianggap daerah paling sensitif terhadap rangsangan manis.9,27

2. Sensasi asin diproduksi oleh anion dari garam yang terionisasi terutama natrium klorida. Bagian anterior pada sisi lateral lidah dianggap daerah yang paling sensitif terhadap rangsangan asin.9,27

3. Sensasi asam dihasilkan oleh asam dan intensitas sensasi ini dipengaruh oleh pH pada larutan stimulus. Bagian posterior pada sisi lateral lidah dianggap daerah yang paling sensitif terhadap rangsangan asam.9,27

4. Sensasi pahit dihasilkan oleh alkaloid seperti kina, kafein dan nikotin.9,27

5. Sensasi umami. Sensasi ini baru ditambahkan sebagai sensasi rasa dasar yang sebelumnya hanya terdiri daripada manis, asin, asam dan pahit. Sensasi ini dihasilkan oleh glutamat khususnya monosodium glutamate (MSG). Rasa ini menyenangkan dan manis tetapi berbeda dari rasa manis standar.9

(43)

Gambar 5. Lintasan Impuls Pengecapan29

2.3 Gangguan Indera Pengecap

2.3.1 Etiologi

Kondisi yang dapat menyebabkan gangguan fungsi pengecapan adalah seperti:

a. Keadaan yang menimbulkan cedera pada taste budsseperti trauma dan karsinoma.30 b. Kondisi yang mengganggu pencapaian zat perasa pada sel reseptor dalam taste buds seperti infeksi dan inflamasi.30

c. Kondisi yang menyebabkan kerusakan pada jalur saraf yang menginervasi taste budsseperti trauma, infeksi dan faktor iatrogenik seperti pembedahan.30

d. Kondisi sistemik yang menyebabkan gangguan pada metabolisme seperti diabetes.30

e. Penuaan.11

f. Pengobatan radiasi. Pengobatan radiasi dapat merusakkan taste buds, saraf dan kelenjar ludah.11

(44)

h. Merokok.12

2.3.2 Patogenesis Terjadinya Gangguan Pengecapan Akibat Merokok

Merokok telah diduga dapat menurunkan kemampuan lidah untuk mengecap, dimana ketika rokok diisap, nikotin dalam rokok dapat berkondensasi ke dalam kavitas oral dan menempel pada gigi, lidah dan taste buds.Iritasi yang terus menerus dari pembakaran tembakau dapat menyebabkan penebalan jaringan mukosa mulut dan menyebabkan penumpukan nikotin. Penumpukan nikotin dapat menyebabkan taste budsterhambat sehingga dapat menghalangi interaksi zat-zat makanan ke dalam reseptor pengecap. Selain itu, suhu tinggi yang dihasilkan dari asap rokok dapat menyebabkan kerusakan pada ujung saraf sensorik dan taste buds. Efisiensi pengecapan akan menurun karena transmisi impuls dari taste buds ke otak terganggu.12

2.3.3 Manifestasi Klinis

Gangguan fungsi pengecapan secara umum diklasifikasikan sebagai kehilangan (ageusia, hypogeusia) atau distorsi (dysgeusia) fungsi pengecapan.

Ageusia adalah kehilangan kemampuan seseorang untuk mendeteksi rasa, seperti rasa manis, asam, asin, pahit dan rasa yang kurang dikenal seperti rasa umami dan rasa metalik.

Hypogeusia adalah penurunan kemampuan seseorang untuk mendeteksi stimuli rasa.Seseorang dengan hypogeusia dapat mengalami penurunan kemampuan untuk mendeteksi semua modalitas rasa atau rasa tertentu seperti pahit dan asin.Seseorang dengan ageusia membutuhkan molekul atau ion yang lebih untuk mendeteksi sesuatu rasa dibandingkan dengan orang yang mempunyai fungsi pengecapan yang normal. Dysgeusia adalah kelainan pada persepsi suatu zat pencetus rasa.Pada orang dengan dysgeusia, makanan yang biasanya terasa enak dapat terasa kurang menyenangkan atau menginduksi rasa yang berbeda seperti rasa metalik.3

(45)
(46)

2.4 Kerangka Teori

Kebiasaan Merokok

Efek MerokokTerhadap Rongga Mulut

Kandungan Rokok Lama Merokok

Lidah

Taste buds

JenisRokok

(47)

2.5 Kerangka Konsep

Kebiasaan Merokok

- Jenis Rokok

- Lama Merokok

- Jumlah Rokok yang dihisap per hari

Gangguan Pengecapan

- Jenis Kelamin

(48)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Menurut World Health Organization (WHO), penggunaan tembakau merupakan salah satu ancaman kesehatan masyarakat terbesar yang sedang dihadapi dunia. Terdapat lebih dari satu miliar perokok di dunia dan lebih dari 80% dari perokok dunia berada di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah.1Berdasarkan data dari TheASEAN Tobbaco Control Report pada tahun 2007, Indonesia merupakan negara perokok terbesar di lingkungan negara-negara ASEAN. Jumlah perokok di ASEAN mencapai 129.691 juta orang,sedangkanIndonesia memiliki jumlah perokok yang terbesar yaitu57.563 juta orang atau sekitar 46,16%. 2

Penggunaan tembakau dapat mempengaruhi kesehatan tubuh secara sistemik ataupun lokal.3Pengaruhnya sangat bergantung pada lama merokok, cara merokok dan intensitas merokok.4Menurut Center for Disease Control and Prevention, merokok dapat menyebabkan penyakit kardiovaskular, penyakit saluran pernafasan dan kanker hampir di setiap bagiantubuh.5

Berbagai kondisi mulutdapat dikaitkan dengan penggunaan tembakau.6Kondisi tersebut sebagian besar dihasilkan oleh toksin, bahan kimia dan iritan yang ditemukan dalam daun tembakau yang diproses atau dibakar.4 Merokok dapat meningkatkan resiko terjadinya penyakit mulut, menyebabkan kondisi seperti plak gigi yang lebih lengket dan akan meningkatkan resiko periodontitis, halitosis, xerostomia, leukoplakia, stomatitis nikotina, hairytongue, kanker mulut dan kehilangan rasa.7Kebiasaan merokok merupakanpenyebab potensial untuk penurunan rasawalaupun jarang dibicarakan.8

(49)

kemoreseptor khusus yang disebut reseptor rasa.Reseptor rasa ini terkelompok dalam

taste buds yang terletak di lidah, palatum, faring dan epiglottis.9

Lidah merupakan lokasi utama untuk mendeteksi rasa dan mengandung banyak

tastebuds di permukaan dorsal. Membran mukosa pada permukaan dorsal tersebut mempunyai banyak papilla dan tastebudsyang terletak pada dinding papilla. Sel-sel pada tastebuds sebagian besar terletak pada permukaan lidah dan materi mengakses sel indera melalui taste pore. Sebagian besar sel-sel pada taste buds adalah sel-sel sensoris. Biasanya, pada reseptor sensoris terdapat empat jenis rasa yang dapat terdeteksi, yaitu rasa manis, rasa asin, rasa asam dan rasa pahit.Penelitian terkini telah menunjukkan bahwa terdapat rasa kelima yang disebut umami. Reseptornya dirangsang secara khusus oleh ion glutamat.10

Merokok dapat menyebabkan terjadinya perubahan rasa ataupun hilangnya rasa pada lidah.4Iritan, toksin atau bahan kimia seperti nikotin akan menyebabkan perubahan pada taste buds atau saraf penciuman.Dengan hilangnya atau kurangnya sensitivitas pengecapan, maka banyak pengalaman hidup yang menyenangkan akan hilang, seperti merasa makanan yang enak. Hal ini akan meningkatkan resiko individu untuk mengalamidepresi, anoreksia dan penurunan berat badan yang berujung pada penurunan kualitas hidup.11Penelitian Simamora pada tahun 2012 menyatakan bahwa terdapat perbedaan sensitivitas rasa antara perokok kretek dan non perokok untuk rasa manis dan pahit. Non perokok memiliki taste buds yang lebih sensitif terhadap rasa manis dibanding perokok kretek dan sensitifitas rasa pahit lebih tinggi di kelompok perokok.12 Pada penelitian oleh Hong pada tahun 2010 dinyatakan bahwa terdapat perbedaan thresholdgustatoridi antara perokok dan non perokok pada laki-laki muda di Korea.13

(50)

jumlah rokok yang dihisap per hari.Berdasarkan hal di atas, maka dilakukan penelitian mengenai hubungan kebiasaan merokok dengan terjadinya gangguan pengecapan pada pegawai non-akademik Universitas Sumatera Utara.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

1.2.1 Masalah Umum

1. Berapakah prevalensi terjadinya gangguan pengecapan akibat kebiasaan merokok pada pegawai non-akademik Universitas Sumatera Utara yang merokok?

2. Apakah ada hubungan antara kebiasaan merokok dengan terjadinya gangguan pengecapan?

1.2.2 Masalah Khusus

1. Apakah ada hubungan antara jenis rokok yang dihisap dengan terjadinya gangguan pengecapan?

2. Apakah ada hubungan antara lama merokok dengan terjadinya gangguan pengecapan?

3. Apakah ada hubungan antara jumlah rokok yang dihisap per hari dengan terjadinya gangguan pengecapan?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

(51)

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui hubungan antara jenis rokok yang dihisap dengan terjadinya gangguan pengecapan.

2. Untuk mengetahui hubungan antara lama merokok dengan terjadinya gangguan pengecapan.

3. Untuk mengetahui hubungan antara jumlah rokok yang dihisap per hari dengan terjadinya gangguan pengecapan.

1.4 Hipotesis Penelitian

1. Ada hubungan antara kebiasaan merokok dengan terjadinya gangguan pengecapan. 2. Ada hubungan antara jenis rokok yang dihisap dengan terjadinya gangguan pengecapan.

3. Ada hubungan antara lama merokok dengan terjadinya gangguan pengecapan. 4. Ada hubungan antara jumlah rokok yang dihisap per hari dengan terjadinya gangguan pengecapan.

1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1 Manfaat Teoritis

1. Penelitian ini diharapkan dapat memberi kontribusi atau sumbangan bagi pengembangan ilmu pengetahuan di bidang kesehatan tentang hubungan kebiasaan merokok dengan terjadinya gangguan pengecapan.

2. Sebagai data dasar penelitian bagi penelitian lanjutan mengenai pengaruh merokok terhadap gangguan indera pengecapan pada lidah.

1.5.2 Manfaat Praktis

(52)
(53)

Fakultas Kedokteran Gigi

Departemen Ilmu Penyakit Mulut

Tahun 2015

Victor Leong Weng Ken

Hubungan Kebiasaan Merokok Dengan Terjadinya Gangguan Pengecapan Pada Pegawai Non-Akademik Universitas Sumatera Utara.

x+ 51halaman

Merokok adalah salah satu kebiasaan yang sering ditemui di masyarakat dan dapat membahayakan kesehatan tubuh. Merokok dapat menyebabkan berbagai jenis kelainan pada rongga mulut, salah satunya adalah gangguan pengecapan.Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara kebiasaan merokok seperti jenis rokok yang dihisap, lama merokok dan jumlah rokok yang dihisap per hari dengan terjadinya gangguan pengecapan. Penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional dengan pendekatan cross sectional untuk mengetahui korelasi antara kebiasaan merokok dengan terjadinya gangguan pengecapan. Pengambilan sampel dilakukan secara purposive non probability sampling pada 50 subjek penelitian. Data kebiasaan merokok dikumpulkan dengan wawancara terhadap subjek penelitian sedangkan data klinis diperoleh dengan melakukan pemeriksaan klinis terhadap subjek yang memenuhi kriteria inklusi. Uji statistik yang digunakan adalah Fisher’s Exact Test. Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat hubungan antara jumlah batang rokok yang dihisap per hari dengan terjadinya gangguan pengecapan (P=0,007). Namun tidak terdapat hubungan antara jenis rokok yang dihisap dan lama merokok dengan terjadinya gangguan pengecapan. Gangguan pengecapan diperoleh 8% dari seluruh subjek penelitian. Kesimpulannya, tidak ada hubungan yang signifikan antara kebiasaan merokok dengan terjadinya gangguan pengecapan tetapi ada hubungan yang signifikan antara jumlah rokok yang dihisap per hari dengan gangguan pengecapan (P = 0,007).

(54)

HUBUNGAN KEBIASAAN MEROKOK DENGAN

TERJADINYA GANGGUAN PENGECAPAN

PADA PEGAWAI NON-AKADEMIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi Syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

Oleh:

VICTOR LEONG WENG KEN NIM: 110600168

Dosen Pembimbing:

Dr. Wilda Hafny Lubis, drg., M.Si

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(55)

PERNYATAAN

PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan Dihadapan tim penguji skripsi

Medan, 8Agustus 2015

Pembimbing: Tanda tangan,

Dr.Wilda Hafny Lubis, drg.,M.Si ---

(56)

TIM PENGUJI SKRIPSI

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan tim penguji pada tanggal 8 Agustus 2015

TIM PENGUJI

KETUA : Dr. Wilda Hafny Lubis, drg., M.Si

(57)

Fakultas Kedokteran Gigi

Departemen Ilmu Penyakit Mulut

Tahun 2015

Victor Leong Weng Ken

Hubungan Kebiasaan Merokok Dengan Terjadinya Gangguan Pengecapan Pada Pegawai Non-Akademik Universitas Sumatera Utara.

x+ 51halaman

Merokok adalah salah satu kebiasaan yang sering ditemui di masyarakat dan dapat membahayakan kesehatan tubuh. Merokok dapat menyebabkan berbagai jenis kelainan pada rongga mulut, salah satunya adalah gangguan pengecapan.Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara kebiasaan merokok seperti jenis rokok yang dihisap, lama merokok dan jumlah rokok yang dihisap per hari dengan terjadinya gangguan pengecapan. Penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional dengan pendekatan cross sectional untuk mengetahui korelasi antara kebiasaan merokok dengan terjadinya gangguan pengecapan. Pengambilan sampel dilakukan secara purposive non probability sampling pada 50 subjek penelitian. Data kebiasaan merokok dikumpulkan dengan wawancara terhadap subjek penelitian sedangkan data klinis diperoleh dengan melakukan pemeriksaan klinis terhadap subjek yang memenuhi kriteria inklusi. Uji statistik yang digunakan adalah Fisher’s Exact Test. Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat hubungan antara jumlah batang rokok yang dihisap per hari dengan terjadinya gangguan pengecapan (P=0,007). Namun tidak terdapat hubungan antara jenis rokok yang dihisap dan lama merokok dengan terjadinya gangguan pengecapan. Gangguan pengecapan diperoleh 8% dari seluruh subjek penelitian. Kesimpulannya, tidak ada hubungan yang signifikan antara kebiasaan merokok dengan terjadinya gangguan pengecapan tetapi ada hubungan yang signifikan antara jumlah rokok yang dihisap per hari dengan gangguan pengecapan (P = 0,007).

(58)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kasih dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Hubungan Kebiasaan Merokok dengan Terjadinya Gangguan Pengecapan pada Pegawai Non-Akademik Universitas Sumatera Utara”, yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis telah banyak mendapat bimbingan, pengarahan dan sara dari berbagai pihak. Untuk itu, dengan segala kerendahan hati, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing Dr. Wilda Hafny Lubis, drg., M.Si dan dosen penguji yaitu Sayuti Hasibuan, drg, Sp.PM dan Aida Fadilla Darwis, drg., yang telah begitu banyak menyumbangkan waktu, memberikan semangat, motivasi, dorongan serta masukan dalam penyelesaian skripsi ini. Penulis mengucapkan terima kasih kepada orang tua yang tercinta yaitu Ayahanda Willard Leong, Ibu Celia Ng serta adik, Rachel, Deborah dan Caleb yang selalu memberi doa, dukungan moril dan semangat kepada penulis selama ini. Selanjutnya penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada:

1. Prof. Nazruddin, drg.,C.Ort.,Ph.D,Sp.Ort.selaku Dekan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

2. Sayuti Hasibuan, drg, Sp.PM selaku Ketua Departemen Ilmu Penyakit Mulut Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

3. Putri Welda Utami Ritonga, drg, MDSc selaku dosen pembimbing akademik yang telah membimbing dan mengarahkan penulis selama menjalani pendidikan di Fakultas kedokteran Gigi.

(59)

dan pegawai Departemen Ilmu Penyakit Mulut yang telah membimbing dan memberi arahan selama masa penyusunan skripsi.

5. Seluruh pegawai non-akademik Universitas Sumatera Utara yang telah membantu penulis serta bersedia bekerjasama dengan baik dalam penelitian ini.

6. Teman-teman penulis Melinder Kaur, Colvin Voon, Robert Low, Khaera, Shamini, Fatin dan seluruh teman mahasiswa FKG USU.

Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang turut membantu dalam penyusunan skripsi ini dan memohon maaf bila terdapat kesalahan selama melakukan penelitian ini. Semua saran akan menjadi masukan yang sangat berharga bagi kualitas skripsi ini. Penulis mengharapkan semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi ilmu pengetahuan, khususnya di bidang kedokteran gigi.

Medan, 8 Agustus 2015 Penulis,

(60)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 3

1.3 Tujuan Penelitian ... 3

1.4 Hipotesis Penelitian ... 4

1.5 Manfaat Penelitian ... 4

2.3 Gangguan Indera Pengecap ... 13

(61)

2.3.2 Patogenesis Terjadinya Gangguan Pengecapan

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ... 18

3.2.1 Tempat Penelitian... 17

3.4 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 20

3.4.1 Variabel Penelitian ... 20

3.4.2 Definisi Operasional... 21

3.5 Sarana Penelitian ... 22

3.5.1 Alat ... 22

3.5.2 Bahan ... 22

3.6 Metode Pengumpulan Data ... 22

3.6.1 Pengisian Kuesioner ... 23

3.6.2 Pemeriksaan Klinis... 23

3.6.3 Skema Alur Penelitian ... 23

3.7 Pengolahan Data... 24

3.8 Analisa Data ... 24

3.8.1 Data Univariat ... 25

3.8.2 Data Bivariat ... 25

BAB 4 HASIL PENELITIAN ... 27

BAB 5 PEMBAHASAN ... 32

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 35

DAFTAR PUSTAKA ... 37

(62)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1 Persentase Perokok Menurut Jenis Rokok Yang Dihisap ... 27

2 Persentase Perokok Menurut Lama Merokok ... 28

3 Persentase Perokok Menurut Jumlah Rokok Yang Dihisap Per Hari ... 28

4 Prevalensi Gangguang Pengecapan ... 29

5 Hasil Uji Statistik Hubungan Antara Jenis Rokok Dengan Terjadinya Gangguan Pengecapan ... 30

6 Hasil Uji Statistik Hubungan Antara Lama Merokok Dengan Terjadinya Gangguan Pengecapan ... 31

(63)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1 Rokok Putih ... 7

2 Rokok Kretek ... 8

3 Anatomi Dorsal Lidah ... 11

4Taste buds ... 12

(64)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1. Kuesioner

2. Lembar penjelasan kepada calon subjek penelitian

3. Lembar persetujuan setelah penjelasan (Informed consent) 4. Surat persetujuan komisi etik (ethical clearence)

Gambar

Tabel 1. Distribusi Persentase Perokok Menurut Jenis Rokok Yang Dihisap
Tabel 3. Distribusi Persentase Perokok Menurut Lama Merokok
Tabel 4. Prevalensi Gangguan Pengecapan
Tabel 5. Hasil Uji Statistik Hubungan Antara Jenis Rokok Dengan Terjadinya
+7

Referensi

Dokumen terkait

Syukur alhamdulillah kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Akhir dengan judul

Adapun alasan pemilihan lokasi tersebut karena subjek penelitian adalah mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara dan lokasi penelitian yang merupakan daerah kampus

hubungan cara menghisap rokok terhadap terjadinya smoker’s melanosis karena akan..

Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan kebiasaan merokok terhadap terjadinya dry mouth pada perokok filter

Simpulan Penelitian: Dari penelitian ini disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara kebiasaan merokok dan stroke hemoragik berdasarkan pemeriksaan

Hasil penelitian didapatkan ada hubungan antara kebiasaan merokok dengan hipertensi (p=0,000) yaitu dipengaruhi oleh lama merokok (p=0,018) dan cara merokok (p=0,046), tetapi

Salak merupakan salah satu jenis buah yang banyak digemari, rasa buahnya yang manis, asam &amp;amp; kelat, sehingga banyak orang yang menyukainya.. Buah salak dapat diolah

Hasil penelitian ini diperoleh ternyata tidak ada hubungan yang signifikan antara jenis rokok yang dihisap, lama merokok dan jumlah rokok yang dihisap per hari