KAJIAN ANALYTIC HIERARCHY PROCESS (AHP) DALAM MENENTUKAN
POSISI MEREK HANDPHONE BERDASARKAN PERSEPSI PRODUSEN
DAN KONSUMEN TERHADAP KRITERIA HANDPHONE
SKRIPSI
Ahmad Shabri P.
110803057
DEPARTEMEN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
KAJIAN ANALYTIC HIERARCHY PROCESS (AHP) DALAM MENENTUKAN POSISI MEREK HANDPHONE BERDASARKAN PERSEPSI PRODUSEN
DAN KONSUMEN TERHADAP KRITERIA HANDPHONE
SKRIPSI
Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar Sarjana Sains
Ahmad Shabri P. 110803057
DEPARTEMEN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PERSETUJUAN
Judul : Kajian Analytic Hierarchy Process (AHP) dalam Menentukan Posisi Merek Handphone Berdasarkan Persepsi Produsen dan Konsumen terhadap Kriteria
Handphone
Kategori : Skripsi
Nama : Ahmad Shabri P. Nomor Induk Mahasiswa : 110803057
Program Studi : Sarjana (S1) Matematika Departemen : Matematika
Fakultas : Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara
Disetujui di
Medan, Februari 2015
Komisi Pembimbing:
Pembimbing 2, Pembimbing 1,
Prof. Dr. Drs. Iryanto, M.Si Dr. Sawaluddin, M.IT NIP. 194604041971071001 NIP. 195912311998021001
Disetujui oleh
Departemen Matematika FMIPA USU Ketua,
PERNYATAAN
KAJIAN ANALYTIC HIERARCHY PROCESS (AHP) DALAM MENENTUKAN POSISI MEREK HANDPHONE
BERDASARKAN PERSEPSI PRODUSEN DAN KONSUMEN TERHADAP
KRITERIA HANDPHONE
SKRIPSI
Saya mengakui bahwa skripsi ini adalah hasil kerja saya sendiri. Kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.
Medan, Februari 2015
PENGHARGAAN
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Pengasih dan Maha
Penyayang, karena atas izin-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi
ini sesuai dengan rencana.
Penulis menyampaikan terima kasih kepada kedua orang tua tercinta serta
keluarga atas segala perhatian dan dukungan moril maupun materil yang mereka
berikan kepada penulis.
Penulis juga menyampaikan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. Sawaluddin, M.IT dan Prof. Dr. Drs. Iryanto, M.Si, selaku dosen
pembimbing yang telah meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan
dan pengarahan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat penulis selesaikan.
2. Bapak Dr. Syahriol Sitorus, M.IT dan Dr. Elly Rosmaini, M.Si, selaku dosen
penguji.
3. Dekan dan Pembantu Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam Universitas Sumatera Utara.
4. Bapak Prof. Dr. Tulus, M.Si dan Ibu Dr. Mardiningsih, M.Si., selaku Ketua
dan Sekretaris Departemen Matematika.
5. Seluruh staf pengajar dan staf administrasi Departemen Matematika.
6. Ibu Prof. Kirti yang telah bersedia meluangkan waktu dalam memberikan
arahan dan masukan mengenai pengkajian metode Analytic Hierarchy
Process (AHP) via email.
7. Penjaga toko handphone yang bertempat di Plaza Medan Fair Tahap I No. 21 dan No. 26 (jalan Gatot Subroto, Medan) serta mahasiswa dengan NIM
110402011 yang bersedia menjadi responden dalam penyusunan skripsi ini.
8. Justin beserta teman-teman Departemen Matematika stambuk 2011 yang
telah bersedia meluangkan waktu untuk memberikan beberapa informasi
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan ini. Untuk itu
penulis menerima saran dan kritik yang membangun dari pembaca.
Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih, semoga skripsi ini dapat
bermanfaat bagi kita semua. Sekali lagi penulis ucapkan terima kasih kepada
mereka yang penulis sebutkan sebelumnya, semoga Tuhan Yang Maha Esa selalu
memberkahi dan memberikan perlindungan, kesehatan serta rahmad-Nya atas
kebaikan-kebaikan tersebut.
Medan, Februari 2015
Hormat Penulis
KAJIAN ANALYTIC HIERARCHY PROCESS (AHP) DALAM MENENTUKAN POSISI MEREK HANDPHONE BERDASARKAN PERSEPSI
PRODUSEN DAN KONSUMEN TERHADAP KRITERIA HANDPHONE
ABSTRAK
Analytic Hierarchy Process (AHP) adalah suatu metode pengambilan keputusan dalam menentukan prioritas pilihan dari berbagai alternatif. Berikut adalah algoritma dalam menyelesaikan masalah keputusan dengan menggunakan
Analytic Hierarchy Process yaitu menentukan tujuan dan membuat struktur hierarki dari permasalahan yang ingin diteliti, membuat matriks perbandingan berpasangan yang bertujuan untuk mencari bobot dari tiap-tiap kriteria yang kemudian bobot dari seluruh kriteria tersebut akan digunakan dalam mencari bobot seluruh alternatif dari setiap kriteria dengan cara menormalkan rata-rata geometrik dari pendapat responden, mencari nilai vektor eigen maksimum dan vektor eigen dinormalkan yang diperoleh dari matriks sebelumnya dan terakhir adalah melakukan uji konsistensi terhadap bobot dari setiap kriteria maupun alternatif dengan syarat ( ).
Kajian AHP dalam penelitian ini adalah menentukan posisi merek
handphone berdasarkan persepi produsen dan konsumen terhadap kriteria
handphone. Hasil dari analisis AHP diperoleh kesimpulan bahwa Samsung adalah Alternatif yang berada pada posisi pertama (58,4%), posisi kedua adalah Oppo (24%) dan ketiga adalah Sony (17,6%).
STUDY OF ANALYTIC HIERARCHY PROCESS (AHP) IN DETERMINING POSITION OF HANDPHONE BRAND ACCORGING TO
PERCEPTION OF PRODUCER AND CONSUMER TOWARD HANDPHONE CRITERIA
ABSTRACT
Analytic Hierarchy Process (AHP) is a decision making method in determining choice priority from any priority. Here is the algorithm in solving decision problem by using Analytic Hierarchy Process, that is determine the goal and make a structur of problem that will be researched, make a pair-wise comparison matrix which has a goal to find the weight of criteria and then the weight will be used to find the weight of alternatives from every criteria with making normal geometric mean of respondent opinion, find the value of eigen vector maximum and eigen vector be normal from matrix in advance and finally do consistency test toward the weight of criteria and alternative in condition ( ).
Study of AHP at this research is determining position of handphone brand according to perception of producer and consumer toward handphone criteria. According to AHP analysis, get a conclusion that Samsung is the first alternative (58,4%), the second position is Oppo (24%) and the third position is Sony (17,6%).
DAFTAR ISI
Bab 3 PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
3.1 Pengumpulan Data 23
3.1.2 Pengumpulan Data Kuantitatif 24 3.2 Pengolahan Data
3.2.1 Uji Validitas 25
3.2.2 Uji Reliabilitas 27 3.2.3 Perankingan terhadap Kriteria Handphone 29 3.2.4 Perankingan Merek Handphone 31
Berdasarkan Kriteria Desain
3.2.5 Perankingan Merek Handphone 33 Berdasarkan Kriteria Fasilitas
3.2.6 Perankingan Merek Handphone 34 Berdasarkan Kriteria Harga Jual Kembali
3.2.7 Perankingan Merek Handphone 36 Berdasarkan Kriteria Spare Part
3.2.8 Total Ranking 38
Bab 4 KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan 40
4.2 Saran 40
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
Tabel
1.1 Peneliti Terdahulu 6
2.1 Matriks Perbandingan Berpasangan 15
2.2 Skala Perbandingan Berpasangan 15
2.3 Matriks Perbandingan Berpasangan 16
dengan Nilai Intensitas
2.4 Random Index (RI) 18
3.1 Kriteria Handphone 24
3.2 Skala Saaty 24
3.3 Contoh Penggunaan Skala Saaty 25
3.4 Hasil Kuesioner Pertama 25
3.5 Tabel Pembantu 26
3.6 Tabulasi Hasil Pengukuran I 27
3.7 Tabulasi Hasil Pengukuran II 28
3.8 Tabel Pembantu 28
3.9 Matriks Perbandingan Berpasangan 29
Kriteria yang Disederhanakan
3.10 Matriks Perbandingan Kriteria Berpasangan 30
Kriteria yang Dinormalkan
3.11 Vektor Eigen 30
3.12 Matriks Perbandingan Berpasangan untuk 31
Kriteria Desain yang Disederhanakan
3.13 Matriks Perbandingan Berpasangan untuk 32
Kriteria Desain yang Dinormalkan
3.14 Matriks Perbandingan Berpasangan untuk 33
Kriteria Fasilitas yang Disederhanakan
3.15 Matriks Perbandingan Berpasangan untuk 34
3.16 Matriks Perbandingan Berpasangan untuk 35
Kriteria Harga Jual Kembali yang Disederhanakan
3.17 Matriks Perbandingan Berpasangan untuk 35
Kriteria Harga Jual Kembali yang Dinormalkan
3.18 Matriks Perbandingan Berpasangan untuk 36
Kriteria Spare Part yang Disederhanakan
3.19 Matriks Perbandingan Berpasangan untuk 37
Kriteria Spare Part yang Dinormalkan
3.20 Matriks Hubungan antara Kriteria dengan Alternatif 38
3.21 Ranking untuk Semua Kriteria 38
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
Gambar
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Judul Halaman
Lampiran
1 Tabel Distribusi Chi-Square 43
2 Kuesioner Penentuan Kriteria Tahap I 44
3 Kuesioner Penentuan Kriteria Tahap II 45
4 Kuesioner Penentuan Ranking Kriteria 46
5 Kuesioner Penentuan Ranking Alternatif 48
6 Matriks Perbandingan Berpasangan Kriteria 50
7 Matriks Perbandingan Berpasangan Handphone 52
terhadap Desain 8 Matriks Perbandingan Berpasangan Handphone 54
terhadap Fasilitas 9 Matriks Perbandingan Berpasangan Handphone 56
terhadap Harga Jual Kembali 10 Matriks Perbandingan Berpasangan Handphone 58
terhadap Spare Part 11 Responden I (Plaza Madan Fair Tahap I, no. 21) 60
12 Responden II (Plaza Madan Fair Tahap I, no. 26) 61
KAJIAN ANALYTIC HIERARCHY PROCESS (AHP) DALAM MENENTUKAN POSISI MEREK HANDPHONE BERDASARKAN PERSEPSI
PRODUSEN DAN KONSUMEN TERHADAP KRITERIA HANDPHONE
ABSTRAK
Analytic Hierarchy Process (AHP) adalah suatu metode pengambilan keputusan dalam menentukan prioritas pilihan dari berbagai alternatif. Berikut adalah algoritma dalam menyelesaikan masalah keputusan dengan menggunakan
Analytic Hierarchy Process yaitu menentukan tujuan dan membuat struktur hierarki dari permasalahan yang ingin diteliti, membuat matriks perbandingan berpasangan yang bertujuan untuk mencari bobot dari tiap-tiap kriteria yang kemudian bobot dari seluruh kriteria tersebut akan digunakan dalam mencari bobot seluruh alternatif dari setiap kriteria dengan cara menormalkan rata-rata geometrik dari pendapat responden, mencari nilai vektor eigen maksimum dan vektor eigen dinormalkan yang diperoleh dari matriks sebelumnya dan terakhir adalah melakukan uji konsistensi terhadap bobot dari setiap kriteria maupun alternatif dengan syarat ( ).
Kajian AHP dalam penelitian ini adalah menentukan posisi merek
handphone berdasarkan persepi produsen dan konsumen terhadap kriteria
handphone. Hasil dari analisis AHP diperoleh kesimpulan bahwa Samsung adalah Alternatif yang berada pada posisi pertama (58,4%), posisi kedua adalah Oppo (24%) dan ketiga adalah Sony (17,6%).
STUDY OF ANALYTIC HIERARCHY PROCESS (AHP) IN DETERMINING POSITION OF HANDPHONE BRAND ACCORGING TO
PERCEPTION OF PRODUCER AND CONSUMER TOWARD HANDPHONE CRITERIA
ABSTRACT
Analytic Hierarchy Process (AHP) is a decision making method in determining choice priority from any priority. Here is the algorithm in solving decision problem by using Analytic Hierarchy Process, that is determine the goal and make a structur of problem that will be researched, make a pair-wise comparison matrix which has a goal to find the weight of criteria and then the weight will be used to find the weight of alternatives from every criteria with making normal geometric mean of respondent opinion, find the value of eigen vector maximum and eigen vector be normal from matrix in advance and finally do consistency test toward the weight of criteria and alternative in condition ( ).
Study of AHP at this research is determining position of handphone brand according to perception of producer and consumer toward handphone criteria. According to AHP analysis, get a conclusion that Samsung is the first alternative (58,4%), the second position is Oppo (24%) and the third position is Sony (17,6%).
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Teknologi adalah keseluruhan sarana untuk menyediakan barang-barang yang
diperlukan bagi kelangsungan dan kenyamanan hidup manusia. Dewasa ini,
Perkembangan teknologi yang begitu pesat sangat mempengaruhi aktivitas
manusia.
Handphone merupakan salah satu jenis teknologi komunikasi yang saat ini banyak digunakan berbagai kalangan masyarakat. Ada banyak faktor yang dapat
mempengaruhi konsumen dalam memilih handphone seperti harga, kualitas kamera, processor,RAM, baterai dan lain-lain.
Dalam pembelian handphone, konsumen yang sebagai pengambil keputusan akan mudah menentukan pilihan jika mampu mengetahui kriteria handphone
mana yang sesuai dengan kebutuhan mereka.
Sumber kerumitan masalah keputusan bukan hanya ketidakpastian atau
ketidaksempurnaan informasi. Penyebab lainnya adalah banyaknya faktor yang
berpengaruh terhadap pilihan-pilihan yang ada, beragamnya kriteria pemilihan
dan jika pengambilan keputusan lebih dari satu (Mulyono, 2004).
Dikarenakan kemajuan handphone yang begitu kuat mengakibatkan daya beli masyarakat semakin tinggi dengan kriteria-kriteria yang ada. Namun, ada banyak
persepsi produsen dan konsumen dalam memberikan penilaian handphone ketika membandingkan kriteria mana yang lebih penting dan merek handphone apa yang menduduki posisi teratas karena penilaian tidak hanya dilakukan secara kualitatif
tetapi juga secara intuitif. Umumnya, penilaian yang dilakukan produsen dan
konsumen berdasarkan kualitas handphone adalah pada RAM, baterai, processor, ketahanan dan fasilitas lainnya sedangkan bentuk atau desain dari handphone itu sendiri biasanya penilaian yang diberikan berbeda-beda karena ini merupakan
Perankingan suatu produk dengan metode selain AHP akan sangat sulit
dilakukan jika input yang digunakan adalah pendapat para responden di mana pendapat yang diminta terkait dengan faktor-faktor yang bebas satu sama lain
sehingga tidak jarang terjadi hasil yang didapat akan mengarah pada
ketidakkonsistenan responden.
Metode Analytic Hierarchy Process (AHP) merupakan salah satu metode pengambilan keputusan yang menggunakan faktor-faktor logika, intuisi,
pengalaman, pengetahuan, emosi dan rasa untuk dioptimasi dalam suatu proses
yang sistematis (Iryanto, 2008).
Berdasarkan uraian di atas penulis tertarik membuat tugas akhir dengan judul
“KAJIAN ANALYTIC HIERARCHY PROCESS (AHP) DALAM
MENENTUKAN POSISI MEREK HANDPHONE BERDASARKAN
PERSEPSI PRODUSEN DAN KONSUMEN TERHADAP KRITERIA HANDPHONE”.
1.2 Perumusan Masalah
Dari uraian sebelumnya dapat dirumuskan bahwa permasalahan dalam penelitian
ini adalah:
1. Kriteria apa yang paling prioritas bagi produsen dan konsumen?
2. Bagaimana penentuan urutan prioritas kriteria?
3. Bagaimana menentukan posisi merek handphone berdasarkan persepsi produsen dan konsumen terhadap kriteria handphone dengan menggunakan metode AHP?
1.3 Batasan Masalah
Untuk menghindari terlalu meluasnya masalah dan adanya bias dalam
pengambilan kesimpulan dalam penelitian ini maka permasalahan dibatasi sebagai
1. Jenis handphone yang dipilih adalah Samsung, Oppo dan Sony.
2. Kriteria yang menjadi pertimbangan dalam menentukan posisi handphone
adalah desain, fasilitas, harga jual kembali dan spare part.
3. Hakikatnya, jumlah responden dalam suatu penelitian yang menggunakan
metode Analytic Hierarchy Process (AHP) tidak terbatas. Hal ini disebabkan, karena dalam metode Analytic Hierarchy Process (AHP) syarat responden yang diambil adalah orang-orang yang mempuyai pengalaman, mengetahui
atau memahami terkait dengan penelitian. Sehingga, pada penelitian ini
mengasumsikan bahwa jumlah responden yang diambil sudah mencukupi
syarat kecukupan data.
4. Mengasumsikan bahwa sampel yang diambil sebagai responden pada
penelitian dengan Metode Analytic Hierarchy Process (AHP) ini adalah orang-orang yang sudah mengetahui keadaan handphone Samsung, Oppo dan Sony berdasarkan kriteria desain, fasilitas, harga jual kembali dan spare part. 5. Objek yang diteliti sebagai responden atau partisipan dalam penelitian ini
adalah penjual handphone di jalan Gatot Subroto Plaza Medan Fair Tahap I No. 21 kota Medan dan Medan Fair Tahap I No. 26 kota Medan serta seorang
mahasiswa yang mempunyai dan mengetahui atau memahami handphone
Samsung, Oppo dan Sony berdasarkan kriteria desain, fasilitas, harga jual
kembali dan spare part.
6. Metode yang dipakai untuk menentukan posisi merek handphone adalah
Analytic Hierarchy Process(AHP).
1.4 Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah maka tujuan penelitian yang ingin dicapai adalah:
1. Untuk memperoleh kriteria yang paling prioritas berdasarkan persepsi
produsen dan konsumen.
2. Untuk memperoleh urutan prioritas kriteria.
1.5 Kontribusi Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi sebagai berikut:
1. Dalam penelitian ini akan memberikan hasil yang akan menggambarkan urutan
merek handphone berdasarkan persepsi produsen dan konsumen terhadap kriteria handphone. Hasil ini dapat digunakan sebagai refrensi tambahan bagi konsumen atau pengambil keputusan dalam menentukan pemilihan dari ketiga jenis
handphone.
2. Sebagai bahan tambahan bagi mahasiswa yang hendak melakukan penelitian dalam
sistem pengambilan keputusan terkhusus dengan menggunakana metode Ananlytic Hierarchy Process (AHP).
1.6 Kajian Pustaka
Analytic Hierarchy Process (AHP) merupakan suatu model pendukung keputusan yang dikembangkan oleh Thomas L. Saaty. Model pendukung keputusan ini akan
menguraikan masalah multikriteria yang kompleks menjadi suatu hierarki,
menurut saaty, hierarki didefinisikan sebagai suatu representasi dari sebuah
permasalahan yang kompleks dalam suatu struktur multi-level di mana level
pertama adalah tujuan, yang diikuti level faktor, kriteria, sub kriteria dan
seterusnya ke bawah hingga level terakhir dari alternatif. Dengan hierarki, suatu
masalah yang kompleks dapat diuraikan ke dalam kelompok-kelompoknya yang
kemudian diatur menjadi suatu bentuk hierarki sehingga permasalahan akan
tampak lebih terstruktur dan sistematis.
Dalam menyelesaikan persoalan dengan AHP ada beberapa prinsip yang
harus dipahami, di antaranya adalah decomposition, comparative judgment,
sysnthesis of priority dan logical consistency. 1. Decomposition
Setelah persoalan didefinisikan, maka perlu dilakukan decompositionyaitu memecah persoalan yang utuh menjadi unsur-unsurnya. Jika ingin
medapatkan hasil yang akurat, pemecahan juga dilakukan terhadap
didapatkan beberapa tingkatan dari persoalan tersebut.Oleh karena itu, proses
analisis ini dinamakan hierarki (hierarchy). 2. Comparative Judgment
Prinsip ini berarti membuat penilaian tentang kepentingan relatif dua elemen
pada suatu tingkat tertentu dalam kaitannya dengan tingkat di atasnya.
Penilaian ini merupakan inti dari AHP, karena ia akan berpengaruh terhadap
prioritas elemen-elemen. Hasil dari penilaian ini akan tampak lebih enak bila
disajikan dalam bentuk matriks yang dinamakan pairwise comparison.
Agar diperoleh skala yang bermanfaat ketika membandingkan dua
elemen, seseorang yang akan memberikan jawaban perlu pengertian
menyeluruh tentang elemn-elemen yang dibandingkan dan relevansinya
terhadap kriteria atau tujuan yang dipelajari.
3. Synthesis of priority
Dari setiap matriks pairwise comparisonkemudian dicari eigen vectoruntuk mendapatkan local priority. Karena matriks (matriks-matriks) pairwise comparison terdapat pada setiap tingkat, maka untuk mendapatkan global priority harus dilakukan sintesa di antara local priority. Prosedur melakukan sintesa berbeda menurut bentuk hierarki. Pengurutan elemen-elemen menurut
kepentingan relatif melalui prosedur sintesa dinamakan priority setting. 4. Logical Consistency
Konsistensi memiliki dua makna. Pertama adalah bahwa obyek-obyek yang
serupa dapat dikelompokkan sesuai dengan keseragaman dan relavansi.
Kedua adalah menyangkut tingkat hubungan antara obyek-obyek yang
Gambar 1.1: Skema Hierarki Pemilihan Handphone
Berikut merupakan penelitian-penelitian yang pernah dilakukan peneliti
sebelumnya tentang AHP (Analytic Hierarchy Process) yang diperoleh dari berbagai sumber dan disajikan dalam bentuk tabel yang menjelaskan nama
peneliti, judul, masalah, kriteria, responden dan kesimpulan.
Tabel 1.1: Penelitian Terdahulu
No. Peneliti Judul Masalah Kriteria Responden Kesimpulan 1. Antono
handphone : Blackberry, Nokia dan Sony Erickson, ternyata bobot Blackberry sebesar 0.67, Nokia sebesar 0.21 dan Sony Erickson sebesar Menentukan posisi merek handphone
Desain Fasilitas Harga Jual Kembali Spare Part
Badan Usaha
10.PT Pos Indonesia (3,5%) belanja di pasar modern
yaitu kriteria harga yang merupakan kriteria dengan bobot 0,087 atau 8,7% dan untuk kriteria pelayanan dengan bobot
a. Faktor teknis yang mempunyai bobot tertinggi adalah faktor daya tahan terhadap cuaca (0,491).
b. Faktor non teknis yang mempunyai bobot tertinggi adalah faktor ketersediaan sumber daya (0,667). c. Dari 8 faktor penilai,
konstruksi beton unggul pada 4 faktor yaitu daya tahan terhadap cuaca, daya tahan terhadap pergerakan tanah, daya tahan terhadap lalu lintas dan jangka waktu perawatan. d. Hasil pembobotan
1.7 Metodologi Penelitian
1. Penulisan dimulai dengan studi kepustakan yaitu proses pengumpulan
bahan-bahan referensi baik dari buku, jurnal dan situs internet yang berhubungan
dengan Analytic Hierarchy Process (AHP) dan handphone. 2. Menentukan goal yang akan diteliti.
3. Menentukan kriteria dan alternatif dari goal penelitian. 4. Merancang kuesioner.
5. Melakukan uji kuesioner.
6. Penyempurnaan dan penetapan kuesioner.
7. Wawancara dan pendistribusian kuesioner.
8. Penentuan nilai koefisien setiap kriteria.
9. Melakukan uji konsistensi kriteria.
10. Penentuan rating kriteria.
11. Penentuan nilai koefisien alternatif.
12. Melakukan uji konsistensi alternatif.
13. Penentuan rating alternatif.
14. Penetapan rating global handphone. 15. Membuat kesimpulan penelitian.
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Analytic Hierarchy Process
2.1.1 Pengertian Analytic Hierarchy Process
Metode Analytic Hierarchy Process (AHP) merupakan salah satu metode pengambilan keputusan yang menggunakan faktor-faktor logika, intuisi,
pengalaman, pengetahuan, emosi dan rasa untuk dioptimasi dalam suatu proses
yang sistematis. Metode AHP ini mulai dikembangkan oleh Thomas L. Saaty,
seorang ahli matematika yang bekerja pada University of Pittsburgh di Amerika Serikat, pada awal tahun 1970-an (Iryanto, 2008).
Metode Analytic Hierarchy Process dapat membantu menyelesaikan masalah yang kompleks dan tidak terstruktur. Dalam hal ini, masalah kompleks yang
dimaksud adalah masalah yang mempunyai banyak kriteria (multikriteria),
ketidakpastian pendapat dari pengambil keputusan, pengambil keputusan lebih
dari satu orang serta ketidakakuratan data yang tersedia. Metode ini dapat
melakukannya dengan cara menyederhakan dan mempercepat proses pengambilan
keputusan yaitu memecahkan masalah atau persoalan tersebut ke dalam
bagian-bagiannya, menata bagian atau veriabel ini dalam suatu susunan hierarki, memberi
nilai numerik pada pertimbangan subjektif tentang pentingnya tiap variabel yang
mana memiliki prioritas paling tinggi dan bertindak untuk mempengaruhi hasil
pada situasi tersebut.
Menurut Mulyono (2004), AHP digunakan untuk menemukan skala rasio
baik dari perbandingan berpasangan yang diskrit maupun kontinu.
Perbandingan-perbandingan ini dapat diambil dari ukuran aktual atau dari skala dasar yang
mencerminkan kekuatan perasaan dan preferensi relatif. AHP memiliki perhatian
khusus tentang penyimpangan dari konsistensi, pengukuran dan pada
ketergantungan di dalam dan di antara kelompok elemen strukturnya. AHP
perencanaan (prediksi), alokasi sumber daya, penyusunan matriks input koefisien, penentuan prioritas dari strategi-strategi yang dimiliki pemain dalam situasi
konflik dan lain sebagainya.
2.1.2 Landasan Aksiomatik
Analytic Hierarchy Process (AHP) mempunyai landasan aksiomatik yang terdiri dari (Iryanto, 2008):
1. Reciprocal Comparison, yang mengandung arti bahwa matriks perbandingan berpasangan yang terbentuk harus bersifat berkebalikan. Misalnya, jika A
adalah kali lebih penting daripada B maka B adalah kali lebih penting
dari A.
2. Homogenity, yang mengandung arti kesamaan dalam melakukan perbandingan. Misalnya, tidak dimungkinkan membandingkan jeruk dengan
bola tenis dalam hal rasa, akan lebih relevan jika membandingkan dalam hal
berat.
3. Dependence, yang berarti setiap jenjang (level) mempunyai kaitan (complete hierarchy) walaupun mungkin saja hubungan yang tidak sempurna
(incomplete hierarchy)
4. Expectation, yang artinya menonjolkan penilaian yang bersifat ekspektasi dan persepsi dari pengambil keputusan. Jadi yang diutamakan bukanlah
rasionalitas tetapi dapat juga yang bersifat irrasional.
2.1.3 Prinsip-Prinsip Dasar AHP
Adapun prinsip-prinsip dasar AHP adalah sebagai berikut :
1. Decomposition
Decomposition adalah pemecahan permasalahan yang utuh menjadi unsur-unsurnya. Jika menginginkan hasil yang akurat maka pemecahan dapat
lebih lanjut. Karena hasil dari pencabangan berbentuk suatu tingkatan maka
proses analisis ini dikatakan sebagai hierarki.
2. Comparative Judgment
Comparative judgment adalah penilaian yang diberikan oleh seorang responden atau expert terhadap nilai kepentingan relatif dua elemen pada suatu tingkat tertentu yang berkaitan dengan tingkat di atasnya.
Pemberian nilai ini akan berpengaruh pada prioritas elemen-elemen. Nilai ini
dimulai dari angka paling rendah yaitu 1 (sama penting) dan paling tinggi
adalah 9 (mutlak lebih penting).
3. Synthesis of Priority
Synthesis of Priority dilakukan dengan menggunakan eigen vector method
untuk mendapatkan bobot relatif bagi unsur – unsur pengambilan keputusan.
4. Logical Consistency
Konsistensi memiliki dua makna. Pertama adalah bahwa objek-objek yang
serupa dapat dikelompokkan sesuai dengan keseragaman dan relevansi.
Contohnya, anggur dan kelereng dapat dikelompokkan dalam himpunan yang
seragam jika bulat merupakan kriterianya, tetapi tak dapat jika rasa sebagai
kriterianya. Arti kedua adalah menyangkut tingkat hubungan antara
objek-objek yang didasarkan pada kriteria tertentu. Contohnya, jika manis
merupakan kriteria dan madu dinilai 5 kali lebih manis dibanding gula dan
gula 2 kali lebih manis dibanding sirup maka seharusnya madu dinilai manis
10 kali lebih manis dibanding sirup. Jika madu hanya dinilai 4 kali manisnya
dibanding sirup maka penilaian tak konsisten dan proses harus diulang jika
ingin memperoleh penilaian yang lebih tepat (Mulyono, 2004).
2.1.4 Langkah-Langkah Metode AHP
Berikut ini merupakan langkah-langkah pengerjaan metode AHP :
1. Mendefinisikan masalah dan menentukan tujuan yang diinginkan.
2. Membuat struktur hierarki di mana penyusunan hierarki paling atas adalah
ketiga adalah alternatif-alternatif. Hierarki masalah ini dibuat untuk
membantu proses pengambilan keputusan dengan memperhatikan seluruh
faktor-faktor yang terlibat dalam sistem. Berikut merupakan contoh struktur
hierarki complete dan incomplete.
…
…
Gambar 2.1: Struktur Hierarki yang Complete
Gambar 2.2: Struktur Hierarki yang Incomplete
Goal
Kriteria 1
Alternatif 1
Kriteria 2 Kriteria 3 Kriteria N
Alternatif 2 Alternatif M
Goal
Kriteria 1 Kriteria 3 Kriteria N
Sub-Kriteria M Sub-Kriteria 4
Sub-Kriteria 3 Sub-Kriteria 2
Sub-Kriteria 1
Suatu struktur hierarki dikatakan complete jika seluruh elemen-elemen yang berada satu tingkat mempunyai hubungan terhadap semua elemen yang
berada pada tingkat berikutnya. Sementara, struktur hierarki dikatakan
incomplete apabila semua elemen yang berada satu tingkat tidak memiliki hubungan terhadap semua elemen yang berada pada tingkat berikutnya.
3. Membentuk matriks perbandingan berpasangan yang akan menggambarkan
bentuk kontribusi relatif atau pengaruh setiap elemen terhadap masing–
masing tujuan atau kriteria yang setingkat diatasnya. Perbandingan dilakukan
berdasarkan pilihan atau judgement dari pembuat keputusan dengan menilai tingkat tingkat kepentingan suatu elemen dibandingkan elemen lainnya.
4. Melakukan perbandingan berpasangan sehingga nilai judgement keseluruhan
yang didapat adalah sebanyak judgment, bilamana adalah
banyaknya elemen.
5. Menghitung nilai eigen vector dan menguji konsistensi. Jika terdapat
judgement koresponden tidak konsisten maka pengambilan data perlu diulang.
6. Mengulangi langkah 3, 4 dan 5 untuk seluruh tingkat hierarki.
7. Menghitung eigen vector dari setiap matrik perbandingan berpasangan. Nilai
eigen vector merupakan bobot dari setiap elemen yang akan memberikan gambaran tingkat prioritas elemen-elemen mulai dari tingkat hierarki
terendah sampai ke tingkat tujuan.
8. Menguji konsitensi hierarki. Jika nilai konsistensi hierarki tidak memenuhi
maka penilaian harus diulang.
2.1.5 Penyusunan Struktur Hierarki Masalah
Suatu masalah akan menjadi sulit diselesaikan apabila proses pemecahannya
dilakukan tanpa memandang masalah sebagai suatu sistem dengan suatu struktur
tertentu. Maka dari itu hierarki masalah disusun untuk membantu proses
pengambilan keputusan dengan memperhatikan seluruh kriteria keputusan yang
Pada tingkat tertinggi dari hierarki adalah tujuan, sasaran dari sistem yang
dicari solusinya. Tingkat berikutnya merupakan penjabaran dari tujuan tersebut.
Suatu hierarki dalam AHP merupakan penjabaran kriteria yang tersusun dalam
beberapa tingkat, dengan setiap tingkat mencakup beberapa kriteria homogen
(Ambardi, 2010).
2.1.6 Penyusunan Prioritas
Dalam menentukan prioritas kriteria-kriteria dari suatu sistem hierarki harus
terlebih dahulu diketahui bobot relatifnya. Tujuannya adalah untuk mengetahui
intensitas kepentingan suatu kriteria terhadap kriteria lainnya yang berada pada
tingkat yang sama.
Langkah pertama untuk menentukan prioritas setiap kriteria adalah membuat
perbandingan berpasangan antara kriteria yang dengan yang lainnya. Misal, jika
terdapat empat kriteria yaitu A, B, C dan D maka perbandingan berpasangan yang
dapat dibuat adalah:
1. A dengan B,
2. A dengan C,
3. A dengan D,
4. B dengan C,
5. B dengan D,
6. C dengan D.
Dengan kata lain bahwa jumlah perbandingan berpasangan sebanyak enam.
Kemudian perbandingan antar-kriteria ditransformasikan ke dalam bentuk matriks
perbandingan berpasangan untuk analisis numerik.
Misalkan terdapat sebanyak kriteria dengan unsur-unsur dengan
di mana menunjukkan bahwa hubungan perbandingan
Tabel 2.1 Matriks Perbandingan Berpasangan
Matriks pada tabel 2.1 disebut sebagai matriks reciprocal. Suatu matriks dikatakan matriks reciprocal jika kriteria dinilai 3 kali lebih penting dibanding kriteria maka nilai dan nilai perbandingan terhadap adalah
, diagonal matriks akan bernilai 1 dan banyaknya penilaian yang
diperlukan dalam menyusun matriks adalah .
Pemberian nilai pada matriks perbandingan berpasangan diperoleh dari
skala perbandingan berpasangan yang disebut saaty pada tabel 2.2:
Tabel 2.2 Skala Perbandingan Berpasangan Intensitas
Kepentingan Definisi Keterangan
1 Sama penting Dua elemen mempunyai pengaruh
yang sama besar terhadap tujuan.
3 Sedikit lebih penting
Pengalaman dan penilaian sedikit mendukung dibanding elemen lainnya.
5 Lebih penting
Pengalaman dan penilaian sangat kuat mendukung dibanding elemen lainnya.
7 Sangat penting
Satu elemen yang kuat didukung dan dominannya telah terlihat pada praktek.
9 Mutlak lebih penting
Bukti yang mendukung elemen yang satu terhadap elemen lain memiliki tingkat penegasan tertinggi yang mungkin menguatkan.
2, 4, 6, 8 Nilai di antara dua penilaian yang berdekatan
Diberikan bila terdapat keraguan penilaian antara dua penilaian yang berdekatan.
Resiprokal
2.1.7 Eigen Vector dan Eigen Value
Misalkan suatu matriks A yang berukuran maka vector tidak nol pada dikatakan eigen vector dari A jika perkalaian matriks A dan vector
merupakan kelipatan skalar dari . Dengan kata lain, vektor eigen adalah suatu
vektor yang jika dikalikan dengan suatu matriks maka hasilnya adalah vektor itu
sendiri dikali dengan suatu skalar yang disebut sebagai nilai eigen (eigen value). Dapat ditulis sebagai berikut:
(2.1)
Jika matriks A yang berukuran terdapat n elemen yaitu
yang akan dinilai secara perbandingan. Perbandingan berpasangan ini akan
dipresentasikan sama seperti pada tabel 2.1 yaitu bilamana
dengan merupakan vektor dari pembobotan semua elemen dan
sehingga untuk menyatakan intensitas kepentingan
elemen terhadap dapat ditulis dengan atau . Untuk lebih jelas dapat
dilihat pada tabel 2.3 yaitu matriks perbandingan berpasangan dengan nilai
intensitas.
Tabel 2.3: Matriks Perbandingan Berpasangan dengan Nilai Intensitas
Apabila persamaan (2.1) ditulis secara lengkap maka matriksnya adalah sebagai
(2.2)
Persamaan 2.1 dan 2.2 digunakan untuk mencari nilai bobot dari kriteria
maupun alternatif dan yang merupakan langkah akhir dalam penyelesaian pada
metode Analytic Hierarchy Process (AHP).
2.1.8 Uji Konsistensi
Uji konsistensi merupakan sala satu karakteristik metode AHP yang
membedakannya dengan metode-metode pengambilan keputusan lainnya. Karena
pada metode AHP menggunakan input berdasarkan persepsi responden dengan syarat konsistensi mutlak.
Pengukuran konsistensi tersebut didasarkan atas eigen value maksimum. Rumus untuk mencari nilai indeks konsistensi adalah:
(2.3)
Keterangan:
= Consistency Index
= Eigen value maksimum = Ordo matriks
Untuk batas ketidakkonsistenan yang telah ditetapka Thomas L. saaty
ditentukan dengan menggunakan Consistency Ratio (CR), yaitu perbandingan
Tabel 2.4 Random Index (RI) Orde
Matriks 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 RI 0 0 0,58 0,9 1,12 1,24 1,32 1,41 1,45 1,49
Nilai ini bergantung pada ordo matriks n. Dengan demikian, Rasio Konsistensi dapat dirumuskan sebagai berikut:
(2.4)
Jika nilai CR matriks perbandingan berpasangan lebih kecil 10% maka
ketidakkonsistenan responden dapat diterima tetap apabila nilai CR lebih besar
dari 10% maka ketidakkonsistenan responden ditolak dan perlu melakukan
perulangan data.
2.2 Produk dan Merek
2.2.1 Teori Produk
Produk adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan ke pasar untuk memuaskan
keinginan atau kebutuhan. Suatu produk tidak hanya sebuah objek fisik, tetapi
produk adalah sekumpulan manfaat atau nilai yang dapat memuaskan konsumen
(BelchG.E. dan Belch M.A., 2007).
Banyak faktor-faktor yang mempengaruhi soerang konsumen ketika hendak
memiliki suatu produk seperti merek, kemasan, garansi, layanan, purna jual, nama
baik perusahaan, nilai kepuasaan, ketahanan produk dan lain sebagainya.
2.2.2 Teori Merek
Merek (brand) adalah sebuah nama, istilah, tanda, lambang, atau desain, atau kombinasi semua ini, yang menunjukkan identitas pembuat atau penjual produk
Kepercayaan atau trust disefinisikan sebagai persepsi akan kehandalan dari
sudut pandang konsumen didasarkan pada pengalaman atau terpenuhinya harapan
akan kinerja produk. Jadi, ketika suatu perusahaan memberikan merek terhadap
suatu produk maka posisi merek bisa sangat mempengaruhi keadaaan atau kondisi
produk dalam pasar. Karena merek merupakan sebagai pengenal atau identitas
dari produk itu sendiri yang secara tidak langsung akan memrpengaruhi kuantitas
konsumen dalam memilih suatu produk (Ferrinadewi, 2008).
Dalam strategi penetapan merek, terdapat istilah brand equity yaitu aset yang tidak terlihat yang melekat pada nilai tambah atau kebaikan yang dihasilkan dari
citra yang baik, kesan yang berbeda, dan/atau kekuatan nama perusahaan, nama
merek, atau merek dagang di mata konsumen (BelchG.E. dan Belch M.A., 2007).
2.3 Sikap Konsumen dan Keputusan Pembelian
2.3.1 Sikap Konsumen
Sikap (attitudes) konsumen adalah faktor penting yang akan mempengaruhi keputusan konsumen. Sikap adalah mempelajari kecendrungan konsumen untuk
mengevaluasi baik disenangi ataupun tidak disenangi secara konsisten sedangkan
menurut Hawkins dalam (Ferrinadewi, 2008), sikap adalah proses
pengorganisasian motivasi, emosi, persepsi, kognitif yang bersifat jangka panjang
dan berkaitan dengan aspek lingkungan disekitarnya.
2.3.2 Keputusan Pembelian
Keputusan pembelian merupakan salah satu bagian pokok dari perilaku konsumen
yang mengarah kepada pembelian produk atau jasa. Dalam mengambil keputusan
seorang konsumen tidak akan lepas dari faktor-faktor yang mempengaruhi
konsumen untuk mengadakan pembelian. Kemudian, konsumen akan melakukan
kepentingan atau manfaat produk, keunggulan-keunggulan produk dan lain
sebagainya) dari beberapa produk atau alternatif dan akan melakukan pengadaan
pembelian suatu produk berdasarkan pertimbengan-pertimbangan tertentu.
2.4 Uji Alat Ukur (Kuesioner)
Dalam melakukan penelitian seorang peneliti akan mendapatkan hasil yang
mendekati akurat jika penelitian dilakukan dengan mengadakan uji data. Oleh
sebab itu, peneliti harus memilih peralatan yang dapat mengukur secara tepat dan
konsisten apa yang harus diukur untuk mencapai tujuan penelitian. Proses ini
disebut dengan uji alat ukur. Uji alat ukur ada dua, yaitu uji validitas dan
reliabilitas.
2.4.1 Uji Validitas
Sesuatu dikatakan valid jika alat ukur yang dibuat sesuai dengan apa yang hendak
diukur, jika yang diukur adalah panjang, maka penggaris dapat dikatakan sebuah
alat ukur yang valid. Akan tetapi bagaimana jika yang akan diukur adalah persepsi
seorang responden. Persepsi setiap orang ketika menyatakan kelebihan suatu
produk tentu berbeda-beda. Artiya jika obyek yang akan diteliti adalah berbeda
akan tetapi variabel yang akan diangkat adalah sama, maka secara operasional
akan terjadi perbedaan dalam mengukur indikasi-indikasi yang ada. Dalam
penulisan ini, uji yang akan dilakukan menggunakan uji Cochran.
Uji Cochran termasuk pengujian statistik nonparametrik yang digunakan
untuk peristiwa atau perlakuan lebih dari dua. Uji Cochran (disebut uji Q)
merupakan perluasan McNemar. Uji Cochran berlaku untuk sampel
berpasangan dengan data yang berskala nominal atau berskala ordinal
yang hanya terbagi dua (dikotomi). Apabila uji McNemar digunakan untuk dua
sampel berpasangan maka uji Cochran digunakan untuk tiga sampel berpasangan
Pada Uji Cochran Q, peneliti mengeluarkan (menghilangkan) atribut-atribut
yang dinilai tidak sah berdasarkan kriteria-kriteria statistik yang dipakai sehingga
unsur-unsur subyektifitas peneliti sama sekali tidak dilibatkan (Ambardi, 2010).
Berikut merupakan langkah-langkah untuk melakukan uji Cochran:
1. Menghitung jumlah responden dari data hasil kuesioner yang setuju bahwa
kriteria yang dipertimbangkan dapat dijadikan sebagai kriteria penentu
keputusan.
2. Membentuk hipotesa:
: Semua atribut yang diuji memiliki proporsi jawaban “YA” yang sama
: Tidak semua jawaban yang diuji memiliki proporsi jawaban “YA” yang
sama
3. Menghitung nilai dengan rumus:
(2.5)
di mana:
= Jumlah kriteria
= Jumlah responden yang memilih “YA” pada kriteria ke-j
= Jumlah kriteria yang disetuji oleh responden ke-i
4. Menentukan dengan tingkat signifikan dan degree of freedom (derajat kebebasan / dk) maka akan diperoleh nilai
dapat dilihat dari tabel Chi Square Distrbution. 5. Membandingkan nilai dengan , dengan syarat:
Jika: ditolak,
Jika: diterima.
6. Mengambil kesimpulan dari hasil keputusan yang diperoleh.
a. Jika diterima maka proporsi jawaban “YA” pada semua atribut
dianggap sama. Dengan demikian maka semua responden dianggap
sepakat mengenai semua kriteria sebagai faktor yang dipertimbangkan.
b. Jika ditolak maka proporsi jawaban “YA” masih berbeda. Artinya,
belum ada kesepakatan di antara responden mengenai atribut sehingga
Pengujian lanjutan dilakukan dengan membuang (menghilangkan)
kriteria yang memiliki proporsi jawaban “YA” yang paling kecil.
2.4.2 Uji Reliabilitas
Beberapa item yang mengelompok menjadi indikasi sebuah variabel tidak cukup
dilihat dari ukuran validitas saja, namun juga diukur besarnya kehandalan yang
terjadi pada kelompok tersebut. Pada uji reliabilitas, penulis mengambil metode
uji Chi-Square.
Uji Chi-Square banyak digunakan untuk dua tujuan, yaitu uji keselarasan fungsi dan uji tabel kontingensi. Uji keselarasan fungsi bertujuan untuk
mengetahui apakah distribusi dari hasil-hasil yang teramati pada suatu percobaan
terhadap sampel mendukung suatu distribusi yang telah dihipotesiskan pada
populasi sedangkan uji tabel kontingensi, yang sering juga disebut sebagai uji
independensi, bertujuan untuk mengetahui apakah data terklarifikasikan silang
secara independen (tidak saling terikat) atau tidak. Berikut adalah
langkah-langkah uji Chi-Square: 1. Menentukan hipotesis
: Tidak ada perbedaan antara hasil pengukuran I dan pengukuran II
: Terdapat perbedaan antara hasil pengukuran I dan pengukuran II
2. Menentukan nilai dengan rumus:
(2.6)
3. Menentukan angka kritis nilai dengan taraf signifikan dan
derajat kebebasan (dk) = 1. Maka diperoleh angka kritis nilai
dari tabel angka kritis nilai .
4. Menarik kesimpulan.
5. Jika nilai yang didapat berada pada daerah di bawah nilai kritis maka
BAB 3
PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
3.1 Pengumpulan Data
Pada sub bab ini akan diuraikan mengenai data-data penelitian yang diambil. Ada
dua jenis data yang digunakan yaitu data kualitatif dan data kuantitatif.
3.1.1 Pengumpulan Data Kualitatif
Data kualitatif diperoleh dengan cara melakukan wawancara dengan responden.
Dalam pemilihan responden, jumlah responden diasumsikan bahwa sudah
mencukupi syarat kecukupan data karena pada hakikatnya jumlah responden
dalam suatu penelitian yang menggunakan metode Analytic Hierarchy Process
(AHP) tidak terbatas. Hal ini disebabkan, pada metode Analytic Hierarchy Process (AHP) syarat responden yang diambil adalah orang-orang yang mempuyai pengalaman, mengetahui atau memahami terkait dengan penelitian.
Adapun jumlah responden yang diambil adalah sebanyak tiga orang, yaitu
penjual handphone yang bertempat di Jalan Gatot Subroto Plaza Medan Fair Tahap I No. 21 kota Medan dan Plaza Medan Fair Tahap I No. 26 kota Medan
serta pemakai atau konsumen yang mempunyai handphone Samsung, Oppo dan Sony. Konsumen yang dimaksud sebagai responden dalam penelitian ini
merupakan mahasiswa Universitas Sumatera Utara dengan N.I.M. 110402011
yang diasumsikan sudah mengetahui keadaan ketiga handphone tersebut berdasarkan kriteria desain, fasilitas, harga jual kembali dan spare part.
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan responden, terdapat
beberapa kriteria yang diperlukan oleh responden dalam melakukan penilaian
Tabel 3.1 Kriteria Handphone
3.1.2 Pengumpulan Data Kuantitatif
Data kuantitatif diperoleh dari penyebaran kuesioner kepada responden.
Kuesioner disebarkan sebanyak tiga tahap yaitu kuesioner pertama adalah
kuesioner penentuan kriteria yang penting dalam melakukan penilaian jenis
handphone, kuesioner kedua adalah kuesioner peniliaian responden terhadap kriteria handphone dan kuesioner ketiga adalah kuesioner penilaian responden terhadap ketiga jenis handphone berdasarkan kriteria.
Untuk mengetahui penilaian responden tentang tingkat kepentingan kriteria
handphone, penulis menggunakan skala Saaty yaitu sebagai berikut: Tabel 3.2 Skala Saaty
Intensitas
Kepentingan Definisi Keterangan
1 Sama penting Dua elemen mempunyai pengaruh
yang sama besar terhadap tujuan.
3 Sedikit lebih penting
Pengalaman dan penilaian sedikit mendukung dibanding elemen lainnya.
5 Lebih penting
Pengalaman dan penilaian sangat kuat mendukung dibanding elemen lainnya.
7 Sangat penting
Satu elemen yang kuat didukung dan dominannya telah terlihat pada praktek.
9 Mutlak lebih penting
Bukti yang mendukung elemen yang satu terhadap elemen lain memiliki tingkat penegasan tertinggi yang mungkin menguatkan.
2, 4, 6, 8 Nilai di antara dua penilaian yang berdekatan
Resiprokal
Jika aktivitas mempunyai salah satu angka dari nilai-nilai di atas yang menyatakan nilainya ketika dibandingkan dengan , maka mempunyai nilai kebalikan dari
ketika dibandingkan dengan
Skala Saaty akan digunakan ketika responden memberikan penilaian terhadap
perbandingan antara kriteria dengan kriteria dan alternatif dengan alternatif.
Berikut adalah contoh penilaian berdasarkan skala Saaty.
Tabel 3.3 Contoh Penggunaan Skala Saaty
Kriteria (A) Skala Kriteria (B) 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Desain Fasilitas
Pada tabel 3.3 menyatakan bahwa penilaian kriteria desain lebih penting daripada
kriteria fasilitas sehingga nilai untuk desain terhadap fasilitas adalah 5. Sementara,
untuk nilai fasilitas terhadap desain adalah .
3.2 Pengolahan Data
3.2.1 Uji Validitas
Dalam penelitian ini pengujian validitas instrumen dilakukan dengan
menggunakan Uji Cochran Q. Tujuan dari pengujian ini adalah untuk mencari
kriteria apa saja yang dipentingkan oleh responden dalam melakukan penilaian
terhadap handphone. Berikut adalah hasil kuesioner penentuan kriteria dalam melakukan penilaian handphone.
Tabel 3.4 Hasil Kuesioner Pertama
No. Kriteria Responden
1 2 3
1. Desain 1 1 1
2. Fasilitas 1 1 1
3. Harga jual kembali 0 0 1
Keterangan:
Responden 1: Penjual handphone di jalan Gatot Subroto Plaza Medan Fair Tahap I No. 21, Medan.
Responden 2: Penjual handphone di jalan Gatot Subroto Plaza Medan Fair Tahap I No. 26, Medan.
Responden 3: Mahasiswa Universitas Sumatera Utara dengan N.I.M 110402011.
Angka 1 : Merupakan pernyataan dari responden yang mengatakan “YA”
bahwa kriteria yang dimaksud adalah penting dalam penilaian
handphone.
Angka 0 : Merupakan pernyataan dari responden yang mengatakan “TIDAK”
bahwa kriteria yang dimaksud adalah tidak penting dalam penilaian
handphone.
Adapun prosedur perhitungannya adalah sebagai berikut:
a. Menetukan hipotesis yang diuji.
: Semua atribut yang diuji memiliki proporsi jawaban “YA” yang sama
: Tidak semua jawaban yang diuji memiliki proporsi jawaban “YA”
b. Mencari
Untuk mempermudah perhitungan, maka dibuat tabel pembantu terlebih dahulu
(Tabel 3.5).
Tabel 3.5 Tabel Pembantu Kriteria Responden
Dari tabel di atas diketahui bahwa:
; ; ; .
Keterangan:
= Jumlah kriteria
= Jumlah responden yang memilih “YA” pada kriteria ke-j
Dengan demikian dapat dihitung dengan persamaan (2.5)
c. Menentukan
Dengan , derajat kebebasan (dk) , maka diperoleh
(dari tabel Chi Square distribution) d. Membuat keputusan
Terima karena
e. Menarik kesimpulan
Adanya kesepakatan antar-responden mengenai kriteria yang digunakan
penulis. Atau dengan kata lain, semua kriteria yang digunakan dalam kuesioner
adalah valid.
3.2.2 Uji Reliabilitas
Pada pengujian reliabilitas kuesioner dilakukan dengan menggunakan metode
pengukuran ulang (test-retest). Dalam metode ini, responden yang sama diminta untuk mengisi kuesioner sebanyak dua kali. Hasil dari pengukuran yang pertama
dan hasil pengukuran yang kedua kemudian diuji dengan menggunakan teknik uji
Chi-Square. Berikut merupakan langkah-langkah pengujian reliabitas kuesioner: a. Membuat tabel tabulasi hasil pengukuran I dan pengukuran II:
Tabel 3.6 Tabulasi Hasil Pengukuran I Kriteria Responden
1 2 3
1 1 1 1
2 1 1 1
3 0 0 1
4 1 1 1
Tabel 3.7 Tabulasi Hasil Pengukuran II Kriteria Responden
1 2 3
1 1 1 1
2 1 1 1
3 0 0 1
4 1 1 1
Jumlah “YA” 10 Jumlah “TIDAK” 2
b. Menentukan hipotesis
: Tidak ada perbedaan antara hasil pengukuran I dan pengukuran II
: Terdapat perbedaan antara hasil pengukuran I dan pengukuran II
c. Menghitung
Untuk mempermudah perhitungan terlebih dahulu membuat tabel
pembantu sebagai berikut:
Tabel 3.8 Tabel Pembantu
Pengukuran I Pengukuran II Jumlah
YA 10 10 20
TIDAK 2 2 4
Jumlah 12 12 24
(3.1)
Keterangan:
A = “YA” pada kolom pengukuran I
B = “YA” pada kolom pengukuran II
C = “TIDAK” pada kolom pengukuran I
D = “TIDAK” pada kolom pengukuran II
n = Jumlah pengukuran I dan pengukran II
d. Menentukan angka kritis nilai
Dengan taraf signifikan dan derajat kebebasan (dk) = 1. Maka
diperoleh angka kritis nilai sebesar 3,841.
Karena nilai yang diperoleh lebih kecil daripada nilai kritis maka
diterima. Dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan antara hasil
pengukuran I dan pengukuran II. Dengan kata lain, kuesioner yang disusun
adalah reliabel.
3.2.3 Perankingan terhadap Kriteria Handphone
Berikut adalah langkah-langkah perhitungan bobot kriteria.
a. Penyatuan pendapat responden, yaitu dengan menggunakan rata-rata geometri
untuk setiap perbandingan kriteria. Berikut adalah tabel matriks perbandingan
kriteria yang disederhanakan setelah melakukan penyatuan pendapat
responden.
Tabel 3.9 Mariks Perbandingan Berpasangan Kriteria yang Disederhanakan
Kriteria Desain Fasilitas Harga jual
kembali Spare part Desain 1 0,255 4,217 1,260 Fasilitas 3,915 1 6,257 3,557 Harga jual kembali 0,237 0,160 1 0,303
Spare part 0,794 0,281 3,302 1 5,946 1,696 14,776 6,120 (Lampiran C, hal. 50)
Sehingga untuk jumlah dapat ditulis sebagai berikut:
dan .
b. Menghitung nilai eigen vector dan menguji konsistensi kriteria. Untuk menghitung nilai eigen vector, terlebih dahulu membentuk tabel matriks perbandingan kriteria yang dinormalkan yaitu dengan cara membagi nilai
setiap kolom dengan jumlahnya. Contoh:
Desain terhadap desain: ;
Desain terhadap fasilitas: ;
Desain terhadap spare part: dan pada perhitungan selanjutnya dapat dilakukan dengan cara yang sama. Untuk lebih lanjut dapat dilihat pada
tabel berikut.
Tabel 3.10 Matriks Perbandingan Kriteria yang Dinormalkan
Kriteria Desain Fasilitas Harga jual
kembali Spare part
Desain
Fasilitas
Harga jual kembali
Spare part
Setelah mendapat nilai matriks perbandingan kriteria yang dinormalkan maka
untuk menghitung nilai eigen vector setiap kriteria adalah dengan cara menghitung rata-rata setiap baris pada tabel 3.10, yaitu:
,
,
,
.
Keterangan:
vaktor eigen desain,
vaktor eigen fasilitas,
vaktor eigen harga jual kembali,
vaktor eigen spare part.
Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 3.11 Vektor Eigen Kriteria Desain Fasilitas Harga jual
kembali Spare part
Selanjutnya adalah menghitung nilai eigen maksimum ( ). Nilai
diperoleh dari hasil penjumlahan perkalian jumlah kolom (Tabel 3.9) dengan nilai
vaktor eigen.
(3.2)
Karena matriks berordo 4 (yakni terdiri dari 4 kriteria), maka nilai indeks
konsistensi yang diperoleh:
Untuk , maka:
Dari perhitungan di atas CR = 0,051 < 0,100 yang artinya bahwa pendapat
responden dapat dikatakan konsisten.
Berdasarkan hasil perhitungan vektor eigen menunjukkan bahwa: kriteria
fasilitas adalah kriteria terpenting dengan bobot 0,563 (56,3%), selanjutnya adalah
desain 0,203 (20,3%), spare part dengan bobot 0,172 (17,1%) dan terkahir adalah harga jual dengan bobot 0,063 (6,3%).
3.2.4 Perankingan Merek Handphone Berdasarkan Kriteria Desain
Perbandingan berpasangan kriteria desain pada jenis alternatif handphone adalah perbandingan antara Samsung, Oppo dan Sony. Berdasarkan hasil gabungan
pendapat responden diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 3.12 Matriks Perbandingan Berpasangan untuk Kriteria Desain yang Disederhanakan
Alternatif Samsung Oppo Sony
Samsung 1 4,217 1
Oppo 0,237 1 0,437
Sony 1 2,289 1
2,237 7,506 2,437
(Lampiran C, hal. 52)
Sehingga untuk jumlah dapat ditulis sebagai berikut: ,
dengan jumlah total pada kolom yang bersangkutan, akan diperoleh bobot relatif
yang dinormalkan. Perhitungan untuk menormalkan matriks yang disederhanakan
diformulasikan sebagai berikut: pada matriks yang dinormalkan dihasilkan
dari pada matriks yang disederhanakan dibagi jumlah kolom 1 (a), pada
matriks yang dinormalkan dihasilkan dari pada matriks yang disederhanakan
dibagi jumlah kolom 2 (b) dan seterusnya. Nilai vektor eigen dihasilkan dari
rata-rata bobot relatif untuk tiap baris, yaitu:
,
,
.
Keterangan:
vaktor eigen Samsung,
vaktor eigen Oppo,
vaktor eigen Sony.
Untuk lebih lanjut dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 3.13 Matriks Perbandingan Berpasangan untuk Kriteria Desain yang Dinormalkan
Alternatif Samsung Oppo Sony Vektor eigen Samsung 0,447 0,562 0,410 0,473
Oppo 0,106 0,133 0,179 0,139 Sony 0,447 0,305 0,410 0,388
Selanjutnya adalah menghitung nilai eigen maksimum ( ). Nilai
diperoleh dari hasil penjumlahan perkalian jumlah kolom (Tabel 3.11) dengan
nilai eigen vector.
(3.3)
Karena matriks berordo 3 (yakni terdiri dari 3 alternatif), maka nilai indeks
konsistensi yang diperoleh:
Untuk , maka:
Dari perhitungan di atas CR = 0,045 < 0,100 yang artinya bahwa pendapat
responden dapat dikatakan konsisten.
Berdasarkan perhitungan pada tabel 3.12 diperoleh urutan alternatif untuk
kriteria desain yakni Samsung dengan nilai bobot 0,437 (43,7 %), kemudia Sony
0,388 (38,8%) dan Oppo 0,139 (13,9%).
3.2.5 Perankingan Merek Handphone Berdasarkan Kriteria Fasilitas
Perbandingan berpasangan kriteria desain pada jenis alternatif handphone adalah perbandingan antara Samsung, Oppo dan Sony dan hasil didapat sebagai berikut:
Tabel 3.14 Matriks Perbandingan Berpasangan untuk Kriteria Fasilitas yang Disederhanakan
Alternatif Samsung Oppo Sony
Samsung 1 2,621 3,915
Oppo 0,382 1 2,621
Sony 0,255 0,382 1
1,637 4,002 7,536
(Lampiran C, hal. 54)
Sehingga untuk jumlah dapat ditulis sebagai berikut: ,
dan . Dengan unsur-unsur pada tiap kolom dibagi
dengan jumlah total pada kolom yang bersangkutan, akan diperoleh bobot relatif
yang dinormalkan. Perhitungan untuk menormalkan matriks yang disederhanakan
diformulasikan sebagai berikut: pada matriks yang dinormalkan dihasilkan
dari pada matriks yang disederhanakan dibagi jumlah kolom 1 (a), pada
matriks yang dinormalkan dihasilkan dari pada matriks yang disederhanakan
dibagi jumlah kolom 2 (b) dan seterusnya. Nilai vektor eigen dihasilkan dari
rata-rata bobot relatif untuk tiap baris, yaitu:
,
,
.
Keterangan:
vaktor eigen Oppo dan
vaktor eigen Sony.
Untuk lebih lanjut dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 3.15 Matriks Perbandingan Berpasangan untuk Kriteria Fasilitas yang Dinormalkan
Alternatif Samsung Oppo Sony Eigen Vector
Samsung 0,611 0,655 0,520 0,595 Oppo 0,233 0,250 0,348 0,277 Sony 0,156 0,095 0,133 0,128
Selanjutnya adalah menghitung nilai eigen maksimum ( ). Nilai
diperoleh dari hasil penjumlahan perkalian jumlah kolom (Tabel 3.14) dengan
nilai eigen vector.
(3.4)
Karena matriks berordo 3 (yakni terdiri dari 3 alternatif), maka nilai indeks
konsistensi yang diperoleh:
Untuk , maka:
Dari perhitungan di atas CR = 0,041 < 0,100 yang artinya bahwa pendapat
responden dapat dikatakan konsisten.
Berdasarkan perhitungan pada tabel 3.15 diperoleh urutan alternatif untuk
kriteria desain yakni Samsung dengan nilai bobot 0,595 (59,5 %), kemudia Oppo
0,277 (27,7 %) dan Sony 0,128 (12,8 %).
3.2.6 Perankingan Merek Handphone Berdasarkan Kriteria Harga Jual Kembali
Perbandingan berpasangan kriteria desain pada jenis alternatif handphone adalah perbandingan antara Samsung, Oppo dan Sony. Berdasarkan hasil gabungan
Tabel 3.16 Matriks Perbandingan Berpasangan untuk Kriteria Harga Jual Kembali yang Disederhanakan
Alternatif Samsung Oppo Sony
Samsung 1 3 3,915
dan . Dengan unsur-unsur pada tiap kolom dibagi
dengan jumlah total pada kolom yang bersangkutan, akan diperoleh bobot relatif
yang dinormalkan. Perhitungan untuk menormalkan matriks yang disederhanakan
diformulasikan sebagai berikut: pada matriks yang dinormalkan dihasilkan
dari pada matriks yang disederhanakan dibagi jumlah kolom 1 (a), pada
matriks yang dinormalkan dihasilkan dari pada matriks yang disederhanakan
dibagi jumlah kolom 2 (b) dan seterusnya. Nilai vektor eigen dihasilkan dari
rata-rata bobot relatif untuk tiap baris, yaitu:
,
,
.
Keterangan:
vaktor eigen Samsung,
vaktor eigen Oppo,
vaktor eigen Sony.
Untuk lebih lanjut dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 3.17 Matriks Perbandingan Berpasangan untuk Kriteria Harga Jual Kembali yang Dinormalkan
Alternatif Samsung Oppo Sony Eigen Vector
Samsung 0,630 0,676 0,543 0,616 Oppo 0,210 0,225 0,318 0,251 Sony 0,161 0,098 0,139 0,133
Selanjutnya adalah menghitung nilai eigen maksimum ( ). Nilai
diperoleh dari hasil penjumlahan perkalian jumlah kolom (Tabel 3.16)
(3.5)
Karena matriks berordo 3 (yakni terdiri dari 3 alternatif), maka nilai indeks
konsistensi yang diperoleh:
Untuk , maka:
Dari perhitungan di atas CR = 0,043 < 0,100 yang artinya bahwa pendapat
responden dapat dikatakan konsisten.
Berdasarkan perhitungan pada tabel 3.17 diperoleh urutan alternatif untuk
kriteria desain yakni Samsung dengan nilai bobot 0,616 (61,6 %), kemudia Oppo
0,251 (25,1 %) dan Sony 0,133 (13,3 %).
3.2.7 Perankingan Merek Handphone Berdasarkan Kriteria Spare Part
Perbandingan berpasangan kriteria desain pada jenis alternatif handphone adalah perbandingan antara Samsung, Oppo dan Sony. Berdasarkan hasil gabungan
pendapat responden diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 3.18 Matriks Perbandingan Berpasangan untuk Kriteria Spare Part yang Disederhanakan Alternatif Samsung Oppo Sony
Samsung 1 3,557 5,593
Oppo 0,281 1 2,884
Sony 0,179 0,347 1
1,460 4,904 9,478
(Lampiran C, hal. 58)
Sehingga untuk jumlah dapat ditulis sebagai berikut: ,
dan . Dengan unsur-unsur pada tiap kolom dibagi
dengan jumlah total pada kolom yang bersangkutan, akan diperoleh bobot relatif
yang dinormalkan. Perhitungan untuk menormalkan matriks yang disederhanakan
diformulasikan sebagai berikut: pada matriks yang dinormalkan dihasilkan
dari pada matriks yang disederhanakan dibagi jumlah kolom 1 (a), pada
dibagi jumlah kolom 2 (b) dan seterusnya. Nilai vektor eigen dihasilkan dari
rata-rata bobot relatif untuk tiap baris, yaitu:
,
,
.
Keterangan:
vaktor eigen Samsung,
vaktor eigen Oppo,
vaktor eigen Sony.
Untuk lebih lanjut dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 3.19 Matriks Perbandingan Berpasangan untuk Kriteria Spare Part yang Dinormalkan
Alternatif Samsung Oppo Sony Eigen Vector
Samsung 0,685 0,725 0,590 0,667 Oppo 0,193 0,204 0,304 0,233 Sony 0,122 0,071 0,106 0,100
Selanjutnya adalah menghitung nilai eigen maksimum ( ). Nilai
diperoleh dari hasil penjumlahan perkalian jumlah kolom (Tabel 3.18) dengan
nilai eigen vector.
(3.6)
Karena matriks berordo 3 (yakni terdiri dari 3 alternatif), maka nilai indeks
konsistensi yang diperoleh:
Untuk , maka:
Dari perhitungan di atas CR = 0,053 < 0,100 yang artinya bahwa pendapat
responden dapat dikatakan konsisten.
Dari hasil perhitungan pada tabel 3.19 diperoleh urutan alternatif untuk
kriteria desain yakni Samsung dengan nilai bobot 0,667 (66,7 %), kemudia Oppo
3.2.8 Total Ranking
Dari seluruh evaluasi yang dilakukan terhadap 4 kriteria yaitu desain, fasilitas,
harga jual kembali dan spare part maka diperoleh tabel hubungan antara kriteria dengan 3 alternatif jenis handphone yaitu Samsung, Oppo dan Sony. Pada pembahasan ini akan menunjukkan bagaimana posisi dari setiap merek handphone
berdasarkan kriteria yang telah ditentukan. Berikut adalah tabel hubungan antara
alternatif (Samsung, Oppo dan Sony) dengan kriteria (desain, fasilitas, harga jual
kembali dan spare part).
Tabel 3.20 Matriks Hubungan antara Kriteria dengan Alternatif Kriteria
Alternatif
Desain Fasilitas Harga jual
kembali Spare part
Samsung 0,473 0,595 0,616 0,667 Oppo 0,139 0,277 0,251 0,233 Sony 0,388 0,128 0,133 0,100
Nilai pada tabel 3.20 diperoleh dari nilai vaktor eigen alternatif terhadap kriteria
(desain, fasilitas, harga jual kembali dan spare part).
Elemen-elemen pada matriks merupakan eigen vector atau bobot pada setiap alternatif berdasarkan masing-masing kriteria. Perhitungan untuk semua kriteria
memperlihatkan bahwa kriteria yang sangat penting adalah kriteria fasilitas
dengan nilai bobot 0,563 (56,3 %). Hasil ranking dan nilai bobotnya dapat dilihat
pada tabel 3.21.
Tabel 3.21 Ranking untuk Semua Kriteria Kriteria Nilai Bobot
Desain 0,203 atau 20,3% Fasilitas 0,563 atau 56,3% Harga Jual Kembali 0,063 atau 6,3%
Spare Part 0,171 atau 17,1%
Tabel 3.21 menunjukkan bahwa kriteria terpenting menurut responden adalah
fasilitas, kemudian disusul oleh desain, harga jual kembali dan spare part. Selanjutnya, mencari total ranking masing-masing merek handphone dengan cara mengalikan faktor bobot masing-masing alternatif dengan faktor bobot kriteria.