• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ajaran ketuhanan dalam Agama Sikh

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Ajaran ketuhanan dalam Agama Sikh"

Copied!
80
0
0

Teks penuh

(1)

1 Skripsi

Di ajukan kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat Untuk memenuhi syarat-syarat mencapai Gelar Sarjana S1

Di susun oleh: THARI MAYARATU

NIM. 106032101083

JURUSAN PERBANDINGAN AGAMA

FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

▸ Baca selengkapnya: sebutkanlah cara mengendalikan diri dari sad ripu menurut ajaran agama hindu

(2)

AJARAN KETUHANAN DALAM AGAMA SIKH

Skripsi

Di ajukan kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat Untuk memenuhi syarat-syarat mencapai Gelar Sarjana S1

Oleh:

THARI MAYARATU NIM. 106032101083

Dibawah Bimbingan

Hj. Siti Nadroh M.Ag NIP. 150 282 310

JURUSAN PERBANDINGAN AGAMA

FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(3)

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi yang berjudul “Ajaran Ketuhanan Dalam Agama Sikh” telah diujikan dalam siding Munaqosyah Fakultas Ushuluddin dan Filsafat, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, dan telah dinyatakan lulus pada tanggal 16 Desember 2010 di hadapan dewan penguji. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Strata Satu (S1) pada jurusan perbandingan agama.

Jakarta, 16 Desember 2010

Panitia Ujian Munaqosyah

Ketua Sekertaris

Drs. M. Nuh Hasan, MA Maulana, MA

NIP. 19610312 198903 1 003 NIP. 19650207 199903 001

Penguji I Penguji II

Drs. M. Nuh Hasan, MA Media Zainul Bahri, MA

NIP. 19610312 198903 1 003 NIP. 19751019 200031 21 003

Di Bawah Bimbingan

(4)

i

Assalaamu‘alaykum Wr.Wb.

Bismillahirrahmanirrahiim..Alhamdulillah..Walaa haulaa walaa quwwata illaa

billaahil‘aliyyil ‗adzim...(Amma Ba‘du)..

Puji dan syukur selalu kita panjatkan kepada Allah SWT yang Maha Pengasih dan Penyayang, yang selalu memberikan nikmat kasih dan sayang-Nya kepada kita. Memberikan hidayah bagi manusia dan selalu menaungi manusia dengan kasih dan sayang-Nya, khususnya kepada Penulis. Sehingga Penulis mampu menyelesaikan skripsi ini, walaupun di dalamnya masih terdapat banyak kesalahan, kekurangan dan jauh dari kesempurnaan, karena kesempurnaan hanyalah milik Allah SWT. Mudah-mudahan ini menjadi hal yang bermanfaat untuk menambah pengetahuan kita semua, Amin.

Shalawat beriring salam, semoga selalu tercurahkan kepada Baginda kita Nabi Besar Muhammad SAW, Sang pendobrak pintu kebathilan dan kejahilan, yang membawa umat-Nya kepada zaman yang sekarang kita rasakan. Semoga Allah selalu mencurahkan ridha-Nya kepada beliau, Amin.

Selanjutnya, tiada kata yang sanggup Penulis ucapkan, khususnya kepada semua pihak yang telah membantu dan mendoakan Penulis dalam proses penulisan skripsi ini, terutama kepada:

(5)

ii

kehidupan saya. ―makasih ya mami dah membantu banyak hal dalam hidup

Maya..i love you..‖ Semoga segala amal ibadah mami di ridhai-Nya, amien… 3. Ibu Hj. Siti Nadroh, selaku pembimbing dalam proses pembuatan skripsi ini.

Saya sangat berterima kasih kepada Ibu, yang selalu memberikan arahan-arahan dan bimbingan kepada saya selama proses penulisan. Saya mohon maaf jika banyak kesalahan baik yang disadari atau tidak disadari. ―Maaf ya bu..Thari belum mampu membalas dan memberikan apa-apa untuk Ibu, tapi

Thari tidak akan melupakan segala kebaikan ibu..‖ Semoga Allah SWT selalu memberikan ridho dan kebahagiaan kepada Ibu dan keluarga di dunia dan

akhirat, Amin…

4. KAJUR dan SEKJUR Perbandingan Agama, Bapak M. Nuh Hasan dan Bapak Maulana. Terima kasih atas semua bimbingan dan pengajaran yang telah Bapak berikan. Semoga Bapak bisa mengangkat nama Jurusan ke prestasi yang lebih baik lagi dan semoga Allah membalas kebaikan Bapak dengan berjuta-juta nikmat dan kebahagiaan, Amin…

5. Dekan dan Pembantu-Pembantu Dekan Fakultas Ushuluddin dan Filsafat, Semoga selalu diberikan kesehatan dan kekuatan dalam membangun Fakultas dengan lebih baik lagi dan menciptakan generasi-generasi yang bermanfaat untuk masyarakat dan negara. Cayyoo Ushuluddin, semangat semangat !!! 6. Rektor UIN Syarif Hidayatullah, Bapak Komaruddin Hidayat beserta

(6)

iii

namanya satu-persatu, namun tidak mengurangi rasa terima kasihku untuk Bapak dan Ibu. Terima kasih atas ilmu dan bimbingan yang telah Bapak dan Ibu berikan kepada Penulis, semoga bermanfaat dan bisa Penulis terapkan dalam sehari-hari, khususnya dalam bermasyarakat. Penulis mohon maaf jika selama masa perkuliahan ada kelakuan dan perkataan yang kurang berkenan di hati Bapak dan Ibu. Semoga Allah membalas jasa-jasa Bapak dan Ibu, Jazaa

Kumullahu, Syukron Katsiron…

8. Seluruh karyawan Perpustakaan Fakultas Ushuluddin, yang telah menyediakan fasilitas dan pelayanan yang Penulis dan mahasiswa lain butuhkan. Semoga perpustakaan Fakultas Ushuluddin bisa terus berkembang dan mempunyai koleksi buku-buku yang lebih lengkap lagi, khususnya mengenai materi-materi dari jurusan yang terkait. Terima kasih semuanya… 9. Pihak-pihak yang berkaitan dengan penulisan ini (Gurdwara ―Sikh Temple‖

Pasar Baru dan Pusat Kebudayaan India, Jawaharlal Nehru, Menteng). Terima kasih atas partisipasinya (sambutan dan penerimaan) sehingga bisa membantu Penulis dalam menyelesaikan Skripsi ini dengan baik. ―Terima kasih banyak untuk Mr. Golraj Singh yang telah membuka pikiran saya bahwa hidup beragama itu tidak rumit dan jangan dibuat rumit, karena penjelasan bapak

membuat saya menjadi lebih mencintai Allah..‖ Semoga kita selalu diberikan hidayah-Nya. Amien.

(7)

iv

sumbangsih dana ketika saya ‖limits money‖ alias bokek, juga keponakan-keponakan yang telah banyak membantu membuyarkan ide-ide saya dengan

―kelucuan‖nya, Dek Gam Ndut Sinchan-ku, Nisa teman bubu-ku, Aisyah

‗kembaran‘-ku, Tasya ―ndut-ku‖, Rayhan, Rafi, Dek Arya ―Cinta untukmu

luwwal biatccaaa..‖ dan semua yang tidak dapat disebutkan disini, terima kasih ya untuk segala ‗keramaian‘ yang ada..semoga kita selalu menjadi saudara yang menjunjung tinggi ke-solid-an, selalu dalam lindungan-Nya..amien..

12.Ihya Ulumuddin-ku tercinta, yang punya segudang kasih sayang..sejuta kata-kata puitis..Terima kasih atas perhatian yang besar..atas pengertian yang dalam..atas sayang yang dahsyat..terima kasih telah menjadi ‗pelangi‘ dalam hari-hariku..everytime is happiness..Semoga Allah SWT memberikan yang terbaik untuk kita dan selalu hidup dalam keberkahan-Nya..amien..

13.Selanjutnya untuk sahabat-sahabatku: Ay Shumyati, Mariya Seni, Gank Fantastic 4: M. Syahid Juli Ashari, Dwiki Aribowo dan Pajri Akromani (Moga perjuangan kita untuk lulus sekarang berkah ke depannya yaa..seru!!!), anak-anak Perbandingan Agama, khususnya angkatan 2006:

Iskandar Hidayat (Is lo meski eror.com tapi solid banget yaa..Thanks pren..semangat untuk skripsinya..), Enung Sholihah, Samsul ―opa‖, Ikbal Kaukabudin, Yudha Bhakti, Abbas Sambas (Semangat ya pren..orang itu pandai menilai orang lain tapi ga cerdas menilai diri sendiri, stay cool ajahh..), Ady Sophian, Abdul Jabbar, Muh. Subhi, Shumi Sri Wahyuni (lo

(8)

v

Rahasia (lho???) friendship better than love, dan semua sahabat seiman yang tak mungkin disebutkan satu-persatu disini, terima kasih ya atas support nya.. Jazaa Kumullahu..

15.Terimakasih juga kepada Driver angkot: Depok-Ciputat, Ciputat-Bintaro, Bintaro-Lebak Bulus, Ciputat-Tanjung Priok, Abang tukang ojek, Abang tukang Bajaj, Busway, Abang tukang fotocopy-an, Facebooker, Laptop Aang (Compaq 510), Motorola yang doyan ngadat..semangat yaaa, BenQ, sepatu bututku yang paling keren sedunia, jam Casio membawa kenangan, Honda Beat-nya Aang dan semua sponsor yang telah mendukung Penulis dalam penggarapan skripsi ini.

Terima kasih kepada semuanya yang tidak tersebut diatas, mohon maaf jika Penulis mempunyai kesalahan baik dari sikap maupun ucapan. Semoga Allah memberikan hidayah dan maghfirah-Nya kepada kita semua, agar terciptanya kehidupan yang harmonis dan selalu dalam ridho-Nya, Amin…

Depok, 16 Desember 2010

(9)

vi

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... vi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah... 4

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan ... 5

D. Metodologi Penelitian ... 6

E. Sistematika Penulisan ... 7

BAB II SEJARAH DAN PERKEMBANGAN AGAMA SIKH A. Sekilas Sejarah Sikhisme ... 9

B. Perkembangan Sikh di Indonesia ... 20

BAB III AJARAN KETUHANAN DALAM HINDUISME DAN ISLAM A. Pandangan Manusia Tentang Tuhan ... 23

B. Ajaran Ketuhanan Dalam Agama Hindu ... 25

C. Ajaran Ketuhanan Dalam Agama Islam ... 31

(10)

vii

b. Pengaruh Ajaran Ketuhanan Islam ... 43 C. Tuhan Dalam Diri-Nya (Realitas Transenden) ... 45 D. Tuhan Dalam Kaitannya Dengan Penciptaan (Realitas

Imanen) ... 50 E. Tuhan Dalam Kaitannya Dengan Manusia ... 52 F. Tuhan Ada Dimana-mana ... 55

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ... 58 B. Saran ... 59

(11)

1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam sejarah agama Hindu Brahma, sejak zaman dahulu telah banyak muncul tokoh-tokoh yang membawa aliran perubahan, perubahan ini sebagai tantangan terhadap ajaran dalam agama Hindu tersebut. Perubahan tersebut ada yang bertalian dengan konsep ketuhanannya, cara mencapai akhirat (nirwana1 atau moksa2) atau sistem kemasyarakatannya yang menganut sistem kasta,3 dimana sebagian manusia dipandang sangat mulia (Brahma, Ksatria dan Waisya), sedangkan sebagian yang lain dipandang sangat hina (Sudra, Paria dan Harijan).

Salah satu dari agama yang muncul akibat dari gerakan perubahan itu adalah agama Sikh (Sikhisme), di mana sebelumnya telah ada agama Buddha dan Jaina yang mendahului gerakan ini. Agama Buddha dan Jaina sama-sama tidak setuju kepada paham Brahma yang mengakui banyak Tuhan, serta menyembah kepada berhala (walaupun penganut agama Buddha masa kini menyembah patung) dan tidak setuju kepada pembedaan derajat manusia yang

1 Nirwana adalah tujuan akhir dari umat Buddha, yang mana merupakan ―tempat

kesejukan,‖ keadaan dimana nafsu yang berkobar-kobar dan keserakahan dipadamkan. Untuk lebih jelasnya lihat Michael Keene, Agama-Agama Dunia (Yogyakarta: Kanisius, 2006), h. 77.

2

Moksa adalah akhir dari pengembaraan jiwa seseorang dan merupakan tujuan setiap orang Hindu.

3

(12)

membagi manusia kepada berbagai kasta. Bagi kedua agama ini, syarat utama untuk mencapai nirwana atau moksa ialah agar setiap orang harus menjadikan dirinya sebagai manusia yang baik, berpikiran baik, berbuat baik, berkeinginan baik, dan menjauhi semua perbuatan yang tidak baik. Untuk mencapai nirwana, tidak harus terlahir dari kasta Brahmana, tetapi siapapun dapat mencapainya asal ia berlaku sebagaimana yang telah disebutkan tadi. Demikianlah, tantangan ini sudah tumbuh pada abad kelima sebelum masehi.4

Pada abad ke tujuh Masehi, agama Islam mulai masuk dan bertapak di negeri India yang dibawa oleh kafilah yang dipimpin oleh Muhammad bin Qasim.5

Ajaran Islam yang menanamkan keyakinan tauhid, meyakinkan bahwa Maha Pencipta Alam Semesta ini adalah Dzat Yang Maha Esa dan Maha Kuasa dan tidak ada sekutu bagi-Nya. Di samping itu, Islam tidak memandang manusia dari asal keturunannya. Ternyata ajaran Islam ini membawa pengaruh yang sangat besar kepada masyarakat India. Sebagian masyarakat India telah menerima ajaran Islam sebagai agama mereka, namun ada pula yang tidak mau melepaskan diri dari sebagian paham Brahma. Mereka mengakui keesaan Tuhan, mereka setuju tentang persamaan manusia, tetapi tentang akhirat mereka masih mempercayai nirwana, yakni akhir tujuan ruh bersatu dengan Tuhan. Sebagai contoh, dalam ajaran Ramanand—seorang pujangga Hindu yang tidak setuju kepada paham yang bertuhan banyak dan sangat mencela

4

Agus Hakim, Perbandingan Agama : Pandangan Islam Mengenai Kepercayaan Majusi-Shabiah-Yahudi-Kristen-Hindu-Buddha-Sikh (Bandung: CV. Diponegoro, 1993), h. 182.

5

(13)

kebaktian kepada berhala—yang mana syair-syairnya telah menjadi inspirasi bagi terciptanya agama Sikh. 6

Sikhisme sendiri merupakan sinkronisasi dari agama Hindu serta Islam sufi.7 Dewasa itu anak benua India berada di bawah kekuasaan imperium Mughal (1525 - 1858 M), imperium Islam yang berkedudukan di ibukota Delhi. Sebelum kedatangan Guru Nanak, pendiri agama Sikh, ikhtiar ke arah sinkronisasi antara agama Hindu dan agama Islam telah dimulai lebih dahulu oleh Kabir (1488 - 1512), seorang penyair India, hingga himpunan sajaknya dimasukkan menjadi bagian di dalam Guru Granth Sahib, Kitab Suci agama Sikh.

Sikhisme berangkat dari adat-adat sosial dan struktur dalam agama Hindu dan Islam, seperti sistem kasta dan purdah8. Filsafat dalam Sikhisme bercirikan logika, keseluruhan (bersifat komprehensif) dan pendekatan yang sederhana terhadap masalah-masalah spiritual maupun material. Teologi dalam agama ini penuh kesederhanaan.

Dalam hal ajaran ketuhanan, definisi terbaik yang dapat diberikan oleh orang-orang Sikh adalah konsep ―Mul Mantra,‖ yang terdapat dalam Japji9— doa yang diucapkan setiap pagi saat meditasi—dan konsep ini menjadi landasan fundamental agama Sikh yang termuat dalam bagian permulaan Guru Granth Sahib. Di dalam Mul Mantra di jelaskan:

6

Hakim, Perbandingan Agama, h. 182. 7

Tradisi spiritual agama Islam di Anak Benua India telah mengembangkan corak yang unik dan khas, tetapi sebagaimana di bagian lain dunia Islam, mereka masih berakar kuat pada Al-Quran, Hadist dan ajaran-ajaran para khalifah yang adil serta keturunan Ali bin Abi Thalib. Lihat Sayyed Hosein Nasr, Ensiklopedi Tematis Spiritualitas Islam: Manifestasi (Bandung: Mizan, 2003), h. 313.

8

Purdah adalah kain penutup kepala yang biasanya digunakan oleh wanita. 9

(14)

Hanya ada satu Allah, yang nama-Nya adalah kebenaran. Dia adalah Pencipta segala yang ada, tidak mengenal takut, tidak terbatas waktu, tidak mempunyai wujud. Ia tidak dilahirkan dan tidak dapat mati, Ia bijaksana, Ia dikenal melalui Anugerah Guru.‖10

Agama Sikh ini secara tegas menyatakan diri sebagai agama monotheisme, yaitu percaya kepada satu Tuhan. Tuhan Yang Maha Kuasa

yang tidak tampak wujudnya yang disebut ―Ekankar,‖ sedangkan Tuhan yang

tampak wujudnya disebut ―Oankar.

Dari uraian-uraian di atas dan dengan semangat Rahmatan Lil ‗Alamin, selanjutnya Penulis ingin sekali mengangkat tema tersebut, yakni mengenai ajaran ketuhanan dalam Sikhisme secara mendalam yang diperjelas dengan memberi judul ―Ajaran Ketuhanan Dalam Agama Sikh‖.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Adapun pembahasan yang berkaitan dengan judul yang diangkat oleh Penulis, yaitu bagaimana sejarah dan perkembangan agama Sikh, perkembangannya di Indonesia serta ajaran ketuhanan Hinduisme dan Islam yang mempengaruhi ajaran ketuhanan Sikhisme dewasa ini.

Begitu luasnya pembahasan mengenai Sikhisme ini, maka dalam skripsi ini Penulis membatasi penelitian hanya pada:

1. Sejarah perkembangan agama Sikh sebagai bentuk sinkronisasi Bhakti Hindu dan sufisme Islam.

2. Ajaran ketuhanan agama Sikh dewasa ini.

Dari pembatasan masalah tersebut, dapat diperjelas dengan rumusan pertanyaan-pertanyaan dibawah ini:

10

(15)

1. Apa dasar teologis yang mendasari ajaran ketuhanan dalam agama Sikh ? 2. Bagaimana pengaruh Bhakti Hindu dan sufisme Islam dalam ajaran

ketuhanan agama Sikh ?

3. Bagaimana ajaran ketuhanan dalam agama Sikh ?

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan

Dari latar belakang dan perumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, dapat diketahui bahwa tujuan dari penulisan ini adalah:

1. Untuk mengetahui sejarah timbulnya Sikhisme.

2. Mencoba untuk memberikan gambaran secara mendalam tentang ketuhanan dalam Sikhisme.

Adapun beberapa kegunaan dan manfaat dari penelitian ini diantaranya dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Manfaat Akademis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi ilmu Perbandingan Agama dan sekaligus dapat memberikan penjelasan tentang ajaran ketuhanan dalam agama Sikh.

2. Manfaat Praktis

(16)

D. Metodologi Penelitian

Untuk mengkaji pokok permasalahan ini secara akurat, Penulis menggunakan metode kepustakaan (library research).11 Library research sendiri adalah suatu metode penelitian yang menggunakan bahan-bahan dan data-data melalui berbagai literatur seperti buku-buku, internet, artikel surat kabar dan data-data tulisan lainnya yang akan diambil pokok inti pembahasan yang bersangkutan dengan judul yang diangkat sehingga dianggap relevan dengan pembahasan skripsi ini.

Oleh sebab itu, untuk penelitian ini Penulis mendapatkan bahan-bahan dan data-data dengan mengunjungi Pusat Kebudayaan India Jawaharlal Nehru, di Jln. Paneglang No.44, Menteng, Jakarta Pusat, Perpustakaan Gandhi International School di Jakarta Pusat dan Gurdwara Sikh Temple, di Pasar Baru, Jakarta Pusat. Dengan metode ini, Penulis mendapatkan informasi dan pemahaman secara langsung yang signifikan.

Adapun metode pendekatan yang digunakan dalam pembahasan skripsi ini adalah penulis menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif, yang digunakan dalam bentuk studi dan diharapkan dapat mempunyai nilai lebih dalam meneliti atau memahami fenomena sosial yang ada.12

Menurut Sugiyono, metode penelitian kualitatif adalah metode yang digunakan untuk meneliti kondisi objek yang alamiah, dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara

11

Moh. Nasir, Metode Penelitian (Bogor: Ghalia Indonesia, 2005), h. 40. 12

(17)

trianggulasi (gabungan),13 analisa data bersifat induktif (penyimpulrataan) dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna daripada generalisasi.14

Teknik penulisan dalam skripsi ini berpedoman pada ketentuan yang ditetapkan oleh Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, yaitu:

buku ―Pedoman Penulisan Skripsi, Tesis dan Disertasi Fakultas Ushuluddin dan Filsafat, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,‖ yang diterbitkan oleh UIN Press tahun ajaran 2006/2007.

E. Sistematika Penulisan

Untuk mendapatkan gambaran yang menyeluruh tentang apa yang akan diuraikan dalam penelitian ini, maka perlu penulis kemukakan susunan atau sistematika penyusunan sebagai berikut:

BAB I Mencakup lima pasal pembahasan yang terdiri dari Latar Belakang Masalah, Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan dan manfaat penelitian, Metode penelitian, Sistematika Penyusunan. BAB II Memuat pembahasan menyeluruh tentang Sejarah Sikhisme dan

Perkembangan Sikh di Indonesia.

BAB III Memuat pembahasan tentang Pandangan manusia tentang Tuhan, Ajaran ketuhanan dalam agama Hindu, Ajaran ketuhanan dalam agama Islam.

BAB IV Memuat pembahasan mengenai Monoteisme dalam agama Sikh, Keterpengaruhan ajaran ketuhanan Sikhisme, Tuhan dalam diri-Nya (Realitas Transenden), Tuhan dalam kaitannya dengan

13

Penulisan dalam skripsi ini menggunakan teknik pengumpulan data melalui trianggulasi yaitu Dokumentasi Pustaka atau Fotografi, Wawancara dan Observasi lapangan.

14

(18)

penciptaan (Realitas Imanen), Tuhan dalam kaitannya dengan manusia dan Tuhan ada di mana-mana.

(19)

9

SEJARAH DAN PERKEMBANGAN AGAMA SIKH

A. Sekilas Sejarah Sikhisme

Sikhisme berasal dari anak benua Indo-Pakistan, tepatnya wilayah Punjab, pada abad kelima belas Masehi. Sikh berarti ―murid‖ dan Sikha berarti

―murid atau pengikut Sikh.‖ Sikhisme dikatakan sebagai agama ―sinkretis,‖1 karena ia didirikan dengan maksud ―memperdamaikan antara Islam dan Hindu.‖2

Ajaran-ajaran yang disampaikan oleh Guru Nanak ini banyak terinspirasi dari Kabir (1488-1512 M), seorang penyair India, sehingga himpunan sajak dari tokoh ini dimasukkan ke dalam Guru Granth Sahib, seorang pujangga Hindu yang tidak setuju kepada faham bertuhan banyak dan sangat mencela kebaktian kepada berhala. Dalam syairnya itu, Ramanand

1

Secara etimologis, sinkretisme berasal dari kata Syin dan Kretiozein atau Kerannynai, yang berarti mencampurkan elemen-elemen yang saling bertentangan. Adapun pengertiannya adalah suatu gerakan di bidang filsafat dan teologi untuk menghadirkan sikap kompromi pada hal yang agak berbeda dan bertentangan. Sinkretisme dalam beragama adalah suatu sikap atau pandangan yang tidak mempersoalkan murni atau tidaknya suatu agama. Oleh karena itu, mereka berusaha memadukan unsur-unsur yang baik dari berbagai agama, yang tentu saja berbeda antara satu dengan yang lainnya, dan dijadikannya sebagai satu aliran, sekte, dan bahkan agama. Lihat M. Darori Amin, Islam dan Kebudayaan Jawa, artikel diakses pada 26 Oktober 2010 dari www.diidanxfiz.blogspot.com.

2 Burhanuddin Daya, ―Agama Sikh,‖ dalam Mukti Ali, ed.

Agama-Agama Di Dunia

(Yogyakarta: IAIN Sunan Kalijaga, 1988), h. 184. 3 Joesoef Sou‘yb,

(20)

mengajarkan bahwa Tuhan itu Esa, kebenaran itu adalah kawan yang terbaik dan terbesar bagi manusia serta hidup sederhana itu adalah jalan terbaik untuk mencapai nirwana.4

Dalam syair-syair Ramanand yang menginspirasikan Kabir tersebut, tampak sekali ia belum terlepas dari ajaran Hindu yang memandang bahwa nirwana sebagai balasan bagi orang-orang yang berbuat baik. Selain itu, ia masih mempercayai karma, yakni balasan bagi perbuatan yang telah dilakukan manusia selama hidupnya dan reinkarnasi, yakni terlahir kembali ke dunia bagi orang-orang yang belum baik untuk menerima balasan kejahatannya.5

Di samping bekerja sebagai penenun, Kabir pun menulis syair-syair untuk mengemukakan pandangan hidup dan ajaran-ajarannya. Beliau giat mengajarkan keyakinan kepada satu Tuhan, mencela perbuatan menyembah berhala, menyerukan persamaan derajat manusia dan mencela sifat-sifat sombong. Salah satu syair Kabir yang menginspirasikan Guru Nanak, yaitu:

Bagaimana cinta antara Engkau dan aku bisa dipisah? Ibarat daun bunga teratai berada di air, sungguh Engkau adalah Tuanku dan aku adalah hamba-Mu. Serupa burung pungguk merindukan bulan sepanjang malam; begitu pula ya Tuhan, Engkau adalah Tuanku dan aku adalah hamba-Mu. Dari awal sampai akhir zaman, tetap ada cinta antara Engkau dan aku. Bagaimana cinta seperti itu akan bisa dipadamkan.‖6

Kabir meninggal dunia di Maghar dalam usia 79 tahun. Para pengikutnya mengumpulkan kata-kata beliau, syair-syair serta

pidato-pidatonya menjadi sebuah buku yang mereka namai ―Bijak.‖7

4

Agus Hakim, Perbandingan Agama : Pandangan Islam Mengenai Kepercayaan Majusi-Shabiah-Yahudi-Kristen-Hindu-Buddha-Sikh (Bandung: CV. Diponegoro, 1993), h. 184.

(21)

Sejak Islam masuk ke India pada masa Umayyah, yakni pada masa khalifah al-Walid I (705-715), melalui ekspedisi yang di pimpin oleh panglima Muhammad Ibn Qasim sekitar tahun 711-712, peradaban Islam mulai tumbuh dan berkembang di anak benua India.8

Kemudian pasukan Ghaznawiyah di bawah pimpinan Sultan Mahmud mengembangkan kedudukan Islam di wilayah ini dan berhasil menaklukkan seluruh kekuasaan Hindu dan mengislamkan sebagian masyarakat India pada tahun 1020 M.

Setelah Ghaznawiyah hancur, maka muncullah beberapa dinasti kecil yang menguasai negeri India, seperti : Dinasti Khalji (1296-1316 M), Dinasti Tuglag (1320-1412), Dinasti Sayyid (1414-1451) dan Dinasti Lodi (1451-1526).9

Hal ini menunjukan bahwasanya kerajaan Mughal—yang didirikan oleh Zahiruddin Babur (1482-1530)—bukanlah kerajaan Islam pertama di India. Keberadaan kerajaan ini dalam periodisasi sejarah Islam dikenal sebagai masa kejayaan kedua, setelah sebelumnya mengalami kecemerlangan pada dinasti Abbasiyah.10

Dalam abad ke-15 dimulailah gerakan Bhakti11 di India. Kampanye ini

banyak persamaannya dengan ―Reformasi Agama di Eropa‖12

dimana para

8

Muhammad Nasir, Kerajaan Mughal Di India: Asal-usul, Kemajuan, Kemunduran dan Keruntuhannya, artikel diakses pada 26 Oktober 2010 dari www.nasirsalo.blogspot.com.

9 Dipandang sebagai salah satu cara yang populer dalam mencapai keselamatan serta mencapai spiritualitas. Bhakti mengandung arti gagasan dan praktek dedikasi yang tak terpisahkan dari Sang Pencipta Yang Maha Tunggal, yang universal dari semua kehidupan dan alam semesta yang tak terbatas. Agar lebih berarti, dedikasi haruslah diungkapkan lewat pikiran, kata-kata dan perbuatan. Dalam hindu, tradisi Bhakti ini mengajarkan bahwa Tuhan hanya satu dan Realitas; sisanya adalah

(22)

reformis memprotes terhadap norma-norma ritual dalam agama dan takhayul pada zaman itu. Para penganjur falsafah Bhakti ini mengajarkan bahwa etika pribadilah yang merupakan inti dari agama; bahwa bentuk dan tempat bersembahyang adalah tidak banyak artinya. Mereka mengajarkan bahwa tujuan dari Hinduisme dan Islam adalah sama, bahwa semua perbedaan sosial dan kebudayaan di antara keduanya tidak perlu dan salahlah bila membuat perbedaan ini sebagai tujuan perjuangan, kebencian dan permusuhan agama.13 Pada masa inilah Guru Nanak lahir dan pada selanjutnya gerakan Bhakti ini ikut mewarnai ajaran-ajaran dalam agama Sikh.

Guru Nanak dilahirkan pada tanggal 15 April 1469 di sebuah desa kecil bernama Talwandi, yang kemudian dikenal dengan nama Nankana Sahib, dekat Lahore, Pakistan.14 Ayahnya, Mehta Kalu, adalah seorang Hindu yang bekerja sebagai pejabat kecil pada kekuasaan Islam setempat. Sedangkan ibunya, Tripta, seorang yang taat kepada agama Hindu. Guru Nanak berasal dari keturunan kasta Ksatrya.

Sejak kanak-kanak, Guru Nanak memang sudah menunjukkan kualitas kebijaksanaan dan pemahaman spiritual yang terkenal.15 Beliau menghabiskan banyak waktu pada masa mudanya untuk bercakap-cakap dengan umat Hindu dan umat Islam yang saleh, ia senang bermeditasi dan menjauhkan dirinya dari kehendak-Nya. Cara terbaik untuk menemukan kehendak-Nya adalah melalui bimbingan seorang pembimbing rohani, seorang Guru. Cara terbaik untuk mendekati Tuhan adalah dengan bermeditasi dan menyanyikan himne cinta dan pujian. Untuk lebih jelas lihat M. L. Ahuja, Para Guru spiritual India Abad Kedua Puluh; Esei-esei Tentang Kehidupan dan Ajaran Beberapa Guru Spiritual dan Yogi Ternama India (Surabaya: Paramita, 2007), h. xx-xxi.

(23)

kehidupan dunia dan menjalani kehidupan mistik. Guru Nanak juga menentang adat-istiadat kolot agama Hindu yang tidak masuk di akalnya, seperti pemakaian benang suci pada upacara Yajnopayitam—upacara pembaptisan untuk seorang Hindu dari kasta tinggi.16

Pada saat Guru Nanak berumur enam belas tahun, ia bekerja sebagai Akuntan di Dinas Gubernur, Daulat Khan. Kemudian beliau menikah pada usia sembilan belas tahun dengan Sulakhani, pada tahun 1488—dan dikaruniai dua orang putera.

Pada saat ia berumur tiga puluh tahun, Guru Nanak mengalami kejadian spiritual yang mengubah hidupnya. Suatu hari ketika mandi di sungai Bein, ia menghilang dan dikira telah tenggelam. Menurut Janamsakhi,17 Guru Nanak telah di panggil oleh Tuhan untuk memimpin misi spiritual. Dikatakan bahwa Guru Nanak menghilang selama tiga hari dan muncul pada hari

keempat, dengan mewartakan bahwa, ―tidak ada Hindu dan tidak ada

Muslim.‖ Guru Nanak berkata:

―tidak ada Hindu ataupun Muslim, maka jalan siapakah yang aku ikuti? Aku akan mengikuti jalan Allah. Allah bukanlah Hindu dan bukan pula Muslim. Dan jalan yang aku ikuti adalah jalan Allah.‖18

Sejak peristiwa tersebut, ia memutuskan untuk mengabdikan hidupnya bagi kepentingan pembaharuan umat. Pahamnya yang baru mulai disebarkannya. Ia tidak berusaha mendirikan lembaga semacam biara atau kuil, tetapi dengan melakukan perjalanan ke setiap daerah-daerah untuk

16

S. Pendit, Guru Nanak, h. 28. 17

Janamsakhi adalah Kitab yang bermakna kisah-kisah kehidupan. Kitab ini telah disalin ke dalam bahasa Inggris oleh Max Arthur Macauliffe dengan judul The Sikh Religion: it‘s Guru‘s, Sacred Writings, and Author. Lih Max Arthur Macauliffe, The Sikh Religion: it‘s Guru‘s, Sacred Writings, and Author (London: Oxford University Press, 1909).

18

(24)

menyebarkan ajarannya tersebut.19 Beliau pergi ke seluruh India dan negara-negara yang beragama Islam, mengunjungi semua tempat suci Hindu dan Islam dengan ditemani oleh seorang musikus muslim, Mardana Bhai.

Guru Nanak membagi perjalanannya menjadi lima bagian yang memakan waktu kira-kira tigapuluh tahun untuk meluaskan daerah ajarannya. Ia mengelilingi seluruh India, Srilanka, kemudian meluas ke Assam dan Birma di Timur, Tibet, Turkistan dan Siberia Selatan di Utara, Afganistan, Iran, Arab Saudi dan Turki Barat. Sesudah mengakhiri perjalanannya ke Selatan, Timur dan Utara, Guru Nanak kembali lagi ke Punjab dan dari sini ia mulai lagi perjalanannya ke arah Barat. Ia mengunjungi Lahore, Peshawar, Bagdad, Mekah, Madinah, Jerusalem, Damaskus, Alleppo dan lain-lainnya.20

Pada setiap tempat yang didatanginya itu Mardana mula-mula memperdengarkan musiknya, setelah orang semakin ramai berkumpul, barulah Guru Nanak mulai memperdengarkan khotbah yang berisikan ajaran-ajarannya. Himne ini pada masa selanjutnya dimasukkan ke dalam himnologi suci Sikh dan sampai sekarang dinyanyikan dengan musik (ragas).21

Pada saat Guru Nanak kembali ke rumahnya di Kartapur, ia terlalu tua untuk melakukan perjalanan dan ia memutuskan untuk tinggal dengan keluarganya. Masyarakat Kartapur mengelompokkan diri mereka di sekitar Guru Nanak dan bersatu dalam kesetiaan terhadap pesan yang ia ajarkan. Ini adalah awal dari Sikhisme.22

19Daya, ―Agama Sikh‖, h. 187. 20

S. Pendit, Guru Nanak, h. 19-20.

21 Khushwant Singh, ―Sikhism‖, dalam Mircea Eliade,

The Encyclopedia of Religion

(New York: Macmillan Library Reference, 1993), Vol 13, h. 315. 22

(25)

Dua puluh hari sebelum kematiannya, Guru Nanak kemudian menginisiasi salah satu murid setianya, Lehna, sebagai Guru dan menamainya Angad. Guru Nanak wafat pada tanggal 22 September 1539. Kemudian, guru yang lain mengikuti dan pemimpin keagamaan diserahkan pada Guru Nanak. Terdapat sembilan guru sebagai penerus ajaran Sikh dan ditutup dengan Guru Granth Sahib.23

Guru Angad Dev (1504-1552) menjadi guru pada tahun 1539, beliau mempelopori penyusunan naskah Punjabi24, Gurmukhi25 dan memasukkan ke dalamnya syair-syair serta fatwa-fatwa Guru Nanak. Naskah-naskah ini merupakan embrio kitab suci-kitab suci agama Sikh yang akhirnya berkembang menjadi Adi Granth.

Guru ketiga adalah Guru Amar Das (1479-1574). Beliau menjadi guru pada tahun 1552, peran utamanya adalah mengorganisasikan orang-orang Sikh menjadi 22 sangat atau jamaah dan mendirikan lembaga yang dikenal dengan Guru-ka-Langar atau ―dapur umum‖, tempat semua orang dari seluruh kasta dapat dengan bebas mengambil makanan bersama-sama. Beliau berusaha keras mengadakan perubahan sosial, bahwasanya setiap manusia adalah sama, tidak ada perbedaan derajat (seperti kasta dalam Hindu) antara manusia.

Guru keempat adalah Guru Ram Das (1534-1581): menjadi guru pada tahun 1574, beliau mendirikan kota suci Amritsar di Afrika Utara dan juga menulis puji-pujian untuk dipakai sebagai dasar upacara perkawinan Sikh sehingga orang-orang Sikh tidak perlu lagi menggunakan Kitab Suci dan pandita Hindu. Beliau merupakan guru pertama yang menunjuk putranya

23

Keene, Agama-Agama, h. 150-151. 24

Naskah yang menggunakan bahasa Punjabi, yaitu India. 25

(26)

sebagai pengganti, sehingga ini merubah tradisi guru-guru sebelumnya dan membuat jabatan guru menjadi jabatan yang diwariskan kepada anak.26

Guru Arjun Dev (1563-1606) menjadi guru kelima pada tahun 1581. Beliau membangun sebuah kuil indah, Harimandir, di tengah-tengah danau buatan di Amritsar – yang kemudian menjadi Kuil Emas. Beliau juga seorang martir Sikh yang pertama karena menghimpun puji-pujian yang ditulis oleh Guru-Guru sebelumnya dan menambahkan beberapa dari karangannya sendiri, kemudian menerbitkannya dalam Adi Granth – ―kitab pertama‖. Adi Granth kemudian dikenal sebagai Guru Granth Sahib. Arjun adalah guru pertama yang berperan aktif dalam politik, sehingga terlibat dalam konflik dengan kaisar Jehangir27 (1605-1627).

Guru Har Gobind (1595-1644) menjadi guru keenam pada tahun 1606. Beliau yang menanamkan semangat berperang kepada para pengikut Sikh, membawa dua bilah pedang yang melambangkan peperangan dan semangat. Sejak saat itu, unsur-unsur fisik dan spiritual telah dipersatukan dalam Sikhisme.

Guru ketujuh adalah Guru Har Rai (1630-1661), menjadi guru pada tahun 1644. Beliau adalah cucu dari Har Gobind. Untuk meningkatkan semangat kemiliteran kaum Sikh, ia bekerjasama dengan Dara Shikoh, seorang moderat, putra dari Shah Jehan.28 Har Rai pernah membantu Shikoh

26Daya, ―

Agama Sikh‖, h. 193.

27

Jehangir adalah pemimpin kerajaan Mughal menggantikan kaisar Akbar (1556-1605). Lihat Nasir, Kerajaan Mughal Di India.

28

(27)

dalam peperangannya melawan Kaisar Aurangzeb29 sampai mencapai kemenangan.

Dilanjutkan dengan Guru Har Krishan (1656-1664) yang menjadi guru pada tahun 1661, Guru Tegh Bahadur (1621-1675) yang menjadi guru pada tahun 1665.

Guru Gobind Singh (1666-1708), menjadi Guru pada tahun 1675, beliau menetapkan adanya upacara yang disebut khanda-di-Pahul (pembaptisan dengan mata pedang), mendirikan Khalsa—persaudaraan Sikh

dan memerintahkan tambahan akhiran nama Singh, yang bermakna ―Singa‖

bagi setiap penganut Sikh laki-laki dan Kaur, ―puteri‖, untuk perempuannya. Guru Gobind Singh adalah seorang reformer sosial yang besar, beliau putera dari Tegh Bahadur. Untuk membalaskan dendam pada orang yang membunuh ayahnya, beliau menyusun rencana untuk menjadikan dirinya sebagai pahlawan Hindu dengan melawan para penguasa kerajaan Mughal. Oleh sebab itu, beliau berusaha memperbesar masuknya pengaruh Hindu ke dalam agama Sikh. Ia mulai menulis beberapa cerita tentang dewa-dewi Hindu, syair-syair agama Hindu yang dikutipnya dari Ramayana30 dan Mahabharata,31 dikembangkannya di dalam kuil-kuil Sikh bersama dengan Adi Granth.32

29

Nasir, Kerajaan Mughal di India. 30 Ramayana berasal dari kata Rāma dan

Ayaa, yang berarti "Perjalanan Rama," adalah sebuah cerita epos dari India yang digubah oleh Walmiki (Valmiki) atau Balmiki. Lihat www.wikipedia.com, dengan judul artikel ―Ramayana‖, diakses pada 03 November 2010.

31

(28)

Gobind Singh juga melibatkan kaum Sikh dalam peperangan melawan orang Islam dan beliau telah pula mempersiapkan kaum Sikh untuk menempuh jalan perang bagi pencapaian cita-cita mereka, yaitu memiliki negara sendiri. Beliau wafat pada tahun 1708.33 Ia meninggalkan kaum Sikh di bawah pimpinan seorang jenderal dan penganutnya yang militan, yaitu Gurbakhash Singh Bhai – juga terkenal dengan nama Banda Bahadur (Yang Berani) yang memimpin mereka dalam perjuangan melawan penindasan.34

Pemerintah pada waktu itu kemudian memutuskan untuk melarang kepercayaan Sikh ini. Kaum Sikh lalu mundur ke pegunungan dan hutan di mana mereka lalu menyerang dan diserang; mereka senantiasa siap sedia menolong yang lemah dan miskin dan menghukum yang bersalah.

Tentara Mughal diperintahkan untuk menyapu bersih kaum Sikh dari negaranya. Hadiah Rs 80,- disediakan bagi setiap orang Sikh yang bisa dibunuh atau bila ditangkap hidup-hidup. Banyak yang disalib dan dipotong-potong anggota badannya, namun betapapun siksaan dan penderitaan mereka tidak seorangpun yang menyerah.35

Betapa usaha orang-orang Mughal untuk menyapu bersih mereka, kaum Sikh senantiasa bertambah jumlahnya. Pada tahun 1751 sebagian besar dari Punjab, Propinsi India Utara dikuasai oleh kaum Sikh. Para pemimpin kaum Sikh telah membentuk berbagai republik kecil bagi mereka sendiri

dalam bentuk ―misal‖ atau pemerintah militer.

dan pertempuran berlangsung selama delapan belas hari. Lihat www.wikipedia.com, dengan judul

artikel ―Mahabharata‖, diakses pada 03 November 2010.

32Daya, ―

mendukung kerajaan Mughal, lihat Daya, ―Agama Sikh‖, h. 196-201. 35

(29)

Dalam tahun 1757 orang-orang Sikh masuk ke Lahore, ibukota kerajaan Mughal di Punjab dan mengusir orang-orang Mughal dari kota tersebut. Timbullah masa kacau balau di mana orang-orang Sikh, orang-orang Afganistan dan orang-orang Mughal Punjab bergantian memerintah dan mengakibatkan perubahan-perubahan dalam perbatasan republik-republik kecil tersebut. Dalam tahun 1765, agama Sikh diproklamirkan sebagai agama yang paling besar di bagian Punjab.36

Jalan perang juga ditempuh oleh Ranjit Singh, Maharaja Sikh yang pertama, yang meluaskan kerajaannya sampai ke perbatasan Afghanistan, termasuk Kashmir. Maharaja Ranjit Singh lahir dari negara Sukarchakia, putra dari Pemimpin Negara tersebut. Ketika naik tahta ia menyatakan sebelas

‗misal‘ Sikh dan membangun satu kerajaan Sikh dalam Propinsi Punjab.

Orang Afganistan mengakui ia sebagai raja dan memanggilnya Maharaja Ranjit Singh.37

Kerajaan Sikh yang baru berumur lima puluh tahun kemudian harus berperang melawan Inggris yang telah menguasai bagian-bagian lain dari India. Ketika Maharaja Ranjit Singh meninggal dunia pada tahun 1839, kaum Sikh mulai berubah pendirian. Persahabatan yang awalnya terbina dengan Inggris berangsur-angsur berubah menjadi permusuhan. Dalam permusuhan ini terjadi dua kali perang besar antara Sikh dan Inggris, yang dikenal dengan Perang Sikh.38 Akhirnya kerajaan Sikh kalah dan dijadikan bagian dari negara jajahan Inggris di India.

36

S. Pendit, Guru Nanak, h. 36.

37

S. Pendit, Guru Nanak, h. 37. 38Daya, ―

(30)

Di masa penjajahan Inggris di India, orang-orang Sikh banyak diterima sebagai tentara, karena semangat dan keberaniannya. Setelah India mendapatkan kemerdekaannya, mereka menuntut agar negeri mereka dijadikan daerah otonom. Masalah ini menimbulkan ketegangan antara mereka dengan pusat pemeritahan India di New Delhi hingga sekarang.39

Setelah mengalami kekacauan dan peperangan selama kurang lebih dua abad, kaum Sikh mulai menjalani hidup baru, teratur dan damai. Hingga dewasa ini, walaupun jumlah orang Sikh hanya sebagian kecil saja dari penduduk India, namun telah memainkan peranan besar dalam kemajuan dan stabilitas negara India. Berkat keberanian dan kepandaian berperang, mereka merupakan bagian terbesar dari angkatan perang India. Pekerjaan yang biasa mereka pegang adalah bidang pertanian, angkatan perang (militer), bidang tehnik, bahkan orang akan menemukan dokter-dokter dan insinyur-insinyur dari kaum Sikh yang melebihi proporsi jumlah kaumnya.40

B. Perkembangan Sikh di Indonesia

Sikhisme sudah sejak lama berada di Indonesia, tetapi jarang diketahui masyarakat luas. Tidak diketahui pasti kapan tepatnya agama ini berada di Indonesia. Dari wawancara yang penulis dapatkan, orang-orang Sikh sudah ada yang datang ke Indonesia sebelum Perang Dunia II ketika masa penjajahan Inggris. Mereka masuk ke Indonesia melalui Singapura yang kala itu dijajah pula oleh Inggris, kemudian Malaysia dan sampai ke Indonesia melalui Sumatera, yaitu Medan. Setelah Perang Dunia II selesai,

39

Hakim, Perbandingan Agama, h. 189. 40

(31)

tentara dari India yang kebanyakan orang-orang Sikh, tidak semuanya kembali ke India. Sebagian dari mereka menetap di Indonesia, yaitu di Cirebon dan menyebar ke berbagai wilayah di Indonesia.41

Di Jakarta, orang-orang Sikh pertamakali tinggal di Tanjung Priok, yang ketika itu Batavia (sebelum berubah menjadi Jakarta) sedang dijajah oleh Belanda. Kebanyakan dari mereka bekerja sebagai penarik delman dan berdagang. Hasil yang mereka dapat dikumpulkan kepada rentenir (sejenis Bank), setelah terkumpul mereka membuka usaha pertokoan.

Dikarenakan Tanjung Priok digunakan untuk sektor pelabuhan dan penjajah Belanda pun telah meninggalkan Batavia, sekitar tahun 1950-an mereka diizinkan pindah ke Pasar Baru—yang sebelumnya memang sudah ada beberapa orang Sikh yang tinggal disana. Di Pasar Baru, mereka membangun pertokoan-pertokoan dan tinggal di perumahan-perumahan elite.42

Hingga sekarang pengikut Sikh ini sudah mencapai 80.000 jiwa di Indonesia, mereka kebanyakan tinggal di Medan, Jakarta, Pematang Siantar, Tebing Tinggi, Binjai, Palembang, Jawa dan lain-lain. Umatnya kebanyakan dari suku Punjabi (salah satu etnis di India).43

Kelompok masyarakat Punjab dari India utara banyak terdapat di kota-kota besar di Jawa, seperti Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Surabaya dan lain-lain. Pada umumnya mereka hidup sebagai pedagang. Beberapa tokoh terkemuka dari masyarakat ini misalnya Raam Punjabi, Raja Sinetron

41

Wawancara pribadi dengan Golraj Singh, Ketua Pengawas Sikh Temple, Pasar Baru, Jakarta Pusat, 21 Juli 2010.

42

Wawancara Pribadi dengan Golraj Singh, pada tanggal 01 Oktober 2010. 43

(32)

Indonesia dan Istrinya, Rakhee Punjabi. HS. Dillon, pakar ekonomi pertanian dan masih banyak lagi.44

Sejarah mencatat bagaimana semangatnya kaum Sikh melakukan berbagai peperangan dan betapa militannya mereka melakukan gerakan-gerakan kekerasan. Mereka menimbulkan benturan-benturan yang menodai sejarah dan menggoyahkan haluan hidupnya semenjak aspirasi politik mulai mempengaruhi mereka di bawah pembinaan guru yang kelima, yaitu Guru Arjun.

44

(33)

23

AJARAN KETUHANAN DALAM HINDUISME DAN ISLAM

A. Pandangan Manusia Tentang Tuhan

Kata Tuhan (Allah) merujuk kepada suatu zat abadi dan supranatural,1 biasanya dikatakan mengawasi dan memerintah manusia dan alam semesta. Hal ini bisa juga digunakan untuk merujuk kepada beberapa konsep-konsep yang mirip dengan ini, misalkan sebuah bentuk energi atau kesadaran yang merasuki seluruh alam semesta, di mana keberadaan-Nya membuat alam semesta menjadi ada; sumber segala yang ada; kebajikan yang terbaik dan tertinggi dalam semua makhluk hidup; atau apapun yang tak bisa dimengerti atau dijelaskan.2

Menurut paham sufisme dalam Islam,3 Tuhan adalah satu-satunya yang hakiki, dalam arti yang betul-betul ada, keberadaan yang absolut, sedangkan yang lain keberadaannya tidaklah hakiki, dalam arti tergantung pada kemurahan Tuhan. Dialah yang Awal dan yang Akhir, yang Lahir dan

1 Supranatural berasal dari kata Latin ―super‖ dan ―natural,‖ yang berarti di atas (luar)

ambang kodrati ―adikodrati,‖ yang tidak melekat-serta pada kondisi kelahiran atau munculnya

sesuatu. Para teolog menggunakan kata ―supranatural‖ dalam arti ―karunia Allah bagi ciptaan-Nya untuk mengambil bagian dalam kehidupan Allah sendiri dalam seluk beluk diri-Nya sendiri.‖

J. Sunarka S.J, Dunia Iman dan Supranatural, artikel diakses pada 12 September 2010 dari

www.indonesiamedia.com, 2

Diakses dari www.wikipedia.com, dengan judul artikel ―Tuhan,‖ pada 18 Agustus 2010. 3

(34)

yang Bathin, penyebab dari segala yang ada dan tujuan akhir, tempat semua makhluk kembali.4

Sedangkan menurut Mulyadhi Kartanegara, Tuhan adalah prinsip asal dari segala yang ada (mawjudat) dan Dia wajib adanya (wajib al-wujud). Sedangkan selain-Nya, yang biasa disebut alam atau makhluk, hanyalah mungkin adanya (mumkin al-wujud). Bukti keberadaan Tuhan adalah fakta bahwa alam ini ada. Keesaan Tuhan tercermin dalam kesatuan sistem perintah (amr) yang mengendalikan alam semesta.

Kenyataan bahwa hanya ada satu sistem yang berlaku di alam semesta pada suatu saat, menunjukkan bahwa hanya ada satu sistem perintah yang berlaku. Pada gilirannya, ini menunjukkan keesaan Pemberi perintah tersebut, yakni Sang Pencipta alam semesta yang tak lain adalah Tuhan.5

Tuhan Sang Pencipta itu Esa, maka tak ada suatu apapun yang bisa dipandang serupa atau setara dengan-Nya. Segala pandangan yang mengisyaratkan penyekutuan Tuhan adalah kekeliruan yang nyata. Karena tidak ada yang menyerupai-Nya, maka pengenalan manusia terhadap-Nya hanya melalui akal saja. Hanya Tuhanlah melalui wahyu-Nya, yang dapat menggambarkan diri-Nya secara positif. Pengetahuan manusia mengenai Tuhan hanya bersifat majazi (alegoris, yaitu pengungkapan) dan tidak bisa disebut mutlak.6

4

Mulyadhi Kartanegara, Menyelami Lubuk Tasawuf (Jakarta : Erlangga, 2006), h. 6. 5

Mulyadhi Kartanegara, Nalar Religius: Memahami Hakikat Tuhan, Alam dan Manusia

(Jakarta: Erlangga, 2007), h. 2-4. 6

(35)

B. Ajaran Ketuhanan Dalam Agama Hindu

Hinduisme muncul sekitar tahun 1800 sebelum Masehi di India7 dan termasuk agama paling tua di dunia yang masih hidup hingga sekarang. Dalam hal ajaran ketuhanannya, agama Hindu merupakan agama monotheistik politeisme8, yang pengikut-pengikutnya percaya pada satu Tuhan, yaitu Brahman (Roh yang mutlak), yang tak dapat dijangkau dan dimengerti oleh manusia, namun terdapat berjuta-juta gambar yang membuat Brahman bisa dilihat dan dikenal oleh para pemujanya, yang mana disebut dengan Dewa-Dewi.9

Menurut pandangan Hindu, Kenyataan (Brahman dalam Kitab Upanishad10) dapat dilihat dari dua aspek, yaitu transendental (Impersonal11) dan tetap ada (Personal12). Dalam aspek transendental-Nya, Kenyataan13 disebut dengan Nirguna Brahman, yaitu Brahman tanpa atribut. Nirguna Brahman bukanlah objek doa, tetapi objek meditasi dan pengetahuan. Tidak dapat digambarkan, pengetahuan yang mutlak dan kebahagiaan yang mutlak dan orang mengatakan ini sebagai keberadaan yang mutlak, pengetahuan dan kebahagiaan yang absolut (sat-cit-ananda14).15 Dalam Brahma Sutra I. 1. 1

7

Michael Keene, Agama-Agama Dunia (Yogyakarta: Kanisius, 2006), h. 10. 8

Monotheisme adalah paham yang percaya pada Tuhan yang satu dan berkuasa penuh atas segala sesuatu, sedangkan monotheistik politeisme adalah pengakuan tentang Tuhan yang diketahui dengan berbagai cara dan dipuja dalam berbagai bentuk. Lihat Bansi Pandit, Pemikiran Hindu (Surabaya: Paramita, 2003), h. 43-46.

9

Keene, Agama-Agama, h. 14. 10

Kitab Upanishad adalah penafsiran filosofis atas kitab Veda, yang berisi tantang filsafat Hindu, baik berisi mantera-mantera ataupun berbagai teori mengenai aspek ketuhanan. Lihat Gde Sara Sastra, Konsepsi Monotheisme dalam Agama Hindu (Surabaya: Paramita, 2005).

11

Impersonal atau transendental berarti pengenalan Tuhan tentang diri-Nya. 12

Personal atau imanen berarti pengenalan Tuhan melalui ciptaan-Nya. 13

Kenyataan maksudnya Tuhan, Dzat Yang Maha Esa. 14

(36)

dijelaskan bahwa asal dari asal itu adalah Brahman, Ia yang tahu dan Ia adalah akibat dari yang ada. Sloka tersebut berbunyi ―Athato Brahma jijnasa‖.

Artinya : ―Brahman (Tuhan) adalah asal dari akibat tahu dan melihat segala ciptaan yang merupakan hasil yadnya-Nya‖.16

Sedangkan aspeknya yang selalu ada dimana-mana (imanen), Kenyataan disebut dengan Sadguna Brahman, yaitu Brahman dengan Atributnya. Sadguna Brahman adalah Personal Tuhan, Pencipta, Pemelihara dan Pengendali dari jagat raya ini.17 Dalam agama Hindu, aspek personal dipuja dalam bentuk pria dan wanita (Ardhanareswari). Dari aspek pria, Kenyataan ini disebut dengan berbagai nama dalam bahasa Sanskerta, seperti

Isvara, Paramesvara, Paramatma, Mahesvara dan Purusa. Walaupun ada perbedaan yang mendasar dalam arti dari kata Sanskerta tersebut, secara umum menyatakan Kenyataan sebagai Pencipta, Pemelihara dan Pengendali dari seluruh jagat raya. Dari aspek wanita, Kenyataan ini disebut dengan nama seperti Ibu Mulia, Durga dan Kali. Terdapat dalam Adhyaya IV. 2 Sweta Swatara Upanisad yang berbunyi :

―Tat ewa gnis tad adityas tad wwyus tad u candramah, tad ewa

sukram tad brahma tad apas tad prajapatih.‖

Artinya : ―Itu (Brahman) sesungguhnya juga adalah Agni, juga adalah Sang Aditya, juga adalah Sang Wayu dan juga Sang Candrama atau Sang Bulan. Beliau itu juga adalah bintang-bintang yang ada di langit Brahman itu

tetapi sumber segala pengetahuan. Ananda adalah kebahagiaan abadi yang bebas dari penderitaan dan suka duka. Lihat, www.ang-gun.blogspot.com, dengan judul artikel ―Konsep Ketuhanan

Dalam Agama Hindu, diakses pada 26 oktober 2010.

15

Pandit, Pemikiran, h. 40-41. 16

Sastra, Konsepsi Monotheisme, h. 61. 17

(37)

juga Hiranyagarbha (pencipta semua yang ada), juga adalah Prajapati (asal dari segala yang ada).‖18

Dalam pemahaman agama Hindu, Tuhan menjelma dalam banyak wujud. Konsep satu Tuhan dalam banyak perwujudan ini berfungsi untuk memudahkan manusia dalam memahami Tuhan Yang Maha Esa. Trinitas Hindu atau Trimurti, wujud Dewa dan Dewi, para Avatara atau titisan dari Wishnu Sang Tuhan, Dewata-Dewata, titisan Dewa-Dewa dalam bentuk planet dan binatang merupakan perpanjangan bentuk (manifestasi) dari Tuhan.19

Trimurti terdiri dari Brahma, Wishnu dan Shiwa, bukanlah tiga yang berdiri sendiri atau dewa yang terpisah satu sama lain, tetapi merupakan tiga aspek yang berbeda dari satu Tuhan. Brahma mewakili aspek Maha Pencipta, Wishnu Sang Pemelihara dan Shiwa mewakili aspek Pemusnah alam semesta. dari ketiga dewa-dewa ini lalu berkembang menjadi dewa-dewa yang lainnya.

Pemberian nama terhadap sifat-sifat Tuhan ini adalah suatu hal yang tak dapat dielakkan, namun tidak mempengaruhi hakikat-Nya yang hakiki. Karena menurut Kitab Suci Veda20 yang absolut (Tuhan) itu adalah satu, hanya orang-orang bijaksana yang menyebutkan dengan banyak nama. Hal ini tercantum dalam syair mantera Veda, yaitu Rg Veda mandala 10. 90. 1 – 2 yang berbunyi :

18

Sastra, Konsepsi Monotheisme, h. 66. 19

Bagus Takwin, Filsafat Timur: Sebuah Pengantar Ke Pemikiran-Pemikiran Timur

(Yogyakarta: Jalasutra, 2003), h. 52. 20

Veda adalah sumber dari agama Hindu. Veda ini diucapkan sebagai nafas Tuhan, kalimat-kalimat Veda disebut mantera yang meliputi bunyi dan arti dalam kesatuannya. Menurut sifatnya, isi dari Veda dibagi atas tiga bagian: Bagian Mantera, terdiri dari empat himpunan (Catur Veda Samhita) yaitu Rg Veda, Sama Veda, Yajur Veda dan Atharwa Veda. Bagian Brahmana

(38)

―Sahasra sirsa purusah, Sahasraksah sahasrapat, Sa bhumim vis ‗vato

vrtva, Tyatisthad das angulam, Purusa evedam sarvam, Yadbhutam yacca bhavyam.‖ 21

Artinya : ―Purusa mempunyai kepala, seribu mata dan seribu kaki (Purusa tak terbatas), beliau meliputi alam semesta ini dari semua arah, tetapi diri-Nya sendiri (Purusa) lebih dari alam semesta itu dengan ukuran sepuluh jari. Semua ini, semua yang sudah jadi dan semua yang akan jadi adalah sama dengan Purusa atau Purusa adalah sama dengan semua ini, yaitu semua yang sudah jadi semua yang akan jadi.

Kitab-kitab suci Hindu, Veda dan Upanishad, telah membuka jalan ke pemikiran filosofis mendalam dimana akhirnya segala-galanya dipahami sebagai Satu. Dzat paling mendasar adalah Brahman sebagai Atman (jiwa) meresapi segala-galanya. Ada yang berpendapat bahwa yang sebenarnya ‗ada‘ hanyalah Brahman sebagai realitas satu-satunya, sedangkan segala apa yang kelihatan, seluruh alam inderawi adalah maya (tipuan belaka).22

Namun dalam penghayatan lebih umum, yang Satu mengungkapkan diri dalam Trimurti, dengan tiga wajah-Nya yang kemudian juga bisa menjadi tiga Dewa—Brahman, Wishnu dan Shiwa. Bagi rakyat biasa, ketuhanan tersebut terungkap dalam ribuan Dewa dan Dewi yang sebagian kita kenal dari kisah Ramayana dan Mahabharata. Dengan demikian, seluruh realitas terpenuhi oleh kehadiran dimensi adi-duniawi. Dewa-Dewi ini merupakan personifikasi ketuhanan yang satu, yang begitu abstrak. Melalui Dewa-Dewi ini, ketuhanan menjadi kehadiran dalam lingkungan hidup nyata.23

Hinduisme memberikan tiga cara yang unik kepada pengikutnya untuk menyembah Brahman, yaitu dengan kata-kata suci, melagukan mantera dan

21

Sastra, Konsepsi Monotheisme, h. 45. 22

Franz magnis Suseno, Menalar Tuhan (Yogyakarta: Kanisius, 2006), h. 29-30. 23

(39)

penggunaan Mandala24 (pola geometris yang kompleks). Banyak dari umat Hindu yang melakukan ibadat di rumah, di rumah dan kuil atau hanya beribadat di kuil saja.

1. Kata-kata suci

Kata-kata suci atau kata keramat, AUM atau OM, adalah kata yang pertama muncul dalam kitab-kitab Upanishad dan tersusun dari tiga unsur bunyi—‗a‘, ‗u‘ dan ‗m‘—menjadi satu kata yang disenandungkan dengan alunan suara yang dalam. Orang Hindu percaya bahwa jika diucapkan, bunyi yang terdiri dari tiga unsur bunyi ini menyatakan:

a. Tiga Kitab Veda dari bagian pertama; b. Tiga dunia—bumi, atmosfer dan langit.

c. Tiga dewa utama—Brahma, Wishnu dan Shiwa.

Namun demikian, bagi kebanyakan umat Hindu, kata keramat ini menyatakan lebih daripada hal yang dinyatakan diatas. Mereka meyakini bahwa bunyi itu menjangkau seluruh alam semesta dan kesatuannya dengan Brahman. Dalam Mandukya Upanishad dikatakan:

―OM. Bunyi yang tidak bisa mati adalah benih dari segala yang

ada. Kemarin, sekarang dan yang akan datang, semuanya adalah OM

yang kelihatan.‖25

24

Mandalaadalah istilah untuk lingkaran. Dalam meditasi Hindu dan Buddha digunakan untuk meningkatkan kesadaran. Dalam meditasi, orang tersebut perbaikan pikirannya di tengah lingkaran "suci." desain geometrik yang umum. Pusat beberapa Mandala menunjukkan segitiga dengan Bindu (dot) di dalam lingkaran. Ini merupakan penggabungan kekuatan laki-laki dan perempuan, contoh dari mandala ini misalkan Candi Prambanan untuk agama Hindu dan Candi Borobudur untuk agama Buddha. Lih Keene, Agama-Agama, h. 24, dan https://www.paradetect.com, diakses pada 03 November 2010.

25

(40)

2. Melagukan Mantera

Mantera mempunyai peranan penting dalam semua peribadatan Hindu. Mantera adalah suatu ayat, kata atau sederet kata-kata yang dipercaya memiliki daya kekuatan Ilahi. Mantera diulang-ulang untuk meningkatkan pengertian dan kesadaran umat Hindu terhadap Allah. Mantera dipercayai dapat membawa pembebasan dari keduniawian dan hal-hal sepele yang biasanya menguasai pikiran manusia ke dalam alam spiritual yang sekaligus beraneka ragam. Dalam Katha Upanishad, 2;16,17 di sebutkan:

―Bermeditasi dengan menggunakan mantera akan memenuhi

setiap kebutuhan dan akhirnya membawa pada pembebasan.‖

3. Mandala

Mandala adalah pola geometris yang kompleks, yang digunakan di dalam ibadat, untuk melahirkan seluruh kosmos. Dalam upacara keagamaan yang penting, mandala digambarkan di atas tanah yang diberkati dengan menggunakan serbuk warna-warni dan dihapus setelahnya. Ruang-ruang dalam mandala melambangkan Dewa-Dewi terkenal atau Dewa-Dewi pujaan pribadi, dengan Wishnu ditengahnya.26

Dari ketiga cara unik tersebut, pada intinya itu semua adalah bentuk penyembahan umat Hindu kepada Brahman, Dzat Tertinggi, sebagai bentuk dari rasa syukur dan penghormatan atas nikmat dan karunia yang telah diberikan-Nya.

26

(41)

C. Ajaran Ketuhanan Dalam Islam

Dalam ensiklopedia Islam, Allah adalah ―Ism Jalah wal Ism

al-A‘zham,‖ yang artinya Nama Keagungan dan Kemuliaan. Tuhan merupakan Nama suatu Hakikat, atau keniscayaan yang bersifat mutlak. Secara bahasa, Ia membentuk kembali sebuah pengertian yaitu sebuah realitas yang tidak dapat dipersamakan dengan kandungan kata manapun. Kata Allah merupakan sebuah nama yang hanya pantas dan tepat untuk Tuhan, dimana melalui kata tersebut kita dapat memanggil-Nya secara langsung.27

Allah dapat dilihat dari dua segi, yaitu dari segi Dzat-Nya (Esensi-Nya) dan dari segi hubungan dengan makhluk-Nya. Dalam perspektif pertama, Allah tidak dapat dipahami. Allah berada jauh dari kita. Allah bersifat transenden. Kepada Allah yang ini, kita harus melakukan tanzîh (membersihkan Tuhan dari segala kesamaan dengan makhluk). Dia berbeda dengan segala apapun selain Dia. Dia adalah Theos Agnotos—Allah benar-benar tidak diketahui dan tak terjangkau oleh manusia. Oleh karena itu, kita dilarang untuk memikirkan esensi Sang Pencipta. ―Tafakkarû ƒî khalqi Allâh

wa lâ tafakkarûƒî dzât Allâh—Renungkanlah ciptaan Allah dan jangan merenungkan Dzat-Nya,‖ sabda Nabi Saw.

Dalam perspektif kedua—dalam hubungan-Nya dengan makhluk— Allah dapat kita pahami. Dia mempunyai sifat-sifat yang ―sama‖ dengan makhluk-Nya. Dia imanen. Inilah Theos Relevatus—Tuhan yang menampakkan diri-Nya dalam diri manusia dan alam semesta.

27

(42)

Jika dalam perspektif pertama Allah begitu jauh, dalam perspektif kedua Tuhan ini begitu dekat. Bahkan, Dia tidak hanya dapat dikenal, melainkan benar-benar bisa dicintai.28

Artinya: ―Kami lebih dekat kepada manusia ketimbang urat lehernya sendiri.‖ (QS. Qaaf (50):16).

Dalam Islam, Tuhan (Allah) diyakini sebagai Zat Maha Tinggi Yang Nyata dan Esa, Pencipta Yang Maha Kuat dan Maha Tahu, Yang Abadi, Penentu Takdir, dan Hakim bagi semesta alam.29

ۥ

Artinya: ―Tuhan adalah Esa (satu), Allah tempat berlindung segala sesuatu, Dia tidak beranak dan tidak pula diperanakkan dan tidak ada sesuatu yang sebanding dengan-Nya.‖ (QS. Al-Ikhlas: 1-4).

Oleh sebab itu, Islam menitikberatkan konseptualisasi Allah sebagai Yang Maha Tunggal dan Maha Kuasa (Tauhid). Dia adalah wahid dan Esa (ahad), Maha Pengasih dan Maha Kuasa. Menurut al-Qur'an terdapat 99 Nama Allah (Asma'ul Husna, "Nama-nama yang Terbaik") yang mengingatkan setiap sifat-sifat Tuhan yang berbeda. Nama-nama tersebut terbagi dalam dua jenis : asma‘ al-zat (Nama Esensi) dan asma‘ al-shifat (nama Sifat). Diantara 99 nama Allah tersebut, yang paling terkenal dan paling sering digunakan adalah "Maha Pengasih" (ar-rahman) dan "Maha Penyayang" (ar-rahim).30

28

Syekh Tosun Bayrak al-Jerrahi, Asmaul Husna: Makna dan Khasiat, terj. Nuruddin Hidayat (Jakarta: Serambi Ilmu Semesta, 2003), h. 8-9.

29

John L. Esposito, Islam: The Straight Path (London: Oxford University Press, 1998), h. 22.

30

(43)

ۖ

menguasai segala kesucian, segala kesejahteraan, yang Memberi Keamanan, Yang Maha Memelihara, Maha Kuasa dan Pemilik segala keagungan, Maha Suci Allah dari apa yang mereka persekutukan. Dia adalah Allah, Yang Maha menciptakan, Mengadakan dan Yang membentuk segala rupa. Pemilik Nama-Nama yang paling baik, Seluruh yang ada di langit dan di bumi bertasbih kepada-Nya, Dia Maha Perkasa serta Maha Bijaksana. (QS. Al-Hasyr (59): 22-24).

Fikiran ketuhanan dalam Islam adalah ―Fikiran yang sempurna‖ dimana satu segi mengalahkan segi yang lain dan tidak diperbolehkan tertimpa oleh sifat-sifat syirik dan pemiripan (dengan makhluk), juga tidak membuat perbandingan bagi Allah menurut indera maupun menurut hati, melainkan

baginya ―perumpamaan yang paling tinggi (al- Matsalul a‘la)‖ dan ―tidak ada sesuatu yang seperti-Nya.‖31

Islam menolak patung-patung dalam bentuk apapun dari bentuk-bentuk percontohan atau lambang (pendekatan). Bagi Allah adalah contoh yang tinggi dari sifat-sifat kesempurnaan seluruhnya dan bagi-Nya adalah nama-nama yang baik. Maka, sifat kekuatan dan kekuasaan pada Allah mengalahkan sifat-sifat kasih sayang dan cinta. Ia berkuasa atas segala

31

(44)

sesuatu, Ia Maha Kuat dan memiliki Pembalasan. Ia adalah Dzat Penyayang dan Pengasih, Maha Pengampun dan Maha Pemurah. Rahmat-Nya meliputi segala sesuatu.32

Dalam tasawuf—salah satu cabang ilmu Islam yang menekankan aspek spiritual dalam Islam—manusia memiliki dua rumah, satu rumah untuk jasadnya, yaitu dunia rendah ini, yang lain rumah rohnya, yaitu alam yang tinggi. Tetapi, karena hakikat manusia terletak pada rohnya, oleh sebab itu manusia merasa terasing di dunia ini, karena alam rohanilah tempat roh atau jiwa manusia yang sesungguhnya. Perasaan yang terasing inilah yang

kemudian memicu sebuah ―pencarian mistik‖ dari seorang manusia, dengan

itu pula manusia memulai perjalanan spiritualnya menuju Tuhan (tarekat).33 Namun, karena Tuhan sebagai ―tujuan akhir perjalanan manusia‖ yang bersifat rohani, manusia harus berjuang menembus rintangan-rintangan materi

agar rohnya menjadi suci. Itulah sebabnya kata ―tasawuf‖ berasal dari ―shafa‖,

yang artinya kesucian, yakni kesucian jiwa sang sufi setelah mengadakan

―penyucian‖ jiwa dari kotoran-kotoran atau pengaruh jasmani. Penyucian ini dalam rangka mendekatkan diri kepada Yang Mahasuci, yaitu Allah SWT.

Dari keyakinan ini, muncullah cara hidup spiritual yang bertujuan pada

―pendekatan‖ dengan Allah, cara tersebut dapat berupa bentuk menyebut-nyebut nama-nama Allah, yang mana seorang sufi memenuhi jiwanya dengan nama-nama (asma‘) Allah, sehingga dapat merasakan kehadiran dan kedekatan-Nya; atau dalam bentuk merenungkan dan berulang-ulang membaca firman-Nya, dengan penuh kecintaan agar dengan begitu seorang

32

Al-‗akkad, Ketuhanan, h. 112. 33

(45)

sufi dapat memahami ―kehendak‖ Allah dan menghayati hikmah yang

terkandung di dalamnya; atau dalam bentuk ―bersendirian dengan Allah‖ di

tengah malam buta, sehingga tercapai hubungan intim dan personal dengan Allah.34

Menurut Penulis, dalam Hinduisme maupun Islam, kedua agama ini sama-sama percaya pada Satu Realitas Tertinggi, yaitu Tuhan. Hanya saja dalam aplikasi terhadap Tuhan kedua agama ini mempunyai cara atau sistem yang berbeda. Jika Islam dalam penyembahan terhadap Tuhan tidak memerlukan bentuk atau wujud, lain halnya dengan Hindu. Dalam Hinduisme, Tuhan di puja dengan berbagai bentuk dengan tujuan untuk mempermudah memahami-Nya.

34

(46)

36

AJARAN KETUHANAN DALAM AGAMA SIKH

A. Monotheisme Dalam Agama Sikh

Semua orang yang beragama mufakat dalam mengartikan Allah sebagai Yang Maha Tinggi, tetapi arti dari Yang Maha Tinggi itu berbeda-beda. Secara global agama-agama dibagikan menurut tiga bentuk, yaitu: 1. Menurut panteisme: Semesta alam, termasuk manusia, merupakan

sebagian dari Allah. Pandangan ini sesuai dengan pengalaman manusia tentang kesatuan fundamental dari segala yang ada.

2. Menurut politeisme: Terdapat lebih dari satu Allah. Ini sesuai dengan pengalaman manusia, bahwa semesta alam mempunyai segi-segi yang berbeda-beda, yang semuanya mencerminkan suatu kekuatan Ilahi.

3. Menurut Monoteisme: Allah tidak boleh dicampurkan dengan hal-hal dunia, disadari bahwa Allah itu satu dan tak dapat dibagikan kemuliaan-Nya.1

Dalam monotheisme, Allah di pandang sebagai Pribadi yang berlainan dari dunia. Allah bukanlah suatu objek seperti benda-benda dunia, melainkan suatu wujud yang transenden, yang serentak bersifat imanen dalam hal-hal dunia pula.2

Sedangkan dalam agama Sikh, Keyakinan tentang ketuhanan dapat dijabarkan dalam istilah Mystic Monotheism. Guru Nanak menerima pokok keyakinan di dalam agama Islam tentang keesaan Allah Maha Kuasa, tidak

1

Theo Huijber, Manusia Mencari Allah Suatu Filsafat Ketuhanan (Yogyakarta: Kanisius, 1977), h. 18-19.

2

(47)

beranak, tidak diperanakkan, tanpa ada suatu apapun yang mirip dengan-Nya, yang menciptakan alam semesta dan mempunyai wewenang penuh atas makhluk-Nya. Dengan begitu, Guru Nanak menolak Polytheisme yang dianut agama Hindu. Tetapi, Guru Nanak menerima pokok keyakinan di dalam agama Hindu yang menyatakan bahwa Dzat Allah Maha Kuasa itu meresapi seluruh alam, yakni Pantheisme.3

Keyakinan serupa itulah yang disebut dengan Mystic Monotheism, yakni yakin akan keesaan Allah secara mistik. Melalui tatacara mistik akan dapat dicapai penggabungan kembali antara Dzat Insan dengan Dzat Tuhan dalam satu kesatuan—wujud4 (Wihdatul-Wujud), pada saat-saat yang sangat singkat. Dengan meminjam istilah Hindu (moksha), yakni persatuan Dzat Atman dengan Dzat Brahman menurut konsepsi Upanishad di dalam agama Hindu.5

Orang-orang Sikh percaya hanya ada satu Allah dan bahwa Dia bukan sesuatu yang substansial atau manusia super, tetapi merupakan prinsip kebenaran mutlak. Para guru dalam agama Sikh bersikeras bahwa Allah tidak memiliki bentuk atau substansi dan sangat menentang penyembahan terhadap berhala. paham kesatuan wujud ini mengambil dalil Al Quran yang dianggap mendukung penyatuan antara ruh manusia dengan Ruh Allah dalam penciptaan manusia pertama, Nabi Adam AS:Sehingga ruh manusia dan Ruh Allah dapat dikatakan bersatu dalam salat karena salat adalah me-mi'rajkan ruh manusia kepada Ruh Allah SWT. Atas dasar pengaruh 'penyatuan' inilah maka kezuhudan dalam sufi dianggap bukan sebagai kewajiban tetapi lebih kepada tuntutan bathin karena hanya dengan meninggalkan/ tidak mementingkan dunia lah kecintaan kepada Allah semakin meningkat yang akan bepengaruh kepada 'penyatuan' yang lebih mendalam. Lih Wikipedia Bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas id.wikipedia.org/wiki/Sufisme, pada 26 Oktober 2010.

5Sou‘yb,

Referensi

Dokumen terkait

Dengan memahami petunjuk, siswa dapat menjelaskan aturan yang berlaku dalam kehidupan sehari-hari di rumah tentang menjaga kebersihan di lingkungan rumah dengan tepat.

Indikasi Geografis merupakan suatu bentuk perlindungan hukum terhadap nama asal barang. Inti perlindungan hukum ini ialah bahwa pihak yang tidak berhak, tidak diperbolehkan menggunakan

Information sharing dapat membantu perusahaan dalam memperbaiki efisiensi dan efektivitas rantai pasokan dan merupakan faktor yang paling penting untuk mencapai koordinasi

Langkah-langkah pelaksanaan DEAR yang dapat diterapkan di sekolah dasar adalah: (1) tanda waktu DEAR tiba dibunyikan, seluruh warga sekolah baik siswa, guru, dan karyawan

Hidup di Negara yang besar dengan penduduk yang banyak, tentu kita harus menyadari tentang adanya sebuah perbedaan pandangan, perbedaan sendiri dalam Islam

SEO suatu website sangat berkaitan pada trafik pengunjung yang ada pada website tersebut, sehingga website sebagai media periklanan internet dapat lebih efektif dalam

Bantalan pada alat uji dibagi atas dua bagian, yaitu bantalan 1 dan bantalan 2 yang berada pada bagian 1, bantalan 1 merupakan bantalan yang mengalami

(Doc.Widi,30 Mei 2016) Tata rias juga memiliki bagian penting terkait pengungkapan isi dan memepertegas garis-garis wajah di atas panggung dengan jarak pandang