PERBANDINGAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIK ANTARA MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK-TALK-WRITE
(TTW) DAN TALKING- STICK PADA MATERI RUANG DIMENSI TIGA DI KELAS X SMA SWASTA RAKSANA MEDAN T.A 2015/2016
Oleh :
Banilameywati Marbun NIM.4123111009
Program Studi Pendidikan Matematika
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
ii
RIWAYAT HIDUP
Banilameywati Marbun dilahirkan di Lahewa (Nias) pada tanggal 29 Mei 1994.
Ayah bernama L.Marbun dan Ibu bernama A. Zega dan merupakan anak pertama
dari lima bersaudara. Pada tahun 2000 penulis masuk SD Swata St. Fransiskus
Pandan dan lulus tahun 2006. Pada tahun 2006, penulis melanjutkan sekolah di
SMP Swasta St. Fransiskus Aek Tolang dan lulus pada tahun 2009. Pada tahun
2009 penulis melanjutkan sekolah di SMAN 1 Plus Matauli Pandan dan lulus
pada tahun 2012. Pada tahun 2012, penulis diterima di program studi Pendidikan
Matematika Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
PERBANDINGAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIK ANTARA MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK-TALK-WRITE (TTW) DAN TALKING- STICK PADA MATERI RUANG DIMENSI TIGA
DI KELAS X SMA SWASTA RAKSANA MEDAN T.A 2015/2016
BANILAMEYWATI MARBUN (NIM. 4123111009)
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan dan perbandingan kemampuan komunikasi matematik siswa yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe Think-Talk-Write (TTW) dan kemampuan komunikasi matematik siswa yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe Talking- Stick pada materi ruang dimensi tiga di kelas X SMA Swasta Raksana Medan.
Jenis penelitian ini adalah eksperimen semu. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMA Swasta Raksana Medan dan sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas X-1sebagai kelas eksperimen 1 dan kelas X-4 sebagai kelas eksperimen 2 yang masing-masing berjumlah 36 siswa. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini digunakan tes esai dengan jumlah soal 7 item Dari hasil penelitian diperoleh rata-rata peningkatan kemampuan komunikasi matematik siswa kelas eksperimen 1 adalah sebesar
53,33 dan rata-rata peningkatan kemampuan komunikasi matematik siswa
kelas eksperimen 2 adalah sebesar 48,8333. Pada uji pihak kanan dengan dk 70 dan � = 0,05 diperoleh thitung = 4,21083 dan ttabel = 1,6745 sehingga thitung > ttabel maka H� ditolak dan sebaliknya H� diterima . Sehingga diperoleh bahwa kemampuan komunikasi matematik siswa yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe Think-Talk-Write (TTW) lebih baik dari pada kemampuan komunikasi matematik siswayang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe Talking- Stick khususnya pada materi ruang dimensi tiga.
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa yang telah melimpahkan
kasih dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul “Perbandingan Kemampuan Komunikasi Matematik Antara Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Talk-Write (TTW) dan Talking- Stick Pada
Materi Ruang Dimensi Tiga Di Kelas X SMA Swasta Raksana Medan T.A
2015/2016”.
Dalam skripsi ini penulis banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak,
oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada:
1. Kedua orang tua tercinta, yaitu Ayahanda L. Marbun dan Ibunda A.
Zega, yang telah memberikan semangat serta doa dan materi dalam
penyelesaian perkulihaan.
2. Prof. Dr. P. Siagian, M.Pd selaku dosen pembimbing skripsi yang telah
membimbing dan mengarahkan penulis dalam melaksanakan
penelitian hingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.
3. Drs. Yasifati Hia, M.Si, Prof. Mukhtar, M.Pd, Budi Halomoan, S.Pd,
M.Sc selaku dosen penguji yang telah memberikan kritik serta saran
dalam pembuatan skripsi.
4. Drs. M. Manullang, M.Pd selaku dosen pembimbing akademik yang
telah membimbing dan mengarahkan penulis dalam melaksanakan
penelitian hingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.
5. Prof. Dr. Syawal Gultom, M.Pd selaku Rektor Universitas Negeri
Medan yang telah memberikan ijin dan kesempatan untuk
menyelesaikan studi Strata 1 di Universitas Negeri Medan.
6. Dr. Asrin Lubis, M.Pd selaku Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam.
7. Dr. Edy Surya, M.Si selaku Ketua Jurusan Matematika dan Drs.
Yasifati Hia, M.Si selaku Sekretaris Jurusan Matematika Universitas
Negeri Medan.
9. Bapak dan Ibu dosen Jurusan Matematika yang tidak bosan-bosannya
membimbing,, mengingat dan terus mengajari saya selama perkulihan.
10.Drs. Hotman Situmorang selaku Kepala Sekolah SMA Swata Raksana
Medan beserta stafnya yang telah memberikan izin dan kemudahan
selama peneliti melakukan peneltian.
11.Adik tercinta penulis Noperianti, Edi Saputra, Dewi Sartika dan Maria
Thresia yang selalu memberikan semangat serta doa.
12.Abang penulis yang terkasih Joni L. Manullang yang selalu
mendukung, memberi semangat dan membantu penulis.
13.Keluarga kecil Ellionai ( Kak Ayu Sibuea, Kak Apriani Simanjuntak,
Minar Pakpahan, Minar Sinaga, Royarti Tamba, Elita Silaban dan
Lambok Simanjuntak) yang selalu memberikan semangat selama
pengerjaan skripsi.
14.Teman-teman seperjuangan Fiveser (Agnes Agustina Purba, Yessika
Tambunan, Margaret Siringo-ringo, dan Maria Silalahi) yang
senantiasa mendukung penulis selama pengerjaan skripsi
15.Teman teman DIK B 2012 Agnes Agustina Purba, Yessika Tambunan,
Margaret Siringo-ringo, Maria Silalahi , Irawati, Elisa Sinaga, Rosa
Intan Nia Sinaga, Lisnawati Tampubolon, Thevran, Doksen, Firman,
Roy dan teman-teman lainnya.
16.Teman-teman PPLT SMKN 2 Balige (Maya, Rugun, Erlika, Eva,
Azmo,Sutan, John dan teman lainnya) yang selalu memberikan
semangat kepada penulis
17.Keluarga besar UKMKP- UP MIPA yang selalu memberikan semangat
kepada penulis.
18.Keluarga besar IKBKM yang selalu memberikan semangat kepada
penulis.
Penulis berharap semoga Tuhan Yesus Kristus membalas kebaikan dari
semua pihak yang telah banyak membantu dan memotivasi penulis dalam
vi
penulis menyadari bahwa isi yang disajikan dalam skripsi ini masih memiliki
kekurangan dan ketidaksempurnaan. Untuk itu, kritik dan saran yang membangun
dari pembaca sangat diharapkan. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat
bermanfaat. .
Medan, 2016
penulis,
DAFTAR ISI
2.1.2 Pembelajaran Matematika 12
2.1.3 Komunikasi 13
2.1.4 Komunikasi Matematik 16
2.1.5 Model Pembelajaran Kooperatif 21
2.1.5.1 Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif 21 2.1.5.2 Tujuan Model Pembelajaran Kooperatif 22 2.1.5.3 Unsur Penting dan Prinsip Utama
Pembelajaran Kooperatif 23
2.1.5.4 Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif 25 2.1.5.5 Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran
Kooperatif 26
2.1.6 Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Think Talk Write (TTW) 27
2.1.6.1Kemampuan Berpikir, Berdiskusi
dan Menulis (Think Talk Write) 27 2.1.6.2Keutamaan Think Talk Write (TTW) 29 2.1.6.3Kelebihan dan Kekurangan Model
vii
Pembelajaran Think Talk Write (TTW) 32 2.1.6.5Langkah-langkah Pembelajaran
think-talk-write (TTW) 34
2.1.7 Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Talking Stick 39 2.1.7.1Kelebihan dan Kelemahan Model
Pembelajaran Kooperatif tipe Talking Stick 40 2.1.7.2Langkah-langkah Pembelajaran
Pembelajaran Talking Stick 41
2.1.8 Ruang Dimensi Tiga 42
2.1.8.1Jarak Pada Bangun Ruang 43
2.2 Penelitian yang Relevan 48
3.6.2 Penskoran Kemampuan Komunikasi Matematik 67
3.6.3 Uji Validitas 69
3.7.5 Analisis Pengujian Hipotesis 75
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN
4.1 Deskripsi Hasil Penelitian 77
4.1.1 Hasil Uji Instrumen (Tes) 77
4.1.3 Skor Pretest Kelas Eksperimen I dan Kelas Eksperimen 2 79
4.2 Analisis Data Hasil Penelitian 80
4.2.1 Uji Normalitas Data 80
4.2.2 Uji Homogenitas Data 81
4.2.3 Uji Hipotesis 82
4.3 Pembahasan Hasil Penelitian 84
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 88
5.1 Kesimpulan 88
5.2 Saran 89
x
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1.1 Pola Jawaban Siswa 3
Tabel 2.1 Aspek Komunikasi Matematik 18
Tabel 2.2 Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif 25
Tabel 2.3 Sintaks Pembelajaran dengan Strategi Think Talk Write 36
Tabel 3.1 Rancangan Penelitian 57
Tabel 3.2 Kisi-kisi Pretest dan Posttest 62
Tabel 3.3 Pedoman Penilaian Kemampuan Komunikasi Matematika 67
Tabel 3.4 Perhitungan Validitas Pretest 70
Tabel 3.5 Perhitungan Validitas Posttest 70
Tabel 3.6 Kriteria Tingkat Reliabilitas 71
Tabel 3.7 Perhitungan Tingkat Kesukaran Soal Pretest 72
Tabel 3.8 Perhitungan Tingkat Kesukaran Soal Posttest 72
Tabel 3.9 Perhitungan Uji Daya Pembeda Soal Pretest 73
Tabel 3.10 Perhitungan Uji Daya Pembeda Soal Posttest 73
Tabel 4.1 Hasil Uji Soal Pretest 77
Tabel 4.2 Hasil Uji Soal Posttest 77
Tabel 4.3 Data Pretest Kelas Eksperimen 1 dan Kelas Eksperimen 2 78
Tabel 4.4 Data Postest Kelas Eksperimen 1 dan Kelas Eksperimen 2 79
Tabel 4.5 Ringkasan Hasil Uji Normalitas 81
Tabel 4.6 Ringkasan Hasil Uji Homogenitas 82
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar 2.1 Langkah-langkah pembelajaran Strategi TTW 35
Gambar 2.2 Jarak dua titik 43
Gambar 2.3 Jarak titik ke garis 43
Gambar 2.4 Segitiga PBA 44
Gambar 2.5 Jarak titik ke bidang 44
Gambar 2.6 Bidang W dan Bidang V 45
Gambar 2.7 Jarak Dua Garis Sejajar 45
Gambar 2.8 Jarak Garis dan Bidang yang Sejajar 46
Gambar 2.9 Jarak Dua Bidang yang Sejajar 47
Gambar 2.10 Jarak Dua Garis Bersilangan 47
Gambar 2.11 bidang α yang melalui garis l dan tegak lurus garis k 48
Gambar 3.1 Prosedur Penelitian 60
Gambar 4.1 Diagram Data Pretest Kelas Eksperimen 1 dan Kelas
Eksperimen 2 79
Gambar 4.1 Diagram Data Posttest Kelas Eksperimen 1 dan Kelas
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (Kelas Eksperimen I) 92
Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (Kelas Eksperimen II) 109
Lampiran 3 Lembar Aktivitas Siswa 1 129
Lampiran 4 Lembar Aktivitas Siswa 2 133
Lampiran 5 Lembar Aktivitas Siswa 3 137
Lampiran 6 Kisi-Kisi Soal Pretest dan Posttest 142
Lampiran 7 Soal Pretest 148
Lampiran 8 Kunci Jawaban dan Pedoman Penskoran Soal Pretest 150
Lampiran 9 Soal Posttest 157
Lampiran 10 Kunci Jawaban dan pedoman Penskoran Soal Posttest 158
Lampiran 11 Kriteria Penskoran Kemampuan Komunikasi Matematik 167
Lampiran 12 Lembar Validitas Pretest 170
Lampiran 13 Lembar Validitas Posttest 179
Lampiran 14 Lembar Observasi Aktivitas Guru di Kelas Eksperimen 1 188
Lampiran 15 Lembar Observasi Aktivitas Guru di Kelas Eksperimen 2 194
Lampiran 16 Hasil Lembar Obsevasi Kegiatan Guru (Eksperimen 1) 200
Lampiran 17 Hasil Lembar Obsevasi Kegiatan Guru (Eksperimen 2) 201
Lampiran 18 Perhitungan Uji Validitas 202
Lampiran 19 Perhitungan Uji Reliabilitas 205
Lampiran 20 Perhitungan Uji Tingkat Kesukaran Tes 207
Lampiran 21 Perhitungan Uji Daya Pembeda 210
Lampiran 22 Rekapitulasi Hasil Uji Validitas, Reliabilitas, Daya Pembeda
dan Taraf Kesukaran 214
Lampiran 23 Data Nilai Pretest Dan Posttest Kelas Eksperimen 1 215
Lampiran 24 Perhitungan Rata-rata, Standar Deviasi dan Varians Data
Pretest Kelas Eksperimen 1 217
Lampiran 25 Perhitungan Rata-rata, Standar Deviasi dan Varians Data
Lampiran 26 Data Nilai Pretest dan Posttest Kelas Eksperimen 2 219
Lampiran 27 Perhitungan Rata-rata, Standar Deviasi dan Varian Data
Pretest Kelas Eksperimen 2 221 Lampiran 28 Perhitungan Rata-rata, Standar Deviasi dan Varian Data
Postestt Kelas Eksperimen 2 222
Lampiran 29 Perhitungan Uji Normalitas 223
Lampiran 30 Perhitungan Uji Homogenitas 228
Lampiran 31 Data Hasil Selisih Pretest dan Posttest 230
Lampiran 32 Perhitungan Rata-rata, Standar Deviasi dan Varian Data
Peningkatan (Selisih Pretest dan Posttest) 233
Lampiran 33 Pengujian Hipotesis 235
Lampiran 34 Daftar Absen Siswa 240
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Proses belajar mengajar dikelas dapat berhasil bergantung pada cara
bagaimana guru menyampaikan suatu pembelajaran, metode pembelajaran yang
digunakan guru, aspek kemampuan yang lebih ditekankan guru. Berdasarkan hasil
observasi yang dilakukan peneliti di SMA Swasta Raksana Medan tanggal 28
Januari 2016 terdapat berbagai masalah mengenai keberhasilan kegiatan proses
belajar mengajar di kelas. Masalah pertama yaitu guru menyampaikan suatu
pembelajaran dengan paradigma transfer of knowledge yang menjadikan siswa
menjadi pasif. Hasil pengamatan ditemukan bahwa guru masih menggunakan
model pembelajaran konvensional dimana pembelajaran lebih berpusat pada guru,
peserta didik lebih banyak mendengarkan penjelasan dari guru. Kondisi ini
mengakibatkan siswa menjadi kurang aktif dan kurang tertarik dalam
mengungkapkan ide atau memberi penjelasan dari permasalahan yang diberikan
dalam mengikuti pelajaran matematika. Akan berdampak juga dengan
kemampuan komunikasi matematik siswa yang menjadi kurang berkembang. Dari
permasalahan yang diungkapkan diatas dibutuhkan model pembelajaran yang
mampu menjadikan siswa lebih aktif dan mampu meningkatkan kemampuan
komunikasi matematik siswa. Model pembelajaran yang mendukung untuk hal
tersebut adalah model pembelajaran Think-Talk-Write dan Talking Stick yang
menekankan pada komunikasi matematik siswa.
Masalah pertama yang diidentifikasi oleh peneliti di SMA Swasta Raksana
Medan adalah guru masih menganut paradigma transfer of knowledge dalam
kegiatan pembelajaran matemtika. Paradigma ini beranggapan bahwa siswa
merupakan objek atau sasaran belajar dimana berbagai usaha proses pembelajaran
lebih banyak dilakukan oleh guru. Kegiatan seperti mencari, mengumpulkan,
memecahkan dan menyampaikan informasi dan permasalahan matematika
dilakukan oleh guru. Hal tersebut ditujukan hanya agar peserta didik memperoleh
pengetahuan. Didukung dengan hasil pengamatan yang dilakukan peneliti di kelas
X SMA Swasta Raksana peran guru masih lebih banyak dalam kegiatan
pembelajaran dibandingkan siswa. Sehingga mengakibatkan siswa menjadi pasif,
dan tidak ada umpan balik dari siswa keguru dalam kegiatan pembelajaran.
Kurang aktifnya siswa dalam kegiatan pembelajaran dikelas juga menjadi
salah satu masalah dalam proses belajar mengajar yang ditemukan di siswa kelas
X SMA Swasta Raksana Medan. Siswa hanya mendengarkan penjelasan materi
dan mengerjakan soal yang diberikan guru tanpa ada respon, kritik, atau pertanyaan kepada guru. Berdasarkan hasil observasi juga terdapat siswa yang
tidak memperhatikan guru menjelaskan materi di depan kelas. Akibatnya siswa
akan kurang maksimal menerima dan memahami materi pelajaran tersebut.
Ketika proses belajar mengajar berlangsung terdapat siswa kurang tertarik
untuk belajar matematika. Aktifitas siswa hanya mengulang prosedur atau
menghafal logaritma tanpa diberi peluang lebih banyak berinteraksi dengan
sesama akan menjadikan siswa menjadi bosan. Begitu juga dengan materi yang
sulit dipadu dengan pembelajaran yang tidak menarik atau tidak bervariasi juga
menjadi penyebabnya. Kondisi seperti ini didukung dengan hasil observasi siswa
dikelas X SMA Swasta Raksana Medan pada saat proses pembelajaran yang
dilakukan guru dimana siswa hanya duduk diam mendengarkan guru menjelaskan
materi bahkan kurang tertarik untuk memberi penjelasan atau ide dari masalah
(soal) yang diberikan. Pembelajaran matematika seperti diatas, mengakibatkan
motivasi siswa dalam belajar matematika akan menjadi rendah dan proses
pembelajaran menjadi kurang efektif.
Masalah berikutnya yang juga terjadi dalam kegiatan pembelajaran
matematika adalah siswa kelas X SMA Swasta Raksana masih sulit
mengungkapkan ide dan penjelaan dari permasalahan matematika yang diberikan.
Hal ini disebabkan karena siswa belum terbiasa bahkan tidak memiliki keberanian
untuk menjelaskan suatu ide dari permasalah matematika yang diberikan guru.
Akibatnya ketika dihadapkan pada permasalahan matematika siswa menjadi pasif
dan proses pembelajaran akan menjadi kurang efektif.
Kemampuan komunikasi matematik siswa adalah kemampuan dan
3
Berdasarkan pemberikan tes diagnostik kepada siswa kelas X SMA Swasta
Raksana Medan menyatakan bahwa kemampuan komunikasi matematika siswa
masih rendah. Siswa masih sulit mengembangkan kemampuan menggunakan
bahasa matematika dalam mengkomunikasikan ide atau gagasan matematika serta
memajukan tingkat kemampuan komunikasi matematik siswa. Berikut adalah
hasil dari jawaban siswa berdasarkan soal yang diberikan.
Tabel 1.1 Pola Jawaban Siswa Soal no 1
Gambarlah sebuah kubus KLMN.PQRS, dan tentukan letak : a. Titik sudut c. Rusuk
b. Diagonal sisi d. Diagonal ruang
Siswa kurang mampu menyatakan ide matematika melalui ucapan, tulisan, demonstrasi dan melukis secara visual masih kurang.
b. Tiitk A dan titik O, dengan O adalah titik yang berada di tengah CG
Soal No 3
Dari soal nomor 2, berapakah besar sudut yang dibentuk oleh garis AC dan BC
Siswa tidak mampu
mengkonstruk, menafsirkan dan menghubungkan bermacam-macam representasi dari masalah yang diberikan. Dari jawaban siswa tersebut tampak siswa tidak mampu mengkomunikasikan maksud dari soal yang diberikan. Soal No 4
Ayah membeli aquarium tanpa tutup berbentuk balok dengan panjang 35 cm, lebar 15 cm dan tingginya 20 cm. Agar ikannya tidak keluar dari akuarium ayah memutuskan untuk mengisi airnya bagian akuarium. Hitunglah luas permukaan akuarium tersebut
dan berapa volume air yang dibutuhkan ayah untuk mengisi akuarium?
Siswa tidak mampu
Hasil tes diagnostik menyatakan bahwa kemampuan komunikasi
matematik siswa pada materi ruang dimensi tiga masih rendah. Tes diagnostik
yang diberikan berupa materi prasyarat ruang dimensi tiga yaitu mengenai
unsur-unsur bangun ruang, panjang garis, dan volum serta luas permukaan bangun
ruang. Siswa sulit untuk mengungkapkan ide atau memberi penjelasan dari
5
mengemukakan alur berpikir mereka dalam mengerjakan suatu soal dimensi tiga,
mereka mengalami kesulitan dan terkesan tidak tertarik untuk mencoba menjawab
pertanyaan yang diajukan.
Kemampuan komunikasi antara guru dan siswa maupun siswa dengan
siswa sangat penting dalam proses belajar mengajar untuk tercapainya tujuan
pembelajaran. Terdapat dua alasan yang dikemukakan Baroody (dalam Ansari,
2009 : 4) mengapa kemampuan komunikasi matematik siswa sangat dibutuhkan selama proses belajar mengajar, yakni :
“Pertama, Matematics as languange, artinya matematika tidak hanya
sekedar alat bantu berpikir (a tool to aid thinking), alat untuk menemukan pola, menyelesaikan masalah atau mengambil kesimpulan, tetapi matematika juga sebagai suatu alat yang berharga untuk mengkomunikasikan berbagai ide secara jelas, tepat dan cermat (an invaluabel tool for communicating a varriety of ideas clearly, precisely, and succintly). Kedua, matematics learning as social activity, artinyasebagai aktivitas sosial dalam pembelajaran matematika juga sebagai wahana interaksi antar siswa, dan juga komunikasi antara guru dan siswa”.
Berbeda dari kenyataan, bahwa kemampuan komunikasi adalah
kemampuan yang sangat penting dalam proses belajar mengajar matematika.
Untuk itu, dari masalah yang diungkapkan diatas maka diperlukan model
pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan komunikasi matematika.
Antara lain model pembelajaran kooperatif tipe Think-Talk_Write (TTW) dan
Talking Stick. Model pembelajaran Think-Talk_Write (TTW) dan Talking Stick
merupakan tipe pembelajaran yang mengedepankan perlunya siswa
mengkomunikasikan atau menjelaskan hasil pemikiran matematikanya.
Ansari (2009:69) mengatakan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe
Think-Talk-Write merupakan model pembelajaran yang dapat
menumbuhkembangkan kemampuan pemahaman dan komunikasi matematika
siswa. Pembelajaran ini pada dasarnya dibangun melalui berpikir, berbicara, dan
menulis. Di mulai dari keterlibatan siswa dalam berpikir atau berdialog dengan
dirinya sendiri setelah proses membaca, selanjutnya berbicara dan membagi ide
Dengan begitu siswa dapat melatih berbicara untuk mengungkapkan suatu
ide dari permasalahan yang diberikan oleh guru dan menciptakan suasana
pembelajaran yang menyenangkan dan tidak membosankan. Suasana seperti ini
lebih efektif jika dilakukan dalam kelompok. Dalam kelompok ini siswa diminta
membaca, membuat catatan kecil, menjelaskan, mendengar dan membagi ide
bersama teman dan kemudian mengungkapkannya melalui tulisan.
Selain itu Suprijono (2009:109) juga mengungkapkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe Talking Stick mendorong siswa untuk berani
mengemukakan pendapat. Model pembelajaran kooperatif tipe Talking Stick
merupakan sebuah model pembelajaran yang berorientasi pada interaksi atau
komunikasi antar siswa dalam suasana belajar yang menjadikan leih aktif dan
menarik. Model pembelajaran ini dilakukan dengan bantuan tongkat, siapa yang
memegang tongkat wajib mendapat pertanyaan dari guru setelah siswa
mempelajari materi pokoknya.
Dari kedua model pembelajaran tersebut peneliti bermaksud mengadakan
penelitian untuk melihat perbandingan model pembelajaran kooperatif tipe
Think-Talk-Write dan Talking Stick terhadap kemampuan komunikasi matematik siswa.
Untuk pemilihan meteri, penulis memilih materi Ruang Dimensi Tiga dimana
masih kurangnya pemahaman siswa terhadap materi Ruang Dimensi Tiga yaitu
jarak pada bangun ruang.
Berdasarkan latar belakang yang diuraikan di atas, peneliti bermaksud
mengadakan penelitian berjudul, “Perbandingan Kemampuan Komunikasi Matematik Antara Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Talk-Write (TTW) dan Talking- Stick Pada Materi Ruang Dimensi Tiga Di Kelas X SMA Swasta Raksana Medan T.A 2015/2016 “
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas terdapat beberapa masalah yang
7
1. Cara guru di SMA Swasta Raksana menyampaikan pembelajaran dengan
menganut paradigma transfer of knowllege membuat siswa pasif dalam
belajar
2. Keaktifan siswa di kelas X SMA Raksana Medan dalam mengikuti
kegiatan belajar mengajar matematika masih rendah
3. Siswa kelas X SMA Raksana Medan kurang tertarik untuk
mengungkapkan ide atau memberi penjelasan dari permasalahan yang ada dalam mengikuti pelajaran matematika.
4. Peserta didik kelas X di SMA Swasta Raksana Medan sulit untuk
mengungkapkan ide atau memberi penjelasan dari permasalah yang
diberikan
5. Kemampuan komunikasi matematika siswa di kelas X SMA Raksana
Medan masih rendah
1.3 Batasan Masalah
Supaya penelitian lebih terarah maka masalah yang akan diteliti terbatas
pada : kemampuan komunikasi matematika siswa yang diajar dengan
menggunakan model kooperatif tipe Think-Talk-Write dan Talking Stick di kelas
X SMA Swasta Raksana Medan T.A 2015/2016
1.4 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang telah diuraikan
diatas maka, rumusan masalah penelitian ini adalah :
1. Bagaimana perbedaan kemampuan komunikasi matematik siswa yang
mengikuti pembelajaran menggunakan model kooperatif tipe
Think-Talk-Write dengan model kooperatif tipe Talking Stick di kelas X SMA Swasta
Raksana Medan T.A 2015/2016?
2. Bagaimana perbandingan kemampuan komunikasi matematika siswa yang
diajar dengan menggunakan model kooperatif tipe Think-Talk-Write dan
kemampuan komunikasi matematika siswa yang diajar dengan
menggunakan model kooperatif Talking Stick di kelas X SMA Swasta
1.5 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian ini
adalah :
1. Untuk mengetahui adanya perbedaan kemampuan komunikasi matematik
siswa yang mengikuti pembelajaran menggunakan model kooperatif tipe
Think-Talk-Write dengan model kooperatif tipe Talking Stick di kelas X
SMA Swasta Raksana Medan T.A 2015/2016
2. Untuk mengetahui perbandingan kemampuan komunikasi matematika
siswa yang diajar dengan menggunakan model kooperatif tipe
Think-Talk-Write dan kemampuan komunikasi matematika siswa yang diajar dengan
menggunakan model kooperatif Talking Stick di kelas X SMA Swasta
Raksana Medan T.A 2015/2016.
1.6 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dan memberikan
sumbangan pemikiran atau masukan yang berarti terhadap peningkatan kualitas
pendidikan terutama :
1. Bagi siswa, sebagai alat bantu siswa dalam memahami pelajaran
matematika dan untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematika
siswa.
2. Bagi guru, sebagai pengetahuan untuk meningkatkan kemampuan
komunikasi matematika siswa dengan menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe Think-Talk-Write dan Talking Stick
3. Bagi sekolah, sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil
kebijaksanaan dalam pembelajaran matematika.
4. Bagi peneliti, sebagai bahan masukan untuk dapat menerapkan model
pembelajaran yang tepat dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah
dimasa yang akan datang.
1.7 Definisi Operasional
Untuk mnghindari terjadinya perbedaan penafsiran terhadap istilah-istilah
yang terdapat pada rumusan masalah dalam penelitian ini, perlu dikemukakan
9
1. Kemampuan komunikasi matematik adalah kemampuan dalam
mengekspresikan matematika, dimana siswa dapat menyatakan ide-ide
matematika menggunakan simbol atau bahasa matematika secara tertulis,
dapat melukiskan atau menggambarkan dan membaca gambar, diagram
atau grafik serta pemahaman matematika dimana siswa dapat menjelaskan
secara langsung masalah dengan memberikan argumen terhadap
permasalahan matematika yang diberikan
2. Pembelajaran Kooperatif adalah rangkaian kegiatan belajar siswa
menekankan dan mendorong kerja sama antar siswa dalam suatu
kelompok tertentu
3. Model pembelajarn kooperatif tipe think-talk-write (TTW) merupakan
rangkaian pembelajaran yang terdiri dari tiga tahap yaitu :
a. THINK : siswa secara individual membaca, berpikir dan menuliskan
hal-hal penting dari bahan pembelajaran yang disajikan dalam LAS
b. TALK: siswa mengkomunikasikan hasil kegiatan membacanya pada
tahap think melalui diskusi dalam kelompoknya yang terdiri dari 4-5
orang siswa
c. WRITE : siswa secara individual menulis hasil diskusi berdasarkan
pemikiran dan bahasa masing-masing
3. Model Pembelajaran Kooperatif tipe talking stick adalah model
pembelajaran yang dilakukan dengan bantuan tongkat, siapa yang
memegang tongkat wajib menjawab pertanyaan dari guru setelah siswa
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan pada
bab terdahulu maka didapat kesimpulan sebagai berikut ;
1. Terdapat perbedaan yang signifikan kemampuan komunikasi matematik siswa
yang mengikuti pembelajaran menggunakan model kooperatif tipe Think-Talk-Write dengan model kooperatif tipe Talking Stick di kelas X SMA
Swasta Raksana Medan Tahun Ajaran 2015/2016. Dilihat dari nilai rata-rata
peningkatan pada kelas eksperimen 1 sebesar 53,33 . Sementara nilai rata-rata
peningkatan pada kelas eksperimen 2 sebesar 48,8333. Pengujian hipotesis
dilakukan dengan menggunakan uji-t. Kriteria pengujian yaitu terima H0 jika − 1−1
2�
< ℎ� � <
1−1 2�
. Berdasarkan perhitungan diperoleh bahwa
−1,995 < ℎ� � < 1,995, sehingga terlihat bahwa ternyata thitung tidak berada dalam interval tersebut yang berarti bahwa� ditolak dan � diterima.
Sehingga disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan kemampuan
komunikasi matematik siswa yang mengikuti pembelajaran menggunakan
model kooperatif tipe Think-Talk-Write dengan model kooperatif tipe Talking
Stick di kelas X SMA Swasta Raksana Medan Tahun Ajaran 2015/2016
2. Pencapaian kemampuan komunikasi matematik siswa yang diajar dengan
menggunakan model pembelajaran tipe Think-Talk-Write lebih baik daripada
kemampuan komunikasi matematik siswa yang diajar dengan menggunakan
model pembelajaran tipe Talking Stick di kelas X SMA Swasta Raksana
Medan Tahun Ajaran 2015/2016. Dilihat dari nilai rata-rata peningkatan pada
kelas eksperimen 1 sebesar 53,33 . Sementara nilai rata-rata peningkatan pada
kelas eksperimen 2 sebesar 48,8333. Pengujian hipotesis dilakukan dengan
menggunakan uji-t. Setelah dilakukan pengujian data ternyata diperoleh
ℎ� � > �� yaitu 4,21083 > 1,6745, maka �0 ditolak dan sebaliknya � diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan kemampuan komunikasi matematik siswa yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran tipe
89
Think-Talk-Write lebih baik daripada kemampuan komunikasi matematik
siswa yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran tipe Talking
Stick.
3. Kendala yang dihadapi guru dalam menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe Think-Talk-Write dan model pembelajaran kooperatif tipe
Talking Stick membutuhkan waktu yang lama dalam proses pembelajaran, ada
beberapa siswa dalam kelompok yang mudah kehilangan kemampuan dan kepercayaan diri karena didominasi oleh siswa yang lebih mampu, Kurangnya
kemauan siswa untuk belajar mandiri di rumah sebelum pembelajaran di
sekolah, dan lingkungan kelas yang tidak kondusif
5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian ini maka saran yang dapat peneliti berikan
adalah sebagai berikut :
1. Bagi guru, disarankan untuk dapat mengajarkan materi bangun ruang dimensi
tiga dengan menggunakan model pembelajaran yang mengajak siswa untuk
meningkatkan kemampuan komunikasi matematik siswa baik dalam lisan
maupun tulisan. Oleh karena itu kepada guru diharapkan menambah wawasan
dan pengetahuan terhadap model pembelajaran kooperatif tipe
Think-Talk-Write dan Talking Stick yang dapat diterapkan sebagai usaha dalam
meningkatkan kemampuan komunikasi matematik siswa
2. Bagi guru dan peneliti disarankan untuk lebih memotivasi siswa agar siswa
tidak malu-malu dalam mengeluarkan pendapat dan mempresentasikan
pelajaran di depan kelas dan lebih memfasilitasi siswa ketika belajar
kelompok
3. Bagi mahasiswa atau peneliti selanjutnya disarankan untuk lebih mengatur
waktu sebaik mungkin ketika menggunakan model pembelajaran berkelompok
dan memberikan pengarahan terlebih dahulu sebelum pembelajaran dimulai
kepada setiap kelompok untuk saling berdiskusi, mengeluarkan pendapat,
tukar pikiran serta menyatukan ide setiap anggota kelompok untuk
90
Daftar Pustaka
Ansari, B.I, (2009), Komunikasi Matematik, Pena, Banda Aceh
Arends, I. Richard, (2008), Learning To Teach, Pustaka Pelajar, Yogyakarta
Arikunto, Suharsani (2012). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan Edisi 2, Bumi
Aksara, Jakarta
Hudojo, H., (2009), Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Matematika,
Universitas Negeri Malang, Malang
Istarani, (2012), 58 Model Pembelajaran Inovatif, Media Persada, Medan
Kunandar, (2007), Guru Profesional, Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) dan Sukses dalam Sertifikasi Guru, PT Raja Grafindo
Persada, Jakarta
Lange, D. Jan, (1990), Mathematics for Literacy, Utrecht University, Netherlands
Sagala,, H. Syaiful, (2009), Konsep dan Makna Pembelajaran untuk Membantu
Memecahkan Problematika Belajar dan Mengajar, Penerbit Alfabeta,
Bandung
Shadiq, F., (2014), Pembelajaran Matematika: Cara Meningkatkan Kemampuan
Berpikir Siswa, Graha Ilmu, Yogyakarta
Shoimin, Aris, (2014), 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013,
AR-Ruzz Media, Yogyakarta
Sudjana, (2005), Metoda Statistika, Penerbit Tarsito, Bandung
Sullivan, Mousley, (1995), Natural Communication in Mathematics Classrooms:
What does it Look Like?, MERGA, Darwin
Suprijono, A., (2012), Cooperative Learning : Teori & Aplikasi PAIKEM,
91
91
Sugiyono, (2013), Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, Penerbit
Alfabeta, Bandung
Trianto, (2009), Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, Kencana,