• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Kecedasan Intelektual dan Kecerdasan Emosional Terhadap Kinerja Karyawan Pada PT. BRI Cabang Binjai

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Kecedasan Intelektual dan Kecerdasan Emosional Terhadap Kinerja Karyawan Pada PT. BRI Cabang Binjai"

Copied!
109
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH KECERDASAN INTELEKTUAL DAN

KECERDASAN EMOSIONAL DALAM

MENINGKATKAN KINERJA

KARYAWAN PADA

PT. BRI CABANG

BINJAI

OLEH :

CUT ABIGAIL ODE

080521154

FAKULTAS EKONOMI

DEPARTEMEN MANAJEMEN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

ABSTRAK

Penelitian ini berjudul “Pengaruh Kecedasan Intelektual dan Kecerdasan Emosional Terhadap Kinerja Karyawan”. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Pengaruh Kecedasan Intelektual (X1) dan Kecerdasan Emosional (X2) terhadap Kinerja karyawan pada PT. BRI Cabang Binjai.

Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksplanasi, yaitu penelitian dapat dikaji menurut tingkatannya yang didasarkan kepada tujuan dan objek-objeknya. Populasi dalam penelitian ini adalah karyawan tetap pada PT. Bibit Baru Medan Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah kuesioner, wawancara dan studi dokumentasi. Data diproses dengan menggunakan SPSS 15.0 for windows. Metode analisis data menggunakan metode deskriptif dan metode kuantitatif yaitu dengan analisis Regresi Linear Berganda yang digunakan untuk mengukur pengaruh Kecedasan Intelektual (X1) dan Kecerdasan Emosional (X2) terhadap Kinerja karyawan pada PT. BRI Cabang Binjai.

Berdasarkan uji F variabel bebas (Kecedasan Intelektual dan Kecerdasan Emosional) secara bersama-sama memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap variabel terikat (Kinerja Karyawan). Melalui pengujian koefisien korelasi (R) diperoleh bahwa tingkat korelasi atau hubungan antara Kecedasan Intelektual dan Kecerdasan Emosional terhadap Kinerja Karyawan merupakan hubungan yang erat. Konflik merupakan faktor yang paling dominan mempengaruhi Kinerja Karyawan PT. BRI Cabang Binjai

(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yesus Kristus, Allah yang Maha Kuasa atas

kasih yang diberikan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan penulisan

skripsi ini yang berjudul “Pengaruh Kecedasan Intelektual dan Kecerdasan

Emosional Terhadap Kinerja Karyawan Pada PT. BRI Cabang Binjai".

Penulisan skripsi ini dilakukan untuk memenuhi salah satu syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Manajemen Fakultas

Ekonomi Universitas Sumatera Utara Medan tahun akademik 2010/2011. Penulis

mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada kedua orangtua tercinta,

Ayahanda Tuasal Sitinjak dan Ibunda Nurmalam N.Sinaga untuk segala doa,

kasih sayang dan pengorbanannya yang selalu mendukung penulis. Pada

kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec selaku Dekan Fakultas Ekonomi

Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Dr. Isfenti Sadalena, SE, ME selaku Ketua Departemen Manajemen

Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Dra. Marhayanie, M.Si selaku sekretaris Departemen Manajemen

Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

4. Ibu. Dr. Endang Sulistya Rini, SE, M.Si selaku Ketua Program Studi S1

Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

5. Ibu Dr. Elisabeth Siahaan, SE, Msi selaku Dosen Pembimbing.

(4)

7. Ibu Dra.Friska Sipayunh, Msi, selaku Dosen Penguji II.

8. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

9. Seluruh Pegawai Departemen Manajemen Universitas Sumatera Utara.

10.Seluruh pihak manajemen dan karyawan PT.BRI Cabang Binjai

.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, masih

banyak kekurangan baik dalam isi maupun penyajiannya. Semoga skripsi ini

bermanfaat bagi semua pihak. Terima kasih.

Medan, September 2011

Penulis

(5)

DAFTAR ISI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Teoritis ... 6

2.1.6 Meningkatkan Kecerdasan Emosional ... 17

2.1.7 Pengertian Kinerja ... 18

2.1.8 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja ... 18

2.1.9 Prinsip Dasar Manajemen Kinerja ... 20

2.1.10 Hubungan Kecerdasan Intelektual dan Kinerja ... 21

2.1.11 Hubungan Kecerdasan Emosional dan Kinerja ... 22

(6)

3.11.1 Uji Asumsi Klasik ... 36

3.11.2 Analisis Regresi ... 38

3.11.3 Uji Hipotesis ... 38

(7)

DAFTAR TABEL

No. Judul Halaman

3.1 Definisi Operasional Variabel ... 28

3.2 Instrument Skala Likert ... 30

3.3 Uji Validitas ... 33

3.4 Uji Realibilitas ... 35

4.1 Penghargaan Dalam Bentuk Selain Uang ... 49

4.2 Karakteristik Responden Menurut Usia ... 52

4.3 Karakteristik Responden Menurut Jenis Kelamin ... 53

4.4 Karakteristik Responden Menurut Pendidikan Terakhir .. 54

4.5 Karakteristik Responden Menurut Lama Bekerja ... 55

4.6 Data Instrumen Kecerdasan Intelektual ... 57

4.7 Data Instrumen Kecerdasan Emosional ... 58

4.8 Data Instrumen Kinerja ... 61

4.9 Variables Entered/ Removed ... 64

4.10 Uji Multikolinearitas ... 67

4.11 Uji F ... 69

4.12 Uji t ... 70

(8)

DAFTAR GAMBAR

No. Judul Halaman

2.2 Kerangka Konseptual ... ... 26

4.1 Bagan Struktur Organisasi ... 44

4.2 Normal P-P plot ... 64

4.3 Scatterplot ... 65

(9)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Judul Halaman

1. Kuesioner Penelitian ... 78

2. Tabulasi Uji Validitas ... 82

3. Hasil Uji Validitas dan Realibilitas ... 83

4. Distribusi Jawaban Responden Penelitian ... 86

5. Frekuensi Jawaban Responden Penelitian ... 89

6. Hasil Uji Asumsi Klasik ... 96

(10)

ABSTRAK

Penelitian ini berjudul “Pengaruh Kecedasan Intelektual dan Kecerdasan Emosional Terhadap Kinerja Karyawan”. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Pengaruh Kecedasan Intelektual (X1) dan Kecerdasan Emosional (X2) terhadap Kinerja karyawan pada PT. BRI Cabang Binjai.

Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksplanasi, yaitu penelitian dapat dikaji menurut tingkatannya yang didasarkan kepada tujuan dan objek-objeknya. Populasi dalam penelitian ini adalah karyawan tetap pada PT. Bibit Baru Medan Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah kuesioner, wawancara dan studi dokumentasi. Data diproses dengan menggunakan SPSS 15.0 for windows. Metode analisis data menggunakan metode deskriptif dan metode kuantitatif yaitu dengan analisis Regresi Linear Berganda yang digunakan untuk mengukur pengaruh Kecedasan Intelektual (X1) dan Kecerdasan Emosional (X2) terhadap Kinerja karyawan pada PT. BRI Cabang Binjai.

Berdasarkan uji F variabel bebas (Kecedasan Intelektual dan Kecerdasan Emosional) secara bersama-sama memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap variabel terikat (Kinerja Karyawan). Melalui pengujian koefisien korelasi (R) diperoleh bahwa tingkat korelasi atau hubungan antara Kecedasan Intelektual dan Kecerdasan Emosional terhadap Kinerja Karyawan merupakan hubungan yang erat. Konflik merupakan faktor yang paling dominan mempengaruhi Kinerja Karyawan PT. BRI Cabang Binjai

(11)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Faktor penentu keberhasilan perusahaan adalah kinerja dan produktivitas

karyawan. Kinerja pada dasarnya adalah apa yang dilakukan karyawan sehingga

mempengaruhi banyaknya kontribusi yang diberikan kepada perusahaan termasuk

pelayanan yang berkualitas yang disajikan. Kesuksesan dari perusahaan bisa

dilihat dari pekerjaan yang telah dicapai oleh karyawannya, oleh sebab itu

perusahaan menuntut agar para karyawannya mampu menampilkan kinerja yang

optimal karena baik buruknya kinerja yang dicapai oleh karyawan akan

berpengaruh pada keberhasilan perusahaan secara keseluruhan.

Di dalam suatu perusahaan, karyawan harus mempunyai kecerdasan

intelektual dan kecerdasan emosional untuk meningkatkan kinerja karyawan.

Intelektual merupakan kumpulan sistematis dari kemampuan untuk berpikir dan

bertindak secara terarah serta mengolah informasi secara efektif, untuk mencapai

tujuan tertentu. Tetapi, saat ini kinerja seorang karyawan bukan hanya ditunjang

oleh kemampuan intelektual namun juga didukung oleh kemampuan pengendalian

emosi dalam berhubungan dengan seseorang. Masyarakat beranggapan bahwa

semakin tinggi IQ (Intelligence Quotient) seseorang semakin berhasil orang

tersebut dalam pekerjaan. Namun menurut Goleman (2000 : 46) melalui

penelitiannya mengatakan bahwa kecerdasan EQ (Emosional Quotient)

menyumbang 80 % dari faktor penentu kesuksesan seseorang, sedangkan 20 %

(12)

ini bahwa tidak hanya keunggulan kecerdasan intelektual saja yang diperlukan

untuk mencapai kesuksesan tetapi diperlukan sejenis keterampilan lain yaitu

pengendalian emosi untuk menjadi yang terdepan. Sumber daya manusia

merupakan yang terpenting dalam suatu perusahaan dimana karyawan

memberikan tenaga, bakat, kreatifitas, dan usaha mereka kepada perusahaan. Oleh

karena itu manusia merupakan asset perusahaan yang kinerja karyawan tak hanya

dilihat dari kemampuan kerja yang sempurna tetapi dalam menguasai dan

mengelola diri sendiri.

Salah satu praktek penilaian kinerja terhadap karyawan PT BRI Cabang

Binjai sebagaimana terlaksana, mencerminkan kemampuan karyawan untuk

memahami tujuan perusahaan, sasaran dan harapan perusahaan. Perusahaan

menuntut karyawannya untuk bertindak cepat, tepat, dan akurat yang didukung

dengan keluwesan dan keramahan dalam melayani nasabah.

Kemudian masalah yang timbul dalam pekerjaan yang dilakukan

karyawan adalah kreatifitas dan inisiatif karyawan untuk melakukan sesuatu yang

menurutnya lebih baik akan hanya menjadi keinginan dan harapan yang tidak

terlaksana karena terbebani dan terikat oleh kebijakan perusahaan atau pendapat

yang berbeda dengan atasan. Kemudian kemampuan intelektual yang diperlukan

untuk menjalankan kecerdasan angka, kecerdasan verbal, pelanaran induktif,

penalaran deduktif, visualisi spasial karena pekerjaan yang berbeda-beda

menuntut karyawan tersebut untuk menggunakan kecerdasan intelektualnya.

Makin banyak tuntutan pemrosesan informasi dalam pekerjaan, makin banyak

(13)

dapat melakukan pekerjaan tersebut dengan hasil yang maksimal maka kecerdasan

intelektual yang tinggi akan mendukung kinerja karyawan sehingga apabila terjadi

hambatan dalam perkerjaan karyawan tersebut dapat memperoleh pemecahan

masalahnya dan meningkatkan kinerja karyawan. Misalnya masalah hasil kerja

yang mengalami penurunan, pencapaian target masih mengalami hambatan,

standar kerja masih ada yang tidak sesuai dengan harapan. Selain itu, perusahaan

memuntut agar karyawan memiliki kreatifitas dan inisatif karyawan untuk

melakukan pekerjaan yang dapat mempersingkat waktu dan memperoleh hasil

yang maksimal sehingga nasabah memperoleh pelayanan yang terbaik.

Masalah yang sering dihadapi perusahaan berhubungan dengan kecerdasan

emosional diantaranya adalah menghadapi nasabah yang mempunyai tingkat

pemahaman yang berbeda-beda disebabkan oleh latar belakang faktor pendidikan

yang beranekaragam sehingga mengakibatkan karyawan harus mengendalikan

emosinya, kemudian ketidakpuasan nasabah dalam menerima penjelasan dari

karyawan yang melayani keluhan-keluhan nasabah maka karyawan tersebut harus

mampu memanajemen dirinya sehingga emosi yang timbul tidak menjadi

kemarahan bagi nasabah karena nasabah harus diberikan pelayanan yang terbaik

agar menjadi nasabah yang tetap di PT. BRI Cabang Binjai sehingga tingkat

kinerja karyawan semakin tinggi dan dapat memberikan keuntungan bagi

perusahaan.

PT. BRI Cabang Binjai merupakan perusahaan yang bergerak pada bidang

perbankan, dimana banyak pekerjaan yang dilakukan para karyawan berkaitan

(14)

serta memberikan pelayanan yang terbaik kepada nasabah. Sehingga kecerdasan

intelektual dan kecerdasan emosional sangat diperlukan untuk meningkatkan

kinerja karyawan. Dengan pemahaman ini pimpinan dapat memahami kebutuhan

karyawan yang ada di PT. BRI Cabang Binjai untuk mencapai tujuan perusahaan

sebab penurunan kemampuan dan kepribadian karyawan akan berdampak pada

hasil kerja karyawan yang senantiasa mengalami penurunan dan tidak tercapainya

target kerja yang diharapkan.

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan di atas, maka penulis tertarik

untuk melakukan penelitian dalam sebuah skripsi yang berjudul “Pengaruh

Kecerdasan Intelektual dan Kecerdasan Emosional Dalam Meningkatkan Kinerja

Karyawan Pada PT. BRI Cabang Binjai”.

1.2 Perumusan Masalah

Mengacu pada latar belakang masalah, maka perumusan masalah yang

menjadi dasar dalam penelitian ini adalah : “Apakah kecerdasan intelektual dan

kecerdasan emosional berpengaruh terhadap kinerja karyawan PT. BRI Cabang

Binjai”?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah :

a. Untuk mengetahui pengaruh kecerdasan intelektual dalam meningkatkan

(15)

b. Untuk mengetahui pengaruh kecerdasan emosional (EQ) dalam

meningkatkan kinerja karyawan pada PT. BRI Cabang Binjai.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah :

a. Bagi perusahaan, yaitu pihak manajemen dapat melakukan usaha-usaha

yang lebih efektif dan efisien guna mendapatkan hasil tentang tingkat

kecerdasan intelektual dan kecerdasan emosional dalam meningkatkan

kinerja karyawan pada PT. BRI Cabang Binjai.

b. Bagi penulis, yaitu menambah pengetahuan penulis dalam bidang yang

diteliti secara teoritis maupun aplikasi.

c. Bagi pihak lain, yaitu memberikan sumbangan pemikiran atau referensi

bagi pihak-pihak yang berkepentingan terutama bagi mahasiswa yang akan

(16)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Uraian Teoritis

2.1.1 Definisi Kecerdasan Intelektual

Kemampuan intelektual Robbins (2001:57) adalah kemampuan yang

diperlukan untuk menjalankan kegiatan mental, berpikir, menalar dan

memecahkan masalah. Tes IQ, misalnya dirancang untuk memastikan

kemampuan intelektual umum seseorang. Demikian juga tes saringan masuk

perguruan tinggi yang populer seperti SAT dan ACT serta tes masuk S2 dalam

bisnis (GMAT), hukum (SAT), dalam kedokteran (MCAT).

Terdapat perbedaan tuntutan pekerjaan bagi karyawan untuk

mengimplementasikan kemampuan intelektualnya. Semakin rumit pekerjaan

yang diemban maka karyawan tersebut tentu saja IQ nya harus semakin tinggi.

Berbicara secara umum, semakin banyak tuntutan informasi dalam suatu

pekerjaan, semakin banyak kecerdasan intelektual diperlukan untuk menghasilkan

pekerjaan yang maksimal.

William Stern dalam Ngalim Purwanto (2007:52) mengemukakan

inteligensi adalah kesanggupan untuk menyesuaikan diri kepada kebutuhan baru

dengan menggunakan alat-alat berpikir yang sesuai tujuannya. Seorang ilmuwan

dari Amerika adalah orang yang membuat tes inteligensi WAIS dan WISC yang

banyak digunakan di seluruh dunia. Ia mengemukakan bahwa inteligensi adalah

(17)

dan berpikir secara bermakna serta bisa berinteraksi dengan lingkungan secara

efisien (Anastasi dan Urbina, 2001:220).

Spearman mengelompokan inteligensi ke dalam dua kategori. Kategori

yang pertama adalah g (general) faktor atau biasa disebut dengan kemampuan

kognitif yang dimiliki individu secara umum, misalnya kemampuan mengingat

dan berpikir. Kategori yang kedua disebut dengan s (specific) faktor yaitu

merupakan kemampuan khusus yang dimiliki individu (Eysenck, 2001:13). G

faktor lebih merupakan potensi dasar yang dimiliki oleh setiap orang untuk belajar

dan beradaptasi. Intelligensi ini dipengaruhi oleh faktor bawaan. Faktor s

merupakan intelligensi yang dipengaruhi oleh lingkungan sehingga faktor s yang

dimiliki oleh orang yang satu akan berbeda dengan orang yang lain.

Setiap faktor s pasti mengandung faktor g. Istilah inteligensi digunakan

dengan pengertian yang luas dan bervariasi, tidak hanya oleh masyarakat umum

tetapi juga oleh anggota-anggota berbagai disiplin ilmu. Anastasi (2001 : 220)

mengatakan IQ adalah ekspresi dari tingkat kemampuan individu pada saat

tertentu, dalam hubungan dengan norma usia yang ada sehingga inteligensi

bukanlah kemampuan tunggal tetapi merupakan kumpulan dari berbagai fungsi.

Istilah ini umumnya digunakan untuk mencakup gabungan

kemampuan-kemampuan yang diperlukan untuk bertahan dan maju dalam budaya tertentu.

Kemampuan intelektual ini dapat diukur dengan suatu alat tes yang biasa disebut

IQ (Intellegence Quotient).

Pengukuran kecerdasan intelektual tidak dapat diukur hanya dengan satu

(18)

kemampuan kognitif tersebut, yang utama adalah dengan menggunakan tiga

pengukuran yaitu kemampuan verbal, kemampuan matematika, dan kemampuan

ruang (Moustafa dan Miller, 2003:5). Pengukuran lain yang termasuk penting

seperti kemampuan mekanik, motorik dan kemampuan artistik tidak diukur

dengan tes yang sama, melainkan dengan menggunakan alat ukur yang lain. Hal

ini berlaku pula dalam pengukuran motivasi, emosi dan sikap (Moustafa dan

Miller, 2003:5). Penelitian yang pernah dilakukan oleh Wiramiharja (2003:80)

menemukan bahwa kecerdasan intelektual dan kecerdasan emosional yang lebih

bersifat kognitif memiliki korelasi positif yang bersifat signifikan dengan kinerja

karyawan.

Kinerja kerja seseorang dapat diprediksi berdasarkan seberapa besar orang

tersebut memiliki g faktor. Seseorang yang memiliki kemampuan g (general)

faktor maka kinerjanya dalam melaksanakan suatu pekerjaan juga akan lebih baik,

meskipun demikian kemampuan s (specific) juga berperan penting dalam

memprediksi bagaimana kinerja sesorang yang dihasilkan.

Atas dasar berbagai pandangan tersebut dapat dinyatakan bahwa

intelegensi adalah kecerdasan seseorang untuk memecahkan masalah pada

umumnya. Intelegensi sebagian besar tergantung pada turunan. Pendidikan atau

lingkungan tidak begitu berpengaruh kepada intelegensi seseorang. Warterik

seorang mahaguru di Amsterdam, menyatakan bahwa menurut penyelidikannya

belum dapat dibuktikan bahwa intelegensi dapat dilatih. Belajar berpikir hanya

(19)

Pendapat-pendapat baru membuktikan bahwa intelegensi pada karyawan

yang lemah pikiran dapat juga dididik dengan cara yang lebih tepat. Kenyataan

membuktikan bahwa daya pikir yang telah mendapat didikan dari sekolah,

menunjukkan sifat-sifat yang lebih baik daripada anak yang tidak bersekolah.

Pada umumnya siswa IQ rendah memiliki tingkat partisipasi yang rendah dalam

pembelajaran dan sebaliknya siswa dengan IQ tinggi memiliki partisipasi yang

tinggi, hal ini berpengaruh terhadap pencapaian prestasi belajarnya.

Dari batasan yang dikemukakan di atas, dapat kita ketahui bahwa

Intelektual itu ialah faktor total berbagai macam daya jiwa erat bersangkutan di

dalamnya termasuk ingatan, fantasi, perasaan, perhatian, minat, dan sebagainya.

Kita hanya dapat mengetahui intelegensi dari tingkah laku atau perbuatannya yang

tampak. Intelegensi hanya dapat kita ketahui dengan cara tidak langsung, melalui

kelakuan intelektualnya.

Tujuh dimensi menurut Robbins (2001:58) dalam kecerdasan intelektual

adalah:

1. Kecerdasan angka

Merupakan kemampuan untuk menghitung dengan cepat dan tepat

2. Pemahaman verbal

Merupakan kemampuan memahami apa yang dibaca dan didengar

3. Kecepatan persepsi

Merupakan kemampuan mengenali kemiripan dan beda visual dengan

(20)

4. Penalaran induktif

Merupakan kemampuan mengenali suatu urutan logis dalam suatu masalah

dan kemudian memecahkan masalah itu

5. Penalaran deduktif

Merupakan kemampuan menggunakan logika dan menilai implikasi dari

suatu argumen

6. Visualilsasi spasial

Merupakan kemampuan membayangkan bagaimana suatu obyek akan

tampak seandainya posisinya dalam ruang dirubah

7. Daya ingat

Merupakan kemampuan menahan dan mengenang kembali pengalaman

masa lalu

2.1.2 Perbuatan Intelektual

Inteligensi tidak dapat diamati secara langsung, melainkan harus

disimpulkan dari berbagai tindakan nyata yang merupakan kesimpulan dari proses

berpikir rasional. Suatu perbuatan dapat dianggap intelektual bila memenuhi

beberapa syarat antara lain:

1). Masalah yang dihadapi banyak sedikitnya merupakan masalah yang baru

bagi yang bersangkutan.

2). Perbuatan intelektual sifatnya serasi, memiliki tujuan dan ekonomis.

3). Masalah yang dihadapi harus mengandung suatu tingkat kesulitan bagi

(21)

4). Keterangan pencapaiannya harus dapat diterima oleh masyarakat.

5). Dalam berbuat intelektual sering kali menggunakan daya

mengabstraksikan.

6). Perbuatan intelektual bercirikan kecepatan, membutuhkan pemusatan

perhatian dan menghindarkan perasaaan yang mengganggu jalannya

pemecahan masalah yang sedang dihadapi.

Ngalim Purwanto (2007:55-56) menyebutkan faktor-faktor yang

mempengaruhi inteligensi yaitu pembawaan, kematangan organ tubuh,

pembentukan dari lingkungan, minat dan pembawaan yang khas serta kebebasan

memilih metode dalam memecahkan masalah.

a. Pembawaan

Pembawaan ditentukan oleh sifat-sifat dan ciri-ciri yang dibawa sejak

lahir. Batas kemampuan kita dalam memecahkan permasalahan, pertama

ditentukan oleh pembawaan kita. Orang ada yang pintar dan ada yang

bodoh meskipun menerima latihan yang sama perbedaan itu masih tetap

ada.

b. Kematangan

Tiap orang dalam tubuh manusia mengalami pertumbuhan dan

perkembangan. Tiap organ dapat dikatakan telah matang jika ia telah

mencapai kesanggupan menjalankan fungsinya masing-masing.

Anak-anak tidak dapat memecahlan soal-soal tertentu karena soal tersebut masih

(22)

untuk memecahkan masalah itu. Kematangan erat hubungannya dengan

umur.

c. Pembentukan

Pembentukan adalah segala keadaan diluar diri seseorang yang

mempengaruhi perkembangan intelegensi. Pembentukan ada dua macam

yaitu yang disengaja seperti yang dilakukan di sekolah dan tidak sengaja

yaitu pengaruh alam sekitar.

d. Minat dan pembawaan yang khas

Minat mengarahkan perbuatan kepada suatu tujuan dan merupakan

dorongan bagi perbuatan itu. Dalam diri manusia terdapat motif-motif

yang mendorong manusia untuk berinteraksi dengan dunia luar. Motif

menggunakan dan menyelidiki dunia luar (manipulate and exploring

motives).

e. Kebebasan

Kebebasan mengandung makna bahwa manusia dapat memilih

metode-metode tertentu dalam memecahkan masalah. Dengan kebebasan manusia

dapat menentukan dan mengembangkan cara berfikirnya secara cepat dan

yang mereka anggap akurat. Keterbelakangan, pengekangan akan

mempengaruhi intelektual seseorang.

2.1.3 Test Intelektual (Test IQ)

IQ hanya memberikan sedikit indikasi mengenai taraf kecerdasan

(23)

Indeks Kecerdasan atau skor IQ mula-mula diperhitungkan dengan

membandingkan umur mental (Mental Age) dengan umur kronologik

(Chronological Age). Bila kemampuan individu dalam memecahkan

persoalan-persoalan yang disajikan dalam tes kecerdasan (umur mental) tersebut sama

dengan kemampuan yang seharusnya ada pada individu seumur dia pada saat itu

(umur kronologi), maka akan diperoleh skor 1 Skor ini kemudian dikalikan 100

dan dipakai sebagai dasar perhitungan IQ. Tetapi kemudian timbul masalah

karena setelah otak mencapai kematangan, tidak terjadi perkembangan lagi,

bahkan pada titik tertentu akan terjadi penurunan kemampuan.

Dengan membandingkan IQ seseorang dengan suatu normal klasifikasi

akan dapat diketahui apakah orang tersebut termasuk dalam kelompok mereka

yang memiliki kapasitas intelektual superior atau tidak. Penetapan pembatas

angka IQ berbeda-beda karena perbedaan tes IQ yang digunakan dan perbedaan

kepentingan dari hasil klasifikasi tersebut (Azwar 2006:135).

Dalam penelitian ini tes yang digunakan adalah Test Culture Fair

Intelligence (C.F.I.T), terdiri dari tiga skala yang disusun oleh Raymond B. Cattell

dan sejumlah staf penelitian dari Institute of Personality and Ability Testing

(I.P.A.T) di Universitas Illions, Amerika Serikat. Tes ini digunakan subyek

berusia antara 13 tahun sampai dewasa. Menurut teori ”Fluid and Cryctallized

Ability” dari Raymond B. Cattell, tes ini untuk mengukur Fluid Ability yaitu yang

dibawa seseorang sejak lahir.

Di dalam perkembangannya terbentuklah Crystallized Ability yaitu

(24)

seberapa jauh peranan Crystallized Ability seseorang adalah tergantung dari

potensi Fluid Ability yang dimilikinya.

2.1.4. Pengertian Kecerdasan Emosional

Salovey dan Mayer mendefinisikan kecerdasan emosional atau yang sering

disebut EQ sebagai : “himpunan bagian dari kecerdasan sosial yang melibatkan

kemampuan memantau perasaan sosial yang melibatkan kemampuan pada orang

lain, memilah-milah semuanya dan menggunakan informasi ini untuk

membimbing pikiran dan tindakan.” (Shapiro, 2006:42).

Seorang ahli kecerdasan emosi, Goleman (2000:13) mengatakan bahwa

yang dimaksud dengan kecerdasan emosi di dalamnya termasuk kemampuan

mengontrol diri, memacu, tetap tekun, serta dapat memotivasi diri sendiri.

Kecerdasan emosional sangat dipengaruhi oleh lingkungan, tidak bersifat

menetap, dapat berubah-ubah setiap saat. Untuk itu peranan lingkungan terutama

orang tua pada masa kanak-kanak sangat mempengaruhi dalam pembentukan

kecerdasan emosional.

Keterampilan EQ bukanlah lawan keterampilan IQ atau keterampilan

kognitif, namun keduanya berinteraksi secara dinamis, baik pada tingkatan

konseptual maupun di dunia nyata. Selain itu, EQ tidak begitu dipengaruhi oleh

faktor keturunan (Shapiro,2006:34). Kecerdasan emosional sangat mempengaruhi

kehidupan seseorang secara keseluruhan mulai dari kehidupan dalam keluarga,

pekerjaan, sampai interaksi dengan lingkungan sosialnya. Oleh karena itu

(25)

masalah dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam kehidupan keluarga, pekerjaan

maupun interaksi dengan lingkungan sosial. Orang yang pandai atau berhasil

dalam prestasi akademik sewaktu pendidikan formal ternyata banyak yang gagal

mencapai puncak prestasi sewaktu menempuh karier profesional. Mencapai

prestasi kerja yang baik bukan hanya perlu mengembangkan rational intelligence,

melainkan juga perlu mengembangkan emotional intelligence.

2.1.5 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kecerdasan Emosional

Adapun Faktor-faktor kecerdasan emosional menurut Goleman (2001,

42-43) adalah sebagai berikut :

a. Mengenali Emosi Diri

Mengenali Emosi diri sendiri merupakan suatu kemampuan untuk mengenali

perasaan sewaktu perasaan itu terjadi. Kemampuan ini merupakan dasar dari

kecerdasan emosional, para ahli psikologi menyebutkan kesadaran diri sebagai

metamood, yakni kesadaran seseorang akan emosinya sendiri.

b. Memanajemen Emosi

Memanejemen emosi merupakan kemampuan individu dalam menangani

perasaan agar dapat terungkap dengan tepat atau selaras, sehingga tercapai

keseimbangan dalam diri individu. Menjaga agar emosi yang merisaukan tetap

terkendali merupakan kunci menuju kesejahteraan emosi. “Emosi berlebihan,

yang meningkat dengan intensitas terlampau lama akan mengoyak kestabilan kita.

Kemampuan ini mencakup kemampuan untuk menghibur diri sendiri, melepaskan

(26)

ditimbulkannya serta kemampuan untuk bangkit dari perasaan-perasaan yang

menekan.

c. Memotivasi Diri Sendiri

Memotivasi diri sendiri merupakan menata emosi sebagai alat untuk mencapai

tujuan hal yang sangat penting dalam kaitan untuk memberi perhatian, untuk

memotivasi diri sendiri dan menguasai diri sendiri,dan untuk berkreasi. Kendali

diri emosional, menahan diri terhadap kepuasan dan mengendalikan dorongan hati

adalah landasan keberhasilan dalam berbagai bidang. Dan mampu menyesuaikan

diri dalam “flow” memungkinkan terwujudnya kinerja yang tinggi dalam segala

bidang. Orang-orang yang memiliki keterampilan ini cenderung jauh lebih

produktif dan efektif dalam hal apa pun yang mereka kerjakan.

d. Empati (Mengenali Emosi Orang Lain)

Kemampuan seseorang untuk mengenali orang lain atau peduli,

menunjukkan kemampuan empati seseorang. Individu yang memiliki kemampuan

empati lebih mampu menangkap sinyal-sinyal sosial yang tersembunyi yang

mengisyaratkan apa-apa yang dibutuhkan orang lain sehingga ia lebih mampu

menerima sudut pandang orang lain, peka terhadap perasaan orang lain dan lebih

mampu untuk mendengarkan orang lain. Seseorang yang mampu membaca emosi

orang lain juga memiliki kesadaran diri yang tinggi. Semakin mampu terbuka

pada emosinya sendiri, mampu mengenal dan mengakui emosinya sendiri, maka

(27)

e. Ketrampilan Sosial

Kemampuan dalam membina hubungan merupakan suatu keterampilan

yang menunjang popularitas, kepemimpinan dan keberhasilan antar pribadi.

Keterampilan dalam berkomunikasi merupakan kemampuan dasar dalam

keberhasilan membina hubungan. Individu sulit untuk mendapatkan apa yang

diinginkan dan sulit juga memahami keinginan serta kemampuan orang lain.

Orang-orang yang hebat dalam keterampilan membina hubungan ini akan sukses

dalam bidang apapun. Orang berhasil dalam pergaulan karena mampu

berkomunikasi dengan lancar pada orang lain. Orang-orang ini populer dalam

lingkungannya dan menjadi teman yang menyenangkan karena kemampuannya

berkomunikasi. Ramah tamah, baik hati, hormat dan disukai orang lain dapat

dijadikan petunjuk positif bagaimana siswa mampu membina hubungan dengan

orang lain. Sejauh mana kepribadian siswa berkembang dilihat dari banyaknya

hubungan interpersonal yang dilakukannya.

2.1.6. Meningkatkan Kecerdasan Emosional (EQ)

Goleman (2001:20) mengatakan bahwa dalam meningkatkan kecerdasan

emosional (EQ) sangat berbeda dengan IQ yang pada umumnya tidak berubah

selama kita hidup. Bila kemampuan kognitif relatif tidak berubah, kecakapan

emosi dapat dipelajari kapan saja. Tidak peduli orang yang tidak peka, pemalu,

pemarah, kikuk atau sulit bergaul dengan orang lain, dengan motivasi dan usaha

(28)

2.1.7. Pengertian Kinerja

Menurut Mangkunegara (2001:67) dikemukan pengertian kinerja yaitu :

“hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang karyawan

dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan

kepadanya”.

Kinerja adalah hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau

sekelompok orang dalam suatu organisasi, sesuai dengan wewenang dan tanggung

jawab masing-masing, dalam rangka upaya mencapai tujuan bersangkutan secara

legal, tidak melanggar hukum dan sesuai dengan moral dan etika (Suyadi,

2002:98).

Sedangkan menurut Sutrisno (2009:164), kinerja merupakan hasil upaya

seseorang yang ditentukan oleh kemampuan karakteristik pribadinya serta

persepsi terhadap perannya dalam pekerjaan itu.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas maka dapat ditarik kesimpulan

bahwa gabungan dari tiga faktor penting kemampuan dan minat seseorang

pekerja, kemampuan dan penerimaan atas penjelasan delegasi tugas dan peran

serta tingkat motivasi seorang pekerja. Semakin tinggi ketiga faktor kemampuan,

maka semakin besarlah kinerja karyawan yang bersangkutan.

2.1.8 Faktor-Faktor yang mempengaruhi Kinerja

Banyak faktor yang mempengaruhi kinerja seorang karyawan. Faktor yang

mempengaruhi pencapaian kinerja yang baik menurut Mangkunegara (2001:68)

(29)

1.Faktor Kemampuan

Secara psikologis, kemampuan (abilitiy) karyawan terdiri dari kemampuan

potensi (IQ) dan kemampuan reality (knowledge + skill). Artinya

pendidikan yang memadai untuk jabatan dan terampil dalam mengerjakan

pekerjaan sehari-hari, maka ia akan lebih mudah mencapai prestasi yang

diharapkan. Oleh sebab itu, karyawan perlu ditempatkan pada pekerjaan

yang sesuai dengan keahlian (The right man, On The Right Place, The

Right man On the Right Job).

2.Faktor Motivasi

Motivasi terbentuk dari sikap (attitute) seorang karyawan dalam

menghadapi situasi kerja. Motivasi merupakan kondisi yang

menggerakkan diri karyawan yang terarah untuk mencapai tujuan

organisasi (tujuan perusahaan). Sikap mental merupakan kondisi mental

yang mendorong diri karyawan untuk berusaha mencapai prestasi kerja

secara maksimal (sikap mental yang siap secara psikofisik), artinya

seorang karyawan harus siap mental, mampu secara fisik, memahami

tujuan utama dan target kerja yang akan dicapai, mampu memanfaatkan

dalam situasi kerja.

Berdasarkan kutipan di atas diketahui bahwa faktor yang mempengaruhi

kinerja yaitu faktor kemampuan dan faktor motivasi, faktor kemampuan

didasarkan atas potensi yang dimiliki oleh seseorang dalam menjalankan

pekerjaannya sedangkan faktor motivasi didasarkan atas mentanilitas tersebut

(30)

2.1.9. Prinsip Dasar Manajemen Kinerja

Manajemen kinerja bekerja atas prinsip dasar yang dapat dijadikan acuan

bersama agar dapat mencapai hasil yang diharapkan. Adapun prinsip dasar

manajemen kinerja menurut Wibowo (2007:11) adalah sebagai berikut:

1. Kejujuran

Kejujuran menunjukkan diri dalam komunikasi umpan balik yang jujur

diantara manajer, pekerja dan rekan kerja. Kejujuran termasuk dalam

mengekspresikan pendapat, menyampaikan fakta dan memberikan

pertimbangan dan perasaan.

2. Pelayanan

Setiap aspek dalam proses kinerja harus memberikan pelayanannya

kepada setiap pekerja, manajer, pemilik dan pelanggan, dalam proses

manajemen kinerja, umpan balik dan pengukuran harus membantu

pekerja dan perencanaan kinerja

3. Tanggung Jawab

Merupakan prinsip dasar dari pengembangan kinerja dengan memahami

dan menerima tanggung jawab atas apa yang mereka kerjakan dan tidak

kerjakan untuk mencapai tujuan mereka. Pekerja belajar tentang apa

yang perlu mereka perbarui.

4. Perumusan Tujuan

Manajemen kinerja dimulai dengan melakukan perumusan dan

mengklarifikasi terlebih dahulu tujuan yang hendak dicapai oleh

(31)

selanjutnya tujuan yang telah dirumuskan tersebut dirinci lebih lanjut

menjadi tujuan di tingkat yang lebih rendah, seperti divisi, departemen,

tim dan karyawan

5. Komunikasi Dua Arah

Manajemen kinerja memerlukan gaya manajemen yang bersifat terbuka,

jujur serta mendorong terjadinya komunikasi dua arah antara atasan

dengan bawahan. Komunikasi dua arah ini akan menunjukkan adanya

sikap keterbukaan dan saling pengertian antara dua pihak.

2.1.10 Hubungan Kecerdasan Intelektual dan Kinerja

Dalam kerja erat kaitannya dengan kecerdasan intelektual yang dimiliki

oleh seseorang. Seorang pekerja memiliki IQ tinggi diharapkan dapat

menghasilkan kinerja yang lebih baik dibandingkan mereka yang memiliki IQ

lebih rendah. Hal tersebut karena memiliki IQ tinggi lebih mudah menyerapa

ilmu yang diberikan sehinggga kemampuannya dalam memecahkan masalah yang

berkaitan dengan pekerjaan akan lebih baik.

Penelitian yang pernah dilakukan oleh Wiramiharja (2003:80) menemukan

bahwa kecerdasan yang lebih bersifat kognitif positif yang bersifat signifikan

dengan kinerja karyawan. Ia menyebutkan bahwa prestasi kerja yang dimiliki

oleh seorang pekerja akan membawanya pada hasil yang lebih memuaskan untuk

dapat meningkatkan kinerjanya. Dalam penelitiannya ia memberikan kontribusi

(32)

Keseimbangan yang baik antara IQ dan EQ harus dapat dicapai. Orang

yang memiliki EQ yang baik tanpa di tunjang dengan IQ yang baik pula belum

tentu dapat berhasil dalam pekerjaanya. Hal ini karena IQ masih memegang

peranan penting dalam kinerja seseorang, sehinggga keberadaan IQ tidak boleh

dihilangkan begitu saja dan perbaikan kemampuan kognitif adalah cara terbaik

untuk meningkatkan kinerja karyawan.

2.1.11 Hubungan Kecerdasan Emosional dan Kinerja

Dunia kerja mempunyai berbagai masalah dan tantangan yang harus

dihadapi oleh karyawan, misalnya persaingan ketat, tuntutan tegas, suasana kerja

yang tidak nyaman dan maslah hubungan dengan orang lain. Masalah-masalah

tersebut dalam dunia kerja bukanlah suatu hal yang hanya membutuhkan

kemampuan intelektualnya, tetapi dalam menyelesaikan masalah tersebut

kemampuan emosi atau kecerdasan emosi lebih banyak diperlukan. Bila

seseorang dapat menyelesaikan masalah-masalah di dunia kerja dengan emosinya

maka akan menghasilakan kinerja yang lebih baik. Daniel Goleman, seorang

psikolog ternama, dalam bukunya pernah mengatakan bahwa untuk mencapai

kesuksesan dalam dunia kerja bukan hanya cognitive intellingence saja yang

dibutuhkan tetapi juga emotioanal intelligence (Goleman, 2000:37). Secara

khusus para pemimpin perusahaan membutuhkan EQ yang tinggi karena dalam

lingkungan organisasi, berinteraksi dengan banyak orang baik di dalam maupun di

luar lingkungan kerja berperan penting dalam membentuk moral disipin para

(33)

Kinerja karyawan akhir-akhir ini tidak hanya dilihat oleh faktor

intelektualnya saja tetapi juga ditentukan oleh faktor emosinya. Seseorang yang

dapat mengontrol emosinya dengan baik maka akan dapat menghasilkan kinerja

yang baik pula. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh Meyer (2004:10)

bahwa kecerdasan emosi merupakan faktor yang sama pentingnya dengan

kombinasi kemampuan teknis dan analsis untuk mengahasilkan kinerja yang

optimal. Salah satu aspek dalam kecerdasan emosi adalah motivasi. Salovey

(dalam Goleman, 2000:58) seperti yang dijelaskan sebelumnya, memotivasi diri

sendiri merupakan landasan keberhasilan yang terwujudnya kinerja yang tinggi

disegala bidang.

2.1.12 Indikator Kinerja

Menurut Sutrisno (2009:152) ada enam indikator dari kinerja yakni:

1. Hasil kerja

Merupakan proses kegiatan yang dilakukan setiap hari dalam

mendukung operasional bank, misalnya: menyediakan kebutuhan data

dan melakukan jurnal transaksi yang diteliti.

2. Pengetahuan pekerjaan

Tingkat pengetahuan yang terkait dengan tugas pekerjaan yang akan

(34)

3. Inisiatif

Merupakan pola pikir yang berbeda dalam setiao pengambilan

keputusan kerja, misalnya mengetahui dan memahami persoalan di

lingkungan kerja, mampu meberi saran pada atasan

4. Kecekatan Mental

Tingkat kemampuan dan kecepatan dalam menerima instruksi kerja dan

menyesuaikan dengan cara kerja serta situasi kerja yang ada

5. Sikap

Tingkat semangat kerja serta sikap positif dalam melaksanakan tugas

pekerjaan

6. Disiplin Waktu dan Absensi

Merupakan sikap patuh terhadap aturan yang berlaku.

2.2 Penelitian Terdahulu

Beberapa penelitian terdahulu mengenai kecerdasan emosional dan

kecerdasan intelektual dalam meningkatkan produktivitas adalah penelitian

tentang kemampuan intelektual dilakukan oleh Sutarjo A Wiramiharja pada tahun

2003. Ia meneliti tentang keeratan hubungan antara kecerdasan intelektual dan

kecerdasan emosional dengan kinerja. Subjek penelitian adalah sejumlah jabatan

bertaraf kepala bagian dari sejumlah BUMN di Indonesia sebanyak 43 orang.

Hasilnya terdapat korelasi yang positif untuk semua hasil tes. Terdapat korelasi

yang positif signifikan antara kecerdasan intelektual dan kecerdasan emosional

(35)

Penelitian yang dilakukan oleh Ilham H Napitupulu pada tahun 2009

dengan judul pengaruh kecerdasan intelektual dan kecerdasan emosional terhadap

tingkat pemahaman pelajaran akuntansi dengan minat sebagai variabel

moderating. Dengan hasil dimana minat tidak bisa terpisah bila digunakan untuk

menguji pemahaman siswa, karena siswa memperoleh nilai harus mengandalkan

kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional dan minat sangat kecil

kemungkinan mempengaruhi. Dengan demikian minat hanya bisa mendukung

pelajaran akuntansi bila digunakan secara bersama-sama dengan variabel

kecerdasan emosional.

2.3 Kerangka Konseptual

Penelitian yang pernah dilakukan olehWiramiharja (2003:80) menemukan

bahwa kecerdasan yang lebih bersifat kognitif positif yang bersifat signifikan

dengan kinerja karyawan. Ia menyebutkan bahwa prestasi kerja yang dimiliki

oleh seorang pekerja akan membawanya pada hasil yang lebih memuaskan untuk

dapat meningkatkan kinerjanya. Dalam penelitiannya ia memberiakan kontribusi

30% di dalam pencapaian prestasi kerja dan kinerja seseorang.

Kinerja karyawan akhir-akhir ini tidak hanya dilihat oleh faktor

intelektualnya saja tetapi juga ditentukan oleh faktor emosinya. Seseorang yang

dapat mengontrol emosinya dengan baik maka akan dapat menghasilkan kinerja

yang baik pula. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh Meyer (2004:10)

bahwa kecerdasan emosi merupakan faktor yang sama pentingnya dengan

(36)

optimal. Salah satu aspek dalam kecerdasan emosi adalah motivasi. Salovey

(dalam Goleman, 2000:58) seperti yang dijelaskan sebelumnya, memotivasi diri

sendiri merupakan landasan keberhasilan yang terwujudnya kinerja yang tinggi

disegala bidang.

Berdasarkan uraian di atas maka kerangka konseptual penelitian ini adalah

sebagai berikut:

Sumber: Wiramiharja (2003:80), Meyer (2004:10), Goleman, (2000:58) Gambar 2.2 : Kerangka Konseptual

2.4 Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini, yaitu kecerdasan intelektual dan

kecerdasan emosional berpengaruh positif signifikan terhadap kinerja karyawan. KECERDASAN

INTELEKTUAL (X1)

KINERJA

KARYAWAN (Y)

KECERDASAN

(37)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian adalah penelitian survei. Penelitian survei menurut

Arikunto (2007 : 236) merupakan suatu jenis penelitian yang banyak dilakukan

oleh penulis dalam bidang sosiologi, bisnis, politik, pemerintahan dan pendidikan.

Penulis menggunakan penelitian survei karena informasi yang diteliti dapat

diperoleh dengan teknik wawancara dan penulis juga memberikan kuesioner

kepada karyawan PT. BRI Cabang Binjai.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

3.2.1 Tempat Penelitian

Adapun penelitian ini dilakukan oleh penulis di PT. BRI Cabang Binjai,

yang beralamat di jalan Sutomo No. 6 Binjai Sumatera Utara.

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini berlangsung dari tanggal Juli 2011 sampai dengan Oktober

2011.

3.3. Batasan Operasional

Batasan operasional dilakukan untuk menghindari kesimpangsiuran dalam

(38)

tingkat kecerdasan intelektual dan tingkat kecerdasan emosional dalam upaya

meningkatkan kinerja karyawan pada PT. BRI Cabang Binjai.

3.4 Defenisi Operasional Variabel

Pada penelitian ini ada 2 (dua) variabel yaitu variabel terikat atau variabel

independent (Y) dan variabel bebas variabel dependent (X) dimana yang menjadi

variabel terikat (Y) adalah kinerja karyawan. Adapun yang menjadi variabel bebas

pertama (X1) adalah tingkat kecerdasan intelektual dan variabel bebas kedua (X2)

adalah tingkat kecerdasan emosional.

Adapun defenisi operasional dari variabel terikat (Y) dan variabel bebas

(X) adalah sebagai berikut :

Tabel 3.1

Definisi Operasional Variabel

Variabel Definisi Operasional Dimensi Indikator Pengukuran

1.Kecerdasan

a.Kemampuan menghitung dengan cepat b.Kemampuan menghitung dengan akurat

a.Kemampuan memahami apa yang dibaca b.Kemampuan memahami apa yang didengar

a.Kemampuan mengindentifikasi perbedaan visualisasi secara cepat

b.Kemampuan mengindentifikasi perbedaan visualisasi secara tepat

a.Kemampuan mengindentifikasi logis dalam sebuah masalah

b.Kemampuan untuk melakukan pemecahannya

(39)

Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel (Lanjutan)

Variabel Definisi Operasional Dimensi Indikator Pengukuran

2.Kecerdasan

a. Kemampuan mengingat nama

b.Kemampuan mengingat pengalaman masa lalu

a.Memahami emosi diri sendiri

b.Memiliki tolak ukur yang realistik atas kemampuan diri sendiri

a. Mengelola emosi dengan tepat b. Mengekspresikan emosi dengan tepat

a. Optimis

b. Dorongan berprestasi

a. Peka terhadap perasaan orang lain b. menumbuhkan hubungan saling percaya

a. Dapat bekerjasama

b. Dapat berkomunikasi dengan orang lain

a. Hasil kerja b. Inisiatif c. Efisiensi

d. Pengetahuan pekerjaan

e.Tepat Waktu dalam dalam menyelesaikan pekerjaan

f.Disiplin Waktu g. Absensi

Skala Likert

Skala Likert

Sumber : Robbins (2001), Goleman (2000), Sutrisno (2009) dan diolah oleh Peneliti

3.5 Skala Pengukuran Variabel

Pengukuran masing-masing variabel dalam penelitian adalah dengan

menggunakan skala likert. Skala likert digunakan untuk mengukur sikap,

pendapat, dan persepsi seseorang atau kelompok orang tentang fenomena sosial.

(40)

item-item instrumen yang dapat berupa pernyataan atau pertanyaan (Sugiyono,

2005:86).

Tabel 3.2

Instrument Skala Likert

Sumber: Sugiyono (2005 : 86)

3.6 Populasi dan Sampel

Populasi dan wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subyek yang

mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti

untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan (Sugiyono, 2005 : 55).

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh karyawan PT. BRI Cabang

Binjai yang berjumlah 57 (lima puluh tujuh) orang karyawan tetap. Prosedur

penarikan sampel menggunakan metode sensus artinya seluruh populasi yang ada

digunakan sebagai sampel penelitian. Hal ini dilakukan bila jumlah relatif kecil

(sugiyono). Jadi sampel dalam penelitian adalah 57 (lima puluh tujuh) orang

karyawan tetap PT. BRI Cabang Binjai.

No. Skala Skor

1 Sangat Setuju 5

2 Setuju 4

3 Kurang Setuju 3

4 Tidak Setuju 2

(41)

3.7 Sumber Data Dan Jenis Data

3.7.1 Sumber Data

Agar kegiatan penelitian dapat terlaksana dengan baik dan sesuai dengan

apa yang diharapkan penulis, maka diperlukan data yang bersifat obyektif dan

data harus relevan dengan judul yang diajukan penulis karena data ini sangat

penting. Sumber data yang diperoleh dari bagian SDM pada PT. BRI Cabang

Binjai.

3.7.2 Jenis Data

Data adalah hasil pencatatan penulis, baik yang berupa fakta ataupun

angka. Data adalah segala fakta dan angka yang dapat dijadikan bahan untuk

menyusun informasi, sedangkan informasi adalah hasil pengolahan data yang

dipakai untuk suatu keperluan (Marzuki, 2005:55). Adapun jenis data yang

digunakan oleh penulis dalam penelitian yaitu:

a. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumbernya, diamati

dan dicatat pertama kalinya. Data primer yang diperoleh penulis adalah data

mengenai strategi peningkatan kinerja karyawan pada PT. BRI Cabang Binjai.

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diusahakan sendiri pengumpulannya oleh

penulis atau data yang diperoleh langsung dari sumbernya. Adapun sumber

datanya berupa tabel, gambar, buku data. Data sekunder yang diperoleh penulis

(42)

3.8 Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan oleh penulis dalam

penelitian yaitu:

1. Teknik Wawancara (Interview)

Teknik wawancara adalah pengumpulan data yang dilakukan dengan

bertanya langsung kepada informan yang berkaitan dengan data yang dibutuhkan.

Adapun teknik ini penulis lakukan dengan cara bertanya langsung pada bagian

sumber daya manusia di PT. BRI Cabang Binjai. Metode ini penulis gunakan

untuk mengetahui tentang pengaruh kecerdasan intelektual dan kecerdasan

emosional dalam meningkatkan kinerja karyawan di PT. BRI Cabang Binjai.

2. Teknik Dokumentasi (Documentation)

Teknik dokumentasi adalah cara pengumpulan data dengan menggunakan

dokumen-dokumen yang berhubungan dengan penelitian tersebut atau mencari

data mengenai hal-hal atau variabel berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar,

majalah, prasasti, notulen, rapat agenda dan lain sebagainya. Peneliti

menggunakan teknik dokumentasi dengan cara mengumpulkan data yang

berkaitan dengan strategi peningkatan kinerja karyawan di PT. BRI Cabang

Binjai.

3. Teknik Observasi (Observation)

Teknik observasi adalah pengamatan langsung kepada obyek yang akan

diteliti. Teknik ini penulis lakukan dengan cara meninjau langsung bagian SDM

(43)

3.9 Uji Validitas dan Uji Reliabilitas

Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau tidaknya suatu

kuesioner. Uji validitas dilakukan diluar jumlah sampel, dalam hal ini diambil

sebagai 30 orang karyawan pada unit-unit cabang binjai. Uji validitas dilakukan

dengan menggunakan software SPSS (statistic Package for the Social Science)

versi 15.0 dengan kriteria sebagai berikut :

a. Jika rhitung > rtabel, maka pertanyaan dinyatakan valid.

b. Jika rhitung < rtabel, maka pertanyaan dinyatakan tidak valid.

(44)

VAR00018 117.5000 76.190 .722 .933

Sumber: Hasil Pengolahan SPSS

Berdasarkan data Tabel 3.4 dapat diketahui bahwa nilai coreccted item

total coreclation, pada butir pertanyaan 1 sampai dengan butir pertanyaan 27 di

atas 0,361. Karena Jika rhitung > rtabel, maka disimpulkan semua pertanyaan dari

variabel kecerdasan intelektual dan kecerdasan emosional adalah valid sehingga

dapat digunakan untuk memperoleh data penelitian.

Sedangkan, uji reliabilitas merupakan alat yang digunakan untuk

mengukur kuesioner yang merupakan indikator dari variabel atau konstruk. Suatu

kuesioner dikatakan reliabel atau handal jika jawaban seseorang terhadap

pernyataan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu.

Metode yang akan digunakan untuk melakukan uji validitas adalah dengan

melakukan korelasi antara skor butir pertanyaan dengan total skor konstruk atau

variabel. Sedangkan untuk uji reliabilitas yang akan digunakan dalam penelitian

ini, adalah dengan menggunakan software SPSS (statistic Package for the Social

Science) versi 15.0. Menurut Nunnally (1967) dalam Ghozali (2005: 42) suatu

(45)

a. Jika ralpha > rtabel, maka pertanyaan dinyatakan reliabel.

b. Jika ralpha < rtabel, maka pertanyaan dinyatakan tidak reliabel.

Tabel 3.4 Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

.937 27

Sumber: Hasil Pengolahan SPSS

Tabel 3.4 menunjukkan bahwa hasil pengujian reabilitas pada instrumen

kecerdasan intelektual dan kecerdasan emosional dengan nilai Cronbach Alpha

atau ralpha sebesar 0,937. Hal ini membuktikan bahwa instrumen kecerdasan

intelektual dan kecerdasan emosional adalah 0,937 lebih besar dan positif dari

rtabel yang bernilai 0,60. Reliabilitas suatu konstruk variabel dikatakan baik jika

memiliki Cronbach Alpha > 0,60. Ini menunjukkan semua butir pertanyaan dari

variabel kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional dan kinerja karyawan

tersebut dapat digunakan untuk memperoleh data penelitian.

3.10 Metode Analisis Data

Analisa data adalah proses mengatur urutan data mengorganisasikan ke

dalam suatu pola, kategori dan satuan uraian dasar sehingga lebih mudah dibaca

dan diinterpretasikan. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode:

c. Metode deskriptif, yaitu cara merumuskan dan menafsirkan data yang

ada sehingga gambaran yang jelas mengenai pengumpulan, menyusun,

(46)

secara objektif, sehingga memberikan informasi dan gambaran umum

mengenai objek yang diteliti.

d. Metode kuantitatif yang tidak menggunakan perhitungan statistik (non

uji statistik) dan terbatas pada perhitungan persentase saja, akan tetapi

dengan menggunakan pemikiran logis untuk menggambarkan,

menjelaskan dan menguraikan secara mendalam dan sistematis tentang

keadaan yang sebenar-benarnya baru kemudian ditarik kesimpulan

sehingga diperoleh suatu pemecahan masalah.

Tahap-tahap analisis data dapat dilakukan dengan beberapa tahapan

diantaranya: mengumpulkan data dengan analisis data, hasil pengumpulan data

tersebut tentu saja perlu direduksi (data reduction), yaitu dengan mengikhtiarkan

hasil pengumpulan data selengkap mungkin dan memilah-milahnya ke dalam

satuan konsep tertentu, kategori tertentu atau tema-tema tertentu. Seperangkat

hasil reduksi data juga perlu diorganisasikan ke dalam satu bentuk tertentu

(display data) sehingga terlihat sosok secara lebih utuh, display data tersebut

sangat diperlukan untuk memudahkan upaya pemaparan dan penegasan

kesimpulan (conclusion).

3.11 Teknik Analisis Data

3.11.1. Uji Asumsi Klasik

Sebelum melakukan pengujian hipotesis, terlebih dahulu akan dilakukan

pengujian terjadinya penyimpangan terhadap asumsi klasik. Dalam asumsi klasik

terdapat beberapa pengujian yang harus dilakukan, yakni Uji Multikolonieritas,

(47)

a. Uji Multikolinieritas

Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi

ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Jika ditemukan

adanya multikolinieritas, maka koefisien regresi variabel tidak tentu dan

kesalahan menjadi tidak terhingga. Salah satu metode untuk mendiagnosa adanya

multicollinearity adalah dengan menganalisis nilai tolerance dan lawannya

variance inflation factor (VIF). Tolerance mengukur variabilitas variabel

independen yang terpilih yang tidak dijelaskan oleh variabel independen lainnya.

Nilai tolerance yang rendah sama dengan nilai VIF tinggi, karena VIF =

1/Tolerance. Nilai Cut Off yang dipakai untuk menunjukkan adanya

multikolinearitas adalah nilai tolerance kurang dari 0,1 atau sama dengan nilai

VIF lebih dari 10.

b. Uji Heteroskedastisitas

Tujuan dari pengujian ini adalah untuk menguji apakah dalam model

regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke

pengamatan lainnya. Model regresi yang baik adalah yang homoskesdastisitas,

yakni variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain bersifat tetap.

c. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi

variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Seperti diketahui

bahwa uji t dan uji F mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi

normal. Ada dua cara untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau

(48)

3.11.2 Analisis Regresi

Hasil pengumpulan data akan dihimpun setiap variabel sebagai suatu nilai

dari setiap responden dan dapat dihitung melalui program SPSS. Metode

penganalisaan data menggunakan perhitungan statistik dan program SPSS untuk

menguji hipotesis yang telah ditetapkan apakah dapat diterima atau ditolak.

Teknik analisis yang dipakai dalam menguji hipotesis ini adalah dengan

menggunakan analisis regresi berganda. Dalam penelitian ini perhitungan statistik

menggunakan (perkalian dua atau lebih variabel independen) yaitu : Model

Analisis Regresi Berganda dengan persamaan sebagai berikut :

Y = a + b1 X1+ b2 X2+ e

dimana :

Y = Produktivitas Kerja

a = Konstanta

X1 = Kecerdasan Intelektual

X2 = Kecerdasan Emosional

B = slope

e = Error

3.11.3 Uji Hipotesis

a. Koefisien Determinasi ( R2 )

Multikolnieritas terjadi apabila nilai R2 yang dihasilkan oleh suatu model

regresi empiris sangat tinggi, tetapi secara individual variabel-variabel independen

(49)

b. Uji F (Uji Simultan)

Pengujian pengaruh variabel independen secara bersama-sama (simultan)

terhadap perubahan nilai variabel dependen, dilakukan melalui pengujian terhadap

besarnya perubahan nilai variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh perubahan

nilai semua variabel independen, untuk itu perlu dilakukan uji F. Uji F atau

ANOVA dilakukan dengan membandingkan tingkat signifikasi yang ditetapkan

untuk penelitian dengan probability value dari hasil penelitian.

H0 : b1,b2 = 0, artinya secara bersama-sama terdapat tidak berpengaruh yang

positif dari variabel bebas (X1, X2) yaitu berupa kecerdasan intelektual dan

emosional terhadap kinerja karyawan sebagai variabel terikat (Y).

H1 : b1,b2 ≠ 0, artinya secara bersama-sama terdapat berpengaruh yang positif variabel bebas (X1, X2) yaitu berupa kecerdasan intelektual dan emosional

terhadap kinerja karyawan sebagai variabel terikat (Y).

Kriteria pengambilan keputusan :

H0 diterima jika Fhitung > Ftabel pada α = 5 % H1 diterima jika Fhitung > Ftabel pada α = 5 % c. Uji t (Uji Parsial)

Pengujian ini digunakan untuk menentukan apakah dua sampel tidak

berhubungan, memiliki rata-rata yang berbeda. Uji t dilakukan dengan cara

membandingkan perbedaan antara nilai dua nilai rata-rata dengan standar error

(50)

H0 : b1, b2= 0, artinya secara bersama-sama terdapat tidak berpengaruh yang

positif dari variabel bebas (X1, X2) yaitu berupa kecerdasan intelektual dan

emosional terhadap kinerja karyawan sebagai variabel terikat (Y).

H1 : b1, b2 ≠ 0, artinya secara bersama-sama terdapat berpengaruh yang positif dari variabel bebas (X1, X2) yaitu berupa kecerdasan intelektual dan emosional

terhadap kinerja karyawan sebagai variabel terikat (Y).

Kriteria pengambilan keputusan :

(51)

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Perusahaan

4.1.1 Sejarah Singkat Perusahaan

Tanggal 16 Desember 1895 dalam masa penjajahan Belanda, Raden Bei

Patih Aria Wirya Atmadja cs. Mendirikan De Poerwokertosche Hulpen Spaar

Bank der Inlandsche Hoofden sebagai bank yang lebih dikenal dengan Bank

Priyayi. Tanggal 19 Desember 1943 De Poerwokertosche Hulpen Spaar Bank

der Inlandsche Hoofden berubah nama menjadi Algemene Volkcredit Bank

(AVB).

Masa pendudukan Jepang sebutan Algemene Volkcredit Bank (AVB)

diganti menjadi Syomin Ginko yang artinya Bank Rakyat. Pada tanggal 22 Maret

1946 masa kemerdekaan, Bank Rakyat (dahulu AVB / syomin ginko) ditetapkan

sebagai bank pemerintah, sehingga Bank Rakyat Indonesia pada waktu itu

menjadi satu-satunya bank pemerintah yang pertama kali didirikan setelah

kemerdekaan, dan satu-satunya bank pemerintah yang pertama kali dapat

memberikan modal permulaan kepada Yayasan Bank Negara Indonesia.

Tanggal 21 April 1951 Bank Rakyat Indonesia ditetapkan sebagai Bank

Menengah dan pada tanggal 29 Agustus 1951 Algemene Volkcredit Bank (AVB)

dibubarkan, sehingga Bank Rakyat Indonesia menjadi ahli waris satu-satunya dari

Algemene Volkcredit Bank (AVB).

(52)

II merupakan wadah bagi ex. Bank Koperasi Tani dan Nelayan, dimana ex. Bank

Rakyat Indonesia bekerja dibidang rural dan ex. Nhm bekerja dibidang export

import.

Tahun 1982 Direksi menugasi sebuah team untuk mengkaji kembali

tentang tanggal berdiri Bank Rakyat Indonesia, hasil dituangkan dalam Surat

Keputusan Direksi Bank Rakyat Indonesia No. Kep: s.67-dir/12/1982, tanggal 2

Desember 1982 secara resmi ditetapkan bahwa Bank Rakyat Indonesia didirikan

pada tanggal 16 Desember 1895, yaitu tanggal dimana embrio Bank Rakyat

Indonesia bernama De Poerwokertosche Hulpen Spaarbank der Inlandsche

Hoofden didirikan pertama kali oleh Raden Bei Patih Aria wirya Atmadja.

4.1.2 Visi dan Misi Perusahaan

Visi : Menjadi Bank Komersial terkemuka yang selalu mengutamakan

kepuasan pelanggan

Misi :

1. Melakukan kegiatan perbankan yang terbaik dengan mengutamakan

pelayanan pada usaha mikro, kecil, dan menengah untuk menunjang

peningkatan ekonomi masyarakat

2. Memberikan pelayan prima kepada nasabah melalu jaringan yang tersebar

luas dan didukung oleh SDM yang professional dengan melaksanakan

Good Corporate Governance

3. Memberikan keuntungan dan manfaat yang optimal kepada pihak-pihak

(53)

4. Menjadikan bank sehat dan salah satu dari bank terbesar dalam asset dan

keuntungan

5. Menjadi bank terbesar dan terbaik dalam pengembangan agribisnis

6. Menjadi salah satu bank go public yang terbaik

7. Menjadi bank yang terbaik dan terbesar dalam pengembangan usaha

mikro, kecil, menengah

8. Menjadi bank yang melaksanakan Good Corporate Governance secara

konsisten

9. Menjadikan budaya kerja BRIsebagai sikap dan perilaku semua insan BRI

4.1.3 Struktur Organisasi

1. Struktur Organisasi

Dalam struktur organisasi terdapat kerangka kerja yang menggambarkan

hubungan tiap-tiap bagian. Berikut bagan organisasi PT. Bank Rakyat

(54)

Keterangan:

AO : Account Officer ADK : Administrasi Kredit SDM : Sumber Daya Manusia LAIM : Laporan dan Informasi OB : Over Booking TKK : Tim Kurir Kas DJB : Dana Jasa Bank PAU : Petugas Administrasi Unit AMO : Petugas Rekonsiliasi Unit AMBM : Assisten Manajer Operasional UPN : Unit Pelayanan Nasabah

Sumber : PT. BRI Cabang Binjai Gambar 4.1 Bagan struktur Organisasi

2. Uraian Tugas Tiap Bagian

a. Pemimpin Cabang

Mengawasi dan mengkoordinir pembinaan, pengembangan dan

pengelolaan usaha-usaha BRI terutama yang berada dic cabangnya.

Memonitor dan membina pengembangan kantor unit yang berada di

cabangnya. Mengidentifikasi potensi-potensi bisnis mikro, ritel dan

(55)

b. AMO (Assisten Manajer Operasional)

Mengawasi jalannya seluruh kegiatan operasional kantor cabang.

Menyelesaikan kendala-kendala operasional seperti dalam hal

melayani nasabah, termasuk permasalahan perangkat computer.

c. AMBM (Assisten Manajer Bisnis Mikro)

Mengkoordinir kegiatan operasional dan administrasi kantor unit.

d. Supervisor Administrasi Kredit

Mengawasi administrasi yang berhubungan dengan keseluruhan

pinjaman. Bertanggung jawab terhadap legal aspek (aspek hukum

yang harus dipenuhi oleh bank dan nasabah).

e. Supervisor Pelayanan Intern

Mengawasi seluruh asset fisik kantor cabang dan kantor unit seperti

gedung, kendaraan, inventaris, dan lain-lain. Mengawasi pekerjaan

yang dilakukan oleh supervisor lainnya dalam kebutuhan tenaga kerja.

f. Supervisor Pelayanan

Mengawasi teller tunai. Menjembatani antara teller tunai dengan

Asisten Manajer Operasioanl khusus untuk tambahan kas maupun

setoran kebutuhan kas teller tunai.

g. Supervisor Administrasi

Mengawasi kegiatan administrasi dan rekonsiliasi kantor unit.

h. Account Officer Komersil

Melayani nasabah pinjaman di luar PNS dan pensiunan dan dana

(56)

i. Account Officer Konsumer

Melayani nasabah-nasabah kepada PNS dan pensiunan.

j. Account Officer Program

Melayani pinjaman-pinjaman yang dananya berasal dari pemerintah

pusat maupun daerah.

k. Administrasi Kredit Komersial

Melayani calon nasabah pinjaman unit selain PNS dan Pensiunan.

Membuat laporan-laporan yang berhubungan dengan pinjaman

tersebut.

l. Administrasi Kredit Konsumtif

Melayani nasabah pinjaman PNS dan pensiunan. Membuat laporan

yang berhubungan dengan pinjaman tersebut.

m. Sekretaris

Membantu pimpinan sesuai dengan perintah. Menjembatani antara

pegawai dengan pimpinan.

n. SDM

Memenuhi kebutuhan dan permintaan seluruh pegawai. Mengurus

perjalanan dinas maupun biaya-biaya yang berhubungaan dengan

penugasan pegawai. Mengurus administrasi cuti, pembayaran gaji

pegawai.

o. Logistik

Memenuhi seluruh kebutuhan atau perlengkapan operasional kantor

(57)

p. LAIM (Laporan dan Informasi)

Membuat laporan perubahan angka-angka yang berhubungan dengan

neraca kantor cabang. Menyiapan data perkembangan neraca yang

dicetak setiap hari.

q. Teller Tunai

Melakukan pembukuan transaksi yang merupakan uang tunai baik

setoran maupun pengambilan.

r. Teller Over Booking

Membuktikan transaksi-transaksi over booking ke dalam computer

pembukuan berdasarkan berdasarkan bukti pembayaran / over booking

yang dibuat oleh masing-masing seksi.

s. Kliring

Membukukan warkat kliring berupa bilyet giro, wesel, tagihan lainnya

milik giro, pinjaman yang melakukan transaksi, antara bank BRI

dengan bank lainnya.

t. Tim Kurir Kas

Membantu kantor cabang ataupun unit dalam memenuhi kebutuhan

kas fisik (uang).

u. UPN (Unit Pelayanan Nasabah)

Memberikan informasi kepada nasabah dan masyarakat lainnya

(58)

v. DJB (Dana Jasa Bank)

Melayani nasabah yang mebuka rekening simpanan atau dana dan

nasabah yang memerlukan pelayanan mengirim uang. Membuat

laporan-laporan yang berhubungan dengan pengumulan dana dan jasa

bank lainnya.

w. PAU (Petugas Administrasi Unit)

Membuat laporan-laporan yang berhubungan dengan opersional unit.

x. PRU (Petugas Rekonsiliasi Unit)

Menerima dan mengirim/meregistrasi nota-nota pembukuan antara

cabang dan unit.

y. Pemilik

Mengawasi operasional kantor unit. Mensupport serta ikut mengatasi

permasalahan yang ada di kantor unit.

4.1.4 Jenis Kompensasi yang Diberikan

1. Pemberian penghargaan

Pemberian penghargaan merupakan suatu bentuk pengakuan perusahaan

terhadap kinerja dan masa kerja pegawai dengan pertimbangan asas

keadilan. Bentuk penghargaan yang diberikan antara lain :

a. Financial Reward (Penghargaan dalam bentuk uang)

1) Insentif, besarnya ditentukan pada saat periode penilaian kerja dan

diberikan kepada pegawai dengan memperhatikan sebelumnya

(59)

2) Bonus, yaitu penghargaaan yang pemberiannya merupakan hak dan

kewenangan RUPS

3) Penghargaan financial lainnya, seperti kenaikan upah tahunan,

pemberian uang penghargaan tanda jasa masa kerja 20, 25, dan 30

tahun.

b. Non Finansial Reward (Penghargaan dalam bentuk selain uang)

1) Piagam penghargaan

2) Medali / cincin

Tabel 4.1 dapat dilihat Piagam dan medali sebagai Non Financial Reward

(Penghargaan dalam bentuk selain uang) yang diberikan PT. Bank Rakyat

Indonesia sesuai dengan masa kerja karyawan.

Tabel 4.1

Penghargaan Dalam Bentuk Selain Uang

No Keterangan

1 Piagam Penghargaan Diberikan Diberikan Diberikan

2 Medali / cincin Tidak diberikan Diberikan Diberikan

Sumber : PT. BRI (Persero)Tbk, Cabang Binjai

2. Pemberian Tunjangan

a. Bentuk tunjangan:

1) Tunjangan konjungtur, yang bertujuan untuk menyesuaikan upah

terhadap perkembangan tingkat kelemahan biaya hidup / inflasi

2) Tunjangan sewa rumah

Gambar

Gambar 2.2 : Kerangka Konseptual
Tabel 3.1  Definisi Operasional Variabel
Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel (Lanjutan)
Tabel 3.2 Instrument Skala Likert
+7

Referensi

Dokumen terkait

Metode analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif dan analisis regresi linear berganda..Hasil penelitian menunjukkan bahwa disiplin dan imbalan secara

Metode Analisis data menggunakan metode deskriptif dan metode kuantitatif yaitu dengan Analisa data Regresi Linier berganda yang digunakan untuk mengukur

Metode analisis data menggunakan metode deskriptif dan metode kuantitatif yaitu dengan menggunakan Analisis Regresi linier berganda yang digunakan untuk mengukur pengaruh

Metode analisis regresi berganda dalam penelitian ini digunakan untuk mengukur besarnya pengaruh variabel independen yakni, latar belakang pendidikan (X1) dan

Metode analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif dan analisis regresi linear berganda..Hasil penelitian menunjukkan bahwa disiplin dan imbalan secara

Metode analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif dan analisis regresi linear berganda..Hasil penelitian menunjukkan bahwa disiplin dan imbalan secara

Metode analisis data menggunakan metode deskriptif dan Regresi Linear Sederhana yang digunakan untuk mengukur pengaruh Kepuasan Kerja (X) terhadap Komitmen Karyawan pada PT.. Adhi

VOL:2,NO:2,TAHUN:2021 1002 Analisis Regresi Linear Berganda Analisi regresi linear digunakan untuk mengukur kekuatan hubungan antara dua variabel atau lebih, juga menunjukkan arah