PENGARUH KECERDASAN INTELEKTUAL DAN
KECERDASAN EMOSIONAL DALAM
MENINGKATKAN KINERJA
KARYAWAN PADA
PT. BRI CABANG
BINJAI
OLEH :
CUT ABIGAIL ODE
080521154
FAKULTAS EKONOMI
DEPARTEMEN MANAJEMEN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ABSTRAK
Penelitian ini berjudul “Pengaruh Kecedasan Intelektual dan Kecerdasan Emosional Terhadap Kinerja Karyawan”. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Pengaruh Kecedasan Intelektual (X1) dan Kecerdasan Emosional (X2) terhadap Kinerja karyawan pada PT. BRI Cabang Binjai.
Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksplanasi, yaitu penelitian dapat dikaji menurut tingkatannya yang didasarkan kepada tujuan dan objek-objeknya. Populasi dalam penelitian ini adalah karyawan tetap pada PT. Bibit Baru Medan Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah kuesioner, wawancara dan studi dokumentasi. Data diproses dengan menggunakan SPSS 15.0 for windows. Metode analisis data menggunakan metode deskriptif dan metode kuantitatif yaitu dengan analisis Regresi Linear Berganda yang digunakan untuk mengukur pengaruh Kecedasan Intelektual (X1) dan Kecerdasan Emosional (X2) terhadap Kinerja karyawan pada PT. BRI Cabang Binjai.
Berdasarkan uji F variabel bebas (Kecedasan Intelektual dan Kecerdasan Emosional) secara bersama-sama memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap variabel terikat (Kinerja Karyawan). Melalui pengujian koefisien korelasi (R) diperoleh bahwa tingkat korelasi atau hubungan antara Kecedasan Intelektual dan Kecerdasan Emosional terhadap Kinerja Karyawan merupakan hubungan yang erat. Konflik merupakan faktor yang paling dominan mempengaruhi Kinerja Karyawan PT. BRI Cabang Binjai
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yesus Kristus, Allah yang Maha Kuasa atas
kasih yang diberikan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan penulisan
skripsi ini yang berjudul “Pengaruh Kecedasan Intelektual dan Kecerdasan
Emosional Terhadap Kinerja Karyawan Pada PT. BRI Cabang Binjai".
Penulisan skripsi ini dilakukan untuk memenuhi salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Manajemen Fakultas
Ekonomi Universitas Sumatera Utara Medan tahun akademik 2010/2011. Penulis
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada kedua orangtua tercinta,
Ayahanda Tuasal Sitinjak dan Ibunda Nurmalam N.Sinaga untuk segala doa,
kasih sayang dan pengorbanannya yang selalu mendukung penulis. Pada
kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Sumatera Utara.
2. Ibu Dr. Isfenti Sadalena, SE, ME selaku Ketua Departemen Manajemen
Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
3. Ibu Dra. Marhayanie, M.Si selaku sekretaris Departemen Manajemen
Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
4. Ibu. Dr. Endang Sulistya Rini, SE, M.Si selaku Ketua Program Studi S1
Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
5. Ibu Dr. Elisabeth Siahaan, SE, Msi selaku Dosen Pembimbing.
7. Ibu Dra.Friska Sipayunh, Msi, selaku Dosen Penguji II.
8. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
9. Seluruh Pegawai Departemen Manajemen Universitas Sumatera Utara.
10.Seluruh pihak manajemen dan karyawan PT.BRI Cabang Binjai
.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, masih
banyak kekurangan baik dalam isi maupun penyajiannya. Semoga skripsi ini
bermanfaat bagi semua pihak. Terima kasih.
Medan, September 2011
Penulis
DAFTAR ISI
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Teoritis ... 6
2.1.6 Meningkatkan Kecerdasan Emosional ... 17
2.1.7 Pengertian Kinerja ... 18
2.1.8 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja ... 18
2.1.9 Prinsip Dasar Manajemen Kinerja ... 20
2.1.10 Hubungan Kecerdasan Intelektual dan Kinerja ... 21
2.1.11 Hubungan Kecerdasan Emosional dan Kinerja ... 22
3.11.1 Uji Asumsi Klasik ... 36
3.11.2 Analisis Regresi ... 38
3.11.3 Uji Hipotesis ... 38
DAFTAR TABEL
No. Judul Halaman
3.1 Definisi Operasional Variabel ... 28
3.2 Instrument Skala Likert ... 30
3.3 Uji Validitas ... 33
3.4 Uji Realibilitas ... 35
4.1 Penghargaan Dalam Bentuk Selain Uang ... 49
4.2 Karakteristik Responden Menurut Usia ... 52
4.3 Karakteristik Responden Menurut Jenis Kelamin ... 53
4.4 Karakteristik Responden Menurut Pendidikan Terakhir .. 54
4.5 Karakteristik Responden Menurut Lama Bekerja ... 55
4.6 Data Instrumen Kecerdasan Intelektual ... 57
4.7 Data Instrumen Kecerdasan Emosional ... 58
4.8 Data Instrumen Kinerja ... 61
4.9 Variables Entered/ Removed ... 64
4.10 Uji Multikolinearitas ... 67
4.11 Uji F ... 69
4.12 Uji t ... 70
DAFTAR GAMBAR
No. Judul Halaman
2.2 Kerangka Konseptual ... ... 26
4.1 Bagan Struktur Organisasi ... 44
4.2 Normal P-P plot ... 64
4.3 Scatterplot ... 65
DAFTAR LAMPIRAN
No. Judul Halaman
1. Kuesioner Penelitian ... 78
2. Tabulasi Uji Validitas ... 82
3. Hasil Uji Validitas dan Realibilitas ... 83
4. Distribusi Jawaban Responden Penelitian ... 86
5. Frekuensi Jawaban Responden Penelitian ... 89
6. Hasil Uji Asumsi Klasik ... 96
ABSTRAK
Penelitian ini berjudul “Pengaruh Kecedasan Intelektual dan Kecerdasan Emosional Terhadap Kinerja Karyawan”. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Pengaruh Kecedasan Intelektual (X1) dan Kecerdasan Emosional (X2) terhadap Kinerja karyawan pada PT. BRI Cabang Binjai.
Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksplanasi, yaitu penelitian dapat dikaji menurut tingkatannya yang didasarkan kepada tujuan dan objek-objeknya. Populasi dalam penelitian ini adalah karyawan tetap pada PT. Bibit Baru Medan Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah kuesioner, wawancara dan studi dokumentasi. Data diproses dengan menggunakan SPSS 15.0 for windows. Metode analisis data menggunakan metode deskriptif dan metode kuantitatif yaitu dengan analisis Regresi Linear Berganda yang digunakan untuk mengukur pengaruh Kecedasan Intelektual (X1) dan Kecerdasan Emosional (X2) terhadap Kinerja karyawan pada PT. BRI Cabang Binjai.
Berdasarkan uji F variabel bebas (Kecedasan Intelektual dan Kecerdasan Emosional) secara bersama-sama memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap variabel terikat (Kinerja Karyawan). Melalui pengujian koefisien korelasi (R) diperoleh bahwa tingkat korelasi atau hubungan antara Kecedasan Intelektual dan Kecerdasan Emosional terhadap Kinerja Karyawan merupakan hubungan yang erat. Konflik merupakan faktor yang paling dominan mempengaruhi Kinerja Karyawan PT. BRI Cabang Binjai
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Faktor penentu keberhasilan perusahaan adalah kinerja dan produktivitas
karyawan. Kinerja pada dasarnya adalah apa yang dilakukan karyawan sehingga
mempengaruhi banyaknya kontribusi yang diberikan kepada perusahaan termasuk
pelayanan yang berkualitas yang disajikan. Kesuksesan dari perusahaan bisa
dilihat dari pekerjaan yang telah dicapai oleh karyawannya, oleh sebab itu
perusahaan menuntut agar para karyawannya mampu menampilkan kinerja yang
optimal karena baik buruknya kinerja yang dicapai oleh karyawan akan
berpengaruh pada keberhasilan perusahaan secara keseluruhan.
Di dalam suatu perusahaan, karyawan harus mempunyai kecerdasan
intelektual dan kecerdasan emosional untuk meningkatkan kinerja karyawan.
Intelektual merupakan kumpulan sistematis dari kemampuan untuk berpikir dan
bertindak secara terarah serta mengolah informasi secara efektif, untuk mencapai
tujuan tertentu. Tetapi, saat ini kinerja seorang karyawan bukan hanya ditunjang
oleh kemampuan intelektual namun juga didukung oleh kemampuan pengendalian
emosi dalam berhubungan dengan seseorang. Masyarakat beranggapan bahwa
semakin tinggi IQ (Intelligence Quotient) seseorang semakin berhasil orang
tersebut dalam pekerjaan. Namun menurut Goleman (2000 : 46) melalui
penelitiannya mengatakan bahwa kecerdasan EQ (Emosional Quotient)
menyumbang 80 % dari faktor penentu kesuksesan seseorang, sedangkan 20 %
ini bahwa tidak hanya keunggulan kecerdasan intelektual saja yang diperlukan
untuk mencapai kesuksesan tetapi diperlukan sejenis keterampilan lain yaitu
pengendalian emosi untuk menjadi yang terdepan. Sumber daya manusia
merupakan yang terpenting dalam suatu perusahaan dimana karyawan
memberikan tenaga, bakat, kreatifitas, dan usaha mereka kepada perusahaan. Oleh
karena itu manusia merupakan asset perusahaan yang kinerja karyawan tak hanya
dilihat dari kemampuan kerja yang sempurna tetapi dalam menguasai dan
mengelola diri sendiri.
Salah satu praktek penilaian kinerja terhadap karyawan PT BRI Cabang
Binjai sebagaimana terlaksana, mencerminkan kemampuan karyawan untuk
memahami tujuan perusahaan, sasaran dan harapan perusahaan. Perusahaan
menuntut karyawannya untuk bertindak cepat, tepat, dan akurat yang didukung
dengan keluwesan dan keramahan dalam melayani nasabah.
Kemudian masalah yang timbul dalam pekerjaan yang dilakukan
karyawan adalah kreatifitas dan inisiatif karyawan untuk melakukan sesuatu yang
menurutnya lebih baik akan hanya menjadi keinginan dan harapan yang tidak
terlaksana karena terbebani dan terikat oleh kebijakan perusahaan atau pendapat
yang berbeda dengan atasan. Kemudian kemampuan intelektual yang diperlukan
untuk menjalankan kecerdasan angka, kecerdasan verbal, pelanaran induktif,
penalaran deduktif, visualisi spasial karena pekerjaan yang berbeda-beda
menuntut karyawan tersebut untuk menggunakan kecerdasan intelektualnya.
Makin banyak tuntutan pemrosesan informasi dalam pekerjaan, makin banyak
dapat melakukan pekerjaan tersebut dengan hasil yang maksimal maka kecerdasan
intelektual yang tinggi akan mendukung kinerja karyawan sehingga apabila terjadi
hambatan dalam perkerjaan karyawan tersebut dapat memperoleh pemecahan
masalahnya dan meningkatkan kinerja karyawan. Misalnya masalah hasil kerja
yang mengalami penurunan, pencapaian target masih mengalami hambatan,
standar kerja masih ada yang tidak sesuai dengan harapan. Selain itu, perusahaan
memuntut agar karyawan memiliki kreatifitas dan inisatif karyawan untuk
melakukan pekerjaan yang dapat mempersingkat waktu dan memperoleh hasil
yang maksimal sehingga nasabah memperoleh pelayanan yang terbaik.
Masalah yang sering dihadapi perusahaan berhubungan dengan kecerdasan
emosional diantaranya adalah menghadapi nasabah yang mempunyai tingkat
pemahaman yang berbeda-beda disebabkan oleh latar belakang faktor pendidikan
yang beranekaragam sehingga mengakibatkan karyawan harus mengendalikan
emosinya, kemudian ketidakpuasan nasabah dalam menerima penjelasan dari
karyawan yang melayani keluhan-keluhan nasabah maka karyawan tersebut harus
mampu memanajemen dirinya sehingga emosi yang timbul tidak menjadi
kemarahan bagi nasabah karena nasabah harus diberikan pelayanan yang terbaik
agar menjadi nasabah yang tetap di PT. BRI Cabang Binjai sehingga tingkat
kinerja karyawan semakin tinggi dan dapat memberikan keuntungan bagi
perusahaan.
PT. BRI Cabang Binjai merupakan perusahaan yang bergerak pada bidang
perbankan, dimana banyak pekerjaan yang dilakukan para karyawan berkaitan
serta memberikan pelayanan yang terbaik kepada nasabah. Sehingga kecerdasan
intelektual dan kecerdasan emosional sangat diperlukan untuk meningkatkan
kinerja karyawan. Dengan pemahaman ini pimpinan dapat memahami kebutuhan
karyawan yang ada di PT. BRI Cabang Binjai untuk mencapai tujuan perusahaan
sebab penurunan kemampuan dan kepribadian karyawan akan berdampak pada
hasil kerja karyawan yang senantiasa mengalami penurunan dan tidak tercapainya
target kerja yang diharapkan.
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan di atas, maka penulis tertarik
untuk melakukan penelitian dalam sebuah skripsi yang berjudul “Pengaruh
Kecerdasan Intelektual dan Kecerdasan Emosional Dalam Meningkatkan Kinerja
Karyawan Pada PT. BRI Cabang Binjai”.
1.2 Perumusan Masalah
Mengacu pada latar belakang masalah, maka perumusan masalah yang
menjadi dasar dalam penelitian ini adalah : “Apakah kecerdasan intelektual dan
kecerdasan emosional berpengaruh terhadap kinerja karyawan PT. BRI Cabang
Binjai”?
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah :
a. Untuk mengetahui pengaruh kecerdasan intelektual dalam meningkatkan
b. Untuk mengetahui pengaruh kecerdasan emosional (EQ) dalam
meningkatkan kinerja karyawan pada PT. BRI Cabang Binjai.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah :
a. Bagi perusahaan, yaitu pihak manajemen dapat melakukan usaha-usaha
yang lebih efektif dan efisien guna mendapatkan hasil tentang tingkat
kecerdasan intelektual dan kecerdasan emosional dalam meningkatkan
kinerja karyawan pada PT. BRI Cabang Binjai.
b. Bagi penulis, yaitu menambah pengetahuan penulis dalam bidang yang
diteliti secara teoritis maupun aplikasi.
c. Bagi pihak lain, yaitu memberikan sumbangan pemikiran atau referensi
bagi pihak-pihak yang berkepentingan terutama bagi mahasiswa yang akan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Uraian Teoritis
2.1.1 Definisi Kecerdasan Intelektual
Kemampuan intelektual Robbins (2001:57) adalah kemampuan yang
diperlukan untuk menjalankan kegiatan mental, berpikir, menalar dan
memecahkan masalah. Tes IQ, misalnya dirancang untuk memastikan
kemampuan intelektual umum seseorang. Demikian juga tes saringan masuk
perguruan tinggi yang populer seperti SAT dan ACT serta tes masuk S2 dalam
bisnis (GMAT), hukum (SAT), dalam kedokteran (MCAT).
Terdapat perbedaan tuntutan pekerjaan bagi karyawan untuk
mengimplementasikan kemampuan intelektualnya. Semakin rumit pekerjaan
yang diemban maka karyawan tersebut tentu saja IQ nya harus semakin tinggi.
Berbicara secara umum, semakin banyak tuntutan informasi dalam suatu
pekerjaan, semakin banyak kecerdasan intelektual diperlukan untuk menghasilkan
pekerjaan yang maksimal.
William Stern dalam Ngalim Purwanto (2007:52) mengemukakan
inteligensi adalah kesanggupan untuk menyesuaikan diri kepada kebutuhan baru
dengan menggunakan alat-alat berpikir yang sesuai tujuannya. Seorang ilmuwan
dari Amerika adalah orang yang membuat tes inteligensi WAIS dan WISC yang
banyak digunakan di seluruh dunia. Ia mengemukakan bahwa inteligensi adalah
dan berpikir secara bermakna serta bisa berinteraksi dengan lingkungan secara
efisien (Anastasi dan Urbina, 2001:220).
Spearman mengelompokan inteligensi ke dalam dua kategori. Kategori
yang pertama adalah g (general) faktor atau biasa disebut dengan kemampuan
kognitif yang dimiliki individu secara umum, misalnya kemampuan mengingat
dan berpikir. Kategori yang kedua disebut dengan s (specific) faktor yaitu
merupakan kemampuan khusus yang dimiliki individu (Eysenck, 2001:13). G
faktor lebih merupakan potensi dasar yang dimiliki oleh setiap orang untuk belajar
dan beradaptasi. Intelligensi ini dipengaruhi oleh faktor bawaan. Faktor s
merupakan intelligensi yang dipengaruhi oleh lingkungan sehingga faktor s yang
dimiliki oleh orang yang satu akan berbeda dengan orang yang lain.
Setiap faktor s pasti mengandung faktor g. Istilah inteligensi digunakan
dengan pengertian yang luas dan bervariasi, tidak hanya oleh masyarakat umum
tetapi juga oleh anggota-anggota berbagai disiplin ilmu. Anastasi (2001 : 220)
mengatakan IQ adalah ekspresi dari tingkat kemampuan individu pada saat
tertentu, dalam hubungan dengan norma usia yang ada sehingga inteligensi
bukanlah kemampuan tunggal tetapi merupakan kumpulan dari berbagai fungsi.
Istilah ini umumnya digunakan untuk mencakup gabungan
kemampuan-kemampuan yang diperlukan untuk bertahan dan maju dalam budaya tertentu.
Kemampuan intelektual ini dapat diukur dengan suatu alat tes yang biasa disebut
IQ (Intellegence Quotient).
Pengukuran kecerdasan intelektual tidak dapat diukur hanya dengan satu
kemampuan kognitif tersebut, yang utama adalah dengan menggunakan tiga
pengukuran yaitu kemampuan verbal, kemampuan matematika, dan kemampuan
ruang (Moustafa dan Miller, 2003:5). Pengukuran lain yang termasuk penting
seperti kemampuan mekanik, motorik dan kemampuan artistik tidak diukur
dengan tes yang sama, melainkan dengan menggunakan alat ukur yang lain. Hal
ini berlaku pula dalam pengukuran motivasi, emosi dan sikap (Moustafa dan
Miller, 2003:5). Penelitian yang pernah dilakukan oleh Wiramiharja (2003:80)
menemukan bahwa kecerdasan intelektual dan kecerdasan emosional yang lebih
bersifat kognitif memiliki korelasi positif yang bersifat signifikan dengan kinerja
karyawan.
Kinerja kerja seseorang dapat diprediksi berdasarkan seberapa besar orang
tersebut memiliki g faktor. Seseorang yang memiliki kemampuan g (general)
faktor maka kinerjanya dalam melaksanakan suatu pekerjaan juga akan lebih baik,
meskipun demikian kemampuan s (specific) juga berperan penting dalam
memprediksi bagaimana kinerja sesorang yang dihasilkan.
Atas dasar berbagai pandangan tersebut dapat dinyatakan bahwa
intelegensi adalah kecerdasan seseorang untuk memecahkan masalah pada
umumnya. Intelegensi sebagian besar tergantung pada turunan. Pendidikan atau
lingkungan tidak begitu berpengaruh kepada intelegensi seseorang. Warterik
seorang mahaguru di Amsterdam, menyatakan bahwa menurut penyelidikannya
belum dapat dibuktikan bahwa intelegensi dapat dilatih. Belajar berpikir hanya
Pendapat-pendapat baru membuktikan bahwa intelegensi pada karyawan
yang lemah pikiran dapat juga dididik dengan cara yang lebih tepat. Kenyataan
membuktikan bahwa daya pikir yang telah mendapat didikan dari sekolah,
menunjukkan sifat-sifat yang lebih baik daripada anak yang tidak bersekolah.
Pada umumnya siswa IQ rendah memiliki tingkat partisipasi yang rendah dalam
pembelajaran dan sebaliknya siswa dengan IQ tinggi memiliki partisipasi yang
tinggi, hal ini berpengaruh terhadap pencapaian prestasi belajarnya.
Dari batasan yang dikemukakan di atas, dapat kita ketahui bahwa
Intelektual itu ialah faktor total berbagai macam daya jiwa erat bersangkutan di
dalamnya termasuk ingatan, fantasi, perasaan, perhatian, minat, dan sebagainya.
Kita hanya dapat mengetahui intelegensi dari tingkah laku atau perbuatannya yang
tampak. Intelegensi hanya dapat kita ketahui dengan cara tidak langsung, melalui
kelakuan intelektualnya.
Tujuh dimensi menurut Robbins (2001:58) dalam kecerdasan intelektual
adalah:
1. Kecerdasan angka
Merupakan kemampuan untuk menghitung dengan cepat dan tepat
2. Pemahaman verbal
Merupakan kemampuan memahami apa yang dibaca dan didengar
3. Kecepatan persepsi
Merupakan kemampuan mengenali kemiripan dan beda visual dengan
4. Penalaran induktif
Merupakan kemampuan mengenali suatu urutan logis dalam suatu masalah
dan kemudian memecahkan masalah itu
5. Penalaran deduktif
Merupakan kemampuan menggunakan logika dan menilai implikasi dari
suatu argumen
6. Visualilsasi spasial
Merupakan kemampuan membayangkan bagaimana suatu obyek akan
tampak seandainya posisinya dalam ruang dirubah
7. Daya ingat
Merupakan kemampuan menahan dan mengenang kembali pengalaman
masa lalu
2.1.2 Perbuatan Intelektual
Inteligensi tidak dapat diamati secara langsung, melainkan harus
disimpulkan dari berbagai tindakan nyata yang merupakan kesimpulan dari proses
berpikir rasional. Suatu perbuatan dapat dianggap intelektual bila memenuhi
beberapa syarat antara lain:
1). Masalah yang dihadapi banyak sedikitnya merupakan masalah yang baru
bagi yang bersangkutan.
2). Perbuatan intelektual sifatnya serasi, memiliki tujuan dan ekonomis.
3). Masalah yang dihadapi harus mengandung suatu tingkat kesulitan bagi
4). Keterangan pencapaiannya harus dapat diterima oleh masyarakat.
5). Dalam berbuat intelektual sering kali menggunakan daya
mengabstraksikan.
6). Perbuatan intelektual bercirikan kecepatan, membutuhkan pemusatan
perhatian dan menghindarkan perasaaan yang mengganggu jalannya
pemecahan masalah yang sedang dihadapi.
Ngalim Purwanto (2007:55-56) menyebutkan faktor-faktor yang
mempengaruhi inteligensi yaitu pembawaan, kematangan organ tubuh,
pembentukan dari lingkungan, minat dan pembawaan yang khas serta kebebasan
memilih metode dalam memecahkan masalah.
a. Pembawaan
Pembawaan ditentukan oleh sifat-sifat dan ciri-ciri yang dibawa sejak
lahir. Batas kemampuan kita dalam memecahkan permasalahan, pertama
ditentukan oleh pembawaan kita. Orang ada yang pintar dan ada yang
bodoh meskipun menerima latihan yang sama perbedaan itu masih tetap
ada.
b. Kematangan
Tiap orang dalam tubuh manusia mengalami pertumbuhan dan
perkembangan. Tiap organ dapat dikatakan telah matang jika ia telah
mencapai kesanggupan menjalankan fungsinya masing-masing.
Anak-anak tidak dapat memecahlan soal-soal tertentu karena soal tersebut masih
untuk memecahkan masalah itu. Kematangan erat hubungannya dengan
umur.
c. Pembentukan
Pembentukan adalah segala keadaan diluar diri seseorang yang
mempengaruhi perkembangan intelegensi. Pembentukan ada dua macam
yaitu yang disengaja seperti yang dilakukan di sekolah dan tidak sengaja
yaitu pengaruh alam sekitar.
d. Minat dan pembawaan yang khas
Minat mengarahkan perbuatan kepada suatu tujuan dan merupakan
dorongan bagi perbuatan itu. Dalam diri manusia terdapat motif-motif
yang mendorong manusia untuk berinteraksi dengan dunia luar. Motif
menggunakan dan menyelidiki dunia luar (manipulate and exploring
motives).
e. Kebebasan
Kebebasan mengandung makna bahwa manusia dapat memilih
metode-metode tertentu dalam memecahkan masalah. Dengan kebebasan manusia
dapat menentukan dan mengembangkan cara berfikirnya secara cepat dan
yang mereka anggap akurat. Keterbelakangan, pengekangan akan
mempengaruhi intelektual seseorang.
2.1.3 Test Intelektual (Test IQ)
IQ hanya memberikan sedikit indikasi mengenai taraf kecerdasan
Indeks Kecerdasan atau skor IQ mula-mula diperhitungkan dengan
membandingkan umur mental (Mental Age) dengan umur kronologik
(Chronological Age). Bila kemampuan individu dalam memecahkan
persoalan-persoalan yang disajikan dalam tes kecerdasan (umur mental) tersebut sama
dengan kemampuan yang seharusnya ada pada individu seumur dia pada saat itu
(umur kronologi), maka akan diperoleh skor 1 Skor ini kemudian dikalikan 100
dan dipakai sebagai dasar perhitungan IQ. Tetapi kemudian timbul masalah
karena setelah otak mencapai kematangan, tidak terjadi perkembangan lagi,
bahkan pada titik tertentu akan terjadi penurunan kemampuan.
Dengan membandingkan IQ seseorang dengan suatu normal klasifikasi
akan dapat diketahui apakah orang tersebut termasuk dalam kelompok mereka
yang memiliki kapasitas intelektual superior atau tidak. Penetapan pembatas
angka IQ berbeda-beda karena perbedaan tes IQ yang digunakan dan perbedaan
kepentingan dari hasil klasifikasi tersebut (Azwar 2006:135).
Dalam penelitian ini tes yang digunakan adalah Test Culture Fair
Intelligence (C.F.I.T), terdiri dari tiga skala yang disusun oleh Raymond B. Cattell
dan sejumlah staf penelitian dari Institute of Personality and Ability Testing
(I.P.A.T) di Universitas Illions, Amerika Serikat. Tes ini digunakan subyek
berusia antara 13 tahun sampai dewasa. Menurut teori ”Fluid and Cryctallized
Ability” dari Raymond B. Cattell, tes ini untuk mengukur Fluid Ability yaitu yang
dibawa seseorang sejak lahir.
Di dalam perkembangannya terbentuklah Crystallized Ability yaitu
seberapa jauh peranan Crystallized Ability seseorang adalah tergantung dari
potensi Fluid Ability yang dimilikinya.
2.1.4. Pengertian Kecerdasan Emosional
Salovey dan Mayer mendefinisikan kecerdasan emosional atau yang sering
disebut EQ sebagai : “himpunan bagian dari kecerdasan sosial yang melibatkan
kemampuan memantau perasaan sosial yang melibatkan kemampuan pada orang
lain, memilah-milah semuanya dan menggunakan informasi ini untuk
membimbing pikiran dan tindakan.” (Shapiro, 2006:42).
Seorang ahli kecerdasan emosi, Goleman (2000:13) mengatakan bahwa
yang dimaksud dengan kecerdasan emosi di dalamnya termasuk kemampuan
mengontrol diri, memacu, tetap tekun, serta dapat memotivasi diri sendiri.
Kecerdasan emosional sangat dipengaruhi oleh lingkungan, tidak bersifat
menetap, dapat berubah-ubah setiap saat. Untuk itu peranan lingkungan terutama
orang tua pada masa kanak-kanak sangat mempengaruhi dalam pembentukan
kecerdasan emosional.
Keterampilan EQ bukanlah lawan keterampilan IQ atau keterampilan
kognitif, namun keduanya berinteraksi secara dinamis, baik pada tingkatan
konseptual maupun di dunia nyata. Selain itu, EQ tidak begitu dipengaruhi oleh
faktor keturunan (Shapiro,2006:34). Kecerdasan emosional sangat mempengaruhi
kehidupan seseorang secara keseluruhan mulai dari kehidupan dalam keluarga,
pekerjaan, sampai interaksi dengan lingkungan sosialnya. Oleh karena itu
masalah dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam kehidupan keluarga, pekerjaan
maupun interaksi dengan lingkungan sosial. Orang yang pandai atau berhasil
dalam prestasi akademik sewaktu pendidikan formal ternyata banyak yang gagal
mencapai puncak prestasi sewaktu menempuh karier profesional. Mencapai
prestasi kerja yang baik bukan hanya perlu mengembangkan rational intelligence,
melainkan juga perlu mengembangkan emotional intelligence.
2.1.5 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kecerdasan Emosional
Adapun Faktor-faktor kecerdasan emosional menurut Goleman (2001,
42-43) adalah sebagai berikut :
a. Mengenali Emosi Diri
Mengenali Emosi diri sendiri merupakan suatu kemampuan untuk mengenali
perasaan sewaktu perasaan itu terjadi. Kemampuan ini merupakan dasar dari
kecerdasan emosional, para ahli psikologi menyebutkan kesadaran diri sebagai
metamood, yakni kesadaran seseorang akan emosinya sendiri.
b. Memanajemen Emosi
Memanejemen emosi merupakan kemampuan individu dalam menangani
perasaan agar dapat terungkap dengan tepat atau selaras, sehingga tercapai
keseimbangan dalam diri individu. Menjaga agar emosi yang merisaukan tetap
terkendali merupakan kunci menuju kesejahteraan emosi. “Emosi berlebihan,
yang meningkat dengan intensitas terlampau lama akan mengoyak kestabilan kita.
Kemampuan ini mencakup kemampuan untuk menghibur diri sendiri, melepaskan
ditimbulkannya serta kemampuan untuk bangkit dari perasaan-perasaan yang
menekan.
c. Memotivasi Diri Sendiri
Memotivasi diri sendiri merupakan menata emosi sebagai alat untuk mencapai
tujuan hal yang sangat penting dalam kaitan untuk memberi perhatian, untuk
memotivasi diri sendiri dan menguasai diri sendiri,dan untuk berkreasi. Kendali
diri emosional, menahan diri terhadap kepuasan dan mengendalikan dorongan hati
adalah landasan keberhasilan dalam berbagai bidang. Dan mampu menyesuaikan
diri dalam “flow” memungkinkan terwujudnya kinerja yang tinggi dalam segala
bidang. Orang-orang yang memiliki keterampilan ini cenderung jauh lebih
produktif dan efektif dalam hal apa pun yang mereka kerjakan.
d. Empati (Mengenali Emosi Orang Lain)
Kemampuan seseorang untuk mengenali orang lain atau peduli,
menunjukkan kemampuan empati seseorang. Individu yang memiliki kemampuan
empati lebih mampu menangkap sinyal-sinyal sosial yang tersembunyi yang
mengisyaratkan apa-apa yang dibutuhkan orang lain sehingga ia lebih mampu
menerima sudut pandang orang lain, peka terhadap perasaan orang lain dan lebih
mampu untuk mendengarkan orang lain. Seseorang yang mampu membaca emosi
orang lain juga memiliki kesadaran diri yang tinggi. Semakin mampu terbuka
pada emosinya sendiri, mampu mengenal dan mengakui emosinya sendiri, maka
e. Ketrampilan Sosial
Kemampuan dalam membina hubungan merupakan suatu keterampilan
yang menunjang popularitas, kepemimpinan dan keberhasilan antar pribadi.
Keterampilan dalam berkomunikasi merupakan kemampuan dasar dalam
keberhasilan membina hubungan. Individu sulit untuk mendapatkan apa yang
diinginkan dan sulit juga memahami keinginan serta kemampuan orang lain.
Orang-orang yang hebat dalam keterampilan membina hubungan ini akan sukses
dalam bidang apapun. Orang berhasil dalam pergaulan karena mampu
berkomunikasi dengan lancar pada orang lain. Orang-orang ini populer dalam
lingkungannya dan menjadi teman yang menyenangkan karena kemampuannya
berkomunikasi. Ramah tamah, baik hati, hormat dan disukai orang lain dapat
dijadikan petunjuk positif bagaimana siswa mampu membina hubungan dengan
orang lain. Sejauh mana kepribadian siswa berkembang dilihat dari banyaknya
hubungan interpersonal yang dilakukannya.
2.1.6. Meningkatkan Kecerdasan Emosional (EQ)
Goleman (2001:20) mengatakan bahwa dalam meningkatkan kecerdasan
emosional (EQ) sangat berbeda dengan IQ yang pada umumnya tidak berubah
selama kita hidup. Bila kemampuan kognitif relatif tidak berubah, kecakapan
emosi dapat dipelajari kapan saja. Tidak peduli orang yang tidak peka, pemalu,
pemarah, kikuk atau sulit bergaul dengan orang lain, dengan motivasi dan usaha
2.1.7. Pengertian Kinerja
Menurut Mangkunegara (2001:67) dikemukan pengertian kinerja yaitu :
“hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang karyawan
dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan
kepadanya”.
Kinerja adalah hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau
sekelompok orang dalam suatu organisasi, sesuai dengan wewenang dan tanggung
jawab masing-masing, dalam rangka upaya mencapai tujuan bersangkutan secara
legal, tidak melanggar hukum dan sesuai dengan moral dan etika (Suyadi,
2002:98).
Sedangkan menurut Sutrisno (2009:164), kinerja merupakan hasil upaya
seseorang yang ditentukan oleh kemampuan karakteristik pribadinya serta
persepsi terhadap perannya dalam pekerjaan itu.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas maka dapat ditarik kesimpulan
bahwa gabungan dari tiga faktor penting kemampuan dan minat seseorang
pekerja, kemampuan dan penerimaan atas penjelasan delegasi tugas dan peran
serta tingkat motivasi seorang pekerja. Semakin tinggi ketiga faktor kemampuan,
maka semakin besarlah kinerja karyawan yang bersangkutan.
2.1.8 Faktor-Faktor yang mempengaruhi Kinerja
Banyak faktor yang mempengaruhi kinerja seorang karyawan. Faktor yang
mempengaruhi pencapaian kinerja yang baik menurut Mangkunegara (2001:68)
1.Faktor Kemampuan
Secara psikologis, kemampuan (abilitiy) karyawan terdiri dari kemampuan
potensi (IQ) dan kemampuan reality (knowledge + skill). Artinya
pendidikan yang memadai untuk jabatan dan terampil dalam mengerjakan
pekerjaan sehari-hari, maka ia akan lebih mudah mencapai prestasi yang
diharapkan. Oleh sebab itu, karyawan perlu ditempatkan pada pekerjaan
yang sesuai dengan keahlian (The right man, On The Right Place, The
Right man On the Right Job).
2.Faktor Motivasi
Motivasi terbentuk dari sikap (attitute) seorang karyawan dalam
menghadapi situasi kerja. Motivasi merupakan kondisi yang
menggerakkan diri karyawan yang terarah untuk mencapai tujuan
organisasi (tujuan perusahaan). Sikap mental merupakan kondisi mental
yang mendorong diri karyawan untuk berusaha mencapai prestasi kerja
secara maksimal (sikap mental yang siap secara psikofisik), artinya
seorang karyawan harus siap mental, mampu secara fisik, memahami
tujuan utama dan target kerja yang akan dicapai, mampu memanfaatkan
dalam situasi kerja.
Berdasarkan kutipan di atas diketahui bahwa faktor yang mempengaruhi
kinerja yaitu faktor kemampuan dan faktor motivasi, faktor kemampuan
didasarkan atas potensi yang dimiliki oleh seseorang dalam menjalankan
pekerjaannya sedangkan faktor motivasi didasarkan atas mentanilitas tersebut
2.1.9. Prinsip Dasar Manajemen Kinerja
Manajemen kinerja bekerja atas prinsip dasar yang dapat dijadikan acuan
bersama agar dapat mencapai hasil yang diharapkan. Adapun prinsip dasar
manajemen kinerja menurut Wibowo (2007:11) adalah sebagai berikut:
1. Kejujuran
Kejujuran menunjukkan diri dalam komunikasi umpan balik yang jujur
diantara manajer, pekerja dan rekan kerja. Kejujuran termasuk dalam
mengekspresikan pendapat, menyampaikan fakta dan memberikan
pertimbangan dan perasaan.
2. Pelayanan
Setiap aspek dalam proses kinerja harus memberikan pelayanannya
kepada setiap pekerja, manajer, pemilik dan pelanggan, dalam proses
manajemen kinerja, umpan balik dan pengukuran harus membantu
pekerja dan perencanaan kinerja
3. Tanggung Jawab
Merupakan prinsip dasar dari pengembangan kinerja dengan memahami
dan menerima tanggung jawab atas apa yang mereka kerjakan dan tidak
kerjakan untuk mencapai tujuan mereka. Pekerja belajar tentang apa
yang perlu mereka perbarui.
4. Perumusan Tujuan
Manajemen kinerja dimulai dengan melakukan perumusan dan
mengklarifikasi terlebih dahulu tujuan yang hendak dicapai oleh
selanjutnya tujuan yang telah dirumuskan tersebut dirinci lebih lanjut
menjadi tujuan di tingkat yang lebih rendah, seperti divisi, departemen,
tim dan karyawan
5. Komunikasi Dua Arah
Manajemen kinerja memerlukan gaya manajemen yang bersifat terbuka,
jujur serta mendorong terjadinya komunikasi dua arah antara atasan
dengan bawahan. Komunikasi dua arah ini akan menunjukkan adanya
sikap keterbukaan dan saling pengertian antara dua pihak.
2.1.10 Hubungan Kecerdasan Intelektual dan Kinerja
Dalam kerja erat kaitannya dengan kecerdasan intelektual yang dimiliki
oleh seseorang. Seorang pekerja memiliki IQ tinggi diharapkan dapat
menghasilkan kinerja yang lebih baik dibandingkan mereka yang memiliki IQ
lebih rendah. Hal tersebut karena memiliki IQ tinggi lebih mudah menyerapa
ilmu yang diberikan sehinggga kemampuannya dalam memecahkan masalah yang
berkaitan dengan pekerjaan akan lebih baik.
Penelitian yang pernah dilakukan oleh Wiramiharja (2003:80) menemukan
bahwa kecerdasan yang lebih bersifat kognitif positif yang bersifat signifikan
dengan kinerja karyawan. Ia menyebutkan bahwa prestasi kerja yang dimiliki
oleh seorang pekerja akan membawanya pada hasil yang lebih memuaskan untuk
dapat meningkatkan kinerjanya. Dalam penelitiannya ia memberikan kontribusi
Keseimbangan yang baik antara IQ dan EQ harus dapat dicapai. Orang
yang memiliki EQ yang baik tanpa di tunjang dengan IQ yang baik pula belum
tentu dapat berhasil dalam pekerjaanya. Hal ini karena IQ masih memegang
peranan penting dalam kinerja seseorang, sehinggga keberadaan IQ tidak boleh
dihilangkan begitu saja dan perbaikan kemampuan kognitif adalah cara terbaik
untuk meningkatkan kinerja karyawan.
2.1.11 Hubungan Kecerdasan Emosional dan Kinerja
Dunia kerja mempunyai berbagai masalah dan tantangan yang harus
dihadapi oleh karyawan, misalnya persaingan ketat, tuntutan tegas, suasana kerja
yang tidak nyaman dan maslah hubungan dengan orang lain. Masalah-masalah
tersebut dalam dunia kerja bukanlah suatu hal yang hanya membutuhkan
kemampuan intelektualnya, tetapi dalam menyelesaikan masalah tersebut
kemampuan emosi atau kecerdasan emosi lebih banyak diperlukan. Bila
seseorang dapat menyelesaikan masalah-masalah di dunia kerja dengan emosinya
maka akan menghasilakan kinerja yang lebih baik. Daniel Goleman, seorang
psikolog ternama, dalam bukunya pernah mengatakan bahwa untuk mencapai
kesuksesan dalam dunia kerja bukan hanya cognitive intellingence saja yang
dibutuhkan tetapi juga emotioanal intelligence (Goleman, 2000:37). Secara
khusus para pemimpin perusahaan membutuhkan EQ yang tinggi karena dalam
lingkungan organisasi, berinteraksi dengan banyak orang baik di dalam maupun di
luar lingkungan kerja berperan penting dalam membentuk moral disipin para
Kinerja karyawan akhir-akhir ini tidak hanya dilihat oleh faktor
intelektualnya saja tetapi juga ditentukan oleh faktor emosinya. Seseorang yang
dapat mengontrol emosinya dengan baik maka akan dapat menghasilkan kinerja
yang baik pula. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh Meyer (2004:10)
bahwa kecerdasan emosi merupakan faktor yang sama pentingnya dengan
kombinasi kemampuan teknis dan analsis untuk mengahasilkan kinerja yang
optimal. Salah satu aspek dalam kecerdasan emosi adalah motivasi. Salovey
(dalam Goleman, 2000:58) seperti yang dijelaskan sebelumnya, memotivasi diri
sendiri merupakan landasan keberhasilan yang terwujudnya kinerja yang tinggi
disegala bidang.
2.1.12 Indikator Kinerja
Menurut Sutrisno (2009:152) ada enam indikator dari kinerja yakni:
1. Hasil kerja
Merupakan proses kegiatan yang dilakukan setiap hari dalam
mendukung operasional bank, misalnya: menyediakan kebutuhan data
dan melakukan jurnal transaksi yang diteliti.
2. Pengetahuan pekerjaan
Tingkat pengetahuan yang terkait dengan tugas pekerjaan yang akan
3. Inisiatif
Merupakan pola pikir yang berbeda dalam setiao pengambilan
keputusan kerja, misalnya mengetahui dan memahami persoalan di
lingkungan kerja, mampu meberi saran pada atasan
4. Kecekatan Mental
Tingkat kemampuan dan kecepatan dalam menerima instruksi kerja dan
menyesuaikan dengan cara kerja serta situasi kerja yang ada
5. Sikap
Tingkat semangat kerja serta sikap positif dalam melaksanakan tugas
pekerjaan
6. Disiplin Waktu dan Absensi
Merupakan sikap patuh terhadap aturan yang berlaku.
2.2 Penelitian Terdahulu
Beberapa penelitian terdahulu mengenai kecerdasan emosional dan
kecerdasan intelektual dalam meningkatkan produktivitas adalah penelitian
tentang kemampuan intelektual dilakukan oleh Sutarjo A Wiramiharja pada tahun
2003. Ia meneliti tentang keeratan hubungan antara kecerdasan intelektual dan
kecerdasan emosional dengan kinerja. Subjek penelitian adalah sejumlah jabatan
bertaraf kepala bagian dari sejumlah BUMN di Indonesia sebanyak 43 orang.
Hasilnya terdapat korelasi yang positif untuk semua hasil tes. Terdapat korelasi
yang positif signifikan antara kecerdasan intelektual dan kecerdasan emosional
Penelitian yang dilakukan oleh Ilham H Napitupulu pada tahun 2009
dengan judul pengaruh kecerdasan intelektual dan kecerdasan emosional terhadap
tingkat pemahaman pelajaran akuntansi dengan minat sebagai variabel
moderating. Dengan hasil dimana minat tidak bisa terpisah bila digunakan untuk
menguji pemahaman siswa, karena siswa memperoleh nilai harus mengandalkan
kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional dan minat sangat kecil
kemungkinan mempengaruhi. Dengan demikian minat hanya bisa mendukung
pelajaran akuntansi bila digunakan secara bersama-sama dengan variabel
kecerdasan emosional.
2.3 Kerangka Konseptual
Penelitian yang pernah dilakukan olehWiramiharja (2003:80) menemukan
bahwa kecerdasan yang lebih bersifat kognitif positif yang bersifat signifikan
dengan kinerja karyawan. Ia menyebutkan bahwa prestasi kerja yang dimiliki
oleh seorang pekerja akan membawanya pada hasil yang lebih memuaskan untuk
dapat meningkatkan kinerjanya. Dalam penelitiannya ia memberiakan kontribusi
30% di dalam pencapaian prestasi kerja dan kinerja seseorang.
Kinerja karyawan akhir-akhir ini tidak hanya dilihat oleh faktor
intelektualnya saja tetapi juga ditentukan oleh faktor emosinya. Seseorang yang
dapat mengontrol emosinya dengan baik maka akan dapat menghasilkan kinerja
yang baik pula. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh Meyer (2004:10)
bahwa kecerdasan emosi merupakan faktor yang sama pentingnya dengan
optimal. Salah satu aspek dalam kecerdasan emosi adalah motivasi. Salovey
(dalam Goleman, 2000:58) seperti yang dijelaskan sebelumnya, memotivasi diri
sendiri merupakan landasan keberhasilan yang terwujudnya kinerja yang tinggi
disegala bidang.
Berdasarkan uraian di atas maka kerangka konseptual penelitian ini adalah
sebagai berikut:
Sumber: Wiramiharja (2003:80), Meyer (2004:10), Goleman, (2000:58) Gambar 2.2 : Kerangka Konseptual
2.4 Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini, yaitu kecerdasan intelektual dan
kecerdasan emosional berpengaruh positif signifikan terhadap kinerja karyawan. KECERDASAN
INTELEKTUAL (X1)
KINERJA
KARYAWAN (Y)
KECERDASAN
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian adalah penelitian survei. Penelitian survei menurut
Arikunto (2007 : 236) merupakan suatu jenis penelitian yang banyak dilakukan
oleh penulis dalam bidang sosiologi, bisnis, politik, pemerintahan dan pendidikan.
Penulis menggunakan penelitian survei karena informasi yang diteliti dapat
diperoleh dengan teknik wawancara dan penulis juga memberikan kuesioner
kepada karyawan PT. BRI Cabang Binjai.
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian
3.2.1 Tempat Penelitian
Adapun penelitian ini dilakukan oleh penulis di PT. BRI Cabang Binjai,
yang beralamat di jalan Sutomo No. 6 Binjai Sumatera Utara.
3.2.2 Waktu Penelitian
Penelitian ini berlangsung dari tanggal Juli 2011 sampai dengan Oktober
2011.
3.3. Batasan Operasional
Batasan operasional dilakukan untuk menghindari kesimpangsiuran dalam
tingkat kecerdasan intelektual dan tingkat kecerdasan emosional dalam upaya
meningkatkan kinerja karyawan pada PT. BRI Cabang Binjai.
3.4 Defenisi Operasional Variabel
Pada penelitian ini ada 2 (dua) variabel yaitu variabel terikat atau variabel
independent (Y) dan variabel bebas variabel dependent (X) dimana yang menjadi
variabel terikat (Y) adalah kinerja karyawan. Adapun yang menjadi variabel bebas
pertama (X1) adalah tingkat kecerdasan intelektual dan variabel bebas kedua (X2)
adalah tingkat kecerdasan emosional.
Adapun defenisi operasional dari variabel terikat (Y) dan variabel bebas
(X) adalah sebagai berikut :
Tabel 3.1
Definisi Operasional Variabel
Variabel Definisi Operasional Dimensi Indikator Pengukuran
1.Kecerdasan
a.Kemampuan menghitung dengan cepat b.Kemampuan menghitung dengan akurat
a.Kemampuan memahami apa yang dibaca b.Kemampuan memahami apa yang didengar
a.Kemampuan mengindentifikasi perbedaan visualisasi secara cepat
b.Kemampuan mengindentifikasi perbedaan visualisasi secara tepat
a.Kemampuan mengindentifikasi logis dalam sebuah masalah
b.Kemampuan untuk melakukan pemecahannya
Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel (Lanjutan)
Variabel Definisi Operasional Dimensi Indikator Pengukuran
2.Kecerdasan
a. Kemampuan mengingat nama
b.Kemampuan mengingat pengalaman masa lalu
a.Memahami emosi diri sendiri
b.Memiliki tolak ukur yang realistik atas kemampuan diri sendiri
a. Mengelola emosi dengan tepat b. Mengekspresikan emosi dengan tepat
a. Optimis
b. Dorongan berprestasi
a. Peka terhadap perasaan orang lain b. menumbuhkan hubungan saling percaya
a. Dapat bekerjasama
b. Dapat berkomunikasi dengan orang lain
a. Hasil kerja b. Inisiatif c. Efisiensi
d. Pengetahuan pekerjaan
e.Tepat Waktu dalam dalam menyelesaikan pekerjaan
f.Disiplin Waktu g. Absensi
Skala Likert
Skala Likert
Sumber : Robbins (2001), Goleman (2000), Sutrisno (2009) dan diolah oleh Peneliti
3.5 Skala Pengukuran Variabel
Pengukuran masing-masing variabel dalam penelitian adalah dengan
menggunakan skala likert. Skala likert digunakan untuk mengukur sikap,
pendapat, dan persepsi seseorang atau kelompok orang tentang fenomena sosial.
item-item instrumen yang dapat berupa pernyataan atau pertanyaan (Sugiyono,
2005:86).
Tabel 3.2
Instrument Skala Likert
Sumber: Sugiyono (2005 : 86)
3.6 Populasi dan Sampel
Populasi dan wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subyek yang
mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan (Sugiyono, 2005 : 55).
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh karyawan PT. BRI Cabang
Binjai yang berjumlah 57 (lima puluh tujuh) orang karyawan tetap. Prosedur
penarikan sampel menggunakan metode sensus artinya seluruh populasi yang ada
digunakan sebagai sampel penelitian. Hal ini dilakukan bila jumlah relatif kecil
(sugiyono). Jadi sampel dalam penelitian adalah 57 (lima puluh tujuh) orang
karyawan tetap PT. BRI Cabang Binjai.
No. Skala Skor
1 Sangat Setuju 5
2 Setuju 4
3 Kurang Setuju 3
4 Tidak Setuju 2
3.7 Sumber Data Dan Jenis Data
3.7.1 Sumber Data
Agar kegiatan penelitian dapat terlaksana dengan baik dan sesuai dengan
apa yang diharapkan penulis, maka diperlukan data yang bersifat obyektif dan
data harus relevan dengan judul yang diajukan penulis karena data ini sangat
penting. Sumber data yang diperoleh dari bagian SDM pada PT. BRI Cabang
Binjai.
3.7.2 Jenis Data
Data adalah hasil pencatatan penulis, baik yang berupa fakta ataupun
angka. Data adalah segala fakta dan angka yang dapat dijadikan bahan untuk
menyusun informasi, sedangkan informasi adalah hasil pengolahan data yang
dipakai untuk suatu keperluan (Marzuki, 2005:55). Adapun jenis data yang
digunakan oleh penulis dalam penelitian yaitu:
a. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumbernya, diamati
dan dicatat pertama kalinya. Data primer yang diperoleh penulis adalah data
mengenai strategi peningkatan kinerja karyawan pada PT. BRI Cabang Binjai.
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diusahakan sendiri pengumpulannya oleh
penulis atau data yang diperoleh langsung dari sumbernya. Adapun sumber
datanya berupa tabel, gambar, buku data. Data sekunder yang diperoleh penulis
3.8 Teknik Pengumpulan Data
Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan oleh penulis dalam
penelitian yaitu:
1. Teknik Wawancara (Interview)
Teknik wawancara adalah pengumpulan data yang dilakukan dengan
bertanya langsung kepada informan yang berkaitan dengan data yang dibutuhkan.
Adapun teknik ini penulis lakukan dengan cara bertanya langsung pada bagian
sumber daya manusia di PT. BRI Cabang Binjai. Metode ini penulis gunakan
untuk mengetahui tentang pengaruh kecerdasan intelektual dan kecerdasan
emosional dalam meningkatkan kinerja karyawan di PT. BRI Cabang Binjai.
2. Teknik Dokumentasi (Documentation)
Teknik dokumentasi adalah cara pengumpulan data dengan menggunakan
dokumen-dokumen yang berhubungan dengan penelitian tersebut atau mencari
data mengenai hal-hal atau variabel berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar,
majalah, prasasti, notulen, rapat agenda dan lain sebagainya. Peneliti
menggunakan teknik dokumentasi dengan cara mengumpulkan data yang
berkaitan dengan strategi peningkatan kinerja karyawan di PT. BRI Cabang
Binjai.
3. Teknik Observasi (Observation)
Teknik observasi adalah pengamatan langsung kepada obyek yang akan
diteliti. Teknik ini penulis lakukan dengan cara meninjau langsung bagian SDM
3.9 Uji Validitas dan Uji Reliabilitas
Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau tidaknya suatu
kuesioner. Uji validitas dilakukan diluar jumlah sampel, dalam hal ini diambil
sebagai 30 orang karyawan pada unit-unit cabang binjai. Uji validitas dilakukan
dengan menggunakan software SPSS (statistic Package for the Social Science)
versi 15.0 dengan kriteria sebagai berikut :
a. Jika rhitung > rtabel, maka pertanyaan dinyatakan valid.
b. Jika rhitung < rtabel, maka pertanyaan dinyatakan tidak valid.
VAR00018 117.5000 76.190 .722 .933
Sumber: Hasil Pengolahan SPSS
Berdasarkan data Tabel 3.4 dapat diketahui bahwa nilai coreccted item
total coreclation, pada butir pertanyaan 1 sampai dengan butir pertanyaan 27 di
atas 0,361. Karena Jika rhitung > rtabel, maka disimpulkan semua pertanyaan dari
variabel kecerdasan intelektual dan kecerdasan emosional adalah valid sehingga
dapat digunakan untuk memperoleh data penelitian.
Sedangkan, uji reliabilitas merupakan alat yang digunakan untuk
mengukur kuesioner yang merupakan indikator dari variabel atau konstruk. Suatu
kuesioner dikatakan reliabel atau handal jika jawaban seseorang terhadap
pernyataan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu.
Metode yang akan digunakan untuk melakukan uji validitas adalah dengan
melakukan korelasi antara skor butir pertanyaan dengan total skor konstruk atau
variabel. Sedangkan untuk uji reliabilitas yang akan digunakan dalam penelitian
ini, adalah dengan menggunakan software SPSS (statistic Package for the Social
Science) versi 15.0. Menurut Nunnally (1967) dalam Ghozali (2005: 42) suatu
a. Jika ralpha > rtabel, maka pertanyaan dinyatakan reliabel.
b. Jika ralpha < rtabel, maka pertanyaan dinyatakan tidak reliabel.
Tabel 3.4 Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.937 27
Sumber: Hasil Pengolahan SPSS
Tabel 3.4 menunjukkan bahwa hasil pengujian reabilitas pada instrumen
kecerdasan intelektual dan kecerdasan emosional dengan nilai Cronbach Alpha
atau ralpha sebesar 0,937. Hal ini membuktikan bahwa instrumen kecerdasan
intelektual dan kecerdasan emosional adalah 0,937 lebih besar dan positif dari
rtabel yang bernilai 0,60. Reliabilitas suatu konstruk variabel dikatakan baik jika
memiliki Cronbach Alpha > 0,60. Ini menunjukkan semua butir pertanyaan dari
variabel kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional dan kinerja karyawan
tersebut dapat digunakan untuk memperoleh data penelitian.
3.10 Metode Analisis Data
Analisa data adalah proses mengatur urutan data mengorganisasikan ke
dalam suatu pola, kategori dan satuan uraian dasar sehingga lebih mudah dibaca
dan diinterpretasikan. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode:
c. Metode deskriptif, yaitu cara merumuskan dan menafsirkan data yang
ada sehingga gambaran yang jelas mengenai pengumpulan, menyusun,
secara objektif, sehingga memberikan informasi dan gambaran umum
mengenai objek yang diteliti.
d. Metode kuantitatif yang tidak menggunakan perhitungan statistik (non
uji statistik) dan terbatas pada perhitungan persentase saja, akan tetapi
dengan menggunakan pemikiran logis untuk menggambarkan,
menjelaskan dan menguraikan secara mendalam dan sistematis tentang
keadaan yang sebenar-benarnya baru kemudian ditarik kesimpulan
sehingga diperoleh suatu pemecahan masalah.
Tahap-tahap analisis data dapat dilakukan dengan beberapa tahapan
diantaranya: mengumpulkan data dengan analisis data, hasil pengumpulan data
tersebut tentu saja perlu direduksi (data reduction), yaitu dengan mengikhtiarkan
hasil pengumpulan data selengkap mungkin dan memilah-milahnya ke dalam
satuan konsep tertentu, kategori tertentu atau tema-tema tertentu. Seperangkat
hasil reduksi data juga perlu diorganisasikan ke dalam satu bentuk tertentu
(display data) sehingga terlihat sosok secara lebih utuh, display data tersebut
sangat diperlukan untuk memudahkan upaya pemaparan dan penegasan
kesimpulan (conclusion).
3.11 Teknik Analisis Data
3.11.1. Uji Asumsi Klasik
Sebelum melakukan pengujian hipotesis, terlebih dahulu akan dilakukan
pengujian terjadinya penyimpangan terhadap asumsi klasik. Dalam asumsi klasik
terdapat beberapa pengujian yang harus dilakukan, yakni Uji Multikolonieritas,
a. Uji Multikolinieritas
Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi
ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Jika ditemukan
adanya multikolinieritas, maka koefisien regresi variabel tidak tentu dan
kesalahan menjadi tidak terhingga. Salah satu metode untuk mendiagnosa adanya
multicollinearity adalah dengan menganalisis nilai tolerance dan lawannya
variance inflation factor (VIF). Tolerance mengukur variabilitas variabel
independen yang terpilih yang tidak dijelaskan oleh variabel independen lainnya.
Nilai tolerance yang rendah sama dengan nilai VIF tinggi, karena VIF =
1/Tolerance. Nilai Cut Off yang dipakai untuk menunjukkan adanya
multikolinearitas adalah nilai tolerance kurang dari 0,1 atau sama dengan nilai
VIF lebih dari 10.
b. Uji Heteroskedastisitas
Tujuan dari pengujian ini adalah untuk menguji apakah dalam model
regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke
pengamatan lainnya. Model regresi yang baik adalah yang homoskesdastisitas,
yakni variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain bersifat tetap.
c. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi
variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Seperti diketahui
bahwa uji t dan uji F mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi
normal. Ada dua cara untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau
3.11.2 Analisis Regresi
Hasil pengumpulan data akan dihimpun setiap variabel sebagai suatu nilai
dari setiap responden dan dapat dihitung melalui program SPSS. Metode
penganalisaan data menggunakan perhitungan statistik dan program SPSS untuk
menguji hipotesis yang telah ditetapkan apakah dapat diterima atau ditolak.
Teknik analisis yang dipakai dalam menguji hipotesis ini adalah dengan
menggunakan analisis regresi berganda. Dalam penelitian ini perhitungan statistik
menggunakan (perkalian dua atau lebih variabel independen) yaitu : Model
Analisis Regresi Berganda dengan persamaan sebagai berikut :
Y = a + b1 X1+ b2 X2+ e
dimana :
Y = Produktivitas Kerja
a = Konstanta
X1 = Kecerdasan Intelektual
X2 = Kecerdasan Emosional
B = slope
e = Error
3.11.3 Uji Hipotesis
a. Koefisien Determinasi ( R2 )
Multikolnieritas terjadi apabila nilai R2 yang dihasilkan oleh suatu model
regresi empiris sangat tinggi, tetapi secara individual variabel-variabel independen
b. Uji F (Uji Simultan)
Pengujian pengaruh variabel independen secara bersama-sama (simultan)
terhadap perubahan nilai variabel dependen, dilakukan melalui pengujian terhadap
besarnya perubahan nilai variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh perubahan
nilai semua variabel independen, untuk itu perlu dilakukan uji F. Uji F atau
ANOVA dilakukan dengan membandingkan tingkat signifikasi yang ditetapkan
untuk penelitian dengan probability value dari hasil penelitian.
H0 : b1,b2 = 0, artinya secara bersama-sama terdapat tidak berpengaruh yang
positif dari variabel bebas (X1, X2) yaitu berupa kecerdasan intelektual dan
emosional terhadap kinerja karyawan sebagai variabel terikat (Y).
H1 : b1,b2 ≠ 0, artinya secara bersama-sama terdapat berpengaruh yang positif variabel bebas (X1, X2) yaitu berupa kecerdasan intelektual dan emosional
terhadap kinerja karyawan sebagai variabel terikat (Y).
Kriteria pengambilan keputusan :
H0 diterima jika Fhitung > Ftabel pada α = 5 % H1 diterima jika Fhitung > Ftabel pada α = 5 % c. Uji t (Uji Parsial)
Pengujian ini digunakan untuk menentukan apakah dua sampel tidak
berhubungan, memiliki rata-rata yang berbeda. Uji t dilakukan dengan cara
membandingkan perbedaan antara nilai dua nilai rata-rata dengan standar error
H0 : b1, b2= 0, artinya secara bersama-sama terdapat tidak berpengaruh yang
positif dari variabel bebas (X1, X2) yaitu berupa kecerdasan intelektual dan
emosional terhadap kinerja karyawan sebagai variabel terikat (Y).
H1 : b1, b2 ≠ 0, artinya secara bersama-sama terdapat berpengaruh yang positif dari variabel bebas (X1, X2) yaitu berupa kecerdasan intelektual dan emosional
terhadap kinerja karyawan sebagai variabel terikat (Y).
Kriteria pengambilan keputusan :
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Perusahaan
4.1.1 Sejarah Singkat Perusahaan
Tanggal 16 Desember 1895 dalam masa penjajahan Belanda, Raden Bei
Patih Aria Wirya Atmadja cs. Mendirikan De Poerwokertosche Hulpen Spaar
Bank der Inlandsche Hoofden sebagai bank yang lebih dikenal dengan Bank
Priyayi. Tanggal 19 Desember 1943 De Poerwokertosche Hulpen Spaar Bank
der Inlandsche Hoofden berubah nama menjadi Algemene Volkcredit Bank
(AVB).
Masa pendudukan Jepang sebutan Algemene Volkcredit Bank (AVB)
diganti menjadi Syomin Ginko yang artinya Bank Rakyat. Pada tanggal 22 Maret
1946 masa kemerdekaan, Bank Rakyat (dahulu AVB / syomin ginko) ditetapkan
sebagai bank pemerintah, sehingga Bank Rakyat Indonesia pada waktu itu
menjadi satu-satunya bank pemerintah yang pertama kali didirikan setelah
kemerdekaan, dan satu-satunya bank pemerintah yang pertama kali dapat
memberikan modal permulaan kepada Yayasan Bank Negara Indonesia.
Tanggal 21 April 1951 Bank Rakyat Indonesia ditetapkan sebagai Bank
Menengah dan pada tanggal 29 Agustus 1951 Algemene Volkcredit Bank (AVB)
dibubarkan, sehingga Bank Rakyat Indonesia menjadi ahli waris satu-satunya dari
Algemene Volkcredit Bank (AVB).
II merupakan wadah bagi ex. Bank Koperasi Tani dan Nelayan, dimana ex. Bank
Rakyat Indonesia bekerja dibidang rural dan ex. Nhm bekerja dibidang export
import.
Tahun 1982 Direksi menugasi sebuah team untuk mengkaji kembali
tentang tanggal berdiri Bank Rakyat Indonesia, hasil dituangkan dalam Surat
Keputusan Direksi Bank Rakyat Indonesia No. Kep: s.67-dir/12/1982, tanggal 2
Desember 1982 secara resmi ditetapkan bahwa Bank Rakyat Indonesia didirikan
pada tanggal 16 Desember 1895, yaitu tanggal dimana embrio Bank Rakyat
Indonesia bernama De Poerwokertosche Hulpen Spaarbank der Inlandsche
Hoofden didirikan pertama kali oleh Raden Bei Patih Aria wirya Atmadja.
4.1.2 Visi dan Misi Perusahaan
Visi : Menjadi Bank Komersial terkemuka yang selalu mengutamakan
kepuasan pelanggan
Misi :
1. Melakukan kegiatan perbankan yang terbaik dengan mengutamakan
pelayanan pada usaha mikro, kecil, dan menengah untuk menunjang
peningkatan ekonomi masyarakat
2. Memberikan pelayan prima kepada nasabah melalu jaringan yang tersebar
luas dan didukung oleh SDM yang professional dengan melaksanakan
Good Corporate Governance
3. Memberikan keuntungan dan manfaat yang optimal kepada pihak-pihak
4. Menjadikan bank sehat dan salah satu dari bank terbesar dalam asset dan
keuntungan
5. Menjadi bank terbesar dan terbaik dalam pengembangan agribisnis
6. Menjadi salah satu bank go public yang terbaik
7. Menjadi bank yang terbaik dan terbesar dalam pengembangan usaha
mikro, kecil, menengah
8. Menjadi bank yang melaksanakan Good Corporate Governance secara
konsisten
9. Menjadikan budaya kerja BRIsebagai sikap dan perilaku semua insan BRI
4.1.3 Struktur Organisasi
1. Struktur Organisasi
Dalam struktur organisasi terdapat kerangka kerja yang menggambarkan
hubungan tiap-tiap bagian. Berikut bagan organisasi PT. Bank Rakyat
Keterangan:
AO : Account Officer ADK : Administrasi Kredit SDM : Sumber Daya Manusia LAIM : Laporan dan Informasi OB : Over Booking TKK : Tim Kurir Kas DJB : Dana Jasa Bank PAU : Petugas Administrasi Unit AMO : Petugas Rekonsiliasi Unit AMBM : Assisten Manajer Operasional UPN : Unit Pelayanan Nasabah
Sumber : PT. BRI Cabang Binjai Gambar 4.1 Bagan struktur Organisasi
2. Uraian Tugas Tiap Bagian
a. Pemimpin Cabang
Mengawasi dan mengkoordinir pembinaan, pengembangan dan
pengelolaan usaha-usaha BRI terutama yang berada dic cabangnya.
Memonitor dan membina pengembangan kantor unit yang berada di
cabangnya. Mengidentifikasi potensi-potensi bisnis mikro, ritel dan
b. AMO (Assisten Manajer Operasional)
Mengawasi jalannya seluruh kegiatan operasional kantor cabang.
Menyelesaikan kendala-kendala operasional seperti dalam hal
melayani nasabah, termasuk permasalahan perangkat computer.
c. AMBM (Assisten Manajer Bisnis Mikro)
Mengkoordinir kegiatan operasional dan administrasi kantor unit.
d. Supervisor Administrasi Kredit
Mengawasi administrasi yang berhubungan dengan keseluruhan
pinjaman. Bertanggung jawab terhadap legal aspek (aspek hukum
yang harus dipenuhi oleh bank dan nasabah).
e. Supervisor Pelayanan Intern
Mengawasi seluruh asset fisik kantor cabang dan kantor unit seperti
gedung, kendaraan, inventaris, dan lain-lain. Mengawasi pekerjaan
yang dilakukan oleh supervisor lainnya dalam kebutuhan tenaga kerja.
f. Supervisor Pelayanan
Mengawasi teller tunai. Menjembatani antara teller tunai dengan
Asisten Manajer Operasioanl khusus untuk tambahan kas maupun
setoran kebutuhan kas teller tunai.
g. Supervisor Administrasi
Mengawasi kegiatan administrasi dan rekonsiliasi kantor unit.
h. Account Officer Komersil
Melayani nasabah pinjaman di luar PNS dan pensiunan dan dana
i. Account Officer Konsumer
Melayani nasabah-nasabah kepada PNS dan pensiunan.
j. Account Officer Program
Melayani pinjaman-pinjaman yang dananya berasal dari pemerintah
pusat maupun daerah.
k. Administrasi Kredit Komersial
Melayani calon nasabah pinjaman unit selain PNS dan Pensiunan.
Membuat laporan-laporan yang berhubungan dengan pinjaman
tersebut.
l. Administrasi Kredit Konsumtif
Melayani nasabah pinjaman PNS dan pensiunan. Membuat laporan
yang berhubungan dengan pinjaman tersebut.
m. Sekretaris
Membantu pimpinan sesuai dengan perintah. Menjembatani antara
pegawai dengan pimpinan.
n. SDM
Memenuhi kebutuhan dan permintaan seluruh pegawai. Mengurus
perjalanan dinas maupun biaya-biaya yang berhubungaan dengan
penugasan pegawai. Mengurus administrasi cuti, pembayaran gaji
pegawai.
o. Logistik
Memenuhi seluruh kebutuhan atau perlengkapan operasional kantor
p. LAIM (Laporan dan Informasi)
Membuat laporan perubahan angka-angka yang berhubungan dengan
neraca kantor cabang. Menyiapan data perkembangan neraca yang
dicetak setiap hari.
q. Teller Tunai
Melakukan pembukuan transaksi yang merupakan uang tunai baik
setoran maupun pengambilan.
r. Teller Over Booking
Membuktikan transaksi-transaksi over booking ke dalam computer
pembukuan berdasarkan berdasarkan bukti pembayaran / over booking
yang dibuat oleh masing-masing seksi.
s. Kliring
Membukukan warkat kliring berupa bilyet giro, wesel, tagihan lainnya
milik giro, pinjaman yang melakukan transaksi, antara bank BRI
dengan bank lainnya.
t. Tim Kurir Kas
Membantu kantor cabang ataupun unit dalam memenuhi kebutuhan
kas fisik (uang).
u. UPN (Unit Pelayanan Nasabah)
Memberikan informasi kepada nasabah dan masyarakat lainnya
v. DJB (Dana Jasa Bank)
Melayani nasabah yang mebuka rekening simpanan atau dana dan
nasabah yang memerlukan pelayanan mengirim uang. Membuat
laporan-laporan yang berhubungan dengan pengumulan dana dan jasa
bank lainnya.
w. PAU (Petugas Administrasi Unit)
Membuat laporan-laporan yang berhubungan dengan opersional unit.
x. PRU (Petugas Rekonsiliasi Unit)
Menerima dan mengirim/meregistrasi nota-nota pembukuan antara
cabang dan unit.
y. Pemilik
Mengawasi operasional kantor unit. Mensupport serta ikut mengatasi
permasalahan yang ada di kantor unit.
4.1.4 Jenis Kompensasi yang Diberikan
1. Pemberian penghargaan
Pemberian penghargaan merupakan suatu bentuk pengakuan perusahaan
terhadap kinerja dan masa kerja pegawai dengan pertimbangan asas
keadilan. Bentuk penghargaan yang diberikan antara lain :
a. Financial Reward (Penghargaan dalam bentuk uang)
1) Insentif, besarnya ditentukan pada saat periode penilaian kerja dan
diberikan kepada pegawai dengan memperhatikan sebelumnya
2) Bonus, yaitu penghargaaan yang pemberiannya merupakan hak dan
kewenangan RUPS
3) Penghargaan financial lainnya, seperti kenaikan upah tahunan,
pemberian uang penghargaan tanda jasa masa kerja 20, 25, dan 30
tahun.
b. Non Finansial Reward (Penghargaan dalam bentuk selain uang)
1) Piagam penghargaan
2) Medali / cincin
Tabel 4.1 dapat dilihat Piagam dan medali sebagai Non Financial Reward
(Penghargaan dalam bentuk selain uang) yang diberikan PT. Bank Rakyat
Indonesia sesuai dengan masa kerja karyawan.
Tabel 4.1
Penghargaan Dalam Bentuk Selain Uang
No Keterangan
1 Piagam Penghargaan Diberikan Diberikan Diberikan
2 Medali / cincin Tidak diberikan Diberikan Diberikan
Sumber : PT. BRI (Persero)Tbk, Cabang Binjai
2. Pemberian Tunjangan
a. Bentuk tunjangan:
1) Tunjangan konjungtur, yang bertujuan untuk menyesuaikan upah
terhadap perkembangan tingkat kelemahan biaya hidup / inflasi
2) Tunjangan sewa rumah