• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis perbandingan brand awareness, brand association, perceived quality dan brand loyalty produk kamera DSLR merek canon dan nikon: studi kasus pada unit kegiatan mahasiswa fotografi di Jakarta

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis perbandingan brand awareness, brand association, perceived quality dan brand loyalty produk kamera DSLR merek canon dan nikon: studi kasus pada unit kegiatan mahasiswa fotografi di Jakarta"

Copied!
174
0
0

Teks penuh

(1)

“ANALISIS PERBANDINGAN

BRAND AWARENESS, BRAND

ASSOCIATION, PERCEIVED QUALITY

DAN

BRAND LOYALTY

PRODUK KAMERA DSLR MEREK CANON

DAN

NIKON

”.

(Studi Kasus Pada Unit Kegiatan Mahasiswa Fotografi di Jakarta)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Untuk Memenuhi Syarat Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh :

SUPRIYADI

NIM : 1110081000126

PRODI MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)
(3)
(4)
(5)

v

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH

Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama

: Supriyadi

No. Induk Mahasiswa

: 1110081000126

Fakultas

: Ekonomi dan Bisnis

Prodi

: Manajemen

Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini, saya :

1.

Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan dan

mempertanggung jawabkan

2.

Tidak melakukan plagiat terhadap naskah karya orang lain

3.

Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber asli atau

tanpa izin pemilik karya

4.

Tidak melakukan pemanipulasiaan dan pemalsuan data

5.

Mengerjakan sendiri karya dan mampu bertanggung jawab atas karya ini

Jikalau di kemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan telah melalui

pembuktian yang dapat dipertanggung jawabkan, ternyata memang ditemukan bukti

bahwa saya melanggar pernyataan di atas, maka saya siap untuk dikenakan sanksi sesuai

peraturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.

Ciputat, 30 Agustus 2014

Yang menyatakan,

(6)

vi

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I.

Data Pribadi

Nama

: Supriyadi

Tempat/Tanggal lahir

: Jakarta, 30 Agustus 1992

Alamat

: Jl. Albaido RT 01/06 No. 25

Kel: Lubang Buaya Kec. Cipayung, Jakarta

Telepon

: 08989369294

Email

: cuplissupriyadi@gmail.com

II.

Data Pendidikan

1.

SDN O3 Jakarta

Tahun 1998-2004

2.

SMPN 81 Jakarta

Tahun 2004-2007

3.

SMAN 113 Jakarta

Tahun 2007-2010

4.

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Tahun 2010-2014

III.

Pengalaman Organisasi

Divisi PPSDM UKM Fotografi KALACITRA UIN Jakarta

Perintis Komunitas Sepeda Sehat UIN Jakarta

(7)

vii

ABSTRACT

The research aims to analyze the comparison of brand equity which consist of

brand awareness, brand association, perceived quality, and brand loyalty between

Canon and Nikon Camera. The sample is taken from student activity unit

photography in Jakarta with quota sampling approach. In collecting data, the

research applies questionnaire technique which consists of 27 statements which are

distributed to 60 respondents. The research applies discriminant analysis as

methodological analysis. As the result , the research shows that there is significant

difference between Canon and Nikon based on the four dimensions of brand equity

measurement. However, both brands are partially the same in term of brand

awareness and are different in term of brand association, perceived quality and

brand loyalty.

(8)

viii

ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis perbedaan ekuitas merek

yang terdiri dari kesadaran merek, asosiasi merek, persepsi kualitas, dan loyalitas

merek antara merek kamera Canon dan Nikon. Pengambilan sampel dalam penelitian

diambil dengan menggunakan teknik non pprobability sampling dengan pendekatan

quota sampling. Pengumpulan data dalam penelitian menggunakan kuesioner yang

berisi 27 butir pernyataan yang disebarkan kepada 60 responden. Metode analisis

yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis diskriminan. Hasil penelitian

menunjukan bahwa terdapat perbedaan ekuitas merek kamera Canon dan Nikon

dilihat dari empat dimensi secara kesulurahan. Sedangkan jika dilihat secara parsial,

kedua produk memiliki kesamaan dalam variabel kesadaran merek dan perbedaan

dalam variabel asosiasi merek, kualitas persepsi dan loyalitas merek

(9)

ix

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb

Segala puji dan syukur penulis haturkan kehadirat Allah SWT yang

telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam tak lupa dijunjungkan kepada

Nabi Muhammad SAW, Nabi segala umat, Nabi yang telah memberi syafaat.

Skripsi ini disusun guna memenuhi syarat-syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Ekonomi di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Dalam sedikit lembar dan kata dalam bagian skripsi ini, penulis

ingin memberikan seucap terimakasih atas bantuan, bimbingan, doa, dan

semangat terus menerus yang diberikan dalam penyelesaian skripsi ini kepada:

1. Kedua orang tuaku, Bapakku tercinta, Asmawih dan Ibuku tersayang

Bainah. Serta ketiga kakaku yang selalu mendukung perkuliahku.

2. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MS selaku Dekan Fakultas Ekonomi

dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Ibu Muniaty ST, MM selaku Ketua Jurusan Manajemen Fakultas

Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Bapak Dr. Yahya Hamja, MM selaku Dosen Pembimbing Skripsi I yang

telah bersedia meluangkan waktunya untuk berdiskusi, memberikan

perhatian, pengarahan, dan bimbingan dalam penulisan skripsi ini.

Terimakasih atas ilmu dan perhatian yang telah Bapak berikan selama ini.

5. Bapak Ade Suherlan, MBA, MM Dosen Pembimbing Skripsi II yang telah

besedia meluangkan banyak waktu untuk berdiskusi, memberikan

arahan, serta bimbingan kepada penulis. Terimakasih atas semua ilmu,

saran, dan masukan yang telah Bapak berikan selama ini.

(10)

x

7. Seluruh pihak yang membantu dalam penulisan skripsi yang tidak

dapat disebutkan satu persatu.

Penulis sepenuhnya menyadari bahwa penulisan skripsi ini jauh

dari kata sempurna baik dalam segi penulisan, cara penguraian, maupun

pada pembahasan secara ilmiah. Hal ini dikarenakan adanya keterbatasan

dan kekurangan yang dimiliki oleh penulis. Oleh karena itu, penulis

mengharapkan saran dan masukan yang membangun dari berbagai pihak.

Penulis juga berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak

yang membutuhkan.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Jakarta, 30 Agustus 2014

(11)

xi

DAFTAR ISI

Cover Dalam ... i

Halaman Pengesahan Skripsi ... ii

Halaman Pengesahaan Ujian Komprehenshif ... iii

Halaman Pengesahaan Ujian Skripsi ... iv

Lembar Pernyataan Keaslian Karya Ilmiah ... v

Daftar Riwayat Hidup ... vi

Abstract ... vii

Abstrak ... viii

Kata Pengantar... ix

Daftra Isi... xi

Daftar Tabel ... xiv

Daftar Gambar ... xviii

Daftar Lampiran ... xix

BAB I PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang Penelitian ... 1

B.

Perumusan Maasalah ... 4

C.

Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A.

Merek ... 6

1.

Pengertian Merek ... 6

2.

Peranan dan Kegunaan Merek ... 8

B.

Ekuitas Merek ... 10

1.

Pengertian Ekuitas Merek ... 10

2.

Peran Ekuitas Merek ... 14

C.

Elemen Elemen Ekuitas Merek ... 17

1.

Kesadaran Merek (

Brand Awareness

) ... 17

a.

Pengertian Kesadaran Merek ... 17

(12)

xii

c.

Cara Mencapai Brand Awareness... 21

2.

Asosiasi Merek (

Brand Association

) ... 22

3.

Persepsi Kualitas (

Perceived Quality

) ... 27

a.

Pengertian Persepsi Kualitas ... 27

b.

Indikator Persepsi Kualitas ... 30

c.

Membangun Perceived Quality yang Kuat ... 31

4.

Loyalitas Merek (

Brand Loyalty

) ... 32

a.

Pengertian

Loyalitas Merek

... 34

b.

Fungsi

Brand Loyalty

... 35

c.

Tingkatan

Brand Loyalty

... 35

5.

Penelitian Terdahulu ... 39

6.

Kerangka Pemikiran ... 54

7.

Hipotesis ... 56

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A.

Ruang Lingkup Penelitian ... 57

B.

Teknik Penentuan Sampel ... 57

1.

Populasi ... 57

2.

Sampel ... 58

C.

Jenis dan Metode Pengumpulan Data ... 59

1.

Data Primer ... 59

2.

Data Sekunder ... 60

D.

Metode Analisis Data ... 61

1.

Uji Validitas dan Reliabilitas ... 61

a.

Uji Validitas ... 61

b.

Uji Reliabilitas ... 61

2.

Uji Normalitas Data ... 62

3.

Analisis Diskriminan ... 63

a.

Tujuan dari Analisis Diskriminan ... 64

(13)

xiii

4.

Operasional Variabel ... 68

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A.

Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian ... 71

1.

Sejarah Singaka Kamera Canon ... 71

2.

Sejarah Singkat Kamera Nikon ... 73

B.

Pembahasan Hasil Kuesioner ... 74

1.

Uji Validitas dan Realibilitas ... 75

2.

Karakteristik dan Data Responden ... 77

C.

Pembahasan dan Analisis Data ... 84

1.

Analisis Deskriptif ... 84

a.

Deskriptif Variabel

Brand Awareness

... 84

b.

Deskriptif Variabel

Brand Association

... 91

c.

Deskriptif Variabel

Perceived Quality

... 101

d.

Deskriptif Variabel

Brand Loyalty

... 106

2.

Uji Normalitas Data ... 115

3.

Analisis Dikriminan ... 116

4.

Intrepretasi Hasil ... 126

BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI

A.

Kesimpulan ... 129

B.

Saran ... 129

C.

DAFTAR PUSTAKA ...

132

(14)

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Tingkat Penilaian Jawaban ... 60

Tabel 3.2 Operasional Variabel ... 69

Tabel 4.1 Hasil Try Out Untuk Validitas ... 76

Tabel 4.2 Hasil Try Out Untuk Reliablitas ... 78

Tabel 4.3 Karakteristik Responden Canon Berdasarkan

Jenis Kelamin ... 79

Tabel 4.4 Karakteristik Responden Canon Berdasarkan

Usia ... 80

Tabel 4.5 Karakteristik Responden Canon Berdasarkan

Universitas dan Klub ...

Tabel 4.6 Karakteristik Responden Nikon Berdasarkan

Jenis Kelamin ... 82

Tabel 4.7 Karakteristik Responden Nikon Berdasarkan Usia ... 82

Tabel 4.8 Karakteristik responden Nikon Berdasarakan

Universitas dan klub ... 84

Tabel 4.9 Konsumen Mengetahui Seperti Apa Merek

Kamera DSLR Canon ... 85

Tabel 4.10 Konsumen Mengetahui Seperti Apa Merek

Kamera DSLR Nikon ... 86

Tabel 4.11 Konsumen Dapat Mengenali Kamera Canon

Diantara Pesaing ... 86

Tabel 4.12 Konsumen Dapat Mengenali Kamera Nikon

Diantara Pesaing ... 87

(15)

xv

Tabel 4.14 Konsumen Dapat Mengingat Langsung Merek

Nikon Saat Pertama Membeli Kamera ... 88

Tabel 4.15 Konsumen Dapat Mengingat Ciri Kamera Canon

Dengan Cepat ... 85

Tabel 4.16 Konsumen Dapat Mengingat Ciri Kamera Nikon

Dengan Cepat ... 89

Tabel 4.17 Konsumen Dapat Mengingat Logo Kamera Canon

Dengan Cepat ... 90

Tabel 4.18 Konsumen Dapat mengingat Logo Kamera Nikon

Dengan Cepat ... 90

Tabel 4.19 Konsumen Mengetahui Merek Canon Banyak Digunakan .... 91

Tabel 4.20 Konsumen Mengetahui Merek Nikon Banyak Digunakan ... 92

Tabel 4.21 Kelengkapan Fitur Merupakan Pertimbangan

Memilih KameraCanon ... 92

Tabel 4.22 Kelengkapan fitur Merupakan Pertimbangan Memilih

Kamera Nikon ... 93

Tabel 4.23 Merek Canon Merupakan Pertimbngan Dalam

Memilih Kamera ... 93

Tabel 4.24 Merek Nikon Merupakan pertimbngan Dalam

Memilih Kamera ... 94

Tabel 4.25 Kamera DSLR Canon Dapat Mengabadikan

Momen Penting ... 94

Tabel 4.26 Kamera DSLR Nikon Dapat Mengabadikan

Momen Penting ... 95

Tabel 4.27 DSLR Canon Harga Relatif Mahal ... 95

Tabel 4.28 DSLR Nikon Harga Relatif Mahal ... 96

Tabel 4.29 DSLR Canon Bnyak Digunakan Fotografer Profesional ... 97

(16)

xvi

Tabel 4.31 DSLR Canon Hanya Digunakan Oleh Fotografer ... 98

Tabel 4.32 DSLR Nikon Hanya Digunakan Oleh Fotografer ... 98

Tabel 4.33 DSLR Canon Meningkatkan Nilai Diri pengguna ... 99

Tabel 4.34 DSLR Nikon meningkatkan Nilai Diri Pengguna ... 99

Tabel 4.35 Model Iklan Kamera Canon Gunakan Artis Ternama ... 100

Tabel 4.36 Model Iklan Kamera Nikon Gunakan Artis Ternama ... 101

Tabel 4.37 Banyak Ragam Kamera Canon Yang Cukup

Dipertimbangkan Untuk Dibeli ... 101

Tabel 4.38 Banyak Ragam Kamera Nikon Yang Cukup

Dipertimbangkan Untuk Dibeli ... 102

Tabel 4.39 Kualitas Gambar Kamera Canon Baik ... 103

Tabel 4.40 Kualitas Gambar Kamera Nikon Baik ... 103

Tabel 4.41 Kamera Canon Mudah Digunakan ... 104

Tabel 4.42 Kamera Nikon Mudah Digunakan... 104

Tabel 4.43 Kamera Canon Banyak Memiliki Pengaturan Warna ... 105

Tabel 4.44 Kamera Nikon Banyak Memiliki Pengaturan Warna ... 105

Tabel 4.45 Kamera Canon Memiliki Lensa Yang Bervariasi ... 106

Tabel 4.46 Kamera Nikon Memiliki Lensa Yang Bervariasi ... 106

Tabel 4.47 Konsumen Merasa Puas Menggunakan Kamera Canon ... 107

Tabel 4.48 Konsumen Merasa Puas Menggunakan Kamera Nikon ... 107

Tabel 4.49 Konsumen Berniat Membeli Lagi Kamera Canon ... 108

Tabel 4.50 Konsumen Berniat Membeli Lagi Kamera Nikon ... 108

Tabel 4.51 Konsumen Selalu Upgrade Lensa Canon ... 109

Tabel 4.52 Konsumen Selalu Upgrade Lensa Nikon ... 110

Tabel 4.53 Kamera DSLR Canon Merupakan pilihan Utama ... 110

Tabel 4.54 Kamera DSLR Nikon Merupakan pilihan Utama ... 111

(17)

xvii

Tabel 4.56 Konsumen Tidak Akan Membeli Merek Lain Jika

Kamera Nikon Tidak Ada Di Toko ... 112

Tabel 4.57 Konsumen Kamera Canon Akan Gunakan Merek

Yang Sama Seterusnya ... 113

Tabel 4.58 Konsumen Kamera Nikon Akan Gunakan Merek

Yang Sama Seterusnya ... 113

Tabel 4.59 Konsumen akan Merekomendasikan Merek Canon Kepada

Orang Lain ... 114

Tabel 4.60 Konsumen akan Merekomendasikan Merek NIkon Kepada

Orang Lain ... 115

Tabel 4.61 Konsumen Merasa Loyal Terhadap Kamera merek Canon .... 115

Tabel 4.62 Konsumen Merasa Loyal Terhadap Kamera merek Nikon .... 116

Tabel 4.63 Uji Normalitas ... 117

Tabel 4.64

Analysis Case Processing Summary

... 118

Tabel 4.65

Group Statistic

... 119

Tabel 4.66

Uji Box’ M

... 120

Tabel 4.67

Test of Equality og Group Means

... 121

Tabel 4.68

Wilks Lamda

... 122

Tabel 4.69

Eigenvalues

... 122

Tabel 4.70

Canonical Discriminat Function Coefficient

... 123

Tabel 4.71

Function Group Centroid

... 124

(18)

xviii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Konsep

Brand Equity

... 13

Gambar 2.2 Piramida

Brand Awareness

... 18

Gambar 2.3 Peran

Brand Awareness

... 20

Gambar 2.4 Diagram Nilai

Brand Association

... 24

Gambar 2.5 Diagram Nilai Dari Persepsi Kualitas ... 28

Gambar 2.6 Primaida

Brand Loyalty

... 38

(19)

xix

DAFTAR GAMBAR

(20)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Era globalisasi menjanjikan suatu peluang dan tantangan bisnis baru

bagi perusahaan yang ada di Indonesia, memperluas pasar produk dari

perusahaan di Indonesia, dan di sisi lain, keadaan tersebut memunculkan

persaingan yang semakin ketat baik antara perusahaan domestik maupun

dengan perusahaan asing.

Kini teknologi semakin berkembang, ini berdampak positif terhadap

perkembangan kamera digital yang semakin canggih. Untuk segmen kamera

digital Canon merupakan salah satu produsen kamera digital berkualitas

tinggi dan Canon merupakan pelopor untuk kemera digital dengan

menggunakan teknik 35 mm focal-pesawat-rana kamera, yang diproduksi

dalam bentuk prototipe. Brand Canon sudah sangat familiar bagi

konsumennya, khusunya di bidang teknik penggambaran dan optik. Canon

pertama didirikan pada tahun 1934, akan tetapi merek canon terkenal oleh

masyarakat di seluruh dunia sekitar tahun 1946, hadir merubah situasi pasar

dengan menciptakan kamera pertama yang harganya relatif murah dibanding

harga kamera lain pada waktu itu.

Segmentasi pasar Canon sangat luas, pada umumnya bersegmentasi

pada seluruh segmen yang ada di dalam pasar, karena produk yang diciptakan

(21)

2

konsumen. Untuk kamera digital, Canon menciptakan kamera digital untuk

para pemula, akan tetapi, untuk para fotografer profesional, Canon juga

menciptakan berbagai jenis produk yang sesuai untuk digunakan dalam

bidang fotografi dan pilihan target untuk seluruh segmen yang bisa dipakai

pada seluruh tingkatan segmen.

Membangun persepsi dapat dilakukan melalui jalur merek, menurut

Rangkuti (2009), merek merupakan janji penjual untuk secara konsisten

memberikan feature, manfaat, dan jasa tertentu kepada pembeli, oleh karena

itu merek terbaik akan memberikan jaminan kualitas.

Merek yang prestisius dapat disebut memiliki brand equity yang kuat,

menurut Darmadi dkk (2004), brand equity merupakan seperangkat aset dan

liabilitas yang terkait dengan suatu merek, nama, simbol, yang mampu

menambah atau mengurangi nilai yang diberikan oleh sebuah produk atau

jasa baik pada perusahaan maupun pada pelanggan. David A. Aaker

mengelompokan brand equity ke dalam lima kategori yaitu; brand awareness

(kesadaran merek), brand association (asosiasi merek), perceived quality

(persepsi kualitas), brand loyalty (loyalitas merek) dan other proprietary

brand assets (aset-aset merek lainnya). Semakin kuat brand equity yang

dimiliki oleh suatu merek, semakin kuat pula daya tariknya di mata konsumen

konsumen untuk mengonsumsi produk tersebut, dan mampu membentuk

brand platform (landasan merek) yang kuat dan mampu mengembangkan

keberadaan suatu merek dalam persaingan apa pun dalam jangka waktu yang

(22)

3

Perbedaan paling mencolok dari kedua perusahaan ini adalah strategi

korporat mereka. Nikon sejak awal hanya memfokuskan diri pada Teknologi

Presisi dan Teknologi Alat Elektronik yang berhubungan dengan Lensa

Precision ( Technologies and Opto-electronic Technologies ), oleh karenanya

produk-produk keluaran Nikon selalu berbasiskan lensa (Kamera, Teropong,

Mikroskop, Alat pengukur jarak, Lensa kaca mata, dan lain-lain)

Sedangkan Canon sejak tahun 1960an sudah merencakan untuk

melakukan diversivikasi produk mereka dengan mulai memproduksi

kalkulator 10-key elektronik pertama di Dunia pada tahun 1964. Sejak itu,

selain memiliki bisnis berbasis kamera dan lensa, Canon mulai memproduksi

mesin Fotokopi (tahun 1970 menjadi mesin copier kertas pertama di Jepang),

laser printer (tahun 1979), ink-jet printer (1985) dan large-format ink-jet

printer (2006)

Dari kedua strategi korporat tersebut, Nikon dan Canon bersaing

secara langsung di bidang kamera (slr dan point-n-shoot), dan teknologi

presisi (alat pembuat semi-konduktor). Dalam bidang ini, kedua perusahaan

ini masing-masing memiliki teknologi yang sama baiknya. Kedua perusahaan

ini juga memiliki pengikut yang sama fanatiknya, sehingga tidak bisa

dikatakan yang satu lebih baik dibandingkan yang lain.

Kalau dilihat dari sisi finansialnya, Canon mempunyai total aset

sebesar 3.983.820 juta yen (2010), sedangkan Nikon sebesar 829.909 juta yen

(23)

4

dikarenakan bisnis Canon jauh lebih beragam dibandingkan Nikon.

(www.nikon.com)

Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk mengadakan

penelitian dengan judul “Analisis Perbandingan Brand Awareness, Brand

Association, Perceived-Quality dan Brand Loyalty Produk Kamera DSLR

Merek Canon dan Kamera DSLR Merek Nikon”.

B. Perumusan masalah

Perumusan masalah merupakan hal paling penting dalam suau

penelitian, hal ini diperlukan agar batasan masalah menjadi jelas sehingga

dapat dijadikan pedoman dalam melakukan peneniltian. Adapun perumusan

masalah pada penelitian ini adalah : apakah ada perbedaan ekuitas merek

antara kamera DSLR merk Canon dengan kamera DSLR merk Nikon dilihat

dari variabel kesadaran merek, asosiasi merek, pesrsepsi kualitas dan loyalitas

merek ?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah, maka tujuan dari penelitian ini adalah

untuk mengetahui perbandingan ekuitas merek antara kamera DSLR merek

Canon dan kamera DSLR merek Nikon dilihat dari variabel :

a. Kesadaran merek (brand awareness)

b. Asosiasi merek (brand association)

c. Persepsi kualitas (perceived quality)

(24)

5 2. Manfaat Penelitian

a. Bagi Peneliti

Dengan melakukan penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai

bahan referensi untuk memperoleh tambahan pengetahuan tentang

perbandingan ekuitas merek.

b. Bagi perusahaan

Penelitian ini dapat memberikan masukan bagi perusahaan dalam

mengambil kebijakan-kebijakan yang berkaitan dengan usaha untuk

meningkatkan ekuitas merek produknya agar lebih mengoptimalkan

persaingan.

c. Bagi pembaca

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan referensi

untuk penelitian yang akan datang, khususnya bagi sivitas akademika di

lingkungan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif

(25)

6 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Merek

1. PengertianMerek

Asosiasi Pemasaran Amerika dalam Kotler dan Keller (2007:332),

mendefinisikan merek (brand) sebagai “nama, istilah, tanda, simbol, atau

rancangan, atau kombinasi dari semua barangnya, yang dimaksudkan untuk

mengidentifikasi barang atau jasa penjual atau kelompok penjual dan untuk

mengidentifikasikannya dari barang atau jasa pesaing.” Dengan demikian,

sebuah merek adalah produk atau jasa lain yang dirancang untuk memuaskan

kebutuhan yang sama.

Menurut Kotler dan Armstrong (2008:275), merek (brand) adalah

sebuah nama, istilah, tanda, lambang, atau desain, atau kombinasi semua ini,

yang menunjukkan identitas pembuat atau penjual produk atau jasa.

Menurut Aaker (1997:9), merek adalah nama dan atau simbol yang

bersifat membedakan (seperti sebuah logo, cap atau kemasan) dengan

maksud mengidentifikasikan barang atau jasa dari seorang penjual atau

sebuah kelompok penjual tertentu. Dengan demikian suatu merek

membedakannya dari barang dan jasa yang dihasilkan oleh kompetitor.

Menurut UU Merek No. 15 Tahun 2001 pasal 1 ayat 1, merek adalah

“tanda yang berupa gambar, nama, kata, huruf-huruf, angka-angka,

(26)

7

daya pembeda dan digunakan dalam kegiatan perdagangan barang atau

jasa” (Tjiptono, 2009:3).

Menurut William J. Stanton dalam Rangkuti (2009:36), merek

adalah nama, istilah, simbol atau desain khusus atau beberapa kombinasi

unsur-unsur ini yang dirancang untuk mengidentifikasikan barang atau

jasa yang ditawarkan oleh penjual.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa merek merupakan

simbol, nama, tulisan, logo atau desain yang diciptakan oleh penjual untuk

memudahkan konsumen dalam mengenali dan membedakan produknya

dengan produk lain.

Merek juga mengandung janji penjual untuk menyampaikan

kumpulan feature, manfaat, dan jasa tertentu secara konsisten pada

pembeli. Merek terbaik menjadi jaminan kualitas. Merek memiliki enam

tingkat pengertian, yaitu (Rangkuti, 2009):

a. Atribut

Atribut perlu dikelola dan diciptakan agar pelanggan dapat mengetahui

dengan pasti atribut–atribut apa saja yang terkandung dalam suatu

merek. Macam-macam atribut antara lain kualitas, gengsi, nilai jual

kembali, desain, dan lain-lain.

b. Manfaat

Merek juga memiliki serangkaian manfaat. Konsumen tidak membeli

atribut, mereka membeli manfaat. Atribut-atribut yang dapat diingat

(27)

8

fungsional maupun emosional yang dapat langsung dirasakan oleh

konsumen.

c. Nilai

Merek menyatakan sesuatu tentang nilai yang dimiliki oleh produsen.

Merek yang memiliki nilai tinggi akan dihargai oleh konsumen sebagai

merek yang berkelas, sehingga dapat mencerminkan siapa pengguna

merek tersebut.

d. Budaya

Merek juga mewakili budaya tertentu. Misalnya Mercedes mewakili

budaya Jerman yang terorganisasi dengan baik, memiliki cara kerja

yang efisien, dan selalu menghasilkan produk yang berkualitas tinggi.

e. Kepribadian

Merek, dapat mencerminkan kepribadian si pengguna akan bersamaan

dengan merek yang ia gunakan.

f. Pemakai

Merek menunjukkan jenis-jenis konsumen yang membeli atau

menggunakan merek tertentu.

2. Peran dan Kegunaan Merek

Merek memiliki peran yang sangat penting bagi konsumen maupun

produsen. Dari sisi konsumen, merek mempermudah pembelian. Bila tidak

ada merek, konsumen harus mengevaluasi semua produk yang tidak

(28)

9

juga membantu meyakinkan konsumen bahwa mereka akan mendapatkan

kualitas yang konsisten ketika mereka membeli produk yang digunakan.

Dari sisi produsen, merek dapat dipromosikan. Merek dapat dengan

mudah diketahui ketika diperlihatkan atau ditempatkan dalam suatu

pameran. Selain itu, merek dapat dipakai untuk mengurangi perbandingan

harga, karena merek adalah salah satu faktor yang perlu dipertimbangkan

dalam membandingkan produk-produk sejenis yang berbeda (Rangkuti,

2009:5).

Merek memegang peranan sangat penting salah satunya adalah

menjembatani harapan konsumen pada saat kita menjadikan sesuatu

harapan kepada konsumen. Dengan demikian dapat diketahui adanya

ikatan emosional yang tercipta antara konsumen dengan perusahaan

penghasil produk melalui merek. Pesaing bisa saja menawarkan produk

yang mirip, tapi mereka tidak mungkin menawarkan janji emosional yang

sama (Durianto dkk, 2004).

Merek menjadi sangat penting saat ini, karena beberapa faktor

seperti:

a. Emosi konsumen terkadang turun naik. Merek mampu membuat janji

emosi menjadi konsisten dan stabil

b. Merek mampu menembus setiap pagar budaya dan pasar. Bisa dilihat

bahwa suatu merek yang kuat mampu diterima diseluruh dunia dan

(29)

10

berhasil menjadi “Global Brand”, diterima di mana saja dan kapan saja

di seluruh dunia.

c. Merek mampu menciptakan komunikasi interaksi dengan konsumen.

Semakin kuat suatu merek, makin kuat pula interaksinya dengan

konsumen dan makin banyak brand association (asosiasi merek) yang

terbentuk dalam merek tersebut. Jika brand association (asosiasi

merek) yang terbentuk memiliki kualitas dan kuantitas yang kuat,

potensi ini akan meningkatkan brand image (citra merek).

d. Merek sangat berpengaruh dalam membentuk perilaku konsumen, dan

sebuah merek yang kuat akan sanggup merubah perilaku konsumen.

e. Merek juga mampu memudahkan proses pengambilan keputusan

pembelian oleh konsumen. Dengan adanya merek, konsumen dapat

dengan mudah membedakan produk yang dibelinya dengan produk

lain sehubungan dengan kualitas, kepuasan, kebanggaan, ataupun

atribut lain yang melekat pada merek tersebut.

f. Merek dapat berkembang menjadi sumber aset terbesar bagi

perusahaan.

B. Ekuitas Merek

1. Pengertian Ekuitas Merek

Menurut Philip Kotler dan Gary Armstrong (2008:282), ekuitas

merek adalah pengaruh deferensial positif bahwa jika pelanggan mengenal

(30)

11

ekuitas merek adalah sejauh mana pelanggan bersedia membayar lebih

untuk produk tersebut.

Ekuitas merek adalah nilai tambah yang diberikan pada produk dan

jasa. nilai ini bisa dicerminkan dalam cara konsumen berpikir, merasa, dan

bertindak terhadap merek, harga, pangsa pasar, dan profitabilitas yang

dimiliki perusahaan. ekuitas merek merupakan aset tak terwujud yang

penting, yang memiliki nilai psikologis dan keuangan bagi perusahaan

(Kotler dan Keller 2007:334).

Menurut Aaker (1997:23), ekuitas merek adalah seperangkat aset

dan liabilitas merek yang terkait dengan suatu merek, nama, simbol, yang

menambah atau mengurangi nilai yang diberikan oleh sebuah barang atau

jasa kepada perusahaan atau para pelanggan perusahaan.

Menurut Aaker, ekuitas merek dapat dikelompokan ke dalam 5

kategori. Pertama, kesadaran merek (brand awareness), menunjukkan

kesanggupan seorang calon pembeli untuk mengenali atau mengingat

kembali bahwa suatu merek merupakan bagian dari kategori produk

tertentu. Kedua, asosiasi merek (brand association), mencerminkan

pencitraan suatu merek terhadap suatu kesan tertentu dalam kaitannya

dengan kebiasaan, gaya hidup, manfaat, atribut produk, geografis, harga

pesaing, selebriti dan lain-lain. Ketiga, persepsi kualitas (perceived

quality), mencerminkan persepsi pelangan terhadap keseluruhan

kualitas/keunggulan suatu produk atau jasa layanan berkenaan dengan

(31)

12

mencerminkan tingkat keterikatan konsumen dengan suatu merek produk.

Kelima, Aset-aset Merek Lainnya (other proprietary assets).

Empat elemen brand equity di luar aset-aset merek lainnya dikenal

dengan elemen-elemen utama dari brand equity. Elemen brand equity

yang kelima secara langsung akan dipengaruhi oleh kualitas dari empat

elemen utama tersebut (Durianto dkk, 2004). Adapun konsep brand equity

(32)
[image:32.612.94.525.101.702.2]

13

Gambar 2.1.

Konsep Brand Equity

v

Memperkuat nilai kepada

pelanggan dengan memperkuat

Memberikan nilai kepada

perusahaan dengan

memperkuat

 Interpretasi / proses

informasi

 Rasa percaya diri dalam

pembelian

 Pencapaian kepuasan dari

pesaing

 Efisiensi dan efektivitas

program pemasaran

 Harga / laba

Brand Loyalty

 Perluasan merek

 Peningkatan

Perdagangan

 Keuntungan kompetitif

Sumber: Darmadi.D, Sugiarto, Tony Sitinjak (2004:5) Brand

Brand loyalty

Preceived

Other Brand

Brand Equity

(33)

14 2. Peran Ekuitas Merek

Ekuitas merek merupakan aset yang dapat memberikan nilai

tersendiri di mata pelanggannya. Aset yang dikandung dapat membantu

pelanggan dalam menafsirkan, memproses, dan menyimpan informasi

yang terkait dengan produk dan merek tersebut. Ekuitas merek dapat

mempengaruhi rasa percaya diri konsumen dalam pengambilan keputusan

pembelian atas dasar pengalaman masa lalu dalam penggunaan atau

kedekatan, asosiasi dengan berbagai karakteristik merek. Dalam

kenyataannya, perceived quality dan brand association dapat

mempertinggi tingkat kepuasan konsumen (Durianto dkk, 2004).

Disamping memberi manfaat bagi konsumen, ekuitas merek juga

memberikan nilai bagi perusahaan dalam bentuk (Durianto dkk, 2004):

a. Ekuitas merek yang kuat dapat mempertinggi keberhasilan program

dalam memikat konsumen baru atau merangkul kembali konsumen

lama. Promosi yang dilakukan akan lebih efektif jika merek dikenal.

ekuitas merek yang kuat dapat menghilangkan keraguan konsumen

terhadap kualitas merek.

b. Empat dimensi brand equity : brand awareness, perceived quality,

asosiasi-asosiasi, dan aset merek lainnya dapat mempengaruhi alasan

pembelian konsumen. Bahkan seandainya brand awareness, perceived

quality, dan asosiasi-asosiasi tidak begitu penting dalam proses

pemilihan merek, ketiganya tetap dapat mengurangi keinginan atau

(34)

15

c. Brand loyalty yang telah diperkuat merupakan hal penting dalam

merespons inovasi yang dilakukan para pesaing. Brand loyalty adalah

salah satu kategori brand equity yang dipengaruhi oleh kategori brand

equity lainnya. Kategori-kategori brand equity lainnya juga

berhubungan satu sama lain. Perceived quality dapat dipengaruhi oleh

brand awareness. Nama merek dapat memberikan kesan bahwa produk

dibuat dengan baik (perceived quality), diyakinkan oleh asosiasi dan

loyalitas (seorang konsumen yang loyal tidak akan menyukai produk

yang kualitasnya rendah).

d. Brand association juga sangat penting sebagai dasar strategi positioning

maupun strategi perluasan produk. Suatu analisis terhadap portofolio

merek sangat diperlukan untuk mengetahui efektivitas dari perluasan

merek yang telah dilakukan.

e. Salah satu cara memperkuat brand equity adalah dengan melakukan

promosi besar-besaran yang membutuhkan biaya besar. Brand equity

yang kuat memungkinkan perusahaan memperoleh margin yang lebih

tinggi dengan menerapkan premium price (harga premium), dan

mengurangi ketergantungan pada promosi sehingga dapat dapat

diperoleh laba yang lebih tinggi.

f. Brand equity yang kuat dapat digunakan sebagai dasar untuk

pertumbuhan dan perluasan merek kepada produk lainnya atau

(35)

16

lebih mahal untuk dimasuki tanpa merek yang memiliki brand equity

tersebut.

g. Brand equity yang kuat dapat meningkatkan penjualan karena mampu

menciptakan loyalitas saluran distribusi. Toko, supermarket dan

tempat-tempat penjualan lainnya tidak akan ragu-ragu untuk menerima

suatu produk dengan brand equity yang kuat dan sudah terkenal untuk

dijual kepada konsumen. Produk dengan brand equity yang kuat akan

dicari oleh pedagang karena mereka yakin bahwa produk dengan merek

tersebut akan memberikan keuntungan bagi mereka. Dengan brand

equity yang kuat, saluran distribusi dapat berkembang sehingga

semakin banyak tempat penjualan yang pada akhirnya akan

memperbesar volume penjualan produk tersebut.

h. Aset-aset ekuitas merek lainnya dapat memberikan keuntungan

kompetitif bagi perusahaan dengan memanfaatkan celah-celah yang

tidak dimiliki pesaing. Biasanya, bila dimensi utama dari brand equity

yaitu brand awareness, brand association, perceived quality, dan brand

loyalty sudah kuat, secara otomatis aset ekuitas merek lainnya juga akan

(36)

17 C. Elemen-Elemen Ekuitas Merek

1. Kesadaran Merek (Brand Awareness) a. Pengertian Kesadaran Merek

Menurut Aaker (1997:90), kesadaran merek adalah kesanggupan seorang calon pembeli untuk mengenali atau mengingat kembali

bahwa suatu merek merupakan bagian dari kategori produk tertentu.

Kesadaran (awareness) menggambarkan keberadaan merek di

dalam pikiran konsumen, yang dapat menjadi penentu dalam beberapa

katagori dan biasanya mempunyai peranan kunci dalam brand equity.

Meningkatkan kesadaran adalah suatu mekanisme untuk memperluas

pasar merek. Kesadaran juga mempengaruhi persepsi dan tingkah

laku. Kesadaran merek merupakan key of brand asset atau kunci

pembuka untuk masuk ke elemen lainnya. Jadi jika kesadaran itu

sangat rendah maka hampir dipastikan bahwa ekuitas mereknya juga

rendah (Durianto dkk, 2004).

Menurut Yoo dkk (2000:203), indikator-indikator kesadaran

merek antara lain :

1) Konsumen mengetahui seperti apa merek X.

2) Konsumen dapat mengenali merek X diantara merek pesaing.

3) Konsumen dapat mengingat langsung merek X.

4) Konsumen dapat dengan cepat mengingat ciri merek X.

5) Konsumen dapat dengan cepat mengingat logo atau simbol merek

(37)

18

6) Konsumen dapat dengan mudah membayangkan merek X di

benaknya.

Terdapat beberapa tingkatan dari brand awareness. Tingkatan

brand awareness dari tingkat terendah sampai tingkat tertinggi dapat

dilihat dari piramida kesadaran merek sebagai berikut

Gambar 2.2

Piramida Brand Awareness

Puncak Pikiran

(Top of mind)

Pengingat Kembali Merek

(Brand Recall)

Pengenalan Merek

(Brand Recognation)

Tidak Menyadari Merek

(Brand Unaware)

Gambar 2.2 Piramida Brand Awareness

(38)

19

Penjelasan mengenai piramida kesadaran merek dari tingkat yang

paling rendah hingga pada tingkat yang tertinggi adalah sebagai

berikut : (Durianto dkk, 2004)

1) Unaware of Brand (tidak menyadari keberadaan merek)

Menggambarkan tingkat paling rendah dalam piramida kedaran

merek, di mana konsumen tidak menyadari adanya suatu merek.

2) Brand Recognition (pengenalan merek)

Merupakan tingkat minimal kesadaran merek, di mana pengenalan

suatu merek muncul lagi setelah dilakukan pengingatan kembali

lewat bantuan (aided recall). Pertanyaan yang diajukan dibantu

dengan menyebutkan ciri-ciri produk tersebut.

3) Brand Recall (pengingatan kembali terhadap merek)

Yaitu pengingatan kembali terhadap merek tanpa bantuan (unaided

recall), yakni pengingatan tanpa bantuan, karena konsumen tidak

perlu dibantu untuk mengingat merek. Brand Recall mencerminkan

merek-merek apa yang diingat konsumen setelah menyebutkan

merek yang pertama kali disebut.

4) Top of Mind (puncak pikiran)

Adalah merek yang disebutkan pertama kali oleh konsumen atau

yang pertama kali muncul dalam benak konsumen. Dengan kata

lain, merek tersebut merupakan merek utama dari berbagai merek

(39)

20 b. Peran Brand Awareness dalam Brand Equity

Menurut Durianto dkk (2004), peran brand awareness terhadap

brand equity dalam kaitannya untuk menciptakan nilai ialah sebagai

[image:39.612.93.567.150.516.2]

berikut:

Gambar 2.3 Peran Brand Awareness

(Sumber: Durianto dkk, 2004:7)

Keterangan

1) Jangkar yang menjadi cantolan bagi asosiasi lain

Suatu merek yang kesadarannya tinggi akan membantu

asosiasi-asosiasi melekat pada merek tersebut karena adanya jelajah merek

tersebut menjadi sangat tinggi di benak konsumen.

2) Familier/rasa suka

Jika kesadaran merek akan suatu produk di mata konsumen sangat

tinggi, konsumen akan sangat akrab dengan merek perusahaan

tersebut, dan lama-kelamaan akan timbul rasa suka yang tinggi

terhadap merek yang kita pasarkan.

Brand Awareness

Jangkar yang menjadi cantolan asosiasi lain

Familier/rasa suka

Substansi/komitmen

(40)

21

3) Substansi /komitmen.

Kesadaran merek dapat menandakan keberadaan, komitmen, dan

inti yang sangat penting bagi suatu perusahaan. Secara logika,

suatu nama dikenal karena beberapa alasan, mungkin karena

program iklan perusahaan yang ekstensif, jaringan distribusi yang

luas, eksistensi yang sudah lama dan teruji oleh waktu, dan merek

tersebut dikelola dengan baik. Jika kualitas dua merek sama, brand

awareness akan menjadi faktor yang menentukan dalam keputusan

pembelian konsumen.

4) Mempertimbangkan merek.

Langkah pertama dalam suatu proses pembelian adalah menyeleksi

dari suatu kelompok merek-merek yang dikenal untuk

dipertimbangkan merek mana yang akan diputuskan dibeli. Merek

yang memiliki Top of Mind yang tinggi mempunyai nilai yang

tinggi. Jika suatu merek tidak tersimpan dalam ingatan, merek

tersebut tidak dipertimbangkan di benak konsumen.

c. Cara Mencapai Brand Awareness

Pengenalan maupun pengingatan merek akan melibatkan upaya

mendapatkan identitas nama dan menghubungkannya ke kategori

produk. Brand awareness dapat dicapai dan diperbaiki, terdapat

beberapa cara yang dapat ditempuh antara lain sebagai berikut

(41)

22

1) Pesan yang disampaikan harus mudah diingat dan tampil beda

dibandingkan dengan lainnya serta harus ada hubungan antara

merek dengan kategori produknya.

2) Memakai slogan atau jingle lagu yang menarik, sehingga dapat

membantu konsumen untuk mengingat merek.

3) Jika produk memiliki simbol, hendaknya simbol yang dipakai

dapat dihubungkan dengan mereknya.

4) Perluasan nama merek dapat dipakai agar merek semakin banyak

diingat pelanggan.

5) Brand awareness dapat diperkuat dengan memakai suatu isyarat

yang sesuai dengan kategori produk, merek, atau keduanya.

6) Melakukan pengulangan untuk meningkatkan pengingatan karena

membentuk ingatan lebih sulit dibandingkan membentuk

pengenalan.

2. Asosiasi Merek (Brand Association)

Asosiasi Merek adalah merupakan segala kesan yang muncul

dibenak seseorang yang terkait dengan ingatannya mengenai suatu merek

(Durianto dkk, 2004:69). Sedangkan menurut Aaker dalam Rangkuti

(2004:43), asosiasi merek adalah segala hal yang berkaitan dengan ingatan

mengenai merek. Asosiasi itu tidak hanya eksis, namun juga memiliki

suatu tingkat kekuatan. Keterkaitan pada suatu merek akan lebih kuat

(42)

23

mengkomunikasikannya. Berbagai asosiasi yang diingat konsumen dapat

dirangkai sehingga membentuk citra tentang merek atau brand image di

dalam benak konsumen. Brand image adalah sekumpulan asosiasi merek

yang terbentuk di benak konsumen. Konsumen yang terbiasa

menggunakan merek tertentu cenderung memiliki konsistensi terhadap

brand image atau hal ini disebut juga dengan kepribadian merek (brand

personality).

Pada umumnya asosiasi merek (terutama yang membentuk brand

image-nya) menjadi pijakan konsumen dalam keputusan pembelian dan

loyalitas pada merek tersebut. Dalam prakteknya, didapati banyak sekali

kemungkinan asosiasi dan variasi dari brand association yang dapat

memberikan nilai bagi suatu merek, dipandang dari sisi perusahaan

maupun dari sisi pengguna. Berbagai fungsi asosiasi merek tersebut adalah

(Darmadi dkk, 2004:69) :

a. Membantu proses penyusunan informasi (Help process/retrieve

information)

b. Membedakan (Differentiate)

Suatu produk dapat memberikan landasan yang penting bagi upaya

pembedaan suatu merek lain.

c. Alasan pembelian (Reason to buy)

Brand association membangkitkan berbagai atribut produk atau

manfaat bagi konsumen yang dapat memberikan alasan spesifik bagi

(43)

24

d. Menciptakan sikap atau perasaan positif (Create positive

attitude/feelings)

Beberapa asosiasi mampu menciptakan suatu perasaan positif atas dasar

pengalaman mereka serta pengubahan pengalaman tersebut menjadi

sesuatu yang berbeda.

e. Landasan untuk perluasan (Basis for exetensions)

Menjadi landasan bagi suatu perluasan dengan menciptakan rasa

kesesuaian (sense of fit) antara merek dan sebuah produk baru.

Asosiasi merek dapat menciptakan suatu nilai bagi perusahaan dan

para pelanggan, karena ia dapat membantu proses penyusunan informasi

untuk membedakan merek yang satu dari merek yang lain. Terdapat lima

[image:43.612.90.526.93.638.2]

keuntungan asosiasi merek dikemukan oleh Rangkuti yaitu (2009:44) :

Gambar 2.4 Diagram Nilai Brand Association (Sumber:Rangkuti, 2009:43)

Brand Association

Membantu proses/penyusunan informasi

Diferensiasi/posisi

Alasan untuk membeli

Menciptakan sikap/perasaan positif

(44)

25 Keterangan

a. Dapat membantu proses penyusunan informasi, yaitu dapat membantu

memberikan sekumpulan fakta dan spesifikasi yang dapat dengan

mudah dikenal oleh konsumen.

b. Perbedaan. Asosiasi dapat memberikan landasan yang penting bagi

usaha pembedaan satu merek dengan merek yang lain.

c. Alasan untuk membeli. Asosiasi merek sangat membantu para

konsumen untuk mengambil keputusan untuk membeli produk tersebut

atau tidak.

d. Penciptaan sikap atau perasaan positif. Asosiasi merek dapat

merangsang perasaan positif yang pada akhirnya juga akan berdampak

positif pada produk yang bersangkutan.

e. Landasan untuk perluasan. Asosiasi merek dapat menghasilkan

landasan bagi suatu perluasan merek, yaitu dengan menciptakan rasa

kesesuaian antara suatu merek dengan sebuah produk baru.

Asosiasi–asosiasi yang terkait dengan suatu merek umumnya

dihubungkan dengan hal berikut (Durianto dkk, 2004:70) :

a. Atribut produk (Product attributes), menurut Kotler dan Armstrong

(2008:272), atribut produk meliputi kualitas, fitur, gaya dan desain.

Sedangkan menurut Widiana dan Sinaga (2010:43), atribut produk

(45)

26

b. Atribut tak berwujud (Intangibles attributes), yaitu suatu faktor yang

tidak berwujud merupakan atribut umum, seperti halnya persepsi

kualitas, kemajuan teknologi, atau kesan nilai yang mengikhtisarkan

serangkaian atribut yang objektif.

c. Manfaat bagi pelanggan (Customer’s benefits) yaitu produk dapat

memberikan manfaat bagi pelanggan. Manfaat bagi pelanggan dapat

dibagi dua, yaitu rational benefit (manfaat rasional) dan psychological

benefit (manfaat psikologis). Manfaat rasional berkaitan erat dengan

atribut dari produk yang dapat menjadi bagian dari proses pengambilan

keputusan yang rasional. Manfaat psikologis sering kali merupakan

konsekuensi ekstrem yang ditimbulkan ketika membeli atau

menggunakan merek tersebut.

d. Harga relatif (relative price) merupakan evaluasi terhadap suatu merek

di sebagian kelas produk yang diawali dengan penentuan posisi merek

tersebut dalam satu atau dua dari tingkat harga.

e. Penggunaan (application) merupakan pendekatan penggunaaan yang

dilakukan dengan mengasosiasikan merek dengan suatu penggunaan

atau aplikasi tertentu.

f. Pengguna/pelanggan (user/customer) merupakan pendekatan yang

dilakukan dengan mengasosiasikan sebuah merek dengan sebuah tipe

pengguna atau pelanggan dari produk tersebut. Misalnya Dimension

(46)

27

g. Orang terkenal/khalayak (celebrity/person) adalah suatu pendekatan

dengan mengkaitkan orang terkenal atau artis dengan sebuah merek

dapat mentransfer asosiasi kuat yang dimiliki oleh orang terkenal ke

merek tersebut.

h. Gaya hidup/kepribadian (life style/personality) adalah sebuah merek

bisa diilhami oleh asosiasi para pelanggan merek tersebut dengan aneka

kepribadian dan karakteristik gaya hidup yang hampir sama.

i. Kelas produk (product class), mengasosiasikan sebuah merek menurut

kelas produknya. Misalnya, Volvo mencerminkan nilai berupa prestige,

performa tinggi, keamanan, dan lain-lain.

j. Para pesaing (competitors), mengetahui pesaing dan berusaha untuk

menyamai atau bahkan mengungguli pesaing

k. Negara/wilayah geografis (country/geographic area), sebuah negara

dapat menjadi simbol yang kuat, asalkan negara itu mempunyai

hubungan yang erat dengan produk, bahan, dan kemampuan. Contoh,

prancis diasosaisikan dengan mode pakaian dan parfum. Asosiasi

tersebut dapat dieksploitasi dengan mengaitkan merek pada suatu

negara.

Dari sebelas 11 indikator tersebut, pada indikator kelas produk, canon

dan nikon memiliki produk kamera dengan masing masing kelas

konsumen yang sama dan pada indikator negara, produk kamera canon

(47)

28

teknologi yang canggih, sehingga 9 indikator yang digunakan sudah

cukup memadai.

3. Persepsi Kualitas (Perceived-Quality) a. Pengertian Persepsi Kualitas

Menurut Aaker dalam Rangkuti (2009:41), persepsi kualitas

merupakan persepsi konsumen terhadap keseluruhan kualitas atau

keunggulan suatu produk atau jasa layanan berkaitan dengan maksud

yang diharapkannya.

Persepsi kualitas dapat didefinisikan sebagai persepsi pelanggan

terhadap keseluruhan kualitas atau keunggulan suatu produk atau jasa

layanan berkaitan dengan apa yang diharapkan oleh pelanggan

(Durianto dkk, 2004:96).

Persepsi terhadap kualitas keseluruhan dari suatu produk atau jasa

dapat menentukan nilai dari produk atau jasa tersebut dan berpengaruh

secara langsung kepada keputusan pembelian konsumen dan loyalitas

mereka terhadap merek (Durianto dkk, 2004:96).

Persepsi kualitas memberikan nilai dalam beberapa bentuk

(48)
[image:48.612.92.527.93.525.2]

29

Gambar 2.5 Diagram Nilai dari Persepsi Kualitas (Sumber: Rangkuti, 2009:43)

Keterangan

1) Alasan untuk membeli

Kesan kualitas sebuah merek memberikan alasan yang penting

untuk membeli. Hal ini mempengaruhi merek-merek mana yang

harus dipertimbangkan, dan selanjutnya mempengaruhi merek apa

yang akan dipilih.

2) Diferensiasi/posisi

Suatu karakteristik penting dari merek adalah posisinya dalam

dimensi persepsi kualitas.

3) Harga optimum

Keuntungan ketiga ini memberikan pilihan-pilihan di dalan

menetapkan harga optimum.

Persepsi Kualitas

Alasan untuk membeli

Diferensiasi/posisi

Harga optimum

Minat saluran distribusi

(49)

30

4) Minat saluran distribusi

Keuntungan keempat ini memiliki arti penting bagi para

distributor, pengecer serta berbagai saluran distribusi lainnya,

karena hal itu sangat membantu perluasan distribusi.

5) Perluasan merek

Persepsi kualitas dapat dieksplorasi dengan cara mengenalkan

berbagai perluasan merek, yaitu dengan menggunakan merek

tertentu untuk masuk kedalam kategori produk baru.

b. Indikator Persepsi Kualitas

Menurut Durianto dkk (2001:98), mengembangkan definisi

kualitas kedalam beberapa dimensi, yaitu sebagai berikut :

1. Performance ( Kinerja )

Merupakan karakteristik dari produk inti dan merupakan aspek

fungsional dari suatu produk. Misalnya karakteristik operasional

mobil adalah kecepatan, akselerasi, sistem kemudi, serta

kenyamanan. Karena faktor kepentingan pelanggan berbeda satu

sama lain. Sering kali pelanggan mempunyai sikap yang berbeda

dalam atribut ini.

2. Serviceability ( Kemudahan Pelayanan )

Mencerminkan kemampuan memberikan pelayanan pada produk

tersebut. Misalnya mobil merek tertentu menyediakan pelayanan

(50)

31

3. Durability ( Daya Tahan )

Mencerminkan umur ekonomis dari merek tersebut. Misalnya

mobil merek tertentu yang memposisikan dirinya sebagai mobil

tahan lama. Walaupun telah berumur 12 tahun tetapi tetap

berfungsi dengan sangat baik.

4. Reliabilty ( Kehandalan )

Konsisten dari kinerja yang dihasilkan suatu produk dari satu

pembelian ke pembelian lainnya. Dimensi keandalan juga berkaitan

dengan probabilitas suatu produk menjalankan fungsinya secara

berhasil dalam produk tertentu dibawah kondisi tertentu. Dengan

demikian kehandalan merupakan karateristik yang merupakan

tingakat keberhasilan dalam menggunakan suatu produk.

c. Membangun Perceived Quality yang kuat

Membangun perceived quality harus diikuti dengan peningkatan

kualitas nyata dari produknya karena akan sia-sia meyakinkan

pelanggan bahwa kualitas merek produknya tinggi bilamana kenyataan

menunjukkan kebalikannya. Bahkan dalam jangka panjang upaya

tersebut akan menjadi bumerang. Pelangan yang tidak puas akan

merasa dikecewakan sehingga perceived quality yang dimiliki pada

awalnya berganti dengan kesan benci karena merasa dibodohi.

Kejadian tersebut menyebabkan kemungkinan perpindahan merek

yang sangat besar di kemudian hari. Intinya adalah jika pengalaman

(51)

32

posisikan maka citra perceived quality tidak dapat dipertahankan.

Berikut adalah berbagai hal yang perlu dipertahankan dalam

membangun perceived quality.(Aaker dalam Durianto dkk, 2004:103)

1. Komitmen terhadap kualitas

Perusahan harus mempunyai komitmen terhadap kualitas serta

memelihara kualitas secara terus menerus. Upaya memelihara

kualitas bukan hanya basa basi tapi tercermin dalam tindakan tanpa

kompromi.

2. Budaya kualitas

Komitmen kualitas harus terefleksi dalam budaya perusahaan,

norma perilakunya, dan nilai-nilainya. Jika perusahaan dihadapkan

kepada pilihan kualitas dan biaya maka kualitas yang harus

dimenangkan.

3. Informasi masukan dari pelanggan

Pada akhirnya dalam membangun perceived quality pelangganlah

yang mendefinisikan kualitas. Seringkali para pemimpin keliru

dalam memperkirakan apa yang dianggap penting oleh

pelanggannya. Untuk kartu kredit, misalnya para manajer

memperkirakan bahwa kemudahan memperoleh kartu kredit adalah

yang paling penting bagi pelanggan, padahal bagi pelanggan

keamanan dan jaminan terhadap kartu hilang adalah yang

(52)

33

berkesinambungan melakukan riset terhadap pelanggannya

sehingga diperoleh informasi yang akurat, relevan, dan up-to-date.

4. Sasasaran/standar yang jelas

Sasaran kualitas harus jelas dan tidak terlalu umum karena sasaran

kualitas yang terlalu umum cenderung menjadi tidak bermanfaat.

Kualitas juga harus memiliki standar yang jelas, dapat dipahami,

dan diperioritaskan. Terlalu banyak sasaran tanpa prioritas sama

saja dengan tidak mempunyai sasaran yang fokus yang pada

akhirnya akan membahayakan kelangsungan perusahaan sendiri.

5. Kembangkan karyawan yang inisiatif

Karyawan harus dimotivasi dan diizinkan untuk berinisiatif serta

dilibatkan dalam mencari solusi masalah yang dihadapi dengan

pemikiran yang kreatif dan inovatif. Karyawan juga secara aktif

dilibatkan dalam pengendalian kualitas kualitas layanan.

4. Loyalitas Merek (Brand Loyalty) a. Pengertian Loyalitas Merek

Menurut Rangkuti (2009:60), loyalitas merek adalah suatu

ukuran kesetiaan konsumen terhadap suatu merek. Sedangkan menurut

Durianto dkk (2004:126), loyalitas merek merupakan suatu ukuran

keterkaitan pelanggan kepada sebuah merek.

Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa loyalitas

(53)

34

terhadap sebuah produk. Ukuran ini mampu memberikan gambaran

tentang mungkin tidaknya seorang pelanggan beralih ke produk lain,

terutama jika pada merek tersebut didapati adanya perubahan, baik

menyangkut harga ataupun atribut lain. Apabila loyalitas meningkat,

maka dapat mengurangi kerentanan kelompok pelanggan dari serangan

kompetitor, sehingga laba yang optimal dapat diperoleh karena

loyalitas merek.

Menurut Yoo dkk (2000:203), indikator-indikator loyalitas merek

antara lain :

1) Konsumen menganggap dirinya loyal terhadap Merek X

2) Merek X akan menjadi pilihan pertama konsumen

3) Konsumen tidak akan membeli merek lain jika jika merek X

tersedia di toko

Menurut Kim dan Kim (2004:120), menyatakan bahwa

indikator-indikator loyalitas merek pada pengukuran Customer Based

Restaurant Brand Equity adalah sebagai berikut :

1) Konsumen mengunjungi restoran tertentu secara rutin

2) Konsumen berminat mengunjungi restoran tertentu lagi

3) Konsumen biasanya menjadikan restoran tertentu sebagai sebagai

pilihan pertama dibandingkan restoran lain

4) Konsumen puas dengan kunjungannya ke restoran tersebut

5) Konsumen akan merekomendasikan restoran tersebut kepada orang

(54)

35

6) Konsumen tidak akan beralih ke restoran lain di lain waktu

Dari teori- teori diatas maka dirumuskan indikator – indikator brand loyalty

sebagai berikut :

1. Konsumen membeli produk merek x secara rutin

2. Konsumen berminat membeli produk merek x lagi

3. Merek x akan menjadi pilihan utama konsumen

4. Konsumen merasa puas setelah menggunakan produk merek x

5. Konsumen tidak akan membeli merek lain jika merek x tersedia di toko

6. Konsumen akan merekomendasikan merek x kepada orang lain

7. Konsumen tidak akan beralih ke merek lain di lain waktu

8. Konsumen menganggap dirinya loyal terhadap merek x

b. Fungsi Brand Loyalty

Dengan pengelolaan dan pemanfaatan yang benar, brand loyalty

dapat menjadi asset strategis bagi perusahaan. Berikut adalah beberapa

potensi yang dapat diberikan oleh brand loyalty bagi perusahaan:

(Durianto, dkk, 2004:127)

a. Reduced Marketing Costs (Mengurangi Biaya Pemasaran)

Biaya pemasaran untuk mempertahankan pelanggan akan lebih

murah dibandingkan dengan upaya untuk mendapatkan

pelanggan baru. Jadi, biaya pemasaran akan mengecil jika brand

loyalty meningkat. Ciri yang paling Nampak dari jenis pelanggan

ini adalah mereka membeli suatu produk karena harganya murah.

(55)

36

Loyalitas yang kuat terhadap suatu merek akan menghasilkan

peningkatan perdagangan dan memperkuat keyakinan perantara

pemasaran. Dapat disimpulkan bahwa pembeli ini dalam

membeli suatu merek didsarkan atas kebiasaan mereka selama

ini.

c. Attacing New Customers (Menarik Minat Pelanggan Baru)

Perasaan puas dan suka kepada merek oleh pelanggan akan

menimbulkan perasaan keyakinan bagi calon pelanggan untuk

mengkonsumsi merek tersebut terutama jika pembelian yang

mereka lakukan mengandung resiko tinggi. Di samping itu,

pelanggan yang puas umumnya akan merekomendasikan merek

tersebut kepada orang yang dekat dengannya sehingga dapat

menarik pelanggan baru.

d. Provide Time to Respond to Competitive Threats (Memberi

Waktu untuk Merespons Ancaman Persaingan)

Brand loyalty akan memberikan waktu pada sebuah perusahaan

untuk merespons gerak pesaing. Jika salah satu pesaing

mengembangkan produk yang unggul, pelanggan yang loyal

akan memberikan waktu pada perusahaan tersebut untuk

memperbaharui produknya dengan cara menyesuaikan atau

menetralisasikannya.

(56)

37 c. Tingkatan Brand Loyalty

Dalam kaitannya dengan brand loyalty suatu produk, didapati

adanya beberapa tingkatan brand loyalty. Masing-masing tingkatannya

menunjukkan tantangn pemasaran yang harus dihadapi sekaligus asset

yang dapat dimanfaatkan. Adapun tingkatan brand loyalty tersebut

adalah sebagai berikut (Durianto, dkk 2004:128):

a. Switcher (berpindah-pindah)

Switcher adalah tingkat paling dasar dalam tingkatan loyalitas

merek. Semakin tinggi frekuensi pelanggan untuk memindahkan

pembeliannya dari suatu merek ke merek-merek yang lain yang

mengindikasikan mereka sebagai pembeli yang sama sekali tidak

loyal atau tidak tertarik pada merek tersebut. Pada tingkatan ini

merek apa pun mereka anggap memadai serta memegang peranan

yang sangat kecil dalam keputusan pembelian. Ciri yang paling

nampak dari jenis pelanggan ini adalah mereka membeli suatu

produk karena harganya murah.

b. Habitual Buyer (pembeli yang bersifat kebiasaan)

Habitual Buyer adalah pembeli yang dalam tingkat loyalitas

dapat diaktegorikan sebagai pembeli yang puas dengan merek

produk yang dikonsumsinya atau setidaknya mereka tidak

mengalami ketidakpuasan dalam mengkonsumsi merek produk

tersebut. Pada tingkatan ini pada dasarnya tidak didapati alasan

(57)

38

produk yang lain atau berpindah merek terutama jika peralihan

tersebut memerlukan usaha, biaya maupun berbagai pengorbanan

lainnya. Dapat disimpulkan bahwa pembeli ini dalam membeli

suatu merek didasarkan atas kebiasaan mereka selama ini.

c. Satiefied Buyer (pembeli yang puas dengan biaya peralihan)

Satiefied Buyer adalah suatu tingkat loyalitas dimana pembeli

merek merasa puas bila mereka mengkonsumsi merek tersebut,

meskipun demikian mungkin saja mereka memindahkan

pembeliannya ke merek lain dengan menanggung switching cost

(biaya peralihan) yang terkait dengan waktu, uang, atau resiko

kinerja yang melekat dengan tindakan mereka beralih merek.

Untuk dapat menarik minat para pembeli yang masuk dalam

tingakt loyalitas ini maka para pesaing perlu mengatasi biaya

peralihan yang harus ditanggung oleh pembeli yang masuk dalam

kategori ini dengan menawarkan berbagai manfaat yang cukup

besar sebagai kompensasinya (switching cost loyal).

d. Likes the Brand (menyukai merek)

Pembeli yang masuk kategori loyalitas ini merupakan pembeli

yang sungguh-sungguh menyukai merek tersebut. Pada tingkatan

ini dijumpai perasaan emosional yang terkait pada merek. Rasa

suka pembeli bisa saja didasari oleh asosiasi yang terkait dengan

simbol, rangkaian pengalaman dalam penggunaan sebelumnya

(58)

39

disebabkan oleh perceived quality yang tinggi. Meskipun

demikian seringkali rasa suka ini merupakan suatu perasaan yang

sulit diidentifikasi dan ditelusuri dengan cermat untuk

dikategorikan ke dalam sesuatu yang spesifik.

e. Committed Buyer (pembeli yang komit)

Pada tahapan ini pembeli merupakan pelanggan yang setia.

Mereka memiliki suatu kebanggaan sebagai pengguna suatu

merek dan bahkan merek tersebut menjadi sangat penting bagi

mereka dipandang dari segi fungsinya maupun sebagai suatu

ekspresi mengenai siapa sebenarnya mereka. Pada tingkatan ini,

salah satu aktualisasi loyalitas pembeli ditunjukkan oleh tindakan

merekomendasikan dan mempromosikan merek tersebut kepada

pihak lain.

Tiap tingkatan brand loyalty mewakili tantangan pemasaran yang

berbeda dan juga mewakili tipe aset yang berbeda dalam pengelolaan

dan eksploitasinya. Tampilan piramida brand loyalty yang umum

(59)
[image:59.612.96.525.123.533.2]

40

Gambar 2.6.

Piramida Brand Loyalty

Committed buyer

Liking the brand

Satiesfied buyer

Habitual Buyer

Switcher

Sumber : Durianto dkk, (2004:130)

D. Penelitian Terdahulu

Penelitian yang berkaitan dengan ekuitas merek sudah banyak dilakukan

oleh peneliti sebelumnya dengan fokus pada produk yang berbeda. Berikut ini

beberapa penelitian terdahulu yang akan penulis gambarkan berkenaan dengan

tema skripsi yang diangkat oleh penulis:

1. Penelitian yang dilakukan oleh Robertus Sola Asisi (2007), dengan judul

“Analisis Perbandingan Brand Equity Indomie Dengan Mie Sedaap Pada

Mahasiswa Universitas Negeri Semarang”

Penelitian ini menggunakan metode uji beda t-test. Adapun hasil

analisis perbandingan ekuitas merek antara Indomie dan Mie Sedaap

(60)

41

a. Brand Awareness

Dalam penelitian ini terdapat perbedaan yang signifikan antara

kesadaran merek Indomie dan Mie Sedaap, dimana kesadaran merek

Indomie lebih baik dari Mie Sedaap. Hal ini dapat diketahui dari nilai

mean brand awareness Indomie yang lebih besar dari Mie Sedaap

sebesar 20,6823 > 20,1771. Perbedaan ini bisa disebabkan karena

merek Indomie telah dikenal jauh lebih lama oleh konsumen mie

instan di Indonesia sehingga menjadi top of mind dikategori produk

mie instan. Selain itu, untuk menc

Gambar

Gambar 2.1.
Gambar 2.3 Peran Brand Awareness
Gambar 2.4 Diagram Nilai Brand Association
Gambar 2.5 Diagram Nilai dari Persepsi Kualitas
+7

Referensi

Dokumen terkait

Mahasiswa diharapkan dapat menguasai penggunaan pendekatan konseling (beserta teknik-tekniknya secara tepat) dalam proses konseling. Untuk memandu penguasaan pendekatan

Wawancara terstruktur digunakan sebagai teknik pengumpulan data bila peneliti atau pengumpul data telah mengetahui dengan pasti tentang informasi apa yang

Tidak ada hubungan antara tingkat pengetahuan dengan motivasi melaksanakan diet pada pasien diabetes mellitus rawat jalan di RSUD Dr.. Bagi RSUD

Given the specific postcolonial conditions, the female characters in both novels come across as autonomous and having their individual voices that cannot be reduced into one

Untuk mengetahui ada atau tidaknya peningkatan prestasi belajar dengan menggunakan metode inquiry berbasis media simulasi PhET, hasil skor yang diperoleh kelompok Kelas

Artinya, proses akan dimulai dengan peleburan aluminium menjadi cair, pengukuran temperatur tuang, penuangan campuran foaming agent, pengadukan, foaming, lalu pelepasan

ananas merupakan 3 kelompok bakteri patogen tumbuhan yang berasal dari genus Erwinia dengan kisaran inang yang luas, mencakup tanaman pangan, sayuran, buah dan tanaman hias,

Terdapat perbedaan signifikan nilai pretest dan posttest sebelum dan sesudah dilakukan pendidikan kesehatan, berdasarkan hasil t hitung lebih besar dari pada harga t tabel