• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dinamika Sosial Politik Organisasi Pemuda Pancasila Sumatera Utara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Dinamika Sosial Politik Organisasi Pemuda Pancasila Sumatera Utara"

Copied!
162
0
0

Teks penuh

(1)

TESIS

Oleh

NINA KARINA

057024016/SP

SEKOLAH PASCA SARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

TESIS

Untuk Memperoleh Gelar Magister Studi Pembangunan (MSP)

dalam Program Studi Pembangunan pada

Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

Oleh

NINA KARINA

057024016/SP

SEKOLAH PASCA SARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

Nama Mahasiswa : Nina Karina

Nomor Pokok : 057024016

Program Studi` : Studi Pembangunan

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Drs.Zulkifli Lubis, MA) (Drs.Henry Sitorus, MA)

Ketua Anggota

Ketua Program Studi Direktur PPs USU

(Drs.Subhilhar, MA,PhD) (Prof.Dr.Ir.T.Chairun Nisa,B.MSc)

(4)

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Drs.Zulkifli Lubis, MA

Anggota : 1. Drs.Henry Sitorus, MA

2. Drs Sudirman, MSP

3. Drs.Gustanto, Mhum

(5)

DINAMIKA SOSIAL POLITIK ORGANISASI

PEMUDA PANCASILA SUMATERA UTARA

TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, 12 Maret 2008 Penulis,

(6)

Sumatera Utara, yang anggotanya dari seluruh lapisan masyarakat, tanpa membatasi latar belakang etnis, agama dan profesi. Organisasi ini berbasis pada pengembangan sumber daya manusia yang berkualitas, yang diharapkan melahirkan kader-kader Pemuda Pancasila yang berwawasan jauh kedepan serta tetap berpegang teguh pada nilai-nilai budaya bangsa, sehingga mampu memahami,dan menyikapi persoalan dan permasalahan bangsa di masa kini dan di masa akan datang. Kemampuan untuk membina organisasi Pemuda Pancasila akan memberikan makna positif bagi dunia kepemudaan, walaupun ada pandangan yang skeptis terhadap organisasi Pemuda Pancasila ini dari masyarakat SumateraUtara.

Sejalan dengan berjalannya waktu, maka Organisasi Pemuda Pancasila melakukan penataan dengan mengadakan revaluasi,reposisi dan reaktualisasi peran dan fungsinya dari Organisasi Kemasyarakatan Pemuda (OKP) menjadi Organisasi Sosial Kemasyarakatan (Ormas). Banyak dinamika yang dialami dalam menjalankan organisasi Pemuda Pancasila di Sumatera Utara, baik dari pemuda, masyarakat bahkan diantara kader-kader Pemuda Pancasila sendiri.

Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini bersifat deskriptif dengan pendekatan kualitatif, karena penelitian ini berupaya menggambarkan dinamika sosial politik organisasi Pemuda Pancasila di Sumatera Utara, dan bagaimana organisasi ini tetap eksis dalam mengembangkan keberadaannya ditengah-tengah masyarakat. Sehingga untuk memperdalam analisis data yang berkaitan dengan hal tersebut, maka dilakukanlah wawancara secara mendalam dengan informan yang mengerti tentang organisasi Pemuda Pancasila juga masyarakat sebagai warga di Sumatera Utara.

(7)

different background of etnic, religion, and profession. The organization is based on development of quality human resources expected to generate cadres of Pemuda Pancasila who haved more comprehensive orientation forward future and hold tightly the cultural values of the nation and even can understand and respond to any problems and issues facing the nation either nowdays or future. The capability of guiding Pemuda Pancasila organization has a positive significanse on youth worldwide, even though there still a sceptic motivation against Pemuda Pancasila of North Sumatera.

As time progress, Pemuda Pancasila organization has made a managerial arrangement by making revalution, reposition, and reactualization of any role and fuction of youth Society Organization to be a social Organization of youth. There are many dynamic eperiences in running the organization eiter bay the youth, community and even among he cadres of Pemuda Pancasila themselves.

This study used a descriptive method by qualitative approach to this study makes an effort of describing the social and political dynamic of Pemuda Pancasila organization in North Sumatera and how the organization still exist in developing is circumtance in the community. Thus, in order to enrich and develop the analysis of data related to the point above. Therefore, an in-depth with the informen who understood the Pemuda Pancasila organization and also the community of North Sumatera.

(8)

kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis ini. Tesis ini dibuat dalam rangka memenuhi persyaratan memperoleh gelar Magister Studi Pembangunan dari Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara.

Adapun judul Tesis ini adalah ”DINAMIKA SOSIAL POLITIK ORGANISASI PEMUDA PANCASILA SUMATERA UTARA”. Dalam penyelesaian Tesis ini, penulis mendapatkan banyak bantuan materil maupun dorongan moril dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Untuk itu dalam kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Chairuddin P. Lubis, DTM&H, Sp.A (K), selaku Rektor Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan bantuan dana untuk menyelesaikan program Pasca Sarjana di Universitas Sumatera Utara. 2. Ibu Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa, B. MSc, selaku Direktur Sekolah Pasca

Sarjana Universitas Sumatera Utara.

(9)

5. Bapak Drs. Zulkifli Lubis, MA, selaku ketua komisi pembimbing dan Bapak Drs. Henry Sitorus, MA, selaku anggota komisi pembimbing yang telah memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis dalam menyelesaian penulisan tesis ini.

6. Bapak Drs. Sudirman, M.SP dan Drs. Gustanto, M.Hum, selaku komisi pembanding, atas masukan dan kritikannya yang konstruktif guna penyempurnaan tesis ini.

7. Almarhum Papi yang tercinta H. Izin Purba dan yang tersayang Mami Hj. Asiah Siregar yang telah memberikan kasih sayang serta pendidikan, sehingga ananda bisa sekolah sampai saat ini dan adik-adikku yang telah banyak memberikan bantuan yang kakaknda perlukan.

8. Suamiku OK.Eddyarsyah, SE dan anak-anakku yang tersayang, Hafiza Novenda Syahrida, Ssos, OK Agus Hasyimsyah dan Hasdiana Syalsabila yang telah memberikan kekuatan agar mamanya terus belajar serta anak angkatku Emmi Jamin yang begitu setia menemani dalam mengerjakan tesis ini.

(10)

Mbak Ijah yang nun jauh berada di Mesir, Mbak Yayuk serta Ani Gani, yang telah memberikan semangat agar terus belajar, belajar dan belajar. 11.Teman-temanku Angkatan VII (05) pada Magister Studi Pembangunan

Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan dorongan dan motivasi agar cepat selesai dalam menyelesaikan tesis.

12.Yang tidak terlupakan Mbak Nissa, Dina, Iwan dan Dadek, yang telah banyak membantu ketika masih bersekolah dan dalam penyusunan tesis. 13.Pihak-pihak lain yang tidak dapat penulis uraikan satu-persatu.

Akhirnya dengan segala kerendahan hati,semoga tesis ini berguna dan ada manfaatnya. Dan segala bantuannya mendapat balasan dari ALLAH SWT.

Medan, 12 Maret 2008

Hormat Penulis

Nina Karina

(11)

Tempat / Tanggal Lahir : Karo 4 Agustus 1959

NIP : 131 460 525

Pangkat/Golongan : Pembina (VI a)

Jabatan : Lektor Kepala

Alamat Kantor : Fakultas Sastra USU. Jln. Universitas. No. 19

Kampus USU. Padang Bulan. Medan

Alamat Rumah : Jln. Eka Warni VIII. No 10. Medan Johor. Keluarga : : OK.Eddyarsyah. SE (Suami)

Hafiza Novenda Syahridha. S.Sos (Anak) OK. Agus Hasyimsyah (Anak) Hasdiana Salsabila Syahliza (Anak) Pendidikan : SD Swasta Sentosa T.Tinggi : Tamat 1971 SMP Swasta Sentosa T.Tinggi : Tamat 1974 SMA Negeri III Medan : Tamat 1977

Fakultas Sastra USU : Tamat 1983

(12)

KATA PENGANTAR... iii

RIWAYAT HIDUP ………...………...… vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR GAMBAR... ix

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ……… 1

1.2 Perumusan Masalah ………... 14

1.3 Tujuan Penelitian ………..……… 15

1.4 Manfaat Penelitian ... 15

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ... 17

BAB III. METODE PENELITIAN... 29

3.1 Jenis Penelitian... 29

3.2 Definisi Konsep .………...….... 30

3.3 Informan ………...……….... 31

3.4 Tehnik PengumpulanData...………... 32

3.5 Lokasi Penelitian ……….... 33

(13)

4.2.1 Organisasi Kemasyarakatan Pemuda (OKP)…..……… 44

4.2.2 Organisasi Sosial Masyarakat (Ormas)...… 74

4.3 Latar belakang timbulnya konflik antara organisasi Pemuda Pancasila (PP) dengan organisasi Ikatan Pemuda Karya (IPK)... 100

4.4 Dampak kehadiran Partai Patriot Pancasila terhadap eksistensi Organisasi Pemuda Pancasila di Sumatera Utara……...…………... 107

4.5 Munculnya Pemuda Pancasila Khusus (PPK) di kota Medan ... 116

4.6 Eksistensi organisasi Pemuda Pancasila ditengah masyarakat Sumatera Utara... 124

BAB V. PENUTUP ...……...………... 137

Kesimpulan ... 137

Saran………... 141

DAFTAR PUSTAKA………... 144

(14)

Nomor Judul Halaman

1. Aspirasi Politik Pemuda Pancasila 12 2. Sebab terjadinya konflik 101 3. Kelahiran Partai Patriot Pancasila 113

(15)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Pemuda adalah penerus cita-cita perjuangan bangsa dan merupakan sumber insani bagi pembangunan. Kedudukan pemuda yang sangat strategis sehingga

membuat setiap bangsa menggantungkan harapan ke pundak para pemudanya. Banyak sebutan yang diberikan untuk para pemuda ini, seperti harapan bangsa, ahli

waris cita-cita, generasi penerus perjuangan dan ungkapan yang sangat dalam, siapa yang menguasai pemuda akan menguasai masa depan.

Konsep tentang pemuda sesungguhnya memiliki makna yang kompleks,

sehingga tidak jarang orang selalu mempermasalahkan definisi baku dari arti pemuda jadi dalam kesimpulannya bahwa kepemudaan adalah suatu konsep budaya sekaligus sebagai konsep politik. Akan tetapi definisi pemuda akan berbeda dari sudut pandang

masing-masing ahli. Untuk itu definisi pemuda perlu di kesampingkan dari indikator usia. Pemuda yang merupakan motor aktif sosial masyarakat adalah individu-individu

potensial untuk dibentuk dan digarap sebagai objek sekaligus subjek serta merupakan mata rantai yang menghubungkan masa sekarang dan masa depan. Persepsi pemuda bukanlah suatu kata yang pengertiannya semata tergantung pada indikator usia, dan

pemuda adalah pengertian yang lebih tepat untuk menunjukkan kualitas dan semangat, jadi selama orang itu tanggap terhadap perkembangan dan mampu historis

(16)

menentukan proses sosial politik dalam Negara dan masyarakat. Mereka begitu tegar

dalam memperjuangkan kemerdekaan mengusir kolonialisme baik secara fisik maupun pemikiran (Ben Anderson,1997)

Pemuda selaku pelaku sejarah mulai mengetahui akan pentingnya organisasi sebagai alat untuk saluran bagi perumusan aspirasi politik dan kegiatan. Semua aktifitas kehidupan berorganisasi menjadi bagian kepemudaan, baik dalam

penyaluran bakat, kreatifitas, inovasi, dan minat. berkreatif dan modren serta sanggup menghasilkan berbagai macam inovasi disebut dengan pemuda, yang juga dia masih

berjiwa muda (Yapto Suryosumarno, 1996).

Analisa kepemudaan dalam konsep dapat ditinjau dari tiga dimensi, yaitu: Pertama, dimensi pembangunan nasional yang dalam konteks ini generasi muda di-

arahkan untuk dipersiapkan untuk menjadi kader-kader bangsa yang utuh dan paripurna. Kedua, dimensi kebutuhan pembangunan yang diharapkan kader-kader sebagai angkatan kerja yang berbudi, dinamis, kreatif, terampil, berjiwa pengabdian

dan berjiwa kepeloporan serta memiliki rasa tanggung jawab yang besar. Ketiga, dimensi regenerasi, diharapkan kader-kader menjadi patriot bangsa, penerus

nilai-nilai serta cita-cita proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945.

Dewasa ini pemuda sebagai sumber insani yang amat potensial bagi pembangunan, menempati lapisan terbesar dalam masyarakat. Sumber ini tidak

pernah habis karena merupakan kekayaan nasional yang tidak ternilai harganya dan akan lebih berharga lagi apabila dipersiapkan sebagai kader pembangunan. Untuk itu

(17)

dikembangkan agar lebih mampu memerankan misinya secara lebih mantap, terarah

dan terpadu, karena rusaknya generasi muda pada satu angkatan akan membawa kegagalan bagi bangsa tersebut di masa akan datang.

Kedudukan pemuda sangat menentukan bagi kelangsungan hidup bangsa sehingga perlu dibina dan dikembangkan sesuai dengan peraturan pemerintah tentang kepemudaan. Pembinaan dan pengembangan generasi muda bertujuan untuk

mewujutkan kader penerus perjuangan bangsa dan pembangunan nasional yang Pancasilais, dan dilaksanakan melalui usaha-usaha untuk meningkatkan ketaqwaan

kepada Tuhan yang Maha Esa, menanamkan kesadaran berbangsa dan bernegara, mempertebal idealisme, semangat patriotisme, harga diri, memperkokoh kepribadian dan disiplin serta mengembangkan jiwa kepemimpinan, keterampilan dan

kepeloporan serta mendorong partisipasi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara dalam melaksanakan pembangunan nasional (Luhur dan Barbari,1987).

Dengan kata lain bahwa peranan pemuda dalam menjawab tantangan dan

mengantisipasi keadaan pada masa sekarang sangat tepat. Dengan semangat dan tekad yang bulat para pemuda pada tgl 28 Oktober 1928 mencetuskan Sumpah

Pemuda yang berintikan: “satu nusa, satu bangsa dan satu bahasa.“ Untuk selanjutnya Sumpah Pemuda mempunyai arti yang sangat penting bagi perkembangan perjuangan bangsa Indonesia dan kemajuan pemuda Indonesia.

Setelah dicetuskannya Sumpah Pemuda tahun 1928 mulailah terlihat ke- cenderungan ke arah pernyataan organisasi-organisasi pemuda yang telah ada. Pada

(18)

terkotak-kotak dalam bentuk keagamaan, tetapi keadaan itu berubah ketika para

pemuda mulai melibatkan diri dan masuk ke dalam kancah politik sehingga mulai nampak semakin menebal nilai-nilai jiwa kebangsaannya (Nasionalisme).

Peranan pemuda dalam mewujutkan tujuan Negara Kesatuan Republik Indonesia, bukan hanya dapat dilihat pada masa sekarang ini saja, bila kita palingkan pandangan ke masa lampau pada masa sejarah perjuangan bangsa, maka kita akan

melihat betapa kaum muda telah turut berperan dan menentukan dalam perjalanan Organisasi adalah komunitas sosial dalam suatu masayarakat, yang senantiasa

selalu mengedepankan heterogenitas dengan tidak mengenal status sosial. Kemajemukan organisasi di dalam tatanan kehidupan politik di suatu negara adalah modal utama bagi keberlanjutan dan kesinambungan program-program organisasi

yang menjadi dasar tujuan yang dicita-citakan.

Organisasi di dirikan untuk mencapai tujuan, tidak mungkin orang mendirikan organisasi tanpa ada tujuan yang ingin dicapainya melalui organisasi tersebut. Tujuan

organisasi pada dasarnya dibedakan menjadi dua, yaitu yang pertama sifatnya abstrak dan berdimensi panjang serta yang kedua mempunyai tujuan yang nyata dan

berjangka pendek.

Terkait dengan persoalan di atas maka dengan semangat Sumpah Pemuda 1928. Proklamasi kemerdekaan 1945 dan landasan UUD 45, maka pada tanggal 28

Oktober 1959 lahirlah organisasi Pemuda Pancasila yang didasari situasi politik yang ada pada masa itu, karena Partai Komunis Indonesia bermaksud merongrong

(19)

ideologinya menjadi faham komunis. Waktu itu ide untuk melahirkan dan

membentuk organisasi Pemuda Pancasila datang dari IPKI (Ikatan Pendukung Kemerdekaan Indonesia) yang bersama-sama ABRI (Angkatan Bersenjata Republik

Indonesia) khususnya Angkatan Darat untuk membentuk sebuah organisasi yang di- dalamnya berkumpul pemuda-pemuda yang dapat mengamankan Negara Kesatuan Republik Indonesia serta untuk pengamanan Dekrit Presiden 5 Juli 1959. IPKI sendiri

dibentuk oleh petinggi-petinggi TNI dengan dasar pemikiran untuk mempertahankan bangsa dan Negara dari faham komunis. Dan tetap melindungi serta setia kepada

Pancasila dan UUD 45 dan menjaganya dari rongrongan PKI yang ingin menukar ideologinya dengan kepunyaan mereka.

Pada mulanya Pemuda Pancasila bernama Pemuda Patriotik yang merupakan

onderbow dari partai IPKI, yang berubah namanya sesuai hasil keputusan kongres IPKI ke II di Lembang Jawa Barat.tahun 1959 seperti yang dinyatakan oleh Syamsul Bahri dan Syaifuddin (2000). Sesuai dengan latar belakang kelahirannya adalah

untuk membendung ofensif PKI, maka organisasi Pemuda Pancasila yang bersifat non kompromis sebagai ujung tombak yang paling depan dalam menghadapi PKI.

Di Sumatera Utara Pemuda Pancasila lahir pada tahun 1960 atas prakarsa dari ketua partai IPKI pada masa itu Kerani Bukit. Beliau menugaskan Rachmadsyah datang ke Medan bioskop untuk mencari sosok pimpinan yang tepat untuk Pemuda

Pancasila. Rachmadsyah hanya bertemu dengan Rosiman, preman yang menguasai Medan bioskop, lalu menceritakan rencana-rencana pembentukan Pemuda Pancasila

(20)

itu menjadi ketua P2KM yaitu Persatuan Pemuda Kota Medan yang lebih dikenal

dengan nama Pendi Keling. P2KM adalah sekelompok pemuda yang mangkal di bioskop-bioskop disekitar kota Medan. P2KM ini merupakan wadah yang dapat

mempersatukan preman-preman yang berasal dari bahasa Inggris freeman yaitu manusia bebas yang hidup di jalanan. Beliau mengajak Pendi Keling untuk bergabung di partai IPKI sebagai ketua pertama Pemuda Pancasila Sumatera Utara,

organisasi Pemuda Pancasila merupakan tempat yang potensial untuk menggalang massa dalam mengembangkan organisasi. Pada masa itu banyak kelompok pemuda

yang orientasi perjuangannya tidak jelas, selain hanya untuk mempertahankan ciri-ciri primordialnya dan juga sekedar hanya untuk berkumpul sembari mencari makan (Sarmadan,2002).

Organisasi Pemuda Pancasila adalah organisasi yang berjiwa besar, patriotik dan militan yang bersifat terbuka tanpa membeda-bedakan ras, agama, suku dan golongan serta latar belakang sosial kemasyarakatan. Didalam peraturan organisasi

setiap Organisasi Kemasyarakatan Pemuda harus mempunyai motto. Maka motto dari organisasi Pemuda Pancasila adalah “ SEKALI LAYAR TERKEMBANG SURUT

KITA BERPANTANG “ yang artinya kalau sudah dimulai, maka kata-kata mundur tidak akan pernah terjadi, kemudian dengan yel - yel Pemuda Pancasila yaitu : ” PANCASILA ABADI “ yang artinya bahwa ideologi Pancasila harus abadi dibumi

persada ini (Syamsul Bahri dan Syaifuddin,2000).

Pada awal berdirinya organisasi Pemuda Pancasila pernah menjadi

(21)

perjuangannya adalah mempertahankan Pancasila sebagai dasar Negara dan UUD 45

sebagai landasan ideologi serta mempertahankan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dalam perjalanan waktu selanjutnya IPKI yang berstatus partai

ikut dalam pemilihan umum pada tahun 1971. Para kader Pemuda Pancasila dihimbau untuk memberikan aspirasi politiknya kepartai IPKI, tetapi tidak satu kursipun dapat di duduki dalam dewan perwakilan rakyat di DPRD Sumatera Utara dari partai IPKI

tersebut Setelah Pemilu tahun 1971 selesai, maka partai IPKI bergabung ke Partai Demokrasi Indonesia (PDI) pada tahun 1973.

Ekses dari bergabungnya IPKI ke PDI maka organisasi Pemuda Pancasila menyatakan dirinya sebagai organisasi yang tidak lagi berafiliasi atau menjadi sayap partai IPKI. Maka pada musyawarah besar (MUBES) ke III pada tahun 1981

organisasi Pemuda Pancasila diputuskan untuk menyalurkan aspirasi politiknya kepada Golongan Karya (GOLKAR) dan diharapkan agar kader-kader organisasi Pemuda Pancasila untuk mendukung Golkar. Tetapi dukungan itupun hanya sampai

tahun 1997.

Catatan sejarah telah menggoreskan bahwa kader-kader Pemuda Pancasila

banyak memberikan kontribusinya dalam mengatur tatanan politik di tanah. Dari catatan inilah pula sejak Pemilu tahun1982 berturut-turut Pemilu tahun 1987 dan Pemilu 1992 Pemuda Pancasila telah tumbuh menjadi organisasi kemasyarakatan

(22)

sebagai anggota dewan (DPR) baik didaerah tingkat II, tingkat I bahkan di DPR pusat

mewakili Golkar.

Bagi aktivis partai politik yang duduk dalam struktur kekuasaan, peranan

pemuda selalu dilihat sebagai modal bagi perjuangan dan kepentingan politik. Pada masa sekarang ini munculnya organisasi kepemudaan merupakan pendukung untuk partai-partai politik yang sudah ada, baik yang berideologi nasionalis, agama, sosialis

yang kesemuanya menjadi saksi nyata bahwa para pemuda telah banyak berperan dalam memikul tanggung jawab dalam menghadapi tantangan jaman.

Derasnya arus reformasi yang menghendaki perubahan disegala aspek kehidupan bangsa menuntut adanya pembaharuan terhadap tatanan yang lama. Tidak terkecuali di tubuh organisasi Pemuda Pancasila. Pemuda Pancasila yang secara

historis politik tidak bisa dilepaskan dari misi perjuangannya sebagai benteng Pancasila dan tidak pernah ragu untuk mempertahankan Pancasila. Sebagai salah satu organisasi kemasyarakatan pemuda yang menyandang nama Pemuda Pancasila

membuat setiap pergerakannya selalu diikuti oleh masyarakat luas. Masyarakat atau kelompok-kelompok masyarakat tertentu selalu mengidentikkan organisasi Pemuda

Pancasila sebagai organisasi yang negatif, sering menimbulkan masalah sehingga banyak suara-suara sumbang yang mendatangkan antipati kepada organisasi ini.

Permasalahannya kini dengan segala keberadaan serta bukti nyata historis

yang telah dipaterikan dalam menegaskan tetap tegaknya Pancasila dan UUD 45 jika dikaitkan dengan derasnya tuntutan pembaharuan yang sedang terjadi akibat

(23)

organisasi kepemudaan Pemuda Pancasila, maka sederet persoalan banyak di

ketemukan : Pertama, perlunya revaluasi, reposisi, dan reaktualisasi peran dan fungsi Pemuda Pancasila sebagai organisasi kepemudaan menjadi organisasi sosial

kemasyarakatan yang diharapkan akan teridentifikasi tantangan dan peluang yang harus dihadapi di masa akan datang. Kedua, salah satu tuntutan reformasi adalah peninjauan ulang hal-hal yang selama ini dianggap telah usang yang tidak up to date

atau telah ketinggalan segera diganti dengan hal-hal yang baru untuk mengantisipasi perkembangan sesuai dengan iklim reformasi.

Keputusan Pemuda Pancasila untuk menjadi ormas sebenarnya bukan merupakan hal baru, karena aspirasi atau tuntutan menjadi ormas telah jauh diantisipasi pada Mubes VI tahun 1996. Buktinya adalah dalam struktur organisasi

dibedakan atas dengan Presedium dan pelaksana harian yang artinya pada dewan presidium terdapat kader-kader Pemuda Pancasila yang berusia diatas usia 40 tahun. Kebijakan organisasi Pemuda Pancasila ini adalah dalam rangka mengikuti

perkembangan organisasi yang perlu strategi, yang dituntut untuk melakukan reposisi dan reaktualisasi terhadap eksistensi untuk bias bertahan hidup, seperti

umumnya organisasi kemasyarakatan lainnya.

Pada iklim reformasi seluruh organisasi dituntut harus berani melakukan koreksi, begitu juga organisasi Pemuda Pancasila harus mengkoreksi dirinya sendiri.

(24)

karena masalah internal organisasi yang tidak diselesaikan secara transparan dan

tuntas akan sangat berpengaruh sekali bagi dinamika organisasi Pemuda Pancasila. Gerakan reformasi semakin meluas sehingga merambah kedunia organisasi.

Melihat kondisi yang nyata dan faktual ini, maka organisasi Pemuda Pancasila melalui Musyawarah Besar Luar Biasa (Mubeslub) tahun 1999 di Cipayung Jawa Barat, menyatakan dirinya sebagai organisasi yang independen yang tidak

mendukung partai manapun, bahkan di dalam Mubeslub ini muncul satu wacana agar Organisasi Pemuda Pancasila dijadikan Organisasi Kemasyarakatan (Ormas) ataupun

partai politik yang mewarnai perpolitikan di bumi Indonesia. Sikap inilah yang muncul dan meramaikan Mubeslub ketika menghadapi pemilu di era runtuhnya rezim orde baru.

Musyawarah Besar ke VII tahun 2001 di Caringin Bogor Jawa Barat, telah mendeklarasikan bahwa organisasi Pemuda Pancasila bukan lagi organisasi kepemudaan tetapi menjadi organisasi sosial kemasyarakatan (ormas) yang

independen. Untuk kadernya organisasi Pemuda Pancasila memberikan kebebasan dan keleluasaan untuk memperlebar ruang aspresiasi sebagai mulai tumbuhnya

legitimasi sosial untuk meningkatkan aktualisasi peran organisasi yang membuka kesempatan mengakses, memfasilitasi sekaligus menggerakkan setiap elemen masyarakat dengan format program secara terfokus. Hal ini berarti ormas Pemuda

Pancasila yang kini berorientasi sosial dan publik juga harus menjadikan masyarakat umum sebagai asetnya. Dengan demikian banyak kader Pemuda Pancasila yang

(25)

profesi dan pimpinan institusi yang strategis di tengah-tengah kehidupan masyarakat.

Ormas Pemuda Pancasila sudah harus menempatkan anggotanya bukan saja sekedar objek tetapi juga subjek dari suatu program. Disisi lain organisasi Pemuda Pancasila

juga harus menjadikan masyarakat umum sebagai asset program, baik potensi maupun kondisi masyarakat itu sendiri.

Mengikuti pola partisipasi politik para kader/eksponen Pemuda Pancasila

yang berkembang secara alamiah di berbagai elemen politik, maka sebagai suatu wacana pada Mubeslub 1999 dan Mubes ke VII tahun 2001 telah menetapkan suatu

langkah strategis bagi penjabaran peran politik organisasi sesuai azas Pancasila dan komitmen terhadap persatuan dan kesatuan Nasional. Sejalan dengan itu Partai Patriot Pancasila yang di lahirkan oleh organisasi Pemuda Pancasila yang merupakan

satu-satunya alat politik yang diamanahkan oleh Mubeslub Pemuda Pancasila pada April 1999, serta untuk mewujutkan cita-cita organisasi untuk melahirkan partai yang dideklarasikan pada tgl 1 Juni 2002 di Jakarta oleh kader dan juga para eksponen

Pemuda Pancasila. Hak-hak politik anggota Pemuda Pancasila tetap sesuai dengan ketentuan organisasi yang ada di AD/ART (MPN Pemuda Pancasila, 2003).

Pada gambar di bawah ini kelihatan bahwa aspirasi politik dari organisasi Pemuda Pancasila tidak tetap pada satu partai saja, organisasi ini mengikuti perkembangan atau situasi jaman untuk penyaluran aspirasi politiknya yang

(26)

independen

Pemuda Partai Independen GOLKAR Independen Pancasila IPKI

melebur

PDI Partai

Patriot Pancasila

Gambar 1. Aspirasi Politik Organisasi Pemuda Pancasila

Perkembangan organisasi Pemuda Pancasila yang sangat pesat akhir-akhir ini

membuat Pemuda Pancasila dikenal di tengah-tengah masyarakat sebagai salah salah satu Organisasi Kemasyarakatan Pemuda (OKP) dibawah naungan KNPI (Komite Nasional Pemuda Indonesia) sebagai induk organisasi kepemudaan di Indonesia,

begitu juga di Sumatera Utara. Organisasi Pemuda Pancasila di Sumatera Utara banyak membantu masyarakat dalam memecahkan berbagai masalah yang timbul

dan organisasi ini juga dianggap sebagai motor penggerak di setiap kegiatan di masyarakat, baik dalam bidang sosial, ekonomi, maupun bidang kamtibmas.

Walaupun kadang-kadang ada konflik yang terjadi antar sesama organisasi

kemasyarakatan pemuda, tetapi konflik ini dapat di atasi oleh masing-masing pimpinan OKP di daerahnya masing-masing. Tetapi tidak selamanya konflik antar

(27)

Konflik yang terjadi antar pemuda yang berdampak negatif diharapkan dapat

dihindarkan karena kadang banyak memakan banyak korban, baik korban jiwa, harta maupun kerusakan-kerusakan kantor organisas dan rumah tempat tinggal. Konflik

yang sering terjadi di antara kelompok pemuda menimbulkan perkelahian yang meresahkan masyarakat, karena masyarakat menjadi terganggu. Padahal konflik itu hanya untuk menunjukkan kekuasaan. Sebab kelompok yang menjadi pemenang

beranggapan bahwa mereka harus disegani oleh kelompok yang kalah dan menjadi kelompok yang harus ditakuti oleh kelompok pemuda lainnya. Konflik seharusnya

dihindarkan supaya persatuan dan kesatuan bangsa dapat tercipta dengan lebih baik dan harmonis.

Besarnya peranan yang akan dilakukan organisasi Pemuda Pancasila untuk

menggalang pemuda untuk turut serta melaksanakan pembangunan di Sumatera Utara menjadi alasan dasar untuk mengangkat judul “ Dinamika Sosial Politik Organisasi Pemuda Pancasila Sumatera Utara“. Dalam penulisan ini lebih jauh ingin

mengungkapkan peranan organisasi Pemuda Pancasila yang secara langsung dapat menyentuh masyarakat Sumatera Utara melalui program-program yang sudah

direncanakan, baik dalam menggalang pemuda untuk berpartisipasi dalam pembangunan maupun dalam bentuk kegiatan yang dapat memperlancar roda pembangunan di Sumatera Utara.

Alasan yang mendorong penulis untuk memilih judul ini antara lain adalah kurangnya penulisan masalah organisasi kepemudaan yang terdapat di Sumatera

(28)

sebagai organisai pemuda yang ada di daerah ini. Dalam hal ini penulis ingin

memaparkan secara singkat tentang perkembangan dan peranannya ditinjau dari perspektif sejarah.

Disamping itu juga penulis ingin memberikan penilaian yang lebih objektif terhadap pandangan masyarakat yang selalu skeptis mengenai organisasi-organisasi kepemudaan yang terdapat di Sumatera Utara. Banyak di antara masyarakat yang

mengatakan bahwa organisasi pemuda di daerah ini hanya mengandalkan premanisme atau sok jagoan dalam menjalankan kegiatannya sehari-hari. Gambaran

itu berdasarkan karena sering terjadinya perkelahian antar organisasi pemuda dalam mengembangkan keberadaannya di daerah Sumatera Utara. Alasan – alasan inilah yang melatar belakangi dalam mengangkat judul sebagai penulisan tesis.

1.2. Perumusan Masalah

Organisasi Pemuda Pancasila (PP) adalah salah satu wadah Organisasi

Kemasyarakatan Pemuda yang ada di Sumatera Utara, yang keanggotaannya dari seluruh lapisan masyarakat tanpa membatasi latar belakang kelompok etnis, agama

dan profesi. Organisasi Pemuda Pancasila ingin memberikan penilaian yang lebih objektif terhadap pandangan masyarakat yang selalu skeptis terhadap organisasi ini. Masyarakat telah memberikan penilaian yang tidak baik tentang keberadaan

organisasi Pemuda Pancasila. Sehingga untuk itu perlulah organisasi ini meningkatkan pembinaan terhadap generasi muda dan tetap komited terhadap peran

(29)

Sesuai dengan judul yang diangkat oleh penulis maka perumusan masalah

yang ingin diungkapkan dalam penulisan tesis ini adalah : Bagaimanakah dinamika sosial politik Organisasi Pemuda Pancasila di Sumatera Utara.

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari mengangkat judul masalah organisasi Pemuda Pancasila

ini adalah :

1. Untuk lebih memahami sejarah dan latar belakang berdirinya

organisasi Pemuda Pancasila yang dapat berguna di tengah-tengah masyarakat sebagai kader pembangunan di Sumatera Utara .

2. Untuk menganalisa lebih lanjut dinamika berorganisasi Pemuda

Pancasila dalam kehidupan sosial politik masyarakat di Sumatera Utara.

1.4. Manfaat Penelitian

Selain tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan ini, di harapkan juga adanya

manfaat yang diperoleh. Adapun manfaat yang diharapkan adalah :

1. Mengetahui dengan jelas manfaat dari kelahiran organisasi Pemuda Pancasila bagi generasi yang berikutnya sehingga dapat memperhatikan

(30)

2. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat disinergikan dengan konsep

perencanaan dan pengembangan organisasi Pemuda Pancasila di Sumatera Utara, sehingga bermanfaat untuk masyarakat dan pemerintah Sumatera

Utara sebagai mitra di dalam pembangunan bangsa.

3. Bagi Program Studi Magister Studi Pembangunan (MSP) Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara, akan melengkapi ragam penelitian

yang telah dibuat oleh mahasiswa dan dapat menambah bahan bacaan dari suatu karya ilmiah.

(31)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Bahan-bahan pustaka sangat penting dalam memperkaya wawasan teori bagi suatu penelitian, dalam perpustakaan menyimpan banyak bacaan-bacaan yang menghimpun berbagai informasi dari banyak disiplin ilmu pengetahuan, yang dapat

dijadikan acuan dalam penelitian. Informasi yang dapat dikumpulkan dari perpustakaan, baik itu teori maupun konsep yang dikemukakan oleh para ahli yang di

himpun di dalam kepustakaan yang dipakai sebagai bahan untuk keberhasilan suatu penelitian maupun suatu penelitian.

Telaah atau studi pustaka dapat dipergunakan untuk mencari sumber data

sekunder, tetapi juga untuk mendukung penelitian dan diperlukan juga untuk mengetahui sampai dimana terdapat kesimpulan dan degenerasi yang telah pernah dibuat, sehingga situasi yang diperlukan dapat diperoleh.

Sejalan dengan dinamika kehidupan manusia, maka timbullah berbagai jenis organisasi yang berperan sebagai wahana dan saluran dalam usaha berkehidupan di

masyarakat agar lebih tertib, sejahtera, aman dan sentosa. Maka sejalan dengan perputaran roda kehidupan, timbullah berbagai jenis kebutuhan manusia yang semakin lama semakin kompleks, sehingga manusia tidak mungkin dapat memenuhi

kebutuhan hidupnya tanpa meminta bantuan orang lain. Dari situasi yang demikian itu manusia tidak dapat menghindarkan diri dari ketergantungannya dengan bekerja

(32)

hidup sekarang adalah manusia organisasional. Alo Liliweri (1997) berpendapat

dalam bukunya yang berjudul Sosiologi Organisasi, bahwa manusia modern adalah manusia organisasi, karena manusia organisasi adalah manusia yang mempunyai

kemauan, kemampuan untuk bekerja sama dalam suatu wadah yang disebut dengan organisasi. Manusia mulai sadar hanya melalui kerja sama dalam organisasi, dia akan memperoleh hasil karya yang efektif dan effisien karena manusia sangat

membutuhkan organisasi. Tuntutan akan kehadiran organisasi bukan sekedar merupakan tuntutan sekelompok orang yang kebetulan bersedia diakomodasi dalam

suatu wadah , tetapi kehadiran organisasi itu datang dari masyarakat sendiri juga . Organisasi adalah suatu sistem yang terdiri dari pola aktifitas kerja sama yang dilakukan secara teratur dan berulang-ulang oleh sekelompok orang untuk mencapai

tujuan menurut Indriyo Gitosudarmo dan I Nyoman Sudita (1997) dalam bukunya

Perilaku Keorganisasian. Sehingga organisasi merupakan suatu sistem terbuka,

dimana batas organisasi adalah lentur dan menganggap bahwa faktor lingkungan

adalah input. Organisasi yang bersifat terbuka akan selalu berupaya untuk mengikuti perubahan-perubahan tersebut. Namun masing-masing organisasi memiliki

kemampuan yang berbeda-beda dalam beradaptasi dengan perubahan-perubahan dari faktor lingkungan Ada kecenderungan bahwa semakin besar dan kuat suatu organisasi semakin mampu untuk beradaptasi dengan faktor lingkungan. Tujuan

(33)

wujutkan oleh organisasi. Dengan demikian tujuan tersebut menciptakan pula

sejumlah pedoman bagi landasan kegiatan organisasi.

Tujuan organisasi serta eksistensi organisasi itu dapat dipergunakan sebagai

patokan oleh anggota organisasi maupun dari kalangan luar organisasi untuk menilai keberhasilan satu organisasi, misalnya mengenai segi efektivitas maupun efisiensi sehingga tujuan organisasi berfungsi juga sebagai tolok ukur bagi para ilmuwan di

bidang organisasi guna mengetahui seberapa jauh organisasi ini berjalan dengan baik. Menurut Amitai Etziomi (1999) dalam bukunya Organisasi-Organisasi Modren

Manusia membentuk organisasi karena organisasi adalah unit sosial yang dibentuk sesuai dengan makna dan tujuan yang ingin dicapainya. Kelompok semacam ini mempunyai karateristik sebagai berikut :

1. Mempunyai pembagian kerja. kekuasaan dan pertanggung jawaban yang dikomunikasikan. Pembagian ini tidaklah dilakukan secara acak (random) melainkan sengaja direncanakan untuk meningkatkan usaha

untuk mencapai tujuan.

2. Adanya satu atau lebih pusat kekuasaan yang dapat dipergunakan

untuk mengendalikan usaha-usaha organisasi yang telah direncanakan dan dapat diarahkan untuk mencapai tujuan. Pusat kekuasaan ini juga harus dapat dipergunakan untuk menilai kembali secara benar

(34)

3. Adanya usaha pergantian kepenggurusan, misalnya seseorang yang

cara kerjanya tidak memuaskan dapat dipindah dan diganti dengan orang lain yang mengerti dengan tugasnya.

Pengertian tentang organisasi telah banyak ditulis oleh para ahli namun secara ringkas dapat dikatakan bahwa organisasi adalah suatu sistem yang terdiri dari pola aktifitas kerja sama yang dilakukan secara teratur dan berulang-ulang oleh

sekelompok orang untuk mencapai satu tujuan. Kolektivitas tersebut berstruktur berbatas dan beridentitas yang dapat dibedakan dengan kolektivitas-kolektivitas

lainya.

Tujuan organisasi pada dasarnya dibedakan menjadi dua bagian yaitu tujuan yang bersifat abstrak dan berdimensi panjang, yang menjadi dasar dan nilai-nilai yang

melandasi organisasi itu didirikan. Tujuan organisasi itu disebut dengan misi organisasi. Jenis tujuan yang lain disebut dengan tujuan operasional atau sering disebut dengan objektif, jenis tujuan ini sifatnya lebih operasional, karena

menunjukkan apa yang akan diraih oleh organisasi. Tujuan operasioanal atau

objective biasanya merupakan tujuan jangka pendek yang lebih spesifik dan dapat

diukur secara kualitatif, misalnya pertumbuhan, pangsa pasar, produktivitas dan lain sebagainya.

Kenapa pemuda selalu saja disarankan untuk berorganisasi ? Setidaknya ada

empat sebab utama yang akan memberi faedah, andaikan seorang pemuda berorganisasi. Pertama, ia menjadi begitu terlatih untuk melihat masalah secara

(35)

keluarnya secara cermat. Kedua, pemuda yang aktif berorganisasi akan terlatih

untuk menjalin kerjasama dengan orang lain maupun kelompok lain. Dengan demikian lewat organisasi ia akan memiliki banyak relasi. Melalui intensitas interaksi

yang tinggi dengan berbagai pihak luar inilah seseorang aktifis organisasi semakin kaya dan matang wawasannya. Ketiga, orang yang berorganisasi akan terlatih dan terkondisi untuk terus menerus mengasah naluri kepemimpinannya. Melalui

kepercayaan dan amanat yang diserahkan organisasi kepadanya, para aktivis selalu memiliki peluang untuk mengaktualisasikan potensi dirinya. Dan keempat, di dalam

organisai orang selalu berada dalam satu atmosfir pengabdian, sehingga kepribadian yang bersangkutan akan jauh dari hasrat yang individualistik dan sebaliknya akan lekat kuat semangat kebersamaannya. Menurut Yorrys Th Raweyai (1994) dalam

bukunya Catatan Seorang Aktivis bahwa Organisasi adalah lembaga pengabdian begitu juga dalam organisasi Pemuda Pancasila.

Seorang anggota Pemuda Pancasila jangan bertanya apa yang bisa ia peroleh

kalau aktif di organisasi itu. Tapi harus bertanya apa yang ia berikan untuk Pemuda Pancasila. Kalau begitu tidak ada untungnya aktif di organisasi, siapa bilang kalau

dihitung secara sederhana saja sudah ada empat manfaat yang bisa dipetik dalam berorganisasi. Barangkali sudah saatnya kesadaran berorganisasi ditanamkan di- masyarakat. Pembangunan ini butuh anak-anak bangsa yang berwawasan luas yang

(36)

Kelompok pemuda merupakan motor penggerak perekonomian bangsa, dan

kelompok ini juga merupakan kelompok yang paling “mobil” baik secara vertikal maupun horizontal. Kelompok pemuda ini juga merupakan motor penggerak

pembangunan di seluruh penjuru Indonesia, baik di desa maupun di kota. Dalam diri pemuda ada nilai positif yang menjadikan kelompok ini sebagai suatu kekuatan atau modal pembangunan di masa - masa akan datang. Sebagai kelompok usia yang

paling energik dan produktif keberhasilan menanamkan etos kerja yang tinggi dan moral yang baik akan menjadikan kaum muda ini sebagai tenaga yang dapat di

handalkan dan produktif, RiwantoTirtosudarmo (1997) dalam bukunya yang berjudul

Dinamika Sosial Pemuda Di Perkotaan. Kelompok pemuda dalam usia ini belum

terbentuk jati dirinya tetapi merupakan kelompok yang paling dinamis, mudah

berubah, dan paling mudah menerima pembaharuan baik bersifat positif maupun negatif.

Manusia adalah makhluk sosial yang selalu hidup berkelompok,

bersama-sama, saling berhubungan satu sama lain atau berkomunikasi, dan saling mempengaruhi. Hidupnya selalu bergabung dalam satu ruang sosial . maka tingkah

lakunya itu selalu menjurus pada kader referensi kemanusiaan, mengarah pada aku-lain : yaitu ada dalam kaitan relasi antar manusia seperti yang ditulis oleh Kartini Kartono (1991) dalam bukunya yang berjudul Pemimpin dan Kepemimpinan

Selanjutnya, kelompok merupakan satu situasi sosial psikologis khusus, tempat berpijaknya individu. Kelompok ini sangat berarti bagi individu, karena

(37)

mempunyai potensi untuk mempengaruhi kelompok tadi. Jadi ada pengaruh yang

timbal balik antara individu dengan kelompoknya. Artinya sebagai berikut :

# Individu itu adalah kesatuan psikofisik, atau kesatuan jasmani dan rohani .

# Kelompok adalah kesatuan idiil, kesatuan psikologis, dan kesatuan moril. Jadi berarti organisasi Pemuda Pancasila itu adalah kelompok individu yang bersatu menjadi kelompok besar yang mempunyai kesatuan jasmani dan rohani serta

kesatuan idiil, kesatuan psikologis dan moril yaitu berupa Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga, juga Peraturan Organisasi.

Menjamurnya organisasi kepemudaan pada saat ini memberikan gambaran bagi kita bahwa minat generasi muda untuk membentuk wadah-wadah kepemudaan sebagai sarana pengkaderan kaum muda agar mampu berbuat bagi bangsa dan

bernegara. Hal ini telah dibuktikan dari perjalanan sejarah kepemudaan yang banyak memberikan sumbangan yang nyata terhadap pergerakan kebangsaan. Mereka menyatu dan sama-sama menyelaraskan persepsi yang beragam dalam ke daerahan

yang bernama organisasi. Akan tetapi akan lebih signifikan lagi adalah tujuan yang sama, walaupun tidak tertutup kemungkinan ada sedikit konflik diantara organisasi

kemasyarakatan pemuda tersebut .

Organisasi kemasyarakatan pemuda harusnya mampu merumuskan dan merealisasikan program kerjanya yang sesuai dengan perkembangan masyarakat di-

(38)

aktivitas, tetapi juga mampu mencetak anggota yang mampu dan siap mengabdi di-

masyarakat .

Dengan kata lain idealnya sebuah organisasi kepemudaan adalah lembaga

yang dalam dinamikanya memiliki kepekaan sosial yang tinggi. Bukan saja dalam memahami konstelasi sosial yang ada, tetapi juga bisa menangkap nuansa-nuansa histories dan proyektif sejalan dengan cita-cita dari program bangsa. Sehingga

program – program yang dijalankan organisasi kemasyarakatan pemuda menjadi demikian kondunsif dalam mendukung program pemerintah mulai dari tingkat desa

sampai ketingkat nasional .

Organisasi Pemuda Pancasila idealnya harus begitu, pada tulisan Yorrys Th Raweyai (1994) dalam bukunya Catatan Seorang Aktivis, bahwa organisasi ini harus

tetap komited untuk melahirkan program yang sarat dengan komitmen kebangsaan. Yang pertama adalah, langkah pembenahan kedalam, melakukan konsolidasi, baik berupaya untuk membangun persamaan persepsi pada seluruh jajaran organisasi,

pelaksanaan program pengembangan organisasi secara merata diseluruh bidang serta pemantapan kader maupun penataan manajemen organisasi. Kedua adalah, bentuk

program konkrit, baik dalam rangka perumusan program jangka panjang dan program jangka pendek, maupun program yang ada di lapangan. Dua hal ini memang bukan kerja yang mudah, karena hal itu baru bisa berjalan secara ideal jika dilakukan terus

(39)

berkualitas. Dan sebuah program baru layak dikatakan berkualitas andaikata ia bisa

memberi pengaruh langsung terhadap konsolidasi organisasi.

Organisasi Pemuda Pancasila Sumatera Utara sebagai tempat berkumpulnya

kelompok masyarakat dari profesi yang beraneka ragam dari kelompok usia yang berbeda, maka secara aktual dan tepat perlu merumuskan perencanaan program yang fokus terhadap berbagai dimensi kebutuhan kelompok masyarakat, sehingga

mendapatkan hasil berupa aspresiasi dan legitimasi sosial yang diharapkan dapat tercapai.

Undang-undang nomor 8 tahun 1985 pasal 1 menyatakan bahwa organisasi kemasyarakatan adalah organisasi yang dibentuk oleh anggota masyarakat secara sukarela atas kesamaan kegiatan, profesi, fungsi agama dan kepercayaan terhadap

Tuhan yang Maha Esa untuk berperan serta dalam pembangunan dalam rangka pembangunan nasional dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila (Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 tahun 1985,

1985)

Generasi muda bukanlah golongan yang memegang kendali kebijakan dalam

penanganan proses pembangunan. Namun dengan program-program kerja yang ditetapkan oleh setiap Organisasi Kemasyarakatan Pemuda akan mempermudah pemerintah dalam melaksanakan pembinaan generasi muda. Peranan Pemuda

Pancasila Sumatera Utara dapat dilihat melalui program-program kegiatan yang sudah ditetapkan didalam musyawarah wilayah, baik yang bersifat kreatif dan

(40)

dan diserap oleh masyarakat. Kegiatan yang dilakukan oleh Pemuda Pancasila

Sumatera Utara berusaha merangkul seluruh generasi muda yang terdapat di- Sumatera Utara, hal itu menunjukkan bahwa Pemuda Pancasila Sumatera Utara

mempunyai peranan di dalam pembangunan generasi muda di Sumatera Utara (Sarmadan, 2002).

Peranan Pemuda Pancasila Sumatera Utara tidak berfokus pada satu bidang

tertentu tetapi mencakup seluruh aspek kehidupan masyarakat sesuai dengan kebutuhan daerah Sumatera Utara. Di setiap daerah program yang dilaksanakan oleh

Pemuda Pancasila tidak semuanya sama, tergantung dari masalah yang yang dihadapi oleh daerah tersebut, jadi prioritas kerja memang harus dilaksanakan. Namun secara umum peranan Pemuda Pancasila Sumatera Utara dalam segala hal seperti masalah

sosial politik, sosial ekonomi, sosial budaya, keamanan dan ketertiban masyarakat di Sumatera Utara.

Dalam kehidupan bersama terutama organisasi selalu muncul

perilaku-perilaku kerjasama, kompetisi atau persaingan dan konflik (pertikaian) yang mengandung dampak negatif dan positif. Konflik adalah fenomena sosial dari proses

interaksi dalam masyarakat. Seperti yang dinyatakan oleh Astrid Susanto Sunarto (1998) dalam bukunya yang berjudul Masyarakat Indonesia Memasuki Abad ke Dua

Puluh Satu. Konflik itu sendiri adalah bentuk sosialisasi dalam masyarakat dengan

(41)

positif dan negatif yang membangun relasi kelompok. Pada derajat tertentu sangat

esensial dalam membentuk kelompok dan mempertahankan eksistensi kelompok. Secara konsepsual ada 4 (empat) sumber konflik organisasi yaitu :

1. Suatu situasi yang tidak menunjukkan keseimbangan tujuan yang ingin dicapai . 2. Terdapatnya sarana-sarana yang tidak seimbang atau timbulnya proses alokasi

sumber-sumber yang tidak seimbang

3. Terdapatnya suatu persoalan status yang tidak selaras. 4. Timbulnya persepsi yang berbeda.

Konflik yang terjadi antara kelompok-kelompok pemuda di Sumatera Utara memperlihatkan adanya perbedaan kepentingan antara kelompok. Untuk mempertahankan dan memperkuat posisinya, mereka berusaha menekan pihak-pihak

lain yang dianggap sebagai penghalang untuk mencapai tujuan organisainya.

Definisi konflik dari kata con-fligere, conflictum yaitu saling berbenturan adalah semua bentuk benturan, tabrakan, ketidak-sesuaian, ketidak-serasian,

pertentangan, perkelahian, oposisi dan interaksi-interaksi yang antagonistis yang bertentangan.

Kata konflik ini mengandung banyak pengertian. Ada pengertian yang negatif, yang netral dan yang positif. Dalam pengertian yang negatif, konflik dikaitkan dengan sifat-sifat animalistik, kebuasan, kekerasan, barbarisme,

pengerusakan, penghancuran, irrasionalisme, tanpa kontrol emosional, hura-hura, pemogokan, perang, dan seterusnya Dalam pengertian positif, konflik dihubungkan

(42)

pembaharuan, penerangan batin, kreasi, pertumbuhan, perkembangan, rasionalitas

yang dialektis, mawas diri, perubahan dan seterusnya. Sedang dalam pengertian yang netral, konflik diartikan sebagai akibat biasa dari keaneka ragaman individu manusia

dengan sifat-sifat yang berbeda, dan tujuan hidup yang tidak sama pula. Seperti yang dituliskan oleh Kartini Kartono (1991) dalam bukunya yang berjudul Pemimpin dan

Kepemimpinan.

Penyelesaian masalah secara bersama merupakan strategi resolusi yang efektif jika kelompok yang sedang mengalami konflik memusatkan perhatiannya pada

permasalahannya yang menjadi sumber konflik, dan bukan pada argumentasi tentang siapa yang benar atau siapa yang salah. Strategi penyelesaian masalah biasanya dilakukan melalui pertemuan secara langsung antara pihak-pihak yang sedang

mengalami konflik seperti yang dinyatakan Panji Anaroga dan Sri Suyati (1995) dalam bukunya Perilaku Keorganisasian. Akhirnya pimpinan dari organisasi Pemuda Pancasila dan organisasi Ikatan Pemuda Karya dari segala tingkatan

dipertemukan dengan di fasilitasi oleh aparat keamanan atau polisi juga para tokoh-tokoh masyarakat setempat.

Akhirnya konflik itu membawa perubahan yang nyata karena perubahan tersebut meliputi seluruh aspek kehidupan di masyarakat. Perubahan sosial itu tumbuh dari rasa kurang puas / rasa tidak senang dan hasrat untuk memperbaiki

kondisi dengan mengambil alternatif lain yang lebih baik. Perubahan ini tidak berlangsung secara mendadak atau serta merta, juga tidak timbul tanpa sebab, akan

(43)

Pada umumnya perubahan sosial yang radikal berlangsung melalui krisis-krisis

(44)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Suatu penulisan ataupun penelitian yang memenuhi syarat adalah bila tulisan itu didukung oleh data yang relevan dengan pokok permasalahan. Untuk menentukan apakah data yang diperoleh tersebut relevan, penulis mengadakan suatu penelitian.

Maka penelitian tesis ini memakai metode penulisan yang deskriptif analisis. Salah satu tahap dari metode tersebut adalah dengan melakukan studi pustaka. Dalam studi

pustaka dicoba untuk mencari dan mengumpulkan bahan-bahan baik yang berbentuk buku, majalah, surat-surat keputusan, laporan-laporan hasil Mubes dan Muswil yang berkaitan dengan permasalahan yang akan diungkap, untuk lebih membantu

memahami penulisan yang akan dibahas.

Agar penulisan tesis ini dapat dipertanggungjawabkan, maka penulis dalam mengadakan penelitian menggunakan pendekatan multidimensional karena Sartono

Kartodirjo (1982) mengatakan bahwa realitas itu sangat kompleks yang tidak dapat ditangkap secara tuntas dengan satu tulisan dan satu dimensi sehingga untuk

mendapatkan satu gambaran yang lebih lengkap dengan realitas tersebut, maka orang perlu mendekatinya dari berbagai segi. Jadi dalam mengadakan penelitian penulis mempergunakan studi yang bersifat deskriptif kualitatif, karena dengan demikian kita

akan mendapat gambaran dasar mengenai perkembangan fikiran, ideologi, dan nilai – nilai sruktur sosial dan politik dari organisasi Pemuda Pancasila Sumatera Utara.

(45)

3.2. Definisi Konsep

Untuk penyeragaman persepsi agar tidak terjadi kekeliruan dalam konsep penulisan, maka akan diberi batasan terhadap konsep- konsep yang akan digunakan

dalam penelitin ini.Adapun konsep yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Dinamika kelompok adalah kumpulan manusia yang kehadiran masing-masing individu mempunyai arti serta nilai bagi orang lain, dan

ada dalam situasi saling mempengaruhi. Pada setiap anggota kelompok selalu terdapat aksi-aksi dan reaksi-reaksi yang timbal-balik.

Individu-individu di dalam kelompok tersebut sifatnya dinamis, sebab saling mempengaruhi dan saling mendorong. Dinamika kelompok dalam organisasi Pemuda Pancasila adalah bagaimana anggota/kader dalam

berinteraksi dalam organisasi untuk pemecahan masalah, serta pengambilan kesimpulan untuk mencapai pemahaman dan penanggulangan masalah-masalah organisasi.

2. Sosial politik adalah aktivitas untuk mendapatkan, mengembangkan, menggunakan kekuasaan dan sumber-sumber lainnya untuk memperoleh

hasil yang diinginkan dalam situasi dimana adanya ketidak pastian atau adanya ketidak sepakatan tentang suatu pilihan. Studi yang mempunyai hubungan dekat dengan kekuasaan dalam organisasi adalah politik.

(46)

3. Organisasi Pemuda Pancasila adalah salah satu organisasi

kemasyarakatan pemuda yang ada di Sumatera Utara, yang bersifat independen, mandiri, memiliki idealisme, patriotisme, berbudi luhur dan

mempunyai jiwa kepemimpinan yang berorientasi pada prestasi dan kekaryaan sesuai dengan moral Pancasila.

3.3. Informan

Penelitian ini tidak dimaksudkan untuk menarik generalisasi atas suatu

populasi, dalam hal ini anggota organisasi Pemuda Pancasila. Informan adalah seseorang yang dapat memberikan informasi sesuai dengan kapasitas yang diperlukan dalam suatu penelitian atau tulisan. Pada penelitian ini informannya dipilih secara

sengaja dan kriterianya bahwa mereka adalah anggota Pemuda Pancasila yang masih aktif maupun yang tidak aktif lagi. Informan pertama mengisyaratkan kondisi tersebut kemudian informan berikutnya dipilih dengan tehnik sample kuota dan juga sample

snowball apabila diperlukan. Tehnik ini dipilih karena ada data sekunder tentang organisasi Pemuda Pancasila yang tidak memadai, sehingga akan lebih representatif

jika mengacu pada informan yang pertama. Penetapan jumlah informan tidak ditentukan lebih awal, tetapi di akhiri jika data yang dikumpulkan sudah menjawab permasalahan atau apabila ada terjadi pengulangan data. Wawancara yang penulis

(47)

3.4. Tehnik Pengumpulan Data

Untuk mengumpulkan dan menjaring data digunakan data kualitatif karena penelitian ini tidak dapat dinyatakan dengan angka dan juga memakai data primer

yaitu data yang diperoleh langsung dari nara sumbernya yang mengetahui secara pasti keberadaan dan perkembangan organisasi Pemuda Pancasila di Sumatera Utara.

Pengumpulan data yang diperlukan dalam suatu penelitian yang harus

dilakukan yang berfungsi untuk mengarahkan dan memudahkan peneliti dalam pencarian data dan penganalisaan data serta penulisannya.

Untuk mendapatkan bahan-bahan yang diperlukan dalam penyusunan sebuah tesis, maka penulis menggunakan tahapan metode-metode :

a . Studi lapangan (Field Research)

Pada studi lapangan ini peneliti terjun langsung ketempat atau daerah penelitian untuk mendapatkan data serta informasi yang diperlukan. Pencarian data atau informasi dilakukan dengan mengadakan wawancara langsung (interview) kepada

orang-orang yang mengetahui atau terlibat langsung didalam organisasi Pemuda Pancasila serta masyarakat umum yang dapat diwawancarai secara terbuka. Untuk

penelitian ini dapat dipakai metode historis, berkaitan dengan hal tersebut, maka metode pengumpulan data dalam penelitian kualitatif ini dapat melalui observasi dan interview yaitu wawancara secara mendalam (indepth interview) dengan bahan

(48)

b. Studi kepustakaan (Library Research)

Dengan memakai studi kepustakaan, peneliti mendapatkan data serta informasi yang sangat penting dan relevan dengan peristiwa atau catatan yang tersimpan pada

buku-buku, makalah, majalah dokumen-dokumen, surat-surat keputusan, arsip mengenai sekitar peristiwa yang terjadi yaitu laporan- laporan hasil musyawarah dan bahan referensi untuk menguatkan data yang diperoleh dilapangan

Kemudian setelah mendapatkan data, penulis menyeleksi data agar data yang diperoleh tidak bersifat subjektif dan keakuratannya terjamin. Selanjutnya data

tersebut diinterprestasikan untuk menjelaskan fakta sesuai dengan judul dan setelah itu dituangkan dalam sebuah tulisan sebagai tahap akhir dari tehnik pengumpulan data dari suatu penelitian.

3.5. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Medan sebagai ibukota Provinsi Sumatera Utara dan

juga sebagai tempat kelahiran organisasi Pemuda Pancasila yang informannya banyak berada di kota ini.

3.6. Metode Analisis

Setelah data lengkap dan selesai dikumpulkan dari lapangan, maka tahap

berikutnya adalah tahap analisis. Ini adalah tahap yang penting dan paling menentukan. Pada tahap ini data dikerjakan dan dimanfaatkan sedemikian rupa

(49)

menjawab persoalan-persoalan yang diajukan dalam penelitian. Di sini imajinasi dan

kreativitas dari sipeneliti diuji betul (Koentjaraningrat, 1993)

Analisa data dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu a) data kualitatif dan

b) data kuantitaf. Pada penelitian ini dipakai analisa data secara kualitatif, karena data yang dikumpulkan hanya sedikit dan bersifat monografis atau berwujut kasus-kasus, sehingga tidak dapat disusun kedalam suatu klasifikasi. Pekerjaan analisis data adalah

mengatur, mengurutkan, memberikan kode dan mengelompokkan bahan penelitian serta mengkategorikannya untuk segera di tuang dalam bentuk tulisan.

Tehnik analisa data yang dipergunakan dalam penelitian adalah : Reduksi data, yaitu membuat kategori dan klasifikasi serta membagikannya berdasarkan aspek-aspek penelitian dan membuat uraian atau laporan yang lengkap dan terinci. Sajian

data, yaitu membuat kutipan langsung, dan gambar untuk memudahkan peneliti dalam melihat hasil penelitiannya. Verifikasi data, yaitu proses pengumpulan data dengan melakukan pembandingan untuk mengetahui kecendrungan, hubungan dan

(50)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASANNYA

Dalam bab ini dibahas hasil penelitian dengan pendekatan metode yang

digunakan. Pembahasan hasil penelitian meliputi enam bagian.

4.1. Sejarah Lahirnya Organisasi PemudaPancasila di Sumatera Utara

Organisasi Pemuda Pancasila sejak kelahirannya 48 tahun yang lalu, 28 Oktober 1959, secara historis-ideologis tidak bisa dilepaskan dari misi perjuangannya

didalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Perjalanan panjang sejarah perjuangan Organisasi Pemuda Pancasila yang tidak pernah independent terhadap Pancasila apalagi berusaha untuk menggantikannya. Organisasi Pemuda

Pancasila selalu memiliki keberpihakan terhadap Pancasila.

Organisasi Pemuda Pancasila yang dibentuk pertama sekali pada tagl 28 Oktober 1959 di Jakarta, telah berkembang ke daerah-daerah termasuk Sumatera

Utara. Di daerah ini masyarakatnya yang heterogen, toleransi, dan mempunyai sikap sportifitas yang tinggi merupakan tempat yang potensial untuk menggalang massa

dalam mengembangkan organisasi Pemuda Pancasila. Pada waktu itu banyak kelompok pemuda yang orientasi perjuangannya tidak jelas selain mempertahankan ciri-ciri primordial dan sekedar cari makan dalam organisasi Pemuda Pancasila. Di

kota Medan Pemuda Pancasila untuk pertama kali diperkenalkan oleh Kerani Bukit yang pada waktu itu menjabat sebagai ketua IPKI (Ikatan Pendukung Kemerdekaan

Indonesia) Sumatera Utara.

(51)

Pada tahun 1960 seorang pemuda bernama Rachmadsyah yaitu orang yang

diutus oleh Kerani Bukit datang ke Medan Bioskop untuk menemui M.Y.Effendi Nasution. Maksudnya adalah untuk membentuk organisasi Pemuda Pancasila yang

berdomisili di Medan. Organisasi Pemuda Pancasila ini merupakan onderbow dari Partai IPKI yang pada mulanya bernama Pemuda Patriotik.

Didalam pidatonya sebagai pimpinan IPKI Sumatera Utara. Kerani Bukit

menegaskan akan adanya ancaman terhadap keselamatan bangsa dan Negara dari gerakan komunis (PKI) beserta dengan antek-anteknya. Sehingga dari itu perlu

kiranya pemuda-pemuda yang berada di kota Medan dihimpun ke dalam suatu organisasi yang bernaung di bawah bendera IPKI, dengan tugas pokoknya mengawal serta pengaman Pancasila dan UUD 1945 sebagai dasar Negara dan landasan

konstitusi.

Setelah selesai membicarakan rencana untuk membentuk organisasi Pemuda Pancasila ini dengan utusan tersebut, maka M.Y.Effendi Nasution sebagai ketua

P2KM (Persatuan Pemuda Kota Medan) mengajak tokoh-tokoh pemuda kota Medan untuk membentuk pimpinan Pemuda Pancasila di Medan. Akhirnya M.Y.Effendi

Nasution mendapat mandat untuk membentuk Pemuda Pancasila kota Medan, dengan catatan akan segera membentuk Dewan Pimpinan Wilayah Pemuda Pancasila Sumatera Utara (Syamsul Bahri dan Syaifuddin Mahyudin,1999).

M.Y.Effendi yang lebih dikenal dengan sebutan Pendi Keling merekrut pemuda-pemuda kota Medan atau yang sering disebut dengan preman ataupun cross

(52)

untuk memasuki organisasi Pemuda Pancasila karena tidak ada yang melarang.

Preman-preman ini menjadi paduan unsur-unsur yang sangat dominan dari eksistensi Pemuda Pancasila di kota Medan dan di Sumatera Utara. Para preman ini kebanyakan

dalam menyelesaikan masalahnya atau perkaranya selalu dengan otot-otot mereka secara fisik. Pada priode awal berdirinya Pemuda Pancasila kriteria untuk menjadi seorang pimpinan Pemuda Pancasila berdasarkan siapa yang paling jago di-

kelompoknya masing-masing. Maka dari itulah segera terbentuklah anak-anak ranting, Pimpinan Anak Cabang sampai dengan Pimpinan Wilayah Sumatera Utara,

dimana M.Y.Effendi Nasution langsung menjadi pimpinan utama organisasi Pemuda Pancasila Sumatera Utara.

Pada bulan Agustus 1961 di gedung Selecta jalan Listrik Medan dengan

disaksikan serta direstui oleh H.A.Azis yang mewakili Gubernur Sumatera Utara, Mayor Hamid dari Koanda Sumatera Utara, Kerani Bukit yang bertindak sebagai ketua IPKI Sumatera Utara melantik serta meresmikan berdirinya Organisasi Pemuda

Pancasila Sumatera Utara dengan susunan Pimpinan Wilayah Pemuda Pancasila Sumatera Utara untuk pertama kali adalah :

Ketua Umum : M.Y.Effendi Nasution Ketua : Daniel Mamora

Ketua : Barik

Sekretaris Umum : Jansen Hasibuan

Sekretaris : Rosiman

(53)

Dengan jumlah personil perdananya adalah sekitar 40 orang pemuda dengan

tugas pokoknya menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia, menjadi pengawal dan pengaman Pancasila dan UUD 1945 dari rongrongan Partai Komunis

Indonesia (PKI) beserta dengan antek-anteknya.

Sesuai dengan latar belakang dibentuknya Pemuda Pancasila adalah untuk membatasi pergerakan PKI dalam merongrong ideologi bangsa Indonesia yaitu

Pancasila, karena isu ideologi dan politik itulah maka Pemuda Pancasila semakin membesar sesuai dengan tantangan yang dihadapinya. Dengan itu pula Pemuda

Pancasila membuat motto “ SEKALI LAYAR TERKEMBANG SURUT KITA BERPANTANG “ yang artinya kalau sudah dimulai, maka kata-kata mundur tidak akan pernah terjadi. Kemudian ditambah lagi dengan yel-yel kebesaran organisasi

Pemuda Pancasila atau tekad dari para anggota yaitu “PANCASILA ABADI”. Yang artinya bahwa ideologi Pancasila harus ABADI dibumi Indonesia ini dan setiap bangsa Indonesia harus mempertahankan keabadiannya. Maka motto dan yel-yel ini

masih dipakai sampai sekarang oleh anggota organisasi Pemuda Pancasila.

Selain dari motto dan yel-yel Pemuda Pancasila juga mempunyai resep yang

dinamakan dengan 3 “O” yaitu “ OTOT “ “ OMONG “ “ OTAK “ yang maksudnya adalah organisasi Pemuda Pancasila membutuhkan anggota-anggotanya yang harus berani mengadu fisik atau kuat, harus pandai ngomong atau berbicara, dan harus pula

mempunyai intelektual yang tinggi atau pintar.

Organisasi Pemuda Pancasila juga mempunyai ikrar yang isinya hampir sama

(54)

tanah air Indonesia. Berbangsa satu, bangsa Indonesia. Berbahasa satu, bahasa

Indonesia. Berideologi satu, ideologi Pancasila. Dapatlah dilihat bahwa semua yang ada pada ikrar itu menunjukkan bahwa organisasi Pemuda Pancasila siap mengawal

dan mengamankan Pancasila.

Untuk menghandalkan kekuatan fisik dari anggota Pemuda Pancasila bukanlah hal yang sulit, karena mereka sudah ditempa oleh kekerasan di jalanan dan

perkelahian bukanlah hal yang baru bagi mereka, tetapi berbicara atau ngomong para pemuda ini sebenarnya sudah terbiasa tetapi sebatas berbicara atau omong-omong di

dalam pertemuan-pertemuan tidak resmi seperti di warung atau kedai kopi. Akan tetapi untuk ngomong atau berbicara di dalam forum resmi mereka tidak pernah dan agak canggung serta kurang berani, karena mereka takut salah, dan di tertawakan oleh

teman-temannya.

Pada masa baru dibentuknya Pemuda Pancasila semangat dari pemuda ini masih sangat mengebu-gebu untuk berkumpul dalam membesarkan organisasi

Pemuda Pancasila di Sumatera Utara, karena dalam waktu satu tahun saja anggota atau kader Pemuda Pancasila telah mencapai ribuan orang. Adapun penggurus atau

fungsionaris Pemuda Pancasila terdiri dari M.Y.Effendi Nasution, Rosiman, Yan Paruhum Lubis, Amran Ys, Das Tagor Lubis, M.Saat Gurning, Razali, Yansen Hasibuan, Amril Ys dan lain-lain. Untuk pimpinan Pemuda Pancasila kota Medan

(55)

Penunjukan Effendi Nasution sebagai ketua Pemuda Pancasila Sumatera

Utara menyebabkan P2KM kehilangan eksistensinya dikarenakan Effendi Nasution (Pendi Keling) lebih mengkonsentrasikan dirinya untuk kegiatan Pemuda Pancasila

sesuai dengan tugas dan jabatannya sebagai ketua wilayah. Namun perlu dicatat bahwa P2KM merupakan wadah pertama yang dapat mempersatukan “preman-preman” di perkampungan sekitar kota Medan, yang sebelumnya masih selalu terlibat

perkelahian antar sesamanya. Wadah P2KM telah menjadi arena sosial bagi para preman, pemuda- pemuda berandal dan cross-boy untuk bekerja sama, membangun

saling pengertian, baik dalam pergaulan juga dalam aktifitas “cari makan” di jalanan (Sarmadan, 2002).

Ketika M.Y.Effendi Nasution beserta pengikut-pengikutnya dari P2KM

beralih kepada Pemuda Pancasila, suasana bersatu di kalangan pemuda preman sudah terbentuk, perkelahian preman antar kampung untuk sebagian sudah dapat dihindarkan, .para preman yang pada mulanya hanya terikat menurut kesamaan

teritori, kini sudah dapat melampaui batas teritori kampung. Oleh sebab itu kehadiran Pemuda Pancasila menjadi mudah diterima di kalangan preman, malahan diharapkan

akan memberikan sentuhan organisatoris yang lebih sistematis dan terprogram dalam melaksanakan kegiatan-kegiatannya.

Pada masa-masa pembentukan Pemuda Pancasila, sistem organisasinya

belumlah sebaik sekarang. Upaya organisasi ini pertama sekali masih terarah pada pembentukan dan pembenahan organisasi Pemuda Pancasila di seluruh kota Medan.

(56)

Pemuda Pancasila yang sudah ada sebelumnya. Pengurus IPKI masih sangat berperan

dalam pembentukan itu, jika disuatu pemukiman ada kemungkinan Pemuda Pancasila dibentuk, maka ditempat itulah Pemuda Pancasila dibentuk. Oleh sebab itu tidak

mengherankan bila disaat yang sama terjadi dua peristiwa pelantikan pengurus di dua pemukiman yang berbeda misalnya pengurus IPKI melantik kepengurusan ranting Pemuda Pancasila di pulo Brayan dan Amran Ys membentuk dan melantik ranting di

daerah Medan Area pada hari yang sama. Tentang hubungan- hubungan organisatoris atau hirarkis antara Pemuda Pancasila ditempat yang satu dengan tempat yang lain

tidak begitu jelas.

Hubungan antara mereka hanya sama-sama berinduk kepada organisasi yang sama yaitu IPKI dalam menentang pemuda rakyat yang digerakkan oleh PKI. Hal ini

terjadi karena belum jelasnya garis kordinasi antara organisasi-organisasi Pemuda Pancasila yang ada, dan belum adanya konsolidasi organisasi oleh IPKI sebagai induk organisasi terhadap kepengurusan Pemuda Pancasila seperti yang dikatakan

oleh Pendi Keling atau M.Y.Effendi Nasution dalam wawancaranya yang ada didalam buku yang diterbitkan oleh (DPW Pemuda Pancasila dan Pusat Kajian

Antropologi Fisip USU, 2002;32)

“Dulu mana tahu kita dek … Organisasi kata orang ,ya organisasi . Lantik katanya ya lantik lah , kan sekarang baru kita tahu organisasi itu apa , setelah pelantikan lalu

latihan atau penataran dan sebagainya. Sebelumnya mana ada tatar-tatar, karena preman, crossboy, pencuri, perampok.dan pembunuh ada semua disitu.Apa itu DPW,

(57)

mana-mana . Jadi lain dek … tidak seperti sekarang , sekarang ini orang sudah banyak yang

tahu: bahwa DPW melantik DPC … DPC melantik Anak Cabang . Dulu mana ada itu … Preman semuanya disitu dek …

Perkembangan organisasi Pemuda Pancasila di bawah kepimpinanan M.Y.Effendi Nasution sangat pesat sekali, banyaklah pemuda-pemuda yang berada di

Sumatera Utara ini masuk menjadi anggota organisasi ini. Setelah memimpin Pemuda Pancasila selama 7 tahun maka pada tahun 1967 dalam suatu Musyawarah

Wilayah (Muswil) beliau menyerahkan pimpinan Pemuda Pancasila kepada seorang tokoh pemuda yang juga seorang kader Pemuda Pancasila yang bernama Amran Ys sebagai regenerasi kepemimpinan organisasi Pemuda Pancasila di Sumatera Utara.

Pada masa kepemimpinan Amran Ys organisasi Pemuda Pancasila bertambah berkembang dan elite dalam pemikiran. Beliau mulai mengembangkan organisasi ini sampai ke cabang-cabang beserta dengan sasana tinjunya yang gunanya adalah untuk

berorganisasi tetapi juga mengembangkan olahraga tinju.dari tingkat wilayah sampai kedaerah tingkat dua. Banyak petinju handal yang dihasilkan oleh sasana Pemuda

Pancasila ini seperti Ucok Tanamal, David Hutabarat, Gunung Simamora , Erwinsyah dan lain sebagainya.

Kemudian Amran Ys menyerahkan kepemimpinan Pemuda Pancasila kepada

Marzuki pada tahun 1986 dalam suatu Muswil di Asrama Haji Medan Setelah memimpin organisasi Pemuda Pancasila Sumatera Utara dari tahun 1974 sampai

Gambar

Gambar 2. Sebab terjadinya konflik
Gambar 3. Kelahiran Partai Patriot Pancasila

Referensi

Dokumen terkait

Firdaus Nasution sebagai ketua tim pemenangan internal Pemuda Pancasila disebabkan karena sejak awal mengikuti pertemuan yang dilakukan oleh tokoh Pemuda Pancasila

Berdasarkan analisis terhadap hasil penelitian ini, maka penulis berkesimpulan bahwa pendidikan politik yang dilaksanakan oleh Pemuda Katolik Komisariat Daerah Sumatera Utara

Peraturan Gubernur Sumatera Utara nomor 50 Tahun 2011 tentang Tugas, Fungsi dan Uraian Tugas Dinas Pemuda dan Olahraga Provinsi Sumatera Utara. Memahami

Entrng merupakan ketua ke-3 MPC Pemuda Pancasila Labuhan Batu yang merupakan politisi partai Golkar dan pernah mencalonkan diri sebagi Bupati Labuhan Batu periode (2005-2010)

Pengkajian terhadap dinamika Muhammadiyah di Sumatera Utara memang tidak bisa dilepaskan dari masuk dan berkembangnya Muhammadiyah di Sumatera Timur dan Tapanuli, sebagai dua

ketika masih menjadi anggota Pemuda Pancasila pada tahun 1973 di Medan. Fair, suatu tempat hiburan di kota Medan, ketika ia bertugas sebagai

sebab itu kami memandang perlu mengadakan Baitul Arqom Madya dan Training Of Trainer Sekolah Kader Pimpinan Wilayah Pemuda Muhammadiyah Sumatera Utara dengan mengambil

Hasil wawancara yang dilakukan dengan seorang penggerak dan juga mantan ketua DPW Pemuda Pancasila Sumatera Barat Ahmad Taufik, S.IP, pada tahun 1992 organisasi Pemuda Pancasila kota