• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD MENGGUNAKAN MEDIA POWER POINT TERHADAP HASIL BELAJAR KIMIA PADA KONSEP IKATAN KIMIA (Kuasi Eksperimen di SMA Dharma Karya UT Tangerang Selatan)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD MENGGUNAKAN MEDIA POWER POINT TERHADAP HASIL BELAJAR KIMIA PADA KONSEP IKATAN KIMIA (Kuasi Eksperimen di SMA Dharma Karya UT Tangerang Selatan)"

Copied!
259
0
0

Teks penuh

(1)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan

Disusun Oleh:

FITRI NUR FAOZAH

NIM 108016200007

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

(2)
(3)
(4)
(5)

i

ABSTRAK

Fitri Nur Faozah, NIM 108016200007, “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Menggunakan Media Power Point Terhadap Hasil Belajar Kimia Pada Konsep Ikatan Kimia” (Di SMA Dharma Karya UT Tangerang Selatan. Skripsi, Program Studi Kimia, Jurusan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe STAD menggunakan media power point terhadap hasil belajar kimia siswa. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Dharma Karya UT Tangerang Selatan pada bulan September sampai bulan Oktober 2013. Metode penelitian yang digunakan adalah quasi eksperimen dengan rancangan penelitian

nonequivalent control group design. Adapun sampel penelitian adalah siswa kelas X yang terdiri dari kelas X-2 sebagai kelas eksperimen dan X-1 sebagai kelas kontrol. Instrumen yang digunakan untuk mengukur hasil belajar berupa tes pilihan ganda (objektif). Analisis data postes kedua kelompok menggunakan uji-t, diperoleh hasil thitung sebesar 8,165 dan ttabel pada taraf signifikan 0,05 sebesar

2,021, maka thitung>ttabel. Maka dapat disimpulkan menolak Ho dan Ha diterima,

yang menyatakan terdapat pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe STAD menggunakan media power point terhadap hasil belajar kimia siswa pada konsep ikatan kimia.

(6)

ii

ABSTRACT

Fitri Nur Faozah, NIM 108016200007, “Effect of Cooperative Learning Model

STAD Using Media Power Point Against Chemical Learning Outcomes In Concepts of Chemical Bonding (In SMA Dharma Karya UT South Tangerang Chemical Study Programe, Natural Science Concentration, Education and Teaching Science, Islamic State University.

The research is purposed to understand the effect of cooperative learning model STAD Type. Using Media Power Point Against Chemical Student Learning Outcomes. The research is held in SMA Dharma Karya UT South Tangerang on September to October 2013. The research methode uses Experiment Quacy with design of research is nonequivalent control group design. And research sample is X class Student which is consist of X-2 as experiment class and X-1 as control class. The used instrument to measure learning result is multiple choice (objective). Postest analysis data of two groups use t-test, the result of tcount in the

amount of 8,165 and ttable in significant degree 0,05 in the amount of 2,021, then

tcount>ttable. Then it can be concluded refusing H0 and Ha accepting, that explain is

found of the effect cooperative learning model STAD type using media Power Point against chemical student learning outcomes in concepts of chemical bonding

(7)

iii

Alhamdulillah syukurillah, puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. Karena atas segala karunia dan rahmat-Nya, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Salawat dan salam semoga selalu tercurahkan kepada baginda Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga, para sahabat dan para pengikutnya yang setia pada ajarannya.

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar S1 pada Jurusan Pendidikan IPA Program Studi Pendidikan Kimia Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dari bimbingan dan bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. Ibu Nurlena Rifa’I, MA. Ph.D., Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Ibu Baiq Hana Susanti, M.Sc., Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Bapak Dedi Irwandi, M.Si., Ketua Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan Pendidikan IPA Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan sekaligus dosen Pembimbing I, yang telah memberikan arahannya dan selalu ada ketika peneliti kesulitan dalam penelitian ini. 4. Ibu Nanda Saridewi, M.Si., Dosen Pembimbing II yang telah memberikan

arahannya dan selalu ada ketika peneliti kesulitan dalam penelitian ini. 5. Bapak Drs. Moh. Wahid Hasyim., Kepala SMA Dharma Karya UT yang telah

memberikan izin penelitian dan Bapak Arif Soleh, S.Pd., guru mata pelajaran kimia, yang telah membantu dan memberikan saran selama penelitian.

(8)

iv

7. Kawan-kawan kelas Program Studi Kimia Angkatan 2008 Jurusan Pendidikan IPA FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah mendukung penyusun dalam menyelesaikan skripsi ini.

8. Sahabat-sahabat: Rian, Gofar, Samroh, Eka, Lena, Okta, Vivi, Irma dan Rizal Guntara. Terima kasih atas bantuan dan kerjasamanya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca baik sebagai referensi maupun untuk menambah wawasan mengenai pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe STAD menggunakan media power point terhadap hasil belajar kimia siswa pada konsep ikatan kimia.

Wassalamu’alaikum wr. wb.

Jakarta, 16 Desember 2013

(9)

v

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 4

C. Pembatasan Masalah ... 4

D. Rumusan Masalah ... 4

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 5

BAB II DESKRIPSI TEORETIS, KERANGKA BERPIKIR, DAN PENGAJUAN HIPOTESIS ... 6

A. Deskripsi Teoretis ... 6

1. Belajar ... 6

a. Pengertian Belajar ... 6

b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar ... 7

2. Hasil Belajar ... 8

a. Pengertian Hasil Belajar ... 8

b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Proses dan Hasil Belajar ... 9

3. Model Pembelajaran Kooperatif ... 14

a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) ... 14

b. Prinsip-prinsip Model Pembelajaran Kooperatif ... 15

c. Unsur-unsur Model Pembelajaran Kooperatif ... 16

(10)

vi

e. Macam-macam Model Pembelajaran Kooperatif ... 18

f. Keunggulan dan Kelemahan Model Pembelajaran Kooperatif ... 19

4. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Teams Achievement Division) ... 20

a. Pengertian Model Pembelajaran Koorperatif Tipe STAD ... 20

b. Tahapan-tahapan Proses Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD ... 21

c. Keunggulan dan Kelemahan Model Kooperatif Tipe STAD ... 24

5. Media Pembelajaran dan Media Power Point ... 24

a. Pengertian Media ... 24

b. Macam-macam Media ... 25

c. Media Power Point ... 26

6. Ikatan Kimia ... 28

a. Ikatan Ion ... 29

b. Ikatan Kovalen ... 30

c. Ikatan Kovalen Koordinasi ... 31

d. Ikatan Logam ... 31

B. Hasil Penelitian yang Relevan ... 32

C. Kerangka Berpikir ... 36

D. Perumusan Hipotesis ... 36

BAB III METODELOGI PENELITIAN ... 37

A. Waktu dan Tempat Penelitian ... 37

B. Metode dan Desain Penelitian ... 37

1. Metode Penelitian ... 37

2. Desain Penelitian ... 38

C. Populasi dan Sampel Penelitian ... 38

1. Populasi ... 38

2. Sampel ... 39

(11)

vii

a. Uji Normalitas ... 49

b. Uji Homogenitas ... 50

2. Pengujian Hipotesis ... 51

3. Analisis Data ... 52

H. Hipotesis Statistik ... 52

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 53

A. Hasil Penelitian ... 53

1. Deskripsi Data Pretes Hasil Belajar Siswa Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ... 53

2. Deskripsi Data Postes Hasil Belajar Siswa Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ... 54

3. Deskripsi Data Nilai N-Gain Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ... 55

4. Analisis Hasil Lembar Observasi ... 55

a. Lembar Observasi Guru ... 55

b. Lembar Observasi Siswa ... 57

B. Analisis Data Tes Hasil Belajar ... 58

1. Uji Prasyarat Sempel ... 58

a. Uji Normalitas ... 58

b. Uji Homogrnitas ... 59

2. Uji Prasyarat Analisis ... 59

a. Uji Normalitas ... 60

b. Uji Homogenitas ... 60

3. Pengujian Hipotesis ... 61

C. Pembahasan ... 63

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 68

(12)

viii

(13)

ix

Tabel 2.3 Skor Kemajuan Individu ... 23

Tabel 2.4 Skor Penghargaan Kelompok ... 23

Tabel 3.1 Desain Penelitian Nonequivalent Control Grup Design ... 38

Tabel 3.2 Teknik Pengumpulan Data ... 41

Tabel 3.3 Instrumen Tes Pilihan Ganda Materi Ikatan Kimia ... 42

Tabel 3.4 Kriteria Reliabilitas Soal ... 45

Tabel 3.5 Kriteria Taraf Kesukaran ... 46

Tabel 3.6 Klasifikasi Daya Pembeda ... 47

Tabel 3.7 Kriteria Interpretasi Skor ... 52

Tabel 4.1 Hasil Pretes Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ... 53

Tabel 4.2 Hasil Postes Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ... 54

Tabel 4.3 Rekap Nilai N-Gain Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ... 55

Tabel 4.4 Data Hasil Observasi Guru ... 56

Tabel 4.5 Data Hasil Observasi Siswa ... 57

Tabel 4.6 Hasil Uji Normalitas Pretes Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ... 58

Tabel 4.7 Hasil Uji Homogenitas Pretes Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ... 59

Tabel 4.8 Uji Kesamaan Rata-rata Hasil Pretes Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ... 60

Tabel 4.9 Hasil Uji Normalitas Postes Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ... 61

Tabel 4.10 Hasil Uji Homogenitas Postes Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ... 62

(14)

x

DAFTAR GAMBAR

[image:14.595.96.503.215.611.2]
(15)

xi

Lampiran 3 Lembar soal ... 107

Lampiran 4 Soal Kuis ... 112

Lampiran 5 Bentuk Media Power Point ... 114

Lampiran 6 Kisi-kisi Instrumen ... 129

Lampiran 7 Soal Instrumen yang Dipakai Penelitian ... 142

Lampiran 8 Data Hasil Pretes Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ... 145

Lampiran 9 Data Hasil Postes Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ... 159

Lampiran 10 Daftar Nilai N-Gain ... 174

Lampiran 11 Hasil Lembar Observasi ... 176

Lampiran 12 Data Nilai Kelompok Eksperimen ... 178

Lampiran 13 Hasil Anates ... 179

Lampiran 14 Uji Referensi ... 188

(16)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Belajar mengajar adalah salah satu kegiatan yang bernilai eduktif. Nilai eduktif mewarnai interaksi yang terjadi antara guru dengan anak didik. Interaksi yang bernilai eduktif dikarenakan kegiatan belajar mengajar yang dilakukan, diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu yang telah dirumuskan sebelum pengajaran dilakukan.1 Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa:

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara.2

Pengembangan variasi mengajar yang dilakukan oleh guru salah satunya adalah dengan memanfaatkan variasi alat bantu, baik dalam hal ini variasi media pandang, variasi media dengar, maupun variasi media taktik. Tujuan dari pengembangan wariasi mengajar untuk meningkatkan dan memelihara perhatian anak didik terhadap relevansi proses belajar mengajar, memberikan kesempatan memungkinkan berfungsinya motivasi, membentuk sikap positif terhadap guru dan sekolah, member kemungkinan fasilitas belajar individual, dan mendorong anak didik untuk belajar.3

Ilmu Pengetahuan Alam merupakan pengetahuan ilmiah, yaitu pengetahuan yang telah mengalami uji kebenaran melalui metode ilmiah, dengan ciri: obyektif, metodik, sistematis, universal, dan tentatif. Ilmu

1

Syaiful Bahri Djamarah, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2006), h. 1

2

Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran, (Jakarta: Predana Media Grup,2006), h. 2

3

(17)

Pengetahuan Alam merupakan ilmu yang pokok bahasannya adalah alam dan seisinya.4

Kimia merupakan bagian dari ilmu pengetahuan alam yang sering dikatan sebagai mata pelajaran yang sukar untuk dimengerti dan dipelajari, sehingga untuk memberikan pemahan konsep maka harus diberikan suatu cara atau metode yang tepat yang diberikan terhadap peserta didik bisa berupa metode, praktikum atau eksperimen. Dengan sebuah metode siswa akan mampu untuk lebuh memahami lagi konsep-konsep yang diberikan di dalam sebuah proses belajar mengajar. Pelajaran kimia di sekolah dirasa kurang menarik siswa untuk mempelajarinya, karena dalam mempelajarinya lebih menekankan konsep-konsep kimia dari pada fakta-fakta kimia, sehingga materi yang harus dipelajari sangat banyak. Maka tidaklah heran jika pembelajaran kimia banyak diberiakan dalam bentuk hafalan.

Cara pengajaran yang monoton akan membuat siswa pasif dalam belajar, siswa akan menganggap bahwa belajar hanya rutinitas sehari-hari. Media atau alat yang tepat untuk diterapkan dalam pada proses pembelajaran akan memberikan motivasi bagi siswa untuk lebih aktif dalam belajar.

Perbaikan hasil belajar dapat dicapai melalui peningkatan pemahaman siswa terhadap konsep materi ajar yang diberikan dan juga disertai dengan keaktifan siswa pada saat proses pembelajaran dikelas berlangsung. Banyak faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa, salah satunya adalah model pembelajaran. Model pembelajaran diperlukan untuk mendukung terjadinya proses pembelajaran yang aktif dan interaktif antara siswa dan guru. Salah satu diantara model pembelajaran adalah model pembelajaran kooperatif.5

Sejauh ini masih banyak guru yang memakai media papan tulis dalam pembelajaran yang biasanya akan membuat siswa merasa bosan dan jenuh, padahal ada beberapa media yang lebih menarik dan mudah untuk

4

Zulfiani, Strategi Pembelajaran Sains, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009), h. 46

5

(18)

3

diterapkan yaitu salah satu nya dengan media power point. Power point salah satu software yang dirancang khusus untuk mampu menampilkan program multimedia dengan menarik, mudah dalam pembuatan, mudah dalam penggunaan dan relatif murah, karena tidak membutuhkan bahan baku selain alat untuk penyimpanan data (data storage). power point dapat digunakan sebagai media pembelajaran.6

Penggunaan media pembelajaran power point dapat dikombinasikan dengan model pembelajaran yang sesuai dan tepat, salah satunya yaitu model pembelajaran tipe STAD. Media power point dapat digunakan pada tahap guru menyajikan materi pelajaran, sehingga waktu yang digunakan untuk menyajikan materi juga dapat dipersingkat karena guru tidak perlu mencatat materi yang disajikan pada papan tulis. Model pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan salah satu model pembelajaran yang dapat menumbuhkan dan meningkatkan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran.7

Berdasarkan latar belakang diatas peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian lebih lanjut mengenai model pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dilihat dari segi kognitif mengenai salah satu konsep kimia yang mengambil judul “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Menggunakan Media Power Point Terhadap Hasil Belajar Kimia Siswa Pada Konsep Ikatan Kimia”.

6

Tejo Nurseto, ”Membuat Media Pembelajaran yang Menarik”, Jurnal Ekonomi & Pendidikan, Vol 8, No 1, April 2011, h. 31

7

Indriyani NST, “Penggunaan Media Microsoft Office Power Point Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa pada Pokok Bahasan Struktur Atom dan Sistem Periodik di Kelas X SMA Negeri 1 Pangkalan Kerinci”,

(19)

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti mengidentifikasikan beberapa masalah sebagai berikut:

1. Kimia merupakan bagian dari ilmu pengetahuan alam yang sering dikatan sebagai mata pelajaran yang sukar untuk dimengerti dan dipelajari.

2. Pembelajaran di sekolah masih bertumpu pada hapalan terhadap suatu konsep sehingga pelajaran tidak memiliki makna bagi siswa.

3. Kurangnya minat siswa untuk belajar kimia.

4. Guru biasanya menggunakan metode ceramah di dalam mengajar, kurang variasi dalam pembelajaran.

C. Pembatasan masalah

Agar penelitian ini tidak menyimpang dari judul penelitian, maka masalah yang akan diteliti hanya dibatasi pada:

1. Subjek yang diteliti adalah siswa dan siswi kelas X di SMA Dharma Karya UT Tangerang Selatan.

2. Model pembelajaran yang digunakan adalah model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan menggunakan media power point.

3. Konsep yang digunakan dalam penelitian yaitu Ikatan Kimia.

4. Hasil belajar yang dimaksud adalah domain kognitif jenjang C1 sampai

C4.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi dan latar belakang masalah yang telah dijelaskan sebelumnya, maka permasalahan akan dicari jawabannya dalam

(20)

5

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan model pembelajara kooperatif tipe STAD terhadap hasil belajar siswa pada konsep ikatan kimia kelas X di SMA Dharma Karya UT Tangerang Selatan.

2. Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat, bagi:

a. Siswa, dapat meningkatkan aktivitas selama proses pembelajaran dan mendorong siswa untuk aktif, terampil dan kreatif selama pembelajaran.

b. Sekolah, dapat dijadikan salah satu model pembelajaran yang baik sehingga dapat dikembangkan dengan materi-materi yang beragam. c. Peneliti, dapat menambah pengetahuan dan wawasan dalam

(21)

6

A. Deskripsi Teoretis 1. Belajar

a. Pengertian Belajar

Belajar adalah suatu proses yang kompleks yang terjadi pada semua orang dan berlangsung seumur hidup, sejak masih bayi hingga ke liang lahat nanti.1 Salah satu pertanda bahwa seseorang telah belajar adalah adanya perubahan tingkah laku dalam dirinya. Perubahan tingkah laku tersebut menyangkut baik perubahan yang bersifat pengetahuan (kognitif) dan keterampilan (psikomotor) maupun yang menyangkut nilai dan sikap (afektif).2

Bambang Warsita menulis dalam bukunya yang berjudul Teknologi Pembelajaran Landasan dan Aplikasinya, “Belajar adalah perubahan perilaku yang relatif permanen sebagai hasil pengalaman (bukan hasil perkembangan, pengaruh obat atau kecelakaan) dan bisa melaksanakannya pada pengetahuan lain serta mampu mengkomunikasikannya kepada orang lain”.3

Menurut Gagne yang dikutip oleh Dimyati dalam buku Belajar

dan Pembelajaran, “Belajar merupakan kegiatan yang kompleks”. Hasil

belajar berupa kapabilias. Setelah belajar orang memiliki keterampilan, pengetahuan, sikap, dan nilai. Timbulnya kapabilitas tersebut adalah dari (1) stimulasi yang berasal dari lingkungan, dan (2) proses kognitif yang dilakukan pebelajar. Dengan demikian, belajar adalah seperangkat

1Bambang Warsita, Teknologi Pembelajaran Landasan & Aplikasinya, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2008), h. 62

2

Arief S. Sadiman. Media Pendidikan Pengertian, Pengembangan dan Pemanfaatannya. (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007), h. 2

3

(22)

7

proses kognitif yang mengubah sifat stimulasi lingkungan, melewati pengolahan informasi, menjadi kapabilitas baru.4

Dari beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar ialah suatu usaha yang dilakukan seseorang semenjak lahir untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil pengalaman dari interaksinya dengan lingkungan. Belajar dapat terjadi dimanapun dan dengan cara apapun. Seseorang yang melakukan aktivitas belajar akan memperoleh perubahan dalam dirinya dan akan memperoleh pengalaman baru dalam hidupnya.

b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar

Secara global, faktor-faktor yang yang mempengaruhi belajar siswa dapat kita bedakan menjadi tiga macam, yakni:5

1) Faktor internal (faktor dari dalam diri siswa), yakni keadaan atau kondisi jasmani dan rohani siswa

2) Faktor eksternal (faktor dari luar siswa), yakni kondisi lingkungan di sekitar siswa

3) Faktor pendekatan belajar, yakni jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan mempelajari materi-materi pelajaran.

Faktor-faktor diatas dalam banyak hal sering saling berkaitan dan mempengaruhi satu sama lain. Misal: seorang siswa yang berinteligensi tinggi (faktor internal) dan mendapat dorongan positif dari orang tua (faktor eksternal), kemungkinan akan memilih pendekatan belajar yang lebih mementingkan kualitas hasil belajar. Dari pengaruh faktor-faktor tersebut dapat timbul siswa-siswa yang berprestasi tinggi dan berprestasi rendah. Sebagai seorang guru, diharapkan mampu mengantisipasi kemungkinan-kemungkinan munculnya kelompok siswa yang menunjukkan gejala kegagalan dengan berusaha mengetahui dan mengatasi faktor yang menghambat proses belajar mereka.

4

Dimyati, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: PT Rieka Cipta, 2006), h.10

5

(23)

2. Hasil Belajar

a. Pengertian Hasil Belajar

Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar dibagi menjadi tiga macam, yaitu: keterampilan dan kebiasaan, pengetahuan atau pengertian, sikap dan cita-cita. Masing-masing jenis belajar dapat diisi dengan bahan yang telah diterapkan dalam kurikulum.6

Indikator hasil belajar merupakan target pencapaian kompetensi secara operasional dari kompetensi dasar dan standar kompetensi. Ada tiga aspek kompetensi yang harus dinilai untuk mengetahui seberapa besar capaian kompetensi tersebut, yakni penilaian terhadap:

1) Hasil Belajar Penguasaan Materi (kognitif)

Penilaian terhadap hasil belajar penguasaan materi bertujuan untuk mengukur penguasaan dan pemilihan konsep dasar keilmuan (content objectives) berupa materi-materi esensial sebagai konsep kunci dan prinsip utama. Ranah kognitif ini merupakan ranah yang lebih banyak melibatkan kegiatan mental/otak.

Kemampuan-kemampuan yang termasuk domain kognitif oleh bloom dkk. dikategorikan lebih terinci secara hierarkis kedalam enam jenjang kemampuan, yakni hafalan (ingatan) (C1), pemahaman (C2),

penerapan (C3), analisis (C4), sintesis (C5), dan evaluasi (C6). Jejang

kemampuan yang lebih tinggi sifatya lebih kompleks, dan merupakan peningkatan dari jenjang kemampuan yang lebih rendah.7

2) Hasil Belajar Proses (Normatif/Afektif)

Hasil belajar proses berkaitan dengan sikap dan nilai, berorientasi pada penguasaan dan pemilikan kecakapan proses atau metode. Ciri-ciri belajar ini akan tampak pada peserta didik dalam

6

Luqman Hakim, “Pengaruh Pembelajaran Promblem Based Instruction Disertai Media Audio Visual terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas X SMA Negeri Ngemplak Tahun

Pelajaran 2011/2012”,Jurnal Pendidikan Biologi, Vol 3, No 2, Tahun 2012, h. 5

7

(24)

9

berbagai tingkah laku, seperti perhatian terhadap pejalaran, kedisiplinan, motifasi belajar, rasa hormat kepada guru, dan sebagainya. Ranah afektif ini dirinci oleh Krathwohl dkk., menjadi lima jenjag, yakni: (1) perhatian/penerimaan (receiving), (2) tanggapan (responding), (3) penilaian/penghargaan (valuing), (4) pengorganisasian (organization), (5) karakterisasi terhadap suatu atau beberapa nilai (characterization by a value or value complex).8

3) Hasil Belajar Aplikatif (Psikomotorik)

Hasil belajar ini merupakan ranah yang berkaitan dengan keterampilan (skill) atau kemampua bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar tertentu. Simpson (1950) menyatakan bahwa hasil belajar psikomotorik ini tampak dalam bentuk keterampilan dan kemapuan bertindak individu. Hasil belajar psikomotorik merupakan kelanjutan dari hasil belajar kognitif dan afektif, akan tanpak setelah siswa menunjukan prilaku atau perbuatan tertentu sesuai dengan makna yang tergantung pada kedua ranah tersebut dalam kehidupan siswa sehari-hari.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah keseluruhan efek dari proses belajar berupa perkembangan tingkah laku yang terjadi pada ranah kognitif, afektif, dan ranah psikomotorik.

b. Faktor-faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar

Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar digolongkan menjadi dua golongan yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern adalah faktor yang berasal dari dalam diri individu yang sedang belajar. Faktor ekstern adalah faktor yang berasal dari luar individu yang belajar.

Faktor-faktor intern meliputi sebagai berikut: 1. Faktor jasmani

Meliputi faktor kesehatan dan cacat tubuh. Hasil belajar siswa dapat dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal. Kesehatan

8

(25)

adalah keadaan atau hal sehat. Kesehatan seseorang berpengaruh terhadap belajarnya. Proses belajar seseorang akan terganggu jika kesehatan seseorang terganggu. Agar seseorang dapat belajar dengan baik haruslah mengusahakan kesehatan badannya tetap terjamin dengan cara selalu mengindahkan ketentuan-ketentuan tentang bekerja, belajar, istirahat, tidur, makan, olahraga, rekreasi dan ibadah.

Cacat tubuh adalah sesuatu yang nenyebabkan kurang baik atau kurang sempurna mengenai tubuh atau badan. Cacat tubuh dapat berupa buta, tuli, setengah tuli, patah kaki, dan patah tangan, lumpuh dan lain-lain. Keadaan cacat tubuh juga mempengaruhi belajar. Siswa yang cacat belajarnya juga terganggu. Jika hal itu terjadi, hendaknya ia belajar pada lembaga pendidikan yang khusus mengenai cacat tubuh.9 2. Faktor psikologis

Sekurang-kurangnya ada lima faktor yang tergolong kedalam faktor psikologis yang mempengaruhi kuantitas dan kualitas perolehan belajar siswa, yaitu: tingkat kecerdasan/intelegensi siswa, sikap siswa, bakat siswa, minat siswa dan motivasi siswa.10

a) Intelegensi siswa

Intelegensi pada umumnya dapat diartikan sebagai kemampuan psikomotor untuk mereaksi rangsangan atau menyesuaikan diri dengan lingkungan degan cara yag tepat. Jadi, intelegensi sebenarnya bukan persoalan kualitas otak saja, melainkan juga kualitas organ-organ tubuh lainnya.

b) Sikap siswa

Sikap adalah gejala internal yang berdimensi efektif yang berupa kecenderungan untuk mereaksi atau merespon dengan cara yang relatif tetap terhadap ibjel orang, barang, dan sebagainya, baik secara positif maupun negatif.

9

Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2010), h. 54-55

10

(26)

11

c) Bakat siswa

Bakat adalah kemampuan untuk belajar. Kemampuan akan terealisasikan sesudah belajar atau berlatih. Bakat pun merupakan salah satu unsur yang berpengaruh terhadap belajar siswa.

d) Minat siswa

Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Minat besar pengaruhnya terhadap belajar. Semakin besar minat seseorang dalam belajar maka semakin besar kemungkinan hasil belajar kimia meningkat dan sebagainya.

e) Motivasi siswa

Motivasi adalah keadaan internal organisme baik manusia atau hewan yang mendorong untuk berbuat sesuatu. Motivasi dapat berasal dari dalam diri siswa (motivasi intristik) dan dapat pula berasal dari prngaruh luar (motivasi ekstriksik).

Selain faktor intern, hasil belajar juga dipengaruhi oleh faktor ekstern. Adapun faktor-faktor ekstern dikelompokkan menjadi 3 faktor, yaitu:11

1. Faktor keluarga

Siswa yang belajar akan menerima pengaruh dari keluarga berupa: cara orang tua mendidik, relasi antara anggota keluarga, suasana rumah tangga dan keadaan ekonomi keluarga.

2. Faktor sekolah

Faktor sekolah yang mempengaruhi belajar mencakup metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, penjara dan waktu sekolah, standar pelajaran, keadaan gedung, metode belajar dan tugas rumah.

3. Faktor masyarakat

11

(27)

Masyarakat merupakan faktor ekstern yang juga berpengaruh terhadap belajar siswa. Pengaruh itu terjadi karena keadaan siswa dalam masyarakat. Pengaruh tersebut dapat berasal dari kegiatan siswa dalam masyarakat, media masa, teman bergaul untuk bentuk kehidupan masyarakat.

[image:27.595.94.518.241.604.2]

Untuk memperjelas uraian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi belajar, berikut ini penyusun sajikan sebuah tabel.

Tabel 2.1 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar12 Ragam Faktor dan Elemennya

Internal Siswa Eksternal Siswa Pendekatan belajar

1. Aspek Fisiologis - Tonus Jasmani - Mata dan Telinga 2. Aspek Psikologis

- ntelegensi - Sikap - Minat - Bakat - Motivasi

1. Lingkungan Sosial - Keluarga

- Guru dan Staf - Masyarakat - Teman 2. Lingkungan

ninsosial - Rumah - Sekolah

Peralatan - Alam

1. Pendekatan Tinggi - Speculative

- Achieving

2. Pendekatan Sedang - Analytical

- Deep

3. Pendekatan Rendah

- Reproductive

- Surface

Faktor-faktor intern dan ekstern yang telah dijelaskan diatas tidak dapat diabaikan satu dengan lainnya. Faktor-faktor tersebut dengan lannya saling mempengaruhi. maka dari itu seorang guru dapat memperhatikan siswa dengan pertimbangan faktor-faktor belajar diatas ketika menganalisis kesuliatn belajar siswa. Guru pun dapat memahami dan memaklumi siswa ketika mereka mengalami kesulitan belajar.

12

(28)

13

Hasil belajar di sekolah perlu dinilai oleh seorang guru. Penilaian hasil belajar siswa merupakan indikator keberhasilan kegiatan belajar mengajar. Secara garis besar tujuan penilaian hasil belajar belajar adalah:13

a. Untuk mengetahui tingkat kemajuan yang telah dicapai oleh siswa dalam suatu kurun waktu proses belajar tertentu

b. Untuk mengetahui posisi atau kedudukan seorang siswa dalam kelompok kelasnya.

c. Untuk mengetahui tingkat usaha yang dilakukan siswa dalam belajar.

d. Untuk mengetahui segala upaya siswa dalam mendayagunakan kapasitas kognitifnya (kemampuan kecerdasan yang dimilikinya) untuk keperluan belajar.

e. Untuk mengetahui tingkat daya guna dan hasil guna metode mengajar yang telah digunakan guru dalam proses belajar mengajar (PMB).

Penilaian juga bertujuan untuk menilai apakah metode yang digunakan oleh guru telah sesuai atau belum. Jika tingkat keberhasilan dalam belajar rendah, maka guru dapat mengevaluasi metode mengajar dengan yang mereka gunakan selama ini dan memperbaikinya jika terdapat kekurangan.

Selain memiliki tujuan penilaian terhadap hasil belajar juga memiliki fungsi sebagai berikut:14

a. Fungsi administratif berfungsi untuk penyusunan daftar nilai dan pengisian rapor.

b. Fungsi promosi untuk menetapkan apakah siswa tersebut naik kelas atau tidak, lulus atau tidak.

13

Ibid., h. 140

14

(29)

c. Fungsi diagnosik untuk mendiagosis atau mengidentifikasi kesulitan belajar siswa dan merencanakan program remedial teaching (pengajaran perbaikan).

d. Sebagai sumber data BK untuk memasok data siswa tertetu yang memerlukan bimbingan dan konseling (BK).

e. Sebagai bahan pertimbangan pada masa yang akan datang yang meliputi pengembangan kurikulum, metode, dan alat-alat proses belajar mengajar (PBM).

3. Model Pembelajaran Kooperatif

a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)

Cooperative learning berasal dari kata cooperative yang artinya mengerjakan sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu satu sama lainnya sebagai satu kelompok atau satu tim.15 Pembelajaran kooperatif(cooperative learning) merupakan strategi belajar dimana siswa belajar dalam kelompok kecil dengan keahlian berbeda, dan di dalam kelompok kecil tersebut siswa saling belajar dan bekerja sama untuk sampai pada pengalaman belajar yang optimal baik pengalaman individu maupun pengalaman kelompok.16

Slavin mengemukakan, “In cooperative learning methods, students work together in four member teams to master material initially presented

by the teacher”. Dari uraian tersebut dapat dikemukakan bahwa

cooperative learning adalah suatu model pembelajaran dimana sistem belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil yang berjumlah dari 4 sampai 6 orang secara kolaboratif sehingga dapat merangsang siswa lebih bergairah belajar.17

Jhonson & Jhonson menyebutkan bahwa, “Pembelajaran

kooperatif adalah cara yang menggunakan kelompok kecil sehingga siswa

15

Isjoni, Cooperative Learning: Efektifitas Pembelajaran Kelompok, (Bandung: Alfabeta, 2012), h. 15

16

Zulfiani, Strategi Pembelajaran Sains, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009), h. 130

17

(30)

15

bekerja dan belajar satu sama lain. Untuk mencapai tujuan kelompok di dalam belajar kooperatif siswa berdiskusi dan saling membantu serta mengajak satu sama lain untuk memahami isi materi pelajaran”.18

Berdasarkan pemaparan yang telah dijelaskan dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif adalah sebuah cara dalam pembelajaran yang menempatkan siswa sebagai pusat dari pembelajaran sehingga siswa dibebaskan untuk mengeksplorasi ilmunya dan pembelajaran ini lebih menekankan sebuah kerja sama antar siswa.

b. Prinsip-prinsip Model Pembelajaran Kooperatif

Roger dan David Johnson mengemukakan, “Ada lima unsur dasar dalam pembelajaran kooperatif (cooperative learning), yaitu sebagai

berikut:”19

1) Prinsip ketergantungan positif (positive interdependence)

Yaitu dalam pembelajaran kooperatif, keberhasilan dalam penyelesaian tugas tergantung pada usaha yang dilakukan oleh kelompok tersebut. Keberhasilan kerja kelompok ditentukan oleh kinerja masing-masing anggota kelompok. Oleh karena itu, semua anggota dalam kelompok akan merasakan saling ketergantungan. 2) Tanggung jawab perseorangan (individual accountability)

Yaitu keberhasilan kelompok sangat bergantung dari masing-masing anggota kelompoknya. Oleh karena itu setiap anggota kelompok mempunyai tugas dan tanggung jawab yang harus dikerjakan dalam kelompok tersebut.

3) Interaksi tatap muka (face of promotion interaction)

Yaitu memberikan kesempatan yang luas kepada setiap anggota kelompok untuk bertatap muka melakukan interaksi dan diskusi untuk saling member dan menerima informasi dari anggota kelompok lain.

18

Zulfiani, loc. cit.

19

Rusman, Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru,

(31)

4) Partisipasi dan komunikasi (participation communication), yaitu melatih siswa untuk dapat berpartisipasi aktif dan berkomunikasi dalam kegiatan pembelajaran.

5) Evaluasi proses kelompok, yaitu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama mereka, agar selajutnya bias bekerja sama dengan lebih efektif.

c. Unsur-unsur Model Pembelajaran Kooperatif

Unsur-unsur dasar dalam cooperative learning menurut Lungdren sebagai berikut:20

1) Para siswa harus memiliki persepsi bahwa mereka “tenggelam atau

berenang bersama”

2) Para siswa harus memiliki tanggung jawab terhadap siswa atau peserta didik lain dalam kelompoknya, selain tanggung jawab terhadap diri sendiri dalam mempelajari materi yang dihadapi. 3) Para siswa harus berpadangan bahwa mereka semua memiliki

tujuan yang sama.

4) Para siswa membagi tugas dan berbagi tanggung jawab di antara para anggota kelompok.

5) Para siswa diberikan satu evaluasi atau penghargaan yang akan ikut berpengaruh terhadap evaluasi kelompok.

6) Para siswa berbagi kepemimpinan sementara mereka memperoleh keterampilan kerja sama selama belajar.

7) Setiap siswa akan diminta pertanggungjawaban secara individual materi yang ditagani dalam kelompok kooperatif.

d. Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif

Terdapat enam langkah utama atau tahapan di dalam pelajaran yang menggunkan pembelajaran kooperatif, pelajaran dimulai dengan guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan memotivasi siswa untuk belajar.

20

(32)

17

Fase ini diikuti oleh penyajian informasi, sering kali dengan bahan bacaan daripada secara verbal.

[image:32.595.96.511.270.660.2]

Selanjutnya, siswa dikelompokkan ke dalam tim-tim belajar, tahap ini dikuti bimbingan guru pada saat siswa bekerja bersama untuk menyelesaikan tugas bersama mereka. Fase terakhir pembelajaran kooperatif meliputi presentasi akhir kerja kelompok, atau evaluasi tentang apa yang telah mereka pelajari dan memberi penghargaan terhadap usaha-usaha kelompok maupun individu.21

Tabel 2.2 Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif22

Tahap Tingkah Laku Guru

Tahap 1 :

Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa

Guru menyampaikan tujuan pelajaran yang akan dicapai pada kegiatan pelajaran dan menekankan pentingnya topik yang akan dipelajari dan memotivasi siswa belajar.

Tahap 2 :

Menyajikan informasi

Guru menyajikan informasi atau materi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau melalui bahan bacaan.

Tahap 3 :

Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar

Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membimbing setiap kelompok agar melakukan transisi secara efektif dan efisien.

Tahap 4:

Membimbing

kelompok bekerja dan belajar

Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka.

Tahap 5 :

Evaluasi

Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah di pelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya.

Tahap 6 :

Memberikan penghargaan

Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok.

21

Rusman, Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru,

(Jakarta: Rajawali Pres, 2012), Edisi ke-2, h. 211

22

(33)

e. Macam-macam Model Pembelajaran Kooperatif

Terdapat lima macam metode belajar kooperatif yang berhasil dikembangkan para peneliti pendidikan di John Hopkins University yaitu: STAD (Student Teams Achievement Division). TGT (TeamcGames Taurnament), TAI (Team Accelerated Instruction), CIRC (Cooperative Integrated Reading & Composition) dan jigsaw. Tiga diantaranya yaitu STAD, TGT, dan Jigsaw dapat diterapkan pada hampir seluruh subjek mata pelajaran, sedangkan TAI dan CIRC digunakan pada subjek mata pelajaran dan jenjang tertentu.23

1) STAD (Student Teams Achievement Divisions)

Student Teams Achievement Divisions (STAD) merupakan pendekatan kooperatif yang paling sederhana. Dalam metode ini, siswa dibagi dalam bentuk kelompok beranggotakan 4-5 orang yang berbeda jenis kelamin, etnis dan kemampuan. Guru menyampaikan informasi akademik baru kepada siswa setiap minggu menggunakan presentasi verbal atau teks. Secara individu setiap 2 minggu siswa diberi kuis. Kuis itu di skor pengembangan.

2) Jigsaw

Materi pembelajaran diberikan kepada siswa dalam bentuk teks. Setiap anggota bertanggungjawab untuk mempelajari bagian tertentu yang diberikan. Jigsaw terdiri dari lima langkah, yaitu mahasiswa membaca dan mengkaji bahan ajar, diskusi kelompok ahli, diskusi kelompok mahasiswa (homogen), tes/kuis, dan penguatan dari guru. 3) TGT (Team Games Taurnament)

TGT hampir sama dengan STAD, namun dalam TGT tidak menggunakan kuis atau silang Tanya melainkan menggunakan turnamen dan lomba mingguan. Dalam lomba itu siswa berkompetisi dengan anggota tim lain agar dapat menyumbangkan poin pada skor mereka. TGT terdiri dari empat langkah, yaitu identifikasi masalah,

23

(34)

19

pembahasan masalah dalam kelompok, presentasi hasil bahasan kelompok (turnamen), dan penguatan dari guru.

4) TAI (Team Accelerated Instruction)

Teknik ini menggabungkan metode belajar kelompok dengan belajar secara individu. Tiap anggota kelompok akan diberi soal-soal bertahap yang harus mereka kerjakan sendiri-sendiri dalam kelompoknya. Setelah itu, hasil pekerjaan mereka diperiksa oleh anggota tim yang lain. Jika seorang siswa telah mampu menjawab suatu soal, maka ia harus mengerjakan kembali soal yang tingkat kesulitannya sama sebelum ia melanjutkan ke soal yang yang lebih sulit.

5) CIRC (Cooperative Integrated Reading & Composition)

Teknik ini sejenis dengan TAI, namun hanya ditekankan pada pengajaran membaca, menulis dan tata bahasa. Aktivitas CIRC terdiri dari siswa mengikuti urutan instruksi guru, latihan tim, asesmen awal tim dan kuis.

Selain lima macam bentuk pembelajaran kooperatif di atas, terdapat beberapa pembelajaran kooperatif lain yakni Group Investigation, Learning Together dan lain sebagainya.

f. Keunggulan dan Kelemahan Model Pembelajaran Kooperatif

Jarolimek & Parker mengatakan keunggulan yang diperoleh dalam pembelajaran ini adalah:24

1) Saling ketergantungan yang positif.

2) Adanya pengakuan dalam merespon perbedaan individu 3) Siswa dilibatkan dalam perencanaan dan oengelolaan kelas. 4) Suasana kelas ysng rileks dan menyenangkan.

5) Terjalinnya hubungan yang hangat dan bersahabat atara siswa dengan guru, dan

6) Memiliki banyak kesempatan untuk mengekspresikan pengalaman emosi yang menyenangkan.

24

(35)

Selain memiliki keunggulan, pembelajaran kooperatif juga memiliki kelemahan, yaitu:

1) Guru yang harus mempersiapkan pembelajaran secara matang, disamping itu memerlukan lebih banyak tenaga, pemikiran dan waktu. 2) Agar proses pembelajaran berjalan dengan lancar maka dibutuhkan

dukungan fasilitas, alat dan biaya yang cukup memadai.

3) Selama kegiatan diskusi kelompok berlangsung, ada kecenderungan topik permasalahan yang sedang dibahas meluas sehingga banyak yang tidak sesuai dengan waktu yang telah ditentukan, dan

4) Saat diskusi kelas, terkadang didomisili seseorang, hal ini mengakibatkan siswa yang lain menjadi pasif.

4. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions)

a. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

STAD kepanjangan dari Student Teams Achievement Division

(pembagian tim-tim pencapaian siswa). STAD adalah suatu tim pembantu pelaksanaan pelajaran bagi guru untuk belajar bekerjasama. STAD ini terdiri dari 4 atau 5 orang siswa yang berkemampuan heterogen sehingga dalam satu kelompok terdapat satu siswa berkemampuan tinggi, dua siswa berkemampuan sedang dan dua siswa berkemampuan rendah. Di dalamnya siswa diberi kesempatan untuk kolaborasi dan elaborasi dengan teman sebaya dalam bentuk diskusi kelompok.25

Tipe ini dikembangkan Slavin, dan merupakan salah satu tipe kooperatif yang menekankan pada adanya aktivitas dan interaksi diantara siswa untuk saling memotivasi dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran guna mencapai prestasi yang maksimal.26

STAD telah digunakan dalam berbagai mata pelajaran yang ada, mulai dari matematika, bahasa, seni, sampai dengan ilmu sosial dan ilmu pengetahuan ilmiah lain, dan telah digunakan mulai dari siswa kelas dua

25

Zulfiani, op. cit., h. 138

26

(36)

21

sampai perguruan tinggi. Metode ini paling sesuai untuk mengajarkan bidang studi yang sudah terdefinisikan dengan jelas, seperti matematika, berhitung dan studi terapan, pengggunaan dan mekanika bahasa, geografi dan kemampuan peta, dan konsep-konsep ilmu pengetahuan ilmiah.27

Ide dasar STAD adalah bagaimana memotivasi siswa dalam kelompok agar mereka dapat saling mendorong dan membantu satu sama lain menguasai materi yang disajikan, serta menumbuhkan suatu kesadaran bahwa belajar itu penting, bermakna, dan menyenangkan28

Slavin memaparkan bahwa : ”Gagasan utama di belakang STAD

adalah memicu siswa agar saling mendorong dan membantu satu sama lain untuk menguasai keterampilan yang di ajarkan guru”.29

b. Tahapan-tahapan Proses Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions)

Pada proses pembelajarannya, belajar koperatif tipe STAD melalui lima tahapan yang meliputi: 1) tahap penyajian materi, 2) tahap kegiatan kelompok, 3) tahap tes individual, 4) tahap perhitungan skor perkembangan individu, dan 5) tahap pemberian penghargaan kelompok.30

1) Tahap Penyajian Materi

Guru memulai dengan menyampaikan indikator yang harus dicapai hari itu dan memotivasi rasa ingin tahu siswa tentang materi yang akan dipelajari, dalam penelitian ini adalah materi tentang ikatan kimia. Dilanjutkan dengan memberikan persepsi dengan tujuan mengingatkan siswa terhadap materi prasarat yang telah dipelajari, agar siswa dapat menghubungkan materi yang akan disajikan dengan pengetahuan yang telah dimiliki. .

27

Robert E. Slavin, Cooperative Learning Teori, Riset dan Praktik, (Bandung: Nusa Media, 2009), h. 12

28

Zulfiani. loc. cit.

29

Rusman, Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru,

(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2011), Cetakan ke-3, h. 214

30

(37)

Dalam pengembangan materi pelajaran perlu ditekankan hal-hal sebagai berikut: a. mengembangkan materi pembelajaran sesuai degan apa yang akan dipelajari siswa dan kelompok, b. menekankan bahwa belajar adalah memahami makna, dan bukan hapalan, c. memberikan umpan balik sesering mungkin untuk mengontrol pemahaman siswa, d. memberikan penjelasan mengenai jawaban pertanyaan itu benar atau salah, dan e. beralih kepada materi selanjutnya apabila siswa telah memahami permasalahan yang ada.

2) Tahap Kerja Kelompok

Pada tahap ini setiap siswa diberi lembar tugas sebagai bahan yang akan dipelajari. Dalam kerja kelompok siswa saling berbagi tugas, saling membantu memberikan penyelesaian agar semua anggota kelompok dapat memahami materi yang telah dijelaskan, dan satu lembar dikumpulkan sebagai hasil kerja kelompok. Pada tahap ini guru berperan sebagai fasilitator dan motivator kegiatan tiap kelompok.

3) Tahap Tes Individu

Tes individu ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana keberhasian belajar telah dicapai, diadakan tes secara individual, mengenai materi yang telah dibahas. Pada penelitian ini tes individual diadakan pada akhir pertemuan kedua dan ketiga, msing-masing selama 10 menit agar siswa dapat menunjukkan apa yang telah dipelajari secara individual selama bekerja dalam kelompok. Skor perolehan individu ini didata dan diarsipkan, yang akan digunakan pada perhitungan perolehan skor kelompok.

4) Tahap Perhitungan Skor Perkembangan Individu

(38)

23

[image:38.595.92.518.150.634.2]

perkembangan individu yang dikemukakan Slavin seperti terlihat pada tabel berikut:

Tabel 2.3 Skor Kemajuan Individu 31

Skor Kuis Poin Kemajuan

Lebih dari 10 poin di bawah skor awal 5 10-1 poin di bawah skor awal 10 Skor awal sampai 10 poin di atas skor awal 20 Lebih dari 10 poin di atas skor awal 30 Kertas jawaban sempurna (terlepas dari skor awal) 30

Perhitungan skor kelompok dilakukan dengan cara menjumlahkan masing-masing perkembangan skor individu dan hasilnya dibagi sesuai jumlah anggota kelompok.

5) Tahap Pemberian Penghargaan Kelompok

Pemberian penghargaan diberikan berdasarkan perolehan skor rata-rata yang dikategorikan menjadi kelompok baik, kelompok hebat dan kelompok super. Adapun kriteria yang digunakan untuk menentukan pemberian penghargaan terhadap kelompok sebagai berikut:

Tabel 2.4 Skor Penghargaan Kelompok

Kriteria (Rata-rata Tim) Penghargaan

15 Kelompok Baik

20 Kelompok Hebat

25 Kelompok Super

c. Keunggulan dan Kelemahan Model Kooperatif Tipe STAD

Keunggulan model pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah sebagai berikut:

Dalam pembelajaran kooperatif, siswa membangun sendiri pengetahuannya melalui interaksi dengan orang lain. Melalui interaksi

31

(39)

dengan anggota kelompoknya siswa memiliki kesempatan untuk mengemukakan pendapat/pengetahuannya dari hasil diskusi dengan angota kelompoknya. Dengan belajar keolmpok diharapkan dapat menyelesaikan persoalan-persoalan materi pelajaran dengan bantuan temannya.

Pengelompokan siswa secara heterogen dalam hal tingkat kepandaian, jenis kelamin, tingkat ekonomi diharapkan dapat membentuk rasa saling menghargai sesama siswa. Hal ini dapat meminimalkan kesenjangan sosial yang terjadi sebelumnya diantara mereka. Dengan diadakannya tugas individu maupun kelompok diharapkan dapat memberikan motivasi kepada siswa untuk berusaha lebih baik, baik untuk dirinya sendiri ataupun untuk kelompoknya.

Kelemahan model pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah memerlukan waktu yang lama. Apabila kemampuan guru kurang memadai, sarana dan prasarana tidak cukup tersedia maka pembelajaran kooperatif tipe STAD sangat sulit untuk dilaksanakan. Sedangkan dari pihak siswa, apabila tidak ada kesadaran akan akan tanggung jawab dan kerja sama pada setiap anggota, maka hasil yang diperoleh setiap siswa tersebut tidak akan maksimal yang pada akhirnya akan mempengaruhi nilai kelompok

5. Media pembelajaran dan media power point a. Pengertian media

Kata “media” berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata “medium”, yang secara harfiah berarti “perantara atau pengantar”. Dengan demikian media merupakan wahana penyalur

informasi belajar atau penyalur pesan.32

b. Macam-macam Media

Media yang telah dikenal dewasa ini tidak hanya terdiri dari dua jenis, tetapi sudah lebih dari itu. Klasifikasi ini dapat dilihat dari jenisnya, daya liputnya, dan dari bahan serta cara pembuatannya.

32

(40)

25

1) Dilihat dari jenisnya, media dibagi ke dalam: a) Media auditif

Media auditif adalah media yang hanya mengandalkan kemampuan suara saja, seperti radio, cassette recorder, piringan hitam. Media ini cocok untuk orang tuli atau mempunyai kelainan dalam pendengaran.

b) Media visual

Media visual adalah media yang hanya mengandalkan indra penglihatan. Media visual ini ada yang menampilkan gambar diam seperti film strip (film rangkai), slides (film bingkai) foto, gambar atau lukisan, dan cetakan. Ada pula media visual yang menampilkan gambar atau symbol yang bergerak seperti film kartun.

c) Media audiovisual

Media audiovisual adalah media yang mempunyai unsur suara dan unsur gambar. Jenis media ini mempunyai kemampuan yang lebih baik, karena meliputi dua jenis media, diantaranya: 1. Audiovisual diam, yaitu media yang menampilkan suara dan

gambar diam seperti film bingkai suara (sound slides), film rangkai suara, dan cetak suara.

2. Audiovisual gerak, yaitu media yang dapat menampilkan unsur suara dan gambar yang bergerak seperti film suara atau video cassette.

2) Dilihat dari daya liputnya, media dibagi dalam: a) Media dengan daya liput luas dan serentak

Penggunaan media ini tidak terbatas oleh tempat dan ruang serta dapat menjangkau jumlah anak didik dan banyak dalam waktu yang sama.

[image:40.595.95.516.112.672.2]
(41)

b) Media dengan daya liput yang terbatas oleh ruang dan tempat Media ini dalam penggunaannya membutuhkan ruang dan tempat yang khusus seperti film, sound slide, film rangkai yang harus mengguanakan tempat yang tertutup dan gelap.

c) Media untuk pengajaran individual

Media ini penggunaannya hanya seorang diri. Yang termasuk media ini adalah modul berprogram dan pengajaran melalui komputer.

3) Dilihat dari bahan pembuatannya, media dibagi dalam: a) Media sederhana

Media ini bahan dasarnya mudah diperoleh dan harganya murah, cara pembuatannya mudah, dan penggunaannya tidak sulit.

b) Media kompleks

Media ini bahan dan alat pembuatannya sulit diperoleh serta harganya yang mahal, sulit membuatnya, dan penggunaannya memerlukan keterampilan yang memadai.33

c. Media Power Point

Power point salah satu software yang dirancang khusus untuk mampu menampilkan program multimedia dengan menarik, mudah dalam pembuatan, mudah dalam penggunaan dan relatif murah, karena tidak membutuhkan bahan baku selain alat untuk penyimpanan data (data storage).34 Keuntungan terbesar dari program ini adalah tidak perlunya pembelian piranti lunak karena sudah berada di dalam microsoft office. Jadi pada waktu penginstalan program microsoft office dengan sendirinya program ini akan terinstal. Hal ini akan mengurangi beban hambatan pengembangan pembelajaran dengan komputer.35

33

Ibid., h. 124-126

34

Tejo Nurseto, “Membuat Media Pembelajaran yang Menarik”, Jurnal Ekonomi & Pendidikan, Vol 8, No 1, April 2011, h. 31

35

(42)

27

[image:42.595.95.515.212.721.2]

Kelebihan Power point antara lain: dapat menyajikan teks, gambar, film, sound efek, lagu, grafik, dan animasi sehingga menimbulkan pengertian dan ingatan yang kuat, mudah direvisi, mudah disimpan dan efisien, dapat dipakai berulang-ulang, dapat diperbanyak dalam waktu singkat dan tanpa biaya, dapat dikoneksikan dengan internet.

Adapun Prosedur pembuatan media power point adalah:

a. Identifikasi program, hal ini dimaksudkan untuk melihat kesesuaian antara program yang dibuat dengan materi, sasaran (siswa) terutama latar belakang kemampuan, usia juga jenjang pendidikan. Perlu juga mengidentifikasi ketersediaan sumber pendukung seperti gambar, animasi, video, dll.

b. Mengumpulkan bahan pendukung sesuai dengan kebutuhan materi dan sasaran seperti video, gambar, animasi, suara. Pengumpulan bahan tersebut dapat dilakukan dengan cara mencari melalui internet (browsing), menggunakan yang sudah ada di direktori anda, jika diperlukan memproduksi sendiri bahan-bahan yang diperlukan misalnya untuk kebutuhan video dengan shooting, rekaman audio. dan untuk kebutuhan gambar melalui scanning image. Bersamaan dengan itu dilakukan juga penyusunan materi yang diambil dari bahan utama misalnya buku, modul, makalah lengkap. Materi untuk power point

sebaiknya dikemas menjadi uraian pendek, pokok-pokok bahasan atau poin-poin.

c. Setelah bahan terkumpul dan materi sudah dirangkum, selanjutnya proses pengerjaan di power point hingga selesai. Selanjutnya mengubah hasil akhir presentasi apakah dalam bentuk slide show, web pages.

d. Setelah program selesai dibuat, tidak langsung digunakan sebaiknya dilakukan review program dari sisi bahasa, teks, tata letak, dan kebenaran konsep, selanjutnya di revisi dan siap digunakan.36

36

(43)

6. Ikatan Kimia

Ikatan kimia adalah ikatan yang terjadi antara atom-atom yang membentuk suatu molekuk. Atom-atom yang berikatan bias berasal dari unsur yang sejenis ataupun berlainan jenis. Di alam, umumnya unsur-unsur cenderung saling berikatan membentuk senyawa, kecuali unsur-unsur gas mulia. Hal ini dilakukan untuk mencapai konfigurasi elektron yang stabil, seperti konfigurasi elektron gas mulia.37

Berdasarkan konfigurasi elektron, dirumuskan aturan sebagai berikut: a. Unsur-unsur gas mulia sangat stabil, kecuali He, memiliki 8 elektron

valensi. Dengan demikian unsur-unsur lain berusaha memperoleh konfigurasi elektron seperti gas mulia untuk mencapai kestabilan. Hal ini dirumuskan menjadi aturan oktet.

b. Unsur gas mulia He memiliki 2 elektron valensi. Unsur-unsur dengan nomor atom kecil, yakni H dan Li berusaha memiliki konfigurasi elektron gas mulia terdekat, yaitu memiliki 2 elektron valensi seperti He untuk mencapai kestabilan. Hal ini di rumuskan menjadi aturan duplet.

Untuk memenuhi aturan oktet atau duplet, atom-atom dapat meminta/melepas elektron atau menggunakan elektron bersama. Peristiwa ini akan menyebabkan terbentuknya ikatan kima.

a. Atom-atom yang menerima atau melepaskan elektron akan membentuk ikatan ion.

b. Atom-atom yang menggunakan elektron bersama akan membentuk ikatan kovalen.

c. Di dalam ikatan kovalen, elektron-elektron yang digunakan bersama dapat berasal dari satu atom saja. Ikatan kovalen demikian disebut ikatan kovalen koordinasi.

d. Atom-atom suatu unsur juga menggunakan elektron bersama membentuk ikatan logam.

37

(44)

29

a. Ikatan Ion

Ikatan ion umumnya terbentuk antara atom-atom unsur logam dan atom unsur non logam. Dalam pembentukan ikatan ion, jumlah elektron yang dilepas harus sama dengan jumlah elektron yang diterima. Contohnya ikatan ion yang terbentuk antara atom logam Na dan atom non logam Cl pada senyawa NaCl. Ikatan kimia yang terbentuk sebagai akibat serah terima elektron antar atom disebut ikatan ion.

Serah terima elektron dalam ikatan ion dapat digambarkan dengan menggunakan lambang Lewis. Lambang Lewis dari suatu unsur dinyatakan oleh lambang unsur dikelilingi oleh sejumlah tanda titik ( ) atau tanda lainnya seperti tanda silang (×). Tanda tersebut menyatakan jumlah elektron valensi dari unsur tersebut. Contoh penggunaan lambang Lewis untuk menggambarkan ikatan ion.

Penggunaan tanda yang berbeda untuk elektron ( dan ×) untuk membedakan asal elektron valensi. Namun, pada dasarnya, kita tidak dapat membedakan asal suatu elektron dalam ikatan kimia.

Sifat Fisis Senyawa Ion

Beberapa sifat fisis dari senyawa ion: a) Berupa padatan pada suhu ruang

b) Bersifat keras tapi rapuh

c) Mempunyai titik leleh dan titik didih yang tinggi

d) Larut dalam pelarut air, tetapi umumnya tidak larut dalam pelarut

e) Tidak menghantar listrik dalam fase padat, tetapi menghantar listrik dalam fase cair atau jika larut dalam air.

b. Ikatan Kovalen

Ikatan kovalen terbentuk akibat kecenderungan atom-atom untuk menggunakan elektron bersama agar memiliki konfigurasi elektron seperti gas mulia terdekat. Atom-atom yang berikatan secara kovalen

+ Cl

Na x x x

x x x x

(45)

-umumnya adalah atom-atom non logam. Contoh ikatan kovalen yang terbentuk antara dua atom non logam Cl pada gas klorin Cl2.

Atom Cl (Z = 17) memiliki konfigurasi elektron (2.8.7). Gas mulia yang memiliki konfigurasi elektron terdekat adalah Ar (2.8.8). Sewaktu atom Cl bergabung dengan atom Cl lainnya, transfer elektron tidak mungkin terjadi. Hal ini dikarenakan kemampuan kedua atom Cl untuk menarik elektron adalah sama. Meski demikian, masing-masing atom Cl dapat menggunakan 1 elektron valensinya membentuk sepasang elektron yang dapat digunakan bersama. Dengan demikian, kedua atom Cl dapat memenuhi aturan oktet. Ikatan kimia yang terbentuk sebagai akibat penggunaan bersama pasangan elektron oleh dua atom disebut ikatan kovalen.

Jenis Ikatan Kovalen

Berdasarkan jumlah pasangan elektron yang digunakan bersama (pasangan elektron ikatan), ikatan kovalen yang terbentuk antara 2 atom unsur dapat berupa:

1) Ikatan kovalen tunggal (─)

Ikatan kovalen tunggal melibatkan penggunaan bersama 1 pasangan elektron oleh dua atom yang berikatan. Dengan kata lain, hanya terdapat 1 pasangan elektron ikatan.

2) Ikatan kovalen rangkap

Ikatan kovalen rangkap adalah ikatan kovalen yang melibatkan penggunaan bersama dua atau lebih pasangan elektron ikatan oleh dua atom yang berikatan.

Cl + Clxx x x x

x x Cl x x

x x x

x x Cl Lambang Lewis pasangan elektron ikatan

(PEI) pasangan elektron bebas (PEB)

masing-masing atom Cl memiliki 8 elektron

Cl Cl

x x x x x x

garis tunggal ( ) menunjukkan adalanya 1 pasangan elektron yang digunakan bersama

Cl Cl

(46)

31

Sifat Fisis Senyawa Kovalen

Beberapa sifat fisis senyawa kovalen yang penting adalah sebagai berikut:

a. Berupa gas, cairan, atau padatan lunak pada suhu ruang b. Bersifat lunak dan tidak rapuh

c. Mempunyai titik didih dan titik leleh yang tinggi

d. Umumnya tidak larut dalam air tetapi larut dalam pelarut organic e. Umumnya tidak dapat menghantar listrik

c. Ikatan Kovelen Koordinasi

Ikatan kovalen koordinasi adalah ikatan kovalen yang mana elektron-elektron dalam pasangan elektron yang digunakan bersama berasal dari salah satu atom yang berikatan.

Contoh ikatan kovalen koordinasi adalah pada molekul CO.

d. Ikatan Logam

Ikatan logam adalah ikatan kimia yang terbentuk akibat penggunaan bersama elaktron-elektron valensi antar atom-atom logam. Sifat Fisis Ikatan Logam

Sifat fisis logam ditentukan oleh ikatan logamnya yang kuat, strukturnya yang rapat, dan keberadaan elektron-elektron bebas. Beberapa sifat fisis logam yang penting adalah sebagai berikut:

1) Berupa padatan pada suhu ruang

2) Bersifat keras tetapi lentur/tidak mudah patah jika di tempa 3) Mempunyai titik leleh dan titik didih yang tinggi

4) Menghatar listrik dengan baik 5) Menghantar panas dengan baik

6) Mempunyai permukaan yang mengkilap

C + O

X X X X X

X C O

X X X X

X

X C O

(47)

B. Hasil Penelitian yang relevan

Penelitian yang dilakukan oleh Indriyani NST, Erviyenni, Lenny Anwar. Yang berjudul Penggunaan Media Microsoft Office Power Point Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa pada Pokok Bahasan Struktur Atom dan Sistem Periodik di Kelas X SMA Negeri 1 Pangkalan Kerinci”. Berdasarkan analisis statistik uji-t dapat disimpulkan bahwa penggunaan media melalui microsoft office powerpoint jenis model pembelajaran kooperatif STAD pada kelas eksperimen untuk meningkatkan siswa hasil belajar dengan 14,54%. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa penggunaan microsoft office powerpoint

melalui media pembelajaran STAD tipe model memberikan positif pengaruh terhadap tingkat pemahaman siswa tentang masalah struktur atom dan sistem periodik.38

Penelitian yang dilakukan oleh Imtihani Nur Arum Hidayati, Tri Redjeki dan Budi Hastuti yang berjudul Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Team Achievement Division (STAD) untuk Meningkatkan Aktivitas dan Prestasi Belajar Kimia pada Materi Pokok Kesetimbangan Kimia Siswa Kelas XI MAN Klaten Tahun Pelajaran 2011/2012”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Metode pembelajaran STAD (Student Team Achievement Division) dapat meningkatkan kualitas proses belajar kimia materi pokok kesetimbangan kimia. Hal ini dapat dilihat dari aspek aktivitas siswa dalam belajar kimia pada kondisi awal, siklus 1 dan siklus 2. Pada kondisi awal, siswa memiliki aktivitas belajar kimia sebesar 45 % yang tergolong cukup aktif, kemudian meningkat menjadi 69,17 % pada siklus 1 dan pada siklus 2 sebesar 71,67 %. (2) Metode pembelajaran STAD (Student Team Achievement Division) dapat meningkatkan kualitas hasil belajar kimia materi pokok kesetimbangan kimia. Hal ini dapat dilihat dari

38I

(48)

33

hasil tes kognitif siklus 1 dan siklus 2. Pada siklus 1 ketuntasan belajar siswa sebesar 40 % yang kemudian meningkat menjadi 70 % pada siklus 2. Dilihat dari aspek afektif siswa, pada siklus 1 afektif siswa sebesar 15 %, kemudian meningkat pada siklus 2 sebesar 25 %.39

Penelitian yang dilakukan oleh Verawati Turanda, Rosmaini S dan

Darmadi dengan judul “Penggunaan Media Microsoft Office Powerpoint Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Kelas VII2 SMPN 32 Pekanbaru” Hasil penelitian pada siklus I menunjukkan bahwa rata-rata daya serap siswa adalah 74,85% (Cukup) mengalami peningkatan pada siklus II menjadi 82,08% (Baik), ketuntasan belajar pada siklus I yaitu 91,66% (Amat Baik) pada siklus II menjadi 100% (Amat Baik). Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penggunaan media powerpoint melalui model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar biologi siswa kelas VII2 SMPN 32 Pekanbaru.40

Penelitian yang dilakukan oleh Dedy Hamdani dengan judul

penelitian “Penerapan Model Kooperatif Tipe STAD Dengan Microsoft Powerpoint pada Konsep Getaran dan Gelombang untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VIII B SMP Negeri 5 Kota Bengkulu”. Hasil penelitian (a) hasil belajar siswa terdiri dari aspek pemahaman konsep dan aspek kinerja ilmiah. Untuk aspek pemahaman konsep pada siklus I dengan nilai rata-rata 70,09 dan ketuntasan belajar 87,80% (tuntas), pada siklus II dengan nilai rata-rata 73,85 dan ketuntasan belajar 97,56% (tuntas). Sedangkan pada aspek kinerja ilmiah pada siklus I dengan skor rata-rata 12,50 dalam kategori cukup dan pada siklus II dengan skor rata-rata 13,37 dalam kategori baik. (b) aktivitas belajar siswa menunjukkan bahwa pada siklus I dengan skor

39

Imtihani, Tri Redjeki, Budi Hastuti, “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Team Achievement Division (STAD) untuk Meningkatkan Aktivitas dan Prestasi Belajar Kimia pada Materi Pokok Kesetimbangan Kimia Siswa Kelas XI MAN Klaten Tahun Pelajaran 2011/2012”, Jurnal Pendidikan Kimia (JPK),Vol 2, No 2, Tahun2013, h. 92

40

(49)

rata sebesar 33 dalam kategori baik, pada siklus II sebesar 37,5 dalam kategori baik.41

Penelitian yang dilakukan oleh I Dewa Gede Merta, Asneli Lubis

dengan judul ”Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Terhadap Disiplin Belajar dan Prestasi Belajar Matematika Siswa” menunjukan bahwa adanya pengaruh model pembelajaran terhadap prestasi belajar matematika siswa, dan prsetasi belajar matematika siswa yang mengikuti model pembelajaran kooperatif tipe STAD lebih baik dari pada yang mengikuti model pembelajaran konvensional dengan nilai F = 4,235 pada angka signifikan 0,043.42

Penelitian yang dilakukan oleh I Ketut Madra dengan judul “Pengaruh

Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Divisions

(STAD) Berbantuan Asesmen Proses terhadap Prestasi Belajar Kimia Ditinjau dari Motivasi Berprestasi pada Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Gianyar”. Dari hasil temuan penelitian, disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe STAD berpengaruh terhadap prestasi belajar kimia pada siswa kelas X SMA Negeri 1 Gianyar dengan memperhitungkan motivasi.43

Penelitian yang dilakukan oleh R. Ahmad Zaky El Islami dengan

judul “Pengaruh Penerapan Model Cooperative Learning Tipe STAD terhadap Hasil Belajar Kimia Siswa pada Konsep Sistem Koloid”. Dari hasil penelitian, disimpulkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan model cooperative <

Gambar

Gambar 3.1 Skema Prosedur Penelitian  ..............................................................
Tabel 2.1 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar12
Tabel 2.2 Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif22
Tabel 2.3 Skor Kemajuan Individu 31
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dalam model pembelajaran kooperatif tipe STAD, siswa dibentuk dalam kelompok belajar yang terdiri dari empat atau lima anggota yang mewakili siswa dengan tingkat kemampuan dan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah peningkatan hasil belajar kimia siswa yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran STAD dengan media berbasis komputer lebih

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar kimia siswa yang diajar dengan pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement

judul “P erbedaan hasil belajar dan kerja sama siswa yang menggunakan model kooperatif tipe tps (think-pair-share) dengan media power point dan teka teki silang

Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Terhadap solidaritas kerja Siswa Pada Mata.

jumlah siswa dalam kelas terlalu banyak. Persamaan dan perbedaan pembelajaran kooperatif model Talking Chips dengan model-model pembelajaran kooperatif yang lain. Semua

Dari data analisis disimpulkan: (1) prestasi belajar matematika siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD kontekstual power point menghasilkan

Siswa pada model pembelajaran kooperatif tipe TGT akan berkompetisi sebagai wakil dari tim kelompoknya untuk melawan anggota dari tim kelompok yang lain, dengan hal