• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Keberagaman Terhadap Prilaku Permisif Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Keberagaman Terhadap Prilaku Permisif Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta"

Copied!
116
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Zaman sekarang orang sering menyebutnya sebagai zaman edan, zaman gemblung, zaman sinting dan masih banyak sebutan-sebutan lainnya. Sebab zaman sekarang segalanya seolah-olah mesti diperebutkan, dipersaingkan, bahkan kalau dengan cara legal tidak mampu, dengan cara apapun dihalalkan.

Zaman modern begitulah sekarang orang menyebutnya telah begitu banyak budaya luar yang masuk ke Indonesia, dan masyarakat Indonesia pun bisa langsung menerima kebudayaan itu begitu saja tanpa memilih budaya mana yang baik untuk dikembangkan di Indonesia dan kebudayaan mana saja yang kurang baik atau tidak sesuai dengan adat ketimuran Indonesia, terutama para remaja dewasa ini.

(2)

Globalisasi pun menjadi salah satu penyebab munculnya keterpurukan budaya bangsa Indonesia saat ini. Menurut Roberson, (dalam: Piotr Sztompka), globalisasi diartikan sebagai proses yang menghasilkan dunia tunggal. Masyarakat diseluruh dunia menjadi saling tergantung disemua aspek kehidupan, politik, ekonomi, dan kultural. Cakupan rasa saling ketergantungan ini benar-benar mengglobal.1 Dengan adanya globalisasi dibidang kultur terlihat kemajuan menuju keseragaman. Media massa terutama TV, merubah dunia menjadi sebuah “dusun global”. Informasi dan gambar peristiwa yang terjadi di tempat yang sangat jauh dapat ditonton jutaan orang pada waktu bersamaan. Suguhan pengalaman kultural yang sama itu (Olimpiade, konser musik, sepak bola, dan lain-lain) menyatukan selera, persepsi dan pilihan mereka. Perhatian awal mengenai globalisasi kultur terdapat dalam karya antropolog-sosial seperti B. Molinowski dan A.R Radcliffe (dalam; Sosiologi Perubahan Sosial), dalam riset lapangan mereka, berhadapan dengan fenomena kontak, benturan atau konflik kultural. Benturan kultural sangat menonjol ketika peradaban Barat masuk ke dalam kultur pribumi. Sedemikian hebatnya penetrasi kultural Barat ini sehingga di awal abad ke-20 sudah sangat sedikit “masyarakat tradisional” yang tersisa di bumi ini. Seluruh penduduk dunia telah mengalami kontak berkepanjangan dengan masyarakat Barat modern yang mendominasi di bidang industri dan kekuatan politik, gaya hidup, norma, adat dan kebiasaan, keyakinan agama, pola kehidupan keluarga, cara

1

(3)

berproduksi dan konsumsi masyarakat pribumi rusak akibat penetrasi kultur Barat modern itu.2

Akibat globalisasi kultural yang dapat diakses dengan mudah oleh masyarakat Indonesia melalui media massa terutama TV, sedikit demi sedikit mempengaruhi bahkan dapat merubah total kultur bangsa Indonesia yang ketimuran.

Godaan dunia abad ke-21 memang luar biasa dahsyat, dapat disaksikan di mana- mana, adiksi alkohol, narkoba, nikoton, pornografi, seks bebas mengantarkan pada meningkatnya angka perkosaan, aborsi, prostitusi, dan penyakit kelamin. Jika kita melihat tayangan berita di televisi, setiap harinya ada saja berita yang memberitakan ditemukannya mayat bayi yang dibuang karena hasil hubungan seks pranikah, atau pengedar dan pemakai narkoba yang ditangkap, atau banyaknya pasangan mesum yang ditangkap di hotel yang di razia oleh petugas.

Bahkan penyalahgunaan narkoba bukan hanya dilakukan oleh masyarakat biasa saja, aparatur penegak hukum pun (polisi) yang seharusnya memberantas peredaran narkoba dan penyalahgunaannya justru malah asik mengkonsumsi obat-obatan terlarang tersebut, dan perbuatan itu dilakukan di kantor tempatnya bekerja. Sekarang ini pengguna narkoba dapat dengan mudah mendapatkan barang haram tersebut.

Dalam kehidupan remaja minuman keras dan narkoba telah menjadi trend tersendiri. Mereka akan merasa lebih bergengsi dan lebih punya nyali jika memegang minuman keras dan menghisap lintingan – lintingan

2

(4)

narkoba. Padahal penyalahgunaan narkoba tidak ada hubungannya dengan prestasi, gengsi, dan kemajuan zaman. Dan menurut penulis sangatlah hina orang yang menganggap dirinya modern karena menggunakan narkoba dan minuman keras.

Saat ini menurut data kepolisian, para pecandu narkoba telah mencapai 2% dari keseluruhan penduduk Indonesia. Jika penduduk Indonesia 200 juta jiwa berarti ada 4 juta pecandu narkoba di Indonesia. Padahal menurut kapolri, hanya sebagian kecil saja yang berhasil didata sementara data yang sebenarnya jauh lebih banyak.3

Pornogarafi saat ini pun bukan merupakan hal yang tabu lagi, jika 10 tahun yang lalu gambar porno, film porno, itu merupakan hal yang sangat dirahasiakan dan yang boleh melihat itu semua hanya orang yang telah berusia di atas 17 tahun bahkan hanya boleh di lihat oleh orang dewasa yang telah menikah, tetapi sekarang segala hal yang berbau pornografi dapat dengan mudah didapatkan dan dinikmati oleh berbagai usia dengan cara yang sangat mudah. Seperti dari internet, majalah dan film-film porno pun banyak beredar dan dapat diperoleh dengan mudah. Remaja sekarang tidak sungkan lagi mempertontonkan bagian yang paling vital dari tubuh mereka, itu dikarenakan pergaulan yang salah. Dikarenakan banyak juga acara-acara televisi yang berbau pornografi dan pornoaksi. Banyak acara-acara yang mempertontonkan gerakan erotis dan dengan sengaja memindahkan erotisme dari panggung diskotek, pub atau night club, kelayar kaca (televisi)

(5)

bahkan memindahkan adegan ranjang ke layar kaca4. Walaupun banyak orang yang menentang pornografi, itu semua tidak membuat pornografi berkurang di Indonesia. Bahkan menurut penulis, semakin dilarang pornografi itu semakin tumbuh. Seolah-olah pelaku pornoaksi dan pornografi menantang perang jika mereka dilarang. Sekarang ini dengan mudah kita dapat melihat adegan ranjang baik dari film yang ditayangkan di televisi, video player, bahkan dengan perkembangan teknologi yang semakin pesat, masyarakat dapat dengan mudah mengakses video porno melalui handphone.

Karena terlalu mudahnya masyarakat mengakses gambar porno, film porno, dan banyaknya tayangan – tanyangan televisi yang berbau pornografi itu mendorong masyarakat untuk melakukan tindakan seks bebas (free sex). Sekarang sepertinya remaja cenderung memiliki pengetahuan agama yang sangat minim, sehingga memandang seks sebagai kenikmatan hidup, yang dapat dilakukan oleh siapa saja dan dengan siapa saja tanpa adanya pertanggungjawaban. Dalam melakukan hubungan seks remaja sekarang tidak mempertimbangkan resiko, kesenangan dan kenikmatan sesaatlah yang mereka buru. Mengumbar kesenangan dengan seks merupakan cermin perilaku remaja yang diadopsi dari remaja Barat dan ini seolah mendapat pembenaran dari media. Terbukti dengan adanya tayangan-tayangan televisi mengenai free sex dan free love menjadi tema utama dari film dan sinetron

4

(6)

yang ditayangkan5. Akibatnya para remaja menganggap seks bebas merupakan hal yang lumrah di era modern ini.

Bahkan baru – baru ini kita dengar kasus di Purbolinggo, jawa tengah, tersebar video porno adegan sepasang pemuda dan pemudi yang duduk di bangku sekolah menengah atas melakukan hubungan seks tanpa adanya ikatan suami istri.6

Dari kasus diatas kita dapat mengetahui bahwa kebudayaan Barat modern sudah masuk dan melekat ke dalam kebudayaan Indonesia atau bahkan mungkin akan menghancurkan kebudayaan, moral dan norma yang berlaku di Indonesia sejak lama.

Penelitian ini ingin mengangkat perilaku permisif yang terjadi dikalangan mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Perilaku permisif adalah perilaku serba membolehkan atau kebebasan. Dalam penelitian ini perilaku permisif yang penulis maksud meliputi, mengkonsumsi minuman keras, penyalahgunaan narkoba, pornografi dan perilaku seks bebas (free sex). Disini penulis ingin mengatahui seberapa besar pengetahuan mahasiswa UIN syarif Hidayatullah Jakarta tentang penyalahgunaan narkoba dan minuman keras. Sikap mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dalam menyikapi minuman keras, penyalahgunaan narkoba, pornografi dan seks bebas, serta tindakan yang mereka lakukan terhadap minuman keras, penyalahgunaan narkoba, pornografi dan seks bebas.

5

Ust. Jefri Al-Bukhori, Sekuntum Mawar Untuk Remaja, ( Jakarta: Al-Mawardi, 2005), hal 2

6

(7)

Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang notabenenya berbasis Islam dan seharusnya elemen – elemen yang terdapat di Universitas tersebut bertindak dan berperilaku sesuai dengan ajaran agama Islam. Namun apa yang terjadi tidak sesuai dengan apa yang seharusnya.

Pada tanggal 14 februari 2008 malam, sekelompok mahasiswa yang sedang pesta minuman keras dan obat-obatan terlarang terjaring razia polisi, ada beberapa diantara mereka yang masih tercatat sebagai sebagai mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.7 Ada juga beberapa mahasiswa dan mahasiswi yang tertangkap basah sedang berduaan di area tangga darurat dengan pintu tertutup. Selain itu ada juga mahasiswi yang menjadi wanita panggilan atau lebih dikenal dengan sebutan “ayam kampus”, ada juga mahasiswa UIN yang melakukan hubungan seks pranikah, lantas mereka menikah karena telah hamil.8

Melihat fenomena diatas ada pertanyaan besar, dimana letak agama pada saat mereka melakukan hal tersebut. Apakah ketika mereka melakukan itu mereka lupa terhadap ajaran agama mereka, atau apa mereka tidak mengetahui sama sekali jika apa yang mereka lakukan itu melanggar ajaran-ajaran agama, atau mereka mengetahui jika agama mereka melarang mereka untuk melakukan itu tetapi mereka tidak memperdulikan larangan-larangan tersebut?

7

NN, ”Razia Narkoba”, artikel diakases pada tanggal 23 April 2008, dari http://www. Tabloid Realita.com

8

(8)

Padahal sudah jelas agama Islam sendiri melarang umatnya menkonsumsi minuman keras dan obat-obatan terlarang, seperti yang dijelaskan dalam Al-Qur’an surat Al- Maidah ayat 90 berbunyi:

!

!

! """" #

!

#

#

#$

$

$

$

%

%

%

%&

&

&

&'

'

'

'(

(

(

(#

#)

#

#

)

)

)

#

#

#

#*

*

*

*

+

+

+

+,

,

,

,

-

-.

-

-

. /

.

.

/

/0

/

0

0

0

1

1

1

1 """"*

*

*#

*

#

#

#2

2

2

2/

/

/

/0

0

0

0

3

3

3

34444!

!

!

!5

5

5

5

7

7

7

7

!

!

!

!8

8

8

8

9

9

9

9

:

:

:

:;

;

;

;

<

<

<

<8

8 """"+

8

8

+

+

+#

#

#

#=

=>

=

=

>

>

>?

?

?*

?

*

*

*

%

%

%

%@

@

@

@ %

%

%

%A

A

A

A

B C

B

B

B

C

C

C!

!

!

!5

5

5

5

""""DDDD

E

E

E

E1

1 F

1

1

F

F

FG

G

G

GH

H

H

H

I

I

I

I""""*

*

*

*

J

J

J

J K

K

K"""" H

K

H

H

H#

#L

#

#

L

L

LI

I

I

I

<

<

<

<N

N

N

NO

O

O:

O

:

:

:

“Hai orang-orang yang beriman, sesunggguhnya meminum khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah adalah perbuatan keji termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan.9

Ditegaskan pula dengan hadits Nabi yang diriwayatkan oleh Muslim, yang artinya berbunyi :

“Setiap yang memabukkan adalah khamer dan setiap khamer adalah haram. Dan Qur’an pun melarang perbuatan zina yang tercantum dalam Al-Qur’an surat Al-Isra ayat 32 yang berbunyi:

PQ

%

%

%

%R

R

R

R

#

#

#

# """"

S

S

S

ST

T

T

TU

U

U

UV

VW

V

V

W

WX

W

X

X

X*

*

*

*

Y

Y

Y

Y%

%

%Z

%

Z

Z

Z

J

J

J

J [

[

[

[\

\

\

\

]

]

]

]

?

?'

?

?

'

'

'"""" """"DDDD

^

^

^

^

_

_

_

_[

[

[

[=

=

=

=

`

`

`

`

^

^

^

^

<

<

<

<V

V

V

Va

a

a:

a

:

:

:

“ Dan janganlah engkau mendekati zina sesungguhnya zina itu adalah perbuatan yang keji dan suatu perbuatan yang buruk.10

Penulis yakin bahwa seluruh mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta mengetahui dengan jelas bahwa perilaku permisif seperti penyalahgunaan narkoba, pornografi dan seks bebas itu merupakan perbuatan yang dilarang agama terutama dalam agama Islam. Lantas yang menjadi pertanyan besar kenapa perilaku tersebut banyak terjadi dikalangan mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang berbasis agama Islam.

9

M. Said, Tarjamah Al- Qur’an Karim,(Bandung: PT AL-Ma’arif, 1987), cetakan ke-1 hal

10

(9)

B. Pembatasan dan Rumusan Masalah

Keberagamaan disini adalah bagaimana ideologi, peribadatan penganut agama seperti sholat, zakat dan berakhlak baik serta pengetahuan penganut agama dapat menjadikan seseorang itu berakhlak dan bertindak sesuai dengan ajaran agama mereka, sedangkan perilaku permisif disini mencakup penyalahgunaan narkoba, pornografi serta perbuatan seks bebas yang akhir-akhir ini sering terjadi di tengah – tengah masyarakat.

Dari masalah penelitian yang penulis angkat, penulis merumuskan pertanyaan penelitian yang akan dijawab dalam analisis dan kesimpulan penelitian yang akan diajukan dalam skiripsi ini yaitu:

“Bagaimana Perilaku Permisif Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta?”

Dengan melihat latar belakang di atas peneliti membatasi masalah hanya pada perilaku permisif yang berbentuk mengkonsumsi minuman keras, penyalahgunaan narkoba, pornografi, dan seks bebas yang mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun ajaran 2007-2008.

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

C.1. Tujuan Penelitian

a) Untuk mengetahui bagaimana keberagamaan mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

(10)

c) Untuk mengetahui perbedaan yang signifikan keberagamaan mahasiswa antara mahasiswa fakultas agama dan umum.

d) Untuk mengetahui perbedaan yang signifikan perilaku permisif mahasiswa antara mahasiswa fakultas agama dan fakultas umum. e) Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh perilaku keberagamaan

terhadap perilaku permisif mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

C.2. Manfaat Penelitian

a. Sebagai masukan (input) bagi kegiatan akademi, khususnya dibidang sosial keagamaan.

b. Sebagai syarat untuk mendapatkan gelar sarjana di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dan untuk mengubah dan mengembangkan literatur-literatur yang sudah ada sebelumnya.

D. Sistematika Penulisan

1. Bab Pertama ( I ) membahas tentang pendahuluan yang berisikan latar belakang masalah, pembatasan dan rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian dan sistematika penulisan.

2. Bab Kedua ( II ) membahas tentang kajian –kajian teori yang berisikan pengertian agama, fungsi agama, pengertian perilaku, macam-macam perilaku permisif, pengertian perilaku permisif.

(11)

pengumpulan data, uji instrument data, metode analisis, prosedur penelitian, dan hipotesis penelitian.

4. Bab Keempat (IV) membahas tentang hasil penelitian yang berisikan sejarah dan profil UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, struktur organisasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, deskripsi responden, keberagamaan mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, perilaku permisif mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, perbedaan keberagamaan mahasiswa antara fakultas agama dan fakultas umum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, perbedaan perilaku permisif mahasiswa antara mahasiswa fakultas agama dan fakultas umum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, pengaruh keberagamaan terhadap perilaku permisif mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

(12)

BAB I I

KAJIAN TEORI

A. Agama

1. Pengertian Agama

Definisi agama menurut sosiologi adalah definisi empiris. Sosiologi

tidak pernah memberikan definisi agama yang evaluatif (menilai). Ia “menyerah” mengenai hakikat agama, baik atau buruknya agama atau

agama-agama yang tengah diamatinya. Dari pengamatan ini ia hanya mampu memberikan definisi yang deskriptif (menggambarkan apa adanya), yang mengungkapkan apa yang dimengerti dan dialami pemeluk-pemeluknya.11

Agama merupakan hubungan yang dihayati manusia dengan Yang trasenden yang melebihi dan mengatasi alam ciptaan ini (Tuhan). Hubungan tersebut bersifat lahir dan batin. Dari segi lahir agama menyangkut kelakuan, perilaku atau tindakan tertentu yang mengungkapkan segi lahir dalam praktek kehidupan. Dari segi batin agama menyangkut perasaan, keinginan, harapan, dan keyakinan yang dipunyai manusia terhadap kekuasaan yang trasenden.12

Dari sudut fungsional menurut F.O’dea, agama mempunyai pengertian sebagai pendayagunaan sarana non – empiris atau supra empiris untuk maksud – maksud non- empiris atau supra – empiris.13

Agama secara mendasar dan umum dapat didefinisikan sebagai seperangkat aturan dan peraturan yang mengatur hubungan manusia dengan

11

Hendropuspito, Sosiologi Agama, (Yogyakarta: Kanisius, 1983). Hal 29-30 12

Niko Syukur Dister, Psikologi Agama, (Yogyakarta:Kanisius, 1989).Hal 9 13

(13)

dunia gaib, khususnya dengan Tuhannya, mengatur hubungan manusia dengan manusia lainnya, dan mengatur hubungan manusia dengan lingkungannya. Dan secara lebih khusus agar dapat didefinisikan sebagai suatu sistem keyakinan yang dianut dan tindakan –tindakan yang diwujudkan oleh suatu kelompok atau masyarakat dalam mengisi interpretasi dan memberi respon terhadap yang dirasakan dan diyakini sebagai yang gaib.14

Sedangakan agama menurut Durkheim adalah suatu sistem kepercayaan dan praktek yang telah dipersatukan yang berkaitan dengan hal-hal yang kudus. Kepercayaan dan praktek – praktek yang bersatu menjadi satu komunitas moral yang tunggal.15

Menurut gambaran Jalaluddin, yang dikutip dari Nottingham, agama adalah gejala yang begitu sering terjadi dimana-mana dan agama berkaitan dengan usaha – usaha manusia untuk mengatur dalamnya makna dari keberadaan diri sendiri dan keberadaan alam semesta. Selain itu agama dapat membangkitkan kebahagiaan yang paling sempurna, dan juga perasaan takut. Meskipun perhatian tertuju pada adanya suatu dunia yang tidak dapat dilihat (akhirat), namun agama melibatkan dirinya dalam masalah – masalah kehidupan sehari – hari di dunia.16

Dari beberapa definisi diatas jelas agama merupakan sesuatu hal yang dijadikan sandaran penganutnya untuk menjadi pedoman hidup, sebagai jalan untuk menuju keselamatan di dunia kini dan di akhirat kelak.

14

Roland Robertson, Agama Analisa Dan Interpretasi Sosiologis, (Jakarta: CV.Rajawali, 1992). Hal v-vi

15

Anthony Giddens, Kapitalisme dan Teori Sosial Modern: Suatu analisis karya tulis Karl Marx, Durkheim dan Max Weber, (Jakarta: UI- Press, 1986), hal 130.

16

(14)

2. Keberagamaan (religiusitas)

Dalam kamus bahasa Indonesia religiusitas berarti pengabdian terhadap agama atau kesalehan. Sedangkan menurut Dister religiusitas adalah keadaan dimana individu merasakan dan mengakui adanya kekuatan tertinggi yang menaungi kehidupan manusia, dan hanya kepada-Nya manusia merasa bergantung dan berserah diri.17 Semakin manusia mengakui adanya Tuhan dan kekuasaan-Nya, maka semakin tinggi tingkat religiusitasnya. Religiusitas diwujudkan dalam berbagai sisi kehidupan manusia yang tidak hanya pada kegiatan yang kasat mata tetapi lebih dalam lagi , mencakup aspek perasaan, motivasi, dan aspek batiniah manusia.

Selain itu Ibnu Djarir menyatakan bahwa religiusitas adalah satu kesatuan unsur - unsur yang komprehensif yang menjadikan seseorang sebagai orang yang beragama (being religious), dan bukan hanya sekedar mengaku mempunyai agama (having religious). Religiusitas meliputi kemauan agama, keyakinan agama, pengalaman ritual agama, pengalaman agama, perilaku agama dan sikap sosial keagamaan.18 Dalam Islam, religiusitas pada garis besarnya tercermin dalam pengalaman akidah, syariah dan akhlak. Atau dalam ungkapan lain tercermin dalam iman, islam, dan ikhsan. Bila unsur itu dimiliki seseorang maka itulah beragama sesungguhnya.

Dari penjelasan diatas dapat dikatakan bahwa religiusitas adalah keyakinan, penghayatan, pengalaman, pengetahuan dan peribatan seorang

17

Niko Syukur Dister, Pengalaman dan Motivasi Beragama, ( Yogyakarta: Kanisisus, 1994), 67

18

(15)

penganut agama terhadap agamanya yang diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari sebagai pengakuan akan adanya kekuatan tertinggi yang menaungi kehidupan manusia di dunia dan di akhirat.

3. Fungsi Agama

Dister mengemukakan empat fungsi religiusitas, yaitu:19 a) Untuk mengatasi frustasi

Setiap manusia memiliki kebutuhan, baik kebutuhan fisik seperti makanan, minuman, dan pergaulan seksual maupun kebutuhan spisikis seperi ketentraman, persahabatan, penghargaan, dan cinta kasih. Maka manusia terdorong untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan tersebut. Bila tidak berhasil memenuhi kebutuhan maka akan timbul rasa kecewa, keadaan inilah yang disebut frustasi. Orang yang mengalami frustasi berusaha mengatasi dengan membelokkan arah kebutuhan dan keinginan yang dimiliki dari yang bersifat keduniaan menuju keinginan Tuhan, lalu mengharapakan pemenuhan keinginan tersebut dari Tuhan. Manusia akan tenang bila berserah diri dengan Tuhan karena merasa yakin bahwa Tuhan akan selalu menolong setiap hamba yang membutuhkan, sehingga dapat memberikan ketentraman di dalam hati setiap manusia. Disini keyakinan tersebut ada karena seseorang memiliki kualitas pemahaman agama yang baik.

b) Untuk menjaga kesusilaan dan tata tertib masyarakat

19

(16)

Manusia wajib hidup berdasarkan moral bukan hanya karena kehendak Tuhan, tetapi juga demi diri dan suara hati manusia itu sendiri. Nilai-nilai moral yang bersifat otonom, artinya nilai-nilai seperti keadilan, kejujuran dan keteguhan hati tetap berlaku meskipun Tuhan tidak tampil dalam wujud fisik yang nampak oleh mata. Ini berarti manusia tidak dapat bergaul dengan Tuhan kalau manusia tidak hidup sesuai dengan norma-norma moral. Oleh karena itu seseorang perlu menginternalisasikan nilai-nilai agama dan mengamalkan nilai-nilai-nilai-nilai moral yang otonom dan religiusitas yang berfungsi sebagai pengendali suara hati.

c) Untuk memuaskan intelek yang ingin tahu

Terdapat tiga unsur kepuasan yang dapat ditemukan dalam agama oleh intelek yang ingin tahu, yaitu:

4Agama dapat menyajikan pengetahuan rahasia yang dapat menyelamatkan manusia dari kejasmanian yang dianggap manghambat dan menghantarkan manusia kepada keabadian.

4Dengan menyajikan suatu moral maka agama memuaskan intelek yang lain, mengetahui apa yang harus dilakukan manusia dalam hidup agar tercapai tujuan kehidupan manusia.

(17)

Menurut Hendropuspito agama memiliki fungsi sebagai berikut: a. Fungsi edukatif

Agama memiliki fungsi edukatif yang mencakup tugas belajar dan bimbingan. Dalam menyampaikan ajaran-ajarannya, agama memiliki perantara seperti nabi, kyai, pendeta dan lain sebagainya. Selain itu media diberi petunujuk untuk keselamatan baik di dunia dan akhirat melalui kitab suci. Agama memberi pedoman kepada manusia untuk menjalankan aktivitasnya di dunia agar mendapatkan karunia tuhan. Jika manusia kehilangan arah atau menyimpang dari norma atau ajaran yang berlaku, maka agama dapat memberikan keseimbangan.

b. Fungsi Penyelamatan

Setiap manusia menginginkan keselamatan baik hidup pada saat ini hingga kehidupan sesudah. Setiap agama mengajarkan dan memberikan jaminan untuk mencapai kehidupan pada saat ini atau dikehidupan mendatang (sesudah mati).

c. Pengawas sosial

(18)

agama juga memberikan sanksi kepada manusia yang melanggar dan melakukan pengawasan yang ketat bagi pelaksananya.

d. Persaudaraan

Konflik dan perpecahan sering kali terjadi dalam masyarakat. Dalam hal ini agama mengajarkan untuk cinta perdamaian dan persatuan dengan mengukuhkan toleransi dan sikap menghormati antar pemeluk agama.

e. Transformatif

Disini agama dapat merubah kepribadian seseorang atau kelompok. Agama mampu merubah kehidupan dalam bentuk kehidupan baru dan dengan nilai-nilai yang baru pula. Jika pola pikir masyarakat lama dibentuk oleh nilai-nilai adat maka fungsi transformatif agama dapat mengubah kesetiaan masyarakat kepada nilai-nilai adat yang kurang ideal dan tidak manusiawi menjadi bentuk kepribadian manusia yang ideal.20

Dan pada penelitian ini, fungsi agama untuk perilaku permisif adalah sebagai kontrol sosial atau pengawas sosial karena agama dapat dijadikan norma agar seseorang dapat mengendalikan hawa nafsu dan tidak melanggar norma yang ada.

20

(19)

4. Dimensi- dimensi Agama

Menurut R . Stark dan C.Y Glock, ada lima dimensi agama yang perlu di bedakan disini, yaitu21:

A. Dimensi keyakinan (Ideologis). Dimensi ini berisikan pengharapan-pengharapan di mana orang yang religius berpengaruh teguh pada pandangan teologis tertentu dan mengakui kebenaran doktrin-doktrin tersebut. Setiap agama mempertahankan seperangkat kepercayaan di mana para pengnut diharapkan akan taat. Walaupun demikian isi dan ruang lingkup bervariasi tidak hanya diantara agama-agama, tetapi juga di antara tradisi-tradisi dalam agama yang sama.

B. Dimensi praktek agama (Ritualistik). Dimensi ini mencakup perilaku pemujaan, ketaatan, dan hal-hal yang dilakukan orang untuk menunjukan komitmen terhadap agama yang dianutnya. Praktek-praktek keagamaan ini terdiri dari dua kelas penting: Ritual, ritual mengacu pada seperangkat ritus, tindakan keagamaan formal dan praktek-praktek suci dimana yang kesemua agama mengharapakan para penganutnya melaksanakan.

Ketaatan dan ritual bagaikan ikan dan air, meski ada perbedaan penting. Apabila aspek ritual dan komitmen sangat formal dan khas

21

(20)

publik, semua agama yang di kenal juga mempunyai perangkat tindakan persembahan dan khas pribadi. Seperti ketaatan para penganut agama Islam diungkapkan dengan sholat, membaca Al-Qur’an dan dengan berzakat.

C. Dimensi Pengalaman. Dimensi ini berisikan dan memperhatikan fakta bahwa semua agama mengandung pengharapa-pengharapan tertentu, meski tidak tepat jika dikatakan bahwa seseorang yang beragama dengan baik pada suatu waktu akan mencapai pengetahuan yang subyektif dan langsung mengenai kenyatan terakhir (kenyataan akhir bahwa ia akan mengalami suatu kontak dengan peranntara supra natural).

D. Dimensi Pengetahuan Agama (Intelektual). Dimensi ini mengacu kepada harapan bahwa orang-orang yang beragama paling tidak memiliki sejumlah pengetahun mengenai dasar-dasar keyakinan, ritus-ritus, kitab suci dan tradisi-tradisi. Tradisi pengetahuan dan keyakinan jelas berkaitan satu sama lain karena pengetahuan mengenai suatu keyakinan adalah syarat bagi penerimanya.

(21)

B. Perilaku

1. Definisi Perilaku

Dalam kamus bahasa Inggris perilaku disebut dengan”behavior” yang berarti cara berperilaku, sikap dan perlakuan terhadap orang lain.22 Dan dalam kamus lengkap Psikologi behavior adalah sembarang respons (reaksi, tanggapan, jawaban, balasan) yang dilakukan suatu organisme.23 Sedangkan menurut Peter

dan Yenny Salim perilaku adalah kegiatan individu atas sesuatu yang berkaitan dengan individu tersebut yang diwujudkan dalam bentuk gerak dan ucapan.24

Perilaku organisme menurut Walgito tidaklah lepas dari pengaruh lingkungan dan organisme itu sendiri.25 Maksudnya adalah perilaku yang dimunculkan oleh seseorang tidaklah lepas dari pengaruh lingkungan dan apa yang ada pada diri organisme itu sendiri baik berupa motif maupun pengalaman.

Dan Walgito membedakan perilaku manusia menjadi perilaku refleksif dan non-refleksif.26

• Perilaku refleksif adalah perilaku yang terjadi atas reaksi spontan terhadap stimulus yang mengenai organisme tersebut dan merupakan perilaku yang alami dan bukan merupakan perilaku yang dibentuk. Misalnya reaksi jari yang spontan bila terkena pisau.

22

A.Hornby, Oxford Advanced Learnr’s Dictonary of Current English, (NewYork: Oxford University, 2004), hal 23

23

J.P. Chaplin, Kamus Lengkap Psikologi, ( Jakarta: PT Raja Grapindo Persada, 2002). Hal 26

24

Peter Salim dan Yenny Salim, Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer, (Jakarta:Modern English Press, 1991).hal 60

25

Bimo Walgito, Pengantar Psikologi Umum, (Yogyakarta: Andi,2002). Hal 52 26

(22)

• Dan perilaku non-refleksif adalah perilaku yang dikendalikan atau diatur oleh pusat kesadaran otak yang dapat dibentuk dan dikendalikan sehingga dapat diubah dari waktu kewaktu sebagai hasil belajar. Perilaku non-refleksif ini disebut dengan perilaku psikologis.

Dari beberapa definisi di atas maka dapat disimpulkan bahwa perilaku dalam penelitian ini adalah reaksi individu yang diwujudkan secara verbal (ucapan atau kata-kata) ataupun non verbal (tindakan atau gerakan fisik) terhadap situasi yang dihadapi. Dan dalam hal ini perilaku yang dihadapi adalah perilaku serba membolehkan sesuatu yang pada dasarnya dilarang oleh agama.

Perilaku manusia tidak dapat dilepas dari keadaan individu itu sendiri dan lingkungan di mana individu itu tinggal. Sikap perilaku manusia didorong oleh motif tertentu sehingga manusia itu berperilaku disini ada beberapa teori tentang perilaku dan diteori tersebut dikemukakan sebagai berikut:27

a. Teori Insting

Teori ini dikemukakan oleh McDaugall, menurutnya perilaku itu disebabkan karena insting. Insting merupakan perilaku yang innate, perilaku bawaan, dan insting akan mengalami perubahan karena pengalaman.

b. Teori Dorongan (drive theory)

Teori ini bertitik tolak pada organisme itu mempunyai dorongan – dorongan atau drive tertentu. Dorongan – dorongan ini berkaitan dengan kebutuhan-kebutuhan organisme yang mendorong organisme berperilaku. Bila organisme itu mempunyai kebutuhan dan ingin

27

(23)

memenuhi kebutuhannyaakan terjadi ketegangan dalam diri organisme itu. Bila organisme berperilaku dan dapat memenuhi kebutuhannya, maka akan terjadi pengurangan dari dorongan-dorongan tersebut. c. Teori insentif (incentive theory)

Teori ini bertitik tolak pada pendapat bahwa perilaku organisme itu disebabkan karena adanya insentif. Insentif akan mendorong seseorang berbuat atau berperilaku. Insentif atau biasa juga disebut sebagai reinforcement ada yang positif dan ada juga yang negatif. Reinforcement yang positif berkaitan dengan hadiah yang akan mendorong organisme dalam berbuat, sedangkan yang negatif berupa hukuman yang dapat menghambat organisme berperilaku.

d. Teori atribusi

Teori ini menjelaskan tentang sebab – sebab perilaku orang. Apakah perilaku itu disebabkan oleh disposisi internal (seperti motif dan sikap), ataukah oleh keadaan eksternal.

e. Teori kognitif

(24)

dan dapat melihat kedepan yang akan terjadi dalam seseorang bertindak.

2. Perilaku Permisif

Dalam kamus besar Bahasa Indonesia (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan) perilaku permisif adalah sikap terbuka atau dalam kata lain serba membolehkan.28 Masyarakat saat ini lebih terbuka terhadap hal-hal yang dianggap tabu. Seperti adiksi alkohol, ponografi, narkoba dan seks bebas.

Di sini penulis menyajikan empat bentuk perilaku perilaku permisif yang sekarang banyak terjadi di kalangan masyarakat, khususnya mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yaitu :

a. Minuman Keras

Minuman keras atau minuman yang mengandung alkohol, tergolong depresansia. Bahan memabukkan yang diperolah dari peragian biji-bijian dan umbi-umbian. Alkohol atau minuman keras merupakan zat yang banyak dinikmati orang selain nikotin.

Bentuk dari alkohol atau minuman keras adalah cairan yang pahit rasanya. Menurut kadar etil alkohol ada beberapa jenis minuman keras yaitu :

1) Bird dan lager, kadar alkoholnya sebesar 2 – 5%. 2) Anggur minuman, kadar alkoholnya sebesar 10-14% 3) Sherry, port, dan mustakel, kadar alkoholnya sebesar 20%

28

(25)

4) Wiski, rum, vodka dan brendi, kadar alkoholnya sebesar 40-50%.29

Jika seseoarang meminum minuman beralkohol dia akan merasa bahagia, gembira, banyak tertawa, merasa percaya diri, rileks, tenang, bebas dari rasa malu, kendali diri lepas, rasa takut berkurang dan untuk sementara dapat melupakan persoalan.

Pengaruh buruk alkohol atau minuman keras :

• Agresif dan kasar, mudah terlibat perdebatan dan perkelahian. Dan tidak dapat mengendalikan diri.

• Jalan sempoyongan, pandangan ganda dan bicara cadel. • Jika sedang sedih, ia akan semakin depresi (murung).

• Alkohol berkalori tinggi. Banyak minum alkohol akan menyebabkan badan gemuk. Berbahaya bagi orang yang berpenyakit gula.

• Pengaruh sesudahnya (hangover) membuat orang merasa tidak nyaman. Kepala terasa berat dan lambung nyeri.

• Alkohol dapat merusak kesuburan dan potensi pria.

b. Penyalahgunaan narkoba.

Narkoba singkatan dari narkotika, psikotoprika, dan bahan adiktif lain adalah obat atau zat bukan makanan, yang jika masuk ke dalam tubuh manusia, berpengaruh terutama pada kerja otak atau susunan syaraf pusat. Narkoba adalah bahan adiktif yang artinya menimbulkan ketergantungan, atau bahan psikoaktif, artinya berpengaruh pada otak dan perilaku, karena menyebabkan ketergantungan maka narkoba disebut juga bahan berbahaya.

29

(26)

Menurut Undang-Undang No.22 tahun 1997 narkoba adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintesis maupun semi sintesis yang menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilang rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan.30

Golongan Narkoba berdasarkan pembuatannya:

b Narkotika alami

Zat atau obat yang langsung bisa di pakai sebagai narkotik tanpa perlu adanya proses fermentasi, isolasi dan proses lainnya terlebih dahulu karena bisa langsung dipakai dengan sedikit proses penyederhanaan. Bahan alami tersebut biasanya tidak boleh dugunakan untuk terapi pengobatan secara langsung karena terlalu beresiko. Contoh, narkotika alami yaitu seperti ganja dan daun koka.

b Narkoba atau Narkotika sintesis

Narkotika jenis ini memerlukan proses yang bersifat sintesis untuk keperluan medis dan penelitian sebagai penghilang rasa sakit atau analgesik. Contohnya yaitu seperti amfetamin, metadon, desktroptopakasipen, deksamfetamin dan lain sebagainya.

Narkotika sintesis dapat menimbulkan dampak sebagai berikut:

c Depresan membuat pamakai tertidur atau tidak sadarkan diri

c Stimulan membuat pamakai bersemangat dalam beraktivitas kerja dan merasa badan lebih segar.

30

(27)

c Halusinogen dapat membuat pemakai berhalusinasi yang merubah perasaan serta pikiran.

b Narkotika semi sintesis

Yaitu zat atau obat yang diproduksi dengan cara isolasi, ekstraksi dan lain sebagainya. Seperti, heroain, morfin, kedoin, dan lain sebagainya.31

Menurut Undang-undang, narkotika di bagi ke dalam tiga golongan dan psikotropika dibagi ke dalam empat golongan, menurut potensinya menimbulkan ketergantungan yaitu32 :

1. Golongan I, berpotensi sangat tinggi menimbulkan ketergantungan, sehingga dilarang keras digunakan dalam pengobatan. Seperti, heroain (putaw), ganja dan kokain, LSD, ekstasi.

2. Golongan II, berpotensi tinggi menimbulkan ketergantungan, sehingga hanya digunakan dalam pengobatan secara terbatas. Seperti, opium (candu), morfin dan petidin, amfetamin, metamefamin (shabu), mandrax.

3. Golongan II, berpotensi sedang menimbulkan ketergantungan. Digunakan dalam pengobatan. Seperti : kodein, rohypnol. 4. Golongan IV, berpotensi sedang menimbulkan ketergantungan.

Banyak digunakan dalam pengobatan. Seperti, obat penenang

31 NN, ”Definisi Narkoba”, artikel diakses pada tanggal 27 April 2008 dari http://www.wikipedia.com

32

(28)

terutama dari golongan benzodiazepine (BK, Koplo, MG, DUM, dan Lexo ).

c. Pornografi

Pornografi berasal dari bahasa Yunani yang pornographia, secara harfiah berarti tulisan tentang atau gambar tentang pelacur, kadang kala disingkat menjadi ”porn” atau porno adalah penggambaran tubuh manusia atau perilaku seksual manusia dengan tujuan membangkitkan rangsangan seksual. Pornografi dapat mengunakan berbagai media teks tertulis maupun lisan, foto-foto, ukiran, gambar, gambar bergerak (termasuk animasi), dan suara seperti suara orang yang bernafas tersengal-sengal atau suara desahan.33 Ada beberapa contoh pornografi: seperti, film porno, menggabungkan gambar yang bergerak, teks erotik yang diucapkan dan suara-suara erotik lainnya. Majalah, majalah sering menggabungkan foto dan teks tertulis. Seperti foto gadis tanpa busana, atau teks-teks dan tulisan tentang berbagai macam gaya hubungan seks. Novel dan cerita pendek, menyajikan teks tertulis disertai dengan ilustrasi yang dapat menimbulkan rangsangan bagi pembaca (seperti Jakarta UnderCover). Pertunjukan hidup, seperti konser musik dangdut yang disajikan dengan goyangan yang erotis dan busana penyanyi yang serba terbuka dan dapat mengundang syahwat pun itu bisa disebut sebagai porno (pornoaksi).

d. Seks bebas (free sex)

Remaja dengan pemikiran yang sangat pendek, apalagi dengan modal pengetahuan agama yang minim, sering memandang seks sebagai pelengkap kenikmatan hidup, yang bisa dilakukan dengan siapa saja bebas tanpa

33

(29)

pertanggungjawaban. Dengan istilah kerennya disebut dengan “FREE SEX’. Free sex ini nampaknya sudah menjadi trend mark bagi remaja modern. Bukan lagi resiko yang menjadi pertimbangan tetapi kesenangan yang bersifat sesaatlah yang mereka buru.

Baru-baru ini kepolisian Jakarta Utara berhasil membongkar klinik praktek aborsi di daerah Jakarta Utara, hal tersebut telah membuktikan bahwa seks bebas sudah semakin menjamur. Banyak remaja yang melakukan hubungan seks di luar nikah, hingga menyebabkab kehamilan dan akhirnya mereka melakukan tindakan aborsi untuk menutupi perilaku mereka tersebut.34

3. Faktor Perilaku

Adanya faktor perilaku yang dimunculkan oleh seseorang, pasti didorong oleh faktor tertentu., baik faktor internal maupun faktor eksternal. Beberapa faktor yang menyebabkan munculnya perilaku yaitu:

3.(1) Faktor Personal

Mc Dougall berpendapat bahwa faktor personal dominan membentuk perilaku manusia dan akan menentukan interaksi sosial dalam masyarakat35. Adapun faktor yang dimaksud adalah:

a. Faktor Biologis

Menurut teori ini ada faktor biologis yang mendorong perilaku manusia yang disebut dengan motif biologis. Selain itu adanya perilaku tertentu merupakan bawaan manusia, dan bukan merupakan pengaruh lingkungan atau situasi.

34

Mariana, ”Aborsi”, artikel diakses pada tanggal 24 Januari 2009, dari http://www. Topik Siang AnTv.com

35

(30)

3.(2) Faktor sosio-psikologis

Proses sosial yang dihadapi seseorang akan mempengaruhi perilakunya sehingga dia memiliki karakter tertentu. Karakter tersebut dapat dikategorikan ke dalam tiga komponen yaitu:

o Komponen afektif, komponen ini merupakan komponen emosional yang terdiri dari (1). Motif sosio-genetik meliputi motif ingin tahu, kompetensi, cinta, harga diri, dan kebutuhan menemukan identitas, kebutuhan akan nilai, kedambaan dan makna kehidupan, motif kebutuhan akan pemenuhan diri; (2) sikap dan emosi.

o Komponen kognitif, komponen ini berkaitan dengan aspek intelektual atau apa yang diketahui manusia, yaitu kepercayaan. Semakin banyak kita mengetahui sesuatu maka kita akan semakin percaya.

(31)

3. (3) Faktor situasional dan sosial

Menurut Edward G. Sampson setelah faktor- faktor personal terdapat juga faktor situasional dan sosial yang membentuk perilaku manusia.36 Faktor situasional ini mengakui besarnya pengaruh situasi dalam menentukan perilaku manusia dan setiap manusia memberikan reaksi yang berbeda-beda terhadap situasi yan dihadapinya, sesuai dengan karakteristik personal yang dimilikinya. Adapun faktor ini terbagi atas:

d Faktor ekologis

Keadaan alam oleh kaum determinisme lingkungan sering dinyatakan mempengaruhi gaya hidup dan perilaku. Seperti adanya perbedaan perilaku pada masyarakat yang berdomisili di daerah pedesaan karena adanya kondisi alam (geografis) serta iklim (temperature) yang berbeda.

d Faktor rancangan dan arsitektural

Perbedaan perilaku dapat terjadi karena adanya rancangan arsitektural. Dengan desain yang ada, maka akan mendorong atau bahkan menjadikan seseorang untuk menghindari interaksi dengan orang lain.

d Faktor temporal

Waktu berpengaruh terhadap perilaku seseorang. Karena perbedaan waktu menjadikan seseorang perlu untuk melakukan adaptasi dengan metabolisme yang ada dalam tubuhnya.

36

(32)

d Suasana perilaku

Perilaku yang terjadi bisa berbeda ketika dihadapkan pada suasana yang berbeda. Seperti ketika kita sedang berkomunikasi di depan publik, maka harus menyesuaikan dengan suasana perilaku pesertanya.

d Teknologi

Kemajuan teknologi yang ada juga dapat membuat manusia mengalami perubahan dalam perilaku. Adanya teknologi yang canggih membuat manusia cenderung individualis. Hal ini dapat dilihat bagaimana masyarakat yang tinggal di pedasaan memiliki rasa gotong royong yang kuat daripada masyarakat di perkotaan.

d Faktor-faktor sosial

Sistem peranan yang diterapkan dalam masyarakat, sistem kelompok dan organisasi, serta karakteristik populasi adalah faktor-faktor sosial yang menata perilaku manusia. Salah satu contohnya adalah karakteristik yang dimiliki oleh sebuah populasi yang disebut usia, kecerdasan, karakteristik biologis akan mempengaruhi pola perilaku anggota populasi tersebut.

d Lingkungan psiko-sosia

(33)

d Stimuli yang mendorong dan mempertegas perilaku

Stimulu atau rangsangan yang ada tergantung kepada situasi layak atau tidak seseorang untuk melakukan perilaku. Misalnya situasi dalam mesjid yang tidak memungkinkan seseorang untuk bebas melakukan apa saja karena ada nilai-nilai yang tidak boleh dilanggar di dalamnya.

C. Interaksi Sosial

Interaksi sosial adalah hubungan antara individu satu dengan individu yang lainnya, individu yang satu dapat mempengaruhi yang lain atau sebaliknya, jadi terdapat hubungan yang saling timbal balik. Hubungan tersebut dapat antara individu dengan individu, individu dengan kelompok, atau kelompok dengan kelompok.37 Jadi interaksi sosial pun dapat mempengaruhi individu dalam berperilaku. Jika lingkungan tempat individu berinteraksi cenderung permisif bisa jadi individu yang berinteraksi dilingkungan tersebut dapat berperilaku permisif pula.

Interaksi sosial hanya dapat terjadi jika telah memenuhi dua syarat yaitu, adanya kontak sosial dan komunikasi. Secara harfiah kontak diartikan dengan sama-sama menyentuh. Secara fisik kontak baru dapat terjadi apabila terjadi hubungan badaniah, namun sebagai gejala sosial hubungan badaniah itu tidak perlu, karena orang dapat melakukan hubungan dengan pihak lain tanpa menyentuhnya, seperti berbicara dengan pihak lain. Maka hubungan badan bukan merupakan hal yang penting dalam melakukan kontak, karena kontak sendiri

37

(34)

dapat dilakukan walaupun jarak yang berkontakan sangat jauh dengan teknologi yang sudah semakin maju seperti sekarang, misalnya dengan menggunakan pesawat telpon, telpon seluler, radio dan lain sebagainya.

Sedangkan komunikasi memiliki arti penting dalam berinteraksi sosial, seseorang akan dapat memberikan tafsiran pada perilaku orang lain (yang berwujud pembicaraan, gerak-gerak badaniah atau sikap), perasaan – perasaan apa yang ingin disampaikan oleh orang melalui komunikasi.38 Kemudian orang yang bersangkutan memberikan reaksi terhadap perasaan yang ingin disampaikan oleh orang lain tersebut, sehingga terjadilah interaksi antara orang yang satu dengan orang yang lainnya.

D. Karakteristik Mahasiswa

Kalau seorang anak memasuki SD pada umur 6 tahun, dan selama di SD, SMP, SMA, tidak pernah tinggal kelas maka ia akan memasuki Pendidikan tinggi atau Akademik pada usia 18 tahun, itu pun jika ada niat meneruskan studinya ke jenjang yang lebih tinggi.

Pada umumnya tahapan perkembangan adalah sebagai berikut: 1. 12-14 tahun : remaja awal 2. 15-17 tahun : remaja 3. 18-21 tahun : remaja akhir

Dengan melihat tahapan diatas berarti mahasiswa berada dalam tahap remaja akhir, karena usia mereka sekitar 18 sampai dengan 21 tahun, bahkan lebih.

38

(35)

Ciri – ciri perkembangan remaja lanjut dapat dilihat dalam tugas- tugas perkambangan sebagai berikut:39

4 Menerima keadaan fisiknya

4 Memperoleh kebebasan emosional

4 Mudah bergaul.

4 Menemukan model untuk identifikasi

4 Mengetahui dan menerima kemampuan sendiri

4 Memperkuat penguasaan diri atas dasar skala nilai dan norma

4 Meninggalkan reaksi dan cara penyesuaian kekanak-kanakan

Mahasiswa yang berada pada masa usia remaja lanjut memang menghadapi berbagai kesulitan penyesuaian dan tidak semua mampu mengatasi sendiri. Bahkan banyak mahasiswa yang membutuhkan bantuan baik dalam menyesuaikan diri ke statusnya yang baru sebagai mahasiswa dengan berbagai persoalan dalam pergaulan maupun dalam studi, hal hal yang membutuhkan penyesuaian bagi seorang mahasiswa adalah :40

1. Perbedaan sifat pendidikan di SLTA –Perguruan Tinggi Akademi

a) Kurikulum, kurikulum Perguruan tinggi dengan kurikulum SLTA pastinya sangat berbeda, kurikulum diperguruan tinggi lebih sedikit dibading di SLTA namun lebih mendalam.

b) Disiplin, biasanya di Perguruan Tinggi tidak seketat ketika di SLTA, karena memang dianggap sudah dewasa dan tanggung jawab diserahkan kepada mahasiswa yang bersangkutan, dengan

39

Singgih D. Gunarsa dan Ny. Singgih D. Gunarsa, Psikologi Praktis : Anak, Remaja dan keluarga, (Jakarta:PT BPK Gunung Mulia, 2000), hal 129

40

(36)

melonggarnya disiplin jelas mengubah cara belajar yang lebih bebas dan hal ini akan menimbulkan kesulitan sendiri.

c) Hubungan dosen – mahasiswa, pola hubungan yang sangat berbeda dibandingkan di SLTA. Dialog langsung pada tingkat-tingkat awal dimana mahasiswa cenderung lebih banyak jarang sekali dilakukan, karena itu mahasiswa sering kali harus menyesuaikan diri terhadap cara dosen memberi kuliah.

2. Hubungan Sosial

Pada masa usia lanjut pola pergaulan sudah bergeser dari pola pergaulan homoseksual kearah heteroseksual. Seiring juga dengan pergeseran dari depedensi ke indepedensi, mahasiswa lebih bebas untuk bergaul, masalah pergaulan ini dapat menjadi masalah yang cukup pelik bila berkaitan dengan masalah percintaan, kesulitan penyesuaian diri dan keterlibatan terhadap pengaruh kelompok pergaulan yang bisa bersifat negatif.

3. Masalah Ekonomi

Sekalipun mahasiswa sudah bisa melepaskan diri dari ketergantungan spisikis, namun ketergantungan ekonomi masih ada, karena pada umumnya belum berpenghasilan. Kalau studinya lancar dan orang tua mempunyai uang yang cukup maka keuangan tidak akan menjadi masalah yang pelik, tetapi sebaliknya jika studi tidak lancar dan perekonomian orang tua kurang mendukung, maka akan timbul masalah yang pelik, akan timbul konflik antara ingin meneruskan studi dan bekerja mencari uang.41

41

(37)

4. Pemilihan bidang studi

Antara bakat dan minat serta kesempatan yang ada sering kali menimbulkan masalah yang pelik. Apa yang diminati sering kali harus dikorbankan karena kesempatan tidak atau sulit diperoleh.

Dalam menjalanai pergaulan ataupun studinya mahasiswa sering sekali menghadapi kendala atau masalah. Masalah yang sering dihadapi oleh mahasiswa diantaranya :

oBersumber pada kepribadian, aspek motivasi sangat penting agar gairah untuk belajar dan menekuni studi menjadi lancar. Namun terkadang bayangan mengenai masa depan, pekerjaan apa yang akan di dapat nanti belum jelas, dapat mengendorkan semangat studinya. Sebaliknya kepercayaan diri yang terlalu kuat dapat menimbulkan ketegangan terus menerus dengan akibat konsentrasi belajar menjadi terganggu, misalnya pada tipe kepribadian yang neurotic.

o Prestasi akademik, tidak semua keinginan dapat terpenuhi. Dalam bidang pendidikan prestasi akademik merupakan hasil dari berbagai faktor, antara lain faktor kemampuan dasar dan bakat yang dimiliki. Kegagalan dalam prestasi akademik bisa jadi disebabkan karena kemampuan dasar yang dimiliki tidak menyokong atau tidak ada bakat. Kegagalan juga disebabkan karena mahasiswa tidak dapat menggunakan waktu belajar dengan tepat atau karena fasilitas yang ada kurang mendukung.

(38)

masalah bagi mahasiswa untuk belajar. Keadaan psikologis keluarga, hubungan dengan orang tua atau saudara-saudara, bahkan kampus dengan berbagai aktivitas yang serba ada pun dapat menjadi penghambat dalam menjalankan studinya.42

42

(39)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Metode penelitian adalah kerangka teoritis yang dipergunakan oleh penulis untuk mengumpulkan, menganalisa, mengerjakan, atau mengatasi masalah yang dihadapi dalam penelitian. Penelitian ini merupakan explanatory research, yaitu penelitian survey yang bertujuan menjelaskan pengaruh dan hubungan antara variabel melalui pengujian hipotesa. Senada dengan pendapat Masri Singarimbun dan Sofyan Effendy, bahwa “Apabila untuk data yang sama peneliti menjelaskan hubungan kausal antara variabel-variabel melalui pengujian hipotesa, maka penelitian tersebut tidak lagi dinamakan penelitian dekriptif melainkan penelitian pengujian hipotesa atau penelitian penjelasan”43.

A. Lokasi dan Waktu Penelitian

Dalam penelitian ini penulis mengambil lokasi di Universitas Islam Negeri Syarif Jakarta, dengan objek yang Hidayatullah diteliti adalah mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Sedangkan waktu yang ditempuh untuk penelitian ini selama tiga bulan, dimulai sejak tanggal 1 November 2008 sampai dengan 31 Januari 2009.

B. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang tercatat pada tahun akademik 2007-2008 yang tersebar pada 10 fakultas. Dengan melihat besarnya populasi, maka penulis membatasinya dengan hanya mengambil beberapa sampel dari jumlah populasi yang ada. Maka,

43

(40)

jumlah yang diambil dalam penelitian ini berjumlah 25 mahasiswa dari masing-masing fakultas, sehingga jumlah responden seluruhnya sebanyak 250 responden. Sedangkan teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah random sampling, yaitu dengan metode cuota random sampling, metode ini digunakan untuk menentukan suatu sampel dengan jumlah populasi yang luas, dan sampel bersifat homogen. Selain itu untuk untuk mengetahui jumlah sampel digunakan rumus Solvin, dengan menetapkan tingkat kepercayaan sebesar 90%. Jumlah mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tahun akademik 2007 – 2008 sebanyak 20.000 orang, sampel penelitian yang penulis ambil sebanyak 250 responden dengan perhitungan yang menggunakan rumus Solvin. Rumusnya adalah :

n = ____N____ 1+ N (e)²

n = 20.000__ = 100 1+ 20.000 (0,10)²

Di mana :

n = Jumlah sampel, N = Jumlah Populasi

e = Tingkat Kesalahan (error).

(41)

C. Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini, terdapat dua variabel yang akan di uji yaitu keberagamaan sebagai independent variabel (X) yang terdiri dari dimensi-dimensi keagamaan dan perilaku permisif mahasiswasebagai dependent variabel (Y) yang terdiri dari mengkonsumsi minuman keras, penyalahgunaan narkoba, pornografi dan pergaulan bebas ( free sex ).

D. Teknik Pengumpulan Data

Pada penelitian ini, penulis menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut :

a. Angket

Teknik pengumpulan data dengan menggunakan angket (questionnaire), yaitu teknik pengumpulan data dengan menggunakan sejumlah data pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden. Ada dua jenis angket yang digunakan dalam penelitian yaitu angket tertutup dan terbuka. Dalam penelitian ini penulis menggunakan angket tertutup. Penulis memberikan penilaian terhadap jawaban dari masing-masing soal angket tersebut dengan menggunakan ketentuan skala likert 1-5.

(42)

dengan agama melalui internet, membaca al-qur’an, membaca buku-buku tentang agama. Serta keyakinan keagamaan yang mencakup keyakinan responden kepada Allah Swt, keyakinan mengenai hari akhir, adanya surga dan neraka, dan keyakinan responden terhadap ajaran al-qur’an.

(43)

b. Studi kepustakaan

Dalam penelitian ini, studi kepustakaan dilakukan untuk memperoleh informasi dari berbagai sumber, seperti buku-buku, jurnal, dan internet, media massa ataupun media elektronik.

c. Observasi

Observasi adalah cara menghimpun bahan – bahan keterangan (data) yang dilakukan dengan melakukan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap gejala-gejala yang sedang dijadikan sarana penelitian.44

E. Uji Instrumen Data

Dalam penelitian ini metode yang digunakan daam pengumpulan data menggunakan metode kuesioner. Agar data – data yang diterima penulis tidak terjadi penyimpangan atau kesalahan dilakukan tahap pengujian kuesioner. Alat pengujian kuesioner adalah uji kesalahan (validitas) dan uji kehandalan (realibilitas ).

1) Uji validitas

Uji validitas digunakan untuk menunjukan suatu tingkat kemampuan dan merupakan suatu alat ukur agar dapat mengungkapkan sesuatu yang menjadi tujuan pengukuran. Makin tinggi validitas suatu alat ukur maka makin tepat alat ukur tersebut mancapai sasaran yang diinginkan.

44

(44)
[image:44.612.113.505.96.602.2]

Tabel 1. Hasil Uji Validitas

Variabel Corrected

Item-Total Correlatioan

Alpha if Item Deleted

Keterangan

Praktek Agama 0,5436 0,7496 Valid

Pengetahuan Agama 0,4890 0,7644 Valid

Keyakinan Agama 0,4764 0,8160 Valid

Pengetahuan Permisif 0, 1423 0,7600 Valid

Sikap Terhadap Perilaku Permisif

0,4206 0,7683 Valid

Perilaku Permisif 0,5186 0,7522 Valid

Tabel 1 menginformasikan bahwa semua instrumen dinyatakan valid karena nilai corrected item total correlation bertanda positif.

2) Uji Realibilitas

Apabila suatu alat pengukuran dikatakan valid, maka tahap selanjutnya adalah mengukur realibilitas. Uji realibilitas menunjukan kosistensi dari alat ukur dalam mengukur gejala yang sama.

Intrepretasi dan nilai Alpha Cronbach, adalah sebagai berikut : a. 0,00 – 0,20 tidak reliabel

b. 0,21 – 0,40 kurang reliabel c. 0,41 - 0,60 cukup reliabel d. 0,61 – 0,80 reliabel e. 0,81 – 1,00 sangat reliabel

(45)
[image:45.612.114.504.77.687.2]

Tabel 2 Hasil Uji Realibilitas

Dimensi – Dimensi Cronbach’s Alpha

N of Item

Keterangan

Praktek Agama 0,8134 13 Reliabel

Pengetahuan Agama 0,8580 7 Reliabel Keyakinan Agama 0,9492 10 Reliabel Pengetahuan Permisif 0,8921 13 Reliabel Sikap Terhadap

Perilaku Permisif

0,7995 10 Reliabel Tindakan/Perilaku

Permisif

0,9318 13 Reliabel

3) Uji Normalitas Data

Uji normalitas data bertujuan untuk mengetahui distribusi data dalam variabel yang digunakan dalam penelitian. Data yang baik dan layak digunakan dalam penelitian adalah yang memiliki distribusi normal. Normalitas data dapat dilihat dengan beberapa cara diantaranya yaitu dengan melihat kurva normal P-Plot.45

Kurva Uji Normalitas

VAR00004 120 100 80 60 40 20 V A R 0 0 0 0 8 100 90 80 70 60 50 40 30 20 45

(46)

Berdasarkan kurva diatas dapat dikatakan bahwa instrumrn –instrumen dalam penelitian ini normal dan layak digunakan karena datanya menyebar dan tidak membentuk suatu pola tertentu.

F. Teknik Analisis Data

Data yang dihasilkan berupa data kuantitatif, maka metode analisis data yang dipergunakan adalah analisis kuantitatif. Metode analisis kuantitatif menggunakan analisis statistic untuk menguji hipotesis dengan data angka dan mencari tingkat signifikansi. Analisis data deskriptif dengan penyajian dalam bentuk tabel, grafik, dan ukuran pemusatan gejala sentral, seperti persentase, rata-rata, dan variasi.46 Analisis data deskriptif dimaksudkan untuk menggambarkan variabel-variabel yang akan diteliti. Pada penelitian ini, analisis deskriptif digunakan untuk menggambarkan perilaku keberagamaan dan perilaku permisif mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Dalam pengujian hipotesis digunakan uji beda rata-rata one way anova, untuk membandingkan perilaku keberagamaan dan perilaku permisif mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta antara fakultas agama dan fakultas umum pada analisis komparatif. Sedangkan untuk mencari faktor yang berpengaruh terhadap perilaku permisif digunakan korelasi pearson (product moment), karena datanya berdistribusi normal dan interval setelah dilakukan uji normalitas data dan regresi linear sederhana. Hasil olah data dapat dibandingkan dengan nilai = 0.005 yang sudah menjadi ketentuan dalam pengujian hipotesis. Bila = 0.005 > sig. =.000 maka Ho ditolak atau sebaliknya, = 0.05 < sig. =.000 maka Ho diterima.47

46

Agus Purwonto, Panduan Laboratorium Statistik Inferensial, (Jakarta: GRASINDO, 2007) hal. 12

47

(47)

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan perhitungan statistik dengan bantuan program SPSS (Statistic Program Sosial Science) 13.00 for windows. Data yang diperoleh dihasilkan dari angket yang disebarkan dengan skor yang diberikan dari skala likert. Selanjutnya, digunakan transformasi indeks parameter pada setiap variabel yang akan diuji. Dalam transformasi indeks parameter, interval antara nilai indeks terkecil dengan nilai indeks terbesar adalah 1 - 100. Maka, transformasi indeks parameter adalah hasil dari penjumlahan nilai transformasi dari setiap parameter.

Rumus transformasi adalah:

a) Transformasi Indeks Parameter Indeks parameter : JDP – JM x 100 JMX – JM Keterangan :

JDP = Jumlah nilai yang didapat dari tiap parameter JM = Jumlah nilai minimum tiap parameter

JMX = Jumlah nilai maksimu tiap parameter b) Transformasi Indeks Variabel

Nilai variabel merupakan nilai indeks yang didapat dari jumlah indeks tiap parameter yang telah

ditransformasikan.48

Indeks Variabel : JPV – JMV x 100 JXV – JMV

48

(48)

Keterangan :

JPV = Jumlah indeks parameter yang didapat dari tiap variabel

JMX = Jumlah nilai minimum tiap variabel JXV = Jumlah nilai maksismum tiap variabel

G. Prosedur Penelitian

A. Tahap persiapan

Dalam tahap ini penulis merumuskan masalah penelitian terlebih dahulu, menentukan variabel serta malakukan studi kepustakaan guna mendapatkan teori - teori pendukung lalu menyusun dan menyiapkan alat-alat ukur yang akan digunakan dalam penelitian ini.

B. Tahap pengambilan data

Pada tahap ini penulis menentukan jumlah sampel (responden), dari populasi yang ada. Kemudian dari sampel-sampel ini penulis meminta kepada responden untuk mengisi angket yang telah dibuat, yaitu dengan mengisi skala penelitian yang penulis buat. Setelah data yang diinginkan terkumpul kemudian penulis melakukan pengolahan data dengan bantuan alat ukur statistik.

C. Tahap pembahasan

(49)

H. Hipotesis Penelitian

[image:49.612.115.508.143.516.2]

Adapun hipotesis yang akan diujikan dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar 1 Hipotesis Penelitian

Keterangan:

Dimensi keberagamaan (X) yang terdiri dari dimensi keyakinan (X1), dimensi praktek (X2) dan dimensi intelektual (X3) mempengaruhi perilaku permisif mahasiswa (Y), yang melliputi meminum minuman keras (Y1) penyalahgunaan narkoba (Y2), pornografi (Y3), seks bebas (Y4).

Berdasarkan gambar diatas, maka dapat di susun beberapa proposisi sebagai hipotesis yang akan di uji kebenarannya secara empirik.

Hipotesis I

“Bagaimana tingkat keberagamaan mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.” Ho : Tingkat keberagamaan mahasiswa UIN cenderung tinggi

Ha : Tingkat keberagamaan mahasiswa UIN Cenderung rendah Hipotesis II

“Bagaimana tingkat perilaku permisif mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta”

Ho : Tingkat perilaku permisif mahasiswa UIN cenderung tinggi KEBERAGAMAAN (X)

X1 Dimensi Praktek X2 Dimensi Pengetahuan X3 Dimensi Keyakinan

(50)

Ha : Tingkat perilaku permisisf mahasiswa UIN cenderung rendah Hipotesis III

“Adakah tingkat perbedaan keberagamaan mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta antara fakultas agama dan fakultas umum.”

Ho : Tidak ada perbedaan keberagamaan mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta antara fakultas agama dan fakultas umum.

Ha : Ada perbedaan keberagamaan mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta antara fakultas agama dan fakultas umum.

Hipotesis IV

“ Adakah perbedaan perilaku permisif mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta antara fakultas agama dan faklutas umum.”

Ho : Ada perbedaan perilaku permisif mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta antara fakultas agama dan fakultas umum.

Ha : Tidak ada perbedaan perilaku permisif mahasiswa UIN Jakarta antara fakultas agama dan fakultas umum.

Hipotesis V

“ Adakah pengaruh keberagamaan terhadap perilaku permisif mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta “

Ho : Tidak ada pengaruh antara variabel keberagamaan dan variabel perilaku permisif.

(51)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Sejarah Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

a. Sejarah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatulah Jakarta ditetapkan berdasarkan Surat keputusan Presiden RI Nomor 031 tahun 2002. Sejarah pendirian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta merupakan mata rantai sejarah perkembangan perguruan tinggi Islam Indonesia dalam menjawab kebutuhan pendidikan tinggi Islam modern yang dimulai jauh sebelum Indonesia merdeka.

Nama Universitas Syarif Hidayatullah diambil dari salah satu nama walisongo (sembilan penyiar Islam) di pulau Jawa, yaitu Sunan Gunung Jati atau Syarif Hidayatullah yang memiliki peranan besar dalam pengembangan Islam di Sunda Kelapa. Syarif Hidayatullah memiliki peran besar terhadap pengukuhan kekuasaan Islam di Sunda Kelapa yang kemudian hari ia beri nama Jayakarta yang kemudian dirubah oleh Belanda menjadi Batavia. Oleh karena itu, penamaan Syarif Hidayatullah Jakarta diharapkan dapat memberikan inspirasi dalam pengembangan Islam di Indonesia.

(52)

dalam dua jurusan yaitu jurusan syariah (pendidikan agama) dan jurusan Bahasa Arab. ADIA kemudian IAIN cabang Jakarta dengan dua fakultas yaitu Tarbiyah dan Adab.49

Semakin lama IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta semakin berkembang, dan pada tahun akademik 1998 atau 1999 IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta membuka jurusan dan program studi ilmu-ilmu sosial, humaniora dan eksakta. Dan dilanjutkan dengan dibukanya program studi konversi IAIN menjadi UIN pada tahun akademik 2000 atau 2001 yang terdiri dari program studi agribisnis (sosial ekonomi pertanian), sistem informasi, teknik informatika, manajemen dan akutansi. Dan pada tahun akademik 2001 atau 2002 mulai dibukanya fakultas Psikologi dan fakultas Dirasah Islamiyah. Pembukaan studi ilmu-ilmu umum merupakan upaya menuju perubahan dari IAIN menjadi Universitas. Pada tanggal 20 Mei 2002 IAIN Syarif Hidayatullah resmi menjadi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dengan terbitnya keputusan presiden RI No. 031.

Pada tahun akademik 2001 atau 2002 UIN Syarif Hidayatullah menetapkan sepuluh nama-nama fakultas yaitu : Fakultas Tarbiyah dan Keguruan (FKIK), fakultas Adab dan Humaniora (FAH), fakultas Ushuluddin dan Filsafat (FUF), fakultas Syariah dan Hukum ( FSH ), fakultas Dakwah dan Komunikasi (FDK), fakultas Dirasah Islamiyah (FDI), fakultas Psikologi (FPSI), fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial (FEIS), fakultas Sains dan Teknologi ( FST ), dan fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK). Visi UIN Syarif Hidayatullah adalah menjadikan

49

(53)

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sebagai Universitas yang menjunjung tinggi keislaman dan keindonesiaan. Adapun misi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta adalah :

a. Melakukan reintegrasi epistomologi keilmuan.

b. Memberikan landasan moral terhadap pengembangan iptek dan melakukan pencerahan dan pembinaan imtaq, sehingga iptek dan imtaq sejalan.

c. Mengartikulasikan ajaran Islam secara professional ke dalam konteks kehidupan masyarakat.

d. Mengembangkan keilmuan melalui kegiatan penelitian.

e. Mempertahankan nilai-nilai lama yang positif dan mengambil nilai – nilai baru yang positif.

f. Memberikan konstribusi terhadap peningkatan kualitas hidup masyarakat.

g. Memberikan landasan moral dan spiritual terhadap pembangunan nasional.

h. Menjadikan faktor yang menentukan dalam memelihara hubungan harmonis antar agama, negara dan masyarakat.50

Moto UIN Syarif Hidayatullah adalah Knowledge, piety, integrity. Knowledge dan Integrity, memiliki makna penting bagi perguruan tinggi Islam seperti UIN, yang bertugas menciptakan sumber daya manusia yang cerdas, kreatif dan inovatif. Sedangkan piety yang berarti kesalehan harus

50

(54)

dimiliki setiap manusia, khususnya umat Islam dan lebih lagi sivitas akademik UIN Jakarta. Itulah makna Knowledge, Piety, dan integrity bagi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

b.Struktur Organisasi

Sesuai dengan Keputusan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 414 Tahun 2002. Susunan Organisasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sebagai berikut51:

a. Dewan penyantun

b. Rektor dan pembantu rektor c. Senat Universitas

d. Fakultas

1. Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Gambar

Tabel 1. Hasil Uji Validitas
Tabel 2  Hasil Uji Realibilitas
Gambar 1 Hipotesis Penelitian
Tabel 3 menunjukkan bahwa jumlah responden yang tersebar diseluruh
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian Damayani (2015) yang menganalisis faktor pengetahuan dan sikap ibu terhadap ketepatan pemberian MP-ASI di Kelurahan Tiga Balata Kabupten

Tabel 4.28 Perubahan Tabel Transportasi Akibat Variabel x 12 Dijadikan Basic Variable – Iterasi 2

Makcik kamu ingin belikan buku untuk kamu.Beliau meminta kamu memilih buku yang kamu suka?. Tulis mesej bersama tiga sebab mengapa kamu memilih

(1) Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan minat belajar IPA materi Struktur Bumi dan Matahari pada siswa kelas V SD Negeri Pesayangan 01 antara pembelajaran

Diferensiasi horisontal dengan elemen lain, meliputi: keterampilan, uraian pekerjaan, alur proses bisnis, jenis produksi, work-flow integration, tingkat

Panitia Pengadaan Barang/Jasa Satuan Kerja Kantor Perpustakaan dan Arsip Kabupaten Aceh Tamiang Sumber Dana APBK Aceh Tamiang Tahun Anggaran 2011 mengundang Penyedia

Hendro Gunawan, MA Pembina Utama Muda

Hasil uji aktivitas antibakteri dari ekstrak etanol buah mengkudu dalam menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus Aureus dan Escherichia Coli memperlihatkan bahwa