• Tidak ada hasil yang ditemukan

The Study of Fish Marketing for increasing Fishermen Community Revenue and Development Area in Southeast Mollucas Regency,

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "The Study of Fish Marketing for increasing Fishermen Community Revenue and Development Area in Southeast Mollucas Regency,"

Copied!
190
0
0

Teks penuh

(1)

PENGEMBANGAN WILAYAH

DI KABUPATEN MALUKU TENGGARA

KAMILIUS D. BETAUBUN

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Kajian Pemasaran Ikan untuk Meningkatkan Pendapatan Masyarakat Nelayan dan Pengembangan Wilayah di Kabupaten Maluku Tenggara adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Bogor, Februari 2014

(4)
(5)

KAMILIUS D. BETAUBUN Kajian Pemasaran Ikan untuk Meningkatkan Pendapatan Masyarakat Nelayan dan Pengembangan Wilayah di Kabupaten Maluku Tenggara. Dibimbing oleh LUKY ADRIANTO dan SETIA HADI.

Kabupaten Maluku Tenggara terdapat di Provinsi Maluku yang terletak di Kawasan Timur Indonesia merupakan salah satu wilayah yang memiliki potensi sumber daya perikanan yang cukup tinggi. Kemampuan hasil perikanan tangkap yang tinggi, tidak akan optimal apabila tidak didukung oleh strategi pemasaran yang tepat, dan dukungan kebijakan pemerintah dalam pengembangan wilayah. Ikan yang telah berhasil ditangkap harus dapat dipasarkan dengan optimal agar dapat memberikan dampak nyata bagi pendapatan dan kesejahteraan nelayan.

Penelitian ini bertujuan untuk 1) Mengetahui gambaran saluran distribusi pemasaran terkait manajemen rantai pasokan produk ikan tangkap dan pengembangan wilayah di Kabupaten Maluku Tenggara; 2) Mengidentifikasi dan menganalisis kondisi internal dan eksternal di Kabupaten Maluku Tenggara dalam menjalankan aktivitasnya sebagai nelayan; 3) Menyusun dan menganalisis strategi yang dapat ditetapkan dalam meningkatkan pendapatan masyarakat nelayan di Kabupaten Maluku Tenggara; dan 4) Mengidentifikasi kebijakan relevan yang dapat diambil oleh Pemda Maluku Tenggara terkait alternatif strategi yang dihasilkan bagi pembangunan wilayah berbasis peningkatan ekonomi masyarakat nelayan. Metode sampling yang digunakan adalah non-probability sampling, dengan teknikaccidental samplingberukuran 100 nelayan.

Gambaran saluran distribusi pemasaran ikan tangkap pada nelayan di Maluku Tenggara adalah 1) Nelayan memasarkan langsung kepada pedagang pengumpul untuk kemudian dipasok kepada pedagang pengecer, restoran maupun konsumen akhir; 2) Nelayan memasarkan melalui tempat pelelangan ikan (TPI) untuk kemudian dipasok kepada pedagang pengumpul dan didistribusikan lebih lanjut; 3) Nelayan memasarkan melalui bakul kecil untuk kemudian dipasok kepada pedagang pengumpul dan didistribusikan kembali kepada pedagang pengecer, restoran maupun konsumen akhir; 4) Kisaran margin keuntungan yang diperoleh oleh setiap jalur distribusi tata niaga adalah antara 10% - 18,58%; dan 5) Rata-rata pendapatan setiap kali melaut di empat kecamatan wilayah penelitian tidak terlalu berbeda, kisarannya dari Rp. 6.175.762,00 hingga Rp. 6.451.526,00.

(6)

2) Peningkatan kapasitas Pemerintahan Daerah (WO1); 3) Pembentukan dan perkuatan koperasi nelayan (ST4), dan 4) Peningkatan kualitas sumber daya manusia (WT1). Kebijakan strategis dan relevan yang dapat dipilih oleh Pemerintah Kabupaten Maluku Tenggara dalam mengembangkan pembangunan wilayah bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat adalah dengan pembentukan dan perkuatan koperasi nelayan.

(7)

KAMILIUS D BETAUBUN The Study of Fish Marketing for increasing Fishermen Community Revenue and Development Area in Southeast Mollucas Regency, Supervised by LUKY ADRIANTO and SETIA HADI.

Southeast Mollucas is in Province of Mollucas that is located in eastern indonesia, is one district which has high potential of fisheries resources. The high capability of the fishing,will not be optimal if it is not supported by appropriate marketing strategy and support of the governments policy in the region.Fish that has already caught must be sell in order to give the real impact for revenue and wealth of fishermen.

This research aims to 1) Knowing the distribution channels marketing related to the fishing caught supply and development in the district of Southeast Mollucas regency; 2) Identifying and analysing internal and external condition of fishermen in Southeast Mollucas on running their activities; 3) Composing and analysing strategy that can be determined in order to increase the revenue of fishermen community in Southeast Mollucas regency; and 4) Identifying relevant policies that is taken by the government of Southeast Mollucas concerning alternative strategy which is resulted for district development basic on economicof fishermen community.The sampling method that used is non-probability sampling sampling,with accidental sampling techniques on measuring 100 people.

The illustration of fish marketing distribution by fishermen in Southeast Mollucas can be seen as follows 1) Fisherman directly sell to the merchants and later distributed to the retailler, restaurant or consumers at last; 2) Fisherman sell through fish auction center (TPI ) then supplied to the merchant and distributed further; 3) Fishermen sell through small basket which is later supplied to merchant and distributed back to the retailler, restaurant or consumer at last; 4) The range margin of advantage is gained by each distribution track of commerce is among 10% - 18,58%; and 5) The average revenue every fishing in four sub-districts research field are not much different, the range is from Rp. 6.175.762,00 until Rp. 6.451.526,00.

(8)

2) Increasing the capacity of local government (WO1); 3) Forming and Strengthening fishermen cooperative organization (ST4), and 4) Improving the quality of human resources (WT1). Strategic and relevant that can be elected by the government of Southeast moluccas in improving district development to increase society welfare is by forming and strengthening fishermen cooperative organization.

(9)

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah, dan pengutipan tersebut tidak merugikan IPB

(10)
(11)

PENGEMBANGAN WILAYAH

DI KABUPATEN MALUKU TENGGARA

KAMILIUS D. BETAUBUN

Tesis

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains

pada

Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(12)
(13)

Nama : Kamilius D Betaubun

NRP : H152100011

Program Studi : Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan

Disetujui oleh Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Luky Adrianto, MSc Ketua

Dr. Ir. Setia Hadi, MS Anggota

Diketahui oleh Ketua Program Studi Perencanaan

Pembangunan Wilayah dan Perdesaan

Dekan Sekolah Pascasarjana

Prof. Dr. Ir. Bambang Juanda, MS Dr. Ir. Dahrul Syah, MScAgr

(14)
(15)

kepadaku untuk melakukannya.

(16)
(17)

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian ini adalah Kajian Pemasaran Ikan untuk Meningkatkan Pendapatan Masyarakat Nelayan dan Pengembangan Wilayah di Kabupaten Maluku Tenggara.

Bersama ini penulis menyampaikan ucapan Terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ir. H. Herry Suhardiyanto, MSc selaku Rektor IPB dan Bapak Dr. Ir. Dahrul Syah, MScAgr selaku Dekan Sekolah Pascasarjana IPB yang telah memberikan kesempatan bagi penulis melanjutkan studi pada Fakultas Ekonomi Dan Manajemen IPB

2. Bapak Dr.rer-nat Ir. E.A Renjaan, MSc selaku Direktur Politeknik Perikanan Negeri Tual yang telah menugaskan penulis untuk melajutkan studi pascasarjana di IPB

3. Bapak Prof. Dr. Ir. Bambang Juanda, MS dan Ibu Dr. Ir. Eka Intan Kumala Putri, MSi selaku ketua dan sekretaris Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan Fakultas Ekonomi Dan Manajemen IPB yang membina dan mengarahkan penulis dalam proses penyelesaian studi. 4. Bapak Dr. Ir. Luky Adrianto, MSc dan Bapak Dr. Ir. Setia Hadi, MS, selaku

komisi pembimbing, atas perhatian dan waktu serta segala saran, dorongan semangat, motivasi yang diberikan sejak awal pembimbingan hingga selesainya penulisan tesis ini.

5. Bapak Dr. Ir. Achmad Fahrudin, MSi sebagai Dosen Penguji Luar Komisi yang telah memberikan perbaikan pada penelitian ini.

6. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi yang telah memberikan bantuan biaya pendidikan (besasiswa) BPPS selama tahun 2010-2012.

7. Tesis ini juga kuperesambahkan kepada Ayahanda (Alm) Julianus P. Betaubun dan Ibunda (Alm) Elizabeth Betaubun/R.

8. Untuk istriku Ny.Fin Renjaan/B, dan kedua anakku terkasih Gilberth G.

Betaubun dan Gracia A. Betaubun, serta saudara-saudaraku tersayang Bu Thomas, Usi Evi, Usi Enty, Bu Aleks, Usi Eta, Bu Trido, Usi Ela, dan

Bong Mace atas dukungan dan doa yang berikan kepada penulis selama proses penyelesaian studi.

9. Spesial terima kasih kepada Bapak Ir. P. Beruatwarin M.Si dan istri; Bapak Edison Betaubun SH, MHum dan istri; Bapak Angky Hukubun dan istri;

Bapak Ernes Betaubun dan istri; Bapak Alex Welerubun SH dan istri; Bapak Tono Refra SH, MH dan istri; (Alm) Bapak Semmy F. Rumatora;

Kakak Soleh Betaubun; Adik Poly Betaubun; Nanda Poli Betaubun SH; dan Kakak Joe Rahail atas bantuan dan dukungan pembiayaan yang diberikan kepada penulis dalam proses penyelesaian studi.

(18)

kepada penulis.

11. Bapak Budi Susanto, SE, MSi; Bapak Herman Daulay SE, MSi; Bapak Supendy SE, MSi; Ibu Sukma Fitasari, SE, MSi; Ibu Diah Margarani, SE, MSi; Ibu Nurlaila Saputri, S.Pi, MSi; Ibu Masfufa, SE, MSi; Bapak Jumaydi SE; Bapak Okwan Himpuni SE; teman-teman seangkatan Mayor PWD-IPB 2010 atas dukungan dan motivasi serta kebersamaan yang diberikan selama proses studi penulis di IPB.

12. Bapak Ir. Cristoffol Leiwakabessy, MSi; Bapak P. Rieuwpassa, S.Si, MSi; Bapak Ir. W. Weleruny, MSi; Bapak Ir. Ongky Noitja, MSi; Bapak Ir. Dinosius Bawole, MSi; Bapak Dr. Adrian Jems Unitlly, SSi, MSi; Bapak Dr. Stefen Thenu, SPi, MSi; Ibu Ir. Delly Matrutty, MSi; Ibu Dr. Ir. Jolanda Apituley, MSi; Ibu Dr. Ir. Inta Damanik, MSi; Nanda Ella Dahaklory, SPi, MSi; serta semua rekan-rekan Persatuan Mahasiswa Maluku (PERMAMA) di Bogor atas segala kebersamaan dan dukungan yang diberikan kepada penulis.

Serta rasa terima kasih yang sama pula penulis sampaikan kepada semua pihak yang tidak dapat sebutkan namanya satu per satu, atas semua bantuan dan dukungan yang telah diberikan.

Akhir kata semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi yang membutuhkan.

Bogor, Februari 2014

(19)

DAFTAR TABEL iii

DAFTAR GAMBAR iv

DAFTAR LAMPIRAN iv

1. PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang 1

1.2.Rumusan Masalah 7

1.3.Tujuan Penelitian 8

1.4.Manfaat Penelitian 8

2. METODOLOGI PENELITIAN

2.1.Kerangka Pemikiran 9

2.2.Definisi Operasional Variabel Penelitian 9

2.3.Penentuan lokasi penelitian 10

2.4.Metode Pengumpulan Data 12

2.4.1. Jenis dan Sumber Data 12

2.4.2. Penentuan Ukuran Sampel dan Metode Penarikan

Sampel Penelitian 12

2.5.Metode Analisis Data 13

2.5.1. Analisis Deskriptif Kualitatif 13

2.5.2. Analisis Jaring Laba-laba (Spider web analysis) 15

2.5.3. Analisis Matriks SWOTdan QSPM 15

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1.Gambaran Umum Daerah Penelitian 18

3.1.1. Sejarah Singkat Kabupaten Maluku Tenggara 17

3.1.2. Letak Geografis 19

3.1.3. Demografi 23

3.1.4. Kondisi Perekonomian Daerah 25

3.2.Karakteristik Nelayan 27

3.2.1. Status Pernikahan 27

3.2.2. Pendidikan 27

3.2.3. Sebaran Usia Nelayan 28

3.2.4. Jumlah Anggota Keluarga 30

3.2.5. Pengalaman Menjadi Nelayan 31

3.2.6. Profesi Sampingan Nelayan 32

3.2.7. Tata Niaga 32

3.3.Analisis Faktor Internal dan Eksternal 42

3.3.1. Faktor Internal 43

3.3.1.1.Kekuatan 43

(20)

3.4.Tahap Masukan 59

3.5.Tahap Penggabungan 61

3.6.Tahap Pengambilan Keputusan 66

4. KESIMPULAN DAN SARAN

4.1.Kesimpulan 71

4.2.Saran 71

DAFTAR PUSTAKA 73

LAMPIRAN 75

DAFTAR TABEL

1 Perkembangan tingkat produksi perikanan dan kelautan

Kabupaten Maluku Tenggara Tahun 2009-2011 2

2 Potensi Ikan Berdasarkan Kelompok Sumberdaya Ikan 3 3 Potensi sumberdaya ikan dan jumlah hasil tangkapan yang

diperbolehkan pada WPP di Provinsi Maluku 3

4 Data ekspor hasil perikanan 4

5 Perkembangan rumah tangga perikanan, kelompok nelayan dan

jumlah nelayan Tahun 2009-2011, Kabupaten Maluku Tenggara 4 6 Distribusi pasar pemasok ikan dan komoditas serta daerah asal

produk perikanan di Kabupaten Maluku Tenggara 6

7 Lokasi penelitian 11

8 Kerangka pengambilan sampel nelayan 13

9 Contoh Analisis SWOT 16

10 Luas Kabupaten Maluku Tenggara menurut kecamatan 20 11 Ibukota Kecamatan, banyaknya desa induk, anak desa dan

Kelurahan menurut Kecamatan 21

12 Luas wilayah, jumlah dan kepadatan penduduk per km2 23

13 Jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin 24

14 Jumlah penduduk berdasarkan kelompok usia 24

15 Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Maluku Tenggara per-sektor

ekonomi 26

16 Status pernikahan dan domisili nelayan responden 27 17 Tingkat pendidikan per-kecamatan domisili nelayan 28 18 Komposisi jumlah anggota keluarga nelayan di empat

Kecamatan 31

19 Ukuran deskriptif pengalaman menjadi nelayan 31

20 Profesi Sampingan Nelayan 32

21 Gambaran Pendapatan setiap melaut nelayan pada empat

(21)

Tenggara menurut lapangan usaha pertanian atas dasar harga

berlaku 2009 – 2011 [Jutaan / MillionRp] 40

24 Rata-rata pengeluaran per kapita sebulan menurut

Kabupaten/Kota 2010-2011 41

25 Matriks IFE 59

26 Matriks EFE 60

27 Matriks SWOT 62

28 Analisis QSPM 67

DAFTAR GAMBAR

1 Kerangka pemikiran penelitian 10

2 Lokasi penelitian 11

3 Analisis deskriptif kualitatif 14

4 Peta wilayah administrasi Maluku Tenggara 21

5 Pertumbuhan ekonomi Maluku Tenggara periode 2003-2007 26 6 Diagram batang sebaran usia nelayan di KecamatanKei Kecil 28 7 Diagram batang sebaran usia di Kecamatan Kei Kecil Timur 28 8 Diagram batang usia di Kecamatan Kei Kecil Barat 29 9 Diagram batang sebaran usia di Kecamatan Kei Besar Tengah 30

10 Sebaran usia nelayan 30

11 Tata niaga pemasaran ikan di Maluku Tenggara 34

12 Nilai ekspor Maluku menurut tujuan ekspor Januari 2011 38 13 Volume dan nilai ekspor Maluku menurut pelabuhan ekspor

Januari 2011 38

14 Peta potensi sumber daya ikan di Kabupaten Maluku Tenggara 45

15 Peta sebaran alat dan armada penangkapan 47

16 Peta jalur transportasi Kabupaten Maluku Tenggara 53

17 Penggunaan matrik internal eksternal 61

18 Hasil analisis diagram jaring laba-laba 66

DAFTAR LAMPIRAN

1 Kuisioner penelitian 77

(22)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dalam konstelasi sistem agribisnis perikanan, pasar merupakan salah satu komponen penting yang menjadi ujung tombak bagi aliran komoditas perikanan setelah dihasilkan dari sistem on-farm. Pasar tidak hanya menjadi media bertemunya fungsi penawaran dan permintaan produk perikanan, namun lebih dari itu pasar merupakan perwujudan dari dinamika sosial dimana sumber mata pencaharian melalui mekanisme harga jual produk dihasilkan.

Indonesia sebagai negara kepulauan yang terdiri atas 13.466 pulau besar dan kecil berdasarkan hasil survei geografi dan toponimi yang berakhir pada tahun 20101, memiliki garis pantai mencapai lebih dari 95.181 km2dengan luas wilayah laut teritorial 5,7 juta km. Kondisi ini membuat Indonesia memiliki keanekaragaman sumber daya kelautan dan perikanan yang berlimpah dan bernilai ekonomis tinggi. Besarnya potensi sumber daya perikanan memberikan peluang bagi sektor kelautan dan perikanan untuk menjadi sektor andalan nasional. Badan Pusat Statistik tahun 2012 melaporkan bahwa ekspor udang pada Tahun 2011 mencapai 119.800 ton dengan nilai 1066,0 juta dolar Amerika Serikat. Selain komoditas udang, terdapat pula komoditas ekspor ikan tongkol-tuna pada Tahun 2011 mampu mencapai 71,8 ton dengan nilai 219,4 juta dolar Amerika Serikat3.

Maluku atau Moluccas adalah salah satu provinsi tertua di Indonesia, dengan Ambon sebagai ibu kotanya. Provinsi Maluku terdiri atas gugusan kepulauan yang dikenal dengan Kepulauan Maluku. Provinsi Maluku ditetapkan oleh kementrian kelautan dan perikanan sebagai Lumbung Ikan Nasional 2030 sejak digelarnya Sail Banda 2010. Maluku merupakan provinsi dengan wilayah kepulauan bahari terbesar di Indonesia, layak dijadikan lumbung ikan nasional karena potensi perikanan yang luar biasa banyaknya disertai laut yang kaya dan masih terjaga dari campur tangan manusia. Potensi perikanan dan sumber daya air Maluku sebagaimana dilansir oleh dari situs Provinsi Maluku4, yakni dengan sumber daya perairan 658.294,69 km2, memiliki potensi sebagai berikut:

- Laut Banda : 277.890 ton/tahun - Laut Arafura : 771.500 ton/tahun - Laut Seram : 590.640 ton/tahun

Berbagai jenis ikan yang dapat ditangkap dan terdapat di Maluku antara lain adalah: ikan pelagis besar, ikan pelagis kecil, ikan demersal, ikan karang, udang, lobster, cumi. Sementara untuk potensi budidaya laut yang penyebarannya terdapat pada Laut Seram, Manipa, Buru, Kepulauan Kei, Kepulauan Aru, Yamdena, pulau pulau terselatan dan wetar adalah kakap putih, kerapu, rumput laut, tiram mutiara, teripang, lobster, dan kerang-kerangan. Untuk potensi budidaya payau adalah bandeng dan udang windu.

(23)

Kabupaten Maluku Tenggara terdapat di Provinsi Maluku yang terletak di Kawasan Timur Indonesia merupakan salah satu wilayah yang memiliki potensi sumber daya perikanan yang cukup tinggi. Besarnya potensi sumber daya perikanan yang dimiliki oleh Kabupaten ini dapat dimaklumi, karena letak geografis cukup strategis dimana letak astronomis Kabupaten Maluku Tenggara 1310 -1330 5' (Bujur Timur) dan 50 32 - 8000 (Lintang Selatan) dengan jumlah pulaunya 134 pulau. luas wilayah + 4.049 km2, luas daratan + 1.258,6048 km2dan panjang garisnya +998,8122 km. Disamping itu perairan laut Kabupaten Maluku Tenggara dipengaruhi langsung oleh laut Banda dan laut Arafura yang terkenal sangat kaya dengan potensi sumber daya lautnya. Untuk itu sangat diupayakan sektor kelautan dan perikanan ini mampu menjadi sentra ekonomi yang tangguh dan strategis karena dapat memicu terjadi pertumbuhan perekonomian di Wilayah Kabupaten Maluku Tenggara (DKP Kabupaten Maluku Tenggara, 2011).

Kontribusi sub sektor perikanan terhadap PDRB di Wilayah Kabupaten Maluku Tenggara, tahun 2009 sebesar Rp.368.249.880, sedangkan tahun 2010 naik Rp.417.291.910, kemudian di tahun 2011 mengalami penurunan menjadi Rp.412.196.490. Namun dengan memperhatikan data dari Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Maluku Tenggara menunjukkan bahwa jumlah produksi perikanan laut yang terus mengalami peningkatan yakni, pada tahun 2009 produksi perikanan tangkap sebesar 37.380 ton, kemudian pada tahun 2010 produksi perikanan tangkap sebesar 38.350 ton mengalami peningkatan sebesar 2,57 persen dan pada tahun 2011 diperoleh produksi perikanan tangkap sebesar 40.750 ton. Kemudian untuk produksi perikanan budidaya khususnya produksi rumput laut meningkat sebesar 1.585,6 ton atau 48,26 persen yaitu dari 3.285 ton pada tahun 2009 menjadi 4.870,6 ton di tahun 2010 dan ini diharapkan terus meningkat. Secara total produksi perikanan tangkap di Kabupaten Maluku Tenggara masih dominan dibandingkan dengan produksi perikanan budidaya hal ini dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Perkembangan tingkat produksi perikanan dan kelautan Kabupaten Maluku Tenggara Tahun 2009-2011

No Sumber Pendapatan Produksi Tahun (Ton)

2009 2010 2011

1 Perikanan Tangkap 37.380,0 38.350,0 40.750,0

2 Perikanan budidaya 3.285,0 4.870,6 7.155,7

Total 40.665,0 43.220,6 47.905,7

Sumber: DKP Kabupaten Maluku Tenggara (2011)

Potensi sumberdaya perikanan tangkap berdasarkan data yang dilansir oleh Badan Penanaman Modal Daerah Provinsi Maluku5, adalah sebagaimana disajikan pada Tabel 2 dan 3 sebagai berikut.

5

(24)

Tabel 2 Potensi ikan berdasarkan kelompok sumberdaya ikan

Sumber: http://www.bkpmd-maluku.com diakses tanggal 20 April 2013

Gambaran tentang potensi sumberdaya dominan juga diekspresikan secara spasial berdasarkan SK. Menteri Perikanan No. 995 Tahun 1999 pada Wilayah Pengelolaan Perikanan (WPP) yang meliputi WPP Laut Seram, WPP Laut Banda dan WPP Laut Arafura. Tabel 3 berikut ini menunjukkanpotensi sumberdaya ikan dan jumlah hasil tangkapan yang diperbolehkan pada 3 WPP di Provinsi Maluku.

Tabel 3 Potensi sumberdaya ikan dan jumlah hasil tangkapan yangdiperbolehkan pada WPP di Provinsi Maluku

No Lokasi Besar Potensi /JTB (Ton) Jenis SD Ikan

1. WPP Laut Banda 104.100 / 83.300

132.000 / 105.600

3. WPP Laut Arafura 50.900 / 40.700

468.700 / 375.000

(25)

Produksi yang dihasilkan dari ketiga WPP tersebut adalah sebesar 506.688,2 ton atau sebesar 31,5 % dari potensi yang disediakan, namun karena ke-3 WPP tersebut juga dikelola oleh beberapa provinsi lain, maka berdasarkan hasil kajian menunjukkan tingkat pemanfaatan telah mencapai 42 %.

Adapun data ekspor hasil perikanan pada Tahun 2010 dan 2011 dalam cakupan lebih luas yakni Provinsi Maluku berdasarkan data Kantor Pelabuhan Perikanan Nusantara Tual sebagaimana disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4 Data Ekspor Hasil Perikanan Provinsi Maluku

No Bulan

Sumber: Kantor Pelabuhan Perikanan Nusantara Tual (2012)

Potensi perikanan tangkap yang menjanjikan, memiliki keterkaitan dengan perkembangan jumlah Rumah Tangga Perikanan, Kelompok Nelayan dan Nelayan di Kabupaten Maluku Tenggara. Hal ini sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5 Perkembangan Rumah Tangga Perikanan, Kelompok Nelayan dan Jumlah Nelayan Tahun 2009-2011, Kabupaten Maluku Tenggara Tahun Rumah Tangga Perikanan

Sumber: Laporan Tahunan DKP Kabupaten Maluku Tenggara (2011)

(26)

sejumlah desa di Kabupaten Maluku Tenggara, Maluku, kerapkali terpaksa dibuang akibat terbatasnya pembeli.Kalaupun ikan bisa dijual, harganya sangat murah. Kondisi ini sering dialami nelayan saat musim panen ikan, hal inilah yang menyebabkan pentingnya sebuah perencanaan yang matang tentang pembangunan wilayah.

Penetapan Maluku sebagai Lumbung Ikan Nasional diharapkan meningkatkan produktivitas usaha perikanan tangkap dan memicu pengembangan industripengolahan ikan. Kendala-kendala dalam peningkatan produksi dan pemasaran perikanan di wilayah ini adalah kecilnya skala rata-rata usahaperikanan tangkap, kontinuitas ketersediaan bahan bakar, dan terbatasnya fasilitas pendingin. Pada sisi lain, wilayah perairan Maluku sangat rawan terhadap pencurian ikanoleh nelayan asing dengan kapasitas kapal lebih besar.

Wilayah Maluku Tenggara memiliki permasalahan pengembangan wilayah terkait dengan rendahnya kualitas dan kuantitas ketersediaan sarana dan prasarana, khususnya untuk jalan dan jembatan serta sarana transportasi. Kurangnya keterpaduan transportasi antarmodamenjadi permasalahan utama, khususnya ketersediaan transportasi darat, laut, sungai, dan udara yang belum memadai. Minimnya infrastruktur yang dibangun mengakibatkan keterisolasian wilayah antar pulau dan dalam pulau. Jaringan jalan dipulau-pulau terpencil belum sepenuhnya berfungsi untuk mendukung transportasi lintas pulau dan melayani mobilitas masyarakat dalam mengembangkan potensi wilayah serta mengurangi kemiskinan. Jalan desa yang dapat dilalui kendaraan roda empat sepanjang tahun masih belum memadai. Jangkauan kapal PELNI, kapal ferry, perintis, dan kapal pelayaran rakyat (Pelra) masih sangat terbatas dan kurang memadai Ketersediaan energi listrik sangatpenting dalam mendukung industrialisasi maupun perbaikan kualitas hidup secara umum. Hal inilah yang menyebabkan belum optimalnya pemasaran ikan di wilayah Maluku Tenggara.

Pertanian sebagai pemberi kontribusi yang sangat besar (42,2 persen) yang didominasi oleh sub sektor perikanan sebesar 25,7 persen bagi perekonomian daerah sehingga perlu mendapat perhatian khusus karena selain dapat menjadi sarana penyerapan tenaga kerja, peningkatan produksi pertanian akan mendukung upaya menciptakan ketahanan pangan melalui peningkatan produksi serta produktivitas yang berkesinambungan. Sektor pertanian juga didukung oleh sub sektor lainnya seperti tanaman bahan makanan, tanaman perkebunan, peternakan dan hasil-hasilnya, dan kehutanan.

(27)

Berdasarkan laporan akhir Kajian Potensi Sumberdaya Kelautan dan Perikanan Kabupaten Maluku Tenggara yang dilaksanakan oleh CV Alfreges Tahun 2010, hasil observasi menunjukkan terdapat tiga pasar yang menyediakan produk perikanan kepada masyarakat Maluku Tenggara, yakni Pasar Ohoijang, Pasar Langgur dan Pasar Elat (Tabel 6). Komoditas perikanan yang dipasarkan di wilayah ini adalah hasil tangkapan nelayan-nelayan yang berasal dari desa-desa yang berada di desa-desa pesisir dan pulau-pulau kecil di sekitarnya. Tabel berikut ini memberikan gambaran tentang banyaknya ikan yang dipasarkan di 3 (tiga) pasar tersebut setiap harinya per komoditas perikanan, sekaligus banyaknya ikan yang dipasarkan rata-rata setiap bulan dan dalam setahun.

Tabel 6 Distribusi pasar pemasok ikan dan komoditas serta daerah asal produk perikanan di Kabupaten Maluku Tenggara

No Pasar Komoditas

Tercatat ada tujuh desa utama pemasok komoditas perikanan di pasar yang berada di Kabupaten Maluku Tenggara. Nelayan-nelayan dari desa Selayar dan Ngilngof adalah pemasok ikan terbesar di pasar ikan Ohoijang, dan Pasir Panjang adalah pemasok ikan terbesar di pasar ikan Langgur. Ikan pelagis kecil adalah komoditas perikanan yang terbesar dipasok di ketiga pasar ikan tersebut dengan frekuensi pasokan 20 - 24 kali sebulan sedangkan ikan demersal dipasok antara 5 - 10 kali sebulan. Ikan tuna dan cakalang dipasok selama 6 (enam) bulan setahun yakni pada bulan September sampai bulan Maret dengan frekuensi pasokan antara 24 - 28 kali sebulan.

(28)

Pemaparan Mohsen S., dkk (2008) dan Jianxi Fu danYuanlue Fu (2012) ini sangat tepat menggambarkan kondisi yang terjadi pada nelayan di Maluku Tenggara, di mana pihak yang lebih sering diuntungkan dalam rantai pasokan ikan adalah pedagang dibandingkan nelayan itu sendiri. Hal ini yang menjadi latar belakang dilakukannya sebuah kajian mendalam tentang pengembangan usaha pemasaran ikan yang terkait erat dengan manajemen pengembangan wilayahbagi peningkatan pendapatan masyarakat nelayan di Kabupaten Maluku Tenggara.

1.2. Rumusan Masalah

Produksi ikan bersifat musiman termasuk ikan laut. Dengan demikian, pada suatu saat poduksi ikan sangat melimpah, sedangkan pada waktu yang lain sangat rendah. Tidak heran bila pada saat produksi sangat melimpah, banyak ikan yang tidak dimanfaatkan sehingga menjadi rusak atau busuk yang mengakibatkan menurunnya kualitas dan harga ikan. Disamping itu, karena lemahnya faktor-faktor internal, antara lain belum tersedianya sarana dan prasarana yang memadai, sumber daya manusia minim juga akses informasi dan komunikasi kurang mendukung. Hal ini sangat merugikan para nelayan di wilayah Maluku Tenggara.

Permasalahan lainnya adalah lemahnya posisi nelayan dalam pemasaran, yaitu nelayan tidak memiliki akses terhadap pasar. Kelemahan posisi tersebut menyebabkan margin keuntungan pemasaran lebih banyak jatuh ke pedagang dan bukan ke nelayan ataupun pembudidaya ikan. Kendati dalam waktu-waktu tertentu nelayan-nelayan buruh/kecil atau tradisional mendapat tangkapan yang banyak, keadaan ini tidak menjadikan mereka memiliki nilai tukar memadai. Masalahnya adalah, jaringan pemasaran ikan dikuasai sepenuhnya oleh para pedagang perantara. Kondisi pemasaran ikan ini merupakan salah satu fenomena yang mendukung permasalahan yang ada. Hubungan antara nelayan dan pedagang perantara sangat kuat dan berjangka panjang. Nelayan membangun kerjasama dengan nelayan perantara untuk mengatasi kesulitan modal ataupun untuk konsumsi sehari-hari. Bahkan tidak tertutup kemungkinan berlaku sistem rentedi mana pedagang antara menyediakan pinjaman dengan sistem bunga, sehingga nelayan tetap berada dalam posisi yang tidak menguntungkan. Hubungan nelayan tradisional dengan pedagang perantara menimbulkan ketergantungan dan pada akhirnya menciptakan hubungan keterikatan yang mengakar kuat bertahun-tahun. Akibatnya, posisi tawar nelayan menjadi lemah terkait penetapan harga jual hasil tangkapannya sendiri. Selain itu, disebabkan posisi Maluku Tenggara yang berada di luar orbitrase, menyebabkan sarana prasarana infrastruktur sangat terbatas. Dengan demikian rumusan masalah penelitian adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana gambaran saluran distribusi pemasaran terkait manajemen rantai pasokan produk ikan tangkap dan pengembangan wilayah di Kabupaten Maluku Tenggara?

2. Bagaimana gambaran internal dan eksternal dari masyarakat di Kabupaten Maluku Tenggara dalam menjalankan aktivitasnya sebagai nelayan?

3. Strategi apa yang dapat ditetapkan dalam meningkatkan pendapatan masyarakat nelayan di Kabupaten Maluku Tenggara?

(29)

1.3. TujuanPenelitian Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui gambaran saluran distribusi pemasaran terkait manajemen rantai pasokan produk ikan tangkap dan pengembangan wilayah di Kabupaten Maluku Tenggara.

2. Mengidentifikasi dan menganalisiskondisi internal dan eksternal dari masyarakat di Kabupaten Maluku Tenggara dalam menjalankan aktivitasnya sebagai nelayan.

3. Menyusun dan menganalisis strategi yang dapat ditetapkan dalam meningkatkan pendapatan masyarakat nelayan di Kabupaten Maluku Tenggara.

4. Mengidentifikasi kebijakan relevan yang dapat diambil oleh Pemda Maluku Tenggara terkait alternatif strategi yang dihasilkan bagi pembangunan wilayah berbasis peningkatan ekonomi masyarakat nelayan

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian diharapkan menjadi bahan pertimbangan bagi penentu kebijakan dibidang hasil pemasaran ikan dalam meningkatkan perekonomian nelayan di Kabupaten Maluku Tenggara. Penelitian ini juga diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak swasta yang membutuhkan data dan masalah lain yang berkaitan dengan kajian pengembangan usaha pemasaran ikan.

Manfaat atau kegunaan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagi pemerintah pusat dan daerah dapat menjadi rujukan dan masukan serta bahan pertimbangan dalam menetapkan kebijakan pengembangan wilayahyang berkaitan dengan pemasaran ikan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat pesisir di Kabupaten Maluku Tenggara.

2. Meningkatkan peranan kelembagaan pemerintah daerah Kabupaten Maluku Tenggara dalam meningkatkan posisi tawar harga produk ikan nelayan.

3. Bagi nelayan dapat memperoleh informasi dan masukan dalam upaya peningkatan mutu dan kualitas produksi pemasaran ikan.

(30)

BAB II

METODOLOGI PENELITIAN

2.1 Kerangka Pemikiran

Masalah pemasaran hasil penangkapan ikan di Kabupaten Maluku Tenggara terbentur jaringan pemasaran yang terbatas. Kurang berfungsinya tampat pelelangan ikan (TPI), menyebabkan nelayan hanya menjual hasil tangkapannya langsung ke pedagang pengumpul (unit-unit pemasaran) tanpa alternatif lain. Konsekuensinya harga ikan ditentukan pedang pengumpul sehingga posisi tawar nelayan menjadi rendah. Selain itu, sifat dari ikan yang cepat rusak harus segera dijual sesampainya di darat, diperparah dengan keterbatasan fasilitas penyimpanan ikan dan keterbatasan es (terpaksa menggunakan es balok rumah tangga) menjadikan waktu trip nelayan menjadi pendek maksimal satu hari ( one-day fishing) dan sesampainya di darat harus segera dijual. Dengan demikian hasil tangkapan sedikit atau banyak tidak menunjukkan perbedaan pendapatan yang berarti bagi nelayan. Dilain pihak pendapatan unit-unit pemasaran dari tahun ke tahun terdapat peningkatan yang cukup berarti, namun kenaikan tersebut ternyata tidak dinikmati oleh nelayan.

Berbagai upaya perbaikan usaha perikanan yang sudah dilakukan oleh Pemerintah, namun kenyataan kondisi ekonomi masyarakat nelayan tidak ada kemajuan apalagi nelayan tradisional. Benang merah dari permasalahan ini adalah lemahnya sistem pemasaran bagi nelayan. Sistem pemasaran merupakan suatu usaha perikanan tangkap dalam bentuk kegiatan ekonomi, yang berorientasi pada profit yang sebesar-besarnya, dan biaya produksi yang sekecil-kecilnya. Salah satu upaya yang dilakukan untuk meningkatkan pendapatan nelayan adalah peningkatan produktivitas kinerja serta membuka akses jaringan pemasaran.

Untuk dapat mengidentifikasi strategi pemasaran yang tepat dalam meningkatkan pendapatan masyarakat nelayan di Kabupaten Maluku Tenggara, maka perlu diketahui faktor internal dan eksternal serta alternatif strategi yang dikuantifikasi.

2.2.Definisi Operasional Variabel Penelitian

a. Nelayan adalah orang yang mata pencariannya menangkap ikan di laut dengan menggunakan perahu tanpa mesin, kapal motor tempel dan kapal motor. b. Pendapatan nelayan adalah pendapatan bersih yang dibawah pulang oleh

nelayan yang diperoleh dari hasil penjualan tangkapan setelah dikurangi modal kerja.

c. Modal kerja adalah biaya-biaya yang dikeluarkan oleh nelayan dalam memperoleh hasilnya. Biaya-biaya tersebut terdiri dari, makan, rokok, minyak, solar, minyak bensin, upah tenaga kerja, peralatan penangkapan ikan selama satu bulan (satuan Rp).

d. Tenaga kerja adalah banyaknya orang yang sudah menjalani profesi hidupnya sebagai nelayan dalam jangka waktu tertentu (satuan jiwa).

(31)

f. Saluran pemasaran merupakan saluran distribusi yang digunakan nelayan untuk menyebarkan/menjual ikan hasil tangkapnya, agar dapat sampai ke konsumen/dibeli oleh konsumen.

g. Wilayah adalah daerah Maluku Tenggara yang dikuasai atau menjadi teritorial dari sebuah kedaulatan

h. Pengembangan wilayah merupakan upaya mengembangkan dan meningkatkan pendapatan/kesejahteraan masyarakat nelayan di Maluku Tenggara, dalam upaya mengembangkan wilayah secara keseluruhan.

Gambar 1 Kerangka pemikiran penelitian

2.3.Penentuan Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian ini berada di Kabupaten Maluku Tenggara dengan penentuan desa lokasi menggunakan teknik Purposive Sampling, berdasarkan fakta desa yang menjadi sentra nelayan. Adapun lokasi penelitian adalah pada empat kecamatan di wilayah Kabupaten Maluku Tenggara, yakni Kecamatan Kei Kecil, Kei Kecil Timur, Kei Kecil Barat, dan Kei Besar Tengah. Posisi empat kecamatan tersebut adalah sebagaimana disajikan pada Gambar 2 sebagai berikut:

Nelayan

Kabupaten Maluku Tenggara

Permasalahan Pemasaran

Keterbatasan jaringan pemasaran

Kurang berfungsinya tampat pelelangan

ikan

Rendahnya posisi tawar

nelayan

Keterbatasan fasilitas

Faktor Internal dan Eksternal

Pemilihan Strategi Pengembangan Wilayah

Pendapatan

(32)

Gambar 2 Lokasi penelitian

Dipilihnya empat kecamatan tersebut atas dasar atau basis data dari Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Maluku Tenggara, bahwa empat kecamatan tersebut merupakan sentra nelayan dan kegiatan ekonomi masyarakat sebagaimana direpresentasikan dari jumlah desa dan anak desanya. Kecamatan Kei Kecil memiliki 21 Desa Induk dan 15 Anak Desa, Kecamatan Kei Kecil Timur memiliki 13 Desa Induk dan 16 Anak Desa, Kecamatan Kei Besar Tengah memiliki 21 Desa Induk dan 41 Anak Desa, sedangkan Kecamatan Kei Kecil Barat memiliki 8 Desa Induk dan 2 Anak Desa.

Pada Kecamatan Kei Kecil dipilih Desa Sathean sebagai wilayah penelitian, pada Kecamatan Kei Kecil Timur dipilih Desa Selayar, pada Kecamatan Kei Kecil Barat dipilih Desa Letman, dan pada Kecamatan Kei Besar Tengah dipilih Desa Elat. Dasar utama pemilihan desa dari empat kecamatan tersebut adalah dengan mempertimbangkan segala faktor teknis dan non teknis, sehingga secara convenience dapat dijangkau dalam kegiatan penelitian.Adapun waktu penelitian dilaksanakan pada Agustus 2012 – Desember 2012.

Tabel 7 Lokasi penelitian

No Kecamatan Desa

1 Kei Kecil Sathean

2 Kei Kecil Timur Selayar

3 Kei Kecil Barat Letman

(33)

2.4.Metode Pengumpulan Data 2.4.1. Jenis dan Sumber Data

Penelitian ini menggunakan jenis data kuantitatif dan kualitatif terkait data penangkapan ikan nelayan pada Kabupaten Maluku Tenggara. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder.Data primer dikumpulkan sendiri oleh peneliti secara langsung dari sumber pertama atau tempat objek penelitian dilakukan. Data yang dianalisis adalah data tentang pendapatan nelayan tangkapi. Proses untuk mendapatkan data primer ini menggunakan teknik observasi dan melalui wawancara langsung dengan pihak responden serta menggunakan angket (kuesioner).

Sumber data diperoleh masyarakat nelayan tangkap yang terdapat di Desa-desa pada 4 (empat) kecamatan, yakni Kecamatan Kei Kecil, Kei Kecil Timur, Kei Kecil Barat, dan Kei Besar Tengah, Kabupaten Maluku Tenggara.Data Sekunder dikumpulkan dan diperoleh dari studi dokumentasi, mempelajari data-data yang berasal dari BPS Maluku Tenggara, Perijinan dan lokasi penangkapan ikan di Dinas Kelautan dan Perikanan, instansi terkait dan sumber-sumber data yang di download dari internet.

2.4.2. Penentuan Ukuran Sampel dan Metode Penarikan Sampel Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah survey, denganobyek penelitian ini adalah masyarakat nelayan di Kabupaten Maluku Tenggara pada 4 (empat) kecamatan, yakni Kecamatan Kei Kecil, Kei Kecil Timur, Kei Kecil Barat, dan Kei Besar Tengah.

Populasi penelitian ini adalah seluruh masyarakat yang berprofesi sebagai nelayan di 4 Kecamatan pada Kabupaten Maluku Tenggara.Jumlah populasinya termasuk dalam kategori populasi tidak terbatas (infinite population), yakni ukurannya selalu berubah setiap waktu.Selalu berubah di sini maksudnya adalah masyarakat tidak seluruhnya berprofesi sebagai nelayan secara penuh waktu, terdapat pula masyarakat yang hanya menjadikan profesi nelayan sebagai profesi sampingan di luar aktivitas utamanya sebagai buruh pabrik, pedagang dan petani. Sampel ditetapkan berukuran 100 orang dengan metode Slovin dan tingkat kesalahan yang ditoleransi sebesar 10%, yakni sebagai berikut:

n =

( )

= .

( . , )

= 99,87 dibulatkan 100 nelayan

(34)

Tabel 8 Kerangka pengambilan sampel nelayan

No Kecamatan Populasi (orang)

Desa Sentra Nelayan

Ukuran Sampel (orang)

Jumlah sampel

1 Kei Kecil 40.336 Sathean (40,336/79.227)x100 51 orang

2 Kei Kecil Timur 10.674 Selayar (10,674/79.227)x100 14 orang

3 Kei Kecil Barat 5.728 Letman (5,728/79.227)x100 7 orang

4 Kei BesarTengah 22.498 Elat (22,498/79.227)x100 28 orang

Jumlah 79.227 100 0rang

Dengan demikian ukuran sampel ditetapkan sebanyak 100 orang nelayan yang dipilih secara non acak (non-probability sampling) dengan metode aksidental (kebetulan). Alasan penggunaan teknik sampling ini adalah mengingat keberadaan nelayan yang relatif sibuk dan sulit ditemui pada hari-hari biasa. Ukuran sampel 100 orang nelayan dipilih secara kebetulan, yakni saat peneliti bertemu dengan nelayan yang sedang memasarkan hasil ikan tangkapnya di tempat pelelangan ikan.

Selain itu, alasan penggunaan non-probability sampling dikarenakan karakteristik nelayan pada umumnya selain sebagai nelayan juga memiliki profesi sampingan seperti buruh, petani, dan pedagang. Sehingga apabila digunakan metode acak, tentu saja akan menyulitkan dalam penelitian.

2.5.Metode Analisis Data 2.5.1. Analisis Deskriptif Kualitatif

(35)

Gambar 3 Analisis deskriptif kualitatif

Kaitan pemasaran ikan dengan pengembangan wilayah sebagaimana disajikan dalam gambar analisis deskriptif kualitatif tersebut di atas, dapat diinterpretasikan berikut ini.

a. Penetapan Maluku sebagai Lumbung Ikan Nasional diharapkan meningkatkan produktivitas usaha perikanan tangkap dan memicu pengembangan industri pengolahan ikan. Hasil produksi penangkapan ikan baru mencapai 25,38 persen. Ini mengisyaratkan bahwa pengembangan penangkapan ikan masih mempunyai peluang yang sangat besar.

b. Untuk dapat mengembangkan usaha pemasaran ikan tersebut, terdapat beberapa kendala terkait kebijakan pembangunan wilayah. Kendala-kendala tersebut terkait dengan keberadaan Maluku Tenggara yang jauh dari pusat orbitrase, menyebabkan terganggunya kontinuitas ketersediaan bahan bakar, dan terbatasnya fasilitas pendingin. Pada sisi lain, wilayah perairan Maluku sangat rawan terhadap pencurian ikan oleh nelayan asing. c. Rendahnya kualitas dan kuantitas ketersediaan sumber daya manusia, sarana dan prasarana, kurangnya keterpaduan transportasi antarmoda. Minimnya infrastruktur yang dibangun mengakibatkan keterisolasian wilayah antarpulau dan dalam pulau. Jaringan jalan di pulau-pulau terpencil belum sepenuhnya berfungsi untuk mendukung transportasi lintas pulau dan melayani mobilitas masyarakat dalam mengembangkan potensi wilayah serta mengurangi kemiskinan. Hal inilah yang menyebabkan belum optimalnya pemasaran ikan di wilayah ini..

Analisis Struktur Pasar

Analisis Pendapatan

Nelayan

Niaga Potensi & Pengembangan

Wilayah

Rantai Pasok Pemasaran

Ikan Pemasaran

Ikan

Kebijakan Pemba-ngunan Wilayah

Input Data Primer

Proses

Output

(36)

d. Pertumbuhan ekonomi Maluku Tenggara relatif baik, namun daya saingnya relatif rendah. Ini ditandai dengan masih rendahnya angkaekspor komoditas dan daya saing produk unggulan daerah.

e. Jaringan pemasaran yang masih terbatas, belum optimalnya fungsi dan peran dari tempat pelelangan ikan, dan posisi tawar nelayan yang rendah, memberi benang merah keterkaitan pemasaran ikan dengan pengembangan wilayah, bagi peningkatan pendapatan masyarakat nelayan.

2.5.2 Analisis Jaring Laba-laba (Spider web analysis)

Analisis jaring laba-laba merupakan sebuah analisis yang secara visual menampilkan grafis komparasi dari alternatif strategi yang telah ditetapkan. Analisis ini mengembangkan analisis deskriptif yakni nilai rataan hitung sederhana, yang diketahui dengan bantuan software SPSS 21, tahapannya adalah:

a. Pemilihan atau seleksi panelis

Panelis pada kegiatan ini adalah perwakilan nelayan senior, dan pakar yang berkompeten di bidang strategi pemasaran ikan bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat nelayan Maluku Tenggara. Jumlahnya adalah 3 – 5 orang, disesuaikan dengan kondisi.

b. Analisis Kualitatif

Analisis ini dilakukan untuk mendapatkan data deskripsi masing-masing alternatif strategi secara subjektif, melalui focus group discussion.

c. Analisis Deskriptif Kuantitatif

Metode analisis kuantitatif yang digunakan adalah Quantitative Descrptive Analysis(QDA). Data analisis kuantitatif (QDA) ditampilkan dalam bentuk diagram laba-laba (spider web) dengan menggunakan program excel, serta diolah dengan bantuan analisis peubah ganda Principal Component Analysis (PCA) menggunakan piranti lunak SPSS 21 untuk kemudian mereduksi atribut-atribut menjadi dua alternatif strategi utama yang akan digunakan dalam QSPM.

2.5.3 Analisis Matriks SWOTdan QSPM

Prosespengambilan keputusan strategi pemasaran menggunakan analisis SWOT. Analisis SWOT ini digunakan karena memiliki kelebihan yakni sederhana, fleksibel, menyeluruh dan berkolaborasi.Analisis SWOT ini juga terkait dengan bauran pemasaran (4P). Menurut Kotler (2007) mengungkapkan dalam analisis pemasaran dapat digunakan analisis yang mendasari perencanaan strategi pemasaran secara umum dalam mencapai tujuan bisnis dan pemasaranya yakni bauran pemasaran.

Bauran pemasaran (Marketing mix) yang disebut 4 P yakni produk (product), harga (price), promosi (promotion), distribusi (distribution), yaitu: a. Strategi Produk (product)

Produk merupakan himpunan kepuasan yang ditawarkan kepada konsumen melalui suatu transaksi.Produk selain bentuk fisik, juga termasuk pelayanan, dan atribut lainnya.

b. Strategi Harga (price)

(37)

c. Strategi Promosi (Promotion)

Promosi merupakan suatu sarana yang dirancang sedemikian rupa dengan tujuan menyampaikan informasi kepada konsumen tentang produk baik dari segi, kegunaan, cara perolehan, dan tingkat harga.

d. Strategi saluran pemasaran (Distribution)

Penyaluran produk merupakan kegiatan pemasaran agar produk sampai ke konsumen dengan cepat terutama pada saat dibutuhkan konsumen. Saluran pemasaran ini dapat dilakukan mulai dari yang sederhana sampai dengan yang kompleks dan tergantung dari karakteristik produk, kemampuan penjualan serta perilaku konsumen.

Analisis SWOT dapat menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang dimiliki sehingga akan menghasilkan empat kelompok kemungkinan alternatif strategi yakni SO, ST, WO dan WT seperti yang disajikan pada Tabel 9.

Matriks Perencanaan Strategis Kuantitatif QSPM (Quantitative Strategic Planning Matrix) adalah analisis untuk menentukan daya tarik relatif dari alternatif tindakan yang layak. Matriks ini mengevaluasi alternatif strategi secara objektif, berdasarkan faktor keberhasilan kunci internal dan eksternal yang telah diidentifikasi. (Meredith E. David, Forest R. David, dan Fred R. David, 2009). Enam langkah analisis QSPM adalah sebagai berikut:

 Langkah 1

Membuat daftar peluang/ancaman eksternal dan kekuatan/kelemahan internal kunciperusahaan pada kolom kiri. Informasi ini harus diambil secara langsung dari matriks EFE dan matriks IFE.Minimum sepuluh faktor keberhasilan kunci eksternal dan sepuluh faktor keberhasilan kunci internal.

 Langkah 2

Berikan bobot untuk masing-masing faktor internal dan eksternal.Bobot ini identik dengan yang ada pada Matriks EFE dan Matriks IFE.

 Langkah 3

(38)

 Langkah 4

Tentukan Nilai Daya Tarik (Attractiveness Score – AS), angka yang mengindikasikan daya tarik relatif dari tiap strategi dalam set alternatif tertentu. Jangkauan untuk Nilai Daya Tarik adalah 1 = tidak menarik, 2 = agak menarik, 3 =cukup menarik, 4 = sangat menarik. Gunakan tanda minus untuk mengindikasikan faktor utama tidakmemengaruhi pilihan strategi yang dibuat.

 Langkah 5

Hitung total nilai daya tarik (Total Attractive Scores– TAS), pengalian bobot (langkah2) dengan nilai daya tarik (langkah4) dalam masing-masing baris.

 Langkah 6

(39)

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Gambaran Umum Daerah Penelitian 3.1.1 Sejarah Singkat Kabupaten Maluku Tenggara

Bahwa terbentuknya Kabupaten Maluku Tenggara berawal dari suatu perjuangan dan pergulatan yang panjang, dimana proses terbentuknya dilakukan dengan berbagai bentuk tahapan negosiasi dan diplomasi oleh para Pendiri Kabupaten dengan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Dati I Provinsi Maluku. Pembentukan Kabupaten Daerah Tingkat II Maluku Tenggara sampai pada puncaknya ditandai dengan Pelantikan DPRD sekaligus Pembukaan Sidang Perdananya pada Tanggal 22 Desember 1952. Dalam Sidang Perdana tersebut yang dilaksanakan di Gedung Madrasah Wara, dibahas satu mata acara pokok yaitu Pemilihan Ketua dan Wakil Ketua DPRD.

Sehubungan dengan itu, maka tanggal 22 Desember 1952 merupakan hari dimana secara formal roda Pemerintahan di Kabupaten Daerah Tingkat II Maluku Tenggara mulai digerakan. Proses sejarah kelahiran Kabupaten Daerah Tingkat II Maluku Tenggara itu kemudian lebih dikukuhkan secara konstitusional pada tahun 1958, dengan diundangkan Undang-Undang Nomor 60 Tahun 1958 tentang Pembentukan Daerah Swatantra Tingkat II dalam Daerah Swatantra Tingkat I Maluku. Hari kelahiran Kabupaten Daerah Tingkat II Maluku Tenggara dapat ditetapkan pada Tanggal, 22 Desember 1952, dengan memperhartikan prosedur Hukum yang berlaku.

Namun demikian Kabupaten Daerah Tingkat II Maluku Tenggara sudah berdiri berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 1952, maka tanggal 22 Desember 1952 saat roda Pemerintahan mulai berputar dipandang tetap sebagai Hari Kelahiran Daerah ini. Pada saat ditetapkan Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 1952 pada Bulan Agustus 1952 sampai dengan Bulan Desember 1952 baru seluruh kelengkapan atau perangkat Pemerintahan Kabupaten Daerah Tingkat II Maluku Tenggara terbentuk, dan resmi mulai bergerak pada tanggal, 22 Desember 1952.

Dari Kabupaten Maluku Tenggara dengan gugusan pulau - pulau yang terbentang dari Wetar Maluku Barat Daya sampai ke Batu Goyang Kepulauan Aru, kini telah melahirkan 4 daerah otonom, yakni: (1) Kabupaten Maluku Tenggara Barat; (2) Kabupaten Kepulauan Aru; (3) Kota Tual, dan (4) Kabupaten Maluku Barat Daya. Kabupaten Maluku Tenggara telah dimekarkan menjadi Kota Tual dengan pemerintahan tersendiri berdasarkan Undang-undang No. 31 Tahun 2007 tanggal 10 Juli 2007 Tentang Pemekaran Kota Tual. Wilayah Kabupaten Maluku Tenggara sekarang terdiri 6 (Enam) Kecamatan yakni:

1. Kecamatan Kei Kecil 2. Kecamatan Kei Kecil Timur 3. Kecamatan Kei Kecil Barat 4. Kecamatan Kei Besar

(40)

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 2011 tanggal 20 Juli 2011tentang Pemindahan Ibukota Maluku Tenggara dari Wilayah Kota Tual ke Wilayah Kecamatan Kei Kecil Kabupaten Maluku Tenggara yang selanjutnya disebut Kota Langgur. Melalui Sidang Paripurna Istimewa DPRD Maluku Tenggara yang dihadiri Berbagai Lapisan Masyarakat dan Pemerintah telah ditetapkan tanggal 8 Oktober 2011 sebagai Hari Lahir Kota Langgur sebagai Ibu Kota Maluku Tenggara yang baru bertepatan dengan Penyerahan PP 35 Tahun 2011 dari Pemerintah Pusat.

Struktur organisasi dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah yang dijabarkan ke dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 57 Tahun 2007 tentang Petunjuk Teknis Penataan Organisasi Perangkat Daerah. Struktur organisasi perangkat daerah diatur dalam Peraturan Daerah Nomor 02 Tahun 2008 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat Daerah (Setda) dan Sekretariat DPRD dan Peraturan Daerah Nomor 03 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah, Peraturan Daerah Nomor 04 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Teknis Daerah dimana struktur organisasi perangkat daerah terdiri dari 1(satu) Sekretariat Daerah dengan 2 (dua) Asisten Setda dan 7 (tujuh) Bagian; 1 (satu) Sekretariat DPRD; 8 (delapan) Lembaga Teknis Daerah yang terdiri dari 4 (empat) Badan, 4 (empat) Kantor, dan 1(satu) Rumah Sakit Daerah; 12 (dua belas) Dinas Daerah; serta 7 (tujuh) Unit PelaksanaTeknis Daerah (UPTD) sebagai pelaksana operasional dinas yakni UPTD Das Kei Besar,UPTD Pasar, UPTD BBU ohoinol, UPTD BPP Ohoiluk, UPTD Perhubungan Kei Besar, Kantor Cabang Dinas DIKPORA Ke Besar dan Kei Kecil, 14 (empat belas) Puskesmas, serta Badan Pengelola Kebersihan dan Pemakaman (BPKP2).

Organisasi perangkat daerah tersebut didukung oleh Pegawai Negeri Sipil (PNS) sebanyak 4.214 orang yang terdiri dari tenaga guru 2.249 orang, tenaga kesehatan 533orang, dan tenaga strategis lainnya 1.432 orang. Persentase PNS berdasarkan pendidikan di Kabupaten Maluku Tenggara pada tahun 2007 masih didominasi PNS yang menamatkan pendidikan tingkat SLTA sebesar 53,86 persen diikuti strata satu sebesar 18,50 persen; diploma dua dan satu sebesar 13,54 persen; diploma tiga sebesar 11.45 persen; SD/SLTPsebesar 2.18 persen; strata dua sebesar 0,83 persen; serta strata tiga sebesar 0,04 persen. Persentase PNS berdasarkan golongan di Kabupaten Maluku Tenggara meliputi 10,62 persen golongan IV; 53,15 persen golongan III; 35,41 persen golongan II; dan 1,23 persen, golongan I.

Visi Maluku Tenggara adalah “Terwujudnya Masyarakat Maluku Tenggara yang sejahtera melalui pemanfaatan sumber daya alam, jasa lingkungan berbasis bahari, jasa perdagangan dan jasa pendididikan.

3.1.2 Letak Geografis

(41)

a. Letak dan Batas Wilayah

Kabupaten Maluku Tenggara menurut Astronomi terletak antara: 5º sampai 6,5º Lintang Selatan dan 131º sampai 133,5º Bujur Timur. Adapun letak dan batas wilayahnya menurut Geografis dibatasi berdasarkan arah mata angin antara lain adalah sebagai berikut:

 Sebelah Selatan : Laut Arafura

 Sebelah Utara : Irian Jaya Bagian Selatan, Wilayah Kota Tual.

 Sebelah Timur : Kepulauan Aru

 Sebelah Barat : Laut Banda dan bagian Utara Kepulauan Tanimbar. b. Luas Wilayah

Luas Wilayah Kabupaten Maluku Tenggara ± 7.856,70 Km², dengan luas daratan ± 4.676,00 Km² dan luas perairannya ± 3.180,70 Km². Kabupaten Maluku Tenggara hanya terdiri atas 1 Gugusan Kepulauan yaitu: Gugusan Kepulauan Kei yang terdiri atas Kepulauan Kei Kecil dengan Luas seluruhnya 722,62 Km² dan Pulau Kei Besar dengan Luas 550,05 Km². Dengan jumlah Pulau tersebut sebanyak 25 buah pulau.

Luas Kabupaten Maluku Tenggara menurut Kecamatan dapat dilihat pada Tabel 10 berikut ini.

Tabel 10 Luas Kabupaten Maluku Tenggara menurut Kecamatan

Kecamatan Luas daratan

(Km2)

Luas Perairan (km2)

Luas Total (km2)

Kei Kecil 1.167,69 492,52 1.660,21

Kei Kecil Barat 426,70 629,30 1.056,00

Kei Kecil Timur 547,04 497,35 1.044,39

Kei Besar 1.272,05 523,78 1.795,83

Kei Besar Utara Timur 721,86 328,42 1.050,28

Kei Besar Selatan 540,67 709,32 1.249,99

Jumlah 4.676,00 3.180,70 7.856,70

Sumber: BAPPEDA Kabupaten Maluku Tenggara (2010).

(42)

Gambar 4 Peta Wilayah administrasi Maluku Tenggara

Secara administrasi Kabupaten Maluku Tenggara terbagi menjadi 6 kecamatan yang mencakup atau meliputi 1 kelurahan, 87 desa induk dan 104 anak Desa/Dusun. Data lebih terinci adalah sebagaimana disajikan pada Tabel 11 berikut ini :

Tabel 11 Ibukota Kecamatan, banyaknya desa induk,anak desa dan kelurahan menurut Kecamatan

Kecamatan Ibu Kota Banyaknya

Desa Induk Anak Desa Kelurahan

Kei Kecil Langgur 21 15 1

Kei Kecil Barat Ohoira 8 2

-Kei Kecil Timur Rumat 13 16

-Kei Besar Elat 21 41

-Kei Besar Utara Holat 9 21

-Kei Besar Selatan Weduar 14 9

-Jumlah 87 104 1

Sumber: Bappeda Maluku Tenggara (2009).

c. Topografi

(43)

Sebaran rata-rata kedalaman perairan laut (4 mil dari garis pantai) di Kei Kecil persen – 40persen) sampai dengan sangat curam (> 40 persen).

d. Geologi

Menurut peta Geologi Indonesia [1965], Pulau atau Kepulauan di Maluku Tenggara terbentuk atau tersusun dari tanah dan batuan yang tercatat sebanyak 3 jenis Tanah dan 5 jenis Batuan.

e. Iklim

Iklim dipengaruhi oleh Laut Banda, Laut Arafura dan Samudera Indonesia juga dibayangi oleh Pulau Irian di Bagian Timur dan Benua Australia di Bagian Selatan, sehingga sewaktu-waktu terjadi perubahan.

 Musim

Keadaan musim teratur, musim Timur berlangsung dari bulan April sampai Oktober. Musim ini adalah musim Kemarau. Musim Barat berlangsung dari bulan Oktober sampai Februari. Musim hujan pada bulan Desember sampai Februari dan yang paling deras terjadi pada bulan Desember dan Februari.

Musim Pancaroba berlangsung dalam bulan Maret / April dan Oktober / Nopember. Bulan April sampai Oktober, bertiup angin Timur Tenggara. Angin kencang bertiup pada bulan Januari dan Februari diikuti dengan hujan deras dan laut bergelora. Bulan April sampai September bertiup angin Timur Tenggara dan Selatan sebanyak 91% dengan angin Tenggara dominan 61%.Bulan Oktober sampai Maret bertiup angin Barat Laut sebanyak 50% dengan angin Barat Laut dominan 28%.

 Curah Hujan

Curah Hujan antara 2.000 - 3.000 mm per tahun terdapat di Pulau Kei Kecil. Sedangkan di Pulau Kei Besar diatas 3.000 mm per tahun. Tahun 2008 curah hujan di Kabupaten Maluku Tenggara secara keseluruhan adalah 2.441,9 mm per tahun atau rata-rata 203,5 mm per bulan dengan jumlah hari hujan sebanyak 225 hari atau rata-rata 18,8 hari hujan per bulan.

 Suhu, Kelembaban, Penyinaran Matahari dan Tekanan Udara

Suhu rata-rata untuk tahun 2008 sesuai data dari Stasiun Meteorologi Dumatubun Langgur adalah 27,3 ºC dengan suhu minimum 23,8 ºC dan maksimum 31,8 ºC. Kelembaban rata-rata 86,1 %, penyinaran matahari rata-rata 61,8 % dan tekanan udara rata-rata 1009,9 milibar.

 Tipe Iklim

(44)

Laut. Musim hujan (Musim Barat) berlangsung dari Desember sampai dengan Maret, di mana angin bertiup dari Utara Barat Lautke Timur Tenggara. Pola angin lokal juga berpengaruh memodifikasi pola umum tersebut. Selama periode transisi, April sampai dengan Juli dan Nopember, komponen angin tidak menentu.

f. Hidrologi

Dari perspektif hidrologinya adalah memiliki sungai yang berair sepanjang tahun tercatat sebanyak 7 buah antara lain Pulau Kei Kecil sebanyak 3 buah, dan Pulau Kei Besar sebanyak 4 buah. Sedangkan keberadaan danau-danau di Kabupaten Maluku Tenggara sebanyak 2 buah, Ablel dan Wearlaai yang terletak di Pulau Kei Kecil.

3.1.3 Demografi

Kabupaten Maluku Tenggara terdiri dari 119 buah pulau kecil dengan ibukota Langgur. Penduduk asli Kabupaten ini adalah suku Kei, disamping orang-orang asal daerah lain yang menetap di kabupaten ini, misalnya orang asal Jawa, Bugis dan Makasar serta Buton yang menetap sebagai pedagang. Penyebaran penduduknya tidak merata, dimana konsentrasi penduduk pada umumnya dipulau Kei Kecil, karenaalasan mencari nafkah.

Hal ini terjadi karena tidak memperhatikan faktor kebutuhan maka dampaknya bisa menimbulkan kesenjangan pembangunan antar wilayah di Kabupaten Maluku Tenggara dan ujung-ujungnya mengarah kepada keterisolasian. Umumnya di suatu daerah pada pusat kota, sebaran penduduk yang lebih banyak dibandingkan wilayah lain. Hal ini terjadi pula di wilayah Kei Kecil sebagai pusat kota di Kabupaten Maluku Tenggara. Sebaran dan kepadatan penduduk di Kabupaten Maluku Tenggara dapat disajikan pada Tabel 12.

Tabel 12 Luas wilayah, jumlah dan kepadatan penduduk per km2

Kecamatan Luas

Kei Kecil Barat 426,70 6.280 15

Kei Kecil Timur 547,04 11.137 20

Kei Besar 1.272,05 26.896 21

Kei Besar Utara Timur 721,86 11.905 16

Kei Besar Selatan 540,67 9.463 18

Jumlah 4.676,00 105.081 21,66

Sumber: Data Bappeda, Kabupaten Maluku Tenggara (2010).

(45)

Bila dilihat dari jenis kelamin, maka secara umum jumlah penduduk perempuan di Kabupaten Maluku Tenggara lebih dominan dibandingkan laki-laki dengan sex rasio sebesar 96,90. Hal ini dapat diartikan bahwa diantara 100 orang perempuan terdapat 97 orang laki-laki. Jika dilihat menurut kecamatan terlihat bahwa jumlah penduduk perempuan lebih banyak daripada laki-laki.hal dapat dilihat pada Tabel 13 sebagai berikut :

Tabel 13 Jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin

Kecamatan Jumlah Penduduk (%) Sex Ratio

Laki-Laki Perempuan

(1) (2) (3) (4)

Kei Kecil 49,32 50,68 97,33

Kei Kecil Barat 50,37 49,63 101,48

Kei Kecil Timur 49,42 50,58 97,70

Kei Besar 48,79 51,21 95,27

Kei Besar Utara Timur 49,40 50,60 97,62

Kei Besar Selatan 48,50 51,50 94,19

2010 49,21 50,79 96,90

2009 49,23 50,77 96,95

2008 49,22 50,78 96,95

2007 49,23 50,77 96,95

Sumber: BPS Maluku Tenggara (2010)

Jumlah penduduk sebagaimana telah disajikan pada Tabel 4.4 tersebut di atas selanjutnya dapat diklasifikasikan dalam usia produktif dan tidak produktif. Penduduk yang produktif adalah yang mereka yang memiliki usia berkisar antara 15-64 tahun. Asumsinya adalah pada kelompok usiatersebut, seseorang sudah ‘dapat terlibat’ dalam dunia kerja/usaha. Sedangkan bagi mereka yang berusia kurang dari 15 tahun dan lebih dari 64 tahun, maka dianggap belum/tidak produktif lagi. Jika semakin banyak anggota rumah tangga yang bekerja maka akan makin ringan beban yang harus dipikulnya memenuhi kebutuhan rumah tangga. Demikian pula halnya dengan suatu wilayah, apabila didalamnya terdapat banyak penduduk yang produktif, maka akan semakin berkurang pula tanggungannya dalam memenuhi kebutuhan masyarakat. Sebaran jumlah penduduk berdasarkan kelompok usia, adalah disajikan pada Tabel 14.

Tabel 14 Jumlah penduduk berdasarkan kelompok usia

Tahun Jumlah Menurut Kelompok Umur(%) Angka Beban Tanggungan 0-14 Tahun 15-64 Tahun 65 Tahun

(1) (2) (3) (4) (5)

2007 35,84 58,71 5,46 70,35

2008 39,31 54,59 6,10 83,18

2009 39,78 53,16 7,06 88,11

2010 38,68 56,64 4,69 76,57

(46)

Berdasarkan data pada Tabel 14, dapat pula ditelaah struktur umur penduduk. Memperlihatkan struktur umur penduduk Kabupaten Maluku Tenggara masih relatif muda, disebabkan proporsi penduduk yang berumur kurang dari 15 tahun masih cukup tinggi. Hal ini berakibat pada rasio beban ketergantungan di Kabupaten Maluku Tenggara yang masih cukup tinggi. Rasio ini memberi isyarat nilai tambah yang diperoleh oleh penduduk usia produktif, terbagi dengan penduduk yang belum/tidak produktif. Hal ini akan menghambat usaha-usaha meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Dengan demikian, segala pihak-pihak terkait harus memikirkan berbagai usaha-usaha yang secara langsung maupun tidak langsung berpengaruh pada penurunan angka beban ketergantungan. Dengan angka beban tanggungan sebesar 76,57 persen, memiliki makna bahwa setiap 100 orang penduduk produktif di Kabupaten Maluku Tenggara harus menanggung sekitar 77 orang penduduk yang tidak produktif.

3.1.4 Kondisi Perekonomian Daerah

Krisis ekonomi yang terjadi secara nasional dan pertikaian antar kelompok di Maluku sangat berpengaruh bagi kondisi ekonomi Maluku Tenggara seperti halnya daerah lain di Maluku. Pada era tersebut pertumbuhan ekonomi Kabupaten Maluku Tenggara mencapai titik terendah dari sebelumnya diatas 10 persen menjadi rata‐rata sekitar 3‐4 persen selama periode 2000 – 2004.

Mengacu pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Maluku Tenggara 2008-2013, diketahui struktur ekonomi Kabupaten Maluku Tenggara dari tahun 2000 sampai dengan 2004 menunjukan perubahan yang cukup signifikan. Kegiatan ekonomi pada sektor primer, sekunder dan tersier yang bergerak berfluktuasi setiap tahunnya. Kontribusi sektor primer (pertanian dan pertambangan, dengan sub sektor perikanan sebagai andalannya) dalam PDRB Kabupaten Maluku Tenggara pada tahun 2000 sebesar 24,10 persen menjadi hanya 7,15 persen pada tahun 2004, sektor sekunder (industri, listrik, gas, air bersih, dan bangunan) pada tahun 2000 sebesar 23,53 persen menjadi 15,45 persen pada tahun 2004, dan sektor tersier (perdagangan, pengangkutan, keuangan dan jasa) sebesar 42,12 persen pada tahun 2000 menjadi 20,62 persen pada tahun 2004.

(47)

Sumber : BPS Maluku Ten

Gambar 5 Pertumbuhan ekonomi Selama periode 2003

pertumbuhan ekonomi yang cenderung 2003 hingga mencapai 4.99 persen tertinggi pada tahun 2006 sebesar didorong oleh pertumbuhan ekonomi periode tersebut telah terjadi sektor tersier. Tabel 15 berikut Kabupaten Maluku Tenggara dari tah

8. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 9. Jasa‐Jasa

Sumber : BPS Kabupaten Maluku Teng

Mengacu pada tabel tersebut di ata mengalami pertumbuhan yang

bangunan, dan jasa mengalami mengalami pertumbuhan 2,9 persen pada tahun 2007. Pertambangan

Persen (%)

: BPS Maluku Tenggara (2008)

ekonomi Maluku Tenggara Periode 2003 – 2007 2003‐2007 ekonomi Maluku Tenggara mengalami yang cenderung tinggi, yaitu dari 4,09 persen pada tahun 4.99 persen pada tahun 2007 (pernah mencapai puncak 2006 sebesar 5.10 persen). Tingginya pertumbuhan tersebut ekonomi secara serempak pada semua sektor. Selama terjadi perpindahan pertumbuhan dari sektor primer

berikut ini memperlihatkan pertumbuhan ekono Tenggara dari tahun 2004‐2007 berdasarkan per sektor. Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Maluku Tenggara

n dan Penggalian 5,0 5,3 5,4

2,3 3,3 4,0

7,5 6,1 5,7

5,6 5,5 6,8

n, Hotel dan Restoran 5,4 3,6 6,8

n komunikasi 8,4 4,4 8,0

n, Persewaan dan Jasa Perusahaan 3,4 3,3 3,6

3,4 3,1 6,3

n Maluku Tenggara (2008)

(48)

mencapai 7,8 persen di tahun 2007. Bangunan tumbuh dari 5,6 persen pada tahun 2004 menjadi 8,9 persen di tahun 2007. Jasa juga mengalami pertumbuhan dari 3,4 persen pada tahun 2004 menjadi 5,9 persen pada tahun 2007.

3.2 Karakteristik Nelayan 3.2.1. Status Pernikahan

Profil nelayan yang menjadi responden pada penelitian ini ditinjau dari status pernikahan, ditabulasi silangkan dengan kecamatan atau wilayah di mana nelayan berada,terdapatpada Tabel 16 di bawah ini:

Tabel 16 Status pernikahan dan domisili nelayan responden Status Pernikahan

Total Menikah Janda/Duda Belum

Menikah

Kecamatan

Kei Kecil 45 4 2 51

Kei Kecil Timur 11 1 2 14

Kei Kecil Barat 7 0 0 7

Kei Besar Tengah 27 0 1 28

Total 90 5 5 100

Mengacu pada hasil dari Tabel 16 tersebut di atas, dapat diketahui bahwa mayoritas nelayan (90%) telah menikah pada empat kecamatan wilayah penelitian. Sedangkan untuk nelayan yang belum menikah dan nelayan yang berstatus janda/duda, masing-masing memiliki proporsi yang sama yakni sebesar 5%. Hasil ini tentu saja akan sangat mendukung analisis data, dikarenakan akan dapat dieksplorasi lebih lanjut informasi yang diperoleh ini sebagai salah satu data dukung menganalisis tingkat kesejahteraan masyarakat nelayan, maupun arah kebijakan pembangunan wilayah perdesaan.

Data profil nelayan dalam perspektif status pernikahan ini dapat didukung dan dikonfirmasi pula dengan atribut-atribut lain, seperti latar belakang pendidikan formal, sebaran usia, dan jumlah anggota keluarga dalam satu kepala keluarga. Kebijakan pengembangan wilayah dalam rangka peningkatan kesejahteraan masyarakat nelayan, sangat terkait erat dengan eksistensi dan potensi dari sosial demografi masyarakat nelayan, khususnya di empat kecamatan wilayah penelitian.

3.2.2 Pendidikan

(49)

Tabel 17 Tingkat pendidikan per-Kecamatan domisili nelayan

Mengacu pada hasil dari Tabel 17 tersebut di atas dapat diketahui bahwa pada 4 kecamatan wilayah penelitian, sebaran data latar belakang pendidikan formal nelayan terkonsentrasi pada latar belakang pendidikan formal setingkat SMA (55%), diikuti kemudian pada latar belakang pendidikan SD (18%) dan SMP (18%), tidak sekolah maupun tidak tamat SD (5%), dan proporsi paling sedikit adalah nelayan yang memiliki pendidikan formal diploma/sarjana (4%).

Apabila dilihat secara makro kondisi ini sudah cukup baik, yakni nelayan yang menjadi responden penelitian relatif mampu memenuhi program wajib belajar 9 tahun yang dicanangkan pemerintah. Namun demikian data ini perlu dikonfirmasi lebih lanjut dengan data sebaran usia nelayan, agar dapat diperoleh informasi lanjutan yang dapat memberikan penjelasan komposisi proporsi nelayan berdasarkan latar belakang pendidikan formal tersebut. Pembagian kategori usia nelayan ke dalam 3 kategori, akan dapat menjelaskan sebaran data latar belakang pendidikan formal nelayan yang lebih terkonsentrasi pada pendidikan SD, SMP dan SMA.

3.2.3 Sebaran UsiaNelayan

Sebaran usia nelayan di 4 kecamatan yang menjadi responden penelitian ini, dapat diketahui dengan bantuan SPSS sebagaimana disajikan pada diagram batangdi bawah ini :

a. Sebaran Usia Nelayan di Wilayah Kecamatan Kei Kecil

Gambar

Gambar 1 Kerangka pemikiran penelitian
Gambar 2 Lokasi penelitian
Tabel 8 Kerangka pengambilan sampel nelayan
Gambar 3 Analisis deskriptif kualitatif
+7

Referensi

Dokumen terkait

Seluruh data dari hasil pengamatan yang dikaitkan dengan Cobit khususnya pada 4 proses DS, maka usulan perbaikan TI dapat diberikan sesuai model standar Cobit.. Hasil

Masalah Pidana yang Terlalu Singkat Hambatan yang menonjol dalam pembi- naan narapidana adalah masa pidana yang terlalu singkat, hal ini menyulitkan petu- gas

Segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Pemberian Pakan

Pada siswa Madrasah Ibtidaiyah, terjadi dilema dalam penggunaan bahasa pengantar pembelajaran, di samping karena masih kentalnya bahasa ibu yang mereka miliki, mereka

Non Aplicable PT Sateri Viscose International belum melakukan kegiatan penerimaan bahan baku, kegiatan produksi termasuk penjualan (lokal maupun ekspor)1. Bill of

Selepas tamat te mpoh 2 tahun daripada tarikh polisi mula dikuatkuasakan atau dikuatkuasakan se mula , tiada polisi yang bole h di per soalkan oleh pihak insurer atas alasan

Kuesioner yang akan disebarkan kepada responden dari masyarakat Kota Bandung untuk mengetahui bagaimana preferensi masyarakat Kota Bandung dalam menggunakan

Kode yang kedua dari level realitas adalah kode Appearance (Penampilan), bisa dilihat dalam penampilan dalam film ini terjadi perbedaan antara bangsa manusia dengan