TESIS
Oleh :
RETNO DYAH PARWITASARI 20141030101
PROGRAM STUDI MANAJEMEN RUMAH SAKIT PROGRAM PASCA SARJANA
TESIS
Diajukan Guna Memenuhi Sebagian Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Strata 2
Program Studi Manajemen Rumah Sakit
Oleh :
RETNO DYAH PARWITASARI 20141030101
PROGRAM PASCA SARJANA
TESIS
Oleh :
RETNO DYAH PARWITASARI 20141030101
PROGRAM STUDI MANAJEMEN RUMAH SAKIT PROGRAM PASCA SARJANA
TESIS
Diajukan Guna Memenuhi Sebagian Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Strata 2
Program Studi Manajemen Rumah Sakit
Oleh :
RETNO DYAH PARWITASARI 20141030101
PROGRAM PASCA SARJANA
v
Alhamdulillaahirobbil’aalamin. Syukur kami panjatkan kehadirat Illahi Robbi, atas segala petunjuk dan pertolongan Nya sehingga terselesaikannya tesis yang berjudul “ Studi kelayakan Pengadaan Alat Picture Archiving and Communication System (PACS) di RSUP dr Soeradji Tirtonegoro Klaten” tepat pada waktunya. Penulisan tesis ini adalah dalam rangka memenuhi sebagian syarat memperoleh gelar Sarjana Strata 2 pada program studi Magister Manajemen Rumah Sakit Program Pascasarjana UMY. Di sisi lain, penelitian ini dilaksanakan mengingat pentingnya aspek kepuasan pelanggan rumah sakit dalam rangka peningkatan kualitas pelayanan rumah sakit yang pada akhirnya diharapkan bermanfaat bagi RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro pada khususnya dan pelayanan kesehatan pada umumnya.
Penghargaan setinggi – tingginya dan ucapan terima kasih, jazakumullohu
khoiron katsiron kami sampaikan kepada :
1. Dr.dr.Arlina dewi,M.Kes,AAK, selaku Kaprodi MMR UMY dan sekaligus pembimbing tesis.
2. Seluruh dosen Prodi MMR UMY atas seluruh ilmu yang dicurahkan kepada kami.
3. Dr. Alida Lienawati,M.Kes (MMR) selaku Direktur Utama dan jajaran struktural RSUP dr Soeradji Tirtonegoro Klaten yang telah mengijinkan serta memberikan bantuan kepada penulis selama menempuh pendidikan di program S2 MMR UMY.
4. Orang tua dan segenap keluarga besar atas doa dan dukungannya.
5. Rekan – rekan seperjuangan Prodi MMR atas semangat dan kebersamaannya selama ini.
vi
yang membangun kami harapkan demi kemajuan bersama.
Yogyakarta, 6 September 2016
vii
Menuntut ilmu adalah takwa. Menyampaikan ilmu adalah ibadah. Mengulang – ulang ilmu adalah zikir. Mencari ilmu adalah jihad.
viii
LEMBAR PENGESAHAN ... iii
PERNYATAAN ... iv
KATA PENGANTAR ... v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... vii
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR GAMBAR ... x
DAFTAR TABEL ... xi
DAFTAR LAMPIRAN ... xii
INTISARI ... xiii
ABSTRACT ... xiv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Perumusan Masalah ... 7
C. Tujuan Penelitian ... 8
D. Manfaat Penelitian ... 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Telaah Pustaka ... 1. Radiologi ... 2. Telemedicine / telemedika ... 3. Teleradiologi ... 4. Picture Archiving and Communication Systems (PACS) . 5. Investasi... 6. Studi Kelayakan ... 7. Metode penilaian investasi / analisis keuangan ... 8. Arus Kas (Cash Flow) ... 10 10 11 13 19 21 24 28 32 B. Penelitian Terdahulu... 33
C. Landasan Teori ... 34
D. Kerangka Konsep ... E. Pertanyaan Penelitian ... 37 37 BAB III METODE PENELITIAN A.Jenis dan Rancangan Penelitian ... 39
B.Subyek dan Obyek Penelitian ... 39
C.Definisi Operasional Variabel ... 39
D.Pengumpulan Data ... 40
E.Pengolahan Data ... 42
ix
a. Analisis Aspek Teknis ... b. Analisis Aspek Pasar ... c. Analisis Aspek Keuangan ... B.Pembahasan ... 1. Dari Aspek Teknis... 2. Dari Aspek Pasar ... 3. Dari Aspek Keuangan ...
46 57 70 73 73 76 80
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A.Kesimpulan ... B.Saran ...
DAFTAR PUSTAKA ... 82 83
x
Gambar 2 Kerangka konsep ... 37 Gambar 4.1 Skema Rujukan Teleradiologi ... Gambar 4.2 Denah ruang saat ini ... Gambar 4.3 Denah ruang untuk penempatan alat PACS ...
xi
Republik Indonesia... 2 Tabel 1.2 Standar peralatan radiologi rumah sakit klas A atau setara ... 6 Tabel 4.1 Perbandingan local PACS dan Cloud PACS ... 47 Tabel 4.2 Persyaratan jenis dan jumlah tenaga medis dan radiografer sakit
kelas A atau setara ... 54 Tabel 4.3 Jenis dan jumlah tenaga medis dan radiografer di rumah
sakit dr. Soeradji Tirtonegoro saat ini ... 57 Tabel 4.4 Rekapitulasi tindakan di Instalasi Radiologi 3 tahun terakhir ... 58 Tabel 4.5 Jumlah dokter spesialis radiologi pada rumah sakit kelas C di
Indonesia tahun 2013 ... 61 Tabel 4.6 Jumlah dokter spesialis radiologi pada rumah sakit kelas D di
Indonesia tahun 2013 ... 61 Tabel 4.7 Sebaran rumah sakit Provinsi Sumatera Barat ... 62 Tabel 4.8 Sebaran rumah sakit berdasarkan penyelenggara dan kelas di
Provinsi Sumatera Barat ... 63 Tabel 4.9 Sebaran rumah sakit Provinsi Bengkulu ... 64 Tabel 4.10 Sebaran rumah sakit berdasarkan penyelenggara dan kelas di
Provinsi Bengkulu ... 65 Tabel 4.11 Perhitungan PP dengan tarif Rp.120.000,- (JP 40%) dan jumlah
pemeriksaan 25.078 pasien ... 70 Tabel 4.12 Perhitungan PP dengan tarif Rp.120.000,- (JP 40%) dan jumlah
pemeriksaan 12.539 pasien ... 71 Tabel 4.13 Perhitungan NPV dengan discount faktor 7%
( dengan asumsi jumlah pemeriksaan 25.078 pasien) ... Tabel 4.14 Perhitungan Internal Rate of Return
( dengan asumsi jumlah pemeriksaan 25.078 pasien) ... 72
73
xii
Lampiran 1 Pedoman Wawancara ... 89
Lampiran 2 Transkrip Wawancara ... 92
Lampiran 3 Curriculum Vitae ... 96
xiii
Retno Dyah Parwitasari, Arlina Dewi
INTISARI
Latar belakang: Pengembangan teleradiologi merupakan langkah terobosan Kementerian Kesehatan RI mengatasi hambatan akses pelayanan kesehatan dan diharapkan menjadi salah satu solusi peningkatan mutu pelayanan kesehatan di Indonesia. RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro sebagai salah satu rumah sakit vertikal di jajaran Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, mencanangkan menjadi rumah sakit pemberi pelayanan teleradiologi sebagai salah satu layanan unggulan pada tahun 2017. Untuk mencapai tujuan tersebut perlu pengadaan alat Picture Archiving and Communication System (PACS) karena tanpa ada PACS yang baik kehandalan teleradiologi tidak akan dapat tercapai. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis layak tidaknya dari aspek teknis, pasar dan keuangan terhadap rencana pengadaan alat Picture Archiving and Communication System (PACS) di Rumah Sakit Umum Pusat dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten.
Metode: Jenis penelitian ini adalah penelitian studi kasus deskriptif, data sekunder yang telah terkumpul diolah dengan analisis kuantitatif.
Hasil: Keputusan investasi alat PACS ditinjau dari aspek teknis dan pasar telah memenuhi. Dari aspek keuangan, hasil penilaian investasi menggunakan metode PP adalah 2 tahun 239,4 hari, kurang dari masa manfaat yang ditentukan, yaitu 5 tahun artinya investasi layak. Hasil metode NPV adalah Rp.1.875.508.315,25, artinya investasi layak. Hasil metode IRR adalah 27 %, lebih besar dari rate of return yang ditentukan yaitu 6,5 %, artinya investasi layak.
Kesimpulan: Proyek investasi alat PACS di RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten layak dari aspek teknis, pasar dan keuangan.
xiv
Retno Dyah Parwitasari, Arlina Dewi
1. Program Magister Manajemen Rumah Sakit, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Email : retnodyah_parwitasari@yahoo.com
2. Dosen Program Studi Manajemen Rumah Sakit Program Pasca Sarjana Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
ABSTRACT
Background: Teleradiology development is a step in the Ministry of Health to overcome barriers to access to health services and is expected to be one of the solutions to improve the quality of health services in Indonesia. Dr. Soeradji Tirtonegoro as one of the vertical hospitals in the ranks of the Ministry of Health of the Republic of Indonesia, launched into hospital teleradiology service providers as one of the superior services in 2017. To achieve these objectives need to procurement Picture Archiving and Communication System (PACS) because without PACS teleradiology reliability can not be achieved. Goal: This study aimed to analyze the appropriateness of the technical, markets and financial aspects for the planned procurement of Picture Archiving and Communication System (PACS) in the General Hospital dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten.
Method: This research is descriptive case studies, secondary data which has been collected processed with quantitative analysis.
Result: PACS appliance investment decisions in terms of the technical aspects and the market has has been fulfilled. From the aspect of finance, investment appraisal results using PP is 2 years 251.4 days, less than a specified useful life of 5 years means the investment is worth it. The results of the NPV method is Rp.1.875.508.315,25, greater than 0 means the investment is worth it. The results of the method IRR is 27%, greater than the specified rate of return of 6.5%, meaning that the investment is worth it.
Conclusion: Investment projects PACS instrument in the dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten feasible from a technical aspect, markets and financial.
1
A. Latar Belakang
Sasaran pokok Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
2015-2019 sesuai Rencana Strategis Kementerian Kesehatan RI salah satunya
adalah terpenuhinya kebutuhan tenaga kesehatan, obat dan vaksin. Mengutip
data Kementerian Kesehatan menunjukkan bahwa sampai 20 Maret 2014,
terdapat 95.976 dokter yang teregistrasi dan bekerja pada sektor kesehatan di
Indonesia baik di jajaran Pemerintah maupun swasta, dengan demikian rasio
jumlah dokter terhadap penduduk di Indonesia yang saat ini berjumlah 243,6
juta jiwa adalah 1 dokter untuk 2.538 penduduk. Rasio ini lebih tinggi dari
rasio dokter ideal menurut WHO, yaitu 1 dokter untuk 2.500 penduduk.
Ketidakmerataan distribusi tenaga kesehatan (khususnya, namun tidak terbatas
pada dokter dan dokter spesialis) di Indonesia merupakan salah satu hambatan
dalam upaya peningkatan akses terhadap layanan kesehatan. Tenaga kesehatan
menumpuk di daerah urban sementara Daerah Terpencil, Perbatasan dan
Kepulauan (DTPK) mengalami kekurangan tenaga (Dewi S.L, 2013).
Pada saat ini ketersediaan tenaga pelayanan radiologi masih belum merata
di fasilitas pelayanan kesehatan sekunder khususnya rumah sakit kelas C dan
D terutama di daerah perbatasan, terpencil dan kepulauan (DTPK).
Berdasarkan data Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) online
Kementerian Kesehatan R.I pada tanggal 1 Januari 2014, terdapat 2.228
1.911 rumah sakit yang telah memiliki Dokter Spesialis Radiologi. Dari angka
tersebut, sebesar 69,5% Dokter Spesialis Radiologi berada di Pulau Jawa dan
jumlah terendah berada di Provinsi Sumatra Barat, Kepulauan Riau dan
Bengkulu.
Tabel 1.1 Proyeksi tenaga dokter spesialis radiologi RSU di seluruh propinsi Republik Indonesia tahun 2014
No Propinsi Jumlah
RSU
Kondisi Standart Minimal
Rata2 Kelebihan/ Kekurangan
1 Aceh 58 39 38 1
2 Sumatera Utara 148 93 98 -5
3 Sumatera Barat 38 15 26 -11
4 Riau 49 35 34 1
5 Jambi 27 25 16 9
6 Sumatera Selatan 43 36 29 7
7 Bengkulu 18 0 6 -6
8 Lampung 40 32 24 8
9 Kepulauan Bangka Belitung
13 7 5 2
10 Kepulauan Riau 22 11 20 -9
11 DKI Jakarta 91 251 103 148
12 Jawa Barat 208 294 167 127
13 Jawa Tengah 207 269 135 134
14 Yogyakarta 49 93 26 67
15 Jawa Timur 237 276 149 127
16 Banten 56 94 48 46
17 Bali 45 49 32 17
18 Nusa Tenggara Barat 23 16 12 4
19 Nusa Tenggara Timur 38 11 13 -2
20 Kalimantan Barat 34 19 19 0
21 Kalimantan Tengah 18 8 10 -2
22 Kalimantan Selatan 26 24 21 3
23 Kalimantan Timur 39 32 30 2
24 Sulawesi Utara 38 23 20 3
25 Sulawesi Tengah 20 17 13 4
26 Sulawesi Selatan 57 89 59 30
27 Sulawesi Tenggara 20 9 9 0
Tabel 1.1 Proyeksi tenaga dokter spesialis radiologi RSU di seluruh propinsi Republik Indonesia tahun 2014 (sambungan)
No Propinsi Jumlah
RSU
Kondisi Standart Minimal
Rata2 Kelebihan/ Kekurangan
29 Sulawesi Barat 9 3 2 1
30 Maluku 26 9 7 2
31 Maluku Utara 18 6 5 1
32 Papua Barat 17 5 4 1
33 Papua 34 10 11 -1
Jumlah 1843 1958 1201 757
Sumber : data Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) online Kementerian Kesehatan R.I pada tanggal 1 Januari 2014
Berkaitan dengan ketidakmerataan tenaga kesehatan dan oleh karena
kemajuan teknologi informasi saat ini telah berkembang sangat pesat, maka
pemanfaatan perangkat elektronik bidang kesehatan memberikan alternatif
dalam meningkatkan akses dan mutu pelayanan kesehatan di Indonesia. Salah
satu alternatif pelayanan masyarakat yang perlu dikembangkan pada era
globalisasi saat ini adalah dengan mengembangkan teknologi telemedicine.
Bentuk telemedicine yang dapat dikembangkan yaitu teleradiologi, telekardiologi, telepatologianatomi, telesurgery dan lain sebagainya. Sejak
tahun 2011, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia secara bertahap telah
menyusun langkah-langkah pengembangan telemedicine di Indonesia. Pada tahun 2012, pengembangan telemedicine diaktualisasikan dalam Pilot Project Telemedicine. Sebagai langkah awal pengembangan, Pilot Project
Telemedicine Tahun 2012 dimulai dalam bidang teleradiologi dan telekardiologi. Tidak berhenti di tahun 2012, pengembangan telemedicine
akses pelayanan kesehatan dan diharapkan menjadi salah satu solusi
peningkatan mutu pelayanan kesehatan di Indonesia.
Standar akreditasi Komite Akreditasi Rumah Sakit versi 2012 Asesmen
Pasien 6.4, menetapkan jangka waktu pelaporan hasil pemeriksaan radiologi
dan diagnostik imaging untuk pemeriksaan cito / kritis, akhir minggu dan
diluar jam kerja di rumah sakit. Sesuai standar pelayanan minimal, khusus
pemeriksaan cito / kritis harus sudah dilakukan ekspertise oleh dokter spesialis
radiologi dalam jangka waktu maksimal 1 jam.
Teleradiologi dapat memberikan manfaat dalam peningkatan ketepatan dan
kecepatan rujukan diagnosis medis serta konsultasi citra radiografi antar
fasilitas pelayanan kesehatan jarak jauh, selain itu juga memenuhi pelayanan
rujukan ekspertis gambar radiografi yang berkualitas terutama bagi fasilitas
kesehatan yang belum memiliki Dokter Spesialis Radiologi. Pelayanan
teleradiologi dibutuhkan untuk meningkatkan akses dan mutu pelayanan
radiologi di fasilitas pelayanan kesehatan yang merupakan salah satu pelayanan
penunjang medik yang sangat menentukan dalam menegakkan diagnosis dan
terapi sesuai dengan standar mutu dan keamanan pasien.
Sasaran pelayanan teleradiologi Kementerian Kesehatan adalah fasilitas
pelayanan kesehatan milik pemerintah maupun swasta yang membutuhkan
pelayanan teleradiologi, yaitu:
1. Belum memiliki Dokter Spesialis Radiologi terutama DTPK.
2. Pelayanan kesehatan yang menerima pelaksanaan penugasan dokter
3. Dilaksanakan dalam rangka second opinion antar dokter ahli di fasilitas kesehatan (rujukan tersier).
RSUP dr Soeradji Tirtonegoro mulai berdiri sejak tahun 1927 dan sesuai
Rencana Strategis Bisnis tahun 2015 - 2019 mencanangkan menjadi rumah
sakit umum kelas A pada tahun 2019. Pengembangan rumah sakit umum kelas
A diharapkan sebagai salah satu upaya mempersiapkan diri terhadap perubahan
lingkungan akibat globalisasi, berlakunya aturan BPJS Kesehatan sejak tahun
2014 dan harapan dijadikannya RSUP dr Soeradji Tirtonegoro sebagai RS
rujukan regional di Jawa Tengah. Sejalan dengan itu RSUP dr. Soeradji
Tirtonegoro sebagai salah satu rumah sakit vertikal di jajaran Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia, mencoba mensukseskan program Kementrian
Kesehatan dengan menjadi rumah sakit pemberi pelayanan teleradiologi
sebagai salah satu layanan unggulan pada tahun 2017. Dengan sumber daya
yang ada yaitu 4 orang dokter spesialis radiologi, RSUP dr. Soeradji
Tirtonegoro berharap mampu mengembangkan pelayanan teleradiologi.
Gambar 1. Sistem Teleradiologi
Untuk mencapai tujuan tersebut perlu adanya penyesuaian kelengkapan
sarana prasarana, dimana salah satunya adalah pengadaan Picture Archiving
and Communication System (PACS) karena tanpa ada PACS yang baik kehandalan teleradiologi tidak akan dapat tercapai (Hariri, 2015).
Di dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 1014
tahun 2008 tentang standar pelayanan radiologi diagnostik di sarana pelayanan
kesehatan disebutkan bahwa salah satu peralatan radiologi yang harus ada di
rumah sakit klas A adalah Picture Archiving Communication System (PACS).
Tabel 1.2 Standar peralatan radiologi rumah sakit klas A atau setara
No Peralatan Kelengkapan Jumlah
13. Picture Archiving Communication System (PACS)
Server, data storage, viewer, printer, peralatan radiologi, LAN, internet, upgraded dihubungkan dengan RIS (Radiology Integrated System) dan teleradiologi
1 unit
Sumber : Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 1014 tahun 2008 tentang standar pelayanan radiologi diagnostik di sarana pelayanan kesehatan.
Sistem teleradiologi merupakan element PACS (Picture Achiving and
Communication System) yang terdiri dari akuisisi atau digitalisasi,
penyimpanan atau pengarsipan, pengaksesan, manipulasi citra, dan transmisi.
Fasilitas pencitraan data ini memerlukan jaringan kecepatan tinggi yang
biasanya menggunakan media fiber optik agar cepat dalam prosesnya (Sugiarto, 2008).
Menurut Kasmir dan Jakfar (2007) studi kelayakan bisnis adalah suatu
kegiatan yang mempelajari secara mendalam tentang suatu kegiatan / usaha
usaha tersebut dijalankan. Untuk menentukan layak tidaknya suatu usaha dapat
dilihat dari berbagai aspek. Setiap aspek agar dapat dikatakan layak harus
memiliki suatu standar nilai tertentu. Keputusan penilaian tersebut tidak hanya
dilakukan pada salah satu aspek saja, tetapi kepada seluruh aspek yang akan
dinilai nantinya. Aspek- aspek yang dinilai dalam studi kelayakan bisnis
meliputi aspek hukum, aspek pasar dan pemasaran, aspek keuangan / finansial,
aspek teknis / operasional, aspek manajemen, aspek ekonomi dan sosial, dan
aspek dampak lingkungan (Puspitasari, 2015).
Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian
dengan judul “Studi Kelayakan Pengadaan Alat Picture Archiving and Communication System ( PACS) di RSUP dr Soeradji Tirtonegoro Klaten” dari tiga aspek yaitu aspek teknis, pasar dan keuangan.
B. Perumusan masalah
Dari latar belakang tersebut di atas, didapatkan rumusan masalah sebagai
berikut:
1. Apakah rencana pengadaan alat Picture Archiving and Communication System (PACS) di Rumah Sakit Umum Pusat dr Soeradji Tirtonegoro
Klaten tersebut layak dari aspek teknis?
2. Apakah rencana pengadaan alat Picture Archiving and Communication
3. Apakah rencana pengadaan alat Picture Archiving and Communication System (PACS) di Rumah Sakit Umum Pusat dr Soeradji Tirtonegoro
Klaten tersebut layak dari aspek keuangan?.
C. Tujuan penelitian
1. Menganalisis layak tidaknya dari aspek teknis terhadap rencana pengadaan
alat Picture Archiving and Communication System (PACS) di Rumah Sakit
Umum Pusat dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten.
2. Menganalisis layak tidaknya dari aspek pasar terhadap rencana pengadaan
alat Picture Archiving and Communication System (PACS) di Rumah Sakit
Umum Pusat dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten.
3. Menganalisis layak tidaknya dari aspek keuangan terhadap rencana
pengadaan alat Picture Archiving and Communication System (PACS) di
Rumah Sakit Umum Pusat dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten.
D. Manfaat penelitian
1. Bagi Akademik.
Sebagai sumbangan pemikiran dan informasi serta referensi kepustakaan
tentang studi kelayakan suatu investasi.
2. Bagi Rumah Sakit Umum Pusat dr. Soeradji Tirtonegoro.
Sebagai bahan atau masukan untuk membuat keputusan investasi dalam
pengadaan alat Picture Archiving and Communication System (PACS) yang
3. Bagi Pelanggan.
Sebagai sarana untuk mendapatkan pelayanan radiologi yang bermutu, tepat
dan akurat.
4. Bagi rumah sakit yang diampu
Dapat memenuhi persyaratan standar minimal pelayanan radiologi,
khususnya yang terkait kecepatan pembacaan expertise, kualitas citra
10
A. Telaah Pustaka
1. Radiologi.
Sesuai UU No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit Pasal 1 ayat 1,
bahwa Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang
menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Adapun
Pasal 10 menyatakan bahwa salah satu bangunan yang harus ada di dalam
Rumah Sakit adalah ruang radiologi. Ruang radiologi harus dapat digunakan
untuk memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan yang paripurna, pendidikan
dan pelatihan, serta pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
kesehatan.
Pengertian pelayanan radiologi diagnostik tercantum dalam Permenkes
No. 780/MENKES/PER/VIII/2008 tentang Penyelenggaraan Pelayanan
Radiologi pada Pasal 1 Ayat 2, yaitu pelayanan penunjang dan/atau terapi
yang menggunakan radiasi pengion dan/atau radiasi non pengion yang
terdiri dari pelayanan radiodiagnostik, imaging diagnostik dan radiologi
intervensional untuk menegakkan diagnosis suatu penyakit. Dalam era
globalisasi, pelayanan kesehatan dituntut untuk selalu terus
mengembangkan, meningkatkan mutu pelayanan dan selalu mengutamakan
keselamatan pasien kepada masyarakat. Dari uraian tersebut ditunjang
ditingkatkan. Kualitas pelayanan Rumah Sakit salah satunya ditunjukkan
pemutakhiran sarana dan prasarana agar mutu pelayanan dapat terus
ditingkatkan. Kualitas pelayanan Rumah Sakit salah satunya ditunjukkan
atas pemenuhan standar akreditasi KARS versi 2012.
Permenkes 56 tahun 2014 tentang Klasifikasi dan Perijinan Rumah Sakit
pasal 26 ayat 4 menyatakan bahwa salah satu pelayanan medik spesialis
penunjang di rumah sakit adalah pelayanan radiologi dan di pasal 21
menyatakan bahwa persyaratan RS Klas A paling sedikit harus memiliki 3
(tiga) dokter spesialis untuk setiap jenis pelayanan medik spesialis
penunjang.
2. Telemedicine / Telemedika.
Menurut Asosiasi Telemedik Amerika (ATA) yang berdiri tahun 1993,
telemedika adalah pertukaran informasi dari satu tempat ke tempat lain
lewat komunikasi elektronik untuk kesehatan dan pendidikan, baik pada
pasien maupun orang yang berminat pada kesehatan dengan tujuan untuk
memperbaiki penanganan pasien. Teknologi telemedika ini mulai
berkembang sekitar awal tahun 1990-an. Pada kasus di area pedalaman yang
jauh , dimana jarak pasien dengan profesional kesehatan yang terdekat
dipisahkan dengan jarak ratusan mil, telemedika dapat mengakses pelayanan
kesehatan dengan waktu yang lebih singkat. Pada kasus darurat, kecepatan
akses ini menentukan antara hidup dan mati. Sehubungan dengan kebutuhan
ketanggapan yang cepat serta keahlian dokter (spesialis), penggunaan
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mendefinisikan telemedika sebagai
penghantar dari pelayanan kesehatan dimana jarak adalah sebagai factor
penghalang, dimana semua professional kesehatan menggunakan teknologi
informasi dan komunikasi untuk pertukaran informasi yang valid atas
diagnosis, penanganan dan pencegahan dari penyakit dan kecelakaan,
penelitian dan evaluasi, dan untuk keberlanjutan pendidikan provider
kesehatan, dan bagi semua yang berminat kepada peningkatan kesehatan
baik itu secara individu maupun bagi kelompok komunitasnya.
Telemedika merupakan bagian dari Teknik Biomedika yang bersifat
multidisiplin, menerapkan teknologi elektronika, komputer, telekomunikasi,
serta instrumentasi untuk transfer informasi kedokteran dari satu tempat ke
tempat lain dan membantu prosedur kesehatan ( Indartono, 2013 ). Masa
(2014) menyatakan Telemedika atau Telemedicine pada prinsipnya adalah
penyelenggaraan pelayanan kesehatan jarak jauh, dengan memakai
komunikasi audio, visual dan data. Termasuk perawatan, diagnosis,
konsultasi dan pengobatan serta pertukaran data medis dan diskusi ilmiah
jarak jauh.
Ward dan Peppard (2002) dalam Fahrudin dan Samopa (2014)
menyatakan bahwa peran teknologi informasi harusnya dapat memenuhi
tiga sasaran utama yang akan memperbaiki organisasi. Pertama,
memperbaiki efisiensi kerja dengan melakukan otomasi berbagai proses
yang mengelola informasi. Kedua, meningkatkan efektivitas manajemen
keputusan. Ketiga, memperbaiki daya saing atau meningkatkan keunggulan
kompetitif organisasi dengan merubah gaya dan cara berbisnis.
Beberapa manfaat Telemedicine antara lain yaitu efektif dan efisiensi dari sisi biaya kesehatan, pelayanan tanpa batas geografis, dapat mengurangi
jumlah kunjungan dan masa hari rawat di Rumah Sakit, dapat meningkatkan
pelayanan untuk pasien kronis, dan meningkatkan pemanfaatan teknologi
serta dapat dimanfatkan sebagai bidang pendidikan berbasis informatika
kesehatan ( Masa, 2014). Kementerian Kesehatan mulai menggerakkan
program telemedicine sebagai solusi memberikan layanan kesehatan yang
lebih baik di daerah-daerah terpencil. Saat ini, dari sekitar 2000 rumah sakit
swasta dan negeri, 740 rumah sakit sudah memiliki Sistem Informasi
Manajemen Rumah Sakit (SIMRS), dan 82% rumah sakit di kabupaten kota
pemerintah terhubung dengan internet (Pusat Data dan Informasi
Kementerian Kesehatan).
3. Teleradiologi
Beachley et.al (2002) dalam Asali A (2011) menyatakan bahwa radiologi
semakin menjadi kebutuhan utama sebagai salah satu sarana penunjang
diagnostik saat ini. Menginterprestasikan / menerjemahkan foto menjadi
sebuah uraian permasalahan membutuhkan kemampuan khusus seorang
dokter ahli radiologi, karena itu ketersediaan dokter ahli radiologi untuk
dapat memenuhi kebutuhan rumah sakit dalam memberikan layanan
interprestasi radiologis menjadi penting, terutama bagi instalasi gawat
malam hari atau hari libur karena setiap detik sangat berharga bagi
keselamatan jiwa pasien. Kini kondisi tersebut dapat diatasi dengan adanya
teleradiologi. Menurut Budyatmoko (2011) teleradiologi didefinisikan
sebagai transmisi elektronik gambar radiografi dari semua modalitas
radiologi kepada spesialis radiologi secara langsung atau sesegera mungkin
dari satu lokasi ke lokasi yang lain, yang dapat dikerjakan untuk tujuan
interpretasi dan konsultasi serta untuk memberikan pelayanan terbaik bagi
pasien. Teleradiologi ini digunakan untuk mensiasati keterbatasan jumlah
dokter ahli radiologi, mahalnya alat-alat radiologi, keterbatasan fasilitas,
jumlah pasien yang banyak, masalah geografik, kebutuhan diagnosis yang
cepat serta pelayanan yang efektif dan efisien.
Di Indonesia teleradiologi telah diterapkan di sejumlah rumah sakit.
Telemedicine sudah berjalan sejak tahun 2012 dalam sebuah pilot project bidang teleradiologi yang diuji cobakan di 10 fasilitas pelayanan kesehatan.
Salah satu contohnya di RSUPN Cipto Mangunkusumo telah dilakukan
teleradiologi menggunakan satu pengampu dengan saluran komunikasi
menggunakan internet. Sistem Teleradiologi ini dilakukan melalui
pengiriman image, hasil pemeriksaan di daerah yang kemudian dikirim ke
server pusat di Kementrian Kesehatan, dilanjutkan ke Rumah Sakit rujukan
di Jakarta untuk membaca pemeriksaan tersebut.
Di tahun 2014, Kementerian Kesehatan berencana memfasilitasi
pelayanan teleradiologi nasional dengan menyediakan aplikasi dan pusat
komunikasi dengan dukungan saluran intranet (VPN) SIKNAS ke RS yang
memberikan layanan telemedicine. Dengan sistem ini, pelayanan
teleradiologi dapat memperluas jangkauan atau jejaring pelayanan secara
terintegrasi dan memudahkan dalam pelaksanaan evaluasi dan pengawasan
pelayanan teleradiologi. Pelayanan teleradiologi dilaksanakan oleh berbagai
pihak dengan pembagian peran dan fungsi masing-masing. Adapun peran
dan fungsi masing-masing pelaksana yaitu :
a. Fasilitas pelayanan kesehatan perujuk.
1) Fasilitas pelayanan kesehatan pemerintah maupun swasta yang
melaksanakan pelayanan radiologi (diagnostik).
2) Memenuhi sarana prasarana dan alat penunjang pelayanan
teleradiologi.
3) Menyepakati perjanjian kerjasama pelayanan teleradiologi dengan
fasilitas pelayanan kesehatan pengampu.
4) Melaksanakan kesiapan sarana-prasarana dan sumber daya manusia
pelayanan teleradiologi di fasilitas pelayanan kesehatan perujuk.
b. Fasilitas Pelayanan Kesehatan yang mendapat rujukan.
1) Memiliki tenaga spesialis radiologi tetap (memiliki SIP) dan telah
diberikan rekomendasi dari organisasi profesi untuk melayani
teleradiologi.
2) Memberikan layanan rujukan (ekspertis) secara berjenjang dan
melakukan pembinaan pelayanan radiologi bagi fasyankes perujuk
3) Memenuhi sarana-prasarana dan alat penunjang pelayanan
teleradiologi.
4) Menyepakati perjanjian kerjasama pelayanan teleradiologi dengan
fasilitas pelayanan kesehatan diampu.
5) Melaksanakan asesmen kesiapan sarana-prasarana dan SDM
pelayanan teleradiologi di fasilitas pelayanan kesehatan pengampu.
6) Menjaga dan menjamin kerahasiaan informasi elektronik yang berisi
data pasien.
7) Menyediakan aplikasi teleradiologi di fasyankes yang diampu dan
menyediakan server utama sebagai pusat data.
8) Melatih staf pelayanan kesehatan yang diampu baik di tempat
maupun jarak jauh.
c. Organisasi Profesi Perhimpunan Dokter Spesialis Radiologi Indonesia
(PDSRI).
1) PDSRI cabang memberikan rekomendasi untuk kemudian diberikan
persetujuan pelayanan teleradiologi dari PDSRI pusat.
2) Melaksanakan asesmen/kredentialing Dokter Spesialis Radiologi
yang akan melayani teleradiologi di rumah sakit pengampu.
3) Memberikan rekomendasi kepada Spesialis Radiologi di rumah sakit
pengampu yang telah dilakukan asesmen untuk dapat melayani
teleradiologi.
4) Melaksanakan pengawasan dan pembinaan kepada spesialis radiologi
5) Membantu memberikan layanan ekspertis sesuai kebutuhan
(Permenkes nomor 1014/MENKES/SK/XI/2008).
Menurut Hariri (2015) teleradiologi memberikan banyak keuntungan
diantaranya :
a. Peningkatan efisiensi dan efektifitas rumah sakit karena waktu
pelayanan menjadi lebih cepat.
b. Teleradiologi mempersingkat waktu diagnosa dari awal citra medis
dibuat hingga ekspertis selesai.
c. Teleradiologi menjamin citramedik terbaca oleh radiolog sehingga tidak
ada lagi insiden kehilangan citramedik (ada back up citramedik).
d. Penghematan pengeluaran bagi rumah sakit yang memiliki cabang
karena radiolog dapat melayani berbagai lokasi, sehingga mengurangi
jumlah radiolog yang dibutuhkan.
Akan tetapi implementasi teleradiologi secara luas dan segera di Indonesia
terkendala oleh berbagai faktor, diantaranya adalah :
a. Infrastruktur komunikasi
Infrastruktur komunikasi untuk kegiatan teleradiologi utamanya adalah
jaringan internet. Kendala yang dihadapi terkait infrastruktur
komunikasi adalah tarif dan pemerataan infrastruktur jaringan internet.
Meskipun tahun-tahun terakhir ini tarif internet mulai turun, namun
dirasakan masih cukup tinggi oleh sebagian besar masyarakat
Indonesia. Selain itu, infrastruktur jaringan internet juga belum merata.
yang sudah dilalui infrastruktur fiber optik, sedangkan daerah- daerah
lain terutama di wilayah Indonesia bagian timur belum tercakup.
b. Ketersediaan software.
Harga software termasuk komponen yang mempengaruhi besarnya
biaya operasional teleradiologi. Selain biaya untuk pembelian sistem
operasi, masih diperlukan biaya untuk pembelian software image enhancement. Bahkan pabrikan modalitas imaging biasanya
membundel software image enhancement dengan software PACS. Tentu saja harga yang ditawarkan cukup tinggi. Untuk mengatasi
masalah biaya, diupayakan penggunaan sistem operasi dan software image enhancement berbasis open source.
c. Biaya hardware.
Keberadaan hardware yang handal untuk mendukung kinerja teleradiologi yang baik sangat diperlukan. Pembelian komputer, image
digitizer jika diperlukan, modem dan hardware pendukung lainnya memakan biaya yang tidak sedikit.
d. SDM yang memadai.
Untuk menjamin operasional teleradiologi yang baik diperlukan sumber
daya manusia yang memadai, baik dari segi kualitas maupun kuantitas.
Kehandalan sumber daya manusia akan mencegah terjadinya
kemungkinan insiden yang disebabkan oleh kesalahan manusia (human
error). Selain itu, skill sumber daya manusia yang terlatih akan
e. Regulasi yang mengatur masalah hukum medik.
Sampai saat ini, Indonesia belum memiliki undang-undang yang
mengatur penggunaan format digital di bidang kedokteran. Bukan
hanya kegiatan teleradiologi, bahkan kegiatan telemedicine secara
umum. Termasuk di dalamnya adalah belum adanya standar nasional
yang diakui dan diterapkan oleh organisasi profesi radiologi mengenai
citra medis. Di masa yang akan datang, diharapkan dua stakeholder
utama bidang radiologi yaitu Perhimpunan Dokter Spesialis Radiologi
Indonesia (PDSRI) dan Perhimpunan Radiografer Indonesia (PARI)
segera memulai inisiatif dan menggagas penyusunan undang- undang
yang mengatur penggunaan format digital di bidang radiologi.
4. Picture Archiving and Communication Systems (PACS)
Sistem yang dibutuhkan dalam teleradiologi, antara lain Picture Archive Communication System (PACS), Image Management and Communication
(IMAC), meliputi sistem informasi radiologi, sistem informasi rumah sakit
dan intelijen artifisial. Sebagai suatu teknologi yang baru diperkenalkan,
pasti banyak kontroversi pada penggunaan teleradiologi. Karena itu pada
penggunaannya diharapkan dapat sejalan dengan standar internasional
mengenai radiologi. PACS atau Picture Archiving and Communication
Systems adalah komputer atau jaringan yang didedikasikan untuk penyimpanan, pencarian, distribusi, dan presentasi dari sebuah citra. PACS
merupakan suatu jaringan komputer yang digunakan di departemen
citramedis secara elektronik. PACS menyediakan arsip penyimpanan untuk
berbagai modalitas imaging, mengintegrasikannya dengan informasi
database pasien, memudahkan pencetakan citra, menampilkan informasi
pasien dan citra medik di komputer yang tersambung dengan jaringan
tersebut. Juga mengijinkan citra medis dilihat dari lokasi lain (remote). Di
bidang imaging medik, sistem PACS telah dikembangkan untuk menyediakan penyimpanan citramedik yang ekonomis, pemanggilan
kembali citramedik dengan cepat, akses ke citramedik yang berasal dari
berbagai modalitas imaging serta akses secara simultan dari berbagai lokasi.
Citra medik dan laporan yang dikirim melalui PACS akan menghilangkan
kebutuhan akan penyimpanan, pengambilan dan pengiriman film secara
manual.
Komponen dasar dari suatu sistem PACS secara umum adalah sebagai
berikut:
a. Image Acquisition / Modality
Adalah sistem atau peralatan penghasil gambar yang akan mengirim
gambar ke PACS , misalnya CR,CT,MRI atau USG dan lain lain.
b. PACS Core Application
Merupakan aplikasi utama yang mengatur operasi dari sistem PACS
(Workflow manager, Archiving, Database, System Configuration, User
Profile dll). Sistem inilah yang berperan dalam penerimaan gambar, pengaturan penyimpanan, distribusi gambar dan komunikasi ke
c. Viewing / Reading Station
Merupakan perangkat yang akan digunakan untuk melihat image
yang telah disimpan dalam PACS. Perangkat / workstation ini secara umum dapat dibagi menjadi 2 jenis sesuai dengan fungsinya,
Workstation Diagnostic yang biasa digunakan oleh dokter radiologi dan
Workstation untuk user di poli atau ruangan. Perbedaan diantara kedua jenis workstation ini biasa terdapat dalam kelengkapan fitur dan
spesifikasi dari perangkat keras. Workstation yang digunakan oleh dokter radiologi biasanya memiliki fitur yang lebih lengkap agar dapat
melakukan diagnosa secara lebih cepat dan tepat. Hal tersebut juga
mempengaruhi spesifikasi perangkat keras yang digunakan, dimana
workstation dokter radiologi membutuhkan spesifikasi yang lebih tinggi
dari workstation untuk user lainnya (Hariri, 2015).
5. Investasi.
Sunariyah ( 2010 ) mendefinisikan investasi adalah penanaman modal
untuk satu atau lebih aktiva yang dimiliki dan biasanya berjangka waktu
lama dengan harapan mendapatkan keuntungan di masa masa yang akan
datang. Kegiatan investasi akan mendorong pula kegiatan ekonomi suatu
negara, penyerapan tenaga kerja, peningkatan output yang dihasilkan,
penghematan devisa atau bahkan penambahan devisa. Menurut Suliyanto
(2010) investasi atau penanaman modal dalam sebuah perusahaan adalah
akan datang. Berbagai macam investasi dapat dilakukan di rumah sakit.
Trisnantoro (2004) menyebutkan berbagai jenis investasi misalnya : a.
penggantian alat medik yang lama dengan teknologi yang lebih baru, atau
teknologi tetap tetapi alat baru; b. Perluasaan perlengkapan modal yang
sudah ada, misalnya penambahan kapasitas dengan menambah ruangan
bangsal; c. Perluasan atau penambahan garis produk baru dengan
pembelian mesin atau peralatan baru yang belum pernah dimiliki; d. Sewa
atau leasing peralatan baru; e. Merger atau pembelian rumah sakit oleh sebuah rumah sakit yang lebih baik keadaan keuangannya. Tujuan utama
investasi di rumah sakit yang berorientasi profit adalah memaksimalkan pendayagunaan aktiva sedangkan pada rumah sakit yang berorientasi
nirlaba (not for profit) adalah mengutamakan upaya memperkecil resiko
finansial. Investasi pada rumah sakit pemerintah bertujuan untuk menopang
fungsi sosial rumah sakit agar lebih terjangkau bagi masyarakat khususnya
yang kurang mampu. Untuk dapat melakukan pengambilan keputusan
investasi yang tepat dibutuhkan pemahaman penentuan tujuan organisasi,
struktur biaya, estimasi permintaan dan penentuan tujuan organisasi,
estimasi permintaan dan penentuan harga, pola aliran kas dan nilai
sekarang dari aliran kas serta biaya modal.
Riyanto (2013), menyatakan, ada 4 (empat) macam bentuk investasi
antara lain: a. Investasi penggantian, 2. Investasi penambahan kapasitas, 3.
Investasi penambahan jenis produk baru, 4. Investasi lain-lain. Dari sudut
invetasi jangka pendek dan jangka panjang. Invetasi jangka pendek adalah
invetasi yang berumur kurang dari satu tahun, sedangkan investasi jangka
panjang berumur lebih dari satu tahun. Investasi jangka pendek biasanya
bersifat sementara yang bertujuan untuk memanfaatkan dana yang
sementara menganggur. Investasi jangka panjang dalam manajemen
keuangan sering dikaitkan dengan istilah capital budgeting atau pengambilan keputusan untuk alokasi modal ( Rangkuti, 2010 ).
Capital Budgeting merupakan keseluruhan proses dalam menganalisis
proyek dan memutuskan salah satu proyek yang akan dimasukkan dalam
anggaran modal. Suatu kesalahan dalam meramalkan kebutuhan aktiva
akan mengakibatkan konsekuensi yang serius. Jika perusahaan
menginvestasikan terlalu besar dalam aktiva, maka dapat menimbulkan
beban aktiva dan beban lainnya yang tinggi, yang sebenarnya tidak perlu
terjadi. Sebaliknya, jika investasi tidak mencukupi, maka dapat muncul
dua permasalahan. Pertama, peralatan yang dimiliki mungkin tidak cukup
modern untuk menghasilkan produk yang kompetitif. Kedua, jika perlatan
tidak memiliki kapasitas yang cukup, perusahaan mungkin akan
kehilangan pangsa pasarnya (Riyanto, 2013).
Secara keseluruhan bentuk investasi ini memerlukan dana yang cukup
besar dalam pelaksanaannya dan pengeluaran dana/modal tersebut
umumnya akan mempengaruhi perusahaan dalam jangka panjang.
Pengeluaran dana yang cukup besar dan terikat dalam jangka waktu
(investor) harus berhati-hati agar jangan sampai terlanjur
menginvestasikan dana untuk proyek yang ternyata tidak
menguntungkan (gagal) di kemudian hari, misalnya kesalahan
perencanaan, kesalahan dalam menaksir pasar , kesalahan dalam
perkiraan teknologi yang tepat dipakai, dan kesalahan dalam
memperkirakan kebutuhan tenaga kerja.
6. Studi Kelayakan.
Studi kelayakan proyek yaitu penelitian tentang dapat tidaknya suatu
proyek (biasanya merupakan proyek investasi) dilaksanakan dengan
berhasil (Husnan dan Muhammad, 2010). Sedangkan menurut Kasmir dan
Jakfar (2007) studi kelayakan bisnis adalah suatu kegiatan yang
mempelajari secara mendalam tentang suatu kegiatan / usaha atau bisnis
yang akan dijalankan, dalam rangka menentukan layak atau tidak usaha
tersebut dijalankan. Sesuai pedoman penyusunan studi kelayakan
(feasibility study) rumah sakit yang disusun oleh kementerian kesehatan RI
pada tahun 2012, studi kelayakan adalah hasil analisis dan penjelasan
kelayakan dari segala aspek yang akan mendasari pendirian atau
pengembangan suatu rumah sakit, terkait dengan penentuan rencana kerja
pelayanan kesehatan rumah sakit yang baru akan dilakukan maupun lanjutan
dari yang sudah ada dalam melakukan rencana pengembangan atau
peningkatan kelas dari suatu rumah sakit.
Semakin besar skala investasi maka semakin penting studi ini
pula jumlah dana yang ditanamkan. Walaupun studi kelayakan ini akan
memakan biaya, tetapi biaya tersebut relatif kecil apabila dibandingkan
dengan risiko kegagalan suatu proyek yang menyangkut investasi dalam
jumlah besar. Untuk menentukan layak tidaknya suatu usaha dapat dilihat
dari berbagai aspek. Setiap aspek agar dapat dikatakan layak harus memiliki
suatu standar nilai tertentu. Keputusan penilaian tersebut tidak hanya
dilakukan pada salah satu aspek saja, tetapi kepada seluruh aspek yang akan
dinilai nantinya. Aspek-aspek yang dinilai dalam studi kelayakan bisnis
meliputi aspek hukum, aspek pasar dan pemasaran, aspek keuangan /
finansial, aspek teknis / operasional, aspek manajemen, aspek ekonomi dan
sosial, dan aspek dampak lingkungan (Puspitasari, 2015). Sedangkan
menurut Lestari (2011), studi kelayakan memiliki berbagai aspek di dalam
penilaiannya, aspek-aspek dalam studi kelayakan adalah meliputi keuangan,
pemasaran, teknis, manajemen, hukum dan sosiodemografi, tetapi tidak
semua aspek harus dipelajari.
a. Aspek teknis
Menurut Husnan dan Muhammad (2010), aspek teknis merupakan
suatu aspek yang berkenaan dengan proses pembangunan proyek secara
teknis dan pengoperasiannya setelah proyek tersebut selesai dibangun.
Berdasarkan analisis ini pula dapat diketahui rancangan awal
penaksiran biaya investasi termasuk biaya eksploitasinya. Pelaksanaan
keputusan yang baku, atau dengan kata lain masih tersedia berbagai
alternatif jawaban.
Beberapa pertanyaan utama yang perlu mendapat jawaban dari
aspek teknis ini adalah :
1) Lokasi proyek, yaitu dimana suatu proyek akan didirikan baik untuk
pertimbangan lokasi dan lahan pabrik maupun lokasi bukan pabrik.
2) Seberapa besar skala operasi / luas produksi ditetapkan untuk
mencapai suatu tingkatan skala ekonomis.
3) Kriteria pemilihan peralatan yang digunakan.
Didasarkan pada seberapa jauh derajat mekanisasi yang diinginkan
dan manfaat ekonomi yang diharapkan.
4) Bagaimana proses produksi dilakukan dan layout bangunan dan
fasilitas yang dipilih. Layout merupakan keseluruhan proses
penentuan bentuk dan penempatan fasilitas-fasilitas yang dimiliki
suatu perusahaan.
5) Apakah jenis teknologi yang dipilih cukup tepat.
Penelitian aspek teknis dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran
kelayakan terhadap penentuan kapasitas ekonomis, jenis teknologi yang
paling cocok, lokasi proyek yang paling menguntungkan ditinjau dari
berbagai segi dan pemenuhan ketenagaan untuk mengelola peralatan.
Dari kesimpulan penelitian ini kemudian disusun perkiraan jumlah
biaya baik yang digunakan untuk mengadakan, membangun dan
Analisis aspek teknis dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran
kelayakan terhadap penentuan kapasitas ekonomis, jenis teknologi
yang paling cocok, lokasi yang paling menguntungkan dan pemenuhan
ketenagaan untuk mengelola peralatan. Apabila menunjukkan
kelayakan maka hasil analisis ini akan digunakan sebagai dasar untuk
menganalisis aspek pasar dan aspek keuangan. Adapun hasil analisis
yang digunakan berupa besarnya investasi yang diperlukan, biaya
operasional dan estimasi jangka waktu penggunaan alat (Siswanto S,
1993).
b. Aspek pasar
Aspek pasar merupakan salah satu aspek utama dalam suatu
studi kelayakan yang harus dikaji secara bersamaan dengan berbagai
aspek lainnya secara lebih tajam. Hal ini didasarkan pada pemikiran
bahwa tidak mungkin suatu produk / pelayanan dapat dikembangkan
jika tidak ada pangsa pasar yang akan menyerapnya. Kajian aspek
pasar berkaitan dengan ada tidaknya potensi pasar dan peluang pasar
atas suatu produk di masa yang akan datang (Suratman, 2001). Dalam
analisis pasar, perlu dilakukan peramalan terhadap permintaan, yaitu
analisis permintaan terhadap pelayanan kesehatan. Tujuan analisis
pasar adalah untuk menentukan faktor-faktor yang paling
mempengaruhi dalam penggunaan pelayanan kesehatan, dengan
demikian akan dapat diramalkan banyaknya penggunaan di masa
untuk mendapatkan gambaran kelayakan terhadap permintaan potensial
atau pengguna produk yang dihasilkan, kemungkinan adanya
persaingan, serta perkiraan penjualan yang dapat dicapai (Sri Muryani,
1995).
c. Aspek keuangan / finansial
Diantara sekian banyak aspek tersebut, aspek keuangan menjadi
salah satu kunci keberhasilan suatu investasi karena bagaimanapun
tujuan orientasi dari investasi adalah profit secara finansial (Lestari,
2011). Menurut pedoman penyusunan studi kelayakan (feasibility
study) rumah sakit yang disusun Kementerian Kesehatan RI pada tahun 2012, aspek keuangan meliputi rencana investasi dan sumber dana,
proyeksi pendapatan dan biaya, proyeksi cash flow dan analisis
keuangan. Sedangkan menurut Suliyanto (2010) salah satu studi
kelayakan yang harus dilakukan untuk menentukan suatu proyek
investasi ini layak ataukah tidak adalah studi kelayakan dari aspek
finansial. Aspek finansial meliputi biaya penggunaan modal,
penyusutan, aliran kas, pajak penghasilan, dan metode penilaian
investasi.
7. Metode penilaian investasi / analisis keuangan
Ada tiga pendekatan / metode yang umum dipakai dalam analisis
keputusan investasi dari sisi keuangan untuk organisasi pelayanan
kesehatan, yaitu Payback Period, Net Present Value dan Internal Rate of
(feasibility study) rumah sakit yang disusun Kementerian Kesehatan RI pada
tahun 2012, analisis keuangan terdiri dari: Break Even Point (BEP), Internal
Rate of Return (IRR), Net Present Value (NPV) dan Payback Period (PP).
a. Payback Period
Menurut Arifin dan Fauzi (1999) dalam Aditiya (2014), Payback Period merupakan metode dalam menentukan jangka waktu yang dibutuhkan dalam menutupi initial investment dari suatu proyek dengan
menggunakan cash inflow yang dihasilkan proyek investasi tersebut.
Metode ini menunjukkan berapa lama modal yang ditanamkan dalam
proyek tersebut dapat kembali ( Rangkuti, 2010 ).
Rumus :
Kelebihan metode Payback Period (PP) adalah dapat digunakan sebagai
alat pertimbangan resiko karena semakin pendek periode
pengembaliannya, maka semakin kecil resiko kerugiannya. Kelemahan
dari metode ini adalah tidak mempertimbangkan nilai waktu dari uang,
nilai sisa dari investasi dan arus kas setelah periode pengembalian
tercapai (Dagi, 2011 cit. Aditiya, 2014).
b. Net Present Value (NPV)
Metode Net Present Value (NPV) digunakan untuk menghitung selisih antara nilai sekarang investasi dengan nilai sekarang penerimaan
kas bersih di masa yang akan datang. Dalam memperhitungkan nilai
nilai sekarang penerimaan kas bersih di masa yang akan datang lebih
besar dari nilai investasi, proyek dikatakan layak dan apabila NPV yang
didapatkan mempunyai nilai sekarang penerimaan kas bersih yang lebih
kecil dari nilai investasi maka proyek tersebut tidak layak (Dagi, 2011
cit. Aditiya, 2014). Menurut Rangkuti (2010) metode ini merupakan
metode penilaian investasi klasik yang sampai saat ini paling populer
digunakan.
Rumus :
n CFt NPV = ∑ = - Io t-1 (1+k)
Keterangan :
NPV = Net Present Value n = Umur proyek
CFt = Arus kas pada tahun ke-t t = 1,2,3,4 dst
k = Biaya modal / tingkat bunga Io = Pengeluaran awal
Bila dibandingkan dengan teknik analisis yang lain, Husnan dan
Muhammad (2010) berpendapat bahwa lebih dianjurkan menggunakan
NPV karena metode lain mempunyai kelemahan yaitu diabaikannya nilai
waktu uang.
c. Internal Rate of Return (IRR)
Metode ini digunakan untuk menghitung tingkat bunga yang
dapat menyamakan antara nilai sekarang dari semua aliran kas
masuk dengan aliran kas keluar dari suatu investasi proyek
dengan nol. Nilai IRR dapat pula dicari dengan cara coba-coba (trial and
error). Caranya, hitung nilai sekarang dari arus kas suatu investasi
dengan menggunakan suku bunga wajar. Jika nilai investasi lebih kecil,
maka dicoba lagi dengan suku bunga yang lebih tinggi. Begitu juga
sebaliknya, sampai mendapatkan nilai investasi yang sama besarnya
dengan nilai sekarang. Jika IRR yang didapat ternyata lebih besar
daripada rate of return yang ditentukan, maka investasi dapat diterima.
Rumus :
Keterangan :
rk = tingkat bunga yang kecil (rendah)
rb = tingkat bunga yang besar ( tinggi )
NPV rk = Net Present Value pada rk
PV rk = Present Value of Proceeds pada rkl
PV rb = Present Value of Proceeds pada rb
Rumus lain dengan metode interpolasi adalah:
Keterangan:
P1 = tingkat bunga pertama
P2 = tingkat bunga kedua
C2 = NPV ke-2
Kriteria penilaiannya adalah jika IRR yang didapat ternyata lebih
besar dari Rate of return yang ditentukan maka investasi dapat diterima.
IRR adalah tingkat diskonto / discount rate yang menyamakan present
value aliran kas bersih dengan present value investasi. IRR atau sering
diartikan sebagai tingkat kembalian internal dicari dengan cara trial and
error atau interpolasi.
8. Arus Kas (cash flow)
Untuk menganalisis keputusan usulan investasi atau proyek investasi
apakah layak atau tidak, maka konsep yang digunakan adalah konsep arus
kas, bukan konsep laba. Hal ini dikarenakan laba yang dilaporkan dalam
laporan keuangan belum tentu dalam bentuk kas. Arus kas merupakan
jumlah kas keluar (cash outflow) dan kas masuk (cash inflow) karena suatu
proses investasi, mulai dari investasi dilakukan sampai berakhirnya investasi
tersebut (Kasmir dan Jakfar, 2007).
Husnan dan Muhammad (2010) mengelompokkan komponen dalam
aliran kas menjadi tiga bagian yaitu initial cash flow, operational cash
flow dan terminal cash flow yang terdiri dari cash flow nilai sisa (residu) saat investasi dan pengembalian modal kerja.
a. Aliran kas awal (initial cash flow)
Adalah kas keluar dalam rangka untuk keperluan aktiva tetap dan
penentuan besarnya modal kerja. Untuk menentukan initial cash flow
harus diidentifikasi, termasuk pengeluaran- pengeluaran untuk biaya
pendahuluan dan sebelum operasional serta penyediaan modal kerja.
b. Aliran kas operasional (operational cash flow)
Berasal dari operasional perusahaan meliputi aliran kas masuk dan
aliran kas keluar. Umumnya waktu yang dipergunakan dalam menaksir
aliran kas operasional ini disesuaikan dengan umur ekonomis investasi
tersebut.
c. Aliran kas akhir (terminal cash flow)
Menunjukkan aliran kas pada akhir umur ekonomis proyek. Aliran
kas ini berasal dari modal kerja dan penjualan aktiva tetap yang sudah
habis masa ekonomisnya.
B. Penelitian terdahulu
Penelitian Studi Kelayakan Pengadaan alat Picture Archiving and Communication System (PACS) selama ini belum pernah dilakukan di RSUP
dr Soeradji Tirtonegoro Klaten, yang akan menilai kelayakan dari aspek teknis,
pasar dan keuangan.
Penelitian yang hampir serupa telah dilakukan oleh:
1. Sri Muryani (1995) yang berjudul “ Studi Kelayakan Pengadaan Peralatan Medis pada Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta (Pengadaan Peralatan MRI
sebagai bahan kajian). Penelitian tersebut menggunakan metode analisis
terhadap 3 aspek yaitu aspek teknis, aspek pasar dan pemasaran, serta
aspek ekonomi dan keuangan. Hasil penelitian menyatakan peralatan MRI
2. Indri Kumara Lalita (2007) yang berjudul “Evaluasi Investasi Laparascopy Surgery (Minimal Invasive Surgery) di RS Bethesda”. Penelitian tersebut menggunakan metode kualitatif dari aspek keuangan. Hasil penelitian
menyatakan peralatan laparascopy surgery layak diadakan.
3. Deki Wotulo (2009) yang berjudul “Analisis kelayakan investasi alat foto rontgen panoramik di RSUD Undata Palu Propinsi Sulawesi Tengah”, Penelitian tersebut menggunakan metode studi kasus deskriptif dari aspek
pasar dan keuangan. Hasil penelitian menyatakan investasi alat foto
rontgen panoramik layak dijalankan.
4. Irawan (2011) yang berjudul “ Evaluasi Contracting Out dan Keputusan Investasi Peralatan Foto Rontgen di RSU PKU Muhammadiyah
Delanggu”. Penelitian tersebut menggunakan metode kualitatif. Hasil penelitian menyatakan investasi peralatan foto rontgen tersebut layak
secara keuangan.
Berbeda dengan beberapa penelitian diatas, penelitian ini dilakukan di
RSUP dr Soeradji Tirtonegoro Klaten. Jenis penelitian adalah studi kasus
deskriptif dengan penilaian studi kelayakan berdasarkan analisis aspek teknis,
pasar dan keuangan.
C. Landasan teori
Kegiatan investasi akan mendorong pula kegiatan ekonomi suatu negara,
penyerapan tenaga kerja, peningkatan output yang dihasilkan, penghematan
devisa atau bahkan penambahan devisa. Semua bentuk pengembangan rumah
sebab pertimbangan yang salah akan dapat terjadi kesulitan cashflow dan
berakibat fatal ( Trisnantoro, 2004). Jika peralatan tidak memiliki kapasitas
cukup, rumah sakit mungkin akan kehilangan pangsa pasarnya ( Riyanto,
2013).
Menurut Husnan dan Muhammad (2010) perlu diadakan studi kelayakan
proyek yaitu penelitian tentang dapat tidaknya suatu proyek (biasanya
merupakan proyek investasi) dilaksanakan dengan berhasil. Studi kelayakan
adalah hasil analisis dan penjelasan kelayakan dari segala aspek yang akan
mendasari pendirian atau pengembangan suatu rumah sakit, terkait dengan
penentuan rencana kerja pelayanan kesehatan rumah sakit yang baru akan
dilakukan maupun lanjutan dari yang sudah ada dalam melakukan rencana
pengembangan atau peningkatan kelas dari suatu rumah sakit (Kemenkes RI,
2012).
Studi kelayakan memiliki berbagai aspek di dalam penilaiannya,
aspek-aspek dalam studi kelayakan adalah meliputi keuangan, pemasaran, teknis,
manajemen, hukum dan sosiodemografi, tetapi tidak semua aspek harus
dipelajari ( Lestari, 2011 ).
Siswanto (1993) menyatakan bahwa analisis aspek teknis dimaksudkan
untuk mendapatkan gambaran kelayakan terhadap penentuan kapasitas, jenis
teknologi yang paling cocok, lokasi yang paling menguntungkan dan
pemenuhan ketenagaan untuk mengelola peralatan. Apabila menunjukkan
kelayakan maka hasil analisis ini akan digunakan sebagai dasar untuk
digunakan berupa besarnya investasi yang diperlukan, biaya operasional dan
estimasi jangka waktu penggunaan alat.
Aspek pasar merupakan salah satu aspek utama dalam suatu studi
kelayakan yang harus dikaji secara bersamaan dengan berbagai aspek lainnya
secara lebih tajam. Hal ini didasarkan pada pemikiran bahwa tidak mungkin
suatu produk / pelayanan dapat dikembangkan jika tidak ada pangsa pasar yang
akan menyerapnya. Kajian aspek pasar berkaitan dengan ada tidaknya potensi
pasar dan peluang pasar atas suatu produk di masa yang akan datang.
(Suratman, 2001).
Menurut Suliyanto (2010) salah satu studi kelayakan yang harus
dilakukan untuk menentukan suatu proyek investasi ini layak ataukah tidak
adalah studi kelayakan dari aspek finansial. Aspek finansial meliputi biaya
penggunaan modal, penyusutan, aliran kas, pajak penghasilan, dan metode
penilaian investasi. Metode yang digunakan untuk mengetahui kelayakan
suatu proyek investasi dari sisi keuangan adalah Payback Period, Net Present
Value dan Internal Rate of Return (Zelman et al, 2000). Sesuai pedoman penyusunan studi kelayakan (feasibility study) rumah sakit yang disusun
Kementerian Kesehatan RI pada tahun 2012, analisis keuangan terdiri dari:
Break Even Point (BEP), Internal Rate of Return (IRR), Net Present Value
D. Kerangka Konsep
Untuk pengembangan RSUP dr Soeradji Tirtonegoro Klaten menjadi
rumah sakit pemberi pelayanan teleradiologi perlu dilakukan studi kelayakan
dari aspek teknis, pasar dan aspek keuangan untuk selanjutnya menyusun
strategi.
Pada penelitian ini kerangka konsep sebagai berikut :
Analisis aspek teknis Analisis aspek pasar
[image:54.595.131.466.291.551.2]
Analisis aspek keuangan
Gambar 2 Kerangka konsep rencana investasi alat PACS
E. Pertanyaan Penelitian
1. Apakah rencana investasi / pengadaan alat Picture Archiving and Communication System (PACS ) di Rumah Sakit Umum Pusat dr. Soeradji
Tirtonegoro Klaten layak ditinjau dari aspek teknis? Jenis teknologi
Lokasi
Tenaga (SDM)
Kriteria Penilaian Investasi -Payback Period
-Net Present Value -Internal Rate of Return
Perkiraan permintaan Persaingan
2. Apakah rencana investasi / pengadaan alat Picture Archiving and Communication System ( PACS ) di Rumah Sakit Umum Pusat dr. Soeradji
Tirtonegoro Klaten layak ditinjau dari aspek pasar?
3. Apakah rencana investasi / pengadaan alat Picture Archiving and Communication System ( PACS ) di Rumah Sakit Umum Pusat dr. Soeradji
39
A.Jenis dan Rancangan Penelitian
Jenis penelitian studi kelayakan ini adalah studi kasus dengan pendekatan
deskriptif kuantitatif. Penelitian studi kasus adalah penelitian yang
menyelidiki suatu fenomena dalam konteks kehidupan nyata (Yin, 2012).
B.Subyek dan Obyek Penelitian
1. Subyek penelitian :
Kepala bidang pelayanan medik dan kepala instalasi radiologi.
2.Obyek penelitian :
Rumah Sakit Umum Pusat dr. Soeradji Tirtonegoro yang berkaitan dengan
instalasi radiologi.
Penelitian dilakukan pada bulan April - Mei 2016 di RSUP dr. Soeradji
Tirtonegoro yang beralamat di Jalan dr. Soeradji Tirtonegoro nomor 1
Klaten.
C.Definisi Operasional Variabel
1. Investasi atau penanaman modal adalah penggunaan sumber dana untuk
suatu tujuan keuntungan di masa depan, dalam hal ini adalah pengadaan
alat Picture Archiving and Communication System (PACS) untuk
kepentingan pengembangan pelayanan teleradiologi di Instalasi Radiologi
Rumah Sakit Umum Pusat dr Soeradji Tirtonegoro dengan melalui studi
2. Analisis aspek teknis dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran
kelayakan terhadap penentuan kapasitas, jenis teknologi yang paling
cocok, lokasi yang paling menguntungkan dan pemenuhan ketenagaan
untuk mengelola peralatan .
3. Analisis aspek pasar, yaitu untuk mendapatkan gambaran kelayakan
terhadap permintaan potensial atau pengguna produk yang dihasilkan,
kemungkinan adanya persaingan, serta perkiraan penjualan yang dapat
dicapai.
4. NPV (Net Present Value) atau Nilai sekarang bersih adalah selisih antara
nilai sekarang investasi dengan nilai sekarang penerimaan kas bersih di
masa yang akan datang.
5. IRR (Internal Rate of Return) adalah tingkat diskonto / discount rate yang
menyamakan present value aliran kas bersih dengan present value invetasi.
6. PP (Payback Period) merupakan jangka waktu tertentu yang dibutuhkan
untuk mengembalikan atau menutup pengeluaran modal awalnya dengan
aliran kas masuk yang diperoleh selama tahun - tahun operasi di masa
datang.
7. Penilaian kelayakan investasi dari aspek keuangan secara keseluruhan
adalah berdasarkan hasil kelayakan seluruh metode yang meliputi metode
PP, NPV dan IRR. Jika seluruh metode hasilnya adalah layak, maka
D. Pengumpulan Data
1. Bukti atau data untuk keperluan studi kasus ini berasal dari dua sumber
data, yaitu : dokumen / rekaman arsip dan wawancara. Penggunaan
multi sumber bukti dalam studi kasus memberi keuntungan
pengembangan kesatuan inkuiri, suatu proses traingulasi. Dengan
demikian temuan apapun dalam studi kasus akan lebih menyakinkan
dan tepat jika didasarkan pada beberapa sumber informasi yang
berlainan mengikuti bentuk pendukungnya. Sebuah analisis
menunjukkan bahwa studi kasus yang menggunakan multi sumber bukti
telah dinilai lebih tinggi berkenaan dengan kualitas keseluruhannya,
dibanding yang hanya didasarkan pada sumber informasi tunggal.
2. Pada penelitian ini data sekunder dikumpulkan melalui dokumentasi dan
rekaman arsip, antara lain Rencana Strategis Bisnis (RSB) rumah sakit
dr Soeradji Tirtonegoro tahun 2015 - 2019, macam pelayanan, jumlah
tenaga, jumlah pasien dan jumlah pemeriksaan dari tahun 2013 s/d 2015
yang diperoleh dari instalasi radiologi, sub bagian sumber daya manusia,
instalasi rekam medik, dan bidang penunjang dan sarana.
3. Data primer diperoleh berupa informasi langsung dari sumbernya
dengan menanyakan langsung kepada responden untuk menggali data
dan informasi menggunakan metode:
a. Wawancara
Wawancara yaitu mengadakan tanya jawab dengan orang / bagian /
dilakukan sendiri oleh peneliti berdasarkan pedoman wawancara
yang telah disiapkan.
b. Observasi
Observasi yaitu melakukan pengamatan langsung di lapangan
sehingga dapat memberi petunjuk / informasi.
E. Pengolahan Data
Dalam penelitian ini dilakukan :
1. Analisis teknis untuk menilai kelayakan investasi dari aspek teknis,
yaitu untuk mendapatkan gambaran kelayakan terhadap penentuan
kapasitas ekonomis, jenis teknologi yang paling cocok, lokasi proyek
yang paling menguntungkan ditinjau dari berbagai segi dan <