• Tidak ada hasil yang ditemukan

Mekanisme Perhitungan Pajak Bumi Dan Bangunan Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Pematang Siantar

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Mekanisme Perhitungan Pajak Bumi Dan Bangunan Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Pematang Siantar"

Copied!
79
0
0

Teks penuh

(1)

1

TUGAS AKHIR

PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI TENTANG

MEKANISME PERHITUNGAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA PEMATANG

SIANTAR O L E H

NAMA : NOVA FRISCA DWI PUTRI NIM : 082600067

Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Menyelesaikan Studi Pada Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah Swt yang telah memberikan

rahmat-Nya pada kita semua, sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan

Tugas Akhir yang berjudul “ MEKANISME PERHITUNGAN PAJAK BUMI

DAN BANGUNAN PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA

PEMATANG SIANTAR“.

Penulis dalam penyusunan laporan tugas akhir ini dimaksudkan untuk

memenuhi salah satu syarat menamatkan studi Program Diploma III Administrasi

Perpajakan di Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Sumatera Utara.

Tugas akhir ini tidak mungkin terlaksana oleh penulis tanpa bantuan dari

berbagai pihak. Dan dalam kesempatan ini, izinkanlah penulis untuk

mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah memberikan dukungan,

kepercayaan, bantuan dan doa, sehingga laporan PKLM ini dapat terselesaikan.

Maka secara khusus penulis menghaturkan rasa hormat dan ucapan terima kasih

kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

2. Bapak Drs. Alwi Hashim Batubara, M.Si selaku Ketua Jurusan Program

Diploma III Administrasi Perpajakan Universitas Sumatera Utara

3. Bapak Drs. Alwi Hashim Batubara, M.Si selaku Dosen Pembimbing yang

telah membimbing, memberikan saran, dan arahan kepada saya dalam

menyelesaikan tugas akhir ini.

(3)

5. Ibu Arlina, Kak Qorby, Pak Indra, Bang Faisal, dan Bang Ijal pada program

studi Diploma III Administrasi Perpajakan Universitas Sumatera Utara, yang

telah memberikan keringanan dalam segala prosedur yang ada hubungannya

dengan kegiatan perkuliahan

6. Bapak Kepala KPP Pratama Pematang Siantar dan anak-anak buahnya yang

telah memberikan izin untuk melakukan PKLM dan membantu Penulis dalam

penyelesaian tugas akhir ini

7. Kedua Orang Tuaku Andri Syahputra dan Duma Sari Siregar yang telah memberikan doa dan dukungan kepada anak nya yang paling kecil ini baik

secara moril maupun materi dan nama nya sering dijual untuk memperlancar

perkuliahan sehingga saya dapat menyelesaikan tulisan ini. (Royalti dibayar

setelah adek kerja)

8. Kepada kak Deb tersayang a.k.a Deby Selvya Putri Ayu dan kak Tize’ a.k.a Kartika Dewi Saragih yang tiada henti memberi spirit walaupun galau menjadi

mahasiswi tingkat akhir.

9. Kepada Bang Tison, Catur, Anju yang udah memberikan data-data yang

diperlukan dalam penulisan Tugas Akhir saya

10.Kepada Personil “KUCING MEONGAyan a.k.a Dian Wimbi Sari, Iyoul a.k.a Putri Yoana Simatupang, Sinti a.k.a Shintya Martha Dewi Saragih dan Mizuno a.k.a Ririn Ramadhani yang udah ngasi saran-saran dan spiritnya selama ini dan kenangan-kenangan lucu selama kuliah…… Tetap semangat ya

(4)

11.Kepada bang * yang gak bosan-bosannya ngasi motivasi dan ceramah untuk saya supaya tetap semangat dan mengingatkan saya supaya tidak Copy Paste

dari Tugas Akhir tahun sebelumnya.

12.Buat Love Bird aku makasi ya udah nemeni aku selama menyelesaikan Tugas

Akhir ini mulai dari menentukan judul, buat proposal,riset dan sampai

menyelesaikan Tugas Akhir ini

Medan, Juni 2011

Penulis

(5)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A.Latar Belakang Masalah ... 1

B.Tujuan dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri ... 3

C.Uraian Teoritis ... 5

D.Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri ... 7

E. Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri ... 8

F. Metode Pengumpulan Data ... 9

G.Sistematika Penulisan ... 10

BAB II. GAMBARAN OBJEK UMUM PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI A. Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak Pratama Pematang Siantar ... 12

B. Struktur Organisasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Pematang Siantar ... 18

C. Uraian Tugas dan Fungsi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Pematang Siantar ... 21

D. Gambaran Pegawai Kantor Pelayanan Pajak Pratama Pematang Siantar ... 23

BAB III. GAMBARAN DATA PAJAK BUMI DAN BANGUNAN A. Gambaran Pajak Secara Umum ... 25

1. Asas Pemungutan Pajak ... 25

2. System Pemungutan Pajak ... 26

B. Gambaran Pajak Bumi dan Bangunan ... 26

1. Pengertian Pajak Bumi dan Bangunan ... 26

2. Objek dan Subjek Pajak Bumi dan Bangunan ... 27

3. Cara Perhitungan Pajak Bumi dan Bangunan ... 29

BAB IV. ANALISIS DAN EVALUASI DATA A. Cara Perhitungsn Pajak Bumi dan Bangunan Pada Sektor Perkotaan dan Pedesaan ... 32

B. Cara Perhitungan Pajak Bumi dan Bangunan Pada Sektor Perkebunan ... 34

C. Cara Peerhitungan Pajak Bumi dan Bangunan Pada Sektor Kehutanan ... 38

D. Penentuan Klasifikasi Besarnya Nilai Jual Objek Pajak Bumi dan Bangunan ... 45

E. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Dasar Pengenaan Pajak Bumi dan Bangunan ... 51

(6)

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 55 B. Saran ... 56

(7)

DAFTAR TABEL

Tabel I. Klasifikasi Tanah/Bumi Kelompok A ... 46

Table II. Klasifikasi Tanah/Bumi Kelompok B ... 48

Tabel III. Klasifikasi Bangunan Kelompok A ... 51

(8)

DAFTAR GAMBAR

(9)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Praktik Kerja Mandiri (PKLM)

Dalam Negara Republik Indonesia yang sebagian besar kehidupan perekonomian rakyatnya masih bercorak agraris, bumi termasuk perairan dan

kekayaan alam yang terkandung di dalamnya mempunyai fungsi penting dalam membangun masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan

Undang-Undang Dasar 1945.Oleh karena itu bagi mereka yang memperoleh manfaat dari bumi dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya, wajar menyerahkan sebagian dari kenikmatan yang diperolehnya kepada negara melalui pembayaran

pajak.

Menurut pendapat .Rochmat Soemitro dalam bukunya Dasar-dasar Hukum Pajak dan Pajak Pendapatan dalam Waluyo (2008:3) menyatakan : pajak

adalah iuran kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal (kontraprestasi), yang langsung

dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum. Pajak atas kekayaan barang tidak bergerak berupa tanah dan bangunan telah ada sejak zaman penjajahan maupun setelah Indonesia merdeka dan di atur dalam berbagai ordonasi yang di ubah menjadi Iuran Pendapatan Daerah

(IPEDA), akan tetapi dasar hukum IPEDA kurang kuat maka sejak adanya reformasi perpajakan sehingga IPEDA dirubah menjadi Pajak Bumi dan

(10)

KEP-16/PJ.06/1998 tentang pajak negara yang dikenakan terhadap bumi dan bangunan. Penjelasan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1994. Bahwa bumi adalah permukaan bumi dan tubuh bumi yang ada dibawahnya, permukaan bumi meliputi

tanah dan perairan pedalaman serta laut wilayah Indonesia. Adapun yang dimaksud dengan bangunan adalah kontruksi teknik yang ditanam atau dilekatkan secara tetap pada tanah dan/atau perairan.

Subjek pajak adalah orang pribadi atau badan yang secara nyata mempunyai suatu hak atas bumi dan atau memperoleh manfat atas bumi dan atau

memiliki bangunan dan atau memperoleh manfaat atas bangunan. Wajib pajak adalah subjek pajak yang dikenakan kewajiban membayar pajak.

Objek pajak bumi dan bangunan adalah bumi dan bangunan yang klasifikasi objek pajak nya telah ditentukan oleh Menteri Keuangan. Dalam

menetukan klasifikasi bumi/tanah hasrus diperhatikan faktor-faktor yaitu letak, peruntukan, pemanfaatan, dan kondisi lingkungan dan lain-lain. (Rusdji, 2008 :

9-10).

Dari masa yang lalu sampai sekarang masalah perpajakan merupakan masalah yang rumit bagi masyarakat, hal ini terjadi antara lain karena kurang nya

pengetahuan masyarakat (Subjek Pajak) mengenai peraturan perpajakan khususnya mekanisme perhitungan pajak bumi dan bangunan (PBB). Akan tetapi sebahagian masyarakat sudah mengetahui makanisme perhitungan pajak bumi dan

bangunan di sektor pedesaan dan perkotaan saja sementara pajak bumi dan bangunan terdiri dari sektor pedesaan dan perkotaan, sektor perkebunan, sektor

(11)

Dengan adanya Praktik Kerja Lapangan Mandiri ini mahasiswa akan lebih jauh mengerti bagaimana mekanisme perhitungan pajak bumi dan bangunan serta dapat memberikan pengalaman dan pengetahuan baru bagi mahasiswa. Berkenaan

dengan hal tersebut penulis tertarik untuk mebuat karya tulis “MEKANISME PERHITUNGAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA PEMATANG SIANTAR”

B. Tujuan dan Manfaat PKLM

1. Tujuan Praktik Kerja Lapangan Mandiri

Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Untuk mengetahui tata cara perhitungan pajak bumi dan bangunan dalam

Undang-Undang Nomor 12 tahun 1994.

b. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi dasar pengenaan

Pajak Bumi dan Bangunan

c. Untuk mengetahui realisasi penerimaan pajak bumi dan bangunan sektor

perkotaan dan pedesaan, kehutanan, dan perkebunan dari tahun 2008

sampai dengan 2010

d. Untuk mengetahui penentuan klasifikasi besar nya Nilai Jual Objek Pajak

2. Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri

Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut :

Bagi Mahasiswa

a. Menambah wawasan dan pengetahuan di bidang perpajakan pada

umumnya, khususnya dibidang pajak bumi dan bangunan yang kelak

(12)

b. Untuk menerapkan disiplin ilmu yang telah dipelajari kedalam

permasalahan yang timbul selama melakukan praktik kerja lapangan

mandiri.

c. Untuk menciptakan dan mengembangkan rasa tanggung jawab,

profesionalitas serta kedisiplinan yang nantinya akan sangat dibutuhkan

dalam memasuki dunia kerja yang sebenarnya.

d. Meningkatkan komunikasi terhadap instansi pemerintahan maupun swasta.

Bagi Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan

a. Membina hubungan kerjasama antara pihak Program Studi Diploma III

Administrasi Perpajakan dengan Kantor Wilayah Direktorat Jendral Pajak

Sumatera Utara II khususnya di Kantor Pelayanan Pajak Pratama

Pematang Siantar.

b. Memberikan uji nyata atas disiplin ilmu yang telah disampaikan selama

perkuliahan.

c. Mendapat masukan dan saran untuk perbaikan dan penyempurnaan

kurikulum Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas

Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara (FISIP-USU).

d. Mempromosikan sumber daya manusia yang terdapat di Program Studi

Diploma III Administrasi Perpajakan khususnya dosen dan mahasiswa.

Bagi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Pematang Siantar

a. Membina kerjasama antar Program Studi Diploma III Administrasi

Perpajakan dengan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Pematang Siantar.

b. Menciptakan image yang baik tentang Kantor Pelayanan Pajak Pratama

(13)

c. Memperoleh ide-ide baru dan pemikiran yang berguna untuk perbaikan

pengelolaan pajak bumi dan bangunan di Kantor Pealayanan Pajak

Pratama Pematang Siantar.

C. Uraian Teoritis

Pengertian pajak menurut Prof. Dr. P. J. A. Adriani yang telah

diterjemahkan oleh R. Santoso Brotodiharjo, dalam buku Pengantar Ilmu Hukum

Pajak (Waluyo 2008:2) pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat

dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut

peraturan-peraturan, dengan tidak mendapat prestasi kembali, yang langsung dapat ditunjuk,

dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum

berhubung dengan tugas negara yang menyelenggarakan pemerintahan.

Pengertian pajak menurut Rochmat Soemitro dalam bukunya Dasar-dasar

Hukum Pajak dan Pajak Pendapatan dalam Resmi (2008:1) menyatakan: pajak

adalah iuran kepada kas negara berdasarkan undang-undang

(yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal (kontraprestasi), yang

langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran

umum.

Menurut Atep dalam Darwin (2009:3) pada masa pemerintahan Inggris di

Indonesia (1811 s/d 1816) ketentuan perpajakan atas tanah diberlakukan pada

masa Gubernur Jendral Sir Thomas Standford Raffles (1811-1816) yang disebut

dengan nama Landrente. Sistem perpajakan atas tanah ini berdasarkan suatu dalil

bahwa semua tanah adalah milik kepala-kepala desa dianggap sebagai penyewa

dari tanah-tanah yang dikelola oleh kepala desa itu. Untuk itu mereka harus

(14)

Pada masa kolonial Belanda, pajak atas tanah yang telah dikenakan kepada

rakyat Indonesia oleh pemerintah kolonial Inggris dilanjutkan hanya diganti

dengan nama sesuai bahasa Belanda yaitu landrente dengan beberapa perbaikan.

Pada masa kolonial Belanda ini juga, atas ide Gubernur Jendral Belanda pada

waktu itu, van den Bosch diberlakukan Sistem Tanam Paksa. Kepada rakyat

Indonesia yang memiliki atau menggarap tanah harus menanam komoditas

tertentu dan hasilnya harus diserahkan kepada pemerintah Belanda. Sistem Tanam

Paksa yang banyak menelan korban rakyat Indonesia mendapat berbagai kritikan

sehingga dihapuskan pada tahun 1870. Landrente diberlakukan oleh pemerintah

kolonial Belanda sampai dengan masuknya Jepang ke Indonesia. Pada masa

penjajahan Jepang nama Landrente diganti menjadi Pajak Tanah, namun sistem

dan cara pemungutannya masih sama dengan Landrente peninggalan Belanda.

Pada masa-masa setelah Proklamasi Kemerdekaan, Pajak Tanah berubah

nama lagi menjadi Pajak Bumi. Kemudian Pajak Bumi diganti dengan Pajak

Penghasilan atas Tanah Pertanian yang pengelolaan dan pemungutannya

dilakukan oleh Jawatan Pajak. Pada tahun 1959, pemerintah mengeluarkan

Peraturan Pemerintah Pengganti undang-Undang Nomor 11 Tahun 1959 yang

mengatur tentang Pajak Hasil Bumi.

Pada tahun 1965 Pajak Hasil Bumi diganti menjadi IPEDA (Iuran

Pemerintah Daerah) pada pelaksanaannya dilapangan IPEDA mempunyai

beberapa kelemahan yaitu:

1. Adanya pajak berganda atau pajak yang dikenakan pada objek yang sama.

(15)

Kemudian pada tahun 1984 IPEDA dirubah menjadi Pajak Bumi dan

Bangunan (PBB) dengan dasar pemikiran dari penyusunan Undang-Undang PBB

yaitu:

1. Bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh

negara dan digunakan sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

2. Bumi dan bangunan memberikan keuntungan dan kedudukan sosial

ekonomi yang lebih bagi orang atau badan yang mempunyai suatu hak

atau memperoleh manfaat darinya.

Menurut Agus dalam Darwin (2009:6) Pajak Bumi dan Bangunan adalah

pajak yang dikenakan atas harta tak bergerak berupa bumi dan/atau bangunan.

Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) adalah Pajak negara yang dikenakan

terhadap bumi dan atau bangunan berdasarkan Undang-undang nomor 12 Tahun

1985 tentang Pajak Bumi dan Bangunan sebagaimana telah diubah dengan

Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1994.

PBB adalah pajak yang bersifat kebendaan dalam arti besarnya pajak

terutang ditentukan oleh keadaan objek yaitu bumi/tanah dan atau bangunan.

Keadaan subjek (siapa yang menbayar) tidak ikut menentukan besarnya pajak.

Berdasarkan Undang-Undang Pajak Bumi dan Bangunan Bab V tentang

Dasar Pengenaan dan Cara Menghitung Pajak pada Pasal 7 yaitu: besarnya pajak

yang terhutang dihitung dengan cara mengalikan tarif pajak dengan Nilai Jual

Kena Pajak.

D. Ruang Lingkup Pratik Kerja Lapangan Mandri

Dalam ruang lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri ini penulis

(16)

Dalam hal ini penulis mengumpulkan data antara lain :

1. Mekanisme Perhitungan Pajak Bumi dan Bangunan berdasarkan

Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1994.

2. Penentuan Klasifikasi dan Besarnya Nilai Jual Objek Pajak.

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi Dasar Pengenaan Pajak Bumi dan

Bangunan.

4. Realisasi Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan tahun 2006 sampai

dengan 2010 di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Pematang Siantar.

E. Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri

Adapun metode yang dilakukan penulis dalam pelaksanaan Praktik Kerja

Lapangan Mandiri adalah :

1. Tahap Persiapan

Tahap ini penulis melakukan persiapan mulai dari pengajuan judul,

penentuan judul proposal, penentuan lokasi PKLM, mencari bahan untuk

pembuatan proposal dan surat pengantar.

2. Studi Literatur

Penulis mencari berbagai sumber-sumber bacaan seperti Undang-Undang,

buku-buku, dan bahan tertulis lainnya yang berubungan dengan laporan

PKLM.

3. Observasi Lapangan

Penulis mencari data dan informasi dengan melaksanakan PKLM di

(17)

laporan-laporan yang berhubungan dengan masalah-masalah yang akan

dibahas.

4. Pengumpulan Data

Pengumpulan data dapat dilakukan dengan 2 cara :

a. Data Primer : kegiatan mengumpulkan dan mencari data dengan

melakukan wawancara yang bersumber dari pihak yang memahami

tentang Mekanisme Perhitungan Pajak Bumi dan Bangunan.

b. Data Sekunder : kegiatan mengumpulkan dan mencari data secara

langsung maupun tidak langsung yang bersumber dari refrensi-refrensi

ilmiah yang mendukung PKLM.

5. Analisis dan Evaluasi Data

Yaitu kegiatan studi yang dilakukan dengan cara menganalisis

permasalahan dan kendala yang dihadapi dan mencari tahu atau

menanyakan solusi yang terbaik untuk memecahkan masalah tersebut.

F. Metode Pengumpulan Data

Adapun cara pengumpulan sumber-sumber data adalah sebagai berikut :

1. Wawancara (Interview Guide)

Yaitu mengumpulkan dan mencari data dengan melakukan wawancara dan

mengajukan pertanyaan yang terkait dengan penerimaan pajak bumi dan

(18)

2. Pengamatan (Observation)

Yaitu penulis mencari data dan informasi dengan cara melakukan

pengamatan dan penelitian di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Pematang

Siantar.

3. Dokumentasi

Yaitu mengumpulkan data dan mencari data dengan membuat daftar

dokumentasi yang telah diperoleh dari Instansi Kantor Pelayanan Pajak

Pratama Pematang Siantar.

G. Sistematika Penulisan

Dalam penulisan laporan praktik kerja lapangan mandiri terdiri dari lima

Bab dan dilengkapi dengan Sub Bab dan diberi penjelasan terperinci :

BAB I PENDAHULUAN

Dalam bab ini berisikan tentang Latar Belakang Masalah, Tujuan

dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri, Ruang Lingkup

Praktik Kerja Lapangan Mandiri, Metode Praktik Kerja Lapangan

Mandiri, Metode Pengumpulan Data dan Sistematika Penulisan.

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PKLM

Dalam bab ini penulis menguraikan sejarah singkat berdirinya

Kantor Pelayanan Pajak Pratama Pematangsiantar, struktur

organisasi, fungsi-fungsi, mekanisme kerja dan lokasi tempat

(19)

BAB III GAMBARAN DATA

Dalam bab ini akan menguraikan tentang Pengertian Pajak, Asas

Pemungutan Pajak, Sistem Pemungutan Pajak, Pengertian Pajak

Bumi dan Bangunan, Subjek dan Objek Pajak Bumi dan

Bangunan, Cara Perhitungan Pajak Bumi dan Bangunan.

BAB IV ANALISIS DATA DAN EVALUASI

Pada bab ini penulis menjelaskan data-data mengenai Mekanisme

Perhitungan Pajak Bumi dan Bangunan, Penentuan Klasifikasi

Besarnya Nilai Jual Objek Pajak Bumi dan Bangunan dan

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Dasar Pengenaan Pajak Bumi dan

Bangunan.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bagian ini berisikan kesimpulan yang dibuat oleh penulis

berdasarkan tulisan dan saran-saran yang diberikan oleh penulis.

(20)

20

BAB II

GAMBARAN OBJEK UMUM PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI

A. Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak Pratama Pematang Siantar Kantor Pelayanan Pajak Pratama Pematang Siantar berdiri sejak tanggal 19

September 2008. Organisasi Direktorat Jenderal Pajak pada mulanya merupakan

perpaduan dari beberapa unit organisasi yaitu :

1. Jawatan Pajak yang bertugas melaksanakan pemungutan pajak

berdasarkan Perundang-Undangan dan melakukan pemeriksaan kas

bendaharawan pemerintah.

2. Jawatan lelang yang bertugas melakukan pelelangan terhadap

barang-barang sitaan guna pelunasan piutang pajak negara.

3. Jawatan Akuntan Pajak yang bertugas membantu Jawatan pajak untuk

melaksanakan pemeriksaan pajak terhadap pembukuan wajib pajak badan.

4. Jawatan Pajak Hasil Bumi (Direktorat Iuran Pembangunan Daerah pada

Dirjen Pajak Moneter) yang bertugas melakukan pungutan pajak hasil

bumi dan pajak atas tanah yang pada tahun 1963 dirubah lagi menjadi

Direktorat Pajak Hasil Bumi dan kemudian pada tahun 1965 berubah lagi

menjadi Direktorat Iuran pembangunan Daerah (IPEDA). Dengan

keputusan Presiden RI No. 12 Tahun 1976 tanggal 25 Maret 1976,

Direktorat IPEDA diserahkan dari Direktorat Jenderal Moneter kepada

Direktorat Jenderal Pajak. Pada tanggal 27 Desember 1985 melalui

(21)

menjadi Direktorat Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) Demikian juga unit

kantor di daerah yang semula bernama Inspeksi IPEDA diganti menjadi

Inspeksi pajak Bumi dan Bangunan, dan Kantor Dinas IPEDA diganti

menjadi Kantor Dinas Luar PBB.

Untuk mengkoordinasi pelaksanaan tugas di daerah, dibentuk beberapa

kantor Inspektorat Daerah Pajak (IDA) yaitu di Jakarta dan beberapa daerah

seperti di Sumatera, Jawa, Kalimantan, dan Indonesia Timur. Inspektorat Daerah

kemudian menjadi Kanwil Ditjen Pajak (Kantor Wilayah) seperti yang ada

sekarang.

Setelah Kanwil Ditjen Pajak terbentuk, dibentuklah beberapa unit kerja

berdasarkan pembagian wilayah di seluruh Sumatera Utara Bagian II yaitu KPP

Tebing Tinggi, KPP Kisaran, KPP Pematang Siantar, KPP Rantau Parapat, KPP

Sibolga, KPP Sidempuan, KPP Balige, KPP Kabanjahe dan unit kerja yang

bergerak khusus di bidang pemeriksaan terhadap wajib pajak yaitu Kantor

Pemeriksaan dan Pendidikan Pajak (Karikpa). Seiring dengan perubahan kinerja

di Lingkungan DJP untuk menuju yang lebih baik, maka dilakukan reorganisasi di

lingkungan DJP melalui system modernisasi. Dengan adanya reorganisasi

tersebut, maka unit kerja yang dulu dikenal KPP diganti dengan KPP Pratama.

Unit kerja tersebut adalah :

1. KPP Pratama Tebing Tinggi

2. KPP Pratama Kisaran

3. KPP Pratama Peatang Siantar

4. KPP Pratama Rantau Parapat

(22)

6. KPP Sidempuan

7. KPP Balige

8. KPP Kabanjahe

Kantor Pelayanan Pajak Pratama Pematang Siantar wilayah kerjanya

meliputi kota dan kabupaten yaitu kota Pematang Siantar dan Kabupaten

Simalungun.

1. Kota Pematang Siantar terdiri dari kecamatan: a. Siantar Marihat

b. Siantar Barat

c. Siantar Utara

d. Siantar Timur

e. Siantar Martoba

f. Siantar Sitalasari

g. Siantar Marimbun

2. Kabupaten Simalungun terdiri dari kecamatan: a. Dolok Pardamean

b. Sidamanik

c. Girsang Sipangan Bolon

d. Tanah Jawa

e. Dolok Panribuan

f. Jorlang Hataran

g. Panei

h. Raya

(23)

j. Silou Kahean

k. Raya Kahean

l. Bolok Batu Nanggar

m. Siantar

n. Bandar

o. Bosar Maligas

p. Ujung Padang

q. Pematang Bandar

r. Tapian Dolok

s. Huta Bayu Raja

t. Gunung Malela

u. Gunung Maligas

v. Panombeian Panei

w. Hatonduhan

x. Haranggaol Horison

y. Jawa Maraja Bah Jambi

z. Bandar Huluan

aa. Bandar Masilam

bb.Pematang Silima Huta

cc. Silimakuta

(24)

Visi dari Direktorat Jenderal Pajak :

“Menjadi Institusi pemerintah yang menyelenggarakan sistem administrasi

perpajakan modern yang efektif, efisien, dan dipercaya masyarakat dengan

integrita dan profesionalisme yang tinggi”.

Misi dari Direktorat Jenderal Pajak :

“Menghimpun penerimaan pajak negara berdasarkan Undang-undang

Perpajakan yang mampu mewujudkan kemandirian pembiayaan Anggaran

Pendapatan dan Belanja Negara melalui sistem administrasi perpajakan yang

efektif dan efisien”.

Nilai Direktorat Jenderal Pajak

Dalam rangka mewujudkan visi dan misi , DJP berpedoman kepada

nilai-nilai sebagai berikut :

a. Integritas, yaitu menjalankan tugas dan pekerjaan selalu memegang teguh

kode etik & prinsip-prinsip moral, yang diterjemahkan dengan bertindak

jujur, konsisten dan menepati janji, agar para wajib pajak tidak merasa

kecewa dengan apa yang telah diberikan oleh pihak Direktorat Jenderal

Pajak.

b. Profesionalisme, yaitu memiliki kompetensi di bidang profesi dan

menjalankan tugas dan pekerjaan sesuai dengan kompetensi, kewenangan,

serta norma-norma profesi, etika dan sosial.

c. Inovasi, yaitu memiliki pemikiran yang bersifat terobosan dan / atau

alternative pemecahan masalah yang kreatif, dengan memperhatikan

(25)

d. Teamwork, yaitu memiliki kemampuan untuk bekerja sama dengan

orang/pihak lain, serta membangun network untuk menunjang tugas dan

pekerjaan.

Nilai-nilai tersebut menjadi acuan perilaku bagi seluruh sumber daya

manusia DJP dalam melaksanakan tugas dan pekerjaannya. Diharapkan seluruh

jajaran DJP menjunjung tinggi nilai-nilai tersebut dan mengaplikasikan dalam

pelaksanaan tugas sehingga dapat diperoleh kinerja yang maksimal, dan

selanjutnya untuk memudahkan DJP dalam mencapai visi & misinya dan

prinsip-prinsip moral, yang diterjemahkan dengan bertindak jujur, konsisten, dan

menepati janji.

Makna Logo Instansi Direktorat Jenderal Pajak

Dalam menentukan logo, tentu saja instansi yang bersangkutan memiliki

pertimbangan-pertimbangan khusus, apalagi instansi kepemerintahan seperti

Kantor Pelayanan Pajak Pratama Peamtang Siantar yang berada di bawah naungan

Kementerian Keuangan Republik Indonesia. Setiap logo tentunya memiliki

makna-makna tersendiri begitu juga dengan Kementerian Keuangan Republik

Indonesia.

Gambar 2.1.

(26)

Keterangan :

1. Tulisan yang berbunyi “Nagara Dana Rakca” artinya penghimpunan negara.

2. Bentuk padi melambangkan kemakmuran.

3. Bentuk kapas melambangkan bersih.

4. Bentuk sayap merupakan hakekat dari struktur yang kuat dan tangguh serta

terkoordinir.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa lambang Kementerian Keuangan memiliki makna,

yaitu: “Departemen/Lembaga yang bertugas sebagai penghimpun dana negara

yang bersih demi kemakmuran rakyat Indonesia”.

B. Struktur Organisasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Pematang Siantar

Selain itu, struktur organisasi juga merupakan penyedia lingkungan kerja

yang tepat sesuai dengan keahlian dan kecakapan karyawan masing-masing serta

membatasi kegiatan kerja dan wilayah kerja setiap karyawan.

Adapun kegunaan dari struktur organisasi tersebut adalah :

a. Memudahkan pelaksanaan kerja

b. Mempermudah pengawasan oleh pimpinan

c. Membagi kegiatan kerja khusus pada tiap bagian

d. Mencegah adanya penumpukan kerja pada staff bagian saja

e. Mempermudah kerjasama dalam menyelesaikan suatu pekerjaan sesuai

dengan rencana

Struktur organisasi yang digunakan Kantor Pelayanan Pajak Pratama

(27)

seorang Kepala Kantor dibawah naungan Kantor Wilayah DJP Sumatera Bagian

Utara II, dimana seluruh pegawai adalah Pegawai Negeri Sipil dibawah naungan

Departemen Keuangan Republik Indonesia. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat

pada gambar bagian organisasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Pematang Siantar

(28)

28

STRUKTUR ORGANISASI

KPP PRATAMA PEMATANG SIANTAR

KEPALA KANTOR PELAKSANA KASUBAG UMUM FUNGSIONAL PEMERIKSA PAJAK FUNGSIONAL PENILAI PBB

WASKON I WASKON II WASKON III KASI EKSTENSIFIKASI KASI PENAGIHAN KASI PEMERIKSAAN KASI PELAYANAN KASI PDI PELAKSANA Account Representative (AR) Account Representative (AR) Account Representative (AR)

PELAKSANA PELAKSANA PELAKSANA PELAKSANA

PELAKSANA PELAKSANA

(29)

C. Uraian Tugas dan Fungsi

Secara umum tugas Kepala Kantor dan masing-masing Kepala Seksi KPP

Pratama Pematang Siantar adalah sebagai berikut :

1. Kepala Kantor

Mengingat KPP Pratama merupakan penggabungan dari KPP, KP PBB, dan

Karikpa maka Kepala Kantor KPP Pratama mempunyai tugas mengkoordinasi

pelaksanaan penyuluhan, pelayanan dan pengawasan Wajib Pajak di bidang

Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai, Pajak Penjualan atas Barang

Mewah, dan Pajak Tidak langsung Lainnya dan Pajak Bumi dan Bangunan

dan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan dalam wilayah

wewenangnya berdasarkan peraturan Perundang-Undangan yang berlaku.

2. Subbagian Umum

Mengingat dan menunjang kelancaran tugas Kepala Kantor dalam

mengkoordinasikan tugas dan fungsi pelayanan kesekretarisan terutama dalam

hal pengaturan kegiatan tata usaha dan kepegawaian, keuangan, rumah tangga

serta perlengkapan.

3. Seksi Ekstensifikasi

Membantu tugas Kepala Kantor mengkoordinasikan pelaksanaan & penata

usahaan pengamatan potensi perpajakan, pendataan obyek dan subyek pajak,

penilaian obyek pajak, dan kegiatan ekstensifikasi perpajakan sesuai dengan

ketentuan yang berlaku.

4. Seksi Pengolahan Data dan Informasi

Membantu tugas Kepala Kantor dalam mengkoordinasi pengumpulan,

(30)

perpajakan, urusan tata usaha penerimaan perpajakan, pengalokasian dan

piñata usahaan bagi hasil Pajak Bumi dan Bangunan dan Bea Perolehan Hak

atas tanah dan Bangunan, pelayanan dukungan Teknis Komputer, pemantauan

aplikasi e-SPT dan e-Filling dan penyiapan laporan kinerja, dengan teknologi

yang ada, sehingga dapat memudahkan pekerjaan pada Seksi Pengolahan Data

dan Informasi.

5. Seksi Pengawasan dan Konsultasi (I,II,III)

Membantu tugas Kepala Kantor mengkoordinasikan pengawasan kepatuhan

kewajiban perpajakan Wajib Pajak (PPh, PPN, PBB, BPHTB dan Pajak

lainnya), bimbingan atau himbauan kepada Wajib Pajak dan Konsultasi teknis

perpajakan, penyusunan Profil Wajib Pajak, analisis kinerja Wajib Pajak,

rekonsiliasi data Wajib Pajak dalam rangka melakukan intensifikasi, dan

melakukan evaluasi hasil banding berdasarkan ketentuan yang berlaku. Dalam

satu KPP Pratama terdapat 3 (tiga) Kepala Seksi Pengawasan dan Konsultasi

yang pembagian tugasnya didasarkan pada cakupan wilayah (territorial)

tertentu.

6. Seksi Pelayanan

Membantu Tugas Kepala Kantor mengkoordinasikan penetapan dan

penerbitan produk hukum perpajakan, pengadministrasian dokumen dan

berkas perpajakan, penerimaan dan pengolahan surat pemberitahuan dan surat

lainnya, penyuluhan perpajakan, pelaksanaan registrasi Wajib Pajak, serta

(31)

7. Seksi Pemeriksaan

Membantu tugas Kepala Kantor mengkoordinasikan pelaksanaan penyusunan

rencana pemeriksa, pengawasan pelaksana aturan pemeriksa, penerbitan dan

penyaluran Surat Perintah Pemeriksaan Pajak serta administrasi pemeriksaan

perpajakan lainnya.

8. Seksi Penagihan

Membantu tugas Kepala Kantor mengkoordinasikan pelaksanaan dan

penatausahaan penagihan aktif, piutang pajak, penundaan dan angsuran

tunggakan pajak, dan usulan penghapusan pajak serta penyimpanan

dokumen-dokumen penagihan.

9. Kelompok Jabatan Fungsional

Penjabatan Fungsional terdiri atas Pejabat Fungsional Pemeriksaan dan

Pejabat Fungsional Penilai yang bertanggung jawab secara langsung kepada

Kepala KPP Pratama. Dalam melaksanakan pekerjaan, Pejabat Fungsional

Pemeriksaan berkoordinasi integerasi, sinkronisasi, dan simplifikasi dengan

Seksi Pemeriksaan sedangkan Pejabat Fungsional Penilai berkoordinasi

dengan Seksi Ekstensifikasi. Selain itu, teknologi informatika dan system

informasi secara optimal.

D. Gambaran Pegawai Kantor Pelayanan Pajak Pratama Pematang Siantar Jumlah Pegawai Negeri di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Pematang Siantar

terdiri dari 65 orang :

a. Kepala Kantor Pelayanan Pajak Pratama Pematang Siantar 1 (satu) orang

(32)

c. Seksi Pengolahan Data dan Informasi 12 (dua belas) orang

d. Seksi Pelayanan 13 (tiga belas) orang

e. Seksi Penagihan 6 (enam) orang

f. Seksi Pemeriksaan 2 (dua) orang

g. Seksi Pengawasan dan Konsultasi I 6 (enam) orang

h. Seksi Pengawasan dan Konsultasi II 7 (tujuh) orang

i. Seksi Pengawasan dan Konsultasi III 7 (tujuh) orang

(33)

20

BAB II

GAMBARAN OBJEK UMUM PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI

A. Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak Pratama Pematang Siantar Kantor Pelayanan Pajak Pratama Pematang Siantar berdiri sejak tanggal 19

September 2008. Organisasi Direktorat Jenderal Pajak pada mulanya merupakan

perpaduan dari beberapa unit organisasi yaitu :

1. Jawatan Pajak yang bertugas melaksanakan pemungutan pajak

berdasarkan Perundang-Undangan dan melakukan pemeriksaan kas

bendaharawan pemerintah.

2. Jawatan lelang yang bertugas melakukan pelelangan terhadap

barang-barang sitaan guna pelunasan piutang pajak negara.

3. Jawatan Akuntan Pajak yang bertugas membantu Jawatan pajak untuk

melaksanakan pemeriksaan pajak terhadap pembukuan wajib pajak badan.

4. Jawatan Pajak Hasil Bumi (Direktorat Iuran Pembangunan Daerah pada

Dirjen Pajak Moneter) yang bertugas melakukan pungutan pajak hasil

bumi dan pajak atas tanah yang pada tahun 1963 dirubah lagi menjadi

Direktorat Pajak Hasil Bumi dan kemudian pada tahun 1965 berubah lagi

menjadi Direktorat Iuran pembangunan Daerah (IPEDA). Dengan

keputusan Presiden RI No. 12 Tahun 1976 tanggal 25 Maret 1976,

Direktorat IPEDA diserahkan dari Direktorat Jenderal Moneter kepada

Direktorat Jenderal Pajak. Pada tanggal 27 Desember 1985 melalui

(34)

menjadi Direktorat Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) Demikian juga unit

kantor di daerah yang semula bernama Inspeksi IPEDA diganti menjadi

Inspeksi pajak Bumi dan Bangunan, dan Kantor Dinas IPEDA diganti

menjadi Kantor Dinas Luar PBB.

Untuk mengkoordinasi pelaksanaan tugas di daerah, dibentuk beberapa

kantor Inspektorat Daerah Pajak (IDA) yaitu di Jakarta dan beberapa daerah

seperti di Sumatera, Jawa, Kalimantan, dan Indonesia Timur. Inspektorat Daerah

kemudian menjadi Kanwil Ditjen Pajak (Kantor Wilayah) seperti yang ada

sekarang.

Setelah Kanwil Ditjen Pajak terbentuk, dibentuklah beberapa unit kerja

berdasarkan pembagian wilayah di seluruh Sumatera Utara Bagian II yaitu KPP

Tebing Tinggi, KPP Kisaran, KPP Pematang Siantar, KPP Rantau Parapat, KPP

Sibolga, KPP Sidempuan, KPP Balige, KPP Kabanjahe dan unit kerja yang

bergerak khusus di bidang pemeriksaan terhadap wajib pajak yaitu Kantor

Pemeriksaan dan Pendidikan Pajak (Karikpa). Seiring dengan perubahan kinerja

di Lingkungan DJP untuk menuju yang lebih baik, maka dilakukan reorganisasi di

lingkungan DJP melalui system modernisasi. Dengan adanya reorganisasi

tersebut, maka unit kerja yang dulu dikenal KPP diganti dengan KPP Pratama.

Unit kerja tersebut adalah :

1. KPP Pratama Tebing Tinggi

2. KPP Pratama Kisaran

3. KPP Pratama Peatang Siantar

4. KPP Pratama Rantau Parapat

(35)

6. KPP Sidempuan

7. KPP Balige

8. KPP Kabanjahe

Kantor Pelayanan Pajak Pratama Pematang Siantar wilayah kerjanya

meliputi kota dan kabupaten yaitu kota Pematang Siantar dan Kabupaten

Simalungun.

1. Kota Pematang Siantar terdiri dari kecamatan: a. Siantar Marihat

b. Siantar Barat

c. Siantar Utara

d. Siantar Timur

e. Siantar Martoba

f. Siantar Sitalasari

g. Siantar Marimbun

2. Kabupaten Simalungun terdiri dari kecamatan: a. Dolok Pardamean

b. Sidamanik

c. Girsang Sipangan Bolon

d. Tanah Jawa

e. Dolok Panribuan

f. Jorlang Hataran

g. Panei

h. Raya

(36)

j. Silou Kahean

k. Raya Kahean

l. Bolok Batu Nanggar

m. Siantar

n. Bandar

o. Bosar Maligas

p. Ujung Padang

q. Pematang Bandar

r. Tapian Dolok

s. Huta Bayu Raja

t. Gunung Malela

u. Gunung Maligas

v. Panombeian Panei

w. Hatonduhan

x. Haranggaol Horison

y. Jawa Maraja Bah Jambi

z. Bandar Huluan

aa. Bandar Masilam

bb.Pematang Silima Huta

cc. Silimakuta

(37)

Visi dari Direktorat Jenderal Pajak :

“Menjadi Institusi pemerintah yang menyelenggarakan sistem administrasi

perpajakan modern yang efektif, efisien, dan dipercaya masyarakat dengan

integrita dan profesionalisme yang tinggi”.

Misi dari Direktorat Jenderal Pajak :

“Menghimpun penerimaan pajak negara berdasarkan Undang-undang

Perpajakan yang mampu mewujudkan kemandirian pembiayaan Anggaran

Pendapatan dan Belanja Negara melalui sistem administrasi perpajakan yang

efektif dan efisien”.

Nilai Direktorat Jenderal Pajak

Dalam rangka mewujudkan visi dan misi , DJP berpedoman kepada

nilai-nilai sebagai berikut :

a. Integritas, yaitu menjalankan tugas dan pekerjaan selalu memegang teguh

kode etik & prinsip-prinsip moral, yang diterjemahkan dengan bertindak

jujur, konsisten dan menepati janji, agar para wajib pajak tidak merasa

kecewa dengan apa yang telah diberikan oleh pihak Direktorat Jenderal

Pajak.

b. Profesionalisme, yaitu memiliki kompetensi di bidang profesi dan

menjalankan tugas dan pekerjaan sesuai dengan kompetensi, kewenangan,

serta norma-norma profesi, etika dan sosial.

c. Inovasi, yaitu memiliki pemikiran yang bersifat terobosan dan / atau

alternative pemecahan masalah yang kreatif, dengan memperhatikan

(38)

d. Teamwork, yaitu memiliki kemampuan untuk bekerja sama dengan

orang/pihak lain, serta membangun network untuk menunjang tugas dan

pekerjaan.

Nilai-nilai tersebut menjadi acuan perilaku bagi seluruh sumber daya

manusia DJP dalam melaksanakan tugas dan pekerjaannya. Diharapkan seluruh

jajaran DJP menjunjung tinggi nilai-nilai tersebut dan mengaplikasikan dalam

pelaksanaan tugas sehingga dapat diperoleh kinerja yang maksimal, dan

selanjutnya untuk memudahkan DJP dalam mencapai visi & misinya dan

prinsip-prinsip moral, yang diterjemahkan dengan bertindak jujur, konsisten, dan

menepati janji.

Makna Logo Instansi Direktorat Jenderal Pajak

Dalam menentukan logo, tentu saja instansi yang bersangkutan memiliki

pertimbangan-pertimbangan khusus, apalagi instansi kepemerintahan seperti

Kantor Pelayanan Pajak Pratama Peamtang Siantar yang berada di bawah naungan

Kementerian Keuangan Republik Indonesia. Setiap logo tentunya memiliki

makna-makna tersendiri begitu juga dengan Kementerian Keuangan Republik

[image:38.595.207.419.554.721.2]

Indonesia.

Gambar 2.1.

(39)

Keterangan :

1. Tulisan yang berbunyi “Nagara Dana Rakca” artinya penghimpunan negara.

2. Bentuk padi melambangkan kemakmuran.

3. Bentuk kapas melambangkan bersih.

4. Bentuk sayap merupakan hakekat dari struktur yang kuat dan tangguh serta

terkoordinir.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa lambang Kementerian Keuangan memiliki makna,

yaitu: “Departemen/Lembaga yang bertugas sebagai penghimpun dana negara

yang bersih demi kemakmuran rakyat Indonesia”.

B. Struktur Organisasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Pematang Siantar

Selain itu, struktur organisasi juga merupakan penyedia lingkungan kerja

yang tepat sesuai dengan keahlian dan kecakapan karyawan masing-masing serta

membatasi kegiatan kerja dan wilayah kerja setiap karyawan.

Adapun kegunaan dari struktur organisasi tersebut adalah :

a. Memudahkan pelaksanaan kerja

b. Mempermudah pengawasan oleh pimpinan

c. Membagi kegiatan kerja khusus pada tiap bagian

d. Mencegah adanya penumpukan kerja pada staff bagian saja

e. Mempermudah kerjasama dalam menyelesaikan suatu pekerjaan sesuai

dengan rencana

Struktur organisasi yang digunakan Kantor Pelayanan Pajak Pratama

(40)

seorang Kepala Kantor dibawah naungan Kantor Wilayah DJP Sumatera Bagian

Utara II, dimana seluruh pegawai adalah Pegawai Negeri Sipil dibawah naungan

Departemen Keuangan Republik Indonesia. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat

pada gambar bagian organisasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Pematang Siantar

(41)

28

STRUKTUR ORGANISASI

KPP PRATAMA PEMATANG SIANTAR

KEPALA KANTOR PELAKSANA KASUBAG UMUM FUNGSIONAL PEMERIKSA PAJAK FUNGSIONAL PENILAI PBB

WASKON I WASKON II WASKON III KASI EKSTENSIFIKASI KASI PENAGIHAN KASI PEMERIKSAAN KASI PELAYANAN KASI PDI PELAKSANA Account Representative (AR) Account Representative (AR) Account Representative (AR)

PELAKSANA PELAKSANA PELAKSANA PELAKSANA

PELAKSANA PELAKSANA

(42)

C. Uraian Tugas dan Fungsi

Secara umum tugas Kepala Kantor dan masing-masing Kepala Seksi KPP

Pratama Pematang Siantar adalah sebagai berikut :

1. Kepala Kantor

Mengingat KPP Pratama merupakan penggabungan dari KPP, KP PBB, dan

Karikpa maka Kepala Kantor KPP Pratama mempunyai tugas mengkoordinasi

pelaksanaan penyuluhan, pelayanan dan pengawasan Wajib Pajak di bidang

Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai, Pajak Penjualan atas Barang

Mewah, dan Pajak Tidak langsung Lainnya dan Pajak Bumi dan Bangunan

dan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan dalam wilayah

wewenangnya berdasarkan peraturan Perundang-Undangan yang berlaku.

2. Subbagian Umum

Mengingat dan menunjang kelancaran tugas Kepala Kantor dalam

mengkoordinasikan tugas dan fungsi pelayanan kesekretarisan terutama dalam

hal pengaturan kegiatan tata usaha dan kepegawaian, keuangan, rumah tangga

serta perlengkapan.

3. Seksi Ekstensifikasi

Membantu tugas Kepala Kantor mengkoordinasikan pelaksanaan & penata

usahaan pengamatan potensi perpajakan, pendataan obyek dan subyek pajak,

penilaian obyek pajak, dan kegiatan ekstensifikasi perpajakan sesuai dengan

ketentuan yang berlaku.

4. Seksi Pengolahan Data dan Informasi

Membantu tugas Kepala Kantor dalam mengkoordinasi pengumpulan,

(43)

perpajakan, urusan tata usaha penerimaan perpajakan, pengalokasian dan

piñata usahaan bagi hasil Pajak Bumi dan Bangunan dan Bea Perolehan Hak

atas tanah dan Bangunan, pelayanan dukungan Teknis Komputer, pemantauan

aplikasi e-SPT dan e-Filling dan penyiapan laporan kinerja, dengan teknologi

yang ada, sehingga dapat memudahkan pekerjaan pada Seksi Pengolahan Data

dan Informasi.

5. Seksi Pengawasan dan Konsultasi (I,II,III)

Membantu tugas Kepala Kantor mengkoordinasikan pengawasan kepatuhan

kewajiban perpajakan Wajib Pajak (PPh, PPN, PBB, BPHTB dan Pajak

lainnya), bimbingan atau himbauan kepada Wajib Pajak dan Konsultasi teknis

perpajakan, penyusunan Profil Wajib Pajak, analisis kinerja Wajib Pajak,

rekonsiliasi data Wajib Pajak dalam rangka melakukan intensifikasi, dan

melakukan evaluasi hasil banding berdasarkan ketentuan yang berlaku. Dalam

satu KPP Pratama terdapat 3 (tiga) Kepala Seksi Pengawasan dan Konsultasi

yang pembagian tugasnya didasarkan pada cakupan wilayah (territorial)

tertentu.

6. Seksi Pelayanan

Membantu Tugas Kepala Kantor mengkoordinasikan penetapan dan

penerbitan produk hukum perpajakan, pengadministrasian dokumen dan

berkas perpajakan, penerimaan dan pengolahan surat pemberitahuan dan surat

lainnya, penyuluhan perpajakan, pelaksanaan registrasi Wajib Pajak, serta

(44)

7. Seksi Pemeriksaan

Membantu tugas Kepala Kantor mengkoordinasikan pelaksanaan penyusunan

rencana pemeriksa, pengawasan pelaksana aturan pemeriksa, penerbitan dan

penyaluran Surat Perintah Pemeriksaan Pajak serta administrasi pemeriksaan

perpajakan lainnya.

8. Seksi Penagihan

Membantu tugas Kepala Kantor mengkoordinasikan pelaksanaan dan

penatausahaan penagihan aktif, piutang pajak, penundaan dan angsuran

tunggakan pajak, dan usulan penghapusan pajak serta penyimpanan

dokumen-dokumen penagihan.

9. Kelompok Jabatan Fungsional

Penjabatan Fungsional terdiri atas Pejabat Fungsional Pemeriksaan dan

Pejabat Fungsional Penilai yang bertanggung jawab secara langsung kepada

Kepala KPP Pratama. Dalam melaksanakan pekerjaan, Pejabat Fungsional

Pemeriksaan berkoordinasi integerasi, sinkronisasi, dan simplifikasi dengan

Seksi Pemeriksaan sedangkan Pejabat Fungsional Penilai berkoordinasi

dengan Seksi Ekstensifikasi. Selain itu, teknologi informatika dan system

informasi secara optimal.

D. Gambaran Pegawai Kantor Pelayanan Pajak Pratama Pematang Siantar Jumlah Pegawai Negeri di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Pematang Siantar

terdiri dari 65 orang :

a. Kepala Kantor Pelayanan Pajak Pratama Pematang Siantar 1 (satu) orang

(45)

c. Seksi Pengolahan Data dan Informasi 12 (dua belas) orang

d. Seksi Pelayanan 13 (tiga belas) orang

e. Seksi Penagihan 6 (enam) orang

f. Seksi Pemeriksaan 2 (dua) orang

g. Seksi Pengawasan dan Konsultasi I 6 (enam) orang

h. Seksi Pengawasan dan Konsultasi II 7 (tujuh) orang

i. Seksi Pengawasan dan Konsultasi III 7 (tujuh) orang

(46)

BAB III

GAMBARAN DATA PAJAK BUMI DAN BANGUNAN

A. Gambaran Pajak Secara Umum

Pajak menurut Undang-undang Nomor : 28 tahun 2007 Tentang Ketentuan

Umum Dan Tata Cara Perpajakan adalah kontribusi wajib kepada Negara yang

terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan

undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan

digunakan keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat .

1. Asas Pemungutan Pajak

a. Asas Domisili (asas Tempat Tinggal)

Negara berhak mengenakan pajak atas seluruh penghasilan Wajib Pajak

yang bertempat tinggal di wilayahnya, baik penghasilan yang berasal dari

dalam maupun dari luar negeri. Asas ini berlaku untuk Wajib Pajak dalam

negeri.

b. Asas Sumber

Negara berhak mengenakan pajak atas penghasilan yang bersumber di

wilayahnya tanpa memperhatikan tempat tinggal Wajib Pajak.

c. Asas Kebangsaan

Pengenaan pajak dihubungkan dengan kebangsaan suatu negara, misalnya

pajak bangsa asing di Indonesia dikenakan pada setiap orang yang bukan

berkebangsaan Indonesia yang bertempat tinggal di Indonesia.Asas ini

(47)

2. Sistem Pemungutan Pajak

a. Official assessment system, yaitu suatu sistem pemungutan yang memberi

wewenang kepada pemerintah (fiskus) untuk menentukan besarnya pajak

yang terutang oleh wajib pajak.

b. Self assessment system, yaitu suatu sistem pemungutan pajak yang memberi

wewenang kepada wajib pajak untuk menentukan sendiri besarnya pajak

yang terutang.

c. With holding system, yaitu suatu sistem pemungutan pajak yang memberi

wewenang kepada pihak ketiga (bukan fiskus dan bukan wajib pajak yang

bersangkutan) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh wajib

pajak.

B. Gambaran Pajak Bumi dan Bangunan 1. Pengertian Pajak Bumi Dan Bangunan

Menurut Agus dalam Darwin (2009:6) Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)

adalah Pajak negara yang dikenakan terhadap Bumi dan/atau Bangunan

berdasarkan Undang–undang Nomor 12 Tahun 1985 tentang Pajak Bumi Dan

Bangunan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun

1994.

Pajak Bumi dan Bangunan merupakan Pajak yang bersifat kebendaan

dalam arti besarnya pajak yang terutang dikenakan atas harta tak bergerak berupa

bumi/tanah dan/atau bangunan. Dalam hal ini yang dipentingkan adalah objeknya

dan oleh karena itu keadaan atau status orang atau badan yang dijadikan sebagai

(48)

itu pajak ini disebut pajak objektif. Sebagai pajak objektif mengandung pengertian

bahwa timbulnya kewajiban pajak sangat ditentukan oleh adanya objek pajak

Berdasarkan Pasal 4 ayat (1) Undang-undang Pajak Bumi Dan Bangunan

yang menjadi Subjek Pajak adalah mereka (orang atau badan) yang :

a) Mempunyai hak atas bumi/tanah, dan/atau

b) Memperoleh manfaat atas bumi/tanah, dan/atau

c) Memiliki, menguasai atas bangunan, dan/atau

d) Memperoleh manfaat atas bangunan.

2. Objek dan Subjek Pajak Bumi dan Bangunan a. Objek Pajak Bumi dan Bangunan

Yang menjadi objek dari pajak bumi dan bangunan adalah bumi dan/atau

bangunan.

Bumi adalah permukaan bumi dan tubuh bumi yang ada dibawahnya. Permukaan

bumi meliputi tanah dan perairan pedalaman serta laut wilayah Indonesia. Dari

pengertian tersebut jelas bahwa selain tanah, perairan juga merupakan objek pajak

sehingga tidak heran bahwa objek-objek yang ada di perairan seperti tambang

minyak lepas pantai, budidaya mutiara di laut merupakan objek dari pajak ini.

Selain itu tambang-tambang di daratan baik migas maupun non-migas juga

merupakan objek pajak karena memperoleh manfaat dari tubuh bumi,yang

dikelolanya.

Bangunan adalah kontruksi teknik yang ditanam atau dilekatkan secara

tetap pada tanah dan/atau perairan. Dilekatkan secara tetap pada tanah dan/atau

(49)

tetap berarti bukan merupakan objek pajak, sehingga kapal-kapal dilaut atau di

sungai yang selalu bergerak bukan merupak objek pajak. Namun restoran/rumah

makan dan warung-warung terapung yang keberadaannya tetap pada suatu

perairan merupakan objek pajak dimana keluasan bumi diperhitungkan melalui

keluasan permukaan air yang digunakan untuk tempat objek-objek yang terapung

tersebut.

Yang termasuk dalam pengertian bangunan adalah:

a. Jalan lingkungan yang terletak dalam suatu kompleks bangunan seperti

hotel, pabrik, dan emplasmennya dan lain-lain yang merupakan suatu

kesatuan dengan kompleks bangunan tersebut.

b. Jalan TOL

c. Kolam renang

d. Pagar mewah

e. Tempat olah raga

f. Galangan kapal, dermaga

g. Taman mewah

h. Tempat penampungan/kilang minyak, air dan gas, pipa minyak

i. Fasilitas lain yang memberikan manfaat

Objek pajak yang tidak dikenakan pajak bumi dan bangunan:

a. Digunakan semata-mata untuk melayani kepentingan umum di bidang

ibadah, sosial, kesehatan, pendidikan dan kebudayaan nasional, yang tidak

dimaksudkan untuk memeperoleh keuntungan.

b. Digunakan untuk kuburan, peninggalan purbakala, atau yang sejenis

(50)

c. Merupakan hutan lindung, hutan suaka alam, hutan wisata, taman

nasional, tanah penggembalaan yang dikuasai oleh desa, dan tanah negara

yang belum dibebani suatu hak

d. Digunakan oleh perwakilan diplomatik konsulat berdasarkan asas

perlakuan timbal balik

e. Digunakan oleh badan atau perwakilan organisasi internasional oleh yang

ditentukan Menteri Keuangan

b. Subjek Pajak Bumi dan Bangunan

Subjek pajak bumi dan bangunan adalah orang pribadi atau badan yang

secara nyata mempunyai suatu hak atas bumi, dan/atau memperoleh manfaat atas

bumi, dan/atau memiliki, menguasai dan/atau memperoleh manfaat atas

bangunan.

3. Cara Perhitungan Pajak Bumi dan Bangunan a. Tarif Pajak

Berdasarkan pasal 5 Undang-undang Pajak Bumi dan Bangunan, tarif

pajak yang dikenakan atas objek pajak adalah tarif pajak tunggal sebesar 0,5%

(lima persepuluh persen). Berdasarkan ketentuan tarif ini pajak yang dibayar

selalu akan berubah sesuai dengan jumlah yang dikenakannya. Menurut Sanotoso

dalam Darwin (2009:35) semakin besar jumlah yang dipakai sebagai dasar

pengenaan (NJOP) semakin besar utang pajaknya, akan tetapi kenaikan tersebut

diperoleh dengan persentase yang sama 0,5%.

Penerapan tarif PBB ini berlaku sejak diberlakukannya Undang-undang

Nomor 12 Tahun 1985 tentang PBB pada tanggal 1 Januari 1986. Banyak

(51)

kenaikan tarif, padahal tarif tersebut sejak tahun 1986 sampai dengan saat ini

tidak berubah, tetap 0,5%. Kenaikan PBB yang terjadi setiap tahun adalah karena

kenaikan dasar pengenaan PBB (NJOP PBB) akibat naiknya harga tanah ataupun

kenaikan material dan upah kerja untuk bangunan.

b. Nilai Jual Objek Pajak (NJOP)

Nilai Jual Objek Pajak adalah harga rata-rata yang diperoleh dari

transakasi jual beli yang terjadi secara wajar, dan bila mana tidak terdapat

transaksi jual beli, Nilai Jual Objek Pajak ditentukan melalui perbandingan harga

dengan objek lain yang sejenis, atau nilai perolehan baru, atau Nilai Jual Objek

Pajak Pengganti.

Perbandingan harga dengan objek lain yang sejenis adalah suatau

pendekatan/metode penentuan nilai jual suatu objek pajak dengan cara

membandingkannya dengan objek pajak lain yang sejenis yang letaknya

berdekatan dan fungsinya sama dan telah diketahui harga jualnya.

Nilai perolehan baru adalah suatu pendekatan/metode penentuan nilai jual

suatu objek pajak dengan cara menghitung seluruh biaya yang diketahui untuk

memeperoleh objek tersebut pada saat penilaian dilakukan, yang dikurangi dengan

penyusutan berdasarkan kondisi pisik objek tersebut.

Nilai jual pengganti adalah suatu pendekatan/metode penentuan nilai jual

(52)

c. Nilai Jual Kena Pajak (NJKP)

Nilai jual kena pajak adalah nilai jual yang dipergunakan sebagai dasar

penghitungan pajak, yaitu suatu persentase tertentu dari nilai jual sebenarnya.

Berdasarkan pasal 6 ayat (3) Undang-undang PBB, NJKP ditetapkan

serendah-rendahnya 20% (dua puluh persen) dan setinggi-tinginya 100% (seratus persen)

dari NJOP. Ketentuan besarnya NJKP ini kemudian diatur dengan Peraturan

Pemeruntah dan Peraturan Pemerintah yang terakhir mengenai NJKP adalah

Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2002 tanggal 13 Mei 2002 yang

menentapkan bahwa:

1. Objek pajak perkebunan, kehutanan dan pertamabangan sebesar 40% (empat

puluh persen) dari Nilai Jual Objek Pajak

2. Objek pajak lainnya:

a. Sebesar 40% (empat puluh persen) dari Nilai Jual Objek Pajak apabila

Nilai Jual Objek Pajaknya Rp 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) atau

lebih

b. Sebesar 20% (dua puluh persen) dari Nilai Jual Objek Pajak apabila Nilai

Jual Objek Pajaknya kurang dari Rp 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah)

d. Nilai Jual Objek Pajak Tidak Kena Pajak (NJOPTKP)

Ketentuan NJOPTKP diatur dalam pasal 3 ayat (3) dan ayat (4)

Undang-undang PBB, dimana penyesuaian besarnya NJOPTKP ini ditetapkan oleh

Menteri Keuangan. Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor

201/KMK.04/2000 tanggal 6 Juni 2000 bahwa besarnya Nilai Jual Objek Pajak

Tidak Kena Pajak untuk setiap daerah Kabupaten/Kota, ditetapkan oleh Kepala

(53)

mempertimbangkan pendapat Pemerintah Daerah setempat. Nilai Jual Objek

Pajak Tidak Kena Pajak Rp 8.000.000,00 (delapan juta rupiah) setinggi-tingginya

Rp 12.000.000.00,00 (dua belas juta rupiah). NJOPTKP hanya diberikan pada

satu objek pajak yang nilainya terbesar apabila seseorang mempunyai lebih dari

satu objek pajak.

e. Formula Perhitungan Pajak Bumi dan Bangunan

Berdasarkan pasal 7 Undang-undang PBB besaranya pajak yang terhutang

dihitung dengan cara mengalikan tarif pajak dengan Nilai Jual Kena Pajak atau

apabila dimasukkan dalam satu formula adalah sebagai berikut:

1. PBB = Tarif x NJKP atau

2. PBB = 0,5% x (20% x NJOP) atau

3. PBB = 0,5% x (40% x NJOP)

Namun karena adanya NJOPTKP maka formula di atas dapat dirubah

menjadi sebagai berikut:

1. PBB = Tarif x NJKP x (NJOP-NJOPTKP)

(54)

BAB IV

ANALISIS DAN EVALUASI DATA

A. Cara Perhitungan Pajak Bumi dan Bangunan Pada Sektor Perkotaan dan Pedesaan

Sektor pedesaan dan perkotaan adalah objek pajak bumi dan bangunan

yang meliputi kawasan pertanian, perumahan, perkantoran, pertokoan, industri

serta objek khusus perkotaan. Besarnya Nilai Jual Objek Pajak atas Objek

Pajak Sektor Pedesaan dan Perkotaan ditentukan sebagai berikut :

a. Objek Pajak berupa tanah adalah sebesar Nilai Jual Objek Pajak

berupa tanah.

b. Objek Pajak berupa bangunan adalah sebesar Nilai Jual Objek

Pajak berupa Bangunan.

Contoh,

Sebuah rumah milik Bapak Sujatmiko yang terletak di jalan Muttaqin RT Bah

Kapul kecamatan Siantar Sitalasari Kota Pematang Siantar dengan data dan

informasi sebagai berikut (seksi Ekstensifikasi KPP Pratama Pematang

Siantar) :

Luas Tanah 544m2, NJOP per m2 Rp. 128000

Konversi Kelas 078

Luas Bangunan 100 m2, NJOP per m2 Rp. 823000

Konversi Kelas 023

NJOPTKP Rp. 7000000

(55)

Jawab,

Luas Tanah 544m2 x Rp. 128.000 = Rp. 69632000

Luas bangunan 100m2 x Rp. 823.000 = Rp. 82300000

__________+

NJOP = Rp. 151932000

NJOPTKP = Rp. 7000000

NJKP = Rp. 144932000

PBB,

20% x 0,5% x RP. 144.932.000 = Rp. 144932

B. Cara Perhitungan Pajak Bumi dan Bangunan Pada Sektor Perkebunan Menurut Abd.Rachman dalam Darwin (2009:45) perkebunan adalah usaha

pertanian yang diusahakan dengan pengurusan yang teratur dan sistematik,

penjagaan tanaman yang rapi, kawasan tanaman yang luas, pengelauaran produk

yang teratur dan mengikuti jadwal.

Beradasarkan Peraturan Direktorat Jendral Pajak Nomor PER-50/PJ/2008

sebagaimana telah diubah dengan PER-64/PJ/2010 yang dimaksud dengan sektor

perkebunan adalah objek pajak bumi dan bangunan yang dimiliki, dikuasai,

dan/atau dimanfaatkan oleh orang pribadi atau Badan, yang digunakan untuk

kegiatan usaha perkebunan yang diberikan hak guna usaha perkebunan.

Penilaian untuk NJOP perkabunan menggunakan pendekatan biaya (cost

(56)

Contoh,

PT. Bridgestone suatu perkebunan karet di daerah Dolok Merangir, tahun

2010dengan data dan informasi (seksi Ekstensifikasi KPP Pratama Pematang

Siantar)antara lain :

A. Tanah

1. Areal Kebun

a. Areal menghasilkan/produktif

Luas usia tanaman 3 tahun = 88966200

Nilai tanah dasar/m2 = Rp. 14000

SIT =Rp . 2664

b. Areal belum produktif

Luas tanaman sudah di olah = 13038400

Nilai tanah dasar/m2 = Rp. 14000

Luas tanaman belum di olah = 2850600

Nilai tanah dasar/m2 =Rp. 14000

c. Areal emplasmen

Luas emplasmen = 2568200

Nilai tanah dasar/m2 = Rp. 64000

d. Areal lainnya

Luas tidak produktif = 910500

Nilai tanah dasar/m2 = Rp 1200

Areal jalan = 1930100

(57)

B. Bangunan

1. Pabrik/kilang = 94967m2(Rp. 595000/ m2)

2. Perkantoran = 19094m2 (595000/m2)

3. Perumahan =169964m2 (429000m2)

4. Mess/guest house = 1858m2 (429000/m2)

5. Gudang = 6118m2 (429000/m2)

6. Ruang workshop = ---

7. Sarana olah raga/rekreasi = 440m2 (310000/m2)

8. Poliklinik = 240m2 (310000/m2)

9. MCK = 800m2 (310000/m2)

Berapa besarnya PBB perkebunan tersebut ?

Jawab,

A. NJOP Tanah

1. Areal Kebun

a. Areal menghasilkan/produktif

88966200 x 14000 = Rp. 1245526800000

SIT 88966200 x 2664 = Rp. 236988231500

Nilai Tanah Areal menghasilkan/produktif= Rp. 236988231500 b. Areal belum produktif

sudah di olah = 13038400 x 14000 = Rp. 182537600000

belum di olah = 2850600 x 14000 = Rp. 39908400000

(58)

c. Areal emplasmen 2568200 x 64000 = Rp. 164364800000 d. Areal lainnya tidak produktif =

910500 x 1200 = Rp. 1092600000 Areal jalan = 1930100 x 14000 = Rp. 27021400000 __________________ + ___________________ +

Luas Tanah 110264000 = Rp. 1897439831500 Konversi = 1897439831500 = 17209

110264000

B. NJOP Bangunan

1. Pabrik/kilang = 94967 x 595000 = Rp. 56505365000

2. Perkantoran = 19094 x 595000 = Rp. 11360930000

3. Perumahan = 169964 x 429000 = Rp. 72914556000

4. Mess/guest house = 1858 x 429000 = Rp. 797082000

5. Gudang = 6118 x 429000 = Rp. 2624622000

6. Ruang workshop --- = ---

7. Sarana olah raga = 440 x 310000 = Rp. 136400000

8. Poliklinik = 240 x 310000 = Rp. 74400000

9. MCK = 800 x 310000 = Rp. 248000000

____________ + _______________ +

Luas bangunan 293481 Rp. 144661355000 Konversi Nilai bangunan = 144661355000 = 492916

(59)

Nilai Tanah Rp. 1897439831500

Nilai Bangunan Rp. 144661355000

_______________+

Rp. 2042101186500

NJOPTKP = Rp. 6000000

_______________-NJOP Rp. 2042095186500

NJKP = 40% x 2042095186500 = Rp . 816838074600

PBB = 0,5% x 816838074600 = Rp. 4084190373

C. Cara Penghitungan Pajak Bumi dan Bangunan Pada Sektor Kehutanan Menurut Wahyu dalam Darwin (2009:54) ekploitasi hutan di Indonesia

pada umumnya menggunakan sistem konsesi yang terdiri dari beberapa tipe

yaitu :

a. Hak Pengusaha Hutan (HPH)

b. Hak Pengusaha Hasil Hutan (HPHH)

c. Hak Pengusaha Hasil Tanaman Industri (HPHTI)

Sektor kehutanan adalah objek pajak bumi dan bangunan yang meliputi

areal pengusahaan hutan dan budidaya hutan. Pengenaan PBB sektor kehutanan

diatur melalui Keputusan Direktorat Jendral Pajak Nomor KEP-16/PJ.6/1998

tanggal 30 Desember 1998 tentang Pengenaan Pajak Bumi dan Bangunan dan

khusus untuk pengenaan PBB sektor kehutanan telah di terbitkan Surat Edaran

Direktorat Jendral Pajak Nomor SE-23/PJ.6/1999 tanggal 23 April 1999 tentang

(60)

KEP-16/PJ.6/1998 tersebut di atas dan Surat Edaran Direktorat Jendral Pajak Nomor

SE-73/PJ.6/1999 tanggal 16 Desember 1999 tentang Tata Cara Pengenaan PBB

Sektor Kehutanan.

Bagi wilayah pengusahaan hutan dan budidaya hutan pemegang haknya

biasanya berupa Surat Keputusan dari Pejabat yang berwenang dan pengenaan

PBBnya di dasarkan kepada status dari hak yang dipegang oleh pengelolanya.

Dalam hal ini pengenaan PBBnya dapat dibagi ke dalam 2 (dua) jenis yaitu :

a. Hutan yang dikelola/diusahakan oleh pemegang Hak Pengusaha Hutan

(HPH), Hak Pengusaha Hasil Hutan (HPHH), Ijin Pemanfaatan Kayu

(IPK) dan Ijin lain selain Hak Pengusahaan Hutan Tanaman Industri

(HPHTI)

b. Hak Pengusaha Hutan Tanaman Industri (HPHTI)

Contoh,

PT.Dwi Warna, suatu perusahaan bidang kehutanan (HPHTI) di Sumatera

Utara Daerah tingkat II Simalungun dengan data dan informasi sebagai

berikut (seksi Ekstensifikasi KPP Pratama Pematang Siantar) :

A. Bumi

1. Areal Produktif

a. Tanah yang ditanami komoditas hutan tanaman industry dan telah

menghasilkan :

Jenis tanaman Eucalyptus, luas = 11903000m2 kls 185

Nilai tanah per m2 = Rp 910/m2

(61)

b. Tanah yang belum menghasilkan

Jenis tanaman Eucalyptus :

Tanaman berumur 6 tahun, luas = 5414000m2 kls185

Nilai tanah per m2 = Rp 910/m2

Biaya pembangunan HTI = Rp 483,78/m2

Tanaman berumur 5 tahun, luas = 6020000m2 kls 185

Nilai tanah per m2 = Rp 910/m2

Biaya pembangunan HTI = Rp 472,65/m2

Tanaman berumur 4 tahun, luas = 3037915/m2 kls 185

Nilai tanah per m2 = Rp 910/m2

Biaya pembangunan HTI = Rp 449,13

Tanman berumur 3 tahun, luas = 9649438m2 kls 185

Nilai tanah per m2 = Rp 910/m2

Biaya pembangunan HTI = Rp 400,13

Tanaman berumur 2 tahun, luas = 18250000/m2 kls 185

Nilai tanah per m2 = Rp 910/m2

Biaya pembangunan HTI = Rp 341,35

Tanaman berumur 1 tahun, luas = 22056000/m2 kls 185

Nilai tanah per m2 = Rp 910/m2

Biaya pembangunan HTI = Rp 269,32

Area bekas tebangan, luas = 2576254m2 kls 185

Nilai tanah per m2 = Rp 910/m2

Hutan yang akan dikembangkan

(62)

Nilai tanah per m2 = Rp 350 /m2

2. Areal tidak produktif

Luas = 83405393m2 kls 194

Nilai tanah per m2 = Rp 350/m2

3. Areal yang tidak di kenakan PBB = ---

4. Log ponds = ---

5. Areal dikuasai pihak ke III secara sah

Luas = 9410000m2

6. Tanah emplasmen, luas = 3180000m2 kls 147

Nilai tanah per m2 = Rp 10000/m2

B. Bangunan

1. Pabrik = ---

2. Perkantoran, luas = 442m2 kls 075

Nilai bangunan per m2 = Rp 575890

NJOP bangunan = Rp 595000

3. Gudang/bengkel, luas = 902m2 kls 093

Nilai bangunan per m2 = Rp 143980

NJOP bangunan = Rp 162000

4. Tangki = ---

5. Pipa = ---

6. Perumahan, luas = 1596m2 kls 081

Nilai bangunan per m2 = Rp 452500

NJOP bangunan = Rp 429000

(63)

8. Bangunan poliklinik/puskebun = ---

9. Bangunana sosial = ---

10.Bangunan instansi = ---

11.Jalan di perkeras

di lokasi perkabunan = ---

12.Lain-lain/tangki, luas = 231m2 kls 081

Nilai bangunan per m2 = Rp 429000

Berapa besarnya PBB kehutanan tersebut ?

Jawab,

A. Bumi

1. Areal Produktif

a. Tanah yang di Tanami komoditas

Hutan industry dan telah menghasilkan

Biaya investasi = 11903000 x 483,78 = Rp 5758433340

Nilai tanah = 11903000 x 910 = Rp 10831730000

________________+

Nilai tanah areal menghasilkan/produktif = Rp 16590163340 b. Tanah yang belum mengahsilkan

Jenis tanaman Eucalyptus

Tanaman berumur 6 tahun

Biaya investasi = 5414000 x 483,78 = Rp 2619184920

Nilai tanah = 5414000 x 910 = Rp 4926740000

(64)

Biaya investasi = 6020000 x 472,65 = Rp 2845353000

Nilai tanah = 6020000 x 910 = Rp5478200000

Nilai tanah yang belum menghasilkan = Rp 8323553000 Tanaman berumur 4 tahun

Biaya investasi = 3037915 x 449,13 = Rp 1364418764

Nilai tanah = 3037915 x 910 = Rp 2764502650

Nilai tanah yang belum menghasilkan = Rp 4128921414 Tanaman berumur 3 tahun

Biaya investasi = 9649438 x 400,13 = Rp 3861029627

Nilai tanah = 9649438 x 910 = Rp 8760988580

Nilai tanah yang belum menghasilkan = Rp 12642018207 Tanaman berumur 2 tahun

Biaya investasi = 18250000 x 341,35 = Rp 6229637500

Nilai tanaman = 18250000 x 910 = Rp 16607500000

Nilai tanah yang belum menghasilkan = Rp 22837137500 Tanaman berumur 1 tahun

Biaya investasi = 2205600 x 269,32 = Rp 5940121920

Nilai tanaman = 2205600 x 910 = Rp 20070096000

Nilai tanah yang belum menghasilkan = Rp 26011081920 Area tebangan = 2576254 x 910 = Rp 2344391140 Hutan yang akan di kembangkan

Menjadi HTI = 7848000 x 910 = Rp 7141680000

(65)

4. Log ponds = ---

5. Areal di kuasai pihak ke III secara sah = ---

6. Tanah emplasmen = 3180000 x 10000 = Rp 31800000000 _______________ ________________ Luas tanah = 182750000 Rp 168556758991 B. Bangunan

1. Pabrik = ---

2. Perkantoran = 442 x 595000 = Rp 262990000

3. Gudang/bengkel = 902 x 162000

Gambar

Gambar 2.1.
Gambar 2.1.

Referensi

Dokumen terkait

Ketatnya persaingan penggunaan lahan dan pertumbuhan bangunan yang dapat dilihat dari banyaknya kawasan permukiman terencana yang semakin menyebar, yang

PENYAMPAIAN SURAT PEMBERITAHUAN OBJEK PAJAK (SPOP) PAJAK BUMI DAN BANGUNAN (PBB) BAGI WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA MEDAN POLONIA”.. Pada

Potensi Pajak Bumi dan Bangunan terhadap Total Penerimaan Pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surakarta Tahun 2008.

“ Pelaksanaan Pendataan Objek Pajak Bumi dan Bangunan Dengan Cara Verifikasi Objek Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah ”.. Untuk mengetahui faktor penyebab

Laporan kerja praktek ini berjudul “ TINJAUAN ATAS PROSEDUR PENYELESAIAN MUTASI SEBAGIAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN DI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA BANDUNG CICADAS

Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan Ungaran. Subjek kajian ini adalah Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan Ungaran yang berlokasi di Jalan Diponegoro No. Metode

Kantor Pelayanan Pajak Pratama Pematang Siantar wilayah kerjanya meliputi kota.. dan kabupaten yaitu Kota Pematang Siantar dan

Teknik Dokumentasi Pengumpulan dokumen dilakukan dengan mengumpulkan data kepatuhan Wajib Pajak orang pribadi dengan peredaran bruto tertentu di KPP Pratama Pematang Siantar,