1
TUGAS AKHIR
PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI TENTANG
MEKANISME PERHITUNGAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA PEMATANG
SIANTAR O L E H
NAMA : NOVA FRISCA DWI PUTRI NIM : 082600067
Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Menyelesaikan Studi Pada Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah Swt yang telah memberikan
rahmat-Nya pada kita semua, sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan
Tugas Akhir yang berjudul “ MEKANISME PERHITUNGAN PAJAK BUMI
DAN BANGUNAN PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA
PEMATANG SIANTAR“.
Penulis dalam penyusunan laporan tugas akhir ini dimaksudkan untuk
memenuhi salah satu syarat menamatkan studi Program Diploma III Administrasi
Perpajakan di Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Sumatera Utara.
Tugas akhir ini tidak mungkin terlaksana oleh penulis tanpa bantuan dari
berbagai pihak. Dan dalam kesempatan ini, izinkanlah penulis untuk
mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah memberikan dukungan,
kepercayaan, bantuan dan doa, sehingga laporan PKLM ini dapat terselesaikan.
Maka secara khusus penulis menghaturkan rasa hormat dan ucapan terima kasih
kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara
2. Bapak Drs. Alwi Hashim Batubara, M.Si selaku Ketua Jurusan Program
Diploma III Administrasi Perpajakan Universitas Sumatera Utara
3. Bapak Drs. Alwi Hashim Batubara, M.Si selaku Dosen Pembimbing yang
telah membimbing, memberikan saran, dan arahan kepada saya dalam
menyelesaikan tugas akhir ini.
5. Ibu Arlina, Kak Qorby, Pak Indra, Bang Faisal, dan Bang Ijal pada program
studi Diploma III Administrasi Perpajakan Universitas Sumatera Utara, yang
telah memberikan keringanan dalam segala prosedur yang ada hubungannya
dengan kegiatan perkuliahan
6. Bapak Kepala KPP Pratama Pematang Siantar dan anak-anak buahnya yang
telah memberikan izin untuk melakukan PKLM dan membantu Penulis dalam
penyelesaian tugas akhir ini
7. Kedua Orang Tuaku Andri Syahputra dan Duma Sari Siregar yang telah memberikan doa dan dukungan kepada anak nya yang paling kecil ini baik
secara moril maupun materi dan nama nya sering dijual untuk memperlancar
perkuliahan sehingga saya dapat menyelesaikan tulisan ini. (Royalti dibayar
setelah adek kerja)
8. Kepada kak Deb tersayang a.k.a Deby Selvya Putri Ayu dan kak Tize’ a.k.a Kartika Dewi Saragih yang tiada henti memberi spirit walaupun galau menjadi
mahasiswi tingkat akhir.
9. Kepada Bang Tison, Catur, Anju yang udah memberikan data-data yang
diperlukan dalam penulisan Tugas Akhir saya
10.Kepada Personil “KUCING MEONG” Ayan a.k.a Dian Wimbi Sari, Iyoul a.k.a Putri Yoana Simatupang, Sinti a.k.a Shintya Martha Dewi Saragih dan Mizuno a.k.a Ririn Ramadhani yang udah ngasi saran-saran dan spiritnya selama ini dan kenangan-kenangan lucu selama kuliah…… Tetap semangat ya
11.Kepada bang * yang gak bosan-bosannya ngasi motivasi dan ceramah untuk saya supaya tetap semangat dan mengingatkan saya supaya tidak Copy Paste
dari Tugas Akhir tahun sebelumnya.
12.Buat Love Bird aku makasi ya udah nemeni aku selama menyelesaikan Tugas
Akhir ini mulai dari menentukan judul, buat proposal,riset dan sampai
menyelesaikan Tugas Akhir ini
Medan, Juni 2011
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... iv
DAFTAR TABEL ... vi
DAFTAR GAMBAR ... vii
BAB I. PENDAHULUAN ... 1
A.Latar Belakang Masalah ... 1
B.Tujuan dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri ... 3
C.Uraian Teoritis ... 5
D.Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri ... 7
E. Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri ... 8
F. Metode Pengumpulan Data ... 9
G.Sistematika Penulisan ... 10
BAB II. GAMBARAN OBJEK UMUM PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI A. Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak Pratama Pematang Siantar ... 12
B. Struktur Organisasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Pematang Siantar ... 18
C. Uraian Tugas dan Fungsi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Pematang Siantar ... 21
D. Gambaran Pegawai Kantor Pelayanan Pajak Pratama Pematang Siantar ... 23
BAB III. GAMBARAN DATA PAJAK BUMI DAN BANGUNAN A. Gambaran Pajak Secara Umum ... 25
1. Asas Pemungutan Pajak ... 25
2. System Pemungutan Pajak ... 26
B. Gambaran Pajak Bumi dan Bangunan ... 26
1. Pengertian Pajak Bumi dan Bangunan ... 26
2. Objek dan Subjek Pajak Bumi dan Bangunan ... 27
3. Cara Perhitungan Pajak Bumi dan Bangunan ... 29
BAB IV. ANALISIS DAN EVALUASI DATA A. Cara Perhitungsn Pajak Bumi dan Bangunan Pada Sektor Perkotaan dan Pedesaan ... 32
B. Cara Perhitungan Pajak Bumi dan Bangunan Pada Sektor Perkebunan ... 34
C. Cara Peerhitungan Pajak Bumi dan Bangunan Pada Sektor Kehutanan ... 38
D. Penentuan Klasifikasi Besarnya Nilai Jual Objek Pajak Bumi dan Bangunan ... 45
E. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Dasar Pengenaan Pajak Bumi dan Bangunan ... 51
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ... 55 B. Saran ... 56
DAFTAR TABEL
Tabel I. Klasifikasi Tanah/Bumi Kelompok A ... 46
Table II. Klasifikasi Tanah/Bumi Kelompok B ... 48
Tabel III. Klasifikasi Bangunan Kelompok A ... 51
DAFTAR GAMBAR
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Praktik Kerja Mandiri (PKLM)
Dalam Negara Republik Indonesia yang sebagian besar kehidupan perekonomian rakyatnya masih bercorak agraris, bumi termasuk perairan dan
kekayaan alam yang terkandung di dalamnya mempunyai fungsi penting dalam membangun masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar 1945.Oleh karena itu bagi mereka yang memperoleh manfaat dari bumi dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya, wajar menyerahkan sebagian dari kenikmatan yang diperolehnya kepada negara melalui pembayaran
pajak.
Menurut pendapat .Rochmat Soemitro dalam bukunya Dasar-dasar Hukum Pajak dan Pajak Pendapatan dalam Waluyo (2008:3) menyatakan : pajak
adalah iuran kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal (kontraprestasi), yang langsung
dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum. Pajak atas kekayaan barang tidak bergerak berupa tanah dan bangunan telah ada sejak zaman penjajahan maupun setelah Indonesia merdeka dan di atur dalam berbagai ordonasi yang di ubah menjadi Iuran Pendapatan Daerah
(IPEDA), akan tetapi dasar hukum IPEDA kurang kuat maka sejak adanya reformasi perpajakan sehingga IPEDA dirubah menjadi Pajak Bumi dan
KEP-16/PJ.06/1998 tentang pajak negara yang dikenakan terhadap bumi dan bangunan. Penjelasan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1994. Bahwa bumi adalah permukaan bumi dan tubuh bumi yang ada dibawahnya, permukaan bumi meliputi
tanah dan perairan pedalaman serta laut wilayah Indonesia. Adapun yang dimaksud dengan bangunan adalah kontruksi teknik yang ditanam atau dilekatkan secara tetap pada tanah dan/atau perairan.
Subjek pajak adalah orang pribadi atau badan yang secara nyata mempunyai suatu hak atas bumi dan atau memperoleh manfat atas bumi dan atau
memiliki bangunan dan atau memperoleh manfaat atas bangunan. Wajib pajak adalah subjek pajak yang dikenakan kewajiban membayar pajak.
Objek pajak bumi dan bangunan adalah bumi dan bangunan yang klasifikasi objek pajak nya telah ditentukan oleh Menteri Keuangan. Dalam
menetukan klasifikasi bumi/tanah hasrus diperhatikan faktor-faktor yaitu letak, peruntukan, pemanfaatan, dan kondisi lingkungan dan lain-lain. (Rusdji, 2008 :
9-10).
Dari masa yang lalu sampai sekarang masalah perpajakan merupakan masalah yang rumit bagi masyarakat, hal ini terjadi antara lain karena kurang nya
pengetahuan masyarakat (Subjek Pajak) mengenai peraturan perpajakan khususnya mekanisme perhitungan pajak bumi dan bangunan (PBB). Akan tetapi sebahagian masyarakat sudah mengetahui makanisme perhitungan pajak bumi dan
bangunan di sektor pedesaan dan perkotaan saja sementara pajak bumi dan bangunan terdiri dari sektor pedesaan dan perkotaan, sektor perkebunan, sektor
Dengan adanya Praktik Kerja Lapangan Mandiri ini mahasiswa akan lebih jauh mengerti bagaimana mekanisme perhitungan pajak bumi dan bangunan serta dapat memberikan pengalaman dan pengetahuan baru bagi mahasiswa. Berkenaan
dengan hal tersebut penulis tertarik untuk mebuat karya tulis “MEKANISME PERHITUNGAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA PEMATANG SIANTAR”
B. Tujuan dan Manfaat PKLM
1. Tujuan Praktik Kerja Lapangan Mandiri
Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Untuk mengetahui tata cara perhitungan pajak bumi dan bangunan dalam
Undang-Undang Nomor 12 tahun 1994.
b. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi dasar pengenaan
Pajak Bumi dan Bangunan
c. Untuk mengetahui realisasi penerimaan pajak bumi dan bangunan sektor
perkotaan dan pedesaan, kehutanan, dan perkebunan dari tahun 2008
sampai dengan 2010
d. Untuk mengetahui penentuan klasifikasi besar nya Nilai Jual Objek Pajak
2. Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri
Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut :
Bagi Mahasiswa
a. Menambah wawasan dan pengetahuan di bidang perpajakan pada
umumnya, khususnya dibidang pajak bumi dan bangunan yang kelak
b. Untuk menerapkan disiplin ilmu yang telah dipelajari kedalam
permasalahan yang timbul selama melakukan praktik kerja lapangan
mandiri.
c. Untuk menciptakan dan mengembangkan rasa tanggung jawab,
profesionalitas serta kedisiplinan yang nantinya akan sangat dibutuhkan
dalam memasuki dunia kerja yang sebenarnya.
d. Meningkatkan komunikasi terhadap instansi pemerintahan maupun swasta.
Bagi Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan
a. Membina hubungan kerjasama antara pihak Program Studi Diploma III
Administrasi Perpajakan dengan Kantor Wilayah Direktorat Jendral Pajak
Sumatera Utara II khususnya di Kantor Pelayanan Pajak Pratama
Pematang Siantar.
b. Memberikan uji nyata atas disiplin ilmu yang telah disampaikan selama
perkuliahan.
c. Mendapat masukan dan saran untuk perbaikan dan penyempurnaan
kurikulum Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara (FISIP-USU).
d. Mempromosikan sumber daya manusia yang terdapat di Program Studi
Diploma III Administrasi Perpajakan khususnya dosen dan mahasiswa.
Bagi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Pematang Siantar
a. Membina kerjasama antar Program Studi Diploma III Administrasi
Perpajakan dengan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Pematang Siantar.
b. Menciptakan image yang baik tentang Kantor Pelayanan Pajak Pratama
c. Memperoleh ide-ide baru dan pemikiran yang berguna untuk perbaikan
pengelolaan pajak bumi dan bangunan di Kantor Pealayanan Pajak
Pratama Pematang Siantar.
C. Uraian Teoritis
Pengertian pajak menurut Prof. Dr. P. J. A. Adriani yang telah
diterjemahkan oleh R. Santoso Brotodiharjo, dalam buku Pengantar Ilmu Hukum
Pajak (Waluyo 2008:2) pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat
dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut
peraturan-peraturan, dengan tidak mendapat prestasi kembali, yang langsung dapat ditunjuk,
dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum
berhubung dengan tugas negara yang menyelenggarakan pemerintahan.
Pengertian pajak menurut Rochmat Soemitro dalam bukunya Dasar-dasar
Hukum Pajak dan Pajak Pendapatan dalam Resmi (2008:1) menyatakan: pajak
adalah iuran kepada kas negara berdasarkan undang-undang
(yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal (kontraprestasi), yang
langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran
umum.
Menurut Atep dalam Darwin (2009:3) pada masa pemerintahan Inggris di
Indonesia (1811 s/d 1816) ketentuan perpajakan atas tanah diberlakukan pada
masa Gubernur Jendral Sir Thomas Standford Raffles (1811-1816) yang disebut
dengan nama Landrente. Sistem perpajakan atas tanah ini berdasarkan suatu dalil
bahwa semua tanah adalah milik kepala-kepala desa dianggap sebagai penyewa
dari tanah-tanah yang dikelola oleh kepala desa itu. Untuk itu mereka harus
Pada masa kolonial Belanda, pajak atas tanah yang telah dikenakan kepada
rakyat Indonesia oleh pemerintah kolonial Inggris dilanjutkan hanya diganti
dengan nama sesuai bahasa Belanda yaitu landrente dengan beberapa perbaikan.
Pada masa kolonial Belanda ini juga, atas ide Gubernur Jendral Belanda pada
waktu itu, van den Bosch diberlakukan Sistem Tanam Paksa. Kepada rakyat
Indonesia yang memiliki atau menggarap tanah harus menanam komoditas
tertentu dan hasilnya harus diserahkan kepada pemerintah Belanda. Sistem Tanam
Paksa yang banyak menelan korban rakyat Indonesia mendapat berbagai kritikan
sehingga dihapuskan pada tahun 1870. Landrente diberlakukan oleh pemerintah
kolonial Belanda sampai dengan masuknya Jepang ke Indonesia. Pada masa
penjajahan Jepang nama Landrente diganti menjadi Pajak Tanah, namun sistem
dan cara pemungutannya masih sama dengan Landrente peninggalan Belanda.
Pada masa-masa setelah Proklamasi Kemerdekaan, Pajak Tanah berubah
nama lagi menjadi Pajak Bumi. Kemudian Pajak Bumi diganti dengan Pajak
Penghasilan atas Tanah Pertanian yang pengelolaan dan pemungutannya
dilakukan oleh Jawatan Pajak. Pada tahun 1959, pemerintah mengeluarkan
Peraturan Pemerintah Pengganti undang-Undang Nomor 11 Tahun 1959 yang
mengatur tentang Pajak Hasil Bumi.
Pada tahun 1965 Pajak Hasil Bumi diganti menjadi IPEDA (Iuran
Pemerintah Daerah) pada pelaksanaannya dilapangan IPEDA mempunyai
beberapa kelemahan yaitu:
1. Adanya pajak berganda atau pajak yang dikenakan pada objek yang sama.
Kemudian pada tahun 1984 IPEDA dirubah menjadi Pajak Bumi dan
Bangunan (PBB) dengan dasar pemikiran dari penyusunan Undang-Undang PBB
yaitu:
1. Bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh
negara dan digunakan sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
2. Bumi dan bangunan memberikan keuntungan dan kedudukan sosial
ekonomi yang lebih bagi orang atau badan yang mempunyai suatu hak
atau memperoleh manfaat darinya.
Menurut Agus dalam Darwin (2009:6) Pajak Bumi dan Bangunan adalah
pajak yang dikenakan atas harta tak bergerak berupa bumi dan/atau bangunan.
Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) adalah Pajak negara yang dikenakan
terhadap bumi dan atau bangunan berdasarkan Undang-undang nomor 12 Tahun
1985 tentang Pajak Bumi dan Bangunan sebagaimana telah diubah dengan
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1994.
PBB adalah pajak yang bersifat kebendaan dalam arti besarnya pajak
terutang ditentukan oleh keadaan objek yaitu bumi/tanah dan atau bangunan.
Keadaan subjek (siapa yang menbayar) tidak ikut menentukan besarnya pajak.
Berdasarkan Undang-Undang Pajak Bumi dan Bangunan Bab V tentang
Dasar Pengenaan dan Cara Menghitung Pajak pada Pasal 7 yaitu: besarnya pajak
yang terhutang dihitung dengan cara mengalikan tarif pajak dengan Nilai Jual
Kena Pajak.
D. Ruang Lingkup Pratik Kerja Lapangan Mandri
Dalam ruang lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri ini penulis
Dalam hal ini penulis mengumpulkan data antara lain :
1. Mekanisme Perhitungan Pajak Bumi dan Bangunan berdasarkan
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1994.
2. Penentuan Klasifikasi dan Besarnya Nilai Jual Objek Pajak.
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi Dasar Pengenaan Pajak Bumi dan
Bangunan.
4. Realisasi Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan tahun 2006 sampai
dengan 2010 di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Pematang Siantar.
E. Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri
Adapun metode yang dilakukan penulis dalam pelaksanaan Praktik Kerja
Lapangan Mandiri adalah :
1. Tahap Persiapan
Tahap ini penulis melakukan persiapan mulai dari pengajuan judul,
penentuan judul proposal, penentuan lokasi PKLM, mencari bahan untuk
pembuatan proposal dan surat pengantar.
2. Studi Literatur
Penulis mencari berbagai sumber-sumber bacaan seperti Undang-Undang,
buku-buku, dan bahan tertulis lainnya yang berubungan dengan laporan
PKLM.
3. Observasi Lapangan
Penulis mencari data dan informasi dengan melaksanakan PKLM di
laporan-laporan yang berhubungan dengan masalah-masalah yang akan
dibahas.
4. Pengumpulan Data
Pengumpulan data dapat dilakukan dengan 2 cara :
a. Data Primer : kegiatan mengumpulkan dan mencari data dengan
melakukan wawancara yang bersumber dari pihak yang memahami
tentang Mekanisme Perhitungan Pajak Bumi dan Bangunan.
b. Data Sekunder : kegiatan mengumpulkan dan mencari data secara
langsung maupun tidak langsung yang bersumber dari refrensi-refrensi
ilmiah yang mendukung PKLM.
5. Analisis dan Evaluasi Data
Yaitu kegiatan studi yang dilakukan dengan cara menganalisis
permasalahan dan kendala yang dihadapi dan mencari tahu atau
menanyakan solusi yang terbaik untuk memecahkan masalah tersebut.
F. Metode Pengumpulan Data
Adapun cara pengumpulan sumber-sumber data adalah sebagai berikut :
1. Wawancara (Interview Guide)
Yaitu mengumpulkan dan mencari data dengan melakukan wawancara dan
mengajukan pertanyaan yang terkait dengan penerimaan pajak bumi dan
2. Pengamatan (Observation)
Yaitu penulis mencari data dan informasi dengan cara melakukan
pengamatan dan penelitian di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Pematang
Siantar.
3. Dokumentasi
Yaitu mengumpulkan data dan mencari data dengan membuat daftar
dokumentasi yang telah diperoleh dari Instansi Kantor Pelayanan Pajak
Pratama Pematang Siantar.
G. Sistematika Penulisan
Dalam penulisan laporan praktik kerja lapangan mandiri terdiri dari lima
Bab dan dilengkapi dengan Sub Bab dan diberi penjelasan terperinci :
BAB I PENDAHULUAN
Dalam bab ini berisikan tentang Latar Belakang Masalah, Tujuan
dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri, Ruang Lingkup
Praktik Kerja Lapangan Mandiri, Metode Praktik Kerja Lapangan
Mandiri, Metode Pengumpulan Data dan Sistematika Penulisan.
BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PKLM
Dalam bab ini penulis menguraikan sejarah singkat berdirinya
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Pematangsiantar, struktur
organisasi, fungsi-fungsi, mekanisme kerja dan lokasi tempat
BAB III GAMBARAN DATA
Dalam bab ini akan menguraikan tentang Pengertian Pajak, Asas
Pemungutan Pajak, Sistem Pemungutan Pajak, Pengertian Pajak
Bumi dan Bangunan, Subjek dan Objek Pajak Bumi dan
Bangunan, Cara Perhitungan Pajak Bumi dan Bangunan.
BAB IV ANALISIS DATA DAN EVALUASI
Pada bab ini penulis menjelaskan data-data mengenai Mekanisme
Perhitungan Pajak Bumi dan Bangunan, Penentuan Klasifikasi
Besarnya Nilai Jual Objek Pajak Bumi dan Bangunan dan
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Dasar Pengenaan Pajak Bumi dan
Bangunan.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Pada bagian ini berisikan kesimpulan yang dibuat oleh penulis
berdasarkan tulisan dan saran-saran yang diberikan oleh penulis.
20
BAB II
GAMBARAN OBJEK UMUM PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI
A. Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak Pratama Pematang Siantar Kantor Pelayanan Pajak Pratama Pematang Siantar berdiri sejak tanggal 19
September 2008. Organisasi Direktorat Jenderal Pajak pada mulanya merupakan
perpaduan dari beberapa unit organisasi yaitu :
1. Jawatan Pajak yang bertugas melaksanakan pemungutan pajak
berdasarkan Perundang-Undangan dan melakukan pemeriksaan kas
bendaharawan pemerintah.
2. Jawatan lelang yang bertugas melakukan pelelangan terhadap
barang-barang sitaan guna pelunasan piutang pajak negara.
3. Jawatan Akuntan Pajak yang bertugas membantu Jawatan pajak untuk
melaksanakan pemeriksaan pajak terhadap pembukuan wajib pajak badan.
4. Jawatan Pajak Hasil Bumi (Direktorat Iuran Pembangunan Daerah pada
Dirjen Pajak Moneter) yang bertugas melakukan pungutan pajak hasil
bumi dan pajak atas tanah yang pada tahun 1963 dirubah lagi menjadi
Direktorat Pajak Hasil Bumi dan kemudian pada tahun 1965 berubah lagi
menjadi Direktorat Iuran pembangunan Daerah (IPEDA). Dengan
keputusan Presiden RI No. 12 Tahun 1976 tanggal 25 Maret 1976,
Direktorat IPEDA diserahkan dari Direktorat Jenderal Moneter kepada
Direktorat Jenderal Pajak. Pada tanggal 27 Desember 1985 melalui
menjadi Direktorat Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) Demikian juga unit
kantor di daerah yang semula bernama Inspeksi IPEDA diganti menjadi
Inspeksi pajak Bumi dan Bangunan, dan Kantor Dinas IPEDA diganti
menjadi Kantor Dinas Luar PBB.
Untuk mengkoordinasi pelaksanaan tugas di daerah, dibentuk beberapa
kantor Inspektorat Daerah Pajak (IDA) yaitu di Jakarta dan beberapa daerah
seperti di Sumatera, Jawa, Kalimantan, dan Indonesia Timur. Inspektorat Daerah
kemudian menjadi Kanwil Ditjen Pajak (Kantor Wilayah) seperti yang ada
sekarang.
Setelah Kanwil Ditjen Pajak terbentuk, dibentuklah beberapa unit kerja
berdasarkan pembagian wilayah di seluruh Sumatera Utara Bagian II yaitu KPP
Tebing Tinggi, KPP Kisaran, KPP Pematang Siantar, KPP Rantau Parapat, KPP
Sibolga, KPP Sidempuan, KPP Balige, KPP Kabanjahe dan unit kerja yang
bergerak khusus di bidang pemeriksaan terhadap wajib pajak yaitu Kantor
Pemeriksaan dan Pendidikan Pajak (Karikpa). Seiring dengan perubahan kinerja
di Lingkungan DJP untuk menuju yang lebih baik, maka dilakukan reorganisasi di
lingkungan DJP melalui system modernisasi. Dengan adanya reorganisasi
tersebut, maka unit kerja yang dulu dikenal KPP diganti dengan KPP Pratama.
Unit kerja tersebut adalah :
1. KPP Pratama Tebing Tinggi
2. KPP Pratama Kisaran
3. KPP Pratama Peatang Siantar
4. KPP Pratama Rantau Parapat
6. KPP Sidempuan
7. KPP Balige
8. KPP Kabanjahe
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Pematang Siantar wilayah kerjanya
meliputi kota dan kabupaten yaitu kota Pematang Siantar dan Kabupaten
Simalungun.
1. Kota Pematang Siantar terdiri dari kecamatan: a. Siantar Marihat
b. Siantar Barat
c. Siantar Utara
d. Siantar Timur
e. Siantar Martoba
f. Siantar Sitalasari
g. Siantar Marimbun
2. Kabupaten Simalungun terdiri dari kecamatan: a. Dolok Pardamean
b. Sidamanik
c. Girsang Sipangan Bolon
d. Tanah Jawa
e. Dolok Panribuan
f. Jorlang Hataran
g. Panei
h. Raya
j. Silou Kahean
k. Raya Kahean
l. Bolok Batu Nanggar
m. Siantar
n. Bandar
o. Bosar Maligas
p. Ujung Padang
q. Pematang Bandar
r. Tapian Dolok
s. Huta Bayu Raja
t. Gunung Malela
u. Gunung Maligas
v. Panombeian Panei
w. Hatonduhan
x. Haranggaol Horison
y. Jawa Maraja Bah Jambi
z. Bandar Huluan
aa. Bandar Masilam
bb.Pematang Silima Huta
cc. Silimakuta
Visi dari Direktorat Jenderal Pajak :
“Menjadi Institusi pemerintah yang menyelenggarakan sistem administrasi
perpajakan modern yang efektif, efisien, dan dipercaya masyarakat dengan
integrita dan profesionalisme yang tinggi”.
Misi dari Direktorat Jenderal Pajak :
“Menghimpun penerimaan pajak negara berdasarkan Undang-undang
Perpajakan yang mampu mewujudkan kemandirian pembiayaan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara melalui sistem administrasi perpajakan yang
efektif dan efisien”.
Nilai Direktorat Jenderal Pajak
Dalam rangka mewujudkan visi dan misi , DJP berpedoman kepada
nilai-nilai sebagai berikut :
a. Integritas, yaitu menjalankan tugas dan pekerjaan selalu memegang teguh
kode etik & prinsip-prinsip moral, yang diterjemahkan dengan bertindak
jujur, konsisten dan menepati janji, agar para wajib pajak tidak merasa
kecewa dengan apa yang telah diberikan oleh pihak Direktorat Jenderal
Pajak.
b. Profesionalisme, yaitu memiliki kompetensi di bidang profesi dan
menjalankan tugas dan pekerjaan sesuai dengan kompetensi, kewenangan,
serta norma-norma profesi, etika dan sosial.
c. Inovasi, yaitu memiliki pemikiran yang bersifat terobosan dan / atau
alternative pemecahan masalah yang kreatif, dengan memperhatikan
d. Teamwork, yaitu memiliki kemampuan untuk bekerja sama dengan
orang/pihak lain, serta membangun network untuk menunjang tugas dan
pekerjaan.
Nilai-nilai tersebut menjadi acuan perilaku bagi seluruh sumber daya
manusia DJP dalam melaksanakan tugas dan pekerjaannya. Diharapkan seluruh
jajaran DJP menjunjung tinggi nilai-nilai tersebut dan mengaplikasikan dalam
pelaksanaan tugas sehingga dapat diperoleh kinerja yang maksimal, dan
selanjutnya untuk memudahkan DJP dalam mencapai visi & misinya dan
prinsip-prinsip moral, yang diterjemahkan dengan bertindak jujur, konsisten, dan
menepati janji.
Makna Logo Instansi Direktorat Jenderal Pajak
Dalam menentukan logo, tentu saja instansi yang bersangkutan memiliki
pertimbangan-pertimbangan khusus, apalagi instansi kepemerintahan seperti
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Peamtang Siantar yang berada di bawah naungan
Kementerian Keuangan Republik Indonesia. Setiap logo tentunya memiliki
makna-makna tersendiri begitu juga dengan Kementerian Keuangan Republik
Indonesia.
Gambar 2.1.
Keterangan :
1. Tulisan yang berbunyi “Nagara Dana Rakca” artinya penghimpunan negara.
2. Bentuk padi melambangkan kemakmuran.
3. Bentuk kapas melambangkan bersih.
4. Bentuk sayap merupakan hakekat dari struktur yang kuat dan tangguh serta
terkoordinir.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa lambang Kementerian Keuangan memiliki makna,
yaitu: “Departemen/Lembaga yang bertugas sebagai penghimpun dana negara
yang bersih demi kemakmuran rakyat Indonesia”.
B. Struktur Organisasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Pematang Siantar
Selain itu, struktur organisasi juga merupakan penyedia lingkungan kerja
yang tepat sesuai dengan keahlian dan kecakapan karyawan masing-masing serta
membatasi kegiatan kerja dan wilayah kerja setiap karyawan.
Adapun kegunaan dari struktur organisasi tersebut adalah :
a. Memudahkan pelaksanaan kerja
b. Mempermudah pengawasan oleh pimpinan
c. Membagi kegiatan kerja khusus pada tiap bagian
d. Mencegah adanya penumpukan kerja pada staff bagian saja
e. Mempermudah kerjasama dalam menyelesaikan suatu pekerjaan sesuai
dengan rencana
Struktur organisasi yang digunakan Kantor Pelayanan Pajak Pratama
seorang Kepala Kantor dibawah naungan Kantor Wilayah DJP Sumatera Bagian
Utara II, dimana seluruh pegawai adalah Pegawai Negeri Sipil dibawah naungan
Departemen Keuangan Republik Indonesia. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
pada gambar bagian organisasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Pematang Siantar
28
STRUKTUR ORGANISASI
KPP PRATAMA PEMATANG SIANTAR
KEPALA KANTOR PELAKSANA KASUBAG UMUM FUNGSIONAL PEMERIKSA PAJAK FUNGSIONAL PENILAI PBB
WASKON I WASKON II WASKON III KASI EKSTENSIFIKASI KASI PENAGIHAN KASI PEMERIKSAAN KASI PELAYANAN KASI PDI PELAKSANA Account Representative (AR) Account Representative (AR) Account Representative (AR)
PELAKSANA PELAKSANA PELAKSANA PELAKSANA
PELAKSANA PELAKSANA
C. Uraian Tugas dan Fungsi
Secara umum tugas Kepala Kantor dan masing-masing Kepala Seksi KPP
Pratama Pematang Siantar adalah sebagai berikut :
1. Kepala Kantor
Mengingat KPP Pratama merupakan penggabungan dari KPP, KP PBB, dan
Karikpa maka Kepala Kantor KPP Pratama mempunyai tugas mengkoordinasi
pelaksanaan penyuluhan, pelayanan dan pengawasan Wajib Pajak di bidang
Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai, Pajak Penjualan atas Barang
Mewah, dan Pajak Tidak langsung Lainnya dan Pajak Bumi dan Bangunan
dan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan dalam wilayah
wewenangnya berdasarkan peraturan Perundang-Undangan yang berlaku.
2. Subbagian Umum
Mengingat dan menunjang kelancaran tugas Kepala Kantor dalam
mengkoordinasikan tugas dan fungsi pelayanan kesekretarisan terutama dalam
hal pengaturan kegiatan tata usaha dan kepegawaian, keuangan, rumah tangga
serta perlengkapan.
3. Seksi Ekstensifikasi
Membantu tugas Kepala Kantor mengkoordinasikan pelaksanaan & penata
usahaan pengamatan potensi perpajakan, pendataan obyek dan subyek pajak,
penilaian obyek pajak, dan kegiatan ekstensifikasi perpajakan sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
4. Seksi Pengolahan Data dan Informasi
Membantu tugas Kepala Kantor dalam mengkoordinasi pengumpulan,
perpajakan, urusan tata usaha penerimaan perpajakan, pengalokasian dan
piñata usahaan bagi hasil Pajak Bumi dan Bangunan dan Bea Perolehan Hak
atas tanah dan Bangunan, pelayanan dukungan Teknis Komputer, pemantauan
aplikasi e-SPT dan e-Filling dan penyiapan laporan kinerja, dengan teknologi
yang ada, sehingga dapat memudahkan pekerjaan pada Seksi Pengolahan Data
dan Informasi.
5. Seksi Pengawasan dan Konsultasi (I,II,III)
Membantu tugas Kepala Kantor mengkoordinasikan pengawasan kepatuhan
kewajiban perpajakan Wajib Pajak (PPh, PPN, PBB, BPHTB dan Pajak
lainnya), bimbingan atau himbauan kepada Wajib Pajak dan Konsultasi teknis
perpajakan, penyusunan Profil Wajib Pajak, analisis kinerja Wajib Pajak,
rekonsiliasi data Wajib Pajak dalam rangka melakukan intensifikasi, dan
melakukan evaluasi hasil banding berdasarkan ketentuan yang berlaku. Dalam
satu KPP Pratama terdapat 3 (tiga) Kepala Seksi Pengawasan dan Konsultasi
yang pembagian tugasnya didasarkan pada cakupan wilayah (territorial)
tertentu.
6. Seksi Pelayanan
Membantu Tugas Kepala Kantor mengkoordinasikan penetapan dan
penerbitan produk hukum perpajakan, pengadministrasian dokumen dan
berkas perpajakan, penerimaan dan pengolahan surat pemberitahuan dan surat
lainnya, penyuluhan perpajakan, pelaksanaan registrasi Wajib Pajak, serta
7. Seksi Pemeriksaan
Membantu tugas Kepala Kantor mengkoordinasikan pelaksanaan penyusunan
rencana pemeriksa, pengawasan pelaksana aturan pemeriksa, penerbitan dan
penyaluran Surat Perintah Pemeriksaan Pajak serta administrasi pemeriksaan
perpajakan lainnya.
8. Seksi Penagihan
Membantu tugas Kepala Kantor mengkoordinasikan pelaksanaan dan
penatausahaan penagihan aktif, piutang pajak, penundaan dan angsuran
tunggakan pajak, dan usulan penghapusan pajak serta penyimpanan
dokumen-dokumen penagihan.
9. Kelompok Jabatan Fungsional
Penjabatan Fungsional terdiri atas Pejabat Fungsional Pemeriksaan dan
Pejabat Fungsional Penilai yang bertanggung jawab secara langsung kepada
Kepala KPP Pratama. Dalam melaksanakan pekerjaan, Pejabat Fungsional
Pemeriksaan berkoordinasi integerasi, sinkronisasi, dan simplifikasi dengan
Seksi Pemeriksaan sedangkan Pejabat Fungsional Penilai berkoordinasi
dengan Seksi Ekstensifikasi. Selain itu, teknologi informatika dan system
informasi secara optimal.
D. Gambaran Pegawai Kantor Pelayanan Pajak Pratama Pematang Siantar Jumlah Pegawai Negeri di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Pematang Siantar
terdiri dari 65 orang :
a. Kepala Kantor Pelayanan Pajak Pratama Pematang Siantar 1 (satu) orang
c. Seksi Pengolahan Data dan Informasi 12 (dua belas) orang
d. Seksi Pelayanan 13 (tiga belas) orang
e. Seksi Penagihan 6 (enam) orang
f. Seksi Pemeriksaan 2 (dua) orang
g. Seksi Pengawasan dan Konsultasi I 6 (enam) orang
h. Seksi Pengawasan dan Konsultasi II 7 (tujuh) orang
i. Seksi Pengawasan dan Konsultasi III 7 (tujuh) orang
20
BAB II
GAMBARAN OBJEK UMUM PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI
A. Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak Pratama Pematang Siantar Kantor Pelayanan Pajak Pratama Pematang Siantar berdiri sejak tanggal 19
September 2008. Organisasi Direktorat Jenderal Pajak pada mulanya merupakan
perpaduan dari beberapa unit organisasi yaitu :
1. Jawatan Pajak yang bertugas melaksanakan pemungutan pajak
berdasarkan Perundang-Undangan dan melakukan pemeriksaan kas
bendaharawan pemerintah.
2. Jawatan lelang yang bertugas melakukan pelelangan terhadap
barang-barang sitaan guna pelunasan piutang pajak negara.
3. Jawatan Akuntan Pajak yang bertugas membantu Jawatan pajak untuk
melaksanakan pemeriksaan pajak terhadap pembukuan wajib pajak badan.
4. Jawatan Pajak Hasil Bumi (Direktorat Iuran Pembangunan Daerah pada
Dirjen Pajak Moneter) yang bertugas melakukan pungutan pajak hasil
bumi dan pajak atas tanah yang pada tahun 1963 dirubah lagi menjadi
Direktorat Pajak Hasil Bumi dan kemudian pada tahun 1965 berubah lagi
menjadi Direktorat Iuran pembangunan Daerah (IPEDA). Dengan
keputusan Presiden RI No. 12 Tahun 1976 tanggal 25 Maret 1976,
Direktorat IPEDA diserahkan dari Direktorat Jenderal Moneter kepada
Direktorat Jenderal Pajak. Pada tanggal 27 Desember 1985 melalui
menjadi Direktorat Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) Demikian juga unit
kantor di daerah yang semula bernama Inspeksi IPEDA diganti menjadi
Inspeksi pajak Bumi dan Bangunan, dan Kantor Dinas IPEDA diganti
menjadi Kantor Dinas Luar PBB.
Untuk mengkoordinasi pelaksanaan tugas di daerah, dibentuk beberapa
kantor Inspektorat Daerah Pajak (IDA) yaitu di Jakarta dan beberapa daerah
seperti di Sumatera, Jawa, Kalimantan, dan Indonesia Timur. Inspektorat Daerah
kemudian menjadi Kanwil Ditjen Pajak (Kantor Wilayah) seperti yang ada
sekarang.
Setelah Kanwil Ditjen Pajak terbentuk, dibentuklah beberapa unit kerja
berdasarkan pembagian wilayah di seluruh Sumatera Utara Bagian II yaitu KPP
Tebing Tinggi, KPP Kisaran, KPP Pematang Siantar, KPP Rantau Parapat, KPP
Sibolga, KPP Sidempuan, KPP Balige, KPP Kabanjahe dan unit kerja yang
bergerak khusus di bidang pemeriksaan terhadap wajib pajak yaitu Kantor
Pemeriksaan dan Pendidikan Pajak (Karikpa). Seiring dengan perubahan kinerja
di Lingkungan DJP untuk menuju yang lebih baik, maka dilakukan reorganisasi di
lingkungan DJP melalui system modernisasi. Dengan adanya reorganisasi
tersebut, maka unit kerja yang dulu dikenal KPP diganti dengan KPP Pratama.
Unit kerja tersebut adalah :
1. KPP Pratama Tebing Tinggi
2. KPP Pratama Kisaran
3. KPP Pratama Peatang Siantar
4. KPP Pratama Rantau Parapat
6. KPP Sidempuan
7. KPP Balige
8. KPP Kabanjahe
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Pematang Siantar wilayah kerjanya
meliputi kota dan kabupaten yaitu kota Pematang Siantar dan Kabupaten
Simalungun.
1. Kota Pematang Siantar terdiri dari kecamatan: a. Siantar Marihat
b. Siantar Barat
c. Siantar Utara
d. Siantar Timur
e. Siantar Martoba
f. Siantar Sitalasari
g. Siantar Marimbun
2. Kabupaten Simalungun terdiri dari kecamatan: a. Dolok Pardamean
b. Sidamanik
c. Girsang Sipangan Bolon
d. Tanah Jawa
e. Dolok Panribuan
f. Jorlang Hataran
g. Panei
h. Raya
j. Silou Kahean
k. Raya Kahean
l. Bolok Batu Nanggar
m. Siantar
n. Bandar
o. Bosar Maligas
p. Ujung Padang
q. Pematang Bandar
r. Tapian Dolok
s. Huta Bayu Raja
t. Gunung Malela
u. Gunung Maligas
v. Panombeian Panei
w. Hatonduhan
x. Haranggaol Horison
y. Jawa Maraja Bah Jambi
z. Bandar Huluan
aa. Bandar Masilam
bb.Pematang Silima Huta
cc. Silimakuta
Visi dari Direktorat Jenderal Pajak :
“Menjadi Institusi pemerintah yang menyelenggarakan sistem administrasi
perpajakan modern yang efektif, efisien, dan dipercaya masyarakat dengan
integrita dan profesionalisme yang tinggi”.
Misi dari Direktorat Jenderal Pajak :
“Menghimpun penerimaan pajak negara berdasarkan Undang-undang
Perpajakan yang mampu mewujudkan kemandirian pembiayaan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara melalui sistem administrasi perpajakan yang
efektif dan efisien”.
Nilai Direktorat Jenderal Pajak
Dalam rangka mewujudkan visi dan misi , DJP berpedoman kepada
nilai-nilai sebagai berikut :
a. Integritas, yaitu menjalankan tugas dan pekerjaan selalu memegang teguh
kode etik & prinsip-prinsip moral, yang diterjemahkan dengan bertindak
jujur, konsisten dan menepati janji, agar para wajib pajak tidak merasa
kecewa dengan apa yang telah diberikan oleh pihak Direktorat Jenderal
Pajak.
b. Profesionalisme, yaitu memiliki kompetensi di bidang profesi dan
menjalankan tugas dan pekerjaan sesuai dengan kompetensi, kewenangan,
serta norma-norma profesi, etika dan sosial.
c. Inovasi, yaitu memiliki pemikiran yang bersifat terobosan dan / atau
alternative pemecahan masalah yang kreatif, dengan memperhatikan
d. Teamwork, yaitu memiliki kemampuan untuk bekerja sama dengan
orang/pihak lain, serta membangun network untuk menunjang tugas dan
pekerjaan.
Nilai-nilai tersebut menjadi acuan perilaku bagi seluruh sumber daya
manusia DJP dalam melaksanakan tugas dan pekerjaannya. Diharapkan seluruh
jajaran DJP menjunjung tinggi nilai-nilai tersebut dan mengaplikasikan dalam
pelaksanaan tugas sehingga dapat diperoleh kinerja yang maksimal, dan
selanjutnya untuk memudahkan DJP dalam mencapai visi & misinya dan
prinsip-prinsip moral, yang diterjemahkan dengan bertindak jujur, konsisten, dan
menepati janji.
Makna Logo Instansi Direktorat Jenderal Pajak
Dalam menentukan logo, tentu saja instansi yang bersangkutan memiliki
pertimbangan-pertimbangan khusus, apalagi instansi kepemerintahan seperti
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Peamtang Siantar yang berada di bawah naungan
Kementerian Keuangan Republik Indonesia. Setiap logo tentunya memiliki
makna-makna tersendiri begitu juga dengan Kementerian Keuangan Republik
[image:38.595.207.419.554.721.2]Indonesia.
Gambar 2.1.
Keterangan :
1. Tulisan yang berbunyi “Nagara Dana Rakca” artinya penghimpunan negara.
2. Bentuk padi melambangkan kemakmuran.
3. Bentuk kapas melambangkan bersih.
4. Bentuk sayap merupakan hakekat dari struktur yang kuat dan tangguh serta
terkoordinir.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa lambang Kementerian Keuangan memiliki makna,
yaitu: “Departemen/Lembaga yang bertugas sebagai penghimpun dana negara
yang bersih demi kemakmuran rakyat Indonesia”.
B. Struktur Organisasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Pematang Siantar
Selain itu, struktur organisasi juga merupakan penyedia lingkungan kerja
yang tepat sesuai dengan keahlian dan kecakapan karyawan masing-masing serta
membatasi kegiatan kerja dan wilayah kerja setiap karyawan.
Adapun kegunaan dari struktur organisasi tersebut adalah :
a. Memudahkan pelaksanaan kerja
b. Mempermudah pengawasan oleh pimpinan
c. Membagi kegiatan kerja khusus pada tiap bagian
d. Mencegah adanya penumpukan kerja pada staff bagian saja
e. Mempermudah kerjasama dalam menyelesaikan suatu pekerjaan sesuai
dengan rencana
Struktur organisasi yang digunakan Kantor Pelayanan Pajak Pratama
seorang Kepala Kantor dibawah naungan Kantor Wilayah DJP Sumatera Bagian
Utara II, dimana seluruh pegawai adalah Pegawai Negeri Sipil dibawah naungan
Departemen Keuangan Republik Indonesia. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
pada gambar bagian organisasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Pematang Siantar
28
STRUKTUR ORGANISASI
KPP PRATAMA PEMATANG SIANTAR
KEPALA KANTOR PELAKSANA KASUBAG UMUM FUNGSIONAL PEMERIKSA PAJAK FUNGSIONAL PENILAI PBB
WASKON I WASKON II WASKON III KASI EKSTENSIFIKASI KASI PENAGIHAN KASI PEMERIKSAAN KASI PELAYANAN KASI PDI PELAKSANA Account Representative (AR) Account Representative (AR) Account Representative (AR)
PELAKSANA PELAKSANA PELAKSANA PELAKSANA
PELAKSANA PELAKSANA
C. Uraian Tugas dan Fungsi
Secara umum tugas Kepala Kantor dan masing-masing Kepala Seksi KPP
Pratama Pematang Siantar adalah sebagai berikut :
1. Kepala Kantor
Mengingat KPP Pratama merupakan penggabungan dari KPP, KP PBB, dan
Karikpa maka Kepala Kantor KPP Pratama mempunyai tugas mengkoordinasi
pelaksanaan penyuluhan, pelayanan dan pengawasan Wajib Pajak di bidang
Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai, Pajak Penjualan atas Barang
Mewah, dan Pajak Tidak langsung Lainnya dan Pajak Bumi dan Bangunan
dan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan dalam wilayah
wewenangnya berdasarkan peraturan Perundang-Undangan yang berlaku.
2. Subbagian Umum
Mengingat dan menunjang kelancaran tugas Kepala Kantor dalam
mengkoordinasikan tugas dan fungsi pelayanan kesekretarisan terutama dalam
hal pengaturan kegiatan tata usaha dan kepegawaian, keuangan, rumah tangga
serta perlengkapan.
3. Seksi Ekstensifikasi
Membantu tugas Kepala Kantor mengkoordinasikan pelaksanaan & penata
usahaan pengamatan potensi perpajakan, pendataan obyek dan subyek pajak,
penilaian obyek pajak, dan kegiatan ekstensifikasi perpajakan sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
4. Seksi Pengolahan Data dan Informasi
Membantu tugas Kepala Kantor dalam mengkoordinasi pengumpulan,
perpajakan, urusan tata usaha penerimaan perpajakan, pengalokasian dan
piñata usahaan bagi hasil Pajak Bumi dan Bangunan dan Bea Perolehan Hak
atas tanah dan Bangunan, pelayanan dukungan Teknis Komputer, pemantauan
aplikasi e-SPT dan e-Filling dan penyiapan laporan kinerja, dengan teknologi
yang ada, sehingga dapat memudahkan pekerjaan pada Seksi Pengolahan Data
dan Informasi.
5. Seksi Pengawasan dan Konsultasi (I,II,III)
Membantu tugas Kepala Kantor mengkoordinasikan pengawasan kepatuhan
kewajiban perpajakan Wajib Pajak (PPh, PPN, PBB, BPHTB dan Pajak
lainnya), bimbingan atau himbauan kepada Wajib Pajak dan Konsultasi teknis
perpajakan, penyusunan Profil Wajib Pajak, analisis kinerja Wajib Pajak,
rekonsiliasi data Wajib Pajak dalam rangka melakukan intensifikasi, dan
melakukan evaluasi hasil banding berdasarkan ketentuan yang berlaku. Dalam
satu KPP Pratama terdapat 3 (tiga) Kepala Seksi Pengawasan dan Konsultasi
yang pembagian tugasnya didasarkan pada cakupan wilayah (territorial)
tertentu.
6. Seksi Pelayanan
Membantu Tugas Kepala Kantor mengkoordinasikan penetapan dan
penerbitan produk hukum perpajakan, pengadministrasian dokumen dan
berkas perpajakan, penerimaan dan pengolahan surat pemberitahuan dan surat
lainnya, penyuluhan perpajakan, pelaksanaan registrasi Wajib Pajak, serta
7. Seksi Pemeriksaan
Membantu tugas Kepala Kantor mengkoordinasikan pelaksanaan penyusunan
rencana pemeriksa, pengawasan pelaksana aturan pemeriksa, penerbitan dan
penyaluran Surat Perintah Pemeriksaan Pajak serta administrasi pemeriksaan
perpajakan lainnya.
8. Seksi Penagihan
Membantu tugas Kepala Kantor mengkoordinasikan pelaksanaan dan
penatausahaan penagihan aktif, piutang pajak, penundaan dan angsuran
tunggakan pajak, dan usulan penghapusan pajak serta penyimpanan
dokumen-dokumen penagihan.
9. Kelompok Jabatan Fungsional
Penjabatan Fungsional terdiri atas Pejabat Fungsional Pemeriksaan dan
Pejabat Fungsional Penilai yang bertanggung jawab secara langsung kepada
Kepala KPP Pratama. Dalam melaksanakan pekerjaan, Pejabat Fungsional
Pemeriksaan berkoordinasi integerasi, sinkronisasi, dan simplifikasi dengan
Seksi Pemeriksaan sedangkan Pejabat Fungsional Penilai berkoordinasi
dengan Seksi Ekstensifikasi. Selain itu, teknologi informatika dan system
informasi secara optimal.
D. Gambaran Pegawai Kantor Pelayanan Pajak Pratama Pematang Siantar Jumlah Pegawai Negeri di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Pematang Siantar
terdiri dari 65 orang :
a. Kepala Kantor Pelayanan Pajak Pratama Pematang Siantar 1 (satu) orang
c. Seksi Pengolahan Data dan Informasi 12 (dua belas) orang
d. Seksi Pelayanan 13 (tiga belas) orang
e. Seksi Penagihan 6 (enam) orang
f. Seksi Pemeriksaan 2 (dua) orang
g. Seksi Pengawasan dan Konsultasi I 6 (enam) orang
h. Seksi Pengawasan dan Konsultasi II 7 (tujuh) orang
i. Seksi Pengawasan dan Konsultasi III 7 (tujuh) orang
BAB III
GAMBARAN DATA PAJAK BUMI DAN BANGUNAN
A. Gambaran Pajak Secara Umum
Pajak menurut Undang-undang Nomor : 28 tahun 2007 Tentang Ketentuan
Umum Dan Tata Cara Perpajakan adalah kontribusi wajib kepada Negara yang
terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan
undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan
digunakan keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat .
1. Asas Pemungutan Pajak
a. Asas Domisili (asas Tempat Tinggal)
Negara berhak mengenakan pajak atas seluruh penghasilan Wajib Pajak
yang bertempat tinggal di wilayahnya, baik penghasilan yang berasal dari
dalam maupun dari luar negeri. Asas ini berlaku untuk Wajib Pajak dalam
negeri.
b. Asas Sumber
Negara berhak mengenakan pajak atas penghasilan yang bersumber di
wilayahnya tanpa memperhatikan tempat tinggal Wajib Pajak.
c. Asas Kebangsaan
Pengenaan pajak dihubungkan dengan kebangsaan suatu negara, misalnya
pajak bangsa asing di Indonesia dikenakan pada setiap orang yang bukan
berkebangsaan Indonesia yang bertempat tinggal di Indonesia.Asas ini
2. Sistem Pemungutan Pajak
a. Official assessment system, yaitu suatu sistem pemungutan yang memberi
wewenang kepada pemerintah (fiskus) untuk menentukan besarnya pajak
yang terutang oleh wajib pajak.
b. Self assessment system, yaitu suatu sistem pemungutan pajak yang memberi
wewenang kepada wajib pajak untuk menentukan sendiri besarnya pajak
yang terutang.
c. With holding system, yaitu suatu sistem pemungutan pajak yang memberi
wewenang kepada pihak ketiga (bukan fiskus dan bukan wajib pajak yang
bersangkutan) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh wajib
pajak.
B. Gambaran Pajak Bumi dan Bangunan 1. Pengertian Pajak Bumi Dan Bangunan
Menurut Agus dalam Darwin (2009:6) Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)
adalah Pajak negara yang dikenakan terhadap Bumi dan/atau Bangunan
berdasarkan Undang–undang Nomor 12 Tahun 1985 tentang Pajak Bumi Dan
Bangunan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun
1994.
Pajak Bumi dan Bangunan merupakan Pajak yang bersifat kebendaan
dalam arti besarnya pajak yang terutang dikenakan atas harta tak bergerak berupa
bumi/tanah dan/atau bangunan. Dalam hal ini yang dipentingkan adalah objeknya
dan oleh karena itu keadaan atau status orang atau badan yang dijadikan sebagai
itu pajak ini disebut pajak objektif. Sebagai pajak objektif mengandung pengertian
bahwa timbulnya kewajiban pajak sangat ditentukan oleh adanya objek pajak
Berdasarkan Pasal 4 ayat (1) Undang-undang Pajak Bumi Dan Bangunan
yang menjadi Subjek Pajak adalah mereka (orang atau badan) yang :
a) Mempunyai hak atas bumi/tanah, dan/atau
b) Memperoleh manfaat atas bumi/tanah, dan/atau
c) Memiliki, menguasai atas bangunan, dan/atau
d) Memperoleh manfaat atas bangunan.
2. Objek dan Subjek Pajak Bumi dan Bangunan a. Objek Pajak Bumi dan Bangunan
Yang menjadi objek dari pajak bumi dan bangunan adalah bumi dan/atau
bangunan.
Bumi adalah permukaan bumi dan tubuh bumi yang ada dibawahnya. Permukaan
bumi meliputi tanah dan perairan pedalaman serta laut wilayah Indonesia. Dari
pengertian tersebut jelas bahwa selain tanah, perairan juga merupakan objek pajak
sehingga tidak heran bahwa objek-objek yang ada di perairan seperti tambang
minyak lepas pantai, budidaya mutiara di laut merupakan objek dari pajak ini.
Selain itu tambang-tambang di daratan baik migas maupun non-migas juga
merupakan objek pajak karena memperoleh manfaat dari tubuh bumi,yang
dikelolanya.
Bangunan adalah kontruksi teknik yang ditanam atau dilekatkan secara
tetap pada tanah dan/atau perairan. Dilekatkan secara tetap pada tanah dan/atau
tetap berarti bukan merupakan objek pajak, sehingga kapal-kapal dilaut atau di
sungai yang selalu bergerak bukan merupak objek pajak. Namun restoran/rumah
makan dan warung-warung terapung yang keberadaannya tetap pada suatu
perairan merupakan objek pajak dimana keluasan bumi diperhitungkan melalui
keluasan permukaan air yang digunakan untuk tempat objek-objek yang terapung
tersebut.
Yang termasuk dalam pengertian bangunan adalah:
a. Jalan lingkungan yang terletak dalam suatu kompleks bangunan seperti
hotel, pabrik, dan emplasmennya dan lain-lain yang merupakan suatu
kesatuan dengan kompleks bangunan tersebut.
b. Jalan TOL
c. Kolam renang
d. Pagar mewah
e. Tempat olah raga
f. Galangan kapal, dermaga
g. Taman mewah
h. Tempat penampungan/kilang minyak, air dan gas, pipa minyak
i. Fasilitas lain yang memberikan manfaat
Objek pajak yang tidak dikenakan pajak bumi dan bangunan:
a. Digunakan semata-mata untuk melayani kepentingan umum di bidang
ibadah, sosial, kesehatan, pendidikan dan kebudayaan nasional, yang tidak
dimaksudkan untuk memeperoleh keuntungan.
b. Digunakan untuk kuburan, peninggalan purbakala, atau yang sejenis
c. Merupakan hutan lindung, hutan suaka alam, hutan wisata, taman
nasional, tanah penggembalaan yang dikuasai oleh desa, dan tanah negara
yang belum dibebani suatu hak
d. Digunakan oleh perwakilan diplomatik konsulat berdasarkan asas
perlakuan timbal balik
e. Digunakan oleh badan atau perwakilan organisasi internasional oleh yang
ditentukan Menteri Keuangan
b. Subjek Pajak Bumi dan Bangunan
Subjek pajak bumi dan bangunan adalah orang pribadi atau badan yang
secara nyata mempunyai suatu hak atas bumi, dan/atau memperoleh manfaat atas
bumi, dan/atau memiliki, menguasai dan/atau memperoleh manfaat atas
bangunan.
3. Cara Perhitungan Pajak Bumi dan Bangunan a. Tarif Pajak
Berdasarkan pasal 5 Undang-undang Pajak Bumi dan Bangunan, tarif
pajak yang dikenakan atas objek pajak adalah tarif pajak tunggal sebesar 0,5%
(lima persepuluh persen). Berdasarkan ketentuan tarif ini pajak yang dibayar
selalu akan berubah sesuai dengan jumlah yang dikenakannya. Menurut Sanotoso
dalam Darwin (2009:35) semakin besar jumlah yang dipakai sebagai dasar
pengenaan (NJOP) semakin besar utang pajaknya, akan tetapi kenaikan tersebut
diperoleh dengan persentase yang sama 0,5%.
Penerapan tarif PBB ini berlaku sejak diberlakukannya Undang-undang
Nomor 12 Tahun 1985 tentang PBB pada tanggal 1 Januari 1986. Banyak
kenaikan tarif, padahal tarif tersebut sejak tahun 1986 sampai dengan saat ini
tidak berubah, tetap 0,5%. Kenaikan PBB yang terjadi setiap tahun adalah karena
kenaikan dasar pengenaan PBB (NJOP PBB) akibat naiknya harga tanah ataupun
kenaikan material dan upah kerja untuk bangunan.
b. Nilai Jual Objek Pajak (NJOP)
Nilai Jual Objek Pajak adalah harga rata-rata yang diperoleh dari
transakasi jual beli yang terjadi secara wajar, dan bila mana tidak terdapat
transaksi jual beli, Nilai Jual Objek Pajak ditentukan melalui perbandingan harga
dengan objek lain yang sejenis, atau nilai perolehan baru, atau Nilai Jual Objek
Pajak Pengganti.
Perbandingan harga dengan objek lain yang sejenis adalah suatau
pendekatan/metode penentuan nilai jual suatu objek pajak dengan cara
membandingkannya dengan objek pajak lain yang sejenis yang letaknya
berdekatan dan fungsinya sama dan telah diketahui harga jualnya.
Nilai perolehan baru adalah suatu pendekatan/metode penentuan nilai jual
suatu objek pajak dengan cara menghitung seluruh biaya yang diketahui untuk
memeperoleh objek tersebut pada saat penilaian dilakukan, yang dikurangi dengan
penyusutan berdasarkan kondisi pisik objek tersebut.
Nilai jual pengganti adalah suatu pendekatan/metode penentuan nilai jual
c. Nilai Jual Kena Pajak (NJKP)
Nilai jual kena pajak adalah nilai jual yang dipergunakan sebagai dasar
penghitungan pajak, yaitu suatu persentase tertentu dari nilai jual sebenarnya.
Berdasarkan pasal 6 ayat (3) Undang-undang PBB, NJKP ditetapkan
serendah-rendahnya 20% (dua puluh persen) dan setinggi-tinginya 100% (seratus persen)
dari NJOP. Ketentuan besarnya NJKP ini kemudian diatur dengan Peraturan
Pemeruntah dan Peraturan Pemerintah yang terakhir mengenai NJKP adalah
Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2002 tanggal 13 Mei 2002 yang
menentapkan bahwa:
1. Objek pajak perkebunan, kehutanan dan pertamabangan sebesar 40% (empat
puluh persen) dari Nilai Jual Objek Pajak
2. Objek pajak lainnya:
a. Sebesar 40% (empat puluh persen) dari Nilai Jual Objek Pajak apabila
Nilai Jual Objek Pajaknya Rp 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) atau
lebih
b. Sebesar 20% (dua puluh persen) dari Nilai Jual Objek Pajak apabila Nilai
Jual Objek Pajaknya kurang dari Rp 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah)
d. Nilai Jual Objek Pajak Tidak Kena Pajak (NJOPTKP)
Ketentuan NJOPTKP diatur dalam pasal 3 ayat (3) dan ayat (4)
Undang-undang PBB, dimana penyesuaian besarnya NJOPTKP ini ditetapkan oleh
Menteri Keuangan. Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor
201/KMK.04/2000 tanggal 6 Juni 2000 bahwa besarnya Nilai Jual Objek Pajak
Tidak Kena Pajak untuk setiap daerah Kabupaten/Kota, ditetapkan oleh Kepala
mempertimbangkan pendapat Pemerintah Daerah setempat. Nilai Jual Objek
Pajak Tidak Kena Pajak Rp 8.000.000,00 (delapan juta rupiah) setinggi-tingginya
Rp 12.000.000.00,00 (dua belas juta rupiah). NJOPTKP hanya diberikan pada
satu objek pajak yang nilainya terbesar apabila seseorang mempunyai lebih dari
satu objek pajak.
e. Formula Perhitungan Pajak Bumi dan Bangunan
Berdasarkan pasal 7 Undang-undang PBB besaranya pajak yang terhutang
dihitung dengan cara mengalikan tarif pajak dengan Nilai Jual Kena Pajak atau
apabila dimasukkan dalam satu formula adalah sebagai berikut:
1. PBB = Tarif x NJKP atau
2. PBB = 0,5% x (20% x NJOP) atau
3. PBB = 0,5% x (40% x NJOP)
Namun karena adanya NJOPTKP maka formula di atas dapat dirubah
menjadi sebagai berikut:
1. PBB = Tarif x NJKP x (NJOP-NJOPTKP)
BAB IV
ANALISIS DAN EVALUASI DATA
A. Cara Perhitungan Pajak Bumi dan Bangunan Pada Sektor Perkotaan dan Pedesaan
Sektor pedesaan dan perkotaan adalah objek pajak bumi dan bangunan
yang meliputi kawasan pertanian, perumahan, perkantoran, pertokoan, industri
serta objek khusus perkotaan. Besarnya Nilai Jual Objek Pajak atas Objek
Pajak Sektor Pedesaan dan Perkotaan ditentukan sebagai berikut :
a. Objek Pajak berupa tanah adalah sebesar Nilai Jual Objek Pajak
berupa tanah.
b. Objek Pajak berupa bangunan adalah sebesar Nilai Jual Objek
Pajak berupa Bangunan.
Contoh,
Sebuah rumah milik Bapak Sujatmiko yang terletak di jalan Muttaqin RT Bah
Kapul kecamatan Siantar Sitalasari Kota Pematang Siantar dengan data dan
informasi sebagai berikut (seksi Ekstensifikasi KPP Pratama Pematang
Siantar) :
Luas Tanah 544m2, NJOP per m2 Rp. 128000
Konversi Kelas 078
Luas Bangunan 100 m2, NJOP per m2 Rp. 823000
Konversi Kelas 023
NJOPTKP Rp. 7000000
Jawab,
Luas Tanah 544m2 x Rp. 128.000 = Rp. 69632000
Luas bangunan 100m2 x Rp. 823.000 = Rp. 82300000
__________+
NJOP = Rp. 151932000
NJOPTKP = Rp. 7000000
NJKP = Rp. 144932000
PBB,
20% x 0,5% x RP. 144.932.000 = Rp. 144932
B. Cara Perhitungan Pajak Bumi dan Bangunan Pada Sektor Perkebunan Menurut Abd.Rachman dalam Darwin (2009:45) perkebunan adalah usaha
pertanian yang diusahakan dengan pengurusan yang teratur dan sistematik,
penjagaan tanaman yang rapi, kawasan tanaman yang luas, pengelauaran produk
yang teratur dan mengikuti jadwal.
Beradasarkan Peraturan Direktorat Jendral Pajak Nomor PER-50/PJ/2008
sebagaimana telah diubah dengan PER-64/PJ/2010 yang dimaksud dengan sektor
perkebunan adalah objek pajak bumi dan bangunan yang dimiliki, dikuasai,
dan/atau dimanfaatkan oleh orang pribadi atau Badan, yang digunakan untuk
kegiatan usaha perkebunan yang diberikan hak guna usaha perkebunan.
Penilaian untuk NJOP perkabunan menggunakan pendekatan biaya (cost
Contoh,
PT. Bridgestone suatu perkebunan karet di daerah Dolok Merangir, tahun
2010dengan data dan informasi (seksi Ekstensifikasi KPP Pratama Pematang
Siantar)antara lain :
A. Tanah
1. Areal Kebun
a. Areal menghasilkan/produktif
Luas usia tanaman 3 tahun = 88966200
Nilai tanah dasar/m2 = Rp. 14000
SIT =Rp . 2664
b. Areal belum produktif
Luas tanaman sudah di olah = 13038400
Nilai tanah dasar/m2 = Rp. 14000
Luas tanaman belum di olah = 2850600
Nilai tanah dasar/m2 =Rp. 14000
c. Areal emplasmen
Luas emplasmen = 2568200
Nilai tanah dasar/m2 = Rp. 64000
d. Areal lainnya
Luas tidak produktif = 910500
Nilai tanah dasar/m2 = Rp 1200
Areal jalan = 1930100
B. Bangunan
1. Pabrik/kilang = 94967m2(Rp. 595000/ m2)
2. Perkantoran = 19094m2 (595000/m2)
3. Perumahan =169964m2 (429000m2)
4. Mess/guest house = 1858m2 (429000/m2)
5. Gudang = 6118m2 (429000/m2)
6. Ruang workshop = ---
7. Sarana olah raga/rekreasi = 440m2 (310000/m2)
8. Poliklinik = 240m2 (310000/m2)
9. MCK = 800m2 (310000/m2)
Berapa besarnya PBB perkebunan tersebut ?
Jawab,
A. NJOP Tanah
1. Areal Kebun
a. Areal menghasilkan/produktif
88966200 x 14000 = Rp. 1245526800000
SIT 88966200 x 2664 = Rp. 236988231500
Nilai Tanah Areal menghasilkan/produktif= Rp. 236988231500 b. Areal belum produktif
sudah di olah = 13038400 x 14000 = Rp. 182537600000
belum di olah = 2850600 x 14000 = Rp. 39908400000
c. Areal emplasmen 2568200 x 64000 = Rp. 164364800000 d. Areal lainnya tidak produktif =
910500 x 1200 = Rp. 1092600000 Areal jalan = 1930100 x 14000 = Rp. 27021400000 __________________ + ___________________ +
Luas Tanah 110264000 = Rp. 1897439831500 Konversi = 1897439831500 = 17209
110264000
B. NJOP Bangunan
1. Pabrik/kilang = 94967 x 595000 = Rp. 56505365000
2. Perkantoran = 19094 x 595000 = Rp. 11360930000
3. Perumahan = 169964 x 429000 = Rp. 72914556000
4. Mess/guest house = 1858 x 429000 = Rp. 797082000
5. Gudang = 6118 x 429000 = Rp. 2624622000
6. Ruang workshop --- = ---
7. Sarana olah raga = 440 x 310000 = Rp. 136400000
8. Poliklinik = 240 x 310000 = Rp. 74400000
9. MCK = 800 x 310000 = Rp. 248000000
____________ + _______________ +
Luas bangunan 293481 Rp. 144661355000 Konversi Nilai bangunan = 144661355000 = 492916
Nilai Tanah Rp. 1897439831500
Nilai Bangunan Rp. 144661355000
_______________+
Rp. 2042101186500
NJOPTKP = Rp. 6000000
_______________-NJOP Rp. 2042095186500
NJKP = 40% x 2042095186500 = Rp . 816838074600
PBB = 0,5% x 816838074600 = Rp. 4084190373
C. Cara Penghitungan Pajak Bumi dan Bangunan Pada Sektor Kehutanan Menurut Wahyu dalam Darwin (2009:54) ekploitasi hutan di Indonesia
pada umumnya menggunakan sistem konsesi yang terdiri dari beberapa tipe
yaitu :
a. Hak Pengusaha Hutan (HPH)
b. Hak Pengusaha Hasil Hutan (HPHH)
c. Hak Pengusaha Hasil Tanaman Industri (HPHTI)
Sektor kehutanan adalah objek pajak bumi dan bangunan yang meliputi
areal pengusahaan hutan dan budidaya hutan. Pengenaan PBB sektor kehutanan
diatur melalui Keputusan Direktorat Jendral Pajak Nomor KEP-16/PJ.6/1998
tanggal 30 Desember 1998 tentang Pengenaan Pajak Bumi dan Bangunan dan
khusus untuk pengenaan PBB sektor kehutanan telah di terbitkan Surat Edaran
Direktorat Jendral Pajak Nomor SE-23/PJ.6/1999 tanggal 23 April 1999 tentang
KEP-16/PJ.6/1998 tersebut di atas dan Surat Edaran Direktorat Jendral Pajak Nomor
SE-73/PJ.6/1999 tanggal 16 Desember 1999 tentang Tata Cara Pengenaan PBB
Sektor Kehutanan.
Bagi wilayah pengusahaan hutan dan budidaya hutan pemegang haknya
biasanya berupa Surat Keputusan dari Pejabat yang berwenang dan pengenaan
PBBnya di dasarkan kepada status dari hak yang dipegang oleh pengelolanya.
Dalam hal ini pengenaan PBBnya dapat dibagi ke dalam 2 (dua) jenis yaitu :
a. Hutan yang dikelola/diusahakan oleh pemegang Hak Pengusaha Hutan
(HPH), Hak Pengusaha Hasil Hutan (HPHH), Ijin Pemanfaatan Kayu
(IPK) dan Ijin lain selain Hak Pengusahaan Hutan Tanaman Industri
(HPHTI)
b. Hak Pengusaha Hutan Tanaman Industri (HPHTI)
Contoh,
PT.Dwi Warna, suatu perusahaan bidang kehutanan (HPHTI) di Sumatera
Utara Daerah tingkat II Simalungun dengan data dan informasi sebagai
berikut (seksi Ekstensifikasi KPP Pratama Pematang Siantar) :
A. Bumi
1. Areal Produktif
a. Tanah yang ditanami komoditas hutan tanaman industry dan telah
menghasilkan :
Jenis tanaman Eucalyptus, luas = 11903000m2 kls 185
Nilai tanah per m2 = Rp 910/m2
b. Tanah yang belum menghasilkan
Jenis tanaman Eucalyptus :
Tanaman berumur 6 tahun, luas = 5414000m2 kls185
Nilai tanah per m2 = Rp 910/m2
Biaya pembangunan HTI = Rp 483,78/m2
Tanaman berumur 5 tahun, luas = 6020000m2 kls 185
Nilai tanah per m2 = Rp 910/m2
Biaya pembangunan HTI = Rp 472,65/m2
Tanaman berumur 4 tahun, luas = 3037915/m2 kls 185
Nilai tanah per m2 = Rp 910/m2
Biaya pembangunan HTI = Rp 449,13
Tanman berumur 3 tahun, luas = 9649438m2 kls 185
Nilai tanah per m2 = Rp 910/m2
Biaya pembangunan HTI = Rp 400,13
Tanaman berumur 2 tahun, luas = 18250000/m2 kls 185
Nilai tanah per m2 = Rp 910/m2
Biaya pembangunan HTI = Rp 341,35
Tanaman berumur 1 tahun, luas = 22056000/m2 kls 185
Nilai tanah per m2 = Rp 910/m2
Biaya pembangunan HTI = Rp 269,32
Area bekas tebangan, luas = 2576254m2 kls 185
Nilai tanah per m2 = Rp 910/m2
Hutan yang akan dikembangkan
Nilai tanah per m2 = Rp 350 /m2
2. Areal tidak produktif
Luas = 83405393m2 kls 194
Nilai tanah per m2 = Rp 350/m2
3. Areal yang tidak di kenakan PBB = ---
4. Log ponds = ---
5. Areal dikuasai pihak ke III secara sah
Luas = 9410000m2
6. Tanah emplasmen, luas = 3180000m2 kls 147
Nilai tanah per m2 = Rp 10000/m2
B. Bangunan
1. Pabrik = ---
2. Perkantoran, luas = 442m2 kls 075
Nilai bangunan per m2 = Rp 575890
NJOP bangunan = Rp 595000
3. Gudang/bengkel, luas = 902m2 kls 093
Nilai bangunan per m2 = Rp 143980
NJOP bangunan = Rp 162000
4. Tangki = ---
5. Pipa = ---
6. Perumahan, luas = 1596m2 kls 081
Nilai bangunan per m2 = Rp 452500
NJOP bangunan = Rp 429000
8. Bangunan poliklinik/puskebun = ---
9. Bangunana sosial = ---
10.Bangunan instansi = ---
11.Jalan di perkeras
di lokasi perkabunan = ---
12.Lain-lain/tangki, luas = 231m2 kls 081
Nilai bangunan per m2 = Rp 429000
Berapa besarnya PBB kehutanan tersebut ?
Jawab,
A. Bumi
1. Areal Produktif
a. Tanah yang di Tanami komoditas
Hutan industry dan telah menghasilkan
Biaya investasi = 11903000 x 483,78 = Rp 5758433340
Nilai tanah = 11903000 x 910 = Rp 10831730000
________________+
Nilai tanah areal menghasilkan/produktif = Rp 16590163340 b. Tanah yang belum mengahsilkan
Jenis tanaman Eucalyptus
Tanaman berumur 6 tahun
Biaya investasi = 5414000 x 483,78 = Rp 2619184920
Nilai tanah = 5414000 x 910 = Rp 4926740000
Biaya investasi = 6020000 x 472,65 = Rp 2845353000
Nilai tanah = 6020000 x 910 = Rp5478200000
Nilai tanah yang belum menghasilkan = Rp 8323553000 Tanaman berumur 4 tahun
Biaya investasi = 3037915 x 449,13 = Rp 1364418764
Nilai tanah = 3037915 x 910 = Rp 2764502650
Nilai tanah yang belum menghasilkan = Rp 4128921414 Tanaman berumur 3 tahun
Biaya investasi = 9649438 x 400,13 = Rp 3861029627
Nilai tanah = 9649438 x 910 = Rp 8760988580
Nilai tanah yang belum menghasilkan = Rp 12642018207 Tanaman berumur 2 tahun
Biaya investasi = 18250000 x 341,35 = Rp 6229637500
Nilai tanaman = 18250000 x 910 = Rp 16607500000
Nilai tanah yang belum menghasilkan = Rp 22837137500 Tanaman berumur 1 tahun
Biaya investasi = 2205600 x 269,32 = Rp 5940121920
Nilai tanaman = 2205600 x 910 = Rp 20070096000
Nilai tanah yang belum menghasilkan = Rp 26011081920 Area tebangan = 2576254 x 910 = Rp 2344391140 Hutan yang akan di kembangkan
Menjadi HTI = 7848000 x 910 = Rp 7141680000
4. Log ponds = ---
5. Areal di kuasai pihak ke III secara sah = ---
6. Tanah emplasmen = 3180000 x 10000 = Rp 31800000000 _______________ ________________ Luas tanah = 182750000 Rp 168556758991 B. Bangunan
1. Pabrik = ---
2. Perkantoran = 442 x 595000 = Rp 262990000
3. Gudang/bengkel = 902 x 162000