ii
The research was conducted at PT. PLN (Persero) Distribution West Java and Banten. The main purpose of this study was to determine the recording of customer receivables PT. PLN (Persero) West Java and Banten Disttibusi
The method used in this study was to
descriptive method, which is a method used to describe an outcome of research but not used to make broader conclusions. The data was collected by conducting direct observation of the object to be studied and the literature conducted by reading and studying books related to the problem.
The results of this study is the analysis of customer accounts receivable records PT. PLN (Persero) Distribution West Java and Banten, starting from the published account in a later recording of receivables and payment of late fees further notes receivable changes smoothly into the next doubtful accounts allowance for doubtful accounts of sales. Receivables are then reported to the Accounting function to be recorded as revenue for the PT. PLN (Persero)
Distribution West Java and Banten.
.
i
Penelitian ini dilaksanakan pada PT. PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan
banten. Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pencatatan piutang
pelanggan PT. PLN (Persero) Disttibusi Jawa Barat dan Banten.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, yaitu
suatu metode yang digunakan untuk menggambarkan suatu hasil penelitian tetapi
tidak digunakan untuk membuat kesimpulan yang lebih luas. Pengumpulan data
dilakukan dengan cara melakukan peninjauan langsung terhadap objek yang akan
diteliti dan kepustakaan yang dilakukan dengan cara membaca dan mempelajari
buku-buku yang berkaitan dengan masalah.
Hasil penelitian ini adalah analisis pencatatan piutang pelanggan PT. PLN
(Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten yang diawali dari pencatatan rekening
terbit kemudian pencatatan pelunasan piutang dan biaya keterlambatan selanjutnya
mencatat perubahan piutang lancara menjadi piutang tidak tertagih yang selanjutnya
penyisihan piutang tidak tertagih penjualan. Piutang-piutang tersebut selanjutnya
dilaporkan ke Fungsi Akuntansi untuk dicatat sebagai pendapatan bagi PT. PLN
(Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten.
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Penelitian
Di era globalisasi sekarang ini, dunia usaha dan teknologi yang terjadi di
Indonesia dirasakan sangat maju dan pesat, ini disebabkan dengan banyakya peluang
usaha yang dimanfaatkan oleh investor baik dalam negeri maupun luar negeri, untuk
menghadapi era globalisasi dan persaingan yang sangat ketat serta ketidakpastian,
maka setiap perusahaan di tuntut untuk mengoptimalkan kemampuan sumber
dayanya serta strategi untuk menghadapi para pesaing agar bisa tetap bersaing.
(Tugas Akhir:Kiki Ariani:2009:1)
Penjualan pada suatu perusahaan dapat dikatakan aktif apabila perusahaan
tersebut menjalankan kegiatan usaha dalam jangka yang relative panjang untuk
mencapai tujuan perusahaan yaitu menghasilkan keuntungan yang semaksimal
mungkin dan menjaga ketahanan hidup perusahaan tersebut. Kegiatan penjualan
terdiri dari transaksi penjualan barang atau jasa, baik secara tunai maupun kredit.
Dalam transaksi penjualan tunai, barang atau jasa baru diserahkan oleh pembeli bila
perusahaan telah menerima kas dari pembeli sedangkan dalam transaksi penjualan
kredit, jika order dari pelanggan telah dipenuhi dengan pengiriman barang atau jasa,
untuk jangka waktu tertentu perusahaan memiliki piutang kepada pelanggannya.
Dalam suatu perusahaan, terutama perusahaan yang melakukan penjualan baik
itu penjualan secara tunai maupun kredit, harus melakukan pencatatan atas penjualan
tersebut. Dimana pencatatan merupakan pembuatan suatu catatan pembukuan,
kronologis kejadian yang terjadi, terukur melalui suatu cara yang sistematis dan
teratur.
Pada dasarnya setiap perusahaan pasti mengiginkan laba seoptimal mungkin,
laba tersebut diperoleh perusahaan dengan cara melakukan penjualan barang atau
jasa. Sistem penjualan yang dilakukannya pun beragam, yaitu dengan cara
pembayaran langsung maupun dengan menangguhkan pembayaran. Pembayaran
yang ditangguhkan berarti pembayaran yang dilakukan atau di bayar tidak pada saat
barang atau jasa tersebut dikonsumsi oleh kita, melainkan dibayar dalam waktu
paling lama satu tahun atau sesuai dengan ketentuan perusahaan tersebut.
Pembayaran yang ditangguhkan akan menimbulkan piutang bagi perusahaan dimana
piutang tersebut merupakan klaim terhadap pihak lain agar pihak lain tersebut
membayar sejumlah uang atau jasa dalam waktu paling lama satu tahun atau satu
periode akuntansi, jika periode akuntansi tersebut lebih lama dari satu tahun.
(Mas’ud
Machfoedz:1999)
Klasifikasi piutang sebagai berikut :
1. Piutang Dagang
2. Piutang Wesel
Piutang dagang adalah jumlah piutang dari pelanggan yang terjadi karena
penjualan barang atau jasa. Umumnya piutang dagang memiliki jangka waktu
pelaksanaan 30-60 hari. Dokumen pendukung piutang dagang biasanya berapa
dokumen jual beli : faktur penjualan dan surat pengiriman tanpa perjanjian tertulis
dari yang berhutang.
Piutang wesel adalah surat pernyataan yang berhutang atau janji perlunasan
secara tertulis. Wesel tagih diklaim sebagai instrument formal terjadi kredit sebagai
bukti adanya hutang debitur kepada perusahaan. Wesel tagih biasanya memberi
angka waktu 60-90 hari atau lebih lama serta menuntut debitur membayar bunga atas
wesel tersebut. Sedangkan Piutang lainnya adalah piutang yang berasal dari bukan
pelanggan. Contohnya piutang bunga, piutang karyawan, piutang deviden dan
piutang pemegang saham. Piutang jenis ini belum tentu memiliki tanggal jatuh tempo
yang ditetapkan.
PT. PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten merupakan salah satu
Badan Usaha Milik Negara yang bergerak dalam bidang ketenagalistrikan yang
berpartisipasi aktif dalam mendorong kegiatan ekonomi masyarakat yang lebih maju
dan meningkatkan taraf hidup bangsa Indonesia yang lebih baik. Pada dasarnya
perusahaan ini menyediakan layanan guna memenuhi kebutuhan masyarakat serta
meningkatkan
kesejahteraan
masyarakat
Indonesia
(
Tugas
akhir:Astri
PT. PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten juga mempunyai
peranan penting untuk memenuhi kerjasama dengan perusahaan lain yang bergerak di
bidang jasa dan pelayanan penyediaan dan pendistribusian di Negara Indonesia.
Aktivitas utama/bidang utama dari PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan
Banten yang dijalankan bertujuan untuk memberikan pelayanan jasa listrik kepada
masyarakat. Berdasarkan PP No 17 tanggal 28 Mei Tahun 1990 pasal 5 ayat 1 di
jelaskan sifat usaha PT PLN adalah menyediakan tenaga listrik bagi kepentingan
umum sekaligus memupuk keuntungan berdasarkan prinsip akuntansi
PT. PLN (Persero) melakukan penjualan tenaga listrik dengan dua cara. Yaitu
menjual listrik kepada konsumen dengan sistem Pra bayar dan Pasca bayar.
Penjualan tenaga listrik dengan sistem pasca bayar sama halnya seperti penjualan
kredit. Penjualan secara kredit dilakukan untuk mempertahankan
pelanggan-pelanggan yang sudah ada dan juga untuk menarik pelanggan-pelanggan baru bagi perusahaan.
Perusahaan-perusahaan kredit mungkin berbeda dari satu jenis usaha ke jenis usaha
lainnya. Tetapi untuk perusahaan-perusahaan dengan jenis usaha yang sana biasanya
memberikan persyaratan yang tidak jauh bebeda. Namun tentu saja dalam hal ini
masih terdapat pengecualian karena sering kali supplier memberikan persyaratan
yang begitu gampang kepada pelanggan tertentu, baik dalam rangka membantu
pelanggan tersebut, maupun untuk menariknya agar mau menjadi langganan tetap
Penjualan listrik dengan pasca bayar yang pada akhirnya akan menimbulkan
hak penagihan atas piutang listrik. Dalam hal ini memberikan gambaran bahwa
perusahaan mempunyai hak tagihan kepada para pelangganya untuk melunasi
kewajibannya sehubungan telah dikonsumsinya energi listrik oleh pelanggan PT.
PLN (Persero) atau dapat dikatakan dalam istilah PLN Tunggakan rekening. Selain
itu pengumpulan piutang juga sering tidak tepat pada waktu. Dengan demikian
dibutuhkan kebijaksanaan pengumpulan piutang yang diatur dengan cara seefisiean
mungkin.
(Keputusan Direksi PT. PLN (Persero) )
.
Pengelolaan piutang di PT. PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten
sebagai salah satu asset perusahaan yang perlu dilaksanakan secara efektif dan efisien
dan optimal dengan memperhatikan peraturan-peraturan terkait yang berlaku
sehingga dapat dipertanggungjawabkan.
Front liner
tersebut adalah unit organisasi yang dapat melakukan
penagihan-penagihan dari transaksi penagihan-penagihan tenaga listrik yang menimbulkan piutang listrik
Proses timbulnya piutang listrik adalah di awali dari sistem pembacaan meter ke
pelanggan-pelanggan PLN oleh petugas pembaca meter. Hasil pembacaan meter
merupakan jumlah KWH yang digunakan oleh pelanggan PLN yang akan di catat
dalam hasil pembacaan meter. Setelah hasil pembacaan meter didapatkan, kemudian
Selanjutnya adalah proses pencatatan piutang yang dilakukan oleh fungsi
akuntansi. Pencatatan ini dilakukan untuk mempermudah agar proses piutang
pelanggan, terutama piutang pelanggan yang macet dapat digolongkan berdasarkan
wilayan dari pelanggan pelanggan yang menunggak tersebut.
Walaupun telah dilakukan pencatatan, dalam proses piutang tersebut tidak
terlepas dari masalah. Kesalahan pencatatan adalah hal yang pernah terjadi dalam
proses pencatatan piutang pelanggan, sebagai contoh pernah terjadi kesalahan
pencatatan jurnal yang dilakukan oleh fungsi akuntansi karena katidak sesuaian data
yang diberikan oleh bagian penagihan. Yaitu terjadi kesalahan dalam mencatat jurnal
mengenai jumlah piutang, pada bulan maret 2011, bagian akuntansi mencatat piutang
lebih kecil dari pada yang dicatat oleh bagian penagihan, hal ini terjadi karena bagian
penagihan salah melaporkan laporan piutang kepada bagian akuntansi, dan juga
keterlambatan dalam melaporkannya
(Sumber : Bpk Ian Widjaya, Karyawan PT. PLN (Persero) DJBB UPJ Bandung
Utara)
Berdasarkan uraian dan fenomena di atas, maka penulis tertarik untuk menulis
sebuah laporan penelitian dengan mengambil judul “
Analisis Pencatatan Piutang
1.2
Identifikasi dan Rumusan Masalah
1.2.1 Identifikasi Masalah
Berdasarkan fenomena diatas di atas, maka dapat di identifikasi masalah
sebagai berikut :
Kesalahan pencatatan jurnal yang tidak sesuai dengan ketentuan yang sudah
ditetapkan oleh pihak perusahaan akibat dari
Human Error
1.2.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian dan identifikasi masalah
tersebut maka dapat ditarik rumusan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana proses pencatatan piutang pelanggan pada PT. PLN (Persero)
Distribusi Jawa Barat dan Banten.
2.
Dokumen yang digunakan dalam pencatatan piutang pelanggan PT.
PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten
1.3
Maksud dan Tujuan Penelitian
1.3.1
Maksud Penelitian
Maksud penulis melakukan penelitian ini adalah untuk memperoleh
data mengenai piutang listrik pada PT. PLN Persero Distribusi Jawa Barat
dan Banten
1.3.2 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan melakukan penelitian pada PT. PLN Persero Distribusi
1.
Untuk mengetahui bagaimana proses pencatatan piutang pelanggan
pada PT. PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten
2.
Untuk mengetahui Dokumen yang digunakan dalam pencatatan piutang
pelanggan PT. PLN Persero Distribusi Jawa Barat dan Banten.
1.4
Kegunaan Penelitian
1.4.1 Kegunaan Praktis
Kegunaan akademis yang diperoleh dari penulisan ini adalah untuk
meningkatkan ilmu pengetahuan dan menambah wawasan mengenai piutang listrik
pada PT. PLN (Persero) Jawa Barat dan Banten serta mampu mengidentifikasikan
permasalahan dan memberikan alternatif pemecahan masalah sebagai bahan evaluasi
dan perbandingan antara teori yang diperoleh selama perkuliahan dan prakteknya di
lapangan
1.4.2 Kegunaan Akademis
Adapun kegunaan praktis yang diperoleh dari penulisan ini adalah:
1.
Bagi Penulis
a.
Memberikan wawasan dan tambahan pengetahuan mengenai piutang
listrik pada PT. PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten
b.
Sebagai bahan latihan dan perbandingan secara langsung pengetahuan
yang diperoleh selama perkuliahan dengan kenyataan yang sebenarnya
terjadi dilapangan kerja khususnya mengenai pencatatan piutang
2.
Bagi Perusahaan
Dapat memberikan masukan yang bermanfaat bagi kegiatan operasional
perusahaan untuk meningkatkan kualitas dan kepercayaan masyarakat
3. Bagi Pihak Lain
Laporan ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi para pembaca dalam
menambah pengetahuan mengenai piutang listrik yang terjadi pada PT. PLN
(Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten
1.5
Lokasi dan Waktu Penelitian
1.5.1 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian dilakukan di PT. PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat
dan Banten Jl. Asia Afrika No 63 Bandung, adapun waktu penelitian dimulai
1.5.2 Waktu Penelitian
Tabel 1.1
Waktu Pelaksanaan Penelitian
No Kegiatan Penelitian
Bulan
Feb Maret April Mei Juni Juli
2011 2011 2011 2011 2011 2011
I Persiapan Penelitian
1. Permohonan Ijin Penelitian 2. Realisasi Ijin Penelitian 3. Penentuan Tempat Penelitian 4.Surat penerimaan dari instansi
5. Ujian Komprehensif
II Pelaksanaan Penelitian
1. Aktivitas Penelitian
2. Bimbingan Penelitian
pembimbing instansi
III Pelaporan Penelitian
1. Konsultasi Dengan dosen
Penelitian
2. Bimbingan dengan dosen
Penelitian
3. Pembuatan Laporan Penelitian
4. Ujian Penelitian
5. Final pembuatan laporan
Penelitian
11 BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN
2.1 Kajian Pustaka
2.1.1 Pencatatan
2.1.1.1Pengertian Pencatatan
Pencatatan sangat perlu dilakukan pada setiap kegiatan yang akan dan
telah dilakukan untuk merekam dalam bentuk tulisan secara rinci rencana kegiatan yang akan dilakukan dan merekam hasil kegiatan yang telah dilakukan.
Menurut Henry Simamora (2000:4) mengemukakan bahwa yaitu :
“Pencatatan adalah pembuatan suatu catatan pembukuan, kronologis
kejadian yang terjadi, terukur melalui suatu cara yang sistematis dan
teratur.
Menurut Mulyadi(2008:196) mengemukakan bahwa:
“Pencatatan adalah suatu urutan ketiga klerikal biasanya melibatkan beberapa orang dalam suatu departemen atau lebih yang dibuat untuk menjamin penanganan secara seragam terhadap transaksi perusahaan yang terjadi berulang-ulang”.
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pencatatan adalah
suatu kegiatan penghimpunan data dengan cara mencatat yang mampu
memberikan satu kesatuan informasi.
2.1.1 Piutang
2.1.2.1Pengertian Piutang
Piutang merupakan komponen aktiva lancar yang penting dalam aktivitas
paling besar setelah kas. Piutang timbul akibat adanya penjualan jasa dan barang
secara kredit, bisa juga melalui pemberian pinjaman. Adanya piutang manunjukan
terjadinya penjualan secara kredit yang dilakukan perusahaan sebagai salah satu upaya perusahaan dalam meningkatkan penjualan. Berikut pengertian piutang
menurut para pakar yaitu :
Menurut Herry (2009:266) piutang adalah sebagai berikut :
”piutang meliputi semua hak atau klaim perusahaan pada organisasi
lain untuk menerima sejumlah kas, barang, atau jasa di masa yang akan
datang sebagai akibat kejadian pada masa yang lalu.”
Menurut Hadri Mulya (2009:198) pengertian piutang yaitu :
“piutang adalah berupa hak klaim atau tagihan berupa uang atau
bentuk lainnya kepada seseorang atau suatu perusahaan”
Menurut Slamet Sugiri (2009:43), pengertian piutang :
“piutang adalah tagihan baik kepada individu-individu maupun
kepada perusahaan lain yang akan diterima dalam bentuk kas”
Menurut Warren, Reeve, Fess (2005:3), yang diterjemahkan oleh Aria Farahmita
pengertian piutang yaitu :
“Piutang usaha (account receivable) timbul akibat adanya penjualan
kredit. Sebagian besar perusahaan menjual secara kredit agar dapat menjual lebih banyak produk atau jasa. Istilah piutang meliputi semua klaim dalam bentuk uang terhadap entitas lainnya, termasuk individu, perusahaan atau organisasi lainnya”.
Dari beberapa pengertian tersebut peneliti menyimpulkan bahwa piutang
adalah hak penagihan kepada pihak lain atas uang, barang atau jasa yang timbul
2.1.2.2 Klasifikasi Piutang
Pengklasifikasian piutang dilakukan untuk memudahkan pencatatan
transaksi. Berikut klasifikasi piutang menurut beberapa pakar yaitu :
Menurut Keiso, Weygandt, Warfield (2008:346), yang diterjemahkan oleh Emil
Salim piutang dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
a. Piutang lancar (piutang jangka pendek)
b. Piutang tak lancar (jangka panjang)
Menurut Warren, Reeve, Fess (2005:404), yang diterjemahkan oleh Aria
Farahmita piutang dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
1. Piutang usaha (Account Recevable)
Yaitu piutang yang berasal dari penjualan barang atau jasa yang merupakan kegiatan usaha normal perusahaan.
2. Piutang Wesel / Wesel Tagih (Notes Recevable)
Yaitu junlah terhutang bagi pelanggan jika perusahaan telah menerbitkan surat hutang formal. Wesel biasanya digunakan untuk jangkla waktu yang pembayaran lebih dari 60 hari. Jika wesel diperkirakan akan tertagih dalam jangka waktu satu tahun, maka dalam neraca wesel diklasifikasikan sebagai aktiva lancar.
3. Piutang lain-lain
Yaitu meliputi piutang bunga, piutang pegawai, dan piutang dari perusahaan. Jika piutang lain-lain diperkirakan dapat ditagih dalam jangka wakt satu tahun maka piutang ini diklasifikasikan sebagai aktiva lancar.
Dari definisi diatas dapat disimpulkan piutang mempunyai beberapa jenis ,
diantaranya piutang usaha, piutang ini berasal dari penjualan barang maupun jasa
di suatu perusahaan, kemudian piutang lancar. Piutang lancar berarti sama seperti
piutang jangka pendek yang waktu pembayarannya kurang ataupun dalam kurun
2.1.2.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah piutang
Menurut Bambang Riyanto (2010:85) faktor-faktor yang mempengaruhi
jumlah piutang adalah sebagai berikut :
1. Volume penjualan kredit
Makin besar jumlah penjualan kredit dari keseluruhan penjualan akan memperbesar jumlah piutang dan sebaliknya makin kecil jumlah penjualn kredit dari keseluruhan piutang akan memperkecil jumlah piutang.
2. Syarat pembayaran penjualan kredit
Semakin panjang batas waktu pembayaran kredit berarti semakin besar jumlah piutangnya dan sebaliknya semakin pendek batas waktu pembayaran kredit bearti semakin kecil besarnya jumlah piutang.
3. Ketentuan dalam pembatasan kredit
Apabila batas maksimal volume penjualan kredit ditetapkan dalam jumlah yang relative besar maka besarnya piutang juga semakin besar.
4. Kebijakan dalam pengumpulan piutang.
Perusahaan dapat menjalankan kebikjaksanaan dalam pengumpulan piutang dalam 2 cara yaitu pasif dan aktif. Perusahaan yang menjalankan kebijaksanaan secara aktif dalam pengumpulan piutang akan mempunyai pengeluaran uang yang lebih besar dibandingkan dengan perusahaan lain yang menggunakan kebijaksanaanya secara pasif.
5. Kebiasaan membayar dalam pelanggan
Semua piutang yang diperkirakan akan terealisasikan menjadi kas dalam setahun di neraca disajikan dalam pada bagian aktiva lancar.
2.1.2.4 Penilaian Piutang
Piutang dilaporkan sebagai nilai realisasi bersih (net realizable value )
yaitu nilai kas yang diharapkan akan diterima seperti yang diungkapkan oleh Zaki
Baridwan (2006:125), penilaian utang sebagai berikut :
Sedangkan menurut James D. Stice (2009:247) yang diterjemahkan oleh Syam
Setya penilaian piutang sebagai berikut :
“Semua piutang dinilai dalam jumlah yang mewakili nilai sekarang
dari perkiraan penerimaan kas dimasa yang akan datang”.
2.1.2.5 Metode Piutang Tak Tertagih
Penjualan secara kredit akan menguntungkan perusahaan karena lebih
menarik pembeli, sehingga volume penjualan meningkat dan menaikkan
pendapatan perusahaan. Dipihak lain penjualan secara kredit sering kali
mendatangkan kerugian yaitu apabila si debitur tidak mau atau tidak mampu
melaksanakan kewajibannya. Bila suatu barang atau jasa dijual secara kredit,
biasanya sebagian dari piutang langganan tidak dapat ditagih. Hal ini sudah
merupakan gejala umum dan resiko yang harus ditanggung oleh perusahaan yang
menjalankan kebijaksanaan penjualan kredit.
Betapapun telah teliti didalam mengevaluasi kondisi pelanggan dalam
pembelian kredit dan sangat efesien prosedur penagihan piutang, namun
kenyataannya masih terdapat sejumlah pelanggan yang tidak dapat memenuhi
kewajibannya. Biaya operasi yang timbul dari tak tertagihnya piutang tersebut
disebut kerugian dari piutang tak tertagih.
Piutang Tak Tertagih timbul karena adanya resiko piutang yang tidak
dapat terbayar oleh debitur perusahaan karena berbagai alasan, misalnya
pailit/bangkrut, force major, karakteristik pelanggan. Semakin banyak piutang
usaha yang diberikan maka semakin banyak pula jumlah piutang yang tak
Menurut Herry (2002:269) Jika perusahaan tidak mampu menagih
piutang dari pelanggan sehingga menciptakan beban, maka disebut dengan beban
piutang tak tertagih
Menurut Kieso (2007:350) yang diterjemahkan oleh Emil salim piutang
tak tertagih adalah sebagai berikut :
“Kerugian pendapatan, yang memerlukan, melalui ayat jurnal
pencatatan yang tepat pada akun, penurunan aktiva piutang usaha
serta penurunan yang berkaitan dengan laba”.
Sedangkan menurut James D. Stice (2009:417) yang diterjemahkan oleh Syam
Setya piutang tak tertagih adalah sebagaia berikut :
“piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih karena penjualan
secara kredit, yang merupakan kerugian bagi kreditur”
Maka penulis menyimpulkan bahwa piutang tak tertagih adalah piutang
yang tidak terbayarkan oleh konsumen.
Tidak ada satupun ketentuan umum yang merupakan pedoman untuk
menetukan kapan suatu piutang tak tertagih. Kenyataanya bahwa seorang debitur
gagal untuk membayar kewajibanya. Apabila debitur tersebut bangkrut barulah
ada petunjuk pasti bahwa sebagian atau seluruh piutang terhadap debitur tersebut
tidak dapat tertagih.
Piutang yang telah ditetapkan sebagai piutang tak tertagih bukan
merupakan aktiva lagi, oleh karena itu harus dikeluarkan dari pos piutang dalam
neraca. Piutang tak tertagih merupakan suatu kerugian, dan kerugian ini harus
expense), yang disajikan dalam laporan laba rugi. Semua penghapusan ini harus
dicatat dengan tepat dan teliti karena berhubungan langsung dengan laporan
keuangan yang digunakan manajemen dalam pengambilan keputusan. Berikut penyajian pos piutang tak tertagih dalam laporan keuangan
Tabel 2.1
Penyajian pos piutang tak tertagih
Keterangan Debit Kredit
Beban piutang tak tertagih Bad debt expense
Account receivable
xxx
xxx
Memunculkan kembali beban piutang yang telah dihapuskan
Account receivable
Bad debt expense
xxx
xxx
Penerimaan kas dari piutang yang telah dihapuskan Cash
Account receivable
xxx
xxx
Terdapat dua metode akuntansi untuk mencatat piutang yang diperkirakan
tidak akan tertagih yaitu :
1. Metode Penghapusan Langsung (direct write method)
Metode penghapusan langsung merupakan metode yang digunakan untuk
mencatat kerugian akibat adanya piutang tak tertagih. Dalam metode ini,
perusahaan tidak melakuakn pencatatan ataupun selama suatu piutang belum
ditentukan sebagai piutang tak tertagih dan akan dihapuskan. Metode ini akan
mengabaikan kemungkinan akan adanya kerugian piutang tak tertagih sampai
untuk piutang tak tertagih. Dalam hal ini piutang tak tertagih merupakan jumlah
piutang yang benar-benar tak tertagih dalam suatu periode akuntansi. Setelah
suatu piutang ditentukan untuk dihapuskan perusahaan membuat jurnal sebagai berikut :
Metode ini mengasumsikan bahwa dari setiap penjualan yang dihasilkan piutang
usaha dengan baik, dan bahwa kejadian selanjutnya membuktikan bahwa piutang tertentu tidak dapat ditagih dan tidak bernilai. Metode penghapusan langsung ini
pada umunya digunakan oleh perusahaan kecil, yang penjualanya lebih banyak secara tunai dari pada kredit atau pencatatan tentang penjualan kreditnya lebih
singkat.
2. Metode Penyisihan (allowance method)
Metode ini menggunakan penyisihan atau cadangan (allowance) dalam
mencatat kerugian yang timbul akibat adanya piutang tak tertagih. Dalam hal ini
pihak manajemen tidak menunggu sampai suatu piutang benar-benar tidak apat
ditagih, melainkan membuat suatu perkiraan jumlah kemungkinan piutang yang
tidak dapat ditagih. Jumlah piutang yang tidak akan tertagih tersebut dapat
diramalkan dari pengalaman masa lalu. Berdasarkan metode ini ada jurnal-jurnal
yang dibutuhkan dalam menangani kerugian piutang-piutang tak tertagih,
Tabel 2.2
Perbedaan metode penghapusan piutang tak tertagih
2.1.2.6Metode Penyisihan Piutang Tak tertagih
Sebelum perusahaan menghapuskan piutang-piutangnya, terkadang
perusahaan tertentu akan menyisihkannya terlebih dahulu piutang-piutang
tersebut, jika pihak penanggung piutang sudah benar - benar tidak mampu
membayar hutangnya maka perusahaan akan menghapuskan piutang tersebut.
Pengertian penyisihan piutang menurut Keputusan Direksi PT. PLN
(Persero) No.343/K/DIR/2007, bahwa
“Penyisihan piutang adalah penyisihan atas sejumlah piutang yang kemungkinan tidak dapat tertagih dan disajikan di neraca sebagai pengurang akan piutang pelanggan, sehingga angka yang tersaji di neraca adalah netto (piutang yang dapat direalisasi”.
2.1.2.7 Umur Piutang
Salah satu cara untuk menghitung penyisihan piutang tak tertagih adalah
dengan menerapkan presentase berbeda terhadap kelompok umur piutang tertentu.
Setiap akhir periode akuntansi, misalnya akhir bulan atau akhir tahun, dibuat
Kondisi Metode langsung Metode penyisihan
Pengakuan piutang Piutang usaha Penjualan
Piutang usaha penjualan Menaksir kerugian
akibat piutang tak tertagih
-
Beban piutang ragu-ragu
Cadangan piutang ragu-ragu
Piutang
dihapuskan dari
pembukuan
Beban piutang ragu-ragu Piutang usaha
Cadangan piutang ragu-ragu Piutang usaha
Piutang yang telah dihapuskan
kemudian diterima pembayaranya
Piutang usaha
Beban piutang ragu-ragu Kas
Piutang usaha
Piutang usaha
Cadangan piutang ragu-ragu Kas
daftar piutang. Ini adalah rincian saldo piutang menurut nama pelanggan pada
suatu saat tertentu. Agar dapat diketahui berapa lama piutang suatu pelanggan
telah berlalu, daftar piutang, biasanya, dikelompokkan menurut umur. Umur piutang adalah jangka waktu sejak dicatatnya transaksi penjualan sampai dengan
saat dibuatnya daftar piutang. Biasanya umur piutang dikelompokkan menurut
jumlah hari tertentu. Saldo piutang untuk satu pelanggan mungkin termasuk dalam satu atau lebih kelompok umur piutang.
Menurut Indriyo dan Basri (2006:209) dengan diketahui umur piutang
maka akan dapat diketahui:
1. Piutang-piutang mana yang sudah dekat dengan jatuh tempo dan
harus ditagih
2. Piutang-piutang yang sudah lewat jatuh tempo dan perlu
dihapuskan karena tidak sudah tidak dapat ditagih kembali
Umur piutang sering digunakan dalam praktek. Umur piutang ini
mengindikasi akun mana yang memerlukan perhatian khusus dengan
memperlihatkan umur piutang usaha. Umur piutang biasanya tidak disusun untuk
menentukan beban piutang tak tertagih, tetapi sebagai alat pengendalian untuk
menentukan komposisi piutang dan mengidentifikasi piutang yang diragukan.
Jumlah kerugian piutang yang dihitung dengan cara analisis umur piutang
ini sudah mempertimbangkan saldo rekening cadangan kerugian piutang
merupakan jumlah kerugian piutang.
Dibawah ini disajikan contoh skedul umur piutang (aging schedule) untuk
Tabel 2.3
Skedul umur piutang (Aging Schedule)
Umur piutang (hari)
% dari nilai total piutang
0-20 50
21-30 20
31-45 15
46-60 3
>60 12
TOTAL 100
Bila perusahaan menetapkan syarat waktu penjualan kredit 20 hari, maka
hanya sebesar 50% dari nilai piutang yang tidak bermasalah. Sebaliknya piutang
yang berumur lebih dari 21 hari sampai dengan lebih dari 60 hari yang berjumlah
50% maka dikatakan bahwa perusahaan tersebut mengalami masalah yang serius
dengan pelangganya.
Dengan menggunakan umur piutang, perusahaan dapat mengetahui posisi
piutang pada periode tertentu sehingga dapat mengambil kebijakan keuangan yang
tepat serta untuk menggambarkan seberapa besar pengaruhnya terhadap kondisi
keuangan perusahaan
2.1.3 Pencatatan Piutang
Menurut Henry Simamora (2006:229) menyatakan bahwa :
“Prosedur pencatatan piutang terdiri dari pengakuan piutang,
penerimaan piutang, pencatatan piutang ragu-ragu, pencatatan penyisihan piutang dan pemulihan/penerimaan kembali piutang yang telah dihapuskan.”
“Prosedur pencatatan piutang bertujuan untuk mencatat mutasi piutang
perusahaan kepada setiap debitur.”
Mutasi piutang adalah disebabkan oleh transaksi penjualan kredit, penerimaan kas dari debitur, retur penjualan dan penghapusan. Prosedur pencatatan piutang merupakan prosedur akuntansi untuk mencatat timbulnya piutang sehingga hanya melibatkan bagian piutang.
Pada umumnya, fungsi bagian piutang dapat digolongkan menjadi tiga yaitu:
1. Membuat catatan piutang yang dapat menunjukan jumlah-jumlah piutang
kepada tiap-tiap langganan. Catatan ini disusun sedemikian rupa sehingga dapat diketahui sejarah tiap-tiap langganan, jumlah maksimum kredit dan keterangan-keterangan lain yang diperlukan. Karena bagian kredit bertugas untuk menyetujui setiap penjualan kredit, maka catatan yang dibuat oleh bagian piutang ini akan menjadi dasar bagian kredit untuk mengambil keputusan. Oleh karana itu catatan piutang harus dapat menunjukan informasi-informasi yang diperlukan oleh bagian kredit.
2. Menyiapkan dan mengirimkan surat pernyataan piutang. Surat pernyataan ini
disesuaikan dengan metode jurnal dan piutang, serta kebutuhan piutangnya.
3. Membuat daftar analisa umur piutang setiap periode. Daftar ini dapat
2.1.3.1 Dokumen
Dokumen pokok yang digunakan sebagai dasar pencatatan ke dalamkartu piutang adalah :
1. Faktur penjualan
Dalam pencatatan piutang, dokumen ini digunakan sebagai dasar pencatatan timbulnya piutang dari transaksi penjualan kredit.
2. Bukti kas masuk
Dalam pencatatan piutang, dokumen ini digunakan sebagai dasar pencatatan berkurangnya piutang dari transaksi pelunasan piutang oleh debitur.
3. Memo kredit
Dalam pencatatan piutang, dokumen ini digunakan sebagai dasar pencatatan retur penjualan.
4. Bukti memorial (journal voucher)
Dalam pencatatan piutang, dokumen ini digunakan sebagai dasar pencatatan.
2.1.3.2 Catatan Akuntansi
Catatan akuntansi yang digunakan untuk mencatat transaksi yang menyangkut piutang, yaitu :
1. Jurnal penjualan
Digunakan untuk mencatat berkurangnya piutang dari transaksi retur penjualan.
3. Jurnal umum
Digunakan untuk mencatat berkurangnya dari transaksi penghapusan piutang yang tidak lagi dapat ditagih.
4. Jurnal penerimaan kas
Digunakan untuk mencatat berkurangnya piutang dari transaksi penerimaan kas dari debitur.
5. Kartu piutang
Digunakan untuk mencatat mutasi dan saldo piutang kepada setiap debitur.
2.2 KerangkaPemikiran
PT. PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten merupakan salah satu
badan usaha milik Negara yang bergerak dalam bidang ketenagalistrikan yang
berpartisipasi aktif dalam mendorong kegiatan ekonomi masyarakat yang lebih
maju dan meningkatkan taraf hidup bangsa Indonesia yang lebih baik. Pada
dasarnya perusahaan ini menyediakan layanan guna memenuhi kebutuhan
masyarakat serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat Indonesia. Untuk
mencapai tujuannya PT. PLN (Persero) DistribusiJawa Barat danBanten harus
melakukan pencatatan dalam menjalankan usahanya .
Pengertian Pencatatan menurut Mulyadi(2008:196) sebagai berikut :
PT. PLN (Persero) melakukan penjualan tenaga listrik dengan dua cara. Yaitu
menjual listrik kepada konsumen dengan system Pra bayar dan Pasca
bayar.Penjualan listrik dengan pasca bayar yang pada akhirnya akan
menimbulkan hak penagihan atas piutang listrik.
Menurut Kieso, Weygandt, Warfield (2008:404),yang diterjemahkan oleh Emil
Salim pengertian piutang yaitu :
“Piutang usaha (account receivable) timbul akibat adanya penjualan
kredit. Sebagian besar perusahaan menjual secara kredit agar dapat menjual lebih banyak produk atau jasa. Istilah piutang meliputi semua klaim dalam bentuk uang terhadap entitas lainnya, termasuk individu, perusahaan atau organisasi lainnya”.
Pengelolaan piutang tentu saja haru sesuai dengan prosedur yang berlaku
pada perusahaan tersebut, prosedur piutang sangat penting bagi perusahaan, jika tidak menjalankannya sesuai prosedur maka akan terjadi kesalahan ataupun
ketidaksesuaian mengenai piutang. Pencatatan piutang di PT. PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten perlu dilaksanakan secara efektif dan efisien
dan optimal dengan memperhatikan peraturan-peraturan terkait yang berlaku
sehingga dapat dipertanggungjawabkan.
Pengertian pencatatan piutang menurut Henry Simamora (2006:229)
adalah sebagai berikut :
“Prosedur pencatatan piutang terdiri dari pengakuan piutang,
penerimaan piutang, pencatatan piutang ragu-ragu, pencatatan penyisihan piutang dan pemulihan/penerimaan kembali piutang yang telah dihapuskan.”
Piutang PT. PLN (Persero) sebagai asset perusahaan, maka pengelolaanya
sesuai dengan peraturan yang berlaku. Piutang PT. PLN (Persero) yang terdiri dari
piutang pelanggan yaitu piutang listrik tersebut dan piutang lainnya jika tidak
Berikut adalah skema dari kerangka pemikiran :
PT. PLN (Perseo) DJBB Area dan Unit Pelayanan Jaringan
Penjualan
Piutang
• Rekening Terbit
• Pelunasan
• Piutang Tak Tertagih
• Penyisihan Piutang Tak Tertagih
• Pelunasan Piutang Tak Tertagih
Analisis Pencatatan Piutang Pelanggan pada PT. PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten
PT. PLN (Persero) DJBB
Gambar 2.1
28
3.1 Objek Penelitian
Pengertian objek penelitian menurut
Sugiyono (2006:13)
menyatakan bahwa :
“Objek penelitian adalah sasaran ilmiah untuk mendapatkan data
dengan tujuan dan kegunaan tertentu tentang sesuatu hal objektif dan
reliable
tentang suatu hal (variable tertentu)“.
Sedangkan menurut
Husein Umar (2005:303),
mengatakan bahwa objek
penelitian adalah sebagai berikut :
“Objek penelitian menjelaskan tentang apa atau siapa yang menjadi
objek penelitian juga dimana dan kapan penelitian dilakukan. Bisa juga
ditambahkan hal-hal lain jika dianggap perlu”.
Jadi dapat diambil kesimpulan bahwa objek penelitian adalah menentukan apa
dan siapa yang menjadi objek penelitian yang akan menjadi sasaran untuk
mendapatkan data sesuai dengan tujuan yang diperlukan. Berdasarkan penjelasan
diatas dalam penelitian ini yang menjadi objek penelitian adalah pancatatan piutang
Metode penelitian adalah suatu teknis atau cara mencari, memperoleh,
mengumpulkan atau mencatat data, baik berupa data primer maupun data sekunder
yang digunakan untuk keperluan menyusun suatu karya ilmiah dan kemudian
menganalisa faktor-faktor yang berhubungan dengan pokok-pokok permasalahan
sehingga akan terdapat suatu kebenaran data-data yang akan diperoleh.
Pengertian metode penelitian yang dikemukakan oleh
Jonathan Sarwono
(2006:18)
adalah sebagai berikut:
“Metode analisis deskriptif yaitu menggambarkan kegiatan yang
dilakukan perusahaan berdasarkan fakta yang ada untuk dianalisis
berdasarkan literatur-literatur kemudian dapat diartikan menjadi
sebuah kesimpulan.”
Metode yang digunakan untuk penelitian ini adalah metode deskriptif. Metode
deskriptif menurut
Sugiyono (2005:29)
menyatakan bahwa:
”Metode
deskriptif
adalah
metode
yang
berfungsi
untuk
mendeskripsikan atau memberi gambaran terhadap objek yang diteliti melalui
data atau sampel yang telah terkumpul sebagaimana adanya, tanpa melakukan
analisis dan membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum.”
Untuk menyusun laporan tugas akhir ini penulis menggunakan metode
deskriptif yaitu metode yang digunakan untuk melukiskan secara sistematis fakta atau
karakteristik populasi tertentu atau bidang tertentu, dalam hal ini bidang secara actual
Desain penelitian merupakan rancangan penelitian yang digunakan sebagai
pedoman dalam melakukan proses penelitian. Desain penelitian akan berguna bagi
semua pihak yang terlibat dalam proses penelitian, karena langkah, dalam melakukan
penelitian mengaju kepada desain penelitian yang telah dibuat.
Pengertian desain penelitian yang telah dikemukakan oleh
Sekaran
(2006:118)
menyatakan bahwa :
“Desain Penelitian adalah suatu rencana penelaahan atau penelitian
secara ilmiah dalam rangka menjawab pertanyaan peneltian atau identifikasi
masalah.”
Sedangkan definisi menurut
Jonathan Sarwono (2006:79)
:
“Desain penelitian adalah pedoman bagi peneliti untuk menentukan arah
berlangsungnya proses penelitian secara benar dan tepat sesuai dengan tujuan
yang telah ditetapkan.”
Menurut
Sugiyono (2009:18)
menjelaskan proses penelitian dapat
disimpulakan sebagai berikut:
”Proses penelitian terdiri atas:
1. Sumber Masalah
2. Rumusan Masalah
3. Konsep dan teori yang relevan dan penemuan yang relevan
4. Metode Penelitian
Berdasarkan proses penelitian yang dijelaskan diatas, maka desain pada
penelitian ini dijelaskan sebagai berikut:
1.
Sumber Masalah
Peneliti menentukan masalah-masalah sebagai fenomena untuk dasar
penelitian.
2.
Perumusan Masalah
Rumusan masalah merupakan suatu pertanyaan yang akan dicari jawabannya
melalui pengumpulan data. Proses penemuan masalah merupakan tahap penelitian
yang paling sulit karena tujuan penelitian ini adalah menjawab masalah penelitian
sehingga suatu penelitian tidak dapat dilakukan dengan baik jika masalahnya tidak
dirumuskan secara jelas. Rumusan masalah atau pertanyaan penelitian akan
mempengaruhi pelaksanaan tahap selanjutnya didalam tahap penelitian. Pada
penelitian ini masalah-masalah dirumuskan melalui suatu pertanyaan, yang akan di
uji dengan cara menguji hipotesis.
3.
Konsep dan teori yang relevan dan penemuan yang relevan
Untuk menjawab rumusan masalah yang sifatnya sementara (hipotesis) maka,
peneliti dapat membaca referensi teoritis yang relevan dengan masalah dan berfikir.
Selain itu penemuan penelitian sebelumnya yang relevan juga dapat digunakan
sebagai bahan untuk memberikan jawaban sementara terhadap masalah
merupakan tahap penelitian dengan menguji terpenuhnya kriteria pengetahuan yang
rasional.
4.
Metode Penelitian
Untuk menguji hipotesis tersebut peneliti dapat memilih metode penelitian
yang sesuai, pertimbangan ideal untuk memilih metode itu adalah tingkatketelitian
data yang diharapkan dan konsisten yang dikehendaki. Sedangkan pertimbangan
praktis adalah tersedianya dana, waktu, dan kemudahan yang lain. Pada penelitian ini
metode yang digunakan adalah metode deskriptif.
5.
Menyusun Instrument Penelitian
Setelah metode penelitian yang sesuai dipilih, maka peneliti dapat menyusun
instrument penelitian.Instrument penelitian ini digunakan sebagai alat pengumpul
data.Instrument pada penelitian ini berbentuk kuesioner, untuk pedoman wawancara
atau observasi. Sebelum instrument digunakan untuk pengumpulan data, maka
instrument penelitian harus terlebih dahulu diuji validitas dan reabilitasnya. Dimana
validitas digunakan untuk mengukur kemampuan sebuah alat ukur dan reabilitas
digunakan untuk mengukur sejauh mana pengukuran tersebut dapat dipercaya.Setelah
data terkumpul maka selanjutnya dianalisis untuk menjawab rumusan masalah dan
Kesimpulan adalah langkah terakhir dari suatu periode penelitian yang berupa
jawaban terhadap rumusan masalah dengan menekankan pada pemecahan masalah
berupa informasi mengenai solusi masalah yang bermanfaat sebagai dasar untuk
pembuatan keputusan.
3.2.2 Operasionalisasi Variabel
Operasionalisasi variabel bermaksud untuk mengetahui hubungan pengukuran
variabel-variabel penelitian. Operasionalisasi variabel pun diperlukan untuk
menentukan jenis, indikator, serta skala dari variabel-variabel yang terkait dalam
penelitian, sehingga pengujian hipotesis dengan alat bantu statistik dapat dilakukan
secara benar sesuai dengan judul penelitian sistem informasi akuntansi pembelian dan
pembelian pada Kopersi Pegawai Pemerintah Kota Bandung.
Penulis mengemukakan 1 variabel yang akan diteliti. Adapun definisi dan
istilah variabel menurut
Sugiyono (2009:39)
adalah sebagai berikut :
”Variabel Bebas (Independent Variable) adalah variabel yang
mempengaruhi atau menjadi penyebab timbulnya variabel dependent
(terikat).Adapun yang menjadi variabel independent dalam penelitian ini
adalah sistem informasi akuntansi pembelian.”
Agar dapat memperlancar dalam pengumpulan data dan pengukurannya maka
masing-masing variabel dan sub variabel dalam penelitian ini akan didefinisikan
secara rinci untuk kemudian dijabarkan ke dalam masing-masing indikator serta skala
penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3.1
Operasionalisasi Variabel
Variable
Konsep Variabel
Indikator
Pencatatan
Piutang
Pelanggan
-
Pencatatan adalah suatu urutan ketiga
klerikal biasanya melibatkan beberapa
orang dalam suatu departemen atau
lebih yang dibuat untuk menjamin
penanganan secara seragam terhadap
transaksi
perusahaan
yang
terjadi
berulang-ulang
(Mulyadi
(2008:196)
-
Piutang adalah semua hak atau klaim
perusahaan pada organisasi lain untuk
menerima sejumlah kas, barang, atau
jasa di masa yang akan datang sebagai
akibat kejadian pada masa yang lalu
(Herry, 2009:266)
1.
Penjualan barang dan
jasa secara kredit
2.
Pencatatan atas piutang
3.2.3 Sumber Dan Teknik Pengumpulan
Data Sumber data dalam penelitian ini adalah sumber data sekunder, di mana penulis
memperoleh data yang disajikan oleh instansi. Misalnya: prosedur piutang listrik
sekunder menyatakan bahwa ;
“Data sekunder merupakan sumber data penelitian yang diperoleh
peneliti secara tidak langsung melalui media perantara.Data sekunder
umumnya berupa bukti, catatan atau laporan historis yang telah tersusun
dalam arsip (data dokumenter) yang dipublikasikan dan yang tidak
dipublikasikan”.
Adapun teknik atau cara pengumpulan data yang dilakukan penulis adalah
sebagai berikut :
1.
Penelitian kepustakaan
(Library Research)
Penelitian ini dilakukan dengan mengumpulkan data-data dari berbagai bahan
pustaka yang relevan, seperti buku-buku yang berhubungan dengan materi yang akan
dikaji. Penelitian ini berguna untuk memperoleh data sekunder sebagai landasan
teoritis dalam membandingkan, membahas dan menganalisis data yang diperoleh dari
penelitian lapangan.
2.
Penelitian Lapangan
(Field Research)
Penelitian ini melakukan pengumpulan data dengan :
a.
Wawancara,
yaitu pengumpulan data dengan melakukan tanya jawab langsung kepada
pihak-pihak yang terkait dengan masalah yang diteliti. Penulis melakukan wawancara
kepada pihak-pihak yang terkait di.PT. PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan
yaitu pengumpulan data dengan melakukan pencatatan terhadap data-data
yang dibutuhkan dan melakukan pengamatan terhadap situasi serta kondisi
yang dihadapi oleh perusahaan pada waktu penelitian berhubungan dengan
masalah yang diteliti.
3.2.4. Metode Analisis
Untuk mencapai keimpulan atas data yang telah dikumpulkan dan dianalisis,
maka proses yang dilakukan adalah penyusunan kriteria yang didasarkan pada data
yang dikumpulkan baik data hasil penelitian kepustakaan maupun gambaran umum
perusahaan yang dijadikan objek penelitian
Adapun analisi data yang dilakukan penulis adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana proses pencatatan piutang pelanggan pada PT. PLN (Persero)
Distribusi Jawa Barat dan Banten..
2.
Dokumen yang digunakan dalam pencatatan piutang pelanggan PT.
37 BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
4.1.1 Gambaran Umum Perusahaan
4.1.1.1 Sejarah Singkat PT. PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten
Awal kelistrikan di Bumi Parahyangan sudah ada semenjak Pemerintah Kolonial Belanda masih bercokol di tataran tanah Sunda. Di tahun 1905, di Bandung berdiri perusahaan yang mengelola penyediaan tenaga listrik bagi kepentingan publik. Nama perusahaan itu Bandungsche Electriciteit Maatschaapij (BEM).
Dalam perjalanannya, BEM pada tanggal 1 anuari 1920 berubah menjadi Perusahaan Perseroan menjadi Gemeenschapplijk Electriciteit Bedrif Voor Bandoeng (GEBEO) yang pendiriannya dikukuhkan melalui akte notaris Mr. Andrian Hendrik Van Ophuisen dengan Nomor: 213 pada tanggal 31 Desember 1949.
Setelah kekuasaan penjajahan beralih ke tangan Pemerintah Jepang, di antara rentan waktu 1942-1945, pendistribusian tenaga listrik dilaksanakan oleh Djawa Denki Djigyo Sha Bandoeng Shi Sha dengan wilayah kerja di seluruh Pulau Jawa.
yang kemudian dikukuhkan lewat Peraturan Pemerintah No.86 Tahun 1958 j.o. Peraturan Pemerintah No.18 Tahun 1959.
Selanjutnya, di tahun 1961 melalui Peraturan Pemerintah No.67 dibentuk Badan Pimpinan Umum Perusahaan Listrik Negara (BPU PLN) sebagai wadah 15 kesatuan pimpinan PLN. Sejalan dengan itu, PLN Bandung pun berubah menjadi PLN Exploitasi XI sebagai kesatuan BPU-PLN di Jawa Barat, di luar DKI Jaya dan Tanggerang.
Pada tahun 1970-an dikeluarkan Peraturan Pemerintah No.18 Tahun 1972 tentang Perusahaan Umum Listrik Negara yang menyebutkan status PLN menjadi Perusahaan Umum Listrik Negara. Kemudian, berdasarkan Pengumuman PLN Exploitasi XI No. 0II/Sek/1975 tanggl 14 Juli 1975, PLN Exploitasi XI diubah namanya menjadi Perusahaan Umum Listrik Negara Distribusi Jawa Barat.
Memasuki era 1990-an, dengan adanya Peraturan Permerintah Republik Indonesia No. 23 Tahun 1994 pada tanggal 16 Juni 1994, Perusahaan Umum Listrik Negara Distribusi Jawa Barat diubah lagi menjadi Perusahaan Perseroan (Persero) dengan nama PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat sejak tanggal 30 Juli 1994.
Pada akhirnya, dengan mengacu pada Keputusan Direksi PT PLN (Persero) No. 120.K/010/DOR/2002 tanggal 27 Agustus 2002,PT PLN (Persero) Unit Bisnis Distribusi Jawa Barat berubah lagi namanya menjadi PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten, dimana wilayah kerjanya meliputi Propinsi Jawa Barat dan Propinsi Banten, hinga saat ini. Sampai saat ini, kantor PLN DJBB masih menempati bangunan tua bernilai sejarah yang beralamat di Jalan Asia-Afrika No. 63 Bandung.
Visi dan Misi, Moto serta Logo PT. PLN (Persero)
Sebuah perusahaan/instansi tentu mempunyai cita-cita untuk menjadikan perusahaan/instansinya itu menjadi sukses dan mencapai suatu keberhasilan. Cita-cita tersebut direalisasikan dalam sebuah visi sebagai berikut :
“Diakui sebagai perusahaan kelas dunia yang tumbuh berkembang, unggul dan terpercaya dengan bertumpu pada potensi insani”.
Dalam mencapai visi tersebut, ditetapkan misi PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten sebagai berikut :
1. Melakukan bisnis kelistrikan dan bidang lain yang terkait, berorientasi pada kepuasan pelanggan, anggota perusahaan dan pemegang saham. 2. Menjadikan tenaga listrik sebagai media untuk meningkatkan kualitas
kehidupan masyarakat.
Kemudian moto PT. PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten adalah “Electricity For A Better Life” atau “Listrik Untuk Kehidupan Yang Lebih Baik”.
[image:43.612.279.397.247.404.2]Logo adalah salah satu identitas yang melekat pada tiap-tiap perusahaan. Berikut adalah logo PT. PLN (Persero) beserta penjelasannya :
Gambar 4.1. Logo PT PLN (Persero)
Bentuk, warna dan makna lambang Perusahaan resmi yang digunakan adalah sesuai yang tercantum pada Lampiran Surat Keputusan Direksi Perusahaan Umum Listrik Negara No. : 031/DIR/76 Tanggal : 1 Juni 1976, mengenai Pembakuan Lambang Perusahaan Umum Listrik Negara.
Bidang Persegi Panjang Vertikal Menjadi bidang dasar bagi
melambangkan semangat yang menyala-nyala yang dimiliki tiap insan yang berkarya di perusahaan ini.
Petir atau Kilat Melambangkan tenaga listrik yang terkandung di
dalamnya sebagai produk jasa utama yang dihasilkan oleh perusahaan. Selain itu petir pun mengartikan kerja cepat dan tepat para insan PT PLN (Persero) dalam memberikan solusi terbaik bagi para pelanggannya. Warnanya yang merah melambangkan kedewasaan PLN sebagai perusahaan listrik pertama di Indonesia dan kedinamisan gerak laju perusahaan beserta tiap insan perusahaan serta keberanian dalam menghadapi tantangan perkembangan jaman.
Tiga Gelombang Memiliki arti gaya rambat energi listrik yang dialirkan
oteh tiga bidang usaha utama yang digeluti perusahaan yaitu pembangkitan, penyaluran dan distribusi yang seiring sejalan dengan kerja keras para insan PT PLN (Persero) guna memberikan layanan terbaik bagi pelanggannya. Diberi warna biru untuk menampilkan kesan konstan (sesuatu yang tetap) seperti halnya listrik yang tetap diperlukan dalam kehidupan manusia. Di samping itu biru juga melambangkan keandalan yang dimiliki insan-insan perusahaan dalam memberikan layanan terbaik bagi para pelanggannya.
4.1.1.2 Struktur Organisasi PT. PLN (Persero) DJBB
Struktur organisasi dan tugas pokok PT. PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten ditetapkan berdasarkan Keputusan General Manager No.078.K/GM.DJBB/2008, pada tanggal 15 Desember 2008. Struktur organisasi PT. PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten merupakan organsasi fungsional dan staff. Jenjang manajemen meliputi unsur pimpinan, pembantu pimpinan dan unsur pengawasan yaitu auditor internal yang berada dibawah dan tanggung jawab langsung kepada pimpinan yang merupakan pejabat tinggi pada PT. PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten
Struktur organisasi PT. PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten Gambar 4.2
Bagan Struktur Organisasi PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Baratdan
Mengingat penelitian penulis dilaksanakan di bagian Akuntansi. Maka, Struktur organisasi pada bagian akuntansi PT PLN (persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten adalah sebagai berikut :
Struktur Organisasi Bagian Akuntansi PT PLN (Persero)
Distribusi Jawa Barat dan Banten
Gambar 4.3
Bagan Struktur Organisasi Bagian Akuntansi PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten
4.1.1.3 Deskripsi Jabatan
Berdasarkan struktur organisasi yang telah diputuskan oleh General Manager kantor Distribusi PT. PLN (Persero) DJBB tanggal 15 Desember 2008 dengan nomor 078.K/GM.DJBB/2008 tersebut, masing-masing jabatan diuraikan sebagai berikut :
1. General Manager
Seorang General Manager mempunyai beberapa tugas yang merupakan tanggung jawabnya, yaitu :
JU Akuntansi Biaya Supervisor Akuntansi
Biaya
Supervisor AT, PDP, dan Material Supervisor Akuntansi
Umum Deputi Manajer
Akuntansi
AM. Akuntansi M. Aktiva
JU Akuntansi Biaya
JU Akuntansi Umum
[image:47.612.88.552.219.408.2]a. Memimpin, mengurus, mengelola distribusi sesuai dengan maksud dan tujuan distribusi serta menyiapkan rencana kerja tahunan distribusi lengkap dengan anggaran keuangan secara tepat waktu.
b. Mewakili distribusi di luar maupun dalam pengadilan.
c. Menguasai, memelihara, dan mengurus kekayaan distributor serta menetapkan kebijakan distribusi dibidang perencanaan, pembangunan sarana pendistribusian tenaga listrik dan sumber daya manusia.
d. Melaksanakan kebijakan umum dalam mengurus distribusi yang telah digariskan oleh direksi
e. Mengendalikan pelaksanaan tugas para Deputi Pimpinan dan Kepala Kontrol Intern
f. Mengelola dan mengendalikan seluruh kegiatan berdasarkan kebijakan Direksi dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
g. mengadakan dan memelihara tata buku dari administrasi distribusi sesuai dengan peraturan yang berlaku di perusahaan.
h. menetapkan gaji/pensiun hari tua dan penghasilan lain pegawai serta mengatur hal kepegawaian lain sesuai dengan ketentuan yang berlaku. 2. Pembantu Pimpinan
a. Manajer Perencanaan dan Pengembangan Usaha
Kepakaran di Bidang Pengembangan Usaha. Adapun deskripsi jabatannya yaitu:
1) Deputi Manajer Perencanaan Perusahaan bertanggung jawab atas penyusunan perencanaan korperasi (Bussines Plan) Serta rencana kerja dan anggaran perusahaan dari Unit Bisnis Distribusi.
2) Deputi Manajer Pendanaan bertanggung jawab atas penyediaan sumber dana untuk mendukung rencana kegiatan investasi dan operasi
3) Kepakaran Pengembangan Usaha bertanggung jawab atas penyusunan rencana pengembangan usaha/analisa usaha sesuai dengan kaidah yang sehat
b. Manajer Distribusi
Manajer Distribusi mempunyai tugas sebagai berikut :
1) Menyusun rencana pengembangan sistem jaringan distribusi dan membina penerapannya
2) Menyusun strategi pengoperasian dan pemeliharaan jaringan distribusi dan membina penerapannya.
3) menyusun SOP untuk penerapan dan pengujian peralatan distribusi serta SOP untuk operasi dan pemeliharaan jaringan distribusi.
4) menyusun desain standar konstruksi jaringan distribusi dan peralatan kerjanya serta membina penerapannya.
6) Menyusun metode kegiatan konstruksi dan administrasi pekerjaan serta membina penerapannya
7) Menyusun kebijakan manajemen jaringan distribusi dan kebijakan perbekalan distribusi serta membina penerapannya.
8) Menyusun pengembangan sarana komunikasi dan otomatisasi operasi jaringan distribusi
9) Menyususn regulasi untuk penyempurnaan Data Induk Jaringan (DIJ) 10) Membantu dan mengevaluasi DIJ
c. Manajer Niaga
Manajer Niaga dibantu Manajer Administrasi dan Jabatan Kepakaran. Adapun deskripsi jabatannya yaitu :
1. Deputi Manajer Administrasi Niaga bertanggung jawab atas pencapaian kinerja niaga dan pengaturan transaksi niaga yang dilaksanakan di UPP/UPT/cabang, AREA yaitu transaksi jual/beli produk
2. Kelompok kepakaran pengembangan sistem pelayanan yang meliputi : a. Kepakaran bisnis proses dan sistem prosedur pelayanan
bertanggung jawab atas pembuatan bisnis proses unti pelaksanan antar unit pelaksanan dan pembuatan sistem dan prosedur pelayanan untuk menigkatkan pelanggan.
3. Kelompok kepakaran pengembangan niaga yang meliputi :
a. Kepakaran pengembangan pemasaran atau produk unggulan bertanggung jawab atas kelancaran penyelenggaraan pemasaran oleh unit pelaksana dengan memfasilitasi dan menyiapkan inovasi atau produk unggulan
b. Kepakaran riset dan intelegent pasar bertanggung jawab atas penyelenggaraan riset dan intelegent pasar untuk mengetahui peta dan rencana pengembangan pasar
d. Manajer Keuangan
Manajer Keuangan dibantu oleh Deputi Manajer Pengendalian Anggaran, Deputi Manajer Pengelolaan Keuangan, Deputi Manajer Akuntansi dan Jabatan Kepakaran di bidang analisis dan evaluasi sistem keuangan. Adapun deskripsi jabatannya yaitu :
1. Deputi Manajer Pengendalian Anggaran bertanggung jawab atas pengendalian pelaksanaan Rencana Kerja Anggaran Perusahaan (RKAP) dan Monitoring Penggunaan Dana.
2. Deputi Manajer Pengelolaan Keuangan bertanggung jawab atas pengalolaan dana arus kas secara akurat melaksanakan pengembangan sistem manajemen keuangan yang sehat serta pengelolaan keuangan yang menguntungkan serta menyiapkan data untuk Laporan Keuangan .
pihak dan membantu manajemen dalam melaksanakan operasi perusahaan secara efisien dan efektif.
4. Kepakaran Keuangan bertanggung jawab dalam merencanakan pola pengelolaan dana yang menguntungkan serta melakukan analisa dan evaluasi keuangan.
e. Manajer SDM dan Organisasi
Manajer Sumber Daya Mansia dan Organisasi dibantu oleh Deputi Manajer Sumber Daya Manusia, Deputi Manajer Pengembangan Sumber Daya Manusia dan Kepakaran Manajemen Sumber Daya Manusia. Adapun deskripsi jabatannya yaitu :
1. Deputi Manajer Administrasi Sumber Daya Manusia Bertanggung jawab atas terlaksannya pengelolaan penghasil dan emolumen, kesejahteraan dan kesehatan pegawai serta pensiun dan sistem pengelolaan data pegawai yang up to date dan penyajian informasi pegawai yang akurat serta pembinaan kesehatan dan keselamatan kerja (K3)
2. Deputi Manajer Pengembangan Sumber Daya Manusia bertanggung jawab atas pengembangan sumber daya manusia yang berkualitas dan kompeten melalui jenjang karir yang jelas
3. Kepakaran Manajemen Suumber Daya Manusia bertanggung jawab atas pengembangan sistem sumber daya manusia
f. Manajer Komunikasi, Hukum, dan Administrasi
1. Menyususn kebijakan dan mengelola komunikasi kemasyarakatan dan pelanggan baik internal maupun eksternal
2. Menyusun kebijakan dan mengelola fasilitas kerja, sistem pengamanan dan manjemen kantor.
3. Menyusun kebijakan K3, lingkungan dan community development 4. Menyusun kebijakan administrasi.
5. Menyusun dan mengkaji produk-produk hukum dan peraturan peraturan perusahaan.
6. Memberikan advokasi dalam bisnis tenaga listrik dan ketenagakerjaan.
7. Menyususn standar fasilitas kantor.
8. Mengelola asset tanah dan bangunan serta sarana kerja. 9. Mengelola keskretariatan dan rumah tangga kantor induk. 10. Menyusun laporan manajemen di bidangnya.
3. Unsur Pelaksana
a. Unit Organisasi Area Pelayanan dan Jaringan.
Merencanakan, melaksanakan dan melakukan evaluasi serta membuat laporan atas pencapaian pendapatan penjualan listrik, pelayanan pelanggan, pengoperasian, pemeliharaan jaringan distribusi di daerah kerjanya secara efisien dengan mutu dan keandalan yang baik untuk mencapai kinerja unit
Merencanakan, melaksanakan dan melakukan evaluasi serta membuat laporan atas kegiatan operasi pengaturan jaringan distribusi di daerah kerjanya secara efisien dengan mutu dan keandalan yang baik untuk mencapai kinerja unit 4. Auditor Internal
Dalam melaksanakan tugas pokok dan tanggung jawab sebagaimana Keputusan Direksi No. 014.K/010/DIR/2003, dibantu oleh kepakaran seperti auditor teknik, auditor manajerial, auditor khusus, jabatan dan formasi tenaga kerjanya ditetapkan General Manajer.
a. Audit Sistem Distribusi, bertanggung jawab atas pembinaan dan penilaian audit bidang distribusi dalam menghasilkan rekomendasi bagi perbaikan dan kemajuan proses bisnis yang mengacu pada efisiensi dan efektivitas pencapaian tugas kerja
b. Audit Sistem Administrasi dan Umum, bertanggung jawab tas pemberian dan penilaian audit bidang administrasi dan umum dalam rangka menghasilkan rekomendasi bagi perbaikan dan kemajuan proses bisnis yang mengacu pada efisiensi dan efektifitas target kerja.
d. Audit Mutu Layanan, bertanggung jawab atas pembinaan dan penilaian audit yang berkaitan dengan masalah mutu layanan dalam rangka menghasilkan rekomendasi bagi perbaikan dan kemajuan proses bisnis yang mengacu pada efisiensi dan efektifitas target kerja.
Adapun deskripsi jabatan bagian akuntansi pada PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten adalah sebagai berikut : 1. Deputi Manajer Akuntansi
Tugasnya adalah melaksanakan kegiatan administrasi keuangan sesuai dengan kebijaksanaan pimpinan, mencakup bidang-bidang penyusunan anggaran yang menggunakan metodologi serta data yang akurat, pembelanjaan dan pengendalian keuangan, baik konstruksi maupun pengusahaan, tata usaha 30 langganan, termasuk sistem pelaporan dan akuntansi juga membuat laporan dalam bidangnya.
2. AM Akuntansi (Ahli Madya Akuntansi)
a. Menerima LP (Laporan Pemeliharaan) dan LK (Laporan Keuangan) dari cabang-cabang.
b. Melaksanakan inventarisasi fisik material, AT dan PDP, rekening listrik, kas dan bank sampai pembuatan pendataan.
c. Melaksanakan tugas lainnya sesuai perintah dari atasan. 3. Supervisor Akuntansi Umum
Tugasnya adalah :
2. Mengevaluasi dan verifikasi nota masuk dan nota keluar wilayah atau distribusi lain.
3. Mengevaluasi dan verifikasi hasil rekonsiliasi utang pajak, J-24, piutang pegawai, piutang rekening listrik, bank, dana pensiun, YPK. 4. Mengevaluasi dan verifikasi pembuatan LP KD bulanan, triwulan,
semester dan tahunan.
5. Melaksanakan inventarisasi fisik material, AT dan PDP, rekening listrik, kas dan bank sampai pembuatan dan penandatanganan berita acara.
4. Supervisor Akuntansi Verifikasi Tugasnya adalah :
a. Menerima LHP Internal Auditor, Akuntan Publik dan SPI: 31
b. Diverifikasi dan memonitor serta menerima Surat Tanggapan Cabang atas LHP Internal Auditor, Akuntan Publik dan SPI untuk selanjutnya dilaporkan ke DMAK.
c. Menerima LP dan LK dari cabang-cabang :
1. Mendistribusikan LP dan LK cabang ke seluruh staf akuntansi u