PERANAN KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PASAR
SUKARAMAI TERHADAP PENGEMBANGAN
WILAYAH DI KOTA MEDAN
Skripsi
Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Menyelesaikan
Pendidikan Sarjana (S-1) Pada Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Program Studi Ilmu Administrasi Negara
OLEH
MICLAEL SANJANI PASARIBU
120921022
Departemen Studi Ilmu Administrasi Negara
Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik
Universitas Sumatera Utara
Medan
ABSTRAK
Peranan Kebijakan Pengembangan Pasar Sukaramai Terhadap
Pengembangan Wilayah Di Kota Medan
NAMA : MICLAEL SANJANI PASARIBU
NIM : 120921022
DEPARTEMEN : ILMU ADMINISTRASI NEGARA
FAKULTAS : ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
PEMBIMBING : Prof. Dr. Marlon Sihombing, MA
Pengembangan wilayah merupakan proses perumusan dan pengimplementasian tujuan-tujuan pembangunan dalam skala supra urban. Pembangunan wilayah pada dasarnya dilakukan dengan menggunakan sumber daya alam secara optimal melalui pengembangan ekonomi lokal, yaitu berdasarkan kepada kegiatan ekonomi dasar yang terjadi pada suatu wilayah.
Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimanakah peranan kebijakan pengembangan Pasar Sukaramai terhadap pengembangan wilayah di Kota Medan. Penelitian ini dilakukan di kantor PD Pasar Sukaramai Kota Medan, dan yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendiskripsikan dan menganalisis peranan kebijakan pengembangan Pasar Sukaramai terhadap pengembangan wilayah di Kota Medan.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode analisa deskriptif. Kepala PD Pasar Sukaramai, pedagang, dan masyarakat di sekitar Pasar Sukaramai dijadikan sebagai informan penelitian. Teknik pengumpulan data melalui metode wawancara. Kemudian hasilnya di analisis secara kualitatif.
dalam kebijakan pengembangan pasar di Kota Medan yang dihadapi oleh PD Pasar.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus Yang Maha
Esa atas kasih karunia, kekuatan, penuntunan, serta perlindunganNya kepada penulis,
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Kesehatan, kekuatan
mental, waktu, kesabaran, rejeki, dan segala faktor lain yang membuat penulis
mampu menjalani dan melewati semuanya mulai dari awal sampai akhir penyusunan
skripsi ini semua karena kuasa dan kekuatan dari Tuhan Yesus Kristus yang
senantiasa memberi kekuatan dalam setiap proses yang penulis alami. Dan juga orang
tua penulis yang selalu mendukung, mendoakan dan memberi semangat.
Penulisan skripsi ini merupakan sebuah karya tulis ilmiah yang disusun untuk
melengkapi persyaratan memperoleh gelar Sarjana serta sebagai wahana untuk
melatih diri dan mengembangkan wawasan berfikir dalam penulisan karya ilmiah ini.
Penulis mengakui bahwa dalam penulisan ini masih jauh dari kesempurnaan,
hal ini terjadi karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman penulis dalam
penulisan karya ilmiah. Namun berkat bimbingan dan arahan dari berbagai pihak
maka penulisan skripsi ini dapat terselesaikan.
Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis pertama sekali ingin
mengucapkan kepada yang teristimewa kedua orang tua saya, Benyamin Pasaribu dan
ibunda Esmerika br Pakpahan yang selalu memberi pesan dan selalu mendoakan serta
Penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
banyak membantu, mendorong, dan memberikan motivasi kepada penulis selama
penyelesaian skripsi ini, secara khusus penulis mengucapkan terima kasih banyak
kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Drs. M. Husni Thamrin Nasution, M.Si, selaku Ketua Departemen Ilmu
Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera
Utara.
3. Ibu Dra. Erlita Dewi, selaku Sekretaris Departemen Ilmu Administrasi Negara
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.
4. Bapak Prof. Dr. Marlon Sihombing, MA, selaku dosen pembimbing yang telah
banyak meluangkan waktu, tenaga, pikiran, saran dan kritik kepada penulis
sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
5. Bapak Hatta Ridho, S.sos. Msp selaku dosen penguji yang memberikan kritik
dan saran yang membangun dan bimbingan singkatnya yang sangat bermanfaat
bagi penulis.
6. Seluruh Staf Pengajar Ilmu Administrasi Negara yang telah memberikan ilmu
yang bermanfaat.
7. Staf Pegawai Administrasi yang ada di Departemen Ilmu Administrasi Negara
8. Kepada Bapak Benny Harianto Sihotang selaku kepala PD Pasar Kota Medan
yang telah memberikan surat izin disposisi kepada penulis sehingga penulis dapat
menyelesaikan penelitian dengan baik.
9. Bapak Juster Simarmata selaku kepala PD Pasar Sukaramai Kota Medan yang
telah memberikan ijin penelitian serta seluruh staf yang ada yang telah banyak
membantu memberikan keterangan dan data-data selama penelitian saya ucapkan
banyak terimah kasih.
10. Saudara-saudaraku yang tercinta. Adekku Alfonsius Pasaribu yang terkadang
memberikan bantuan dana. Adekku Budi Pasaribu yang suka keluyupan ntah
kemana-mana. Adekku Theresia Pasaribu yang tuitnya setengah hidup. Dan
adekku yang siapudan Agnesia Pasaribu yang hitam dan malas belajar namun
baek membantu pekerjaan rumah. Semoga Tuhan senantiasa memberikan kita
semua kesehatan dan menjadikan kita sebagai anak yang berbakti kepada bapak
dan mamak kita terlebih berbakti kepada-Nya. Semoga kita menjadi anak yang
sukses dan membuat bangga kedua orang tua kita. Amin. Serta family-family
1000 yang ada di Parapat terutama buat opung yang ada di Rantau Parapat,
semoga opung sehat-sehat selalu ya,,tetap jaga kesehatan. Buat bou yang
senantiasa selalu menjaga opung tetap sabar dan semangat bou. Buat mak tua dan
pak tua juga yang di Rantau tetap semangat dalam menjalankan hidup. Sehat-
sehat selalu. Adek nova, Sahat, dan Evi tetap semangat dalam menjalankan
hidup. Dan juga buat tulang yang ada di Bonan Dolok yang selalu sabar dan tulus
saudara-saudara yang berada di Rantau Parapat dan di Bonan Dolok yang tidak
bisa disebutkan satu-persatu namanya mohon maaf yang sebesar-besarnya. Dan
begitu juga dengan saudara yang berada di Medan mulai dari itok Darwin,
amangboru dst tetap semangat dalam menjalankan hidup. Kak Romasi juga tetap
semangat dan semoga sehat-sehat selalu dalam perlindunganNya. Dan mohon
maaf juga yang sebesar-besarnya buat saudara-saudara yang ada di Medan yang
tidak bisa disebutkan namanya. Semoga Tuhan selalu senantiasa menyertai kita.
Amin
11. Kepada teman-teman Ekstensi Administrasi Negara angkatan 2012 yang telah
berjuang bersama dalam menyelesaikan mata kuliah dan bersama-sama
memberikan semangat untuk mencapai kesuksesan.
12. Kepada sahabat- sahabatku Reza alias gay, abangda Yahya, abangda Fauzi,
saudara Ovi, Devan dan Arif yang udah duluan sukses dan Baong ayok siapkan
kuliah mu.
13. Kepada Nying-nying, kak Fatimah yang selalu bersama saya untuk menjumpai
pak Marlon. Perjuangan kita sangat keras.
14. Kepada anak-anak IPS Parkiran Bang tepu, Azwin, Arif dan Fajar yang jauh di
negeri sakura, Ruth, Reza, Roy, Fredy, dan seluruh lapisan masyarakat IPS.
Salam perjuangan pelajar.
15. Kepada seluruh keluarga besar Hinode Fakultas Ilmu Budaya yang selalu
16. Kepada seluruh keluargaku stambuk 08 Hinode, ada janji dan cita-cita yang
selalu kita perjuangkan untuk masa depan kita. Suatu saat kita pasti berkumpul
bersama lagi.
17. Terakhir untuk semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan
skripsi ini termasuk para responden yang telah meluangkan waktu untuk mengisi
kuesioner, penulis mengucapkan banyak terima kasih.
Demikian ucapan terima kasih yang penulis sampaikan dan skripsi ini masih
banyak kekurangan dan kesalahan, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari pembaca untuk perbaikan yang lebih baik kedepannya.
Medan, Juli 2014
Penulis,
Miclael Sanjani Pasaribu
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN ………... 1
1.1.Latar Belakang Masalah ………... 1
1.2.Perumusan Masalah ………... 9
1.3.Tujuan Penelitian ………... 10
1.4.Manfaat Penelitian ………... 10
1.5.Kerangka Teori ……… 11
1.5.1. Kebijakan Pengembangan ……… 11
1.5.2. Pengembangan Wilayah ………... 20
1.5.3. Perencanaan ……… 22
1.5.4. Perencanaan Pembangunan Daerah ……….. 27
1.6. Defenisi Konsep ………. 34
1.7. Sistematika Penulisan ………... 36
BAB II METODE PENELITIAN ………... 37
2.1. Bentuk Penelitian ……….. 37
2.2. Lokasi Penelitian ……… 37
2.3. Informan penelitian ………... 38
2.5. Teknik Analisa Data ……….. 40
BAB III DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN ……… .……... 41
3.1. Gambaran Umum Kota Medan ………. 41
3.2. Gambaran Umum PD Pasar Kota Medan ………. 45
3.3. Gambaran Umum PD Pasar Sukaramai ……… 49
BAB IV PENYAJIAN DATA ……….. 54
BAB V ANALISA DATA ………... 70
BAB VI PENUTUP ……… 78
DAFTAR PUSTAKA ………... 81
ABSTRAK
Peranan Kebijakan Pengembangan Pasar Sukaramai Terhadap
Pengembangan Wilayah Di Kota Medan
NAMA : MICLAEL SANJANI PASARIBU
NIM : 120921022
DEPARTEMEN : ILMU ADMINISTRASI NEGARA
FAKULTAS : ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
PEMBIMBING : Prof. Dr. Marlon Sihombing, MA
Pengembangan wilayah merupakan proses perumusan dan pengimplementasian tujuan-tujuan pembangunan dalam skala supra urban. Pembangunan wilayah pada dasarnya dilakukan dengan menggunakan sumber daya alam secara optimal melalui pengembangan ekonomi lokal, yaitu berdasarkan kepada kegiatan ekonomi dasar yang terjadi pada suatu wilayah.
Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimanakah peranan kebijakan pengembangan Pasar Sukaramai terhadap pengembangan wilayah di Kota Medan. Penelitian ini dilakukan di kantor PD Pasar Sukaramai Kota Medan, dan yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendiskripsikan dan menganalisis peranan kebijakan pengembangan Pasar Sukaramai terhadap pengembangan wilayah di Kota Medan.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode analisa deskriptif. Kepala PD Pasar Sukaramai, pedagang, dan masyarakat di sekitar Pasar Sukaramai dijadikan sebagai informan penelitian. Teknik pengumpulan data melalui metode wawancara. Kemudian hasilnya di analisis secara kualitatif.
dalam kebijakan pengembangan pasar di Kota Medan yang dihadapi oleh PD Pasar.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam kehidupan, manusia selalu berhubungan erat dengan berbagai aktivitas
ekonomi. Aktivitas ekonomi adalah semua aspek atau kajian yang berhubungan
dengan upaya pemenuhan kebutuhan serta roda pergerakan secara material. Namun
demikian dalam kajian yang lebih luas, aktivitas ekonomi ini lantas memberikan
relevansi yang kuat terhadap pola interaksi individu yang ada didalamnya. Sehingga
secara singkat dalam implikasinya ekonomi membawa pada suatu kajian yang
berhubungan dengan aktivitas manusia dalam upaya memenuhi dan mengorganisir
berbagai kebutuhan hidupnya.
Salah satu aktivitas ekonomi yang erat dengan kehidupan manusia adalah
keberadaan pasar. Sejarah terbentuknya pasar melalui evolusi yang panjang, hal ini
bermula dari upaya seseorang untuk memenuhi kebutuhan sendiri. Pada awalnya
kebutuhan manusia masih terbatas pada masalah pangan saja, sehingga masih dapat
dipenuhi sendiri dimana pertukaran barang hanya terbatas pada lingkungan
disekitarnya. Pada tahap berikutnya, kebutuhan mulai berkembang, manusia mulai
mengadakan pertukaran barang yang lebih luas lingkungannya dengan mencari atau
menemui pihak-pihak yang saling membutuhkan. Selanjutnya tahapan tersebut mulai
hal ini ditandai dengan bertemunya manusia yang saling membutuhkan barang
disuatu tempat. Tempat yang disepakati untuk bertemu tersebut kemudian disebut
pasar.
Seiring dengan perkembangan zaman, peranan pasar menjadi sangat penting
karena melalui pasar kebutuhan seseoarang bisa terpenuhi dengan cepat.
Perkembangan pasar akan selalu sejalan dengan perkembangan masyarakat.
Perkembangan masyarakat yang didukung oleh perkembangan teknologi
memunculkan adanya pasar modern dan pasar tradisional. Ditengah laju
perkembangan- perkembangan pasar-pasar modern dalam bentuk mall-mall,
supermarket, pasar tradisional sepertinya memiliki posisi strategis. Sekalipun
disebagian tempat, pasar tradisional memang cenderung kalah bersaing dengan pasar
modern seperti terjadi dibeberapa daerah, pasar tradisional relative sepi
mengisyaratkan sebagai pasar yang terpinggirkan. Akan tetapi dibanyak daerah
lainnya pasar tradisional menunjukan kesemarakan dan geliat ekonomi yang cukup
mengembirakan. Pada beberapa pasar tradisional masyarakat dari berbagai lapisan
tumpah ruah. Ini artinya pusat pusat ekonomi yang relative lebih banyak digulirkan
oleh masyarakat menengah kebawah tersebut harus diperhitungkan. Disisi lain
keberadaan pasar tidak dapat dipisahkan dari suatu tradisi yang sudah meluhur
dimana pasar dijadikan sebagai tempat untuk memenuhi kebutuhan hidup masyarakat
seperti yang terjadi di pasar sukaramai. Kebijakan pengembangan pasar sukaramai
pengembangan wilayah yang multi dimensional yang menyangkut
perubahan-perubahan penting dalam suatu struktur, sistem social, ekonomi, sikap masyarakat
dan lembaga-lembaga nasional, akselerasi pertumbuhan ekonomi, pengangguran, dan
pemberantasan kemiskinan (Todaro, 1977). Pengertian tersebut menyiratkan bahwa
pengembangan wilayah berarti proses menuju perubahan-perubahan yang lebih baik
lagi dari sebelumnya.
Sebelum adanya insiden kebakaran yang terjadi di pasar sukaramai yang
merugikan para pedagang, pasar sukaramai merupakan tempat berlangsungnya
kegiatan ekonomi yang pesat. Kegiatan ekonomi tersebut seolah menurun akibat
kejadian tersebut ditambah lagi dengan kebijakan pemko yang lambat dalam
menanggapi masalah yang terjadi di pasar sukaramai seperti penyediaan kios baru
bagi para PKL, perparkiran yang layak sehingga tidak sampai memakan setengah
jalan yang menjadi alur lalu lintas kendaraan yang menyebabkan kemacetan terjadi di
pasar sukaramai tersebut akibat dari pembangunan kios dan perparkiran yang
memakan badan jalan. Pembangunan pasar sukaramai saat ini belum juga relevan
seperti yang saya kutip dari “Medan Bisnis”- Medan. Proses pembangunan kembali
pasar sukaramai yang terbakar oktober 2010 silam telah mencapai 13%. Rencananya,
proses pembangunan pasar tersebut selesai dan beroperasi pada awal tahun depan.
Dirut PD pasar kota Medan, Benny Sihotang mengatakan, pembangunan kembali
membangun lebih dari 400 kios penampungan bagi pedagang yang berjualan di pasar
itu,”katanya kepada Medan Bisnis, baru-baru ini.
Pembangunan pasar ini sendiri menelan biaya sedikitnya Rp.30 miliar. Pihak
PD pasar, menggandeng PT Kasama Ganda sebagai investor yang membiayai dan
membangun kembali pasar itu.
“Setelah mereka membangun pasar Sukaramai, selanjutnya sebanyak 732 kios yang
sudah dibangun akan disewa ke pedagang dan pengelolaannya diserah terimakan
kepadaPemko Medan,”jelasnya.
Pasar sukaramai merupakan pasar tradisional yang menjadi tempat bertemunya
penjual dan pembeli yang melangsungkan terjadinya kegiatan ekonomi untuk
memenuhi kebutuhan hidup masyarakat khususnya masyarakat yang tinggal di
sekitarnya.
Pasar tradisional, jika dikaji rasional, jika dikaji secara jernih, memang memiliki
beberapa fungsi penting yang tak dapat digantikan begitu saja oleh pasar modern.
Setidaknya, ada empat fungsi ekonomi yang sejauh ini bisa diperankan oleh pasar
tradisional:
karena memang seringkali harga di pasar tradisional lebih murah dibandingkan harga
harga yang ditawarkan pasar modern. Dengan kata lain pasar
tradisional merupakan pilar penyangga ekonomi masyarak kecil.
Kedua, pasar tradisional tradisional merupakan tempat yang relative lebih bisa bisa dimasuki oleh pelaku ekonomi lemah yang menempati posisi mayoritas dari sisi sisi
jumlah. Pasar tradisional jelas jauh lebih bisa diakses oleh sebagian besar
pedagang-pedagang terutama yang bermodal kecil ketimbang pasar modern.
Ketiga, pasar merupakan merupakan salah satu sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) lewat retribusi yang ditarik dari para pedagang.
Keempat, akumulasi aktivitas jual beli di pasar merupakan factor penting dalam perhitungan tingkat pertumbuhan ekonomi, baik pada skala local, regional maupun
nasional. Permasalahan terkait terkait pengelolaan pasar tradisional antara lain: (1)
permasalahan dan citra negatif pasar tradisional umumnya terjadi akibat kurang
disiplinnya pedagang, pengelola pasar yang tidak profesional, dan tidak tegas dalam
menerapkan kebijakan kebijakan atau aturan terkait pengelolaan operasional pasar;
(2) pasar tradisional umumnya memiliki desain yang kurang baik, termasuk
minimnya fasilitas penunjang, banyaknya pungutan liar dan berkeliarannya
"preman--preman" pasar serta sistem operasional dan prosedur pengelolaannya kurang jelas;
jelas; (3) masalah internal pasar seperti buruknya manajemen pasar, sarana dan
penerima retribusi, menjamurnya Pedagang Pedagang Kaki Lima (PKL) yang
mengurangi pelanggan pedagang pasar, dan minimnya bantuan pasar, dan minimnya
bantuan permodalan yang tersedia bagi pedagang tradisional. Revitalisasi pasar yang
dilakukan oleh pemerintah baik pusat maupun maupun daerah, baru sebatas fisik
bangungan pasar, revitalisasi terhadap pengelolaan pasar belum banyak dilakukan.
Padahal perbaikan terhadap manajemen pasar menjadi bagian penting untuk
mendorong profesionalisasi pengelolaan pasar dan meningkatkan pelayanan bagi
pedagang maupuan pengunjung pasar. Pengelolaan pasar yang baik dan professional
diharapkan dapat meningkatkan daya saing pasar tradisional terhadap pasar modern,
meningkatkan keuntungan keuntungan serta dapat menjamin kelangsungan dari pasar
itu sendiri.
Menurut UU No. 32 tahun 2004 pasal 150, dalam rangka penyelenggaraan
pembangunan daerah disusun perencanaan pembangunan daerah sebagai suatu bentuk
kesatuan system perencanaan nasional. Hal ini terdapat dalam Undang-Undang No.
25 tahun 2004 tentang sistem perencanaan pembangunan nasional pasal 33 yaitu ;
1. Kepala daerah menyelenggarakan dan bertanggung jawab atas perencanaan
pembangunan daerah disekitarnya.
2. Dalam menyelenggarakan perencanaan pembangunan daerah, kepala daerah
dibantu oleh kepala Bappeda.
3. Pimpinan Satuan Kerja Perangkat Daerah menyelenggarakan perencanaan
4. Gubernur menyelenggarakan koordinasi, integrasi, singkronisasi, dan sinergi
perencanaan pembangunan antar kota/kabupaten.
Menurut UU No. 25 tahun 2004, Bappeda mempunyai peranan yang penting
didalam melaksanakan perencanaan daerah. Perencanaan daerah yang direncanakan
oleh Bappeda dimulai dari tingkat desa/kelurahan, kecamatan, kabupaten dan kota
hingga tingkat provinsi melalui Musrembang (Musyawarah Perencanaan
Pembangunan). Dalam perencanaan pembangunan daerah ini diperlukan adanya
partisipasi masyarakat lokal dalam implementasi pembangunan didaerahnya.
Untuk mendukung pelaksanaan amanat UU No. 25 tahun 2004 ini, maka
pemerintah atas nama Menterin Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/ kepala
Bappenas sudah mengeluarkan surat edaran tentang system perencanaan pembanguna
daerah. Dalam surat edaran ini pemerintah daerah wajib menyusun rencana
pembangunan jangka menengah/ daerah (RPJP/D), rencana pembangunan jangka
menengah/ daerah (RPJM/D), dan rencana kerja pemerintah daerah (RKPD) sebagai
rencana tahunan. Setiap proses penyusunan harus mempunyai koordinasi antar
instansi pemerintah dan partisipasi seluruh pelaku pembangunan, melalui suatu forum
yang disebut sebagai musyawarah perencanaan pembangunan atau yang disebut
dengan Musrenbang.
Dalam rangka untuk mendorong profesionaliasi pengelolaan asset pasar
pensosialisasian pengembangan pasar sukaramai tersebut. Kita bisa melihat dan
melakukan bagaimana program dari Gubernur DKI Jakarta yaitu Jokowi dalam
mengelola dan membangun pasar tradisional yang ada di ibu kota. Dimana Jokowi
melakukan suatu tindakan yang efektif dalam mengelola pasar seperti membangun
pasar tradisional yang bersih sehingga para pengunjung senang datang ke pasar
tradisional tersebut. Jokowi juga mampu dan berhasil mengajak para pedagang yang
berjualan dikaki lima untuk berdagang ke bangunan yang telah disediakan oleh
pemko DKI Jakarta. Tidak kebanyakan seperti para pemimpin lainnya yang
melakukan tindakan paksa seperti menggerakan satpol pp untuk mengusir para
Pedagang Kaki Lima (PKL), namun Jokowi justru melakukannya sendiri seperti
mengadakan sosialisasi kepada para PKL dan lebih mengutamakan menggerakan para
pns perempuan yang memakai kebaya dibandingkan satpol pp yang membantunya
untuk mengajak para PKL supaya berjualan ditempat yang telah disediakan. Bahkan
Jokowi juga memberi bantuan kepada para PKL dengan bunga sewa yang murah dan
memberi hadiah seperti kupon undian kepada para pengunjung yang datang kepasar
tersebut. Jokowi juga mampu menkondisionalkan pasar tradisional tersebut menjadi
pasar yang aman tanpa adanya tindakan kriminal sehingga para pengunjung merasa
aman. Pedoman ini diharapkan dapat menjadi sebuah pijakan bagi pengelola pasar
dan masyarakat mengetahui kebijakan yang dilakukan pemerintah dalam
pengembangan pasar Sukaramai tersebut dari sosialisasi yang dilakukan pengelola
pasar kepada masyarakat, dalam mendorong pengelolaan aset pasar yang professional
terhadap pengembangan wilayah. Pengembangan pasar begitu berpengaruh terhadap
pengembangan wilayah khususnya wilayah di kota Medan. Dimana pengembangan
pasar berperan dalam meningkatkan pengembangan wilayah seperti dari segi
ekonomi, tata ruang lingkup kota, dan tata tertib lalu lintas. Kebijakan baru yang
dilakukan Pemko Medan memiliki peran yang penting. Jika kebijakan dilakukan
dengan baik maka proses implementasi kebijakan-kebijakan tersebut akan efektif
sehingga tujuan dan fungsi dari kebijakan tersebut akan tercapai dan sebaliknya.
Berdasarkan uraiaan tersebut maka penulis memilih judul “Peranan kebijakan
Pengembangan Pasar Sukaramai Terhadap Pengembangan Wilayah Di Kota
Medan”.
1.2 Rumusan Masalah
Setiap penelitian lazimnya memiliki permasalahan yang akan dibahas di dalam
penelitiannya. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas maka
permasalahan yang akan diteliti adalah “Bagaimanakah peranan kebijakan
pengembangan pasar Sukaramai terhadap pengembangan wilayah Di Kota
1.3 Tujuan Penelitian
Dari permasalahan yang diajukan oleh peneliti maka penelitian ini bertujuan
sebagai berikut:
1. Mendiskripsikan dan menganalisis peranan kebijakan pengembangan pasar
Sukaramai terhadap pengembangan wilayah di kota Medan.
1.4Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian yang diharapkan dalam penelitian ini adalah :
1.4.1 Manfaat Teoritis
Bagi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara dapat
memperkaya bahan refrensi penelitian di bidang Ilmu social dan Ilmu politik,
terkhusus bagi Program Studi Ilmu Administrasi Negara dapat menjadi acuan atau
bahan pertimbangan bagi mahasiswa dalam melakukan penelitian.
1.4.2 Manfaat Praktis
1. Bagi penulis berguna sebagai suatu sarana untuk melatih dan
mengembangkan kemampuan berpikir ilmiah, sistematis, dan metodologis
serta memiliki kemampuan dalam menganalisis gejala dan permasalahan
yang ada di lapangan.
2. Bagi pemerintah, penelitian ini diharapkan sebagai bahan pertimbangan
dan informasi dalam mengelolah kinerja birokrasi pemerintah dan dapat
1.5 Kerangka Teori
Teori adalah hulu atau sumber suatu proposisi ilmiah, cara mengujinya adalah
melalui prosedur penelitian dengan asumsi atau hipotesis-hipotesis kemudian diuji
atau dibuktikan berdasarkan data-data yang dikumpulkan (Tamburaka, H.Rustam E;
1999).
Menurut Jonathan H.Turner, teori adalah sebuah proses yang mengembangkan
ide-ide yang membantu kita menjelaskan bagaimana dan mengapa suatu peristiwa
terjadi.
Berdasarkan rumusan diatas, maka dalam kerangka teori ini penulis akan
mengemukakan teori, gagasan dan pendapat yang akan dijadikan titik tolak landasan
berpikir dalam penelitian ini. Adapun kerangka teori dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1.5.1 Kebijakan Pengembangan
1.5.1.1 Pengertian Kebijakan
Secara harafiah ilmu kebijaksanaan adalah terjemahan langsung dari kata policy
science (Dror, 1968:6-8). Beberapa penulis besar dalam ilmu ini, seperti William
Dunn, Charles Jones, Lee Friedman, dan lain-lain, menggunakan istilah public policy
dan public policy analysis dalam pengertian yang tidak berbeda. Istilah kebijaksanaan
atau kebijakan yang diterjemahkan dari kata policy memang biasanya dikaitkan
atau kekuasaan untuk mengarahkan masyarakat, dan bertanggungjawab melayani
kepentingan umum. Ini sejalan dengan pengertian public itu sendiri dalam bahasa
Indonesia yang berarti pemerintah, masyarakat atau umum.
Dengan demikian perbedaan makna antara perkataan kebijaksanaan dan
kebijakan tidak menjadi persoalan, selama kedua istilah itu diartikan sebagai
keputusan pemerintah yang relative yang bersifat umum dan ditujukan kepada
masyarakat umum. Kata policy secara etimologis berasal dari kata polis dalam bahasa
Yunani (Greek), yang berarti Negara-kota. Dalam bahasa latin kita ini berubah
menjadi politia, artinya Negara. Masuk kedalam bahasa Inggris lama (Middle
English), kata tersebut menjadi policie, yang pengertiannya berkaitan dengan urusan
pemerintah atau administrasi pemerintah (Dunn, 1981:7). Dalam pengertian umum
kata ini seterusnya diartikan sebagai,”. . . a course of action intended to accomplish
some end” (Jones, 1977:4)” atau sebagai “. . . whatever government choses to do or
not to do” (Dye, 1975:1). Thomas dye menyebutkan kebijakan sebagai pilihan
pemerintah untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu. Sementara Lasswell dan
Kaplan yang melihat kebijakan sebagai sarana untuk mencapai tujuan, menyebutkan
kebijakan sebagai program yang diproyeksikan berkenaan dengan tujuan, nilai, dan
praktek. H.Huglo menyebutkan kebijakann sebagai suatu tindakan yang bermaksud
untuk mencapai tujuan tertentu. (Dalam buku Said Zainal Abidin,phd., 2002 dan
1.5.1.2 Manfaat Penelitian Kebijakan
Studi Kebijakan publik memiliki tiga manfaat penting yakni:
1. Pengembangan ilmu pengetahuaan.
Dalam konteks ini ilmuwan dapat menempatkan kebijakan public sebagai variabel
terpengaruh (dependent variabel), sehingga berusaha menentukan variabel
pengaruhnya (independent variabel ).
2. Membantu para praktisi dalam memecahkan masalah-masalah publik.
Dengan mempelajari kebijakan public para praktisi akan memiliki dasar teoretis
tentang bagaimana membuat kebijakan public yang baik dan memperkecil
kegagalan dari suatu kebijakan public. Sehingga kedepan akan lahir kebijakan
public yang berkualitas yang dapat menopang tujuan pembangunan.
3. Berguna untuk tujuan politik.
Suatu kebijakan public yang dibuat melalui proses yang benar dengan dukungan
teori yang kuat, memiliki posisi yang kuat kritik dari lawan-lawan politik. Dapat
juga menyakinkan lawan politik yang tadinya kurang setuju. (Dalam buku
DRS.AG.Subarsono,M.Si.,MA)
Dalam penyusunan agenda kebijakan ada 3 kegiatan yang perlu dilakukan
yakni :
1. Membangun persepsi dikalangan stakeholders bahwa sebuah fenomena benar-
2. Membuat batasan masalah.
3. Memobilisasi dukungan agar masalah tersebut dapat masuk dalam agenda
pemerintah.
Memobilisasi dukungan ini dapat dilakukan dengan cara mengorganisir kelompok-
kelompok yang ada dalam masyarakat, dan kekuatan-kekuatan politik, publikasi
melalui media masa, dan lain-lain.
1.5.1.3Tipe-tipe Model Kebijakan
Model kebijakan (policy models) adalah representasi sederhana mengenai
aspek-aspek yang terpilih dari suatu kondisi masalah yang disusun untuk
tujuan-tujuan tertentu. Model kebijakan bermanfaat dan bahkan harus ada. Model kebijakan
merupakan penyederhanaan sistem masalah dengan membantu mengurangi
kompleksitas dan menjadikannya dapat dikelola oleh para analisis kebijakan.
Model-model kebijakan juga dapat memainkan peran kreatif dan kritis didalam
analisis kebijakan dengan mendorong para analisis untuk membuat asumsi-asumsi
eksplisit mereka sendiri dan untuk menantang ide-ide konvensional maupun
metode-metode analisis. Dengan menyederhanakan situasi masalah, model tak terelakan
menyumbang distorsi selektif atas realitas. Sementara itu, model dapat membantu kita
untuk melakukan tugas-tugas analitis, kata kuncinya ada pada “kita”, untuk itu kita
dan bukan model yang menyediakan asumsi-asumsi yang diperlukan untuk
Adapun tipe-tipe dari model kebijakan tersebut adalah :
A. Model Deskriptif, model-model kebijakan dapat dibandingkan dan
dikontraskan dari berbagai dimensi, yang paling penting diantaranya adalah
membantu membedakan tujuan, bentuk ekspresi, dan fungsi metodelogis
dari model. Tujuan model deskriptif adalah menjelaskan dan/atau
memprediksikan sebab-sebab dan konsekuensi-konsekuensi dari
pilihan-pilihan kebijakan.
B. Model Normatif, sebaliknya, tujuan dari model normatif bukan hanya untuk
menjelaskan dan/atau memprediksi tetapi juga memberikan dalil
danrekomendasi untuk mengoptimalkan pencapaiaan beberapa utilitas
(nilai). Salah satu model normatif yang paling sederhana dan paling biasa
adalah melipatgandakan bunga. Seringkali dalam kehidupannya orang
menggunakan beberapa variabel dari model ini untuk mencari manfaat dari
variabel-variabel kebijakan.
C. Model Verbal, diekspresikan dalam bahasa sehari-hari, bukannya bahasa
logika simbolis dan matematika, dan mirip dengan yang kita terangkan
sebelumnya sebagai masalah-masalah substantif. Dalam menggunakan
model verbal, analisis bersandar pada penilaiaan nalar untuk membuat
prediksi dan menawarkan rekomendasi. Penilaiaan nalar menghasilakan
argument kebijakan, bukannya dalam bentuk nilai angka-angka pasti.
untuk memberikan prediksi dan rekomendasi bersifat implicit atau
tersembunyi sehingga sulit untuk memahami dan memeriksa secara kritis
argument tersebut sebagai keseluruhan.
D. Model Simbolis, menggunakan simbol-simbol matematis untuk
menerangkan hubungan diantara variabel-variabel kunci yang dipercaya
mebcirii suatu masalah. Model-model simbolis sulit untuk dikomunikasikan
diantara orang awam, termasuk para pembuat kebijakan, dan bahkan
diantara para ahli pembuat model sering terjadi kesalahpahaman tentang
elemen-elemen dasar dari model.
E. Model Prosedural, menampilkan hubungan yang dinamis diantara
variabel-variabel yang diyakini menjadi cirri suatu masalah kebijakan. Biaya model
prosedural relatif tinggi jika dibanding dengan model-model verbal dan
simbolis, sebagian besar karena waktu yang diperlukan untuk
mengembangkan dan menjalankan program-program komputer. Bersamaan
dengan itu, model prosedural dapat ditulis dalam bahasa nonteknis yang
terpahami, sehingga memperlancar komunikasi di antara orang-orang
awam. (Dalam buku William N.Dunn, Gadjah Mada University Press
2012).
1.5.1.4 Proses Kebijakan Publik
Menurut James Anderson (1974:23-24) sebagai pakar kebijakan public
menetapkan proses kebijakan public sebagai berikut:
Apa masalahnya? Apa yang membuat hal tersebut menjadi masalah
kebijakan?
2) Formulasi kebijakan (formulation).
Bagaimana mengembangkan pilihan-pilihan atau alternatif-alternatif untuk
memecahkan suatu masalah.
3) Penentuan kebijakan (adoption).
Bagaimana alternatif dilakukan? Siapa yang akan melaksanakan kebijakan?
4) Implementasi (implementation).
Siapa yang terlibat dalam implementasi kebijakan?
5) Evaluasi (evaluation).
Bagaimana tingkat keberhasilan atau dampak kebijakan diukur? Apa
konsekuensi dari adanya evaluasi kebijakan?
Sedangkan Michael Howlet dan M.Ramesh (1995:11) menyatakan bahwa
proses kebijakan publik terdiri dari lima tahapan sebagai berikut:
1) Penyusunan agenda (agenda setting), yakni suatu proses agar suatu masalah
bias mendapat perhatian dari pemerintah.
2) Formulasi kebijakan (policy formulation), yakni proses perumusan
pilihan-pilihan kebijakan oleh pemerintah.
3) Pembuatan kebijakan (decision making), proses ketika pemerintah memilih
4) Implementasi kebijakan (policy implementation), yakni proses untuk
melaksanakan kebijakan supaya mencapai hasil.
5) Evaluasi kebijakan (policy evaluation), yakni proses untuk memonitor dan
menilai hasil atau kinerja kebijakan.
1.5.1.5 Lingkungan Kebijakan Publik
Teori sistem berpendapat bahwa pembuatan kebijakan publik tidak dapat
dilepaskan dari pengaruh lingkungan. Tuntutan terhadap kebijakan dapat dilahirkan
karena pengaruh lingkungan, dan kemudian ditransformasi kedalam suatu system
politik. Dalam waktu bersamaan ada keterbatasan dan konstrain dari lingkungan yang
akan mempengarui policy maker. Faktor lingkungan tersebut antara lain: karateristik
geografi, seperti: SDA, iklim, dan topografi; variabel demografi seperti: banyaknya
penduduk, distribusi umur penduduk, lokasi spasial; kebudayaan politik; struktur
social; dan system ekonomi. Dalam kasus tertentu lingkungan internasional dan
kebijakan internasional menjadi penting untuk dipertimbangkan (Anderson, 1979).
1.5.1.6 Kategori Kebijakan Publik
Secara tradisional pakar ilmu politik mengategorikan kebijakan publik kedalam
kategori:
1. Kebijakan subtantif (misalnya, kebijakan perburuhan, kesejahteraan sosial,
2. Kelembagaan (misalnya, kebijakan legislatif, kebijakan judikatif, dan kebijakan
department).
3. Kebijakan menurut kurun waktu tertentu (misalnya, kebijakan masa reformasi,
kebijkan masa orde baru, dan kebijakan masa orde lama).
Kategori lain tentang kebijakan dibuat oleh James Anderson (1979:126-132)
sebagai berikut:
1. Kebijakan substantif vs kebijakan prosedural.
Kebijakan substantif adalah kebijakan yang menyangkut apa yang akan dilakukan
oleh pemerintah seperti kebijakan subsidi BBM. Sedangkan Kebijakan procedural
adalah bagaimana kebijakan substantif tersebut dapat dijalankan, misalnya,
kebijakan criteria orang yang disebut miskin dan bagaimana prosedur untuk
memperoleh raskin.
2. Kebijakan distributif vs kebijakan regulatori vs kebijakan re-distributif.
Kebijakan distributif menyangkut distribusi pelayanan atau kemanfaatan pada
masyarakat atau segmen masyarakat tertentu atau individu. Sebagai contoh:
kebijakan subsidi BBM dan kebijakan obat generic. Kebijakan regulatori adalah
kebijakan yang berupa pembatasan atau peralangan terhadap perilaku individu
atau kelompok masyarakat, misalnya: kebijakan ijin mendirikan bangunan (IMB),
kebijakan pemakaiaan helm bagi pengendara sepeda motor. Sedangkan kebijakan
hak-hak diantara berbagai kelompok dalam masyarakat. Sebagai contoh: kebijakan
pajak progresif, kebijakan asuransi kesehatan bagi orang miskin.
3. Kebijakan material vs kebijakan simbolis.
Kebijakan material adalah kebijakan yang memberikan keuntungan sumber daya
konkrit pada kelompok sasaran, misalnya: kebijakan raskin. Sedangkan kebijakan
simbolis adalah kebijakan yang memberikan manfaat simbolis pada kelompok
sasaran, misalnya: kebijakan libur hari natal dan libur hari idul fitri.
4. Kebijakan yang berhubungan dengan barang umum (public goods) dan barang
privat (privat goods).
Kebijakan publik goods adalah kebijakan yang bertujuan mengatur pemberian
barang atau pelayanan publik, misalnya kebijakan membangun jalan raya.
Sedangkan kebijakan yang berhubungan dengan privat goods adalah kebijakan
yang mengatur penyediaan barang atau pelayanan untukn pasar bebas, misalnya
pelayanan pos, parkir umum, dan perumahan.(Dalam buku Drs.AG Subarsono
Msi, MA., 2005 dan 2009:4).
1.5.2 Pengembangan Wilayah
1.5.2.1 Pengertian Pengembangan Wilayah
Dalam banyak kepustakaan tentang pembangunan, terdapat beberapa
Teori-teori pembangunan itu memuat berbagai pendekatan ilmu sosial yang
berusaha menangani masalah keterbelakangan. Teori pembangunan benar-benar
lepasa landas hanya setelah diketahui bahwa persoalan pembangunan di Dunia
Ketiga bersifat khusus dan secara kualitatif berbeda dari “transisi orisinil”. Sepanjang evolusinya, teori pembangunan menjadi semakin kompleks dan
nondisipliner. Dengan demikian, tidak akan ada definisi baku dan final mengenai
pembangunan, yang ada hanyalah usulan mengenai apa yang seharusnya
diimplikasikan oleh pembangunan dalam konteks tertentu (Hettne, 2001).
Salah satu teori pembangunan wilayah adalah pertumbuhan tak berimbang
(unbalanced growth) yang dikembangkan oleh Hirscham dan Myrdal. Pengembangan wilayah merupakan proses perumusan dan pengimplementasian
tujuan-tujuan pembangunan dalam skala supra urban. Pembangunan wilayah pada
dasarnya dilakukan dengan menggunakan sumber daya alam secara optimal
melalui pengembangan ekonomi lokal, yaitu berdasarkan kepada kegiatan ekonomi
dasar yang terjadi pada suatu wilayah.
Wilayah dapat dilihat sebagai suatu ruang pada permukaan bumi.
Pengertian permukaan bumi menunjuk pada suatu tempat atau lokasi yang dilihat
secara horizontal dan vertikal. Wilayah sering dibedakan artinya dengan kata
daerah atau kawasan. Wilayah dapat diartikan sebagai satu kesatuan ruang yang
mempunyai tempat tertentu tanpa terlalu memperhatikan soal batas dan
karateristik areal bisa sangat kecil maupun sangat besar, suatu wilayah
diklasifikasikanberdasarkan satu atau beberapa karateristik, misalnya berdasarkan
iklim, relief di pebatuan, pola pertanian, tumbuhan alami, kegiatan ekonomi dan
sebagainya.
Purnomo Sidi (1981) mengatakan bahwa wilayah adalah sebutan untuk
lingkungan permukaan bumi yang jelas batasannya. Menurut Chaprin, perencanaan
wilayah (regional planning) adalah upaya intervensi terhadap kekuatan-kekuatan
pasar yang dalam konteks pengembangan wilayah yang memiliki tiga tujuan pokok
yakni meminimalkan konflik kepentingan antar sektor, meningkatkan kemajuan
sektoral dan membawa kemajuan bagi masyarakat secara keseluruhan.
Pengembangan wilayah adalah upaya untuk memacu perkembangan social ekonomi,
mengurangi kesenjangan wilayah dan menjaga kelestarian lingkungan hidup.
(Awanpwk09.blogspot.com/2011/04).
Dalam melakukan pengembangan wilayah perlu dilakukan perencanaan untuk
pencapaiaan tujuan yang efektif dalam melakukan pengembangan wilayah tersebut.
1.5.3 Perencanaan
1.5.3.1 Pengertian Perencanaan
Perencanaan umumnya dan perencanaan wilayah dan kota khususnya
merupakan suatu produk dari suatu tinjauan yang menyangkut suatu lingkup
perencanaan kota misalnya, akan terkait berbagai faset permasalahan yang kompleks.
Kompleks dalam arti menyangkut berbagai aspek yang satu sama lain berkaitan,
saling bergantungan serta saling pengaruh mempengaruhi.
Perencanaan berasal dari kata rencana, yang berarti rancangan atau rangka
sesuatu yang akan dikerjakan. Dari pengertian yang sederhana ini dapat diuraikan
komponen penting, yakni tujuan (apa yang hendak dicapai), kegiatan
(tindakan-tindakan untuk merealisasikan tujuan), dan waktu (kapan, dan bilamana kegiatan itu
hendak dilakukan). Dengan demikian suatu perencanaan bisa dipahami sebagai
respon (reaksi) terhadap masa depan (Abe, 2005, dalam skripsi Nuning Rohaini,
2007).
Menurut Abe (2005) proses membuat rencana akan bermakna sebagai proses
menentukan kearah mana sumber daya yang ada hendak dialokasikan. Ketepatan
dalam menentukan alokasi sangat ditentukan oleh :
1. Pembacaan atas kualitas dan kuantitas atas sumber daya yang ada.
2. Pembacaan atas situasi eksternal.
Menurut Arsyad (1999) ada empat elemen dasar perencanaan yaitu :
1. Merencanakan berarti memilih.
2. Perencanaan merupakan alat untuk mengalokasikan sumber daya.
3. Perencanaan merupakan alat untuk mencapai tujuan.
Perencanaan adalah merupakan suatu kegiatan dalam pembangunan yang paling
prioritas karena pembangunan tersebut menentukan arah prioritas, dan strategi
pembangunan (Nugroho, 2003).
1.5.3.2 Pendekatan Perencanaan
Pendekatan perencanaan telah mengalami perkembangan. Hal ini terjadi
sehubungan dengan pengalaman mengenai tingkat keefektifan rencana tersebut.
Berdasarkan tipologinya maka pendekatan perencanaan wilayah dan kota umumnya
dapat dibedakan atas tiga macam yaitu :
A.Pendekatan perencanaan rasional menyeluruh
Perencanaan rasional menyeluruh secara konsepsual dan analitis mencakup
pertimbangan perencanaan yang luas. Pertimbangan ini termasuk pula hal-hal yang
berkaitan dengan seluruh rangkaiaan tindakan pelaksanaan serta berbagai
pengaruhnya terhadap usaha pengembangan. Produk perencanaan rasional
menyeluruh ini dikenal antara lain sebagai ‘Rencana Induk’ – Masterplan;
‘Rencana Umum’ – General Plan; atau ‘Rencana Pembangunan’ – Development
Plan (Melville C. Branch, 1983).
B.Pendekatan perencanaan terpilah
Pada hakekatnya pendekatan ini mengutamakan unsur atau subsistem tertentu
1. Rencana terpilah tidak perlu ditunjang oleh penelaahan serta evaluasi alternatif
rencana secara menyeluruh.
2. Hanya mempertimbangkan bagian-bagian dari kebijaksanaan umum (kalau
sudah ada) yang berkaitan langsung dengan unsur atau subsistem yang
diprioritaskan.
3. Dengan terbatasnya lengkap perencanaan yaitu pada unsur atau subsistem
tertentu saja maka ada anggapan bahwa pelaksana dan pelaksanaannya lebih
mudah dan realistik.
C.Perencanaan terpilah berdasarkan pertimbangan menyeluruh
Pada hakekatnya pendekatan ini mengkombinasikan pendekatan rasional
menyeluruh dan pendekatan terpilah masing-masing dalam kadar lingkup tertentu
yaitu menyederhanakan tinjauan menyeluruh dalam lingkup ‘wawasan sekilas’
(scanning) dan memperdalam tinjauan atas unsur atau subsistem yang strategis
atau urgen dalam kedudukan system terhadap permasalahan menyeluruh.
Cirri-ciri utama pendekatan wilayah ini adalah:
1. Perencanaan mengacu kepada garis kebijaksanaan umum yang ditentukan pada
tingkat tinggi atau wawasan makro.
2. Perencanaan dilatarbelakangi oleh suatu wawasan menyeluruh serta
memfokuskan pendalaman penelaahan pada unsur-unsur atau
3. Ramalan mendalam tentang unsur-unsur atau subsistem-subsistem yang
diprioritaskan dilandasi oleh ramalan sekilas tentang lingkup menyeluruh serta
didasarkan kepada wawasan sistem.
4. Perumusan rencana dengan pendekatan ini dinilai sebagai usaha penghematan
waktu dan dana dalam lingkup penelaahan, analisis dan proses teknik
penyusunan rencana karena adanya penyederhanaan dalam penelaahan dan
analisis makronya.
5. Untuk menunjang hasil ramalan dan analisis sekilas maka proses pemantauaan,
pengumpulan pendapat, komunikasi serta konsultasi dengan masyarakat yang
berkepentingan serta dengan pengelola (pemerintah) telah dilakukan secara
terus-menerus sejak penyusunan perumusan sasaran dan tujuan rencana
pembangunan. (Dalam buku Djoko Sujarto, 2001:1).
1.5.3.3 Hakekat Perencanaan
Dalam masyarakat Indonesia yang sedang membangun menuju masyarakat
yang adil dan makmur, pencapaian tujuan pembangunan tidak dapat dilepaskan dari
perancangan, yaitu program tindakan yang menuju ke kesejahteraan masyarakat.
Ukuran kesejahteraan masyarakat merupakan ukuran relatif dan sangat sukar
didefenisikan. Kesejahteraan itu sendiri dibentuk oleh berbagai faktor yang kait
mengait yang dapat diterjemahkan kedalam kegiatan masyarakat yang beraneka
beberapa faktor dalam sistem itu, yang diharapkan atau diyakini dapat menimbulkan
suatu rangkaian akibat yang merubah factor lainnya dalam system itu secara positif.
Perencanaan merupakan projeksi untuk masa depan. Segala tindakan untuk
tujuan masa depan jelas mempunyai hubungan erat dengan apa yang dimiliki
sekarang. Perencanaan mendasari pembangunan, karena pembangunan berarti
perencanaan dan pelaksanaan. Dengan demikian, perencanaan dan kemudian
perancangan merupakan proses yang mendahului pelaksanaan. Pembangunan dapat
pula diartikan sebagai usaha merubah nilai suatu keadaan ke keadaan lain yang
mempunyai mutu yang lebih baik. (Suwardjoko Warpani, 1980: 9).
1.5.4 Perencanaan Pembangunan Daerah
Perencanaan dapat dikaitkan dengan pembangunan dimana dalam
pembangunan terdapat suatu perencanaan agar sasaran pembangunan tercapai
sehingga dikenal perencanaan pembangunan. Menurut Kuncoro (2004), “Perencanaan
pembangunan merupakan upaya yang bertujuan untuk memperbaiki sumber daya
publik yang tersedia untuk memperbaiki kapasitas sektor swasta dan public dalam
menciptakan nilai sumber daya swasta dan publik yang bertanggung jawab demi
kepentingan pembangunan masyarakat yang menyeluruh”.
Perencanaan pembangunan wilayah semakin relevan dalam
mengimplementasikan kebijakan ekonomi dalam aspek kewilayahan. Hoover dan
dalam proses pembangunan wilayah, yaitu:
1. Keunggulan komparatif (imperfect mobility of factor). Pilar ini berhubungan dengan keadaan dtemukannya sumber-sumber daya tertentu yang secara fisik
relatif sulit atau memiliki hambatan untuk digerakkan antar wilayah. Hal ini
disebabkan adanya faktor-faktor lokal (bersifat khas atau endemik, misalnya
iklim dan budaya) yang mengikat mekanisme produksi sumber daya tersebut
sehingga wilayah memiliki komparatif. Sejauh ini karakteristik tersebut
senantiasa berhubungan dengan produksi komoditas dari sumber daya alam,
antara lain pertanian, perikanan, pertambangan, kehutanan, dan kelompok usaha
sektor primer lainnya.
2. Aglomerasi (imperfect divisibility). Pilar aglomerasi merupakan fenomena eksternal yang berpengaruh terhadap pelaku ekonomi berupa meningkatnya
keuntungan ekonomi secara spasial. Hal ini terjadi karena berkurangnya
biaya-biaya produksi akibat penurunan jarak dalam pengangkutan bahan baku dan
distribusi produk.
3. Biaya transpor (imperfect mobility of good and service). Pilar ini adalah yang paling kasat mata mempengaruhi aktivitas perekonomian. Implikasinya adalah
biaya yang terkait dengan jarak dan lokasi tidak dapat lagi diabaikan dalam
proses produksi dan pembangunan wilayah.
Pendapat lain yang mendefenisikan perencanaan pembangunan dikemukakan
cara yang akan dilaksanakan untuk mencapai berbagai tujuan dari sasaran
pembangunan yang telah dirumuskan melalui Badan Perencanaan Pembangunan
tingkat pusat dan daerah”.
Setiap perencanaan pembangunan harus mengandung unsur-unsur pokok
tertentu, dimana yang menjadi unsur pokok utamanya adalah sebagai berikut:
I. Kebijakan dasar atau strategi dasar rencana pembangunan. Unsure ini
merupakan dasar pokok dari seluruh rencana yang kemudian
dituangkan kedalam unsur pokok perencanaan pembangunan lainnya.
II. Adanya kerangka rencana makro. Dalam kerangka ini dianalisis dan
dihubungkan berbagai variabel-variabel dari pembangunan serta
dinyatakan implikasi hubungan tersebut.
III. Perkiraan sumber daya pembangunan serta khususnya mengenai
sumber pembiayaan pembangunan. Sumber-sumber pembiayaan
pembangunan merupakan keterbatasan yang strategis sehingga perlu
diperkirakan dan diatur penggunaannya dengan seksama serta dengan
penentuan skala prioritas.
IV. Urutan tentang kerangka kebijakan yang konsisten misalnya kebijakan
fiscal, pengukuran moneter harga serta kebijakan sektoral lainnya.
Berbagai kebijakan itu perlu dirumuskan dan kemudian dilaksanakan
V. Perencanaan pembangunan meliputi program investasi yang
dilaksanakan secara sektoral. Penyusunan program investasi secara
sektoral ini dilakukan secara bersama-sama dengan menyusun
rencana-rencana menurut sasarannya.
VI. Perencanaan pembangunan mencakup pula administrasi pembangunan
yang mendukung usaha perencanaan dan pelaksanaan pembangunan.
(Dalam skripsi Charles Nadeak 2007:17-18)
Menurut Undang-Undang No. 25 tahun 2004 Perencanaan pembangunan
terdiri atas 4 tahap, yaitu :
a. Tahap penyusunan rencana.
Tahap ini dilaksanakan untuk dapat menghasilkan rancangan lengkap suatu
rencana yang sudah siap untuk ditetapkan terdiri dari 4 langkah:
1. Penyiapan rencana pembangunan yang bersifat teknokratik menyeluruh
dan terukur.
2. Masing-masing instansi menyiapkan rancangan rencana kerja dengan
berpedoman pada rencana pembangunan yang telah disiapkan.
3. Melibatkan masyarakat dan menyelaraskan rencana pembangunan yang
dihasilkan masing-masing pemerintah melalui musyawarah perencanaan
pembangunan (Musrembang).
4. Langkah terakhir adalah penyusunan rancangan akhir rencana
b. Tahap penetapan rencana.
Tahap ini dimana penetapan rencana tersebut menjadi produk hukum yang
mengikat semua pihak yang melaksanakan.
c. Tahap pengendalian pelaksana rencana.
Tahap ini dimaksudkan untuk menjamin tercapai tujuan dan sasaran
pembangunan yang tertuang pada rencana kegiatan-kegiatan koreksi dan
penyesuaiaan selama pelaksanaan rencana tersebut oleh pimpinan
kementerian/ lembaga/ satuan perangkat daerah.
d. Evaluasi dan pelaksanaan.
Evaluasi pelaksanaan adalah bagian dari perencanaan pembangunan secara
sistematis mengumpulkan dan menganalisis data dan informasi untuk menilai
pencapaiaan tujuan sasaran dan kinerja pembangunan.
Proses perencanaan pembangunan nasional dalam hal perencanaan menurut
jangka waktu dibagi 3, yaitu:
- Rencana Pembangunan Jangka Panjang, yang selanjutnya disingkat dengan
RPJP dan dokumen perencanaan untuk periode 20 tahun.
- Rencana Pembangunan Jangka Menengah, yang selanjutnya disingkat dengan
RPJM dan dokumen perencanaan untuk lima tahun. RPJM ini disebut dengan
rencana strategis kementerian (Renstra-KL) adalah dokumen perencanaan
daerah disebut dengan Renstra-SKPD, adalah dokumen perencanaan satuan
kerja perangkat daerah untuk periode lima tahun.
- Rencana Pembangunan Tahunan Nasional, yang selanjutnya Rencana Kerja
Pemerintah (RKP) adalah dokumen perencanaan nasional untuk periode satu
tahun. Rencana pembangunan daerah yang selanjutnya disebut Rencana Kerja
Pemerintah Daerah (RKPD) adalah dokumen perencanaan daerah untuk
periode satu tahun. Rencana pembangunan tahunan kementerian atau lembaga
yang selanjutnya disebut rencana kerja kementerian/ lembaga (Renja-KL)
adalah dokumen perencanaan kementerian atau lembaga untuk periode satu
tahun. Rencana pembangunan satuan kerja perangkat daerah yang disebut
dengan rencana kerja satuan perangkat daerah (Renja-SKPD) adalah dokumen
perencanaan satuan kerja perangkat daerah untuk periode satu tahun (Dalam
skripsi Charles Nadeak, 2007).
1.5.4.1Urgensi Perencanaan Dalam Pembangunan Daerah
Dalam perencanaan pembangunan pada umumnya harus memperhatikan
sumber daya yang tersedia atau potensi wilayah yang menyangkut potensi sumber
daya alam, potensi sumber daya aparatur yang mengelola, serta memperhatikan
kemampuan anggaran untuk membiayai proses berlangsungnya perencanaan
kemungkinan pengembangannya, pola dan gaya hidup masyarakat serta kegiatan dan
arus lalu lintas ekonomi masyarakat yang berbeda di masing-masing wilayah.
Mengingat bahwa UU No.32 tahun 2004 memberikan dimensi baru dalam
perencanaan pembangunan daerah, sehingga jelas bahwa sebenarnya pembangunan
daerah menjadi prasyarat utama untuk mampu mendorong pertumbuhan masyarakat
pada tingkat yang lebih tinggi. Dengan kata lain pemerintah daerah dalam
perencanaan pembangunan daerah harus terkait dengan masyarakat dan pengusaha/
swasta.
Pembangunan sebagai proses yang memungkinkan anggota masyarakat
meningkatkan kapasitas nasional dan institusional dalam memobilisasi dan mengelola
sumber daya untuk menghasilkan perbaikan kualitas yang sesuai dengan aspirasi
mereka sendiri, berkelanjutan, adil dan merata. Pembangunan daerah seharusnya
merupakan proses yang terkait antara proses pertumbuhan ekonomi, perubahan sosial,
dan demokrasi politik.
Melalui UU No.32 tahun 2004, telah diberikan otonomi yang sangat luasn
kepada daerah. Hal ini dilakukan dalam rangka pengembalian harkat dan martabat di
daerah, memberikan ruang berpendidikan politik dalam rangka meningkatkan kualitas
demokrasi di daerah, peningkatan efisiensi pelayanan public di daerah dan pada
akhirnya diharapkan mampu menciptakan good governance (Dalam skripsi Nuning
1.6 Defenisi Konsep
Dalam rangka memberikan gambaran yang abstrak terhadap penelitian, maka
diperlukan suatu konsep yang jelas mengenai batasan-batasan dari wilayah yang akan
diteliti, sehingga konsep tersebut dapat mencerminkan suatu defenisi yang jelas
terhadap objek dari sasaran yang akan diteliti.
Menurut Singarimbun dan Effendi (1995:32-34) dalam Suharso (2009:31),
Marlina Deliana (2013:31) menyatakan konsep adalah istilah dan defenisi yang
digunakan untuk menggambarkan secara abstrak mengenai kejadian, keadaan
kelompok atau individu yang menjadi pusat perhatian ilmu sosial.
Untuk dapat menentukan batasan yang lebih jelas dan juga untuk
menyederhanakan pemikiran atas masalah yang sedang penulis teliti, maka peneliti
mengemukakan konsep yang dipakai dalam penelitian ini antara lain :
1. Peranan
Peranan adalah fungsi, wewenang, hak-hak, dan kewajiban yang dilakukan
seseorang, kelompok, ataupun lembaga-lembaga sesuai dengan tujuan yang
telah ditetapkan. Dalam penelitian ini adalah peranan kebijakan
pengembangan pasar yang dilakukan pemko medan.
2. Kebijakan
Lasswell dan Kaplan yang melihat kebijakan sebagai sarana untuk mencapai
tujuan, menyebutkan kebijakan sebagai program yang diproyeksikan
para pembuat kebijakan (pemerintah) untuk melakukan atau tidak melakukan
sesuatu.
3. Pengembangan Wilayah
Pengembangan wilayah adalah upaya untuk memacu perkembangan sosial
ekonomi, mengurangi kesenjangan wilayah dan menjaga kelestarian
lingkungan hidup.
4. Perencanaan
Perencanaan adalah suatu kegiatan dalam pembangunan yang paling prioritas
karena pembangunan tersebut menentukan arah prioritas, dan strategi
pembangunan.
5. Perencanaan Pembangunan Daerah
Perencanaan Pembangunan Daerah suatu teknik atau cara yang akan
dilaksanakan untuk mencapai berbagai tujuan dari sasaran pembangunan yang
telah dirumuskan melalui Badan Perencanaan Pembangunan tingkat pusat dan
1.7 Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan
penelitian, manfaat penelitian, kerangka teori, defenisi konsep, dan
sistematika penulisan.
BAB II METODE PENELITIAN
Bab ini berisi bentuk penelitian, lokasi penelitian, informan penelitian,
teknik pengumpulan data, dan teknik analisa data.
BAB III DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
Bab ini berisi mengenai gambaran umum lokasi penelitian.
BAB IV PENYAJIAN DATA
Bab ini berisi penyajian data-data yang diperoleh dari lapangan.
BAB V ANALISIS DATA
Bab ini berisi analisis dan pembahasan dari data-data yang disajikan
dan diperoleh setelah melakukan penelitian.
BAB VI PENUTUP
Pada bab ini berisi kesimpulan dari pembahasan hasil penelitian dan
BAB II
METODE PENELITIAN
2.1 Bentuk Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif dengan pendekatan
kualitatif. Metode deskriptif dengan analisa kualitatif memusatkan perhatian pada
masalah-masalah atau fenomena-fenomena yang ada pada saat penelitian dilakukan
atau masalah yang bersifat aktual, kemudian menggambarkan fakta-fakta tentang
masalah yang diselidiki sebagaimana adanya diiringi dengan interprestasi yang
rasional dan akurat.
Dengan demikian penelitian ini akan menggambarkan fakta-fakta dan
menjelaskan keadaan dari objek penelitian berdasarkan fakta-fakta yang ada dan
mencoba menganalisa kebenarannya berdasarkan data yang diperoleh.
2.2 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini merupakan suatu tempat yang akan diteliti dalam
mencari dan mengumpulkan data yang berguna dalam penelitian.
Penelitian ini dilaksanakan di kantor PD Pasar Sukaramai yang berlokasi di kota
2.3 Informan Penelitian
Penelitian kualitatif tidak dimaksudkan untuk membuat generalisasi dari hasil
penelitiannya. Oleh karena itu, pada penelitian kualitatif ini tidak dikenal adanya
populasi dan sampel (Bagong Suyanto, 2005:171) subjek penelitian yang telah
tercermin dalam fokus penelitian ditentukan secara sengaja. Subjek penelitian ini
menjadi informan yang akan memberikan berbagai informasi yang diperlukan selama
proses penelitian.
Informan adalah seseorang yang benar-benar mengetahui suatu persoalan
tertentu yang darinya dapat diperoleh informasi yang jelas, akurat, dan terpercaya
baik berupa pernyataan, keterangan, atau data-data yang dapat membantu dan
memahami persoalan atau permasalahan tersebut.
Menurut Suyanto (2005:172) informan penelitian meliputi beberapa macam
yaitu :
1. Informan kunci merupakan mereka yang mengetahui dan memiliki informasi
pokok yang diperlukan dalam penelitian yaitu kepala administrasi di kantor PD
Pasar Sukaramai kota Medan.
2. Informan utama merupakan mereka yang terlibat langsung dalam interaksi sosial
3. Informan tambahan merupakan mereka yang dapat memberikan informasi
walaupun tidak langsung terlibat dalam interaksi sosial yang diteliti yaitu
masyarakat atau pengunjung lokasi Pasar Sukaramai kota Medan.
2.4 Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan teknik-teknik pengumpulan data
dibagi menjadi dua cara, yaitu :
1. Pengumpulan data primer, yaitu data yang diperoleh melalui kegiatan
penelitian langsung kelokasi penelitian untuk mencari data-data yang lengkap
dan berkaitan dengan masalah yang diteliti dan dilakukan melalui :
a. observasi yaitu pengumpulan data dengan pengamatan langsung terhadap
sejumlah acuan yang berkenaan dengan topik penelitian di lokasi
penelitian dan
b. wawancara yaitu dengan memberikan pertanyaan langsung kepada
sejumlah pihak yang terkait.
2. Pengumpulan data sekunder, yaitu teknik pengumpulan data dan informasi
yang diperlukan atau diperoleh melalui catatan-catatan tertulis lainnya yang
berkaitan dengan masalah yang diteliti.
a. Studi Kepustakaan
Yaitu pengumpulan data yang diperoleh dari buku-buku, tulisan, dan karya
ilmiah yang memiliki relevansi dan ada hubungannya dengan masalah yang
b. Studi Dokumentasi
Yaitu teknik yang digunakan dengan mengambil catatan tertulis, dokumen,
arsip yang menyangkut masalah yang diteliti yang berhubungan dengan
instansi terkait dari kantor PD Pasar Sukaramai kota Medan sehubungan
dengan masalah Peranan Kebijakan Pengembangan Pasar Sukaramai
Terhadap Pengembangan Wilayah Di Kota Medan.
2.5 Teknik Analisa Data
Sesusai dengan metode penelitian, teknik analisa data yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu dengan menggunakan teknik kualitatif. Menurut Farid (1997:152),
analisa kualitatif terkonotasi suatu pengertian analisis yang didasarkan pada
argumentasi logika. Namun materi argumentasi didasarkan pada yang diperoleh
melalui kegiatan teknik perolehan data. Jika data yang diperoleh secara empiris atau
diperoleh melalui studi lapangan, maka data yang dianalisis adalah hubungan antara
data yang memungkinkan lahirnya kategori, hubungan antara kategori yang
memungkinkan lahirnya hipotesis dan hubungan antar hipotesis yang memungkinkan
lahirnya suatu teori atau model.
Baik studi lapangan maupun studi pustaka, di dalam penganalisisannya tidak
mendasarkan pada perhitungan kuantitatif, tetapi pada kemampuan nalar peneliti
dalam menghubung-hubungkan fakta, data, dan informasi hingga lahirnya suatu
BAB III
DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
3.1 Gambaran Umum Kota Medan
Kota Medan sebagai salah satu kota metropolitan di Indonesia yang
merupakan pusat pemerintahan provinsi Sumatera Utara, dulunya adalah merupakan
sebuah kampung kecil yang berada di satu tanah datar atau Medan diantara sugai
Babura dengan sungai Deli, yang pada waktu itu dikenal dengan nama “Medan
Putri”, yang sekarang kita kenal dengan jalan Putri Hijau. Menurut Tengku Lukman,
SH, dalam bukunya yang berjudul “Riwayat Hamparan Perak”(1971), yang
mendirikan kampung Medan adalah Raja Guru Patimpus, nenek moyang Datuk
Hamparan Perak (Dua belas Kuta) dan Datuk Suka Piring yaitu dua dari empat kepala
suku Kesultanan Deli.
John Anderson, seorang pegawai Pemerintah Inggeris yang berkedudukan di
Penang, pernah berkunjung ke Medan tahun 1823. Dalam bukunya bernama “Mission
to the Eastcoast of Sumatera”, edisi Edinburg tahun 1826, Medan masih merupakan
satu kampung kecil yang berpenduduk sekitar 200 orang. Dalam masa kurang dari 80
tahun berkembang menjadi sebuah kota yang sekarang kita kenal dengan nama kota
Medan. Sesuai dengan keputusan DPRD tingkat II Kota Madya Medan
No.4/DPRD/1975 tanggal 26 Maret1975, Juli ditetapkan menjadi hari jadi Kota
Medan. Kemudian melalui Peraturan Pemerintah RI No.35 tahun 1992 tentang
pemekaran di Kota Medan maka kecamatan di Kota Medan menjadi 21 kecamatan,
3.1.1 Letak Geografis
Kota Medan memiliki luas 26.510 hektar (265,10 km²) atau 3,6% dari
keseluruhan wilayah Sumatera Utara. Dengan demikian, dibandingkan dengan
kota/kabupaten lainya, Medan memiliki luas wilayah yang relatif kecil dengan jumlah
penduduk yang relatif besar. Secara geografis kota Medan terletak pada 3° 30' – 3°
43' Lintang Utara dan 98° 35' - 98° 44' Bujur Timur. Untuk itu topografi kota Medan
cenderung miring ke utara dan berada pada ketinggian 2,5 - 37,5 meter di atas
permukaan laut.
Secara administratif Kota Medan berbatasan dengan Kabupaten Deliserdang
di sebelah Barat, Timur, dan Selatan. Sedangkan di sebelah Utara berbatasan
langsung dengan Selat Malaka.
3.1.2 Demografi
Berdasarkan data kependudukan tahun 2005, penduduk Medan diperkirakan
telah mencapai 2.036.018 jiwa, dengan jumlah wanita lebih besar dari pria,
(1.010.174 jiwa > 995.968 jiwa). Jumlah penduduk tersebut diketahui merupakan
penduduk tetap, sedangkan penduduk tidak tetap diperkirakan mencapai lebih dari
500.000 jiwa, yang merupakan penduduk komuter. Dengan demikian Medan
Penduduk Indonesia 2010, penduduk Medan berjumlah 2.109.339 jiwa. Penduduk
Medan terdiri atas 1.040.680 laki-laki dan 1.068.659 perempuan.
3.1.3 Kondisi Perdagangan Di Kota Medan
Sebagaimana telah dikemukakan di atas, bahwa Kota Medan menjadi strategis
karena salah satu fungsi utama Kota Medan adalah pusat perdagangan. Kegiatan pada
sektor perdagangan di Kota Medan diantaranya terdiri dari kegiatan di pasar,
plaza/mall, toko, restoran, Pedagang Kaki Lima dan warung. Kegiatan perdagangan
tersebut umumnya tergolong dalam kegiatan pada sektor perdagangan formal maupun
sektor perdagangan informal. Kegiatan yang termasuk sektor informal bersifat
heterogen. Secara umum sektor informasi di daerah perkotaan dipandang sekedar
melakukan peran dalam kehidupan kota dan terdiri dari beraneka ragam kegiatan
usaha yang berkaitan dengan bidang pelayanan dan jasa pada tingkat bawah, seperti
warung kopi, tukang sampah, pengamen jalanan, penyemir sepatu, Pedagang Kaki
Lima, dan pengencer barang. Kegiatan informal dapat dibedakan menjadi lima sub
sektor yaitu perdagangan, jasa, angkutan, bangunan, dan industri kecil.
Adanya dorongan untuk masuk pada sektor informal karena tidak adanya
hubungan kerja kontrak jangka panjang pada sektor informal, sehingga mobilitas
angkatan kerja dalam sektor informal menjadi relatif tinggi. Hal ini merupakan salah
satu faktor utama yang mempermudah tenaga kerja memasuki sektor ini. Jadi,
kerja dan pengangguran. Beberapa pencari kerja yang memperoleh pekerjaan tetap di
sektor formal, bisa bekerja dalam sektor informal sementara atau waktu lama
daripada menganggur sama sekali.
3.1.4 Kondisi Pembangunan Di Kota Medan
Secara kasat mata pembangunan Kota Medan secara keseluruhan sangat
berkembang pesat, terutama dalam pembangunan fisik (infrastruktur). Hal ini dapat
kita lihat dengan berbagai sarana yang tersedia diseluruh penjuru Kota Medan.
Namun demikian jika kita melihat masih banyak masalah yang perlu mendapat
perhatian pemerintah Kota Medan diantaranya mengenai pengembangan pasar
tradisional.
3.2 Gambaran Umum PD Pasar Kota Medan
Perusahaan Daerah Pasar Kota Medan adalah salah satu Badan Usaha milik
daerah (BUMD) yang merupakan peralihan dari Dinas Pasar kotamadya Tk.II Medan
yang ditetapkan berdasarkan keputusan Walikota No. 188/ 784/ SK/ 1993. Dan pada
awalnya dikelola berdasarkan Peraturan Daerah no. 15 Tahun 1992 Tentang
pembentukan Perusahaan Daerah Pasar Kota Medan, kemudian diubah dengan
Peraturan Daerah Kota Medan No.08 tahun 2001 tentang Pembentukan Perusahaan
tersebut, diterbitkan keputusan Walikota nomor 28 Tahun 2001 tentang Pembentukan
Perusahaan Daerah Pasar Kota Medan.
Sementara sebagai landasan manajemen didasari kepada Peraturan daerah
Nomor 5 tahun 1997 tentang Status Badan Pengawas , Direksi, dan Kepegawaian
Perusahaan Daerah dan Surat keputusan walikota Medan nomor 188.342/SK/1998
tentang pelaksanaan Peraturan Daerah no.05 tahun 1997 Jo, Surat keputusan
Walikota Medan Nomor 14 Tahun 2004 Susunan Organisasi dan Tata Kerja
Perusahaan Daerah Pasar kota Medan . Sebagai landasan operasional didasari kepada
Peraturan Daerah no. 31 tahun 1993 tentang pemakaian tempat berjualan dan Surat
Walikota Medan Nomor 188.342/834/SK/1994 tentang pelaksanaan Perda No. 31
Tahun 1993 dan Surat keputusan Direksi PD. Pasar Kota Medan No
974/1332/PDPKM/20043 tanggal 05 Maret 2003 tentang klasifikasi dan Besarnya
tarif kontribusi pada pasar – pasar di wilayah tingkat II Medan yang di syahkan
Badan Pengawas PD. Pasar Kota Medan dengan Surat Keputusan Badan Pengawas
PD. Pasar Kota Medan No. 36/04/BP/ PD/20003 tanggal 13 maret 2003.
3.2.1 Visi Misi PD Pasar Kota Medan
A. Visi PD Pasar Kota Medan