• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peranan Kebijakan Pengembangan Pasar Sukaramai Terhadap Pengembangan Wilayah di Kota Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Peranan Kebijakan Pengembangan Pasar Sukaramai Terhadap Pengembangan Wilayah di Kota Medan"

Copied!
94
0
0

Teks penuh

(1)

PERANAN KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PASAR

SUKARAMAI TERHADAP PENGEMBANGAN

WILAYAH DI KOTA MEDAN

Skripsi

Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Menyelesaikan

Pendidikan Sarjana (S-1) Pada Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Program Studi Ilmu Administrasi Negara

OLEH

MICLAEL SANJANI PASARIBU

120921022

Departemen Studi Ilmu Administrasi Negara

Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik

Universitas Sumatera Utara

Medan

(2)

ABSTRAK

Peranan Kebijakan Pengembangan Pasar Sukaramai Terhadap

Pengembangan Wilayah Di Kota Medan

NAMA : MICLAEL SANJANI PASARIBU

NIM : 120921022

DEPARTEMEN : ILMU ADMINISTRASI NEGARA

FAKULTAS : ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

PEMBIMBING : Prof. Dr. Marlon Sihombing, MA

Pengembangan wilayah merupakan proses perumusan dan pengimplementasian tujuan-tujuan pembangunan dalam skala supra urban. Pembangunan wilayah pada dasarnya dilakukan dengan menggunakan sumber daya alam secara optimal melalui pengembangan ekonomi lokal, yaitu berdasarkan kepada kegiatan ekonomi dasar yang terjadi pada suatu wilayah.

Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimanakah peranan kebijakan pengembangan Pasar Sukaramai terhadap pengembangan wilayah di Kota Medan. Penelitian ini dilakukan di kantor PD Pasar Sukaramai Kota Medan, dan yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendiskripsikan dan menganalisis peranan kebijakan pengembangan Pasar Sukaramai terhadap pengembangan wilayah di Kota Medan.

Metode penelitian yang digunakan adalah metode analisa deskriptif. Kepala PD Pasar Sukaramai, pedagang, dan masyarakat di sekitar Pasar Sukaramai dijadikan sebagai informan penelitian. Teknik pengumpulan data melalui metode wawancara. Kemudian hasilnya di analisis secara kualitatif.

(3)

dalam kebijakan pengembangan pasar di Kota Medan yang dihadapi oleh PD Pasar.

               

(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus Yang Maha

Esa atas kasih karunia, kekuatan, penuntunan, serta perlindunganNya kepada penulis,

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Kesehatan, kekuatan

mental, waktu, kesabaran, rejeki, dan segala faktor lain yang membuat penulis

mampu menjalani dan melewati semuanya mulai dari awal sampai akhir penyusunan

skripsi ini semua karena kuasa dan kekuatan dari Tuhan Yesus Kristus yang

senantiasa memberi kekuatan dalam setiap proses yang penulis alami. Dan juga orang

tua penulis yang selalu mendukung, mendoakan dan memberi semangat.

Penulisan skripsi ini merupakan sebuah karya tulis ilmiah yang disusun untuk

melengkapi persyaratan memperoleh gelar Sarjana serta sebagai wahana untuk

melatih diri dan mengembangkan wawasan berfikir dalam penulisan karya ilmiah ini.

Penulis mengakui bahwa dalam penulisan ini masih jauh dari kesempurnaan,

hal ini terjadi karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman penulis dalam

penulisan karya ilmiah. Namun berkat bimbingan dan arahan dari berbagai pihak

maka penulisan skripsi ini dapat terselesaikan.

Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis pertama sekali ingin

mengucapkan kepada yang teristimewa kedua orang tua saya, Benyamin Pasaribu dan

ibunda Esmerika br Pakpahan yang selalu memberi pesan dan selalu mendoakan serta

(5)

Penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang

banyak membantu, mendorong, dan memberikan motivasi kepada penulis selama

penyelesaian skripsi ini, secara khusus penulis mengucapkan terima kasih banyak

kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. M. Husni Thamrin Nasution, M.Si, selaku Ketua Departemen Ilmu

Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera

Utara.

3. Ibu Dra. Erlita Dewi, selaku Sekretaris Departemen Ilmu Administrasi Negara

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Prof. Dr. Marlon Sihombing, MA, selaku dosen pembimbing yang telah

banyak meluangkan waktu, tenaga, pikiran, saran dan kritik kepada penulis

sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

5. Bapak Hatta Ridho, S.sos. Msp selaku dosen penguji yang memberikan kritik

dan saran yang membangun dan bimbingan singkatnya yang sangat bermanfaat

bagi penulis.

6. Seluruh Staf Pengajar Ilmu Administrasi Negara yang telah memberikan ilmu

yang bermanfaat.

7. Staf Pegawai Administrasi yang ada di Departemen Ilmu Administrasi Negara

(6)

8. Kepada Bapak Benny Harianto Sihotang selaku kepala PD Pasar Kota Medan

yang telah memberikan surat izin disposisi kepada penulis sehingga penulis dapat

menyelesaikan penelitian dengan baik.

9. Bapak Juster Simarmata selaku kepala PD Pasar Sukaramai Kota Medan yang

telah memberikan ijin penelitian serta seluruh staf yang ada yang telah banyak

membantu memberikan keterangan dan data-data selama penelitian saya ucapkan

banyak terimah kasih.

10. Saudara-saudaraku yang tercinta. Adekku Alfonsius Pasaribu yang terkadang

memberikan bantuan dana. Adekku Budi Pasaribu yang suka keluyupan ntah

kemana-mana. Adekku Theresia Pasaribu yang tuitnya setengah hidup. Dan

adekku yang siapudan Agnesia Pasaribu yang hitam dan malas belajar namun

baek membantu pekerjaan rumah. Semoga Tuhan senantiasa memberikan kita

semua kesehatan dan menjadikan kita sebagai anak yang berbakti kepada bapak

dan mamak kita terlebih berbakti kepada-Nya. Semoga kita menjadi anak yang

sukses dan membuat bangga kedua orang tua kita. Amin. Serta family-family

1000 yang ada di Parapat terutama buat opung yang ada di Rantau Parapat,

semoga opung sehat-sehat selalu ya,,tetap jaga kesehatan. Buat bou yang

senantiasa selalu menjaga opung tetap sabar dan semangat bou. Buat mak tua dan

pak tua juga yang di Rantau tetap semangat dalam menjalankan hidup. Sehat-

sehat selalu. Adek nova, Sahat, dan Evi tetap semangat dalam menjalankan

hidup. Dan juga buat tulang yang ada di Bonan Dolok yang selalu sabar dan tulus

(7)

saudara-saudara yang berada di Rantau Parapat dan di Bonan Dolok yang tidak

bisa disebutkan satu-persatu namanya mohon maaf yang sebesar-besarnya. Dan

begitu juga dengan saudara yang berada di Medan mulai dari itok Darwin,

amangboru dst tetap semangat dalam menjalankan hidup. Kak Romasi juga tetap

semangat dan semoga sehat-sehat selalu dalam perlindunganNya. Dan mohon

maaf juga yang sebesar-besarnya buat saudara-saudara yang ada di Medan yang

tidak bisa disebutkan namanya. Semoga Tuhan selalu senantiasa menyertai kita.

Amin

11. Kepada teman-teman Ekstensi Administrasi Negara angkatan 2012 yang telah

berjuang bersama dalam menyelesaikan mata kuliah dan bersama-sama

memberikan semangat untuk mencapai kesuksesan.

12. Kepada sahabat- sahabatku Reza alias gay, abangda Yahya, abangda Fauzi,

saudara Ovi, Devan dan Arif yang udah duluan sukses dan Baong ayok siapkan

kuliah mu.

13. Kepada Nying-nying, kak Fatimah yang selalu bersama saya untuk menjumpai

pak Marlon. Perjuangan kita sangat keras.

14. Kepada anak-anak IPS Parkiran Bang tepu, Azwin, Arif dan Fajar yang jauh di

negeri sakura, Ruth, Reza, Roy, Fredy, dan seluruh lapisan masyarakat IPS.

Salam perjuangan pelajar.

15. Kepada seluruh keluarga besar Hinode Fakultas Ilmu Budaya yang selalu

(8)

16. Kepada seluruh keluargaku stambuk 08 Hinode, ada janji dan cita-cita yang

selalu kita perjuangkan untuk masa depan kita. Suatu saat kita pasti berkumpul

bersama lagi.

17. Terakhir untuk semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan

skripsi ini termasuk para responden yang telah meluangkan waktu untuk mengisi

kuesioner, penulis mengucapkan banyak terima kasih.

Demikian ucapan terima kasih yang penulis sampaikan dan skripsi ini masih

banyak kekurangan dan kesalahan, penulis mengharapkan kritik dan saran yang

membangun dari pembaca untuk perbaikan yang lebih baik kedepannya.

Medan, Juli 2014

Penulis,

Miclael Sanjani Pasaribu

(9)

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN ………... 1

1.1.Latar Belakang Masalah ………... 1

1.2.Perumusan Masalah ………... 9

1.3.Tujuan Penelitian ………... 10

1.4.Manfaat Penelitian ………... 10

1.5.Kerangka Teori ……… 11

1.5.1. Kebijakan Pengembangan ……… 11

1.5.2. Pengembangan Wilayah ………... 20

1.5.3. Perencanaan ……… 22

1.5.4. Perencanaan Pembangunan Daerah ……….. 27

1.6. Defenisi Konsep ………. 34

1.7. Sistematika Penulisan ………... 36

BAB II METODE PENELITIAN ………... 37

2.1. Bentuk Penelitian ……….. 37

2.2. Lokasi Penelitian ……… 37

2.3. Informan penelitian ………... 38

(10)

2.5. Teknik Analisa Data ……….. 40

BAB III DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN ……… .……... 41

3.1. Gambaran Umum Kota Medan ………. 41

3.2. Gambaran Umum PD Pasar Kota Medan ………. 45

3.3. Gambaran Umum PD Pasar Sukaramai ……… 49

BAB IV PENYAJIAN DATA ……….. 54

BAB V ANALISA DATA ………... 70

BAB VI PENUTUP ……… 78

DAFTAR PUSTAKA ………... 81

(11)

ABSTRAK

Peranan Kebijakan Pengembangan Pasar Sukaramai Terhadap

Pengembangan Wilayah Di Kota Medan

NAMA : MICLAEL SANJANI PASARIBU

NIM : 120921022

DEPARTEMEN : ILMU ADMINISTRASI NEGARA

FAKULTAS : ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

PEMBIMBING : Prof. Dr. Marlon Sihombing, MA

Pengembangan wilayah merupakan proses perumusan dan pengimplementasian tujuan-tujuan pembangunan dalam skala supra urban. Pembangunan wilayah pada dasarnya dilakukan dengan menggunakan sumber daya alam secara optimal melalui pengembangan ekonomi lokal, yaitu berdasarkan kepada kegiatan ekonomi dasar yang terjadi pada suatu wilayah.

Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimanakah peranan kebijakan pengembangan Pasar Sukaramai terhadap pengembangan wilayah di Kota Medan. Penelitian ini dilakukan di kantor PD Pasar Sukaramai Kota Medan, dan yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendiskripsikan dan menganalisis peranan kebijakan pengembangan Pasar Sukaramai terhadap pengembangan wilayah di Kota Medan.

Metode penelitian yang digunakan adalah metode analisa deskriptif. Kepala PD Pasar Sukaramai, pedagang, dan masyarakat di sekitar Pasar Sukaramai dijadikan sebagai informan penelitian. Teknik pengumpulan data melalui metode wawancara. Kemudian hasilnya di analisis secara kualitatif.

(12)

dalam kebijakan pengembangan pasar di Kota Medan yang dihadapi oleh PD Pasar.

               

(13)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam kehidupan, manusia selalu berhubungan erat dengan berbagai aktivitas

ekonomi. Aktivitas ekonomi adalah semua aspek atau kajian yang berhubungan

dengan upaya pemenuhan kebutuhan serta roda pergerakan secara material. Namun

demikian dalam kajian yang lebih luas, aktivitas ekonomi ini lantas memberikan

relevansi yang kuat terhadap pola interaksi individu yang ada didalamnya. Sehingga

secara singkat dalam implikasinya ekonomi membawa pada suatu kajian yang

berhubungan dengan aktivitas manusia dalam upaya memenuhi dan mengorganisir

berbagai kebutuhan hidupnya.

Salah satu aktivitas ekonomi yang erat dengan kehidupan manusia adalah

keberadaan pasar. Sejarah terbentuknya pasar melalui evolusi yang panjang, hal ini

bermula dari upaya seseorang untuk memenuhi kebutuhan sendiri. Pada awalnya

kebutuhan manusia masih terbatas pada masalah pangan saja, sehingga masih dapat

dipenuhi sendiri dimana pertukaran barang hanya terbatas pada lingkungan

disekitarnya. Pada tahap berikutnya, kebutuhan mulai berkembang, manusia mulai

mengadakan pertukaran barang yang lebih luas lingkungannya dengan mencari atau

menemui pihak-pihak yang saling membutuhkan. Selanjutnya tahapan tersebut mulai

(14)

hal ini ditandai dengan bertemunya manusia yang saling membutuhkan barang

disuatu tempat. Tempat yang disepakati untuk bertemu tersebut kemudian disebut

pasar.

Seiring dengan perkembangan zaman, peranan pasar menjadi sangat penting

karena melalui pasar kebutuhan seseoarang bisa terpenuhi dengan cepat.

Perkembangan pasar akan selalu sejalan dengan perkembangan masyarakat.

Perkembangan masyarakat yang didukung oleh perkembangan teknologi

memunculkan adanya pasar modern dan pasar tradisional. Ditengah laju

perkembangan- perkembangan pasar-pasar modern dalam bentuk mall-mall,

supermarket, pasar tradisional sepertinya memiliki posisi strategis. Sekalipun

disebagian tempat, pasar tradisional memang cenderung kalah bersaing dengan pasar

modern seperti terjadi dibeberapa daerah, pasar tradisional relative sepi

mengisyaratkan sebagai pasar yang terpinggirkan. Akan tetapi dibanyak daerah

lainnya pasar tradisional menunjukan kesemarakan dan geliat ekonomi yang cukup

mengembirakan. Pada beberapa pasar tradisional masyarakat dari berbagai lapisan

tumpah ruah. Ini artinya pusat pusat ekonomi yang relative lebih banyak digulirkan

oleh masyarakat menengah kebawah tersebut harus diperhitungkan. Disisi lain

keberadaan pasar tidak dapat dipisahkan dari suatu tradisi yang sudah meluhur

dimana pasar dijadikan sebagai tempat untuk memenuhi kebutuhan hidup masyarakat

seperti yang terjadi di pasar sukaramai. Kebijakan pengembangan pasar sukaramai

(15)

pengembangan wilayah yang multi dimensional yang menyangkut

perubahan-perubahan penting dalam suatu struktur, sistem social, ekonomi, sikap masyarakat

dan lembaga-lembaga nasional, akselerasi pertumbuhan ekonomi, pengangguran, dan

pemberantasan kemiskinan (Todaro, 1977). Pengertian tersebut menyiratkan bahwa

pengembangan wilayah berarti proses menuju perubahan-perubahan yang lebih baik

lagi dari sebelumnya.

Sebelum adanya insiden kebakaran yang terjadi di pasar sukaramai yang

merugikan para pedagang, pasar sukaramai merupakan tempat berlangsungnya

kegiatan ekonomi yang pesat. Kegiatan ekonomi tersebut seolah menurun akibat

kejadian tersebut ditambah lagi dengan kebijakan pemko yang lambat dalam

menanggapi masalah yang terjadi di pasar sukaramai seperti penyediaan kios baru

bagi para PKL, perparkiran yang layak sehingga tidak sampai memakan setengah

jalan yang menjadi alur lalu lintas kendaraan yang menyebabkan kemacetan terjadi di

pasar sukaramai tersebut akibat dari pembangunan kios dan perparkiran yang

memakan badan jalan. Pembangunan pasar sukaramai saat ini belum juga relevan

seperti yang saya kutip dari “Medan Bisnis”- Medan. Proses pembangunan kembali

pasar sukaramai yang terbakar oktober 2010 silam telah mencapai 13%. Rencananya,

proses pembangunan pasar tersebut selesai dan beroperasi pada awal tahun depan.

Dirut PD pasar kota Medan, Benny Sihotang mengatakan, pembangunan kembali

(16)

membangun lebih dari 400 kios penampungan bagi pedagang yang berjualan di pasar

itu,”katanya kepada Medan Bisnis, baru-baru ini.

Pembangunan pasar ini sendiri menelan biaya sedikitnya Rp.30 miliar. Pihak

PD pasar, menggandeng PT Kasama Ganda sebagai investor yang membiayai dan

membangun kembali pasar itu.

“Setelah mereka membangun pasar Sukaramai, selanjutnya sebanyak 732 kios yang

sudah dibangun akan disewa ke pedagang dan pengelolaannya diserah terimakan

kepadaPemko Medan,”jelasnya.

Pasar sukaramai merupakan pasar tradisional yang menjadi tempat bertemunya

penjual dan pembeli yang melangsungkan terjadinya kegiatan ekonomi untuk

memenuhi kebutuhan hidup masyarakat khususnya masyarakat yang tinggal di

sekitarnya.

Pasar tradisional, jika dikaji rasional, jika dikaji secara jernih, memang memiliki

beberapa fungsi penting yang tak dapat digantikan begitu saja oleh pasar modern.

Setidaknya, ada empat fungsi ekonomi yang sejauh ini bisa diperankan oleh pasar

tradisional:

(17)

karena memang seringkali harga di pasar tradisional lebih murah dibandingkan harga

harga yang ditawarkan pasar modern. Dengan kata lain pasar

tradisional merupakan pilar penyangga ekonomi masyarak kecil.

Kedua, pasar tradisional tradisional merupakan tempat yang relative lebih bisa bisa dimasuki oleh pelaku ekonomi lemah yang menempati posisi mayoritas dari sisi sisi

jumlah. Pasar tradisional jelas jauh lebih bisa diakses oleh sebagian besar

pedagang-pedagang terutama yang bermodal kecil ketimbang pasar modern.

Ketiga, pasar merupakan merupakan salah satu sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) lewat retribusi yang ditarik dari para pedagang.

Keempat, akumulasi aktivitas jual beli di pasar merupakan factor penting dalam perhitungan tingkat pertumbuhan ekonomi, baik pada skala local, regional maupun

nasional. Permasalahan terkait terkait pengelolaan pasar tradisional antara lain: (1)

permasalahan dan citra negatif pasar tradisional umumnya terjadi akibat kurang

disiplinnya pedagang, pengelola pasar yang tidak profesional, dan tidak tegas dalam

menerapkan kebijakan kebijakan atau aturan terkait pengelolaan operasional pasar;

(2) pasar tradisional umumnya memiliki desain yang kurang baik, termasuk

minimnya fasilitas penunjang, banyaknya pungutan liar dan berkeliarannya

"preman--preman" pasar serta sistem operasional dan prosedur pengelolaannya kurang jelas;

jelas; (3) masalah internal pasar seperti buruknya manajemen pasar, sarana dan

(18)

penerima retribusi, menjamurnya Pedagang Pedagang Kaki Lima (PKL) yang

mengurangi pelanggan pedagang pasar, dan minimnya bantuan pasar, dan minimnya

bantuan permodalan yang tersedia bagi pedagang tradisional. Revitalisasi pasar yang

dilakukan oleh pemerintah baik pusat maupun maupun daerah, baru sebatas fisik

bangungan pasar, revitalisasi terhadap pengelolaan pasar belum banyak dilakukan.

Padahal perbaikan terhadap manajemen pasar menjadi bagian penting untuk

mendorong profesionalisasi pengelolaan pasar dan meningkatkan pelayanan bagi

pedagang maupuan pengunjung pasar. Pengelolaan pasar yang baik dan professional

diharapkan dapat meningkatkan daya saing pasar tradisional terhadap pasar modern,

meningkatkan keuntungan keuntungan serta dapat menjamin kelangsungan dari pasar

itu sendiri.

Menurut UU No. 32 tahun 2004 pasal 150, dalam rangka penyelenggaraan

pembangunan daerah disusun perencanaan pembangunan daerah sebagai suatu bentuk

kesatuan system perencanaan nasional. Hal ini terdapat dalam Undang-Undang No.

25 tahun 2004 tentang sistem perencanaan pembangunan nasional pasal 33 yaitu ;

1. Kepala daerah menyelenggarakan dan bertanggung jawab atas perencanaan

pembangunan daerah disekitarnya.

2. Dalam menyelenggarakan perencanaan pembangunan daerah, kepala daerah

dibantu oleh kepala Bappeda.

3. Pimpinan Satuan Kerja Perangkat Daerah menyelenggarakan perencanaan

(19)

4. Gubernur menyelenggarakan koordinasi, integrasi, singkronisasi, dan sinergi

perencanaan pembangunan antar kota/kabupaten.

Menurut UU No. 25 tahun 2004, Bappeda mempunyai peranan yang penting

didalam melaksanakan perencanaan daerah. Perencanaan daerah yang direncanakan

oleh Bappeda dimulai dari tingkat desa/kelurahan, kecamatan, kabupaten dan kota

hingga tingkat provinsi melalui Musrembang (Musyawarah Perencanaan

Pembangunan). Dalam perencanaan pembangunan daerah ini diperlukan adanya

partisipasi masyarakat lokal dalam implementasi pembangunan didaerahnya.

Untuk mendukung pelaksanaan amanat UU No. 25 tahun 2004 ini, maka

pemerintah atas nama Menterin Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/ kepala

Bappenas sudah mengeluarkan surat edaran tentang system perencanaan pembanguna

daerah. Dalam surat edaran ini pemerintah daerah wajib menyusun rencana

pembangunan jangka menengah/ daerah (RPJP/D), rencana pembangunan jangka

menengah/ daerah (RPJM/D), dan rencana kerja pemerintah daerah (RKPD) sebagai

rencana tahunan. Setiap proses penyusunan harus mempunyai koordinasi antar

instansi pemerintah dan partisipasi seluruh pelaku pembangunan, melalui suatu forum

yang disebut sebagai musyawarah perencanaan pembangunan atau yang disebut

dengan Musrenbang.

Dalam rangka untuk mendorong profesionaliasi pengelolaan asset pasar

(20)

pensosialisasian pengembangan pasar sukaramai tersebut. Kita bisa melihat dan

melakukan bagaimana program dari Gubernur DKI Jakarta yaitu Jokowi dalam

mengelola dan membangun pasar tradisional yang ada di ibu kota. Dimana Jokowi

melakukan suatu tindakan yang efektif dalam mengelola pasar seperti membangun

pasar tradisional yang bersih sehingga para pengunjung senang datang ke pasar

tradisional tersebut. Jokowi juga mampu dan berhasil mengajak para pedagang yang

berjualan dikaki lima untuk berdagang ke bangunan yang telah disediakan oleh

pemko DKI Jakarta. Tidak kebanyakan seperti para pemimpin lainnya yang

melakukan tindakan paksa seperti menggerakan satpol pp untuk mengusir para

Pedagang Kaki Lima (PKL), namun Jokowi justru melakukannya sendiri seperti

mengadakan sosialisasi kepada para PKL dan lebih mengutamakan menggerakan para

pns perempuan yang memakai kebaya dibandingkan satpol pp yang membantunya

untuk mengajak para PKL supaya berjualan ditempat yang telah disediakan. Bahkan

Jokowi juga memberi bantuan kepada para PKL dengan bunga sewa yang murah dan

memberi hadiah seperti kupon undian kepada para pengunjung yang datang kepasar

tersebut. Jokowi juga mampu menkondisionalkan pasar tradisional tersebut menjadi

pasar yang aman tanpa adanya tindakan kriminal sehingga para pengunjung merasa

aman. Pedoman ini diharapkan dapat menjadi sebuah pijakan bagi pengelola pasar

dan masyarakat mengetahui kebijakan yang dilakukan pemerintah dalam

pengembangan pasar Sukaramai tersebut dari sosialisasi yang dilakukan pengelola

pasar kepada masyarakat, dalam mendorong pengelolaan aset pasar yang professional

(21)

terhadap pengembangan wilayah. Pengembangan pasar begitu berpengaruh terhadap

pengembangan wilayah khususnya wilayah di kota Medan. Dimana pengembangan

pasar berperan dalam meningkatkan pengembangan wilayah seperti dari segi

ekonomi, tata ruang lingkup kota, dan tata tertib lalu lintas. Kebijakan baru yang

dilakukan Pemko Medan memiliki peran yang penting. Jika kebijakan dilakukan

dengan baik maka proses implementasi kebijakan-kebijakan tersebut akan efektif

sehingga tujuan dan fungsi dari kebijakan tersebut akan tercapai dan sebaliknya.

Berdasarkan uraiaan tersebut maka penulis memilih judul “Peranan kebijakan

Pengembangan Pasar Sukaramai Terhadap Pengembangan Wilayah Di Kota

Medan”.

1.2 Rumusan Masalah

Setiap penelitian lazimnya memiliki permasalahan yang akan dibahas di dalam

penelitiannya. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas maka

permasalahan yang akan diteliti adalah “Bagaimanakah peranan kebijakan

pengembangan pasar Sukaramai terhadap pengembangan wilayah Di Kota

(22)

1.3 Tujuan Penelitian

Dari permasalahan yang diajukan oleh peneliti maka penelitian ini bertujuan

sebagai berikut:

1. Mendiskripsikan dan menganalisis peranan kebijakan pengembangan pasar

Sukaramai terhadap pengembangan wilayah di kota Medan.

1.4Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian yang diharapkan dalam penelitian ini adalah :

1.4.1 Manfaat Teoritis

Bagi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara dapat

memperkaya bahan refrensi penelitian di bidang Ilmu social dan Ilmu politik,

terkhusus bagi Program Studi Ilmu Administrasi Negara dapat menjadi acuan atau

bahan pertimbangan bagi mahasiswa dalam melakukan penelitian.

1.4.2 Manfaat Praktis

1. Bagi penulis berguna sebagai suatu sarana untuk melatih dan

mengembangkan kemampuan berpikir ilmiah, sistematis, dan metodologis

serta memiliki kemampuan dalam menganalisis gejala dan permasalahan

yang ada di lapangan.

2. Bagi pemerintah, penelitian ini diharapkan sebagai bahan pertimbangan

dan informasi dalam mengelolah kinerja birokrasi pemerintah dan dapat

(23)

1.5 Kerangka Teori

Teori adalah hulu atau sumber suatu proposisi ilmiah, cara mengujinya adalah

melalui prosedur penelitian dengan asumsi atau hipotesis-hipotesis kemudian diuji

atau dibuktikan berdasarkan data-data yang dikumpulkan (Tamburaka, H.Rustam E;

1999).

Menurut Jonathan H.Turner, teori adalah sebuah proses yang mengembangkan

ide-ide yang membantu kita menjelaskan bagaimana dan mengapa suatu peristiwa

terjadi.

Berdasarkan rumusan diatas, maka dalam kerangka teori ini penulis akan

mengemukakan teori, gagasan dan pendapat yang akan dijadikan titik tolak landasan

berpikir dalam penelitian ini. Adapun kerangka teori dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1.5.1 Kebijakan Pengembangan

1.5.1.1 Pengertian Kebijakan

Secara harafiah ilmu kebijaksanaan adalah terjemahan langsung dari kata policy

science (Dror, 1968:6-8). Beberapa penulis besar dalam ilmu ini, seperti William

Dunn, Charles Jones, Lee Friedman, dan lain-lain, menggunakan istilah public policy

dan public policy analysis dalam pengertian yang tidak berbeda. Istilah kebijaksanaan

atau kebijakan yang diterjemahkan dari kata policy memang biasanya dikaitkan

(24)

atau kekuasaan untuk mengarahkan masyarakat, dan bertanggungjawab melayani

kepentingan umum. Ini sejalan dengan pengertian public itu sendiri dalam bahasa

Indonesia yang berarti pemerintah, masyarakat atau umum.

Dengan demikian perbedaan makna antara perkataan kebijaksanaan dan

kebijakan tidak menjadi persoalan, selama kedua istilah itu diartikan sebagai

keputusan pemerintah yang relative yang bersifat umum dan ditujukan kepada

masyarakat umum. Kata policy secara etimologis berasal dari kata polis dalam bahasa

Yunani (Greek), yang berarti Negara-kota. Dalam bahasa latin kita ini berubah

menjadi politia, artinya Negara. Masuk kedalam bahasa Inggris lama (Middle

English), kata tersebut menjadi policie, yang pengertiannya berkaitan dengan urusan

pemerintah atau administrasi pemerintah (Dunn, 1981:7). Dalam pengertian umum

kata ini seterusnya diartikan sebagai,”. . . a course of action intended to accomplish

some end” (Jones, 1977:4)” atau sebagai “. . . whatever government choses to do or

not to do” (Dye, 1975:1). Thomas dye menyebutkan kebijakan sebagai pilihan

pemerintah untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu. Sementara Lasswell dan

Kaplan yang melihat kebijakan sebagai sarana untuk mencapai tujuan, menyebutkan

kebijakan sebagai program yang diproyeksikan berkenaan dengan tujuan, nilai, dan

praktek. H.Huglo menyebutkan kebijakann sebagai suatu tindakan yang bermaksud

untuk mencapai tujuan tertentu. (Dalam buku Said Zainal Abidin,phd., 2002 dan

(25)

1.5.1.2 Manfaat Penelitian Kebijakan

Studi Kebijakan publik memiliki tiga manfaat penting yakni:

1. Pengembangan ilmu pengetahuaan.

Dalam konteks ini ilmuwan dapat menempatkan kebijakan public sebagai variabel

terpengaruh (dependent variabel), sehingga berusaha menentukan variabel

pengaruhnya (independent variabel ).

2. Membantu para praktisi dalam memecahkan masalah-masalah publik.

Dengan mempelajari kebijakan public para praktisi akan memiliki dasar teoretis

tentang bagaimana membuat kebijakan public yang baik dan memperkecil

kegagalan dari suatu kebijakan public. Sehingga kedepan akan lahir kebijakan

public yang berkualitas yang dapat menopang tujuan pembangunan.

3. Berguna untuk tujuan politik.

Suatu kebijakan public yang dibuat melalui proses yang benar dengan dukungan

teori yang kuat, memiliki posisi yang kuat kritik dari lawan-lawan politik. Dapat

juga menyakinkan lawan politik yang tadinya kurang setuju. (Dalam buku

DRS.AG.Subarsono,M.Si.,MA)

Dalam penyusunan agenda kebijakan ada 3 kegiatan yang perlu dilakukan

yakni :

1. Membangun persepsi dikalangan stakeholders bahwa sebuah fenomena benar-

(26)

2. Membuat batasan masalah.

3. Memobilisasi dukungan agar masalah tersebut dapat masuk dalam agenda

pemerintah.

Memobilisasi dukungan ini dapat dilakukan dengan cara mengorganisir kelompok-

kelompok yang ada dalam masyarakat, dan kekuatan-kekuatan politik, publikasi

melalui media masa, dan lain-lain.

1.5.1.3Tipe-tipe Model Kebijakan

Model kebijakan (policy models) adalah representasi sederhana mengenai

aspek-aspek yang terpilih dari suatu kondisi masalah yang disusun untuk

tujuan-tujuan tertentu. Model kebijakan bermanfaat dan bahkan harus ada. Model kebijakan

merupakan penyederhanaan sistem masalah dengan membantu mengurangi

kompleksitas dan menjadikannya dapat dikelola oleh para analisis kebijakan.

Model-model kebijakan juga dapat memainkan peran kreatif dan kritis didalam

analisis kebijakan dengan mendorong para analisis untuk membuat asumsi-asumsi

eksplisit mereka sendiri dan untuk menantang ide-ide konvensional maupun

metode-metode analisis. Dengan menyederhanakan situasi masalah, model tak terelakan

menyumbang distorsi selektif atas realitas. Sementara itu, model dapat membantu kita

untuk melakukan tugas-tugas analitis, kata kuncinya ada pada “kita”, untuk itu kita

dan bukan model yang menyediakan asumsi-asumsi yang diperlukan untuk

(27)

Adapun tipe-tipe dari model kebijakan tersebut adalah :

A. Model Deskriptif, model-model kebijakan dapat dibandingkan dan

dikontraskan dari berbagai dimensi, yang paling penting diantaranya adalah

membantu membedakan tujuan, bentuk ekspresi, dan fungsi metodelogis

dari model. Tujuan model deskriptif adalah menjelaskan dan/atau

memprediksikan sebab-sebab dan konsekuensi-konsekuensi dari

pilihan-pilihan kebijakan.

B. Model Normatif, sebaliknya, tujuan dari model normatif bukan hanya untuk

menjelaskan dan/atau memprediksi tetapi juga memberikan dalil

danrekomendasi untuk mengoptimalkan pencapaiaan beberapa utilitas

(nilai). Salah satu model normatif yang paling sederhana dan paling biasa

adalah melipatgandakan bunga. Seringkali dalam kehidupannya orang

menggunakan beberapa variabel dari model ini untuk mencari manfaat dari

variabel-variabel kebijakan.

C. Model Verbal, diekspresikan dalam bahasa sehari-hari, bukannya bahasa

logika simbolis dan matematika, dan mirip dengan yang kita terangkan

sebelumnya sebagai masalah-masalah substantif. Dalam menggunakan

model verbal, analisis bersandar pada penilaiaan nalar untuk membuat

prediksi dan menawarkan rekomendasi. Penilaiaan nalar menghasilakan

argument kebijakan, bukannya dalam bentuk nilai angka-angka pasti.

(28)

untuk memberikan prediksi dan rekomendasi bersifat implicit atau

tersembunyi sehingga sulit untuk memahami dan memeriksa secara kritis

argument tersebut sebagai keseluruhan.

D. Model Simbolis, menggunakan simbol-simbol matematis untuk

menerangkan hubungan diantara variabel-variabel kunci yang dipercaya

mebcirii suatu masalah. Model-model simbolis sulit untuk dikomunikasikan

diantara orang awam, termasuk para pembuat kebijakan, dan bahkan

diantara para ahli pembuat model sering terjadi kesalahpahaman tentang

elemen-elemen dasar dari model.

E. Model Prosedural, menampilkan hubungan yang dinamis diantara

variabel-variabel yang diyakini menjadi cirri suatu masalah kebijakan. Biaya model

prosedural relatif tinggi jika dibanding dengan model-model verbal dan

simbolis, sebagian besar karena waktu yang diperlukan untuk

mengembangkan dan menjalankan program-program komputer. Bersamaan

dengan itu, model prosedural dapat ditulis dalam bahasa nonteknis yang

terpahami, sehingga memperlancar komunikasi di antara orang-orang

awam. (Dalam buku William N.Dunn, Gadjah Mada University Press

2012).

1.5.1.4 Proses Kebijakan Publik

Menurut James Anderson (1974:23-24) sebagai pakar kebijakan public

menetapkan proses kebijakan public sebagai berikut:

(29)

Apa masalahnya? Apa yang membuat hal tersebut menjadi masalah

kebijakan?

2) Formulasi kebijakan (formulation).

Bagaimana mengembangkan pilihan-pilihan atau alternatif-alternatif untuk

memecahkan suatu masalah.

3) Penentuan kebijakan (adoption).

Bagaimana alternatif dilakukan? Siapa yang akan melaksanakan kebijakan?

4) Implementasi (implementation).

Siapa yang terlibat dalam implementasi kebijakan?

5) Evaluasi (evaluation).

Bagaimana tingkat keberhasilan atau dampak kebijakan diukur? Apa

konsekuensi dari adanya evaluasi kebijakan?

Sedangkan Michael Howlet dan M.Ramesh (1995:11) menyatakan bahwa

proses kebijakan publik terdiri dari lima tahapan sebagai berikut:

1) Penyusunan agenda (agenda setting), yakni suatu proses agar suatu masalah

bias mendapat perhatian dari pemerintah.

2) Formulasi kebijakan (policy formulation), yakni proses perumusan

pilihan-pilihan kebijakan oleh pemerintah.

3) Pembuatan kebijakan (decision making), proses ketika pemerintah memilih

(30)

4) Implementasi kebijakan (policy implementation), yakni proses untuk

melaksanakan kebijakan supaya mencapai hasil.

5) Evaluasi kebijakan (policy evaluation), yakni proses untuk memonitor dan

menilai hasil atau kinerja kebijakan.

1.5.1.5 Lingkungan Kebijakan Publik

Teori sistem berpendapat bahwa pembuatan kebijakan publik tidak dapat

dilepaskan dari pengaruh lingkungan. Tuntutan terhadap kebijakan dapat dilahirkan

karena pengaruh lingkungan, dan kemudian ditransformasi kedalam suatu system

politik. Dalam waktu bersamaan ada keterbatasan dan konstrain dari lingkungan yang

akan mempengarui policy maker. Faktor lingkungan tersebut antara lain: karateristik

geografi, seperti: SDA, iklim, dan topografi; variabel demografi seperti: banyaknya

penduduk, distribusi umur penduduk, lokasi spasial; kebudayaan politik; struktur

social; dan system ekonomi. Dalam kasus tertentu lingkungan internasional dan

kebijakan internasional menjadi penting untuk dipertimbangkan (Anderson, 1979).

1.5.1.6 Kategori Kebijakan Publik

Secara tradisional pakar ilmu politik mengategorikan kebijakan publik kedalam

kategori:

1. Kebijakan subtantif (misalnya, kebijakan perburuhan, kesejahteraan sosial,

(31)

2. Kelembagaan (misalnya, kebijakan legislatif, kebijakan judikatif, dan kebijakan

department).

3. Kebijakan menurut kurun waktu tertentu (misalnya, kebijakan masa reformasi,

kebijkan masa orde baru, dan kebijakan masa orde lama).

Kategori lain tentang kebijakan dibuat oleh James Anderson (1979:126-132)

sebagai berikut:

1. Kebijakan substantif vs kebijakan prosedural.

Kebijakan substantif adalah kebijakan yang menyangkut apa yang akan dilakukan

oleh pemerintah seperti kebijakan subsidi BBM. Sedangkan Kebijakan procedural

adalah bagaimana kebijakan substantif tersebut dapat dijalankan, misalnya,

kebijakan criteria orang yang disebut miskin dan bagaimana prosedur untuk

memperoleh raskin.

2. Kebijakan distributif vs kebijakan regulatori vs kebijakan re-distributif.

Kebijakan distributif menyangkut distribusi pelayanan atau kemanfaatan pada

masyarakat atau segmen masyarakat tertentu atau individu. Sebagai contoh:

kebijakan subsidi BBM dan kebijakan obat generic. Kebijakan regulatori adalah

kebijakan yang berupa pembatasan atau peralangan terhadap perilaku individu

atau kelompok masyarakat, misalnya: kebijakan ijin mendirikan bangunan (IMB),

kebijakan pemakaiaan helm bagi pengendara sepeda motor. Sedangkan kebijakan

(32)

hak-hak diantara berbagai kelompok dalam masyarakat. Sebagai contoh: kebijakan

pajak progresif, kebijakan asuransi kesehatan bagi orang miskin.

3. Kebijakan material vs kebijakan simbolis.

Kebijakan material adalah kebijakan yang memberikan keuntungan sumber daya

konkrit pada kelompok sasaran, misalnya: kebijakan raskin. Sedangkan kebijakan

simbolis adalah kebijakan yang memberikan manfaat simbolis pada kelompok

sasaran, misalnya: kebijakan libur hari natal dan libur hari idul fitri.

4. Kebijakan yang berhubungan dengan barang umum (public goods) dan barang

privat (privat goods).

Kebijakan publik goods adalah kebijakan yang bertujuan mengatur pemberian

barang atau pelayanan publik, misalnya kebijakan membangun jalan raya.

Sedangkan kebijakan yang berhubungan dengan privat goods adalah kebijakan

yang mengatur penyediaan barang atau pelayanan untukn pasar bebas, misalnya

pelayanan pos, parkir umum, dan perumahan.(Dalam buku Drs.AG Subarsono

Msi, MA., 2005 dan 2009:4).

1.5.2 Pengembangan Wilayah

1.5.2.1 Pengertian Pengembangan Wilayah

Dalam banyak kepustakaan tentang pembangunan, terdapat beberapa

(33)

Teori-teori pembangunan itu memuat berbagai pendekatan ilmu sosial yang

berusaha menangani masalah keterbelakangan. Teori pembangunan benar-benar

lepasa landas hanya setelah diketahui bahwa persoalan pembangunan di Dunia

Ketiga bersifat khusus dan secara kualitatif berbeda dari “transisi orisinil”. Sepanjang evolusinya, teori pembangunan menjadi semakin kompleks dan

nondisipliner. Dengan demikian, tidak akan ada definisi baku dan final mengenai

pembangunan, yang ada hanyalah usulan mengenai apa yang seharusnya

diimplikasikan oleh pembangunan dalam konteks tertentu (Hettne, 2001).

Salah satu teori pembangunan wilayah adalah pertumbuhan tak berimbang

(unbalanced growth) yang dikembangkan oleh Hirscham dan Myrdal. Pengembangan wilayah merupakan proses perumusan dan pengimplementasian

tujuan-tujuan pembangunan dalam skala supra urban. Pembangunan wilayah pada

dasarnya dilakukan dengan menggunakan sumber daya alam secara optimal

melalui pengembangan ekonomi lokal, yaitu berdasarkan kepada kegiatan ekonomi

dasar yang terjadi pada suatu wilayah.

Wilayah dapat dilihat sebagai suatu ruang pada permukaan bumi.

Pengertian permukaan bumi menunjuk pada suatu tempat atau lokasi yang dilihat

secara horizontal dan vertikal. Wilayah sering dibedakan artinya dengan kata

daerah atau kawasan. Wilayah dapat diartikan sebagai satu kesatuan ruang yang

mempunyai tempat tertentu tanpa terlalu memperhatikan soal batas dan

(34)

karateristik areal bisa sangat kecil maupun sangat besar, suatu wilayah

diklasifikasikanberdasarkan satu atau beberapa karateristik, misalnya berdasarkan

iklim, relief di pebatuan, pola pertanian, tumbuhan alami, kegiatan ekonomi dan

sebagainya.

Purnomo Sidi (1981) mengatakan bahwa wilayah adalah sebutan untuk

lingkungan permukaan bumi yang jelas batasannya. Menurut Chaprin, perencanaan

wilayah (regional planning) adalah upaya intervensi terhadap kekuatan-kekuatan

pasar yang dalam konteks pengembangan wilayah yang memiliki tiga tujuan pokok

yakni meminimalkan konflik kepentingan antar sektor, meningkatkan kemajuan

sektoral dan membawa kemajuan bagi masyarakat secara keseluruhan.

Pengembangan wilayah adalah upaya untuk memacu perkembangan social ekonomi,

mengurangi kesenjangan wilayah dan menjaga kelestarian lingkungan hidup.

(Awanpwk09.blogspot.com/2011/04).

Dalam melakukan pengembangan wilayah perlu dilakukan perencanaan untuk

pencapaiaan tujuan yang efektif dalam melakukan pengembangan wilayah tersebut.

1.5.3 Perencanaan

1.5.3.1 Pengertian Perencanaan

Perencanaan umumnya dan perencanaan wilayah dan kota khususnya

merupakan suatu produk dari suatu tinjauan yang menyangkut suatu lingkup

(35)

perencanaan kota misalnya, akan terkait berbagai faset permasalahan yang kompleks.

Kompleks dalam arti menyangkut berbagai aspek yang satu sama lain berkaitan,

saling bergantungan serta saling pengaruh mempengaruhi.

Perencanaan berasal dari kata rencana, yang berarti rancangan atau rangka

sesuatu yang akan dikerjakan. Dari pengertian yang sederhana ini dapat diuraikan

komponen penting, yakni tujuan (apa yang hendak dicapai), kegiatan

(tindakan-tindakan untuk merealisasikan tujuan), dan waktu (kapan, dan bilamana kegiatan itu

hendak dilakukan). Dengan demikian suatu perencanaan bisa dipahami sebagai

respon (reaksi) terhadap masa depan (Abe, 2005, dalam skripsi Nuning Rohaini,

2007).

Menurut Abe (2005) proses membuat rencana akan bermakna sebagai proses

menentukan kearah mana sumber daya yang ada hendak dialokasikan. Ketepatan

dalam menentukan alokasi sangat ditentukan oleh :

1. Pembacaan atas kualitas dan kuantitas atas sumber daya yang ada.

2. Pembacaan atas situasi eksternal.

Menurut Arsyad (1999) ada empat elemen dasar perencanaan yaitu :

1. Merencanakan berarti memilih.

2. Perencanaan merupakan alat untuk mengalokasikan sumber daya.

3. Perencanaan merupakan alat untuk mencapai tujuan.

(36)

Perencanaan adalah merupakan suatu kegiatan dalam pembangunan yang paling

prioritas karena pembangunan tersebut menentukan arah prioritas, dan strategi

pembangunan (Nugroho, 2003).

1.5.3.2 Pendekatan Perencanaan

Pendekatan perencanaan telah mengalami perkembangan. Hal ini terjadi

sehubungan dengan pengalaman mengenai tingkat keefektifan rencana tersebut.

Berdasarkan tipologinya maka pendekatan perencanaan wilayah dan kota umumnya

dapat dibedakan atas tiga macam yaitu :

A.Pendekatan perencanaan rasional menyeluruh

Perencanaan rasional menyeluruh secara konsepsual dan analitis mencakup

pertimbangan perencanaan yang luas. Pertimbangan ini termasuk pula hal-hal yang

berkaitan dengan seluruh rangkaiaan tindakan pelaksanaan serta berbagai

pengaruhnya terhadap usaha pengembangan. Produk perencanaan rasional

menyeluruh ini dikenal antara lain sebagai ‘Rencana Induk’ – Masterplan;

‘Rencana Umum’ – General Plan; atau ‘Rencana Pembangunan’ – Development

Plan (Melville C. Branch, 1983).

B.Pendekatan perencanaan terpilah

Pada hakekatnya pendekatan ini mengutamakan unsur atau subsistem tertentu

(37)

1. Rencana terpilah tidak perlu ditunjang oleh penelaahan serta evaluasi alternatif

rencana secara menyeluruh.

2. Hanya mempertimbangkan bagian-bagian dari kebijaksanaan umum (kalau

sudah ada) yang berkaitan langsung dengan unsur atau subsistem yang

diprioritaskan.

3. Dengan terbatasnya lengkap perencanaan yaitu pada unsur atau subsistem

tertentu saja maka ada anggapan bahwa pelaksana dan pelaksanaannya lebih

mudah dan realistik.

C.Perencanaan terpilah berdasarkan pertimbangan menyeluruh

Pada hakekatnya pendekatan ini mengkombinasikan pendekatan rasional

menyeluruh dan pendekatan terpilah masing-masing dalam kadar lingkup tertentu

yaitu menyederhanakan tinjauan menyeluruh dalam lingkup ‘wawasan sekilas’

(scanning) dan memperdalam tinjauan atas unsur atau subsistem yang strategis

atau urgen dalam kedudukan system terhadap permasalahan menyeluruh.

Cirri-ciri utama pendekatan wilayah ini adalah:

1. Perencanaan mengacu kepada garis kebijaksanaan umum yang ditentukan pada

tingkat tinggi atau wawasan makro.

2. Perencanaan dilatarbelakangi oleh suatu wawasan menyeluruh serta

memfokuskan pendalaman penelaahan pada unsur-unsur atau

(38)

3. Ramalan mendalam tentang unsur-unsur atau subsistem-subsistem yang

diprioritaskan dilandasi oleh ramalan sekilas tentang lingkup menyeluruh serta

didasarkan kepada wawasan sistem.

4. Perumusan rencana dengan pendekatan ini dinilai sebagai usaha penghematan

waktu dan dana dalam lingkup penelaahan, analisis dan proses teknik

penyusunan rencana karena adanya penyederhanaan dalam penelaahan dan

analisis makronya.

5. Untuk menunjang hasil ramalan dan analisis sekilas maka proses pemantauaan,

pengumpulan pendapat, komunikasi serta konsultasi dengan masyarakat yang

berkepentingan serta dengan pengelola (pemerintah) telah dilakukan secara

terus-menerus sejak penyusunan perumusan sasaran dan tujuan rencana

pembangunan. (Dalam buku Djoko Sujarto, 2001:1).

1.5.3.3 Hakekat Perencanaan

Dalam masyarakat Indonesia yang sedang membangun menuju masyarakat

yang adil dan makmur, pencapaian tujuan pembangunan tidak dapat dilepaskan dari

perancangan, yaitu program tindakan yang menuju ke kesejahteraan masyarakat.

Ukuran kesejahteraan masyarakat merupakan ukuran relatif dan sangat sukar

didefenisikan. Kesejahteraan itu sendiri dibentuk oleh berbagai faktor yang kait

mengait yang dapat diterjemahkan kedalam kegiatan masyarakat yang beraneka

(39)

beberapa faktor dalam sistem itu, yang diharapkan atau diyakini dapat menimbulkan

suatu rangkaian akibat yang merubah factor lainnya dalam system itu secara positif.

Perencanaan merupakan projeksi untuk masa depan. Segala tindakan untuk

tujuan masa depan jelas mempunyai hubungan erat dengan apa yang dimiliki

sekarang. Perencanaan mendasari pembangunan, karena pembangunan berarti

perencanaan dan pelaksanaan. Dengan demikian, perencanaan dan kemudian

perancangan merupakan proses yang mendahului pelaksanaan. Pembangunan dapat

pula diartikan sebagai usaha merubah nilai suatu keadaan ke keadaan lain yang

mempunyai mutu yang lebih baik. (Suwardjoko Warpani, 1980: 9).

1.5.4 Perencanaan Pembangunan Daerah

Perencanaan dapat dikaitkan dengan pembangunan dimana dalam

pembangunan terdapat suatu perencanaan agar sasaran pembangunan tercapai

sehingga dikenal perencanaan pembangunan. Menurut Kuncoro (2004), “Perencanaan

pembangunan merupakan upaya yang bertujuan untuk memperbaiki sumber daya

publik yang tersedia untuk memperbaiki kapasitas sektor swasta dan public dalam

menciptakan nilai sumber daya swasta dan publik yang bertanggung jawab demi

kepentingan pembangunan masyarakat yang menyeluruh”.

Perencanaan pembangunan wilayah semakin relevan dalam

mengimplementasikan kebijakan ekonomi dalam aspek kewilayahan. Hoover dan

(40)

dalam proses pembangunan wilayah, yaitu:

1. Keunggulan komparatif (imperfect mobility of factor). Pilar ini berhubungan dengan keadaan dtemukannya sumber-sumber daya tertentu yang secara fisik

relatif sulit atau memiliki hambatan untuk digerakkan antar wilayah. Hal ini

disebabkan adanya faktor-faktor lokal (bersifat khas atau endemik, misalnya

iklim dan budaya) yang mengikat mekanisme produksi sumber daya tersebut

sehingga wilayah memiliki komparatif. Sejauh ini karakteristik tersebut

senantiasa berhubungan dengan produksi komoditas dari sumber daya alam,

antara lain pertanian, perikanan, pertambangan, kehutanan, dan kelompok usaha

sektor primer lainnya.

2. Aglomerasi (imperfect divisibility). Pilar aglomerasi merupakan fenomena eksternal yang berpengaruh terhadap pelaku ekonomi berupa meningkatnya

keuntungan ekonomi secara spasial. Hal ini terjadi karena berkurangnya

biaya-biaya produksi akibat penurunan jarak dalam pengangkutan bahan baku dan

distribusi produk.

3. Biaya transpor (imperfect mobility of good and service). Pilar ini adalah yang paling kasat mata mempengaruhi aktivitas perekonomian. Implikasinya adalah

biaya yang terkait dengan jarak dan lokasi tidak dapat lagi diabaikan dalam

proses produksi dan pembangunan wilayah.

Pendapat lain yang mendefenisikan perencanaan pembangunan dikemukakan

(41)

cara yang akan dilaksanakan untuk mencapai berbagai tujuan dari sasaran

pembangunan yang telah dirumuskan melalui Badan Perencanaan Pembangunan

tingkat pusat dan daerah”.

Setiap perencanaan pembangunan harus mengandung unsur-unsur pokok

tertentu, dimana yang menjadi unsur pokok utamanya adalah sebagai berikut:

I. Kebijakan dasar atau strategi dasar rencana pembangunan. Unsure ini

merupakan dasar pokok dari seluruh rencana yang kemudian

dituangkan kedalam unsur pokok perencanaan pembangunan lainnya.

II. Adanya kerangka rencana makro. Dalam kerangka ini dianalisis dan

dihubungkan berbagai variabel-variabel dari pembangunan serta

dinyatakan implikasi hubungan tersebut.

III. Perkiraan sumber daya pembangunan serta khususnya mengenai

sumber pembiayaan pembangunan. Sumber-sumber pembiayaan

pembangunan merupakan keterbatasan yang strategis sehingga perlu

diperkirakan dan diatur penggunaannya dengan seksama serta dengan

penentuan skala prioritas.

IV. Urutan tentang kerangka kebijakan yang konsisten misalnya kebijakan

fiscal, pengukuran moneter harga serta kebijakan sektoral lainnya.

Berbagai kebijakan itu perlu dirumuskan dan kemudian dilaksanakan

(42)

V. Perencanaan pembangunan meliputi program investasi yang

dilaksanakan secara sektoral. Penyusunan program investasi secara

sektoral ini dilakukan secara bersama-sama dengan menyusun

rencana-rencana menurut sasarannya.

VI. Perencanaan pembangunan mencakup pula administrasi pembangunan

yang mendukung usaha perencanaan dan pelaksanaan pembangunan.

(Dalam skripsi Charles Nadeak 2007:17-18)

Menurut Undang-Undang No. 25 tahun 2004 Perencanaan pembangunan

terdiri atas 4 tahap, yaitu :

a. Tahap penyusunan rencana.

Tahap ini dilaksanakan untuk dapat menghasilkan rancangan lengkap suatu

rencana yang sudah siap untuk ditetapkan terdiri dari 4 langkah:

1. Penyiapan rencana pembangunan yang bersifat teknokratik menyeluruh

dan terukur.

2. Masing-masing instansi menyiapkan rancangan rencana kerja dengan

berpedoman pada rencana pembangunan yang telah disiapkan.

3. Melibatkan masyarakat dan menyelaraskan rencana pembangunan yang

dihasilkan masing-masing pemerintah melalui musyawarah perencanaan

pembangunan (Musrembang).

4. Langkah terakhir adalah penyusunan rancangan akhir rencana

(43)

b. Tahap penetapan rencana.

Tahap ini dimana penetapan rencana tersebut menjadi produk hukum yang

mengikat semua pihak yang melaksanakan.

c. Tahap pengendalian pelaksana rencana.

Tahap ini dimaksudkan untuk menjamin tercapai tujuan dan sasaran

pembangunan yang tertuang pada rencana kegiatan-kegiatan koreksi dan

penyesuaiaan selama pelaksanaan rencana tersebut oleh pimpinan

kementerian/ lembaga/ satuan perangkat daerah.

d. Evaluasi dan pelaksanaan.

Evaluasi pelaksanaan adalah bagian dari perencanaan pembangunan secara

sistematis mengumpulkan dan menganalisis data dan informasi untuk menilai

pencapaiaan tujuan sasaran dan kinerja pembangunan.

Proses perencanaan pembangunan nasional dalam hal perencanaan menurut

jangka waktu dibagi 3, yaitu:

- Rencana Pembangunan Jangka Panjang, yang selanjutnya disingkat dengan

RPJP dan dokumen perencanaan untuk periode 20 tahun.

- Rencana Pembangunan Jangka Menengah, yang selanjutnya disingkat dengan

RPJM dan dokumen perencanaan untuk lima tahun. RPJM ini disebut dengan

rencana strategis kementerian (Renstra-KL) adalah dokumen perencanaan

(44)

daerah disebut dengan Renstra-SKPD, adalah dokumen perencanaan satuan

kerja perangkat daerah untuk periode lima tahun.

- Rencana Pembangunan Tahunan Nasional, yang selanjutnya Rencana Kerja

Pemerintah (RKP) adalah dokumen perencanaan nasional untuk periode satu

tahun. Rencana pembangunan daerah yang selanjutnya disebut Rencana Kerja

Pemerintah Daerah (RKPD) adalah dokumen perencanaan daerah untuk

periode satu tahun. Rencana pembangunan tahunan kementerian atau lembaga

yang selanjutnya disebut rencana kerja kementerian/ lembaga (Renja-KL)

adalah dokumen perencanaan kementerian atau lembaga untuk periode satu

tahun. Rencana pembangunan satuan kerja perangkat daerah yang disebut

dengan rencana kerja satuan perangkat daerah (Renja-SKPD) adalah dokumen

perencanaan satuan kerja perangkat daerah untuk periode satu tahun (Dalam

skripsi Charles Nadeak, 2007).

1.5.4.1Urgensi Perencanaan Dalam Pembangunan Daerah

Dalam perencanaan pembangunan pada umumnya harus memperhatikan

sumber daya yang tersedia atau potensi wilayah yang menyangkut potensi sumber

daya alam, potensi sumber daya aparatur yang mengelola, serta memperhatikan

kemampuan anggaran untuk membiayai proses berlangsungnya perencanaan

(45)

kemungkinan pengembangannya, pola dan gaya hidup masyarakat serta kegiatan dan

arus lalu lintas ekonomi masyarakat yang berbeda di masing-masing wilayah.

Mengingat bahwa UU No.32 tahun 2004 memberikan dimensi baru dalam

perencanaan pembangunan daerah, sehingga jelas bahwa sebenarnya pembangunan

daerah menjadi prasyarat utama untuk mampu mendorong pertumbuhan masyarakat

pada tingkat yang lebih tinggi. Dengan kata lain pemerintah daerah dalam

perencanaan pembangunan daerah harus terkait dengan masyarakat dan pengusaha/

swasta.

Pembangunan sebagai proses yang memungkinkan anggota masyarakat

meningkatkan kapasitas nasional dan institusional dalam memobilisasi dan mengelola

sumber daya untuk menghasilkan perbaikan kualitas yang sesuai dengan aspirasi

mereka sendiri, berkelanjutan, adil dan merata. Pembangunan daerah seharusnya

merupakan proses yang terkait antara proses pertumbuhan ekonomi, perubahan sosial,

dan demokrasi politik.

Melalui UU No.32 tahun 2004, telah diberikan otonomi yang sangat luasn

kepada daerah. Hal ini dilakukan dalam rangka pengembalian harkat dan martabat di

daerah, memberikan ruang berpendidikan politik dalam rangka meningkatkan kualitas

demokrasi di daerah, peningkatan efisiensi pelayanan public di daerah dan pada

akhirnya diharapkan mampu menciptakan good governance (Dalam skripsi Nuning

(46)

1.6 Defenisi Konsep

Dalam rangka memberikan gambaran yang abstrak terhadap penelitian, maka

diperlukan suatu konsep yang jelas mengenai batasan-batasan dari wilayah yang akan

diteliti, sehingga konsep tersebut dapat mencerminkan suatu defenisi yang jelas

terhadap objek dari sasaran yang akan diteliti.

Menurut Singarimbun dan Effendi (1995:32-34) dalam Suharso (2009:31),

Marlina Deliana (2013:31) menyatakan konsep adalah istilah dan defenisi yang

digunakan untuk menggambarkan secara abstrak mengenai kejadian, keadaan

kelompok atau individu yang menjadi pusat perhatian ilmu sosial.

Untuk dapat menentukan batasan yang lebih jelas dan juga untuk

menyederhanakan pemikiran atas masalah yang sedang penulis teliti, maka peneliti

mengemukakan konsep yang dipakai dalam penelitian ini antara lain :

1. Peranan

Peranan adalah fungsi, wewenang, hak-hak, dan kewajiban yang dilakukan

seseorang, kelompok, ataupun lembaga-lembaga sesuai dengan tujuan yang

telah ditetapkan. Dalam penelitian ini adalah peranan kebijakan

pengembangan pasar yang dilakukan pemko medan.

2. Kebijakan

Lasswell dan Kaplan yang melihat kebijakan sebagai sarana untuk mencapai

tujuan, menyebutkan kebijakan sebagai program yang diproyeksikan

(47)

para pembuat kebijakan (pemerintah) untuk melakukan atau tidak melakukan

sesuatu.

3. Pengembangan Wilayah

Pengembangan wilayah adalah upaya untuk memacu perkembangan sosial

ekonomi, mengurangi kesenjangan wilayah dan menjaga kelestarian

lingkungan hidup.

4. Perencanaan

Perencanaan adalah suatu kegiatan dalam pembangunan yang paling prioritas

karena pembangunan tersebut menentukan arah prioritas, dan strategi

pembangunan.

5. Perencanaan Pembangunan Daerah

Perencanaan Pembangunan Daerah suatu teknik atau cara yang akan

dilaksanakan untuk mencapai berbagai tujuan dari sasaran pembangunan yang

telah dirumuskan melalui Badan Perencanaan Pembangunan tingkat pusat dan

(48)

1.7 Sistematika Penulisan

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan

penelitian, manfaat penelitian, kerangka teori, defenisi konsep, dan

sistematika penulisan.

BAB II METODE PENELITIAN

Bab ini berisi bentuk penelitian, lokasi penelitian, informan penelitian,

teknik pengumpulan data, dan teknik analisa data.

BAB III DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Bab ini berisi mengenai gambaran umum lokasi penelitian.

BAB IV PENYAJIAN DATA

Bab ini berisi penyajian data-data yang diperoleh dari lapangan.

BAB V ANALISIS DATA

Bab ini berisi analisis dan pembahasan dari data-data yang disajikan

dan diperoleh setelah melakukan penelitian.

BAB VI PENUTUP

Pada bab ini berisi kesimpulan dari pembahasan hasil penelitian dan

(49)

BAB II

METODE PENELITIAN

2.1 Bentuk Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif dengan pendekatan

kualitatif. Metode deskriptif dengan analisa kualitatif memusatkan perhatian pada

masalah-masalah atau fenomena-fenomena yang ada pada saat penelitian dilakukan

atau masalah yang bersifat aktual, kemudian menggambarkan fakta-fakta tentang

masalah yang diselidiki sebagaimana adanya diiringi dengan interprestasi yang

rasional dan akurat.

Dengan demikian penelitian ini akan menggambarkan fakta-fakta dan

menjelaskan keadaan dari objek penelitian berdasarkan fakta-fakta yang ada dan

mencoba menganalisa kebenarannya berdasarkan data yang diperoleh.

2.2 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini merupakan suatu tempat yang akan diteliti dalam

mencari dan mengumpulkan data yang berguna dalam penelitian.

Penelitian ini dilaksanakan di kantor PD Pasar Sukaramai yang berlokasi di kota

(50)

2.3 Informan Penelitian

Penelitian kualitatif tidak dimaksudkan untuk membuat generalisasi dari hasil

penelitiannya. Oleh karena itu, pada penelitian kualitatif ini tidak dikenal adanya

populasi dan sampel (Bagong Suyanto, 2005:171) subjek penelitian yang telah

tercermin dalam fokus penelitian ditentukan secara sengaja. Subjek penelitian ini

menjadi informan yang akan memberikan berbagai informasi yang diperlukan selama

proses penelitian.

Informan adalah seseorang yang benar-benar mengetahui suatu persoalan

tertentu yang darinya dapat diperoleh informasi yang jelas, akurat, dan terpercaya

baik berupa pernyataan, keterangan, atau data-data yang dapat membantu dan

memahami persoalan atau permasalahan tersebut.

Menurut Suyanto (2005:172) informan penelitian meliputi beberapa macam

yaitu :

1. Informan kunci merupakan mereka yang mengetahui dan memiliki informasi

pokok yang diperlukan dalam penelitian yaitu kepala administrasi di kantor PD

Pasar Sukaramai kota Medan.

2. Informan utama merupakan mereka yang terlibat langsung dalam interaksi sosial

(51)

3. Informan tambahan merupakan mereka yang dapat memberikan informasi

walaupun tidak langsung terlibat dalam interaksi sosial yang diteliti yaitu

masyarakat atau pengunjung lokasi Pasar Sukaramai kota Medan.

2.4 Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan teknik-teknik pengumpulan data

dibagi menjadi dua cara, yaitu :

1. Pengumpulan data primer, yaitu data yang diperoleh melalui kegiatan

penelitian langsung kelokasi penelitian untuk mencari data-data yang lengkap

dan berkaitan dengan masalah yang diteliti dan dilakukan melalui :

a. observasi yaitu pengumpulan data dengan pengamatan langsung terhadap

sejumlah acuan yang berkenaan dengan topik penelitian di lokasi

penelitian dan

b. wawancara yaitu dengan memberikan pertanyaan langsung kepada

sejumlah pihak yang terkait.

2. Pengumpulan data sekunder, yaitu teknik pengumpulan data dan informasi

yang diperlukan atau diperoleh melalui catatan-catatan tertulis lainnya yang

berkaitan dengan masalah yang diteliti.

a. Studi Kepustakaan

Yaitu pengumpulan data yang diperoleh dari buku-buku, tulisan, dan karya

ilmiah yang memiliki relevansi dan ada hubungannya dengan masalah yang

(52)

b. Studi Dokumentasi

Yaitu teknik yang digunakan dengan mengambil catatan tertulis, dokumen,

arsip yang menyangkut masalah yang diteliti yang berhubungan dengan

instansi terkait dari kantor PD Pasar Sukaramai kota Medan sehubungan

dengan masalah Peranan Kebijakan Pengembangan Pasar Sukaramai

Terhadap Pengembangan Wilayah Di Kota Medan.

2.5 Teknik Analisa Data

Sesusai dengan metode penelitian, teknik analisa data yang digunakan dalam

penelitian ini yaitu dengan menggunakan teknik kualitatif. Menurut Farid (1997:152),

analisa kualitatif terkonotasi suatu pengertian analisis yang didasarkan pada

argumentasi logika. Namun materi argumentasi didasarkan pada yang diperoleh

melalui kegiatan teknik perolehan data. Jika data yang diperoleh secara empiris atau

diperoleh melalui studi lapangan, maka data yang dianalisis adalah hubungan antara

data yang memungkinkan lahirnya kategori, hubungan antara kategori yang

memungkinkan lahirnya hipotesis dan hubungan antar hipotesis yang memungkinkan

lahirnya suatu teori atau model.

Baik studi lapangan maupun studi pustaka, di dalam penganalisisannya tidak

mendasarkan pada perhitungan kuantitatif, tetapi pada kemampuan nalar peneliti

dalam menghubung-hubungkan fakta, data, dan informasi hingga lahirnya suatu

(53)

BAB III

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

3.1 Gambaran Umum Kota Medan

Kota Medan sebagai salah satu kota metropolitan di Indonesia yang

merupakan pusat pemerintahan provinsi Sumatera Utara, dulunya adalah merupakan

sebuah kampung kecil yang berada di satu tanah datar atau Medan diantara sugai

Babura dengan sungai Deli, yang pada waktu itu dikenal dengan nama “Medan

Putri”, yang sekarang kita kenal dengan jalan Putri Hijau. Menurut Tengku Lukman,

SH, dalam bukunya yang berjudul “Riwayat Hamparan Perak”(1971), yang

mendirikan kampung Medan adalah Raja Guru Patimpus, nenek moyang Datuk

Hamparan Perak (Dua belas Kuta) dan Datuk Suka Piring yaitu dua dari empat kepala

suku Kesultanan Deli.

John Anderson, seorang pegawai Pemerintah Inggeris yang berkedudukan di

Penang, pernah berkunjung ke Medan tahun 1823. Dalam bukunya bernama “Mission

to the Eastcoast of Sumatera”, edisi Edinburg tahun 1826, Medan masih merupakan

satu kampung kecil yang berpenduduk sekitar 200 orang. Dalam masa kurang dari 80

tahun berkembang menjadi sebuah kota yang sekarang kita kenal dengan nama kota

Medan. Sesuai dengan keputusan DPRD tingkat II Kota Madya Medan

No.4/DPRD/1975 tanggal 26 Maret1975, Juli ditetapkan menjadi hari jadi Kota

Medan. Kemudian melalui Peraturan Pemerintah RI No.35 tahun 1992 tentang

(54)

pemekaran di Kota Medan maka kecamatan di Kota Medan menjadi 21 kecamatan,

(55)

3.1.1 Letak Geografis

Kota Medan memiliki luas 26.510 hektar (265,10 km²) atau 3,6% dari

keseluruhan wilayah Sumatera Utara. Dengan demikian, dibandingkan dengan

kota/kabupaten lainya, Medan memiliki luas wilayah yang relatif kecil dengan jumlah

penduduk yang relatif besar. Secara geografis kota Medan terletak pada 3° 30' – 3°

43' Lintang Utara dan 98° 35' - 98° 44' Bujur Timur. Untuk itu topografi kota Medan

cenderung miring ke utara dan berada pada ketinggian 2,5 - 37,5 meter di atas

permukaan laut.

Secara administratif Kota Medan berbatasan dengan Kabupaten Deliserdang

di sebelah Barat, Timur, dan Selatan. Sedangkan di sebelah Utara berbatasan

langsung dengan Selat Malaka.

3.1.2 Demografi

Berdasarkan data kependudukan tahun 2005, penduduk Medan diperkirakan

telah mencapai 2.036.018 jiwa, dengan jumlah wanita lebih besar dari pria,

(1.010.174 jiwa > 995.968 jiwa). Jumlah penduduk tersebut diketahui merupakan

penduduk tetap, sedangkan penduduk tidak tetap diperkirakan mencapai lebih dari

500.000 jiwa, yang merupakan penduduk komuter. Dengan demikian Medan

(56)

Penduduk Indonesia 2010, penduduk Medan berjumlah 2.109.339 jiwa. Penduduk

Medan terdiri atas 1.040.680 laki-laki dan 1.068.659 perempuan.

3.1.3 Kondisi Perdagangan Di Kota Medan

Sebagaimana telah dikemukakan di atas, bahwa Kota Medan menjadi strategis

karena salah satu fungsi utama Kota Medan adalah pusat perdagangan. Kegiatan pada

sektor perdagangan di Kota Medan diantaranya terdiri dari kegiatan di pasar,

plaza/mall, toko, restoran, Pedagang Kaki Lima dan warung. Kegiatan perdagangan

tersebut umumnya tergolong dalam kegiatan pada sektor perdagangan formal maupun

sektor perdagangan informal. Kegiatan yang termasuk sektor informal bersifat

heterogen. Secara umum sektor informasi di daerah perkotaan dipandang sekedar

melakukan peran dalam kehidupan kota dan terdiri dari beraneka ragam kegiatan

usaha yang berkaitan dengan bidang pelayanan dan jasa pada tingkat bawah, seperti

warung kopi, tukang sampah, pengamen jalanan, penyemir sepatu, Pedagang Kaki

Lima, dan pengencer barang. Kegiatan informal dapat dibedakan menjadi lima sub

sektor yaitu perdagangan, jasa, angkutan, bangunan, dan industri kecil.

Adanya dorongan untuk masuk pada sektor informal karena tidak adanya

hubungan kerja kontrak jangka panjang pada sektor informal, sehingga mobilitas

angkatan kerja dalam sektor informal menjadi relatif tinggi. Hal ini merupakan salah

satu faktor utama yang mempermudah tenaga kerja memasuki sektor ini. Jadi,

(57)

kerja dan pengangguran. Beberapa pencari kerja yang memperoleh pekerjaan tetap di

sektor formal, bisa bekerja dalam sektor informal sementara atau waktu lama

daripada menganggur sama sekali.

3.1.4 Kondisi Pembangunan Di Kota Medan

Secara kasat mata pembangunan Kota Medan secara keseluruhan sangat

berkembang pesat, terutama dalam pembangunan fisik (infrastruktur). Hal ini dapat

kita lihat dengan berbagai sarana yang tersedia diseluruh penjuru Kota Medan.

Namun demikian jika kita melihat masih banyak masalah yang perlu mendapat

perhatian pemerintah Kota Medan diantaranya mengenai pengembangan pasar

tradisional.

3.2 Gambaran Umum PD Pasar Kota Medan

Perusahaan Daerah Pasar Kota Medan adalah salah satu Badan Usaha milik

daerah (BUMD) yang merupakan peralihan dari Dinas Pasar kotamadya Tk.II Medan

yang ditetapkan berdasarkan keputusan Walikota No. 188/ 784/ SK/ 1993. Dan pada

awalnya dikelola berdasarkan Peraturan Daerah no. 15 Tahun 1992 Tentang

pembentukan Perusahaan Daerah Pasar Kota Medan, kemudian diubah dengan

Peraturan Daerah Kota Medan No.08 tahun 2001 tentang Pembentukan Perusahaan

(58)

tersebut, diterbitkan keputusan Walikota nomor 28 Tahun 2001 tentang Pembentukan

Perusahaan Daerah Pasar Kota Medan.

Sementara sebagai landasan manajemen didasari kepada Peraturan daerah

Nomor 5 tahun 1997 tentang Status Badan Pengawas , Direksi, dan Kepegawaian

Perusahaan Daerah dan Surat keputusan walikota Medan nomor 188.342/SK/1998

tentang pelaksanaan Peraturan Daerah no.05 tahun 1997 Jo, Surat keputusan

Walikota Medan Nomor 14 Tahun 2004 Susunan Organisasi dan Tata Kerja

Perusahaan Daerah Pasar kota Medan . Sebagai landasan operasional didasari kepada

Peraturan Daerah no. 31 tahun 1993 tentang pemakaian tempat berjualan dan Surat

Walikota Medan Nomor 188.342/834/SK/1994 tentang pelaksanaan Perda No. 31

Tahun 1993 dan Surat keputusan Direksi PD. Pasar Kota Medan No

974/1332/PDPKM/20043 tanggal 05 Maret 2003 tentang klasifikasi dan Besarnya

tarif kontribusi pada pasar – pasar di wilayah tingkat II Medan yang di syahkan

Badan Pengawas PD. Pasar Kota Medan dengan Surat Keputusan Badan Pengawas

PD. Pasar Kota Medan No. 36/04/BP/ PD/20003 tanggal 13 maret 2003.

3.2.1 Visi Misi PD Pasar Kota Medan

A. Visi PD Pasar Kota Medan

Gambar

Tabel 1: Daftar nama kecamatan di Kota Medan (www.pemko medan.go.id)
Gambar 1. Bagan Organisasi PD Pasar Sukaramai Kota Medan Tahun 2014.

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Dalam hal ini siswa SD yang masih belum terkontaminasi dengan sifat yang kurang baik sangat memungkinkan untuk ditanamkan sifat-sifat atau karakter untuk membangun

mudharabah di KSPPS ANDA Karanggede. Sikap pegawai KSPPS ANDA Karanggede sudah baik dengan anggota. Mereka sudah sopan santun terhadap anggota. Tanggapan yang

- Làm khô: phơi, sấy thức ăn động vật, thực vật… - Ủ xanh: Rau xanh, cỏ tươi Hãy quan sát hình rồi điền từ thích hợp vào các chỗ trống sao cho phù hợp với phương pháp dự trữ thức ăn

Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberi sumbangan pemikiran terhadap pembelajaran Bahasa Indonesia mengenai perbandingan konsep materi dan konsep pembelajaran teks

Dewi Meivisa Harahap : Peranan Dan Tanggung Jawab Perusahaan Jasa Pengurusan Transportasi (Freight Secara internasional Freight Forwarder yaitu perusahaan atau Badan Hukum

Jefri : Rancang Bangun Mesin Pengiris Ubi Kapasitas 30 Kg/Jam, 2009..

menyatakan jika nilai terbesar adalah komunikasi dan nilai terkecil ialah garansi atau jaminan; 2) uji secara simultan (bersama- sama) bahwa bauran pemasaran jasa memiliki

Dari perangkat mana pun yang berada dalam segmen jaringan yang sama seperti data embedded system yang dikelola dapat dikirim ke embedded system tanpa