• Tidak ada hasil yang ditemukan

Logika

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Logika"

Copied!
168
0
0

Teks penuh

  • Penulis:
    • Desayu Eka Surya
  • Mata Pelajaran: Logika
  • Topik: Logika
  • Tipe: Buku

I. Tempat Logika dalam Peta Ilmu Pengetahuan

Bagian ini membahas posisi logika dalam sejarah filsafat dan perkembangan ilmu pengetahuan. Dimulai dengan pandangan Aristoteles yang menempatkan logika sebagai prasyarat bagi ilmu lain, bukan sebagai cabang filsafat tersendiri. Kemudian, dibandingkan dengan pandangan Auguste Comte yang memasukkan logika sebagai bagian dari pengetahuan positif. Perkembangan selanjutnya menunjukkan bagaimana logika diposisikan dalam berbagai klasifikasi ilmu, seperti ilmu abstrak, menunjukkan peran sentralnya dalam membangun kerangka berpikir ilmiah yang sistematis dan rasional dalam berbagai disiplin ilmu.

1.1. Perspektif Aristoteles

Aristoteles tidak mengklasifikasikan logika sebagai bagian dari filsafat spekulatif, praktik, atau produktif. Baginya, logika merupakan alat atau prasyarat yang esensial untuk pengembangan ilmu-ilmu lainnya. Ia menganggap logika sebagai metodologi fundamental untuk berpikir jernih dan sistematis, yang penting untuk mencapai kebenaran dalam berbagai bidang studi. Karyanya, Organon, merupakan kumpulan enam buku yang membahas berbagai aspek logika, menunjukkan pengaruhnya yang mendalam terhadap perkembangan logika selanjutnya.

1.2. Pandangan Auguste Comte

Auguste Comte, sebaliknya, menempatkan logika sebagai bagian integral dari pengetahuan positif, bersama dengan matematika murni. Pandangan ini menekankan peran logika dalam membangun sistem pengetahuan yang berbasis pada observasi dan verifikasi empiris. Hal ini menunjukkan pergeseran paradigma menuju pendekatan ilmiah yang lebih sistematis dan rasional, di mana logika berperan sebagai metodologi untuk mengorganisir dan menganalisis data empiris.

1.3. Logika dalam Klasifikasi Ilmu Lainnya

Bagian ini menunjukan bagaimana logika diintegrasikan ke dalam berbagai skema klasifikasi ilmu pengetahuan. Terlihat bagaimana logika sering kali dikategorikan sebagai ilmu abstrak, yang mendasari ilmu-ilmu alam dan humaniora. Ini menggarisbawahi pentingnya logika sebagai kerangka kerja konseptual bagi semua bidang studi. Logika memberikan alat-alat untuk membangun argumen yang valid dan koheren, baik dalam konteks ilmu-ilmu alam maupun humaniora.

II. Sejarah Singkat Logika

Bagian ini menelusuri sejarah perkembangan logika, dari etimologi kata "logika" hingga tokoh-tokoh penting yang berkontribusi pada perkembangannya. Dimulai dari asal usul kata "logos" dalam bahasa Yunani, kemudian membahas tokoh-tokoh seperti Thales, kaum Sofis, Socrates, Plato, dan terutama Aristoteles sebagai bapak logika. Selanjutnya, diuraikan perkembangan logika setelah Aristoteles, termasuk kontribusi dari Petrus Hispanus, Roger Bacon, Wilhelm Ocham, dan Raimundus Lullus yang mengembangkan logika modern. Perkembangan selanjutnya di abad 17 dan 18 melibatkan Francis Bacon dengan metode induktifnya, Leibniz dengan logika aljabarnya, dan Kant dengan logika transendentalnya. Bagian ini mengilustrasikan bagaimana logika terus berkembang dan berevolusi seiring dengan perkembangan pemikiran manusia.

III. Objek Logika

Bagian ini membahas objek material dan formal logika. Objek material logika adalah pikiran manusia, sedangkan objek formalnya adalah bagaimana seharusnya berpikir atau teknik berpikir. Di sini dijelaskan perbedaan antara objek material dan formal dengan contoh dari beberapa ilmu sosial seperti psikologi, sosiologi, dan pedagogi yang memiliki objek material yang sama (manusia) tetapi berbeda objek formalnya. Penjelasan ini penting untuk memahami batasan dan ruang lingkup logika sebagai ilmu.

IV. Macam-Macam dan Pembagian Logika

Bagian ini mengklasifikasikan logika menjadi logika kodratiah dan logika ilmiah. Logika kodratiah adalah kemampuan berpikir alami manusia, sedangkan logika ilmiah merupakan sistematisasi dan pengembangan dari logika kodratiah. Pembahasan selanjutnya menjelaskan pembagian logika berdasarkan hukum-hukum pemikiran yang meliputi pengertian, keputusan, dan penyimpulan. Penjelasan ini dikaitkan dengan manifestasi berpikir manusia baik secara internal maupun eksternal, yang direpresentasikan melalui bahasa dan komunikasi. Bagian ini menekankan pentingnya logika ilmiah sebagai alat untuk menghindari kesesatan berpikir dan mencapai kebenaran.

V. Asas-Asas Pemikiran

Bagian ini membahas asas-asas pemikiran yang menjadi dasar bagi kelurusan berpikir. Tiga asas utama yang dibahas adalah asas identitas, asas kontradiksi, dan asas penolakan kemungkinan ketiga. Masing-masing asas dijelaskan dengan rumusan dan contoh, menunjukkan bagaimana asas-asas ini merupakan prinsip-prinsip fundamental yang mengatur proses berpikir yang valid dan konsisten. Pemahaman asas-asas ini sangat penting untuk menghindari kesalahan berpikir dan membangun penalaran yang sahih.

VI. Dasar-Dasar Berpikir

Bagian ini membahas hubungan antara manusia, pengetahuan, dan berpikir. Di sini dijelaskan bagaimana manusia sebagai makhluk berpikir memiliki kemampuan untuk “mengakui hubungan sesuatu terhadap sesuatu itu”, yang menjadi dasar pengetahuan. Bagian ini juga menjelaskan hubungan erat antara logika dan bahasa sebagai alat untuk mengungkapkan dan menyatakan pemikiran. Penjelasan ini memperkuat pemahaman tentang bagaimana logika berfungsi sebagai kerangka kerja untuk berpikir dan berkomunikasi secara efektif.

VII. Arti Ilmu dan Pikiran

Bagian ini membedakan antara ilmu dan pengetahuan, serta membahas perbedaan perspektif logika dan psikologi dalam memahami pikiran. Ilmu didefinisikan sebagai hasil aktivitas mengetahui yang bersifat pasti dan tidak diragukan, sedangkan logika dan psikologi dikontraskan dalam pendekatannya terhadap pikiran. Logika berfokus pada kebenaran dan kevalidan berpikir, sedangkan psikologi mempelajari proses berpikir tanpa menghiraukan benar atau salahnya. Penjelasan ini penting untuk menempatkan logika dalam konteks yang lebih luas sebagai sebuah ilmu yang berfokus pada kebenaran.

VIII. Arti Benar dan Cara Mendapatkan Kebenaran

Bagian ini membahas dua pengertian “benar”: persesuaian antara pikiran dan kenyataan, serta ketiadaan pertentangan internal dalam suatu pernyataan. Kemudian dijelaskan dua cara berpikir untuk mendapatkan pengetahuan baru yang benar: induksi dan deduksi. Metode induksi digambarkan sebagai proses menarik kesimpulan umum dari kasus-kasus khusus, sedangkan deduksi sebaliknya. Penjelasan ini memberikan pemahaman yang komprehensif tentang bagaimana logika membantu mencapai kebenaran melalui berbagai metode penalaran.

IX. Keputusan dan Unsur-Unsurnya

Bagian ini membahas keputusan sebagai ungkapan sikap terhadap kenyataan, yang dinyatakan dalam bentuk proposisi. Unsur-unsur proposisi seperti subjek, predikat, dan kopula dijelaskan secara detail. Selanjutnya, berbagai jenis proposisi berdasarkan sumber dan bentuknya diuraikan, termasuk proposisi kategorik, hipotetik, dan disjungtif. Penjelasan ini memberikan pemahaman yang mendalam tentang struktur dan jenis-jenis keputusan sebagai unit dasar dalam penalaran.

X. Distribusi, Diagram Euler, dan Jenis-Jenis Proposisi

Bagian ini menjelaskan konsep distribusi dalam proposisi, menjelaskan bagaimana term subjek dan predikat dapat tertebar atau tidak tertebar. Diagram Euler digunakan untuk memvisualisasikan hubungan antara subjek dan predikat dalam berbagai jenis proposisi. Jenis-jenis proposisi seperti proposisi kategorik, hipotetik, dan disjungtif dijelaskan lebih lanjut dengan contoh-contoh yang relevan. Bagian ini memberikan pemahaman visual dan konseptual yang lebih baik tentang hubungan antar proposisi.

XI. Kesalahan Berpikir (Sesat Pikir)

Bagian ini mengidentifikasi berbagai jenis kesalahan berpikir, dibagi menjadi paralogisme (kesalahan tidak disengaja) dan sofisme (kesalahan disengaja). Berbagai jenis kesalahan berpikir diuraikan, seperti kesalahan penggunaan term, kesalahan konstruksi kalimat, dan kesalahan penalaran. Bagian ini menekankan pentingnya memahami berbagai jenis kesalahan berpikir untuk menghindari kesalahan penalaran dan mencapai kesimpulan yang valid.

XII. Hubungan Antar Proposisi

Bagian ini membahas berbagai macam hubungan logis antar proposisi, seperti hubungan independen, ekuivalen, kontradiktori, kontrari, subkontrari, dan implikasi. Penjelasan ini memberikan pemahaman yang sistematis tentang relasi logis antar proposisi dan pentingnya memahami relasi tersebut dalam menilai kebenaran dan konsistensi penalaran. Contoh-contoh diberikan untuk memudahkan pemahaman.

XIII. Inferensi Silogistis

Bagian ini membahas inferensi silogistis sebagai bentuk penalaran deduktif yang menggunakan silogisme. Konsep premis, konklusi, term mayor, term minor, dan term tengah dijelaskan secara rinci. Berbagai jenis silogisme, termasuk silogisme kategorik, hipotetik, dan disjungtif, dijelaskan dengan contoh dan aturan-aturan yang berlaku. Bagian ini memberikan pemahaman yang komprehensif tentang bagaimana silogisme digunakan untuk menarik kesimpulan yang valid.

XIV. Contoh Soal UTS dan UAS

Bagian ini berisi contoh soal UTS dan UAS, yang mencerminkan materi yang dibahas di dalam modul. Contoh soal ini bertujuan untuk menguji pemahaman mahasiswa terhadap konsep dan prinsip-prinsip logika yang telah dipelajari. Soal-soal ini bervariasi dalam tingkat kesulitan dan cakupan materi, menunjukkan berbagai aspek pemahaman logika yang diharapkan dari mahasiswa.

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

No.  Inflasi terjadi terutama disebabkan karena kenaikan harga yang ditunjukkan oleh kenaikan indeks pada kelompok bahan makanan sebesar 1,37 persen, kelompok makanan

 Inflasi terjadi karena adanya kenaikan harga yang ditunjukkan oleh kenaikan indeks pada kelompok Bahan Makanan sebesar 0,36 persen, kelompok Makanan jadi, minuman, rokok dan

No.  Inflasi terjadi terutama disebabkan karena kenaikan harga yang ditunjukkan oleh kenaikan indeks pada kelompok bahan makanan sebesar 0,24 persen, kelompok makanan

Inflasi di Kota Jambi terjadi karena adanya peningkatan indeks harga pada enam kelompok pengeluaran yaitu Kelompok Bahan Makanan sebesar 2,44 persen; Kelompok Makanan

Inflasi terjadi karena adanya kenaikan harga yang ditunjukkan oleh naiknya indeks pada kelima kelompoknya, yaitu: kelompok bahan makanan 0,37 persen; kelompok makanan

Deflasi ini terjadi terutama karena adanya penurunan harga yang mengakibatkan indeks turun pada kelompok bahan makanan 2,60 persen, kelompok makanan jadi , minuman, rokok

Inflasi Kota Banjarmasin terjadi karena adanya kenaikan harga yang ditunjukan oleh naiknya indeks pada kelompok bahan makanan sebesar 3,02 persen, kelompok makanan

Inflasi Kota Banjarmasin terjadi karena adanya kenaikan harga yang ditunjukan oleh naiknya indeks pada kelompok bahan makanan sebesar 1,13 persen; kelompok makanan jadi