• Tidak ada hasil yang ditemukan

Partisipasi Masyarakat Dalam Pengelolaan Wisata Alam Danau Toba (studi deskriptif di Kelurahan Parapat, Kecamatan Girsang Sipangan Bolon, Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Partisipasi Masyarakat Dalam Pengelolaan Wisata Alam Danau Toba (studi deskriptif di Kelurahan Parapat, Kecamatan Girsang Sipangan Bolon, Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara)"

Copied!
118
0
0

Teks penuh

(1)

DOKUMENTASI PENELITIAN di KELURAHAN PARAPAT

Gambar 1. Peta Kelurahan Parapat Gambar.2. Keterangan Peta Parapat

Gambar 3. Kondisi Penjual Souvenir Gambar 4. Informan : Benny Napitupulu

(2)
(3)

Gambar 8. Kondisi Jalan yang kurang baik

Gambar 9. Masyarakat yang bergotong royong membersihkan jalan

Gambar 10. Keramba di sekitar Danau Toba

(4)

Budiman, Arief. 2000. Teori Pembangunan Dunia Ketiga. Jakarta. Gramedia Pustaka Utama.

Bungin, Burhan. 2009. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta. Kencana.

Daniel, Mochar, dkk. 2006. PRA Participation Rural Appraisal Pendekatan Efektif Mendukung Penerapan Penyuluhan Partisipasi dalam Upaya Percepatan Pembangunan Pertanian. Jakarta : Bumi Aksara.

Damanik, Janianton dan F. Weber, Helmut. 2006. Perencanaan Ekowisata dari Teori ke Aplikasi. Yogyakarta : Puspar UGM dan Andi Offset

Damanik, Janianton. 2006. Perencanaan Ekowisata. Yogyakarta : Pusat Studi Pariwisata dan Andi.

Dapertemen Kebudayaan dan Pariwisata RI. 2005. Rencana Strategis Pembangunan Kebudayaan dan Pariwisata Nasional 2005-2009. Jakarta Dumasari, 2014. Dinamika Pengembangan Masyarakat Partisipatif. Yogyakarta :

Pustaka Pelajar

Jim Ife dan Frank Tesoriero.2008. Alternatif Pengembangan Masyarakat di Era Globalisasi Community Development. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Nasution, M. Arif. 2008. Metodologi Penelitian. Medan: Fisip USU Press.

Ndraha,Taliziduhu.2005. Pembangunan Masyarakat,Mempersiapkan Masyarakat Tinggal Landas (Edisi cetakan ke Tiga).Jakarta: Bina Aksara

Pendit, I Nyoman, S. 1999. Ilmu Pariwisata, Sebuah Pengantar Perdana. Jakarta : PT Pradnya Paramita

Pitana, I Gde dan G. Gayatri, Putu. 2005. Sosiologi Pariwisata ( Kajian Sosiologis Terhadap Struktur, Sistem dan Dampak-Dampak Pariwisata). Yogyakarta. Andi Offset.

Pitana, I Gde.2009. Pengantar Ilmu Pariwisata. Yogyakarta: Andi.

Poloma, M Margaret.2004. Sosiologi Kontemporer. Jakarta : PT RajaGrafindo Soetomo,2010. Stratei-strategi Pembangunan Masyarakat. Yogyakarta. Pustaka

Pelajar

Ritzer, George. 2012. Teori Sosiologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Tonny Nasdian,Fredian, 2015. Pengembangan Masyarakat. Jakarta : Yayasan Pustaka Obor Indonesia

Rukminto, Adi Isbandi. 2008. Intervensi Komunitas Pengembangan Masyarakat Sebagai Upaya Pemberdayaan Masyarakat. Jakarta : PT RajaGrafindo Persada

Warpani, suwardjoko.2007. Pariwisata Dalam Tata Ruang Wilayah. Bandung: Penerbit ITB

(5)

Sumber Jurnal :

Damanik, Janianton. 2005. Kebijakan Publik dan Praktis Democratic Governance di Sektor Pariwisata. Volume 8, Nomor 3 Maret 2005

Jantra. Jurnal Sejarah dan Budaya. Vol .V, No 9. Juni 2010

Kuswara. Arahan Pengembangan Pemukiman Di Kawasan Daerah Tangkapan Danau Toba. Pusat Litbang Pemukiman.

Lumbanraja , Victor. 2012. Tourism Area Life Cycle in Lake Toba. Vol.44, Nomor 2, Desember 2012.

Sinamo, Jansen Hulman. Masa Depan Danau Toba. 2005

Strategi Pengembangan Daya Tarik Wisata dan Pemberdayaan Masyarakat disekitar 15 danau Prioritas. Malang. Wonderfull Indoneesia

Siregar, Hasrul dkk. 2010. Tinjauan Tentang Kebijakan Pemerintah Daerah Terkait Pengembangan Kepariwisataan di Sumatera Utara.

Sumber Internet

17:36)

(6)
(7)

BAB III

METODE PENELITIAN

Dalam mendukung tercapainya tujuan penelitian ini maka harus dilengkapi dengan metode penelitian yang tepat dan sesuai dengan permasalahan penelitian yang akan di bahas. Dalam arti luas, metode penelitian merupakan cara dan prosedur yang sistematis untuk menyelidiki suatu masalah tertentu dengan maksud mendapatkan informasi untuk digunakan sebagai solusi atas masalah tersebut. Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian atau metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan melakukan pendekatan deskriptif. Menurut Creswell (dalam Prambudi,2014), metode kualitatif adalah metode untuk mengekplorasi dan memahami makna yang dianggap berasal dari masalah sosial atau kemanusiaan oleh sejumlah individu atau sekelompok orang. Menurut Somantri (dalam Mustofa,2013), penelitian kualitatif sangat memperhatikan proses, peristiwa dan otentisitas. Nilai peneliti bersifat eksplisit dalam situasi yang terbatas dan melibatkan subyek dengan jumlah yang relatif sedikit. Peneliti kualitatif biasanya terlibat dalam interaksi dengan realitas yang ditelitinya. Peneliti kualitatif menjalani interaksi secara intens dengan obyek penelitiannya.

(8)

menjelaskan partisipasi-partisipasi masyarakat dalam pengelolaan pariwisata Danau Toba di lokasi penelitian.

Sebelum melakukan penelitian langsung, peneliti terlebih dahulu mempersiapkan hal-hal yang dibutuhkan dalam penelitian ini seperti halnya mengumpulkan referensi yang berhubungan dengan penelitian ini dalam bentuk jurnal, penelitian terdahulu, hasil skripsi , serta hal-hal lain yang dapat menambah wawasan peneliti sebelum melakukan penelitian lapangan.

Peneliti juga mempersiapkan pencarian data-data yang dibutuhkan sebelum penelitian dilakukan seperti halnya data jumlah penduduk umum, jumlah fasilitas umum yang ada di lokasi penelitian, letak geografis hingga batas-batas wilayah Kelurahan Parapat. Data tersebut peneliti temukan dari Kantor Kelurahan Parapat.

3.2. Lokasi Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti memilih lokasi penelitian di Desa Parapat, Kecamatan Girsang Sipangan Bolon, Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara. Adapun alasan peneliti melakukan penelitian di tempat tersebut karena daerah tersebut merupakan salah satu obyek wisata Danau Toba yang memiliki banyak pengunjung setiap tahunnya.

3.3. Unit Analisis dan Informan

3.3.1. Unit Analisis

(9)

3.3.2. Informan

Informan merupakan subyek yang memahami permasalahan penelitian sebagai pelaku maupun orang yang memahami permasalahan penelitian (Bungin,2007). Informan dalam penelitian ini adalahh informan kunci dan informan biasa, informan kunci yaitu yang memiliki kriteria yaitu penduduk asli dan pendatang yang sudah lama tinggal di Kelurahan Parapat yang ikut terlibat dalam pengelolaan wisata alam Danau Toba, Aparat desa atau kelurahan.Sementara informan biasa adalah tokoh masyarakat ataupun ketua adat. Di dalam pemilihan informan digunakan metode snowballing. Adapun informan yang menjadi subjek penelitian adalah para masyarakat dan tokoh desa/kelurahan di kelurahan Parapat. Dari masyarakat dan tokoh desa ini peneliti akan menggali informasi mengenai partisipasi masyarakat dalam pengelolaan wisata alam Danau Toba. Dari kriteria di atas telah ditemukan Sembilan orang informan yaitu : Benny Napitupulu, Marudut Panggabean, Bagus Napitupulu, Eldo Sirait, Simanjuntak, Andre Sinaga, D. Herbet Sinaga, Parningotan Girsang.

3.4. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah dengan menggunakan data primer dan data sekunder yaitu sebagai berikut:

3.4.1. Teknik Pengumpulan Data Primer

(10)

3.4.1.1.Observasi Partisipasi

Observasi yaitu metode pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data penelitian melalui pengamatan dan pengindraan (Bungin,2007:115). Metode observasi langsung dilakukan melalui pengamatan gejala-gejala yang tampak pada obyek penelitian pada saat peristiwa yang sedang berlangsung dilapangan.Observasi dilakukan dengan mengamati masyarakat parapat yang berpartisipasi dalam pengelolaan wisata Danau Toba.

Metode yang diterapkan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode observasi partisipatif pasif. Dimana metode observasi merupakan suatu pencatatan hasil penelitian yang bukan hanya mencatat tetapi juga mengadakan pertimbangan kemudian mengadakan penilaian kedalam suatu skala bertingkat. Dengan melaksanakan observasi partisipatif pasif berarti peneliti ikut terjun dan melakukan kegiatan sesuai tema yang menjadi objek penelitian. Dalam penelitian ini, peneliti ikut terjun menjadi wisatawan guna mengetahui sikap masyarakat setempat terhadap wisatawan yang datang.

3.4.1.2.Wawancara Mendalam

(11)

Wawancara dilakukan dengan memberikan pertanyaan kepada informan secara spesifik dengan panduan interview guide (Bungin,2007)

Teknik wawancara yang peneliti gunakan adalah teknik wawancara terstruktur dimana draft pertanyaan telah peneliti siapkan untuk mempermudah peneliti ketika sedang mewawancarai informan. Draft pertanyaan tersebut dipersiapkan bertujuan agar pertanyaan yang akan ditanyakan terstruktur dan meminimalkan pertanyaan yang tidak diperlukan dalam penelitian, terlebih agar pewawancara tidak lupa dengan apa yang harusnya ditanyakan kembali mengingat daya keterbatasan ingatan manusia.

3.4.2.Teknik Pengumpulan Data Sekunder

Merupakan data yang diperoleh dari sumber kedua atau pihak lain terkait dengan permasalahan penelitian. Data ini diperoleh melalui sumber-sumber bacaan seperti buku, majalah, surat kabar, dokumen-dokumen serta laporan penelitian yang berkaitan dengan topik penelitian yang dianggap relevan dan keabsahan dengan masalah yang diteliti.

3.5.Interpretasi Data

(12)

penelitian sehingga data yang didapat akan dikategorikan dan dikaitkan satu dengan yang lainnya agar dapat diinterpretasikan secara kualitatif.

Data-data yang diperoleh dari lapangan akan diatur, diurutkan, dikelompokkan kedalam kategori, pola atau uraian tertentu. Disini peneliti akan mengelompokkan data-data yang diperoleh dari hasil observasi, wawancara dan sebagainya yang selanjutnya akan dipelajari dan ditelaah secara seksama agar diperoleh hasil atau kesimpulan dengan baik. (Faisal,2007:275)

3.6. Jadwal Kegiatan

N o

Kegiatan Bulan Ke-

1 2 3 4 5 6 7 8 9

1 Pra Observasi √

2 Acc Judul Penelitian √

3 Penyusunan Proposal Penelitian √ √ √ 4 Seminar Proposal Penelitian √ 5 Revisi Proposal Penelitian √ 6 Penelitian Lapangan dan

Interpretasi data

√ √ √ √

7 Penilisan Laporan Akhir √ √ √

8 Bimbingan √ √ √

(13)

3.7 Keterbatasan Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti menyadari adanya keterbatasan dalam penelitian ini mencakup kemampuan dan pengalaman yang dimiliki oleh peneliti dalam melakukan penelitian ilmiah. Keterbatasan dalam penelitian ini mencakup keterbatasan yang muncul dari dalam diri peneliti, keterbatasan pengetahuan peneliti dalam melakukan analisis data penelitian pada penelitian ini menjadi salah satu keterbatasan internal peneliti. Sedangkan keterbatasan lainnya yaitu keterbatasan eksternal. Keterbatasan eksternal adalah keterbatasan yang ditemukan dari luar diri peneliti.

Keterbatasan eksternal yang dimaksud oleh peneliti adalah keterbatasan data sekunder yang menjadi referensi dalam penelitian ini. Keterbatasan waktu juga merupakan salah satu keterbatasan eksternal, karena yang menjadi objek kajian penelitian peneliti berada di Kelurahan Parapat yang jauh dari kota Medan. Hal itu membuat peneliti benar-benar harus membagi waktu sebaik mungkin dalam membuat janji kepada calon informan dalam melakukan wawancara.

(14)

BAB IV

DESKRIPSI DAN HASIL ANALISIS DATA

4.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

4.1.1. Gambaran Umum Kelurahan Parapat

Pemerintah Kelurahan adalah pemerintahan terendah ditingkat kecamatan sebagai perpanjangan Pemerintah kecamatan untuk melaksanakan tugas-tugas pemerintahan, pembangunan dan sosial kemasyarakatan. Pemerintahan kelurahan dipimpin oleh Kepala Kelurahan dan bertanggung jawab kepada Camat selaku atasan langsung yang dibantu oleh Perangkat Kelurahan sebagai berikut :

1. Kepala Kelurahan : Parningotan Girsang 2. Sekretaris Kelurahan : Riemsi Manik

3. Kepala Seksi Pemerintahan : Rohana Sampetua Sinaga, SH 4. Kepala seksi Ekonomi Pembangunan (Ekbang) : ---- 5. Kepala Seksi Kemasyarakatan : Ramasa, S.Pd 6. Bendahara : Jan Bonator Panjaitan

(15)

BAGAN ORGANISASI KELURAHAN PARAPAT

PERDA KABUPATEN SIMALUNGUN

NOMOR 17 TAHUN 2015

Bagan 4.1. Bagan Organisasi Kelurahan Parapat

4.1.2 Letak Geografi

Parapat terletak di Kecamatan Girsang Sipanganbolon Kabupaten Simalungun terletak antara 02036’-03017’ Lintang Utara dan 98032’-99035’ Bujur Timur. Luas wilayah Kecamatan Girsang Sipanganbolon 123 km2 dengan ratio terhadap luas wilayah kabupaten Simalungun 0,03,

Sekretaris Lurah Riemsi Manik

Bendahara Barang Veronika Sagala Bendahara Pengeluaran

Jan Bonator Panjaitan

Lurah

Parningotan Girsang

Kasi Pemerintahan Rohana Sinaga, SH

(16)

memiliki 3 kelerengan 2-15% = 1.745; kelerengan 15-40% = 6.090; kelerengan >40% = 22.120, dan berada antara 751 mdpl – 1400 mdpl.

Kelurahan Parapat adalah salah satu dari 3 (tiga) Kelurahan dan 2 (dua) Nagori yang ada di Kecamatan Girsang Sipangan Bolon, Kabupaten Simalungun yang terletak pada ketinggian 910 meter dari permukaan laut.Secara umum Kelurahan Parapat beriklim dingin dan sejuk dengan batas-batas sebagai berikut :

- Sebelah Utara berbatasan dengan : Kecamatan Dolok Panribuan

- Sebelah Selatan berbatasan dengan : Kelurahan Tigaraja/Kabupaten Tobasa

- Sebelah Timur berbatasan dengan : Kelurahan Girsang - Sebelah Barat berbatasan dengan : Nagori Sibaganding

Kelurahan Parapat mempunyai topografi yang bervariasi yaitu : datar, bergelombang dan berbukit hingga kemiringan 750 .

4.1.3 Luas Wilayah

Kelurahan Parapat terbentuk dari 7 lingkungan (dusun), memiliki luas wilayah 1.452 hektar, dengan perincian sebagai berikut :

Tabel 4.2

Tabel Prasarana Umum Berdasarkan Luas Wilayah

No Prasarana Umum Luas Wilayah

1 Pemukiman Umum 192 Ha

2 Perkantoran 3 Ha

3 Pertokoan/Perdagangan 3 Ha

4 Sekolah 6 Ha

5 Terminal 2,5 Ha

6 Peribadatan/Mesjid,Gereja,Vihara 14 Ha

7 Kuburan 1,5 Ha

8 Sawah pengairan ½ teknis 6 Ha

(17)

sumber :RPJM Kelurahan Parapat 2015

Kelurahan Parapat terdiri dari 7 (tujuh) lingkungan/nagori sebagai berikut :

1. Lingkungan I meliputi : Jl. Anggarajim, Jl. Sisingamangaraja sampai parit ganjang.

2. Lingkungan II meliputi : Terminal, Jl. Bangun dolok,Sososr Saba dan Jl. Sisisngamangaraja atas.

3. Lingkungan III meliputi : Kampung Bangun Dolok dan Bantu Malangsa.

4. Lingkungan IV meliputi : Jl. Pemuda, Jl. Jonatan Sinaga, Jl. Josep Sinaga, Buntu Pasir Tigarihit.

5. Lingkungan V meliputi : Jl. Merdeka, Jl. Gotong Royong, Pangasean, Jl. SM. Raja atas dan Sosor Tolong.

6. Lingkungan VI meliputi : Jl. Merdeka, Jl. Josep Sinaga, Jl. Pendidikan dan Jl. Pembangunan.

7. Lingkungan VII meliputi : Kampung Simangaratuk, Jl. RSU, Jl. SM Raja Atas batas lapangan golf.

10 Ladang/Tegalan 58 Ha

11 Perkebunan Rakyat 20 Ha

12 Hutan Asli 1,116 Ha

13 Tempat Rekreasi 2 Ha

14 Rekreasi Olahraga 2 Ha

15 Danau 6 Ha

16 Padang/Ilalang 3 Ha

17 Padang Rumput 2 Ha

(18)

4.1.4 Kependudukan

Kelurahan Parapat terbagi kedalam 7 (tujuh) lingkungan, dengan jumlah penduduk kurang lebih 6.863 jiwa dari 1.481 Kepala Keluarga, yang terdiri dari laki-laki : 3.447 jiwa, dan perempuan : 3.416 jiwa.

Tabel 4.3

Jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin

No Jenis Kelamin Jumlah/jiwa

1 Laki-laki 3.447jiwa

2 Perempuan 3.416jiwa

Jumlah 6.863 jiwa

Sumber Data :Laporan Kependudukan Mei 2015

Berdasarkan data kependudukan Kelurahan Parapat hingga mei tahun 2015 jumlah penduduk adalah 6.863 jiwa. Penduduk kelurahan Parapat mayoritas suku batak toba, sedangkan sisanya suku lain (campuran), dan 80% beragama Kristen Protestan dan sisanya adalah agama dan kepercayaan lainnya.Berikut rincian jumlah penduduk berdasarkan agama atau kepercayaan.

Tabel 4.4.

Jumlah penduduk berdasarkan agama atau kepercayaan

No Agama Jumlah/jiwa

1 Islam 395 jiwa

2 Kristen Protestan 3.686 jiwa

3 Katholik 810 Jiwa

4 Budha 35 jiwa

5 Hindu -

Sumber Data : Kantor Penghulu/Kelurahan Kec. Girsang Sipangan Bolon

(19)

menganut agama Islam sebanyak 395 jiwa dan Katholik sebanyak 810 jiwa.

Selanjutnya jika ditinjau dari segi pekerjaan penduduk kelurahan Parapat mayoritas berprofesi sebagai wiraswasta, selainnya adalah petani, PNS, TNI/POLRI dan lain-lain.Berikut adalah tabel jumlah penduduk berdasarkan mata pencaharian.

Tabel 4.5.

Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian

No Mata Pencaharian Jumlah/jiwa

1 Bertani 769 jiwa

2 Wiraswasta 1.985 jiwa

3 TNI/POLRI 13 jiwa

4 PNS 142 jiwa

5 Dan lain-lain 850 jiwa

Sumber : BPS Kabupaten Simalungun 2012

Berdasarkan jumlah penduduk, masyarakat Kelurahan Parapat berdasarkan kelompok pekerjaan yang sesuai dengan kondidi topografi dan atraksi wisata yang ada maka didapatkan presentasi kelompok pekerjaan didominasi oleh wiraswasta sebanyak 1.985 jiwa, disusul dengan kelompok pekerjaan bertani dan PNS masing-masing 769 jiwa dan 142 jiwa. Selain itu, kelompok pekerjaan selanjutnya adalah TNI/POLRI sebanyak 13 jiwa.

4.1.5. Sarana dan Prasarana

(20)

dan fungsinya di desa. Adapun yang menjadi sarana dan prasarana di desa/ kelurahan ini akan dijelaskan lebih rinci di bawah ini.

a. Sarana Pendidikan

Di Kelurahan Parapat terdapat berbagai sarana dan prasarana yang antara lain adalah sekolah. Berikut tabel jumlah sekolah, guru, kelas dan murid SD (Sekolah Dasar) Negeri/Swasta di Kelurahan Parapat :

Tabel 4.7

Jumlah Sekolah, Guru, Kelas dan Murid SD Negeri/Swasta di Kelurahan Parapat

No Kategori Jumlah

1 Sekolah 6

2 Guru 42

3 Kelas 37

4 Murid 1288

Sumber Data : UPTD pendidikan Kec. Girsang Sipangan Bolon

b. Sarana Peribadatan

Sarana peribadatan merupakan tempat yang digunakan oleh umat beragama untuk beribadah sesuai dengan ajaran agama mereka masing-masing. Di Kelurahan Parapat, terdapat beberapa sarana peribadatan, yaitu sebuah Masjid, 4 (empat) buah Gereja dan sebuah Vihara. Jumlah tempat peribadatan dapat dilihat lebih jelas pada tabel berikut:

Tabel 4.8

Jumlah Tempat Ibadah di Kelurahan Parapat

No Tempat Ibadah Jumlah

1 Masjid/Musholla 1

2 Gereja 4

3 Pura -

4 Vihara 1

(21)

c. Sarana Kesehatan

Di Kelurahan Parapat juga terdapat berbagai sarana kesehatan, yang berfungsi untuk memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Jumlah sarana kesehatan yang terdapat di Kelurahan Parapat adalah sebagai tabel dibawah ini :

Tabel 4.9

Jumlah Fasilitas Kesehatan di Kelurahan Parapat

No Fasilitas Kesehatan Jumlah

1 Rumah Sakit 1

2 Puskesmas 1

3 Puskesmas Pembantu -

4 Klinik -

5 Posyandu 11

Sumber Data : Puskesmas Parapat

d. Sarana Jalan

Jalan merupakan sarana yang sangat vital dalam pengelolaan pariwisata Danau Toba. Apabila jalan tidak bagus maka hal tersebut akan menyebabkan wisatawan malas untuk berkunjung. Berikut kondisi jalan di Kelurahan Parapat, Kecamatan Girsang Sipangan Bolon :

Tabel 4.10

Panjang Jalan Menurut Kondisi Jalan di Kecamatan Girsang Sipangan Bolon Tahun 2009-2011 (km)

No Kondisi Jalan 2009 2010 2011

1 Baik 26,2 46,79 5,24

2 Sedang 7,6 - 21,51

3 Buruk 1,94 - 14,58

4 Sangat Buruk 1,46 - 5,46

Sumber Data : Dinas PU Bina Marga Kab. Simalungun

(22)

kondisi jalan hanya mengalami kondisi sangat buruk sekitar 1,46 km, kemudian pada tahun 2011, kondisi jalan yang sangat buruk bertambah menjadi 5,46 km.

Di Kecamatan Girsang Sipangan Bolon terdapat 4 (empat) jenis jalan, yaitu sebagai berikut :

Tabel 4.11

Panjang Jalan Menurut Jenis Jalan di Kecamatan Girsang Sipangan Bolon Tahun 2009-2011 (km)

No Jenis Jalan 2009 2010 2011

1 Aspal 18,3 19,88 46,79

2 Lapen 12,2 11,92 -

3 Kerikil 6,3 13,29 -

4 Tanah - 1,7 -

Sumber Data : Dinas PU Bina Marga Kab. Simalungun

Berdasarkan tabel diatas maka dapat kita ketahui bahwa jalan aspal dominan di Kecamatan Girsang Sipangan Bolon. Hal ini tampak jelas dikarenakan pada tahun 2011 jalan aspal mengalami peningkatan yang sangat drastis yaitu menjadi 46,79 km , sedangkan pada tahun sebelumnya hanya 19,88 km.

e. Lapangan Usaha

(23)

Tabel 4.12

Jumlah Usaha Menurut Lapangan Usaha di Kelurahan Parapat

No Lapangan Usaha/ sector Jumlah

1 Pertambangan dan Penggalian -

2 Industri Pengolahan 3

3 Listrik, Gas dan Air 2

4 Konstruksi -

5 Perdagangan Besar dan Eceran 342 6 Akomodasi & Makan Minum 689 7 Transportasi, Penggudangan &

Komunikasi

183

8 Perantara Keuangan 27

Sumber Data : BPS Kab. Simalungun

Selain lapangan usaha diatas, Kelurahan Parapat juga mempunyai rumah makan ataupun restoran yang akan memenuhi kebutuhan wisatawan. Dikelurahan Parapat terdapat 5 restoran berbadan hukum dan 12 rumah makan. Adapun rinciannya sebagai table berikut :

Tabel 4.13

Jumlah Rumah Makan di Kelurahan Parapat

No Kategori Jumlah

1 Restoran Berbadan Hukum 5

2 Rumah Makan 12

Sumber Data ; BPS Simalungun

f. Objek Wisata

(24)

tidak mencapai luasan sebagaimana potensi yang teridentifikasi. Untuk kabupaten Tobasamosir, Tapanuli Utara, Simalungun, Karo, dan Dairi yang merupakan daerah tangkapan air, tercatat potensi kawasan lindung seluas 578.332 hektar. Berikut tabel jumlah objek wisata di Kecamatan Girsang Sipangan Bolon.

Tabel 4.14

Jumlah Objek Wisata dan Jenisnya Menurut Kelurahan di Kecamatan Girsang Sipangan Bolon

No Kelurahan Nama Objek Wisata Jenis Objek Wisata 1 Sipangan Bolon Tanaman Nenas,

Dolok Sae-sae, Liang Majontik, Liang Bolon, Mual Bolon

Wisata Agro dan Wisata Alam

2 Girsang Air Terjun

Halimbingan

Wisata Alam

3 Parapat Danau Toba Wisata Alam

4 Tigaraja Danau Toba Wisata Alam

5 Sibaganding Batu Gantung, Huta Sibatuloting Parherekan, Batu

Lubang

Wisata Alam

Sumber Data : BPS Kab. Simalungun

g. Penginapan

Penginapan merupakan jenis tempat tinggal dalam perjalanan dimana orang yang harus tinggal jauh dari rumah lebih dari satu hari keperluan untuk tidur, istrahat, keselamatan, tempat berteduh dan lain-lain. Penginapan dapat dilakukan pada hotel, resor, apartemen, hostel, dan lain-lain.

(25)

bintang 2, bintang 1, serta melati dan penginapan lainnya. Jenis penginapan yang ada di Kelurahan Parapat adalah sebagai berikut :

Tabel 4.15

Jumlah Hotel Berbintang , Melati dan Penginapan di Kelurahan Parapat

No Kategori Nama Hotel

1 Bintang 4 Surya Niagara Indah

2 Bintang 3 Natour Parapat/ Inna Parapat 3 Bintang 2 Atsari Hotel, Parapat view, Patra

Jasa Hotel, Quality Parapat Siantar Hotel, Wisata Bahari. 4 Bintang 1 Danau Toba International

Cottage, Tara Bunga 5 Melati & Penginapan Soloh Jaya, Toba Hotel, Budi

Mulya Hotel, New Cendrawasih, Mars Family Hotel, Star inn, Aek Sere Hotel, I & You, Pandu Lake Side, Sedayu Hotel, Singgalang Hotel, Pelangi Hotel, Toba Nauli

Inn, Lilis Inn, Charlie Inn, Baringin Tua, Wisma Gurning,

Dolly Bunga Low, 0, Samosir Pakpahan Motel, Spadia, Romeos,

Andilo, Pekanbaru, Santai, Elli Bungalow, Saur Losmen, Sondang Inn, Penginapan Happy,

Wisma Riatur. Sumber Data : BPS Kab. Simalungun

4.1.6Dasar Pelaksanaan Kelurahan Parapat

1. UU No.7 tahun 1956 tentang pembentukan daerah otonomi Kabupaten dalam lingkungan Provinsi Sumatera Utara (L.N. RI Tahun 1956 No.58 tambahan LN.No.1992).

2. UU No.32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (LN.RI tahun 2004 No. 126 tambahan LN. No. 4437).

(26)

4. Keputusan Mentri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah No.53 tahun 2000 tentang Gerakan Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga. 5. Keputusan Mentri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah No.64 tahun

1999 tentang Pedoman Umum Pengaturan Mengenai Desa.

6. Peraturan Pemerintah No.72 tahun 2005 tentang Desa (LN.RI tahun 2005 No.1525 tambahan LN.RI.No.4587).

7. Peraturan Pemerintah No.73 tahun 2005 tentang kelurahan (LN.RI. tahun 2005 No.1529, tambahan LN.RI No.4588).

8. Peraturan Dalam Negeri No.13 tahun 2007 tentang penyelenggaraan Perlombaan Desa dan Kelurahan.

9. Peraturan Daerah Kabupaten Simalungun No.17 tahun 2008 tentang Bagan Struktur Kelurahan Kabupaten Simalungun.

10. Keputusan Bupati Simalungun No : 188,45/470/BPMN/2012 tentang penetapan Nagori/ Kelurahan Percontohan PKK Kabupaten Simalungun tahun 2012.

11. Perda Kabupaten Simalungun No.1 tahun 2008 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Simalungun T.A. 2008 (Lembaran Daerah Kabupaten tahun 2008 Nomor seri “D” Nomor 1)

(27)

13. Keputusan Camat Girsang Sipangan Bolon No. 556/717/GSB tanggal 22 Agustus 2011 tentang Penetapan Nagori/Kelurahan Percontohan PKK Kecamatan Girsang Sipangan Bolon tahun 2012.

4.1.7Maksud dan Tujuan

1. Untuk mendorong dan memacu masyarakat agar lebih mengenal dan mengetahui gerakan pelaksanaan 10 program PKK

2. Mendorong masyarakat agar lebih aktif dalam pelaksanaan kegiatan 10 program PKK melalui gerakan PKK.

3. Memasyarakatkan Gotong Royong melalui swadaya masyarakat untuk membangun Nagori/Kelurahan dengan kekuatan sendiri maupun secara bersama-sama.

4. Mendorong dan memacu masyarakat agar lebih menyadari pentingnya 5 (lima) K yaitu:

- Keamanan - Ketertiban - Keindahan - Kebersihan - Kesejukan

4.1.8 Tugas-Tugas yang dilaksanakan

1. Bidang Pemerintahan

a. Menyelesaikan masalah sengketa tanah antar masyarakat.

(28)

c. Penertiban Administrasi Pertahanan. d. Pembuatan laporan Mutasi Mutandis. 2. Bidang Pembangunan

a. Melakukan Penyuluhan terhadap seluruh warga masyarakat Kelurahan Parapat tentang keamanan dan kebersihan lingkungan disetiap lingkungan.

b. Melaksanakan gerakan gotong royong setiap minggu pada hari jumat.

c. Mengawasi pelaksanaan pembangunan yang sumber dananya dari APBD Pemerintah Kabupaten Simalungun dan APBD Pemerintah Provinsi Sumatera Utara maupun pelaksanaan PNPM-VISEW.

3. Bidang Sosial Kemasyarakatan

a. Penyuluhan dan pembinaan program 10 Program PKK kepada masyarakat.

b. Penyuluhan dan Pendidikan Bela Negara.

c. Penyuluhan tentang arti pentingnya tenggang rasa antar pemeluk Agama di Kelurahan Parapat.

d. Penyuluhan Sapta Pesona.

4.1.9. Kondisi Sosial Ekonomi dan BudayaMasyarakat di Kelurahan

Parapat

(29)

pangan dan papan) yang dilakukan dengan berbagai cara dan memiliki proses yang panjang dan berkelanjutan.

Kelurahan Parapat merupakan salah satu daerah tujuan wisata yang ada di Sumatera Utara.Maka hasil ekonomi warga dan mata pencaharian warga sebagian besar berpusat pada bidang pariwisata seperti wiraswasta (penyedia akomodasi pariwisata, makan dan minum wisatawan, transportasi, perantara keuangan, jasa guide dan lain-lain), dari jumlah masyarakat (6.863 jiwa) adalah wiraswasta. Selebihnya adalah bertani, PNS,TNI/POLRI dan lain-lain. Masyarakat Kelurahan Parapat sebagian besar dikategorikan sejahtera karena memiliki rumah yang cukup besar dan terbuat dari beton.Selain itu masyarakat Kelurahan Parapat mayoritas mempunyai usaha sendiri seperti rumah makan, akomodasi penginapan, salon, tempat rekreasi yang memadai.

Penduduk Kelurahan Parapat mayoritas suku batak toba, dan tetap menjalankan kehidupan sehari-hari berdasarkan adat- istiadat dan kebiasaan penduduk.Kehidupan masyarakat kelurahan Parapat sangat kental dengan tradisi-tradisi peninggalan leluhur.Upacara-upacara adat yang berhubungan dengan siklus hidup manusia (lahir-dewasa/berumah tangga-mati), seperti upacara kelahiran, perkawinan dan upacara-upacara yang berhubungan dengan kematian, hamper selalu dilakukan oleh warga masyarakat.

(30)

Secara sosiologis, masyarakat Kelurahan Parapat dikategorikan sehat, karena masyarakat dapat melaksanakan peran dan tugasnya yang telah dipelajari melalui proses sosialisasi, lepas dari soal apakah secara ilmu kesehatan masyarakat atau tidak. Menurut Parson, kesehatan sosiologis seseorang bersifat relatif karena tergantung pada peran yang dijalankan dalam masyarakat.

Sarana transportasi yang paling banyak dipergunakan warga masyarakat adalah angkutan umum (angkot), sepeda motor, bus, dan mobil. Para wisatawan juga pada umumnya jika ingin berkeliling Parapat bisa menggunakan sepeda motor ataupun angkot sebagai alat transportasi.

4.2. Profil Informan

a. Benny Napitupulu, SE

Peneliti cukup mudah menemui informan berikut, dikarenakan tempat tinggal Bapak Benny cukup dekat dengan kios souvenirnya. Bapak Benny berperawakan lumayan gemuk dan berusia 54 tahun. Ia terlihat sangat ramah ketika peneliti memperkenalkan diri dan mengutara4kan maksud dan tujuan dari kedatangan peneliti ke tempat ia berjualan souvenir.

(31)

atau tidak ada perkembangan sama sekali. Ia sangat menyayangkan keindahan Danau Toba yang tidak di kembangkan oleh Pemerintah Daerah setempat.

b. Marudut Panggabean

Informan ini merupakan penduduk asli yang sudah turun temurun berada atau tinggal di Keluarahan Parapat. Bapak Panggabean telah berusia 53 tahun perempuan dan seorang anak laki-laki. Bapak Marudut Panggabean berprofesi sebagai penjual souvenir. Tokonya berukuran 4 x 5 meter yang. Ia sudah menikah dan mempunyai 3 (tiga) orang anak yaitu 2 (dua) orang dinamai dengan “Panggabean Souvenir Shop”.

Ketika peneliti mendatangi Bapak Panggabean, ia terlihat duduk termenung di kiosnya. Kiosnya sangat sepi bahkan tidak ada pengunjung sama sekali. Ia mengatakan bahwa hal ini sudah lumayan lama terjadi. Beberapa tahun belakangan ini wisatawan yang datang ke Parapat sangat sepi.

(32)

Informan juga mengatakan, Pemerintah Daerah Parapat dan Simalungun malah membangun sesuatu yang dianggap kurang penting yaitu gerbang gapura lapangan dan wisma yang ada disitu. Menurutnya, anggaran dana untuk membangun gerbang tersebut lebih baik digunakan untuk pengadaan tong sampah supaya daerah sekitar Danau Toba bebas dari sampah atau dialokasikan untuk memperbaiki jalan yang sudah sangat rusak.

c. Bagus Napitupulu

Informan ini bernama lengkap Bagus Napitupulu, dengan usia 37 Tahun. Ia adalah seorang warga penduduk asli Kelurahan yang berprofesi atau berpartisipasi dalam bentuk penyediaan penginapan dan agent travel dengan nama ” Hotel Toba Nauli (TOBALI) dan PT.Bagus Taxy/Travel”. Usaha ini merupakan usaha turun-temurun yang dilakukan oleh keluarganya. Namun untuk usaha agent travel ia buka sejak 10 (sepuluh) tahun yang lalu.

(33)

kali lipat menjadi Rp.300.000,-. Hal ini sudah menjadi hal yang lazim dan hampir semua hotel melakukan hal tersebut.

d. Eldo Sirait

Informan yang satu ini bernama Eldo Sirait. Ia lahir pada tanggal 06 Desember 1978. Eldo Sirait sudah menikah dan mempunyai 2 (dua) orang anak. Istrinya boru Hutapea. Eldo bekerja sehari-hari menjadi guide. Ia merupakan tamatan dari Akademi Kepariwisataan Medan pada tahun 2011. Setelah ia selesai kuliah, ia di tempatkan bekerja di Malaysia pada bagian perhotelan. Setelah itu ia kembali ke Indonesia dan menjadi guide di Bali dan Bintan. Hingga pada akhirnya kembali ke Parapat dan menjadi guide. Eldo Sirait menguasai bahasa asing terutama bahasa Inggris.

Informan merupakan masyarakat asli Kelurahan Parapat.Ia menjadi guide Parapat sudah hampir 2(dua) tahun.Pada saat peneliti menanyakan seputar perkembangan pariwisata Parapat ia dengan cepat mengatakan bahwa tidak ada perkembangan. Pemerintah sama sekali tidak memperhatikan masyarakat. Eldo sebagai guide tidak pernah di undang dalam musyawarah mengenai perkembangan pariwisata. Ia tidak pernah juga mendapat pelatihan atau arahan dari pemerintah, justru organisasi yang membantunya yaitu OPS (Organisasi Perkapalan Sekitar).

e. Simanjuntak

(34)

sudah menikah dan mempunyai 1 (satu) orang anak. Ia berperawakan kurus dan berusia kurang lebih 43 tahun.

Peneliti cukup mengalami kesulitan dalam mewawancarai informan karena ia sibuk dan pada awalnya tidak mau diwawancarai. Bapak Simanjuntak mengaku sudah lima tahun berjualan mangga dan kelontong di Parapat. Ia membeli mangga dari Siantar sebanyak 7 (tujuh) karung untuk dijual kembali di Parapat. Harga mangga yang di jualnya berkisar Rp 10.000,- sampai dengan Rp 15.000,-. Ia mengaku sering kali mengalami kerugian karena mangga yang tidak laku akan busuk dan tidak bisa dijual lagi.

f. Andre Sinaga

Informan ini bernama Andre Sinaga. Ia bekerja sebagai penjual souvenir. Andre masih cukup muda dan berusia 35 tahun. Ia sudah menikah dan mempunyai anak. Andre merupakan penduduk asli Parapat namun istrinya berasal dari Medan.

(35)

memadai. Jalanan sudah rusak dan berlubang namun tidak di perbaiki oleh Pemerintah.

g. D. Herbet Sinaga

Herber Sinaga merupakan salah satu tokoh adat atau ketua adat yang sangat berpengaruh di Parapat. Beliau sudah berusia 79 tahun. Bapak Herbet mengaku bahwa pada awalnya yang membangun pariwisata di Parapat adalah Oppung (kakek)nya. Sehingga sampai pada hari ini ia masih sering di libatkan dalam rapat (musyawarah) daerah dalam rangka membicarakan pembangunan pariwisata.

Informan mengaku bahwa ia tidak mengecap pendidikan dengan cukup. Ia bahkan tidak tamat SR (Sekolah Rakyat). Tetapi walaupun ia tidak mendapat pendidikan dengan cukup, ia memiliki wawasan yang sangat luas. Ia menguasai tiga bahasa asing selain Bahasa Indonesia dan Bahasa Batak Toba. Bahasa asing yang dikuasainya antara lain Bahasa Inggris, Bahasa Belanda dan Bahasa Jepang.

Proses wawancara dengan Bapak Herbet sangat menyenangkan karena ia suka bercanda, Ia juga sempat menawarkan wawancara dengan peneliti dengan menggunakan Bahasa Inggris. Sesi wawancara dilakukan di rumah beliau pada pagi hari pukul 10.00 Wib. Beliau mengaku sangat senang karena kedatangan peneliti untuk meneliti tentang perkembangan pariwisata di Parapat.

(36)

Informan ini bernama lengkap Parningotan Girsang. Ia merupakan kepala Kelurahan Parapat yang menjabat hingga saat ini.Saat ini bapak Parningotan berusia 53 tahun. Pria berperawakan kurus ini merupakan penduduk asli Kelurahan Parapat. Beliau kini telah berumah tangga dan memiliki 5 (lima) anak perempuan. Istri beliau bernama Pesta Sitorus.

Bapak Parningotan menyatakan bahwa masyarakat Kelurahan Parapat memiliki tingkat kesadaran yang sangat rendah.Sebagian masyarakat memang berperan aktif dalam pembangunan pariwisata.Masyarakat Kelurahan Parapat juga kebanyakan sudah beralih profesi. Yang dulunya ia bekerja sebagai penjual kebutuhan wisatawan sekarang beralih menjadi petani. Hal ini disebabkan karena berkurangnya jumlah wisatawan yang datang berwisata ke Parapat.

Matriks 4.1. Data Informan Berdasarkan Nama, Jenis Kelamin, Suku, Usia, Pekerjaan, Pendidikan Terakhir dan Agama

No N am a Je n is k elam in Suk u U sia/ T ah un P ek erj aan P endi di ka n terk ah ir A gam a

1 Benny Napitupulu

Laki-laki Batak Toba

54 Penjual souvenir

Sarjana Kristen Protestan 2 Marudut

Panggabean

Laki-laki Batak Toba

53 Penjual souvenir

SMA Kristen Protestan 3 Bagus

Napitupulu

Laki-laki Batak Toba

37 Penyedia hotel dan agent travel

Sarjana Kristen Protestan 4 Eldo Sirait Laki-laki Batak

Toba

37 Guide D3 Khatolik 5 Simanjuntak Laki-laki Batak

Toba

43 Penjual warung klontong

SMA Kristen Protestan 6 Andre Sinaga Laki-laki Batak

Toba

35 Penjual souvenir

(37)

Sinaga Toba Protestan 8 Parningotan

Girsang

Laki-laki Batak Toba

53 PNS Sarjana Kristen Protestan

4.3. Penyajian dan Analisis Data

4.3.1. Bentuk-bentuk Partisipasi Masyarakat di Kelurahan Parapat

Partisipasi merupakan sebuah konsep sentral, dan prinsip dasar dari pengembangan masyarakat karena diantara banyak hal partisipasi terkait erat dengan gagasan HAM. Dalam penjelasan ini partisipasi adalah suatu tujuan dalam dirinya sendiri. Artinya partisipasi mengaktifkan ide HAM, hak untuk berpartisipasi dalam demokrasi. Sebagai suatu proses dalam pengembangan masyarakat, partisipasi berkaitan dengan HAM dengan cara lain. Berjalannya proses-proses dalam pengembangan masyarakat secara partisipatif adalah suatu kontribusi signifikan warga negaranya merupakan proses yang diharapkan dan normal dalam suatu upaya pembuat keputusan. Sebagai sebuah tujuan partisipasi menghasilkan pemberdayaan yakni setiap orang berhak menyatakan pendapat dalam pengambilan keputusan yang menyangkut kehidupannya.

(38)

perhotelan, transportasi, penjual souvenir, penyedia makan dan minum (restoran), jasa guiding , menjaga kebersihan lingkungan dan lain-lain. Pada umumnya masyarakat kelurahan Parapat mayoritas terlibat dalam hal ini. Masalah bentuk partisipasi masyarakat yang dilakukan masyarakat dalam pengelolaan wisata alam Danau Toba yang ada dikelurahan Parapat ini juga disampaikan oleh seorang informan peneliti : Benny Napitupulu, Laki-laki 54 tahun.

“Yaaa berjualan produk wisata, menjaga kebersihan lingkungan, menyambut para tamu yang datang....”

Hal tersebut juga senada dengan perkataan dari salah seorang informan peneliti yaitu : Eldo Sirait, laki-laki, 37 tahun.

“saya ini sebagai guide dan partisipasi lainnya bagian penyelamatan wisatawan...”

Hal tersebut juga senada dengan pernyataan informan yaitu Marudut Panggabean, laki-laki, 53 tahun.

“iya.. saya berjualan selain menyambung hidup kan juga sebagai memberikan produk wisata kepada masyarakat. Tidak membuang sampah sembarangan juga”

(39)

Au do mambaen PRDT , au do mencetushon pesta rakyat danau toba.... (Artinya adalahSaya yang mencetuskan PRDT atau Pesta Rakyat Danau Toba....”

Melalui hasil wawancara dilokasi penelitian dengan para informan, diperoleh data bahwa terdapat suatu jawaban atau pandangan yang sama dari para informan mengenai partisipasi mereka dalam pengelolaan wisata alam Danau Toba. Seperti pernyataan yang dikemukakan oleh bapak Bagus Napitupulu (Laki-laki :37 tahun)

“Bisa dibilang saya berpartisipasi dalam bentuk akomodasilah kayaknya ya dek. Soalnya kan saya menyediakan penginapan dan agent travel. Ini sebenarnya usaha keluarga dari dulu yang turun-temurun. Nama penginapan saya TOBALI atau Hotel Toba Nauli dan PT. Bagus Taxy/Travel....”

Matriks 4.2. Bentuk-Bentuk Partisipasi Masyarakat

Bentuk-bentuk Partisipasi Mayarakat Informan

Benny

Napitupulu (54)

1. Menjual Souvenir

2. Menjaga Kebersihan Lingkungan

Informan Marudut

Panggabean (53)

1.Menjual Souvenir

2. Menjaga Kebersihan Lingkungan

Informan Bagus (37)

1. Penyedia penginapan (Hotel)

2. Penyedia Agent Travel ( Transportasi) 3. Menjaga kebersihan lingkungan Informan

Eldo Sirait (37)

1. Sebagai Pemandu wisata (Guide) 2. Menjaga Kebersihan Lingkungan

Informan Herbet Sinaga

1. Sebagai Ketua Adat di Kelurahan Parapat

(40)

4.3.2. Cara Meningkatkan atau Menggerakkan Partisipasi Masyarakat

Kelurahan Parapat

Kondisi-kondisi yang mendorong dan menggerakkan partisipasi adalah sebagai berikut; Pertama, orang akan berpartisipasi apabila mereka merasa bahwa isu atau aktivitas tersebut penting. Cara seperti ini

dapat efektif jika masyarakat sendiri telah mampu menentukan isu atau aksi, dan telah menominasi kepentingannya bukan berdasarkan pada kepentingan orang luar yang memberi tahu mereka apa yang harus dilakukan. Kunci keberhasilan tertumpu pada pengorganisasian masyarakat adalah bagaimana pemilihan isu untuk diurus dalam pengembangan masyarakat. Hal semacam ini menekankan pentingnya bagi seorang pekerja masyarakat untuk membuat definisi akan kebutuhan dan prioritas yang muncul dari pikiran masyarakat itu sendiri, bukan terperangkap dalam mencarinya sendiri serta memaksakannya kepada masyarakat. Hal ini di dukung oleh pernyataan dari informan yaitu bapak Benny yang berpartisipasi di bidang penjualan souvenir.

“ Saya bekerja sebagai penjual souvenir. Ini bisa dikatakan sebagai bentuk dari pengelolaan wisata. Soalnya kan pariwisata bukan hanya soal alam tapi juga produk wisata….” (Benny,Laki-laki 54 tahun)

Hal senada juga diungkapkan oleh Bapak Bagus :

“Saya membuka agent travel sudah hampir sepuluh tahun. Saya merasa apabila dengan adanya agent perjalanan maka tamu pun akan dengan gampang memasuki wilayah Parapat ini…..” (Bagus, Laki-laki,37 tahun)

Kedua,Orang harus merasa bahwa aksi mereka akan membuat perubahan. Masyarakat mungkin telah menentukan pekerjaan sebagai

(41)

akan membuat perubahan terhadap prospek peluang kerja lokal. Maka akan kecil inisiatif untuk berpartisipasi. Hal ini sesuai dengan pernyataan informan berikut :

“sebenarnya membantu tapi juga kan harus dibarengi dengan perhatian pemerintah. Seperti misalnya sampahlah.. kehadiran aquafarmn itukan merusak Danau Toba. Dulu tahun 85 kita semua ikut dengan dirjen Om dia sangat perhatian sekali mengenai lingkungan hidup dan apa namanya kebersihan di Danau Toba ini biar jangan terkontaminasi dengan sampah, bakteri, kotoran atau oli-oli dari perkapalan. Dulu diadakan tank penampung minyak solar kapal, jeregen dan tempat sampah untuk setiap rumah, entah apa-apa aja. Banyaklah bantuannya tapi sekarang ya udah ngak ada lagi. Saya malas lah apalagi Bupati kita ini perhatiannya cuman ke Raya, semua di distribusikan kesana…..” (Benny, Laki-laki, 54 tahun)

Perlu dibuktikan bahwa masyarakat dapat memperoleh sesuatu yang akan membuat perbedaan dan hal tersebut akan menghasilkan perubahan yang berarti. Masyarakat harus merasa bahwa aksi yang dikerjakan akan membuat perbedaan pada tingkat individu. Masyarakat harus percaya bahwa suatu isu penting dan aksinya dapat menghasilkan sesuatu seperti yang diungkapkan oleh Bapak Marudut Panggabean :

(42)

Ketiga, Berbagai bentuk partisipasi harus diakui dan dihargai. Partisipasi masyarakat sering dipandang sebagai keterlibatan dalam kepengurusan, pertemuan resmi dan prosedur-prosedur lainnya. Proses semacam itu busa saja penting, banyak macam partisipasi masyarakat lain yang sama berharganya. Dalam kisaran luas dari kegiatan-kegiatan pengembangan masyarakat. Ada banyak peran seorang anggota masyarakat dapat dan sebenarnya harus berperan. Hal semacam ini perlu dikenali dan dihargai supaya berbagai variasi aktifitas dipandang sebagai bentuk penting dari partisipasi dan dihargai. Partisipasi masyarakat haruslah sesuatu buat semua orang dan variasi ketrampilan, bakat dan minat orang juga harus diperhitungkan.

Keempat, Orang harus bisa berpartisipasi, dan didukung dalam berpartisipasinya. Hal ini berarti bahwa isu-isu seperti tranportasi,

keamanan, waktu dan lokasi kegiatan serta lingkungan tempat kegiatan dilaksanakan sangatlah penting dan perlu diperhitungkan dalam perencanaan proses-proses yang berbasis masyarakat. Kegagalan melakukan hal tersebut akan berakibat beberapa bagian dari masyarakat (biasanya perempuan dan etnis atau ras minoritas) tidak dapat berpartisipasi, meskipun mereka sangat menginginkannya.

(43)

Bupati kita ini perhatiannya cuman ke Raya, semua di distribusikan kesana”…. ( Benny Napitupulu, 54 tahun)

Pernyataan diatas juga didukung oleh pernyataan dari Ketua Adat di Keluarahan Parapat :

“Bohama dokkonon, Pokoknya so ma sude. Aturanna kan molo adong pandangan yang baik jou on na ma masyarakat. Mari berkumpul membuat bagaimana biar wisata ini makin baik, on daong.. dangadong. Pemerintah tidak pernah menyuluh, mengatur, mengayomi dangadong. Jadi akhirnya tidak seperti tujuan wisata padahal begitu indah kan . Au do mambaen PRDT , au do mencetushon Persakarsa pesta rakyat danau toba. Meledak hape dang di sambut, tahun 2001 mai. Banyak pertunjukan kita bikin...” (Herbet Sinaga, Ketua Adat Parapat)

Artinya adalah :

“Bagaimanalah cara mengatakannya, pokoknya semua berhenti. Seharusnya kan jika ada pandangan yang baik dari pemerintah maka masyarakat dipanggil untuk berkumpul. Mari kita berkumpul membuat bagaimana biar pariwisata ini makin baik, tapi ini tidak ada. Pemerintah tidak pernah menyuluh, mengatur, mengayomi jadi pada akhirnya tidak menjadi tujuan wisata padahal begitu indahkan. Dulu saya yang mencetuskan PRDT ( Pesta Rakyat Danau Toba ). Meledak tapi ngak disambut oleh pemerintah. Itu sekitar tahun 2001....”

(44)

bagi semua. Gaya yang dipaksakan dari luar akan hampir pasti tidak berhasil, dan meskipun bermanfaat dan boleh-boleh saja bagi seorang pekerja masyarakat untuk membuat orang peduli akan kemungkinan cara alternatif dalam melakukan sesuatu, keputusan harus dilakukan oleh masyarakat itu sendiri.

Matriks 4.3. Cara Meningkatkan Partisipasi Masyarakat

Cara Meningkatkan Partisipasi Masyarakat Informan

Andre Sinaga (37)

Adanya penyuluhan dari pemerintah. Melihat dan memperhatikan apa yang kurang di masyarakat.

Informan Benny

Napitupulu (54)

Hal-hal yang dilakukan oleh masyarakat harusnya dibarengi dengan perhatian pemerintah

Informan Marudut

Panggabean (53)

1. Masyarakat harusnya mendapat dukungan dari pemerintah.

2. Pemerintah lokal menampung aspirasi masyarakat sehingga ia merasa idenya diakui dan dihargai.

Informan

Herbet Sinaga (79)

Masyarakat dilibatkan dalam pengambilan keputusan serta menindak lanjuti aspirasi yang telah disampaikan masyarakat.

4.3.3.Faktor Penghambat Partisipasi Masyarakat Kelurahan Parapat

1. Kurangnya dukungan pemerintah

(45)

mungkin tidak dapat diakses secara optimal oleh rakyat.Bahasa yang digunakan oleh staf mungkin bersifat mengintimidasi dan mengasingkan rakyat setempat.Rakyat setempat mungkin ragu-ragu untuk terlibat dalam suatu organisasi.Meraka mungkin melihat suatu perbedaan kekuatan besar antara mereka sendiri dengan anggota suatu organisasi. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara dilokasi penelitian dengan informan, diperoleh data bahwa terdapat suatu jawaban atau pandangan yang sama dari informan. Seperti pernyataan yang dikemukakan oleh Bapak Benny Napitupulu (Laki-laki, 54) :

“Harapan saya maunya pemerintah pedulilah sama Parapat ini karena bagaimanapun pembangunan pariwisata di Simalungun atau Parapat ini sudah ketinggalan kan..Banyak sekarang tempat yang di buka seperti Pasir Putih dan Hotspring di Samosir. Bahkan Samosir itu akan seperti pulau Bali dan Parapat hanya sebagai persinggahan atau pulau transit. Jadi kalau pemerintah tidak mengambil sikap ya ‘good bye’ lah Parapat.Saya sudah malaslah sebenarnya karena pihak pemerintah hanya janji palsu saja. Seperti yang kita tahukan Bupati kita JR Saragih, Ia hanya fokus pada pembangunan di Raya……(Benny Napitupulu,54)

Hal senada juga juga disampaikan oleh salah satu informan yaitu Bapak Panggabean. (Laki-laki,53 tahun) :

(46)

Hal ini sesuai dengan pernyataan salah satu informan peneliti yaitu Bapak Herbet Sinaga, Ketua Adat Kelurahan Parapat.

“Tidak ada topangan dari pemerintah jadi pertunjukan apa yang mau dibuat ngak ada yang menopang....”(Herbet Sinaga, Ketua Adat Parapat)

Posisi struktural orang-orang dalam masyarakat dapat memengaruhi siapa yang berpartisipasi dan siapa yang tidak.Kweit mencatat bahwa pada umumnya orang-orang dengan status sosial ekonomi yang lebih tinggi cenderung lebih berpartisipasi.Orang-orang muda umumnya kurang berpartisipasi dibandingkan orang-orang tua.Pernyataan ini sesuai dengan data yang ditemukan peneliti di lapangan, dimana masyarakat yang berpartisipasi cenderung masyarakat yang mempunyai ekonomi tinggi dan juga masyarakat yang sudah berusia diatas 30 tahun. Kekuatan masyarakat dan modal sosial yang ada dalam masyarakat juga sangat memengaruhi dalam tingkat (kadar) dan efektivitas partisipasi.

2. Kurangnya sinergitas antara pemerintah dan masyarakat

(47)

dan diberi sarana serta media untuk melakukan partisipasi terutama dalam perencanaan, masyarakat tidak menggunakan kesempatan dan peluang tersebut dan tidak menutup kemungkinan persoalannya terletak pada rendahnya keinginan masyarakat untuk berpartisipasi. Hal ini sesuai dengan pernyataan informan peneliti : Parningotan Girsang, laki-laki, 53 tahun.

“Pada dasarnya masyarakat Parapat belum efektif dalam berperan serta. Memang sebagian ada yang baik, sebagian lagi kurang peduli atau kurang merasa ini penting. Masyarakat ini kadang kurang mendukung apa yang dilakukan oleh pemerintah. Kayak ceremonial atau pesta yang dilakukan pemerintah. Padahalkan itu dibuat untuk masyarakat juga....”

Sebagaimana diketahui untuk keperluan pelaksanaan pembangunan tidak jarang pemerintah menciptakan lembaga baru. Namun, dalam kenyataannya jarang dari lembaga ini yang berhasil mengakar dalam kehidupan masyarakat sehingga menjadi tidak dapat berfungsi sebagaimana diharapkan. Disamping itu suasana dan iklim dalam forum yang diciptakan mungkin juga kurang mendukung. Suasana yang terlalu formal seringkali juga membuat komunikasi menjadi macet oleh karena masyarakat terbiasa mengemukakan aspirasi dan pendapat dalam situas ang informal.

(48)

Bukannya mereka tidak mempunyai ide dan aspirasi, tetapi suasana struktural cenderung mendorong mereka mengikuti dan menyetujui apa yang sudah disampaiakan oleh elit dan pimpinannya. Hal ini sesuai dengan pertanyaan yang disampaikan oleh para informan sebagai berikut :

Dulu pernah ada dan diundang. Tetapi sekarang ngak ada lagi. Udah beberapa tahun terakhir ini ngak ada dan saya tidak pernah mendapatkan undangan lagi... Sangat sering. Saya sering itu menyarankan tentang kebersihan parapat ini trus biar dibikinnya entah selamat datang disini seperti di Bali kan?! Entah di bikin patung oppung kita atau tunggal panaluan di kampung Parapat. Jadi orang pun pingin mau berfoto entah dari singapur ada iconnya. Itulah harapan saya...(Benny Napitupulu, Laki-laki, 54 tahun)

Hal serupa juga dikatakan oleh informan berikut :

Saya ngak pernah di undang, sama sekali ngak pernah . Dulukan pernah saya gagasi, dulu kan belum di Raya masih di Siantar kantor Bupati. Kadisnya itu kan layak di tempatkan di Parapat. Coba anda bayangkan Kadis pariwisatanya di Raya, objek kerjanya di Parapat gimanalah jangkauan dia kemari sehari-hari. Apa potensi Parapat itu, apa kekurangan Parapat itu,diakan ngak tau .. orang kantornya di Raya. Dulu pernah ku usulkan dulu masih Jabanten dulu itu alangkah baiknya kantor Dinas Pariwisata itu diletakkan di Parapat karena supaya bias memantau apa kekurangan apa kelebihan apa potensi, iyakan?Jadi orang itu di Kabupaten ya Kabupatenlah. Jadi udah kaku kayaknya...(Marudut Panggabean, Laki-laki, 53 tahun)

(49)

aspirasi dan usulan dari warga masyarakat terganjal oleh kepentinan elit lokal yang mempunyai akses dalam proses pengambilan keputusan. Oleh karena itu, pengambilan keputusan pada tingkat lokal harus melibatkan semua kalangan yang ada dan tidak didominasi oleh elit lokal. Berdasarkan temuan dilapangan, masyarakat Parapat tidak pernah lagi terlibat dalam pengambilan keputusan dalam pengelolaan pariwisata. Hal tersebut disampaikan oleh Herbet Sinaga, ketua adat Kelurahan Parapat.

tidak pernah lagi. Tidak pernah di undang dan tidak pernah ada. Bohama dokkonon, Pokoknya so ma sude. Aturanna kan molo adong pandangan yang baik jou on na ma masyarakat. Mari berkumpul membuat bagaimana biar wisata ini makin baik, on daong.. dangadong. Pemerintah tidak pernah menyuluh, mengatur, mengayomi dangadong. Jadi akhirnya tidak seperti tujuan wisata padahal begitu indah kan . Au do mambaen PRDT , au do mencetushon pesta rakyat danau toba. Meledak hape dang di sambut, tahun 2001 mai. Banyak pertunjukan kita bikin. ... (Herbet Sinaga, Laki-laki, 79 tahun)

Artinya :

Tidak pernah lagi. Tidak pernah diundang dan tidak pernah ada. Bagaiamanalah mengatakannya, pokoknya semua berhenti. Harusnya kan kalau ada pandangan yang baik dari pemerintah, diundanglah masyarakat. Mari berkumpul membuat bagaimana biar wisata ini makin baik, ini tidak ada. Pemerintah tidak pernah menyuluh, mengatur, dan mengayomi. Jadi akhirnya tidak seperti tujuan wisata padahal begitu indah kan.. saya yang membuat PDRT. Saya yang mencetuskan pesta rakyat danau toba. Meledak..tapi tidak disambut, itu tahun 2001. Banyak pertunujukan kita bikin.

(50)

memperindah alam yang sudah indah. Belum efektifnya pengelolaan objek wisata Danau Toba di Parapat disebabkan karena anggapan masyarakat Parapat bahwa pemerintahlah yang mempunyai peran penting dalam melaksanakan pembangunan pariwisata. Padahal partisipasi masyarakat juga tidak kalah penting dalam pelaksanaan pembangunan pariwisata. Pemerintah dan masyarakat harus saling bantu membantu dalam meningkatkan pariwisata di Parapat.

3. Karakteristik Masyarakat Parapat

Karakteristik masyarakat yang ramah tamah sangat diperlukan dalam mendukung perkembangan daerah tujuan wisata. Aspek ini menjadi sangat penting karena pada umumnya wisatawan yang datang ingin merasakan suasana yang nyaman yang salah satunya didapatkan melalui interaksi yang menyenangkan antara masyarakat setempat dengan wisatawan itu sendiri.

(51)

setempat. Hal itu senada dengan pernyataan informan peneliti yaitu Herbet Sinaga, Ketua Adat, 79 tahun yang menjelaskan tentang realita tersebut:

“Jadi banyak permasalahnnya ini. Masyarakat kita tidak pantas dan tidak mampu berdomisili di Daerah tujuan wisata. Itu satu kemudian perilaku. Perilaku masyarakat tidak pantas jadi pelayan yang baik kepada wisatawan. Lalu sesuai dengan pembangunan modernisasi sekarang tidak ada bantuan dari pemerintah untuk memperindah yang sudah indah....”(Herbet sinaga, laki-laki, 79 tahun)

4. Infrastruktur yang Kurang Memadai

Infrastuktur pariwisata merupakan suatu kelengkapan wisata yang berfungsi sebagai fasilitas masyarakat dalam menjalankan aktivitas dan fungsinya. Infrastruktur wisata dapat juga disebut dengan kualitas wisata. Infrastruktur pariwisata mencakup kondisi jalan yang baik, taman, listrik, air, pelayanan keamanan, pelayanan kesehatan, komunikasi dan kendaraan umum.

Parapat sebagai daerah tujuan wisata harusnya mempunyai kualitas wisata yang baik. Namun pada kenyataannya, infrastuktur di kelurahan Parapat masih sangat minim dan kurang memadai. Hal ini sesuai dengan pernyataan informan berikut :

(52)

Matriks 4.4. Faktor Penghambat Partisipasi Masyarakat

Faktor Penghambat Partisipasi Masyarakat Informan

Benny

Napitupulu (54)

1. Pemerintah kurang peduli dengan pariwisata di Parapat

2. Masyarakat menganggap pemerintah hanya berjanji palsu sehingga masyarakat mulai malas dalam berpartisipasi.

3. Masyarakat tidak pernah di undang dalam musyawarah

4. Aspirasi atau ide masyarakat tidak ditindak lanjuti.

Informan Marudut

Panggabean (53)

1. Masyarakat mengangap pemerintah tidak mempunyai kemampuan dalam mengelola pariwisata

2. Masyarakat tidak pernah diundang dalam musyawarah

Informan Parningotan Girsang (53)

Masyarakat enggan untuk ikut berpartisipasi walaupun sudah dilakukan sosialisasi.

Informan

Herbet Sinaga (79)

1. Masyarakat tidak dilibatkan dalam pengambilan keputusan serta pemerintah tidak menindaklanjuti aspirasi yang telah disampaikan masyarakat.

2. Masyarakat tidak pernah diikutkan dalam musyawarah desa dalam pengembangan pariwisata

3. Tidak adanya topangan dari pemerintah

4. Kemauan masyarakat untuk berpartisipasi rendah (tidak mempunyai kemampuan melayani wisatawan dengan baik).

4.3.4. Pengelolaan Sumber Daya di kelurahan Parapat

(53)

sangat indah di tengah-tengah danau yaitu pulau samosir. Parapat memiliki 11 lokasi wisata alam dan 1 lokasi agrowisata. Karena danau toba merupakan pusat tujuan wisata di Sumatera Utara hendaknya pengelolaan pariwisata ditingkatkan atau di maksimalkan. Keefektifan peran serta masyarakat sangat diperlukan dalam hal ini seperti penuturan informan berikut ini : Parningotan Girsang (Laki-laki, 53 tahun)

“Pada dasarnya masyarakat Parapat belum efektif dalam berperan serta. Memang sebagian ada yang baik, sebagian lagi kurang peduli atau kurang merasa ini penting. Masyarakat ini kadang kurang mendukung apa yang dilakukan oleh pemerintah. Kayak ceremonial atau pesta yang dilakukan pemerintah. Padahalkan itu dibuat untuk masyarakat juga....”

Pengelolaan sumber daya merupakan pembangunan masyarakat untuk mengontrol dan mengelola sumber daya produktif. Melalui pengelolaan ini dimungkinkan warga masyarakat dapat memenuhi kebutuhan individu maupun kebutuhan kolektif. Seperti pernyataan informan berikut ini : Marudut Panggabean (Laki-laki, 53 tahun)

iya.. saya berjualan selain menyambung hidup kan juga

sebagai memberikan produk wisata kepada masyarakat.

Pada masyarakat Parapat, pengelolaan sumber daya alam (pariwisata) dapat menopang keberlangsungan hidup. Sebagaimana mayoritas masyarakat Parapat menggantungkan hidupnya pada bidang pariwisata seperti penyedia atraksi wisata air (banana boot, speda air, speedboat, dll) , penyedia akomodasi, makan dan minum, dan lain sebagainya. Partisipasi masyarakat dalam keseluruhan proses pembangunan menjadi sangat sentral.

(54)

Salah satu faktor yang dapat digunakan untuk melihat penekanan pada aspek manusia dan masyarakat dalam konsep pembangunan masyarakat adalah pemahamannya sebagai proses perubahan, perubahan yang diharapkan tentunya perubahan kemajuan. Perubahan kemajuan tersebut dapat dilihat dari peningkatan taraf hidup atau kesejahteraan masyarakat.

Parapat sebagai daerah pariwisata seharusnya seharusnya mendapat perubahan secara terus menurus demi perubahan kemajuan. Namun dalam hal ini, pembangunan pariwisata di Parapat sangat monoton. Hal ini disampaikan oleh informan : Benny Napitupulu (Laki-laki, 54 tahun)

Harapan saya maunya pemerintah pedulilah sama Parapat ini karena bagaimanapun pembangunan pariwisata di Simalungun atau Parapat ini sudah ketinggalan kan.. Banyak sekarang tempat yang di buka seperti Pasir Putih dan Hotspring di Samosir. Bahkan Samosir itu akan seperti pulau Bali dan Parapat hanya sebagai persinggahan atau pulau transit. Jadi kalau pemerintah tidak mengambil sikap ya ‘good bye’ lah Parapat. Saya sudah malaslah sebenarnya karena pihak pemerintah hanya janji palsu saja. Seperti yang kita tahukan Bupati kita JR Saragih, Ia hanya fokus pada pembangunan di Raya. maunya pemerintah tidak hanya terpusat di Raya tetapi juga di Parapat. Terus maunya sih kesian Batak atau tari-tarian di kembangkan lagi. Dulu ada itu acara kesenian batak di hotel-hotel besar disini kayak di Niagara tetapi skarang mana ada lagi Cuma live music , dangdut, itulah sekarang yang ada. Disini bisa dikatakan monoton lah tidak ada perkembangan dan pembangunan pun ngak ada.

Hal senada juga disampaikan oleh Marudut Panggabean (Laki-laki, 53 tahun)

(55)

Hal yang sama juga disampaikan oleh informan berikut ini : Herbert Sinaga, Laki-laki, 79 tahun .

“Soadong.. ahama pembangunan di Parapat. Tidak ada perkembangan. Tetap monoton . Pokoknya tidak ada yang namanya pembangunan dan sangat memprihatinkan...aha i bangun so adong. Program pemerintah tidak jelas. Di promosikan pun tidak pernah. Kan ikkon ijual do keindahan, i perindah dohot dohot dijual. On dangadong, haro dalan dang hasea, ise ma naro tuson. Domestik aja tidak senang datang ke parapat karena keadaan jalannya tidak memadai. Buat apa dibangun keramba, saya saja sudah 24 tahun pulang dari rantau tidak pernah mandi sekalipun di danau toba. Alana nunnga kotor. Dang toho be aek lao pamandion.Artinya adalah (tidak ada, tidak ada perkembangan tetap monoton.Pokoknya tidak ada yang namanya pembangunan dan sangat memprihatinkan. Apa yang dibangun tidak ada. Program pemerintah tidak jelas, dipromosikan pun tidak pernah. Sedangkan jalan aja rusak, siapalah yang mau datang kesini.Domestik aja tidak senang datang ke parapat karena keadaan jalannya tidak memadai. Buat apa dibangun keramba, saya saja sudah 24 tahun pulang dari rantau tidak pernah mandi sekalipun di danau toba.Karena sudah kotor. Ngak bagus lagi airnya untuk dimandikan.

BAB V

(56)

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan uaraian-uraian yang telah dikemukakan oleh penulis, dimulai dari bab I sampai dengan bab IV, banyak hal yang telah ditemukan oleh penulis baik masalah teoritis ataupun masalah teknis yang berkaitan dengan judul yang telah diteliti oleh penulis maupun kesimpulan dari hasil pengolahan data dan wawancara terhadap masyarakat, ketua adat, dan kepala Kelurahan Parapat di Kelurahan Parapat maka diperoleh kesimpulan yaitu :

Pertama, Pada masyarakat Kelurahan Parapat terdapat beberapa

bentuk partisipasi masyarakat sebagai berikut : (1)Partisipasi yang terorganisasi, yaitu partisipasi yang terjadi bila suatu struktur organisasi dan seperangkat tata kerja dikembangkan atau dalam proses persiapan. Pada masyarakat kelurahan Parapat bentuk partisipasi ini seperti bentuk partisipasi dalam penyedian akomodasi perhotelan, Transportasi, penjual souvenir, penyedia makan dan minum (restoran), jasa guiding dan lain-lain. (2)Partisipasi tidak terorganisasikan, yaitu partisipasi yang terjadi karena peristiwa temporer seperti bencana alam dan kebakaran.

(57)

kelompok atau masyarakat sebagai suatu kesatuan dapat disebut partisipasi kolektif, sedangkan keterlibatan individual dalam kegiatan kelompok dapat disebut partisipasi individual. Tingkat partisipasi masyarakat kelurahan Parapat di bidang pariwisata tergolong rendah dikarenakan tidak adanya topangan dari pemerintah dan juga berkurangnya jumlah wisatawan yang berkunjung menyebabkan masyarakat mengalami penurunan pendapatan dari bidang pariwisata sehingga menyebabkan beberapa masyarakat lebih memilih beralih profesi menjadi petani.

Kedua,Kondisi-kondisi yang mendorong dan menggerakkan

partisipasi adalah sebagai berikut; orang akan berpartisipasi apabila mereka merasa bahwa isu atau aktivitas tersebut penting. Cara seperti ini dapat

(58)

Ketiga, Dalam uraian sebelumnya telah dinyatakan bahwa partisipasi masyarakat boleh dikatakan merupakan unsur yang mutlak dalam pelaksanaan strategi pengelolaan sumber daya berbasis komunitas. Melalui pendekatan tersebut, banyak terdengan permasalahan bahwa pemerintah atau penguasa seringkali terlalu memaksakan program yang sudah dirancang secara terpusat tanpa melakukan konsultasi dengan masyarakat yang akan menjadi sasaran program. Dipihak lain juga ditemukan kenyataan bahwa walaupun sudah dibuka kesempatan kepada masyarakat dan diberi sarana serta media untuk melakukan partisipasi terutama dalam perencanaan, masyarakat tidak menggunakan kesempatan dan peluang tersebut dan tidak menutup kemungkinan persoalannya terletak pada rendahnya keinginan masyarakat untuk berpartisipasi.

Sebagaimana diketahui untuk keperluan pelaksanaan pembangunan tidak jarang pemerintah menciptakan lembaga baru. Namun, dalam kenyataannya jarang dari lembaga ini yang berhasil mengakar dalam kehidupan masyarakat sehingga menjadi tidak dapat berfungsi sebagaimana diharapkan. Disamping itu suasana dan iklim dalam forum yang diciptakan mungkin juga kurang mendukung. Suasana yang terlalu formal seringkali juga membuat komunikasi menjadi macet oleh karena masyarakat terbiasa mengemukakan aspirasi dan pendapat dalam situas ang informal.

(59)

dalam forum yang juga dihadiri oleh pimpinan dan elit lokal. Bukannya mereka tidak mempunyai ide dan aspirasi, tetapi suasana struktural cenderung mendorong mereka mengikuti dan menyetujui apa yang sudah disampaiakan oleh elit dan pimpinannya.

Dorongan untuk berpartisipasi bagi warga masyarakat sering dipengaruhi oleh masa lalu. Apabila warga masyarakat memilik kesan bahwa apa yang mereka sampaikan dalam berbagai forum untuk mengidentifikasi masalah dan kebutuhan ternyata kemudian tidak menetas menjadi program yang akan dilaksanakan, maka kenyataan itu akan membuat warga masyarakat menjadi segan untuk berpatisipasi dalam hal yang sama untuk periode berikutnya. Pada tingkat lokal tidak jarang ide, aspirasi dan usulan dari warga masyarakat terganjal oleh kepentinan elit lokal yang mempunyai akses dalam proses pengambilan keputusan. Oleh karena itu, pengambilan keputusan pada tingkat lokal harus melibatkan semua kalangan yang ada dan tidak didominasi oleh elit lokal.

Keempat, masyarakat kelurahan Parapat yang masih tetap berpartisipasi dalam pengelolaan wisata seperti penjual souvenir, agent travel, bidang penginapan/perhotelan, guide tidak mendapat dukungan penuh dari pemerintah daerah setempat. Masyarakat ini tidak pernah mendapat sosialisasi dari pemerintah, bahkan pemerintah tidak pernah mengontrol atau memeriksa apa yang menjadi kendala bagi masyarakat yang berpartisipasi akibatnya masyarakat menjadi cuek.

Kelima, Pemerintah Daerah setempat tidak melakukan pembangunan.

(60)

hanya memusatkan pembangunan di Raya dan cenderung mengabaikan Parapat sebagai daerah wisata.

Keenam, hadirnya PT.Aquafarm dan keramba-keramba menyebabkan

kerusakan alam Danau Toba. Air Danau Toba menjadi kotor dan tidak layak konsumsi lagi. Hal ini menyebabkan menurunnya jumlah wisatawan yang datang berkunjung. PT. Aquafarm yang dianggap oleh pemerintah setempat akan membantu masyakat dan juga sumber APBD justru merusak keindahan alam Danau Toba.

Ketujuh,Tidak adanya pembangunan yang dilakukan oleh Pemerintah

Daerah untuk memperbaiki Pariwisata Danau Toba membuat masyarakat enggan dan malas dalam mengelola alam ataupun memperindah alam yang sudah indah. Belum efektifnya pengelolaan objek wisata Danau Toba di Parapat disebabkan karena anggapan masyarakat Parapat bahwa pemerintahlah yang mempunyai peran penting dalam melaksanakan pembangunan pariwisata. Padahal partisipasi masyarakatjuga tidak kalah penting dalam pelaksanaan pembangunan pariwisata. Pemerintah dan masyarakat harus saling bantu membantu dalam meningkatkan pariwisata di Parapat.

5.2. Saran

(61)

daerah Parapat. Pembangunan seperti perbaikan jalan, pengadaan tong sampah dan lain sebagainya harus dikembangkan. Masyarakat juga harus lebih bersikap ramah kepada wisatawan. Masyarakat dan pemerintah harus bersyukur karena dianugrahi tempat yang sangat indah. Oleh karena itu, masyarakat dan pemerintah harus saling bekerja sama dalam memperindah alam Danau Toba.

DAFTAR PUSTAKA

(62)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Partisipasi Masyarakat

2.1.1. Pengertian Partisipasi Masarakat

Partisipasi berasal dari bahasa Inggris yaitu participation, take a part artinya peran serta atau ambil bagian dalam kegiatan bersama-sama dengan orang lain. Partisipasi masyarakat dalam pembangunan merupakan bagian yang integral yang harus ditumbuhkembangkan yang pada akhirnya akan menumbuhkan rasa memiliki (sense of belonging) rasa tanggung jawab.

Menurut Sutrisno dalam Salladien (2009) partisipasi adalah dukungan masyarakat terhadap rencana atau proyek pembangunan yang dirancang dan tujuannya ditentukan oleh perencana. Partisipasi masyarakat dalam pembangunan, merupakan kerja sama yang erat antara perencana dan rakyat dalam merencanakan, melaksanakan, melestarikan dan mengembangkan hasil pembangunan yang telah dicapai.

(63)

modal dan atau materi, serta ikut memanfaatkan dan menikmati hasil -hasil pembangunan (I Nyoman Sumaryadi, 2010: 46).

Berbicara tentang partisipasi masyarakat dalam pembangunan, orang akan menemukan rumusan pengertian yang cukup bervariasi. Mikkelsen dalam Soetomo (2010), menginventarisasi adanya enam tafsiran dan makna yan berbeda tentang partisipasi. Pertama, partisipasi adalah kontribusi sukarela dari masyarakat kepada proyek tanpa ikut serta dalam pengambilan keputusan. Kedua, partisipasi adalah usaha membuat masyarakat semakin peka dalam meningkatkan kemauan menerima dan kemampuan menanggapi proyek-proyek pembangunan. Ketiga, partisipasi adalah proses yang aktif, yang mengandung arti bahwa orang atau kelompok terkait mengambil nisiatif dan menggunakan kebebasannya untuk melakukan hal itu. Keempat partisipasi adalah pemantapan dialog masyarakat setempat dengan para staf dalam melakukan persiapan pelaksanaan dan monitoring proyek agar memperoleh informasi mengenai konteks lokal dan dampak-dampak sosial. Kelima partisipasi adalah keterlibatan sukarela oleh masyarakat dalam perubahan yang ditentukannya sendiri. Keenam partisipasi adalah keterlibatan masyarakat dalam pembangunan diri kehidupan dan lingkungan mereka.

(64)

masyarakat dalam suatu proses pembangunan yang didorong oleh determinasi dan kesadaran tentang keterlibatannya tersebut. Apabila yang muncul hanya unsur keterlibatan dan tidak didorong oleh determinsi dan kes

Gambar

Gambar 5. Hotel inna Parapat
Gambar 9. Masyarakat yang bergotong royong membersihkan jalan
Tabel Prasarana Umum Berdasarkan Luas Wilayah Tabel 4.2
Tabel 4.4.
+7

Referensi

Dokumen terkait

(4) menyusun strategi pengembangan pariwisata agar dapat meningkatkan pendapatan masyarakat dan pemerintah daerah di sekitar obyek wisata Danau Toba. Metode penelitian yang

Sesuai dengan judul penelitian maka yang menjadi fokus penelitian adalah Pengaruh Kunjungan Wisatawan Terhadap Penghasilan Kegiatan Usaha Warga Masyarakat di

Permasalahan dalam penelitian ini adalah banyaknya anak yang putus sekolah dan tersangkut kenakalan remaja serta tidak mendapatkan pendidikan yang layak dikarenakan

Dari hasil penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa peran Partai Politik Demokrat dalam meningkatkan partisipasi politik masyarakat di Desa Sipangan Bolon sudah

(4) menyusun strategi pengembangan pariwisata agar dapat meningkatkan pendapatan masyarakat dan pemerintah daerah di sekitar obyek wisata Danau Toba. Metode penelitian yang

Secara empiris hasil pengolahan data diperoleh informasi dari responden terdapat skor rata-rata variabel nilai-nilai kearifan lokal yang berwujud terdapat kategori

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk memperkaya penelitian-penelitian sejenis yang telah ada yang bisa dijadikan perbandingan dengan

Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang telah ditetapkan, adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut : Untuk mengetahui strategi apa yang akan dilakukan oleh