• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Antara Perilaku dengan Intensitas Infeksi Soil Transmitted Helminths pada Siswa-Siswi SD Negeri 040470 Desa Lingga Julu Kabupaten Karo Tahun 2014

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan Antara Perilaku dengan Intensitas Infeksi Soil Transmitted Helminths pada Siswa-Siswi SD Negeri 040470 Desa Lingga Julu Kabupaten Karo Tahun 2014"

Copied!
100
0
0

Teks penuh

(1)

LAMPIRAN 1

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Theodora Purba

Tempat/Tanggal Lahir : Sidikalang, 9 April 1992

Agama : Kristen Protestan

Jenis Kelamin : Perempuan

Alamat : Jalan Harmonika 88A, Pasar 1 – Padang Bulan Riwayat Pendidikan : 1. SD ST Yosef Sidikalang

2. SMP Negeri 1 Sidikalang 3. SMA Negeri 2 Balige

4. Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Riwayat Organisasi : -

(2)

LAMPIRAN 2

KUESIONER PENELITIAN

Hubungan Antara Perilaku dengan Intensitas Infeksi Soil Transmitted Helminths pada Siswa-Siswi SD Negeri 040470 Desa Lingga Julu Kabupaten

Karo Tahun 2014

I. Identitas Responden

Nama : Umur : Jenis Kelamin : Kelas :

II. Pertanyaan Penelitan I. Pengetahuan

1. Apa yang adik ketahui tentang penyakit kecacingan?

a. Terdapatnya satu atau lebih cacing dalam tubuh manusia b. Terdapatnya cacing dalam tanah

c. Terdapatnya cacing dalam makanan

2. Melalui apakah telur cacing dapat masuk ke dalam tubuh? a. Kulit tangan

b. Kulit kaki c. Mulut

3. Bagaimanakah cara kita mengetahui bila seseorang menderita kecacingan? a. Pemeriksaan dahak

b. Pemeriksaan kotoran/ tahi c. Pemeriksaan darah

4. Bersama dengan apakah telur cacing dikeluarkan dari tubuh manusia? a. Kotoran/tahi

(3)

5. Bagaimanakah gejala seseorang yang menderita kecacingan? a. Muntah dan pilek

b. Tidak selera makan, mencret dan berat badan berkurang c. Muntah

6. Menurut adik, berapa kalikah dalam setahun adik perlu minum obat cacing? a. 3x setahun

b. 2x setahun c. 1x setahun

7. Menurut adik, bagaimanakah penyakit cacingan dapat ditularkan kepada seseorang?

a. Melalui makanan kotor dan tidak pakai alas kaki b. Melalui pakaian kotor dan kuku kotor

c. Melalui daging yang matang

8. Kapan sebaiknya kita memotong kuku? a. Setiap kali kuku panjang dan mulai kotor b. 2x seminggu

c. Setiap hari

9. Menurut adik kapan sebaiknya adik mencuci tangan? a. Sebelum makan dan setelah buang air besar b. Sebelum makan

c. Setelah buang air besar

10.Seseorang dapat terhindar dari penyakit kecacingan apabila: a. Menjaga kebersihan diri dan lingkungan

b. Makan makanan bergizi c. Tidak makan ikan asin

II. Sikap

1. Cacing biasanya berkembang biak di usus. a. Sangat setuju

(4)

2. Memelihara kebersihan diri dan lingkungan dapat mengurangi kecacingan pada anak.

a. Sangat setuju b. Kurang setuju c. Tidak setuju

3. Memotong kuku dengan teratur dapat mencegah kecacingan. a. Sangat setuju

b. Kurang setuju c. Tidak setuju

4. Kecacingan bisa timbul karena menggunakan alas kaki jika keluar rumah. a. Sangat setuju

b. Kurang setuju c. Tidak setuju

5. Cacingan tidak berbahaya karena cacingan merupakan penyakit yang banyak di masyakat.

a. Sangat setuju b. Kurang setuju c. Tidak setuju

6. Pengobatan penyakit kecacingan dapat dilakukan di sekolah. a. Sangat setuju

b. Kutang setuju c. Tidak setuju

7. Kecacingan dapat mengakibatkan badan kurus dan malas belajar. a. Sangat setuju

b. Kurang setuju c. Tidak setuju

8. Setiap orang yang cacingan apabila tidak diobati akan dapat menularkan kecacingan pada orang lain.

(5)

9. Jajan sembarangan tidak akan menyebabkan kecacingan. a. Sangat setuju

b. Kurang setuju c. Tidak setuju

10.Pencegahan kecacingan adalah tanggung jawab semua anggota keluarga. a. Sangat setuju

b. Kurang setuju c. Tidak setuju

III. Tindakan

1. Adik mencuci tangan pakai sabun sebelum dan sesudah makan a. Selalu

b. Kadang-kadang c. Tidak pernah

2. Adik menggunakan toilet/ WC apabila buang air besar a. Selalu

b. Kadang-kadang c. Tidak pernah

3. Adik selalu membersihkan kuku dan menggunting kuku adik secara teratur (sedikitnya 1 minggu sekali)

a. Selalu

b. Kadang-kadang c. Tidak pernah

4. Adik suka menggigit kuku a. Selalu

b. Kadang-kadang c. Tidak pernah

5. Adik menggunakan sandal/sepatu apabila keluar rumah a. Selalu

(6)

6. Adik mencuci tangan menggunakan sabun sesudah buang air besar a. Selalu

b. Kadang-kadang c. Tidak pernah

7. Adik minum obat cacing secara teratur 2x setahun a. Selalu

b. Kadang-kadang c. Tidak pernah

8. Apakah adik suka jajan di sembarang tempat/ langsung beli tanpa melihat kebersihannya?

a. Selalu

b. Kadang-kadang c. Tidak pernah

9. Adik mencuci buah-buahan sebelum di makan a. Selalu

b. Kadang-kadang c. Tidak pernah

10. Apakah adik mencuci tangan setelah main tanah? a. Selalu

(7)

LAMPIRAN 3

LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN

Salam Sejahtera,

Saya, Theodora Purba, yang sedang menjalani Pendidikan Kedokteran di Universitas Sumatera Utara. Saya sedang mengadakan penelitian yang berjudul “Hubungan Antara Perilaku dengan Intensitas Infeksi Soil Transmitted Helminths Pada Siswa Siswi SD Negeri 040470 Desa Lingga Julu Kabupaten Karo Tahun 2014.”

Dalam penelitian ini, adapun langkah penelitian saya adalah sebagai berikut: 1. Penjelasan singkat kepada orang tua/ wali siswa- siswi SD Negeri 040470 Desa Lingga Julu dan persetujuan tertulis bagi adik yang disetujui untuk ikut dalam penelitian ini.

2. Adik akan diwawancarai selama 15 menit mengenai identitas (nama, jenis kelamin, usia, dan pendidikan) dan beberapa pertanya untuk menilai perilaku.

3. Selanjutnya adik akan diberikan tempat/ pot untuk menampung tinja/ tahi/ kotoran hasil Buang Air Besar. Perlu diperhatikan tinja yang dimasukkan dalam tempat/ pot yang diberikan adalah tinja adik sendiri, bukan tinja orang tua atau saudara.

4. Tinja yang diperoleh akan saya teliti di laboratorium Parasitologi Fakultas Kedokteran USU untuk melihat tingkat keparahan kecacingan pada Adik.

Partisipasi Adik dalam penelitian ini bersifat sukarela dan tanpa dikenakan biaya apapun. Apabila Adik membutuhkan penjelasan lebih lanjut, maka dapat menghubungi saya :

Nama : Theodora Purba

(8)

No. Hp : 08535870048

Terima kasih atas keikutsertaan Adik pada penelitian ini. Partisipasi Adik sangat saya hargai dan akan menyumbangkan sesuatu yang berguna bagi ilmu pengetahuan.

Medan, ………..2014 Peneliti,

110100267

(9)

LAMPIRAN 4

LEMBAR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN (INFORMED CONSENT)

Lingga Julu, Agustus 2014

Dengan hormat,

Saya, Bapak/ Ibu……….……..yang merupakan wali/ orangtua dari: Nama:

Kelas:

dengan ini memberikan persetujuan pada anak saya untuk ikut dalam penelitian Karya Tulis Ilmiah (KTI) yang berjudul “Hubungan Antara Perilaku dengan Intensitas Infeksi Soil Transmitted Helminths Pada Siswa Siswi SD Negeri 040470

Desa Lingga Julu Kabupaten Karo Tahun 2014.” dilakukan oleh Saudari Theodora Purba, mahasiswa FK USU 2011 NIM 110100267 setelah diberikan penjelasan singkat mengenai penelitian yang akan dilakukan di sekolah anak kami di SDN 040470 Desa Lingga Julu.

Demikianlah surat ini kami sampaikan untuk dipergunakan dengan semestinya.

Hormat kami,

(10)

LAMPIRAN 5 DATA INDUK

Hasil Uji Validitas Pengetahuan

Correlations

P1 P3 P4 P5 P7 P8 P9 P10 TOTAL

P1 Pearson Correlation

1 .172 .288 .294 .048 .172 .172 .468** .561**

Sig. (2-tailed) .308 .084 .078 .776 .310 .310 .003 .000

N 37 37 37 37 37 37 37 37 37

P3 Pearson Correlation

.172 1 .137 .228 -.055 -.032 .228 .181 .412*

Sig. (2-tailed) .308 .420 .174 .748 .853 .174 .284 .011

N 37 37 37 37 37 37 37 37 37

P4 Pearson Correlation

.288 .137 1 .488** .183 .358* .488** .434** .707**

Sig. (2-tailed) .084 .420 .002 .277 .029 .002 .007 .000

N 37 37 37 37 37 37 37 37 37

P5 Pearson Correlation

.294 .228 .488** 1 .098 .315 .178 .536** .672**

Sig. (2-tailed) .078 .174 .002 .563 .058 .292 .001 .000

P7 Pearson Correlation

.048 -.055 .183 .098 1 -.027 -.027 .142 .362*

Sig. (2-tailed) .776 .748 .277 .563 .873 .873 .403 .028

N 37 37 37 37 37 37 37 37 37

P8 Pearson Correlation

.172 -.032 .358* .315 -.027 1 .315 .403* .418**

Sig. (2-tailed) .310 .853 .029 .058 .873 .058 .013 .010

N 37 37 37 37 37 37 37 37 37

P9 Pearson Correlation

(11)

Sig. (2-tailed) .310 .174 .002 .292 .873 .058 .420 .001

N 37 37 37 37 37 37 37 37 37

P10 Pearson Correlation

.468** .181 .434** .536** .142 .403* .137 1 .702**

Sig. (2-tailed) .003 .284 .007 .001 .403 .013 .420 .000

N 37 37 37 37 37 37 37 37 37

TOTAL Pearson Correlation

.561** .412* .707** .672** .362* .418** .531** .702** 1

Sig. (2-tailed) .000 .011 .000 .000 .028 .010 .001 .000

N 37 37 37 37 37 37 37 37 37

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

Correlations

P1 P2 TOTAL

P2 Pearson Correlation 1 -.215 .626**

Sig. (2-tailed) .301 .001

N 25 25 25

P6 Pearson Correlation -.215 1 .626**

Sig. (2-tailed) .301 .001

N 25 25 25

TOTAL Pearson Correlation .626** .626** 1 Sig. (2-tailed) .001 .001

N 25 25 25

(12)

Hasil Uji Reliabilitas Pengetahuan

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 37 100.0

Excludeda 0 .0

Total 37 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items

.696 8

Item Statistics

Mean Std. Deviation N

P1 .54 .505 37

P3 .68 .475 37

P4 .68 .475 37

P5 .73 .450 37

P7 .38 .492 37

P8 .73 .450 37

P9 .73 .450 37

(13)

Item-Total Statistics

Scale Mean if Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation

Cronbach's Alpha if Item

Deleted

P1 4.62 3.520 .398 .664

P3 4.49 3.923 .202 .707

P4 4.49 3.257 .611 .613

P5 4.43 3.419 .545 .632

P7 4.78 4.119 .084 .734

P8 4.43 3.697 .363 .672

P9 4.43 3.697 .363 .672

P10 4.46 3.311 .595 .619

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 25 100.0

Excludeda 0 .0

Total 25 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items

(14)

Item Statistics

Mean Std. Deviation N

P1 1.3600 .48990 25

P2 1.3600 .48990 25

TOTAL 2.7200 .61373 25

Item-Total Statistics

Scale Mean if Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation

Cronbach's Alpha if Item

Deleted

P1 4.0800 .993 .280 .758

P2 4.0800 .993 .280 .758

TOTAL 2.7200 .377 1.000 -.549a

(15)

3. Hasil Uji Validitas Sikap

P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 total P1 Pearson

Correlation

1 .183 .393 .203 .160 .045 .387 .486* .377 .200 .559**

Sig. (2-tailed)

.380 .052 .331 .445 .830 .056 .014 .063 .337 .004

N 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25

P2 Pearson Correlation

.183 1 -.013 -.037 -.060 .154 -.003 .325 .391 -.012 .424*

Sig. (2-tailed)

.380 .951 .862 .776 .464 .989 .112 .054 .954 .035

N 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25

P3 Pearson Correlation

.393 -.013 1 .682** .279 .129 .032 .062 .399* .653** .563**

Sig. (2-tailed)

.052 .951 .000 .177 .538 .879 .768 .048 .000 .003

N 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25

P4 Pearson Correlation

.203 -.037 .682** 1 .223 .194 .146 .176 .226 .699** .485*

Sig. (2-tailed)

.331 .862 .000 .284 .353 .487 .400 .277 .000 .014

N 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25

P5 Pearson Correlation

.160 -.060 .279 .223 1 .198 -.047 .182 -.227 .490* .468*

Sig. (2-tailed)

.445 .776 .177 .284 .344 .823 .385 .276 .013 .018

N 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25

P6 Pearson Correlation

.045 .154 .129 .194 .198 1 .073 .061 .114 .122 .488*

Sig. (2-tailed)

.830 .464 .538 .353 .344 .729 .771 .588 .561 .013

(16)

P7 Pearson Correlation

.387 -.003 .032 .146 -.047 .073 1 .579** .238 .085 .439*

Sig. (2-tailed)

.056 .989 .879 .487 .823 .729 .002 .252 .688 .028

N 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25

P8 Pearson Correlation

.486* .325 .062 .176 .182 .061 .579** 1 .398* .351 .655**

Sig. (2-tailed)

1.000 .794 .258 .385 .771 .002 .265 .085 .000

N 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25

P9 Pearson Correlation

.377 .391 .399* .226 -.227 .114 .238 .398* 1 .111 .477*

Sig. (2-tailed)

.063 .054 .048 .277 .276 .588 .252 .049 .598 .016

N 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25

P10 Pearson Correlation

.200 -.012 .653** .699** .490* .122 .085 .351 .111 1 .562**

Sig. (2-tailed)

.337 .954 .000 .000 .013 .561 .688 .085 .598 .003

N 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25

total Pearson Correlation

.559** .424* .563** .485* .468* .488* .439* .655** .477* .562** 1

Sig. (2-tailed)

.004 .035 .003 .014 .018 .013 .028 .000 .016 .003

N 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25

(17)

4. Hasil Uji Reliabilitas Sikap Case Processing Summary

N %

Cases Valid 25 100.0

Excludeda 0 .0

Total 25 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items

.758 10

Item Statistics

Mean Std. Deviation N

P1 2.04 .841 25

P2 2.68 .627 25

P3 2.48 .823 25

P4 2.44 .870 25

P5 2.28 .843 25

P6 2.24 .831 25

P7 2.12 .881 25

P8 2.00 .816 25

P9 2.16 .898 25

(18)

Item-Total Statistics

Scale Mean if Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation

Cronbach's Alpha if Item

Deleted

P1 25.60 22.167 .488 .730

P2 24.96 24.790 .249 .755

P3 25.16 22.223 .495 .730

P4 25.20 22.417 .433 .737

P5 25.36 23.823 .268 .756

P6 25.40 23.833 .273 .755

P7 25.52 22.927 .360 .746

P8 25.64 21.823 .557 .722

P9 25.48 22.260 .433 .737

(19)

5. Hasil Uji Validitas Tindakan

Correlations

p1 p2 p3 p4 p5 p6 p7 p8 p9 total

p1 Pearson Correlation

1 -.085 .019 .595** -.085 .684** .130 .302 .414 .587**

Sig. (2-tailed) .722 .938 .006 .722 .001 .586 .196 .070 .006

N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20

p2 Pearson Correlation

-.085 1 .314 .143 .429 -.182 .327 .169 .145 .460*

Sig. (2-tailed) .722 .178 .548 .059 .444 .159 .476 .542 .042

N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20

p3 Pearson Correlation

.019 .314 1 .157 .314 -.066 .120 .371 .350 .492*

Sig. (2-tailed) .938 .178 .509 .178 .781 .615 .107 .130 .027

N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20

p4 Pearson Correlation

.595** .143 .157 1 .286 .545* .327 .507* .290 .775**

Sig. (2-tailed) .006 .548 .509 .222 .013 .159 .022 .215 .000

N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20

p5 Pearson Correlation

-.085 .429 .314 .286 1 -.182 .436 -.169 .145 .460*

Sig. (2-tailed) .722 .059 .178 .222 .444 .054 .476 .542 .042

N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20

p6 Pearson Correlation

.684** -.182 -.066 .545* -.182 1 .092 .215 .368 .511*

Sig. (2-tailed) .001 .444 .781 .013 .444 .698 .363 .110 .021

N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20

p7 Pearson Correlation

.130 .327 .120 .327 .436 .092 1 .129 .000 .570**

(20)

N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 p8 Pearson

Correlation

.302 .169 .371 .507* -.169 .215 .129 1 .171 .510*

Sig. (2-tailed) .196 .476 .107 .022 .476 .363 .588 .470 .022

N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20

p9 Pearson Correlation

.414 .145 .350 .290 .145 .368 .000 .171 1 .565**

Sig. (2-tailed) .070 .542 .130 .215 .542 .110 1.000 .470 .009

N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20

total Pearson Correlation

.587** .460* .492* .775** .460* .511* .570** .510* .565** 1

Sig. (2-tailed) .006 .042 .027 .000 .042 .021 .009 .022 .009

N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

Correlations

P9 P10 TOTAL

P9 Pearson Correlation 1 .153 .772**

Sig. (2-tailed) .508 .000

N 21 21 21

P10 Pearson Correlation .153 1 .747**

Sig. (2-tailed) .508 .000

N 21 21 21

TOTAL Pearson Correlation .772** .747** 1 Sig. (2-tailed) .000 .000

N 21 21 21

(21)

6. Hasil Uji Reliabilitas Tindakan

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 20 95.2

Excludeda 1 4.8

Total 21 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items

.729 10

Item Statistics

Mean Std. Deviation N

p1 2.4500 .51042 20

p2 2.5000 .60698 20

p3 2.1000 .55251 20

p4 2.5000 .60698 20

p5 2.5000 .60698 20

p6 2.2500 .71635 20

p7 2.0000 .79472 20

p8 2.5000 .51299 20

p9 2.4000 .59824 20

(22)

Item-Total Statistics

Scale Mean if Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation

Cronbach's Alpha if Item

Deleted

p1 39.9500 33.103 .528 .707

p2 39.9000 33.463 .375 .715

p3 40.3000 33.484 .418 .714

p4 39.9000 31.147 .730 .685

p5 39.9000 33.463 .375 .715

p6 40.1500 32.555 .415 .709

p7 40.4000 31.621 .471 .701

p8 39.9000 33.568 .443 .713

p9 40.0000 32.737 .492 .706

total 21.2000 9.116 1.000 .701

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 21 100.0

Excludeda 0 .0

Total 21 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

(23)

Item Statistics

Mean Std. Deviation N

P9 2.10 .625 21

P10 2.43 .598 21

Item-Total Statistics

Scale Mean if Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation

Cronbach's Alpha if Item

Deleted

P9 2.43 .357 .153 .a

P10 2.10 .390 .153 .a

(24)
(25)
(26)
(27)

Kode Kelas Umur Gender Pengetahuan Sikap Tindakan AL TT intensitas STH

FINAL STH

1 3 8 L 6 22 24 45072 48 sedang sedang-berat

2 3 10 L 5 15 24 50520 864 berat sedang-berat

3 3 8 L 3 24 20 21624 1608 sedang sedang-berat

4 3 10 P 8 24 25 168 120 ringan Ringan

5 3 9 P 2 25 24 39792 3960 sedang sedang-berat

6 3 9 L 5 19 29 1944 2040 sedang sedang-berat

7 3 8 L 7 18 27 33648 264 sedang sedang-berat

8 3 8 P 6 24 18 0 144 ringan ringan

9 3 9 L 4 21 21 40416 24 sedang sedang-berat

10 3 9 P 9 24 25 9792 296 sedang sedang-berat

11 3 9 L 5 24 16 2760 216 ringan ringan

12 3 8 L 4 22 21 61224 552 berat sedang-berat

13 3 8 L 5 24 19 96960 2064 berat sedang-berat

14 3 9 P 4 28 21 18336 168 sedang sedang-berat

15 3 8 L 6 20 27 72 1440 sedang sedang-berat

16 3 8 P 6 28 23 4968 1896 sedang sedang-berat

17 3 10 L 6 18 26 9288 432 sedang sedang-berat

18 4 9 L 6 19 19 219 24 ringan ringan

19 4 9 L 8 17 24 7248 192 sedang sedang-berat

20 4 10 L 6 20 28 219 0 ringan ringan

21 4 9 L 5 19 26 6352 168 sedang sedang-berat

22 4 11 L 5 21 23 8088 240 sedang sedang-berat

23 4 8 L 2 24 25 6552 360 sedang sedang-berat

24 4 9 L 8 19 18 0 312 ringan ringan

25 4 9 P 8 27 27 7800 576 sedang sedang-berat

26 4 9 P 5 23 23 408 96 ringan ringan

27 4 11 L 5 28 25 2656 208 ringan ringan

28 4 10 P 4 22 23 40416 672 sedang sedang-berat

29 4 12 P 5 21 24 120 216 ringan ringan

30 4 10 L 4 18 16 11592 288 sedang sedang-berat

31 4 11 P 6 19 25 2904 168 ringan ringan

(28)

33 4 10 L 7 24 22 26856 408 sedang sedang-berat

34 4 9 P 5 19 17 696 0 ringan ringan

35 4 10 P 6 27 25 3312 136 ringan ringan

36 4 12 P 7 19 20 576 120 ringan ringan

37 5 10 L 8 26 23 72 0 ringan ringan

38 5 10 P 6 25 22 456 528 ringan ringan

39 5 10 P 6 20 20 456 528 ringan ringan

40 5 11 L 6 26 23 2592 384 ringan ringan

41 5 11 L 5 23 23 14592 96 sedang sedang-berat

42 5 11 L 5 25 21 384 288 ringan ringan

43 5 10 L 6 24 24 3120 216 ringan ringan

44 5 13 L 4 27 25 6048 0 sedang sedang-berat

45 5 11 P 4 21 26 0 192 ringan ringan

46 5 9 P 9 30 26 3936 192 ringan ringan

47 5 10 P 7 28 20 1896 112 ringan ringan

48 5 10 L 3 26 19 112 0 ringan ringan

49 5 10 L 7 25 19 0 192 ringan ringan

50 5 11 P 5 25 20 24024 408 sedang sedang-berat

51 5 10 P 5 26 22 34056 1568 sedang sedang-berat

52 5 12 L 4 16 25 8432 1136 sedang sedang-berat

53 5 11 P 6 22 19 228 0 ringan ringan

54 5 10 P 5 28 29 0 48 ringan ringan

55 5 10 L 5 22 21 1208 328 ringan ringan

56 5 11 P 5 27 29 6048 432 sedang sedang-berat

57 5 10 P 4 25 23 96 168 ringan ringan

58 6 11 L 9 24 24 0 480 ringan ringan

59 6 14 L 6 20 18 1080 480 ringan ringan

60 6 12 L 6 23 25 216 408 ringan ringan

61 6 11 L 5 27 28 4728 264 ringan ringan

62 6 11 P 4 26 23 108 0 ringan ringan

63 6 11 L 8 27 21 4320 72 ringan ringan

64 6 11 P 8 24 27 0 216 ringan ringan

65 6 14 L 4 22 22 2304 0 ringan ringan

(29)

67 6 11 L 4 24 25 1680 96 ringan ringan

68 6 11 L 5 26 25 1008 72 ringan ringan

69 6 12 P 5 20 19 29064 0 sedang sedang-berat

70 6 13 L 4 27 20 43344 336 sedang sedang-berat

71 6 12 L 4 28 25 5748 540 sedang sedang-berat

72 6 12 P 4 24 21 144 216 ringan ringan

73 6 12 P 7 25 25 6984 96 sedang sedang-berat

74 6 11 L 7 26 24 160 0 ringan ringan

75 6 12 P 7 21 23 7968 0 sedang sedang-berat

76 6 12 L 7 22 25 48 160 ringan ringan

77 6 11 P 8 26 28 2304 120 ringan ringan

78 6 12 P 5 19 20 1848 96 ringan ringan

79 6 11 P 8 27 23 2362 0 ringan ringan

80 6 12 P 8 26 25 4536 504 ringan ringan

81 6 12 L 6 28 20 72 96 ringan ringan

82 6 11 L 8 22 22 72 0 ringan ringan

(30)

UMUR

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 8 9 10.8 10.8 10.8

9 14 16.9 16.9 27.7

10 19 22.9 22.9 50.6

11 22 26.5 26.5 77.1

12 15 18.1 18.1 95.2

13 2 2.4 2.4 97.6

14 2 2.4 2.4 100.0

Total 83 100.0 100.0

8. Tabel Distribusi Frekuensi

Statistics

Jenis kelamin Umur Kelas

N Valid 83 83 83

Missing 0 0 0

Sum 864 388

JENIS KELAMIN

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid L 46 55.4 55.4 55.4

P 37 44.6 44.6 100.0

Total 83 100.0 100.0

KELAS

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

(31)

PENGETAHUAN

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid BAIK 14 16.9 16.9 16.9

TIDAK BAIK 69 83.1 83.1 100.0

Total 83 100.0 100.0

SIKAP

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid BAIK 49 59.0 59.0 59.0

TIDAK BAIK 34 41.0 41.0 100.0

Total 83 100.0 100.0

TINDAKAN

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

4 19 22.9 22.9 43.4

5 21 25.3 25.3 68.7

6 26 31.3 31.3 100.0

(32)

Valid BAIK 51 61.4 61.4 61.4

TIDAK BAIK 32 38.6 38.6 100.0

Total 83 100.0 100.0

INTENSITAS INFEKSI STH

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid ringan 49 59.0 59.0 59.0

sedang-berat 34 41.0 41.0 100.0

Total 83 100.0 100.0

9. Crosstabulation

Pengetahuan*Intensitas Infeksi STH Crosstabulation

FINAL STH

Total ringan sedang-berat

KATEGORI BAIK Count 11 3 14

% within FINAL STH 22.4% 8.8% 16.9%

% of Total 13.3% 3.6% 16.9%

TIDAK BAIK Count 38 31 69

% within FINAL STH 77.6% 91.2% 83.1%

% of Total 45.8% 37.3% 83.1%

(33)

% within FINAL STH 100.0% 100.0% 100.0%

% of Total 59.0% 41.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square 2.658a 1 .103 Continuity Correctionb 1.775 1 .183

Likelihood Ratio 2.845 1 .092

Fisher's Exact Test .140 .089

N of Valid Cases 83

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5.73. b. Computed only for a 2x2 table

Sikap*Intensitas Infeksi STH Crosstabulation

FINAL STH

Total ringan sedang-berat

KATEGORI BAIK Count 32 17 49

% within FINAL STH 65.3% 50.0% 59.0%

% of Total 38.6% 20.5% 59.0%

TIDAK BAIK Count 17 17 34

% within FINAL STH 34.7% 50.0% 41.0%

% of Total 20.5% 20.5% 41.0%

(34)

% within FINAL STH 100.0% 100.0% 100.0%

% of Total 59.0% 41.0% 100.0%

\

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square 1.945a 1 .163 Continuity Correctionb 1.363 1 .243

Likelihood Ratio 1.941 1 .164

Fisher's Exact Test .181 .122

N of Valid Cases 83

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 13.93. b. Computed only for a 2x2 table

Tindakan*Intensitas Infeksi STH Crosstabulation

FINAL STH

Total ringan sedang-berat

KATEGORI BAIK Count 28 23 51

% within FINAL STH 57.1% 67.6% 61.4%

% of Total 33.7% 27.7% 61.4%

TIDAK BAIK Count 21 11 32

% within FINAL STH 42.9% 32.4% 38.6%

% of Total 25.3% 13.3% 38.6%

Total Count 49 34 83

% within FINAL STH 100.0% 100.0% 100.0%

(35)

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square .935a 1 .334

Continuity Correctionb .544 1 .461

Likelihood Ratio .943 1 .331

Fisher's Exact Test .367 .231

N of Valid Cases 83

(36)
(37)
(38)
(39)

45

DAFTAR PUSTAKA

Andaruni, A., Sari, F., Bangun, S., 2012. Gambaran Faktor Penyebab Infeksi

Cacingan pada Anak di SDN 01 Pasirlangu Cisarua. Fakultas Ilmu

Keperawatan UNPAD, Bandung.

Bagus, U.P., 2010. Faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian kecacingan yang disebabkan oleh Soil-Transmitted Helminths di Indonesia. FK UWKS, Surabaya.

Bethony, et al., 2006. Soil-transmitted helminth infections: ascariasis,

trichuriasis,and hookworm, vol.367. Available from http://www. thelancet.com.

Chadijah, S., Phetisya, P.F.S., dan Ni Nyoman, V., 2013. Hubungan Pengetahuan, Perilaku, dan Sanitasi Lingkungan dengan Angka Kecacingan pada Anak Sekolah Dasar di Kota Palu. Media Litbangkes Vol. 24 No. 1.

Dachi, R.A, 2005. Hubungan Perilaku Anak Sekolah Dasar No. 174593 Hatoguan Terhadap Infeksi Cacing Perut di Kecamatan Palipi Kabupaten Samosir Tahun 2005. Jurnal Mutiara Kesehatan Indonesia Vol 1 No.2.

Depkes RI, 2006. Pedoman Pengendalian Cacing. Dalam: Surat Keputusan Menteri Kesehatan No: 424/ MENKS/2006. Jakarta: Republik Indonesia.

Available from http://www.hukor.depkes.go.id/up_prod_kepmenkes/KMKPedomanPengendalian

Cacingan.pdf.

Depkes RI, 2012. Seminar Pengembangan Strategi Pengendalian Kecacingan dan

Perilaku CTPS di Indonesia. Ditjend PP-PL, Jakarta. Available

from

Ginting, S.A., 2003. Hubungan Antara Status Sosial Ekonomi dengan Kejadian Kecacingan pada Anak Sekolah Dasar di Desa Suka Kecamatan Tiga Panah

Kabupaten Karo Sumatera Utara. Digitezed by USU digital library.

(40)

46

Hotez, P.J., 2009. One World Health: Neglected Tropical Diseases in Flat World. PloS Negl Trop Dis 3: e405. Available from http: //www.plosntds.org/article/iwinfo%3Adoi%2F10.1371%2Fjournal.pntd.0000405 [updated 2009]

Ideham, B. dan Suhintam Pusarawati. 2007. Helmintologi Kedokteran. Surabaya : Airlangga University Press, 10-13.

Irianto, K. 2009. Parasitologi: Berbagai Penyakit yang Mempengaruhi Kesehatan

Manusia. Bandung: Yrama Widya.

Mardiana, L. A., dan Djarismawati, N. R., 2008. Prevalensi Cacing Usus pada Murid Sekolah Dasar Wajib Belajar Pelayanan Gerakan Terpadu Pengentasan Kemiskinan Daerah Kumuh di Wilayah DKI Jakarta. J EkologiKesehatan. 2008;7(2):769–74.

Mustafa, P., Henry, P., dan Benedictus, S.L., 2013. Hubungan Antara Perilaku Tentang Pencegahan Penyakit kecacingan dengan Infestasi cacing pada Ratulangi

Notoatmodjo, S.2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat Prinsip- Prinsip Dasar. Jakarta: Rineka Cipta.

Notoatmodjo, S. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Notoatmodjo, S. 2007. Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan, Jakarta : Rineka Cipta.

Pasaribu, S., 2004. Penelitian Frekuensi Optimal Pengobatan Massal Askariasis

dengan Albendazole pada Anak Usia Sekolah Dasar di Desa Suka. Digitezed by

USU digital library

Pertiwi, A. C., La Ane, R., dan Selomo, M., 2013. Analisis Faktor Praktik Hygiene Perorangan Terhadap Kejadian Kecacingan pada Murid Sekolah Dasar

(41)

47

Salbiah, 2008. Hubungan Karakter Siswa dan Sanitasi Lingkungan dengan Infeksi

Cacingan Siswa Sekolah Dasar di Kecamatan Medan Belawan. Digitezed by

USU digital library/Soedarto.2008. Parasitologi Klinik. Surabaya: Airlangga University Press.

Soedarto. 2009. Pengobatan Penyakit Parasit. Surabaya: Sagung Seto.

Tarigan, P.T., 2012. Hubungan Infeksi Soil Transmitted Helminths dengan Kejadian Underweight pada Sekolah Dasar Negeri 067244 Kecamatan

Medan Selayang Tahun 2011. Available from :

http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/31089

Tumanggor, A. H.,2008. Hubungan Perilaku dan Higiene Siswa SD \ Negeri

030375 dengan Infeksi Kecacingan di Desa Juma Teguh Kecamatan

Siempat Nempu Kabupaten Dairi. Available from:

http://repository.usu.ac.id//handle/123456789/16807

Wahyuni, A.S., 2008. Statistik Kedokteran. Jakarta Timur : Bambodoe Communication.

Winita, R., Mulyati, dan Astuty, H., 2012. Upaya Pemberantasan Kecacingan di

Sekolah Dasar. Makara, Kesehatan.16 (2): 65-71.

World Health Organization, 2012. Soil-transmitted helminthiases: eliminating soil-transmitted helminthiases as a public health problem in children:

progress report 2001-2010 and strategic plan 2011-2020. Geneva: World

Health Organization.

World Health Organization, 2014. Soil- Transmited Helminth Infections. Geneva: World Health Organization. Available from http://

(42)

20

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1. Kerangka Konsep

Berdasarkan tujuan penelitian di atas maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah:

Variabel Independen: Variabel Dependen:

Gambar 3.1. Kerangka Konsep

3.2. Definisi Operasional 3.2.1. Pengetahuan

a. Defenisi : Pengetahuan ialah hal-hal yang diketahui responden mengenai penyakit yang disebabkan oleh Soil Transmitted Helminths. b. Alat ukur : Kuesioner

c. Cara ukur : Wawancara

d. Kategori : 1. Nilai baik, apabila responden mendapat nilai 76%-100% dari seluruh skor yang ada.

2. Nilai tidak baik, apabila responden mendapat nilai ≤ 75 dari seluruh skor yang ada.

e. Skala : Ordinal

3.2.2. Sikap

a. Definisi : Sikap merupakan respon positif atau negatif responden dalam upaya pencegahan kecacingan.

b. Alat ukur : Kuesioner c. Cara ukur : Wawancara

Intensitas Infeksi Soil Transmitted Helminths - Pengetahuan

(43)

21

d. Kategori : 1. Nilai baik, apabila responden mendapat nilai 76%-100% dari seluruh skor yang ada.

2. Nilai tidak baik, apabila responden mendapat nilai ≤ 75% dari seluruh skor yang ada.

e. Skala : Ordinal

3.2.3. Tindakan

a. Definisi : Praktik merupakan tindakan responden dalam melaksanakan apa yang diketahui atau yang disikapinya (dinilai baik) dalam upaya pencegahan kecacingan.

b. Alat ukur : Kuesioner c. Cara ukur : Wawancara

d. Kategori : 1. Nilai baik, apabila responden mendapat nilai 76%-100% dari seluruh skor yang ada.

2. Nilai cukup, apabila responden mendapat nilai ≤ 75% dari seluruh skor yang ada.

e. Skala : Ordinal

3.2.4. Intensitas Infeksi STH

a. Definisi : Intensitas cacing yang dinilai melalui infeksi merupakan angka serangan dari masing-masing jenis penghitungan jumlah telur. b. Alat ukur : Sampel feses

c. Cara ukur : Pemeriksaan laboratorium feses dengan metode Kato- Katz d. Kategori : Sesuai dengan tabel 2.1

1. Infeksi Berat : ≥ 50.000 (A.lumbricoides), ≥10.000 ( T. trichiura),

≥4.000 (hookworm)

2. Infeksi Sedang : 5.000 – 49.999(A.lumbricoides), 1.000 - 9.999 ( T.

trichiura), 2.000-3.999 (hookworm)

3. Infeksi Ringan : 1- 4.999 (A.lumbricoides), 1- 999 ( T. trichiura), 1- 1.999 (hookworm)

(44)

22

3.3. Hipotesis

Terdapat hubungan antara perilaku dengan intensitas infeksi Soil Transmitted

Helminths pada siswa-siswi SD Negeri 040470 Desa Lingga Julu Kabupaten Karo

(45)

23

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah survei analitik dengan rancangan cross sectional

study yaitu melihat hubungan antara perilaku tentang pencegahan penyakit

kecacingan dengan intensitas infeksi Soil Transmitted Helminths pada siswa-siswi SD Negeri 040470 Desa Lingga Julu Kabupaten Karo Tahun 2014.

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2.1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 040470 di Desa Lingga Julu Kabupaten Karo. Alasan pemilihan lokasi adalah faktor geografis dan demografis, dimana lokasi berada di kawasan tanah yang lembab dan subur. Kebersihan lingkungan sekolah juga kurang terjaga. Penduduk yang tinggal di lokasi ini sebagian besar bekerja sebagai petani. Anak-anak yang berada di lokasi ini juga sering tidak menggunakan alas kaki, sehingga sangat beresiko cukup tinggi untuk terinfeksi cacing.

4.2.2. Waktu Penelitian

Waktu pelaksanaan penelitian pada bulan Maret – Desember 2014.

4.3. Populasi dan Sampel 4.3.1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa SD Negeri 040470 kelas III - VI. 4.3.2. Sampel

(46)

24

4.3.3. Kriteria Inklusi

1. Siswa- siswi yang bersedia mengikuti penelitian dan mendapatkan persetujuan dari orang tua.

2. Siswa- siswi yang bersedia membawa feses.

4.3.4. Kriteria Eksklusi

1. Siswa- siswi yang menderita penyakit berat sehingga tidak dapat mengikuti penelitian.

2. Siswa-siswi yang tidak mengisi kuesioner dengan lengkap.

3. Siswa-siswi yang telah menerima pengobatan cacing dalam 6 bulan terakhir

4.4. Metode Pengumpulan Data 4.4.1. Data Primer

Data Primer merupakan data yang diperoleh dari anak SD dan dari pemeriksaan feses anak. Data dari anak SD diperoleh dengan metode angket yang menggunakan kuesioner. Pemeriksaan feses anak dilakukan untuk mengetahui infeksi kecacingan pada anak. Pemeriksaan feses ini dilakukan di Laboratorium Parasitologi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara dengan menggunakan metode Kato-Katz.

4.4.2. Data Sekunder

Data sekunder merupakan data mengenai keadaan lingkungan disekitar lokasi penelitian yang diperoleh dari SD Negeri 040470 Desa Lingga Julu Kabupaten Karo.

4.4.3. Metode Pemeriksaan feses dengan metode Kato katz A. Bahan yang diperlukan:

(47)

25

• Kawat kasa stainless (60 atau 80 meshs) atau kasa nilon (105 meshs) berukuran 3 cm x 3 cm

• Karton persegi (3 cm x 4 cm x 1,37 mm) dengan lubang berdiameter 6 mm.

• Lidi

• Kaca benda

• Kertas minyak B.Cara kerja:

• Taruh contoh feses di atas kertas minyak

• Tekan bagian atas feses dengan kasa

• Feses halus yang keluar melalui kasa diambil dengan lidi

• Isi lubang karton dengan feses sampai penuh

• Keluarkan dengan lidi seluruh feses yang ada di dalam lubang karton dan letakkan di atas kaca benda.

• Tutup feses dengan lembar selofan dan tekan sediaan yang sudah dibalikkan, yaitu dengan permukaan selofan di bawah, di atas kertas saring, sehingga menyebar rata.

• Diamkan selama 15 menit pada suhu kamar

• Periksa dengan mikroskop

C. Interpretasi hasil:

Telur per gram (tpg) = hasil telur x 24 (Hadidjaja, 1990).

4.5. Aspek Pengukuran

(48)

26

1. Nilai baik, apabila responden mendapat nilai 76% -100 % dari seluruh skor yang ada.

2. Nilai tidak baik, apabila responden mendapat nilai ≤ 75% dari seluruh skor yang ada.

Untuk variabel pengetahuan, ketentuan penilaian ialah skor jawaban benar adalah 1, dan skor jawaban salah adalah o. Untuk variabel sikap, ketentuan penilaian ialah skor jawaban setuju adalah 3, skor jawaban kurang setuju adalah 2 dan skor jawaban tidak setuju adalah 1. Untuk variabel tindakan , ketentuan penilaian ialah skor jawaban sering adalah 3, skor jawaban kadang - kadang adalah 2, dan skor jawaban tidak pernah adalah 1.

Pengolahan dan Analisis Data 4.6.1. Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan melalui beberapa tahapan, yaitu:

1. Editing, yaitu mengecek nama dan kelengkapan identitas responden serta

memastikan bahwa semua jawaban telah diisi sesuai petunjuk.

2. Coding, yaitu memberi kode atau angka tertentu pada kuesioner untuk

mempermudah waktu mengadakan tabulasi dan analisa.

3. 3. Entry, yaitu memasukkan data dari kuesioner ke dalam program computer

dengan menggunakan program SPSS versi17.0.

4. Cleaning, mengecek kembali data yang telah di entry untuk mengetahui ada

kesalahan atau tidak ( Wahyuni, 2008).

Uji Validitas

Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur itu benar-benar mengukur apa yang diukur. Kuesioner yang telah selesai disusun akan diuji validitasnya dengan menggunakan SPSS 17.0.

(49)

27

sebanyak 25 orang yang diambil dari siswa-siswi SDN 030283 Sidikalang. Uji validitas ini dilakukan pada bulan Oktober 2014.

Uji validitas dilakukan dengan korelasi Pearson. Skor setiap pertanyaan dikorelasikan dengan dengan skor total untuk tiap variabel. Hasilnya kemudian dibandingkan dengan nilai r tabel. Apabila nilai koefisien korelasi Pearson dari suatu pertanyaan tersebut berada di atas nilai r tabel maka pertanyaan tersebut valid.

Uji Reliabilitas

Reliabilitas merupakan suatu indeks yang dipakai untuk menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau diandalkan.Kuesioner yang telah selesai disusun akan diuji reliabilitasnya dengan menggunakan SPSS 17.0. Sampel untuk uji reliabilitas adalah sebanyak 25 orang yang diambil dari siswa-siswi SDN 030283 Sidikalang.

Angket penelitian ini berjumlah 30 pertanyaan. Uji reliabilitas dilakukan pada seluruh pertanyaan yang valid dengan koefisien Reliabilitas Alpha pada aplikasi SPSS 17.0. Jika nilai Alpha lebih besar dari nilai r tabel maka pertanyaan tersebut reliabel.

4.6.2. Analisis Data

(50)

28

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian ini diadakan di SD Negeri 040470 di Desa Lingga Julu Kabupaten Karo. Sekolah ini berada di kawasan tanah yang lembab dan subur, berada di kaki gunung Sinabung.

Kondisi sanitasi lingkungan masyarakat desa Lingga Julu belum memenuhi standar kesehatan. Sarana pembuangan sampah di lingkungan rumah belum berfungsi dengan baik, dimana masih banyak sampah yang berserakan di sekitar rumah.

Kebersihan lingkungan sekolah juga kurang terjaga. Sekolah tidak memiliki WC untuk anak sekolah, sehingga siswa-siswi sering kali buang air kecil atau buang air besar tidak pada tempatnya. Di halaman sekolah juga terdapat sampah yang berserakan meskipun sekolah menyediakan tempat sampah. Sekolah ini juga tidak memiliki kantin sekolah, sehingga siswa-siswi jajan di luar sekolah dimana kebersihan makanannya kurang terjaga.

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Responden

Sampel penelitian ini adalah siswa-siswi SD Negeri 040470 Desa Lingga Julu yang memenuhi kriteria inklusi yaitu sebanyak 83 orang. Dari keseluruhan sampel yang ada, diperoleh karakteristiknya meliputi: jenis kelamin, usia, dan tingkat kelas.

(51)
[image:51.595.107.516.143.396.2]

29

Tabel 5.1. Distribusi Karakteristik Sampel

No Karakteristik Frekuensi (n) Presentase (n) A. Jenis kelamin

Laki-laki 46 55,4

Perempuan 37 44,6

B. Usia

6-10 tahun 42 50,6

11-15 tahun 41 49,3

C. Kelas

3 17 20,5

4 19 22,9

5 21 25,3

6 26 31,3

5.1.3. Hasil Analisis Data

5.1.3.1. Pengetahuan Anak tentang Kecacingan

(52)

30

Tabel 5.2.

Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Pada Variabel Pengetahuan

No Pertanyaan Benar Salah

Frekuensi % Frekuensi % 1 Defenisi Kecacingan 49 59,0 34 40.9 2 Melalui apa telur cacing

masuk ke dalam tubuh

51 61,4 32 38,5

3 Cara mengetahui seseorang menderita kecacingan

64 77,1 19 22,8

4 Bersama dengan apa telur cacing dikeluarkan dari tubuh

73 87,9 10 12,0

5 Gejala kecacingan 56 67,4 27 32,5 6 Berapa kali minum obat

cacing dalam setahun

32 38,5 51 61,4

7 Cara penularan kecacingan 21 25,3 62 74,6 8 Kapan sebaiknya memotong

kuku

44 53,0 39 46,9

9 Kapan sebaiknya mencuci tangan

39 46,9 44 53,0

10 Pencegahan kecacingan 41 49,3 42 50,6

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa pertanyaan pengetahuan yang paling banyak dijawab dengan benar adalah pertanyaan nomor 4 dan 3 yaitu sebesar 87,9 % dan 77,1 %. Sementara pertanyaan pengetahuan yang paling banyak dijawab dengan salah adalah nomor 7 yaitu sebesar 74,6 %.

[image:52.595.112.517.164.542.2]
(53)

31

[image:53.595.181.455.189.273.2]

maka tingkat pengetahuan siswa-siswi kelas III-VI SD Negeri 040470 dapat dikategorikan pada tabel 5.3.

Tabel 5.3. Distribusi Kategori Pengetahuan Responden

Pengetahuan Frekuensi %

Baik 14 16,9

Tidak baik 69 83,1

Total 83 100,0

Dari tabel 5.3 dapat dilihat bahwa tingkat pengetahuan dengan kategori baik memiliki persentase 16,9 % dan tingkat pengetahuan yang dikategorikan tidak baik sebesar 83,1%.

5.1.3.2. Sikap Anak tentang Kecacingan

Pada penelitian ini, dalam kuesioner terdapat 10 pernyataan mengenai sikap terhadap kecacingan. Pernyataan-pernyataan tersebut telah diuji validitas dan reliabilitasnya. Sehingga pertanyaan tersebut dapat mewakili sikap responden tentang kecacingan. Data lengkap mengenai distribusi frekuensi jawaban responden pada variabel sikap dapat dilihat pada tabel 5.4.

Tabel 5.4

Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Pada Variabel Sikap

No Pertanyaan SS KS TS

N % N % N %

1 Cacing biasanya berkembang biak di usus

8 9,63 25 30,1 50 60,2

2 Memelihara kebersihan diri dan lingkungan dapat mengurangi kecacingan pada anak

13 15,6 21 25,3 49 59

3 Memotong kuku dengan teratur dapat mencegah kecacingan

[image:53.595.117.523.560.747.2]
(54)

32

4 Kecacingan bisa timbul karena menggunakan alas kaki jika keluar rumah

29 34,9 21 25,3 33 39,7

5 Cacingan tidak berbahaya karena cacingan merupakan penyakit yang banyak di masyakat.

26 31,3 26 31,3 31 37,3

6 Pengobatan penyakit

kecacingan dapat dilakukan di sekolah

10 12 17 20,4 56 67,4

7 Kecacingan dapat

mengakibatkan badan kurus dan malas belajar

22 26,5 11 13,2 50 60,2

8 Setiap orang yang cacingan apabila tidak diobati akan dapat menularkan kecacingan pada orang lain

23 27,7 22 26,5 38 45,7

9 Jajan sembarangan tidak akan menyebabkan kecacingan

18 21,6 24 28,9 41 49,3

10 Pencegahan kecacingan adalah tanggung jawab semua anggota keluarga

18 21,6 10 12 55 66,2

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa pernyataan sikap yang paling disetujui oleh responden adalah pernyataan nomor 4 yaitu sebesar 34,9 %. Pernyataan sikap yang paling banyak dijawab dengan tidak setuju adalah nomor 3 yaitu sebesar 72,2 %.

(55)

33

[image:55.595.183.456.190.277.2]

kurang atau sama dengan 75 %. Berdasarkan hal tersebut, maka sikap siswa-siswi kelas III-VI SD Negeri 040470 dapat dikategorikan pada tabel 5.5.

Tabel 5.5. Distribusi Kategori Sikap Responden

Pengetahuan Frekuensi %

Baik 49 59,0

Tidak baik 34 41,0

Total 83 100,0

Dari tabel 5.5 dapat dilihat bahwa sikap responden dengan kategori baik memiliki persentase 59,0 % dan sikap yang dikategorikan tidak baik sebesar 41 %.

5.1.3.3. Tindakan Anak tentang Kecacingan

Pada penelitian ini, dalam kuesioner terdapat 10 pernyataan mengenai tindakan pencegahan kecacingan. Pernyataan-pernyataan tersebut telah diuji validitas dan reliabilitasnya. Sehingga pernyataan tersebut dapat mewakili tindakan responden terhadap kecacingan. Data lengkap mengenai distribusi frekuensi jawaban responden pada variabel tindakan dapat dilihat pada tabel 5.6.

Tabel 5.6

Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Pada Variabel Tindakan

No Pertanyaan Sering

Kadang-kadang

Tidak pernah

N % N % N %

1 Adik mencuci tangan pakai sabun sebelum dan sesudah makan

4 4,8 26 31,3 53 63,8

2 Adik menggunakan jamban apabila buang air besar

5 6,0 36 43,3 42 50,6

3 Adik selalu membersihkan kuku dan menggunting kuku

[image:55.595.112.525.544.746.2]
(56)

34

adik secara teratur (sedikitnya 1 minggu sekali)

4 Adik suka menggigit kuku 12 14,4 32 38,5 39 46,9 5 Adik menggunakan alas kaki

apabila keluar rumah

9 10,8 27 32,5 47 56,6

6 Adik mencuci tangan sesudah buang air besar

19 22,8 32 38,5 32 38,5

7 Adik minum obat cacing secara teratur 2x setahun

10 12,0 34 40,9 39 46,9

8 Adik suka jajan di sembarang tempat/ langsung beli tanpa melihat kebersihannya

13 15,6 37 44,5 33 39,7

9 Adik mencuci buah-buahan sebelum di makan

19 22,8 40 48,1 24 28,9

10 Adik mencuci anus hingga bersih setelah Buang Air Besar

6 7,2 22 26,5 55 66,2

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa pernyataan tindakan yang paling banyak dijawab dengan sering oleh responden adalah pernyataan nomor 6 dan 9 yaitu sebesar 22,8 %. Pernyataan tindakan yang paling banyak dijawab dengan tidak pernah adalah nomor 10 yaitu sebesar 66,2 %.

(57)
[image:57.595.174.448.134.220.2]

35

Tabel 5.7 Distribusi Kategori Tindakan Responden

Tindakan Frekuensi %

Baik 51 61,4

Tidak baik 32 38,6

Total 83 100,0

Dari tabel 5.7 dapat dilihat bahwa tindakan responden dengan kategori baik memiliki persentase 61,4 % dan tindakan yang dikategorikan tidak baik sebesar 38,6 %.

5.1.3.5. Intensitas Kecacingan Pada Anak

Pada penelitian ini, telah dilakukan pemeriksaan feses secara kualitatif yaitu dengan metode Kato-Katz untuk melihat intensitas infeksi kecacingan pada anak. Dari hasil pemeriksaan feses 83 sampel, dapat diketahui bahwa seluruh sampel positif terinfeksi STH (100 %). Prevalensi infeksi Ascaris lumbricoides yaitu sebesar 90,3 %, prevalensi infeksi Trichiuris trichiura sebesar 89,1 % dan infeksi campuran sebesar 79,5 %. Dalam penelitian ini, sampel tidak terinfeksi cacing tambang ( hookworm).

Tabel 5.8. Distribusi Infeksi STH

Infeksi Frekuensi %

Ascaris lumbricoides 8 9,6

Trichiuris trichiura 9 10,8

Infeksi campuran 66 79,5

[image:57.595.183.457.530.616.2]
(58)
[image:58.595.178.458.138.243.2]

36

Tabel 5.9. Distribusi Intensitas Infeksi STH pada Sampel

Infeksi STH Frekuensi %

Ringan 49 59,0

Sedang 31 37,3

Berat 3 3,6

Total 83 100,0

Klasifikasi intensitas infeksi STH ditentukan berdasarkan kriteria WHO (2012), yang dibagi dalam 3 kategori yaitu intensitas ringan, sedang, dan berat. Sampel yang mengalami infeksi campuran Ascaris lumbricoides dan Trichiuris

trichiura, di tentukan intensitas infeksinya berdasarkan intensitas terberat dari

masing- masing spesies. Dari tabel 5.9 dapat dilihat sebagian besar responden mengalami infeksi STH dengan intensitas ringan yaitu sebanyak 49 orang (59,0 %). Sementara responden dengan infeksi STH intensitas sedang sebanyak 31 orang (37,3 %). Responden dengan infeksi STH intensitas berat sebanyak 3 orang (3,6 %).

Namun berdasarkan hasil pemeriksaan feses sampel, ditemukan bahwa sebagian besar sampel dengan intensitas infeksi STH sedang, memiliki jumlah telur yang lebih cenderung ke intensitas berat. Maka dalam penelitian ini sampel dengan intensitas infeksi sedang digabung dengan sampel yang intensitas infeksinya berat. Hal ini juga dilakukan untuk mempermudah analisis data. Sehingga intensitas infeksi STH dalam penelitian ini terbagi menjadi 2 kategori, yaitu intensitas ringan dan intensitas sedang-berat.

5.1.3.6. Hubungan Pengetahuan dengan Intenitas Infeksi STH pada Anak

Tujuan utama penelitian ini adalah untuk melihat adanya hubungan antara perilaku terhadap intensitas infeksi STH. Untuk mengetahui hasil tersebut maka data dari 83 sampel yang telah terkumpul diolah dengan menggunakan uji Chi

(59)
[image:59.595.107.517.156.304.2]

37

Tabel 5.10 . Hubungan Pengetahuan dengan Intensitas InfeksiSTH pada Anak

Perilaku Infeksi STH Jumlah

Ringan Sedang + Berat

N % N % N %

Baik 11 13,3 3 3,6 14 16,9

Tidak Baik 38 45,8 31 37,3 69 83,1

Total 49 34 83 100

X2 = 2,658 Df = 1 P = 0,103

Berdasarkan tabel 5.9 di atas menunjukkan bahwa responden yang memiliki pengetahuan baik, dengan intensitas infeksi STH ringan sebanyak 11 orang (13,3 %) dan yang intensitas sedang-berat sebanyak 3 orang (3,6 %). Responden yang memiliki pengetahuan tidak baik, dengan intensitas infeksi STH ringan sebanyak 38 orang (45,8 %) dan yang intensitas sedang- berat sebanyak 31 orang (37,3 %). Dari hasil uji statisik Chi- Square (X2) diperoleh p>0,05 artinya tidak ada hubungan antara tingkat pengetahuan anak dengan intensitas infeksi STH. 5.1.3.7. Hubungan Sikap dengan Intenitas Infeksi STH pada Anak

Tabel 5.11. Hubungan Sikap dengan Intensitas InfeksiSTH pada Anak

Sikap Infeksi STH Jumlah

Ringan Sedang + Berat

N % N % N %

Baik 32 38,5 17 20,5 49 59,0

Tidak Baik 17 20,5 17 20,5 34 41,0

Total 49 34 83 100

X2=1,945 Df=1 P=0,163

[image:59.595.107.518.529.679.2]
(60)

38

yang intensitas sedang-berat sebanyak 17 orang (20,5 %). Responden yang memiliki sikap tidak baik, dengan intensitas infeksi STH ringan sebanyak 17orang (20,5 %) dan yang intensitas sedang-berat sebanyak 17 orang (20,5 %). Dari hasil uji statisik Chi-Square (X2) diperoleh p>0,05 artinya tidak ada hubungan antara sikap anak dengan intensitas Infeksi STH.

[image:60.595.107.517.274.424.2]

5.1.3.8. Hubungan Tindakan dengan Intenitas Infeksi STH pada Anak Tabel 5.12. Hubungan Tindakan dengan Intensitas InfeksiSTHpada Anak

Tindakan Infeksi STH Jumlah

Ringan Sedang + Berat

N % N % N %

Baik 28 33,7 23 27,7 51 61,4

Tidak Baik 21 25,3 11 13,3 32 38,6

Total 49 34 83 100

X2=0.935 Df=1 P=0,334

(61)

39

5.2. Pembahasan

Berdasarkan jenis kelamin, responden laki-laki lebih banyak yang terinfeksi STH yaitu 46 orang (55,4 %) dibandingkan dengan jumlah responden perempuan sebanyak 37 orang (44,6 %). Hasil ini sesuai dengan penelitian Pertiwi, et al. (2008), yang memperoleh data bahwa jenis kelamin laki-laki lebih banyak terinfeksi kecacingan yaitu sebanyak 93 orang (84,5 %). Menurut penelitian Salbiah (2008), tidak ada hubungan yang bermakna antara jenis kelamin dengan infeksi kecacingan (p=0,943).

Dalam penelitian ini diperoleh sebagian besar responden berada pada kelompok umur 6- 10 tahun yaitu sebanyak 42 orang (50,6 %). Menurut data WHO pada tahun 2004, infeksi STH sering terjadi pada anak usia sekolah. Dimana angka kejadian tertinggi infeksi STH ditemukan pada anak kelompok umur 5-15 tahun ( Tarigan, 2012). Penelitian Winita et al.(2011), yang dilakukan pada anak sekolah dasar di paseban Jakarta menyatakan bahwa kelompok umur 6-8 tahun angka infeksi kecacingannya lebih tinggi dibanding umur 9-12 tahun. Faktor usia dengan infeksi kecacingan tidak memiliki hubungan bermakna. (Ginting, 2003).

Dari 83 responden yang positif kecacingan, presentase infeksi STH tertinggi berasal dari kelas 6 yaitu 26 responden (31,3 %). Sementara Pertiwi, et al. (2008), memperoleh data bahwa presentase tertinggi berasal dari kelas 4 yaitu 37 responden (86%).

5.2.1. Pengetahuan Siswa-siswi

(62)

40

mengetahui bahwa seseorang dapat terinfeksi kecacingan melalui makanan/minuman kotor dan tidak memakai alas kaki. Hanya sedikit responden yang mengetahui cara mencegah kecacingan diantaranya mencuci tangan sebelum makan dan setelah buang air besar, memotong kuku saat kuku panjang dan mulai kotor, dan menjaga kebersihan diri dan lingkungan. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Chadijah, et al.(2013) dimana ditemukan dari 90 orang responden, 67 orang (33,67 %) memiliki tingkat pengetahuan tidak baik dan terinfeksi cacing.

5.2.2. Sikap Siswa-siswi

Tabel 5.5 menunjukkan bahwa sikap sebagian besar responden pada kategori baik sebanyak 49 orang (59 %) dan yang bersikap tidak baik sebanyak 34 orang (41,0 %). Hal ini dapat dilihat bahwa banyak responden setuju bahwa kecacingan dapat mengakibatkan badan kurus dan malas belajar, pengobatan kecacingan penting dilakukan untuk mencegah penularan, dan responden juga setuju bahwa pencegahan kecacingan adalah tanggung jawab semua anggota keluarga. Namun hanya sedikit responden yang setuju bahwa memelihara kebersihan dan lingkungan dapat mengurangi kecacingan pada anak. Hasil ini sejalan dengan penelitian Salbiah (2008), dimana sebagian besar responden bersikap baik yang terinfeksi cacing yaitu sebanyak 29 orang ( 53,7 %). Hasil ini tidak sejalan dengan penelitian Tumanggor (2008), dimana sebagian besar responden bersikap tidak baik yaitu 47 orang (63,5 %).

5.2.3. Tindakan Siswa- siswi

(63)

41

Namun berdasarkan jawaban responden pada variabel tindakan, masih sedikit responden yang menggunakan toilet/ WC apabila buang air besar. Hal ini mungkin disebabkan kurang mampunya masyarakat untuk menyediakan toilet/ WC yang sesuai standar.

5.2.4. Intensitas Infeksi Soil Transmitted Helminths

Dari 83 sampel yang diperiksa, seluruh sampel (100%) positif terinfeksi kecacingan. Prevalensi infeksi Ascaris lumbricoides yaitu sebesar 90,3 % , prevalensi infeksi Trichiuris trichiura sebesar 89,1 % dan infeksi campuran sebesar 79,5 %. Angka kecacingan ini memiliki nilai diatas angka prevalensi kecacingan yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara pada tahun 2012 yaitu sebanyak 32,3 %. Hal ini disebabkan karena anak usia sekolah dasar memiliki kontak yang sangat sering dengan tanah ( Salbiah, 2008). Kondisi sanitasi lingkungan sekolah dan rumah siswa- siswi yang tidak sesuai standar juga merupakan suatu faktor yang mendukung tingginya angka prevalensi ini. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Ginting (2003), dimana angka prevalensi kecacingan yang dilakukannya di Kecamatan Tiga Panah Kabupaten Karo sebesar 70 %, dimana infeksi campuran 55,8 %, askariasis 6,75 %, dan trikuriasis sebanyak 7,5 %. Hasil penelitian juga tidak sejalan dengan penelitian Pasaribu (2004) yang mendapatkan prevalensi kecacingan di Kabupaten Karo sebesar 91,3 %.

5.2.5. Hubungan Perilaku Terhadap Intensitas Infeksi STH

(64)

42

5.2.5.1. Hubungan Pengetahuan Siswa-siswi Terhadap Intensitas Infeksi STH Dari hasil pengolahan data yang menggunakan Uji Chi-Square diperoleh nilai p > 0,05. Dimana hubungan pengetahuan dengan intensitas infeksi STH pada siswa-siswi memiliki nilai p=0,103. Hasil ini menyatakan bahwa tidak ada hubungan yang yang bermakna antara pengetahuan siswa-siswi terhadap intensitas infeksi STH.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Mustafa, et al .(2013). Dimana hasil penelitiannya menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan tentang pencegahan penyakit kecacingan dengan infestasi cacing pada siswa SD di Kota Manado (p=1,000). Penelitian lain yang dilakukan oleh Tumanggor (2008) tentang hubungan perilaku dan higiene siswa dengan infeksi kecacingan di Kecamatan Siempat Nempu, menunjukkan bahwa ada hubungan antara pengetahuan dengan infeksi kecacingan p= 0,000 (<0,05).

5.2.5.2. Hubungan Sikap Siswa-siswi Terhadap Intensitas Infeksi STH

Berdasarkan hasil Uji Chi-Square diperoleh nilai p > 0,05. Dimana hubungan sikap dengan intensitas infeksi STH pada siswa-siswi memiliki nilai p=0, 163. Hasil ini menyatakan bahwa tidak ada hubungan yang yang bermakna antara sikap siswa-siswi terhadap intensitas infeksi STH.

(65)

43

5.2.5.3. Hubungan Tindakan Siswa-siswi Terhadap Intensitas Infeksi STH

Berdasarkan hasil Uji Chi-Square diperoleh nilai p > 0,05. Dimana hubungan tindakan dengan intensitasinfeksi STH pada siswa-siswi memiliki nilai p=0, 334. Hasil ini menyatakan bahwa tidak ada hubungan yang yang bermakna antara tindakan siswa-siswi terhadap intensitas infeksi STH.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Mustafa, et al .(2013) pada siswa SD di Kecamatan Mapanget Kota Manado dengan hasil analisis bivariate menyatakan nilai p = 0,470 (>0,05). Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Salbiah (2008), dimana terdapat hubungan antara tindakan dengan infeksi kecacingan p= 0,002 (<0,05).

Adanya perbedaan hasil penelitian ini disebabkan oleh perbedaan lokasi penelitian dengan kondisi sanitasi lingkungan dan hygiene siswa yang berbeda. Penelitian ini juga tidak hanya melihat sampel positif terinfeksi STH atau tidak, tetapi juga meneliti intensitas infeksi STH.

Menurut Rawina et al.( 2011), salah satu faktor penyebab masih tingginya infeksi cacing adalah rendahnya tingkat sanitasi pribadi (perilaku hidup bersih sehat) seperti kebiasaan cuci tangan sebelum makan dan setelah buang air besar (BAB), kebersihan kuku, perilaku jajan di sembarang tempat, perilaku BAB tidak di WC, serta ketersediaan sumber air bersih. Namun dalam penelitian ini ditemukan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara perilaku dengan intensitas infeksi STH.

(66)

44

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1.Kesimpulan

Dari hasil dan pembahasan yang telah diuraikan sebelumnya, maka kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini, yaitu:

1. Prevalensi Infeksi Soil Transmitted Helminths pada siswa-siswi SD Negeri 040470 Lingga Julu sebesar 100 %. Prevalensi infeksi Ascaris

lumbricoides yaitu sebesar 90,3 % , prevalensi infeksi Trichiuris

trichiura sebesar 89,1 % dan infeksi campuran sebesar 79,5 %.

2. Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan anak dengan intensitas infeksi STH pada siswa-siswi SD Negeri 040470 Lingga Julu.

3. Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara sikap anak dengan intensitas infeksi STH pada siswa-siswi SD Negeri 040470 Lingga Julu.

4. Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara tindakan anak dengan intensitas infeksi STH pada siswa-siswi SD Negeri 040470 Lingga Julu.

6.2.Saran

1. Bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Karo, perlu melakukan penyuluhan kepada masyarakat tentang pencegahan penyakit kecacingan dan pemberian obat cacing secara berkala kepada anak usia sekolah.

2. Bagi pihak sekolah, perlu melakukan pembentukan UKS ( Unit Kesehatan Sekolah). Pihak sekolah juga perlu melakukan pembinaan tentang PHBS (Perilaku Hidup Bersih Sehat).

(67)

5

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Perilaku

Perilaku merupakan suatu aksi dan reaksi organisme terhadap lingkungannnya. Hal ini berarti bahwa perilaku baru terjadi apabila ada sesuatu yang diperlukan untuk menimbulkan reaksi, yakni yang disebut rangsang (Notoatmodjo, 2003).

Bloom (1908) dalam Notoatmodjo (2007), membagi perilaku manusia ke dalam tiga bagian yakni: kognitif (cognitive), afektif (affective), dan psikomotor

(psychomotor). Dalam perkembangannya, teori ini dimodifikasi untuk pengukuran

hasil pendidikan kesehatan yakni: pengetahuan, sikap, dan praktik atau tindakan. Menurut Notoatmodjo (2003), perilaku kesehatan adalah sesuatu respon (organisme) terhadap stimulus atau obyek yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan dan minuman, serta lingkungan.

Dari batasan ini, perilaku pemeliharaan kesehatan ini terjadi dari 3 aspek: 1. Perilaku pemeliharaan kesehatan (health maintanance).

2. Perilaku pencarian atau penggunaan sistem atau fasilitas kesehatan, atau sering disebut perilaku pencairan pengobatan (health seeking behavior). 3. Perilaku kesehatan lingkungan

Perilaku dapat diukur dengan cara mengukur unsur-unsur perilaku dimana salah satu adalah pengetahuan dengan cara memperoleh data atau informasi tentang indikator-indikator pengetahuan tersebut. Untuk dapat menentukan tingkat pengetahuan terhadap sanitasi lingkungan dilakukan melalui wawancara, Notoatmodjo (2003).

2.1.1. Pengetahuan

(68)

6

Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang (Notoatmodjo, 2003) :

1. Faktor Internal : faktor dari dalam diri sendiri, misalnya intelegensia, minat, kondisi fisik.

2. Faktor Eksternal : faktor dari luar diri, misalnya keluarga, masyarakat, sarana.

3. Faktor pendekatan belajar : faktor upaya belajar, misalnya strategi dan metode dalam pembelajaran.

Pengetahuan mempunyai enam tingkatan yaitu (Notoatmodjo, 2003) : 1. Tahu ( Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya.Tahu merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. 2. Memahami ( Comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterprestasikan materi tersebut secara benar.

3. Aplikasi ( Application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi yang riil (sebenarnya).

4. Analisis ( Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau objek kedalam komponen-komponen tetapi masih didalam suatu struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain.

5. Sintesis ( Synthesis)

menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.

6. Evaluasi ( Evaluation)

(69)

7

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden (Notoatmodjo, 2003).

2.1.2. Sikap

Newcomb dalam Notoatmodjo (2003) menyatakan bahwa sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktifitas, akan tetapi adalah merupakan “ pre- disposisi” tindakan atau perilaku. Sikap masih merupakan reaksi tertutup, bukan merupakan reaksi terbuka.

Menurut Notoadmodjo (2003), sikap terdiri dari beberapa tingkatan, yaitu: 1. Menerima (Receiving), diartikan bahwa orang (subjek) mau dan mau

memperhatikan stimulus yang diberikan (objek).

2. Merespon (Responding), memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap yang berarti orang (subjek) menerima ide tersebut. 3. Menghargai (Valuiting), indikasinya adalah adanya ajakan kepada orang

lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan orang lain terhadap suatu masalah.

4. Bertanggung jawab (Responsible), bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi.

Allport (1954) dalam Notoadmodjo (2007) menemukan sikap dapat bersifat positif dan dapat bersifat negatif.Pada sikap positif kecendrungan tindakan adalah mendekati, menyenangi, mengharapkan objek tertentu.Sedangkan sikap negatif terdapat sikap menjauhi, menghindari, membenci tidak menyukai objek tertentu.

(70)

8

2.1.3. Tindakan

Praktik merupakan tindakan seseorang dalam melaksanakan apa yang diketahui atau yang disikapinya (dinilai baik). Praktik merupakan perilaku terbuka, tetapi belum wujud otomatis dari suatu sikap (Notoatmodjo, 2007).

Tingat-tingkat praktik antara lain :

1. Persepsi (Perception), yakni mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil.

2. Respon terpimpin (Guided Respon), yakni melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar.

3. Mekanisme (Mecanism), yakni apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis atau

Gambar

Tabel 5.1. Distribusi Karakteristik Sampel
Tabel 5.2.
Tabel 5.3. Distribusi Kategori Pengetahuan Responden
Tabel 5.5. Distribusi Kategori Sikap Responden
+7

Referensi

Dokumen terkait

Studi pendahuluan yang dilakukan pada bulan Januari 2015 di RSUD Panembahan Senopati Bantul, dengan cara membagikan Kuisioner pada 9 Bidan, Dari 9 Bidan terdapat 4

berjalan cepat, 5) Kebaikan dari pada metode ini ialah tidak melelahkan. Tujuan : 1) Supaya anak dapat menguasai cara mengayun tongkat untuk be rjalan. lebih cepat, 2)

[r]

[r]

[r]

Selanjutnya untuk mempercepat keberhasilan proses perubahan pola pikir dan budaya kerja aparatur di lingkungan Kementerian/Lembaga dan Pemerintah Daerah, disusun acuan yang

[r]

Penelitian ini dilakukan dengan pertimbangan bahwa berdasarkan informasi yang ada penelusuran kepustakaan di lingkungan Universitas Sumatera Utara, penelitian dengan