• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Gaya Kepemimpinan Dan Fasilitas Kerja Terhadap Kepuasan Kerja Pegawai Pada PT.PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Gaya Kepemimpinan Dan Fasilitas Kerja Terhadap Kepuasan Kerja Pegawai Pada PT.PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara"

Copied!
109
0
0

Teks penuh

(1)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

PROGRAM S1 REGULER MEDAN

PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN DAN FASILITAS KERJA TERHADAP KEPUASAN KERJA PEGAWAI PADA

PT.PLN (PERSERO) WILAYAH SUMATERA UTARA

SKRIPSI

OLEH

MASMIA RENINGSIH. HSB 060502031

MANAJEMEN

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Universitas Sumatera Utara Medan

2011

(2)

ABSTRAK

Masmia reningsih Hsb (2011). Pengaruh Gaya Kepemimpinan dan Fasilitas Kerja Terhadap Kepuasan Kerja pada PT.PLN (PERSERO) Wilayah Sumatera Utara. Ibu DR. Elisabeth Siahaan, SE, M.Si selaku Dosen Pembimbing, Ibu DR. Isfenti Sadalia, S.E, M.E, selaku Ketua Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara. Ibu Dra. Marhayani, M.Si selaku Sekretaris Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara, Ibu DR. Endang Sulistya Rini, S.E, M.Si, selaku Ketua Program Studi Manajemen. Ibu Dr. Prihatin Lumbanraja, MSi selaku Dosen Penguji satu dan ibu Dra. Yulinda, Msi, selaku dosen penguji dua Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui dan menganalisis Pengaruh Gaya Kepemimpinan dan Fasilitas Kerja Terhadap Kepuasan Kerja Pegawai pada PT.PLN (PERSERO). Penulis menarik hipotesis bahwa terdapat pengaruh antara gaya kepemimpinan dan fasilitas kerja terhadap kepuasan kerja pegawai pada PT.PLN (PERSERO) Wilayah Sumatera Utara.

Populasi dalam Penelitian ini adalah seluruh karyawan PT.PLN (PERSERO) yang berjumlah 181 karyawan. Untuk menentukan ukuran sampel maka digunakan metode Purposive random sampling, yiatu penentuan sampel dengan pertimbangan karakter dan ciri-ciri yang ditentukan terlebih dahulu. Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan uji F, uji t dan koefisien determinasi, dengan tingkat signifikansi (α) 5%. Penganalisaan data menggunakan

software pengolahan data statistik yaitu SPSS 15.00 for windows.

Teknik analisis data pada penelitian ini adalah analisis deskriptif, analisis tabulasi berganda, analisis regresi linier berganda, dan Koefisien determinan.. Data yang digunakan adalah data primer. Hasil uji F menunjukkan bahwa gaya kepemimpinan dan fasilitas kerja pegawai berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan kerja pegawai pada PT.PLN (PERSERO), uji t (secara individual) menunjukkan bahwa gaya kepemimpinan dan fasilitas kerja pegawai berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan kerja pegawai pada PT.PLN (PERSERO). Persamaan regresi penelitian adalah Y= 15,138 + 0,382X1 +

0,299X2 + e .

Kata Kunci: Kepuasan kerja,PT.PLN Persero, Gaya kepemimpinan, Fasilitas

(3)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan

karunia-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

Serta Shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad SAW. Penulisan skripsi ini

merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan di Fakultas

Ekonomi Universitas Sumatera Utara untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada orangtua Sumarlan dan Darawati yang

merupakan sumber inspirasi dan senantiasa memberikan kasih sayang, bimbingan,

motivasi, nasehat, serta do’a yang tiada hentinya kepada penulis.

Penulis mengharapkan saran dan kritik dari semua pihak yang dapat

membangun untuk menjadikan skripsi ini lebih baik lagi. Penulis berharap skripsi

ini dapat bermanfaat bagi berbagai pihak. Penulis telah banyak mendapatkan

bimbingan, nasehat, dan motivasi dari berbagai pihak selama perkuliahan hingga

penulisan skripsi ini. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih

yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec. selaku Dekan Fakultas Ekonomi

Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu DR. Isfenti Sadalia, S.E, M.E, selaku Ketua Departemen Manajemen

Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Dra. Marhayanie,M.Si, selaku Sekretaris Departemen Manajemen

Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

4. Ibu DR. Endang Sulistya Rini, S.E, M.Si, selaku Ketua Program Studi

(4)

5. Ibu Dra. Yulinda Msi selaku Dosen Wali yang telah banyak memberikan

bimbingan dan arahan kepada penulis selama masa perkuliahan.

6. Ibu Dr. Elisabeth Siahaan SE, Msi selaku Dosen Pembimbing yang telah

banyak meluangkan waktu untuk membimbing serta memberi arahan

dalam penyelesaian skripsi ini.

7. Ibu Dr. Prihatin Lumbanraja, Msi selaku Dosen Penguji I yang telah

meluangkan waktunya dalam memberikan saran dan kritik demi

kesempurnaan skripsi ini.

8. Ibu Dra. Yulinda, Msi selaku Dosen Penguji II yang telah meluangkan

waktunya dalam memberikan saran dan kritik demi kesempurnaan skripsi

ini.

9. Seluruh Dosen dan Civitas Akademik di Fakultas Ekonomi Universitas

Sumatera Utara yang telah memberikan bekal pengetahuan sehingga

penulis dapat menyelesaikan pendidikan dan penulisan skripsi ini dengan

baik.

10.Seluruh Staf dan Pegawai di Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera

Utara yang telah membantu penulis dalam hal penyelesaian administrasi

selama masa pendidikan dan penyelesaian skripsi ini.

11.Seluruh Karyawan dan Karyawati PT.PLN (PERSERO). yang telah

meluangkan waktunya dalam memberikan pengarahan serta mengisi

kuesioner-kuesioner yang penelitian.

12. Keluargaku tercinta; Bapakku Maasmun Hsb dan Ibuku Miah, Kakakku

(5)

Hamzah Hsb Adikku Muhammat Akbar Hsb, dan abang iparku tercinta

Dedy Febrina dan Sisem,. Terima kasih buat motivasi, semangat, dan

dukungan baik dukungan moral maupun materi serta kasih sayang dan

do’a sehinngga penulis terpacu untuk menyelesaikan skripsi ini.

13.Sahabat-sahabatku Fransisca, Junaidi, Rizki, Nita, Devi , Mahruro ,

Januar, boy, Andri, Bang Ryan, Randa, dan ani yang imute. Terima kasih

buat motivasi, semangat, dan dukungan kepada penulis.

14.Buat pacarku tercinta Hendri Ronaldi yang selalu memberi dukungan dan

do’a kepada penulis sehingga terpacu untuk menyelesaikan skipsi ini.

15.Seluruh teman-teman dan sahabat lainnya di Manajemen 2006: anak-anak

grup A, grup B, grup C dan grup D. Terima kasih buat motivasi, semangat,

dan dukungan kepada penulis.

16.Semua pihak, rekan, sahabat, yang namanya tidak dapat penulis sebutkan

satu persatu, terima kasih atas dukunganya selama ini

Akhir kata, penulis berharap agar skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca

dan peneliti lainnya, khususnya Mahasiswa Fakultas Ekonomi Departemen

Manajemen Universitas Sumatera Utara.

Semoga Allah SWT melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada kita

semua serta memberikan balasan kepada pihak-pihak yang telah bersedia

membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Amin.

Medan, 8 Februari 2011

Penulis

(6)

DAFTAR ISI

8. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 16

9. Metode Analisis Data ... 20

BAB II URAIAN TEORETIS ... 27

A. Penelitian Terdahulu ... 27

B. Pengertian pemimpin dan kepemimpinan ... 27

C. Pentingnya peran kepemimpinan dalam suatu organisasi ... 29

D. Gaya kepemimpinan ... 30

1. Gaya Kepemimpinan Demokratis ... 30

2. Gaya Kepemimpinan Otoriter ... 31

3. Gaya Kepemimpinan Bebas ... 31

E. Fasilitas Kerja ... 36

1. Pengertian dan Arti Pentingnya Fasilitas Kerja ... 36

2. Jenis Fasilitas Kerja ... 37

F.Kepuasan Kerja ... 38

1. Pengertian Kepuasan Kerja ... 38

2. Teori-teori Kepuasan Kerja ... 39

3. Faktor-faktor Yang Menpengaruhi Kepuasan Kerja ... 40

BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ... 42

A. Sejarah Perusahaan ... 42

B. Daerah Eksploitasi I Menjadi Eksploitasi II ... 43

C. Dari Perum Menjadi Persero... 44

(7)

E. Struktur organisasi PT PLN(PERSERO) Wilayah SUMUT ... 45

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN ... 72

A . Metode Analisis Deskriptif ... 72

a. Deskriptif Responden ... 72

b. Karekteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 72

c. Karekteristik Responden Berdasarkan Usia ... 73

d. Karekteristik Responden Berdasarkan Lama Bekerja ... 74

e. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat pendidikan ... 74

B. Metode Analisis Statistik ... 74

C. Analisis Regresi Linier Berganda... 78

a. Uji f (Uji Serentak)... 86

b. Uji t (Uji Parsial)... 89

c. Pengujian Koefesien Determinan (R2)... 93

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 95

A. Kesimpulan ... 95

B. Saran ... 96

(8)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Absensi karyawan PT PLN (PERSERO) ... 5

Tabel 1.2 Operasional variabel ... 12

Tabel 1.3 Instrumen skala likert ... 13

Tabel 1.4 Jumlah Sampel ... 15

Tabel 1.5 Validitas tiap pertanyaan ... 18

Tabel 1.6 Reliabelity Statistic ... 20

Tabel 2.1 Ciri-ciri Kepemimpinan ... 32

Tabel 4.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 73

Tabel 4.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia... 73

Tabel 4.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Bekerja ... 74

Tabel 4.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan... 74

Tabel 4.5 Distribusi Jawaban Responden Atas Variabel Gaya Kepemimpinan ... 75

Tabel 4.6 Distribusi Jawaban Responden Atas Variabel Fasilitas Kerja ... 77

Tabel 4.7 Distribusi Jawaban Responden Atas Variabel Kepuasan Kerja ... 77

Tabel 4.8 Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov ... 81

Tabel 4.9 Hasil Uji Multikolinieritas ... 82

Tabel 4.10 Hasil Uji Glejser ... 84

Tabel 4.11 Regresi Linear Berganda ... 85

Tabel 4.12 Hasil Uji F (Uji Serentak) ... 88

Tabel 4.13 Hasil Uji-t (Uji Parsial) ... 91

Tabel 4.14 Model Summary ... 93

(9)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Kerangka Konseptual Penelitian ... 8 Gambar 4.1 Hasil Uji Normal P-P Plot of Regression

Standardized Residual ... 80

(10)

ABSTRAK

Masmia reningsih Hsb (2011). Pengaruh Gaya Kepemimpinan dan Fasilitas Kerja Terhadap Kepuasan Kerja pada PT.PLN (PERSERO) Wilayah Sumatera Utara. Ibu DR. Elisabeth Siahaan, SE, M.Si selaku Dosen Pembimbing, Ibu DR. Isfenti Sadalia, S.E, M.E, selaku Ketua Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara. Ibu Dra. Marhayani, M.Si selaku Sekretaris Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara, Ibu DR. Endang Sulistya Rini, S.E, M.Si, selaku Ketua Program Studi Manajemen. Ibu Dr. Prihatin Lumbanraja, MSi selaku Dosen Penguji satu dan ibu Dra. Yulinda, Msi, selaku dosen penguji dua Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui dan menganalisis Pengaruh Gaya Kepemimpinan dan Fasilitas Kerja Terhadap Kepuasan Kerja Pegawai pada PT.PLN (PERSERO). Penulis menarik hipotesis bahwa terdapat pengaruh antara gaya kepemimpinan dan fasilitas kerja terhadap kepuasan kerja pegawai pada PT.PLN (PERSERO) Wilayah Sumatera Utara.

Populasi dalam Penelitian ini adalah seluruh karyawan PT.PLN (PERSERO) yang berjumlah 181 karyawan. Untuk menentukan ukuran sampel maka digunakan metode Purposive random sampling, yiatu penentuan sampel dengan pertimbangan karakter dan ciri-ciri yang ditentukan terlebih dahulu. Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan uji F, uji t dan koefisien determinasi, dengan tingkat signifikansi (α) 5%. Penganalisaan data menggunakan

software pengolahan data statistik yaitu SPSS 15.00 for windows.

Teknik analisis data pada penelitian ini adalah analisis deskriptif, analisis tabulasi berganda, analisis regresi linier berganda, dan Koefisien determinan.. Data yang digunakan adalah data primer. Hasil uji F menunjukkan bahwa gaya kepemimpinan dan fasilitas kerja pegawai berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan kerja pegawai pada PT.PLN (PERSERO), uji t (secara individual) menunjukkan bahwa gaya kepemimpinan dan fasilitas kerja pegawai berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan kerja pegawai pada PT.PLN (PERSERO). Persamaan regresi penelitian adalah Y= 15,138 + 0,382X1 +

0,299X2 + e .

Kata Kunci: Kepuasan kerja,PT.PLN Persero, Gaya kepemimpinan, Fasilitas

(11)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang masalah

Keunggulan bersaing suatu organisasi sangat bergantung pada kemampuan

organisasi tersebut dalam mencapai kinerja yang optimal. Kinerja yang baik akan

dapat diraih jika produktivitas dari karyawan yang bekerja dalam organisasi

mengalami kemajuan atau peningkatan. Untuk mencapai produktivitas kerja

karyawan yang diharapkan, maka organisasi sangat perlu untuk mengkaji faktor

-faktor apa saja yang mempengaruhinya. Dengan demikian organisasi yang akan

berusaha untuk meningkatkan produktivitas karyawannya, dapat dilihat dari

variabel kepuasan kerja (Yuli, 2005: 189).

Kepuasan kerja didefenisikan dengan sejauh mana individu merasakan

secara positif atau negatif berbagai macam faktor atau dimensi dari tugas-tugas

dalam pekerjaannya. Kepuasan kerja dalam pekerjaannya adalah kepuasan kerja

yang dinikmati dalam pekerjaan dengan memperoleh pujian hasil kerja,

penempatan, perlakuan, peralatan dan suasana kerja yang baik. Sikap ini

dicerminkan oleh moral kerja, kedisiplinan dan prestasi kerja. Kepuasan kerja

dinikmati dalam pekerjaan, luar pekerjaan dan kombinasi dalam dan luar

pekerjaan (Hasibuan, 2007: 203).

Menciptakan kepuasan kerja karyawan dalam organisasi adalah sangat

penting. Apabila karyawan tidak mencapai kepuasan kerjanya maka akan timbul

sikap negatif dalam pekerjaan seperti kurangnya rasa ketertarikan pada diri

(12)

yang menawarkan imbalan lebih atau mencari pekerjaan sambilan ditempat lain

sehingga mutu pekerjaannya yang sekarang tidak diperhatikan; mogok kerja dan

keluhan-keluhan lainnya.

Kepuasan kerja merupakan sasaran penting dalam manajemen SDM,

karena secara langsung maupun tidak langsung akan mempengaruhi produktivitas

kerja karyawan dalam suatu organisasi atau perusahaan, adapun komponen

kepuasan kerja yang dimaksud antara lain: upah atau gaji, pekerjaan atau aktivitas

kerja, pengawasan, promosi karir, hubungan dan kondisi lingkungan kerja (Yuli,

2005: 197). Kepuasan kerja berkait dengan pemenuhan kebutuhan, karyawan yang

merasa terpenuhi kebutuhan akan mempersepsikan dirinya sebagai karyawan yang

memiliki kepuasan atas pekerjaannya. Sebaliknya, ketidakpuasan muncul apabila

salah satu atau sebagian dari kebutuhannya tidak dapat dipenuhi.

Kegiatan manusia secara bersama-sama selalu membutuhkan

kepemimpinan. Jadi harus ada pemimpin demi sukses dan efisiensi kerja. Untuk

macam-macam usaha dari kegiatan manusia yang jutaan banyaknya ini diperlukan

upaya yang terencana dan sistematis untuk melatih dan mempersiapkan

pemimpin-pemimpin baru.

Gaya kepemimpinan diartikan sebagai perilaku atau cara yang dipilih dan

dipergunakan pemimpin dalam mempengaruhi pikiran, perasaan, sikap dan

perilaku para anggota atau bawahannya (Nawawi, 2003: 113). Gaya

kepemimpinan merupakan norma perilaku orang lain, atau dapat pula dikatakan

bahwa gaya kepemimpinan adalah suatu pola perilaku yang konsisten ditunjukkan

(13)

mempengaruhi kegiatan-kegiatan orang lain. Seorang pemimpin mempunyai

kapasitas untuk membaca situasi yang dihadapinya dan menyesuaikan gaya

kepemimpinannya sesuai dengan situasi tersebut, meskipun penyesuaian ini hanya

bersifat sementara. Setiap pemimpin mempunyai sifat, kebiasaan, watak dan

kepribadian sendiri yang unik/khas, sehingga tingkah laku dan gayanya

membedakan dari pemimpin yang lain.

Tugas seorang pemimpin dalam mewujutkan kepuasan kerja pegawai, hal

lain yang ikut mempengaruhinya adalah fasilitas kerja. Tanpa adanya fasilitas

yang memadai, maka peran pegawai akan merasa jenuh dan kurang bergairah

dalam melaksanakan tugasnya. Hal ini disebabkan oleh adanya rasa ketidakpuasan

dari pegawai itu sendiri terhadap pekerjaannya. Jadi dengan kata lain, untuk dapat

memberikan rasa puas bagi pegawai terhadap pekerjaannya adalah dengan adanya

fasilitas yang memadai.

PT.PLN (PERSERO) Wilayah Sumatera Utara adalah Badan Usaha Milik

Negara (BUMN) yang bergerak dibidang penyediaan, pengadaan dan penyaluran

tenaga listrik terhadap masyarakat atau pelanggan. PT.PLN (PERSERO) Wliyah

Sumatra Utara menerapkan gaya kepemimpinan demokratis, dimana

kegiatan-kegiatan pengendalian yang dilakukan PT.PLN (PERSERO) dilaksanakan secara

efektif dan efisien. Salah satu faktor utama yang menjadi kepuasan para pegawai

dalam menyelesaikan pekerjaannya adalah kepemimpinan dan fasilitas-fasilitas

yang tersedia. Adapun permasalahan yang sering dikeluhkan oleh para pegawai

adalah kurangnya perhatian yang diberikan oleh pimpinan terhadap mereka,

(14)

pernah membatalkan perjanjian pertemuan yang sudah disepakati bersama, dan

disamping itu, fasilitas-fasilitas kerja yang tersedia di kantor saat ini juga kurang

mendukung, seperti: unit komputer yang kurang, unit meja kantor yang kurang

memadai, tempat parkir yang selalu bermasalah, bangunan kantor yang kurang

nyaman, dan transportasinya yang sering bermasalah atau kurang terawatt,

sehingga memakan waktu yang lama bagi pegawai dalam menyelesaikan suatu

pekerjaan.

Kelengkapan sarana dan fasilitas kerja akan mendorong timbulnya hasil

kerja yang efektif, efisien serta mendorong peningkatan kualitas, yang seiring

dengan standar kerja yang ada. Fasilitas kerja yang disediakan perusahaan

haruslah disesuaikan dengan kebutuhan perusahaan, sehingga pekerjaan yang

dikerjakan oleh karyawan dapat berjalan dengan efektif (Hasibuan, 2007: 183).

Gaya kepemimpinan dan fasilitas kerja merupakan salah satu faktor yang

dapat mempengaruhi kepuasan kerja bagi setiap karyawan, semakin baik gaya

kepemimpinan dan fasilitas maka semakin tinggi tingkat kepuasan kerja

karyawan, begitu juga sebaliknya semakin buruk dan tidak efektifnya gaya

kepemimpinan dan fasilitas akan mempengaruhi kepuasan kerja karyawan. Hal

demikian dapat dilihat dengan tingginya tingkat absensi karyawan.

Tabel 1.1

(15)

Tahun 2006-2009

Tahun Jumlah Karyawan

Tingkat Absensi Total

Sakit Izin Alfa Jlh %

Jlh % Jlh % Jlh %

2006 160 5 3,13 5 3,13 4 2,50 14 8,75

2007 165 6 3,64 4 2,42 4 2,42 14 8,48

2008 171 5 2,92 5 2,92 5 2,92 15 8,77

2009 181 7 3,87 6 3,31 4 2,20 17 9,39

Sumber : Bagian Personalia PT.PLN (PERSERO) Wilayah Sumut.

Table 1.1 merupakan data absensi karyawan PT.PLN (PERSERO) Wilayah

Sumut. Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa persentase jumlah absensi

karyawan tahun 2006 sebesar 8,75%, tahun 2007 sebesar 8,48%, tahun 2008

sebesar 8,77%, tahun 2009 sebesar 9,39%. Dari data diatas dapat dilihat bahwa

adanya peningkatan absensi dari tahun 2007 sampai tahun 2009. Berdasarkan

peningkatan tersebutdapat disimpulkan bahwa karyawan kurang puas dengan gaya

kepemimpinan demokratis dan fasilitas yang kurang mendukung.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan dan ketersediaan

fasilitas sangat mendukung kepuasan pewagai dalam menyelesaikan

pekerjaannya, untuk itu penulis tertarik melakukan suatu penelitian dengan

memilih judul: “Pengaruh Gaya Kepemimpinan dan Fasilitas Kerja

Terhadap KepuasanKerja Pegawai pada PT.PLN (PERSERO) Wilayah Sumatera Utara”.

(16)

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya,

maka perumusan masalah penelitian ini adalah : “Apakah gaya kepemimpinan

dan fasilitas berpengaruh terhadap kepuasan kerja pegawai pada PT.PLN (PERSERO) Wilayah Sumatra Utara?”

C. Kerangka Konseptual

Kepuasan kerja pada dasarnya merupakan suatu yang bersifat individual.

Setiap individu memiliki tingkat kepuasan yang berbeda-beda sesuai dengan

system nilai yang berlaku pada dirinya. Makin tinggi penilaian terhadap kegiatan

dirasakan sesuai dengan keinginan individu, maka makin tinggi kepuasannya

terhadap kegiatan tersebut. Dengan demikian, kepuasan kerja merupakan evaluasi

yang menggambarkan seseorang atas perasaan sikapnya, senang atau tidak

senang, puas atau tidak puas dalam perusahaan.

Faktor-faktor yang dapat mengukur kepuasan kerja antara lain: kualitas

karyawan melakukan pekerjaannya, kuantitas kemampuan karyawan memenuhi

target ditetapkan perusahaan, efektivitas kemampuan penyelesaian pekerjaan

sesuai dengan waktu yang ditetapkan dan dijadikan satu kesatuan untuk

menunjukkan seberapa besar kontribusi yang diberikan karyawan pada

perusahaan.

Menurut Hasibuan (2007: 203) kepuasan kerja karyawan banyak

dipengaruhi sikap pimpinan dalam kepemimpinannya. Kepemimpinan partisipasi

memberikan kepuasan kerja bagi karyawan karena karyawan ikut aktif dalam

(17)

Kepemimpinan oteriter mengakibatkan kepuasan kerja karyawan rendah atau

mengakibatkan ketidakpuasan kerja karyawan. Jadi, kepuasan karyawan

merupakan kunci pendorong moral kerja, kedisiplinan dan prestasi kerja karyawan

dalam mendukung terwujudnya tujuan perusahaan.

Gaya kepemimpinan demokratis : Kepemimpinan selalu bertitik tolak dari

pendapat bahwa manusia itu adalah makhluk yang paling mulia, ia senang

menerima saran, pendapat, dan kritikan-kritikan dari bawahannya, selalu berusaha

mengsinkronisasikan kepentingan dan tujuan organisasi dengan kepentingan

pribadi dan tujuan dari para bawahannya. (Nawawi, 2003: 27).

Fasilitas kerja adalah salah satu alat yang digunakan karyawan/pegawai

untuk memudahkan dalam menyelesaikan pekerjaan sehari-hari. Failitas kerja

pada setiap perusahaan akan berbeda dalam bentuk dan jenisnya, tergantung pada

jenis usaha dan besar kecilnya perusahaan tersebut. Fasilitas kerja berkaitan

dengan kepuasan kerja karyawan karena kepuasan kerja berkaitan dengan

pemenuhan kebutuhan. Karyawan yang merasa terpenuhi kebutuhannya akan

mempersepsikan dirinya sebagai karyawan yang memiliki kepuasan atas

pekerjaannya. Sebaliknya, ketidakpuasan muncul apabila salah satu atau sebagian

dari kebutuhannya tidak dapat dipenuhi (Hasibuan, 2007: 201). Maka kerangka

konseptual dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

Gaya Kepemimpinan demokratis (X1)

(18)

Gambar 1.1 : Kerangka Konseptual

Sumber : Nawawi (2003), Sofyan (2000), Hasibuan (2007), diolah penulis

D. Hipotesis

Menurut Kuncoro (2003:47) menyatakan hipotesis merupakan suatu

penjelasan sementara tentang prilaku, fenomena, atau keadaan tertentu yang telah

terjadi atau yang akan terjadi. Berdasarkan rumusan masalah diatas dapat

disimpulkan bahwa hipotesis dalam penelitian ini adalah : “Gaya Kepemimpinan

dan Fasilitas Kerja Berpengaruh Terhadap Kepuasan Kerja Pegawai pada PT.PLN

(PERSERO) Wilayah Sumatera Utara.”

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh kepemimpinan terhadap

kepuasan, pengaruh fasilitas kerja terhadap kepuasan kerja dan untuk

mengetahui pengaruh kepemimpinan dan fasilitas kerja terhadap kepuasan

kerja pegawai.

2. Manfaat Penelitian Fasilitas Kerja (X2)

(19)

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah untuk :

a. Bagi Perusahaan

Memberikan informasi tambahan dan menjadi bahan dan masukan terhadap

pihak-pihak yang menjadi subjek penelitian yaitu PT.PLN (PERSERO)

Wilayah Sumatera Utara.

b. Bagi Peneliti

Memberikan pengembangan ilmu pengetahuan dan menambah wawasan

serta pola pikir dalam menganalisis pengaruh gaya kepemimpinan dan

fasilitas kerja terhadap kepuasan kerja pegawai.

c. Bagi Fakultas dan Peneliti Lain

Sebagai bahan referensi yang nantinya dapat memberikan perbandingan

dalam mengadakan penelitian lebih lanjut di masa yang akan datang.

F. Metode Penelitian

1. Batasan Operasional Variabel

Penelitian ini hanya dibatasi pada pegawai/karyawan PT.PLN (PERSERO)

Wilayah Sumatera Utara yang beralamat di Jln. K.L. Yos Sudarso No.284

Medan.

2. Definisi Operasional Variabel

Untuk menjelaskan variabel yang dimaksudkan dalam penelitian ini, maka

perlu definisi operasional variabel dari masing-masing variabel sebagai

upaya pemahaman dalam penelitian. Definisi operasional variabel adalah

(20)

suatu variabel. Dalam penelitian ini, variabel yang diteliti dibagi menjadi

dua kelompok besar, yaitu variabel bebas (independent variable) dan

variabel terikat (dependent variable). Definisi operasional variabel yang

diteliti adalah sebagai berikut:

a. Variabel Bebas (independent variable)

1. Gaya kepemimpinan demokratis : Kepemimpinan selalu bertitik

tolak dari pendapat bahwa manusia itu adalah makhluk yang

paling mulia, ia senang menerima saran, pendapat, dan

kritikan-kritikan dari bawahannya, selalu berusaha mengsinkronisasikan

kepentingan dan tujuan organisasi dengan kepentingan pribadi

dan tujuan dari para bawahannya. (Nawawi, 2003: 27).

2. Fasilitas Kerja (X2), adalah sarana pendukung dalam aktivitas

perusahaan berbentuk fisik, dan digunakan dalam kegiatan

normal perusahaan, memiliki jangka waktu kegunaan yang

relatif permanen dan memberikan manfaat untuk masa yang

akan datang. Dapat dilihat melalui :

1. Komputer

2. Meja kantor

3. Tempat parkir

4. Bangunan

(21)

b. Variabel Terikat (Dependent variable)

Kepuasan Kerja Pegawai (Y) merupakan ukuran perasaan seorang

pegawai atas sesuatu yang berkenaan dengan pekerjaan, pemberian dan

situasi lingkungan sekitarnya. Dapat dilihat melalui :

a. Hubungan antar rekan kerja

b. Hubungan atasan dengan bawahan

c. Kebijakan atau peraturan perusahaan

d. Sikap pimpinan.

(22)

Operasional Variabel

Variabel Definisi Indikator Skala

Gaya

Kepemimpinan Demokratis(X1)

Kepemimpinan selalu bertitik tolak dari pendapat bahwa manusia itu adalah makhluk yang paling mulia, ia senang menerima saran, pendapat, tujuan dari para bawahannya.

a. Memberikan jangka waktu kegunaan yang relatif permanen dan

memberikan manfaat untuk masa yang akan datang.

a. Komputer pegawai atas sesuatu yang berkenaan dengan pekerjaan, pemberian dan situasi lingkungan sekitarnya.

Sumber: Nawawi(2003), Sofyan (2000), Hasibuan (2007), Diolah, 2011.

3. Pengukuran Variabel

Skala pengukuran yang digunakan adalah Skala Likert sebagai alat untuk

mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang

tentang fenomena sosial (Sugiyono, 2008:132). Peneliti memberikan lima

(23)

dengan 5 untuk keperluan analisis kuantitatif penelitian, yang dapat dilihat

pada Tabel 1.3 berikut ini:

Tabel 1.3

Instrumen Skala Likert No Alternatif Jawaban Skor

1. Sangat Setuju (SS) 5

2. Setuju (S) 4

3. Ragu-ragu (RR) 3

4. Tidak Setuju (TS) 2

5. Sangat Tidak Setuju (STS) 1

Sumber: Sugiyono (2008:133)

4. Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat penelitian adalah PT.PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara, Jln.

K.L. Yos Sudarso No.284 Medan. Waktu penelitian dilakukan mulai

Agustus 2010 sampai dengan November 2010.

5. Populasi dan Sampel

a. Populasi

Populasi adalah himpunan/unit (orang, objek, atau kejadian) yang

menjadi bahan perhatian penelitian (Ariestonandri, 2006:93). Pada

penelitian ini yang menjadi populasinya adalah pegawai/karyawan tetap

PT.PLN (Persero) yang berjumlah 181 orang.

b. Sampel

Menurut Situmorang dan Ginting (2008:132). Ukuran sampel

ditentukan dengan menggunakan rumus dari Slovin dan Sevila sebagai

(24)

n = N

Sehingga jumlah sampel yang diperoleh adalah:

n = 181

1 + 181 (0,1)2

= 64,41 orang

Maka jumlah sampel yang diperoleh adalah 65 responden.

Pemilihan sampel dilakukan dengan menggunakan metode Purposive

random sampling, yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan

karakter dan ciri-ciri yang ditentukan terlebih dahulu (Sugiyono,

2008:122). Hal tersebut dapatdilihat pada Tabel 1.4 berikut:

Tabel 1.4 Jumlah Sampel

Devisi Populasi

(orang)

(25)

Administrasi

Total 181 65

Sumber: PT. PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara, diolah 2011.

6. Jenis dan Sumber Data

Penelitian ini menggunakan dua jenis sumber data, yaitu data primer dan

data sekunder.

a. Data Primer

Data yang diperoleh langsung dari responden yang terpilih pada lokasi

penelitian. Data primer diperoleh dengan memberikan daftar pertanyaan

dan wawancara.

b. Data Sekunder

Data yang diperoleh melalui studi dokumentasi dengan mempelajari

berbagai tulisan melalui buku, jurnal, majalah, dan juga internet untuk

mendukung penelitian ini.

7. Teknik Pengumpulan Data

Teknik yang digunakan untuk pengumpulan data dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut:

a. Wawancara

Wawancara langsung dengan pihak-pihak yang terlibat langsung didalam

penelitian ini untuk memperoleh informasi tentang berbagai hal yang

(26)

b. Daftar Pertanyaan (kuesioner)

Teknik menggunakan angket atau kuesioner dalam suatu cara

pengumpulan data adalah dengan memberikan dan menyebarkan daftar

pertanyaan kepada responden, dengan harapan mereka dapat memberi

respon atas daftar pertanyaan tersebut. Jawaban tersebut selanjutnya diberi

skor dengan skala Likert.

c. Studi Dokumentasi

Teknik pengumpulan data dengan cara meninjau, membaca dan

mempelajari berbagai macam buku, jurnal, dan informasi dari internet

yang berhubungan dengan penelitian.

8. Uji Validitas dan Reliabilitas

Kualitas hasil penelitian yang bermutu dan baik sudah bisa didapatkan jika

rangkaian penelitian yang dilakukan harus baik juga. Perencanaan yang

matang mutlak diperlukan, lalu alat-alat yang digunakan juga harus dalam

kondisi yang baik pula, oleh karena itulah seringkali sebelum penelitian

dilakukan, alat-alat yang digunakan diuji terlebih dahulu. Hal ini

bertujuan, supaya data yang diperoleh valid dan reliabel.

a. Uji Validitas

Menurut Arikunto (2000:219), validitas adalah suatu ukuran yang

menunjukkan kesahihan suatu instrumen. Sebuah instrumen dikatakan

valid apabila mampu mengukur apa yang ingin diukur serta mampu

mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat. Penelitian ini

(27)

penelitian ini dilakukan pada populasi yang tidak termasuk didalam

sampel penelitian pada PT.PLN (PERSERO) Wilayah Sumatera Utara,

yaitu sebanyak 30 orang.Pengujian validitas dilakukan dengan

menggunakan program SPSS versi 16,0 dengan tingkat signifikansi sebesar

5% adalah 0,361, dengan kriteria pengambilan keputusan sebagai berikut:

1. Jika r hitung > r table, maka pertanyaan dinyatakan valid

2. Jika r hitung < r table, maka pertanyaan dinyatakan tidak valid

(28)

Butir8 84.6667 12.023 .527 .729 Valid

Sumber : Hasil Pengolahan data primer SPSS 16.0 (kuesioner, 2011)

Pada Tabel 1.5 diatas dapat dilihat seluruh butir pertanyaan mempunyai

nilai Corrected Item-Total Correlation lebih besar dari r tabel (0,361), sehingga

semua butir pertanyaan tersebut dikatakan valid, dan selanjutnya dilakukan uji

reliabilitas. Interpretasi item total statistic, yaitu :

1. Scale mean if item deleted menerangkan nilai rata-rata total jika variabel

tersebut dihapus. Misalnya jika pertanyaan (item) 1 dihapus maka rata-rata

variabel sebesar 84.6000 jika pertanyaan (item) 2 dihapus maka rata-rata

variabel bernilai 84.5333, dan seterusnya.

2. Scale Variance if item deleted menerangkan besarnya variance total jika

variabel (butir) tersebut dihapuskan. Misalnya variabel (butir) item 1

dihapus maka besarnya variance adalah sebesar 11.903, sedangkan jika

variabel (butir) item 2 dihapus adalah 10.809, dan seterusnya.

3. Corrected Item-Total Correlation merupakan korelasi antar skor item

dengan skor total item yang dapat digunakan untuk menguji validitas

(29)

nilai rhitung yang akan dibandingkan dengan rtabel untuk mengetahui

validitas pada setiap butir pertanyaan. Jumlah kasus adalah 30; nilai tabel r

dengan tingkat signifikansi sebesar 5% adalah 0,361.

b. Uji Reliabilitas

Reliabilitas bisa diartikan sebagai keterpercayaan, keterandalan atau

konsistensi. Hasil suatu pengukuran dapat dipercaya apabila dalam

beberapa kali pelaksanaan pengukuran terhadap subjek yang sama

diperoleh hasil yang relatif sama, artinya mempunyai konsistensi

pengukuran yang baik, dan suatu konstruk atau variabel dikatakan reliabel

apabila memiliki Cronbach Alpha>0,70 (Yamin dan Kurniawan,

2009:282).

Tinggi rendahnya reliabilitas ditunjukkan oleh suatu angka yang disebut

koefisien reliabilitas. Koefisien reliabilitas berkisar antara

0-1. Semakin tinggi koefisien reliabilitas (mendekati angka 1), maka

semakin reliabel alat ukur tersebut.

Pengujian realibilitas instrumen menggunakan pengujian satu skor pada

taraf signifikan 5%. Pengujian validitas dilakukan dengan menggunakan

program SPSS versi 16,0.

Tabel 1.6

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

.751 21

Sumber : Hasil Pengolahan SPSS 16,0 (2011)

(30)

Jika nilai Cronbach Alpha > 0,70 (Yamin dan Kurniawan, 2009:282), maka

pertanyaan tersebut dinyatakan reliabel. Berdasarkan Tabel 1.6 diatas dapat dilihat

nilai Cronbach Alpha > 0,70, maka setiap butir pertanyaan dinyatakan reliabel.

9. Metode Analisis Data

a.Metode Analisis Deskriptif

Statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisa data

dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah

terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan

yang berlaku untuk umum atau generalisasi (Sugiyono, 2008:206). Metode

ini merupakan suatu metode analisis dimana data yang dikumpulkan

mula-mula disusun, diklasifikasikan dan dianalisis sehingga akan memberikan

gambaran yang jelas mengenai masalah yang sedang diteliti.

b.Metode Analisis Statistik

1. Analisis Regresi Berganda

Metode analisis regresi linier berfungsi untuk mengetahui

pengaruh/hubungan antara variabel independent (gaya Kepemimipian dan

fasilitas kerja) dan variabel dependent (Kepuasan Kerja Pegawai) akan

digunakan analisis regresi linear berganda (multiple regression analysis).

Peneliti menggunakan bantuan program software SPSS versi 16,0 untuk

memperoleh hasil yang lebih terarah. Rumus perhitungan persamaan

regresi berganda adalah sebagai berikut:

(31)

Dimana:

Y : Kepuasan Kerja Pegawai

a : Konstanta

b1-b2 : Koefisien regresi

X1 : Gaya Kepemimpinan

X2 : Fasilitas kerja

e : Standard error

Model regresi linier berganda diatas harus memenuhi syarat asumsi klasik

sebagai berikut:

1) Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah residual yang diteliti

berdistribusi normal atau tidak. Distribusi data tidak normal, karena

terdapat nilai ekstrem data yang diambil. Ada dua cara yang dapat

digunakan untuk uji normalitas, yaitu:

a) Analisis Grafik

Normalitas data dapat dilihat melalui penyebaran titik pada sumbu

diagonal dari P-Plot atau dengan melihat histogram dari residualnya.

Dasar pengambilan keputusannya sebagai berikut:

Apabila data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah

garis diagonal atau grafik histogramnya menunjukkan pola distribusi

(32)

Apabila data menyebar jauh dari diagonal atau tidak mengikuti arah

garis diagonal atau grafik histogram tidak menunjukkan pola distribusi

normal maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.

b) Analisis Statistik

Pengujian normalitas yang didasarkan pada uji statistik non

parametrik Kolmogorof-Smirnov (K-S). Menurut Umar (2008:181)

bahwa, apabila pada hasil uji Kolmogorov Smirnov, nilai Asymp. Sig

(2-tailed) lebih besar dari 0,05 (α = 5%, tingkat signifikan) maka

data berdistribusi normal.

2) Uji Multikolinieritas

Uji ini bertujuan untuk menguji apakah didalam model regresi linier

ditemukan adanya korelasi yang tinggi diantara variabel bebas. Ada

atau tidaknya multikolinieritas antar variabel dapat diketahui dengan

melihat nilai dari variance inflation factor (VIF) dari masing-masing

variabel independent terhadap variabel dependent.

Pengambilan Keputusannya:

VIF > 5 maka diduga mempunyai persoalan multikolinieritas

VIF < 5 maka tidak terdapat multikolinieritas

Tolerence < 0,1 maka diduga mempunyai persoalan multikolinieritas

Tolerence > 0,1 maka tidak terdapat multikolinieritas

(33)

Uji ini bertujuan untuk menguji apakah didalam model regresi terjadi

ketidaksamaan variance dari suatu residual pengamatan

kepengamatan lain. Ada dua cara yang dapat digunakan untuk

mendeteksi gejala Heteroskedastisitas, yaitu:

a) Analisis Grafik

Gejala Heteroskedastisitas dapat dilihat dengan menggunakan

grafik Scatterplot. Apabila data yang berbentuk titik-titik tidak

membentuk suatu pola atau menyebar, maka model regresi tidak

terkena heteroskedastisitas.

b) Analisis Statistik

Gejala Heteroskedastisitas juga dapat dideteksi melalui uji

Glesjer.

2. Uji F (Uji Serentak)

Uji F (uji serentak) adalah untuk melihat apakah variabel independent

secara bersama-sama (serentak) berpengaruh secara positif dan signifikan

terhadap variabel dependent. Melalui uji statistik dengan langkah-langkah

sebagai berikut:

H0 : b1 = b2 = b3 = 0

Artinya secara bersama-sama (serentak) tidak terdapat pengaruh yang

positif dan signifikan dari variabel independent (Gaya Kepemimpinan Dan

(34)

H1 : b1≠ b2≠ b3≠ 0

Artinya secara bersama-sama (serentak) terdapat pengaruh yang positif

dan signifikan dari variabel independent (gaya kepemimpinan dan faslitas

kerja) terhadap variabel dependent (Kepuasan Kerja Pegawai).

Nilai fhitung akan dibandingkan dengan nilai ftabel. Kriteria pengambilan

keputusan, yaitu:

H0 diterima jika fhitung ≤ ftabel pada α = 5% dengan tingkat keyakinan

95%.

H1 diterima jika fhitung > ftabel pada α = 5% dengan tingkat

keyakinan 95%.

3. Uji t (Uji Parsial)

Uji t dimaksudkan untuk melihat secara parsial apakah ada pengaruh yang

signifikan dari variabel independent (X) terhadap variabel dependent (Y).

Bentuk pengujiannya yaitu:

Ho : bi = 0 (variabel independent secara parsial tidak berpengaruh positif

dan signifikan terhadap variabel dependent).

HI : bi ≠ 0 (variabel independent secara parsial berpengaruh positif dan

signifikan terhadap variabel dependent).

Nilai thitung akan dibandingkan dengan nilai ttabel. Kriteria pengambilan

keputusan, yaitu:

Ho diterima bila thitung < ttabel pada α = 5%

(35)

4. Pengujian Koefisien Determinan (R2)

Koefisien determinan (R2) bertujuan untuk mngetahui signifikansi

variabel. Koefisien deteminasi melihat seberapa besar pengaruh variabel

independent terhadap variabel dependent. Koefisien determinan (R2)

berkisar antara 0 (nol) sampai dengan 1 (satu), (0 ≤ R 2 ≤ 1). Apabila

deteminasi (R2) semakin kecil (mendekati nol), maka dapat dikatakan

bahwa pengaruh variabel independent terhadap pengaruh variabel

dependent semakin kecil. Hal ini berarti, model yang digunakan tidak kuat

untuk menerangkan pengaruh variabel independent terhadap variabel

dependent, dan bila R2 mendekati 1, maka dapat dikatakan bahwa

pengaruh variabel independent adalah besar terhadap variabel dependent.

Hal ini berarti, model yang digunakan semakin kuat untuk menerangkan

(36)

BAB II

URAIAN TEORITIS A. Penelitian terdahulu

Ahmad Fadli (2006) : “ Pengaruh Gaya Kepemimpinan dan fasilitas

terhadap kepuasan kerja pegawai “ Dengan hasil penelitian sebagai berikut : Gaya

kepemimpinan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan kerja

pegawai pada PT. Kawasan Industri Medan. Nilai R-Square menunjukkan bahwa

42,5% variasi kerja dapat dijelaskan oleh gaya kepemimpinan yang diterapkan

adalah Gaya kepemimpinan Demokratis.

Mimi Novita Lubis (2007) : “ Pengaruh Gaya Kepemimpinan Terhadap

Kepuasan Kerja Pegawai “ Dengan hasil penelitian sebagai berikut : Gaya

kepemimpinan berpengaruh terhadap kepuasan kerja pegawai. Ini terbukti dari

pengaruh gaya kepemimpinan terhadap kepuasan kerja pegawai yang kuat dan

siknifikan, pada Kantor Pelayanan Perpajakan Binjai.

B. Pengertian Pemimpin dan Kepemimpinan

Pemberian defenisi antara pemimpin dan kepemimpinan tidak dapat

disamakan. Karena pemimpin merupakan individunya sedangkan kepemimpinan

merupakan pola tindakan dan tingkah laku dari pemimpin tersebut. Menurut

Siagian (2002:62) mendefenisikan “Pemimpin adalah merupakan kemampuan

seseorang untuk mempengaruhi orang lain, dalam hal ini para bawahannya

sedemikian rupa sehingga orang lain mau melakukan kehendak pemimpin

(37)

Pemimpin adalah individu yang berkemampuan meniupkan roh bagi suatu

organisasi,” (Affif, 2003: 67).

“ Kepemimpinan adalah proses dalam mengarahkan dan mempengaruhi

para anggota dalam hal berbagai aktivitas yang harus dilakukan.” Lebih jauh lagi,

Griffin (2000: 99) membagi pengertian Kepemimpinan menjadi 2 konsep, yaitu

sebagai proses , dan sebagai atribut. Sebagai proses, kepemimpinan difokuskan

kepada apa yang dilakukan oleh para pemimpin, yaitu proses dimana para

pemimpin menggunakan pengaruhnya untuk memperjelas tujuan bagi para

pegawai, bawahan, atau yang dipimpinnya, memotivasi mereka untuk mencapai

tujuan tersebut, serta membantu menciptakan suatu budaya produktif dalam

organisasi. Adapun dari sisi atribut, kepemimpinan adalah kumpulan

karakteristik yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin. Oleh karena itu, dapat

dikatakan bahwa kepemimpinan merupakan faktor penentu bagi kehidupan ,

perkembangan bahkan matinya suatu organisasi disektor apapun dia bergerak.

Pemimpin yang berhasil tidak hanya tergantung dari berapa banyak

keterampilan yang ia kuasai, namun juga dapat bergantung pada cara ia berprilaku

dan tindakan yang dilakukannya. Gaya kepemimpinan berpengaruh terhadap

kinerja karyawannya, karena gaya kepemimpinan mempengaruhi kepuasan kerja

karyawan yang akan meningkatkan kinerja karyawan apabila kepuasan tersebut

dapat terpenuhi.

(38)

Pengarahan terhadap usaha-usaha semua pekerja dalam mencapai

tujuan-tujuan organisasi, perusahaan maupun lembaga pemerintahan harus diberikan oleh

pemimpin sehingga kepemimpinan tersebut dapat menjadi efektif. Seseorang yang

menduduki jabatan sebagai pemimpin dalam suatu organisasi memainkan peranan

yang sangat penting, tidak hanya secara internal bagi organisasi akan tetapi juga

dalam menghadapi berbagai pihak diluar organisasi yang kesemuanya

dimaksudkan untuk meningkatkan kemampuan organisasi mencapai tujuannya.

Antara lain peran yang bersifat interpersonal, informasional dan dalam kancah

pengambilan keputusan.

Menurut Robin (2008 :93) :“ Kepemimpinan menyangkut hal mengatasi

perubahan. Pemimpin menetapkan arah dengan mengembangkan suatu visi

terhadap masa depan kemudian mereka menyatukan orang dengan

mengkomunikasikan visi ini dan mengilhami mereka untuk mengatasi

rintangan-rintangan “.

Keadaan ini menggambarkan suatu kenyataan bahwasanya kepemimpinan

sangat diperlukan jika suatu organisasi atau perusahaan memiliki perbedaan

dengan yang lainnya adalah dapat dilihat dari sejauh mana kepemimpinan

didalamnya dapat bekerja secara efektif.

Pada kepemimpinan itu terdapat 3 (tiga) unsur-unsur yaitu :

1. Kemampuan mempengaruhi orang lain, bawahan atau kelompok.

2. Kemampuan mengarahkan tingkah laku bawahan atau orang lain.

(39)

Menurut Winardi (2004:304) :“ Kepemimpinan adalah seorang yang karena

kecakapan – kecakapan pribadinya dengan atau tanpa pengangkatan resmi dapat

mempengaruhi kelompok yang dipinmpinnya untuk mengerahkan usaha bersama

kearah pencapaian sasaran – sasaran tertentu.

D. Gaya Kepemimpinan

Gaya kepemimpinan ( Leadership Style ) seorang pemimpin akan sangat

berpengaruh terhadap kinerja pegawai dan pencapaian tujuan. Pemilihan gaya

kepemimpinan yang benar dan tepat dapat mengarahkan pencapaian tujuan

perorangan maupun tujuan organisasi, perusahaan maupun lembaga pemerintahan.

Dengan gaya kepemimpinan yang tidak sesuai dapat mengakibatkan pencapaian

tujuan perusahaan akan terbengkalai dan pengarahan terhadap pegawai akan

menjadi tidak jelas, dimana hal ini dapat mengakibatkan ketidakpuasan pada

anggota, atau pegawai.

Menurut Winardi (2000: 76) terdapat 3 ( tiga ) macam model gaya

kepemimpinan secara umum, yaitu demokratis, otoriter, dan kepemimpinan bebas.

Ketiga gaya kepemimpinan ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Pada

penelitian ini mengkaji ketiga gaya kepemimpinan tersebut.

1. Gaya Kepemimpinan Demokratis

Kepemimpinan Demokratis adalah kepemimpinan yang aktif, dinamis dan

terarah. Kegiatan – kegiatan pengendalian dilaksanakan secara tertib dan

bertanggung jawab. Pembagian tugas yang disertai pelimpahan wewenang dan

(40)

aktif. Dengan kata lain setiap anggota mengetahui secara pasti sumbangan yang

dapat diberikannya untuk mencapai tujuan kelompok atau organisasinya. Selain

itu dapat diketahui bagaimana melaksanakannya secara efektif dan efisien.

2. Gaya Kepemimpinan Otoriter

Kepemimpinan ini menempatkan kekuasaan ditangan satu orang atau

sekelompok kecil orang yang diantara mereka tetap ada seseorang yang paling

berkuasa. Pemimpin bertindak sebagai penguasa tunggal. Orang-orang yang

dipimpin jumlahnya lebih banyak, merupakan pihak yang dikuasai, yang disebut

bawahan atau anak buah. Kedudukan dan tugas bawahan ( anak buah )

semata-mata sebagai pelaksana keputusan, perintah dan bahkan kehendak pimpinan.

3. Gaya Kepemimpinan Bebas

Kepemimpinannya dijalankan dengan memberikan kebebasan penuh pada

orang yang dipimpin dalam mengambil keputusan dan melakukan kegiatan

menurut kehendak dan kepentingan masing-masing baik secara perseorangan

maupun berupa kelompok-kelompok kecil. Pemimpin hanya memfungsikan

dirinya sebagai penasehat, yang dilakukan dengan memberi kesempatan untuk

(41)

Tabel 2.1

Ciri-ciri Kepemimpinan

Demokratis Otoriter Bebas

1. Semua kebijaksanaan merupakan bahan pembahasan kelompok dan keputusan kelompok yang dirangsang dan dibantu oleh pemimpin.

1. Semua determinasi

2. Perspektif aktivitas dicapai selama diskusi berlangsung. dua atau lebih banyak prosedur-prosedur alternatif, mengatakan bahwa ia akan menyediakan keterangan apabila ada permintaan. Ia tidak turut mengambil bagian dalam diskusi kelompok.

Demokratis Otoriter Bebas

3. Para anggota bebas untuk bekerja dengan siapa yang mereka kehendaki dan

4. Pemimpin bersifat objektif dalam pujian dan kritiknya dan ia berusaha untuk menjadi anggota kelompok secara tidak turut serta dalam partisipasi kelompok secara aktif kecuali apabila ia memberikan demonstrasi.

4. Komentar spontan yang tidak berfrekuensi atas aktivitas-aktivitas anggota dan ia tidak berusaha sama sekali untuk menilai atau mengatur kejadian-kejadian.

Sumber:.Winardi (2000:79) diolah.

Selain itu ada beberapa tipe gaya kepemimpinan lainnya. Menurut Kartono

(2008:82) :

1. Tipe Karismatis

Tipe pemimpin karismatis ini memiliki kekuatan energi, daya tarik dan

(42)

mempunyai pengikut yang sangat besar jumlahnya dan pegawai-pegawai

yang bisa dipercaya.

2. Tipe Paternalistis

a). Dia menganggap bawahannya sebagai manusia yang belum dewasa,

atau anak sendiri yang perlu dikembangkan.

b). Bersikap terlalu melindungi.

c). Jarang memberikan kesempatan kepada bawahan untuk mengambil

keputusan.

d). Hampir tidak pernah memberikan kesempatan kepada bawahan untuk

berinisiatif.

e). Tidak memberikan atau hampir tidak pernah memberikan kesempatan

kepada pengikut dan bawahan untuk mengembangkan imajinasi dan

daya kreativitas mereka sendiri.

f). Selalu bersikap maha-tahu dan maha-benar.

3. Tipe Populistis

Kepemimpinan populistis ini berpegang teguh pada nilai-nilai masyarakat

yang tradisional. Juga kurang mempercayai dukungan kekuatan serta

bantuan hutang-hutang luar negri. Kepemimpinan jenis ini mengutamakan

penghidupan nasionalisme.

4. Tipe Administratif atau Eksekutif

Kepemimpinan ini kepemimpinan yang mampu menyelenggarakan

(43)

dan administratur-administratur yang mampu menggerakkan dinamika

modernisasi dan pembangunan.

Menurut Robbins (2008: 90) terdapat tiga macam model gaya

kepemimpinan, yaitu transaksional, transformasional, dan laissez–faire.

Ketiga gaya kepemimpinan ini memiliki kelebihan dan kekurangan, yaitu:

1. Gaya Kepemimpinan Transaksional

Kepemimpinan transaksional adalah pemimpin yang membimbing atau

memotivasi para pengikut mereka pada arah tujuan yang telah ditetapkan

dengan cara memperjelas peran dan tugas mereka.

Indikator-indikator dari model kepemimpinan ini adalah:

1. Penghargaan Bersyarat: menjalankan pertukaran kontraktual

antara penghargaan dan usaha, menjanjikan penghargaan untuk

kinerja yang bagus, dan mengakui pencapaian yang diperoleh.

2. Manajemen Dengan Pengecualian (aktif): mengamati dan

mencari penyimpangan dari aturan-aturan dan standar, serta

melakukan tindakan perbaikan.

3. Manajemen Dengan Pengecualian (pasif): dilakukan hanya jika

standar tidak tercapai

4. Lassez-faire: melepaskan tanggung jawab dan menghindari

pengambilan keputusan.

2. Gaya Kepemimpinan Transformasional

Kepemimpinan transformasional adalah pemimpin yang menginspirasikan

(44)

dan memiliki kemampuan memengaruhi yang luar biasa. Kepemimpinan

ini lebih unggul dari pada kepemimpinan transaksional dan menghasilkan

tingkat upaya dan kinerja para pengikut yang melampaui apa yang bisa

dicapai kalau hanya pendekatan transaksional yang diterapkan. Tetapi

apabila seorang pemimpin transaksional yang baik tetapi tidak memiliki

sifat-sifat transformasional, maka seorang pemimpin itu adalah pemimpin

yang biasa-biasa saja.

Indikator-indikator dari model kepemimpinan ini adalah:

1. Pengaruh yang Ideal: memberikan visi dan misi, menanamkan

kebanggaan, serta mendapatkan respek dan kepercayaan.

2. Motivasi yang Inspirasional: mengomonikasikan ekspektasi yang

tinggi, menggunakan simbol-simbol untuk berfokus pada upaya,

dan menyatakan tujuan-tujuan penting secara sederhana.

3. Stimulasi Intelektual: meningkatkan kecerdasan, rasionalitas,

dan pemecahan masalah yang cermat.

4. Pertimbangan yang Bersifat Individual: memberikan perhatian

pribadi, memperlakukan masing-masing karyawan secara

individual, serta melatih dan memberikan saran.

3. Gaya Kepemimpinan Laissez-faire

Kepemimpinan laissez-faire dijalankan dengan memberikan kebebasan

penuh pada orang yang dipimpin dalam mengambil keputusan dan

melakukan kegiatan menurut kehendak dan kepentingan masing-masing

(45)

Laissez-faire adalah model yang paling pasif dan karena itu merupakan

perikaku pemimpin yang paling tidak efektif. Para pemimpin yang

menggunakan ini jarang dianggap efektif.

Indikator-indikator dari model kepemimpinan ini adalah:

1. Tidak ada Ikatan: melakukan pekerjaan dengan semaunya

2. Memberikan Reaksi apabila ada masalah: ikut campur kalau

adanya masalah di dalam perusahaan.

3. Tidak Disiplin: selalu terlambat dalam menyelesaikan pekerjaan.

4. Tidak Bertanggung Jawab: menunda-nunda pekerjaan, sering

mengabaikan pekerjaan.

E. Fasilitas Kerja

1. Pengertian dan Arti Pentingnya Failitas Kerja

Fasilitas kerja adalah sarana pendukung dalam aktivitas perusahaan

berbentuk fisik, dan digunakan dalam kegiatan normal perusahaan, memiliki

jangka waktu kegunaan yang relatif permanen dan memberikan manfaat untuk

masa yang akan dating. Fasilitas kerja sangatlah penting bagi perusahaan, karena

dapat menunjang kinerja karyawan, Seperti dalam penyelesaian pekerjaan.

Dalam suatu perusahaan untuk mencapai suatu tujuan diperlukan alat

pendukung yang digunakan dalam proses atau aktifitas di perusahaan tersebut.

Fasilitas yang digunkan oleh setiap perusahaan bermacam-macam bentuk, jenis

(46)

pula fasilitas dan sarana pendukung dalam proses kegiatan untk mencapai tujuan

tersebut.

Menurut Hartanto ( 2002: 501) karakteristik dari sarana pendukung dalam

proses aktivitas perusahaan adalah:

1. Mempunyai bentuk fisik

2. Dipakai atau digunakan secara aktif dalam kegiatan normal perusahaan.

3. Mempunyai jangka waktu kegunaan atau umur relatif permanen dari satu

periode akuntansi atu lebih dari satu tahun.

4. Memberikan manfaat dimasa yang akan datang.

Dari pendapat diatas dapat diketahui bahwa sarana pendukung dalam

aktivitas perusahaan berbnetuk fisik dan digunakan dalam kegiatan normal

perusahaan, memiliki jangka waktu kegunaan yantg relatif permanen dan

memberikan manfaat untuk masa yang akan datang.

2. Jenis Fasiitas Kerja

Fasilitas kerja merupakan salah satu alat yang digunakan oleh karyawan

untuk memudahkan dalam penyelesaian kerjaan sehari-hari. Fasilitas kerja pada

setiap perusahaan akan berbeda dalam bentuk dan jenisnya, tergantung pada jenis

usaha dan besar kecilnya perusahaan tersebut.

Menurut Sofyan (2000: 22) fasilitas kerja dalam persahaan terdiri dari:

1. Mesin dan peralatan

2. Prasarana

3. Perlengkapan kantor

(47)

5. Tanah dan bangunan

6. Alat transportasi

F. Kepuasan Kerja

1.Pengertian Kepuasan Kerja

Pengertian kepuasan kerja menurut Handoko (2001: 193) adalah keadaan

emosional yang menyenangkan atau tidak menyenangkan dengan mana para

karyawan memandang pekerjaannya. Pengertian ini mengandung arti bahwa

kepuasan kerja merupakan perasaan hati seorang pegawai terhadap pekerjaan

yang mereka laksanakan. Perasaan hati ini bias menyenangkan dan bias juga tidak

menyenangkan, hal ini tergantung pada penilaian pegawai yang bersangkutan

terhadap pekerjaan mereka.

Kepuasan kerja dalam pekerjaan adalah kepuasan kerja yang dinikmati

dalam pekerjaan dengan memperoleh pujian hasil kerja, penempatan, pelaku,

peralatan, dan suasana lingkungan kerja yang baik. Karyawan yang lebih suka

menikmati kepuasan kerja dalam pekerjaan akan lebih mengutamakan

pekerjaannya dari pada balas jasa walaupun balas jasa itu penting.

Kepuasan diluar pekerjaan adalah kepuasan kerja karyawan yang dinikmati

diluar pekerjaan dengan besarnya balas jasa yang akan dan hasil kerjanya agar dia

dapat membeli kebutuhannya.

Kepuasan kerja kombinasi dalam dan luar pekerjaan adalah kepuasan kerja

yang mencerminkan oleh sikap emosional yang seimbang antara balas jasa dengan

(48)

kombinasi dalam dan luar pekerjaan akan merasa puas jika hasil kerja dan balas

jasanya dirasa adil dan layak.

2. Teori-Teori Kepuasan Kerja

Menurut Yuli (2005: 190) bahwa teori-teori tentang kepuasan kerja dapat

dikelompokkan menjadi tiga macam, yaitu yang disebut sebagai:

a. Disperancy Theory (teori perbedaan)

Teori ini pertama kali di pelepori oleh Porter. Porter mengukur kepuasan

kerja seseorang dengan menghitung selisih antara apa yang seharusnya dengan

kenyataan yang dirasakan (difference between how much of something there

should be and how much there “is now”). Locke menerangkan bahwa kepuasan

kerja bergantung pada perbedaan (discperancy) antara nilai dari harapan yang

diinginkan, dengan apa yang menurut perasaan/ persepsinya yang telah dicapai/

diperoleh dari pekerjaanya. Dengan demikian orang akan merasa puas bila tidak

ada perbedaan yang diinginkan dengan persepsinya atas kenyataan, karena batas

minimum yang diinginkan telah dicapai.

Apabila yang didapat ternyata lebih besardari yang diinginkan, maka

orang akan menjadi puas lagi walaupun terdapat perbedaan, tetapi merupakan

perbedaan yang positif, sebaiknya semakin jauh kenyataan yang dirasakan

tersebut dibawah standar minimum maka akan terjadi perbedaan negatif (negative

disperancy), dan akan semakin besar pula ketidakpuasan seseorang terhadap

(49)

b. Equity Theory (teori keseimbangan)

Equity theory pertama kali dikembangkan oleh Adam (1963). Adapun

pendahulu teori ini adalah Zeleznik (1958). Prinsip teori ini adalah bahwa orang

akan merasa puas atau tidak puas, tergantung apakah ia merasakan adanya

keadilan atau tidak atas situasi yang diperoleh dengan menbandingkan dirinya

dengan orang lain yang sekelas, sekantor maupun ditempat lain.

c. Two Factor Theory (teori dua faktor)

Yaitu faktor yang membuat orang merasa puas (statisfers) dan faktor yang

membuat orang merasa tidak puas (dissatisfiers). Dalam pandangan lain dua

faktor yang dimaksud dalam teori ini adalah dua rangkaian kondisi, pertama

kondisi yang menyebabkan orang merasa tidak puas, jika kondisi itu ada dan tidak

diperhatikan, maka orang itu tidak akan termotivasi.

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Kerja

Terwujudnya kepuasan kerja karyawan merupakan salah satu faktor

pendorong dari tercapainya tujuan perusahaan. Menurut Hasibuan (2007: 203),

faktor yang menimbulkan kepuasan kerja karyawan adalah:

a. Balas jasa yang adil dan layak

b. Penempatan yang tepat sesuai dengan keahlian

c. Berat tingginya pekerjaan

d. Peralatan yang menunjang pelaksanaan pekerjaan

e. Sikap pemimpin dan kepemimpinannya

(50)

Aspek-aspek lain yang terdapat dalam kepuasan kerja disebutkan oleh

Stephen Robins:

a. Kerja yang secara mental menantang, karyawan cenderung menyukai

pekerjaan-pekerjaan yang member mereka kesempatan untuk menggunakan

keterampilan dan kemampuan mereka dan menawarkan tugas, kebebasan dan

umpan balik mengenai betapa baik mereka mengerjakan.

b. Ganjaran yang pantas, para karyawan menginginkan system upah dan

kebijakan promosi yang mereka persepsikan sebagai adil, tidak kembar arti,

dan segaris dengan pengharapan mereka.

c. Kondisi kerja yang mendukung, karyawan peduli akan lingkungan kerja baik

untuk kenyamanan pribadi maupun memudahkan mengerjakan tugas.

d. Rekan kerja yang mendukung, orang-orang mendapatkan lebih daripada

sekedar uang atau prestasi yang berwujud dari dalam kerja. Bagi kebanyakan

karyawan, kerja juga mengisi kebutuhan akan interaksi sosial. Oleh karena itu

tidaklah mengejutkan bila mempunyai rekan sekerja yang ramah dan

mendukung menghantar ke kepuasan kerja yang meningkat. Perilaku atasan

seorang juga merupakan determinan utama dari kepuasan.

Kesesuaian kepribadian dengan pekerjaan, pada hakikatnya orang yang

tipe kepribadiannya kongruen (sama dan sebangun) dengan pekerjaan yang

mereka pilih seharusnya mendapatkan bahwa mereka mempunyai bakat dan

kemampuan yang tepat untuk memenuhi tuntutan dari pekerjaan mereka.

(51)

BAB III

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

A. Sejarah Perusahaan

Sejarah Ketenagalistrikan di Indonesia dimulai pada akhir abad ke-19,

ketika beberapa perusahaan Belanda mendirikan pembangkit tenaga listrik untuk

keperluan sendiri. Pengusahaan tenaga listrik tersebut berkembang menjadi untuk

kepentingan umum, diawali dengan perusahaan swasta Belanda yaitu NV. NIGM

yang memperluas usahanya dari hanya di bidang gas ke bidang tenaga listrik.

Selama Perang Dunia II berlangsung, perusahaan-perusahaan listrik tersebut

dikuasai oleh Jepang dan setelah kemerdekaan Indonesia, tanggal 17 Agustus

1945, perusahaan-perusahaan listrik tersebut direbut oleh pemuda-pemuda

Indonesia pada bulan September 1945 dan diserahkan kepada Pemerintah

Republik Indonesia. Pada tanggal 27 Oktober 1945, Presiden Soekarno

membentuk Jawatan Listrik dan Gas, dengan kapasitas pembangkit tenaga listrik

hanya sebesar 157,5 MW saja.

Tanggal 1 Januari 1961, Jawatan Listrik dan Gas diubah menjadi

BPU-PLN (Badan Pimpinan Umum Perusahaan Listrik Negara) yang bergerak di

bidang listrik, gas dan kokas.

Tanggal 1 Januari 1965, BPU-PLN dibubarkan dan dibentuk 2 perusahaan negara

yaitu Perusahaan Listrik Negara (PLN) yang mengelola tenaga listrik dan

Perusahaan Gas Negara (PGN) yang mengelola gas. Saat itu kapasitas

(52)

Tahun 1972, Pemerintah Indonesia menetapkan status Perusahaan Listrik

Negara sebagai Perusahaan Umum Listrik Negara (PLN). Tahun 1990 melalui

Peraturan Pemerintah No. 17, PLN ditetapkan sebagai pemegang kuasa usaha

ketenagalistrikan.

Tahun 1992, pemerintah memberikan kesempatan kepada sektor swasta

untuk bergerak dalam bisnis penyediaan tenaga listrik. Sejalan dengan kebijakan

di atas, pada bulan Juni 1994 status PLN dialihkan dari Perusahaan Umum

menjadi Perusahaan Perseroan (Persero).

B. Daerah Eksploitasi I Menjadi Eksploitasi II

Sebagai tindak lanjut dari pembentukan PLN Ekploitasi I Sumatera Utara

tersebut, maka dengan keputusan Direksi PLN No. KPTS 009/DIRPLN/66

tanggal 14 April 1966, PLN Eksploitasi I dibagi menjadi empat cabang dan satu

sektor, yaitu Cabang Medan, Binjai, Sibolga, P.Siantar (Berkedudukan di Tebing

Tinggi). PP No. 18 tahun 1972 mempertegas kedudukan PLN sebagai Perusahaan

Umum Listrik Negara dengan hak, wewenang dan tanggung jawab

membangkitkan, menyalurkan dan mendistribusikan tenaga listrik ke seluruh

Wilayah RI. Dalam SK Menteri tersebut PLN Eksploitasi I Sumatera Utara diubah

menjadi PLN Eksploitasi II Sumatera Utara.

Kemudian menyusul Peraturan Menteri PUTL No. 013/PRT/75 yang

merubah PLN Eksploitasi menjadi PLN Wilayah. PLN Eksploitasi II menjadi

(53)

C. Dari Perum menjadi Persero

Dengan keluarnya peraturan pemerintah No. 23 / 1994 tanggal 16 Juni

1994 maka ditetapkan status PLN sebagi persero. Adapun yang melatarbelakangi

perubahan status tersebut adalah untuk mengantisipasi kebutuhan listrik yang

terus meningkat dewasa ini. Dimana pada abad 21 nanti, PLN tidak dapat tidak

harus mampu menghadapi tantangan yang ada. PLN harus mampu menggunakan

tolak ukur Internasional, dan harus mampu berswadaya tinggi, dengan manajemen

yang berani transparan, terbuka, desentralisasi, profit center dan cost center.

Untuk mencapai tujuan PLN meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan

mendorong perkembangan industri pada PJPT II yang tanggung jawabnya cukup

besar dan berat, kerjasama dan hubungan yang harmonis dengan instansi dan

lembaga yang terkait perlu dibina dan ditingkatkan terus.

D. Pemisahan Wilayah, Pembangkitan dan Penyaluran

Perkembangan kelistrikan di Sumatera Utara terus mengalami

pertumbuhan dan perkembangan yang begitu pesat, hal ini ditandai dengan

semakin bertambahnya jumlah pelanggan, perkembangan fasilitas kelistrikan,

kemampuan pasokan listrik dan indikasi – indikasi pertumbuhan lainnya. Untuk

mengantisipasi pertumbuhan dan perkembangan kelistrikan Sumatera Utara

dimasa – masa mendatang serta sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas

pelayanan jasa kelistrikan, maka berdasarkan Surat Keputusan Nomor

(54)

jasa pelayanan kelistrikan yaitu PT PLN (Persero) Pembangkitan dan Penyaluran

Sumatera Bagian Utara.

Dengan pembentukan Organisasi baru PT PLN (Persero) Pembangkitan

dan Penyaluran Sumatera Bagian Utara yang terpisah dari PT PLN (Persero)

Wilayah II, maka fungsi – fungsi pembangkitan dan penyaluran yang sebelumnya

dikelola PT PLN (Persero) Wilayah II berpisah tanggung jawab pengelolaanya ke

PLN Pembangkitan dan Penyaluran Sumbagut. Sementara itu, PT PLN (Persero)

Wilayah II berkonsentrasi pada distribusi dan penjualan tenaga listrik. Pada Tahun

2003 PT PLN (Persero) Wilayah II Berubah Menjadi PT PLN (Persero) Wilayah

Sumatera Utara

E. STRUKTUR ORGANISASI PT PLN (PERSERO) WILAYAH SUMATERA UTARA

1. GENERAL MANAGER

Bertanggung jawab atas pengelolaan usaha melalui optimalisasi seluruh

sumber daya secara efisien, efektif dan sinergis; pengelolaan

pengusahaan pembangkitan, pendistribusian dan penjualan tenaga listrik

dalam jumlah dan mutu yang memadai secara efisien, meningkatkan

mutu dan keandalan serta pelayanan pelanggan; dan memastikan

terlaksananya Good Corporate Governance (GCG) di PT PLN (Persero)

Wilayah Sumatera Utara

(55)

a. Melakukan kegiatan pengusahaan pembangkitan (skala kecil) secara

efisien, hemat energi, handal dan ramah lingkungan ;

b. Mengusulkan rencana kerja dan anggaran perusahaan (RKAP) Wilayah

Sumatera Utara ;

c. Memastikan program rencana kerja dan anggaran perusahaan (RKAP)

Wilayah Sumatera Utara dilaksanakan sesuai penetapan direksi ;

d. Menetapkan kebijakan strategis terkait pengelolaan pengusahaan

pembangkitan, penditribusian dan penjualan tenaga listrik Wilayah

Sumatera Utara ;

e. Menjamin pengelolaan kegiatan pengusahaan pembangkitan,

pendistribusian dan penjualan tenaga listrik dalam jumlah dan mutu yang

baik dalam upaya peningkatan pelayanan pelanggan ;

f. Mengelola sistem manajemen kinerja unit dan manajemen mutu termasuk

menetapkan target kinerja unit-unit dibawah koordinasinya, memonitor

dan mengendalikan pelaksanaannya ;

g. Memastikan pelaksanaan kebijakan pokok pengembangan mekanisme

niaga dan operasi yang telah ditetapkan Direksi ;

h. Menetapkan kebijakan strategis penyusunan dan pemantauan manajemen

resiko Wilayah Sumatera Utara ;

i. Mengembangkan dan memelihara kompetensi anggota organisasi ;

j. Menetapkan Laporan Manajemen Wilayah Sumatera Utara.

Gambar

Table 1.1 merupakan data absensi karyawan PT.PLN (PERSERO) Wilayah
Gambar 1.1 : Kerangka Konseptual Sumber
Tabel 1.3 Instrumen Skala
Tabel 1.4 Jumlah Sampel
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini membahas mengenai bagaimana suatu perusahaan menerapkan kepemimpinan (leadership) dengan menetapkan gaya kepemimpinan yang baik, efektif dan efisien terutama

Sharnila: Peranan Komunikasi Dalam Meningkatkan Aktivitas Kerja pada PT.. PLN (Persero) Wilayah Sumatera

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan mengenai pengaruh gaya kepemimpinan dan lingkungan kerja terhadap kepuasan kerja PT Bank X (Persero) Tbk Area

Berdasarkan hipotesa mayor disimpulkan bahwa 68% variansi Stres Kerja yang dialami Pegawai PT PLN (Persero) wilayah Sumut untuk area Nias di pengaruhi oleh

terhadap stres kerja pegawai pada PT PLN Wilayah Sumut. Untuk mengetahui pengaruh tipe kepribadian neuroticism. terhadap stres kerja pegawai pada PT PLN Wilayah Sumut.

Skripsi berjudul Pengaruh Gaya Kepemimpinan Partisipatif dan Disiplin Kerja Terhadap Kepuasan Kerja Pegawai (Study Pada Pegawai PT. Pos Indonesia kab. Banyuwangi), telah

Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara parsial, variabel gaya kepemimpinan dan kepuasan kerja berpengaruh nyata terhadap kinerja pegawai dalam mencapai laba pada PT.. Bank

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) pengaruh Kepemimpinan terhadap Kinerja Keuangan pada PT PLN (Persero), (2) pengaruh Kepuasan Kerja Karyawan terhadap Kinerja