UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI
PROGRAM S1 EKSTENSI MEDAN
PENGARUH INSENTIF DALAM MENINGKATKAN
PRESTASI KERJA KARYAWAN PADA
PT PLN (PERSERO) WILAYAH II
SUMATERA UTARA
MEDAN
DRAFT SKRIPSI
OLEH
RATNA SARI TANJUNG 060521115
MANAJEMEN
Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Universitas Sumatera Utara Medan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI
MEDAN
PERSETUJUAN ADMINISTRASI AKADEMIK
NAMA : RATNA SARI TANJUNG
NIM : 060521115
JURUSAN : MANAJEMEN
JUDUL SKRIPSI : PENGARUH INSENTIF DALAM MENINGKATKAN PRESTASI KERJA KARYAWAN PADA PT PLN (PERSERO) WILAYAH II SUMATERA UTARA - MEDAN
TANGGAL ___________________________ KETUA DEPARTEMEN
PROF.Dr. RITHA F. DALIMUNTHE, SE., Msi
TANGGAL ___________________________ DEKAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI
MEDAN
PENANGGUNG JAWAB SKRIPSI
NAMA : RATNA SARI TANJUNG
NIM : 060521115
JURUSAN : MANAJEMEN
JUDUL SKRIPSI : PENGARUH PROGRAM VARIABEL BAYARAN DALAM MENINGKATKAN PRESTASI KERJA KARYAWAN PADA PT PLN (PERSERO)
WILAYAH II SUMATERA UTARA - MEDAN
ABSTRAK
Ratna Sari Tanjung, (2009), Pengaruh Insentif Dalam Meningkatkan
Prestasi Kerja Karyawan Pada PT PLN (PERSERO) Wilayah II Sumatera Utara
Medan, di bawah bimbingan Dra. Yulinda, Msi, Prof. DR. Ritha F. Dalimunthe,
SE, Msi (Ketua Departemen Manajemen), Komariah Pandia, Msi (Penguji I), dan
Friska Sipayung, Msi (Penguji II).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh insentif dalam
meningkatkan prestasi kerja karyawan pada PT PLN (PERSERO) Wilayah II
Sumatera Utara Medan. Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah
karyawan yang menerima insentif, yaitu pada Divisi Bagian Niaga, Divisi Bagian
Keuangan, dan Divisi Bagian SDM & Administrasi yang berjumlah 107 orang
dengan menggunakan metode sampling jenuh.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel insentif berpengaruh
terhadap kinerja pegawai dengan koefisien regresi sebesar 0,511 dan koefisien
determinasi sebesar 0,204. Nilai koefisien sebesar 0,204 menunjukkan bahwa
insentif mampu menjelaskan prestasi kerja karyawan sebesar 20,4% pada PT PLN
(PERSERO) Wilayah II Sumatera Utara Medan, sedangkan sisanya sebesar
79,6% dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang tidak dimasukkan dalam penelitian.
KATA PENGANTAR
Segala Puji Syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah
memberikan anugrah kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini. Penulisan
skripsi ini merupakan persyaratan yang harus dipenuhi untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi program Strata satu di Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera
Utara. Dalam penulisan skripsi ini, penulis memilih judul “Pengaruh Program
Variabel Bayaran Dalam Meningkatkan Prestasi Kerja Karyawan Pada PT
PLN (PERSERO) WILAYAH II SUMATERA UTARA - MEDAN”.
Penulis telah banyak menerima bantuan secara moril maupun materil
dari berbagai pihak dalam menyelesaikan skripsi ini, oleh karena itu pada
kesempatan ini penulis dengan segala kerendahan hati mengucapkan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah banyak memberikan
bantuan kepada penulis, khususnya kepada:
1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, Mec sebagai Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Sumatera Utara beserta seluruh Staf Pengajar yang telah
membekali ilmu dan membagi pengalaman kepada penulis selama masa
perkuliahan.
2. Prof. Dr. Ritha F. Dalimunthe, SE., Msi sebagai Ketua Jurusan
Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara yang telah
banyak memberikan masukan dan perbaikan bagi penulis serta bagi
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ………. i
KATA PENGANTAR ... ii
DAFTAR ISI ... iv
DAFTAR TABEL ... vi
DAFTAR GAMBAR ... vii
DAFTAR LAMPIRAN ... viii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Perumusan Masalah ... 4
C. Kerangka Konseptual... 4
D. Hipotesis ... 5
E. Tujuan Dan Manfaat Penelitian ... 5
F. Metode Penelitian ... 6
1. Batasan Operasional ... 6
2. Definisi Operasional Variabel ... 7
3. Skala Pengukuran Variabel ... 8
4. Waktu dan Lokasi Penelitian ... 9
5. Populasi dan Sampel ... 9
6. Jenis Data ... 10
7. Teknik Pengumpulan Data ... 10
8. Uji Validitas dan Realibilitas ... 10
9. Metode Analisis Data 11
10. Teknik Analisis Data 12
B. Insentif ... 15
1. Pengertian Insentif ………. 15
2. Jenis-Jenis Insentif ………. 17
3. Tujuan Pemberian Insentif ………. 19
C. Prestasi Kerja ... 20
1. Pengertian Prestasi Kerja ……… 20
2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Kerja ………… 20
3. Tujuan Dan Keguanaan Penilaian Prestasi Kerja Karyawan ... 21
4. Manfaat Penilaian Prestasi Kerja ... 22
5. Standar Penilaian Prestasi Kerja ... 24
BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN A. Sejarah Perusahaan ... 26
B. Struktur Organisasi PT PLN (PERSERO) Wilayah II Sumatera Utara Medan ... 35
BAB IV ANALISIS DAN EVALUASI A. Analisis Deskriptif ... 36
B. Uji Validitas dan Realibilitas ... 43
C. Metode Regresi Linear Sederhana ... 45
D. Pengujian Hipotesis ... 46
1. Uji t ... 46
2. Identifikasi Determinan ... 48
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 50
B. Saran ... 51
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Daftar Biaya Insentif Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 3
Tabel 1.2 Devinisi Operasionalisasi Variabel ... 8
Tabel 1.3 Instrumen Skala Likert... 9
Tabel 4.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 36
Tabel 4.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ... 37
Tabel 4.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 37
Tabel 4.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Bekerja ... 38
Tabel 4.5 Distribusi Pendapatan Responden Mengenai Variabel Insentif (X) ... 38
Tabel 4.6 Distribusi Pendapatan Responden Mengenai Variabel Prestasi Kerja (Y) ... 40
Tabel 4.7 Validitas Butir Pertanyaan ... 44
Tabel 4.8 Reliabilitas Kuesioner ... 45
Tabel 4.9 Regresi Linear Sederhana Coefficients (a) ... 45
Tabel 4.10 Hasil t hitung Coefficients (a) ... 47
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Kerangka Konseptual ... 5
Gambar 2.1 Struktur Organisasi PT PLN (PERSERO) Wilayah II Sumatera Utara
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1: Regression
Lampiran 2: Validitas dan Realibilitas
ABSTRAK
Ratna Sari Tanjung, (2009), Pengaruh Insentif Dalam Meningkatkan
Prestasi Kerja Karyawan Pada PT PLN (PERSERO) Wilayah II Sumatera Utara
Medan, di bawah bimbingan Dra. Yulinda, Msi, Prof. DR. Ritha F. Dalimunthe,
SE, Msi (Ketua Departemen Manajemen), Komariah Pandia, Msi (Penguji I), dan
Friska Sipayung, Msi (Penguji II).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh insentif dalam
meningkatkan prestasi kerja karyawan pada PT PLN (PERSERO) Wilayah II
Sumatera Utara Medan. Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah
karyawan yang menerima insentif, yaitu pada Divisi Bagian Niaga, Divisi Bagian
Keuangan, dan Divisi Bagian SDM & Administrasi yang berjumlah 107 orang
dengan menggunakan metode sampling jenuh.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel insentif berpengaruh
terhadap kinerja pegawai dengan koefisien regresi sebesar 0,511 dan koefisien
determinasi sebesar 0,204. Nilai koefisien sebesar 0,204 menunjukkan bahwa
insentif mampu menjelaskan prestasi kerja karyawan sebesar 20,4% pada PT PLN
(PERSERO) Wilayah II Sumatera Utara Medan, sedangkan sisanya sebesar
79,6% dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang tidak dimasukkan dalam penelitian.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sumber daya manusia atau tenaga kerja merupakan elemen yang penting
dalam perusahaan. Meskipun telah ditemuka n teknologi baru, sumber daya alam
yang baik dan modal yang memadai perusahaan tidak akan dapat memanfaatkan
dan mengoptimalkan faktor tersebut jika tidak didukung oleh sumber daya
manusia yang berkualitas. Keberhasilan suatu perusahaan dalam mencapai
tujuannya tergantung pada bagaimana sumber daya manusia itu bekerja,
berprilaku dan menjalankan tugasnya dengan baik.
“Prestasi kerja adalah hasil kerja yang dicapai oleh seseorang dalam
melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya yang didasarkan atas
kecakapan, pengalaman dan kesungguhan serta waktu” (Hasibuan, 2003: 93).
Prestasi kerja yang tinggi hanya tercapai apabila seluruh karyawan memiliki
tanggung jawab penuh atas pekerjaanya dan didukung pemberian balas
jasa/imbalan yang diberikan dalam bentuk insentif yang sesuai oleh perusahaan.
Menurut Panggabean (2002: 89) “insentif merupakan penghargaan dalam
bentuk uang yang diberikan kepada mereka yang dapat bekerja melampaui standar
kerja yang telah ditentukan”. Semakin besar prestasi kerja seorang pegawai maka
semakin besar pula insentif yang akan diterimanya.
Menurut Sulistiani dan Rosidah (2003: 206) “insentif merupakan konteks
yang lebih luas dari pemberian kompensasi atau suatu intitusi. Imbalan meliputi
Insentif yang layak dan wajar akan mendorong peningkatan prestasi kerja dalam
melaksanakan tugas dan kewajiban. Adanya prestasi kerja karyawan yang tinggi
secara otomatis mempengaruhi tingkat pencapaian tujuan perusahaan tersebut.
PT PLN (Persero) Wilayah II Sumatera Utara Medan adalah perusahaan
yang bergerak dalam bidang pelayanan kebutuhan listrik masyarakat.
Berdasarkan data yang diperoleh dari PT PLN (Persero) Wilayah II Sumatera
Utara Medan bahwa pada tahun 2005 perusahaan tersebut merubah kebijakan
kompensasinya dimana pada tahun tersebut perusahaan memutuskan mulai
memberikan insentif kepada karyawan setiap bulannya. Pada perusahaan ini
pegawai yang memperoleh insentif adalah mereka yang menduduki jabatan
sebagai divisi bidang niaga, divisi bidang keuangan, dan divisi bidang SDM &
administrasi. Ketiga divisi ini dibawahi oleh kepala unit dan wakil kepala unit.
Insentif diberikan secara berbeda-beda sesuai dengan tingkat pendidikan selain
atas prestasi kerja yang diberikan oleh karyawan bagi perusahaan. Tabel 1.1 di
bawah ini menunjukkan daftar insentif yang diberikan pada ketiga bagian tersebut
Tabel 1.1
Daftar Biaya Insentif Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Divisi Bidang Niaga, Divisi Bidang Keuangan, Bidang SDM & Administrasi PT PLN (Persero) Wilayah II Sumatera Utara Medan Tahun 2008
Divisi Tingkat Pendidikan
(orang)
Insentif yang diterima (dalam rupiah)
Insentif yang ditetapkan perusahaan (diluar lembur, gapok dan tunjangan) - Niaga
(22 orang)
SLTA = 5 D3 = 15 S1 = 2
SLTA = 9.600.000 D3 = 43.200.000 S1 = 7.600.000
SLTA :
Rp.1000/jam * 8 jam/hari = Rp.8.000/hari
- Keuangan (27 orang)
SLTA = 6 D3 = 2 S1 = 19
SLTA = 11.520.000 D3 = 5.760.000 S1 = 72.960.000
D3 :
Rp.1500/jam * 8 jam/hari = Rp.12.000/hari
- SDM/Adm (58 orang)
SLTA = 9 D3 = 20 S1 = 29
SLTA = 17.280.000 D3 = 105.200.000 S1 = 111.360.000
S1 :
Rp.2000/jam * 8 jam/hari = Rp.16.000/hari
Rumus: Insentif ketetapan perusahaan*jumlah hari kerja/bulan* 12 bulan
Sumber:Bagian Keuangan PT PLN (Persero) Wilayah II Sumatera Utara Medan, 2009 (diolah)
Tabel 1.1 menunjukkan bahwa insentif yang diberikan PT PLN (Persero)
Wilayah II Sumatera Utara Medan kepada karyawan mengalami perbedaan sesuai
dengan tingkat pendidikan karyawan. Tingkat pendidikan SLTA memperoleh
insentif paling rendah dan tingkat pendidikan S1 memperoleh insentif paling
tinggi. Pemberian insentif yang berbeda-beda berdasarkan tingkat pendidikan
berkaitan dengan semakin meningkat atau menurunnya prestasi kerja karyawan.
Semakin besar insentif yang diberikan kepada karyawan maka prestasi kerja akan
meningkat dan semakin kecil insentif yang diberikan kepada karyawan maka
prestasi kerja akan menurun. Berdasarkan penjelasan di atas, maka penulis tertarik
untuk melakukan penelitian dengan judul: ”Pengaruh Insentif Dalam
B. Perumusan masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, maka penulis merumuskan masalah
sebagai berikut: Apakah Insentif Berpengaruh Dalam Meningkatkan Prestasi
Kerja Karyawan Pada PT PLN (Persero) Wilayah II Sumatera Utara Medan?.
C. Kerangka Konseptual
Menurut Panggabean (2002: 89) insentif merupakan penghargaan dalam
bentuk uang yang diberikan kepada pekerja melampaui standar yang telah
ditentukan. Insentif merupakan motivator yang positif bagi para karyawan untuk
meningkatkan gairah kerja, kreativitas dan pengembangan dirinya menuju tenaga
yang profesional.
Menurut Sofyandi (2008: 167) insentif yang diberikan kepada pegawai
harus secara adil dengan mempertimbangkan:
1. Besarnya insentif (jumlah insentif) yang ditetapkan perusahaan.
2. Peningkatan insentif yang sesuai dengan kontribusi pegawai dalam
mencapai target yang ditetapkan.
3. Ketepatan dan kelancaran insentif yang diberikan tanpa mengalami
penundaan.
”Prestasi kerja adalah hasil kerja yang dicapai oleh seseorang dalam
melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya yang didasarkan atas
kecakapan, pengalaman dan kesungguhan serta waktu” (Hasibuan, 2003: 93).
Menurut Mathis (2005: 95) prestasi kerja karyawan mempengaruhi seberapa besar
mereka memberikan kontribusi kepada organisasi yang termasuk:
b. Kualitas kerja: kerapian, ketelitian dan keterkaitan hasil dengan tidak
mengabaikan volume pekerjaan.
c. Pemanfaatan waktu: penggunaan masa kerja yang disesuaikan denga
kebijaksanaan perusahaan.
d. Kerjasama: kemampuan menangani hubungan dalam pekerjaan.
Berdasarkan uraian di atas, maka dibuat kerangka konseptual sebagai
berikut:
.
Sumber: Sofyandi (2008: 167) dan Mathis (2005: 95), diolah (2009) Gambar 1.1 Kerangka Konseptual
D. Hipotesis
Berdasarkan masalah penelitian, dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
Insentif berpengaruh dalam meningkatkan prestasi kerja karyawan pada PT PLN
(Persero) Wilayah II Sumatera Utara - Medan.
E. Tujuan dan manfaat penelitian
1. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh insentif dalam
meningkatkan prestasi kerja karyawan pada PT PLN (Persero) Wilayah II
Sumatera Utara Medan.
2. Manfaat Penelitian
Insentif (X)
a. Besarnya insentif b. Peningkatan insentif c. Ketepatan dan Kelancaran
insentif
Prestasi Kerja Karyawan (Y)
a. Bagi Perusahaan
Dapat memberikan saran dan masukan yang bermanfaat mengenai
insentif dan prestasi kerja karyawan sehingga pelaksanaan tugas dan
tujuan perusahaan bisa tercapai dengan baik.
b. Bagi Penulis
Memperluas wawasan dan pengetahuan penulis mengenai insentif
serta pengaruhnya terhadap prestasi kerja karyawan pada suatu
organisasi atau perusahaan.
c. Bagi Pihak lain
Referensi bagi peneliti selanjutnya sehingga dapat dijadikan
perbandingan dalam melakukan pengembangan penelitian yang sama
di masa yang akan datang.
F. Metode Penelitian
1. Batasan Operasional
a. Variabel Bebas (X): Insentif
Insentif merupakan penghargaan dalam bentuk uang yang diberikan
kepada mereka yang dapat bekerja melampaui standar kerja yang telah
ditentukan. Insentif yang dimaksud dalam penelitian ini adalah insentif
finansial yang diberikan perusahaan kepada karyawan yang dapat
bekerja melampaui standar yang telah ditentukan.
b. Variabel Terikat (Y): Prestasi kerja karyawan.
Prestasi kerja adalah hasil kerja yang dicapai oleh seseorang dalam
melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya yang
(Hasibuan, 2003: 93). Ruang lingkup penelitian ini adalah prestasi
kerja karyawan pada PT PLN (Persero) Wilayah II Sumatera Utara
Medan divisi bidang niaga, divisi bidang keuangan dan divisi bidang
SDM & administrasi.
2. Definisi Operasional Variabel
Dalam penelitian ini ada dua variabel penelitian yaitu:
a. Variabel Insentif (X)
Insentif merupakan tambahan penghasilan dalam bentuk uang yang
diterima oleh karyawan sebagai imbalan atas pencapaian prestasi kerja
yang melebihi standar kerja yang ditetapkan perusahaan.
b. Variabel Prestasi Kerja Karyawan (Y)
Prestasi kerja adalah hasil kerja yang dicapai oleh seseorang dalam
melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya yang
didasarkan atas kecakapan, pengalaman dan kesungguhan serta waktu
yang mencakup:
a. Kuantitas kerja: volume kerja yang dihasilkan diatas kondisi
normal.
b. Kualitas kerja: kerapian, ketelitian dan keterkaitan hasil dengan
tidak mengabaikan volume pekerjaan.
c. Pemanfaatan waktu: penggunaan masa kerja yang disesuaikan
dengan kebijaksanaan perusahaan.
d. Kerjasama: kemampuan menangani hubungan dalam pekerjaan.
Tabel 1.2
Definisi Operasionalisasi Variabel
No Definisi Variabel Indikator Variabel Skala pengukuran
Insentif (X)
Insentif merupakan tambahan penghasilan dalam bentuk uang yang diterima oleh karyawan sebagai imbalan atas
pencapaian prestasi kerja yang melebihi standar kerja yang ditetapkan perusahaan yang mencakup atas:
a. Besarnya Insentif. b. Peningkatan Insentif. c. Ketepatan dan Kelancaran
Insentif
a. Besarnya Insentif
b. Peningkatan Insentif
c. Ketepatan dan Kelancaran Insentif
2.
Prestasi Kerja Karyawan (Y) Prestasi kerja adalah hasil kerja yang dicapai oleh seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya yang didasarkan atas kecakapan, pengalaman dan kesungguhan serta waktu yang mencakup:
a. Kuantitas kerja: volume kerja yang dihasilkan di atas kondisi normal. b. Kualitas kerja: kerapian, ketelitian dan keterkaitan hasil dengan tidak mengabaikan volume pekerjaan.
c. Pemanfaatan waktu:
penggunaan masa kerja yang disesuaikan denga
kebijaksanaan perusahaan. d. Kerjasama: kemampuan
menangani hubungan dalam pekerjaan
a. Kuantitas Kerja b. Kualitas Kerja
c. Pemanfaatan Waktu
d. Kerjasama
Likert
Sumber: Sofyandi (2008: 167) dan Mathis (2005: 95), diolah (2009)
3. Skala Pengukuran Variabel
Penelitian ini menggunakan skala likert yaitu digunakan untuk
mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok orang
tentang fenomena sosial (Sugiyono, 2006: 104). Untuk keperluan analisis
kepada responden dengan menggunakan skor 1 sampai 5 yang dapat
dilihat pada Tabel 1.3 berikut ini:
Tabel 1.3
Instrumen Skala Likert
No Jawaban Skor
1 Sangat Setuju (SS) 5
2 Setuju (ST) 4
3 Kurang Setuju (KS) 3
4 Tidak Setuju (TS) 2
5 Sangat Tidak Setuju (STS) 1
Sumber: Sugiyono (2006: 105)
4. Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan dari bulan November 2009 sampai
dengan bulan Januari 2010. Lokasi penelitian pada PT PLN (Persero)
Wilayah II Sumatera Utara Medan Jalan Yos Sudarso No. 284 Medan.
5. Jenis Data
Peneliti menggunakan dua jenis data yaitu:
a. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh dari responden secara
langsung di lokasi penelitian melalui kuesioner dan wawancara kepada
responden yang dilakukan pada penelitian awal sampai selesai.
b. Data Sekunder
Data sekunder merupakan data yang berisikan informasi dan teori-teori
mendapat data sekunder dari buku-buku, majalah dan data-data dari PT
PLN (Persero) Wilayah II Sumatera Utara Medan.
6. Teknik Pengumpulan Data
Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data ialah melalui kuesioner
yaitu dengan cara menyebarkan kuesioner kepada responden. Kuesioner
berisikan pertanyaan mengenai identitas responden dan variabel yang
diteliti dalam penelitian ini yaitu variabel Insentif (X) dan variabel Prestasi
Kerja Karyawan (Y).
7. Populasi dan Sampel
Populasi pada penelitian ini adalah karyawan PT PLN (Persero) Wilayah
II Sumatera Utara Medan tahun 2008 yang berjumlah 107 orang
karyawan. Sampel pada penelitian ini hanya pada tiga divisi saja
dikarenakan hanya tiga divisi yang menerima insentif pada PT PLN
(Persero) Wilayah II Sumatera Utara Medan, yaitu bagian divisi bidang
Niaga (22 orang karyawan), divisi Keuangan (27 orang), dan divisi bidang
SDM & administrasi (58 orang karyawan). Jadi total karyawan pada tiga
divisi ini tahun 2008 berjumlah 107 orang karyawan. Penarikannya
diambil secara secara sensus adalah karena kecilnya jumlah populasi yang
ada.
8. Uji Validitas dan Realibilitas a. Uji Validitas
Uji validitas digunakan oleh peneliti untuk mengetahui kelayakan
mendefenisikan suatu variabel. Menurut Nugroho (2005: 68) kriteria
dalam menentukan validitas suatu kuesioner adalah sebagai berikut:
1) Jika r hitung > r tabel maka pertanyaan tersebut valid
2) Jika r hitung < r tabel maka pertanyaan tersebut tidak valid.
b. Uji Realibilitas
Realibilitas merupakan ukuran kestabilan dan konsistensi responden
dalam menjawab hal yang berkaitan dengan konstruk-konstruk
pertanyaan yang merupakan dimensi suatu variabel dan disusun dalam
suatu bentuk kuesioner. Menurut Nugroho (2005: 72) realibilitas suatu
konstruk variabel dikatakan baik jika memiliki nilai Cronbach’s Alpha
> dari 0.60. Uji validitas dan realibilitas awal, peneliti
menyebarkan kuesioner kepada 30 orang karyawan yang diambil
dari kantor cabang PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara Rayon
Medan Baru pada bagian divisi bidang niaga, divisi bidang keuangan,
dan divisi bidang SDM & administrasi tahun 2008 yang beralamat di
Jalan Sei Batu Gingging No. 9 Medan. Responden yang dipilih adalah
responden yang menerima insentif.
9. Metode Analisis Data a. Metode Deskriptif
Metode deskriptif merupakan metode yang digunakan dengan
mengumpulkan dan menganalisa data yang diperoleh sehingga dapat
memberikan gambaran yang jelas mengenai pengaruh insentif
Sumatera Utara Medan. Data diperoleh dari data primer berupa
kuesioner yang telah diisi oleh sejumlah responden penelitian.
10. Teknik Analisis Data
a. Analisis Regresi Sederhana
Analisis regresi linear sederhana digunakan untuk mengetahui
pengaruh/hubungan variabel bebas (insentif) dan variabel terikat
(prestasi kerja karyawan). Agar hasil penelitian lebih terarah dan teruji
maka peneliti menggunakan bantuan program statistik SPSS (Statistic
Product and Service Solution) versi 12.00. Adapun model persamaan
yang digunakan adalah menurut Sugiyono (2006: 211):
Y= a + bx + e
Dimana:
Y = Prestasi Kerja Karyawan
a = Konstanta
x = Insentif
b = Koefisien regresi
e = Standar error
Dalam analisis regresi sederhana ada 2 jenis kriteria ketepatan
(Nugroho, 2005: 45) yaitu:
1. Uji – t
Uji – t menunjukkan seberapa besar pengaruh varibel bebas
secara individual terhadap variabel terikat. Adapun Uji-t
Ho : b1 = 0, artinya secara parsial tidak terdapat pengaruh yang
positif dan signifikan dari variabel independen yaitu insentif (X),
terhadap variabel dependen yaitu prestasi kerja karyawan (Y).
Ho : b1 ≠ 0, artinya secara parsial terdapat pengaruh yang positif
dan signifikan dari variabel independen yaitu insentif (X)
terhadap variabel dependen yaitu prestasi kerja karyawan (Y).
Kriteria Pengambilan Keputusan:
Ho diterima jika t hitung < t tabel pada α = 5%
Ha diterima jika t hitung > t tabel pada α = 5%
2. Identifikasi Determinan ( R²)
Identifikasi determinan (R²) bertujuan untuk mengetahui seberapa
besar kemampuan variabel independen menjelaskan variabel
dependen. Dalam output SPSS, koefisien determinan terletak
pada Tabel Model Summary dan tertulis R square. Namun untuk
regresi linear berganda sebaiknya menggunakan Adjusted R
square, karena disesuaikan dengan jumlah variabel independen
yang digunakan dalam penelitian. Nilai R square dikatakan baik
jika di atas 0.5 karena R square berkisar antara 0 sampai 1
(Nugroho, 2005: 51). Identifikasi determinan menunjukkan
besarnya kontribusi variabel independen (X) terhadap variabel
dependen (Y). Semakin bersar nilai identifikasi determinan, maka
semakin baik kemampuan variabel dependen (Y). Determinan (R²)
semakin besar (mendekati satu) maka dapat dikatakan bahwa
berupa insentif serta variabel dependen (Y) yaitu prestasi kerja
karyawan semakin besar. Sebaliknya, jika determinan (R²)
semakin kecil (mendekati nol) maka dapat dikatakan bahwa
pengaruh yang signifikan dari variabel independen yaitu (X)
berupa variabel insentif serta variabel dependen (Y) yaitu prestasi
BAB II
URAIAN TEORITIS
A. Penelitian Terdahulu
1. Agung (2006) melakukan penelitian dengan judul “Hubungan
Kompensasi Terhadap Kualitas Kerja Karyawan Pada PT Barisan Baja
Perkasa Medan”. Hasil penelitiannya bahwa kompensasi pada PT Barisan
Baja Perkasa Medan mempunyai hubungan yang sangat kuat dan positif
terhadap kualitas kerja karyawan yaitu sebesar 89,2% sedangkan 10,8%
dijelaskan oleh variabel lain.
2. Wiwiek (2005) dengan judul skripsi “Pengaruh insentif terhadap
produktivitas kerja karyawan pada PT Sentaplas. Dari hasil analisis data
diperoleh kesimpulan bahwa insentif memberikan pengaruh positif dan
signifikan terhadap produktivitas kerja karyawan pada PT Sentaplas.
B. Insentif
1. Pengertian Insentif
Menurut Hariandja (2002: 265), insentif merupakan salah satu jenis
penghargaan yang dikaitkan dengan prestasi kerja. Semakin tinggi prestasi kerja,
semakin besar insentif yang diterima. Sudah menjadi kebiasaan bahwa setiap
perusahaan harus menetapkan target yang tinggi dan bila berhasil maka akan
diberikan tambahan pendapatan.
Insentif merupakan bentuk lain dari upah langsung diluar gaji dan upah
yang merupakan kompensasi tetap yang disebut kompensasi berdasarkan prestasi
kerja (pay for performance plan). Insentif merupakan motivator yang positif bagi
para karyawan untuk meningkatkan gairah kerja, kreativitas dan pengembangan
diri menuju tenaga yang profesional.
Menurut Jensen dan Meckling dalam Hariandja (2002: 264) insentif
digunakan untuk mendorong karyawan dalam memperbaiki kualitas dan kuantitas
hasil kerjanya. Pemberian insentif tersebut bermanfaat bagi perusahaan maupun
karyawan. Jika insentif yang diterima tidak dikaitkan dengan prestasi kerja tetapi
bersifat pribadi maka mereka akan merasa adanya ketidakadilan sehingga
mengakibatkan ketidakpuasan yang pada gilirannya dapat mempengaruhi perilaku
misalnya ketidakhadiran dan prestasi kerja menurun.
Pemberian insentif berfungsi untuk memberikan tanggung jawab dan
dorongan kepada karyawan. Insentif menjamin bahwa karyawan akan
mengarahkan usahanya untuk mencapai tujuan organisasi. Adapun tujuan utama
pemberian insentif adalah untuk meningkatkan kinerja individu maupun
kelompok.
Insentif merupakan bagian dari imbalan moneter termasuk dalam
kompensasi langsung yang pembayarannya berdasarkan prestasi kerja dari
karyawan. Insentif tersebut diberikan kepada karyawan untuk meningkatkan
semangat kerja atau gairah bekerja sehingga akan meningkatkan pendapatan
perusahaan.
Perusahaan sebelum memberikan insentif kepada karyawan yang
berprestasi harus menimbang terlebih dahulu keefektifan dari pemberian insentif
tersebut. Pertimbangan ini diperlukan agar pelaksanaan pemberian insentif tidak
Panggabean (2002: 90) agar tujuan pemberian insentif dapat tercapai dengan baik
harus memperhatikan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Menentukan standar prestasi kerja yang tinggi
b. Mengembangkan sistem penilaian prestasi yang tepat
c. Melatih penyelia dalam melakukan penilaian prestasi dalam memberikan
umpan balik kepada bawahannya.
d. Mengaitkan penghargaan secara ketat dengan prestasi kerja
e. Mengupayakan agar peningkatan penghargaan ada artinya bagi karyawan.
2. Jenis-Jenis Insentif
Ada dua jenis insentif yang sering digunakan oleh manajer suatu
perusahaan untuk memotivasi karyawan dalam meningkatkan semangat kerja.
Jenis-jenis insentif tersebut menurut Hasibuan (2000: 99) yaitu:
a. Insentif Positif, yaitu daya perangsang dengan memberikan hadiah
material atau non material kepada karyawan yang kerja di atas prestasi
standar.
b. Insentif Negatif, yaitu daya perangsang dengan memberikan hukuman
kepada karyawan yang prestasi kerjanya di bawah prestasi standar.
Menurut Jurnal Manajemen Sumber Daya Manusia
dalam
a. Insentif Material, yaitu insentif yang diberikan dalam bentuk uang dan
jaminan sosial. Insentif dalam bentuk uang dapat berupa:
1) Bonus yaitu uang yang diberikan sebagai balas jasa atas hasil kerja
pegawai yang berhak menerima, diberikan secara sekali terima
tanpa suatu ikatan di masa yang akan datang.
2) Komisi yaitu jenis bonus yang dibayarkan kepada pihak yang
menghasilkan penjualan yang baik, dibayarkan sebagai bagian
daripada penjualan dan diterima pada pekerja bagian penjualan.
3) Profit Sharing yaitu salah satu jenis insentif yang mencakup
pembayaran sebagian besar dari laba bersih yang disetorkan
sebuah dana dan kemudian dimasukkan ke dalam daftar
pendapatan setiap peserta.
4) Kompensasi yang ditangguhkan yaitu berupa pensiun dan
pembayaran kontraktual ( pelaksanaan perjanjian antara majikan
dan pegawai dimana setelah selesai masa kerja dibayarkan
sejumlah uang tertentu selama masa kerja tertentu).
b. Insentif Non Material, dapat diberikan dalam berbagai bentuk yaitu:
1) Pemberian gelar secara resmi
2) Pemberian tanda jasa/mendali
3) Pemberian piagam penghargaan
4) Pemberian pujian lisan maupun tulisan secara resmi (di depan
umum) ataupun secara pribadi
5) Ucapan terimakasih secara formal maupun informal
6) Pemberian promosi (kenaikan jabatan ataupun pangkat)
7) Pemberian hak untuk menggunakan atribut jabatan
9) Pemberian hak apabilan meninggal dunia dan dimakamkan di
taman makam pahlawan.
3. Tujuan Pemberian Insentif
Sedarmayanti (2001: 24-25) berpendapat bahwa pemberian insentif dalam
suatu organisasi harus diatur agar menjadi sistem yang baik dalam organisasi.
Menurutnya tujuan pemberian insentif adalah sebagai berikut:
a. Menghargai prestasi kerja
Pemberian imbalan yang memadai adalah suatu penghargaan terhadap
prestasi kerja para pegawainya sesuai dengan yang diinginkan organisasi.
b. Menjamin keadilan
Dengan adanya imbalan yang baik akan menjamin adanya keadilan
diantara pegawai dalam organisasi.
c. Mempertahankan pegawai
Dengan imbalan yang baik para pegawai akan lebih betah bertahan bekerja
pada organisasi.
d. Memperoleh karyawan yang bermutu
Dengan imbalan yang baik akan menarik lebih banyak calon pegawai dan
banyaknya pelamar atau calon pegawai akan memberikan peluang yang
lebih banyak untuk mendapatkan pegawai yang bermutu.
e. Pengendalian biaya
Dengan imbalan yang baik akan mengurangi pelaksanaan rekrutmen. Hal
ini berarti penghematan biaya untuk rekrutmen dan seleksi pegawai baru.
f. Memenuhi peraturan
C. Prestasi Kerja
Pengertian Prestasi Kerja
Menurut Soeprihanto (2001: 7)
“Prestasi kerja adalah hasil kerja seorang karyawan selama periode tertentu dibandingkan dengan berbagai kemungkinan misalnya standar, target, sasaran atau kriteria yang telah ditentukan terlebih dahulu dan telah disepakati bersama”.
Menurut Hasibuan (2003: 93)
“Prestasi kerja adalah hasil kerja yang dicapai oleh seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya yang didasarkan atas kecakapan, pengalaman dan kesungguhan serta waktu”.
Menurut Pangabean (2002: 72)
“Penilaian prestasi kerja adalah sesuatu yang bertujuan untuk mengetahui atau memahami tingkat kinerja karyawan dibandingkan dengan standart yang sudah ditetapkan”.
Menurut Soeprihanto (2001: 7)
“Penilaian prestasi kerja adalah suatu sistem yang digunakan untuk menilai dan mengetahui apakah seorang karyawan telah melaksanakan pekerjaannya masing-masing secara keseluruhan”.
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Kerja Karyawan
Menurut Sulistiyani dan Rosida (2003:200), faktor-faktor yang
mempengaruhi prestasi kerja karyawan yaitu:
Pengetahuan
Keahlian yang dimiliki karyawan yang lebih berorientasi pada
intelejensi dan daya pikir serta pengusaha ilmu yang lebih luas yang
dimiliki karyawan.
Disiplin kerja yang mempengaruhi prestasi kerja karyawan adalah
Kemampuan. Kemampuan yaitu keahlian dalam bidang penguasaan
teknis operasional yang dibidang tertentu yang dimiliki karyawan.
Abilities
Keahlian yang terbentuk dari sejumlah kompetensi yang dimiliki oleh
seorang karyawan.
Attitude yaitu suatu kebiasaan yang terpolakan.
Behavior
Perilaku kerja seorang karyawan dalam melaksanakan berbagai
kegiatan atau aktivitas kerja.
Tujuan dan Kegunaan Penilaian Prestasi Kerja Karyawan
Penilaian prestasi kerja karyawan berguna untuk perusahaan serta
bermanfaat bagi karyawan. Menurut Hasibuan (2005: 88) tujuan dan
kegunaan penilaian prestasi kerja karyawan sebagai berikut:
Sebagai dasar dalam pengambilan keputusan yang digunakan untuk
promosi, demosi, pemberhentian dan penetapan besarnya balas jasa.
Untuk mengukur prestasi karyawan yaitu sejauh mana karyawan bisa
sukses dalam pekerjaannya.
Sebagai dasar untuk mengevaluasi efektivitas seluruh kegiatan di dalam
perusahaan.
Sebagai dasar untuk mengevaluasi program latihan dan keefektifan
jadwal kerja, metode kerja, struktur organisasi, gaya pengawasan,
Sebagai indikator untuk menentukan kebutuhan akan latihan bagi
karyawan yang berada di dalam organisasi.
Sebagai alat untuk meningkatkan motivasi kerja karyawan sehingga
dicapai tujuan untuk mendapatkan performance kerja yang baik.
Sebagai alat untuk mendorong atau membiasakan para atasan untuk
mengobservasi perilaku bawahan supaya diketahui minat dan
kebutuhan-kebutuhan bawahannya.
Sebagai alat untuk bisa melihat kekurangan atau kelemahan-kelemahan
di masa lampau dan meningkatkan kemampuan karyawan selanjutnya.
Sebagai kriteria di dalam menentukan seleksi dan penempatan karyawan.
Sebagai alat mengidentifikasi kelemahan-kelemahan personel dan
dengan demikian bisa sebagai bahan pertimbangan agar bisa
diikutsertakan dalam program latihan kerja tambahan.
Sebagai alat untuk memperbaiki atau mengembangkan kecakapan
karyawan.
Sebagai dasar untuk memperbaiki dan mengembangkan uraian pekerjaan.
Manfaat Penilaian Prestasi Kerja
Menurut Handoko (2000: 135) manfaat dari penilaian prestasi kerja dapat
dirincikan sebagai berikut:
Perbaikan prestasi kerja
Umpan balik pelaksanaan kerja memungkinkan karyawan, manajer
dan departemen personalia dapat membetulkan kegiatan-kegiatan
mereka untuk memperbaiki prestasi.
Evaluasi prestasi kerja membantu para pengambil keputusan dalam
menentukan kenaikan upah, pemberian bonus, dan bentuk kompensasi
lainnya.
Keputusan-keputusan penempatan
Promosi, transfer biasanya didasarkan pada prestasi kerja masa lalu
atau antisipasinya. Promosi sering merupakan bentuk penghargaan
terhadap prestasi kerja masa lalu.
Kebutuhan-kebutuhan pelatihan dan pengembangan
Prestasi kerja yang jelek mungkin menunjukkan kebutuhan latihan.
Demikian juga prestasi yang baik mungkin mencerminkan potensi
yang harus dikembangkan.
Perencanaan dan pengembangan karier
Umpan balik prestasi mengarahkan keputusan-keputusan karier yaitu
tentang jalur karier tertentu yang harus diteliti.
Penyimpangan-penyimpangan proses staffing
Prestasi kerja yang baik atau jelek mencerminkan kekuatan atau
kelemahan prosedur staffing departemen personalia.
Ketidak akuratan informasional
Prestasi kerja yang buruk mungkin menunjukkan kesalahan-kesalahan
dalam informasi analisis jabatan, rencana-rencana sumber daya
manusia atau komponen-komponen lain sistem informasi manajemen
personalia. Menggantungkan diri pada informasi yang tidak akurat
dapat menyebabkan keputusan-keputusan personalia yang diambil
Kesalahan-kesalahan desain pekerjaan
Prestasi kerja yang jelek mungkin merupakan suatu tanda kesalahan
dalam desain pekerjaan penilaian prestasi membantu diagnosa
kesalahan tersebut.
Kesempatan kerja yang adil
Penilaian prestasi kerja secara akurat akan menjamin
keputusan-keputusan internal diambil tanpa diskriminasi.
Tantangan-tantangan eksternal
Kadang-kadang prestasi kerja dipengaruhi oleh faktor-faktor diluar
lingkungan kerja seperti keluaga, kesehatan, kondisi finansial atau
masalah pribadi lainnya.
Standar Penilaian Prestasi Kerja
Menurut Mathis dan Jackson dalam buku Yuli (2005:95)
menetapkan lima standar utama penilaian prestasi kerja karyawan yaitu:
Jumlah keluaran (Quantity of output)
Standar keluaran (output) lebih banyak digunakan untuk menilai
prestasi kerja karyawan dibagian produksi atau teknis. Standar ini
dilakukan dengan cara membandingkan antara besarnya jumlahan
keluaran yang seharusnya (standar normal) dengan kemampuan
sebelumnya.
Kualitas keluaran (Quality of output)
Jika yang digunakan dalam mengukur prestasi kerja karyawan itu
disebut sebagai standart quality. Standar ini lebih menekankan pada
kualitas barang yang dihasilkan dibandingkan jumlah output.
Waktu keluaran (Timelines of output)
Ketepatan waktu yang digunakan dalam menghasilkan sebuah
barang sering digunakan sebagai ukuran atau penilaian terhadap
prestasi kerja. Apabila karyawan dapat mempersingkat waktu proses
dengan standar maka karyawan tersebut dapat dikatakan telah
memiliki prestasi yang baik.
Tingkat kehadiran (Presences at work)
Sebagian organisasi yang mengukur atau menilai prestasi kerja
karyawannya dengan melihat daftar hadir. Asumsi yang digunakan
dalam standar ini jika kehadiran karyawan dibawah standar hari
kerja yang ditetapkan maka karyawan tersebut tidak akan mampu
memberikan kontribusi yang optimal terhadap organisasi.
Kerjasama (Cooperativenes)
Standar ini biasanyaa digunakan untuk menilai kinerja karyawan
pada tingkat supervisor dan manajer. Keterlibatan seluruh karyawan
dalam mencapai target yang ditetapkan akan mempengaruhi
BAB III
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
A. Sejarah Perusahaan
1. Listrik Sebelum Kemerdekaan dan di Awal Kemerdekaan sampai tahun 1965
Listrik merupakan salah satu kebutuhan utama kita yang mendukung
aktivitas sehari-hari. Sejarah listrik di Sumatera Utara bukanlah hal baru. Listrik
mulai ada di wilayah Indonesia tahun 1893 di daerah Batavia (sekarang Jakarta),
maka 30 tahun kemudian (1923) listrik mulai ada di Medan. Sentralnya dibangun
di tanah pertapakan Kantor PLN Cabang Medan yang sekarang berada di Jl.
Listrik No. 12 Medan, dibangun oleh NV NIGEM/OGEM perusahaan swasta
Belanda.
Menyusul pembangunan kelistrikan di Tanjung Pura dan Pangkalan
Brandan (1924), Tebing Tinggi (1927), Sibolga (NV ANIWM), Berastagi dan
Tarutung (1929), Tanjung Balai tahun 1931 (milik Gemeente – Kotapraja),
Labuhan Bilik (1936) dan Tanjung Tiram (1937).
Masa penjajahan Jepang, mereka hanya mengambil alih pengelolaan
Perusahaan Listrik milik swasta Belanda tanpa mengadakan penambahan mesin
dan perluasan jaringan. Daerah kerjanya dibagi menjadi Perusahaan Listrik
Sumatera, Perusahaan Listrik Jawa dan seterusnya sesuai struktur organisasi
pemerintahan tentara Jepang waktu itu.
Setelah Proklamasi Kemerdekaan RI 17 Agustus 1945, dikumandangkan
Kesatuan Aksi Karyawan Perusahaan Listrik diseluruh penjuru tanah air untuk
Jepang. Perusahaan Listrik yang sudah diambil alih itu diserahkan kepada
Pemerintah RI dalam hal ini Departemen Pekerjaan Umum.
Peristiwa pengambil alihan ini dikenang menjadi Hari Listrik yang jatuh
pada tanggal 27 Oktober dengan Penetapan Pemerintah No. 1 SD/45. Sejarah
memang membuktikan kemudian bahwa dalam suasana yang makin memburuk
dalam hubungan Indonesia – Belanda, tanggal 3 Oktober 1953 keluar Surat
Keputusan Presiden No. 163 yang memuat ketentuan Nasionalisasi Perusahaan
Listrik milik swasta Belanda sebagai bagian dari perwujudan pasal 33 ayat (2)
UUD 1945.
Setelah aksi ambil alih itu, sejak tahun 1955 di Medan berdiri Perusahaan
Listrik Negara Distribusi Cabang Sumatera Utara (Sumatera Timur dan Tapanuli)
yang mula-mula dikepalai R.Sukarno (merangkap Kepala di Aceh), tahun 1959
dikepalai oleh Ahmad Syaifullah. Setelah BPU PLN berdiri dengan SK Menteri
PUT No. 16/1/20 tanggal 20 Mei 1961, maka organisasi kelistrikan diubah.
Sumatera Utara, Aceh, Sumetera Barat dan Riau menjadi PLN Eksploitasi I.
Tahun 1965, BPU PLN dibubarkan dengan Peraturan Menteri PU No.
9/PRT/64 dan dengan Peraturan Menteri No. 1/PRT/65 ditetapkan pembagian
daerah kerja menjadi 15 Kesatuan Daerah Eksploitasi I. Sumatera Utara tetap
Menjadi Eksploitasi I.
2. Daerah Eksploitasi I menjadi Eksploitasi II
Pembentukan PLN Eksploitasi I Sumatera Utara ditandai dengan
dikeluarkannya Keputusan Direksi PLN No. Kpts 009/DIRPLN/66 tanggal 14
April 1966, PLN Eksploitasi I dibagi mejadi 4 (empat) cabang dan satu sektor,
Tinggi). PP No. 18 tahun 1972 mempertegas kedudukan PLN sebagai Perusahaan
Umum Listrik Negara dengan hak, wewenang dan tanggung jawab
membangkitkan, menyalurkan dan mendistribusikan tenaga listrik keseluruh
Wilayah Negara RI. Dalam SK Menteri tersebut PLN Eksploitasi I Sumatera
Utara diubah menjadi Eksploitasi II Sumatera Utara.
3. Eksploitasi II Menjadi Wilayah II
Keluarnya Peraturan Menteri PUTL No. 013/PRT/75 merubah PLN
Eksploitasi menjadi PLN Wilayah. PLN Eksploitasi II menjadi PLN Wilayah II
Sumatera Utara.
4. Dari PERUM Menjadi PERSERO
Keluarnya Peraturan Pemerintah No. 23/1994 tanggal 16 Juni 1994 maka
ditetapkan status PLN sebagai Persero. Adapun yang melatar belakangi
perubahan status tersebut adalah untuk mengantisipasi kebutuhan listrik yang
terus meningkat dewasa ini. Pada abad 21 PLN tidak dapat tidak harus mampu
menghadapi tantangan yang ada. PLN harus mampu menggunakan tolak ukur
internasional dan harus mampu berswada tinggi, dengan manajemen yang berani
transparan, terbuka, disentralisasi, profit benefit centre dan cost centre.
Tujuan PLN tersebut dapat dicapai dengan meningkatkan kesejahteraan
masyarakat dan mendorong perkembangan industri pada PJPT II yang tanggung
jawabnya cukup besar dan berat, diperlukan kerja sama dan hubungan yang
harmonis dengan instansi dan lembaga yang terkait perlu terus dibina dan
5. Pemisahan PT PLN (Persero) Wilayah II dan PT PLN (Persero) Pembangkit dan Penyaluran Sumatera Bagian Utara
Perkembangan kelistrikan di Sumatera Utara terus mengalami
pertumbuhan dan perkembangan yang begitu pesat, hal ini ditandai dengan
semakin bertambahnya jumlah pelanggan, perkembangan fasilitas kelistrikan,
kemampuan pasokan listrik dan indikasi-indikasi pertumbuhan lainnya. Untuk
mengantisipasi pertumbuhan dan perkembangan kelistrikan Sumatera Utara
dimasa mendatang serta sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas pelayanan
jasa kelistrikan, maka berdasarkan Surat Keputusan Nomor 078.K/023/DIR/1996
tanggal 9 Agustus 1996 dibentuk organisasi baru di bidang jasa pelayanan
kelistrikan yaitu PT PLN (Persero) Pembangkitan dan Penyaluran Sumatera
Bagian Utara.
Pembentukan organisasi baru PLN Pembangkitan dan Penyaluran
Sumatera Bagian Utara yang terpisah dari PLN Wilayah II, maka fungsi-fungsi
Pembangkitan dan Penyaluran yang sebelumnya dikelola PLN Wilayah II
berpindah tanggung jawab pengelolaannya ke PLN Pembangkit dan Penyaluran
Sumatera Bagian Utara. Sementara itu, PLN Wilayah II berkonsentrasi pada
distribusi dan penjualan tenaga listrik.
B. Bidang Kegiatan perusahaan
PT PLN (Persero) sebagai salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN)
merupakan penghasil produk berupa penyediaan tenaga listrik. Dan mempunyai
tujuan mengusahakan pembangkit, penstransmisian dan pendistribusian tenaga
PT PLN (Persero) mempunyai bidang kegiatan usaha yaitu melaksanakan
penyediaan dan penjualan tenaga listrik serta pelayanan yang baik kepada
pelanggan. Listrik yang tersedia tersebut didistribusikan kepada pelanggan seperti
rumah penduduk, rumah sakit, hotel maupun industri. Dan setiap bulannya akan
diperhitungkan berapa banyak listrik yang harus dibayarkan pelanggan kepada PT
PLN (Persero) oleh petugas pencatat rekening listrik sesuai tarif yang telah
ditetapkan.
C. Struktur Organisasi Perusahaan
Struktur organisasi menggambarkan secara jelas unsur-unsur yang
membantu pimpinan dalam menjalankan kegiataan perusahaan. Adanya struktur
organisasi yang jelas dapat diketahui posisi, tugas, wewenang dan tanggung jawab
setiap departemen/bagian dan bagaimana hubungan antara satu departemen
dengan departemen lainnya.
Tujuan dari adanya struktur organisasi adalah untuk mencapai efisiensi
dan efektifitas kerja ataupun mendelegasikan wewenang dalam organisasi yang
berdasarkan pola hubungan kerja serta lalu lintas wewenang dan tanggung jawab.
PT PLN (Persero) Cabang Medan menggunakan struktur organisasi garis
dan staf. Adapun susunan struktur organisasi, tugas pokok dan tanggung jawab
dari masing-masing jabatan pada PT PLN (Persero) Cabang Medan terdiri dari:
1. Manajer Cabang
Mengelola dan melaksanakan kegiatan penjualan tenaga listrik, pelayanan
pelanggan, pengoperasian dan pemeliharaan jaringan distribusi tenaga listrik di
berdasarkan kebijakan kantor induk untuk menghasilkan pendapatan perusahaan
yang didukung dengan pelayanan, tingkat mutu dan keandalan pasokan yang baik
untuk memenuhi kebutuhan pelanggan serta melakukan pembinaan dan
pemberdayaan unit asuhan dibawahnya.
2. Bagian Distribusi
Mengkoordinasikan perencaan, pengoperasian dan pemeliharaan sarana
pendistribusian tenaga listik yang efektif, efisien dengan mutu serta keandalan
yang baik dan menerapkan tata kelola perusahaan yang baik.
Untuk melaksanakan tugas pokok tersebut, bagian distribusi mempunyai
fungsi sebagai berikut:
a. Merencanakan pengembangan system pendistribusian tenaga listrik untuk
meningkatkan mutu dan keandalan pendistribusian tenaga listrik.
b. Merencanakan pengoperasian dan pemeliharaan jaringan distribusi tenaga
listrik.
c. Merencanakan dan melaksanakan pembangunan sarana pendistribusian tenaga
listrik dan bangunan sipil.
d. Merencanakan kebutuhan material untuk pengoperasian dan pemeliharaan
sarana pendistribusian tenaga listrik.
e. Mengoperasikan dan melaksanakan pemeliharaan sistem pendistribusian
tenaga listrik.
f. Melaksanakan pelayanan gangguan pendistribusian tenaga listrik.
g. Menyusun RAO/UAI bagian distribusi.
h. Mengkaji dan mengevaluasi mutu dan keandalan pendistribusian tenaga listrik
3. Bagian Pemasaran
Melaksanakan kegiatan penyusunan prakiraan kebutuhan tenaga listrik,
penjualan tenaga listrik, penyuluhan dan survai data pelanggan tenaga listrik
diwilayah kerjanya.
Untuk melaksanakan tugas pokok tersebut, maka Bagian Pemasaran
mempunyai fungsi:
a. Melakukan penyusunan rencana penjualan tenaga listrik dan langkah
pencapaiannya.
b. Melaksanakan penyuluhan dan pemberian informasi tentang ketenagalistrikan
dan prosedur pelayanan kepada calon pelanggan/pelanggan/masyarakat.
c. Melaksanakan pembinaan forum komunikasi dengan pelanggan tenaga listrik
diwilayah kerjanya.
d. Merencanakan pengembangan dan pembinaan sarana pembayaran rekening
listrik (payment point).
4. Bagian Komersial
Melakukan upaya pencapaian pendapatan, penyelamatan pendapatan dari
penjualan tenaga listrik, dan melaksanakan kebijakan penjualan tenaga listrik serta
menerapkan tata kelola perusahaan yang baik.
Bagian Komersial mempunyai fungsi:
a. Mengkoordinir pelaksanaan kegiatan pada Bagian Komersial.
b. Mengendalikan kegiatan yang berkaitan dengan pelayanan pelanggan sesuai
kebijakan manajemen.
d. Mengkaji laporan-laporan yang berkaitan dengan kegiatan pelayanan
pelanggan untuk mengetahui hambatan-hambatan dan usaha mencari
penyelesaiannya.
5. Bagian Keuangan
Mengkoordinasikan penyelenggaraan pengelolaan anggaran, keuangan,
perpajakan dan asuransi sesuai dengan prinsip-prinsip manajemen dan membuat
laporan keuangan dan akuntansi yang akurat dan tepat waktu.
Untuk melaksanakan tugas pokok tersebut, maka Bagian Keuangan
mempunyai fungsi:
a. Mengkoordinir pelaksanaan tugas-tugas dilingkungan bagian keuangan
b. Mengendalikan kegiatan yang berkaitan dengan pengelolaan keuangan sesuai
kebijakan manajemen.
c. Mengkoordinir usulan RAO/UAI sesuai kebutuhan Unit Pelaksana unit
asuhannya.
d. Menyusun laporan-laporan yang berkaitan dengan kegiatan pengelolaan
keuangan.
6. Bagian SDM dan Administrasi
Melaksanakan pengelolan kepegawaian, kesekretariatan, perbekalan dan
keamanan. Untuk melaksanakan tugas pokok tersebut, maka Bagian SDM dan
Administrasi mempunyai fungsi:
a. Merencanakan pengembangan sumber daya manusia.
b. Melakukan kajian dan pengembangan organisasi dalam rangka usulan
c. Melaksanakan tata usaha penggajian dan pengupahan.
d. Melaksanakan pembinaan kesejahteraan pegawai.
e. Melaksanakan pengadaan material dan jasa borongan untuk pengoperasian
dan pemeliharaan sarana pendistribusian tenaga listrik.
f. Melaksanakan penyimpanan dan pengendalian persediaan material
pengoperasian dan pemeliharaan sarana tenaga listrik.
g. Merencanakan kebutuhan sarana kerja.
h. Melaksanakan kegiatan kesekretariatan dan rumah tangga.
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini menggunakan dua metode untuk menganalisa data primer
yang telah diperoleh, yakni metode analisis deskriptif dan metode regresi linear
sederhana. Metode regresi linear sederhana digunakan untuk mengetahui
pengaruh atau hubungan variabel bebas (insentif) terhadap variabel terikat
(prestasi kerja karyawan). Dalam menganalisis data peneliti menggunakan
bantuan program SPSS (Statistical Product and Service Solution) versi 12.00.
A. Analisis Deskriptif
Jumlah responden penelitian sebanyak 107 orang karyawan PT PLN
(Persero) Wilayah II Sumatera Utara Medan tahun 2008. Analisis deskriptif berisi
mengenai karakteristik dari responden penelitian sebagai berikut:
[image:46.595.159.476.503.611.2]1. Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin Tabel 4.1
Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin Jenis
Kelamin
Jumlah (orang)
Persentase (%)
Pria 67 63
Wanita 40 37
TOTAL 107 100
Sumber: Data Primer yang diolah, Desember 2009
Tabel 4.1 menunjukkan bahwa mayoritas jenis kelamin responden adalah
pria sebanyak 67 orang karyawan atau sebesar 63% dan wanita sebanyak 40
2. Karakteristik responden berdasarkan usia responden Tabel 4.2
Karakteristik responden berdasarkan usia
Usia Jumlah (orang) Persentase (%)
20-30 tahun 40 37
31-40 tahun 30 28
41-50 tahun 25 23
51-60 tahun 12 12
TOTAL 107 100
Sumber: Data Primer yang diolah, Desember 2009
Tabel 4.2 menunjukkan bahwa jumlah responden usia 20-30 tahun lebih
banyak yaitu sebanyak 40 orang karyawan atau sebesar 37%, usia 31-40 tahun
sebanyak 30 orang karyawan atau sebesar 28%, usia 41-50 tahun sebanyak 25
orang karyawan atau sebesar 23% dan usia 51-60 tahun sebanyak 12 orang
karyawan atau sebesar 12%. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar
responden merupakan generasi muda yang baru memasuki karir awal.
[image:47.595.157.476.442.570.2]3. Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan Tabel 4.3
Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan Tingkat
pendidikan
Jumlah (orang)
Persentase (%)
SLTA 20 19
D3 37 35
S1 50 46
TOTAL 107 100
Sumber: Data Primer yang diolah, Desember 2009
Tabel 4.3 menunjukkan bahwa mayoritas tingkat pendidikan responden
adalah S1 sebanyak 50 orang karyawan atau sebesar 46%, D3 sebanyak 37 orang
karyawan atau sebesar 35% dan SLTA sebanyak 20 orang karyawan atau sebesar
19%. Data ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden penelitian ini telah
4. Karakteristik responden berdasarkan lama bekerja Tabel 4.4
Karakteristik responden berdasarkan lama bekerja Lama bekerja Jumlah (orang) Persentase (%)
< 3 tahun 15 14
3-5 tahun 40 37
6-10 tahun 35 33
11-15 tahun 17 16
TOTAL 107 100
Sumber: Data Primer yang diolah, Desember 2009
Tabel 4.4 menunjukkan bahwa jumlah responden yang lama bekerja
selama 3-5 tahun memiliki persentase lebih banyak sebanyak 40 orang karyawan
atau sebesar 37%, lama bekerja 6-10 tahun sebanyak 35 orang karyawan atau
sebesar 33%, lama bekerja 11-15 tahun sebanyak 17 karyawan atau sebesar 16%
dan lama bekerja < 3 tahun sebanyak 15 orang karyawan atau sebesar 14%.
[image:48.595.114.513.427.649.2]5. Distribusi pendapat responden mengenai variabel insentif (X)
Tabel 4.5 Insentif (X)
Butir
Frekuensi Pendapat Responden
Total %
Total Responden
STS % TS % KS % S % SS %
1 - - 2 2 17 16 50 47 38 35 100 107
2 - - - - 22 20 48 45 37 35 100 107
3 - - 2 2 23 22 54 50 28 26 100 107
4 - - 5 5 14 13 49 46 39 36 100 107
5 - - - - 17 16 63 59 27 25 100 107
6 - - 5 5 32 30 54 50 16 15 100 107
7 - - - - 21 20 54 50 32 30 100 107
8 - - 4 4 11 11 53 49 39 36 100 107
9 - - 1 1 12 11 62 58 32 30 100 107
Sumber: Pengolahan Data Primer (kuesioner), Desember 2009
Berdasarkan Tabel 4.5 dapat dilihat bahwa:
a. Pada pertanyaan butir 1 (Insentif yang saudara terima dari perusahaan
menjawab setuju, 16% karyawan menjawab kurang setuju dan 2% karyawan
menjawab tidak setuju.
b. Pada pertanyaan butir 2 (Insentif yang saudara terima sesuai dengan prestasi
kerja yang saudara capai), 35% karyawan menjawab sangat setuju, 45%
karyawan menjawab setuju dan 20% karyawan menjawab kurang setuju.
c. Pada pertanyaan butir 3 (Insentif yang saudara terima cukup memenuhi
kebutuhan hidup saudara), 26% karyawan menjawab sangat setuju, 50%
karyawan menjawab setuju, 22% karyawan menjawab kurang setuju dan 2%
karyawan menjawab tidak setuju.
d. Pada pertanyaan butir 4 (Insentif yang saudara terima selalu mengalami
peningkatan), 36% karyawan menjawab sangat setuju, 46% karyawan
menjawab setuju, 13% karyawan menjawab kurang setuju dan 5% karyawan
menjawab tidak setuju.
e. Pada pertanyaan butir 5 (Semakin meningkat prestasi kerja, semakin besar
insentif yang saudara terima), 25% karyawan menjawab sangat setuju, 59%
karyawan menjawab setuju dan 16% karyawan menjawab kurang setuju.
f. Pada pertanyaan butir 6 (Insentif yang diterima memotivasi semangat kerja
saudara), 15% karyawan menjawab sangat setuju, 50% karyawan menjawab
setuju, 30% karyawan menjawab kurang setuju dan 5% karyawan menjawab
tidak setuju.
g. Pada pertanyaan butir 7 (Insentif yang saudara terima selalu tepat waktu), 30%
karyawan menjawab sangat setuju, 50% karyawan menjawab setuju dan 20%
h. Pada pertanyaan butir 8 (Saudara selalu mendapatkan insentif setiap bulannya),
36% karyawan menjawab sangat setuju, 49% karyawan menjawab setuju, 11%
karyawan menjawab kurang setuju dan 4% karyawan menjawab tidak setuju.
i. Pada pertanyaan butir 9 (Insentif yang saudara terima melalui prosedur yang
rumit), 30% karyawan menjawab sangat setuju, 58% karyawan menjawab
setuju, 11% karyawan menjawab kurang setuju dan 1% karyawan menjawab
tidak setuju.
Berdasarkan penjelasan Tabel 4.7 menunjukkan bahwa sebagian besar
responden setuju dan kurang setuju terhadap pernyataan insentif mempengaruhi
prestasi kerja karyawan PT PLN (Persero) Wilayah II Sumatera Utara Medan.
[image:50.595.112.513.363.679.2]6. Distribusi pendapat responden mengenai variabel prestasi kerja karyawan (Y)
Tabel 4.6
Prestasi kerja karyawan (Y)
Butir
Frekuensi Pendapat Responden
Total %
Total Responden
STS % TS % KS % S % SS %
10 - - 3 3 11 10 48 45 45 42 100 107
11 - - 3 3 9 8 49 46 46 43 100 107
12 - - 2 2 29 27 57 53 19 18 100 107
13 - - - - 12 11 60 56 35 33 100 107
14 - - - - 24 22 52 49 31 29 100 107
15 - - - - 15 14 50 47 42 39 100 107
16 - - 2 2 23 21 62 58 20 19 100 107
17 - - - - 9 8 68 64 30 28 100 107
18 - - 6 6 39 36 45 42 17 16 100 107
19 - - 3 3 14 13 54 50 36 34 100 107
20 - - - - 12 11 56 53 39 36 100 107
21 - - 7 7 1 1 58 54 41 38 100 107
Sumber: Pengolahan Data Primer (kuesioner), Desember 2009
a. Pada pertanyaan butir 10 (Saudara mempunyai target kinerja yang harus
dicapai dalam suatu periode), 42% karyawan menjawab sangat setuju, 45%
karyawan menjawab setuju, 10% karyawan menjawab kurang setuju dan 3%
karyawan menjawab tidak setuju.
b. Pada pertanyaan butir 11 (Target kerja yang saudara tetapkan sesuai dengan
standar prestasi kerja perusahaan), 43% karyawan menjawab sangat setuju,
46% karyawan menjawab setuju, 8% karyawan menjawab kurang setuju dan
3% karyawan menjawab tidak setuju.
c. Pada pertanyaan butir 12 (Saudara selalu mencapai standar prestasi kerja
yang ditetapkan perusahaan), 18% karyawan menjawab sangat setuju, 53%
karyawan menjawab setuju, 27% karyawan menjawab kurang setuju dan 2%
karyawan menjawab tidak setuju.
d. Pada pertanyaan butir 13 (Saudara selalu bekerja sesuai prosedur yang
ditetapkan perusahaan), 33% karyawan menjawab sangat setuju, 56%
karyawan menjawab setuju dan 11% karyawan menjawab kurang setuju.
e. Pada pertanyaan butir 14 (Saudara jarang membuat kesalahan dalam bekerja),
29% karyawan menjawab sangat setuju, 49% karyawan menjawab setuju dan
22% karyawan menjawab kurang setuju.
f. Pada pertanyaan butir 15 (Saudara senang bila pimpinan memuji kualitas
kerja saudara), 39% karyawan menjawab sangat setuju, 47% karyawan
menjawab setuju dan 14% karyawan menjawab kurang setuju.
g. Pada pertanyaan butir 16 (Dalam bekerja saudara selalu berusaha
58% karyawan menjawab setuju, 21% karyawan menjawab kurang setuju dan
2% karyawan menjawab tidak setuju.
h. Pada pertanyaan butir 17 (Saudara selalu menyelesaikan pekerjaan tepat
waktu) 28% karyawan menjawab sangat setuju, 64% karyawan menjawab
setuju dan 8% karyawan menjawab kurang setuju.
i. Pada pertanyaan butir 18 (Saudara selalu memanfaatkan waktu dengan baik)
16% karyawan menjawab sangat setuju, 42% karyawan menjawab setuju,
36% karyawan menjawab kurang setuju dan 6% karyawan menjawab tidak
setuju.
j. Pada pertanyaan butir 19 (Saudara memiliki hubungan yang baik dalam
lingkungan pekerjaan) 41% karyawan menjawab sangat setuju, 52%
karyawan menjawab setuju, 1% karyawan menjawab kurang setuju dan 6%
karyawan menjawab tidak setuju.
k. Pada pertanyaan butir 20 (Saudara dapat bekerjasama dengan orang lain) 36%
karyawan menjawab sangat setuju, 53% karyawan menjawab setuju dan 11%
karyawan menjawab kurang setuju.
l. Pada pertanyaan butir 21 (Dalam menyelesaikan pekerjaan, saudara lebih
senang dibantu orang lain) 38% karyawan menjawab sangat setuju, 54%
karyawan menjawab setuju, 1% karyawan menjawab kurang setuju dan 7%
karyawan menjawab tidak setuju.
Berdasarkan penjelasan Tabel 4.6 menunjukkan bahwa sebagian besar
karyawan PT PLN (Persero) Wilayah II Sumatera Utara Medan memiliki prestasi
kemampuan teknis yang baik dalam melakukan setiap pekerjaan khususnya dalam
bidang niaga, keuangan, dan bidang SDM & Administrasi.
B. Uji Validitas dan Realibilitas
Uji validitas dan realibilitas dimaksudkan untuk mendapatkan hasil
penelitian yang baik dan bermutu. Uji validitas dan realibilitas dilakukan terhadap
alat penelitian dalam hal ini adalah kuesioner. Valid artinya data-data yang
diperoleh dengan penggunaan alat (instrumen) dapat menjawab tujuan penelitian
sedangkan reliabel artinya konsisten atau stabil. Pada penelitian ini, uji validitas
dan realibilitas dilakukan dengan metode sekali ukur (one shot method), dimana
pengukuran dengan metode ini cukup dilakukan satu kali. Untuk uji validitas
dan realibilitas awal, peneliti menyebarkan kuesioner kepada 30 orang karyawan
di luar sampel yaitu pada kantor cabang PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara
Rayon Medan Baru pada divisi bidang niaga, divisi bidang keuangan dan divisi
bidang SDM & Administrasi tahun 2008 yang beralamat di Jalan Sei Batu
Gingging No. 9 Medan. Maka nilai r tabel dapat diperoleh melalui df (degree of
freedom) = n – k. k merupakan jumlah butir pertanyaan dalam suatu variabel. Jadi
df = 30 - 21 = 9, maka r-tabel = 0.602. Pengujian validitas dilakukan dengan
menggunakan SPSS 12.00 dengan kriteria sebagai berikut:
1. Jika r hitung > r tabel maka pertanyaan dinyatakan valid
2. Jika r hitung < r tabel maka pertanyaan dinyatakan tidak valid.
3. R hitung dapat dilihat pada kolom corrected item – total correlation
Tahap survei kuesioner berisikan 21 pertanyaan yang terdiri dari variabel
(Persero) Wilayah II Sumatera Utara Medan. Pada Tabel 4.7 dapat dilihat uji
[image:54.595.124.508.137.508.2]validitas yang pertama:
Tabel 4.7
Validitas Butir Pertanyaan Butir
Pertanyaan
Corrected item -
total corelation Rtabel Keterangan
Butir 1 .871 0.602 Valid
Butir 2 .856 0.602 Valid
Butir 3 .891 0.602 Valid
Butir 4 .737 0.602 Valid
Butir 5 .830 0.602 Valid
Butir 6 .802 0.602 Valid
Butir 7 .799 0.602 Valid
Butir 8 .780 0.602 Valid
Butir 9 .670 0.602 Valid
Butir 10 .716 0.602 Valid
Butir 11 .833 0.602 Valid
Butir 12 .814 0.602 Valid
Butir 13 .776 0.602 Valid
Butir 14 .788 0.602 Valid
Butir 15 .798 0.602 Valid
Butir 16 .797 0.602 Valid
Butir 17 .891 0.602 Valid
Butir 18 .882 0.602 Valid
Butir 19 .684 0.602 Valid
Butir 20 .852 0.602 Valid
Butir 21 .818 0.602 Valid
Sumber: Pengolahan Data Primer (kuesioner) dengan SPSS 12.00, Desember 2009
Tabel 4.7 menunjukkan bahwa 21 butir pertanyaan valid dengan nilai
Rhitung > Rtabel dan butir pertanyaan yang memiliki nilai tertinggi adalah butir 3 dan
butir 17 (0.891) dan nilai terendah adalah pertanyaan butir 9 (0.670). Berdasarkan
data tersebut maka dapat disimpulkan bahwa semua butir pertanyaan tersebut
valid dan layak untuk digunakan sebagai instrumen penelitian.
Hasil uji realibilitas berdasarkan data yang diolah peneliti dengan bantuan
Tabel 4.8 Realibilitas Kuesioner Cronbach’s Alpha N of Items
0.976 21
Sumber: Pengolahan Data Primer (kuesioner) dengan SPSS 12.00, Desember 2009
Tabel 4.8 menunjukkan bahwa Rhitung (0.976) > Rtabel (0.60). Menurut
Nugroho (2005: 72) “Realibilitas suatu konstruk variabel dikatakan baik jika
memiliki nilai Cronbach’s Alpha > dari 0.60”. Maka dapat disimpulkan bahwa
pada pertanyaan yang terdapat pada kuesioner adalah realibilitas dan layak
digunakan sebagai instrumen penelitian.
C. Metode Regresi Linear Sederhana
Analisis regresi linear sederhana digunakan untuk mengetahui seberapa
besar pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Persamaan regresinya
[image:55.595.114.508.459.579.2]adalah sebagai berikut:
Tabel 4.9
Regresi Linear Sederhana Coefficients (a)
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients t Sig.
B
Std.
Error Beta
1 (Constant) 30.612 3.652 8.382 .000
insentif .511 .099 .451 5.184 .000
a. Dependent variable: : prestasi kerja karyawan
Sumber: Pengolahan Data Primer (kuesioner) dengan SPSS 12.00, Desember 2009
Berdasarkan Tabel 4.9 maka dapat diperoleh persamaan model regresi
linear berganda:
Y = 30.612 + 0.511X + e
a. Konstanta sebesar 30.612 menyatakan bahwa jika tidak ada faktor insentif
maka prestasi kerja karyawan pada PT PLN (Persero) Wilayah II Sumatera
Utara Medan tetap ada sebesar 30.612.
b. Koefisien regresi X = 0.511 menyatakan bahwa setiap peningkatan pada
variabel insentif akan meningkatkan prestasi kerja karyawan pada PT PLN
(Persero) Wilayah II Sumatera Utara Medan sebesar 0.511.
D. Pengujian Hipotesis 1. Uji – t
Uji – t menunjukkan seberapa besar pengaruh variabel bebas secara
individual terhadap variabel terikat. Untuk melakukan uji- t menggunakan tabel
coefficients.
Langkah-langkah pengujian adalah sebagai berikut:
a. Menentukan model hipotesis untuk H0 dan H1
b. Mencari nilai ttabel dengan cara menentukan tingkat kesalahan (α) dan
menentukan derajat kebebasan
c. Menentukan kriteria pengambilan keputusan
d.