• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Pelayanan Profesional Dokter Spesialis dengan Kepuasan Pasien Umum di Ruang Rawat Inap Penyakit Dalam Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Hubungan Pelayanan Profesional Dokter Spesialis dengan Kepuasan Pasien Umum di Ruang Rawat Inap Penyakit Dalam Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan"

Copied!
156
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN PELAYANAN PROFESIONAL DOKTER SPESIALIS DENGAN KEPUASAN PASIEN UMUM DI RUANG RAWAT INAP

PENYAKIT DALAM RUMAH SAKIT UMUM PUSAT HAJI ADAM MALIK MEDAN

TESIS

Oleh

ARIANTHO SIDASUHA PURBA 127032090/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

CORRELATION BETWEEN SPECIALIST PROFFESIONAL SERVICES AND GENERAL PATIENTS SATISFACTION IN THE INPATIENT WARD

AT ADAM MALIK GENERAL MEDICAL HOSPITAL MEDAN

THESIS

BY

ARIANTHO SIDASUHA PURBA 127032090/IKM

MAGISTER OF PUBLIC HEALTH STUDY PROGRAM FACULTY OF PUBLIC HEALTH

UNIVERSITY OF SUMATERA UTARA MEDAN

(3)

HUBUNGAN PELAYANAN PROFESIONAL DOKTER SPESIALIS DENGAN KEPUASAN PASIEN UMUM DI RUANG RAWAT INAP

PENYAKIT DALAM RUMAH SAKIT UMUM PUSAT HAJI ADAM MALIK MEDAN

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat

untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes) dalam Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Minat Administrasi Rumah Sakit pada Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara

OLEH

ARIANTHO SIDASUHA PURBA 127032090/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(4)
(5)

Telah diuji

Pada Tanggal : 8 September 2014

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Setiawan, S.Kp, M.N.S, Ph.D

Anggota : 1. Siti Saidah Nasution, S.Kep, M.Kep, Sp.Mat 2. Dr. Juanita, S.E, M.Kes

(6)

PERNYATAAN

HUBUNGAN PELAYANAN PROFESIONAL DOKTER SPESIALIS DENGAN KEPUASAN PASIEN UMUM DI RUANG RAWAT INAP

PENYAKIT DALAM RUMAH SAKIT UMUM PUSAT HAJI ADAM MALIK MEDAN

TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar sarjana di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, September 2014

(7)

ABSTRAK

Kepuasan pasien akan terpenuhi apabila perilaku profesional dokter dalam memberikan jasa pelayanan kesehatan sesuai dengan yang diharapkan pasien atau keluarga. Indikasi kualitas pelayanan kesehatan di rumah sakit dapat tercermin dari persepsi pasien atas pelayanan kesehatan yang telah diterimanya. Persepsi pasien pelayanan kesehatan dan kompetensi dokter spesialis belum memuaskan pasien rawata inap di Bagian Penyakit Dalam Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara pelayanan profesional dokter spesialis dengan kepuasan pasien umum. Jenis penelitian adalah deskriptif korelasi.Populasi adalah pasien umum di Ruang Rawat Inap Rindu A1 dan A2 penyakit dalam berjumlah 195 orang dan jumlah sampel yaitu 131 orang menggunakan teknik simple random sampling. Data dianalisis secara univariat, bivariat dengan uji statistik pearsoncorrelation pada taraf kemaknaan 95%.

Hasil penelitian menunjukkan pelayanan profesional dokter spesialis berdasarkan kompetensi dokter spesialis kriteria baik adalah pemberian terapi 43,5% dan kriteria cukup yaitu persiapan (51,9%), anamnesis (54,2%), pemeriksaan fisik (55,7%), terminasi (61,1%). Layanan dokter spesialis kriteria cukup yaitu keandalan (42,7%), tanggap (55%), jaminan (64,1%), perhatian (64,9%), dan penampilan (51,1%). Penilaian pasien terhadap kepuasan pelayanan kesehatan dengan kriteria cukup puas (54,2%). Ada hubungan pelayanan profesional dokter (kompetensi dan layanan) dengan kepuasan pasien umum (p<0,05).

Dokter spesialis melakukan perbaikan pelayanan kesehatan dan kompetensi dokter spesialis dengan mengikuti berbagai kongres nasional, pelatihan/seminar, pertemuan ilmiah tahunan tingkat nasional maupun internasional dan workshop serta service excellent.

(8)

ABSTRACT

Patient`s satisfaction will be fulfilled with physician professional behavior in providing medical services as expected by patient or family. Indication of the quality of health care in hospitals can be reflected from the patient's perception of health services that have been received. Patient perception of health services and specialist competence not satisfactory inpatients General Hospital Center Haji Adam Malik Medan.

The purpose of this study was to determine the relationship between professional specialist services with the general patient satisfaction. This type of research was descriptive correlation. The study population comprised general patients in Rindu A1 and A2 Internal Medicine ward by 195 persons and the study sample by 131 persons obtained by using simple randomized sampling. Data were analyzed using univariate, bivariate with pearson correlation statistical test at a significance level of 95%.

The results of study showed professional services of specialists based on specialist competence criterion is good therapy 43.5% and sufficient criteria those are preparation (51.9%), anamnese (54.2%), physical examination (55.7%), and termination (61.1%). Specialist services is categorized enough good those are reliability (42.7%), responsiveness (55%), security (64.1%), attention (64.9%), and appearance (51.1%). Patient satisfaction criteria fairly good enough (54.2%). There was the relationship of professional service of doctors (competence and service) with the satisfaction of general patient (p <0.05).

Specialist doctors make improvement of health services and specialist competence by attending various national congresses, trainings / seminars, the annual scientific meeting of national and international workshops and service excellence.

(9)

KATA PENGANTAR

Segala Puji Syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas

berkat dan rahmat serta pertolonganNya yang berlimpah, sehingga penulis dapat

menyelesaikan penelitian dan penyusunan tesis ini dengan judul "Hubungan Pelayanan Profesional Dokter Spesialis dengan Kepuasan Pasien Umum di Ruang Rawat Inap Penyakit Dalam Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan"

Penulisan tesis ini merupakan salah satu persyaratan akademik untuk

menyelesaikan pendidikan pada Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat

Studi Administrasi Rumah Sakit Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas

Sumatera Utara.

Penulis, dalam menyusun tesis ini mendapat bantuan, dorongan dan

bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan

terima kasih dan penghargaan kepada :

1. Rektor Universitas Sumatera Utara, yaitu Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H,

M.Sc (CTM), Sp.A(K).

2. Dr. Drs. Surya Utama, M.S, Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas

Sumatera Utara

3. Dr. Ir. Evawany Aritonang, M.Si selaku Sekretaris Program Studi S2 Ilmu

Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera

(10)

4. Setiawan, S.Kp, M.N.S, Ph.D, selaku ketua komisi pembimbing dan Siti Saidah

Nasution, S.Kep, M.Kep, Sp.Mat selaku anggota komisi pembimbing yang

dengan penuh perhatian dan kesabaran membimbing, mengarahkan dan

meluangkan waktu untuk membimbing penulis mulai dari proposal hingga

penulisan tesis selesai.

5. Dr. Juanita, S.E, M.Kes dan Drs. Eddy Syahrial, M.S selaku penguji tesis yang

dengan penuh perhatian dan kesabaran membimbing, mengarahkan dan

meluangkan waktu untuk membimbing penulis mulai dari proposal hingga

penulisan tesis selesai.

6. Terimakasih kepada Direktur Rumah Sakit Umum Pendidikan Haji Adam Malik

Medan dan jajarannya yang telah berkenan memberikan ijin meneliti untuk

menyelesaikan studi pada Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara.

7. Dosen dan staf di lingkungan Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Minat Studi Administrasi Rumah Sakit, Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara.

8. Ucapan terimakasih yang tulus dan ikhlas kepada Ayahanda H. Abdul Wahid

Purba (Alm) dan Hj. Halimah Pane serta H. T. Mahdi dan Hj. Ridhani atas segala

jasanya, sehingga penulis selalu mendapat pendidikan terbaik. Dan kepada kakak

dan abang saya ucapkan terima kasih atas nasehat dalam membimbing serta

(11)

9. Teristimewa buat isteri tercinta dr. T. Fauziah Fachriani serta anak saya dr. Rima

Arini Purba, Emir Farid Fajrin Purba, S.Ked dan Emir Faiq Purba yang penuh

pengertian, kesabaran, pengorbanan dan doa serta rasa cinta yang dalam setia

menunggu, memotivasi dan memberikan dukungan moril agar bisa menyelesaikan

pendidikan ini tepat waktu.

10.Teman-teman seperjuangan di Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat,

Universitas Sumatera Utara, atas bantuannya dan memberikan semangat dalam

penyusunan tesis ini.

Penulis menyadari atas segala keterbatasan, untuk itu saran dan kritik yang

membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan tesis ini dengan harapan,

semoga tesis ini bermanfaat bagi pengambil kebijakan di bidang kesehatan, dan

pengembangan ilmu pengetahuan bagi penelitian selanjutnya.

Medan, September 2014 Penulis

(12)

RIWAYAT HIDUP

Ariantho Sidasuha Purba, lahir di Medan pada tanggal 10 November 1963

anak ke empat dari lima bersaudara dari pasangan H. Abdul Wahid Purba (Alm) dan

Hj. Halimah Pane.

Pendidikan formal penulis, dimulai dari pendidikan Sekolah Dasar Swasta

Ramajaya Medan selesai pada tahun 1975, pendidikan Sekolah Menengah Pertama

Negeri 8 Medan selesai pada tahun 1978, pendidikan Sekolah Menengah Atas Negeri

2 Medan selesai pada tahun 1982, Fakultas Kedokteran Umum Universitas Islam

Sumatera Utara selesai pada tahun 1992, Program S2 Spesialis Penyakit Dalam

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara selesai tahun 2004.

Penulis mengikuti pendidikan lanjutan di Program Studi S2 Ilmu Kesehatan

Masyarakat Minat Studi Administrasi Rumah Sakit, Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara sejak tahun 2012 hingga saat ini.

Mulai bekerja sebagai Pegawai Tidak Tetap di Kabupaten Langkat tahun 1995

dan diangkat menjadi PNS di Papua tahun 1995 sampai 1998. Penulis bekerja di

RSUP HAM Medan tahun 1998 sampai tahun 2004, selanjutnya tahun 2004 bekerja

di RSUD Blangkejeren sampai tahun 2006. Tahun 2006 sampai 2011 bekerja di

RSUD Kepulauan Riau dan tahun 2011 sampai dengan 2012 bekerja di Kementerian

Kesehatan Jakarta. Penulis mulai bekerja di RSUP HAM Medan tahun 2012 sampai

(13)

DAFTAR ISI

2.3.1 Tugas Pokok dan Fungsi Dokter Spesialis Penyakit Dalam . 14 2.3.2 Pelayanan Profesional Dokter Spesialis ... 16

2.4 Kepuasan ... 24

2.4.1 Pengertian Kepuasan ... 24

2.4.2 Kepuasan Pasien ... 28

2.4.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepuasan ... 30

2.5 Kualitas Pelayanan ... 32

2.5.1 Pengertian Kualitas Pelayanan ... 32

(14)

3.3 Populasi dan Sampel ... 36

3.4.3 Validitas dan Reliabilitas ... 38

3.5 Variabel dan Definisi Operasional ... 39

3.5.1 Variabel Bebas ... 39

3.5.2 Variabel Terikat ... 42

3.6 Metode Pengukuran ... 42

3.6.1 Metode Pengukuran Variabel Bebas ... 42

3.6.2 Metode Pengukuran Variabel Terikat ... 43

3.7 Metode Analisis Data ... 44

BAB 4. HASIL PENELITIAN ... 45

4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian... 45

4.1.1 Sejarah Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan ... 45

4.1.2 Visi, Misi dan Motto RSUP H.Adam Malik Medan ... 47

4.1.3 Tugas Pokok dan Fungsi RSUP H.Adam Malik Medan ... 48

4.2 Analisis Univariat... 50

4.2.1 Karateristik Responden ... 50

4.2.2 Pelayanan Profesional Dokter Spesialis ... 52

4.3 Analisis Bivariat ... 69

BAB 5. PEMBAHASAN ... 76

5.1 Pelayanan Dokter Spesialis di Instalasi Rawat Inap Penyakit Dalam Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan ... 76

5.1.1 Persepsi Pasien tentag Kompetensi Dokter Spesialis... 76

5.1.2 Layanan Dokter Spesialis ... 81

5.2 Kepuasan Pasien... 82

(15)

DAFTAR TABEL

No Judul Halaman

3.1 Metode Pengukuran Variabel Bebas ... 42

3.2 Metode Pengukuran Variabel Terikat ... 43

4.1 Distribusi Identitas Responden ... 51

4.2 Distribusi Kompetensi Dokter Berdasarkan Persiapan ... 53

4.3 Distribusi Kompetensi Dokter Berdasarkan Kategori Persiapan ... 53

4.4 Distribusi Kompetensi Dokter Berdasarkan Anamnesis ... 54

4.5 Distribusi Kompetensi Dokter Berdasarkan Kategori Anamnesis ... 55

4.6 Distribusi Kompetensi Dokter Berdasarkan Pemeriksaan Fisik ... 56

4.7 Distribusi Kompetensi Dokter Berdasarkan Kategori Pemeriksaan Fisik .. 56

4.8 Distribusi Kompetensi Dokter Berdasarkan Pemberian Terapi ... 57

4.9 Distribusi Kompetensi Dokter Berdasarkan Kategori Pemberian Terapi ... 58

4.10 Distribusi Kompetensi Dokter Berdasarkan Terminasi ... 59

4.11 Distribusi Kompetensi Dokter Berdasarkan Kategori Terminasi ... 59

4.12 Distribusi Layanan Dokter Berdasarkan Keandalan ... 61

4.13 Distribusi Layanan Dokter Berdasarkan Kategori Keandalan ... 61

4.14 Distribusi Layanan Dokter Berdasarkan Ketanggapan ... 62

4.15 Distribusi Layanan Dokter Berdasarkan Kategori Ketanggapan ... 63

4.16 Distribusi Layanan Dokter Berdasarkan Jaminan ... 64

4.17 Distribusi Layanan Dokter Berdasarkan Kategori Jaminan ... 64

4.18 Distribusi Layanan Dokter Berdasarkan Perhatian ... 65

(16)

4.20 Distribusi Layanan Dokter Berdasarkan Penampilan ... 67

4.21 Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Penampilan ... 67 4.22 Distribusi Kepuasan Responden terhadap Pelayanan Profesional Dokter

Spesialis ... 68

4.23 Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Kepuasan Pasien ... 69

4.24 Hasil Uji Person Korelasi Kompetensi Dokter Spesialis dan Pelayanan

Dokter Spesialis dengan Kepuasan Pasien Rawat Inap ... 69

4.25 Kompetensi Dokter Spesialis dengan Kepuasan Pasien ... 72

(17)

DAFTAR GAMBAR

No Judul Halaman

2.1 Landasan teori. ... 34

(18)

DAFTAR LAMPIRAN

No Judul Halaman

1 Kuesioner Penelitian ... 101

2 Pengolahan Data ... 104

3 Surat izin penelitian dari Program Studi S2 IKM FKM USU Medan ... 139

4 Surat izin selesai penelitian dari Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan ... 140

5 Master Data ... 141

6. Dokumentasi Penelitian ... 155

(19)

ABSTRAK

Kepuasan pasien akan terpenuhi apabila perilaku profesional dokter dalam memberikan jasa pelayanan kesehatan sesuai dengan yang diharapkan pasien atau keluarga. Indikasi kualitas pelayanan kesehatan di rumah sakit dapat tercermin dari persepsi pasien atas pelayanan kesehatan yang telah diterimanya. Persepsi pasien pelayanan kesehatan dan kompetensi dokter spesialis belum memuaskan pasien rawata inap di Bagian Penyakit Dalam Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara pelayanan profesional dokter spesialis dengan kepuasan pasien umum. Jenis penelitian adalah deskriptif korelasi.Populasi adalah pasien umum di Ruang Rawat Inap Rindu A1 dan A2 penyakit dalam berjumlah 195 orang dan jumlah sampel yaitu 131 orang menggunakan teknik simple random sampling. Data dianalisis secara univariat, bivariat dengan uji statistik pearsoncorrelation pada taraf kemaknaan 95%.

Hasil penelitian menunjukkan pelayanan profesional dokter spesialis berdasarkan kompetensi dokter spesialis kriteria baik adalah pemberian terapi 43,5% dan kriteria cukup yaitu persiapan (51,9%), anamnesis (54,2%), pemeriksaan fisik (55,7%), terminasi (61,1%). Layanan dokter spesialis kriteria cukup yaitu keandalan (42,7%), tanggap (55%), jaminan (64,1%), perhatian (64,9%), dan penampilan (51,1%). Penilaian pasien terhadap kepuasan pelayanan kesehatan dengan kriteria cukup puas (54,2%). Ada hubungan pelayanan profesional dokter (kompetensi dan layanan) dengan kepuasan pasien umum (p<0,05).

Dokter spesialis melakukan perbaikan pelayanan kesehatan dan kompetensi dokter spesialis dengan mengikuti berbagai kongres nasional, pelatihan/seminar, pertemuan ilmiah tahunan tingkat nasional maupun internasional dan workshop serta service excellent.

(20)

ABSTRACT

Patient`s satisfaction will be fulfilled with physician professional behavior in providing medical services as expected by patient or family. Indication of the quality of health care in hospitals can be reflected from the patient's perception of health services that have been received. Patient perception of health services and specialist competence not satisfactory inpatients General Hospital Center Haji Adam Malik Medan.

The purpose of this study was to determine the relationship between professional specialist services with the general patient satisfaction. This type of research was descriptive correlation. The study population comprised general patients in Rindu A1 and A2 Internal Medicine ward by 195 persons and the study sample by 131 persons obtained by using simple randomized sampling. Data were analyzed using univariate, bivariate with pearson correlation statistical test at a significance level of 95%.

The results of study showed professional services of specialists based on specialist competence criterion is good therapy 43.5% and sufficient criteria those are preparation (51.9%), anamnese (54.2%), physical examination (55.7%), and termination (61.1%). Specialist services is categorized enough good those are reliability (42.7%), responsiveness (55%), security (64.1%), attention (64.9%), and appearance (51.1%). Patient satisfaction criteria fairly good enough (54.2%). There was the relationship of professional service of doctors (competence and service) with the satisfaction of general patient (p <0.05).

Specialist doctors make improvement of health services and specialist competence by attending various national congresses, trainings / seminars, the annual scientific meeting of national and international workshops and service excellence.

(21)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Undang-Undang No. 44 tahun 2009 menyatakan bahwa rumah sakit

merupakan sarana pelayanan kesehatan yang bertujuan menyelenggarakan pelayanan

kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap,

rawat jalan, dan gawat darurat, meliputi promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif.

Selain itu, pelayanan kesehatan di rumah sakit bukan hanya kepada individu (pasien),

tetapi juga keluarga dan masyarakat, sehingga pelayanan kesehatan yang diberikan

merupakan pelayanan kesehatan yang paripurna (UU No.44, 2009).

Paradigma baru pelayanan kesehatan mensyaratkan rumah sakit memberikan

pelayanan yang berkualitas sesuai kebutuhan dan keinginan pasien dengan tetap

mengacu kode etik profesi dan medis. Dalam perkembangan tehnologi yang pesat dan

persaingan yang semakin ketat, maka rumah sakit dituntut untuk melakukan

peningkatan kualitas pelayanan. Untuk dapat meningkatkan kualitas pelayanan,

terlebih dahulu harus diketahui apakah pelayanan yang telah diberikan kepada

pasien/pelanggan selama ini telah sesuai dengan harapan pasien/pelanggan atau

belum (Rachmadi, 2008).

Indikasi kualitas pelayanan kesehatan di rumah sakit dapat tercermin dari

persepsi pasien atas pelayanan kesehatan yang telah diterimanya. Persepsi pasien

terhadap kualitas pelayanan berlanjut pada proses terbentuknya persepsi secara umum

terhadap rumah sakit. Persepsi pasien tentang kualitas pelayanan merupakan

(22)

Salah satu sumber daya manusia yang memberikan pelayanan kesehatan

pasien rawat jalan dan inap di rumah sakit adalah dokter spesialis. Secara umum

pelayanan dokter spesialis yang baik akan meningkatkan kualitas pelayanan

kesehatan di rumah sakit. Seorang dokter harus menjalani pendidikan profesi dokter

pasca sarjana (spesialis) untuk dapat menjadi dokter spesialis sebagai tenaga medis

dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien di rumah sakit. Namun,

pengaturan pelayanan medik khususnya dokter spesialis sampai saat ini masih

menghadapi berbagai kendala yaitu tenaga spesialis masih kurang dan belum merata

di berbagai daerah di Indonesia, ketidakseimbangan tenaga medik dan sarana dan

prasarana kesehatan rumah sakit, berbagai peraturan yang belum dilaksanakan

dengan baik, dan perilaku dokter sebagai tenaga medis menimbulkan permasalahan

seperti kurangnya komunikasi antara dokter dengan pasiennya yang pada akhirnya

sangat memengaruhi kualitas pelayanan medik di rumah sakit (Azwar, 2000).

Dokter spesialis merupakan salah satu ciri dari rumah sakit yang membedakan

antara rumah sakit dengan fasilitas pelayanan lainnya. Kontribusi pelayanan medik

oleh dokter spesialis di rumah sakit cukup besar dan sangat menentukan serta dapat

ditinjau dari berbagai aspek, antara lain jenis pelayanan terutama pelayanan rawat

inap, keuangan, pemasaran, etika dan hukum maupun administrasi dan manajemen

rumah sakit itu sendiri (Levinton et al., 2011).

Peran sumber daya manusia seperti dokter spesialis menjadi sangat penting,

karena kinerja dokter spesialis tersebut mencerminkan kinerja rumah sakit itu sendiri,

Apabila persepsi pasien terhadap kualitas pelayanan dokter spesialis kurang baik,

(23)

atau meminta rekomendasi orang lain untuk petunjuk pengobatan (terapi) yang

diberikan dokter spesialis. Aspek yang dilihat pada kualitas layanan antara lain aspek

yang berkaitan dengan aspek keandalan (reability), aspek ketanggapan

(responsiveness), jaminan (assurance), dan aspek empati (empathy), dan aspek

penampilan rumah sakit (tangible) (Parasuraman et al. (1988).

Namun keadaan seperti ini bukan dijadikan alasan untuk menentukan kualitas

pelayanan medik. Dokter spesialis harus tetap berpegang pada profesionalisme dan

etika profesi. Apalagi saat ini banyaknya tuntutan di bidang kesehatan dimana

profesionalisme merupakan salah satu strategi untuk mencapai visi menuju Indonesia

Sehat. Di lain pihak saat ini rumah sakit menghadapi era globalisasi dengan

persaingan dari pihak Penanam Modal Asing (PMA) yang lebih unggul baik dari segi

Sumber Daya Manusia (SDM), sarana dan prasarana maupun keuangannya

(Trisnantoro, 2000).

Menurut Jacobalis (2000) institusi rumah sakit sebagai korporasi memiliki

beberapa kelemahan, yaitu (1) kemampuan dan profesionalisme dalam manajemen,

(2) rumah sakit belum sesungguhnya berfokus pada kepuasan pasien. Banyak diantara

para professional yang bekerja di rumah sakit masih berpersepsi tradisional, bahwa

pasienlah yang membutuhkan rumah sakit (bersifat paternalistik, dimana pasien harus

mengikuti peraturan yang ditetapkan rumah sakit), (3) keberadaan hak-hak pasien

belum seluruhnya dapat diterima, (4) konsep kualitas pelayanan tidak seragam, (5)

kemampuan dan keterampilan tenaga profesional perlu ditingkatkan.

Kepuasan pasien akan terpenuhi apabila perilaku professional dokter dalam

memberikan jasa pelayanan kesehatan sesuai dengan yang diharapkan

(24)

harus menjunjung tinggi sikap humanisme, profesionalisme, memegang teguh etika

kedokteran, etika sosial dan etika nasional. Tahapan dokter spesialis pemberikan

pelayanan kesehatan meliputi tahapan, anamnesis, pemeriksaan fisik, pemberian

terapi dan terminasi (Maulana, 2008; Patricia dan Potter, 2005; Uripni, 2002). Dokter

spesialis dalam memberikan pelayanan kesehatan yang ramah, nyaman, peduli dan

mampu mengakomodasi kebutuhan pasien, merupakan tuntutan yang harus

dipenuhi oleh rumah sakit sebagai penyedia jasa pelayanan kesehatan. Meskipun

dalam kenyataan, penyelenggaraan pelayanan kesehatan masih berorientasi pada

kepentingan provider daripada kepentingan pasien dan masyarakat.

Fenomena pelayanan kesehatan yang diberikan rumah sakit Indonesia belum

sepenuhnya berorientasi kepuasan, sehingga banyak warga negara Indonesia berobat

ke luar negeri. Penelitian yang dilakukan oleh tim peneliti Badan Penelitian dan

Pengembangan Provinsi Sumatera (2005), mendapatkan bahwa alasan orang

Indonesia berobat ke luar negeri antara lain keyakinan akan kemampuan dokter untuk

mengatasi penyakit/masalah yang diderita oleh pasien, tingkat kepercayaan pasien

akan akurasi diagnosis yang diberikan dokter luar negeri, transparansi hasil diagnosis

yang disampaikan oleh tenaga medis pada pasiennya, adanya kebutuhan atas

pelayanan prima, dan sugesti bila berobat di luar negeri akan lebih cepat sembuh.

Menurut Nadesul (2008) fenomena banyaknya pasien Indonesia yang memilih

berobat di luar negeri disebabkan karena masih buruknya sistem pelayanan dokter

dan rumah sakit di Indonesia. Pasien merasa tidak puas dengan pelayanan dan

perhatian yang diberikan dokter spesialis. Komunikasi yang belum efektif dan waktu

komunikasi yang terbatas antara dokter-pasien merupakan faktor penyebab utama

(25)

Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan (RSUP HAM Medan)

merupakan rumah sakit kelas A yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan

medik paling sedikit 4 (empat) spesialis dasar, 5 (lima) spesialis penunjang medik, 12

(dua belas) spesialis lain dan 13 (tiga belas) sub spesialis). Secara organisasi rumah

sakit ini memberikan pelayanan kesehatan rawat inap, rawat jalan, pelayanan

penunjang medis maupun pelayanan penunjang non medis serta memiliki fungsi

sebagai rumah sakit pusat rujukan.

Salah satu unit pelayanan spesialis dan subspesialis adalah Penyakit Dalam

yang terdiri dari poliklinik rawat jalan dan rawat inap yang terdapat pada instalasi

rawat inap terpadu A (Rindu A) yang terdiri dari rindu A1 dan A2 yang memberikan

pelayanan kesehatan rawat inap penyakit dalam kepada pasien umum. Instalasi ini

merupakan instalasi rawat inap yang paling banyak pengunjungnya dibandingkan

dengan kunjungan pasien pada ruang rawat inap lainnya di RSUP HAM Medan.

Rindu A1 merupakan ruang rawat inap bagi pasien penyakit dalam berjenis kelamin

perempuan dan semua pasien HIV/AIDS yang terdiri dari kelas I (4 kamar), kelas II

(3 kamar), kelas III (5 kamar), terdapat 57 tempat tidur pasien, 5 orang spesialis

sebagai Dokter Kepala Ruangan (DKR), 10 orang PPDS (Program Pendidikan Dokter

Spesialis), serta 23 orang perawat. Sedangkan rindu A2 merupakan ruang rawat inap

bagi pasien penyakit dalam berjenis kelamin laki-laki dan semua pasien RIM yang

terdiri dari kelas VIP (10 kamar), kelas I (4 kamar), kelas II (3 kamar), kelas III (3

kamar), terdapat 68 tempat tidur pasien, 5 orang spesialis sebagai Dokter Kepala

Ruangan (DKR), 10 orang PPDS (Program Pendidikan Dokter Spesialis), serta 25

(26)

masing-masing terdiri dari 1 kamar dan secara keseluruhan berjumlah 8 tempat tidur.

Ruang Kelas III merupakan tempat pendidikan bagi dokter PPDS.

Gambaran kinerja rumah sakit dapat dilihat melalui pencapaian BOR (Bed

Occupancy Rate) pasien umum di instalasi rawat inap penyakit dalam tahun

2012-2013 mengalami kenaikan, yaitu tahun 2012 sebesar 9,6% dan tahun 2012-2013 sebesar

12,9%, secara keseluruhan BOR rumah sakit tahun 2011-2013 belum mencapai

standar 60-85%. Penurunan jumlah BOR pasien umum di instalasi rawat inap

penyakit dalam ini memberikan indikasi bahwa kualitas pelayanan yang diterima

pasien diduga belum sesuai dengan yang diharapkan dan hal ini menjadi salah satu

isyarat adanya kekurangpuasan pasien dalam pelayanan kesehatan.

Berdasarkan survei pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 17-19 Februari

2014 melalui wawancara terhadap 17 orang pasien umum yang sudah 3 hari rawat

inap di ruang penyakit RSUP HAM Medan ditemukan sebanyak 8 orang (47%)

menyatakan pelayanan kesehatan yang diberikan dokter spesialis belum sesuai

dengan harapan pasien antara lain: dokter sebelum melakukan anamnesis tidak

menanyakan identitas diri pasien. Perhatian dokter dalam memberikan pelayanan

dirasakan sangat kurang, jadwal visite tidak tentu dan sulit bertemu untuk tatap muka.

Sewaktu dokter ingin melakukan pemeriksaan fisik, pasien kurang puas atas jawaban

dokter tentang penyakitnya disebabkan waktunya terbatas. Pemberian terapi untuk

perawatan penyakit juga dirasa terlalu cepat. Demikian juga kunjungan dokter saat

dibutuhkan tidak ada di tempat dan dokter kurang dapat diajak berkomunikasi atau

responsif dalam berkomunikasi kurang efektif. Pada tahap akhir pelayanan kesehatan

(terminasi) dokter kurang menyediakan waktu untuk berkonsultasi, dan dokter juga

(27)

pasien. Kondisi ini dapat menyebabkan ketidakpuasan pasien atas layanan kesehatan

yang diberikan dokter spesialis dan akan berdampak terhadap loyalitas atau kunjung

ulang pasien sekaligus citra RSUP HAM Medan.

Beberapa hasil penelitian terkait dengan kualitas pelayanan rumah sakit, yaitu

hasil penelitian Al-Doghaither (2004) menyimpulkan bahwa penilaian tingkat

kepuasan pasien rawat inap tentang pelayanan dokter di rumah sakit King Khalid

University Arab Saudi meliputi diagnosis pasien, komunikasi dengan pasien dan

perhatian terhadap pasien belum sepenuhnya sesuai dengan harapan pasien. Tingkat

kepuasan pasien terhadap pelayanan dokter sebesar 54%. Cheng et al. (2003), di

Taiwan menyimpulkan bahwa keterampilan interpersonal (penjelasan, sikap dan

perhatian dokter) dalam menangani berbagai penyakit pasien lebih berpengaruh

daripada kompetensi klinis dokter terhadap kepuasan pasien. Sebaliknya, kompetensi

teknis merupakan prediktor yang lebih berpengaruh untuk direkomendasikan dalam

menangani penyakit pasien.

Penelitian Yohana (2009) di Rumah Sakit Islam Sunan Kudus menyimpulkan

bahwa faktor dokter memberikan diagnosa dengan tepat, dokter memberikan obat

yang tidak banyak efek sampingnya, dokter ramah dan murah senyum, merupakan

faktor yang dianggap sangat penting bagi pasien tetapi dalam pelaksanaannya belum

sesuai dengan harapan pasien atau kurang memuaskan.

Penelitian Baequny (2009) mengungkapkan bahwa pasien yang telah

mendapatkan pelayanan dokter keluarga terdapat 10% yang mengeluhkan kurangnya

informasi yang diberikan dokter terkait dengan penyakitnya. Mereka hanya diberikan

informasi tentang hasil pemeriksaan tanda vital seperti tekanan darah dan

(28)

dideritanya tanpa menjelaskan mengenai penyebab, cara pencegahan maupun

penularan dan cara perawatan secara lebih terinci.

Mengingat pentingnya mendalami tentang kepuasan pasien maka perlu

dilakukan penelitian ”Hubungan Pelayanan Profesional Dokter Spesialis dengan

Kepuasan Pasien Umum di Ruang Rawat Inap Penyakit Dalam Rumah Sakit Umum

Pusat Haji Adam Malik Medan.”

1.2 Permasalahan

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka permasalahan dalam

penelitian ini adalah: Apakah ada hubungan pelayanan profesional dokter spesialis

(kompetensi yaitu persiapan, anamnesis, pemeriksaan fisik, pemberian terapi dan

terminasi dan layanan yaitu keandalan, tanggap, jaminan, perhatian dan penampilan)

dengan kepuasan pasien umum di Ruang Rawat Inap Penyakit Dalam Rumah Sakit

Umum Pusat Haji Adam Malik Medan.

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengidentifikasi pelayanan profesional dokter spesialis dalam

memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien umum di ruang rawat inap

penyakit dalam di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan.

2. Untuk mengidentifikasi kepuasan pasien umum di ruang rawat inap penyakit

dalam di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan.

3. Untuk mengetahui hubungan antara pelayanan profesional dokter spesialis dengan

kepuasan pasien umum di ruang rawat inap penyakit dalam di Rumah Sakit

(29)

1.4 Hipotesis

Pelayanan profesional dokter spesialis (kompetensi yaitu persiapan,

anamnesis, pemeriksaan fisik, pemberian terapi dan terminasi dan layanan yaitu

keandalan, tanggap, jaminan, perhatian dan penampilan) berhubungan dengan

kepuasan pasien umum di ruang rawat inap penyakit dalam Rumah Sakit Umum

Pusat Haji Adam Malik Medan.

1.5 Manfaat Penelitian

1. Bagi Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan

Diharapkan dapat memberikan informasi tentang perilaku profesional dokter

spesialis sebagai masukan dalam merumuskan kebijakan strategi pelayanan

kesehatan rumah sakit pada masa mendatang.

2. Bagi dokter spesialis

Dapat menjadi bahan masukan dalam memberikan pelayanan kesehatan terkait

dengan kepuasan pasien rawat inap Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik

Medan.

3. Memperkaya khasanah ilmu pengetahuan tentang manajemen sumber daya

manusia di lingkungan rumah sakit yang berkaitan dengan perilaku profesional

(30)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Manajemen Sumber Daya Manusia

Manajemen sumber daya manusia juga bisa dilihat secara mendalam menurut

Gomes (2000), manajemen sumber daya manusia berasal dari dua pengertian utama

yaitu (1) manajemen dan (2) sumber daya manusia. Manajemen berasal dari kata to

manage yang artinya mengatur, mengurus, melaksanakan, dan mengelola. Sedangkan

sumber daya manusia merupakan salah satu sumber daya yang terdapat pada

organisasi, meliputi semua orang yang melakukan aktivitas.

SDM di rumah sakit dapat dibagi menjadi 2 kelompok besar, yaitu: kelompok

fungsional dan manajerial. Kedua kelompok tersebut dibagi secara tegas dengan

tujuan untuk memastikan tanggungjawab pengelolaan 2 lini besar rumah sakit, yaitu

administrasi dan pelayanan klinis. Selanjutnya, kerjasama yang akuntabel antar kedua

kelompok besar ini merupakan salah satu kunci keberhasilan pengembangan rumah

sakit. Agar dapat bekerja sama, maka diperlukan manajemen SDM, mulai dari tingkat

individual sampai dengan tingkat kelompok. Sumber daya manusia yang ada di

rumah sakit terdiri dari: 1) tenaga kesehatan yang meliputi medis (dokter), paramedis

(perawat) dan paramedis non keperawatan yaitu apoteker, analis kesehatan, asisten

apoteker, ahli gizi, fisioterapis, radiographer, perekam medis. 2) tenaga non

(31)

2.2 Pelayanan Dokter

Pelayanan kedokteran (medical services) adalah bagian dari pelayanan

kesehatan (health services) yang tujuan utamanya adalah untuk menyembuhkan

penyakit dan memulihkan kesehatan, serta sasaran utamanya adalah perseorangan

ataupun keluarga (Azwar, 2000).

Dalam undang-undang No. 36 tahun 2009 tentang kesehatan, dinyatakan

bahwa tenaga kesehatan (termasuk dokter) dalam melaksanakan kewajibannya wajib

mematuhi standar profesi dan menghormati hak-hak pasien. Hak-hak pasien adalah

hak atas informasi, hak untuk memberikan persetujuan, hak atas rahasia kedokteran

dan hak atas pendapat kedua.

Peran dokter di rumah sakit dalam NHS (National Health Service) Inggris,

dokter dapat dikategorikan dalam hirarki sebagai berikut (Steel dan Vaughan, 1996) :

1. The Consultant – Dokter spesialis konsultan;

2. The Senior Registrar – Dokter spesialis senior;

3. The Registrar – Dokter spesialis;

4. The Senior House Officer – Dokter ruangan/residen senior;

5. The House Officer – Dokter ruangan/dokter residen junior,

Menurut American College of Occupational and Enviromental Medicine

(2010), dokter ideal adalah:

1. Dokter bersedia menerima pasien tanpa memandang status sosial dan cara bayar.

2. Dokter memberikan pelayanan kesehatan yang terbaik.

(32)

4. Dokter menghasilkan tingkat kesembuhan yang tinggi untuk pasien serta

mendapatkan pendapatan tanpa biaya pengobatan yang mahal.

Hubungan antara dokter dengan pasien dapat dilihat dari berbagai pendekatan

yang berbeda, namun terkait satu dengan yang lain.

1. Hubungan kebutuhan; pasien butuh pertolongan medis, dokter butuh pasien

sebagai subyek profesinya.

2. Hubungan kepercayaan; pasien menyerahkan diri kepada dokter karena percaya

pada integritas dan kemampuannya. Pasien percaya dokter akan merahasiakan

segala sesuatu tentang dirinya. Dokter percaya pasien akan jujur dan beritikad

baik terhadap dirinya.

3. Hubungan keprofesian; interaksi dan kerja sama antara seorang profesional medis

dengan penerima jasa profesional itu. Hubungan ekonomi antara produsen jasa

dengan pembeli atau pengguna jasa itu, yang membawa konsekuensi keuangan.

4. Hubungan hukum; antara satu subyek hukum dengan subyek hukum lain

(Jacobalis, 2000).

Pelayanan yang diberikan dokter spesialis adalah pelayanan rawat jalan dan

rawat inap. Rawat inap adalah pelayanan kesehatan perorangan yang meliputi

observasi, pengobatan, keperawatan, rehabilitasi medik dengan menginap di ruang

rawat inap pada sarana kesehatan rumah sakit pemerintah dan swasta, serta

(33)

harus menginap dan mengalami tingkat proses transformasi, yaitu pasien sejak

masuk ruang perawatan hingga pasien dinyatakan boleh pulang (Muninjaya, 2004).

2.3 Dokter Spesialis

Dokter spesialis adalah dokter yang mengkhususkan diri dalam suatu bidang

ilmu kedokteran tertentu. Seorang dokter harus menjalani pendidikan profesi dokter

pasca sarjana (spesialis) untuk dapat menjadi dokter spesialis. Pendidikan dokter

spesialis merupakan program pendidikan profesi lanjutan dari program pendidikan

dokter setelah dokter menyelesaikan wajib kerja sarjananya dan atau langsung setelah

menyelesaikan pendidikan dokter umum.

Dokter yang telah mengikuti program internship dapat memilih jalur karier

praktiknya; apakah menjadi dokter spesialis, atau menjadi dokter praktik umum.

Dokter spesialis adalah dokter yang telah mengikuti Program Pendidikan Dokter

Spesialis (PPDS). Untuk memenuhi kriteria standar profesi minimal dalam

memberikan Pelayanan kesehatan kepada masyarakat seorang dokter spesialis

penyakit dalam harus mendapatkan pengakuan berupa sertifikasi yang dikeluarkan

oleh Pengurus Besar Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PB

PAPDI) dengan syarat-syarat yang telah ditentukan. Salah satu diantaranya adalah

dokter spesialis ilmu penyakit dalam. Dokter spesialis penyakit dalam terdapat 12

sub-spesialis, diantaranya:

1. Alergi-Immunologi Klinik (Sp.PD-KAI)

2. Gastroenterologi-Hepatologi (Sp.PD-KGEH)

(34)

4. Ginjal-Hipertensi (Sp.PD-KGH)

5. Hematologi - Onkologi Medik (Sp.PD-KHOM)

6. Kardiovaskular (Sp.PD-KKV)

7. Endokrin-Metabolik-Diabetes(Sp.PD-KEMD)

8. Psikosomatik (Sp.PD-KPsi)

9. Pulmonologi (Sp.PD-KP)

10.Reumatologi (Sp.PD-KR)

11.Penyakit Tropik-Infeksi (Sp.PD-KPTI)

2.3.1 Tugas Pokok dan Fungsi Dokter Spesialis Penyakit Dalam

Dalam melaksanakan tugas profesi seorang ahli penyakit dalam (dokter

spesialis) harus menjunjung tinggi sikap humanisme, profesionalisme, memegang

teguh etika kedokteran, etika sosial dan etika nasional. Berdasarkan Keputusan

Direktur Utama RSUP HAM Medan tentang pembagian tugas dalam kelompok staf

medis fungsional maka sebagian tugas pokok dan fungsi dokter spesialis penyakit

dalam sebagai berikut:

a. Melakukan anamnesis, pemeriksaan fisik, memerintahkan pemeriksaan

laboratorium, radiologi, saran untuk diet, saran untuk fisioterapi, memberikan

terapi bagi pasien-pasien yang dirawat/ditangani di 1) Intensive Care Unit,

2) Unit Gawat Darurat, 3) Ruangan.

b. Melakukan anamnesis, pemeriksaan fisik, memerintahkan pemeriksaan

laboratorium, radiologi, saran untuk diet, saran untuk fisioterapi, memberikan

(35)

c. Menerima konsultasi dari teman sejawat spesialis dan dokter umum baik dari

ruangan maupun unit gawat darurat.

d. Melakukan rujukan kepada teman sejawat lain bila kasus yang dihadapi berkaitan

dengan bidang-bidang mereka (bedah, kebidanan dan kandungan, anak).

e. Merujuk pasien ke sarana pelayanan kesehatan yang lebih tinggi bila kasus

tersebut tidak dapat ditangani.

f. Menjadi ketua tim pemeriksaan kesehatan bagi calon pegawai

g. Menjadi supervisor selama 24 jam bagi dokter-dokter umum yang sedang jaga di

Unit Gawat Darurat.

h. Memimpin Diabetes Center.

Tugas seorang dokter meliputi hal-hal sebagai berikut :

a. Melakukan pemeriksaan pada pasien untuk mendiagnosa penyakit pasien secara

cepat dan memberikan terapi secara cepat dan tepat.

b. Memberikan terapi untuk kesembuhan penyakit pasien.

c. Memberikan pelayanan kedokteran secara aktif kepada pasien pada saat sehat dan

sakit.

d. Menangani penyakit akut dan kronik.

e. Menyelenggarakan rekam medis yang memenuhi standar.

f. Melakukan tindakan tahap awal kasus berat agar siap dikirim ke RS.

g. Tetap bertanggung-jawab atas pasien yang dirujukan ke Dokter Spesialis atau

dirawat di RS dan memantau pasien yang telah dirujuk atau di konsultasikan.

(36)

i. Memberikan nasihat untuk perawatan dan pemeliharaan sebagai pencegahan

sakit.

j. Seiring dengan perkembangan ilmu kedokteran, pengobatan pasien sekarang

harus komprehensif, mencakup promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif.

Dokter berhak dan juga berkewajiban melakukan tindakan tersebut untuk

kesehatan pasien. Tindakan promotif misalnya memberikan ceramah, preventif

misalnya melakukan vaksinasi, kuratif memberikan obat/ tindakan operasi,

rehabilitatif misalnya rehabilitasi medis.

k. Membina keluarga pasien untuk berpartisipasi dalam upaya peningkatan taraf

kesehatan, pencegahan penyakit, pengobatan dan rehabilitasi.

l. Mawas diri dan mengembangkan diri/ belajar sepanjang hayat dan melakukan

penelitian untuk mengembangkan ilmu kedokteran.

m. Tugas dan hak eksklusif dokter untuk memberikan Surat Keterangan Sakit dan

Surat Keterangan Berbadan Sehat setelah melakukan pemeriksaan pada pasien.

2.3.2 Pelayanan Profesional Dokter Spesialis

Salah satu jenis pelayanan kesehatan selain primer dan tersier adalah jenis

pelayanan sekunder yaitu pelayanan yang lebih bersifat spesialis dan bahkan kadang

kala pelayanan subspesialis, tetapi masih terbatas. Pelayanan kesehatan sekunder dan

tersier (secondary and tertiary health care), adalah rumah sakit, tempat masyarakat

memerlukan perawatan lebih lanjut (rujukan). Di Indonesia terdapat berbagai tingkat

rumah sakit, mulai dari rumah sakit tipe D sampai dengan rumah sakit kelas A.

(37)

terbatas. Pelayanan kesehatan ini sifatnya pelayanan jalan atau pelayanan rawat

(inpantient services). Diperlukan untuk kelompok masyarakat yang memerlukan

perawatan inap, yang sudah tidak dapat ditangani oleh pelayanan kesehatan primer.

Contoh : Rumah Sakit kelas C dan Rumah Sakit kelas D (Cascio dan Hodgetss, 1983).

Ketua Perhimpunan Dokter Keluarga Indonesia Sugito Wonodirekso

mengatakan, meski memiliki tingkat kompetensi yang sama, dokter layanan primer

memiliki kompetensi yang berbeda dengan dokter spesialis. Jika dijabarkan dalam

kompetensi dokter layanan primer meliputi kontak pertama dan langsung dengan

pasien, dapat mendiagnosis semua macam penyakit, gejala penyakit, usia, kelamin,

dan ikut berperan dalam pencegahan penyakit secara umum. Ini tentu berbeda dengan

dokter spesialis yang hanya menangani penyakit-penyakit tertentu saja. Maka tidak

heran dokter spesialis umumnya hanya terlibat dalam upaya kuratif, sementara dokter

layanan primer perlu terlibat dalam upaya preventif promotif. Secara jelas masyarakat

harus melalui fasilitas primer terlebih dulu baru akan dilayani di tingkat sekunder dan

tersier.

Menurut pendapat Hodgetts dan Casio dalam Wijayanti (2013), pelayanan

kesehatan yang termasuk dalam kelompok pelayanan kedokteran (medical services)

ditandai dengan cara pengorganisasian yang dapat bersifat sendiri (solo practice) atau

secara bersama-sama dalam satu organisasi. Tujuan utamanya untuk menyembuhkan

penyakit dan memulihkan kesehatan, serta sasarannya terutama untuk perseorangan

(38)

Pelayanan kesehatan sekunder oleh dokter spesialis pada umumnya hanya

terlibat dalam upaya kuratif melalui perilaku profesional layanan kesehatan dengan

tahapan sebagai berikut:

a. Persiapan

Sebelum anamnesis dilakukan oleh dokter, sebaiknya dokter memeriksa

terlebih dahulu kartu atau data pasien dan cocokkan dengan keberadaan pasiennya.

Tidak tertutup kemungkinan kadang-kadang terjadi kesalahan data pasien atau

mungkin juga kesalahan kartu data, misalkan pasien A tetapi kartu datanya milik

pasien B, atau mungkin saja ada 2 pasien dengan nama yang sama persis. Untuk

pasien lama lihat juga data-data pemeriksaan, diagnosis dan terapi sebelumnya.

Informasi data kesehatan sebelumnya seringkali berguna untuk anamnesis dan

pemeriksaan saat ini.

Tahap awal sebelum sebelum dokter melakukan anamnesis antara lain adalah

dokter bersikap ramah terhdap pasien, memberikan salam senyum dan sapa,

mempersilahkan kepada pasin untuk duduk, memperhatikan perilaku atau penampilan

pasien, mempersiapkan catatan, menciptakan suasana yang santai menanyakan

keadaan pasien atau kabar pasien saat itu (Maulana, 2008).

b. Anamnesis

Anamnesis adalah suatu tehnik pemeriksaan yang dilakukan lewat suatu

percakapan antara seorang dokter dengan pasiennya secara langsung atau dengan

orang lain yang mengetahui tentang kondisi pasien, untuk mendapatkan data pasien

(39)

atau informasi tentang permasalahan yang sedang dialami atau dirasakan oleh pasien.

Apabila anamnesis dilakukan dengan cermat maka informasi yang didapatkan akan

sangat berharga bagi penegakan diagnosis, bahkan tidak jarang hanya dari anamnesis

saja seorang dokter sudah dapat menegakkan diagnosis. Secara umum sekitar 60-70%

kemungkinan diagnosis yang benar sudah dapat ditegakkan hanya dengan anamnesis

yang benar (Pornomo, 2000).

Tujuan berikutnya dari anamnesis adalah untuk membangun hubungan yang

baik antara seorang dokter dan pasiennya. Umumnya seorang pasien yang baru

pertama kalinya bertemu dengan dokternya akan merasa canggung, tidak nyaman dan

takut, sehingga cederung tertutup. Tugas seorang dokterlah untuk mencairkan

hubungan tersebut. Pemeriksaan anamnesis adalah pintu pembuka atau jembatan

untuk membangun hubungan dokter dan pasiennya sehingga dapat mengembangkan

keterbukaan dan kerjasama dari pasien untuk tahap-tahap pemeriksaan selanjutnya

(Patricia dan Potter, 2005).

Pada saat anamnesis dilakukan dokter memberikan perhatian dan dorongan

agar pasien dapat dengan leluasa menceritakan apa saja keluhannya. Biarkan pasien

bercerita dengan bahasanya sendiri. Ikuti cerita pasien, jangan terus menerus

memotong, tetapi arahkan bila melantur. Pada saat pasien bercerita, apabila

diperlukan ajukan pertanyaan-pertanyaan singkat untuk minta klarifikasi atau

informasi lebih detail dari keluhannya. Jaga agar jangan sampai terbawa cerita pasien

sehingga melantur kemana mana. Selama tanya jawab berlangsung gunakan bahasa

(40)

padanannya dalam bahasa Indonesia atau sulit dimengerti, berika penjelasan atau

deskripsi dari istilah tersebut.

c. Pemerikaan fisik

Tujuan umum pemeriksaan fisik adalah untuk memperoleh informasi

mengenai status kesehatan pasien. Tujuan definitif pemeriksaan fisik adalah, pertama,

untuk mengidentifikasi status “normal” dan kemudian mengetahui adanya variasi dari

keadaan normal tersebut dengan cara memvalidasi keluhan-keluhan dan gejala-gejala

pasien, penapisan/skrining keadaan wellbeing pasien, dan pemantauan masalah

kesehatan/penyakit pasien saat ini. Informasi ini menjadi bagian dari catatan/rekam

medis (medical record) pasien, menjadi dasar data awal dari temuan-temuan klinis

yang kemudian selalu diperbarui (updated) dan ditambahkan sepanjang waktu

Ketika pemeriksaan berlangsung, setiap langkah harus dijelaskan,

memberitahu pasien terlebih dahulu jika suatu tindakan mungkin akan menyebabkan

rasa tidak nyaman pada pasien. Keterangan singkat harus diberikan kepada pasien

mengenai tubuh pasien, metode pemeriksaan diri sendiri, tanda-tanda dan

gejala-gejala masalah yang potensial, dan seterusnya. Berbagi informasi tersebut akan

membangun hubungan dan kepercayaan. Harus diingat, jika seseorang menjadi

tegang, dia bisa menjadi sangat pendiam atau sebaliknya terlalu banyak bicara.

Sekedar mengobrol akan mengganggu pasien dan tidak membangun suatu hubungan

yang bermanfaat untuk terapi. Bahkan mungkin akan membuat pasien tidak senang

(41)

kecemasan anda sendiri dan berkonsentrasi menjalin komunikasi yang efektif

sehubungan dengan terapi.

Terdapat empat teknik pengkajian yang secara universal diterima untuk

digunakan selama pemeriksaan fsik: inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi.

1) Inspeksi

Langkah pertama pada pemeriksaan pasien adalah inspeksi, yaitu melihat dan

mengevaluasi pasien secara visual dan merupakan metode tertua yang digunakan

untuk mengkaji/ menilai pasien. Secara formal, pemeriksa fisik dapat dilakukan

menggunakan indera penglihatan berkonsentrasi untuk melihat pasien secara

seksama, persisten dan tanpa terburu-buru, sejak detik pertama bertemu, dengan cara

memperoleh riwayat pasien dan, terutama, sepanjang pemeriksaan fisik dilakukan.

2) Palpasi

Palpasi, yaitu menyentuh atau merasakan dengan tangan, adalah langkah

kedua pada pemeriksaan pasien dan digunakan untuk menambah data yang telah

diperoleh melalui inspeksi sebelumnya. Palpasi struktur individu,baik pada

permukaan maupun dalam rongga tubuh, terutama pada abdomen, akan memberikan

informasi mengenai posisi, ukuran, bentuk konsistensi dan mobilitas/gerakan

komponen-komponen anatomi yang normal, dan apakah terdapat abnormalitas

misalnya pembesaran organ atau adanya massa yang dapat teraba. Palpasi juga efektif

(42)

3) Perkusi

Perkusi adalah menepuk permukaan tubuh secara ringan dan tajam, untuk

menentukan posisi, ukuran dan densitas struktur atau cairan atau udara di bawahnya.

Menepuk permukaan akan menghasilkan gelombang suara yang berjalan sepanjang

5-7 cm (2-3 inci) di bawahnya. Pantulan suara akan berbeda-beda karakteristiknya

tergantung sifat struktur yang dilewati oleh suara itu.

4) Auskultasi

Auskultasi dilakukan dengan stetoskop. Auskultasi adalah ketrampilan untuk

mendengar suara tubuh pada paru-paru, jantung, pembuluh darah dan bagian

dalam/viscera abdomen. Umumnya, auskultasi adalah teknik terakhir yang digunakan

pada suatu pemeriksaan. Suara-suara penting yang terdengar saat auskultasi adalah

suara gerakan udara dalam paru-paru, terbentuk oleh thorax dan viscera abdomen,

dan oleh aliran darah yang melalui sistem kardiovaskular. Suara terauskultasi

dijelaskan frekuensi (pitch), intensitas (keraslemahnya), durasi, kualitas (timbre) dan

waktunya. Dokter akan mengauskultasi suara jantung, suara tekanan darah (suara

Korotkoff), suara aliran udara melalui paru-paru, suara usus, dan suara organ tubuh.

Selama pemeriksaan fisik, dokter melakukan langkah-langkah yang dapat

menjamin keamanan pasien dan dokter sendiri terhadap transmisi penyakit yang

dapat menyebar melalui darah dan untuk mencegah komtaminasi-silang. Cairan tubuh

yang dianggap bersifat infeksius atau dapat menyebarkan infeksi antara lain

ludah/saliva, darah, semen, cairan vagina, cairan serebrospinal, cairan amnion, cairan

(43)

pedoman langkah-langkah yang harus diikuti untuk membantu mencegah penularan

penyakit infeksi selama pemeriksaan fisik.

d. Memberikan terapi

Terapi adalah program pengobatan yang diberikan kepada pasien oleh dokter

spesialis berdasarkan penegakan diagnosis atas kesimpulan tentang penyakit yang

diderita pasien berdasarkan analisis terhadap gejala, tanda, dan hasil-hasil

pemeriksaan penunjang. Setelah dilakukan pemeriksaan fisik kepada pasien, dokter

spesalis akan memberikan terapi kepada pasien. Terapi yang diberikan

bermacam-macam tergantung jenis penyakit, lama waktu pengobatan dan stadium penyakit.

Dalam memberikan terapi seperti obat biasanya dokter selalu menganjurkan cara dan

waktu yang tepat untuk mengkonsumsi obat dan dianjurkan bagi pasien dan keluarga

untuk memberikan makanan yang bergizi untuk mempercepat proses penyembuhan

pasien. Selain itu, terapi dokter spesialis sesuai dengan kemampuan keluarga pasien

dalam menyediakan obat-obat yang akan diberikan kepada pasien, karena biaya

pembelian obat cenderung berjenis atau berbeda-beda nilainya tergantung merek dan

jenisnya.

e. Terminasi

Termin adalah jangka waktu, babak, tahap dalam suatu aktivitas (Pusat

Bahasa Depdiknas, 2008). Terminasi merupakan akhir dari setiap pertemuan antara

petugas kesehatan dengan klien. Tahap terminasi dibagi dua, yaitu terminasi sementara

(44)

terminasi ini klien akan bertemu kembali pada waktu yang telah ditentukan, sedangkan

terminasi akhir terjadi jika klien selesai menjalani pengobatan (Uripni, 2002).

Pada fase terminasi tenaga kesehatan membuat kesimpulan hasil kunjungan

berdasarkan pada pencapaian tujuan yang ditetapkan bersama keluarga. Menyusun

rencana tindak lanjut terhadap masalah kesehatan yang sekarang ditangani dan

masalah kesehatan yang mungkin dialami oleh keluarga sangat penting dilakukan

pada fase terminasi.

Stuart G.W. (2007) menyatakan bahwa proses terminasi petugas

kesehatan-klien merupakan aspek penting dalam asuhan keperawatan, sehingga jika hal tersebut

tidak dilakukan dengan baik oleh perawat/dokter, maka regresi dan kecemasan dapat

terjadi lagi pada klien. Timbulnya respon tersebut sangat dipengaruhi oleh

kemampuan perawat/dokter untuk terbuka, empati dan responsif terhadap kebutuhan

klien pada pelaksanaan tahap sebelumnya

2.4. Kepuasan

2.4.1 Pengertian Kepuasan

Kata ”kepuasan atau satisfaction” berasal dari bahasa latin “satis” (artinya

cukup baik, memadai) dan “factio” (melakukan atau membuat). Kepuasan dapat

diartikan sebagai ‘upaya pemenuhan sesuatu’ atau ‘membuat sesuatu memadai’

(Tjiptono, 2005). Kepuasan juga dapat diartikan sebagai tingkat perasaan seseorang

setelah membandingkan kinerja (atau hasil) yang dia rasakan dibandingkan dengan

(45)

Memahami kebutuhan dan keinginan konsumen dalam hal ini pasien adalah

hal penting yang memengaruhi kepuasan pasien. Pasien yang puas merupakan aset

yang sangat berharga karena apabila pasien puas maka pasien akan terus melakukan

pemakaian terhadap jasa sesuai pilihannya, tetapi bila tidak puas pasien akan

menceritakan dua kali lebih buruk tentang pengalaman yang telah dialaminya.

Kepuasan pelanggan atau bisa disebut pelanggan pada industri rumah sakit

merupakan konsep yang sangat terkenal dan senantiasa digunakan pada berbagai

disiplin ilmu Andreassen (1994). Terdapat banyak definisi mengenai kepuasan

pelanggan, diantaranya adalah menurut Oliver yang dikutip Supranto (2001) yang

mengemukakan bahwa kepuasan pelanggan merupakan karakteristik pelanggan yang

merasa surprise atas harapannya. Kepuasan pelanggan adalah respon pelanggan

terhadap evaluasi yang dirasakan antara harapan sebelumnya dan kinerja aktual yang

dirasakan (Tse, 2001)

Parasuraman et al. (1988) mengemukakan bahwa kepuasan pelanggan sebagai

perbandingan antara layanan yang diharapkan (expectation) dan kinerja (performa).

Sementara itu Engel et.al. yang dikutip Tjiptono (2005) mengungkapkan bahwa

kepuasan pelanggan merupakan evaluasi purna beli yang mana alternatif yang dipilih

sekurang-kurangnya memberikan hasil (outcome) sama atau melampaui harapan

pelanggan, sedangkan ketidakpuasan timbul apabila hasil yang diperoleh tidak

memenuhi harapan pelanggan. Definisi-definisi mengenai kepuasan pelanggan

tersebut secara umum menyebutkan bahwa kepuasan pelanggan merupakan evaluasi

(46)

Kepuasan sebagai perasaan senang atau kecewa seseorang yang dialami

setelah membandingkan antara persepsi kinerja atau hasil suatu produk dengan

harapan-harapannya. Dari berbagai pendapat yang dikemukakan para ahli bisa

disimpulkan definisi kepuasan pelanggan adalah respon dari perilaku yang

ditunjukkan oleh pelanggan dengan membandingkan antara kinerja atau hasil yang

dirasakan dengan harapan. Apabila hasil yang dirasakan dibawah harapan, maka

pelanggan akan kecewa, kurang puas bahkan tidak puas, namun sebaliknya bila

sesuai dengan harapan, pelanggan akan puas dan bila kinerja melebihi harapan,

pelanggan akan sangat puas (Kotler, 2009)

Menurut Tjiptono (2005) beberapa metode yang digunakan perusahaan untuk

memantau kepuasan pelanggannya, diantaranya adalah :

1. Sistem keluhan dan saran

Memberikan kesempatan bagi pelanggan untuk menyampaikan saran, keluhan

dan pendapat pelanggan mengenai produk/jasa. Metode ini bersifat pasif sehingga

agak sulit mendapatkan gambaran lengkap mengenai kepuasan atau ketidakpuasan

pelanggan. Tidak semua pelanggan yang tidak puas akan menyampaikan keluhannya,

bisa saja pelanggan beralih kepada penyedia jasa lain dan tidak menggunakan lagi

penyedia jasa tersebut. Upaya mendapatkan saran dari pelanggan juga sulit

diwujudkan terlebih bila perusahaan tidak memberikan timbal balik yang memadai

kepada pelanggan yang telah bersusah payah berpikir menyumbangkan ide untuk

(47)

2. Survei kepuasan pelanggan

Survei kepuasan pelanggan dapat dilakukan dengan kuesioner, baik melalui

pos, telepon maupun wawancara pribadi. Melalui survei perusahaan akan

memperoleh tanggapan dan umpan balik secara langsung dari pelanggan sekaligus

memberikan tanda positif bahwa perusahaan menaruh perhatian kepada

pelanggannya. Pengukuran kepuasan konsumen melalui metode ini dapat dilakukan

dengan berbagai cara, antara lain :

a. Directly Reported Satisfaction

Pengukuran dilakukan secara langsung kepada konsumen melalui pertanyaan

seperti ”ungkapan seberapa puas anda terhadap pelayanan perusahaan dengan skala

sebagai berikut: sangat tidak puas, tidak puas, kurang puas, puas, sangat puas.

b. Derived dissatisfaction

Pertanyaan yang diajukan menyangkut dua hal yang utama, yakni besarnya

harapan konsumen terhadap atribut tertentu, dan besarnya kinerja yang mereka

rasakan.

c. Problem analysis

Konsumen yang dijadikan responden diminta untuk mengungkapkan dua hal

pokok. Pertama, masalah-masalah yang mereka hadapi berkaitan dengan penawaran

dari perusahaan. Kedua, saran-saran untuk melakukan perbaikan.

d. Importance – performance analysis

Dalam teknik ini, responden diminta merangking berbagai elemen/atribut

tersebut. Selain itu responden diminta merangking seberapa baik kinerja perusahaan

(48)

e. Ghost shopping

Metode ini dilakukan dengan cara mempekerjakan beberapa orang (ghost

shopes) untuk berperan sebagai pelanggan/pembeli potensial produk perusahaan dan

pesaing. Selanjutnya gost shopes tersebut menyampaikan temuan-temuan mengenai

kekuatan dan kelemahan produk perusahaan dan pesaing berdasarkan pengalaman

pelanggan dalam membeli produk tersebut.

f. Lost customer analysis

Perusahaan berusaha menghubungi pelanggannya yang telah berhenti

membeli atau yang telah beralih pemasok. Yang diharapkan adalah akan diperoleh

informasi penyebab terjadinya hal tersebut. Informasi ini akan sangat bermanfaat bagi

perusahaan untuk meningkatkan kepuasan dan loyalitas pelanggan.

Kepuasan pelanggan ditentukan oleh persepsi pelanggan atas performance

produk/jasa dalam memenuhi harapan pelanggan. Pelanggan akan merasa puas

apabila harapannya terpenuhi dan akan sangat puas jika harapan pelanggan

terlampaui (Supranto, 2001). Terpenuhinya kebutuhan pasien akan memberikan

gambaran kepuasan pasien, oleh karena itu tingkat kepuasan pasien sangat tergantung

pada pandangan pasien terhadap mutu pelayanan yang diberikan.

2.4.2 Kepuasan Pasien

Pasien adalah seseorang yang menerima pelayanan medis. Sering kali, pasien

menderita penyakit atau cedera dan memerlukan bantuan dokter untuk

memulihkannya. Kepuasan pasien dapat juga diartikan sebagai suatu sikap konsumen,

(49)

pernah dirasakannya. Minat seseorang untuk menggunaakan kembali jasa pelayanan

rumah sakit akan sangat dipengaruhi oleh pengalamannya yang lampau waktu

memakai jasa yang sama dalam menerima pelayanan (Supranto, 2001).

Kepuasan pasien dapat dilihat dari hak-hak yang dimiliki pasien yang

terpenuhi. Adapun berbagai hak pasien di rumah sakit menurut UU No. 29 Tahun

2004, yaitu:

a. Mendapatkan penjelasan secara lengkap tentang tindakan medis sebagaimana

dimaksud dalam pasal 45 ayat (3), yaitu :

(i) Diagnosis dan tata cara tindakan medis;

(ii) Tujuan tindakan medis yang dilakukan;

(iii) Alternatif tindakan lain dan risikonya;

(iv) Risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi; dan

(v) Prognosis terhadap tindakan yang dilakukan.

b. Meminta pendapat dokter atau dokter gigi lain;

c. Mendapatkan pelayanan sesuai dengan kebutuhan medis;

d. Menolak tindakan medis; dan

e. Mendapat isi rekam medis.

Sedangkan kewajiban pasien menurut UU No. 29 Tahun 2004, yaitu:

a. Memberikan informasi yang lengkap dan jujur tentang masalah kesehatannya;

b. Mematuhi nasihat dan petunjuk dokter atau dokter gigi;

c. Mematuhi ketentuan yang berlaku di sarana pelayanan kesehatan;

(50)

2.4.3 Faktor-Faktor yang Memengaruhi Kepuasan

Irawan (2008) menyatakan lima komponen yang dapat mendorong kepuasan

pelanggan, yaitu :

1. Kualitas produk

Kualitas produk mencakup enam elemen, yaitu performance, durability,

feature, reliability, consistency, dan design. Setelah membeli dan menggunakan suatu

produk, pembeli akan merasa puas bila ternyata kualitas produknya baik atau

berkualitas.

2. Kualitas pelayanan

Salah satu konsep service quality adalah ServQual sangat tergantung dari tiga

faktor, yaitu : 1) sistem, 2) teknologi, 3) manusia. Berdasarkan konsep ServQual,

komponen ini mempunyai banyak dimensi, yaitu : reliability, responsiveness,

assurance, empathy, dan tangible.

3. Faktor emosional

Kepuasan konsumen yang diperoleh pada saat menggunakan suatu produk

yang berhubungan dengan gaya hidup. Kepuasan pelanggan didasari atas rasa

bangga, rasa percaya diri, simbol sukses, dan sebagainya.

4. Harga

Komponen harga sangat penting karena dinilai mampu memberikan kepuasan

yang relatif besar dalam industri ritel. Harga yang murah akan memberikan kepuasan

bagi pelanggan yang sensitif terhadap harga karena mereka akan mendapatkan value

(51)

5. Kemudahan

Komponen ini berhubungan dengan biaya untuk memperoleh produk atau

jasa. Pelanggan akan semakin puas apabila relatif mudah, nyaman, dan efisien dalam

mendapatkan produk atau pelayanan.

Menurut Jacobalis (2000) menyatakan bahwa berdasarkan pengalaman

sehari-hari, ketidakpuasan pasien yang sering ditemukan berkaitan dengan sikap dan

perilaku petugas rumah sakit, seperti ; keterlambatan pelayanan oleh perawat dan

dokter, dokter tertentu sulit ditemui, dokter kurang komunikatif dan informatif,

perawat yang kurang ramah dan tanggap terhadap kebutuhan pasien, lamanya proses

masuk perawatan, aspek pelayanan ‘hotel’ dirumah sakit serta kebersihan, ketertiban,

kenyamanan dan keamanan rumah sakit.

Kepuasan konsumen dapat memberikan beberapa manfaat, antara lain

diantaranya : hubungan antara perusahaan dengan pelanggan yang harmonis,

memberikan dasar yang baik bagi pembelian ulang dan terciptanya loyalitas

pelanggan, serta membentuk suatu rekomendasi dari mulut ke mulut yang

menguntungkan bagi perusahaan. Konsumen yang puas akan kembali memanfaatkan

jasa yang sama, sebaliknya konsumen yang tak puas akan memberitahu orang lain

tentang pengalaman tersebut. Jacobalis menyatakan bahwa variabel non medis ikut

menentukan kepuasan pasien, antara lain : umur, tingkat pendidikan, latar belakang

sosial ekonomi, budaya, lingkungan fisik, pekerjaan, kepribadian dan pengalaman

(52)

2.5 Kualitas Pelayanan

2.5.1 Pengertian Kualitas Pelayanan

Kualitas sebagaimana yang diinterpretasikan ISO 9000 merupakan perpaduan

antara sifat dan karakteristik yang menentukan sejauh mana keluaran dapat

memenuhi persyaratan kebutuhan pelanggan. Pelanggan yang menentukan dan

menilai sampai seberapa jauh sifat dan karakteristik itu memenuhi kebutuhannya

(Lupiyoadi, 2001). Sedangkan menurut Wyckof yang dikutip oleh Tjiptono (2005)

kualitas jasa adalah tingkat keunggulan yang diharapkan dan pengendalian atas

tingkat keunggulan tersebut untuk memenuhi keinginan pelanggan.

Dalam menghadapi persaingan antar rumah sakit (perusahaan) yang semakin

ketat, maka rumah sakit bersaing untuk memikat agar para pelanggannya tetap loyal

dalam memanfaatkan pelayanan kesehatan rumah sakit yang diberikannya. Salah satu

aspek yang perlu mendapatkan perhatian penting adalah kualitas layanan yang

diberikan oleh rumah sakit. Kualitas layanan berpusat pada upaya pemenuhan

kebutuhan dan keinginan serta ketepatan penyampaiannya untuk mengimbangi

harapan pelanggan. Ada dua faktor yang memengaruhi kualitas jasa, yaitu expected

service dan perceived service. Kualitas harus dimulai dari kebutuhan pelanggan dan

berpikir pada persepsi pelanggan. Hal ini berarti citra kualitas yang baik bukanlah

berdasarkan sudut pandang atau persepsi penyedia jasa melainkan berdasarkan sudut

pandang atau persepsi pelanggan.

Kualitas harus dimulai dari kebutuhan pelanggan dan berakhir pada presepsi

(53)

berdasarkan sudut pandang atau persepsi pihak penyedia jasa, melainkan berdasarkan

sudut pandang atau presepsi pelanggan. Persepsi pelanggan terhadap kualitas jasa

merupakan penilaian menyeluruh atas keunggulan suatu jasa.

Salah satu pendekatan kualitas pelayanan yang sangat populer dan hingga kini

banyak dijadikan acuan dalam riset pemasaran adalah model Service Quality yang

dikemukakan oleh Parasuraman et al. (1988). Parasuraman mengidentifikasi lima

kelompok karakteristik yang digunakan konsumen dalam mengevaluasi kualitas jasa.

Karakteristik ini dijadikan sebagai variabel untuk kualitas pelayanan dalam penelitian

ini meliputi:

1) Keandalan (Reliability), yaitu kemampuan petugas memberikan pelayanan kepada

konsumen dengan tepat. Dalam pelayanan rumah sakit adalah penilaian pasien

terhadap kemampuan tenaga kesehatan.

2) Daya Tanggap (Responsiveness), yaitu kemampuan petugas memberikan

pelayanan kepada konsumen dengan tanggap. Dalam pelayanan rumah sakit adalah

penilaian pasien terhadap kemampuan petugas merespon keluhan.

3) Jaminan (Assurance), yaitu kemampuan petugas memberikan pelayanan kepada

konsumen sehingga dipercaya. Dalam pelayanan rumah sakit adalah kejelasan

tenaga kesehatan memberikan informasi tentang penyakit dan pengobatannya

kepada pasien.

4) Empati (Empathy), yaitu kemampuan petugas membina hubungan, perhatian, dan

Gambar

Gambar 2.1 Landasan Teori
Gambar 2.2 Kerangka Konsep Penelitian
Tabel 3.1 Metode Pengukuran Variabel Bebas
Tabel 3.3 Interprestasi Koefisien Korelasi
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian yang dilakukan ini merupakan penelitian dengan jenis studi Deskriptif Retrospektif, yaitu untuk mengetahui Pola Penyakit Kulit pada Bangsal Rawat Inap Anak di Rumah

signifikan antara iur biaya operasi (p = 0,036), iur biaya pelayanan laboratorium (p = 0.028) terhadap kepuasan pasien askes rawat inap dan tidak ada pengaruh iur

penelitian dan penyusunan tesis ini dengan judul &#34; Pengaruh Budaya Organisasi dan Insentif terhadap Kinerja Perawat Pelaksana di Ruang Rawat Inap Pasien HIV/AIDS Rumah

dokter pada pasien dalam upaya keselamatan pasien (patient safety) di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Haji Medan tahun 2015.. 1.4

Analisis Biaya Pengggunaan Antibiotika Pada Pasien Pneumonia di Instalasi Rawat Inap IRNA Anak RSUP DR.. Jurnal

memahami kebutuhan konsumen. Dalam pelayanan rumah sakit adalah perhatian.. petugas kesehatan dalam memberikan informasi, keikutsertaan pasien dalam. mengambil keputusan pengobatan,

Segala Puji Syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat serta pertolonganNya yang berlimpah, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian

ANALISIS KEPATUHAN DOKTER SPESIALIS DALAM PENGISIAN REKAM MEDIS PASIEN DI INSTALASI RAWAT INAP RSU UKI JAKARTA TAHUN 2021 Anita Sriwaty Pardede ¹, Marni Karo², Titus Tambaib³ ¹RSU