SKRIPSI
ANALISIS PENGARUH PENERAPAN METODE ARUS BIAYA PERSEDIAAN, NILAI PERSEDIAAN, DAN PROFIT MARGIN
TERHADAP NILAI PERUSAHAAN PADA PERUSAHAAN BARANG KONSUMSI
YANG TERDAFTAR DI BEI TAHUN 2009-2011
OLEH :
GALUH SOMARA 090503008
PROGRAM STUDI STRATA I AKUNTANSI DEPARTEMEN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan dengan
sesungguhnya bahwa skripsi saya yang berjudul “Analisis Pengaruh Penerapan
Metode Arus Biaya Persediaan, Nilai Persediaan, dan Profit Margin terhadap
Nilai Perusahaan pada Perusahaan Barang Konsumsi yang Terdaftar Di BEI
Tahun 2009-2011” adalah benar hasil karya tulis saya sendiri yang disusun
sebagai tugas akademik guna menyelesaikan beban akademik pada Fakultas
Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
Semua sumber data dan informasi tertentu yang saya peroleh dari
perusahaan atau lembaga, dan/atau saya kutip dari hasil karya orang lain telah
mendapat izin, dan/atau dituliskan sumbernya dengan jelas sesuai dengan norma,
kaidah dan etika penulisan ilmiah. Apabila kemudian hari ditemukan adanya
kecurangan dan plagiat dalam skripsi ini, saya bersedia menerima sanksi
sesuai dengan peraturan yang berlaku dan yang ditetapkan oleh Universitas
Sumatera Utara.
Medan, Juli 2013
Yang membuat pernyataan,
Galuh Somara
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbilalamin, segala puji dan syukur bagi Allah SWT atas
segala limpahan rahmat dan karunia-Nya, yang telah memberikan berkah ilmu
pengetahuan dan kesehatan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Shalawat dan salam senantiasa disampaikan kepada Rasulullah Muhammad SAW,
atas segala perjuangan dan kemuliaan beliau, sehingga kita dapat menikmati
segala ilmu pengetahuan ini.
Skripsi ini penulis persembahkan untuk keluarga tercinta, keluarga yang
begitu luar biasa, yang senantiasa mendoakan dan mendukung penulis di setiap
kesempatan. Teristimewa kepada kedua orangtua penulis, Sondang Raja Sinaga
SH dan Helmahera, terima kasih atas segala kasih sayang, doa, perhatian dan
dukungan yang tiada henti diberikan kepada penulis sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini, dan tidak lupa untuk keempat adik-adik tersayang,
Kumala Citra Somara, Gilang Somara, Fedayeen Muhammad Somara, dan Aisyah
Latifah Somara.
Skripsi yang berjudul “Analisis Pengaruh Penerapan Metode Arus Biaya
Persediaan, Nilai Persediaan, dan Profit Margin terhadap Nilai Perusahaan pada
Perusahaan Barang Konsumsi yang Terdaftar di BEI” disusun untuk memenuhi
salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi
Selama penulisan skripsi ini, penulis telah banyak menerima bimbingan,
semangat, saran serta dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada
kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang
tulus kepada semua pihak yang telah membantu proses penyelesaian skripsi ini,
yaitu kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, S.E., M.Ec., Ak. selaku Dekan Fakultas
Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Dr. Syafruddin Ginting Sugihen, MAFIS, Ak. selaku Ketua
Departemen Akuntansi dan Bapak Drs. Hotmal Jafar, MM, Ak. selaku
Sekretaris Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera
Utara.
3. Bapak Drs. Firman Syarif, M.Si, Ak. selaku Ketua Program Studi S1
Akuntansi dan Ibu Dra. Mutia Ismail MM, Ak. selaku Sekretaris Program
Studi S1 Akuntasi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
4. Bapak Drs. M. Utama Nasution, MM, Ak. selaku dosen pembimbing yang telah
banyak memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis untuk
menyelesaikan skripsi ini.
5. Bapak Drs. Rustam, M.Si, Ak. selaku dosen pembaca penilai yang telah
memberikan saran dan masukan kepada penulis.
6. Seluruh dosen dan pegawai Fakultas Ekonomi, khususnya para dosen
Akuntansi yang telah membimbing dan mengajar ilmu pengetahuan selama
Tidak lupa penulis juga berterima kasih kepada sahabat-sahabat terbaik,
yang selalu mendukung dan memberikan semangat tiada henti. Terima kasih
untuk teman-teman seperjuangan, yang selalu berjuang bersama dari awal
semester hingga saat ini, semoga semangat itu tidak pernah padam. Dan kepada
semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu dan yang telah banyak
membantu penulis dalam pengerjaan skripsi ini. Semoga Allah SWT membalas
kebaikan yang telah kalian berikan.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan karena
keterbatasan kemampuan penulis, oleh karena itu penulis mengharapkan dan
menerima saran dan kritik yang membangun untuk perbaikan penulisan karya
ilmiah ke depan. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini menjadi bahan
acuan yang bermanfaat bagi pembaca dan peneliti lainnya.
Medan, Juli 2013
Penulis,
Galuh Somara
ABSTRAK
ANALISIS PENGARUH PENERAPAN METODE ARUS BIAYA PERSEDIAAN, NILAI PERSEDIAAN, DAN PROFIT MARGIN
TERHADAP NILAI PERUSAHAAN PADA PERUSAHAAN BARANG KONSUMSI
YANG TERDAFTAR DI BEI TAHUN 2009-2011
Tujuan dari penelitian in adalah untuk menemukan bukti empiris dan menganalisis faktor metode arus biaya persediaan, nilai persediaan, dan profit margin terhadap nilai perusahaan.
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah metode arus biaya persediaan, nilai persediaan, dan profit margin, sedangkan variabel dependennya adalah nilai perusahaan. Penelitian ini merupakan jenis penelitian kausal dan bersifat replikasi terhadap penelitian sebelumnya. Populasi dari penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan barang konsumsi di Bursa Efek Indonesia selama periode 2009-2011. Pemilihan sampel dilakukan dengan metode purposive sampling dan diperoleh 16 perusahaan sampel. Data yang digunakan adalah data sekunder. Metode statistik yang digunakan adalah regresi linear berganda dengan melakukan uji asumsi klasik terlebih dahulu.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa semua variabel independen secara simultan berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan. Secara parsial, nilai persediaan dan profit margin berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan, sedangkan metode arus biaya persediaan tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan.
ABSTRACT
The Influence of Implementation of Inventory Cost Flow Methods, Inventory Value, and Profit Margin toward Firm Value
of Consumer Goods Companies Listed on BEI 2009-2011
The purpose of this research is to find out empirical evidence and analyze the influence factor of inventory cost flow method, inventory value, and profit margin towards firm value. The independent variables in this research are inventory cost flow method, inventory value, and profit margin, while firm value as dependent variable. This reasearch is calssified as causal research and replication of former research. Population of this research is consumer goods companies listed in BEI from 2009 to 2011. The sample are obtained by using purposive sampling method and there are 16 companies used as the sample of this research. The used data of this research is secondary data. Anaytical techniques used in this research is multiple regression where previously the data was tested using the classical assumptions.
The result of this research show that simultaneously, all of independent variables do have significant effect to the firm values. Partially, inventory value and profit margin had positive and significant effect to the firm value, while inventory cost flow method had not significant effect to the firm value.
DAFTAR ISI
PERNYATAAN ... i
KATA PENGANTAR ... ii
ABSTRAK ... v
ABSTRACT ... vi
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR GAMBAR ... x
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Perumusan Masalah ... 6
1.3 Tujuan Penelitian ... 6
1.4 Manfaat Penelitian ... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teoritis ... 8
2.1.1 Persediaan ... 8
2.1.2 Sistem Pencatatan Persediaan ... 9
2.1.2.1 Sistem Pencatatan Periodik ... 9
2.1.2.2 Sistem Pencatatan Perpetual ... 9
2.1.3 Metode Penghitungan Biaya Persediaan ... 10
2.1.3.1 Metode Indentifikasi Khusus ... 10
2.1.3.2 Metode FIFO ... 11
2.1.3.3 Metode LIFO ... 12
2.1.3.4 Metode Rata-rata ... 12
2.1.4 Nilai Persediaan ... 14
2.1.5 Profit Margin ... 15
2.1.6 Nilai Perusahaan ... 16
2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 18
2.3 Kerangka Konseptual dan Hipotesis Penelitian ... 24
2.3.1 Kerangka Konseptual ... 24
2.3.2 Hipotesis Penelitian ... 26
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 27
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ... 27
3.3 Batasan Operasional ... 28
3.4 Definisi Operasi ... 28
3.4.1 Variabel Independen ... 29
3.4.1.1 Metode Arus Biaya Persediaan ... 29
3.4.1.2 Nilai Persediaan ... 29
3.4.1.3 Profit Margin ... 30
3.5 Populasi dan Sampel Penelitian ... 31
3.6 Jenis Data ... 34
3.7 Metode Pengumpulan Data ... 34
3.8 Teknik Analisis Data ... 34
3.8.1 Pengujian Asumsi Klasik ... 35
3.8.1.1 Uji Normalitas ... 35
3.8.1.2 Uji Multikolinearitas ... 36
3.8.1.3 Uji Heteroskedastisitas ... 37
3.8.1.4 Uji Autokorelasi ... 37
3.8.2 Pengujian Hipotesis ... 38
3.8.2.1 Uji Signifikan Simultan (Uji F) ... 38
3.8.2.2 Uji Signifikan Parsial (Uji t)... 39
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Data Penelitian ... 40
4.2 Analisis Hasil Penelitian ... 40
4.2.1 Analisis Statistik Deskriptif ... 40
4.2.2 Pengujian Asumsi Klasik ... 42
4.2.2.1 Uji Normalitas ... 42
4.2.2.2 Uji Multikolinearitas ... 48
4.2.2.3 Uji Heteroskedastisitas ... 49
4.2.2.4 Uji Autokorelasi ... 51
4.2.3 Pengujian Hipotesis ... 52
4.2.3.1 Uji Signifikansi Simultan (Uji F) ... 53
4.2.3.2 Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji t) ... 55
4.2.3.3 Analisis Persamaan Regresi ... 57
4.3 Pembahasan Hasil Penelitian ... 58
4.3.1 Pengaruh Metode Arus Biaya terhadap Nilai Perusahaan ... 59
4.3.2 Pengaruh Nilai Persediaan terhadap Nilai Perusahaan ... 59
4.3.3 Pengaruh Profit Margin terhadap Nilai Perusahaan... 60
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 61
5.2 Keterbatasan ... 61
5.3 Saran ... 62
DAFTAR PUSTAKA ... 64
DAFTAR TABEL
No. Judul Halaman
2.1 Ringkasan Penelitian Terdahulu ... 18
3.1 Waktu Penelitian ... 28
3.2 Defini Operasional dan Pengukuran Variabel... 30
3.3 Daftar Perusahaan yang Menjadi Sampel ... 33
4.1 Descriptive Statistics ... 41
4.2 Hasil Uji Normalitas Sebelum Transformasi Data... 43
4.3 Hasil Uji Normalitas Sesudah Transformasi Data ... 45
4.4 Pengujian Multikolinearitas ... 48
4.5 Pengujian Autokorelasi ... 51
4.6 Goodness of Fit ... 52
4.7 Hasil Uji F ... 54
DAFTAR GAMBAR
No. Judul Halaman
2.1 Kerangka Konseptual ... 24
4.1 Pengujian Normalitas 2 ... 46
4.2 Pengujian Normalitas 3 ... 47
DAFTAR LAMPIRAN
No. Judul Halaman
1 Daftar Perusahaan Populasi Penelitian... 66
2 Data Variabel Penelitian Metode Arus Biaya Persediaan 2009-2011 ... 67
3 Data Nilai Persediaan untuk 16 Sampel Penelitian ... 69
ABSTRAK
ANALISIS PENGARUH PENERAPAN METODE ARUS BIAYA PERSEDIAAN, NILAI PERSEDIAAN, DAN PROFIT MARGIN
TERHADAP NILAI PERUSAHAAN PADA PERUSAHAAN BARANG KONSUMSI
YANG TERDAFTAR DI BEI TAHUN 2009-2011
Tujuan dari penelitian in adalah untuk menemukan bukti empiris dan menganalisis faktor metode arus biaya persediaan, nilai persediaan, dan profit margin terhadap nilai perusahaan.
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah metode arus biaya persediaan, nilai persediaan, dan profit margin, sedangkan variabel dependennya adalah nilai perusahaan. Penelitian ini merupakan jenis penelitian kausal dan bersifat replikasi terhadap penelitian sebelumnya. Populasi dari penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan barang konsumsi di Bursa Efek Indonesia selama periode 2009-2011. Pemilihan sampel dilakukan dengan metode purposive sampling dan diperoleh 16 perusahaan sampel. Data yang digunakan adalah data sekunder. Metode statistik yang digunakan adalah regresi linear berganda dengan melakukan uji asumsi klasik terlebih dahulu.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa semua variabel independen secara simultan berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan. Secara parsial, nilai persediaan dan profit margin berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan, sedangkan metode arus biaya persediaan tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan.
ABSTRACT
The Influence of Implementation of Inventory Cost Flow Methods, Inventory Value, and Profit Margin toward Firm Value
of Consumer Goods Companies Listed on BEI 2009-2011
The purpose of this research is to find out empirical evidence and analyze the influence factor of inventory cost flow method, inventory value, and profit margin towards firm value. The independent variables in this research are inventory cost flow method, inventory value, and profit margin, while firm value as dependent variable. This reasearch is calssified as causal research and replication of former research. Population of this research is consumer goods companies listed in BEI from 2009 to 2011. The sample are obtained by using purposive sampling method and there are 16 companies used as the sample of this research. The used data of this research is secondary data. Anaytical techniques used in this research is multiple regression where previously the data was tested using the classical assumptions.
The result of this research show that simultaneously, all of independent variables do have significant effect to the firm values. Partially, inventory value and profit margin had positive and significant effect to the firm value, while inventory cost flow method had not significant effect to the firm value.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Fenomena pertumbuhan ekonomi negara yang terus bergerak naik serta
dukungan pemerintah terhadap iklim investasi memberikan beberapa harapan bagi
perkembangan dunia industri, tidak terkecuali bagi industri barang konsumsi
mengingat perusahaan yang bergerak di industri barang konsumsi merupakan
perusahaan yang memproduksi barang yang setiap hari dipakai oleh masyarakat.
Persaingan berbagai perusahaan yang bergerak di sektor ini semakin kompetitif,
hal ini dapat dilihat dari semakin pesatnya perkembangan perusahaan-perusahaan
tersebut. Karena dengan meningkatnya pertumbuhan industri, baik manufaktur
ataupun nonmanufaktur, maka perusahaan dituntut untuk dapat menghadapi
segala situasi dengan berpikir lebih cepat agar dapat menghasilkan segala sesuatu
yang efektif dan efisien, sehingga tujuan perusahaan dapat dicapai secara
maksimal.
Secara umum setiap perusahaan memiliki tujuan yang sama yaitu untuk
mendapatkan laba yang optimum dan untuk memaksimumkan kemakmuran
pemegang saham untuk menjaga kelangsungan hidup perusahaan serta untuk
mengembangkan usahanya. Dengan laba yang optimum, maka perusahaan dapat
memaksimalkan nilai pemegang sahamnya. Nilai pemegang saham berbanding
lurus dengan nilai perusahaan. Semakin tinggi nilai perusahaan maka semakin
laba yang optimum maka perusahaan dapat meningkatkan kinerjanya dalam
rangka meningkatkan nilai perusahaan sehingga akhirnya dapat memaksimalkan
nilai pemegang saham. Sejalan dengan itu, Levy dan Sarnat (1990:2) merinci
tujuan perusahaan yaitu sebagai berikut:
1. Memaksimalkan laba 2. Memaksimalkan penjualan
3. Mempertahankan eksistensi perusahaan
4. Mencapai tingkat laba tertentu yang memuaskan 5. Mencapai pangsa pasar tertentu
6. Meminimalkan karyawan yang meninggalkan perusahaan
7. Kedamaian internal (adanya pertentangan di antara jajaran manajemen) 8. Memaksimalkan kesejahteraan manajemen
Dari tujuan-tujuan yang dikemukakan di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan
perusahaan selain untuk memaksimalkan laba juga untuk memaksimalkan nilai
perusahaannya. Disini terlihat sebegitu pentingnya nilai perusahaan, sehingga
menjadikannya tujuan utama bagi setiap perusahaan.
Nilai perusahaan merupakan persepsi investor terhadap perusahaan, yang
sering dikaitkan dengan harga saham. Harga saham yang tinggi membuat nilai
perusahaan juga tinggi. Nilai perusahaan lazim diindikasikan dengan price to
book value. Price to book value yang tinggi akan membuat pasar percaya atas
prospek perusahaan ke depan. Hal itu juga yang menjadi keinginan para pemililk
perusahaan, sebab nilai perusahaan yang tinggi mengindikasikan kemakmuran
pemegang saham juga tinggi.
Pada kenyataannya, jalan perusahaan dalam mencapai tujuan utamanya
untuk memperoleh laba yang optimum tidaklah selalu mulus. Perusahaan tidak
jarang mendapatkan hambatan-hambatan yang dapat mengganggu kelancaran
Persediaan merupakan aset yang sangat penting baik dalam jumlah maupun
peranannya dalam kegiatan perusahaan. Bagaimana jika perusahaan tidak
memiliki persediaan yang mencukupi atau bagaimana perusahaan
menyeimbangkan biaya yang timbul karena perusahaan memiliki persediaan dan
kerugian yang mungkin terjadi jika kehabisan persediaan. Selain itu, penilaian
atas inventory ini, misalnya, akan mempunyai akibat langsung terhadap penentuan
income dan penyajian arus dana (Tuanakotta, 1986:1). Besarnya persediaan atau
biaya persediaan tergantung pada prosedur akuntansi yang diterapkan oleh
perusahaan dalam menilai persediaan. Asumsi yang digunakan dan prinsip yang
diaplikasikan diyakini sebagai faktor yang mempengaruhi kualitas laba. Metode
arus biaya persediaan dapat dikelompokkan menjadi: (1) first-in first out (FIFO);
(2) last-in, first out (LIFO); dan (3) biaya rata-rata. Namun dalam PSAK No.14
(revisi 2008) hanya memperbolehkan dua metode penilaian persediaan yaitu
metode first-in, first out (FIFO) dan metode rata-rata.
Alasan perusahaan dalam memilih metode akuntansi adalah untuk
memenuhi keinginan para investor dalam kaitannya dengan market value
perusahaan, sehingga dalam memilih metode tersebut selayaknya berdampak pada
tingkat return yang diharapkan oleh investor (Mukhlasin:2002, dalam Daljono et
al 2005). Market value dari suatu perusahaan menyajikan suatu nilai yang melekat
pada perusahaan tersebut berdasarkan pasar yang tercermin pada harga saham
yang ditawarkan di perusahaan.
Di tengah ketatnya persaingan industri, perusahaan harus mampu menarik
eksistensi perusahaan di dalam industri. Profit margin sendiri berfungsi untuk
memberikan gambaran yang terjadi di industri perusahaan dan juga untuk
mengukur kemampuan manajemen perusahaan dalam menjalankan kegiatan
operasionalnya. Dari fungsi tersebut, profit margin dapat mempengaruhi nilai
perusahaan yang ditunjukkan dengan harga saham. Penentuan besarnya investasi
atau alokasi modal mempunyai efek yang langsung terhadap profit margin
perusahaan (Riyanto:1990, dalam Situmorang, 2011).
Penelitian ini merupakan penelitian lanjutan dari penelitian sebelumnya.
Adapun penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Puspitaningtyas (2002) yang
meneliti pengaruh penerapan metode arus biaya persediaan, nilai persediaan, dan
profit margin terhadap market value perusahaan manufaktur di Bursa Efek
Jakarta. Dimana hasil penelitiannya menunjukkan bahwa metode arus biaya
persediaan tidak berpengaruh signifikan terhadap market value, nilai persediaan
berpengaruh signifikan dan profit margin tidak berpengaruh signifikan terhadap
market value. Purwanto (2005), meneliti pengaruh penerapan metode arus biaya
persediaan, nilai persediaan, dan gross profit margin terhadap market value
perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI. Hasil penelitiannya menunjukkan
hasil yang sama dengan penelitian Puspitaningtyas untuk variabel metode arus
biaya persediaan dan nilai persediaan. Untuk variabel gross profit margin hasil
penelitiannya menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh signifikan terhadap market
value. Sementara itu, Sari (2007) meneliti analisis pengaruh profit margin dan
metode arus biaya persediaan terhadap market value (studi kasus pada industri
menunjukkan bahwa profit margin berpengaruh signifikan positif terhadap market
value. Situmorang (2011), meneliti analisis metode arus biaya persediaan, nilai
persediaan, dan profit margin terhadap nilai perusahaan food and beverages yang
terdaftar di BEI. Secara simultan hasil penelitiannya menunjukkan tidak ada
pengaruh signifikan dari metode arus biaya persediaan, nilai persediaan dan profit
margin terhadap nilai perusahaan. Secara parsial, penelitiannya menunjukkan
pengaruh yang signifikan dari nilai persediaan terhadap nilai perusahaan,
sedangkan metode arus biaya persediaan dan profit margin tidak berpengaruh
signifikan terhadap nilai perusahaan.
Dilatarbelakangi oleh inkonsistensi dari hasil penelitian-penelitian
sebelumnya, maka penulis terdorong untuk melakukan penelitian lebih lanjut.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah periode tahun
penelitian dan jenis perusahaan yang digunakan dalam penelitian. Untuk itu
penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul, “Analisis Pengaruh Penerapan Metode Arus Biaya Persediaan, Nilai Persediaan, dan Profit
Margin terhadap Nilai Perusahaan Barang Konsumsi yang Terdaftar Di
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah dibahas sebelumnya,
maka masalah yang muncul dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Apakah penerapan metode arus biaya, nilai persediaan, dan profit
margin secara simultan mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap nilai perusahaan?
2. Faktor mana sajakah diantara penerapan metode arus biaya
persediaan, nilai persediaan, dan profit margin yang secara parsial
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap nilai perusahaan?
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui pengaruh penerapan metode arus biaya persediaan,
nilai persediaan, dan profit margin secara simultan terhadap nilai
perusahaan.
2. Untuk mengetahui faktor manakah di antara penerapan metode arus
biaya persediaan, nilai persediaan, dan profit margin yang
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:
1. Bagi penulis, untuk memperluas wawasan dan pemahaman mengenai
pengaruh penerapan metode arus biaya persediaan, nilai persediaan,
dan profit margin terhadap nilai perusahaan.
2. Bagi peneliti selanjutnya, sebagai bahan referensi dan sumber
informasi untuk melakukan penelitian-penelitian sejenis berikutnya.
3. Bagi manajemen perusahaan, dapat digunakan sebagai masukan dalam
mengambil kebijakan penggunaan metode dalam menentukan
akuntansi persediaan yang dapat meningkatkan nilai perusahaan.
4. Bagi investor, sebagai tambahan informasi demi ketepatan keputusan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teoritis
2.1.1 Persediaan
Persediaan digunakan untuk mengindikasikan (1) barang dagang
yang disimpan untuk kemudian dijual dalam operasi bisnis perusahaan;
dan (2) bahan yang digunakan dalam proses produksi atau yang disimpan
untuk tujuan itu (Fess et al, 2006:452). Menurut PSAK No. 14, persediaan
adalah aktiva:
1. Tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha normal;
2. Dalam proses produksi dan/atau dalam perjalanan; atau
3. Dalam bentuk bahan atau perlengkapan (supplies) untuk
digunakan dalam proses produksi atau pemberian jasa.
Persediaan terdiri dari barang-barang dagangan yang dimaksudkan
untuk diperjualbelikan, serta bahan baku dan bahan pembantu yang
dipakai dalam proses produksi dari barang yang akan dijual. Pada
perusahaan dagang, persediaan merupakan produk yang siap jual tanpa
harus melewati proses produksi terlebih dahulu. Sedangkan untuk
perusahaan manufaktur, sebelum dijual barang harus melewati proses
produksi terlebih dahulu. Untuk itu dalam perusahaan manufaktur,
persediaan dapat dibagi ke dalam tiga kategori, yaitu persediaan barang
Persediaan merupakan aset inti dan penting dalam perusahaan, oleh karena
itu persediaan harus diperhatikan karena merupakan komponen utama dari
aset operasi dan langsung mempengaruhi perhitungan laba. Persediaan
termasuk ke dalam aset lancar, karena persediaan dapat dikonversikan ke
dalam kas dalam suatu daur kegiatan usaha perusahaan.
2.1.2 Sistem Pencatatan Persediaan
2.1.2.1 Sistem Pencatatan Periodik
Kieso et al (2011:410) menyatakan bahwa, “sistem periodik
mencatat semua perolehan persediaan selama periode akuntansi
dengan mendebit rekening pembelian. Kemudian perusahaan
menambahkan total dalam akun pembelian di akhir dari periode
akuntansi untuk biaya barang yang tersedia untuk dijual selama
periode tersebut”. Disebut sistem periodik karena persediaan akan
diperbaharui nilainya hanya pada akhir periode saja sebelum
penyusunan laporan keuangan.
2.1.2.2 Sistem Pencatatan Persediaan Perpetual
Kieso et al (2011:409-410) menyatakan bahwa, “sistem
persediaan perpetual secara terus menerus menelusuri perubahan
dalam akun persediaan. Yakni, perusahaan mencatat semua
pembelian dan penjualan barang secara langsung di akun
pencatatan persediaan dilakukan secara kontinyu, baik untuk
jumlahnya maupun harga pokoknya, dengan demikian jumlah
maupun biaya persediaan dapat diketahui setiap saat. Meskipun
nilai persediaan akhir dapat diketahui tanpa harus melakukan
pemeriksaan fisik, namun pemeriksaan fisik tetap dapat dilakukan
untuk menyesuaikan antara catatan persediaan dengan pemeriksaan
fisik.
2.1.3 Metode Perhitungan Biaya Persediaan
Perlunya ditetapkan metode perhitungan biaya persediaan
dikarenakan untuk menghindari munculnya masalah akuntansi jika
unit-unit barang sejenis diperoleh dengan harga yang berbeda-beda dalam satu
periode. Dalam kasus seperti ini, pada saat barang akan dijual kembali
perusahaan perlu menentukan biaya per unit agar nantinya dapat dibuat
jurnal akuntansi yang tepat. Metode perhitungan biaya persediaan yang
digunakan dalam penilitian ini adalah sebagai berikut:
2.1.3.1Metode Identifikasi Khusus
Dyckman et al (2000:392) menyatakan bahwa, “metode
identifikasi biaya khusus mensyaratkan bahwa setiap barang yang
disimpan harus ditandai secara khusus sehingga biaya per unitnya
dapat diidentifikasi setiap waktu”. Karena harus memberi kode
tidak praktis, misalnya bila barang yang terlibat berjumlah besar
dan sejenis. Akan sangat susah untuk mengidentifikasi
barang-barang yang identik dengan akurat, kecuali barang-barang-barang-barang seperti
mobil yang memang sudah memiliki nomor seri yang berbeda
antara mobil satu dengan lainnya, atau untuk perhiasan dan juga
barang-barang seni seperti lukisan.
2.1.3.2Metode FIFO (First In First Out)
Dalam metode FIFO, arus biaya searah dengan urutan
terjadinya biaya, sehingga persediaan akhir terdiri atas harga pokok
dari pembelian terakhir (Fess et al, 2006:457). Sebagian besar
perusahaan mengeluarkan barang sesuai dengan urutan
pembeliannya. Hal ini terutama untuk barang-barang yang tidak
tahan lama dan produk-produk yang modelnya cepat berubah,
seperti bahan makanan dan obat-obatan. Jadi, metode FIFO dapat
dikatakan konsisten dengan pergerakan fisik barang dagang. Selain
itu, karena pembebanan biaya ditentukan oleh urutan terjadinya
biaya, maka FIFO memberikan kesempatan kecil untuk
memanipulasi keuntungan. Namun metode FIFO gagal untuk
mencocokkan biaya saat ini terhadap pendapatan saat ini pada
laporan laba rugi. Perusahaan membebankan biaya yang lama
terhadap pendapatan saat ini, yang kemungkinan menyebabkan
2.1.3.3Metode LIFO (Last In First Out)
Belakangan metode LIFO ini tidak digunakan lagi sesuai
dengan PSAK No.14 (revisi 2008) dan Undang-undang Pajak
Penghasilan No.36 Tahun 2008, yang hanya memperbolehkan
perusahaan menggunakan metode FIFO dan metode rata-rata. Dan
hal ini sejalan dengan IFRS (International Financial Reporting
Standards) yang tidak memperbolehkan metode LIFO untuk tujuan
laporan keungan disebabkan pernyataan IASB (International
Accounting Standard Board) yang menyatakan bahwa metode
LIFO tidak memberikan representasi yang handal mengenai aliran
persediaan secara faktual. Dalam metode LIFO, persediaan yang
masuk terakhir akan dikeluarkan pertama kali dari gudang.
Tujuannya adalah untuk membebankan biaya dari pembelian
terakhir dan memberikan biaya yang paling tua pada akun
persediaan. Dengan menggunakan metode LIFO akan mudah untuk
menandingkan biaya dengan pendapatan saat ini, selain itu laba
operasi tidak tercemar oleh untung rugi dari fluktuasi harga.
Namun, pernggunaan metode LIFO ini bertentangan dengan aliran
fisik persediaan sesungguhnya.
2.1.3.4Metode Rata-rata
Dalam sistem pencatatan perpetual metode biaya rata-rata
Biaya per unit untuk masing-masing barang dihitung setiap kali
pembelian dilakukan. Biaya per unit kemudian digunakan untuk
menentukan harga pokok setiap penjualan sampai pembelian
selanjutnya dilakukan dan biaya rata-rata yang baru dihitung
kembali (Fess et al, 2006:462). Karena dicatat setiap kali terjadinya
transaksi, maka metode biaya rata-rata dipandang konsisten dan
sulit untuk dimanipulasi.
Dalam sistem pencatatan periodik metode biaya rata-rata
yang digunakan disebut dengan metode biaya rata-rata tertimbang.
Biaya-biaya dibandingkan terhadap pendapatan sesuai dengan
rata-rata per unit harga pokok penjualan. Biaya rata-rata-rata-rata tertimbang
yang sama akan digunakan dalam menentukan biaya persediaan
barang dagang pada akhir periode (Fess et al, 2006:466).
Perhitungan biaya maupun penjualan barang dagang disini tidak
perlu memperhatikan urutan pembeliannya.
Metode biaya rata-rata dapat dianggap sebagai metode yang
realistis dan paralel dengan arus fisik barang. Tidak seperti metode
persediaan yang lain, pendekatan biaya rata-rata memberikan nilai
yang sama untuk unsur serupa dengan penggunaan yang sama.
Metode ini tidak memperbolehkan manipulasi keuntungan.
Keterbatasan dari metode ini adalah bahwa nilai persediaan dapat
terdapat kenaikan atau penurunan harga yang cepat (Stice et al,
2009 : 588).
2.1.4 Nilai Persediaan
Perusahaan yang merupakan aset inti dalam sebuah perusahaan,
merupakan modal kerja yang akan selalu berputar dan secara terus
menerus akan mengalami perubahan dalam jumlahnya. Kesalahan dalam
investasi persediaan akan berdampak pada kelancaran operasi perusahaan.
Apabila persediaan terlalu kecil maka kegiatan operasi besar
kemungkinannya mengalami penundaan, atau perusahaan beroperasi pada
kapasitas rendah yang pada akhirnya akan menekan keuntungan yang
diperolehnya (Riyanto, 1990) dalam Puspitanigtyas (2002). Sebaliknya,
apabila persediaan terlalu besar maka konsekuensi yang harus ditanggung
perusahaan adalah lambatnya perputaran persediaan. Lambatnya
perputaran persediaan nantinya akan berdampak pada biaya-biaya yang
akan ditanggung perusahaan karena memiliki persediaan tersebut.
Biaya-biaya itu antara lain adalah Biaya-biaya untuk pemeliharaan dan penyimpanan
persediaan. Selain itu perusahaan juga akan menanggung risiko apabila
suatu saat persediaan yang berlebih ini akan usang. Namun, sisi positifnya
dari memiliki persediaan yang besar tentu saja perusahaan akan mampu
memenuhi pesanan dengan cepat. Oleh sebab itu, berbagai metode dicoba
untuk mengatur persediaan dengan tujuan untuk menyeimbangkan antara
terjadi jika kehabisan persediaan (Husna dan Pudjiastuti, 1996) dalam
Purwanto (2005). Pentingnya keberhasilan perusahaan dalam menentukan
besarnya investasi pada persediaan nantinya akan mempengaruhi respon
investor, yang menginginkan modalnya ditanam dalam sebuah perusahaan
yang baik. Apabila investor nantinya tertarik duntuk berinvestasi, maka hal
ini dapat menaikkan harga saham perusahaan, yang juga mencerminkan
kenaikan nilai perusahaan.
2.1.5 Profit Margin
Rasio profit margin menurut Riyanto (1999:37) adalah
perbandingan antara net operating income dengan net sales. Menurut
pendapat Hariyadi (2002:297), rasio profit margin merupakan kemampuan
manajemen untuk mengendalikan biaya operasional dalam hubungannya
dengan penjualan. Semakin rendah biaya per rupiah penjualan, semakin
tinggi pula margin yang diperoleh. Profit margin sendiri berfungsi untuk
memberikan gambaran yang terjadi di industri perusahaan dan juga untuk
mengukur kemampuan manajemen perusahaan dalam menjalankan
kegiatan operasionalnya dengan mengontrol berbagai biaya yang
dikeluarkan untuk pembelian bahan baku, tenaga kerja langsung, dan
overhead pabrik. Dari fungsi tersebut, profit margin dapat mempengaruhi
nilai perusahaan yang ditunjukkan dengan harga saham. Makin rendah
biaya operasi penjualan, makin tinggi profit margin yang diperoleh.
berapa besar persentase pendapatan bersih yang diperoleh dari setiap
penjualan. Semakin besar rasio ini semakin baik karena dianggap
kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba cukup tinggi”.
Perusahaan dengan profit margin lebih tinggi dari perusahaan
sejenis mengindikasikan posisi perusahaan yang kuat di mata konsumen,
dan efisiensi dalam pengelolaan biaya. Ronen dan Sadan (1997:84) dalam
Situmorang (2011) menyatakan bahwa, “laba yang stabil memfasilitasi
para manajer untuk memprediksi secara lebih baik aliran kas masa depan
yang didasarkan pada nilai perusahaan”. Investor perlu mengetahui
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba. Dengan mengetahui
bagaimana kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba, maka
investor dapat menilai apakah perusahaan tersebut profitable atau tidak.
Dengan demikian, perusahaan akan meningkatkan kepercayaan investor
untuk menanamkan modalnya pada perusahaan tersebut.
2.1.6 Nilai Perusahaan
Secara umum setiap perusahaan memiliki tujuan yang sama yaitu
untuk mendapatkan laba yang optimum dan untuk memaksimumkan
kemakmuran pemegang saham untuk menjaga kelangsungan hidup
perusahaan serta untuk mengembangkan usahanya. Dengan laba yang
optimum, maka perusahaan dapat memaksimalkan nilai pemegang
sahamnya. Nilai pemegang saham berbanding lurus dengan nilai
kemakmuran pemegang saham. Sehingga dengan kata lain, dengan laba
yang optimum maka perusahaan dapat meningkatkan kinerjanya dalam
rangka meningkatkan nilai perusahaan sehingga akhirnya dapat
memaksimalkan nilai pemegang saham. Sejalan dengan itu, Levy dan
Sarnat (1990:2) merinci tujuan perusahaan yaitu sebagai berikut:
1. Memaksimalkan laba 2. Memaksimalkan penjualan
3. Mempertahankan eksistensi perusahaan
4. Mencapai tingkat laba tertentu yang memuaskan 5. Mencapai pangsa pasar tertentu
6. Meminimalkan karyawan yang meninggalkan perusahaan
7. Kedamaian internal (adanya pertentangan di antara jajaran manajemen)
8. Memaksimalkan kesejahteraan manajemen
Dari tujuan-tujuan yang dikemukakan di atas dapat disimpulkan bahwa
tujuan perusahaan selain untuk memaksimalkan laba juga untuk
memaksimalkan nilai perusahaannya. Disini terlihat sebegitu pentingnya
nilai perusahaan, sehingga menjadikannya tujuan utama bagi setiap
perusahaan.
Nilai perusahaan pada dasarnya dapat diukur melalui beberapa aspek,
salah satunya adalah dengan harga pasar saham perusahaan, karena harga
pasar saham mencerminkan penilaian investor secara keseluruhan atas
ekuitas perusahaan. Seperti yang dikemukakan oleh Van Horne (1998)
dalam Silaban (2013) bahwa “firm value is represented by the market price
of the company’s common stock” yaitu nilai perusahaan ditunjukkan dari
harga saham perusahaan itu sendiri. Nilai perusahaan merupakan persepsi
Harga saham yang tinggi membuat nilai perusahaan juga tinggi. Nilai
perusahaan lazim diindikasikan dengan yang tinggi akan membuat pasar
percaya atas prospek perusahaan ke depan. Hal itu juga yang menjadi
keinginan para pemililk perusahaan, sebab nilai perusahaan yang tinggi
mengindikasikan kemakmuran pemegang saham juga tinggi.
2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu
[image:33.595.109.518.404.750.2]Penelitian terdahulu dapat dijelaskan melalui tabel berikut ini:
Tabel 2.1
Ringkasan Penelitian Terdahulu
No. Nama Peneliti Judul Penelitian
Variabel
Penelitian
Hasil Penelitian
1. Endang
Puspitaningtyas
(2002)
Analisis
pengaruh
penerapan
metode arus
biaya
persediaan, nilai
persediaan dan
profit margin
terhadap market
value
Variabel
independen
adalah metode
arus biaya
persediaan, nilai
persediaan dan
profit margin.
Variabel
dependen adalah
Metode arus biaya
persediaan, nilai
persediaan, dan
profit margin
berpengaruh
signifikan
terhadap market
value.
perusahaan
manufaktur di
Bursa Efek
Jakarta
market value. persediaan tidak
berpengaruh
signifikan
terhadap market
value.
Nilai persediaan
berpengaruh
signifikan positif
terhadap market
value.
Profit margin
tidak berpengaruh
signifikan
terhadap market
value.
2. Yudha Putriani
Purwanto
(2005)
Analisis
pengaruh
penerapan
metode arus
biaya
persediaan, nilai
Variabel
independen
adalah metode
arus biaya
persediaan, nilai
persediaan dan
Metode arus biaya
persediaan, nilai
persediaan dan
gross profit
margin tidak
persediaan dan
gross profit
margin terhadap
market value
gross profit
margin.
Variabel
dependen adalah
market value.
secara signifikan
terhadap market
value perusahaan.
Metode arus biaya
persediaan tidak
berpengaruh
secara signifikan
tehadap market
value.
Nilai persediaan
memiliki
pengaruh yang
signifikan tehadap
market value.
Gross profit
margin tidak
berpengaruh
secara signifikan
terhadap market
Seluruh variabel
independen
(metode arus
biaya persediaan,
nilai persediaan
dan gross profit
margin) hanya
mampu
menjelaskan
variasi dari
variabel dependen
(market value)
sebesar 42.7%.
Sedangkan
sisanya (100%-
42.7%=57.3%)
dapat dijelaskan
oleh faktor-faktor
lain yang tidak
diikutsertakan di
dalam model.
3. Ika Ratna Sari
(2007)
Analisis
pengaruh
Variabel
independen
Profit margin dan
penerapan
profit margin
dan metode arus
biaya persediaan
terhadap market
value (studi
kasus pada
industri barang
konsumsi yang
terdaftar di BEJ
tahun
2004-2005)
adalah profit
margin dan
metode arus biaya
persediaan .
Variabel
dependen adalah
market value.
persediaan tidak
berpengaruh
signifikan
terhadap market
value.
Profit margin
berpengaruh
signifikan positif
terhadap market
value.
Metode arus biaya
persediaan tidak
berpengaruh
secara signifikan
terhadap market
value.
4. Artha
Situmorang
(2011)
Analisis
pengaruh
metode arus
biaya
persediaan, nilai
Variabel
independen
adalah metode
arus biaya
persediaan, nilai
Secara simultan,
tidak ada
pengaruh yang
signifikan dari
persediaan dan
profit margin
terhadap nilai
perusahaan food
and beverages
yang terdaftar di
BEI
persediaan dan
profit margin.
Variabel
dependen adalah
nilai perusahaan.
persediaan, nilai
persediaan, dan
profit margin
terhadap nilai
perusahaan.
Secara parsial,
nilai persediaan
menunjukkan
pengaruh
signifikan
terhadap nilai
perusahaan.
Sedangkan,
metode arus biaya
persediaan dan
profit margin
tidak berpengaruh
signifikan
terhadap nilai
2.3 Kerangka Konseptual dan Hipotesis Penelitian
2.3.1 Kerangka Konseptual
Iskandar (2008:55) mengemukakan bahwa, “dalam penelitian
kuantitatif, kerangka konseptual merupakan suatu kesatuan kerangka
pemikiran yang utuh dalam rangka mencari jawaban-jawaban ilmiah
terhadap masalah-masalah penelitian”. Kerangka konseptual merupakan
sebuah model yang menjelaskan tentang variabel-variabel dan hubungan
antara variabel-variabel tersebut secara teoritis. Jadi, berdasarkan latar
belakang masalah, tinjauan pustaka, dan hasil penelitian terdahulu, maka
kerangka konseptual dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai
berikut:
H1
H2
H3
[image:39.595.129.521.438.650.2]H4
Gambar 2.1
Kerangka Konseptual
Nilai Perusahaan
(Y) Metode Arus Biaya
Persediaan (X1)
Nilai Persediaan (X2)
Profit Margin
Dari kerangka konseptual tersebut, dapat diketahui bahwa yang
menjadi variabel independen dari penelitian ini adalah metode arus biaya,
nilai persediaan, dan profit margin; sedangkan variabel dependennya
adalah nilai perusahaan. Profit margin menurut Hariyadi (2002:297)
merupakan ukuran kemampuan manajemen untuk mengendalikan biaya
operasional dalam hubungannya dengan penjualan. Makin rendah biaya
operasi penjualan, makin tinggi profit margin yang diperoleh. Sofyan Safri
Harahap (2007:304) mengatakan, “angka ini menunjukkan berapa besar
persentase pendapatan bersih yang diperoleh dari setiap penjualan.
Semakin besar rasio ini semakin baik karena dianggap kemampuan
perusahaan dalam mendapatkan laba cukup tinggi”. Perusahaan dengan
profit margin lebih tinggi dari perusahaan sejenis mengindikasikan posisi
perusahaan yang kuat di mata konsumen, dan efisiensi dalam pengelolaan
biaya. Dengan demikian, profit margin memiliki pengaruh yang positif
terhadap nilai perusahaan.
Persediaan harus diperhatikan karena merupakan komponen utama
dari aset operasi dan langsung mempengaruhi penghitungan laba
(Subramanyam dan Wild, 2012:279). Untuk menilai dan mengukur
persediaan dibutuhkan asumsi atau metode tertentu, yang nantinya asumsi
atau metode ini akan berpengaruh pada penyajian laporan keuangan.
Pentingnya metode arus biaya dalam penilaian persediaan disebabkan oleh
dampaknya pada laba bersih dan penilaian aset. Metode arus biaya
dijual pada harga pokok penjualan (pengurang laba) atau persediaan akhir
(aset lancar). Oleh karenanya, mengalokasi biaya pada persediaan akan
mempengaruhi baik pengukuran laba maupun aset (Subramanyam dan
Wild, 2012:279-280). Setiap perusahaan menginginkan laba yang tinggi,
karena laba yang tinggi menunjukkan kemakmuran pemegang sahamnya,
yang mana berarti nilai perusahaannya tinggi. Dalam proses menentukan
laba dibutuhkan pengetahuan tentang metode akuntansi yang digunakan
perusahaan agar tercapai relevansi laba dalam mengukur kinerja
perusahaan. Kinerja perusahaan dapat memberikan gambaran mengenai
nilai perusahaan.
2.3.2 Hipotesis Penelitian
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap masalah
penelitian. Hipotesis adalah suatu pernyataan yang masih harus diuji
kebenarannya secara empiris (Iskandar, 2008:56). Hipotesis yang
dirumuskan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
H1: metode arus biaya persediaan berpengaruh terhadap nilai perusahaan.
H2: nilai persediaan berpengaruh terhadap nilai perusahaan.
H3: profit margin berpengaruh terhadap nilai perusahaan.
H4: metode arus biaya persediaan, nilai persediaan dan profit margin
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk jenis penelitian asosiatif kausal, yaitu penelitian
yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dua variabel atau lebih
(Sugiyono, 2006:11). Desain kausal berguna untuk mengukur
hubungan-hubungan antarvariabel atau berguna untuk menganalisis bagaimana suatu
variabel mempengaruhi variabel lain. Desain ini juga berguna pada penelitian
yang bersifat ex-post-facto yang mencoba mencari hubungan-hubungan, atau
sebab akibat dari variabel-variabel yang datanya telah terjadi sebelumnya (Umar,
2008:8). Dalam penelitian ini akan dilihat pengaruh metode arus biaya
persediaan, nilai perssediaan, dan profit margin terhadap nilai perusahaan.
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan mengambil data dari website Bursa Efek
Indonesia (BEI), www.idx.co.id yaitu berupa laporan keuangan perusahaan yang
Tabel 3.1
Waktu Penelitian
Tahap
Penelitian Jan. Feb. Mar. Apr. Mei. Jun. Jul. Pengajuan
Judul Penyetujuan
Proposal Penyelesaian
Proposal Bimbingan
Skripsi Penulisan
Skripsi Penyelesaian
Skripsi
3.3 Batasan Operasional
Penelitian ini perlu diberi batasan agar inti dari penelitian yang diteliti
tidak melebar dari yang sudah ditentukan. Peneliti dalam hal ini membatasi
penelitian sebagai berikut:
1. Periodisasi data penelitian mencakup data tahun 2009, 2010, dan 2011.
2. Variabel independen yang diteliti adalah metode arus biaya persediaan,
nilai persediaan, dan profit margin.
3. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah nilai perusahaan.
3.4 Definisi Operasi
Definisi operasional menjelaskan karakteristik dari objek ke dalam
elemen-elemen yang dapat diobservasi yang menyebabkan konsep dapat diukur
dapat mengumpulkan, mengukur, atau menghitung informasi melalui logika
empiris (Erlina, 2011:48).
3.4.1 Variabel Independen
Variabel independen adalah variabel yang mempengaruhi atau
yang menjadi sebab perubahan/timbulnya variabel dependen (Sugiyono,
2006:33). Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini
adalah:
3.4.1.1Metode arus biaya persediaan
Metode arus biaya persediaan merupakan metode yang
digunakan oleh perusahaan untuk menghitung harga pokok
persediaan selama masa pengamatan. Variabel ini ditunjukkan oleh
variabel dummy, dimana ada dua pilihan yaitu metode FIFO dan
metode rata-rata tertimbang, dengan indikator penilaian variabel
adalah 0 untuk metode rata-rata dan 1 untuk metode FIFO.
3.4.1.2Nilai persediaan
Persediaan merupakan aset inti dan penting dalam
perusahaan, untuk itu perlu diperhatikan karena merupakan
komponen utama dari aset operasi dan langsung mempengaruhi
perhitungan laba.
3.4.1.3Profit Margin
Profit margin didapat dari laba dibagi dengan nilai
penjualan selama satu periode terakhir. Profit margin merupakan
nilai sisa dari jumlah dana yang telah dibayarkan untuk biaya
operasional perusahaan.
3.4.2 Variabel Dependen
Sugiyono (2006:33) mengatakan bahwa, “variabel dependen adalah
variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat adanya variabel
bebas”. Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah
nilai perusahaan yang diukur dengan market to book value of assets ratio.
[image:45.595.107.537.639.743.2]
Tabel 3.2
Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Variabel Definisi Operasional Indikator Skala
Metode Arus
Biaya
Persediaan
(X1)
Metode perhitungan
harga pokok yang
digunakan oleh
perusahaan selama
1 (satu) = metode rata-rata
0 (nol ) = metode FIFO
periode pengamatan Nilai Persediaan (X2) Mengatur persediaan, dengan tujuan menyeimbangkan antara
biaya yang timbul
karena memiliki
persediaan dan kerugian
yang mungkin terjadi
jika kekurangan
persediaan
Nilai Persediaan =
Ln Nilai Persediaan Akhir
Rasio Profit Margin Menilai kemampuan manajemen perusahaan dalam mengontrol berbagai pengeluaran
yang dikeluarkan dalam
rangka menhasilkan
penjualan
Profit Margin =
Rasio Nilai Perusahaan (MTBVAR) Menunjukkan gabungan
antara aset di tempat
dengan kesempatan
investasi
Nilai Perusahaan (MTBVAR) =
Rasio
3.5 Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi adalah sekelompok entitas yang lengkap yang dapat berupa
orang, kejadian, atau benda yang mempunyai karakteristik tertentu, yang berada
dalam suatu wilayah dan memenuhi syarat-syarat tententu yang berkaitan dengan
masalah penelitian. Sampel adalah bagian populasi yang digunakan untuk
memperkirakan karakteristik populasi (Erlina, 2011:80-81). Populasi yang
digunakan dalam penelitian ini adalah populasi perusahaan barang konsumsi yang
konsumsi yang terdaftar di BEI adalah sebanyak 34 emiten. Metode penentuan
sampel yang digunakan adalah purposive sampling. Penggunaan metode ini
bertujuan untuk mendapatkan sampel yang konsisten dan representatif sesuai
dengan kriteria-kriteria yang digunakan. Kriteria penentuan sampel dalam
penelitian ini adalah:
1. Perusahaan barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)
tahun 2009, 2010, 2011.
2. Perusahaan yang tidak delisting dari BEI selama periode pengamatan
(tahun 2009-2011).
3. Perusahaan tidak mengubah kebijakan perusahaan selama periode
penelitian.
4. Perusahaan tersebut menerapkan satu metode persediaan secara konsisten
yaitu metode FIFO atau metode rata-rata.
Berdasarkan kriteria tersebut, maka didapat sampel perusahaan berjumlah 16
Tabel 3.3
Daftar Perusahaan yang Menjadi Sampel
NO NAMA PERUSAHAAN KODE
KRITERIA PENENTUAN
SAMPEL SAMPEL
1 2 3 4
1 Akasha Wira International Tbk ADES X
2 Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk AISA X
3 Tri Banyan Tirta Tbk ALTO X X X X
4 Cahaya Kalbar Tbk CEKA Sampel 1
5 Davomas Abadi Tbk DAVO X X X X
6 Delta Djakarta Tbk DLTA Sampel 2
7 Darya Varia Laboratoria Tbk DVLA Sampel 3
8 Gudang Garam Tbk GGRM X
9 Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk HMSP X
10 Indofood CBP Sukses Makmur Tbk ICBP X X
11 Indofood Sukses Makmur Tbk INDF X
12 Indofarma Tbk INAF Sampel 4
13 Kimia Farma Tbk KAEF X
14 Kedaung Setia Industrial Tbk KDSI X
15 Kadaung Indah Can Tbk KICI Sampel 5
16 Kalbe Farma Tbk KLBF X
17 Langgeng Makmur Industry Tbk LMPI Sampel 6
18 Martina Berto Tbk MBTO X
19 Merck Tbk MERK Sampel 7
20 Multi Bintang Indonesia MLBI X
21 Mustika Ratu Tbk MRAT Sampel 8
22 Mayora Indah Tbk MYOR X
23 Prashida Aneka Niaga Tbk PSDN X
24 Pyridarma Farma Tbk PYFA Sampel 9
25 Nippon Indosari Corporindo Tbk ROTI X X
26 Bantoel International Investama Tbk RMBA Sampel 10
27 Schering Plough Indonesia Tbk SCPI Sampel 11
28 Sekar Laut Tbk SKLT Sampel 12
29 Siantar Top Tbk STTP X
30 Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk SQBI Sampel 13
31 Mandom Indonesia Tbk TCID Sampel 14
33 Tempo Scan Pacific Tbk TSPC X
33 Ultrajaya Milk Industry and Trading Company Tbk
ULTJ Sampel 15
34 Unilever Indonesia Tbk UNVR Sampel 16
3.6 Jenis Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif dan
merupakan data sekunder. Data kuantitatif adalah data yang berupa angka-angka.
Sedangkan data sekunder dikumpullkan dari sumber-sumber tercetak, dimana data
itu telah dikumpulkan oleh pihak lain sebelumnya (Erlina, 2011:31). Sifat dari
data dalam penelitian ini adalah time series, dimana penelitian in mengambil data
dari 16 perusahaan barang konsumsi selama periode 3 tahun (series), yaitu dari
tahun 2009 sampai dengan tahun 2011.
3.7 Metode Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan mertode pengumpulan data dokummentasi.
Metode dokumentasi adalah metode penngumpulan data pada benda-benda
tertulis (Arikunto, 2002:158). Data dikumpulkan dari data sekunder yang berupa
laporan keuangan, dokumen-dokumen, laporan yang dipublikasikan, buku-buku,
jurnal ilmiah, catatan-catatan, dan informasi lainnya yang diperoleh dari internet.
3.8 Teknik Analisis Data
Dalam penelitian ini digunakan analisis data kuantitatif untuk mengetahui
pengaruh dari variabel independen baik secara sendiri-sendiri maupun secara
bersama-sama. Untuk mengetahui hubungan antara variabel independen dengan
variabel dependen dapat dilakukan dengan analisis regresi berganda. Persamaan
umum dari regresi berganda adalah sebagai berikut:
Dimana:
Y = nilai perusahaan
α = konstanta
βi = koefisien regresi
X1 = metode arus biaya persediaan
X2 = nilai persediaan
X3 = profit margin
e = error
Koefisien b akan bernilai positif jika antara variabel independen dengan
variabel dependen menunjukkan hubungan yang searah, dimana kenaikan variabel
independen akan mengakibatkan kenaikan variabel dependen atau penurunan
variabel independen akan mengakibatkan penurunan variabel dependen. Dan b
akan bernilai negatif apabilan hubungan antara variabel independen dan variabel
dependen berlawanan arah.
Untuk menghasilkan model persamaan yang baik, makan analisis regresi
memerlukan pengujian asumsi klasik sebelum melakukan pengujian hipotesis.
3.8.1 Pengujian Asumsi Klasik
Pengujian asumsi klasik tersebut meliputi:
3.8.1.1 Uji Normalitas
Menurut Umar (2008:77), “uji normalitas berguna untuk
berdistribusi normal, mendekati normal atau tidak”. Untuk
mendeteksi apakah data berdistribusi normal atau tidak dapat
diketahui dengan menggambarkan penyebaran data melalui sebuah
grafik. Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti
arah garis diagonalnya, model regresi memenuhi asumsi
normalitas. Uji kenormalan data juga bisa dilakukan tidak
berdasarkan grafik, misalnya dengan uji Kolmogorov-Smirnov.
Kriteria pengambilan keputusannya adalah apabila nilai signifikan
lebih kecil daripada 0,05 berarti distribusi data tidak normal.
Sebaliknya, apabila nilai signifikan lebih besar daripada 0,05
berarti distribusi data normal.
3.8.1.2 Uji Multikolinearitas
Menurut Umar (2008:80), “uji multikolinearitas berguna
untuk mengetahui apakah pada model regresi yang diajukan telah
ditemukan korelasi kuat antarvariabel independen. Jika terjadi
korelasi kuat, maka terdapat masalah multikolinearitas yang harus
diatasi”. Pengujian multikolinearitas dilakukan dengan melihat
nilai Variance Inflaction Factor (VIF) dan nilai tolerance. Batasan
yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya multikolinearitas
3.8.1.3 Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas dilakukan untuk mengetahui apakah
dalam sebuah model regresi, terjadi ketidaksamaan varians dari
residual suatu pengamatan ke pengamatan lain. Jika dari residual
suatu pengamatan ke pengamatan lain tetap, disebut
homoskedastisitas, sedangkan untuk varians yang berbeda disebut
heteroskedastisitas (Umar, 2008:82). Persamaan regresi yang
terjadi memiliki sifat heteroskedastisitas apabila titik-titik yang ada
mengikuti pola tertentu yang teratur.
3.8.1.4 Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model
regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada
periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1
(sebelumnya) (Ghozali, 2005:95). Masalah autokorelasi paling
sering terjadi pada data time series karena gangguan pada seorang
individu/kelompok cenderung mempengaruhi gangguan pada
individu/kelompok yang sama pada periode berikutnya. Cara yang
dapat dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya autokorelasi adalah
dengan melakukan uji Durbin Watson. Pengambilan keputusan ada
atau tidaknya autokorelasi dapat dilihat dari kriteria berikut ini:
2. Bila nilai DW di antara -2 sampai +2 berarti tidak ada
autokorelasi.
3. Bila nilai DW di atas +2 berarti ada autokorelasi negatif.
3.8.2 Pengujian Hipotesis
Berikut ini cara-cara untuk menguji hipotesis yang telah diajukan:
3.8.2.1Uji Signifikan Simultan (Uji F)
Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua
variabel independen atau bebas yang dimasukkan ke dalam model
mempunyai pengeruh secara bersama-sama terhadap variabel
dependen/terikat (Ghozali, 2005:84). Kriteria pengambilan
keputusannya adalah sebagai berikut:
Quicklook: bila nilai F lebih besar daripada 4 maka H0 dapat
ditolak pada tingkat kepercayaan 5%. Dengan kata lain, kita
menerima Ha, yang menyatakan bahwa semua variabel
independen secara serentak dan signifikan mempengaruhi
variabel dependen.
Membandingkan nilai Fhitung dengan nilai Ftabel. Apabila nilai
Fhitung > Ftabel, maka H0 ditolak dan Ha diterima. Artinya, semua
variabel independen secara serentak dan signifikan
3.8.2.2Uji Signifikan Parsial (Uji t)
Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh
pengaruh satu variabel penjelas/independen secara individual
dalam menerangkan variabel independen (Ghozali, 2005:84).
Hipotesis nol (H0) yang hendak diuji adalah sebagai berikut: - H0: βi = 0
Artinya apakah suatu variabel independen bukan merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel dependen.
- Ha: βi ≠ 0
Artinya variabel tersebut merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel dependen.
Kriteria pengambilan keputusannya adalah sebagai berikut:
Quicklook: bila jumlah degree of freedom (df) adalah 20 atau
lebih, dengan tingkat kepercayaan sebesar 5%, maka H0: βi = 0
dapat ditolak bila nilai t lebih besar dari 2 (dalam nilai absolut). Dengan kata lain, kita menerima Ha yang menyatakan bahwa suatu variabel independen secara individual mempengaruhi variabel dependen.
Membandingkan nilai statistik t dengan titik kritis menurut
tabel. Apabila nilai statistik thitung > ttabel berarti kita menerima
Ha yang menyatakan bahwa suatu variabel independen secara
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Data Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode analisis statistik dengan menggunakan
persamaan regresi berganda. Pengolahan data dimulai dengan Microsoft Excel,
selanjutnya dilakukan pengujian asumsi klasik dan pengujian regresi berganda.
Pengujian asumsi klasik dan regresi berganda dilakukan dengan menggunakan
software SPSS versi 17.0. prosedur dimulai dengan memasukkan
variabel-variabel penelitian ke program SPSS tersebut dan menghasilkan output sesuai
metode analisis yang telah ditentukan. Populasi dari penelitian ini adalah
perusahaan barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Setelah
dilakukan pemilihan sampel dengan teknik purposive sampling, diperoleh 16
perusahaan yang memenuhi kriteria dan dijadikan sampel dan diamati selama
periode 2009-2011.
4.2 Analisis Hasil Penelitian
4.2.1 Analisis Statistik Deskriptif
Analisis statistik deskriptif adalah cara analisis dengan
menggambarkan kumpulan data atau hasil pengamatan sebagaimana
adanya, tanpa adanya generalisasi pada kesimpulannya. Dalam statistik
deskriptif ini akan dijelaskan mengenai nilai minimum, nilai maksimum,
independen dan variabel dependen. Informasinya seperti yang ditunjukkan
[image:56.595.153.511.240.397.2]oleh tabel berikut ini:
Tabel 4.1
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Metode Arus Biaya Persediaan
Nilai Persediaan Profit Margin 48 48 48 .00 2.13 -.09 1.00 4.12 .35 .7500 3.8611 .0848 .43759 .75671 .09901
Nilai Perusahaan 48 .05 12.66 2.0128 2.48116
Valid N (listwise) 48
Sumber: Output SPSS, diolah penulis 2013
Dari tabel 4.1 di atas, dapat dijelaskan bahwa:
1. Variabel metode arus biaya persediaan (X1) memiliki nilai
minimum sebesar 0.00 dan nilai maksimum sebesar 1.00. Nilai
rata-rata dari metode arus biaya persediaan sebesar 0.7500
dengan standar deviasi sebesar 0.43759. Jumlah data yang
digunakan adalah sebanyak 48.
2. Variabel nilai persediaan (X2) memiliki nilai minimum sebesar
2.13 dan nilai maksimum sebesar 4.12. Nilai rata-rata dari nilai
persediaan sebesar 3.8611 dengan standar deviasi sebesar
0.75671. Jumlah data yang digunakan adalah sebanyak 48.
adalah 0.0848 dengan standar deviasi sebesar 0.09901. Jumlah
data yang digunakan adalah sebanya 48.
4. Variabel nilai perusahaan (Y) memiliki nilai minimum 0.05 dan
nilai maksimum 12.66. Nilai rata-rata dari nilai perusahaan
adalah 2.0128 dengan standar deviasi 2.48116. Jumlah data
yang digunakan adalah sebanyak 48.
4.2.2 Pengujian Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik adalah persyaratan statistik yang harus dipenuhi
pada analisis regresi linear berganda yang berbasis ordinary least square
(OLS) untuk mengetahui apakah hasil estimasi regresi yang dilakukan
tidak terdapat gejala heteroskedastisitas, multikolinearitas, dan
autokorelasi. Model regresi akan dapat dijadikan alat estimasi yang tidak
bias jika telah memenuhi persyaratan BLUE (best linear unbiased
estimator) yakni tidak terdapat heteroskedastisitas, tidak terdapat
multikolinearitaas, dan tidak terdapat autokorelasi (Sudrajat, 1988:164).
4.2.2.1Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam
model regresi, variabel pengganggu atau residua