• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Higiene Ibu Dan Anak Serta Sanitasi Dasar Dengan Kejadian Diare Pada Balita Di Desa Sijambur Kecamatan Ronggurnihuta Kabupaten Samosir Tahun 2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Hubungan Higiene Ibu Dan Anak Serta Sanitasi Dasar Dengan Kejadian Diare Pada Balita Di Desa Sijambur Kecamatan Ronggurnihuta Kabupaten Samosir Tahun 2015"

Copied!
138
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN HIGIENE IBU DAN ANAK SERTA SANITASI DASAR DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI DESA SIJAMBUR

KECAMATAN RONGGURNIHUTA KABUPATEN SAMOSIR TAHUN 2015

SKRIPSI

OLEH :

DELIMA SIMBOLON NIM. 111000064

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

HUBUNGAN HIGIENE IBU DAN ANAK SERTA SANITASI DASAR DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI DESA SIJAMBUR

KECAMATAN RONGGURNIHUTA KABUPATEN SAMOSIR TAHUN 2015

Skripsi ini Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh :

DELIMA SIMBOLON NIM. 111000064

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)
(4)

ABSTRAK

Diare masih merupakan masalah kesehatan di Indonesia. Menurut Riskesdas 2007 sebesar 21% diare menyebabkan kematian pada balita. Berdasarkan Profil Kesehatan Kabupaten Samosir Pada tahun 2008 ditemukan kasus diare sebanyak 4.223 kasus, dimana sebanyak 1.668 penderita diare pada anak balita dan telah mendapat penanganan. Kondisi higiene ibu dan anak serta sanitasi dasar dapat menjadi salah satu faktor resiko kejadian diare pada balita.

Tujuan penelitian adalah mengetahui hubungan higiene ibu dan anak (Cuci Tangan Pakai Sabun dan Perilaku Buang Air Besar) serta sanitasi dasar dengan kejadian diare pada balita di Desa Sijambur Kecamatan Ronggurnihuta Kabupaten Samosir Tahun 2015. Jenis penelitian adalah survei analitik dengan desain cross

sectional. Sampel adalah 70 ibu dan dipilih dengan sistematic random sampling.

Data dianalisis dengan chi square dengan p<0,05.

Hasil penelitian menunjukkan sebesar 35,7% balita menderita diare. Higiene ibu kategori baik untuk cuci tangan pakai sabun sebesar 35,7% dan 44,3% perilaku buang air besar sedangkan higiene anak kategori baik untuk cuci tangan pakai sabun sebesar 35,7% dan 61,4% perilaku buang air besar. Ada hubungan bermakna antara higiene ibu yaitu cuci tangan pakai sabun dan perilaku buang air besar dengan kejadian diare pada balita dengan nilai p=0,034, p=0,049 pada ibu sedangkan anak tidak ada hubungan yang bermakna dengan nilai p=0,629 dan p=0,400 pada anak. Seluruh rumah memiliki sanitasi dasar tidak memenuhi syarat kesehatan tapi apabila dianalisis per variabel maka ada hubungan antara kepemilikan jamban (p=0,026), SPAL (p=0,011) dan tempat pembuangan sampah (p=0,005), tidak ada hubungan bermakna antara sumber air bersih (p=0,676).

Diharapkan kepada ibu agar tetap menjaga kesehatan diri dan anaknya serta lingkungan untuk mencegah terjadinya diare pada balita dan menambah pengetahuan tentang diare.

(5)

ABSTRACT

Diarrhea is still a health problem in Indonesia. Based on data Riskesdas 2007 there were 21% diarrhea disease causing death children under five years. Based on data Profil Kesehatan Kabupaten Samosir in 2008 finded 4.223 diarrhea cases and 1.668 on children under five years already have medical treatment. Mother and child hygiene and basic sanitation can be a risk factors diarrhea incident.

The purpose of this research to know the relationship of mother and child hygiene (washing hands with soap and attitude of defecation) and also basic sanitation with incident of diarrhea in Sijambur village Ronggurnihuta subdistrict Samosir regency in 2015. This type of research was survey analytic by cross sectional design. Sample is 70 mothers and selected with systematic random sampling. Data were analyzed by using chi square and p< 0,05.

The result showed that 35,7% suffer diarrhea on children under five years. The amount of mother and child hygiene good category (washing hand with soap and attitude of defecation is 35,7% and 44,3% for mother hygiene then 35,7% and 61,4% for child hygiene. There is a relationship mother to incident diarrhea on children under five years. p value for mother hygiene is p= 0,034 and p= 0,049 while no relationship child hygiene with p= 0,629 and p= 0,400. All sample have basic sanitation unqualified criteria but if variabels analysis one by one there is a relationship between latrine ownership (p= 0,026), severage (p= 0,011) and garbage dump (0,005) but no relationship to water source (p= 0,676).

It’s recommended to mothers taking care health self, child and environment to prevent incident diarrhea on children under five years and going to know more about diarrhea information.

(6)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas

segala rahmat dan kuasa dan kasih setiaNya sehingga penulis dapat

menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan judul : “Hubungan Higiene Ibu Dan

Anak Serta Sanitasi Dasar Dengan Kejadian Diare Pada Balita Di Desa Sijambur Kecamatan Ronggurnihuta Kabupaten Samosir Tahun 2015”.

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

Kesehatan Masyarakat (SKM) di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas

Sumatera Utara.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis tidak terlepas dari bantuan serta

bimbingan dari berbagai pihak sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan

baik. Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati, penulis mengucapkan

terimakasih kepada orangtuaku terkasih Jonter Simbolon dan Mesti Sinurat

yang telah memberikan segala dukungan moril dan materil serta perhatian dan

doa. Dengan segala kerendahan hati juga penulis ucapkan kepada Ir. Evi Naria,

M.Kes selaku dosen pembimbing I dan Dra.Nurmaini, MKM, Ph.D selaku dosen

pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan arahan, petunjuk dan

saran-saran dalam penyusunan skripsi ini.

Ucapan terimakasih juga penulis sampaikan kepada :

1. DR.Drs.Surya Utama,M.S selaku dekan FKM USU

2. Dra.Nurmaini.MKM,Ph.D selaku dosen penguji II, Prof,DR.Dra.Irnawati

Marsaulina,MS selaku dosen penguji III dan DR.dr.Taufik Ashar MKM

selaku dosen penguji IV yang sudah banyak memberikan masukan dan arahan

yang membangun

3. Ir.Evi Naria, M.Kes selaku dosen pembimbing I dan ketua departemen yang

sabar membimbing dan mengarahkan penulis dalam menulis skripsi ini

4. Bapak/ibu dosen FKM USU dan dosen departemen kesehatan lingkungan

5. drg, Doar Siregar selaku kepala Puskesmas Ronggurnihuta Kabupaten

Samosir

(7)

7. Teristimewa orangtuaku tercinta ayahanda Jonter Simbolon dan Mesti Sinurat

telah memberikan pengertian, motivasi, semangat dan dukungan moril

maupun materil serta doa yang luar biasa.Thanks ayah ibu.

8. Saudaraku terkasih Hepri Doli Simbolon, Lasmian Simbolon, Joko Suento

Simbolon, Camelina Simbolon, Rapael Simbolon dan Barli Prima Simbolon

yang telah memberikan semangat dan dukungan yang hangat

9. Teman teman KTB Tabita (Kak Ira, Yohana, Mei, Martha, Elisabeth dan

Lamtiur) yang memberikan semangat, doa dan dukungan

10.Adik-adik tercinta Evangeline (Veni, Kristin, Lydia, Indriani, Meli, Eni Dan

Arliantini) atas dukungan dan doanya

11.Teman-temanku (Yanti, Rika, Friska, Nova, Tetty si Cicak, Putri, Renta,

Erniwati dan Herna), terimakasih atas dukungannya

12.Teman-teman seperjuangan (PBL dan LKP) yang saling memberikan

dukungan dan semangat serta teman-teman semua yang tidak bisa disebutkan

satu per satu yang telah memberikan dukungan dan doan

Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari kesempurnaan

sehingga membutuhkan banyak masukan dan kritikan dari berbagai pihak yang

sifatnya membangun dan memperkaya materi skripsi ini. Namun demikian,

penulis berharap semoga skripsi ini dapat menjadi sumbangan yang berguna bagi

ilmu pengetahuan khususnya dalam ilmu kesehatan masyarakat.

Medan, Oktober 2015

Penulis

(8)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Delima Simbolon

Tempat/Tanggal Lahir : Nahornop/21 Agustus 1993

Agama : Katolik

Ayah : Jonter Simbolon

Ibu : Mesti Sinurat

Anak ke : 3 dari 7 bersaudara

Status Perkawinan : Belum Menikah

Alamat Rumah : Nahornop-Samosir

RIWAYAT PENDIDIKAN

1. SD Negeri 9 Sijambur : Tahun 1999-2005

2. SMP Negeri 1 Ronggurnihuta : Tahun 2005-2008

3. SMA Negeri 1 Pangururan : Tahun 2008-2011

(9)

DAFTAR ISI

Halaman Halaman Pengesahan

Abstrak……….. i

Abstract………... ` ii

Kata Pengantar... iii

Daftar Isi……… vi

Daftar Tabel………... v

Daftar Gambar………... vii

Daftar Lampiran……….... viii

Daftar Riwayat Hidup... ix

BAB 1 PENDAHULUAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1Penyakit Berbasis Lingkungan……… 7

2.2Diare……….………… 7

2.2.1 Pengertian Diare……….. 7

2.2.2 Klasifikasi Diare……….. 8

2.2.3 Etiologi Diare……….. 8

2.2.4 Tanda dan Gejala Diare……….. 10

2.2.5 Patofisiologi Diare……….. 11

2.2.6 Epidemiologi Diare……….. 12

2.2.7 Penularan Diare……… 13

2.2.8 Teori Simpul Penularan Diare……….. 13

2.2.9 Distribusi dan Frekuensi………... 15

2.2.10 Penatalaksanaan Diare……….. 16

2.3Faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian diare………... 20

2.3.1 Higiene………. 20

2.3.2 Sanitasi Dasar……..……..………... 30

2.4Kerangka Konsep………. 34

BAB III METODE PENELITIAN 3.1Jenis Penelitian………...………. 35

3.2Lokasi dan Waktu Penelitian………..………. 35

3.3Populasi dan Sampel………...………. 35

3.4Metode Pengumpulan Data………..……… ... 38

3.5Variabel dan Defenisi Operasional……….………. 39

3.6Aspek Pengukuran……….………... 41

(10)

BAB IV HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Penelitian ……… 50

4.2Hasil Penelitian...………..……….. 50

4.2.1 Analisis Univariat 4.2.1.1 Karakteristik Ibu……….………. 51

4.2.1.2 Karakteristik Balita…………...………. 53

4.2.1.3 Higiene Ibu dan Anak……….. 54

4.2.1.4 Saniasi Dasar……… 60

4.2.1.5 Kejadian Diare……….. 62

4.2.2 Analisis Bivariat ………... 62

4.3.1 Hubungan antara Higiene Ibu dengan Kejadian Diare……….... 62

4.3.2 Hubungan antara Higiene Anak dengan Kejadian Diare………. 63

4.3.3 Hubungan antara Sanitasi Dasar dengan Kejadian Diare……… 64

BAB V PEMBAHASAN 5.1 Karakteristik Responden... 67

5.2 Hubungan Higiene Ibu dan Anak dengan Kejadian Diare pada Balita….... 67

5.3 Hubungan Sanitasi Dasar dengan Kejadian Diare pada Balita………….... 70

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ………...………... 75

6.2 Saran………..… 76

(11)

DAFTAR TABEL

Table 4.1 Distribusi Responden Menurut Tingkat Pendidikan di Desa

Sijambur Kecamatan Ronggurnihuta Tahun 2015………51

Tabel 4.2 Distribusi Responden Menurut Pekerjaan di Desa Sijambur

Kecamatan Ronggurnihuta Kabupaten Samosir Tahun

2015………52

Tabel 4.3 Distribusi Responden Menurut Umur di Desa Sijambur Kecamatan Ronggurnihuta Kabupaten Samosir Tahun 2015

………...52

Tabel 4.4 Distribusi Balita Menurut Umur di Desa Sijambur Kecamatan

Ronggurnihuta Kabupaten Samosir Tahun 2015 ………..53

Tabel 4.5 Distribusi Balita Menurut Jenis Kelamin di Desa Sijambur Kecamatan Ronggurnihuta Kabupaten Samosir Tahun 2015

………53

Tabel 4.6 Gambaran Cuci Tangan Pakai Sabun pada ibu di Desa Sijambur

Kecamatan Ronggurnihuta Kabupaten Samosir Tahun

2015…...….54

Tabel 4.7 Kategori Cuci Tangan Pakai Sabun pada Ibu di Desa SijamburKecamatan Ronggurnihuta Kabupaten Samosir Tahun

2015………55

Tabel 4.8 Gambaran Cuci Tangan Pakai Sabun pada Anak di Desa Sijambur

Kecamatan Ronggurnihuta Kabupaten Samosir Tahun

2015……...56

Tabel 4.9 Kategori Cuci Tangan Pakai Sabun pada Anak di Desa Sijambur

Kecamatan Ronggurnihuta Kabupaten Samosir Tahun

2015... 57

Tabel 4.10 Gambaran Perilaku Buang Air Besar Pada Ibu Di Desa Sijambur

Kecamatan Ronggurnihuta Kabupaten Samosir Tahun

2015…...….57

Tabel 4.11 Kategori Perilaku Buang Air Besar pada Ibu di Desa Sijambur Kecamatan Ronggurnihuta Kabupaten Samosir Tahun 2015... 58

Tabel 4.12 Gambaran Perilaku Buang Air Besar Pada Anak Di Desa Sijambur

Kecamatan Ronggurnihuta Kabupaten Samosir Tahun

(12)

Tabel 4.13 Kategori Perilaku Buang Air Besar pada Anak di Desa Sijambur Kecamatan Ronggurnihuta Kabupaten Samosir Tahun 2015... 59

Tabel 4.14 Distribusi Sanitasi Dasar Rumah Responden di Desa Sijambur

Kecamatan Ronggurnihuta Kabupaten Samosir Tahun 2015……60

Tabel 4.15 Distribusi Proporsi Kejadian Diare pada Balita di Desa Sijambur

Kecamatan Ronggurnihuta Kabupaten Samosir Tahun

2015………62

Tabel 4.16 Hubungan Higiene Ibu Dengan Kejadian Diare pada Balita di Desa Sijambur Kecamatan Ronggurnihuta Kabupaten Samosir Tahun

2015………... 61

Tabel 4.17 Hubungan Higiene Anak Dengan Kejadian Diare pada Balita di Desa Sijambur Kecamatan Ronggurnihuta Kabupaten Samosir

Tahun 2015……… 63

(13)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Skema Teori Simpul Kejadian Diare……….... 15

Gambar 2 Cara Membuat Dan Memberikan Oralit………... 18

Gambar 3 Langkah Cuci Tangan Pakai Sabun Yang Benar……….. 23

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Kuisioner

Lampiran 2. Surat Izin Penelitian

Lampiran 3. Surat Keterangan Selesai Penelitian

Lampiran 4. Master Data

Lampiran 5. Output Penelitian

(15)

ABSTRAK

Diare masih merupakan masalah kesehatan di Indonesia. Menurut Riskesdas 2007 sebesar 21% diare menyebabkan kematian pada balita. Berdasarkan Profil Kesehatan Kabupaten Samosir Pada tahun 2008 ditemukan kasus diare sebanyak 4.223 kasus, dimana sebanyak 1.668 penderita diare pada anak balita dan telah mendapat penanganan. Kondisi higiene ibu dan anak serta sanitasi dasar dapat menjadi salah satu faktor resiko kejadian diare pada balita.

Tujuan penelitian adalah mengetahui hubungan higiene ibu dan anak (Cuci Tangan Pakai Sabun dan Perilaku Buang Air Besar) serta sanitasi dasar dengan kejadian diare pada balita di Desa Sijambur Kecamatan Ronggurnihuta Kabupaten Samosir Tahun 2015. Jenis penelitian adalah survei analitik dengan desain cross

sectional. Sampel adalah 70 ibu dan dipilih dengan sistematic random sampling.

Data dianalisis dengan chi square dengan p<0,05.

Hasil penelitian menunjukkan sebesar 35,7% balita menderita diare. Higiene ibu kategori baik untuk cuci tangan pakai sabun sebesar 35,7% dan 44,3% perilaku buang air besar sedangkan higiene anak kategori baik untuk cuci tangan pakai sabun sebesar 35,7% dan 61,4% perilaku buang air besar. Ada hubungan bermakna antara higiene ibu yaitu cuci tangan pakai sabun dan perilaku buang air besar dengan kejadian diare pada balita dengan nilai p=0,034, p=0,049 pada ibu sedangkan anak tidak ada hubungan yang bermakna dengan nilai p=0,629 dan p=0,400 pada anak. Seluruh rumah memiliki sanitasi dasar tidak memenuhi syarat kesehatan tapi apabila dianalisis per variabel maka ada hubungan antara kepemilikan jamban (p=0,026), SPAL (p=0,011) dan tempat pembuangan sampah (p=0,005), tidak ada hubungan bermakna antara sumber air bersih (p=0,676).

Diharapkan kepada ibu agar tetap menjaga kesehatan diri dan anaknya serta lingkungan untuk mencegah terjadinya diare pada balita dan menambah pengetahuan tentang diare.

(16)

ABSTRACT

Diarrhea is still a health problem in Indonesia. Based on data Riskesdas 2007 there were 21% diarrhea disease causing death children under five years. Based on data Profil Kesehatan Kabupaten Samosir in 2008 finded 4.223 diarrhea cases and 1.668 on children under five years already have medical treatment. Mother and child hygiene and basic sanitation can be a risk factors diarrhea incident.

The purpose of this research to know the relationship of mother and child hygiene (washing hands with soap and attitude of defecation) and also basic sanitation with incident of diarrhea in Sijambur village Ronggurnihuta subdistrict Samosir regency in 2015. This type of research was survey analytic by cross sectional design. Sample is 70 mothers and selected with systematic random sampling. Data were analyzed by using chi square and p< 0,05.

The result showed that 35,7% suffer diarrhea on children under five years. The amount of mother and child hygiene good category (washing hand with soap and attitude of defecation is 35,7% and 44,3% for mother hygiene then 35,7% and 61,4% for child hygiene. There is a relationship mother to incident diarrhea on children under five years. p value for mother hygiene is p= 0,034 and p= 0,049 while no relationship child hygiene with p= 0,629 and p= 0,400. All sample have basic sanitation unqualified criteria but if variabels analysis one by one there is a relationship between latrine ownership (p= 0,026), severage (p= 0,011) and garbage dump (0,005) but no relationship to water source (p= 0,676).

It’s recommended to mothers taking care health self, child and environment to prevent incident diarrhea on children under five years and going to know more about diarrhea information.

(17)

Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan jumlah tinja yang lebih

banyak dari biasanya (normal 100-200 ml per jam), dengan tinja berbentuk cairan

atau setengah cairan (setengan padat), dapat pula disertai frekuensi defekasi yang

meningkat (Haryono, 2012). Diare adalah kehilangan cairan dan elektrolit secara

berlebihan yang terjadi karena frekuensi satu kali atau lebih buang air besar

dengan tinja yang encer atau cair (Ode, 2012).

Penyakit diare masih merupakan masalah masyarakat di Indonesia sampai

saat ini. Diare adalah penyebab kematian yang kedua pada anak balita setelah

pneumonia. Diperkirakan 4 milyar kasus diare terjadi setiap tahun pada anak

balita di seluruh dunia. Setiap tahun 1,5 juta anak balita meninggal karena diare.

Dari daftar urutan penyebaran kunjungan Puskesmas/Balai Pengobatan, hampir

selalu termasuk dalam kelompok 3 penyebab utama ke Puskesmas. Angka

kesakitannya adalah sekitar 200-400 kejadian diare diantara 1000 penduduk setiap

tahunnya. Dengan demikian di Indonesia diperkirakan ditemukan penderita diare

sekitar 60 juta kejadian setiap tahunnya sebagian besar (70-80%) dari penderita ini

adalah anak di bawah umur 5 tahun (±40 juta kejadian). Kelompok ini setiap

tahunnya mengalami lebih dari satu kali kejadian diare. Sebagian dari penderita

(1-2%) akan jatuh ke dalam dehidrasi dan kalau tidak segera ditolong 50-60%

(18)

Jumlah penderita penyakit diare yang berobat rawat jalan ke sarana

kesehatan pemerintah dari pencatatan dan pelaporan yang ada, baru sekitar 1,5-2

juta. Jumlah ini adalah sekitar 10 % dari jumlah penderita yang datang berobat

untuk seluruh penyakit, sedangkan jika ditinjau dari hasil survei rumah tangga

diantara 8 penyakit utama, ternyata persentase penyakit diare yang berobat sangat

tinggi yaitu 72% dibandingkan 56% untuk rata-rata penderita seluruh penyakit

yang memperoleh pengobatan (Suraatmaja, 2010)

Salah satu langkah dalam pencapaian target Millenium Development

Goals (MDG’s) adalah menurunkan kematian anak menjadi 2/3 bagian dari tahun

1990 sampai pada tahun 2015. Berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga

(SKRT), Studi Mortalitas dan Riset Kesehatan Dasar dari tahun ke tahun

diketahui bahwa diare masih menjadi penyebab utama kematian balita di

Indonesia.

Berdasarkan data WHO tahun 2010, pada Weekly Morbidity and Mortality

Report (WMMR) IDP husting and crisis affected districts, Kyberpakhtunkhwa, Pakistan, dilaporkan bahwa pada minggu ke-22 (29 Mei-4 Juni 2010) dari semua jumlah kunjungan pasien 12% diantaranya adalah kasus penyakit diare dan dari

semua jumlah kunjungan pasien 23% diantaranya adalah balita, dimana yang

menderita penyakit diare adalah 9% dari semua jumlah kunjungan pasien balita.

Menurut Profil Kesehatan Indonesia (2010) diare dan gastroenteritis

menempati urutan pertama pada pola 10 penyakit terbanyak pada pasien rawat

inap di rumah sakit, dengan CFR 1,79%. Pada tahun 2010 Kejadian Luar Biasa

(19)

Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013, insiden dan

period prevalence diare untuk seluruh kelompok umur di Indonesia adalah 3,5 % dan 7,0 %. Lima provinsi dengan insiden maupun period prevalen diare tertinggi

adalah Papua, Sulawesi Selatan, Aceh, Sulawesi Barat, dan Sulawesi Tengah.

Insiden diare balita di Indonesia adalah 6,7 persen. Lima provinsi dengan insiden

diare tertinggi adalah Aceh (10,2%), Papua (9,6%), DKI Jakarta (8,9%), Sulawesi

Selatan (8,1%), dan Banten (8,0%). Di sumatera utara insiden rate diare sebesar

4,9 % terjadi penurunan sebesar 3,9% dari tahun 2007. Karakteristik diare balita

tertinggi terjadi pada kelompok umur 12-23 bulan (7,6%), laki-laki (5,5%),

tinggal di daerah pedesaan (5,3%).

Berdasarkan Profil Kesehatan Provinsi Sumatra Utara 2007, dilaporkan

bahwa di beberapa kabupaten/kota di Sumatra Utara terjadi Kejadian Luar Biasa

(KLB) diare. Di Tapanuli Tengah terjadi KLB diare dengan CFR 1,26%. Di Nias

terjadi KLB diare dengan CFR 3,77%. Di Tapanuli Utara terjadi KLB dengan

CFR 7,60%. Berdasarkan Profil Kesehatan Kota Tebing Tinggi 2008, dilaporkan

dari semua kejadian diare 50,49% diantaranya terjadi pada anak balita. Sementara

tahun 2007 dari semua kejadian diare 49,90% diantaranya terjadi pada anak balita

(Simarmata,2013).

Berdasarkan Profil Kesehatan Kabupaten Samosir Pada tahun 2008

ditemukan kasus diare sebanyak 4.223 kasus, dimana sebanyak 1.668 penderita

diare pada anak balita dan telah mendapat penanganan. Angka kesakitan diare di

(20)

penelitian Umiati (2010), diketahui bahwa ada hubungan bermakna antara

kesakitan diare dengan sumber air bersih dan kepemilikan jamban.

Anak-anak balita di Desa Sijambur sering bermain di luar rumah yaitu di

atas tanah tanpa menggunakan sandal dan sering bermain-main tanah atau lumpur.

Banyak balita yang tidak selalu dalam pengawasaan orangtua sehingga bisa saja

balita buang air besar di sembarang tempat dan langsung makan tanpa mencuci

tangan mereka. Disamping itu mayoritas ibu bekerja sebagai petani kopi yang

sering kontak dengan tanah atau kotoran-kotoran. Selain bertani, masyarakat Desa

Sijambur juga beternak kerbau/lembu yang kandangnya langsung di bawah

rumahnya dan kandang babi di samping rumahnya.

1.2 Perumusan Masalah

Permasalahan dalam penelitian ini adalah masih tingginya kejadian diare,

higiene ibu dan anak serta sanitasi dasar yang belum diketahui kategori baik atau

buruk. Sehingga perumusan masalah dalam penelitian ini adalah untuk

mengetahui hubungan higiene ibu dan anak serta sanitasi dasar dengan kejadian

diare pada balita di Desa Sijambur Kecamatan Ronggurnihuta Kabupaten Samosir

Tahun 2015.

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan umum

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara higiene ibu

dan anak serta sanitasi dasar dengan kejadian diare pada balita di Desa Sijambur

(21)

1.3.2 Tujuan khusus

a. Untuk mengetahui karakteristik ibu meliputi pendidikan, pekerjaan, umur dan

karakteristik balita yang memungkinkan terjadinya diare pada balita.

b. Mengetahui hubungan antara cuci tangan pakai sabun (CTPS) pada ibu dan

anak dengan kejadian diare pada balita di Desa Sijambur Kecamatan

Ronggurnihuta Kabupaten Samosir Tahun 2015.

c. Mengetahui hubungan antara perilaku buang air besar pada ibu dan anak

dengan kejadian diare pada balita di Desa Sijambur Kecamatan Ronggurnihuta

Kabupaten Samosir Tahun 2015.

d. Mengetahui hubungan antara sumber air bersih dengan kejadian diare pada

balita di Desa Sijambur Kecamatan Ronggurnihuta Kabupaten Samosir Tahun

2015.

e. Mengetahui hubungan antara kepemilikan jamban dengan kejadian diare pada

balita di Desa Sijambur Kecamatan Ronggurnihuta Kabupaten Samosir Tahun

2015.

f. Mengetahui hubungan antara pembuangan sampah dengan kejadian diare pada

balita di Desa Sijambur Kecamatan Ronggurnihuta Kabupaten Samosir Tahun

2015.

g. Mengetahui hubungan antara saluran pembuangan air limbah (SPAL) dengan

kejadian diare pada balita di Desa Sijambur Kecamatan Ronggurnihuta

(22)

1.4 Hipotesis Penelitian

a. Ada hubungan antara Cuci Tangan Pakai Sabun pada ibu dan anak dengan

kejadian diare pada balita.

b. Ada hubungan antara perilaku buang air besar pada ibu dan anak dengan

kejadian diare pada balita.

c. Ada hubungan antara sumber air bersih dengan kejadian diare pada balita.

d. Ada hubungan antara kepemilikan jamban dengan kejadian diare pada balita.

e. Ada hubungan antara tempat pembuangan sampah dengan kejadian diare pada

balita.

f. Ada hubungan antara saluran pembuangan air limbah (SPAL) dengan kejadian

diare pada balita.

1.5 Manfaat Penelitian

1. Sebagai tambahan informasi dan bahan masukan tentang hubungan antara

higiene dan sanitasi dasar dengan kejadian penyakit diare sehingga dapat

meningkatkan penyuluhan dan pembinaan terhadap masyarakat luas.

2. Menambah pengetahuan tentang hubungan antara higiene dan sanitasi dasar

dengan kejadian penyakit diare sehingga masyarakat dapat lebih

meningkatkan higiene dan sanitasi dan dapat menjadi data dasar bagi peneliti

lain yang berkaitan dengan penelitian ini.

3. Menambah pengetahuan dan memberi pengalaman langsung dalam

(23)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penyakit Berbasis Lingkungan

Penyakit berbasis lingkungan adalah ilmu yang mempelajari proses

kejadian atau fenomena penyakit yang terjadi pada sebuah kelompok masyarakat

yang berhubungan, berakar (bounded) atau memiliki keterkaitan erat dengan satu

atau lebih komponen lingkungan pada sebuah ruang dalam mana masyarakat

tersebut bertempat tinggal atau beraktivitas dalam jangka waktu tertentu. Penyakit

tersebut bisa dicegah atau dikendalikan, kalau kondisi lingkungan yang

berhubungan atau diduga berhubungan dengan penyakit tersebut dihilangkan

(Achmadi, 2013).

Kejadian penyakit pada dasarnya berbasis lingkungan. Munculnya

gejala-gejala penyakit pada kelompok tertentu merupakan resultante hubungan antara

manusia ketika bertemu atau berinteraksi dengan komponen lingkungan yang

memiliki potensi bahaya kejadian penyakit atau munculnya sekumpulan gejala

penyakit (Achmadi, 2013). Beberapa contoh penyakit berbasis lingkungan adalah

seperti: kanker, kolera, diare, pneumonia, tuberculosis, ispa dan lain lain. Salah

satu penyakit berbasis lingkungan yaitu diare menjadi variabel penelitian dalam

tulisan ini.

2.2 Diare

2.2.1 Pengertian Diare

Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan jumlah tinja yang lebih

(24)

atau setengah cairan (setengan padat), dapat pula disertai frekuensi defekasi yang

meningkat (Haryono,2012). Diare adalah kehilangan cairan dan elektrolit secara

berlebihan yang terjadi karena frekuensi satu kali atau lebih buang air besar

(BAB) dengan tinja yang encer atau cair (Ode, 2012).

2.2.2 Klasifikasi Diare

Menurut Depkes RI dalam Ummiati (2009), jenis diare dibagi menjadi 4

(empat) yaitu:

a. Diare akut, yaitu diare yang berlangsung kurang dari 14 hari (umumnya

kurang dari 7 hari). Akibat diare akut adalah dehidrasi, sedangkan dehidrasi

merupakan penyebab utama kematian bagi penderita diare.

b. Disentri, yaitu diare yang disertai darah dalam tinjanya. Akibat disentri adalah

anoreksia, penurunan berat badan dengan cepat, kemungkinan terjadinya

komplikasi pada mukosa.

c. Diare persisten, yaitu diare yang berlangsung lebih dari 14 hari secara terus

menerus. Akibat diare persisten adalah penurunan berat badan dan gangguan

metabolisme.

d. Diare dengan masalah lain, yaitu anak yang menderita diare (diare akut dan

diare persisten), mungkin juga disertai dengan penyakit lain, seperti demam,

gangguan gizi atau penyakit lainnya.

2.2.3 Etiologi diare

Faktor-faktor etiologi diare persisiten menurut PRITECH/WHO dalam

Suraatmaja (2010) adalah:

(25)

a. Kelompok yang lebih sering ditemukan pada diare kronik dari pada diare

akut : Enteroadherent E.coli, Cryptosporidium, Enterophatogen E.coli

b. Kelompok yang dijumpai dengan frekuensi sama antara diare kronik dan

diare akut :

a) Shigella

b) Nontyphoid salomella c) Campylobacter jejuni d) Enterotoxigenic E.coli e) Giardia lamblia f) Entamuba histolytica g) Clostridium lamblia

2. Faktor Host

a. Gizi buruk : atrofi mukosa usus, regenerasi epitel usus berkurang,

pembentukan enzim serta penyerapannya terganggu

b. Defesiensi zat imunologis

c. Defisiensi enzim laktase

d. Alergi makanan

3. Faktor-faktor Lain

a. Penanganan diare yang tidak cocok/ efektif

b. Penghentian ASI dan makanan

c. Penggunaan obat-obatan antimotilitas

Diare merupakan gejala infeksi yang disebabkan oleh tuan rumah, virus

(26)

yang terkontaminasi. Hal ini lebih umum bila ada kekurangan air bersih untuk

minum, memasak dan membersihkan dan kebersihan dasar penting dalam

pencegahan. Air yang terkontaminasi dengan kotoran manusia misalnya dari

limbah kota, tangki septik dan jamban merupakan perhatian khusus. Tinja juga

mengandung mikroorganisme yang dapat menyebabkan diare. Diare juga dapat

menyebar dari orang ke orang, diperburuk oleh kebersihan yang rendah. Makanan

merupakan penyebab utama diare ketika disiapkan atau disimpan dalam kondisi

yang tidak higienis.

2.2.4 Tanda dan Gejala Diare

Menurut Mansyoer Arif dalam Haryono (2012), tanda dan gejala diare

adalah :

1) Mula-mula cengeng dan gelisah (jika pasien bayi/anak)

2) Suhu badan dapat meningkat atau tidak

3) Nafsu makan berkurang atau tidak ada

4) Feses cair dengan atau tanpa darah/lendir

5) Warna tinja berubah menjadi kehijau-hijauan karena tercampur empedu

6) Anus dan sekitarnya lecet karena tinja menjadi asam

7) Gejala muntah dapat terjadi sebelum atau sesudah diare

8) Dehidrasi, bila banyak cairan keluar mempunyai tanda-tanda ubun-ubun besar

cekung, tonus dan turgor kulit menurun, selaput lendir mulut dan bibir kering

(27)

2.2.5 Patofisiologi Diare

Menurut Haryono (2012), mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya

diare adalah :

a. Ganguan osmotik, akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat

diserap akan menyebabkan tekanan osmotik meninggi dalam rongga usus. Isi

rongga usus yang berlebihan akan merangsang usus untuk mengeluarkannya

sehingga timbul diare.

b. Gangguan sekresi, akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding

usus akan terjadi peningkatan sekresi, air dan elektrolit ke dalam rongga usus

dan selajutnya timbul diare karena terdapat peningkatan isi rongga usus.

c. Gangguan motolitis usus, hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya

kesempatan usus untuk menyerap makanan/air sehingga timbul diare.

Sebaliknya bila peristaltik usus menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh

berlebihan, selanjutnya timbul pula diare.

Menurut Suharyono (2008), berdasarkan cairan yang hilang tingkat

dehidrasi terbagi menjadi:

a. Dehidrasi ringan yaitu kehilangan cairan 2-5% dari berat badan dengan

gambaran klinik turgor kulit kurang elastis, suara serak , klien belum jatuh

pada keadaan syok.

b. Dehidrasi sedang yaitu kehilangan cairan 5-8% dari berat badan dengan

(28)

c. Dehidrasi berat, yaitu kehilangan cairan 8-10%dari berat badan dengan

gambaran klinik seperti tanda-tanda dehidrasi sedang ditambah dengan

kesadaran menurun, apatis sampai koma, otot-otot kaku sampai sianosis.

2.2.6 Epidemiologi Diare

Epidemiologi penyakit diare menurut Depkes RI tahun 2005 dalam

Ummiati (2010) yaitu :

a. Penyebaran kuman yang menyebabkan diare biasanya menyebar melalui fekal

oral antara lain melalui makanan atau minuman yang tercemar tinja dan atau

kontak langsung dengan tinja penderita. Beberapa perilaku yang dapat

menyebabkan penyebaran kuman enterik dan meningkatkan risiko terjadinya

diare, antara lain tidak memberikan ASI (Air Susu Ibu) secara penuh 4/6 bulan

pada pertama kehidupan, menggunakan botol susu, menyimpan makanan

masak pada suhu kamar, menggunakan air minum yang tercemar, tidak

mencuci tangan dengan sabun sesudah buang air besar atau sesudah

membuang tinja anak atau sebelum makan atau menyuapi anak, dan tidak

membuang tinja dengan benar.

b. Faktor penjamu yang meningkatkan kerentanan terhadap diare. Beberapa

faktor pada penjamu yang dapat meningkatkan beberapa penyakit dan

lamanya diare yaitu tidak memberikan ASI sampai dua tahun, kurang gizi,

campak, immunodefisiensi, dan secara proporsional diare lebih banyak terjadi

pada golongan balita.

c. Faktor lingkungan dan perilaku. Penyakit diare merupakan salah satu penyakit

(29)

dan pembuangan tinja. Kedua faktor ini akan berinteraksi dengan perilaku

manusia. Apabila faktor lingkungan tidak sehat karena tercemar kuman diare

serta berakumulasi dengan perilaku yang tidak sehat pula, yaitu melalui

makanan dan minuman, maka dapat menimbulkan kejadian diare.

2.2.7 Penularan Penyakit Diare

Penyakit diare dapat ditularkan dari orang satu ke orang lain secara

langsung melalui fekal – oral dengan media penularan utama adalah makanan atau

minuman yang terkontaminasi agen penyebab diare. Penderita diare berat akan

mengeluarkan kuman melalui tinja, jika pembuangan tinja tidak dilakukan pada

jamban tertutup, maka akan berpotensi sebagai sumber penularan.

Penyakit diare dapat juga ditularkan secara tidak langsung melalui air. Air

yang tercemar kuman, bila digunakan orang untuk keperluan sehari-hari tanpa

direbus atau dimasak terlebih dahulu, maka kuman akan masuk ke tubuh orang

yang memakainya, sehingga orang tersebut dapat terkena diare.

2.2.8 Teori Simpul Penularan Diare

Simpul 1 yaitu sumber penyakit. Sumber penyakit adalah titik yang

menyimpan dan/atau menggandakan agen penyakit serta mengeluarkan atau

mengemisikan agen penyakit. Agen penyakit adalah komponen lingkungan yang

dapat menimbulkan gangguan penyakit melalui media perantara (Achmadi, 2013).

Sumber penyakit diare adalah bakteri, virus, parasit dan alergi

Simpul 2 yaitu media transmisi penyakit. Media tramsmisi penyakit adalah

komponen lingkungan yang dapat memindahkan agen penyakit. Media transmisi

(30)

penyakit (Achmadi, 2013). Media transmisi untuk penularan diare adalah air,

udara, makanan, lalat, udara dan manusia.

Simpul 3 yaitu perilaku pemajanan (behavioral exposure). Perilaku

pemajanan adalah jumlah kontak antara manusia dengan komponen lingkungan

yang mengandung potensi bahaya penyakit (Achmadi, 2013). Perilaku pemajanan

pada sebuah penyakit dipengaruhi oleh umur, kebiasaan/perilaku, kekebalan

begitu juga penyakit diare dipengaruhi oleh ketiga hal tersebut. Biomarker adalah

tanda biologi untuk mengetahui agen penyakit dalam tubuh penderita. Biomarker

diare adalah ditemukan E-coli pada tinja penderita.

Simpul 4 yaitu kejadian penyakit. Kejadian penyakit merupakan outcome

hubungan interaktif antara penduduk dengan lingkungan yang memiliki potensi

bahaya gangguan kesehatan (Achmadi, 2013). Manifestasi dampak akibat

hubungan antara penduduk dengan lingkungan menghasilkan penyakit pada

penduduk dalam hal ini berupa sakit atau sehat. Penelitian menunjukkan bahwa

ada hubungan yang bermakna antara sanitasi lingkungan dengan kejadian diare.

Teori simpul sangat diperlukan jika ingin mencegah penyakit berbasis

lingkungan karena dengan mempelajari teori simpul akan lebih mudah untuk

mencegah/memotong rantai penularan. Semua simpul sangat berkaitan jadi untuk

memutuskan rantai penularan penyakit dapat diputuskan/dicegah di simpul 1, 2

ataupun 3. Dalam hal ini perlu dilakukan pencegahan berbasis lingkungan dimana

untuk mencegah penularan diare tidak hanya mengobati penderita tetapi juga

mencegah penularan dari lingkungan yaitu media transmisi seperti vektor (lalat),

(31)

orang untuk menjaga kesehatan lingkungan dan juga hygiene pribadi seperti

kebiasaan buang air besar dan memotong kuku, cuci tangan dengan sabun.

Disamping itu setiap orang juga perlu menjaga daya tahan tubuh supaya terhindar

dari terjadinya diare. Berikut dibawah ini adalah skema teori simpul kejadian

diare:

Simpul 1 Simpul 2 Simpul 3 Simpul 4

Sumber : Achmadi, 2013

Gambar 1. Skema Teori Simpul Kejadian Diare

2.2.9 Distribusi Dan Frekuensi

Menurut data Riskesdas tahun 2007, distribusi dan frekuensi diare adalah

sebagai berikut :

a. Umur. Penyakit diare tinggi pada kelompok umur muda dan tua (balita dan

manula) rendah pada kelompok umur remaja dan produktif.

b. Jenis kelamin. Jenis kelamin tidak mempengaruhi prevalensi diare. Tidak ada

perbedaan antara wanita dan laki-laki.

b. Tempat. Penyakit diare tidak hanya terdapat pada negara-negara berkembang

atau terbelakang saja tetapi juga di jumpai di negara industri bahkan di negar

maju hanya saja di negara maju infeksinya jauh lebih kecil.

2.2.10 Penatalaksanaan Diare

Strategi pengendalian penyakit diare yang dilaksanakan pemerintah

(32)

1. Melaksanakan tatalaksana penderita diare yang standar di sarana kesehatan

melalui lima langkah tuntaskan diare ( LINTAS Diare)

2. Meningkatkan tata laksana penderita diare di rumah tangga yang tepat dan

benar

3. Meningkatkan Survei Kewaspadaan Dini (SKD) dan penanggulangan

Kejadian Luar Biasa (KLB) diare

4. Melaksanakan upaya kegiatan pencegahan yang efektif

5. Melaksanakan monitoring dan evaluasi

LINTAS diare merupakan salah satu penatalaksanaan yang perlu

dilakukan pada saat balita diare. Langkah-langkah tersebut dijelaskan sebagai

berikut :

1. Berikan Oralit

Untuk mencegah terjadinya dehidrasi dapat dilakukan mulai dari rumah

tangga dengan memberikan oralit osmolaritas rendah, dan bila tidak tersedia

berikan cairan rumah tangga seperti air tajin, kuah sayur, air matang. Oralit saat

ini yang beredar di pasaran sudah oralit yang baru dengan osmolaritas yang

rendah, yang dapat mengurangi rasa mual dan muntah. Oralit merupakan cairan

yang terbaik bagi penderita diare untuk mengganti cairan yang hilang. Bila

penderita tidak bisa minum harus segera di bawa ke sarana kesehatan untuk

mendapat pertolongan cairan melalui infus.

Derajat dehidrasi dibagi dalam 3 klasifikasi :

(33)

Tanda diare tanpa dehidrasi, bila terdapat 2 (dua) tanda di bawah ini atau

lebih:

a. Keadaan Umum : Baik

b. Mata : Normal

c. Rasa haus : Normal, minum biasa

d. Turgor kulit : Kembali cepat

Dosis oralit bagi penderita diare tanpa dehidrasi sebagai berikut :

Umur < 1 tahun : ¼ - ½ gelas setiap kali anak mencret

Umur 1 – 4 tahun : ½ - 1 gelas setiap kali anak mencret

Umur diatas 5 Tahun : 1 – 1½ gelas setiap kali anak mencret

b) Diare dehidrasi Ringan/Sedang

Diare dengan dehidrasi ringan/sedang, bila terdapat 2 (dua) tanda di bawah

ini atau lebih seperti :

a. Keadaan Umum : Gelisah, rewel

b. Mata : Cekung

c. Rasa haus : Haus, ingin minum banyak

c) Diare dehidrasi berat

Diare dehidrasi berat, bila terdapat 2 (dua) tanda di bawah ini atau lebih:

a. Keadaan Umum : Lesu, lunglai, atau tidak sadar

b. Mata : Cekung

c. Rasa haus : Tidak bisa minum atau malas minum

(34)

Penderita diare yang tidak dapat minum harus segera dirujuk ke

Puskesmas untuk diinfus. Dosis oralit yang diberikan dalam 3 jam pertama 75 ml/

kgbb dan selanjutnya diteruskan dengan pemberian oralit seperti diare tanpa

dehidrasi.

Gambar 2. Cara Membuat dan Memberikan Oralit

Cara membuat dan memberikan oralit adalah pertama, cuci tangan dengan

sabun cair lalu bilas dengan air bersih, keringkan dengan handuk bersih.

Kemudian sediakan satu gelas air minum sekitar 200 cc lalu masukkan satu

bungkus oralit yang dapat dibeli/diperoleh dari Puskesmas kemudian aduk sampai

larut dan langsung diberikan kepada penderita diare.

2. Berikan obat Zinc

Zinc merupakan salah satu mikronutrien yang penting dalam tubuh. Zinc

dapat menghambat enzim INOS (Inducible Nitric Oxide Synthase), dimana

ekskresi enzim ini meningkat selama diare dan mengakibatkan hipersekresi epitel

usus. Zinc juga berperan dalam epitelisasi dinding usus yang mengalami

(35)

Pemberian Zinc selama diare terbukti mampu mengurangi lama dan

tingkat keparahan diare, mengurangi frekuensi buang air besar, mengurangi

volume tinja, serta menurunkan kekambuhan kejadian diare pada 3 bulan

berikutnya. Penelitian di Indonesia menunjukkan bahwa Zinc mempunyai efek

protektif terhadap diare sebanyak 11 % dan menurut hasil pilot study

menunjukkan bahwa Zinc mempunyai tingkat hasil guna sebesar 67 %.

Berdasarkan bukti ini semua anak diare harus diberi Zinc segera saat anak

mengalami diare.

Dosis pemberian Zinc pada balita:

a. Umur < 6 bulan : ½ tablet ( 10 Mg ) per hari selama 10 hari

b. Umur > 6 bulan : 1 tablet ( 20 mg) per hari selama 10 hari.

Zinc tetap diberikan selama 10 hari walaupun diare sudah berhenti.

Cara pemberian tablet zinc :

Larutkan tablet dalam 1 sendok makan air matang atau ASI, sesudah larut berikan

pada anak diare.

3. Pemberian ASI / Makanan

Pemberian makanan selama diare bertujuan untuk memberikan gizi pada

penderita terutama pada anak agar tetap kuat dan tumbuh serta mencegah

berkurangnya berat badan. Anak yang masih minum ASI harus lebih sering diberi

ASI. Anak yang minum susu formula juga diberikan lebih sering dari biasanya.

Anak usia 6 bulan atau lebih termasuk bayi yang telah mendapatkan makanan

(36)

sedikit dan lebih sering. Setelah diare berhenti, pemberian makanan ekstra

diteruskan selama 2 minggu untuk membantu pemulihan berat badan.

4. Pemberian antibiotika hanya atas indikasi

Antibiotika tidak boleh digunakan secara rutin karena kecilnya kejadian

diare pada balita yang disebabkan oleh bakteri. Antibiotika hanya bermanfaat

pada penderita diare dengan darah (sebagian besar karena shigellosis), suspek

kolera. Obat-obatan Anti diare juga tidak boleh diberikan pada anak yang

menderita diare karena terbukti tidak bermanfaat. Obat anti muntah tidak

dianjurkan kecuali muntah berat. Obat-obatan ini tidak mencegah dehidrasi

ataupun meningkatkan status gizi anak, bahkan sebagian besar menimbulkan efek

samping yang berbahaya dan bisa berakibat fatal. Obat anti protozoa digunakan

bila terbukti diare disebabkan oleh parasit (Amoeba, Giardia) (Kepmenkes, 2011).

5. Pemberian Nasehat

Ibu atau pengasuh yang berhubungan erat dengan balita harus diberi

nasehat tentang :

1. Cara memberikan cairan dan obat di rumah

2. Kapan harus membawa kembali balita ke petugas kesehatan bila : diare lebih

sering, muntah berulang, sangat haus, makan/minum sedikit, timbul demam,

tinja berdarah, tidak membaik dalam 3 hari.

2.3 Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Kejadian Diare 2.3.1 Higiene

Higiene adalah cara perawatan diri manusia untuk memelihara kesehatan

(37)

sehari-hari kebersihan merupakan hal yang sangat penting dan harus diperhatikan

karena kebersihan akan mempengaruhi kesehatan dan psikis seseorang.

Kebersihan itu sendiri sangat dipengaruhi oleh nilai individu dan kebiasaan. Jika

seseorang sakit, biasanya masalah kebersihan kurang diperhatikan, hal ini terjadi

karena kita menganggap masalah kebersihan adalah masalah sepele, padahal jika

hal tersebut dibiarkan terus dapat mempengaruhi kesehatan secara umum

(Manalu, 2015). Higiene yang memengaruhi kejadian diare adalah sebagai

berikut:

a. Cuci Tangan Pakai Sabun

Cuci tangan dapat berfungsi untuk menghilangkan/mengurangi

mikroorganisme yang menempel di tangan. Cuci tangan harus dilakukan dengan

menggunakan air bersih dan sabun. Air yang tidak bersih banyak mengandung

kuman dan bakteri penyebab penyakit. Bila digunakan kuman berpindah ke

tangan. Pada saat makan, kuman dengan cepat masuk ke dalam tubuh yang bisa

menimbulkan penyakit. Sabun dapat membersihkan kotoran dan membunuh

kuman karena tanpa sabun maka kotoran dan kuman masih tertinggal di tangan.

Oleh karenanya mencuci tangan dengan menggunakan air dan sabun dapat lebih

efektif membersihkan kotoran dan telur cacing yang menempel pada permukaan

kulit, kuku dan jari-jari pada kedua tangan (Proverawaty, 2012).

Waktu tepat untuk mencuci tangan adalah :

1. Setiap kali tangan kita kotor (setelah: memegang uang, memegang binatang,

berkebun, dll)

(38)

3. Setelah menceboki bayi atau anak

4. Sebelum makan dan menyuapi anak

5. Sebelum memegang makanan

6. Sebelum menyusui bayi dan atau menyuapi bayi

7. Setelah bersin, batuk, membuang ingus, setelah pulang dari bepergian

8. Setelah bermain/memberi makan/memegang hewan peliharaan

Perilaku mencuci tangan pakai sabun merupakan salah satu bagian dari

higiene perorangan seorang ibu. Higiene perorangan yang baik dapat mencegah

terjadinya insiden diare. Beberapa cara dapat dilakukan diantaranya adalah cuci

tangan setelah buang air besar, cuci tangan sebelum menyiapkan makanan, cuci

tangan setelah menangani feses anak, dan yang paling penting setiap akan makan

atau memberikan makan pada anak ibu/pengasuh balita harus cuci tangan dengan

sabun atau desinfektan (Hanif, 2011).

Cuci tangan sangat berguna untuk membunuh mikroorganisme/kuman

penyakit yang ada di tangan. Tangan yang bersih akan mencegah penularan

penyakit seperti diare. Dengan mencuci tangan maka tangan menjadi bersih dan

dan bebas dari kuman.

Cara mencuci tangan yang benar menurut Proverawaty dan Rahmawaty

(2012) adalah sebagai berikut :

1. Cuci tangan dengan air yang mengalir dan gunakan sabun. Tidak perlu harus

sabun khusus antibakteri, namun lebih disarankan sabun bentuk cairan

2. Gosok tangan setidaknya selama 10-15 detik

(39)

4. Basuh tangan sampai bersih dengan air yang mengalir

5. Keringkan dengan handuk bersih atau alat pengering lain

6. Gunakan tisu/handuk sebagai penghalang ketika mematikan keran air

Gambar 3. Langkah Cuci Tangan Pakai Sabun yang Benar

Cara cuci tangan pakai sabun dengan benar sesuai gambar di atas adalah

dengan membasahi tangan dengan air bersih yang mengalir dan gunakan sabun

(sebaiknya sabun cair untuk mengurangi kontaminasi kuman dengan orang lain)

kemudian gosok-gosok tangan diantara jari-jari, dibawah kuku, di atas

tangan/punggung tangan. Bilas hingga 10 detik sampai tanganmu bersih dari sisa

sabun dan keringkan dengan handuk kering.

b. Perilaku Buang Air Besar

Perilaku adalah kegiatan individu yang menyangkut hal-hal yang disadari

atau tidak disadarinya. Perilaku kesehatan adalah suatu respon seseorang terhadap

stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit dan penyakit. Dengan demikian

perilaku kesehatan dibedakan atas tiga kelompok yaitu:perilaku pemeliharaan

(40)

lingkungan (Notoadmodjo, 2003). Perilaku kesehatan lingkungan adalah

bagaimana seseorang menjaga kesehatan lingkungan fisiknya atau lingkungan

sosial budaya dan lain-lain sehingga lingkungan tersebut tidak menyebabkan

penyakit. Perilaku buang air besar di sembarang tempat akan menjadi sumber

penularan penyakit diantaranya adalah diare. Jadi penting supaya buang air besar

di jamban yang memenuhi syarat kesehatan.

Pengalaman di beberapa negara membuktikan bahwa upaya penggunaan

jamban mempunyai dampak yang besar dalam penurunan risiko terhadap penyakit

diare. Keluarga yang tidak mempunyai jamban harus membuat jamban dan

keluarga harus buang air besar di jamban (Manalu, 2015).

Kotoran manusia adalah semua benda atau zat yang tidak dipakai lagi oleh

tubuh dan yang harus dikeluarkan dari dalam tubuh. Beberapa zat tersebut adalah

tinja (feses), air seni (urine) dan ��2 sebagai hasil proses pernapasan. Tempat

pembuangannya disebut dengan latrine (jamban atau kakus) (Adnani, 2011).

Berdasarkan penelitian yang ada seorang yang normal diperkirakan

menghasilkan tinja rata-rata sehari 330 gr dan menghasilkan air seni 970 gr. Tinja

yang dikeluarkan sekitar 194.000 juta gram (194.000 ton). Jadi, bila penduduk

Indonesia dewasa saai ini 200 juta, maka setiap hari. Maka bila pengelolaan tinja

tidak baik jelas penyakit akan mudah tersebar (Suraatmaja, 2010).

2.3.2 Sanitasi Dasar

Sanitasi dapat didefinisikan sebagai suatu perilaku disengaja dalam

pembudayaan hidup bersih dengan maksud bersentuhan langsung dengan kotoran

(41)

dan meningkatkan kesehatan manusia (Manalu,2015). Sanitasi dasar yang dapat

menyebabkan diare, antara lain :

a. Sarana Air Bersih

Air merupakan zat yang paling penting dalam kehidupan setelah udara.

Sekitar tiga perempat bagian dari tubuh kita terdiri dari air dan tidak seorang pun

dapat bertahan hidup lebih dari 4-5 hari tanpa minum air. Penyakit-penyakit yang

menyerang manusia dapat juga ditularkan dan disebarkan melalui air. Kondisi

tersebut dapat menyebabkan wabah dimana-mana. Volume air dalm tubuh

manusia rata-rata 65% dari total berat badannya dan volume tersebut sangat

bervariasi pada masing-masing orang bahkan tubuh seseorang. Dalam kehidupan

sehari-hari air dipergunakan antara lain untuk keperluan minum, mandi, memasak,

membersihkan rumah, pelarut obat, dan pembawa bahan buangan industri

(Chandra, 2012).

Air adalah sangat penting bagi kehidupan manusia. Manusia akan lebih

cepat meninggal karena kekurangan air daripada kekurangan makanan. Dalam

tubuh manusia itu sebagian besar terdiri dari air. Tubuh orang dewasa sekitar

55-60% berat badan terdiri dari air, untuk anak-anak sekitar 65% dan untuk bayi

sekitar 80%. Menurut WHO di negara-negara maju setiap orang memerlukan air

antara 60-120 liter per hari. Sedangkan di negara berkembang termasuk Indonesia

setiap orang memerlukan air antara 30-60 liter per harinya.

Penyediaan sumber air bersih harus dapat memenuhi kebutuhan

(42)

penyakit di masyarakat. Volume rata-tara kebutuhan air setiap individu perhari

berkisar 150-200 liter atau 35-40 galon. Kebutuhan air tersebut bervariasi

bergantung pada keadaan iklim, standar kehidupan dan kebiasaan masyarakat.

(Chandra, 2012).

Menurut Sumantri (2010),air yang diperuntukkan bagi konsumsi manusia

harus berasal dari sumber yang bersih dan aman. Batasan-batasan sumber air yang

bersih dan aman ini adalah :

a) Bebas dari kontaminasi kuman atau bibit penyakit

b) Bebas dari substansi kimia yang berbahaya dan beracun

c) Tidak berasa dan berbau

d) Dapat digunakan untuk mencukupi kebutuhan domestik dan rumah tangga

e) Memenuhi standar normal yang ditentukan oleh WHO autau Departemen

Kesehatan RI.

Air dinyatakan tercemar bila mengandung bibit penyakit, parasit,

bahan-bahan kimia yang berbahaya dan sampah atau limbah industri. Penyakit yang

menyerang manusia dapat ditularkan dan menyebar secara langsung maupun tidak

langsung melalui air. Penyakit yang ditularkan melalui air disebut dengan

waterborne disease atau water-related disease. Terjadinya suatu penyakit tentunya memerlukan adanya agen dan terkadang vektor (Chandra, 2012).

Penyakit-penyakit yang berhubungan dengan air dapat dibagi dalam

kelompok-kelompok berdasarkan cara penularannya. Mekanisme penularan

(43)

1. Waterborne mechanism. Didalam mekanisme ini, kuman patogen dalm air yang dapat menyebabkan penyakit pada manusia ditularkan kepada manusia

melalui mulut dan sistem percernaan. Contoh penyakit yang ditularkan

melalui mekanisme ini adalah kolera, tifoid, hepatitis viral, disentri basiler

dan poliomyelitis.

2. Waterwashed mechanism. Mekanisme penularan semacam ini berkaitan dengan kebersihan umum dan perseorangan. Pada mekanisme ini terdapat tiga

cara penularan, yaitu:

a. Infeksi melalui alat pencernaan, seperti : diare pada anak-anak

b. Infeksi melalui kulit dan mata seprti scabies dan trachoma

c. Penularan melalui binatang pengerat seperti pada penyakit leptospirosis.

3. Water-based mechanism. Penyakit yang ditularkan dengan mekanisme ini memiliki agen penyebab yang menjalani sebagian siklus hidupnya di dalam

tubuh vektor atau sebagai intermediat host yang hidup di air. Contohnya

skistosomiasis dan penyakit akibat Dracunculus medinensis.

4. Water-related insect vector mechanism. Agen penyakit ditularkan melalui gigitan serangga yang berkembangbiak di dalam air. Contoh penyakit dengan

mekanisme penularan semacam ini adalah filariasis, dengue, malaria, dan

yellow fever.

Sumber-sumber air bersih adalah sebagai berikut :

1. Air hujan. Air hujan dapat ditampung kemudian dijadikan air minum, tetapi

(44)

2. Air sungai dan danau. Berdasarkan asalnya juga berasal dari air hujan yang

mengalir melalui saluran-saluran ke dalam sungai atau danau. Air ini disebut

juga dengan air permukaan oleh karena itu air ini sudah terkontaminasi atau

tercemar oleh berbagai macam kotoran, maka bila akan dijadikan air minum

harus dimasak dulu sebelum digunakan.

3. Mata air. Air yang keluar dari mata air ini berasal dari air tanah yang muncul

secara alamiah. Oleh karena itu air ini bisa langsung diminum.

4. Air sumur atau sumur pompa. Air sumur dangkal adalah air yang keluar dari

dalam tanah sehingga disebut sebagai air tanah jaraknya sekitar 5 sampai 15

meter ke bawah dari permukaan tanah. Air ini belum sehat sehingga harus

direbus dulu baru dijadikan air minum. Air sumur dalam yaitu air yang berasal

dari lapisan air kedua di dalam tanah. Dalamnya dari permukaan tanah

biasanya lebih dari 15 meter. Oleh karena itu air ini bisa langsung diminum.

5. Air ledeng atau perusahaan air minum. Air yang berasal dari perusahaan air

minum tidak selalu terkontrol dengan baik.

6. Air dalam kemasan. Air dalam kemasan untuk air minum biasanya sudah siap

dikonsumsi.

b. Jamban

Jamban adalah suatu ruangan yang mempunyai fasilitas pembuangan

kotoran manusia yang terdiri atas tempat jongkok atau tempat duduk dengan leher

angsa yang dilengkapi dengan unit penampungan kotoran dan air untuk

membersihkannya (Proverawaty dan Rahmawaty 2012).

(45)

1. Jamban cemplung adalah jamban yang penampungannya berupa lubang yang

berfungsi menyimpan kotoran/tinja kedalam tanah dan mengendapkan kotoran

ke dasar lubang. Untuk jamban cemplung diharuskan ada penutup agar tidak

berbau.

2. Jamban tanki septik/leher angsa, adalah jamban berbentuk leher angsa yang

penampungannya berupa tangki septik kedap air yang berfungsi sebagai

wadah proses penguraian/dekomposisi kotoran manusia yang dilengkapi

dengan resapan (Proverawaty dan Rahmawaty 2012).

Syarat jamban sehat menurut Proverawaty dan Rahmawaty (2012), sebagai

beriku :

1. Tidak mencemari sumber air minum (jarak antar sumber air minum dengan

lubang penampungan minimal 10 meter

2. Tidak berbau

3. Kotoran tidak dapat dijamah oleh serangga dan tikus

4. Tidak mencemari tanah sekitarnya

5. Mudah dibersihkan dan aman digunakan

6. Dilengkapi dinding dan atap pelindung

7. Penerang dan ventilasi yang cukup

8. Lantai kedap air dan luas ruangan memadai

9. Tersedia air, sabun dan alat pembersih

(46)

Menurut WHO dalam Chandra (2012), sampah adalah sesuatu yang tidak

digunakan, tidak dipakai, tidak digunakan, tidak disenangi atau sesuatu yang

dibuang yang berasal dari kegiatan manusia dan tidak terjadi dengan sendirinya.

Menurut Chandra (2012), sampah padat dapat dibagi menjadi berbagai

jenis, yaitu:

a. Sampah an-organik, adalah sampah yang umumnya tidak dapat membusuk

misalnya logam/besi, pecahan gelas, plastik dan sebagainya

b. Sampah organik, adalah sampah yang pada umumnya dapat membusuk

misalnya: sisa-sisa makanan, daun-daunan, dan sebagainya.

Sampah erat kaitannya dengan kesehatan masyarakat karena dari sampah

tersebut akan hidup berbagai mikroorganisme penyebab penyakit (bakteri

patogen) dan juga binatang serangga sebagai pemindah/penyebar penyakit

(vektor).

Dampak sampah terhadap kesehatan adalah pembuangan sampah yang

tidak terkontrol dengan baik merupakan tempat yang cocok bagi beberapa

organisme dan menarik bagi berbagai binatang seperti lalat, dan anjing yang dapat

menimbulkan penyakit. Potensi bahaya yang ditimbulkan adalah misalnya diare,

kolera, dan tifus (Proverawaty dan Rahmawaty 2012).

Beberapa pengaruh dari pengelolaan sampah terhadap masyarakat dan

lingkungan dibedakan atas pengaruh positif dan pengaruh negatif yang akan

diuraikan di bawah ini:

(47)

Pengelolaan sampah yang baik akan memberikan pengaruh yang positif

terhadap masyarakat dan lingkungannya, seperti berikut :

1. Sampah dapat dimanfaatkan untuk menimbun lahan semacam rawa-rawa dan

dataran rendah

2. Sampah dapat dimanfaatkan untuk pupuk

3. Sampah dapat diberikan untuk makanan ternak setelah menajalani proses

pengelolaan yang telah ditentukan lebih dahulu untuk mencegah pengaruh

buruk sampah tersebut terhadap ternak

4. Pengelolaan sampah menyebabkan berkurangnya tempat berkembang biak

serangga atau binatang pengerat

5. Menurunkan insidensi kasus penyakit menular erat hubungannya dengan

sampah

6. Keadaan estetika lingkungan yang bersih menimbulkan kegairahan hidup

masyarakat

7. Keadan lingkungan yang baik mencerminkan kemajuan budaya masyarakat

8. Keadaan lingkungan yang baik akan menghemat pengeluaran dana kesehatan

suatu negara sehingga dana itu dapat digunakan untuk keperluan lain.

b. Pengaruh Negatif

Pengelolaan sampah yang kurang baik dapat memberikan pengaruh negatif

bagi kesehatan, seperti berikut :

a. Pengaruh terhadap kesehatan

a) Pengelolaan sampah yang kurang baik akan menjadikan sampah sebagai

(48)

b) Insiden penyakit demam berdarah dengue akan meningkat apabila vektor

penyakit hidup dan berkembang biak dalam tumpukan sampah

b. Pengaruh terhadap lingkungan

c. Terhadap sosial ekonomi dan budaya masyarakat

d. Saluran Pembungan Air Limbah

Air limbah adalah sisa air yang dibuang yang berasal dari buangan rumah

tangga, industri maupun tempat-tempat umum lainnya dan pada umumnya

mengandung bahan-bahan atau zat-zat yang sangat membahayakan kesehatan

manusia dan mengganggu lingkungan hidup (Adnani, 2011).

Air limbah rumah tangga (sullage) adalah air limbah yang tidak

mengandung ekskreta manusia dan dapat berasal dari buangan kamar mandi,

dapur, air cuci pakaian, dan lain-lain yang mungkin mengandung mikroorganisme

patogen. Volume air limbah rumah tangga bergantung pada volume pamakaian air

penduduk setempat. Penggunaan air untuk keperluan sehari-hari mungkin kurang

dari 10 liter per orang di daerah yang sumber airnya berasal dari sumur pompa

atau sambungan rumah sendiri, penggunaan air dapat mendapat mencapai 200

liter per orang (Chandra, 2006).

Ada 5 cara pembuangan air limbah air limbah rumah tangga menurut

Chandra (2006), yaitu :

a. Pembuangan umum, yaitu melalui tempat penampungan air limbah yang

terletak di halaman

(49)

c. Dibuang ke lapangan peresapan

d. Dialirkan ke saluran terbuka

e. Dialirkan ke saluran tertutup atau selokan

Pembuangan melalui tempat-tempat penampungan air limbah di halaman

akan memberikan tempat bagi perkembangbiakan serangga seperti Culex pipiens

selain menghasilkan lumpur dan kondisi yang tidak saniter karena dekat dengan

sumur air bersih. Halaman juga sering dijadikan arena bermain anak-anak bahkan

tidak jarang digunakan untuk tempat buang air besar yang memungkinkan telur

cacing untuk tidak cepat matang sehingga potensi untuk menularkan penyakit

tetap besar. Air limbah yang mengandung mikroorganisme patogen dan berasal

dari pembersihan kamar mandi mungkin dapat menginfeksi anak-anak yang

sedang bernain di halaman rumah. Penggunaan air limbah dengan cara

dimanfaatkan untuk penyiraman sayur-sayuran di kebun dekat rumah memberikan

dampak negatif lebih kecil terhadap kesehatan. Namun pemanfaatan tersebut

jangan sampai membentuk genangan air karena dapat menjadi tempat

perkembangbiakan nyamuk (Chandra, 2006).

Air limbah rumah tangga sebagian besar mengandung bahan organik

sehingga memudahkan di dalam pengelolaannya. Sebaliknya, limbah industri

lebih sulit pengolahannya karena mengandung pelarut mineral, logam berat, dan

zat-zat organik lain yang bersifat toksik (Chandra, 2006)

Volume air limbah yang dihasilkan pada suatu masyarakat dipengaruhi

(50)

a. Kebiasaan manusia. Makin banyak orang menggunakan air makin banyak air

limbah yang dihasilkan

b. Waktu. Air limbah tidak mengalir merat sepanjang hari tetapi bervariasi

bergantung pada waktu dalam sehari dan musim. Di pagi hari manusia

cenderung menggunakan air yang menyebabkan aliran air limbah lebih banyak

sedangkan di tengah hari volumenya sedikit dan di malam hari agak

meningkat lagi.

a) Karakteristik Air Limbah

Karakteristik air limbah perlu dikenal karena hal ini akan menentukan cara

pengolahan yang tepat sehingga, tidak mencemari lingkungan yang hidup. Secara

garis besar karakteristik air limbah ini digolongkan menjadi :

a. Karakteristik Fisik

Sebagian besar terdiri dari air dan sebagian kecil terdiri dari bahan-bahan

padat dan suspensi. Terutama air limbah rumah tangga biasanya berwarna suram

seperti larutan sabun sedikit berbau. Kadang-kadang mengandung sisa-sisa kertas

berwarna bekas cucian beras dan sayur bagian-bagian tinja dan sebagainya.

b. Karakteristik Kimiawi

Biasanya air buangan ini mengandung campuran zat-zat kimia anorganik

yang berasal dari air bersih sehat bermacam-macam zat organik yang bersal dari

penguraian tinja, urin, dan sampah-sampah lainnya. Oleh sebab itu umumnya

bersifat basah pada waktu masih baru dan cenderung bau asam apabila sudah

memulai membusuk.

(51)

Kandungan bakteri patogen serta organisme golongan coli terdapat juga

dalam air limbah tergantung darimana sumbernya namun keduanya tidak berperan

dalam proses pengolahan air buangan.

Sesuai dengan zat-zat yang terkandung dalam air limbah ini maka air

limbah yang tidak diolah terlebih dahulu akan menyebabkan berbagai gangguan

kesehatan masyarakat dan lingkungan hidup antara lain:

1. Menjadi transisi atau media penyebaran berbagai penyakit terutama : kolera,

tifus abdominalis, disentri basiler

2. Menjadi media berkembang biaknya mikroorganisme patogen

3. Menjadi tempat berkembang biaknya nyamuk dan atau hidup larva nyamuk

4. Menimbulkan bau tidak enak serta pandangan yang tidak sedap

5. Merupakan sumber pencemaran air permukaan, tanah, dan lingkungan hidup

lainnya

6. Mengurangi produktivitas manusia karena orang bekerja dengan tidak nyaman

dan sebagainya.

b) Dampak Pembuangan Limbah

Menurut Chandra (2012), air limbah yang tidak menjalani pengolahan

yang benar tentunya dapat menimbulkan dampak yang tidak diinginkan. Dampak

tersebut antara lain :

1. Kontaminasi dan pencemaran pada permukaan dan badan-badan air yang

digunakan oleh manusia

(52)

3. Menimbulkan bau (sebagai hasil dekomposisi zat anaerobik dan zat

anorganik)

4. Menghasilkan lumpur yang dapat mengakibatkan pendangkalan air sehingga

terjadi penyumbatan yang dapat menimbulkan banjir.

2.4 Kerangka Konsep Variabel Bebas

Variabel Terikat

Gambar 4. Kerangka Konsep

Karakteristik

-Ibu (Pendidikan, Pekerjaan,

Umur)

-Anak (Umur, Jenis Kelamin)

Higiene Ibu dan Anak

- Cuci Tangan Pakai Sabun

- Perilaku Buang Air Besar Kejadian Diare

Pada Balita Sanitasi Dasar

- Sumber Air Bersih

- Kepemilikan Jamban

- Tempat Pembuangan Sampah

(53)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian dalam bentuk survei yang bersifat

analitik dengan metode pendekatan cross-sectional.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di Desa Sijambur Kecamatan Ronggurnihuta

Kabupaten Samosir. Waktu penelitian dilakukan pada bulan Agustus-September

tahun 2015.

3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang memiliki balita

yang bertempat tinggal di Desa Sijambur Kecamatan Ronggurnihuta Kabupaten

Samosir tahun 2015 yaitu sebanyak 146 orang ibu balita.

3.3.2 Sampel

Gambar

Gambar 1. Skema Teori Simpul Kejadian Diare
Gambar 2. Cara Membuat dan Memberikan Oralit
Gambar 3. Langkah Cuci Tangan Pakai Sabun yang Benar
Gambar 4. Kerangka Konsep
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan higiene perorangan dengan kejadian diare pada anak sekolah dasar dan higiene sanitasi makanan jajanan di SDN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “HUBUNGAN HIGIENE PERORANGAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA ANAK SEKOLAH DASAR DAN HIGIENE SANITASI MAKANAN JAJANAN DI

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan higiene perorangan dengan kejadian diare pada anak sekolah dasar dan higiene sanitasi makanan jajanan di SDN

Apakah sebelum menangani makanan bapak/ibu mencuci tangan pakai sabun?. Apakah sesudah keluar dari kamar mandi kembali mencuci tangan pakai

“Hubungan Kualitas Air, Kondisi Sanitasi, dan Pengetahuan Higiene Ibu Dengan Kejadian Diare Pada Balita di Permukian Kumuh Kecamatan Tallo Kota Makassar” dapat

Dari penelitian ini didapatkan beberapa faktor yang berhubungan erat antara kejadian diare pada balita, dengan perilaku ibunya seperti kebiasaan cuci tangan, penyediaan

Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik untuk meneliti hubungan antara kejadian diare dengan sanitasi total yang meliputi perilaku BAB (Buang Air Besar), perilaku CTPS (Cuci

Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan perilaku penggunaan jamban, perilaku penggunaan air bersih, perilaku Cuci Tangan Pakai Sabun, Sarana pengelolaan sampah,