• Tidak ada hasil yang ditemukan

Evaluasi Drug Therapy Problems penggunaan antibiotika selama rawat inap di RSUP. DR. Sardjito Yogyakarta : kajian terhadap kasus operasi hernia inguinal pada pasien geriatri periode Feruari 2006 - Oktober 2008 - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Evaluasi Drug Therapy Problems penggunaan antibiotika selama rawat inap di RSUP. DR. Sardjito Yogyakarta : kajian terhadap kasus operasi hernia inguinal pada pasien geriatri periode Feruari 2006 - Oktober 2008 - USD Repository"

Copied!
141
0
0

Teks penuh

(1)

i

Kajian Terhadap Kasus Operasi Hernia Inguinal pada Pasien Geriatri Periode Februari 2006 - Oktober 2008

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Ilmu Farmasi

Oleh :

Yosephin Dyah Susilo Pratiwi NIM : 058114113

FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)

ii

Periode Februari 2006 - Oktober 2008

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Ilmu Farmasi

Oleh :

Yosephin Dyah Susilo Pratiwi NIM : 058114113

FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(3)

iii

DI RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA

Kajian Terhadap Kasus Operasi Hernia Inguinal pada Pasien Geriatri Periode Februari 2006 - Oktober 2008

Oleh :

Yosephin Dyah Susilo Pratiwi NIM : 058114113

Skripsi ini telah disetujui oleh :

Pembimbing I

dr. Fenty, M.Kes., Sp.PK tanggal 3 Juli 2009

Pembimbing II

(4)

iv

(5)

v

sia-sia, Tuhan tahu betapa keras aku telah berusaha...

Ketika segala sesuatu berjalan lancar dan aku memiliki tujuan untuk digenapi, maka Tuhan telah memanggilku dengan namaku.

Terpujilah TUHAN, gunung batuku, yang mengajar tanganku

untuk bertempur, dan jari-jariku untuk berperang. (Mazmur 144 : 1)

Segala perkara dapat kutanggung di dalam dia yang memberi kekuatan kepadaku.

(Filipi 4:13)

Karena itu dengan penuh keyakinan, aku menyerahkan segala kekuatiranku kepada-Nya karena DIA memelihara

aku & tak pernah membiarkanku berjalan sendirian...

Kupe rse m b a hka n ka rya ku ya ng se de rha na ini untuk :

Yesus Kristus yang menjadi kekuatan & harapanku dalam segala hal,

Bunda Maria yang selalu menyertai dan memberkati setiap langkahku,

Bapak dan ibuku tersayang, yang tak pernah berhenti memberikan

semangat, dukungan, nasehat, kasih, perhatian, dan doanya,

Those who I cherish deeply in my heart,

RSUP Dr.Sardjito Yogyakarta & my future patients,

(6)

vi

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma : Nama : Yosephin Dyah Susilo Pratiwi

Nomor Mahasiswa : 058114113

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :

EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS PENGGUNAAN

ANTIBIOTIKA SELAMA RAWAT INAP DI RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA Kajian Terhadap Kasus Operasi Hernia Inguinal pada Pasien Geriatri Periode Februari 2006 - Oktober 2008

beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal 11 Agustus 2009 Yang Menyatakan

(7)

vii

berjudul “Evaluasi Drug Therapy Problems Penggunaan Antibiotika Selama Rawat Inap di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta Kajian Terhadap Kasus Operasi Hernia Inguinal pada Pasien Geriatri Periode Februari 2006 - Oktober 2008” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana farmasi pada program studi Ilmu Farmasi, Jurusan Farmasi, Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan semangat, motivasi, dorongan, kritik dan saran sampai terselesaikannya skripsi ini, terutama kepada :

1. Rita Suhadi, M.Si., Apt. selaku dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Ibu Maria Dwi Budi Jumpowati, S.Si. selaku Dosen Pembimbing Akademik atas arahan, saran, dan bimbingannya selama ini.

3. dr. Fenty, MKes, Sp.PK. selaku dosen pembimbing I yang telah meluangkan waktu serta memberikan bimbingan, saran, masukan, kritik dan motivasi kepada penulis dalam proses penyusunan skripsi ini.

(8)

viii saran, masukan, serta waktunya.

7. Dra. Sri Kadarinah Apt. atas waktu, bimbingan, arahan, masukan, dan bantuannya selama penelitian di RSUP Dr. Sardjito.

8. Para dosen di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah memberikan bekal kepada penulis untuk praktik kefarmasiannya kelak. 9. Staff Rekam Medis RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta (dr. Endang, Ibu Ndari,

Bapak Mardi), serta Ibu Mami, terima kasih atas bantuan dan kerjasamanya selama penulis melakukan penelitian.

10. Staff SMF Bedah (Mas Santo, Mbak Erli), staff bagian Sanitasi, dan Instalasi Farmasi terima kasih atas bantuan dan kerjasamanya selama penulis melakukan penelitian.

11. Bapak Ibuku tercinta, terima kasih untuk semua doa, cinta, perhatian, motivasi, dan dukungannya. Terima kasih telah membuat hidupku sangat bahagia, berwarna, dan penuh inspirasi.

12. Pakde Praba dan Suster Agatha, terimakasih atas dukungan dan doanya, juga Mbak Winda, Mas Tatuk, Mas Toro, Tata yang selalu membantuku dan mengisi hari-hariku.

(9)

ix menerimaku apa adanya.

15. Sahabatku di SMA Cintami, Eka, Tyas terima kasih untuk doa dan dukungannya ya, terimakasih atas persahabatan yang indah hingga saat ini. 16. Teman-teman seperjuanganku selama pengambilan data di ICM, Melda, Lina

Chen, Deta, Sinta, Tika, Lia, Sella, mbak Tysom, dr.Ita, dan para teman sejawat yang lain, terima kasih untuk kebersamaan dan kerjasamanya selama mengambil data.

17. Teman-teman FKK 2005 Roni, Tara, Maya, Pipit, Donald, Stelli, Wisely, Bustan, Bamby, Tami, Nolen, dan semua teman - temanku di farmasi yang lain terutama kelas C angkatan 2005 yang tidak dapat disebutkan satu - persatu, terimakasih untuk kebersamaan, kerjasama dan semua proses yang kita lalui selama ini.

18. Teman-teman Komunitas Organis KoBar, Lian, Finza, Ajeng, Yulius, Bonny, Ivan, Henny dll, teman-teman PSF Veronica dan teman-teman kelompok koor yang lain di mana saja, terimakasih untuk kebersamaan, kerjasama, inspirasi dan hari-hari yang berwarna di dalam musik.

19. Teman-teman KKNku, terimakasih atas kebersamaan & kerjasama yang telah kita lalui bersama, mari kita berjuang bersama untuk lulus bersama.

(10)

x

para pembaca serta bagi perkembangan ilmu pengetahuan.

(11)

xi

memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, Mei 2009 Penulis

(12)

xii

terjadinya infeksi, sedangkan antibiotika terapi diberikan kepada pasien yang sudah mengalami infeksi. Tujuan penelitian ini untuk mengevaluasi penggunaan antibiotika pada operasi Hernia Inguinal pasien geriatri selama rawat inap di RSUP Dr. Sardjito periode Februari 2006 - Oktober 2008.

Penelitian ini merupakan penelitian noneksperimental, dengan rancangan deskriptif evaluatif yang bersifat retrospektif. Tahap penelitian meliputi perencanaan, analisis situasi, pengumpulan data, dan evaluasi, dengan instrumen penelitian berupa lembar rekam medis pasien. Data diambil dan dianalisis berdasarkan penyakit penyerta, jenis hernia inguinal, golongan antibiotik, jenis antibiotik, dan analisis Drug Therapy Problems (DTPs) penggunaan antibiotik selama rawat inap.

Hasil yang diperoleh adalah 36 kasus. Persentase berdasarkan penyakit penyerta, yaitu (5,56%) kasus dengan penyakit penyerta hipertensi, (2,78%) kasus dengan CHF, dan (2,78%) kasus dengan batu buli. Jenis hernia inguinal, yaitu (83,33%) kasus dengan jenis hernia inguinal indirek dan (16,67%) kasus dengan jenis hernia inguinal direk. Penggunaan antibiotik terbanyak adalah seftriakson, yaitu (88,89%) penggunaan pada profilaksis bedah, (22,22%) penggunaan pada terapi sebelum operasi, dan (86,11%) penggunaan pada terapi postoperasi. Identifikasi DTPs penggunaan antibiotik diperoleh 3 kasus, yang terdiri dari 6 kasus dosis terlalu rendah (16,67%), 1 kasus efek obat merugikan (2,78%), dan 2 kasus dosis terlalu tinggi (5,56%). Outcome terapi pasien, lama tinggal terbanyak pada lama perawatan 6 – 10 hari (58,33%), keadaan pasien keluar rumah sakit sebanyak 35 kasus keluar rumah sakit dengan keadaan sembuh / membaik.

Kata kunci : antibiotika profilaksis, antibiotika terapi, hernia inguinal, geriatri,

(13)

xiii

therapy is given to the patient who has been experienced infection. The aims of this research is to evaluate the using of the antibiotic in geriatric patients case inguinal hernia surgery during opname at RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta period Februari 2006 - Oktober 2008.

This research is a nonexperimental research, and done with the evaluative descriptive design and the data were obtained by retrospective method. The steps of this research is planning, analize of the situation, data collecting, and evaluation, with medical record of the research instrument. The data being taken and analized were based on illness inverted, type of inguinal hernia, antibiotic classification, type of antibiotic, and the analize of the Drug Therapy Problems (DTPs) about the using of antibiotic during opname.

The results of this research was 36 cases. Percentage of the illness inverted, was (5,56%) case with hipertensy, (2,78%) case with CHF, and (2,78%) case with kidney stone. Type of inguinal hernia, (83,33%) case with indirect inguinal hernia and (16,67%) case with direct inguinal hernia. The most of antibiotic used was ceftriaxone, that was (88,89%) used for prophylaxis in surgery, (22,22%) used for therapy before surgery, and (86,11%) used for therapy after surgery. Identifying DTPs of using the antibiotic yielded 3 cases, consist of 6 case dosage too low (16,67%), 1 case adverse drug reaction (2,78%), and 2 case dosage too high (5,56%). Outcome therapy patient, the most length of stay was 6 – 10 day (58,33%), patient condition out from hospital was 35 case with recover / fine condition.

(14)

xiv

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... v

PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... vi

PRAKATA ... vii

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... xi

INTISARI ... xii

ABSTRACT ... xiii

DAFTAR ISI ... xiv

DAFTAR TABEL ... xix

DAFTAR GAMBAR ... xxiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xxiv

BAB I. PENGANTAR ... 1

A. Latar Belakang ... 1

1. Perumusan masalah ... 3

2. Keaslian penelitian ... 4

3. Manfaat penelitian ... 5

a) Manfaat teoritis ... 5

b) Manfaat praktis ... 5

B. Tujuan Penelitian ... 5

(15)

xv

1. Definisi ... 7

2. Jenis-jenis hernia inguinal ... 8

3. Komplikasi hernia inguinal ... 9

4. Penatalaksanaan hernia inguinal ... 9

B. Infeksi ... 10

1. Definisi Infeksi ... 10

2. Surgical Site Infection ... 11

a) Definisi ... 11

b) Faktor risiko surgical site infection ... 12

c) Penatalaksanaan surgical site infection ... 13

3. Sel darah putih ... 13

C. Antibiotika ... 14

1. Definisi ... 14

2. Prinsip penggunaan antibiotik ... 14

3. Antibiotik profilaksis ... 15

3.1.Jenis - jenis antibiotik profilaksis ... 15

3.2.Waktu dan dosis pemberian ... 16

4. Antibiotik terapetik ... 16

D. Geriatri ... 17

(16)

xvi

E. Drug Therapy Problems ... 20

1. Definisi drug therapy problems ... 20

2. Pengelompokan dan penyebab drug therapy problems ... 20

F. Keterangan Empiris ... 22

BAB III. METODE PENELITIAN ... 23

A. Jenis dan Rancangan Penelitian ... 23

B. Definisi Operasional ... 23

C. Subyek Penelitian ... 25

D. Bahan Penelitian... 25

E. Lokasi Penelitian ... 25

F. Tata Cara Penelitian ... 26

1. Perencanaan ... 26

2. Analisis situasi ... 26

3. Pengumpulan data ... 26

4. Tahap penyelesaian data ... 27

a) Pengolahan data ... 27

b) Evaluasi data ... 27

G. Kesulitan Penelitian ... 29

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 31

(17)

xvii

1. Obat antiinfeksi ... 36

2. Anestesi ... 36

3. Analgesik / Antiinflamasi ... 37

4. Obat sistem kardiovaskuler ... 37

5. Obat saluran cerna ... 37

6. Infus / cairan elektrolit ... 38

7. Obat saluran pernapasan ... 38

8. Vitamin ... 38

9. Obat neurotropik, nootropik & antiparkinson ... 38

10. Obat otot skelet dan sendi ... 39

C. Profil Penggunaan Antibiotik ... 39

1. Golongan dan jenis antibiotik ... 39

2. Indikasi dan pilihan terapi antibiotik... 42

3. Cara pemberian antibiotik ... 44

4. Waktu pemberian antibiotik ... 44

D. Drug Therapy Problems (DTPs) ... 45

1. Dosis terlalu rendah ... 47

2. Efek obat merugikan ... 48

3. Dosis terlalu tinggi ... 49

(18)

xviii

A. Kesimpulan ... 52

B. Saran ... 54

DAFTAR PUSTAKA ... 55

LAMPIRAN ... 58

(19)

xix

Muncul pada Kulit / Jaringan Lunak... 10

Tabel II Faktor resiko Surgical Site Infection ………...……... 12

Tabel III Klasifikasi Luka Operasi …...……... 12

Tabel IV Identifikasi Drug Therapy Problems ... 21

Tabel V Profil Penggunaan Obat Selama Rawat Inap di RSUP Dr. Sardjito Periode Februari 2006 - Oktober 2008... 36

Tabel VI Golongan dan Jenis Antibiotik Profilaksis Kasus Operasi Hernia Inguinal pada Pasien Geriatri di RSUP Dr. Sardjito Periode Februari 2006-Oktober 2008... 39

Tabel VII Golongan dan Jenis Antibiotik Terapi yang Diberikan Sebelum Operasi pada pada Pasien Geriatri Kasus Hernia Inguinal di RSUP Dr. Sardjito Periode Februari 2006 - Oktober 2008... 40

Tabel VIII Golongan dan Jenis Antibiotik Terapi yang Diberikan Postoperasi pada Pasien Geriatri Kasus Operasi Hernia Inguinal di RSUP Dr. Sardjito Periode Februari 2006 - Oktober 2008... 41

Tabel IX Waktu Pemberian Antibiotik Profilaksis Kasus Operasi Hernia Inguinal pada Pasien Geriatri di RSUP Dr. Sardjito periode Februari 2006 - Oktober 2008... 45

Tabel X Jenis DTPs Penggunaan Antibiotik Pasien Geriatri Selama Rawat Inap di RSUP Dr. Sardjito Periode Februari 2006 - Oktober 2008...46

Tabel XI Kasus DTPs Dosis Terlalu Rendah pada Penggunaan Antibiotik Selama Rawat Inap Kasus Operasi Hernia Inguinal Pasien Geriatri di RSUP Dr. Sardjito periode Februari 2006 - Oktober 2008 ...47

Tabel XII Kasus DTPs Efek Obat Merugikan pada Penggunaan Antibiotik Selama Rawat Inap Kasus Operasi Hernia Inguinal Pasien Geriatri di RSUP Dr. Sardjito Periode Februari 2006 - Oktober 2008... 48

Tabel XIII Kasus DTPs Dosis Terlalu Tinggi pada Penggunaan Antibiotik Selama Rawat Inap Kasus Operasi Hernia Inguinal Pasien Geriatri di RSUP Dr. Sardjito Periode Februari 2006 - Oktober 2008... 49

(20)

xx

Periode Februari 2006-Oktober 2008... 60 Tabel XVII Kajian DTPs Kasus 4 Operasi Hernia Inguinal

pada pasien Geriatri di RSUP Dr.Sardjito Yogyakarta Periode Februari 2006-Oktober 2008... 61 Tabel XVIII Kajian DTPs Kasus 5 Operasi Hernia Inguinal

pada pasien Geriatri di RSUP Dr.Sardjito Yogyakarta Periode Februari 2006-Oktober 2008... 62 Tabel XIX Kajian DTPs Kasus 6 Operasi Hernia Inguinal

pada pasien Geriatri di RSUP Dr.Sardjito Yogyakarta Periode Februari 2006-Oktober 2008... 63 Tabel XX Kajian DTPs Kasus 7 Operasi Hernia Inguinal

pada pasien Geriatri di RSUP Dr.Sardjito Yogyakarta Periode Februari 2006-Oktober 2008... 64 Tabel XXI Kajian DTPs Kasus 8 Operasi Hernia Inguinal

pada pasien Geriatri di RSUP Dr.Sardjito Yogyakarta Periode Februari 2006-Oktober 2008... 65 Tabel XXII Kajian DTPs Kasus 9 Operasi Hernia Inguinal

pada pasien Geriatri di RSUP Dr.Sardjito Yogyakarta Periode Februari 2006-Oktober 2008... 66 Tabel XXIII Kajian DTPs Kasus 10 Operasi Hernia Inguinal

pada pasien Geriatri di RSUP Dr.Sardjito Yogyakarta Periode Februari 2006-Oktober 2008... 67 Tabel XXIV Kajian DTPs Kasus 11 Operasi Hernia Inguinal

pada pasien Geriatri di RSUP Dr.Sardjito Yogyakarta Periode Februari 2006-Oktober 2008... 68 Tabel XXV Kajian DTPs Kasus 12 Operasi Hernia Inguinal

pada pasien Geriatri di RSUP Dr.Sardjito Yogyakarta Periode Februari 2006-Oktober 2008... 69 Tabel XXVI Kajian DTPs Kasus 13 Operasi Hernia Inguinal

pada pasien Geriatri di RSUP Dr.Sardjito Yogyakarta Periode Februari 2006-Oktober 2008... 70 Tabel XXVII Kajian DTPs Kasus 14 Operasi Hernia Inguinal

(21)

xxi

pada pasien Geriatri di RSUP Dr.Sardjito Yogyakarta Periode Februari 2006-Oktober 2008... 73 Tabel XXX Kajian DTPs Kasus 17 Operasi Hernia Inguinal

pada pasien Geriatri di RSUP Dr.Sardjito Yogyakarta Periode Februari 2006-Oktober 2008... 74 Tabel XXXI Kajian DTPs Kasus 18 Operasi Hernia Inguinal

pada pasien Geriatri di RSUP Dr.Sardjito Yogyakarta Periode Februari 2006-Oktober 2008... 75 Tabel XXXII Kajian DTPs Kasus 19 Operasi Hernia Inguinal

pada pasien Geriatri di RSUP Dr.Sardjito Yogyakarta Periode Februari 2006-Oktober 2008... 76 Tabel XXXIII Kajian DTPs Kasus 20 Operasi Hernia Inguinal

pada pasien Geriatri di RSUP Dr.Sardjito Yogyakarta Periode Februari 2006-Oktober 2008... 77 Tabel XXXIV Kajian DTPs Kasus 21 Operasi Hernia Inguinal

pada pasien Geriatri di RSUP Dr.Sardjito Yogyakarta Periode Februari 2006-Oktober 2008... 78 Tabel XXXV Kajian DTPs Kasus 22 Operasi Hernia Inguinal

pada pasien Geriatri di RSUP Dr.Sardjito Yogyakarta Periode Februari 2006-Oktober 2008... 79 Tabel XXXVI Kajian DTPs Kasus 23 Operasi Hernia Inguinal

pada pasien Geriatri di RSUP Dr.Sardjito Yogyakarta Periode Februari 2006-Oktober 2008... 80 Tabel XXXVII Kajian DTPs Kasus 24 Operasi Hernia Inguinal

pada pasien Geriatri di RSUP Dr.Sardjito Yogyakarta Periode Februari 2006-Oktober 2008... 81 Tabel XXXVIII Kajian DTPs Kasus 25 Operasi Hernia Inguinal

pada pasien Geriatri di RSUP Dr.Sardjito Yogyakarta Periode Februari 2006-Oktober 2008... 82 Tabel XXXIX Kajian DTPs Kasus 26 Operasi Hernia Inguinal

pada pasien Geriatri di RSUP Dr.Sardjito Yogyakarta Periode Februari 2006-Oktober 2008... 83 Tabel XL Kajian DTPs Kasus 27 Operasi Hernia Inguinal

(22)

xxii

Periode Februari 2006-Oktober 2008... 86 Tabel XLIII Kajian DTPs Kasus 30 Operasi Hernia Inguinal

pada pasien Geriatri di RSUP Dr.Sardjito Yogyakarta Periode Februari 2006-Oktober 2008... 87 Tabel XLIV Kajian DTPs Kasus 31 Operasi Hernia Inguinal

pada pasien Geriatri di RSUP Dr.Sardjito Yogyakarta Periode Februari 2006-Oktober 2008... 88 Tabel XLV Kajian DTPs Kasus 32 Operasi Hernia Inguinal

pada pasien Geriatri di RSUP Dr.Sardjito Yogyakarta Periode Februari 2006-Oktober 2008... 89 Tabel XLVI Kajian DTPs Kasus 33 Operasi Hernia Inguinal

pada pasien Geriatri di RSUP Dr.Sardjito Yogyakarta Periode Februari 2006-Oktober 2008... 90 Tabel XLVII Kajian DTPs Kasus 34 Operasi Hernia Inguinal

pada pasien Geriatri di RSUP Dr.Sardjito Yogyakarta Periode Februari 2006-Oktober 2008... 91 Tabel XLVIII Kajian DTPs Kasus 35 Operasi Hernia Inguinal

pada pasien Geriatri di RSUP Dr.Sardjito Yogyakarta Periode Februari 2006-Oktober 2008... 92 Tabel XLIX Kajian DTPs Kasus 36 Operasi Hernia Inguinal

(23)

xxiii

Gambar 1 Hernia Inguinal... 7 Gambar 2 Jenis Hernia Inguinal... 9 Gambar 3 Klasifikasi Surgical Site Infection... 11 Gambar 4 Kasus Operasi Hernia Inguinal pada Pasien Geriatri

Berdasarkan Adanya Penyakit Penyerta di RSUP Dr. Sardjito Periode Februari 2006 – Oktober 2008... 33 Gambar 5 Kasus Operasi Hernia Inguinal pada Pasien Geriatri

Berdasarkan Jenis Hernia Inguinal di RSUP Dr. Sardjito

Periode Februari 2006 – Oktober 2008... 34 Gambar 6 Kasus Operasi Hernia Inguinal pada Pasien Geriatri

Berdasarkan Sifat Benjolan Hernia Inguinal di RSUP Dr. Sardjito Periode Februari 2006 – Oktober 2008... 35 Gambar 7 Lama Perawatan (Length of Stay) Pasien Geriatri yang

Menjalani Operasi Hernia Inguinal di RSUP Dr. Sardjito

(24)

xxiv

Lampiran 1 Analisis SOAP ... 58 Lampiran 2 Golongan Obat yang Digunakan Pasien Selama

(25)

1

A. Latar Belakang

Berdasarkan Pusat Statistik Kesehatan Nasional Amerika diketahui bahwa surgical site infection (SSI) terjadi pada 3% - 6% pasien dan memperlama waktu tinggal di rumah sakit. Surgical site infection merupakan kasus ketiga terbanyak (14%-16%) yang menyebabkan infeksi nosokomial pada pasien di rumah sakit, dan menempati urutan pertama (40%) yang menyebabkan infeksi nosokomial pada pasien operasi (Di Piro, 2005). Hasil studi deskriptif Suwarni di semua rumah sakit di Yogyakarta tahun 1999 menunjukkan bahwa proporsi kejadian infeksi nosokomial berkisar antara 0,0% hingga 12,06%, dengan rata-rata keseluruhan 4,26% (Suwarni, 2001). Faktor risiko terjadinya surgical site infection dapat dipengaruhi dari segi pasien, segi proses bedah, dan mikroorganisme di tempat operasi. Usia lanjut merupakan salah satu faktor risiko

surgical site infection dari segi pasien (Schwartz, 2005). Pada usia lanjut pertahanan tubuh menurun, lebih mudah terjadi infeksi sehingga diperlukan penggunaan antibiotik (Wattimena, 1991).

(26)

Operasi hernia inguinal merupakan operasi elektif yang termasuk dalam prosedur bersih (kelas I) dimana tidak memerlukan penggunaan antibiotik profilaksis, kecuali apabila terdapat pemasangan alat perlengkapan prostetik (misalnya mesh atau klep). Karena adanya akibat yang serius dari luka infeksi setelah bedah bersih dimana material prostetik ditanamkan ke dalam jaringan, pasien yang menjalani prosedur tersebut dapat menerima dosis tunggal antibiotik preoperatif (Schwartz, 2005). Perkembangan luka infeksi sesudah operasi merupakan kejadian yang biasa terjadi dan memiliki peranan penting sebagai penyebab morbiditas dan memperlama waktu tinggal di rumah sakit (Lawrence dkk, 2002). Pasien yang sudah mengalami infeksi, membutuhkan pemberian antibiotik berdasarkan hasil kultur atau berdasarkan organisme yang paling mungkin berperan pada terjadinya infeksi sementara menunggu hasil kultur (Grace dan Borley, 2006).

(27)

Evaluasi penggunaan antibiotik pada kasus operasi bersih pasien geriatri perlu dilakukan, mengacu pada kriteria Drug Therapy Problems antara lain adanya terapi obat tanpa indikasi, indikasi penyakit yang tidak diberikan terapi, ketidakefektifan pemilihan obat, dosis yang kurang, terjadinya adverse drug reaction, dan dosis yang berlebih (Cipolle, Strand, dan Morley, 2004). Adapun pemilihan RSUP Dr. Sardjito sebagai tempat penelitian dikarenakan perannya sebagai rumah sakit umum pendidikan kelas A dan rumah sakit rujukan bagi DI Yogyakarta dan Jawa Tengah bagian Selatan, selain itu pelayanan pasien geriatri menjadi salah satu pelayanan unggulan di RSUP Dr. Sardjito (Anonim, 2009a).

1. Perumusan masalah

Masalah yang dapat dirumuskan mengenai evaluasi drug therapy problems penggunaan antibiotika pada operasi hernia inguinal pasien geriatri selama rawat inap di RSUP Dr.Sardjito Yogyakarta periode Februari 2006-Oktober 2008 adalah :

a. Bagaimana karakteristik pasien geriatri yang menjalani operasi Hernia Inguinal di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta periode Februari 2006-Oktober 2008, yang meliputi ada tidaknya penyakit penyerta, jenis dan sifat hernia inguinal ?

b. Bagaimana pola penggunaan antibiotika selama rawat inap pada pasien geriatri yang menjalani operasi Hernia Inguinal di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta periode Februari 2006-Oktober 2008, yang meliputi :

(28)

2) jenis dan golongan antibiotik terbanyak yang digunakan oleh pasien selama rawat inap?

c. Bagaimana kajian Drug Therapy Problems pada pengunaan antibiotika

selama rawat inap pasien geriatri yang menjalani operasi Hernia Inguinal di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta periode Februari 2006-Oktober 2008, yang meliputi :

1) apakah ada terapi obat tanpa indikasi? 2) apakah perlu terapi tambahan?

3) adakah pemakaian obat yang tidak efektif? 4) apakah dosis yang diterima pasien kurang? 5) apakah terjadi adverse drug reaction? 6) apakah dosis yang diterima pasien berlebih?

d. Bagaimanakah outcome terapi pasien geriatri yang menjalani operasi hernia inguinal di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta periode Februari 2006 – Oktober 2008?

2. Keaslian penelitian

(29)

3. Manfaat penelitian

a. Manfaat teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai kerasionalan penggunaan antibiotik selama rawat inap pada kasus hernia inguinal khususnya bagi pasien geriatri di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta.

b. Manfaat praktis

Penelitian ini dapat digunakan sebagai evaluasi dan bahan masukan dalam hal penggunaan antibiotik pada prosedur pembedahan terutama bagi pasien geriatri pada kasus hernia inguinal di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta.

B. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Untuk mengetahui profil penggunaan antibiotika selama rawat inap pada pasien geriatri yang menjalani operasi hernia inguinal di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta periode Februari 2006-Oktober 2008.

2. Tujuan khusus

Adapun tujuan khususnya yaitu :

(30)

b. Untuk mengetahui pola penggunaan antibiotika selama rawat inap pada pasien geriatri yang menjalani operasi Hernia Inguinal di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta periode Februari 2006-Oktober 2008, yang meliputi profil penggunaan antibiotik profilaksis serta jenis dan golongan antibiotik terbanyak yang digunakan oleh pasien selama rawat inap.

c. Mengetahui kajian Drug Therapy Problems penggunaan antibiotika selama rawat inap pada pasien geriatri yang menjalani operasi Hernia Inguinal di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta periode Februari 2006-Oktober 2008, yang meliputi :

1) adanya terapi obat tanpa indikasi

2) adanya indikasi penyakit yang tidak diberikan terapi 3) adanya pemakaian obat yang tidak efektif

4) adanya dosis yang kurang 5) terjadinya adverse drug reaction

6) adanya dosis yang berlebih.

(31)

7

A. Hernia Inguinal

1. Definisi

Hernia inguinal merupakan penonjolan viskus dari posisi normalnya melalui suatu celah/area yang lemah pada cincin inguinal dan dapat menurun sampai ke dalam scrotum (Crowley, 2001). Semua hernia terjadi melalui celah lemah atau kelemahan yang potensial pada dinding abdomen yang didukung oleh adanya peningkatan tekanan intraabdomen yang berulang atau berkelanjutan. Peningkatan tekanan intraabdomen disebabkan oleh beberapa faktor seperti batuk kronis, konstipasi, obstruksi leher vesika atau uretral, parturisi, muntah, penggunaan otot berlebihan, keganasan abdomen dan ascites (Marijata, 2006).

(32)

2. Jenis-jenis hernia inguinal

Hernia inguinal dibedakan menjadi 3 jenis umum, yaitu :

a. Indirek

Hernia inguinal indirek biasanya bersifat kongenital (Marijata, 2006). Jenis hernia ini dapat dimasukkan dengan tekanan oleh jari-jari di sekitar cincin inguinalis interna, seperti leher yang sempit dan banyak terjadi pada pria usia muda, sebanyak 3% pertahun kasus ini terjadi dengan komplikasi (Grace dan Borley, 2006).

b. Direk

Biasanya merupakan penonjolan difus dari bagian medial dinding posterior kanalis inguinal, medial dari arteri epigastrika inferior, dan di belakang, atas serta bawah korda. Hernia inguinal direk bersifat didapat (acquired) kecuali pada jenis yang jarang dimana terdapat ofisium sirkular yang kaku dan kecil pada conjoint tendon (Marijata, 2006). Hernia inguinalis direk biasanya memiliki leher yang lebar, sulit dimasukkan dengan penekanan jari-jari tangan dan lebih sering pada pria usia tua, sebanyak 0,3% kasus pertahun mengalami strangulasi (Grace dan Borley, 2006).

c. Indirek dan Direk

Hernia inguinalis jenis ini disebut juga ganda, hernia pantalon atau hernia saddle bag. Hernia ini terdiri dari dua kantong yang melintasi vasa epigastrika inferior (Marijata, 2006). Sedangkan sifat benjolan pada hernia inguinal dibedakan menjadi reponible dimana sifat benjolan keluar masuk, dan irreponible

(33)

Gambar 2. Jenis Hernia Inguinal (Anonim, 2009 b)

3. Komplikasi hernia inguinal

Komplikasi pada hernia inguinal dapat berupa inkarserasi, obstruksi, atau strangulasi usus. Obstruksi usus di dalam kantung mempunyai gambaran klinik seperti obstruksi usus halus atau usus besar lainnya. Strangulasi merupakan risiko obstruksi usus, tetapi obstruksi tidak selalu timbul (Schrock, 1993).

4. Penatalaksanaan hernia inguinal

Perbaikan dengan bedah biasanya dilakukan pada pasien-pasien dengan hernia yang berisiko komplikasi, hernia dengan adanya gejala-gejala obstruksi sebelumnya, dan hernia dengan risiko komplikasi yang rendah namun dengan gejala yang mengganggu gaya hidup (Grace dan Borley, 2006).

(34)

Ampicillin 3x1 gram per hari untuk 5 hari, apabila sudah terjadi perforasi dapat digunakan ampicillin 3x1 gram, gentamisin 2x80 mg, flagyl suppositoria 3x500 mg, pengobatan selama 5 hari (Anonim, 1999).

Antibiotik profilaksis yang direkomendasikan pada operasi hernia adalah sefazolin dan hanya direkomendasikan pada risiko yang tinggi, yaitu pasien dengan faktor risiko infeksi luka seperti pasien lanjut usia, diabetes, atau multiple medical comorbidities. Dosis dewasa untuk pemberian secara i.v adalah 1-2 g (Lawrence dkk, 2002). Pemberian antibiotika sebagai penatalaksanaan terapi pasca bedah, ditujukan kepada pasien umur tua, DM, pengguna corticosteroid atau sitostatika, immunocompromised, dan hernia strangulata (Anonim, 2007).

B. Infeksi

1. Definisi infeksi

Infeksi merupakan proses pada waktu organisme berupa bakteri, virus, dan jamur masuk ke dalam tubuh atau jaringan, yang mampu menyebabkan munculnya penyakit serta dapat menyebabkan trauma atau kerusakan (Grace dan Borley, 2006).

Tabel I. Kuman Penginfeksi yang Umumnya Muncul pada Kulit / Jaringan Lunak (McEvoy, 2005).

Tempat / Tipe Infeksi Kuman penginfeksi

Selulitis Streptococcus kelompok A, Staphylococcus aureus

Pada kateter intravena Staphylococcus aureus, Staphylococcus epidermidis

Luka operasi Staphylococcus aureus, gram-negatif yang berbentuk batang

Ulkus diabetes Staphylococcus aureus, gram-negatif aerobic yang berbentuk batang, anaerob

(35)

2. Surgical Site Infection

a. Definisi

Surgical Site Infection merupakan infeksi yang dapat terjadi pada jaringan, organ, atau tempat pembedahan selama pelaksanaan prosedur yang invasif dalam proses pembedahan (Schwartz, 2005), contoh infeksi spesifik yang diakibatkan oleh pembedahan adalah selulitis, tetanus, dan gangren gas, sedangkan infeksi pascaoperasi dapat berupa infeksi luka, infeksi intra-abdomen, abses intra-abdomen, infeksi pernafasan, infeksi saluran kemih, infeksi jalur sentral intravena, dan enterokolitis pseudomembranosa (Grace dan Borley, 2006).

(36)

b. Faktor Risiko Surgical Site Infection

Faktor resiko terjadinya surgical site infection dapat dipengaruhi dari segi pasien, segi proses bedah, dan mikroorganisme di tempat operasi. Hal tersebut dikelompokkan dalam tabel di bawah ini :

Tabel II. Faktor resiko surgical site infection (Schwartz, 2005) Segi pasien Segi proses bedah Mikroorganisme

• Usia lanjut

• Imunosupresi

• Obesitas

• Penyakit diabetes

• Proses inflamasi kronis

• Malnutrisi

Peripheral vascular

disease • Anemia

• Radiasi

• Penyakit kulit kronis

• Sudah terjadi infeksi terlebih dahulu (carrier

stage)

• Lamanya tinggal saat preoperasi

• Durasi pembersihan bedah

• Persiapan preoperatif

• Pencukuran daerah operasi

• Lama bedah

• Antibiotik profilaksis

• Ventilasi ruang operasi

• Sterilisasi alat-alat bedah

• Pemasangan implan prosthetic

Drainase bedah

• Tehnik bedah

• Hipoksia, hipotermia

• Kolonisasi dengan mikroorganisme resisten

• Sekresi toksin

• Organisme

penyebab infeksi nosokomial

Klasifikasi bedah dapat dikelompokkan menjadi bedah bersih, bedah terkontaminasi bersih, bedah terkontaminasi, dan bedah kotor.

Tabel III. Klasifikasi Luka Operasi (Grace dan Borley, 2006) Klasifikasi luka

operasi

Definisi Contoh Insidensi

infeksi luka (%) Bersih Tidak ada kontaminasi

dari GI, GU, atau RT

Kontaminasi minimal dari GI, GU, atau RT

Kolesistektomi, TURP, pneumonektomi

7-10

Terkontaminasi Kontaminasi signifikan dari GI, GU, atau RT

Pembedahan elektif kolon, apendisitis yang meradang

15-20

Kotor Terdapat infeksi Perforasi usus, apendisitis perforasi, amputasi yang terinfeksi

(37)

c. Penatalaksanaan Surgical Site Infection

Pencegahan yang dilakukan sebelum terjadi infeksi dapat berupa: 1) operasi dilakukan sesingkat mungkin,

2) kulit pasien dibersihkan dengan antiseptik, sedangkan dokter bedah dan perawat hendaknya menggunakan teknik yang aseptis,

3) dilakukan filtrasi / penyaringan terhadap udara pada kamar operasi, 4) personil yang terlibat dalam pembedahan menggunakan Alat

Perlindungan Diri (APD),

5) pemberian antibiotik profilaksis (Grace dan Borley, 2006). Hal-hal yang dilakukan apabila sudah terjadi infeksi:

1) penegakan diagnosis bakteri penginfeksi dengan kultur spesimen yang tepat,

2) pemberian antibiotik berdasarkan kultur (terapi absolut / definitif) dan berdasar organisme yang paling mungkin menginfeksi (terapi empirik), 3) drainase untuk mengeluarkan kumpulan cairan yang terinfeksi

(Grace dan Borley, 2006).

3. Sel darah putih

(38)

Sel darah putih yang berperan dalam pertahanan terhadap infeksi bakteri adalah neutrofil. Nilai normal neutrofil berkisar antara 2,0 – 7,5 x 109/L. Neutrofilia atau peningkatan jumlah neutrofil dapat disebabkan oleh infeksi bakteri akut, peradangan, nekrosis jaringan akut, peradangan akut, dan leukemia. Sedangkan neutropenia atau penurunan jumlah neutrofil dapat disebabkan oleh infeksi virus, reaksi obat, dan penyakit darah (Rubenstein, Wayne, Bradley, 2007).

C. Antibiotika

1. Definisi

Antibiotika adalah zat yang dihasilkan oleh suatu mikroba terutama fungi, yang dapat menghambat atau membasmi mikroba jenis lain (Ganiswara, 1995). Berdasarkan spektrumnya antibiotik dapat dibedakan menjadi antibiotik berspektrum sempit (narrow spectrum) dan antibiotik berspektrum luas (broad spectrum). Antibiotik berspektrum sempit hanya mampu menghambat atau membunuh segolongan jenis bakteri, yaitu Gram positif atau Gram negatif. Sedangkan antibiotik berspektrum luas dapat menghambat atau membunuh bakteri dari golongan Gram positif maupun Gram negatif (Pratiwi, 2008).

2. Prinsip penggunaan antibiotik

(39)

ini tergantung dari derajat penyakit dan tujuan pemberian antibiotik, untuk profilaksis atau terapi (Anonim, 1992).

3. Antibiotik profilaksis

Antibiotik profilaksis merupakan antibiotik yang digunakan secara luas dalam prosedur pembedahan dan bertujuan untuk mengurangi prevalensi terjadinya infeksi akibat luka sesudah pembedahan (Gugliemo, 2005).

Prinsip penggunaan antibiotik profilaksis:

a. pemilihan antibiotik efektif untuk mengatasi tipe kontaminasi b. penggunaan antibiotik hanya digunakan pada risiko infeksi c. pemberian antibiotik harus sesuai dosis dan waktu pemberian

d. dosis dihentikan sebelum terjadi risiko efek samping lebih besar dibanding keuntungannya (Doherty dan Way, 2006).

3.1. Jenis-jenis antibiotik profilaksis

(40)

3.2. Waktu dan dosis pemberian

Pemberian antibiotik profilaksis dosis tunggal secara intravena diberikan tidak lebih dari 30 menit sebelum mulai bedah agar konsentrasi dalam jaringan adekuat sampai proses bedah selesai. Jika bedah berlangsung lama (lebih dari 4 jam), banyak kehilangan darah, atau antibiotik yang digunakan memiliki waktu paruh yang pendek (misal cefoxitine), maka diberikan dosis tambahan antibiotik profilaksis 1 atau lebih selama proses bedah setiap 4-8 jam selama durasi bedah (McEvoy, 2005).

Antibiotik diberikan bersamaan dengan anestesi sebelum operasi dimulai. Pemberian antibiotik yang terlalu awal dapat menyebabkan konsentrasi obat dalam darah pada akhir operasi berada di bawah MIC. Sedangkan pemberian terlambat akan menyebabkan pasien tidak terlindung secara optimal pada waktu dimulainya operasi (Di Piro et al, 2005).

4. Antibiotik terapetik

(41)

Dalam memilih cara pemberiannya hendaknya dipertimbangkan berdasar tempat infeksi dan berat infeksi (Anonim, 1992).

D. Geriatri

1. Definisi

Geriatri merupakan kelompok usia 65 tahun atau di atasnya, dimana telah terjadi penurunan fungsi organ tubuh yang akan berpengaruh terhadap proses farmakokinetik di dalam tubuh yaitu absorpsi, distribusi, metabolisme, dan eliminasi (Di Piro, 2005).

2. Perubahan farmakokinetik

(42)

samping maupun toksisitas obat-obat tersebut di atas lebih mudah timbul pada orang usia lanjut. Pada ekskresi obat perlu diperhitungkan fungsi ginjal, yang pada usia lanjut umumnya sudah menurun. Oleh karena itu dianjurkan pada pemberian obat, terutama yang diberi dalam jangka panjang harus selalu memperhitungkan fungsi ginjal pasien (Suyono, 2001).

Contoh obat-obat yang potensial terakumulasi akibat penurunan fungsi ginjal ialah digoksin, gentamisin, klorpropamid, litium, prokainamid, tetrasiklin, trimetoprim, sulfametoksazol, dan penisilin (Suyono, 2001).

3. Prinsip pengobatan pada geriatri

Prinsip pengobatan pada geriatri adalah selalu mengutamakan pengobatan nonfarmakologis apabila memungkinkan, karena dengan cara akan mengurangi pemakaian obat. Apabila diperlukan maka dapat diberikan obat atau obat-obatan dengan berbagai kaidah umum, agar pasien terhindar dari efek samping atau kejadian yang tidak diharapkan. Kaidah umum tersebut meliputi : a. Alasan pemberian obat yang kuat

Tidak semua penyakit memerlukan obat, sehingga apabila tidak perlu obat atau tanpa alasan yang kuat, sebaiknya tidak diberikan obat.

b. Perlu anamnesis mengenai kebiasaan pasien

(43)

c. Mengetahui farmakologi obat yang akan diberikan

Sebaiknya memberikan obat yang telah diketahui indikasi, kontraindikasi dan efek sampingnya secara pasti.

d. Mulai dengan dosis kecil

Pemberian obat pada usia lanjut dimulai dengan dosis kecil. Dosis yang dianjurkan sering terlalu tinggi untuk usia lanjut. Dalam hal ini harus selalu diperhitungkan fungsi ginjal pasien.

e. Cara pemberian obat sesederhana mungkin

Hal ini untuk mendapat kepatuhan minum obat, sehari sekali sangat ideal, dan sebaiknya tidak diberikan dalam dosis terlalu sering atau dengan instruksi yang sulit dimengerti.

f. Evaluasi secara berkala

Secara teratur apabila pasien mendapat obat-obat dalam jangka panjang, dievaluasi kembali, apabila tidak diperlukan lagi maka pengobatan tidak diteruskan. Obat-obat dengan rentang terapeutik sempit perlu diukur kadarnya dalam serum secara berkala, misalnya warfarin, fenitoin, teofilin, digoksin, dan aminoglikosida.

g. Tidak melakukan pengobatan yang berlebihan (overtreatment)

Menghindari pengobatan yang mencapai dosis toksik untuk mendapat efek inotropik yang diinginkan (Suyono, 2001).

4. Penggunaan antibiotik pada geriatri

(44)

perubahan-perubahan fisiologik dan patologik (Wattimena, 1991). Proses penuaan dan malnutrisi yang terjadi pada usia lanjut mengakibatkan defisiensi sistim imun (Sudoyo, 2006). Karena pertahanan tubuh yang menurun, lebih mudah terjadi infeksi sehingga diperlukan penggunaan antibiotik (Wattimena, 1991).

Tidak terdapat penyesuaian dosis antibiotik khusus pada pasien geriatri, pengaturan dosis diperlukan apabila pasien mengalami gangguan fungsi ginjal dan gangguan hepar yang umum terjadi pada usia lanjut (Ahronheim, 1992).

E. Drug Therapy Problems (DTP)

1. Definisi Drug Therapy Problems

Drug Therapy Problems yaitu kejadian yang tidak diinginkan yang dialami oleh pasien pada waktu menjalani terapi pengobatan dan dapat mengganggu outcome yang diharapkan dan dapat juga merugikan pasien. Drug Therapy Problems sering dialami pada waktu penggunaan obat dalam praktek klinis yang dapat berakibat pada ketidakrasionalan penggunaan obat (Cipolle, Strand, Moley, 2004).

2. Pengelompokan dan penyebab Drug Therapy Problems

Permasalahan yang sering muncul dapat dikelompokkan menjadi 7 drug therapy problems yang berkaitan dengan indikasi, efektivitas, keamanan, dan kepatuhan (Cipolle, Strand, Moley, 2004). Ketujuh Drug Therapy Problems

(45)

Tabel IV. Identifikasi Drug Therapy Problems (Cipolle, Strand, Moley, 2004) Jenis Drug

Therapy Problems

Penyebab Drug Therapy Problems

Terapi tanpa indikasi

(unnecessary drug therapy)

Terapi yang diperoleh tidak sesuai, menggunakan terapi polifarmasi, kondisi yang seharusnya mendapat terapi non farmakologi, terapi efek samping yang dapat diganti dengan penggantian pengobatan lainnya.

Memerlukan terapi tambahan

(needs additional drug therapy)

Munculnya kondisi kronis yang membutuhkan terapi, memerlukan terapi pencegahan untuk mengurangi risiko munculnya kondisi medis yang baru, tambahan terapi obat kombinasi untuk memperoleh efek tambahan.

Pemilihan obat yang kurang efektif (ineffective drug)

Obat yang digunakan tidak efektif dengan kondisi medis yang dihadapi, kondisi medis yang sukar untuk sembuh dengan pengobatan saat itu, bentuk sediaan kurang tepat, obat yang digunakan tidak sesuai dengan indikasi.

Dosis terlalu rendah (dosage too low)

Dosis terlalu rendah untuk dapat memberikan respon, jarak pemberian obat dalam frekuensi yang jarang untuk memberikan respon, interaksi obat mengurangi jumlah obat yang tersedia dalam bentuk aktif, durasi terapi obat terlalu pendek untuk menghasilkan respon.

Efek obat merugikan (adverse drug reaction)

Obat menimbulkan efek yang tidak diinginkan tetapi tidak ada hubungannya dengan dosis, obat yang aman memiliki faktor risiko, interaksi obat menyebabkan reaksi yang tidak diharapkan tetapi tidak ada hubungannya dengan dosis, aturan dosis telah diberikan atau diubah terlalu cepat, obat yang menyebabakan alergi, obat yang memiliki kontraindikasi yang merupakan faktor risiko.

Dosis terlalu tinggi (dosage too high)

Dosis yang diberikan terlalu tinggi, frekuensi pemberian obat terlalu pendek, durasi terapi pengobatan terlalu panjang, interaksi obat dapat menghasilkan reaksi toksik, obat diberikan terlalu cepat.

Ketidakpatuhan pasien

(noncompliance)

(46)

F. Keterangan Empiris

(47)

23

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian mengenai Evaluasi Drug Therapy Problems Penggunaan Antibiotika Selama Rawat Inap di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta Kajian Terhadap Kasus Operasi Hernia Inguinal pada Pasien Geriatri Periode Februari 2006-Oktober 2008 merupakan penelitian noneksperimental, dengan rancangan deskriptif evaluatif yang bersifat retrospektif. Penelitian ini merupakan penelitian nonekperimental karena tidak ada perlakuan pada subjek uji. Rancangan penelitian deskriptif evaluatif karena penelitian ini hanya bertujuan melakukan eksplorasi deskriptif terhadap fenomena yang terjadi dan dilakukan evaluasi data yang diperoleh berdasarkan studi pustaka dan standar yang berlaku di rumah sakit. Penelitian ini bersifat retrospektif karena data yang digunakan diambil dengan melakukan penelusuran terhadap dokumen terdahulu yang berupa rekam medis pasien dan peneliti tidak mengikuti subjek penelitian.

B. Definisi Operasional

(48)

2. Pasien Hernia Inguinal geriatri adalah pasien dengan usia ≥ 65 tahun, terdiagnosis hernia inguinal dan belum komplikasi, baik diagnosis utama maupun diagnosis lain, serta telah menjalani operasi di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta periode Februari 2006-Oktober 2008.

3. Antibiotik selama rawat inap dalam penelitian ini adalah antibiotik yang diberikan pada pasien selama rawat inap, meliputi : antibiotik profilaksis yang diberikan 2 jam dari sebelum pembedahan sampai 24 jam setelah pembedahan dan antibiotik terapi yang bersifat empirik, penggunaanya bertujuan mencegah surgical site infection dan tidak berdasarkan hasil kultur kuman yang spesifik dari pasien.

4. Drug Therapy Problems adalah suatu permasalahan atau kejadian yang tidak diharapkan dan kemungkinan dialami pasien selama proses terapi akibat obat, sehingga mengganggu tujuan terapi yang diinginkan, dalam penelitian ini kriterianya mengacu terhadap golongan, jenis, dosis, dan jangka waktu pemberian antibiotik. Evaluasi Drug Therapy Problems penggunaan antibiotik dalam penelitian ini adalah evaluasi yang meliputi : terapi obat tanpa indikasi (unnecessary drug therapy), perlu terapi tambahan (needs additional drug therapy), ketidakefektifan pemilihan obat (ineffective drug), dosis yang terlalu rendah (dosage too low), efek samping obat yang merugikan (adverse drug reaction), dan dosis yang berlebih (dosage too high).

(49)

anamnesis, pemeriksaan jasmani, hasil laboratorium, daftar pemberian obat, rencana pengelolaan dan catatan perkembangan, rekam catatan keperawatan serta ringkasan pemeriksaan pada kasus operasi Hernia Inguinal pasien geriatri yang dirawat di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta periode Februari 2006-Oktober 2008.

C. Subyek Penelitian

Subyek penelitian ini adalah pasien geriatri yang menjalani operasi hernia inguinal, memperoleh terapi antibiotik, dan rawat inap di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta pada periode Februari 2006-Oktober 2008. Jumlah kasus dalam penelitian ini sebanyak 36 kasus.

D. Bahan Penelitian

Bahan penelitian yang digunakan adalah lembar rekam medis pasien geriatri yang menjalani operasi hernia inguinal di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta periode Februari 2006-Oktober 2008, Standar Pelayanan Medis Bedah Digestif (kasus hernia inguinal), dan data kultur kuman di ruang operasi hernia tahun 2006-2008.

E. Lokasi Penelitian

(50)

F. Tata Cara Penelitian

Jalannya penelitian meliputi empat tahap yaitu, tahap perencanaan, analisis situasi, pengumpulan data, dan tahap penyelesaian data.

1. Perencanaan

Dimulai dengan penentuan dan analisis masalah yang akan dijadikan bahan penelitian, kemudian mengurus proses perijinan dan melakukan survei data rekam medis pada kasus operasi hernia inguinal di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta periode tahun 2006 - 2008.

2. Analisis situasi

Pada tahap ini dilakukan pengelompokan materi yang akan dibahas dan evaluasi yang akan dilakukan dalam penelitian, sehingga didapatkan kriteria-kriteria data yang harus diambil. Selanjutnya dilakukan penelusuran data di Instalasi Catatan Medis RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta dan didapatkan data print out mengenai jumlah pasien, nomor rekam medis, usia, jenis kelamin, alamat, lama perawatan, unit perawatan, diagnosis utama, diagnosis lain ataupun komplikasi yang dialami pasien. Dari keseluruhan data print out pasien yang menjalani operasi hernia inguinal tahun 2006-2008 yang didapatkan, dipilih hanya data pasien geriatri untuk pengambilan data.

3. Pengumpulan data

(51)

obat, lama pasien menjalani perawatan, rencana pengelolaan dan catatan perkembangan, rekam catatan keperawatan dan ringkasan pemeriksaan.

4. Tahap penyelesaian data

a. Pengolahan data

Data yang diperoleh disajikan dalam bentuk tabel atau gambar kemudian dideskripsikan. Gambar berisi mengenai karakteristik pasien yang meliputi penyakit penyerta, jenis hernia inguinal, sifat benjolan hernia, lama tinggal di rumah sakit, dan keadaan pasien keluar rumah sakit. Sedangkan tabel data berisi profil penggunaan obat pasien selama rawat inap, pola pemberian antibiotik selama rawat inap yang menampilkan kerasionalan terapi antibiotik, dan kajian mengenai Drug Therapy Problems yang dijabarkan menggunakan metode SOAP (Subjective,

Objective, Assessment, Plan). Pada analisa kerasionalan pada penelitian ini parameter Drug Therapy Problems yang digunakan hanya sebesar 6 parameter tanpa mengikutsertakan kepatuhan pasien, hal ini disebabkan karena adanya keterbatasan dalam penelitian sehingga hanya mampu mengamati keenam parameter lainnya yang termasuk dalam kategori

Drug Therapy Problems.

b. Evaluasi data

(52)

kuman di ruang operasi hernia. Pembahasan Drug Therapy Problems

dalam analisis dalam penelitan ini menggunakan pustaka Drug Information Handbook 11th edition, Informasi Spesialite Obat Indonesia volume 43-2007, Informatorium Obat Nasional Indonesia 2000, MIMS Indonesia Petunjuk Konsultasi edisi 7 2007/2008, Pedoman Penggunaan Antibiotik Nasional Edisi 1 1992, Standar Pelayanan Medis Bedah Digestif tahun 2007, dan Standar Pelayanan Medis RSUP Dr.Sardjito Yogyakarta edisi 2 cetakan I tahun 1999 jilid 1. Evaluasi yang dilakukan secara kasus per kasus.

Untuk tata cara analisa hasil dilakukan sebagai berikut :

a. Karakteristik pasien

1) Persentase adanya penyakit penyerta dikelompokkan menjadi kasus pada pasien dengan penyakit penyerta dan tanpa penyakit penyerta, dihitung dengan cara membagi antara jumlah kasus pada tiap kelompok dengan jumlah keseluruhan kasus kemudian dikalikan 100%.

2) Persentase terjadinya jenis hernia inguinal dikelompokkan menjadi jenis hernia inguinal direk dan indirek, dihitung dengan cara membagi antara jumlah kasus pada tiap kelompok dengan jumlah keseluruhan kasus kemudian dikalikan 100%.

b. Profil penggunaan antibiotik yang meliputi golongan dan jenis antibiotik yang digunakan, waktu dan cara pemberian antibiotik.

(53)

keluhan utama, perjalanan penyakit, kondisi umum, dan keadaan pulang pasien. Bagian Objective digambarkan dengan tabel mengenai data laboratorium maupun tanda vital yang dilengkapi dengan pemberian terapi selama perawatan. Sedangkan Drug Therapy Problems akan dijabarkan pada

Assessment yang kemudian akan dipecahkan melalui Plan.

d. Kajian Drug Therapy Problems kemudian dirangkum, yaitu dengan mengelompokkan kasus yang terjadi pada keenam parameter Drug Therapy Problems beserta jenis obat dan zat aktifnya disertai penilaian dan rekomendasi terhadap terjadinya Drug Therapy Problems.

G. Kesulitan Penelitian

(54)
(55)

31

Penelitian mengenai Evaluasi Drug Therapy Problems Penggunaan Antibiotika Selama Rawat Inap di RSUP Dr.Sardjito Yogyakarta Kajian Terhadap Kasus Operasi Hernia Inguinal pada Pasien Geriatri Periode Februari 2006 - Oktober 2008 dilakukan dengan menelusuri kasus pasien geriatri rawat inap yang terdiagnosis hernia inguinal dan menjalani operasi, baik dalam diagnosis utama maupun diagnosis lain. Hasil data print out pasien geriatri yang telah dikelompokkan, didapatkan 93 kasus, namun dalam analisis yang dilakukan oleh penulis hanya digunakan data lembar rekam medis sebanyak 36 kasus dengan menghitung banyaknya kasus rawat inap yang terjadi dalam periode 2006-2008 dan data yang dapat dianalisis. Pengurangan jumlah kasus yang diteliti dalam penelitian ini disebabkan karena diagnosa salah, data yang tidak lengkap, tahun tidak masuk dalam range (2006-2008), dan sebagian tidak ditemukan rekam medisnya. Kasus hernia inguinal pada pasien geriatri dalam penelitian ini yang tergolong dalam diagnosis utama sebanyak 34 kasus sedangkan yang tergolong dalam diagnosis lain sebanyak 2 kasus.

(56)

penggunaan obat selama pasien dirawat inap, profil penggunaan antibiotik, kajian

DrugTherapy Problems (DTPs), dan outcome terapi.

Karakteristik kasus operasi hernia inguinal meliputi penyakit penyerta, dan jenis hernia inguinal. Profil penggunaan obat selama pasien dirawat inap meliputi semua golongan obat yang diberikan kepada pasien selama dirawat inap. Profil penggunaan antibiotik dibagi menjadi golongan dan jenis antibiotik, indikasi dan pilihan terapi antibiotik, cara pemberian antibiotik, dan waktu pemberian antibiotik. Kajian parameter Drug Therapy Problems (DTPs) dijabarkan melalui metode SOAP

pada lampiran, kemudian permasalahan yang didapatkan dibahas berdasarkan kategori DTPs yang terjadi pada masing-masing kasus. Sedangkan outcome terapi meliputi lama tinggal dan keadaan pasien keluar.

A. Karakteristik Kasus Operasi Hernia Inguinal

1. Berdasarkan adanya penyakit penyerta

(57)

Gambar 4. Kasus Operasi Hernia Inguinal pada Pasien Geriatri Berdasarkan Adanya Penyakit Penyerta di RSUP Dr. Sardjito

Periode Februari 2006 - Oktober 2008

Pada pasien dengan hipertensi dilakukan cek tekanan darah setiap 4 jam selama perawatan sebelum operasi, pada pasien dengan CHF dilakukan pemeriksaan dengan EKG. Hal ini untuk menjaga kondisi pasien tetap baik saat dilakukan operasi. Pada pasien dengan batu buli (batu ginjal) perlu dilakukan pemeriksaan terhadap keparahan penyakitnya, karena batu ginjal yang sudah parah memungkinkan pasien mengalami infeksi pada saluran urin yang memerlukan penanganan antibiotik tambahan untuk mencegah timbulnya infeksi yang baru saat dilakukan operasi.

2. Berdasarkan jenis hernia inguinal

Jenis hernia inguinal dibedakan menjadi direk, indirek, dan hernia ganda yang merupakan gabungan dari jenis direk dan indirek. Hernia inguinalis direk di dalam rekam medis RSUP Dr. Sardjito diistilahkan dengan Hernia Inguinalis

88,89% 5,56%2,78% 2,78%

1 2 3 4

tanpa penyakit penyerta hipertensi

(58)

Medialis (HIM), sedangkan hernia inguinalis indirek diistilahkan dengan Hernia Inguinalis Lateralis (HIL).

Gambar 5. Kasus Operasi Hernia Inguinal pada Pasien Geriatri Berdasarkan Jenis Hernia Inguinal di RSUP Dr. Sardjito Periode

Februari 2006 - Oktober 2008

HIM biasanya terjadi pada usia tua, sedangkan HIL dapat terjadi pada semua usia, akan tetapi pada penelitian ini jumlah pasien geriatri yang mengalami hernia inguinal jenis indirek lebih banyak ditemukan. Sifat benjolan pada hernia inguinal dibedakan menjadi reponible dimana sifat benjolan keluar masuk, dan irreponible

yaitu sifat benjolan menetap. Jumlah kasus dengan sifat benjolan hernia reponible

lebih banyak ditemukan.

83,33% 16,67%

1

2

Indirek (HIL)

(59)

Gambar 6. Kasus Operasi Hernia Inguinal pada Pasien Geriatri Berdasarkan Sifat Benjolan Hernia Inguinal di RSUP Dr. Sardjito Periode

Februari 2006 - Oktober 2008

Jenis hernia inguinalis indirek dengan sifat benjolan reponible sebagai kasus terbanyak pasien geriatri yang menjalani operasi, dapat dikarenakan jenis hernia tersebut telah mengganggu gaya hidup pasien dan menimbulkan ketidaknyamanan.

B. Profil Penggunaan Obat

Profil penggunaan obat pasien geriatri yang menjalani operasi hernia inguinal selama dirawat inap disajikan pada tabel di bawah ini.

91,67% 8,33%

1

2

Reponible

(60)

Tabel V. Profil Penggunaan Obat Selama Rawat Inap di RSUP Dr. Sardjito Periode Februari 2006 - Oktober 2008

No. Golongan obat Jumlah kasus (n=36)

Persentase (%)

1. Obat antiinfeksi 36 100

2. Anestesi 36 100

3. Analgesik/antiinflamasi 18 50

4. Obat sistem kardiovaskuler 15 41,67

5. Obat saluran cerna 9 25

6. Infus / cairan elektrolit 5 13,89

7. Obat saluran pernafasan 4 11,11

8. Vitamin 4 11,11

9. Obat neurotonik & nootropik 1 2,78

10. Obat antiparkinson 1 2,78

11. Otot skelet dan sendi 1 2,78

1. Obat antiinfeksi

Obat antiinfeksi dapat berupa antibiotika maupun antivirus yang diberikan kepada pasien selama dirawat inap, dikarenakan infeksi yang mungkin telah terjadi pada pasien sebelum masuk rumah sakit, atau saat pasien mulai dirawat inap.

2. Anestesi

(61)

3. Analgesik / Antiinflamasi

Nyeri yang dirasakan pasien setelah operasi disebabkan oleh kerusakan jaringan karena rangsangan mekanis saat dilakukan operasi yang dapat mengakibatkan pelepasan mediator nyeri dan obat analgesik digunakan untuk mengurangi nyeri. Obat analgesik yang paling banyak digunakan adalah remopain.

4. Obat sistem kardiovaskuler

Pasien geriatri dengan penyakit penyerta yang berhubungan dengan sistem kardiovaskular contohnya hipertensi dan CHF memerlukan tindakan yang tepat dalam perawatan. Pemeriksaan tekanan darah dilakukan setiap 4 jam dalam sehari pada pasien dengan hipertensi yang tidak stabil. Pada pasien dengan penyakit penyerta CHF dan hipertensi pemakaian obat-obat seperti antikoagulan, inhibitor monoamin oksidase, dan diuretik harus dihentikan saat praoperatif (Cameron, 1997).

5. Obat saluran cerna

(62)

pada pasien yang menjalani bedah yaitu metoklopramide. Obat pencahar yang digunakan untuk mengatasi konstipasi yaitu Laxadine.

6. Infus/cairan elektrolit

Ketersediaaan cairan dan elektrolit diperlukan pada pasien yang menjalani perawatan di rumah sakit. Infus yang mengandung elektrolit-elektrolit (Natrium, Kalium, Klorida) dan cairan diberikan untuk menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit karena pada pasien yang menjalani perawatan di rumah sakit tidak cukup memenuhi kebutuhan asupan secara per oral.

7. Obat saluran pernapasan

Obat saluran napas digunakan untuk pasien yang mengalami gangguan pada pernapasan, supaya tidak mengganggu proses operasi yang dapat menyebabkan hipoksia atau kekurangan oksigen.

8. Vitamin

Pemberian vitamin sangat penting untuk pasien yang menjalani perawatan di rumah sakit untuk menjaga kondisi tubuh pasien agar tidak menurun. Terutama karena kondisi pasien geriatri yang lebih rentan terkena penyakit.

9. Obat neurotropik, nootropik & antiparkinson

(63)

10. Otot skelet dan sendi

Pada penelitian ini digunakan golongan obat untuk pelemas otot nondepolarisasi yang bekerja dengan menghambat transmisi sambungan di otot dan saraf, sehingga dapat diperoleh relaksasi otot yang akan memudahkan dalam pembedahan.

C. Profil Penggunaan Antibiotik

Profil penggunaan antibiotik dalam penelitian ini dibagi menjadi golongan dan jenis antibiotik, indikasi dan pilihan terapi antibiotik, cara pemberian, dan waktu pemberian antibiotik.

1. Golongan dan jenis antibiotik

Golongan dan jenis antibiotik dalam penelitian ini dibagi menjadi golongan dan jenis antibiotik profilaksis, golongan dan jenis antibiotik terapi yang diberikan sebelum operasi, dan antibiotik terapi yang diberikan postoperasi. Antibiotik terapi yang diberikan sebelum operasi dan postoperasi merupakan antibiotik terapi yang bersifat empirik, yaitu antibiotik yang diberikan ketika belum ditemukan kultur kuman yang spesifik.

Tabel VI.Golongan dan Jenis Antibiotik Profilaksis Kasus Operasi Hernia Inguinal pada Pasien Geriatri di RSUP Dr. Sardjito

Periode Februari 2006 - Oktober 2008

No Golongan obat Jenis obat Jumlah kasus Persentase (%) 1. Sefalosporin

Generasi III

seftriakson 32 88,89%

seftazidim 1 2,78%

(64)

Antibiotik profilaksis yang diberikan paling banyak yaitu seftriakson (golongan sefalosporin generasi III). Golongan dan jenis antibiotik profilaksis yang digunakan dapat mengacu pada kultur kuman yang ditemukan di ruang operasi maupun kuman yang biasanya menyebabkan infeksi setelah operasi. Pada hasil kultur kuman tahun 2006, di ruang operasi hernia (bedah digestif) yang terletak di OK 2 Lantai IV GBST, dideteksi adanya bakteri Bacillus spp dan Aerococcus pada spesimen udara (data kultur dapat dilihat pada lampiran). Kedua jenis bakteri tersebut merupakan bakteri gram positif. Karena pada tahun 2007-2008 tidak dilakukan kultur pada OK 2 Lantai IV GBST, maka golongan dan jenis antibiotik profilaksis yang digunakan dapat mengacu pada data kultur tahun 2006.

Tabel VII. Golongan dan Jenis Antibiotik Terapi yang Diberikan Sebelum Operasi pada Pasien Geriatri Kasus Operasi Hernia Inguinal di RSUP

Dr. Sardjito Periode Februari 2006 - Oktober 2008

No Golongan obat Jenis obat No. kasus Jumlah kasus (n=36)

Persentase (%) 1. Sefalosporin

Generasi III

seftriakson 8,9,10,12,15, 17,21,26

8 22,22

2. Makrolid azithromisin 8 1 2,78

3. Kuinolon siprofloksasin 20 1 2,78

(65)

diberikan terapi antibiotik empirik untuk meminimalkan risiko infeksi nosokomial saat pasien sudah lama rawat inap dan belum menjalani operasi.

Tabel VIII. Golongan dan Jenis Antibiotik Terapi yang Diberikan Postoperasi pada Pasien Geriatri Kasus Operasi Hernia Inguinal di RSUP Dr. Sardjito

Periode Februari 2006 - Oktober 2008

No Golongan obat Jenis obat No. kasus Jumlah kasus (n=36)

Persentase (%) 1. Sefalosporin

Generasi III

seftriakson 2,3,4,6,7,8,10,11, 12,13,14,15,16,17, 18,19,20,21,24,25, 26,27,28,29,30,31,

32,33,34,35,36

31 86,11

sefiksim 1,3,5,23,24,27,29 7 19,44

sefoperazon 6 1 2,78

seftazidim 22 1 2,78

2. Kuinolon siprofloksasin 1,2,5,6,7,10,12, 14,20,23,30,31,34

13 36,11

3. Sefalosporin Generasi I

sefadroksil 8,9,17,28,34,35 6 16,67

4. Penisillin amoksisilin 21,25 2 5,56

5. Makrolid azithromisin 8 1 2,78

spiramisin 25 1 2,78

6. Kombinasi antibakterial

kotrimoksazol 36 1 2,78

Pada Standar Pelayanan Medis Bedah Digestif di RSUP Dr. Sardjito dicantumkan penatalaksanaan setelah operasi hernia yaitu :

1. Pemberian analgetika.

Penanganan pasca bedah :

2. Pemberian antibiotika pada penderita : a. Umur tua

b. DM

(66)

d. Immunocompromised

e. Hernia strangulata

Berdasarkan Standar Pelayanan Medis ini, maka pada pasien geriatri diberikan antibiotik sesudah operasi. Hal ini dikarenakan usia lanjut merupakan salah satu faktor risiko surgical site infection. Golongan dan jenis antibiotik yang diberikan, disesuaikan dengan data kuman di ruang operasi hernia dan kuman yang biasanya menyebabkan infeksi di rumah sakit, sehingga digunakan antibiotika terapi yang bersifat empirik.

2. Indikasi dan pilihan terapi antibiotik

Pemberian antibiotik profilaksis diindikasikan pada operasi yang mempunyai resiko infeksi tinggi, karena tujuan pemberian antibiotik profilaksis untuk mengurangi kejadian infeksi. Indikasi dan pemilihan terapi antibiotik profilaksis tergantung dari tipe prosedur operasi, mikrobia patogen yang paling banyak terdapat di ruang operasi, profil keamanan dan kemanjuran dari agen antimikrobia, dan harganya. Penggunaan antibiotik profilaksis yang tidak tepat dapat menginduksi resistensi antibiotik, tidak tepat dalam hal ini berupa penggunaan antimikrobia spektrum luas ketika diperlukan agen spektrum sempit, memperpanjang durasi profilaksis tanpa rekomendasi dari pedoman yang baku, dan penggunaan antibiotik yang mahal ketika terdapat agen yang ekuivalen lebih murah tersedia.

(67)

sehingga tidak memerlukan pemberian antibiotik profilaksis. Dalam Standar Pelayanan Medis Bedah Digestif RSUP Dr.Sardjito juga tidak dicantumkan keterangan penggunaan antibiotik profilaksis pada operasi hernia, akan tetapi salah satu faktor terjadinya surgical site infections adalah usia yang lanjut dan dari hasil kultur bakteri di ruang operasi hernia tahun 2006 dideteksi adanya Bacillus spp dan

Aerococcus, sehingga diperlukan pertimbangan khusus penggunaan antibiotik profilaksis pada pasien geriatri. Pada beberapa kasus terdapat penggunaan kateter dan infus saat pasien mulai rawat inap, hal ini memungkinkan terjadinya infeksi.

Pada 36 kasus dalam penelitian ini, antibiotik profilaksis yang paling banyak digunakan adalah sefalosporin generasi III yaitu sebanyak 88,89% dan sisanya sebanyak 8,33% menggunakan siprofloksasin. Apabila ditinjau dari jenis kuman di ruang operasi hernia, yaitu Bacillus spp dan Aerococcus maka penggunaan antibiotik sefalosporin generasi I sebenarnya sudah cukup efektif dan harganya lebih murah dibandingkan sefalosporin generasi III, sehingga dalam hal ini terjadi pemborosan penggunaan antibiotik. Akan tetapi pemilihan terapi antibiotik ini juga harus didukung dengan adanya data kuman yang resisten, dalam penelitian ini tidak didapatkan data tersebut sehingga tidak dapat dikatakan bahwa penggunaan sefalosporin generasi III kurang efektif. Dapat dimungkinkan penggunaan sefalosporin generasi III di RSUP Dr. Sardjito dilakukan karena bakteri sudah resisten Sefalosporin generasi I.

(68)

adalah pemberian antibiotik. Akan tetapi dalam SPM tersebut tidak dicantumkan jenis, golongan, dan dosis antibiotik yang digunakan, sehingga terdapat keterbatasan dalam evaluasi pemilihan dan penggunaan antibiotik postoperasi pada penelitian ini. Karena kondisi pada setiap pasien berbeda-beda, tidak terdapat data kultur kuman pada pasien, dan tidak terdapat data kuman yang resisten dalam penelitian ini maka tidak dapat dilakukan pemilihan antibiotik yang paling efektif untuk kasus ini.

3. Cara pemberian antibiotik

Pada penelitian ini cara pemberian antibotik profilaksis pada semua pasien secara parenteral. Sebanyak 2 kasus secara infus (i.v. drip) dan 34 kasus secara i.v. bolus. Hasil penelitian ini sesuai dengan teori bahwa pemberian antibiotik profilaksis melalui rute parenteral. Cara pemberian antibiotik terapi sesudah operasi dan sebelum operasi dapat dilakukan secara oral maupun parenteral (i.v. bolus, i.v. drip), hal ini disesuaikan dengan kondisi pasien.

4. Waktu pemberian antibiotik

(69)

Tabel IX. Waktu Pemberian Antibiotik Profilaksis Kasus Operasi Hernia Inguinal pada Pasien Geriatri di RSUP Dr. Sardjito

Periode Februari 2006 - Oktober 2008

No. Waktu pemberian Jumlah kasus

(n=36)

Persentase (%)

1. Kurang dari 30 menit - -

2. 30-60 menit 2 5,56

3. 60 menit-2 jam 2 5,56

4. Lebih dari 2 jam 15 41,67

5. *Tidak diketahui 17 47,22

Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa pemberian antibiotik profilaksis pada kasus operasi hernia inguinal pasien geriatri paling banyak diberikan lebih dari 2 jam. Hal ini tidak sesuai teori bahwa pemberian antibiotik profilaksis dosis tunggal secara intravena tidak lebih dari 30 menit atau antara 30 menit - 2 jam untuk memperolehkadar yang adekuat dalam darah hingga proses bedah selesai (Di Piro et al, 2005). Kecuali bedah yang dilakukan berlangsung lama (lebih dari 3 jam) maka diperlukan dosis kedua antibiotik profilaksis. Pada penelitian ini lama operasi rata-rata berlangsung kurang dari 3 jam sehingga tidak diperlukan pemberian antibiotik dosis kedua. Sebanyak 17 kasus tidak diketahui waktu pemberian antibiotik profilkasisnya, sehingga tidak dapat dilakukan evaluasi ketepatan waktu pemberian antibiotik. Hal ini merupakan salah satu kelemahan dalam penelitian ini karena data rekam medis tidak selalu lengkap.

D. Drug Therapy Problems (DTPs)

Gambar

Gambar 1. Hernia Inguinal (Anonim, 2009 a)
Tabel XVI.   Kajian DTPs Kasus 3 Operasi Hernia Inguinal pada pasien Geriatri di RSUP Dr.Sardjito Yogyakarta Periode Februari 2006-Oktober 2008
Tabel XVII. Kajian DTPs Kasus 4 Operasi Hernia Inguinal pada pasien Geriatri di RSUP Dr.Sardjito Yogyakarta Periode Februari 2006-Oktober 2008
Tabel XVIII. Kajian DTPs Kasus 5 Operasi Hernia Inguinal pada pasien Geriatri di RSUP Dr.Sardjito Yogyakarta Periode Februari 2006-Oktober 2008
+7

Referensi

Dokumen terkait

dan kategori interaksi obat pada pasien dengan penyakit gangguan lambung di.. Instalasi Rawat Inap

dosis lebih maupun dosis kurang yang terjadi pada pasien ISPA di Instalasi Rawat.. Inap

Mengevaluasi adanya Drug Related Problems (DRPs) pada pengobatan pasien lansia dengan diagnosis Autoimmune Hemolytic Anemia (AIHA) di Instalasi Rawat Inap

pengobatan dan analisis biaya terapi pasien gagal ginjal kronik yang menjalani.. hemodialisa di instalasi rawat inap

1.. Manajer rumah sakit. Gambaran umum RSUP Dr. Data biaya untuk setiap kamar rawat inap tahun 2008. Data volume penjualan kamar rawat inap tahun 2008. Data lain yang berhubungan

Berdasarkan studi pustaka penulis, penelitian tentang Evaluasi Penggunaan Antibiotika pada Pasien Anak Penderita Demam Tifoid di Instalasi Rawat Inap RSUD DR. AGOESDJAM

EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS OBAT HIPOGLIKEMIK ORAL PADA PASIEN GERIATRI PENDERITA DIABETES MELITUS DI INSTALASI RAWAT INAP RSUD SLEMAN PERIODE 2008.. beserta perangkat

Identifikasi Drug Related Problems Pada Pasien Fraktur Terbuka Grade IIIA yang Diterapi Antibiotika di Rawat di Ruang Trauma Centre RSUP Dr.. Padang: