• Tidak ada hasil yang ditemukan

Teknik Produksi Program TV - Fred Wibowo

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Teknik Produksi Program TV - Fred Wibowo"

Copied!
323
0
0

Teks penuh

(1)

TEKNIK PRODUK

PROGRAM

TELEVISI

Sudah saatnya lahir produser, broadcaster, clan pencipta program televisi, yang sungguh memahami arti profesinya bagi pengembangan bangsa yang

(2)

memiliki integritas. Buku inl sangat bermanfaat untuk itu.

4

4

FRED WIBOWO

(3)

-

irkMIK

mom

IKSi

nK-1111111 UM .116 M.0 vire ma r

PROGRAM

itiBIESI

(4)

TEKNIK PRODUKSI

PROGRAM TEILEVISI

FRED W1BOWO

(5)

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tabun 2002 tentang Hak Cipta Lingkup flak Cipta

Pasal 2:

1. Hak Cipta merupakan hak eksklusil bagi Pencipta atau Pemegang Hak Cipta untuk mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya, yang timbul secara otomatis setelah suatu ciptaan dilahirkan tanpa mengurangi pembatasan menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku. Ketentuan

Pidana Pasal 72:

1. Barangsiapa dengan sengaja atau tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) atau Pasal 49 ayat (1) dan (2) dipidana dengan pidana penjara masing-masing paling singkat 1 (satu) bulan dan/atau denda paling sedikit Rp1.000.000,00 (satu juta rupiah), atau pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).

2. Barangsiapa dengan sengaja menyiarkan, rnemamerkan, mengedarkan, atau menjual kepada umum suatu ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp500.000.000,00 (lima rat-us juta rupiah).

(6)

TEKNIK PRODUKSI PROGRAM TELEVISI copy rights © Fred Wibowo

Hak cipta dilindungi oleh undang-undang. Dilarang mengutip atau memperbanyak sebagian atau isi seluruh buku ini tanpa izin tertulis dan penerbit.

Lay outer: Ivanndut

Pemeriksa Aksara: Kenon BB Editor : Artika Maya

Proofreader: Umar Tj's dan Fajar AF Desain sampul: Alfikri

Cetakan I, Juli 2007

PINUS BOOK PUBLISHER

A Tegal Melati No. 118 C (Belakang Monjali) Yogyakarta

Telp. (0274) 867646 (Bag. Redaksi), (0274) 867151 (Bag. Marketing) Fax : (0274) 869506

Email : rumahpinusayahoo.com

Perpustakaan Nasional: Katalog Dalam Terbitan PINUS BOOK PUBLISHER

Teknik Produksi Program Televisi / Fred Wibowo Cetakan I- Yogyakarta: PINUS BOOK PUBLISHER

140 X 210 mm

1. Komunikasi III. Wibowo, Fred

(7)

Souvenir buat para sahabat dan anak-istri tereinta

Semua tiran

mengetahui hiburan adalah alai untuk meredam ketidakpuasan. Namun tak pernah diduga bahwa akan terjadi situasi di mana masyarakat tak peduli pada apa pun yang tidak

(8)

menghibur.

Neil Postman

(9)

DE...Fri-EVEN P E 4-ERANG AN

41,ir.:CNESIA

lentn

itionn

IAA b..1 GI I I L.0 IAA 11.4r,4111

PADA suatu kesempatan menyusuri desa-desa di Sumatra Barat, saga tercengang melihat deretan antena parabola yang menghiasi setiap rurnah, termasuk rumah-rumah yang sederhana. Pernandangan serupa niscaya akan kita ternui di hampir setiap penjuru nusantara.

Fenomena seperti itu merupakan cermin yang menunjukkan betapa rakyat kita amat mendambakan hiburan dan informasi yang tersaji melalui perangkat teknologi komunikasi mutakhir. Oleh karena itu, suatu. buku berbahasa Indonesia yang dapat clijadikan tuntunan dalam memproduksi siaran televisi sungguh merupakan kebutuhan yang vital dan aktual.

Terlebih-lebih lagi pendekatan yang dilakukan penulis berupa pendekatan kultural sehingga buku ini dapat secara

kern prehensif m er,cakup akna kor yaitu (1) dear,

(2) correct, (3) complete, (4) concrete, (5) consistent, (6) continuous, dan (7) courteous.

Karena penulis menggelar pengetahuaruaya berdasarkan pengalaman di bidang budaya audio visual, tidak perlu ciiragukart lagi bahwa buku ini akan arnat berguna bagi para pembacanya, baik yang awam maupun profesional. Terutama bagi mereka yang meyakini bahwa informasi dan hiburan

(10)

bukanlah barang dagangan semata-mata, melainkan komoditas kultural yang harus dimanfaatkan sebesar-besarnya bagi kepentingan masyarakat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.

DirektuJenderal Radio - Televisi — Film

Ir. Dewabrata

(11)

Kata Pengantar

ALASAN ketika memutuskan untuk menulis buku ini adaiah karena kelangkaan buku-buku referensi pertelevisian berbahasa Indonesia, terutama yang berisi pemikiran tentang bagaimarta menciptakan program televisi yang serius. 13agi kebanyakan orang, program televisi merupakan hiburan semata-mata. Namun, sebagai hiburan, program televisi tetap dapat diciptakan dengan mutu tinggi selaingga menjadi hiburan yang bermanfaat bagi penonton tidak sekedar sebagai promosi dan iklan gaga

hidup yang rnengernbangkan sikap hidup kons-urntif.

Gagasan penulisan buku ini timbul karena beberapa hal,

antara lain, untuk memenuhi kebutuhan mahasiswa Fisipol j

-urusan Komunikasi dan institut-institut yang memiliki

jurusan komunikasi, kebutuhan banyak produser, broadcaster

yang bekerja di bidang televisi, juga karena adanya pandanganpandangan praktis berdasarkan pengalaman mengenai halhal yang menyangkut proses penciptaan program televisi. Karena pengalaman tersebut saya hadapi sendiri, buku ini pun memfokuskan perhatian pada gagasan dan wawasan yang terus dapat dikembangkan, dilengkapi, dan disempumakan dengan acuan pengalaman pribadi atau dari gagasan-gagasan yang lain.

(12)

Umumnya buku tentang produksi program televisi lebih menyoroti hal-hal teknis. Misalnya, bagaimana kerja kamera, teknik, prinsip-prinsip menjalankan kamera, tata cahaya, dan teknik penanganan tata suara (sound). Jarang ditemui buku-buku tentang produksi program televisi yang mengetengahkan pemikiran dan pengembangan gagasan-gagasan mengenai bagaimana menciptakan suatu program televisi yang bermutu. Apa yang saya coba tuliskan dalam buku ini merupakan pe-mikiran dan pengembangan gagasan dalam menciptakan pro-gram televisi. Oleh karena itu, hal-hal yang bersifat teknis (se-perti penanganan peralatan) tidak diuraikan secara mendalam dalam buku ini.

Saya berharap buku ini dapat bermanfaat, terutama bagi calon produser, penulis, sutradara televisi, dan mahasiswa Jurusan Komunikasi atau Media Massa. Buku ini juga dapat digunakan oleh siapa pun yang merasa peduli dan ingin mengetahui seluk-beluk program televisi dan bagaimana mengembangkan gagasan-gagasan sehingga dapat menciptakan sebuah program televisi yang bermutu.

Buku ini saya susun berdasarkan tulisan-tu1isan yang pemah dimuat di media massa, materi kuliah, dan gagasan—gagasan dari pengalaman memproduksi program televisi serta video di Studio Audio Visual Puskat Sinduharjo Yogyakarta. Secara khusus saya ingin menyampaikan terima kasih kepada Pater Dr. Ruedi Hofmann. SJ, guru dan sahabat saya yang gagasan-gagasannya banyak mendorong perkembartgan proses pemikiran kritis serta kreatif saya. Kepada beliau kepada Studio Audio Visual Puskat buku ini saya persembahkan. Terima kasih yang tidak terhingga untuk Ida, istri saya, dan Sandra, putri saya yang selalu memberi dorongan semangat dan membantu penulisan buku ini. Terima kasih juga kepada Dra. K. Riyatiningrum dan Ari Irianti yang dengan tekun dan dedikasi tinggi membantu merampungkan buku ini.

(13)

Akhir kata, kekurangan-kekurangan tidak mustahil untuk terjadi. Oleh karena itu, saya menerima kritik dart saran untuk kesempurnaan buku int Atas perhatian terhadap buku ini saya ucapkan terima kasih

Yogyakarta, 29 Mei 1997

Fred Wibowo

(14)

Katy Pengantar

Cetakan Kedua

AT AS desakan beberapa kolega dan lakta masih iangkanya

buku-buku pertelevisian, buku saga berjudul Vasar-Dasar Prod

vizi Program

Televtsi dicetak ulang dan d iterbitkan. kembali.

Says berterirna kasih kepada Grasindo yang telah mengijinkan

buku tersebu: untuk clicetak Wang.

Says jug¢

borterima ketsih

kepada

Penerbit Pinus yang ra&-nerbitkan kembail buku

Terdapat beberapa perubehan pada isi dan materi dad buku

ini. Hat ini dilakukan rnenurut perkembangan teknik dart

program pertelevisian. Oleh karena itu, isi dan materi buku

ini

bubeda dengan ceiak,al t perku I Id. MeSkip=

pernikiran dasar, orientami.

idiologi, dan

gagasan

yang relevant masih te

4

-,ap dipakai sebagai

landasan kreatifitas penciptaan program dalam buku ini.

Program tplovisi (Pm

-term* rnertarfipilka

n hiburan oleh

pengaruh program televisi negara barat yang sangat

kapitalistik. lvleskipun gnasan clan pemikiran dalam buku

ini berkaitan dengan hiburart atau eritertairment, &lam

pengernbangan gagasan selalu dikernukakan sikap kritis

agar para pencipta

program sejak awal menyadari kemungkinar.

timbulnya

pengaruh negatif dari program ciptaannya.

lahir dan entitas ekortorni, naman isi prograrruiya

berada di wiiayah ranah publik. Oleh karena jai., program

(15)

televisi tidak boleh semata-mata naengikuti kecenderungan sifat yang hanya mementingkan bisnis dan keuntungan finansial. Kepentingan publik hams selalu diperhatikan. Itulah sebabnya dalam buku ini banyak program entertainment akan diuraikan teknis penciptaan dan penyajiannya, tetapi selalu diilcuti dengan peringatan-peringatan kritis, kernungkinan-kentungkinan negatif akibat pengaruh program hiburan tersebut.

Di awal buku ini saya kutipkan ucapan seorang pemikir kritis terhadap program televisi, Neil Postman, yang menyatakan: "... semua tiran mengetahui bahwa hiburan adalah alat untuk meredam ketidak puasan. Narnun tak pernah diduga bahwa a/can terjadi situasi ketika masyarakat tak peduli pada apapun yang tidak men ghibur. Peringatan dari Postman ini dilanjutkan dengan peringatan

keras lainnya yang menyatakan: " ketika suatu masyarakat

hanya disibukkan dengan hal-hal yang remeh-temeh, saat kehidupan kultural didefinisikan kembali hanya sebagai arus hiburan tanpa henti, bila wacana serius publik seperti agama telah dianggap seperti ocehan

bayi dan acara

televisi menjadi substansi dari kehidupan, maka sebuah negara akan tiba di tepi jurang kematian kebudayaannya. Peringatan keras ini hendaknya selalu diingat oleh para produser dan pencipta program televisi, tak terkecuali pemililc.nya. Sebab, di tangannya masa depan generasi muda dan kehidupan berbangsa yang balk ditentukan.

Semoga buku ini bermanfaat dan dapat menjadi bahan referensi yang berguna bagi para produser dan pencipta program.

Jogjakarta, 27 April 2007 Penulis,

Fred Wibowo

(16)
(17)

rinn

-

ar Id

1146111.

Kata ,Sambutan 7

Kata Pengantar ...9

Kata Pengantar Cetakan Kedua...12

Daftar Isi...15

Pendahuluan...17

11 All 1 Produksi Program Televisi ...23

Bab 2 Program Seni Budaya dan Hiburan Pop...53

Bab 3 Program Talk C1, ,..r Al Teievisi...67

Bab 4 Jurnalistik Televisi...88 Bab 5 Reporter ...113 YID _ 1_ / DEW/

(18)

Bab 7

(19)

Bab 8 Program Dokumenter...145 Bab 9 Program Feature...186 Bab 10 Program Magazine...196 Bab 11 Program Spot...203 Bab 12 Program Doku-Drama...216 Bab 13 Program Sinetron...225 Bab 14 Penulisan Naskah Sinetron ...236

Bab 15 Aktor dan Bintang Televisi ...273

Siaran Kata...282

Dafta r Pusta ka ...284

Biografi Singkat...286

Indeks...288

(20)

E

L I t -t i v n i n E q u a l u i t A I C I I T E L E V I S I s e b a g a i b a g i a n d a r i k e b u d a y a a n a u d i o v i s u a l

Iii

merupakan medium paling berpengaruh dalarn rnembentuk sikap dan kepribadian masyarakat secara ivas. Hal ini disebabkan

em+.1-if rl r-toreai-n .c7n rcnrlrcrr,hancran iarir0a-n cvvri ci vanes

menjangkau masyarakat hingga ke wilayah terpencil. Kultur yang dibawa oleh televisi dengan sendirinya mulai bertumbuh di masyarakat. Apalagi sebetulnya yang esensial dari kultur ini pada h.akikatnya suclah ciikenal sejak lama, sebelurn kebudayaan tulis atau cetak menggesernya tinsur esensial dari kebudayaan. televisi berupa penggunaan bahasa verbal dan visual, sekaligus dalam rangka menyampaikan sesuatu seperti pesan, informasi, pengajaran, ilmu, dan hiburan. Sebeluni kebudayaan cetak dan tulis bcrkcmbang, orang sudah menggunakan bahasa verbal

dan visual, misaLnya wayang pengajaran dengan

(21)

anaknya yang merupakan masa kebudayaan audio visual lama. Seorang ahli mengatakan sebagai kebudayaan lisan pertaina. Itulah sebabnya jaman audio visual dertgan media elektronik disehUt lothudayaren lisan loytua.

Keunggulan kebudayaan lisan, baik pertarna maupun kedua dibandingkan dengan kebudayaan tulis. Kebudayaan

(22)

lisan rnengernbangkan memori manusia. Sajian dalam bahasa audiovisual lebih gampang diingat daripada apa yang ditulis dan dibaca. Seorang cucu akan mudah sekali mengingat dongeng-dongeng neneknya sebab mendengar dan rnelihat bagaimana neneknya menghidupkan cerita. Dongeng yang biasanya tidak terlalu panjang ini memberi kesan mendalam kepada anak.

Sementara itu, kebudayaan tulis sangat utal masuk dalam

persepsi pembacanya. Oleh karena itu, pembaca buku sering cukup susah menangkap esensi dan sajian dengan buku. Biasanya karena unsur merangsang kesan kurang, isi buku sangat mudah dilupakan, kecuali buku itu dibaca berulang-ulang. Sebagian besar prinsip yang digunakan dalam kebudayaan lisan pertama masih digunakan dalam kebudayaan lisan kedua. Namun, pengaruhnya menjadi lebih dahsyat karena penggunaan medium elektronik sebagai ekstensi (perpanjangan) dari media pribadi yang digunakan dalam kebudayaan lisan kedua. Penggunaan medium elektronik ini memiliki kemampuan memperkeras, memperluas, dan mempertajam materi yang di-paparkan. Daya jangkaunya menjadi berlipat Banda ketika digunakan satelit. Kemungkinan penggunaan trik dan keajaiban medium elektronik, membangkitkan daya tarik yang luar biasa, sehingga realitas terkadang kalah rneyakinkan dibandingkan dengan kenyataan pura-pura yang tampil dalam medium audio visual elektronik yang bemama televisi itu.

Kendati kebudayaan televisi disebut kebudayaan lisan kedua, namun tetap terdapat perbedaan yang hakiki dengan kebudayaan lisan pertama. Interaksi dalam kebudayaan Iisan pertama sulit dimanipulasikan, sebab komunikasi berlangsung secara tatap muka. Sementara dalam kebudayaan lisan kedua interaksi sangat mungkin dimanipulasi dengan kemungkinan-kemungkinan teknis dan trik yang sempurna. Karakter lain yang merupakan keunggulan televisi adalah televisi mampu 18

(23)

memberi penekanan secara efektif terhadap pesan atau maksud yang dituju dengan meng-close-up objeknya, atau

memberi pemusatan pandangan. Da-tarn kebudayaan lisan

pertama semua objek terpapar see... total. Hanya otoritas sang pembicara atau hebatnya cerita yang dapat diandalkan untuk menekankan pesan. Televisi memberi banyak kemungkinan ilustrasi visual, kaya akan tata gerak, tata wama, dan berbagai bunyi suara. Hal ini tidak dimiliki oleh sajian atraksi dalam kebudayaan lisan pertama. Apa yang berada di hadapan penonton itulah seluruh sajian.

Tidak mengherankan televisi memiliki daya tarik yang luar biasa apabila sajian program dapat menyesuaikan dengan karakter televisi dan manusia yang sudah terpengaruh oleh televisi. Manusia yang sudah terbiasa dengan televisi berarti manusia yang memiliki ekstensi (perpanjangan) dari mata dan telinganya. Sebagaimana manusia yang memiliki perpanjangan kakinya, yaitu roda (ketika dia mengendarai motor atau mobil), is menjadi lebih kuat, lebih cepat, dan lebih terburu. Demikian juga manusia yang memiliki perpanjangan mata dan telinganya secara psiki5 juga berubah. la ingin mendengar dan melihat lebih luas, lebih banyak variasi dan lebih cepat. Maka, program televisi juga menyesuaikan dengan karakter penonton.

Sayangnya tidak semua orang insyaf karakter spesifik dari medium kebudayaan lisan kc-dua. Bisnislah yang sera rrtenangkap karakter spesifik itu. Oleh karena itu, dibuat program khusus dengan menggunakan sepenuhnya prinsip-prinsip spesifik dari televisi untuk mempromosikan barang-barang produksinya, itulah iklan televisi. Iklart televisi sangat pendek, cepat, bervariasi, dan diulang-ulang. Iklart televisi sering lebil raudah dihafal oleh anak-anak sekolah daripada pelajaran sekolah. Klip musik dan banyak program serial menggunakan cara sajian yang sangat disesuaikan dengan karakter televisi.

(24)

Bagi masyarakat umum, program televisi bukan sesuat-u yang asing. Namur, bagaimana program itu dipersiapkan dan kemudian diproduksi belum banyak yang mernahami. Sementara itu, buku-buku mengenai cara memproduksi program televisi berbahasa Indonesia sangat terbatas. Kebanyakan buku yang ada cenderung menyajikan pengetahuan yang agak teknis. Padahal, dibutuhkan pula referensi berupa konsep dan gagasan untuk memberi insight terhadap permasalahan-permasalahan yang bersangkut-paut dengan penciptaan program televisi.

Televisi sebagai produk kebudayaan lisan kedua merupakan perpanjangan dari mata dan telinga manusia. Perpanjartgan ini secara psikis melahirkan tuntutan kepada para pencipta program televisi. Tuntutan ini bagi para pencipta program televisi merupakan tantangan. Tidak cukup tantangan itu dihadapi dengan bekal apa adanya. Diperlukan banyak konsep dan gagasan untuk mengembangkan daya kritis dan kreatif rnenghadapi tantangan itu.

Konsep dan gagasan tentang program televisi disusun dalam buku ini sebagai referensi bagi para pencipta program televisi (program maker) dalam pekerjaannya. Konsep tersebut disusun pada tiap-tiap program dengan mengemukakan pengertian dasar atas program-program itu, kemudian pengembangan gagasannya. Dalam pengertian dasar bukan definisi-definisi yang dikenaukakan, melainkan pemahaman-pemahaman atas segala macam aspek yang bersangkut-paut dengan program. Kemudian alternatif dan kemungkinan yang dapat dikembangkan dari program itu diuraikan dalam pengembangan gagasan.

Dari pemahaman umum mengenai program televisi, gagasan dikembangkan ke dalam program-program khusus. Pemaparan gagasan diuraikan dalam corak esei untuk meng-hindari tinjauan yang sifatnya teknis semata-mata. Diandaikan tinjauan teknik mengenai peralatan seperti-kamera, mixer, dan 20

(25)

acuan yang tersedia, jika tidak clitindaklaniufi dengan sikap kreatif tetap saja tidak akan terjadi sesuatu. Kebanyakan pencipta program puas kalau sudah dapat menghasilkan suatu program. Namur, pencipta program sejati —berarti seorang seniman— bare puas kalau dapat menciptakan program bare yang bermanfaat bagi masyarakat.

22

(26)

B a b

irive4 Ire"; Dr"' ririrs, Irv% '17;311 Aril;

M RLAA LiintaL I I

v

4

51

al

l t

A. Pengertian Dasar

Merencanakan sebuah produksi program televisi, seorang produser profesional akan dihadapkan pada lima hal sekaligus yang mr.mcsrliikrt p=rnileirart mGr,rlalam yaitu rnateri praduksi, sarana produksi (equipment), biaya produksi (financial), organisasi pelaksana produksi, dan tahapan pelaksanaan produksi.

Berpikir tentang produksi program televisi bagi seorang produser professional, berarti mengembangkan gagasan bagai-maria inateri produksi itu, selain menghibur, dapat menjadi suatu Raiiart yang bernilai_, rlan memiliki makna. Ana yang disebut nilai itu akan tampil apabila sebuah produksi acara bertolak dari suatu visi. Dengan kata- lain, produksi .yang bernilai atau berbobot hanya dapat diciptakan oleh seorang produser yang memiliki visi. Adakah produser yang tidak

visi? Tetatu saja setiap produser atau pertgar wig _men-visi. Masalahnya, apakah visi itu tumbuh dari suatu acuan mendalarn yang bermuara pada orientasi, ideologi, religi, dan pemikiran-pemikiran kritis atas sarana yang dipakai untuk menampilkan materi produksi. Atau, visi itu sekadar mengikuti ants yang sedang mengalir. Yang kedua juga boleh disebut visi,

nArni memiliki yang kuat.

atau mengikuti arus boleh disebut tanpa visi.

(27)

Bertolak dari dorongan kreativitas, seorang produser yang menghadapi materi produksi akan membuat seleksi. Dalam seleksi ini intelektualitas dan spiritualitas secara kritis rnenentukan materi mana yang diperlukan dan mana yang tidak. Kemudian akan lahir ide atau gagasan. Dilengkapi dengan materi atau bahan lain yang menunjang ide ini, akan tercipta konsep berupa naskah untuk produksi. Naskah ini merupakan bahan dasar yang perlu dipikirkan oleh seorang produser ketika ia akan mulai berproduksi.

VHasil produksi yang memiliki visi akan tampak sikapnya. Sikap inilah kekhasan dan keunikan dari produksi

Produksi yang tidak memiliki kekhasan atau keunikan berarti produksi kodian, tidak menarik dan biasa-biasa saja.

Tidak memukau dan memesona. Tidak mampu stop the eyes

and the'ears. 1. Materi Produksi Bagi seorang produser, materi produksi dapat berupa apa saja. Kejadian, pengalaman, hasil karya, benda, binatang, dan manusia merupakan bahan yang dapat diolah menjadi produksi yang bermutu. Seorang produser profesional dengan cepat mengetahui apakah materi atau bahan yang ada di hadapannya akan menjadi materi produksi yang baik atau tidak. Seorang produser ketika ia berhadapan dengan suatu karya cipta, seperti musik, lagu atau lukisan, gagasannya mulai tergerak. Bahan yang berada di hadapannya akan merangsang kepekaan kreatifnya. Kemudian dengan segera ia melihat apakah musik, lagu, atau lukisan itu dapat dicipta menjadi suatu program

musik atau program bunga rarnpai (feature) yang menarik.

Kepekaan kreatif dalam melihat materi produksi ini, dimungkinkan oleh pengalaman, pendidikan, dan sikap kritis. Selain itu, visi akan banyak menentukan kesanggupannya menjadikan materi produksi itu berkualitas. Visi sangat menen-tukan pilihan materi produksi. Seorang produser yang tidak 24

(28)

merniliki visi akan memilih materi produksi sembarangan saja. Namun, seorang produser yang bervisi akan rnemilih materi produksi sangat selektif dan kritis. la sungguh-sungguh memilih mater i yang bermutu dan bernilafsebab hanya materi yang bagus yang dapat diolah menjadi suatu produksi yang berbobot.

Suatu kejadian yang istimewa biasanya menipakan materi produksi yang balk untuk program-program dokumenter atau sinetron. Tentu saja kejadian itu masih hams dilengkapi dengan latar belakang kejadian dan hal-hal lain yang perlu --untuk menjadikan program itu sebuah program yang utuh. Untuk RU, masih diperlukan riset yang lebal rnendalam agar serraua data yang horcangicut-paut dengan rnateri prndoksi long:kap. Semakin lengkap data yang diperoleh serriakin mudah diolah menjadi program yang balk.

Dari basil riset materi produksi, muncul gagasan atau ide yang kemudian akan diubati menjadi tema untuk program dokUmerLter atau sinetron (filrn LC31 V1.71j. MurLgkiry juga gagasan itu

langsung menjadi konsep program, se-perti gebyar dan gelar musik,

tars atau program hiburan yang lain. Tema ataupun konseppraalzim kern udian day ujadkan m eniadi treatment. Treat-ment adalah langkah pelaksanaan perwujudan gagasan menjadi program. Olen karena itu, treatment untuk setiap format program

Dart treatment akan diciptakan naskah (script) atau langsung dilaksanakan produksi program. Bobot atau muatan sebuah program sebetulnya sudah tampak ketika gagasan diwujudkan menjadi treatment. Dart sinilah penyempurnaan kons,ep program dapat LiiIdic dI IdICdil sehingga ITierighasilkan naskall atau program yang balk

2. Sarana Produksi

Sarana produksi adalah sarana yang menjadi penunjang terwujudnya ide menjadi konkret, yaitu hasil produksi. Tentu

(29)

saja diperlukan kualitas alat standar yang mampu menghasilkart

gambar dan suara secara bagus. Kepastian adanya peralatan itu

mendorong kelancaran seluruh persiapan produksi. Produser

menunjuk seseorang yang diserahi tanggung jawab tersedianya

seluruh peralatan yang diperlukan. Untuk itu, sebuah daftar

lengkap (equipment list) dari seluruh peralatan yang dibutuhkan

harus dibuat.

Ada tiga unit pokok peralatan yang diperlukan sebagai alat

produksi, yaitu unit peralatan perekam gambar, unit peralatan

perekam suara, dan unit peralatan pencahayaan. Sebaiknya

setiap unit memiliki daftar peralatan (equipment list)

sendiri-sendiri. Daftar itu setiap kali dapat dipakai untuk mengecek

kelengkapan peralatan. Daftar itu dipakai untuk meneliti kembali

ketika produksi selesai dan peralatan harus dikembalikan lagi

dengan lengkap. Kualitas standar dari ketiga unit peralatan ini

menjadi pertimbangan utama seorang produser --ketika is rnulai

dalam perencanaan produksinya. Selebihnya berfungsi sebagai

peralatan penunjang produksi. Seperti alat transportasi untuk

produksi luar studio dart unit studio dengan dekorasi untuk

produksi dalam studio.

Pertimbangan penggunaan peralatan dan jumlahnya

bergantung pada program yang akan diproduksi. Produksi

musik live show memerlukan jumlah peralatan berlipat untuk

setiap unit dibandingkan dengan produksi Elektronic News

Gathering (ENG) untuk liputan berita yang sering kali hanya

menggunakan satu kamera, satu mik, dan satu lampu. Di dalam

perencanaan, daftar peralatan (equipment list) berikut ini

sangat perlu dibuat untuk mengetahui jumlah dan macam

peralatan yang dipakai. Sebab jumlah dan macam peralatan

yang dipakai ini, kemudian berpengaruh pada penentuan

jumlah kerabat kerja (crew) dan perencanaan anggaran

produksi (production budget).

(30)

Daftar Peralatan

Jenis Peralatan

Nama Tipe Merek Warna

Kamera DXC 637 D 35 D 50 DSR 125 DSR 175 AGDP 800 AG 450 VTR/VCR Betacarn Degital recorder SVHS VHS [ —1 Mikrofon Handheld Mikestand Boom/shootgu n Clip-

Pencahay-aan/lampu HMIstandard Broadlight Spotlight Frame' Reflektor Televisi Pita/Tape Betacamsp Degital Betacam Perlengkapa n a. Tripod klunera b.Tripod/St and lampu c.Tripod/Stan d mike d.Dolly e. Filter lampu

Catatan

Daftar peralatan yang belum terisi, masih

dapat dilengkapi sesuai keperluan untuk

produksi televisi.

" 1 7 L I

(31)

Daftar peralatan tersebut sering kurang rnernperoleh

perhatian. Akibatnya beberapa kemungkinan terjadi. Sesudah

sampai di lokasi ternyata ada beberapa peralatan yang kurang atau

tidak terbawa. Sementara, checking tak mungkin tanpa suatu daftar

peralatan. Kemungkinan yang paling buruk dapat terjadi ketika

beberapa peralatan tak ada. Tidak jelas apakah peralatan itu

terbawa atau tidak, sebab tak ada daftar peralatan.

Apabila salah satu peralatan tidak ada, misalnya lensa

close-up, padahal sudah diketahui dalam shooting alat itu

diperlukan untuk pengambilan jenis-jenis hama tanaman, maka

petugas yang ditentukan harus berusaha untuk memperolehnya,

apakah dengan menyewa ataukah dengan membeli. Pada

dasamya alat tidak boleh menjadi penghambat berlangsungnya

proses kreatif dalam produksi. Meskipun bobot produksi sama

sekali tidak ditentukan oleh kecanggihan peralatan. Ukuran

standar, lain selebihnya kreativitas pribadi atau tim yang

menangani peralatan itu.

Berpikir tentang peralatan, seorang produser atau sutradara

sering tergoda oleh banyak kemungkinan dari peralatan bare yang

tents berkembang. Sementara untuk mengejar kemajuan peralatan,

biaya tidak mencukupi. Dalam hal ini, perlu kiranya seorang

produser atau sutradara bersikap realistis. Kalau mungkin

menyewa peralatan, memang lebih balk daripada tents membeli

dan satu tahun kemudian sudah harus diganti. Menyewa peralatan

sering lebih ekonornis. Setiap produser akan insyaf bahwa mereka

tidak boleh bergantung pada peralatan super canggih yang terns

berganti. Proses kreatif ditentukan bukan oleh peralatan,

melainkan oleh kemauan dan kemampuan kreatif.

Akhirnya yang terpenting, the man behind the gun. Betapapun

kecanggihan peralatan, di tangan seorang yang hanya terampil,

tanpa kreativitas dan nisi, alat itu sulit menghasilkan sesuatu yang

bernilai. Sebaliknya, di tangan seorang yang terampil

(32)

dan merniliki visi, alat menjadi sarana yang mampu menyajikan

basil produksi secara rnaksirnal: bermutu dalarn kualitas, bernilai

dalam bobot.

3. Biaya Produksi

Tidak terialu sederhana merencanakan biaya untuk suatu

produksi. Dalam 1-Lal

seorang prod-user dapat Inernikirkarl

samnai sei.anh

mann nrnd-tiksi ih3 lthanva Pknn

rnPrnnern1Ph

dukungan finansial dari suatu p

-

usat produksi atau stasiun televisi.

Oleh karena itu, perencanaan budget atau biaya produksi dapat

didasarkan pada dila kernungkinan, yaitu financial orinted dan

quality oriented.

a.Financial Oriented

Perencanaan biaya produksi yang didasarkan pada

kernung-kinan keuangan yang

add

Kalau keuangan terbatas berarti

tuntutan-tuntutan tertentu untuk kebutuhan produksi harps pula

dibatasi, misalnya tidak menggunakan arils kelas satu yang

pembayarannya mahal; menggunakan lokasi shooting yang

tidak terlalu jauh; kon.sumsi yang tidak terlalu mewah. Segala

sesuatunya didasari atas kemungkinan keuangan.

b.Quality Oriented

Perencanaan biaya---produksi yang didasarkan atas tuntutan

k

ufi

liti Irncil produksi F

,

ng maksirnal. nalarn

ini, tidak

i l l L L A

masalah keuangan. Produksi den_gan orientasi budget semacarn

ini biasanya produksi prestige. Produksi yang diharapkan

mendatangkan keuntungan besar, baik dari segi nama maupun

finansial. Atau produksi yang diharapkan menjadi produksi yang

sangat bernilai dan berguna bagi masyarakat. Untuk

menghasiikan kualitas yang paling tinggi dari produksi itu,

produser boleh melibatkan sernua orang nomor satu di hid

Angny..

Menentukan biaya produksi suatu program televisi dengan

video bagi produser atau rnanajer siapa pun merupakan hal

(33)

yang rumit. Banyak faktor tidak terduga yang sewaktu-waktu

dapat terjadi. Suatu produksi televisi dengan video di luar studio

tidak hanya bergantung pada faktor manusia, melainkan faktor

alam juga mengambil peranan penting, seperti cuaca, lingkungan,

dan musim. Selain itu, bukan mustahil terjadi kecelakaan dalam

shooting atau kerusakan dan kehilangan peralatan yang harus

diganti. Mundumya suatu jadwal shooting atau kalau terjadi

penundaan, itu berarti akan membengkaknya biaya produksi.

Oleh karena itu, pos tidak terduga dalam perencanaan sebuah

produksi program televisi dengan video biasanya minimal

sebesar seperempat dari biaya produksi. Produser yang tidak

berani spekulatif biasanya mengalokasikan pos tak terduga ini

sebesar sepertiga dari seluruh biaya produksi.

Biaya sewa atau penggunaan peralatan, pembayaran

(berdasarkan kontrak) pada para artis, sewa lokasi dan pembelian

material produksi (kaset video, film), termasuk biaya tetap (fixed

cost). Sementara itu, transportasi, akomodasi, dan konsumsi

ter-masuk biaya tak tetap (variable cost). Akomodasi dan konsumsi

tergantung dari situasi harga setempat, sementara transportasi

tergantung dari frekuensi kesibukan. Biaya tak terduga hams

diperhitungkan minimal seperempat dari seluruhbiaya produksi.

Merencanakan anggaran (budget) merupakan suatu hal yang

tidak begitu mudah. Seluruh unsur yang memerlukan biaya harus

dihitung dan tidak boleh terlupakan; oleh siapa dan dari mana

biaya itu akan dibayarkan. Oleh karena itu, kita perlu memiliki

lembar perencanaan anggaran yang dipakai untuk

memperhitungkan semua biaya, berdasarkan pembedahan naskah

(script breakdown).

Apabila produksi berorientasi pada kemungkinan keuangan

yang ada (financial oriented) maka jumlah biaya produksi yang

sudah jelas itu harus diurai sehingga memenuhi semua

ke-butuhan termasuk biaya tak terduga. Apabila produksi

(34)

berorientasi pada kualitas produksi (quality oriented) rnaka anggaran dapat disusun dengan kemungkinan yang iebih lringgA r (Inn fig-kQii-u-1.

Agar semua kebutuhan tidak terlupakan, lembar perencanaan anggaran berikut ini dapat memberi gambaran kebutuhan apa dan berapa biaya kebutuhan itu. Dengan perhitungan biaya yang dibuat, bukan berarti langsung membuat

keputusan terald-dr untuk menetapkan pemain, lokasi, peralatan,

dan crew. ,Azggarain ini monapalca-r, oefirrlasi :yang paling realitas biaya produksi yang mungkin terjadi. a. Peralatan lokasi shooting

Kamera : Rp ... Recorder : Rp ... KnQ.Ptitnpe • Rp ... Audio : Rp ... Lampu : Rp ... Pe rlengkap an : Rp ... Total : Rp ... c.zrcA7 Lokasi 1 : Rp ... Lo kasi 2 : Rp ... Lokasi 3, dst. : Rp ... Total : Rp ... Setting Grafik : Rp ... Dekorasi : Rp ... Visual, dst. : Rp ... Total : Rp ... 11

(35)

d.Transportasi

Sewa mobil : Rp ...

Bensin/solar : Rp ...

Parkir : Rp ...

Tiket pesaw-at - "— ...

Tarif jalan tol R -n ...

-r

Lain-lain Rp ...

Total : Rp ...

e.Akomodasi 7.0 hari shooting

Hotel 1/1L0.1i : Rp ...

Hotel lihari Rp ...

Total : Rp ...

f.Konsumsi 10 hari shooting

15 artis : Rp ...

cre14/ .3-"F ...

7 staf produksi : Rp

---Total : Rp ...

g.Property

Sewa meja kursi : Rp ...

Amar :n . Rl ikuo p Senapan : Rp ... Lain-lain : Rp ... Total : Rp ... h.Kerabat kerja(crew) Kanerw,- 1Rp ux i Kamerawan 2 : Rp ... Audio man : Rp ... Lighting man Rp... 32

(36)

Kerabat kerja Rp ...

Tambahan : Rp ...

Total : Rp ...

i. Editing dan mixing

Fasilitas editing : Rp ... Kerabat kerja : Rp ... Bahan : Rp ... Total : Rp ... j. Musik Komponis : Rp ... Rekaman : Rp ... Peralatan musik : Rp ... B ahan Rp ... Total : Rp ... k. Administrasi Telepon : Rp ... Fax : Rp ... Fotokopi : Rp ... Stationary : Rp ... Petugas : Rp ... Total : Rp ... 1. Artis 3 peran kelas 1 : Rp ... 4 peran kelas 2 : Rp ... 3 peran kelas 3 : Rp ... 5 figuran : Rp ... Total : Rp ... 33

(37)

m.Koaturn Pembelian : Rp ... Sewa : Rp ... Total : Rp ... n. Tata rias Kosmetik : Rp ... Salon : Rp ... Total : Rp ...

o. Biaya tak terduga : Rp ...

p. Pajak, dll. : Rp ...

Total anggaran : Rp...

Membuat perencanaan anggaran produksi seolah-olah

rnengharuskan mata dan -pikiran kita melihat hal-hal

tersembunyi atau yang sekir.anya tidak ketahuan dan yang mungkin memerlukan biaya. Estimasi biaya yang tertera dalam rencana anggaran, paling tidak dapat membuat batasan-batasan yang baik ketika pelaksanaan produksi dan mencegah pemborosan. Bagaimanapun tidak ada produksi yang ingin menderita kerugian dan menjadi macet karena kekeliruan dalam melaksanakan rencana anggaran atau membuat estimasi biaya.

4, Organisasi Pelaksanaan Produksi

Suatu. produksi program televisi rnelibatkan banyak

prang, misalnya para antis, crew, dan fungsionaris lembaga penye_

lenggara, polisi, aparat setempat di mana lokasi shooting dilaksanakan, dan pejabat yang bersangkut-paut dengan masaTali'perijinan. Supaya pelaksanaan shooting dapat berjalan 34

(38)

lancar, produser harus memikirkan juga penyusurtan

organisasi pelaksana produksi yang serapi-rapinya.

Suatuorg_artisasi pelaksarta produksi yang tidak disusun

secara rapi akan rtienghambat jalannya produksi, berarti

kerugian waktu dan uang. Dalan

-

t hal ini, produser dapat

dibantu oleh asisten produser atau sering disebut produser

pelaksana atau production manager. la mendampingt sutradara

dalarn mengendalikan organisasi.

Produser pelaksana membawahi bendahara dan kasir yang

mengatur keuangan dan membayar kebutuhan-kebutuhan yang

diperlukan. Sementara itu, sekretariat mengerjakan halhal yang

berhubungan dengan surat menyurat, kontrak, dan

perijinart.Tariggung jawab uni .

-

dc. pelaksanaan dan organisasi

yang bersifat lapangan ini dipikul oleh bagia_n yang disebut

unit manager. Bagian ini menanggurtg tugas dari dua sisi

sekaligus; sisi organisasi dan sisi artistik. la yang menjadi

penghubung antara unit organisasi di bawah sekretariat dan

produser pelaksana dengan unit artistik di bawah sutradara.

Bidang yang langsung di bawah koordinasi pelaksana unit

manager, misainya perijinan, transportasi, konsumsi, dan

akornodasi. Lokasi, setting/dekorasi, properti (perlengkapan),

kostum dan make-up, pelaksanaan lapangan berada dalam

koordinasi unit manager, tetapi segi artistik sepenuhnya di

bawah tanggung jawab art designer atau art director.

Sutradara dibantu sepenuhnya oleh art designer dan

direc-tor

of photography (kamerawan). Sementara kamerawan

mem-bawahi bagian pencahayaan (lighting) dart suara (sound).

Sutradara adalah penangg,i_mg jawab penult suatu produksi; is

bertanggung jawab terhadap produser (dalam hal ini, produser

harus sungguh-sungguh memikirkan bagaimana pekerjaan

sutradara dapat berjalan lancar berkat dukungan organisasi

yang rapi dan efisien). Jadi, di luar faktor alam semua

(39)

harus dapat seiesai pada wakta seperti yang sudah direncanakan. Pen_gunduran waktu ..bera rti pembengkakan .angga ran .

Sebuah program yang baik pasti ditangani oleh seorang sutradara yang baik, seorang kamerawan yang baik dibantu pula oleh seorang pendorong dolly yang baik. Kendati sebuah program banyak menampilkan "bintang" yang baik, tetapi apabila tidak didukung oleh kerabat kerja (crew) yang baik, tak mungkin sebuah program berhasil baik. Kerabat keija yang baik mutlak diperlukan dalam sebuah produksi. Masing-masing kerabat kerja harus profesional dalam bidangnya dan mampu bertanggung jawab sungguh-sungguh pada tugasnya.

Untuk itu, sebuah organisasi produksi inemeriukan pembagian togas yang sangat rinci dengan tanggung jawab yang jelas. Daftar anggota kerabat kerja dengan tugas masingmasing diperlukan untuk mengontrol seluruh pekerjaan sehingga kalau ada hambatan segera diketahui di mana dan siapa yang bertanggung jawab. Lembar daftar kerabat kerja dan tugas berikut ini dapat memberi gambaran kebutuhan pekerja-pekerja di lapangan.

1. Sutradara Asisten sutradara 2.. Kamerawan Asisten karnerawan Pembawa kabel 3.Penata cahaya

Asisten penata cahaya Pengatur lampu 4.Penata suara

Asisten penata suara Pengatur mik 5.Penanggung jawab teknik

Asisten penanggung jawab teknik ... 3 6

(40)

6.Penata artistik (Art Disigner)

A LC1 L LC/ LC/ GLL LW- LLD.

Pekerja penata artistik

7.Penata pakaian (Costurn Director) Asisten penata pakaian

Pekerja penata pakaian S. Per ancang kosturra 9 Penata rise

Asisten penata rias Pekerja rias

10.VCR operator

11.Pencatat shooting (script

boyj girl) Ma.nager Asisten

unit manager 13.Pernbantu produksi (production assistance) 14.Pekerja perlengkapan 1,1_PCIJC1cipl.t X1/4eULILLLL WU. I) 15 Sopir 16. Pelayanari umum

(menyiapkan makanan dan minuman)

Apabila biaya produksi tidak begitu besar, kerabat kerja ,1 a p a t d flair angi deng,rn merrikata si ri ri pekraln.

Narnun, subjek yang tertera dari nomor 1 sampai dengan 16 merupakan fungsionaris yang sangat diperlukan dalam sebuah produksi program-program televisi.

Seorang produser profesional paham betul bagaimana mer, geridalikM Orgardsasi. laa bcarus dapat berpikir masak-masak ruenaenai artegaran, sistem pelaksanaan shooting serta seluruh personal yang terlibat dalam produksi. Bahkan is yang memilih sutradara dan bersama sutradara memilih dan menentukan

(41)

antis. Secara sederhana, skema organisasi pelaksana produksi program televisi dengan video dapat disusun sebagai berikut

I

rma" Palmas.]

V Pelaksanaan produksi untuk produksi program televisi di studio memiliki nama yang berbeda pula. Sutradara disebut pengarah program atau program director (PD). Fungsi dan tugasnya mirip dengan sutradara. Hanya is bekerja di belakang meja kontrol di ruang kontrol. Asisten sutradara disebut Floor Director (FD) tugasnya membantu sutradara mengarahkan pemain dan crew di dalam studio rekaman gambar. Pernbantu Pengarah Program yang lain adalah switcher. la bertugas membantu pengarah acara men-switch kamera melalui tombol di meja kontrol. Dalam rekaman studio biasanya digunakan multikamera, tiga atau empat kamera. Salah satu yang dipilih untuk masuk rekaman atau on air

di-switch oleh di-switcher atas perintah Pengarah Program ke di-switch on air. Pelaksana produksi lain sama dengan pelaksana produksi

shooting lapangan. Bedanya pada jurniah kamerarnen. Deegan multikamera diperlukan dua sampai empat kamerawan sekalitus.

5. Tahap Pelaksanaan Produksi

Suatu produksi program televisi yang melibatkan banyak peralatan, orang dan dengan sendirinya biaya yang besar, selain 38

11•A4aharsAssAr

An Desliner A A A ,

(42)

memerlukan suatu organisasi yang rapi juga perlu suatu tahap pelaksanaan produksi yang jelas dan efisien. Setiap tahap hams jelas kemajuannya dibandingkan dengan tahap sebelumnya. Tahapan produksi terdiri dari tiga bagian di televisi yang lazim disebut standard operation procedure (SOP), seperti berikut:

a.pra-produksi (ide, perencanaan dan persiapan) b.produksi (pelaksanaan)

c.pasta-produksi (penyelesaian dan penayangan).

O

Pra-Produksi (Perencanaan dan Persiapan)

Tahap ini sangat penting sebab jika tahap ini dilaksanakan dengan rinci dan baik, sebagian pekerjaan dari produksi yang direncanakan sudah beres.

Tahap pra-produksi meliputi tiga bagian, sebagai berikut ini. (1)Penernuan Ide

Tahap ini dirnulai ketika seorang prod-user menemukan ide atau gagasan, membuat riset dan menuliskan naskah atau meminta penulis naskah mengembangkan gagasan menjadi naskah sesudah riset.

(2 Perencanaan

Tahap ini meliputi penetapan jangka waktu kerja (time schedule), penyempurnaan naskah, pemilihan antis, Iokasi, dan crew. Selain estimasi biaya, penyediaan biaya dan rencana alokasi merupakan bagian dari perencanaan yang perlu dibuat secara hati-hati dan teliti.

(3) ;persiapan

Tahap ini meliputi pemberesan semua kontrak, perijinan dan surat-menyurat. Latihan para artis dan pembuatan set-ting, meneliti dan melengkapi peralatan yang diperlukan. Semua persiapan ini paling baik diselesaikan menurut jangka waktu kerja (time schedule) yang sudah ditetapkan.

(43)

Kunci keberhasilan produksi program televisi sangat ditentukan oleh keberesan tahap perencanaan dan persiapan itu. Orang yang begitu percaya pada kemampuan teknis sering mengabaikan hal yang sifatnya pemikian di atas kertas. Dalam produksi program televisi, hal itu dapat berakibat kegagalan. Sebagian besar pekerja an dalarn produksi program tele-visi k1, Iranshooting di lapangan. Shooting di lapangan hanya memerlukan waktu 7 atau 10 hari. Namun, perencanaan dan persiapan dapat makan waktu beberapa minggu dengan lebih banyak menggunakan kertas-kertas dan pena daripada kamera atau peralatan ACCl.U yd 1g lain.

Produksi

"aru sesudah perencanaan dan persiapan selesai betul, pelaksanaan produksi dimulai. Sutradara bekerja sama dengan para artis dan crew mencoba mewujudkan apa yang di-rencanakan dalam kertas dan tulisan (shooting script) menjadi gambar, sustuTan garnbar y arlg dapat bercerita.

Dalam yelaksanaan produksi ini, sutradara menentukan je.is

shooyan,g_ akan diambil di dalam adegan (scene). Biasanya

sutradara mernpersiapkan suatu daftar shoot (shoot list) clan setiap adegan. Sering terjadi satu kalimat dalam skenario (naskah sinetron atau film cerita) dipecah menjadi empat shoot atau lebih.

remtnh:

Andi meminggirkan mobilnya ketika melihat Yuni berialan kepanasan di lorong desa.

Kalimat itu dapat dibuat shoot sebagai berikut:

Long Shoot (LS) : Yuni berjalan sepanjang lorong desa, sementara sebuah mobil kelihatan

rlatang Carl arab yang, cams..

Total Shoot (TS) : Mobil Andi ketika Andi kelihatan menoleh ke samping dari balik kaca mobilnya.

(44)

Close-Up (CU)

: Wajah Yuni kelihatan berkeringat

kepanasan.

TS

: Mobil Andi mendahului Yuni dan

minggir ke arah Yuni.

Vi dalam pelaksanea..n lapangan penata cahaya b,arus

mempersiapkan wajah Yuni tidak terlalu kontras tampak di

kamera karena panas matahari. Bayangan yang terjadi perlu

dikurangi ketajaman kontrasnya dengan imbangan lampu yang

sangat diperhitungkan. Sementara itu, wajah Andi dari balik

kaca mobil periu kelihatan tanpa mengurangi kewajaran.

seperl

-

Li itu yar,g rayslu clipildrkan oleh bagian penata cahaya.

Demikian halnya dengan bagian sound.

la perlu

mem-pertimbangkan tempat meletakkan mik agar suara mobil

kedengaran dari jauh mendekat. Sementara itu, suara angin tidak

terasa mengganggu dan mik tidak kelihatan oleh kamera.

Pengaturan semacam ini cukup rumit dan bukan mustahil

meinbuat senewen..

Semua shoot

y

a

ng

dibnat dicatat Olph bagian penratat.47aut

dengan mencatat time code pada saat mulai pengambilan, isi

shoot dan time code pada akhir pengambilan adegan. Kode waktu

(time code) adalah nomor pada pita. Nomor itu berputar ketika

kamera dihidupkan dan terekam dalam gambar. Catatan kode

waktu

multi akan 'oerg-aria

pi naea

Biaganya garnhar basil sbnnting diknntrn1 qptiap ma'am

di akhir shooting hari itu untuk melihat apakah hasil pengambilan

gambar sungguh baik. Apabila tidak maka adegan itu peril" diulang

pengambilan gambarnya. Sesudah semua adegan di dalam naskah

selesai

diambil maka hasil gambar asli

(original materiallrow

foot-age)

dibuat catatannya

(logging)

untlik 1

Kernu-(-Han macllk dalam pretqp.i paqt prndurtirrn, yaitrf pc-EH-rig,

(45)

c. Pasca-PrOulcsi

Pasca-produksi memiliki tiga langkah utama, yaitu editing offline, editing online, clan mixing. Dalamhal ini, terdapat dua rnacam teknik editing, yaitu: Pertama, yang disebut Editing dengan teknik analog atau linier. Kedua, Editing dengan teknik digital atau non tinier dengan komputer.

Editing offline dengan teknik analog

Setelah shooting selesai, script boy/girl membuat logging, yaitu mencatat kembali semua hasil shooting berdasarkan catatan shooting dan gambar. Di dalam logging time code (nomor kode yang berupa digit frame, detik, menit, dan jam dimunculkan dalam gambar) dan hasil pengambilan setiap shoot dicatat. Kemudian berdasarkan catatan itu sutradara akan membuat editing kasar yang disebut editing offline (dengan copy video VHS supaya murah) sesuai dengan gagasan yang ada dalam sinopsis dan treatment. Materi hasil shooting laingsung_ dipilih dan disambung-sambung dalam pita VHS. Sesudah editing kasar ini jadi, hasilnya dilihat dengan, saksama dalam screening. Apabila masih perlu ditambah atau diedit lagi, pekerjaan ini dapat langsung dikerjakan sampai hasilnya memuaskan. Sesudah basil editing offline itu dirasa pas dan memuaskan barulah dibuat editing script. Naskah editing ini sudah dilengkapi dengan uraian untuk narasi dan bagian-bagian yang perlu diisi dengan ilustrasi musik. Naskah editing ini formatnya sama dengan skenario. Di dalam naskah editing, gambar dan' nomor kode waktu, tertulis jelas untuk memudahkan pekerjaan editor. Kemudian basil shooting ash dan naskah editing diserahkan kepada editor untuk dibuat editing online. Kaset VHS basil editing offline digunakan sebagai pedoman oleh editor. Biasanya editor mengerjakan editing online menggunakan pita Betacam SP atau lainnya dengan kualitas broadcast standard.

(46)

ri

l

ili

ne rip-no-an telcrlik anaincr

Lb— -cs

Berdasarkan naskah editing, editor mengedit hasil shoot ing

asli. Sambungan-sambungan setiap shoot dan adegan (scene)

dibuat tepat berdasarkan catatan time-code dalam naskah

Demikian pula sound asli dimasukkan dengan level yang

seimbang dan sempurna. Setelah editing online

ini siap, proses

berlanjtit dohget

c31 Mixing (pencampuran gambar dengan suara)

Narasi yang sudah direkam dan ilustrasi musik yang juga

sudah direkam, dimasukkan ke dalam pita hasil editing online

sesuai dengan petunjuk atau ketentuan yang tertulis dalam

naskah editing. Keseimbangan antara sound _effeet,_ suara

suara narasi

usa

-

hams ihuat sedem

4

",9-7 nip?. seh;ngga

tidak sating mengganggu dan terdengar jelas. Sesudah proses

mixing ini boleh dikatakan bagian yang penting dalam post

pro-dUction sudah selesai. Secara menyeluruliproduksi juga sudah

selesai. Setelah produksi selesai biasanya diadakan preview. Dalam

preview tak acia lagi yang harusdiperbaiki. Apabila semua sudah

slap

_

rnaka program ini siap juga untuk ditayangkan.

(4)

Editing

nfainp

riengari teknik digital atan

Editing

non-tinier atau editing digital adalah editing yang

menggunakan komputer dengan peralatan khusus untuk editing.

Mat editing tersebut_ bermacam-macam nama, jenis dan

fasilitasnya, misalnya: Pinacle - Matrox - Campus, ckil. Dengan

-

- 1 _

aia

L eumng terseuUt

clapaL taigunaRan uei dl

macam program

edi

ti

n

g h

erd cnrkan keh

n

t1 Fl

an

spppr wi

:

A rinhe Pr

prn

i pre

- Three

D Max - After Effect dan banyak program lainnya. Tahapan

pertama, yang hams dilakukan adalah mernasukkan seluruh

hasil shoot (gambar) yang dalam cacatatan atau logging

mernperoleh OK, ke dalam harclisk. Proses ini disebut

cap-turing atau digitizing, yaitu. mengubah hasil

gambar dalam

pita

menjadi,Te, yang; ketika diperiukan dapat dipanggil untuk

(47)

disusun berdasarkan urutan yang diinginkan sutradara. Dalam

editing offline dengan sistem digital ini, penyusunan tidak

hams mengikuti urutan adegan seperti dalam sistem analog.

Tetapi mungkin saja dikerjakan dahulu urutan adegan yang di

tengah, baru bagian akhir lalu bagian awal. Sesudah tersusun

baik baru diurutkan kemudian dipersatukan agar shoot

-

shoot

yang sudah disambung dapat dilihat secara utuh, proses ini

disebut render. Setelah render dapat dilakukan screening.

Apabila dalam screening masih perlu koreksi, maka koreksi

dapat dikerjakan dengan menambah, mengurangi atau

menyisipi shoot yang diperlukan. Setelah semuanya

memuaskan boleh dikatakan editing offline selesai. Bahan

offline dalam komputer langsung dibuat menjadi online.

(5) Editing online dengan teknik digital:

Editing online dengan teknik digital sebenarnya tinggal

penyempurnaan hasil editing offline dalam komputer, sekaligus

mixing dengan musik illustrasi atau efek gambar (misalnya

perlu animasi atau wipe efek) dan suara( sound effect atau

narasi) yang harus dimasukkan. Sesudah semua sempurna, hasil

online ini kemudian dimasukan kembali darifi/e menjadi

gambar pada pita Betacam SP atau pita dengan kualitas

broadcast standard. Setelah pragram dimasukan pita, boleh

dikatakan pekerjaan selesai dan kelanjutannya adalah bagian

dari pekerjaan di stasiun televisi.

Penayangan program di stasiun televisi dibatasi oleh frame

waktu atau slot. Oleh karena itu, dalam screening hal ini juga

perlu diperhatikan. Apabila program ternyata melebihi frame

waktu yang disediakan, hams dipotong di tempat yang tidak

akan rnengganggu kontinuitas program. Biasanya slot waktu

dalam program televisi adalah 30 menit, 60 menit atau yang

terpanjang 90 menit sudah termasuk commercial break(waktu

untuk ildart). Program televisi biasanya dibuat 24 menit untuk

44

(48)

slot

merit

.

, 4g menit untuk .Slot 60 menit. Sisa

waktu

diperuntukan commercial break. Selebihnya

panayangan menjadi tanggung jawab petugas

dari stasiun televisi. Pemikiran tentang editing

secara lebih mendalam diuraikan dalam

Pengembangan Gagasan, Bab 8 Program

Dokumenter.

Pernikiran-pemikiran tersebut merupakan hal

yang sangat pe1(61G Ud L seorarG produser,

F.,errulis naskali, clan -sutradara. P

e

mikiran itu

Akan rnplahirkan ro_ekanisme keria yang penuh

pertirnbangan, teratur, sistematis dan tepat

waktu. Semua itu sangat diperlukan dalarn suatu

produksi program televisi dengan video.

B. Pengembangan Gagasan

progreim LCIC Y L31 Al Lerr"

-1

-i

berbagai macarn for

m

at

dan

materi. Tieberapa

format program kadang-kadang memiliki prosedttr

atau tata laksana kerja yang berbeda. Namur,

beberapa format sama. Demikian halnya dengan

materi program. Setiap materi program perlu

rnemperoleh perlakuankhusus berdasarkan

karakteristik dan spesifikasinya. Menciptakan

suatu program dengan materi musik pasti sangat

berbeda ketika menciptakan program dengan

materi cerita atau talk show.

npr

a

ikiA

n

pula me--

r

-

program dengan format

feature

berbeda ketika mernproduksi program dengan

format dokumenter murni. Masing-masing perlu

(49)

Dalam hal ini terdapat dua sistem produksi

yang disebut sistem produksi ad lib dan sistem

produksi blocking. Sistern produk' si

11 :L. /-7 \ -.A 14 A 4144 LIU 1,144,4 LlUILLIFIL ) OA-Leila" I nint.ciii. y cu. 1.5Lam...UW.1y CI Li3.4 car.

mungkin dit

u

lis secara lengkap

.

Micalnya,

program wawancara langsung atau talk show

di dalam studio. Yang ditulis di dalam naskah,

hanyalah urutan sajian dengan garis besar

uraian, yang dinarnakan rundown sheet. Cue

atau tanda-tanda yang

(50)

dipakai oleh sutradara untuk mulai dengan tune musik atau

kata terakhir dari "presenter/interviewer" atau kata

penutup program dan urutan program yang ditulis- Sistem

ad lib ini biasanya juga dipakai dalam program musik, talk

show atau humor dengan lawakan langsung.

Dalam sistem blocking naskah ditulis secara lengkap.

Tanda-tanda instruksi kamera, sudut perigambilan sampai dengan blocking

kamera dan pemain ditulis secara lengkap. Sistem blocking ini

biasanya digunakan dalam program studio drama atau fragmen.

Dalam anti tertentu shooting untuk sinetron menggunakan sistem

blocking.

Di dalam perencanaan produksi diandaikan sudah ada

naskah yang jadi atau sekurang-kurangnya gagasan yang

matang berupa treatment dari program yang akan diproduksi.

Namun, masalahnya sering sulit memperoleh naskah yang

bermutu dan gagasan yang balk. Hal irti terjadi karena sering

sulit menemukan rnateri produksi yang dirasa tepat.

Tidak semua produser atau penulis naskah melengkapi diri

dengan hal-hal yang dapat mendukung profesi. Sering

kelengkapan itu memang bukan sesuatu yang rnurah. Seorang

prodUser, film maker atau penulis naskah program televisi

seyogianya memiliki perpustakaan sandhi tempat sejumlah

buku-buku penting, kliping majalah atau surat kabar dan berbagai

informasi penting tersedia. Sekarang ini informasi juga dapat

cliperoleh melalui internet. Oleh karena itu sangat dianjurkan bagi

Para broadcaster untuk selalu memburu infopnasi apa raja lewat

Internet, balk yang menyangkut bahan atau materi produksi,

maupun untuk mengikuti perkembangan kemajuan yang terjadi.

Jadi, ketika is memerlukan bahan referensi maka beberapa bahan

referensi langsung dapat ditemukan di perpustakaan atau lewat

internet. Dengan clemikian

i

is dapat menghemat waktu banyak.

Sekurang-kurangnya sebuah ensiklopecli dan beberapa buku

penting perlu dimiliki. Selebihnya

(51)

seorang produser perlu banyak masukan dan gagasan yang akan membualnya semakin kritis dan kreatif lewat diskusi-diskusi, seininar-siminar, atau berburu informasi di Internet.

Sekarang ini banyak sumber yang menyediakan

materi-naateribagus sebaga-i bahan reverensi atau datadata Ui

rrLenaii s naskah_ Intprnot cipngan hprhagai mat-am ci hiR vane tprsprlia, adalah bahan yang tak terbatas untuk melengkapi data atau memperoleh informasi tambahan. Di samping itu lewat milis dengan mereka yang memiliki email atau instansi yang memiliki website dapat pula diperoleh berbagai informasi yang diperlukan.

Tantatan kernampuart yang finggi pada produser, fi1rn

maker atau nerlulis naskah bahkan setian hrnadragter, disebabkan oleh tuntutan yang tinggi pula dari stasiun televisi atau penonton dengan apa yang disebut kualitas. Quality atau kualitas adalah istilah dari jaman Victoria. SelirLtas sepertinya jelas maknanya. tiarangkali memang cukup jelas di masa

Vic-torian, ketika hampir setiap orang merniliki pera-ngkat standar

yang tidak Banat dicangkal, yang dipakai 11nt11k rnprilai Akan tetapi, sekarang hal itu menjadi kabur maknanya ketika kita mulai bertanya: Kualitas menurut siapa? Dalam keadaan bagaimana? Kualitas macam apa? Hal int menjadi lebih kabur lagi ketika kita berbincang tentang kualitas dalam media massa,

Pa, LU.0 U,7A ty Ct LCIC V

Filsafat Barat pada masa klasik hprpnrciangnn kualitac estetik

sebagai perwujudan dari tiga kuasa rnetafisis yang tak terjangkau, yaitu kebaikan, kebenaran, dan keindahan. Ketiga hal itu membantu kita sedikit, tetapi tidak terlalu banyak di dalam mencari gagasan masa kini mengenai apakah konstitusi dari

L.A.CLJ a L.1 yi4J &Lail LC1C 'Jib' ILL!. Lciy cli %al Lele V

dinilai balk, beberapa dinilai indah Lian hphprapa riiniTai i-LPnnr dalam arti tertentu. Meskipun semua tayangan televisi sebagian selalu mengandung manipulasi dilihat dari perspektif yang lain. 47

(52)

Masih mungkin terjadi kesepakatan atas

pertanyaan: Apakah kualitas gambar itu bag

-

us

atau jelek, juga dekorasi atau lighting, akting,

cerita dan komponen teknik dan artistik dari

suatu program memenuhi standar minimal

tertentu yang dapat diterima. Tetapi ketika

sampai penilaian artistik pada level yang lebih

tinggi (khususnya ketika nilai budaya dan

moral masuk ke dalam gambar), ketika itulah

ketidaksepakatan timbul. Kualitas bagi

penonton yang beragam berbeda berdasarkan

apa maksud mereka menggunakan medium itu.

Di dalam masyarakat yang plural, dengan

banyak, atau sering bertentangan orientasi

nilainya, estimasi dari kualitas dalam program

televisi menjadi masalah yang ekstrem.

Kendatipun demikian, setiap orang ingin

menonton program yang bermanfaat dalam

arti tertentu. Lembaga sensor pemerintah

ingin menjamin, stasiun menjadi bagian yang

harus bermutu dalam rangka tepat memberi

muatan pesan pemerintah. Sementara itu,

cendekiawan atau budayawan ingin makna

yang memuaskan orientasi intelektual mereka

daripada menyaksikan wawasan dangkal

tentang omong kosong. Jadi, kualitas sukar

didefinisikan atau dibakukan, tetapi setiap

or-ang dan mereka yor-ang terlibat dalam televisi,

sama-sama ingin sesuatu yang berkualitas dan

membutuhkannya. Pertanyaan apakah yang

dimaksud dengan kualitas dalam televisi bisa

dijawab hanya dalam konteks tujuan yang

ditetapkan oleh televisi menurut perspektif dan

orientasi nilai-nilai tertentu. Lord Reith dari

48

(53)

British Broadcasting Corporation

(BBC)

menerangkan pengertian kualitas berdasarkan

pada nilai-nilai kaum elite Inggris pada masa

hidupnya. Pengikut-pengikutnya di BBC

mencoba mengikuti kriteria ini. Namun,

ternyata agreement tentang standar nilai-nllai

menjadi kabur akibat tekanan budaya

kontemporer plural yang terus meningkat.

Stasiunstasiun yang lain, seperti Nippon Hoso

(54)

menghadapi tantangan yang sama. Oleh karena itu, NHK

menciptakan sepuluh kriteria untuk mengukur kualitas

pro-gram:

1.Kesatuan antara gagasan dan kebenaran.

2.Kesatuan antara kemampuan daya cipta dan

kemam-puan teknis.

3.Relevan untuk setiap masa.

4.Memiliki tujuan yang jelas dan luh ur.

5.Mendorong kemauan belajar dan mengetahui.

6. .Mereduksi

nafsu

dart

kekerasan.

Keaslian(originalitas).

8.Menyajikan nilai-nilai universal.

9.Menampilkan sesuatu yang baru dalam gagasan,

for-mat dan sajian.

10.Memiliki kekuatan mendorong perubahan yang

positif.

Kesepuluh kriteria tersebut memiliki bobot nilai yang

sama. Perbedaan kualitas program ditentukan oleh berapa

banyak sebuah program memenuhi kesepuluh kriteria tersebut.

Makin banyak kriteria yang dipenuhi, makin tinggi bobot

kualitas program. Landasan kriteria ini lebih jelas dan konkrit

sebagai sarana penilaian program.

Produser-produser televisi komersial di Amerika memiliki

pandangan yang berbeda tentang kriteria kualitas. Bagi mereka

kualitas adalah program yang paling banyak menarik penonton,

yang kemudian jumlah penonton tersebut dapat diubah

menjadi nilai, yang disebut rating, untuk dimanfaatkan dan

dijual secara komersial.

Kedua pandangan tersebut iidak berdiri sendiri-sendiri,

yang satu mendasarkan pengertian kualitas di tangan kelompok

masyarakat tertentu yang berpendidikan tinggi, sernentara yang

lain mendasarkan pengertian kualitas pada aturan

(55)

mayoritas yang diekspresikan melalui rating penonton. Tentu

masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan.

Kelemahan dari penilaian berdasar rating adalah, rating selalu

mudah dimanipula_sikan.

Produksi program-program yang balk dan kontinyu

membutuhkan biaya yang banyak. Ada sedikit perkecualian,

ada juga program yang baik yang hanya membutuhkan dana

sedikit, barangkali malahan program itu yang harus membayar

kepada stasiun televisi

,

yaitu program promosi suatu produksi

perusahaan, kegiatan atau sponsorship. Sementara, program

kebudayaan yang berkualitas, seperti uyon-uyon, tan klasik,

orkes simponi, dan diskusi yang mendalam tentang grafik,

seni-seni rupa, atau kesusastraan, sangat jarang ditayangkan. jika

akhimya clisiarkan di televisi swasta, penontonnya biasanya

hanya sedikit dan nilai komersialnya tidak mampu menutup

biaya produksi. Oleh sebab itu, program semacam itu jarang

ditayangkan, meskipun dengan pemikiran kreatif, program

semacam itu mungkin saja rnenguntungkan.

Pandangan Aristoteles mengenai tujuan manusia menikmati

karya seni, yaitu memperoieh kebahagiaan, tentu dapat juga

membantu memberikan kriteria kualitas suatu produksi seni

tayangan program televisi. Aristoteles membagi tiga tingkatan

kebahagiaan yang sekaligus dalarn tingkatan seberapa bermutu

muatan seni dapat digolongkan.

Tingkatan kepuasan yang paling rendah disebut

kesenangan. Kesenangan adalah tingkat kepuasan yang lebih

dipengaruhi oleh kecenderungan nafsu manusia, seperti

seksual, keserakahan, pemilikan, dan penguasaan. Apabila

sebuah karya seni hanya memiliki muatan untuk kebahagiaan

pada tingkat kesenangan maka karya itu hanya berkualitas

rendah. Tentu saja hal itu di dalam program televisi masih

ditambah persoalan teknis penguasaan peralatannya.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil pengamatan bahwa tugas produser pada saat praproduksi yaitu pencarian ide, budgeting, saat produksi berkoordinasi dengan PA, mengawasi proses syuting, dan saat

Sedangkan untuk faktor penghambat dari proses produksi talk show Redaksi 8 antara lain : (1) kurangnya koordinasi dan informasi mengenai pengangkatan tema

Saat pelaksanaan produksi program Kajian Islam, crew mempersiapkan konsep yang unik aar berbeda dengan acara pada televisi lainnya, seperti konsep berpindah-pindah tempat

Selama melaksanakan praktik kerja magang sebagai asisten produksi Si Bocah Petualang, penulis melakukan riset untuk materi tim liputan, menyiapkan materi editing episode

Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir Melakukan Produksi Acara Radio dan Televisi Melakukan perekaman audio visual single camera keilmuan yang mendukung mata

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa, dalam pelaksanaannya, program Toko Seduluran hanya melalui dua tahap, yaitu (1) pra produksi yang diawali dengan ide yang