TEKNIK PRODUK
PROGRAM
TELEVISI
Sudah saatnya lahir produser, broadcaster, clan pencipta program televisi, yang sungguh memahami arti profesinya bagi pengembangan bangsa yang
memiliki integritas. Buku inl sangat bermanfaat untuk itu.
4
4
FRED WIBOWO
-
irkMIK
mom
IKSi
nK-1111111 UM .116 M.0 vire ma rPROGRAM
itiBIESI
TEKNIK PRODUKSI
PROGRAM TEILEVISI
FRED W1BOWO
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tabun 2002 tentang Hak Cipta Lingkup flak Cipta
Pasal 2:
1. Hak Cipta merupakan hak eksklusil bagi Pencipta atau Pemegang Hak Cipta untuk mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya, yang timbul secara otomatis setelah suatu ciptaan dilahirkan tanpa mengurangi pembatasan menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku. Ketentuan
Pidana Pasal 72:
1. Barangsiapa dengan sengaja atau tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) atau Pasal 49 ayat (1) dan (2) dipidana dengan pidana penjara masing-masing paling singkat 1 (satu) bulan dan/atau denda paling sedikit Rp1.000.000,00 (satu juta rupiah), atau pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).
2. Barangsiapa dengan sengaja menyiarkan, rnemamerkan, mengedarkan, atau menjual kepada umum suatu ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp500.000.000,00 (lima rat-us juta rupiah).
TEKNIK PRODUKSI PROGRAM TELEVISI copy rights © Fred Wibowo
Hak cipta dilindungi oleh undang-undang. Dilarang mengutip atau memperbanyak sebagian atau isi seluruh buku ini tanpa izin tertulis dan penerbit.
Lay outer: Ivanndut
Pemeriksa Aksara: Kenon BB Editor : Artika Maya
Proofreader: Umar Tj's dan Fajar AF Desain sampul: Alfikri
Cetakan I, Juli 2007
PINUS BOOK PUBLISHER
A Tegal Melati No. 118 C (Belakang Monjali) Yogyakarta
Telp. (0274) 867646 (Bag. Redaksi), (0274) 867151 (Bag. Marketing) Fax : (0274) 869506
Email : rumahpinusayahoo.com
Perpustakaan Nasional: Katalog Dalam Terbitan PINUS BOOK PUBLISHER
Teknik Produksi Program Televisi / Fred Wibowo Cetakan I- Yogyakarta: PINUS BOOK PUBLISHER
140 X 210 mm
1. Komunikasi III. Wibowo, Fred
Souvenir buat para sahabat dan anak-istri tereinta
Semua tiran
mengetahui hiburan adalah alai untuk meredam ketidakpuasan. Namun tak pernah diduga bahwa akan terjadi situasi di mana masyarakat tak peduli pada apa pun yang tidak
menghibur.
Neil Postman
DE...Fri-EVEN P E 4-ERANG AN
41,ir.:CNESIA
lentn
itionn
IAA b..1 GI I I L.0 IAA 11.4r,4111
PADA suatu kesempatan menyusuri desa-desa di Sumatra Barat, saga tercengang melihat deretan antena parabola yang menghiasi setiap rurnah, termasuk rumah-rumah yang sederhana. Pernandangan serupa niscaya akan kita ternui di hampir setiap penjuru nusantara.
Fenomena seperti itu merupakan cermin yang menunjukkan betapa rakyat kita amat mendambakan hiburan dan informasi yang tersaji melalui perangkat teknologi komunikasi mutakhir. Oleh karena itu, suatu. buku berbahasa Indonesia yang dapat clijadikan tuntunan dalam memproduksi siaran televisi sungguh merupakan kebutuhan yang vital dan aktual.
Terlebih-lebih lagi pendekatan yang dilakukan penulis berupa pendekatan kultural sehingga buku ini dapat secara
kern prehensif m er,cakup akna kor yaitu (1) dear,
(2) correct, (3) complete, (4) concrete, (5) consistent, (6) continuous, dan (7) courteous.
Karena penulis menggelar pengetahuaruaya berdasarkan pengalaman di bidang budaya audio visual, tidak perlu ciiragukart lagi bahwa buku ini akan arnat berguna bagi para pembacanya, baik yang awam maupun profesional. Terutama bagi mereka yang meyakini bahwa informasi dan hiburan
bukanlah barang dagangan semata-mata, melainkan komoditas kultural yang harus dimanfaatkan sebesar-besarnya bagi kepentingan masyarakat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.
DirektuJenderal Radio - Televisi — Film
Ir. Dewabrata
Kata Pengantar
ALASAN ketika memutuskan untuk menulis buku ini adaiah karena kelangkaan buku-buku referensi pertelevisian berbahasa Indonesia, terutama yang berisi pemikiran tentang bagaimarta menciptakan program televisi yang serius. 13agi kebanyakan orang, program televisi merupakan hiburan semata-mata. Namun, sebagai hiburan, program televisi tetap dapat diciptakan dengan mutu tinggi selaingga menjadi hiburan yang bermanfaat bagi penonton tidak sekedar sebagai promosi dan iklan gaga
hidup yang rnengernbangkan sikap hidup kons-urntif.
Gagasan penulisan buku ini timbul karena beberapa hal,
antara lain, untuk memenuhi kebutuhan mahasiswa Fisipol j
-urusan Komunikasi dan institut-institut yang memiliki
jurusan komunikasi, kebutuhan banyak produser, broadcaster
yang bekerja di bidang televisi, juga karena adanya pandanganpandangan praktis berdasarkan pengalaman mengenai halhal yang menyangkut proses penciptaan program televisi. Karena pengalaman tersebut saya hadapi sendiri, buku ini pun memfokuskan perhatian pada gagasan dan wawasan yang terus dapat dikembangkan, dilengkapi, dan disempumakan dengan acuan pengalaman pribadi atau dari gagasan-gagasan yang lain.
Umumnya buku tentang produksi program televisi lebih menyoroti hal-hal teknis. Misalnya, bagaimana kerja kamera, teknik, prinsip-prinsip menjalankan kamera, tata cahaya, dan teknik penanganan tata suara (sound). Jarang ditemui buku-buku tentang produksi program televisi yang mengetengahkan pemikiran dan pengembangan gagasan-gagasan mengenai bagaimana menciptakan suatu program televisi yang bermutu. Apa yang saya coba tuliskan dalam buku ini merupakan pe-mikiran dan pengembangan gagasan dalam menciptakan pro-gram televisi. Oleh karena itu, hal-hal yang bersifat teknis (se-perti penanganan peralatan) tidak diuraikan secara mendalam dalam buku ini.
Saya berharap buku ini dapat bermanfaat, terutama bagi calon produser, penulis, sutradara televisi, dan mahasiswa Jurusan Komunikasi atau Media Massa. Buku ini juga dapat digunakan oleh siapa pun yang merasa peduli dan ingin mengetahui seluk-beluk program televisi dan bagaimana mengembangkan gagasan-gagasan sehingga dapat menciptakan sebuah program televisi yang bermutu.
Buku ini saya susun berdasarkan tulisan-tu1isan yang pemah dimuat di media massa, materi kuliah, dan gagasan—gagasan dari pengalaman memproduksi program televisi serta video di Studio Audio Visual Puskat Sinduharjo Yogyakarta. Secara khusus saya ingin menyampaikan terima kasih kepada Pater Dr. Ruedi Hofmann. SJ, guru dan sahabat saya yang gagasan-gagasannya banyak mendorong perkembartgan proses pemikiran kritis serta kreatif saya. Kepada beliau kepada Studio Audio Visual Puskat buku ini saya persembahkan. Terima kasih yang tidak terhingga untuk Ida, istri saya, dan Sandra, putri saya yang selalu memberi dorongan semangat dan membantu penulisan buku ini. Terima kasih juga kepada Dra. K. Riyatiningrum dan Ari Irianti yang dengan tekun dan dedikasi tinggi membantu merampungkan buku ini.
Akhir kata, kekurangan-kekurangan tidak mustahil untuk terjadi. Oleh karena itu, saya menerima kritik dart saran untuk kesempurnaan buku int Atas perhatian terhadap buku ini saya ucapkan terima kasih
Yogyakarta, 29 Mei 1997
Fred Wibowo
Katy Pengantar
Cetakan Kedua
AT AS desakan beberapa kolega dan lakta masih iangkanya
buku-buku pertelevisian, buku saga berjudul Vasar-Dasar Prod
vizi Program
Televtsi dicetak ulang dan d iterbitkan. kembali.Says berterirna kasih kepada Grasindo yang telah mengijinkan
buku tersebu: untuk clicetak Wang.
Says jug¢
borterima ketsihkepada
Penerbit Pinus yang ra&-nerbitkan kembail buku
Terdapat beberapa perubehan pada isi dan materi dad buku
ini. Hat ini dilakukan rnenurut perkembangan teknik dart
program pertelevisian. Oleh karena itu, isi dan materi buku
inibubeda dengan ceiak,al t perku I Id. MeSkip=
pernikiran dasar, orientami.
idiologi, dan
gagasanyang relevant masih te
4-,ap dipakai sebagai
landasan kreatifitas penciptaan program dalam buku ini.
Program tplovisi (Pm
-term* rnertarfipilkan hiburan oleh
pengaruh program televisi negara barat yang sangat
kapitalistik. lvleskipun gnasan clan pemikiran dalam buku
ini berkaitan dengan hiburart atau eritertairment, &lam
pengernbangan gagasan selalu dikernukakan sikap kritis
agar para pencipta
program sejak awal menyadari kemungkinar.timbulnya
pengaruh negatif dari program ciptaannya.
lahir dan entitas ekortorni, naman isi prograrruiya
berada di wiiayah ranah publik. Oleh karena jai., program
televisi tidak boleh semata-mata naengikuti kecenderungan sifat yang hanya mementingkan bisnis dan keuntungan finansial. Kepentingan publik hams selalu diperhatikan. Itulah sebabnya dalam buku ini banyak program entertainment akan diuraikan teknis penciptaan dan penyajiannya, tetapi selalu diilcuti dengan peringatan-peringatan kritis, kernungkinan-kentungkinan negatif akibat pengaruh program hiburan tersebut.
Di awal buku ini saya kutipkan ucapan seorang pemikir kritis terhadap program televisi, Neil Postman, yang menyatakan: "... semua tiran mengetahui bahwa hiburan adalah alat untuk meredam ketidak puasan. Narnun tak pernah diduga bahwa a/can terjadi situasi ketika masyarakat tak peduli pada apapun yang tidak men ghibur. Peringatan dari Postman ini dilanjutkan dengan peringatan
keras lainnya yang menyatakan: " ketika suatu masyarakat
hanya disibukkan dengan hal-hal yang remeh-temeh, saat kehidupan kultural didefinisikan kembali hanya sebagai arus hiburan tanpa henti, bila wacana serius publik seperti agama telah dianggap seperti ocehan
bayi dan acara
televisi menjadi substansi dari kehidupan, maka sebuah negara akan tiba di tepi jurang kematian kebudayaannya. Peringatan keras ini hendaknya selalu diingat oleh para produser dan pencipta program televisi, tak terkecuali pemililc.nya. Sebab, di tangannya masa depan generasi muda dan kehidupan berbangsa yang balk ditentukan.Semoga buku ini bermanfaat dan dapat menjadi bahan referensi yang berguna bagi para produser dan pencipta program.
Jogjakarta, 27 April 2007 Penulis,
Fred Wibowo
rinn
-ar Id
1146111.
Kata ,Sambutan 7
Kata Pengantar ...9
Kata Pengantar Cetakan Kedua...12
Daftar Isi...15
Pendahuluan...17
11 All 1 Produksi Program Televisi ...23
Bab 2 Program Seni Budaya dan Hiburan Pop...53
Bab 3 Program Talk C1, ,..r Al Teievisi...67
Bab 4 Jurnalistik Televisi...88 Bab 5 Reporter ...113 YID _ 1_ / DEW/
Bab 7
Bab 8 Program Dokumenter...145 Bab 9 Program Feature...186 Bab 10 Program Magazine...196 Bab 11 Program Spot...203 Bab 12 Program Doku-Drama...216 Bab 13 Program Sinetron...225 Bab 14 Penulisan Naskah Sinetron ...236
Bab 15 Aktor dan Bintang Televisi ...273
Siaran Kata...282
Dafta r Pusta ka ...284
Biografi Singkat...286
Indeks...288
E
L I t -t i v n i n E q u a l u i t A I C I I T E L E V I S I s e b a g a i b a g i a n d a r i k e b u d a y a a n a u d i o v i s u a lIii
merupakan medium paling berpengaruh dalarn rnembentuk sikap dan kepribadian masyarakat secara ivas. Hal ini disebabkan
em+.1-if rl r-toreai-n .c7n rcnrlrcrr,hancran iarir0a-n cvvri ci vanes
menjangkau masyarakat hingga ke wilayah terpencil. Kultur yang dibawa oleh televisi dengan sendirinya mulai bertumbuh di masyarakat. Apalagi sebetulnya yang esensial dari kultur ini pada h.akikatnya suclah ciikenal sejak lama, sebelurn kebudayaan tulis atau cetak menggesernya tinsur esensial dari kebudayaan. televisi berupa penggunaan bahasa verbal dan visual, sekaligus dalam rangka menyampaikan sesuatu seperti pesan, informasi, pengajaran, ilmu, dan hiburan. Sebeluni kebudayaan cetak dan tulis bcrkcmbang, orang sudah menggunakan bahasa verbal
dan visual, misaLnya wayang pengajaran dengan
anaknya yang merupakan masa kebudayaan audio visual lama. Seorang ahli mengatakan sebagai kebudayaan lisan pertaina. Itulah sebabnya jaman audio visual dertgan media elektronik disehUt lothudayaren lisan loytua.
Keunggulan kebudayaan lisan, baik pertarna maupun kedua dibandingkan dengan kebudayaan tulis. Kebudayaan
lisan rnengernbangkan memori manusia. Sajian dalam bahasa audiovisual lebih gampang diingat daripada apa yang ditulis dan dibaca. Seorang cucu akan mudah sekali mengingat dongeng-dongeng neneknya sebab mendengar dan rnelihat bagaimana neneknya menghidupkan cerita. Dongeng yang biasanya tidak terlalu panjang ini memberi kesan mendalam kepada anak.
Sementara itu, kebudayaan tulis sangat utal masuk dalam
persepsi pembacanya. Oleh karena itu, pembaca buku sering cukup susah menangkap esensi dan sajian dengan buku. Biasanya karena unsur merangsang kesan kurang, isi buku sangat mudah dilupakan, kecuali buku itu dibaca berulang-ulang. Sebagian besar prinsip yang digunakan dalam kebudayaan lisan pertama masih digunakan dalam kebudayaan lisan kedua. Namun, pengaruhnya menjadi lebih dahsyat karena penggunaan medium elektronik sebagai ekstensi (perpanjangan) dari media pribadi yang digunakan dalam kebudayaan lisan kedua. Penggunaan medium elektronik ini memiliki kemampuan memperkeras, memperluas, dan mempertajam materi yang di-paparkan. Daya jangkaunya menjadi berlipat Banda ketika digunakan satelit. Kemungkinan penggunaan trik dan keajaiban medium elektronik, membangkitkan daya tarik yang luar biasa, sehingga realitas terkadang kalah rneyakinkan dibandingkan dengan kenyataan pura-pura yang tampil dalam medium audio visual elektronik yang bemama televisi itu.
Kendati kebudayaan televisi disebut kebudayaan lisan kedua, namun tetap terdapat perbedaan yang hakiki dengan kebudayaan lisan pertama. Interaksi dalam kebudayaan Iisan pertama sulit dimanipulasikan, sebab komunikasi berlangsung secara tatap muka. Sementara dalam kebudayaan lisan kedua interaksi sangat mungkin dimanipulasi dengan kemungkinan-kemungkinan teknis dan trik yang sempurna. Karakter lain yang merupakan keunggulan televisi adalah televisi mampu 18
memberi penekanan secara efektif terhadap pesan atau maksud yang dituju dengan meng-close-up objeknya, atau
memberi pemusatan pandangan. Da-tarn kebudayaan lisan
pertama semua objek terpapar see... total. Hanya otoritas sang pembicara atau hebatnya cerita yang dapat diandalkan untuk menekankan pesan. Televisi memberi banyak kemungkinan ilustrasi visual, kaya akan tata gerak, tata wama, dan berbagai bunyi suara. Hal ini tidak dimiliki oleh sajian atraksi dalam kebudayaan lisan pertama. Apa yang berada di hadapan penonton itulah seluruh sajian.
Tidak mengherankan televisi memiliki daya tarik yang luar biasa apabila sajian program dapat menyesuaikan dengan karakter televisi dan manusia yang sudah terpengaruh oleh televisi. Manusia yang sudah terbiasa dengan televisi berarti manusia yang memiliki ekstensi (perpanjangan) dari mata dan telinganya. Sebagaimana manusia yang memiliki perpanjangan kakinya, yaitu roda (ketika dia mengendarai motor atau mobil), is menjadi lebih kuat, lebih cepat, dan lebih terburu. Demikian juga manusia yang memiliki perpanjangan mata dan telinganya secara psiki5 juga berubah. la ingin mendengar dan melihat lebih luas, lebih banyak variasi dan lebih cepat. Maka, program televisi juga menyesuaikan dengan karakter penonton.
Sayangnya tidak semua orang insyaf karakter spesifik dari medium kebudayaan lisan kc-dua. Bisnislah yang sera rrtenangkap karakter spesifik itu. Oleh karena itu, dibuat program khusus dengan menggunakan sepenuhnya prinsip-prinsip spesifik dari televisi untuk mempromosikan barang-barang produksinya, itulah iklan televisi. Iklart televisi sangat pendek, cepat, bervariasi, dan diulang-ulang. Iklart televisi sering lebil raudah dihafal oleh anak-anak sekolah daripada pelajaran sekolah. Klip musik dan banyak program serial menggunakan cara sajian yang sangat disesuaikan dengan karakter televisi.
Bagi masyarakat umum, program televisi bukan sesuat-u yang asing. Namur, bagaimana program itu dipersiapkan dan kemudian diproduksi belum banyak yang mernahami. Sementara itu, buku-buku mengenai cara memproduksi program televisi berbahasa Indonesia sangat terbatas. Kebanyakan buku yang ada cenderung menyajikan pengetahuan yang agak teknis. Padahal, dibutuhkan pula referensi berupa konsep dan gagasan untuk memberi insight terhadap permasalahan-permasalahan yang bersangkut-paut dengan penciptaan program televisi.
Televisi sebagai produk kebudayaan lisan kedua merupakan perpanjangan dari mata dan telinga manusia. Perpanjartgan ini secara psikis melahirkan tuntutan kepada para pencipta program televisi. Tuntutan ini bagi para pencipta program televisi merupakan tantangan. Tidak cukup tantangan itu dihadapi dengan bekal apa adanya. Diperlukan banyak konsep dan gagasan untuk mengembangkan daya kritis dan kreatif rnenghadapi tantangan itu.
Konsep dan gagasan tentang program televisi disusun dalam buku ini sebagai referensi bagi para pencipta program televisi (program maker) dalam pekerjaannya. Konsep tersebut disusun pada tiap-tiap program dengan mengemukakan pengertian dasar atas program-program itu, kemudian pengembangan gagasannya. Dalam pengertian dasar bukan definisi-definisi yang dikenaukakan, melainkan pemahaman-pemahaman atas segala macam aspek yang bersangkut-paut dengan program. Kemudian alternatif dan kemungkinan yang dapat dikembangkan dari program itu diuraikan dalam pengembangan gagasan.
Dari pemahaman umum mengenai program televisi, gagasan dikembangkan ke dalam program-program khusus. Pemaparan gagasan diuraikan dalam corak esei untuk meng-hindari tinjauan yang sifatnya teknis semata-mata. Diandaikan tinjauan teknik mengenai peralatan seperti-kamera, mixer, dan 20
acuan yang tersedia, jika tidak clitindaklaniufi dengan sikap kreatif tetap saja tidak akan terjadi sesuatu. Kebanyakan pencipta program puas kalau sudah dapat menghasilkan suatu program. Namur, pencipta program sejati —berarti seorang seniman— bare puas kalau dapat menciptakan program bare yang bermanfaat bagi masyarakat.
22
B a b
irive4 Ire"; Dr"' ririrs, Irv% '17;311 Aril;
M RLAA LiintaL I I
v
451
al
l tA. Pengertian Dasar
Merencanakan sebuah produksi program televisi, seorang produser profesional akan dihadapkan pada lima hal sekaligus yang mr.mcsrliikrt p=rnileirart mGr,rlalam yaitu rnateri praduksi, sarana produksi (equipment), biaya produksi (financial), organisasi pelaksana produksi, dan tahapan pelaksanaan produksi.
Berpikir tentang produksi program televisi bagi seorang produser professional, berarti mengembangkan gagasan bagai-maria inateri produksi itu, selain menghibur, dapat menjadi suatu Raiiart yang bernilai_, rlan memiliki makna. Ana yang disebut nilai itu akan tampil apabila sebuah produksi acara bertolak dari suatu visi. Dengan kata- lain, produksi .yang bernilai atau berbobot hanya dapat diciptakan oleh seorang produser yang memiliki visi. Adakah produser yang tidak
visi? Tetatu saja setiap produser atau pertgar wig _men-visi. Masalahnya, apakah visi itu tumbuh dari suatu acuan mendalarn yang bermuara pada orientasi, ideologi, religi, dan pemikiran-pemikiran kritis atas sarana yang dipakai untuk menampilkan materi produksi. Atau, visi itu sekadar mengikuti ants yang sedang mengalir. Yang kedua juga boleh disebut visi,
nArni memiliki yang kuat.
atau mengikuti arus boleh disebut tanpa visi.
Bertolak dari dorongan kreativitas, seorang produser yang menghadapi materi produksi akan membuat seleksi. Dalam seleksi ini intelektualitas dan spiritualitas secara kritis rnenentukan materi mana yang diperlukan dan mana yang tidak. Kemudian akan lahir ide atau gagasan. Dilengkapi dengan materi atau bahan lain yang menunjang ide ini, akan tercipta konsep berupa naskah untuk produksi. Naskah ini merupakan bahan dasar yang perlu dipikirkan oleh seorang produser ketika ia akan mulai berproduksi.
VHasil produksi yang memiliki visi akan tampak sikapnya. Sikap inilah kekhasan dan keunikan dari produksi
Produksi yang tidak memiliki kekhasan atau keunikan berarti produksi kodian, tidak menarik dan biasa-biasa saja.
Tidak memukau dan memesona. Tidak mampu stop the eyes
and the'ears. 1. Materi Produksi Bagi seorang produser, materi produksi dapat berupa apa saja. Kejadian, pengalaman, hasil karya, benda, binatang, dan manusia merupakan bahan yang dapat diolah menjadi produksi yang bermutu. Seorang produser profesional dengan cepat mengetahui apakah materi atau bahan yang ada di hadapannya akan menjadi materi produksi yang baik atau tidak. Seorang produser ketika ia berhadapan dengan suatu karya cipta, seperti musik, lagu atau lukisan, gagasannya mulai tergerak. Bahan yang berada di hadapannya akan merangsang kepekaan kreatifnya. Kemudian dengan segera ia melihat apakah musik, lagu, atau lukisan itu dapat dicipta menjadi suatu program
musik atau program bunga rarnpai (feature) yang menarik.
Kepekaan kreatif dalam melihat materi produksi ini, dimungkinkan oleh pengalaman, pendidikan, dan sikap kritis. Selain itu, visi akan banyak menentukan kesanggupannya menjadikan materi produksi itu berkualitas. Visi sangat menen-tukan pilihan materi produksi. Seorang produser yang tidak 24
merniliki visi akan memilih materi produksi sembarangan saja. Namun, seorang produser yang bervisi akan rnemilih materi produksi sangat selektif dan kritis. la sungguh-sungguh memilih mater i yang bermutu dan bernilafsebab hanya materi yang bagus yang dapat diolah menjadi suatu produksi yang berbobot.
Suatu kejadian yang istimewa biasanya menipakan materi produksi yang balk untuk program-program dokumenter atau sinetron. Tentu saja kejadian itu masih hams dilengkapi dengan latar belakang kejadian dan hal-hal lain yang perlu --untuk menjadikan program itu sebuah program yang utuh. Untuk RU, masih diperlukan riset yang lebal rnendalam agar serraua data yang horcangicut-paut dengan rnateri prndoksi long:kap. Semakin lengkap data yang diperoleh serriakin mudah diolah menjadi program yang balk.
Dari basil riset materi produksi, muncul gagasan atau ide yang kemudian akan diubati menjadi tema untuk program dokUmerLter atau sinetron (filrn LC31 V1.71j. MurLgkiry juga gagasan itu
langsung menjadi konsep program, se-perti gebyar dan gelar musik,
tars atau program hiburan yang lain. Tema ataupun konseppraalzim kern udian day ujadkan m eniadi treatment. Treat-ment adalah langkah pelaksanaan perwujudan gagasan menjadi program. Olen karena itu, treatment untuk setiap format program
Dart treatment akan diciptakan naskah (script) atau langsung dilaksanakan produksi program. Bobot atau muatan sebuah program sebetulnya sudah tampak ketika gagasan diwujudkan menjadi treatment. Dart sinilah penyempurnaan kons,ep program dapat LiiIdic dI IdICdil sehingga ITierighasilkan naskall atau program yang balk
2. Sarana Produksi
Sarana produksi adalah sarana yang menjadi penunjang terwujudnya ide menjadi konkret, yaitu hasil produksi. Tentu
saja diperlukan kualitas alat standar yang mampu menghasilkart
gambar dan suara secara bagus. Kepastian adanya peralatan itu
mendorong kelancaran seluruh persiapan produksi. Produser
menunjuk seseorang yang diserahi tanggung jawab tersedianya
seluruh peralatan yang diperlukan. Untuk itu, sebuah daftar
lengkap (equipment list) dari seluruh peralatan yang dibutuhkan
harus dibuat.
Ada tiga unit pokok peralatan yang diperlukan sebagai alat
produksi, yaitu unit peralatan perekam gambar, unit peralatan
perekam suara, dan unit peralatan pencahayaan. Sebaiknya
setiap unit memiliki daftar peralatan (equipment list)
sendiri-sendiri. Daftar itu setiap kali dapat dipakai untuk mengecek
kelengkapan peralatan. Daftar itu dipakai untuk meneliti kembali
ketika produksi selesai dan peralatan harus dikembalikan lagi
dengan lengkap. Kualitas standar dari ketiga unit peralatan ini
menjadi pertimbangan utama seorang produser --ketika is rnulai
dalam perencanaan produksinya. Selebihnya berfungsi sebagai
peralatan penunjang produksi. Seperti alat transportasi untuk
produksi luar studio dart unit studio dengan dekorasi untuk
produksi dalam studio.
Pertimbangan penggunaan peralatan dan jumlahnya
bergantung pada program yang akan diproduksi. Produksi
musik live show memerlukan jumlah peralatan berlipat untuk
setiap unit dibandingkan dengan produksi Elektronic News
Gathering (ENG) untuk liputan berita yang sering kali hanya
menggunakan satu kamera, satu mik, dan satu lampu. Di dalam
perencanaan, daftar peralatan (equipment list) berikut ini
sangat perlu dibuat untuk mengetahui jumlah dan macam
peralatan yang dipakai. Sebab jumlah dan macam peralatan
yang dipakai ini, kemudian berpengaruh pada penentuan
jumlah kerabat kerja (crew) dan perencanaan anggaran
produksi (production budget).
Daftar Peralatan
Jenis Peralatan
Nama Tipe Merek Warna
Kamera DXC 637 D 35 D 50 DSR 125 DSR 175 AGDP 800 AG 450 VTR/VCR Betacarn Degital recorder SVHS VHS [ —1 Mikrofon Handheld Mikestand Boom/shootgu n Clip-
Pencahay-aan/lampu HMIstandard Broadlight Spotlight Frame' Reflektor Televisi Pita/Tape Betacamsp Degital Betacam Perlengkapa n a. Tripod klunera b.Tripod/St and lampu c.Tripod/Stan d mike d.Dolly e. Filter lampu
Catatan
Daftar peralatan yang belum terisi, masih
dapat dilengkapi sesuai keperluan untuk
produksi televisi.
" 1 7 L I
Daftar peralatan tersebut sering kurang rnernperoleh
perhatian. Akibatnya beberapa kemungkinan terjadi. Sesudah
sampai di lokasi ternyata ada beberapa peralatan yang kurang atau
tidak terbawa. Sementara, checking tak mungkin tanpa suatu daftar
peralatan. Kemungkinan yang paling buruk dapat terjadi ketika
beberapa peralatan tak ada. Tidak jelas apakah peralatan itu
terbawa atau tidak, sebab tak ada daftar peralatan.
Apabila salah satu peralatan tidak ada, misalnya lensa
close-up, padahal sudah diketahui dalam shooting alat itu
diperlukan untuk pengambilan jenis-jenis hama tanaman, maka
petugas yang ditentukan harus berusaha untuk memperolehnya,
apakah dengan menyewa ataukah dengan membeli. Pada
dasamya alat tidak boleh menjadi penghambat berlangsungnya
proses kreatif dalam produksi. Meskipun bobot produksi sama
sekali tidak ditentukan oleh kecanggihan peralatan. Ukuran
standar, lain selebihnya kreativitas pribadi atau tim yang
menangani peralatan itu.
Berpikir tentang peralatan, seorang produser atau sutradara
sering tergoda oleh banyak kemungkinan dari peralatan bare yang
tents berkembang. Sementara untuk mengejar kemajuan peralatan,
biaya tidak mencukupi. Dalam hal ini, perlu kiranya seorang
produser atau sutradara bersikap realistis. Kalau mungkin
menyewa peralatan, memang lebih balk daripada tents membeli
dan satu tahun kemudian sudah harus diganti. Menyewa peralatan
sering lebih ekonornis. Setiap produser akan insyaf bahwa mereka
tidak boleh bergantung pada peralatan super canggih yang terns
berganti. Proses kreatif ditentukan bukan oleh peralatan,
melainkan oleh kemauan dan kemampuan kreatif.
Akhirnya yang terpenting, the man behind the gun. Betapapun
kecanggihan peralatan, di tangan seorang yang hanya terampil,
tanpa kreativitas dan nisi, alat itu sulit menghasilkan sesuatu yang
bernilai. Sebaliknya, di tangan seorang yang terampil
dan merniliki visi, alat menjadi sarana yang mampu menyajikan
basil produksi secara rnaksirnal: bermutu dalarn kualitas, bernilai
dalam bobot.
3. Biaya Produksi
Tidak terialu sederhana merencanakan biaya untuk suatu
produksi. Dalam 1-Lal
seorang prod-user dapat Inernikirkarl
samnai sei.anh
mann nrnd-tiksi ih3 lthanva PknnrnPrnnern1Ph
dukungan finansial dari suatu p
-usat produksi atau stasiun televisi.
Oleh karena itu, perencanaan budget atau biaya produksi dapat
didasarkan pada dila kernungkinan, yaitu financial orinted dan
quality oriented.
a.Financial Oriented
Perencanaan biaya produksi yang didasarkan pada
kernung-kinan keuangan yang
addKalau keuangan terbatas berarti
tuntutan-tuntutan tertentu untuk kebutuhan produksi harps pula
dibatasi, misalnya tidak menggunakan arils kelas satu yang
pembayarannya mahal; menggunakan lokasi shooting yang
tidak terlalu jauh; kon.sumsi yang tidak terlalu mewah. Segala
sesuatunya didasari atas kemungkinan keuangan.
b.Quality Oriented
Perencanaan biaya---produksi yang didasarkan atas tuntutan
k
ufiliti Irncil produksi F
,ng maksirnal. nalarn
ini, tidak
i l l L L Amasalah keuangan. Produksi den_gan orientasi budget semacarn
ini biasanya produksi prestige. Produksi yang diharapkan
mendatangkan keuntungan besar, baik dari segi nama maupun
finansial. Atau produksi yang diharapkan menjadi produksi yang
sangat bernilai dan berguna bagi masyarakat. Untuk
menghasiikan kualitas yang paling tinggi dari produksi itu,
produser boleh melibatkan sernua orang nomor satu di hid
Angny..
Menentukan biaya produksi suatu program televisi dengan
video bagi produser atau rnanajer siapa pun merupakan hal
yang rumit. Banyak faktor tidak terduga yang sewaktu-waktu
dapat terjadi. Suatu produksi televisi dengan video di luar studio
tidak hanya bergantung pada faktor manusia, melainkan faktor
alam juga mengambil peranan penting, seperti cuaca, lingkungan,
dan musim. Selain itu, bukan mustahil terjadi kecelakaan dalam
shooting atau kerusakan dan kehilangan peralatan yang harus
diganti. Mundumya suatu jadwal shooting atau kalau terjadi
penundaan, itu berarti akan membengkaknya biaya produksi.
Oleh karena itu, pos tidak terduga dalam perencanaan sebuah
produksi program televisi dengan video biasanya minimal
sebesar seperempat dari biaya produksi. Produser yang tidak
berani spekulatif biasanya mengalokasikan pos tak terduga ini
sebesar sepertiga dari seluruh biaya produksi.
Biaya sewa atau penggunaan peralatan, pembayaran
(berdasarkan kontrak) pada para artis, sewa lokasi dan pembelian
material produksi (kaset video, film), termasuk biaya tetap (fixed
cost). Sementara itu, transportasi, akomodasi, dan konsumsi
ter-masuk biaya tak tetap (variable cost). Akomodasi dan konsumsi
tergantung dari situasi harga setempat, sementara transportasi
tergantung dari frekuensi kesibukan. Biaya tak terduga hams
diperhitungkan minimal seperempat dari seluruhbiaya produksi.
Merencanakan anggaran (budget) merupakan suatu hal yang
tidak begitu mudah. Seluruh unsur yang memerlukan biaya harus
dihitung dan tidak boleh terlupakan; oleh siapa dan dari mana
biaya itu akan dibayarkan. Oleh karena itu, kita perlu memiliki
lembar perencanaan anggaran yang dipakai untuk
memperhitungkan semua biaya, berdasarkan pembedahan naskah
(script breakdown).
Apabila produksi berorientasi pada kemungkinan keuangan
yang ada (financial oriented) maka jumlah biaya produksi yang
sudah jelas itu harus diurai sehingga memenuhi semua
ke-butuhan termasuk biaya tak terduga. Apabila produksi
berorientasi pada kualitas produksi (quality oriented) rnaka anggaran dapat disusun dengan kemungkinan yang iebih lringgA r (Inn fig-kQii-u-1.
Agar semua kebutuhan tidak terlupakan, lembar perencanaan anggaran berikut ini dapat memberi gambaran kebutuhan apa dan berapa biaya kebutuhan itu. Dengan perhitungan biaya yang dibuat, bukan berarti langsung membuat
keputusan terald-dr untuk menetapkan pemain, lokasi, peralatan,
dan crew. ,Azggarain ini monapalca-r, oefirrlasi :yang paling realitas biaya produksi yang mungkin terjadi. a. Peralatan lokasi shooting
Kamera : Rp ... Recorder : Rp ... KnQ.Ptitnpe • Rp ... Audio : Rp ... Lampu : Rp ... Pe rlengkap an : Rp ... Total : Rp ... c.zrcA7 Lokasi 1 : Rp ... Lo kasi 2 : Rp ... Lokasi 3, dst. : Rp ... Total : Rp ... Setting Grafik : Rp ... Dekorasi : Rp ... Visual, dst. : Rp ... Total : Rp ... 11
d.Transportasi
Sewa mobil : Rp ...
Bensin/solar : Rp ...
Parkir : Rp ...
Tiket pesaw-at - "— ...
Tarif jalan tol R -n ...
-r
Lain-lain Rp ...
Total : Rp ...
e.Akomodasi 7.0 hari shooting
Hotel 1/1L0.1i : Rp ...
Hotel lihari Rp ...
Total : Rp ...
f.Konsumsi 10 hari shooting
15 artis : Rp ...
cre14/ .3-"F ...
7 staf produksi : Rp
---Total : Rp ...
g.Property
Sewa meja kursi : Rp ...
Amar :n . Rl ikuo p Senapan : Rp ... Lain-lain : Rp ... Total : Rp ... h.Kerabat kerja(crew) Kanerw,- 1Rp ux i Kamerawan 2 : Rp ... Audio man : Rp ... Lighting man Rp... 32
Kerabat kerja Rp ...
Tambahan : Rp ...
Total : Rp ...
i. Editing dan mixing
Fasilitas editing : Rp ... Kerabat kerja : Rp ... Bahan : Rp ... Total : Rp ... j. Musik Komponis : Rp ... Rekaman : Rp ... Peralatan musik : Rp ... B ahan Rp ... Total : Rp ... k. Administrasi Telepon : Rp ... Fax : Rp ... Fotokopi : Rp ... Stationary : Rp ... Petugas : Rp ... Total : Rp ... 1. Artis 3 peran kelas 1 : Rp ... 4 peran kelas 2 : Rp ... 3 peran kelas 3 : Rp ... 5 figuran : Rp ... Total : Rp ... 33
m.Koaturn Pembelian : Rp ... Sewa : Rp ... Total : Rp ... n. Tata rias Kosmetik : Rp ... Salon : Rp ... Total : Rp ...
o. Biaya tak terduga : Rp ...
p. Pajak, dll. : Rp ...
Total anggaran : Rp...
Membuat perencanaan anggaran produksi seolah-olah
rnengharuskan mata dan -pikiran kita melihat hal-hal
tersembunyi atau yang sekir.anya tidak ketahuan dan yang mungkin memerlukan biaya. Estimasi biaya yang tertera dalam rencana anggaran, paling tidak dapat membuat batasan-batasan yang baik ketika pelaksanaan produksi dan mencegah pemborosan. Bagaimanapun tidak ada produksi yang ingin menderita kerugian dan menjadi macet karena kekeliruan dalam melaksanakan rencana anggaran atau membuat estimasi biaya.
4, Organisasi Pelaksanaan Produksi
Suatu. produksi program televisi rnelibatkan banyak
prang, misalnya para antis, crew, dan fungsionaris lembaga penye_
lenggara, polisi, aparat setempat di mana lokasi shooting dilaksanakan, dan pejabat yang bersangkut-paut dengan masaTali'perijinan. Supaya pelaksanaan shooting dapat berjalan 34
lancar, produser harus memikirkan juga penyusurtan
organisasi pelaksana produksi yang serapi-rapinya.
Suatuorg_artisasi pelaksarta produksi yang tidak disusun
secara rapi akan rtienghambat jalannya produksi, berarti
kerugian waktu dan uang. Dalan
-t hal ini, produser dapat
dibantu oleh asisten produser atau sering disebut produser
pelaksana atau production manager. la mendampingt sutradara
dalarn mengendalikan organisasi.
Produser pelaksana membawahi bendahara dan kasir yang
mengatur keuangan dan membayar kebutuhan-kebutuhan yang
diperlukan. Sementara itu, sekretariat mengerjakan halhal yang
berhubungan dengan surat menyurat, kontrak, dan
perijinart.Tariggung jawab uni .
-dc. pelaksanaan dan organisasi
yang bersifat lapangan ini dipikul oleh bagia_n yang disebut
unit manager. Bagian ini menanggurtg tugas dari dua sisi
sekaligus; sisi organisasi dan sisi artistik. la yang menjadi
penghubung antara unit organisasi di bawah sekretariat dan
produser pelaksana dengan unit artistik di bawah sutradara.
Bidang yang langsung di bawah koordinasi pelaksana unit
manager, misainya perijinan, transportasi, konsumsi, dan
akornodasi. Lokasi, setting/dekorasi, properti (perlengkapan),
kostum dan make-up, pelaksanaan lapangan berada dalam
koordinasi unit manager, tetapi segi artistik sepenuhnya di
bawah tanggung jawab art designer atau art director.
Sutradara dibantu sepenuhnya oleh art designer dan
direc-tor
of photography (kamerawan). Sementara kamerawan
mem-bawahi bagian pencahayaan (lighting) dart suara (sound).
Sutradara adalah penangg,i_mg jawab penult suatu produksi; is
bertanggung jawab terhadap produser (dalam hal ini, produser
harus sungguh-sungguh memikirkan bagaimana pekerjaan
sutradara dapat berjalan lancar berkat dukungan organisasi
yang rapi dan efisien). Jadi, di luar faktor alam semua
harus dapat seiesai pada wakta seperti yang sudah direncanakan. Pen_gunduran waktu ..bera rti pembengkakan .angga ran .
Sebuah program yang baik pasti ditangani oleh seorang sutradara yang baik, seorang kamerawan yang baik dibantu pula oleh seorang pendorong dolly yang baik. Kendati sebuah program banyak menampilkan "bintang" yang baik, tetapi apabila tidak didukung oleh kerabat kerja (crew) yang baik, tak mungkin sebuah program berhasil baik. Kerabat keija yang baik mutlak diperlukan dalam sebuah produksi. Masing-masing kerabat kerja harus profesional dalam bidangnya dan mampu bertanggung jawab sungguh-sungguh pada tugasnya.
Untuk itu, sebuah organisasi produksi inemeriukan pembagian togas yang sangat rinci dengan tanggung jawab yang jelas. Daftar anggota kerabat kerja dengan tugas masingmasing diperlukan untuk mengontrol seluruh pekerjaan sehingga kalau ada hambatan segera diketahui di mana dan siapa yang bertanggung jawab. Lembar daftar kerabat kerja dan tugas berikut ini dapat memberi gambaran kebutuhan pekerja-pekerja di lapangan.
1. Sutradara Asisten sutradara 2.. Kamerawan Asisten karnerawan Pembawa kabel 3.Penata cahaya
Asisten penata cahaya Pengatur lampu 4.Penata suara
Asisten penata suara Pengatur mik 5.Penanggung jawab teknik
Asisten penanggung jawab teknik ... 3 6
6.Penata artistik (Art Disigner)
A LC1 L LC/ LC/ GLL LW- LLD.
Pekerja penata artistik
7.Penata pakaian (Costurn Director) Asisten penata pakaian
Pekerja penata pakaian S. Per ancang kosturra 9 Penata rise
Asisten penata rias Pekerja rias
10.VCR operator
11.Pencatat shooting (script
boyj girl) Ma.nager Asisten
unit manager 13.Pernbantu produksi (production assistance) 14.Pekerja perlengkapan 1,1_PCIJC1cipl.t X1/4eULILLLL WU. I) 15 Sopir 16. Pelayanari umum
(menyiapkan makanan dan minuman)
Apabila biaya produksi tidak begitu besar, kerabat kerja ,1 a p a t d flair angi deng,rn merrikata si ri ri pekraln.
Narnun, subjek yang tertera dari nomor 1 sampai dengan 16 merupakan fungsionaris yang sangat diperlukan dalam sebuah produksi program-program televisi.
Seorang produser profesional paham betul bagaimana mer, geridalikM Orgardsasi. laa bcarus dapat berpikir masak-masak ruenaenai artegaran, sistem pelaksanaan shooting serta seluruh personal yang terlibat dalam produksi. Bahkan is yang memilih sutradara dan bersama sutradara memilih dan menentukan
antis. Secara sederhana, skema organisasi pelaksana produksi program televisi dengan video dapat disusun sebagai berikut
I
rma" Palmas.]
V Pelaksanaan produksi untuk produksi program televisi di studio memiliki nama yang berbeda pula. Sutradara disebut pengarah program atau program director (PD). Fungsi dan tugasnya mirip dengan sutradara. Hanya is bekerja di belakang meja kontrol di ruang kontrol. Asisten sutradara disebut Floor Director (FD) tugasnya membantu sutradara mengarahkan pemain dan crew di dalam studio rekaman gambar. Pernbantu Pengarah Program yang lain adalah switcher. la bertugas membantu pengarah acara men-switch kamera melalui tombol di meja kontrol. Dalam rekaman studio biasanya digunakan multikamera, tiga atau empat kamera. Salah satu yang dipilih untuk masuk rekaman atau on air
di-switch oleh di-switcher atas perintah Pengarah Program ke di-switch on air. Pelaksana produksi lain sama dengan pelaksana produksi
shooting lapangan. Bedanya pada jurniah kamerarnen. Deegan multikamera diperlukan dua sampai empat kamerawan sekalitus.
5. Tahap Pelaksanaan Produksi
Suatu produksi program televisi yang melibatkan banyak peralatan, orang dan dengan sendirinya biaya yang besar, selain 38
11•A4aharsAssAr
An Desliner A A A ,
memerlukan suatu organisasi yang rapi juga perlu suatu tahap pelaksanaan produksi yang jelas dan efisien. Setiap tahap hams jelas kemajuannya dibandingkan dengan tahap sebelumnya. Tahapan produksi terdiri dari tiga bagian di televisi yang lazim disebut standard operation procedure (SOP), seperti berikut:
a.pra-produksi (ide, perencanaan dan persiapan) b.produksi (pelaksanaan)
c.pasta-produksi (penyelesaian dan penayangan).
O
Pra-Produksi (Perencanaan dan Persiapan)Tahap ini sangat penting sebab jika tahap ini dilaksanakan dengan rinci dan baik, sebagian pekerjaan dari produksi yang direncanakan sudah beres.
Tahap pra-produksi meliputi tiga bagian, sebagai berikut ini. (1)Penernuan Ide
Tahap ini dirnulai ketika seorang prod-user menemukan ide atau gagasan, membuat riset dan menuliskan naskah atau meminta penulis naskah mengembangkan gagasan menjadi naskah sesudah riset.
(2 Perencanaan
Tahap ini meliputi penetapan jangka waktu kerja (time schedule), penyempurnaan naskah, pemilihan antis, Iokasi, dan crew. Selain estimasi biaya, penyediaan biaya dan rencana alokasi merupakan bagian dari perencanaan yang perlu dibuat secara hati-hati dan teliti.
(3) ;persiapan
Tahap ini meliputi pemberesan semua kontrak, perijinan dan surat-menyurat. Latihan para artis dan pembuatan set-ting, meneliti dan melengkapi peralatan yang diperlukan. Semua persiapan ini paling baik diselesaikan menurut jangka waktu kerja (time schedule) yang sudah ditetapkan.
Kunci keberhasilan produksi program televisi sangat ditentukan oleh keberesan tahap perencanaan dan persiapan itu. Orang yang begitu percaya pada kemampuan teknis sering mengabaikan hal yang sifatnya pemikian di atas kertas. Dalam produksi program televisi, hal itu dapat berakibat kegagalan. Sebagian besar pekerja an dalarn produksi program tele-visi k1, Iranshooting di lapangan. Shooting di lapangan hanya memerlukan waktu 7 atau 10 hari. Namun, perencanaan dan persiapan dapat makan waktu beberapa minggu dengan lebih banyak menggunakan kertas-kertas dan pena daripada kamera atau peralatan ACCl.U yd 1g lain.
Produksi
"aru sesudah perencanaan dan persiapan selesai betul, pelaksanaan produksi dimulai. Sutradara bekerja sama dengan para artis dan crew mencoba mewujudkan apa yang di-rencanakan dalam kertas dan tulisan (shooting script) menjadi gambar, sustuTan garnbar y arlg dapat bercerita.
Dalam yelaksanaan produksi ini, sutradara menentukan je.is
shooyan,g_ akan diambil di dalam adegan (scene). Biasanya
sutradara mernpersiapkan suatu daftar shoot (shoot list) clan setiap adegan. Sering terjadi satu kalimat dalam skenario (naskah sinetron atau film cerita) dipecah menjadi empat shoot atau lebih.
remtnh:
Andi meminggirkan mobilnya ketika melihat Yuni berialan kepanasan di lorong desa.
Kalimat itu dapat dibuat shoot sebagai berikut:
Long Shoot (LS) : Yuni berjalan sepanjang lorong desa, sementara sebuah mobil kelihatan
rlatang Carl arab yang, cams..
Total Shoot (TS) : Mobil Andi ketika Andi kelihatan menoleh ke samping dari balik kaca mobilnya.
Close-Up (CU)
: Wajah Yuni kelihatan berkeringat
kepanasan.
TS
: Mobil Andi mendahului Yuni dan
minggir ke arah Yuni.
Vi dalam pelaksanea..n lapangan penata cahaya b,arus
mempersiapkan wajah Yuni tidak terlalu kontras tampak di
kamera karena panas matahari. Bayangan yang terjadi perlu
dikurangi ketajaman kontrasnya dengan imbangan lampu yang
sangat diperhitungkan. Sementara itu, wajah Andi dari balik
kaca mobil periu kelihatan tanpa mengurangi kewajaran.
seperl
-Li itu yar,g rayslu clipildrkan oleh bagian penata cahaya.
Demikian halnya dengan bagian sound.
la perlu
mem-pertimbangkan tempat meletakkan mik agar suara mobil
kedengaran dari jauh mendekat. Sementara itu, suara angin tidak
terasa mengganggu dan mik tidak kelihatan oleh kamera.
Pengaturan semacam ini cukup rumit dan bukan mustahil
meinbuat senewen..
Semua shoot
y
ang
dibnat dicatat Olph bagian penratat.47autdengan mencatat time code pada saat mulai pengambilan, isi
shoot dan time code pada akhir pengambilan adegan. Kode waktu
(time code) adalah nomor pada pita. Nomor itu berputar ketika
kamera dihidupkan dan terekam dalam gambar. Catatan kode
waktu
multi akan 'oerg-aria
pi naea
Biaganya garnhar basil sbnnting diknntrn1 qptiap ma'am
di akhir shooting hari itu untuk melihat apakah hasil pengambilan
gambar sungguh baik. Apabila tidak maka adegan itu peril" diulang
pengambilan gambarnya. Sesudah semua adegan di dalam naskah
selesai
diambil maka hasil gambar asli(original materiallrow
foot-age)
dibuat catatannya(logging)
untlik 1Kernu-(-Han macllk dalam pretqp.i paqt prndurtirrn, yaitrf pc-EH-rig,
c. Pasca-PrOulcsi
Pasca-produksi memiliki tiga langkah utama, yaitu editing offline, editing online, clan mixing. Dalamhal ini, terdapat dua rnacam teknik editing, yaitu: Pertama, yang disebut Editing dengan teknik analog atau linier. Kedua, Editing dengan teknik digital atau non tinier dengan komputer.
Editing offline dengan teknik analog
Setelah shooting selesai, script boy/girl membuat logging, yaitu mencatat kembali semua hasil shooting berdasarkan catatan shooting dan gambar. Di dalam logging time code (nomor kode yang berupa digit frame, detik, menit, dan jam dimunculkan dalam gambar) dan hasil pengambilan setiap shoot dicatat. Kemudian berdasarkan catatan itu sutradara akan membuat editing kasar yang disebut editing offline (dengan copy video VHS supaya murah) sesuai dengan gagasan yang ada dalam sinopsis dan treatment. Materi hasil shooting laingsung_ dipilih dan disambung-sambung dalam pita VHS. Sesudah editing kasar ini jadi, hasilnya dilihat dengan, saksama dalam screening. Apabila masih perlu ditambah atau diedit lagi, pekerjaan ini dapat langsung dikerjakan sampai hasilnya memuaskan. Sesudah basil editing offline itu dirasa pas dan memuaskan barulah dibuat editing script. Naskah editing ini sudah dilengkapi dengan uraian untuk narasi dan bagian-bagian yang perlu diisi dengan ilustrasi musik. Naskah editing ini formatnya sama dengan skenario. Di dalam naskah editing, gambar dan' nomor kode waktu, tertulis jelas untuk memudahkan pekerjaan editor. Kemudian basil shooting ash dan naskah editing diserahkan kepada editor untuk dibuat editing online. Kaset VHS basil editing offline digunakan sebagai pedoman oleh editor. Biasanya editor mengerjakan editing online menggunakan pita Betacam SP atau lainnya dengan kualitas broadcast standard.
ri
lili
ne rip-no-an telcrlik anaincrLb— -cs
Berdasarkan naskah editing, editor mengedit hasil shoot ing
asli. Sambungan-sambungan setiap shoot dan adegan (scene)
dibuat tepat berdasarkan catatan time-code dalam naskah
Demikian pula sound asli dimasukkan dengan level yang
seimbang dan sempurna. Setelah editing online
ini siap, prosesberlanjtit dohget
c31 Mixing (pencampuran gambar dengan suara)
Narasi yang sudah direkam dan ilustrasi musik yang juga
sudah direkam, dimasukkan ke dalam pita hasil editing online
sesuai dengan petunjuk atau ketentuan yang tertulis dalam
naskah editing. Keseimbangan antara sound _effeet,_ suara
suara narasi
usa
-hams ihuat sedem
4",9-7 nip?. seh;ngga
tidak sating mengganggu dan terdengar jelas. Sesudah proses
mixing ini boleh dikatakan bagian yang penting dalam post
pro-dUction sudah selesai. Secara menyeluruliproduksi juga sudah
selesai. Setelah produksi selesai biasanya diadakan preview. Dalam
preview tak acia lagi yang harusdiperbaiki. Apabila semua sudah
slap
_
„
rnaka program ini siap juga untuk ditayangkan.
(4)
Editingnfainp
riengari teknik digital atanEditing
non-tinier atau editing digital adalah editing yang
menggunakan komputer dengan peralatan khusus untuk editing.
Mat editing tersebut_ bermacam-macam nama, jenis dan
fasilitasnya, misalnya: Pinacle - Matrox - Campus, ckil. Dengan
-
- 1 _aia
L eumng terseuUt
clapaL taigunaRan uei dlmacam program
edi
ti
ng h
erd cnrkan kehn
t1 Flan
spppr wi:
A rinhe Prprn
i pre- Three
D Max - After Effect dan banyak program lainnya. Tahapan
pertama, yang hams dilakukan adalah mernasukkan seluruh
hasil shoot (gambar) yang dalam cacatatan atau logging
mernperoleh OK, ke dalam harclisk. Proses ini disebut
cap-turing atau digitizing, yaitu. mengubah hasil
gambar dalampita
menjadi,Te, yang; ketika diperiukan dapat dipanggil untuk
disusun berdasarkan urutan yang diinginkan sutradara. Dalam
editing offline dengan sistem digital ini, penyusunan tidak
hams mengikuti urutan adegan seperti dalam sistem analog.
Tetapi mungkin saja dikerjakan dahulu urutan adegan yang di
tengah, baru bagian akhir lalu bagian awal. Sesudah tersusun
baik baru diurutkan kemudian dipersatukan agar shoot
-
shoot
yang sudah disambung dapat dilihat secara utuh, proses ini
disebut render. Setelah render dapat dilakukan screening.
Apabila dalam screening masih perlu koreksi, maka koreksi
dapat dikerjakan dengan menambah, mengurangi atau
menyisipi shoot yang diperlukan. Setelah semuanya
memuaskan boleh dikatakan editing offline selesai. Bahan
offline dalam komputer langsung dibuat menjadi online.
(5) Editing online dengan teknik digital:
Editing online dengan teknik digital sebenarnya tinggal
penyempurnaan hasil editing offline dalam komputer, sekaligus
mixing dengan musik illustrasi atau efek gambar (misalnya
perlu animasi atau wipe efek) dan suara( sound effect atau
narasi) yang harus dimasukkan. Sesudah semua sempurna, hasil
online ini kemudian dimasukan kembali darifi/e menjadi
gambar pada pita Betacam SP atau pita dengan kualitas
broadcast standard. Setelah pragram dimasukan pita, boleh
dikatakan pekerjaan selesai dan kelanjutannya adalah bagian
dari pekerjaan di stasiun televisi.
Penayangan program di stasiun televisi dibatasi oleh frame
waktu atau slot. Oleh karena itu, dalam screening hal ini juga
perlu diperhatikan. Apabila program ternyata melebihi frame
waktu yang disediakan, hams dipotong di tempat yang tidak
akan rnengganggu kontinuitas program. Biasanya slot waktu
dalam program televisi adalah 30 menit, 60 menit atau yang
terpanjang 90 menit sudah termasuk commercial break(waktu
untuk ildart). Program televisi biasanya dibuat 24 menit untuk
44
slot
merit
., 4g menit untuk .Slot 60 menit. Sisa
waktu
diperuntukan commercial break. Selebihnya
panayangan menjadi tanggung jawab petugas
dari stasiun televisi. Pemikiran tentang editing
secara lebih mendalam diuraikan dalam
Pengembangan Gagasan, Bab 8 Program
Dokumenter.
Pernikiran-pemikiran tersebut merupakan hal
yang sangat pe1(61G Ud L seorarG produser,
F.,errulis naskali, clan -sutradara. P
emikiran itu
Akan rnplahirkan ro_ekanisme keria yang penuh
pertirnbangan, teratur, sistematis dan tepat
waktu. Semua itu sangat diperlukan dalarn suatu
produksi program televisi dengan video.
B. Pengembangan Gagasan
progreim LCIC Y L31 Al Lerr"
-1-i
berbagai macarn for
mat
danmateri. Tieberapa
format program kadang-kadang memiliki prosedttr
atau tata laksana kerja yang berbeda. Namur,
beberapa format sama. Demikian halnya dengan
materi program. Setiap materi program perlu
rnemperoleh perlakuankhusus berdasarkan
karakteristik dan spesifikasinya. Menciptakan
suatu program dengan materi musik pasti sangat
berbeda ketika menciptakan program dengan
materi cerita atau talk show.
npr
aikiA
npula me--
r-
program dengan format
feature
berbeda ketika mernproduksi program dengan
format dokumenter murni. Masing-masing perlu
Dalam hal ini terdapat dua sistem produksi
yang disebut sistem produksi ad lib dan sistem
produksi blocking. Sistern produk' si
11 :L. /-7 \ -.A 14 A 4144 LIU 1,144,4 LlUILLIFIL ) OA-Leila" I nint.ciii. y cu. 1.5Lam...UW.1y CI Li3.4 car.
mungkin dit
ulis secara lengkap
.
Micalnya,
program wawancara langsung atau talk show
di dalam studio. Yang ditulis di dalam naskah,
hanyalah urutan sajian dengan garis besar
uraian, yang dinarnakan rundown sheet. Cue
atau tanda-tanda yang
dipakai oleh sutradara untuk mulai dengan tune musik atau
kata terakhir dari "presenter/interviewer" atau kata
penutup program dan urutan program yang ditulis- Sistem
ad lib ini biasanya juga dipakai dalam program musik, talk
show atau humor dengan lawakan langsung.
Dalam sistem blocking naskah ditulis secara lengkap.
Tanda-tanda instruksi kamera, sudut perigambilan sampai dengan blocking
kamera dan pemain ditulis secara lengkap. Sistem blocking ini
biasanya digunakan dalam program studio drama atau fragmen.
Dalam anti tertentu shooting untuk sinetron menggunakan sistem
blocking.
Di dalam perencanaan produksi diandaikan sudah ada
naskah yang jadi atau sekurang-kurangnya gagasan yang
matang berupa treatment dari program yang akan diproduksi.
Namun, masalahnya sering sulit memperoleh naskah yang
bermutu dan gagasan yang balk. Hal irti terjadi karena sering
sulit menemukan rnateri produksi yang dirasa tepat.
Tidak semua produser atau penulis naskah melengkapi diri
dengan hal-hal yang dapat mendukung profesi. Sering
kelengkapan itu memang bukan sesuatu yang rnurah. Seorang
prodUser, film maker atau penulis naskah program televisi
seyogianya memiliki perpustakaan sandhi tempat sejumlah
buku-buku penting, kliping majalah atau surat kabar dan berbagai
informasi penting tersedia. Sekarang ini informasi juga dapat
cliperoleh melalui internet. Oleh karena itu sangat dianjurkan bagi
Para broadcaster untuk selalu memburu infopnasi apa raja lewat
Internet, balk yang menyangkut bahan atau materi produksi,
maupun untuk mengikuti perkembangan kemajuan yang terjadi.
Jadi, ketika is memerlukan bahan referensi maka beberapa bahan
referensi langsung dapat ditemukan di perpustakaan atau lewat
internet. Dengan clemikian
iis dapat menghemat waktu banyak.
Sekurang-kurangnya sebuah ensiklopecli dan beberapa buku
penting perlu dimiliki. Selebihnya
seorang produser perlu banyak masukan dan gagasan yang akan membualnya semakin kritis dan kreatif lewat diskusi-diskusi, seininar-siminar, atau berburu informasi di Internet.
Sekarang ini banyak sumber yang menyediakan
materi-naateribagus sebaga-i bahan reverensi atau datadata Ui
rrLenaii s naskah_ Intprnot cipngan hprhagai mat-am ci hiR vane tprsprlia, adalah bahan yang tak terbatas untuk melengkapi data atau memperoleh informasi tambahan. Di samping itu lewat milis dengan mereka yang memiliki email atau instansi yang memiliki website dapat pula diperoleh berbagai informasi yang diperlukan.
Tantatan kernampuart yang finggi pada produser, fi1rn
maker atau nerlulis naskah bahkan setian hrnadragter, disebabkan oleh tuntutan yang tinggi pula dari stasiun televisi atau penonton dengan apa yang disebut kualitas. Quality atau kualitas adalah istilah dari jaman Victoria. SelirLtas sepertinya jelas maknanya. tiarangkali memang cukup jelas di masa
Vic-torian, ketika hampir setiap orang merniliki pera-ngkat standar
yang tidak Banat dicangkal, yang dipakai 11nt11k rnprilai Akan tetapi, sekarang hal itu menjadi kabur maknanya ketika kita mulai bertanya: Kualitas menurut siapa? Dalam keadaan bagaimana? Kualitas macam apa? Hal int menjadi lebih kabur lagi ketika kita berbincang tentang kualitas dalam media massa,
Pa, LU.0 U,7A ty Ct LCIC V
Filsafat Barat pada masa klasik hprpnrciangnn kualitac estetik
sebagai perwujudan dari tiga kuasa rnetafisis yang tak terjangkau, yaitu kebaikan, kebenaran, dan keindahan. Ketiga hal itu membantu kita sedikit, tetapi tidak terlalu banyak di dalam mencari gagasan masa kini mengenai apakah konstitusi dari
L.A.CLJ a L.1 yi4J &Lail LC1C 'Jib' ILL!. Lciy cli %al Lele V
dinilai balk, beberapa dinilai indah Lian hphprapa riiniTai i-LPnnr dalam arti tertentu. Meskipun semua tayangan televisi sebagian selalu mengandung manipulasi dilihat dari perspektif yang lain. 47