BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
1. ANAK
1.1. Pengertian Anak
Anak menurut WHO berada pada rentang usia 0 – 18 tahun dan belum
menikah. Sedangkan menurut American of Pediatric tahun 1998 batasan usia
anak yaitu mulai dari fetus (janin) hingga usia 21 tahun.
Periode usia perkembangan anak adalah periode pranatal (konsepsi
hingga kelahiran), masa bayi (lahir sampai 1 tahun), masa kanak-kanak awal (1
sampai 6 tahun), masa kanak-kanak pertengahan (6 sampai 11 atau 12 tahun)
dan periode kanak-kanak akhir (11 sampai 19 tahun) (Wong, 2009).
1.2. Pertumbuhan dan Perkembangan Anak Usia Sekolah
Pertumbuhan dan perkembangan memiliki makna yang berbeda,
meskipun keduanya tidak berdiri sendiri (Jahja, 2011). Menurut Depkes RI,
pertumbuhan adalah bertambah banyak dan besarnya sel seluruh bagian tubuh
yang bersifat kuantitatif dan dapat diukur sedangkan perkembangan adalah
bertambah sempurnanya fungsi dan alat tubuh. Pertumbuhan kuantitatif yang
dimaksud adalah tidak hanya besar secara fisik saja, akan tetapi organ-organ
dalam tubuh anak pun berubah mengikuti pertumbuhannya, misalnya ukuran
dan struktur otak yang semakin meningkat sehingga menyebabkan anak
dengan perubahan kualitatif dan kuantitatif yang merupakan deretan progresif
dari perubahan yang teratur dan koheren. Progresif menunjukkan bahwa terjadi
perubahan yang terarah, membimbing mereka maju dan bukan mundur.
Sedangkan teratur dan koheren menandakan adanya hubungan nyata antara
perubahan yang sebelum dan sesudahnya (Jahja, 2011).
Pertumbuhan dan perkembangan pada anak terjadi mulai dari
pertumbuhan dan perkembangan secara fisik, intelektual, dan kemudian
emosional (Hidayat, 2005). Dalam hal ini, lebih di tekankan pada
perkembangan anak usia sekolah.
1.2.1. Perkembangan Fisik Anak Usia Sekolah
Perkembangan fisik pada anak usia sekolah mengalami perlambatan
jika dibandingkan dengan masa anak-anak awal (Slavin, 2011). Antara usia 6
sampai 12 tahun, anak-anak akan mengalami pertumbuhan sekitar 5 cm per
tahun untuk mencapai tinggi badan 30 sampai 60 cm dan berat badannya akan
bertambah hampir dua kali lipat, yaitu 2 sampai 3 kg per tahun. Tinggi rata-rata
anak usia 6 tahun adalah sekitar 116 cm dan berat badannya sekitar 21 kg;
tinggi rata-rata anak usia 12 tahun adalah sekitar 150 cm dan berat badannya
mendekati 40 kg (Wong, 2009).
Anak-anak yang memasuki sekolah dasar telah mengembangkan
banyak kemampuan motorik dasar yang mereka butuhkan untuk
1.2.2. Perkembangan Kognitif Anak Usia Sekolah
Perkembangan kofnitif pada anak usia sekolah berada pada tahap
operasional konkret. Operasi konkret berarti tindakan mental dapat dibalikkan
yang berkaitan dengan objek konkret yang nyata (Santrock, 2008).
Pada masa sekolah dasar, kemampuan kognisi anak mengalami
perubahan yang signifikan. Anak dapat membentuk konsep, melihat
hubungan, dan memecahkan masalah yang berhubungan dengan objek dan
situasi yang sudah tidak asing lagi. Selain itu anak mampu mengurutkan
(seriation), memiliki kemampuan untuk mengkombinasikan hubungan secara
logis dan menarik kesimpulan dari hubungan tersebut (transitivitas) dan
kemampuan dalam melakukan operasi hitung (Slavin, 2011).
Anak yang melalui tahap perkembangan dengan baik akan
mempertahankan karakteristik tahap sebelumnya sementara perilaku kognisi
tahap yang lebih tinggi berkembang. Selain memasuki tahap operasi konkret,
anak-anak usia sekolah dasar dengan pesat mengembangkan kemampuan daya
ingat dan kognisi, termasuk kemampuan meta kognisi, yaitu kemampuan
memikirkan pemikiran sendiri dan memelajari cara belajar (Slavin, 2011).
Pemikiran egosentris yang kaku pada tahun-tahun prasekolah digantikan
dengan proses pikiran yang memungkinkan anak melihat sesuatu dari sudut
1.2.3. Perkembangan Psikososial Anak Usia Sekolah
Anak-anak yang memasuki usia sekolah dasar telah mengembangkan
kemampuan pemikiran, tindakan, dan pengaruh sosial yang lebih rumit. Masa
sekolah dasar awal biasanya akan dihabiskan untuk melewati tahap keempat
Erikson (1963), kemegahan versus inferioritas. Anak yang diperkirakan telah
mengembangkan kepercayaan selama masa bayi, otonomi selama tahun-tahun
pertama, dan inisiatif selama masa prasekolah, pengalaman anak itu di sekolah
dasar dapat memberi andil bagi rasa kemegahan dan pencapaiannya. Anak
pada tahap ini menganggap dan membuktikan bahwa mereka “tumbuh
dewasa”, hal ini yang kemudian digambarkan sebagai tahap
saya-dapat-melakukannya-sendiri (Slavin, 2011).
Anak-anak dapat menghabiskan lebih banyak waktu untuk tugas-tugas
yang mereka pilih dan mereka sering merasa senang menyelesaikan proyek
apabila ketika kekuatan konsentrasi mereka tumbuh. Menurut Mc Hale, et al.
(2003) dalam Slavin (2011), tahap ini juga meliputi pertumbuhan tindakan
mandiri, kerja sama dengan kelompok, dan tampil dengan cara yang dapat
diterima secara sosial dengan perhatian pada tindakan yang adil.
Rasa ketidakadekuatan atau inferioritas dapat terjadi jika terlalu banyak
yang diharapkan dari mereka atau jika mereka percaya bahwa mereka tidak
dapat memenuhi standar yang ditetapkan orang lain untuk mereka (Wong,
1.2.4. Perkembangan Moral Anak Usia Sekolah
Kohlberg menyatakan bahwa pada saat pola pikir anak mulai berubah
dari egosentrisme ke pola pikir yang lebih logis, mereka juga bergerak melalui
tahap perkembangan kesadaran diri dan standar moral (Wong, 2009).
Anak usia sekolah lebih mampu menilai suatu tindakan berdasarkan
nilai dibandingkan akibat yang dihasilkan. Peraturan dan penilaian tidak lagi
bersifat otoriter dan mutlak, namun lebih banyak diisi dengan kebutuhan dan
keinginan orang lain. Oleh karena itu anak pada usia ini mampu memahami
dan menerima konsep sebagaimana ingin diperlakukan demikian juga
seharusnya memperlakukan orang lain (Wong, 2009).
2. BELAJAR
2.1. Pengertian Belajar
Belajar merupakan sebuah proses yang kompleks yang terjadi pada
semua orang dan berlangsung seumur hidup, sejak masih bayi hingga liang
lahat (Siregar, 2010).
Menurut Dimyati (2006), belajar dialami sebagai suatu proses dimana
siswa mengalami proses mental dalam menghadapi bahan belajar berupa
keadaan alam, hewan, tumbuh-tumbuhan, manusia dan bahan yang telah
2.2. Masalah - Masalah Dalam Belajar
Masalah–masalah dalam belajar terdiri dari masalah belajar internal dan
masalah belajar eksternal. Masalah belajar internal yaitu masalah yang dialami
siswa berasal dari diri sendiri dan berpengaruh terhadap proses belajar.
Masalah belajar internal terdiri dari : sikap terhadap belajar, motivasi belajar,
konsentrasi belajar, mengolah bahan ajar, menyimpan perolehan hasil belajar,
menggali hasil belajar yang tersimpan, kemampuan berprestasi dan unjuk hasil
belajar, rasa percaya diri siswa, intelegensi dan keberhasilan belajar, kebiasaan
belajar dan cita-cita siswa. Sedangkan masalah eksternal dalam belajar
merupakan masalah yang berasal dari lingkungan siswa yang terdiri dari : guru
sebagai pembina siswa belajar, prasarana dan sarana pembelajaran, kebijakan
penilaian, lingkungan sosial siswa di sekolah dan kurikulum sekolah (Dimyati,
2006).
3. KONSENTRASI BELAJAR
3.1. Pengertian Konsentrasi Belajar
Konsentrasi belajar merupakan salah satu masalah internal yang dialami
oleh siswa dalam proses belajar. Konsentrasi belajar berarti kemampuan
memusatkan perhatian pada pelajaran. Pemusatan perhatian tersebut tertuju
pada isi bahan belajar maupun proses memperolehnya (Dimyati, 2006).
Konsentrasi belajar menurut Sumartno (2004) dalam Rachman (2010),
dalam setiap pelaksanaan pembelajaran, serta dapat memahami setiap materi
pelajaran yang telah diberikan.
Konsentrasi belajar dapat disimpulkan sebagai sesuatu yang penting
dimiliki dalam kegiatan belajar, dimana individu dapat memusatkan perhatian
dan pikirannya terhadap setiap pelaksanaan pembelajaran dengan baik
sehingga mampu mengerti setiap materi yang diberikan.
3.2. Indikator Konsentrasi Belajar
Kemampuan setiap siswa dalam memusatkan perhatian terhadap materi
yang diberikan tidaklah sama, sehingga untuk melihat apakah siswa
konsentrasi atau tidak diperlukan adanya alat ukur. Indikator konsentrasi
belajar merupakan alat untuk mengukur perilaku sebagai respon dari proses
pembelajaran, serta kemudian digunakan untuk membimbing penerapan
berbagai perbaikan dan perubahan yang diperlukan.
Menurut Super dan Crites yang dikutip oleh Kartono (1986) dalam
Rachman (2010), bahwa cara untuk mengukur konsentrasi belajar adalah
memperhatikan setiap materi pelajaran yang disampaikan guru; dapat
merespon dan memahami materi pelajaran yang diberikan; selalu bersikap aktif
dengan bertanya dan memberikan argumentasi mengenai materi pelajaran yang
disampaikan guru; menjawab dengan baik dan benar setiap pertanyaan yang
diberikan guru serta kondisi kelas tenang dan tidak gaduh saat menerima
3.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Konsentrasi Belajar
Menurut Olivia (2010), pada saat konsentrasi terjadi proses pengenalan
dan informasi yaitu memasukkan, menyimpan dan memanggil kembali
informasi. Proses tersebut tidak dapat berjalan dengan baik jika seorang anak
tidak dapat berkonsentrasi. Konsentrasi biasanya terganggu jika pikiran
bercabang. Misalnya ketika anak mengerjakan tugas dirumah dan kemudian
tergoda untuk menonton televisi. Hal ini bisa menyebabkan pikiran bercabang
karena dua atau lebih hal yang berbeda. Oleh karena itu, seseorang bisa
berkonsentrasi dengan optimal jika dapat menekan semua keinginan yang tidak
berhubungan atau bertentangan dengan belajar. Faktor-faktor penyebab
gangguan konsentrasi terdiri dari dua yaitu faktor internal dan faktor eksternal.
Faktor internal ialah faktor yang berasal dari dalam diri sediri, misalnya minat
belajar rendah (mata pelajaran dianggap tidak menarik), perencanaan jadwal
belajar yang buruk dan kesehatan yang sedang menurun. Faktor eksternal
berupa suasana belajar, perlengkapan, penerangan ruangan, suara dan adanya
gambar-gambar yang mengganggu perhatian (Olivia, 2010).
4. TERAPI PIJAT
4.1. Pengertian Terapi Pijat
Pijat adalah salah satu teknik tertua yang dipakai manusia untuk
meningkatkan kesehatan. Terdapat bukti-bukti tertulis tentang pijat dari
berbagai kebudayaan kuno termasuk Mesir, Yunani, Romawi, India, dan
(1776-1839) mengembangkan teori pijat yang menggabungkan teknik-teknik
dari Cina, Mesir, Yunani, dan Romawi. Ia membuka sekolah pijat pertama di
Stockholm, itulah sebabnya pijat sering dihubungkan dengan pijat Swedia
(Aslani, 2003).
Menurut Kozier (2010), pijat merupakan tindakan kenyamanan yang
dapat membantu relaksasi, menurunkan ketegangan otot, dan dapat
meringankan ansietas karena kontak fisik yang menyampaikan perhatian.
Menurut Sinha (2001) pijat adalah manipulasi ilmiah pada gerakan jaringan
lunak tubuh dengan menggunakan tangan dan atau jari-jari. Pijat dapat
diartikan juga sebagai tindakan manual secara sistemik pada jaringan lunak
tubuh dengan pergerakan seperti menggosok, meremas, menekan, memutar,
menampar dan menepuk untuk tujuan terapeutik seperti melancarkan sirkulasi
darah dan limfe, relaksasi otot, mengurangi nyeri, perbaikan keseimbangan
metabolisme, dan kegunaan lainnya baik fisik dan mental (Beck, 2010).
4.2. Manfaat Terapi Pijat
4.2.1. Manfaat pijat secara umum
Terapi pijat memiliki beberapa manfaat. Menurut Andy (2011),
manfaat terapi pijat yaitu memiliki efek biokimia yang positif seperti
menurunkan kadar hormon stress (catecholamine), meningkatkan kadar
serotonin, memberikan efek klinis seperti meningkatkan jumlah dan
sitotoksisitas dari sistem imunitas (sel pembunuh alami), mengubah gel
merangsang fungsi pencernaan serta pembuangan, meningkatkan
kenaikan berat badan, meningkatkan pertumbuhan, mengurangi depresi
dan ketegangan, membuat tidur lelap, meningkatkan kesiagaan,
mengurangi rasa sakit, mengurangi kembung dan kolik (sakit perut),
meningkatkan aliran darah, menurunkan tekanan darah, mencerahkan
kulit, meredakan rasa nyeri, mengatasi migrain, mempercepat pemulihan
setelah sakit, memperbaiki fungsi saraf, meningkatkan sistem pertahanan
tubuh, mengendurkan otot kaku, meredakan stress, serta memberikan
efek relaksasi.
Terapi pijat tidak hanya bermanfaat secara fisik, namun pijat juga
memiliki manfaat psikologis. Pijat menyampaikan perhatian,
penerimaan, dukungan dan empati. Pijat menciptakan citra diri yang
positif karena membantu menghubungkan kembali dengan bagian diri
yang paling dalam. Terapi pijat dan sentuhan akan mendorong energi
vital atau kekuatan hidup kita untuk mengalir secara bebas dan
mengembalikan keseimbangan tubuh (Aslani, 2003).
4.2.2. Manfaat pijat pada anak
Pijat pada anak memiliki manfaat terhadap tumbuhkembang serta
kesehatannya. Beberapa manfaat pijat anak adalah membantu
meningkatkan sistem imunitas; merilekskan tubuh anak sehingga dapat
membuatnya tetap tenang meski dalam kondisi stres; mengatasi kesulitan
perasaan positif pada anak; mencegah timbulnya gangguan pencernaan;
melancarkan buang air besar; meningkatkan kesigapan anak dan
koordinasi otot; meningkatkan kesadaran akan pentingnya melakukan
manejemen stres dan pengelolaan mental pada anak dengan teknik
pemijatan; mengajarkan pada anak mengenai perbedaan sentuhan baik
dan buruk; menurunkan hiperaktivitas dan meningkatkan sifat lembut
dalam diri anak; memacu pertumbuhan otot dan fisik anak;
meningkatkan kerja sistem pernafasan, pencernaan dan peredaran darah;
mempengaruhi kerja sistem saraf; menyebabkan pelebaran pada
pembuluh darah; mempercepat aliran getah bening sehingga membantu
meningkatkan daya tahan tubuh; membersihkan saluran keringat,
kelenjar sebasea, meningkatkan fungsi sekresi serta ekskresi dan respirasi
kulit; meningkatkan konsentrasi serta menurunkan kecenderungan
berkelahi pada anak (Suranto, 2011).
4.2.3. Manfaat pijat terhadap konsentrasi belajar
Gelombang otak disebut juga dengan gelombang listrik atau brain
wave. Gelombang otak menandakan aktivitas pikiran seseorang dan
dapat diukur dengan menggunakan EEG (Elektroensefalogram)
(Solihudin, 2010). Empat pola gelombang otak yang jelas adalah : (1)
alpha (8-13,9 Hz) menggambarkan keadaan kondisi fokus, tenang, santai
dan relaks; (2) beta (14-30 Hz) menggambarkan kondisi terjaga atau
Hz) merupakan gelombang otak yang paling lambat yang terjadi ketika
seseorang masuk ke dalam tidur yang sangat lelap (Wong, 2009).
Pemijatan selama 15 menit menunjukkan penurunan gelombang
alpha dan beta pada otak. Penurunan gelombang alpha mempengaruhi
kewaspadaan sedangkan penurunan gelombang beta berhubungan dengan
kecepatan dan ketepatan dalam menyelesaikan perhitungan matematika
(Field et al., 1996). Sedangkan menurut Wong (2010), pijatan pada anak
akan memberikan dampak positif bagi anak karena dapat meningkatkan
daya konsentrasi dan merasa lebih siap dalam menerima stimulus
sehingga dapat belajar dengan lebih cepat dan berdampak positif bagi
perkembangan otaknya. Selain itu terapi pijat dapat meningkatkan
kecerdasan otak dan meningkatkan daya ingat serta memberikan dampak
rileks pada otak maupun tubuh dengan melancarkan peredaran darah.
4.3. Teknik Memijat
4.3.1. Teknik Pijat secara Umum
Menurut Aslani, 2003 teknik memijat secara umum terdiri dari
empat gerakan yaitu :
a. Effleurage
Effleurage adalah istilah untuk gerakan mengusap yang ringan dan
menenangkan saat memulai dan mengakhiri pijatan. Effleurage terutama
meratakan minyak dan menghangatkan otot agar lebih rileks.
Gerakan-gerakan effleurage harus mengalir tanpa terputus dan menyambuingkan
berbagai tahap pemijatan. Biasanya gerakan ini dilakukan dengan tekanan
yang lebih kuat saat mengarah ke jantung. Ini dimaksudkan untuk
membantu peredaran darah dan getah bening. Saat kembali,ngerakan harus
dilakukan dengan usapan yang lebih ringan dan menenangkan.
b. Tekanan sedang dan kuat
Setiap pemijatan harus diawali dengan gerakan mengusap ringan
yang kemudian diikuti oleh tekanan sedang dan kuat dengan menggunakan
ibu jari, jemari lainnya, atau tumit tangan. Berat tubuh dapat digunakan
untuk menambah tekanan. Gerakan-gerakan seperti ibu jari melingkar atau
berputar kadang disebut sebagai gerakan petrissage yaitu gerakan menekan
otot pada tulang yang ada dibawahnya.
Gerakan untuk petrissage dan meremas dapat merangsang dan
mnyegarkan serta sangat efektif memperbaiki sirkulasi darah,
membersihkan racun, meningkatkan laju metabolisme, dan melemaskan
ketegangan otot. Ketika menekan, harus diingat bahwa setiap orang
memiliki tingkat ketahanan yang berbeda. Hindari menekan kuat pada
tubuh yang memar atau pembuluh darah yang membengkak.
c. Saluran getah bening
Sistem getah bening membantu menjaga keseimbangan cairan
dalam darah dan berbagai jaringan tubuh. Getah bening adalah cairan
cairan ini akan kembali ke dalam aliran darah melalui pembuluh darah
kapiler. Sisanya akan dibuang ke dalam pembuluh getah bening dan
bercampur dengan sisa metabolisme dan mikroorganisme seperti bakteri.
Ketika cairan tubuh melewati pembuluh ini, kelenjar getah bening akan
menyaring dan menghancurkan berbagai organisme penyebab penyakit.
Oleh karena itu, sistem kelenjar getah bening sangat penting untuk
mencegah masuknya penyakit ke dalam sistem peredaran darah. Karena
pembuluh getah bening tidak bisa memompa, getah bening hanya bisa
mengalir jika otot-otot di sekitarnya berkontrasi dan menekan
pembuluhnya. Gerakan ini dilakukan dengan mengangkat pergelangan
tangan dengan siku tetap di sisi samping tubuh membentuk sudut 900, kemudian rangkum tangan pada pergelangan tangan dan dorong hingga
bagian siku. Gerakan ini juga dilakukan pada lengan bawah dan kaki
bawah.
d. Gerakan memukul
Gerakan memukul-mukul yang lincah dan bersemangat dapat
menyegarkan tubuh. Gerakan ini juga dapat menstimulasi aliran darah ke
kulit sehingga memperlancar sirkulasi dan membersihkan sisa
metabolisme. Selain itu, gerakan ini juga membantu menghancurkan
jaringan lemak dan mengendurkan ketegangan otot. Tepukan punggung
tangan pada punggung bagian atas dapat membantu melegakan paru-paru.
Gerakannya harus ringan dan rileks, serta tidak keras seperti menumbuk.
ini harus dilakukan secara cepat dengan tangan bergantian untuk
menciptakan gerakan berirama. Lakukan gerakan pada bagian tubuh yang
empuk seperti paha, pantat, dan lengan atas.
4.3.2. Teknik Pijat pada Anak
Menurut Suranto (2011), teknik pijat pada anak terdiri dari :
a. Teknik tekan
Teknik tekan dapat dilakukan dengan dua cara yaitu tekan lepas
dan tekan totok. Teknik tekan lepas dilakukan dengan menggunakan
ibu jari atau telunjuk untuk menekan titik yang berhubungan dengan
saraf tertentu. Menurut Ferry (2010), teknik penekanan dapat dilakukan
dengan jari jempol, jari telunjuk, dan jari tengah yang disatukan
maupun dengan kepalan tangan.
b. Teknik urut
Teknik urut dapat menggunakan ibu jari atau semua jari (kanan
atau kiri). Caranya ialah ibu jari diletakkan pada bagian tubuh yang
akan diurut, kemudian tekan dan dorong dengan arah yang teratur dan
berulang-ulang pada bagian tersebut.
c. Teknik putar
Teknik ini biasanya dilakukan pada pergelangan tangan atau
pergelangan kaki yang ditujukan untuk meregangkan otot-otot yang
d. Teknik tarik
Teknik ini dilakukan untuk menarik jari-jari tangan dan jari-jari
kaki menggunakan jari telunjuk atau ibu jari dengan cara diurut terlebih
dahulu agar agar lebih lemas dan tidak terlalu sakit ketika ditarik.
e. Teknik tepuk
Teknik ini dilakukan dengan cara menepuk-nepuk bagian tubuh
tertentu untuk memberikan efek panas yang bermanfaat melancarkan
aliran darah. Tepukan dilakukan dengan menggunakan telapak tangan.
Tepukan yang dilakukan tidak boleh terlalu keras karena dapat
menyakiti anak.
f. Teknik pegang
Teknik pegang adalh teknik memijat yang memberikan sentuhan
yang lembut serta memberikan efek hangat pada anak . Teknik ini
dilakukan dengan menggunakan jari-jari dan telapak tangan untuk
memberikan kontak yang lebih optimal.
g. Teknik belai
Teknik pijat ini dilakukan dengan cara meletakkan tangan dan jari
diatas kepala anak. Teknik ini dilakukan secara perlahan dan lembut
dengan tekanan ringan pada telapak tangan dan jari tangan.
h. Teknik gosokan atau usapan
Teknik ini memberikan efek rileks, hangat dan segar pada anak.
dilakukan dengan lembut menggunakan telapak tangan dan kepalan
tangan.
i. Teknik ketukan
Teknik ketukan dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu : (1) beating
atau memberi pukulan ringan dengan menggunakan kepalan tangan.
Pada teknik ini anak dipijat menggunakan punggung tangan yang
dikepal kemudian ditekan pada bagian tubuh tertentu seperti bahu; (2)
patting atau menepuk adalah teknik yang dilakukan dengan
menepuk-nepuk telapak tangan yang sedikit ditelungkupkan secara simultan dari
gerakan yang lambat hingga cepat; (3) tabla atau pijatan ringan yang
menggunakan ujung jari tangan dan biasanya digunakan untuk memijat
bagian kepala da wajah anak. Tabla dilakukan dengan ritme yang
lembut dan cepat.
j. Teknik remas
Teknik pijat remas dilakukan dengan cara meremas tubuh anak
secara lembut menggunakan satu atau dua tangan. Teknik ini sangat
berguna pada otot-otot yang tegang dan lelah.
3.4. Kontraindikasi Dalam Pemijatan
Kontraindikasi berarti terdapat sebuah kondisi dimana pijatan tidak bermanfaat pada sebagian tubuh ataupun seluruh tubuh. Menurut Beck (2010),
1. Kontraindikasi yang bersifat menyeluruh ketika pijat benar-benar tidak
dapat dilakukan, seperti kasus-kasus yang buruk, hipertensi yang tidak
terkontrol, demam tinggi yang abnormal, shock, pneumonia akut atau
toksemia selama kehamilan.
2. Kontraindikasi lokal (regional) melarang pemberian pijat hanya pada
bagian tertentu dari tubuh, seperti kondisi menular pada daerah tertentu,
luka terbuka, atau radang akut pada saraf atau artritis, tetapi pijat pada
daerah lainnya dapat dilakukan.
3. Kontraindikasi yang bersifat kondisional mengharuskan praktisi untuk
menyesuaikan kapan kesehatan perlu diperhatikan untuk teknik pijat
yang menimbulkan ketidaknyamanan atau efeknya merugikan,
walaupun terapi yang lainnya sangat menguntungkan.
Aslani (2003) mengatakan bahwa tidak boleh dilakukan pemijatan dalam
kondisi seperti suhu tubuh sangat tinggi, menderita penyakit kulit menular,
menderita penyakit atau infeksi menular, dan gangguan jantung seperti trombosis
atau radang pembuluh darah, Selain itu jangan memijat parises, luka baru, luka