BAB IV: TINJAUAN KHUSUS PROYEK
Pekerjaan MEP (Mekanikal, Elektrikal dan Plumbing) dikerjakan bersamaan dengan pekerjaan finishing. Lingkup pekerjaan yang dilakukan adalah sebagai berikut:
a. Pekerjaan Mekanikal yaitu : HVAC (Ventilasi dan AC) Lift Eskalator Fire Sprinkler Hydrant Laundry Spa Swimming Pool Water Feature b. Pekerjaan Elektrikal yaitu :
Listrik Telepon
Tata Suara (Audio)
Data System (TV Kabel, Internet) CCTV
Fire Alarm Parking System
Building Automatic System (BAS) c. Pekerjaan Plumbing yaitu :
Pengolahan Air Bersih (Panas dan Dingin) Pengolahan Air Kotor (STP)
Pengolahan Air Hujan
Pada Proyek Pondok Indah Hotel & Residence belum semua pekerjaan MEP diselesaikan. Pekerjaan yang sudah dan sedang dikerjakan pada proyek tersebut adalah : 1. Pekerjaan Mekanikal Elevator/Lift Ducting 2. Pekerjaan Elektrikal Listrik (trafo) Genset Pengkabelan (Tray) 3. Pekerjaan Plumbing Pemipaan Air Bersih
Air Kotor dan Pengolahan Air Kotor Air Hujan
Fire Pump
4.1. Pengamatan Pekerjaan Mekanikal
4.1.1. Elevator/Lift
a. Ketentuan Teknis
Lift terbagi menjadi tiga kelompok, yaitu lift penumpang, lift barang dan lift servis. Secara teknis ketiga jenis lift ini tidak berbeda jauh. Komponen utama elevator ini ada dua, yaitu ruang mesin (gambar 4.1.) dan ruang luncur (gambar 4.2).
1. Ruang Mesin (Machine Room)
Mesin lift pada Pondok Indah Hotel dan Residence berada di atas gedung.
Gambar 4.2. Ruang Mesin Lift (sumber: Dok. CV. Pribumi Jaya Abadi)
2. Ruang Luncur (hoist way)
Berikut merupakan posisi ruang luncur elevator/lift pada gambar kerja shop drawing.
Gambar 4.3. Posisi elevator/lift hotel pada bangunan (sumber: Data Perusahaan)
Ruangan yang berada di bawah ruang luncur berfungsi memberikan kesempatan kerja untuk menghabiskan tenaga kinetik yang diredam oleh buffer pada saat lift jatuh ke pit. Berikut lekuk dasar lift (elevator pit) pada lantai basement B2. (lihat gambar 4.4).
Gambar 4.4. Posisi elevator pit pada lantai basement B2 (sumber: Data Perusahaan)
Kecepatan lift maksimal adalah 0,7 m/s sesuai dengan spesifikasi yang diberikan PT. Beca Indonesia.
b. Pelaksanaan di Lapangan
Bahan material untuk lift masih tersimpan pada lantai basement B3, karena pengerjaan lift pada masih dalam tahap pemasangan dinding dan plester, terlihat pada gambar 4.5. di bawah ini.
Gambar 4.5. Komponen Material Lift di lantai basement (sumber: dok. Pribadi)
Area Lift pada lantai 11-15 telah dipasang dinding celcon dan plester dinding di area luar dan dalam. (lihat gambar 4.6).
Kemudian pada gambar 4.7. area Lift pada lantai 16-20 masih baru pemasangan tulang H Beam dan dinding celcon belum dipasang.
Gambar 4.7. Kondisi Pengerjaan Area Lift lt. 16-20 (sumber: dok. pribadi)
4.1.2. Ducting HVAC
Ducting adalah sebuah benda kotak atau spiral berbentuk cerobong yang berfungsi untuk mensirkulasikan udara dari suatu ruangan dengan menggunakan unit fan. HVAC (Heating Ventilating and Air Conditioning) sangat berhubungan dengan ducting.
a. Ketentuan Teknis
Posisi ducting selalu berada di bagian atas ruangan dan dibantu dengan kipas besar atau blower. Ducting ada pada setiap ruangan karena berfungsi untuk mensirkulasikan udara dalam ruangan tersebut. Untuk contoh, berikut alur ducting pada ruang STP basement B3. (lihat gambar 4.8).
b. Pelaksanaan di Lapangan
Pekerjaan instalasi ducting dan pemotongan-pemotongan dilakukan di basement. Semua proses fabrikasi dilakukan di lantai basement, terlihat pada gambar (4.9).
Gambar 4.9. Perakitan instalasi ducting (sumber: dok. pribadi)
Blower digunakan untuk menggerakkan udara dalam ducting. (lihat gambar 4.10).
Gambar 4.10. Pemasangan ducting pada ruang fire pump (sumber: daok. pribadi)
Pada lantai basement B1 terdapat fan room yang di dalamnya terdapat exhaust untuk mengatur udara, terletak di bawah ramp. (lihat gambar 4.11)
Gambar 4.11. Fan Room pada lantai basement B1 (Sumber: dok. perusahaan dan pribadi)
Ducting pada lantai basement ada yang ditempelkan pada dinding agar kondisi udara pada basement lebih baik. Terlihat pada gambar 4.12. dan 4.13.
Gambar 4.12. Ducting pada dinding (sumber: Dok. pribadi)
Gambar 4.13. Ducting pada parkiran basement B3 (sumber: dok. Pribadi)
c. Kendala dan Solusi
Pekerjaan ducting sebagian masih dalam tahap pembuatan. Proses pembuatan dilakukan di basement untuk perakitannya. Sejauh ini belum ada kendala karena bahan-bahan untuk pembuatan masih tersedia.
4.2. Pengamatan Pekerjaan Elektrikal
Lingkup pekerjaan instalasi Elektrikal meliputi :1. Instalasi Listrik, meliputi sumber listrik (trafo dan genset) dan perangkat yang menggunakan listrik dalam gedung.
2. Tray, meliputi jaringan kabel di dalam gedung, mulai dari kabel listrik, telepon, alarm, data, CCTV, sound system, dll.
4.2.1. Listrik (Transformer)
a. Ketentuan Teknis
Pembangkit listrik pada gedung Pondok Indah Hotel dan Residence berasal dari transformer (trafo). Trafo yang digunakan ada dua jenis yang dijelaskan pada tabel 4.1. berikut.
Tabel 4.1. Tabel Spesifikasi Transformer (sumber: PT. Beca Indonesia)
Ruang trafo berada pada lantai basement B1 yang berada di sebelah timur bangunan. Posisi ruang trafo terlihat pada gambar 4.14. berikut.
Gambar 4.14. Ruang Transformer (sumber: Data Perusahaan)
b. Kondisi di Lapangan
Pada basement B1 terdapat peletakkan trafo dalam sebuah ruang khusus. Pada gambar 4.15. kondisi trafo belum dijalankan dan masih dibungkus oleh alumunium foil.
Gambar 4.15. Ruang Transformer (sumber: Dok. Pribadi)
Setelah dari ruang trafo, listrik dialirkan menuju ruang panel untuk pengontrolan.
4.2.2. Genset
a. Ketentuan Teknis
Ruang genset berada pada lantai basement B2 dan B1. Terdapat empat buah genset dengan tiga tangki bahan bakar yang tidak jauh dari ruang genset. (gambar 4.16).
Gambar 4.16. Ruang Genset pada lantai basement B2 (sumber: Data Perusahaan)
Berikut merupakan gambar shop drawing untuk ruang genset. (gambar 4.17).
Gambar 4.17. Denah Ruang Genset (sumber: Data Perusahaan)
Gambar 4.18. Potongan A Ruang Genset (sumber: Data Perusahaan)
b. Pelaksanaan di Lapangan
Material yang dibutuhkan: Genset 1500 Kva
Residential knalpot dan accessories Besi UNP
Rod
Langkah-langkah Kerja:
Mendongkrak genset dan meletakan pipa rol di bawah frame genset Pengukuran dudukan genset dan penandaan untuk lubang dinabolt Menggeser genset dengan dongkrak untuk membuat lubang di
pondasi.
Pembuatan lubang pada pondasi genset dengan mesin bor.
Menggeser genset kembali tepat diatas lubang tempat pemasangan dinabolt.
Pemasangan dinabolt pada lubang pondasi genset.
Mengambil pipa rol dari frame genset kemudian menurunkan dongrak tepat diatas dinabolt yang sudah disiapkan.
Mengencangkan dinabolt setelah genset tepat diatas dinabolt yang telah terpasang.
Pemeriksaan elevasi, kelurusan kerataan lantai dan setelah semua genset terpasang.
Marking bracket knalpot.
Pengeboran sofit dan dinding untuk memasang bracket knalpot. Pemasangan gantungan bracket.
Pemasangan knalpot.
Pemasangan sambungan knalpot setelah residential muffler, pipa akan disambung dengan cara dilas.
Pemasangan rock wool pada pipa knalpot dan residensial muffler dengan cara rock wool dibalutkan kesekeliling diameter pipa dan residensial muffler kemudian diikat dengan kawat bendrat.
Pemasangan jacketing dengan menggunakan allumunium sheet sesuai dengan bentuk pipa knalpot dan residensial muffler
Pembersihan area kerja dan perapihan alat kerja yang digunakan (gambar 4.21).
Genset sudah terletak pada posisi yang benar dan masih terbungkus karena pengerjaan diatasnya belum selesai. (lihat gambar 4.20).
Gambar 4.20. Genset (sumber: dok. pribadi)
Pada gambar 4.21. dialy tank yang seharusnya berada di antara genset belum terpasang, karena ada schaffolding untuk instalasi di atasnya.
Gambar 4.21. Kondisi Ruang Genset lantai basement B2 (sumber: dok. pribadi)
Tak jauh dari ruang genset, terdapat ruang storage tank, yaitu untuk penyimpanan bahan bakar pembangkit listrik untuk genset. Terdapat tiga buah tangki dengan masing-masing memliki berat 3200kg dengan ketebalan tangki 8mm. Tangki ini mampu menyimpan bahan bakar hingga 15.000 liter. (lihat gambar 4.22).
Gambar 4.22. Storage Tank (sumber: dok. Perusahaan dan pribadi)
Pengawasan dilakukan berkala bersama site manager MEP selaku pembimbing praktikan. (gambar 4.23).
Gambar 4.23. Pengawasan Ruang Genset (sumber: dok. Pribadi)
4.2.3. Panel Listrik
a. Ketentuan Teknis
Ruang panel listrik (gambar 4.25.) harus berdekatan dengan ruang trafo dan ruang genset. Pada Pondok Indah Hotel dan Residence peletakannya seperti pada gambar 4.24. berikut.
Gambar 4.25. Ruang Panel basement B1 (sumber: Data Perusahaan)
b. Pelaksanaan di Lapangan
Material yang dibutuhkan : Busduct batangan (3200 A) Sambungan Busduct (3200 A) Flexible busduct.
End of busduct (3200 A) Penyangga fix vertical. Besi siku 50 x 50 x 5 mm Dynabolt .
Langkah-Langkah Kerja :
Penandaan dan pengukuran gantungan busduct yang akan dipasang. Pemasangan penyangga / gantungan busduct
Mempersiapkan & memposisikan busduct
Pasang busduct dipenyangga yang telah dipasang dengan jarak yang telah ditentukan.
Pasang fix support busduct dipenyangga yang telah dipasang dengan jarak yang telah ditentukan.
Pasang flange end box dan connect busduct ke incoming CPGS dan pemasangan flexible busduct di unit genset
Periksa kelurusan busduct menggunakan sipat air. Pemasangan kabel masa.
Tes kontinuitas. (lihat gambar 4.26).
Pembersihan area kerja dan perapihan alat kerja yang digunakan setiap selesai kerja.
Gambar 4.26. Pemasangan Bus Duct pada Ruang Panel (sumber: dok. pribadi)
Panel listrik yang sudah terpasang dan terhubung dengan pembangkit listrik (trafo dan genset) selanjutnya disalurkan melalui tray dan shaft kabel menuju alat-alat yang membutuhkan listrik. (lihat gambar 4.28).
Gambar 4.27. Kondisi Ruang Panel (sumber: dok. pribadi)
4.2.4. Tray Kabel
a. Klasifikasi Fungsi Kabel
Pemasangan kabel yang begitu banyak dan dengan warna yang sama, agar tidak membingungkan maka setiap klep pada pipa kabel menggunakan indikator warna yang memiliki arti masing-masing. Pembagian warna-warna pada klep tersebut adalah :
Klep Merah : untuk sistem alarm Klep Cokelat : untuk security Klep Biru Tua : untuk mekanikal Klep Biru Muda : untuk BMS
Klep Kuning : untuk Public Address Klep Hijau : untuk data
Klep Ungu : untuk bass system Klep Putih : untuk CATV Klep Oranye : untuk elektrikal
Terdapat tiga jenis rate kabel, yaitu kabel dengan 300/500V, kabel 600/1000V dan kabel diatas 1000V, dengan spesifikasinya masing-masing. Dilihat dari tabel 4.2. berikut
Tabel 4.2. Tabel Spesifikasi Volt Kabel (sumber: PT. Beca Indonesia)
b. Pelaksanaan di Lapangan
Pemasangan kabel pada plat atap dengan menggunakan tangga stagger. Terlihat pada gambar 4.29.
Gambar 4.29. Pemasangan Kabel pada plat beton (sumber: dok. pribadi)
Kabel yang sudah terpasang diberikan penanda berupa klep berwarna untuk perbedaan fungsi kabel. (lihat gambar 4.30).
Gambar 4.30. Pembagian fungsi kabel dengan klep berwarna (sumber: dok. pribadi)
Setelah sekumpulan kabel-kabel yang terpasang, dapat bersatu dengan susunan pemasangan lain, seperti pipa-pipa dan ducting. (lihat gambar 4.31).
Untuk kabel yang tidak ditempel ke plat beton, dapat digabungkan menjadi satu dan dimasukkan ke dalam tempat khusus yang dinamakan tray (lihat gambar 4.32). Tray merupakan shaft kabel secara horizontal.
Gambar 4.32. Jalur Kabel/Tray (sumber: dok. pribadi)
Untuk kabel yang ingin tidak terlihat dapat dilakukan penanaman kabel pada tembok dengan cara mencoak dinding tersebut dan menyesuaikan tempatnya. Terlihat pada gambar 4.33 dibawah ini.
Gambar 4.33. Posisi Kabel yang ditanam di tembok (sumber: dok. pribadi)
Pondok Indah Hotel dan Residence telah menyiapkan tempat untuk mocked up, yaitu ruang percontohan kamar apartemen. Penyusunan stop kontak pada ruang interior terdapat pada gambar berikut. (gambar 4.34 dan 4.35).
Gambar 4.34. Stop Kontak pada dinding (sumber: dok. pribadi)
Gambar 4.35. Stop kontak yang terdapat pada furniture (sumner: dok. pribadi)
4.3. Pengamatan Pekerjaan Plumbing
Lingkup pekerjaan Plumbing secara garis besar sebagai berikut : 1. Sistem Pemipaan
2. Pengolahan Air Bersih
3. Pengolahan Air Kotor dan Kotoran 4. Air Hujan
5. Fire Pump
4.3.1. Pemipaan
a. Ketentuan Teknis
Pada semua instalasi pengerjaan plumbing tidak terlepas dari penggunaan pipa. Pada proyek Pondok Indah Hotel telah ditentukan penggunaan jenis pipa berdasarkan spesifikasi pada tabel 2.3. berikut dan gambar skema 4.26).
Gambar 4.36. Skema Plumbing dan Drainage (sumber: Data Perusahaan)
b. Kondisi di Lapangan
Pada pekerjaan plumbing terdiri dari pemipaan air bersih, air kotor, air hujan, sistem pengolahan air bersih yang terdiri dari air panas dan dingin, dan sistem pengolahan kotoran dan air kotor. Sama halnya seperti jalur kabel, agar memudahkan maka pipa-pipa diklasifikasikan dalam beberapa warna, yaitu :
Pipa Merah : untuk hydrant Pipa Merah besar : untuk air kotor
Pipa Hijau strip biru : untuk saluran air dingin (air bersih) Pipa Hijau strip merah: untuk saluran air panas (air bersih) Pipa abu-abu kecil : untuk saluran air AC
Saluran-saluran air tersebut tergabung dalam sebuah shaft yang terhubung pada tiap lantainya seperti terlihat pada gambar 4.37. berikut.
Gambar 4.37. Shaft Pipa Plumbing (sumber: dok. pribadi)
Tiap sambungan pipa, khususnya pada pipa merah diberi klep agar memperkuat sambungan dan tidak terjadi kebocoran sambungan pipa tersebut. Selain itu pada penyambungan dari dua pipa menjadi perlu diberi penggantung seperti pada gambar 4.38. berikut.
Gambar 4.38. Sambungan pipa dan penggantungnya (sumber: dok. pribadi)
Kemudian pada tiap unit hotel, di dalamnya terdapat kamar mandi yang di desain menggunakan bath tab. Aliran-aliran pipa yang berisi air bersih dingin, air bersih panas, dan air kotor terhubung pada bagian ini. Perencanaan ruang Bath tab pada tiap unit hotel terlihat seperti pada gambar berikut. (lihat gambar 4.39).
Gambar 4.39. Bath Tab pada tiap unit hotel (sumber: dok. pribadi)
c. Kendala dan Solusi
Masalah yang terjadi pekerjaan plumbing adalah adanya kebocoran pada sambungan pipa, atau belum terpasangnya pipa sehingga menimbulkan genangan-genangan pada area tertentu. Solusinya adalah dengan memperbaiki pipa tersebut.
4.3.2. Air Bersih
Air bersih digunakan untuk Toilet dan Pantry. Pipa air bersih berwarna hijau, dengan garis biru untuk air dingin dan merah untuk panas. Kebutuhan air bersih diambil langsung dari instalasi air bersih PDAM dengan menggunakan pemipaan. Pada Pondok Indah Hotel dan Residence, pengolahan WTP terletak pada basement B4. Untuk sistem air bersih supply ke tangki atas menggunakan pompa Transfer sedangkan supply ke masing-masing lantai secara grafitasi dan menggunakan pompa Booster. Berikut merupakan skema air bersih pada bangunan Pondok Indah Hotel dan Residence. (lihat gambar 4.40).
Berikut merupakan bagian-bagian dari alur pengolahan air bersih pada gedung.
a. Sumur Bor. Sumur dalam berfungsi untuk menyuplai seluruh kebutuhan air bersih, baik untuk kebutuhan air sehari-hari maupun untuk sistem pemadam kebakaran. Air dari kedua buah sumur tersebut disalurkan ke bak air Raw Water Tank.
b. Roof Tank. Tangki air atas terbuat dari Fibre Reinforced Plastic (FRP) dengan sistem pembuatan Compression Moulding atau Vacum Laminate. Tangki ini terletak di lantai 23 hotel. Untuk tangki air pemanas dibuat dengan cara pengelasan untuk penutup tangkinya. (lihat gambar 4.41).
Gambar 4.41. Proses Pengelasan Water Heater di Lantai 23 (sumber: dok. Pribadi)
c. Pompa Distribusi dan Pompa Transfer. Pompa distibusi berfungsi mengalirkan air ke alat-alat plumbing pada lantai-lantai yang membutuhkan. Pompa distribusi harus mampu memasok kebutuhan air. (gambar 4.42).
Sedangkan pompa transfer berfungsi mengalirkan air dari tanki air bawah ke tanki air atas (Roof Tank) terlihat pada gambar 4.43. Pompa transfer harus mempu memasok kebutuhan air kepada pemakai setiap laju aliran pada setiap saat secara otomatis.
Gambar 4.43. Pompa Transfer (sumber: dok. pribadi)
d. Ground Water Tank (GWT). Tangki Tanam atau lebih di kenal dengan Ground Water Tank (GWT) adalah Tangki penampungan air yang di pasang di dalam tanah,sehingga tidak memerlukan tempat khusus/tidak memakan tempat.Berbentuk Silinder dengan ketebalan tertentu sehingga kuat dan aman untuk menahan tekanan air tanah. Terbuat dari bahan fiberglass yang tidak korosif. Skema air menuju GWT terlihat pada gambar 4.44. berikut.
e. Sand Filter dan Carbon Filter. Sand filter dan carbon filter berfungsi meningkatkan mutu air dari Deep Well (sumur dalam) yaitu untuk menghilangkan kotoran yang masih terkandung didalamnya sekaligus lebih menjernihkan air. Pencucian filter harus dilakukan setiap hari selama 5 menit sampai 10 menit, pada saat beban pemakaian air surut. Bahan tangki terbuat dari Wound Polyester sedangkan screen terbuat dari bronze atau stainless steel atau wound Polyester. (gambar 4.45).
Gambar 4.45. Posisi Sand Filter dan Carbon Filter (sumber: Data Perusahaan)
Gambar 4.46. Sand Filter (sumber: dok. pribadi)
f. Water Treatment Plant (WTP). Water treatment plant suatu pengolahaan air mentah menjadi air siap pakai untuk digunakan sebagai pengisi boiler (Make up water).
Gambar 4.47. Tampak Ruang WTP (sumber: Data Perusahaan)
1. Ketentuan Teknis Water Treatment Plant (WTP) :
Pengolahan air bersih terdapat pada basement B4. Berikut merupakan gambar dari denah lantai basement B4. (lihat gambar 4.48).
Posisi ruang pengolahan air bersih terdapat pada gambar 4.49. berikut.
Gambar 4.49. Area Pengolahan Air Bersih (sumber: Data Perusahaan)
Peletakkan mesin pompa dan alur pipa dapat terlihat pada gambar potongan berikut. (lihat gambar 4.50).
Gambar 4.50. Potongan Ruang WTP (sumber: Data Perusahaan)
2. Kondisi di Lapangan :
Ruang WTP belum sepenuhnya terinstalasi dengan baik (gambar 4.51). Belum semua mesin terpasang. Proses fabrikasi dan pemotongan bahan dilakukan dekat dengan ruang WTP.
3. Kendala dan Solusi :
Pada bagian dalam ruang WTP terjadi kebocoran air dari lantai atasnya hingga membuat becek ruang WTP. (lihat gambar 4.52).
Gambar 4.52. Kebocoran air pada ruang WTP (sumber: dok. pribadi)
Saat praktikan ke lapangan, belum ada solusi untuk mengatasi hal ini, air dibiarkan begitu saja karena pekerjaan yang belum selesai.
4.3.3. Pengolahan Air Kotor
Lokasi pengolahan air kotor berada pada basement terbawah (B4). Berdekatan dengan lokasi pengolahan air bersih. Berikut letak STP pada denah shop drawing. (gambar 4.53).
Air kotoran yaitu pembungan air limbah dari closet dan urinal lavatory sedangkan air kotor yaitu pembuangan air limbah dari wastafel, shower dan Floor Drain ke Sewage Pit. Dar Sewage Pit air limbah dipompakan ke Sewage Treatment Plant (STP). Pada gambar 4.54. terdapat skema air kotor.
Gambar 4.54. Skema Air Kotor
Pre-treatment. Pada tahap ini dilakukan pemisahan padatan berukuran besar ataupun grease, agar tidak terbawa pada unit pengolahan selanjutnya. Kemudian air akan menuju ke primary
clarifier.
Primary clarifier. Pada proses ini terjadi pemisahan partikel yang mengendap secara gravitasi (suspended solid) sehingga mengurangi beban pengolahan pada unit selanjutnya.
Rotating Biological Contactor (RBC). Proses ini untuk menurunkan BOD (bio-chemical oxygen demand) dan COD (chemical oxygen
demand) yang ada pada air limbah
Final Clarifier. Unit ini berfungsi sebagai clarifier akhir untuk mengendapkan partikel-partikel yang masih belum terendapkan, serta biomass yang telah mati.
Disinfeksi. Pada proses ini dilakukan penginjeksian chlorine yang bertujuan membunuh bakteri-bakteri patogen yang ada.
Effluent Tank. Air yang telah kita olah akan dialirkan menuju effluent
dapat kita proses lagi untuk keperluan recycling yang dapat kita gunakan untuk menyiram taman dan air cuci kendaraan.
Sand Filter. Air dari effluent tank dialirkan ke sand filter menggunakan pompa, pada proses ini air akan di saring oleh pasir silika yang berfungsi menyaring padatan yang masih terbawa pada system. Berikut penjelasan alat-alat yang dipakai pada sistem air kotoran dan air kotor :
a. Sewage Pit (Bak Air Kotoran)
Sewage Pit adalah suatu bak penampungan yang menampung air buangan dari instalasi air kotor. Bak air limbah harus dibuat dari konstruksi beton bertulang dibuat oleh bagian sipil/konstruksi. (lihat gambar 4.55).
Gambar 4.55. Sewage Pit (sumber: Dok. Pribadi)
b. Sewage Pump (Pompa Air Kotoran)
Sistem kendali pompa Sewage yaitu start dan stop diatur secara otomatis oleh level switches yang berada di bak sewage. Pompa bekerja secara bergantian dan bersamaan. Apabila beban aliran kecil, maka satu pompa bekerja secara bergiliran dan apabila aliran besar maka pompa bekerja bersamaan. Mesin Pompa tersebut terlihat pada gambar 4.56 di bawah ini.
Gambar 4.56. Pompa Air Kotoran (sumber: dok. pribadi)
c. Sump Pit (Bak Air Kotor)
Pompa Sump Pit selalu diletakkan disebuah bak yang disebut Sump Tank (gambar 4.57), disinilah pos pertama pembuangan air kotor sebuah gedung ditampung yang selanjutnya dari sump Tank ini akan didorong lagi menggunakan Pompa Sump Pit menuju pos selanjutnya misalnya Septic tank atau Biotech.
Gambar 4.57. Bak Air Kotor (sumber: Data Perusahaan)
d. Sump Pump (Pompa Air Kotor)
Hampir sama dengan Sewage Pump, sistem kendali motor pompa yaitu start dan stop diatur secara otomatis oleh level switches yang berada di bak air kotor. Apabila beban aliran kecil, maka satu pompa bekerja secara bergiliran dan apabila beban aliran besar maka pompa bekerja bersamaan. Penampakan mesin tersebut terlihat pada gambar 4.58.
Gambar 4.58. Pompa Air Kotor (sumber: dok. pribadi)
e. Sewage Treatment Plant (STP)
STP merupakan septik tank dalam gedung yang menggunakan sistem pengolahan dengan menggunakan bakteri pengurai. Bahan septik tank dapat terbuat dari fiber glass ataupun beton concrete. Sistem kerja septik tank yaitu air limbah yang masuk harus dapat diurai dengan menggunakan bakteri pengurai sehingga air yang dihasilkan dari dalam septictank tersebut layak untuk dibuang ke saluran kota (tidak berbau).
Gambar 4.59. Potongan Ruang STP (sumber: Data Perusahaan)
Ruang pengolahan air kotor terdapat pada lantai basement B3 dan B4 (gambar 4.59). Pada base plan, digunakan untuk ruang pengolahan, sedangkan untuk mezanin (gambar 4.60) untuk sistem pemipaan, peletakkan mesin dan untuk mengontrol kondisi STP.
Gambar 4.60. Ruang STP mezanin pada Basement B3 (sumber: dok. Pribadi)
Kemudian untuk mengondisikan udara dalam ruang terdapat blower room yang yang terletak di pinggir ruangan. Terdapat beberapa exhaust yang menghembuskan udara ke arah dalam STP. (lihat gambar 4.61).
Gambar 4.61. Blower Room (sumber: dok. Perusahaan dan pribadi)
Gambar 4.62. Blower (sumber: dok. pribadi)
Pekerjaan instalasi mesin pompa masih berjalan, dilakukan oleh pekerja yang berada di dekat dengan ruang STP (gambar 4.63).
Gambar 4.63. Instalasi Pompa (sumber: dok. pribadi)
Pengumpulan kotoran diolah pada sedimentation tank adalah untuk mengendapkan kotoran (lihat gambar 4.64).
Gambar 4.64. Sedimentation Tank (sumber: dok. Perusahaan dan pribadi)
Equalizing tank (gambar 4.65) digunakan untuk pengolahan air kotor yang diproses yang kemudian dapat digunakan kembali (recycle) atau langsung dibuang ke saluran pembuangan kota.
Gambar 4.65. Equalizing Tank (sumber: Data Perusahaan dan pribadi)
Untuk standar kadar unsur kimia dalam kandungan pengolahan air kotor, terdapat pada tabel 4.4 berikut.
Tabel 4.4. Tabel Standarisasi kadar zat kimia STP (sumber: PT. Beca Indonesia)
4.3.4. Air Hujan (Sistem Siphonic)
Sistem siphonic ialah sistem pembuangan air hujan yang mengalir karena pengaruh tekanan. Perencanaan hidrolik harus memperhatikan kecepatan air. Diameter minimum untuk siphone ini ialah 60 cm untuk memungkinkan pembersihan dan pengecekan.
Pelaksanaan di Lapangan
1. Pemasangan pipa siphonic dilakukan dalam 5 tahap yaitu:
a. Pemasangan Roof outlet dan fabrikasi fitting dan collector pipe, terlihat pada gambar 4.66 di bawah ini.
Pemasangan roof outlet (gambar 4.67) bersamaan dengan pekerjaan pembetonan lantai atap.
Gambar 4.67. Roof Outlet (sumber: data PT. Berca Mandiri Perkasa)
Untuk roof outlet (gambar 4.68) yang berada pada talang metal, dipasang setelah material talang terpasang.
Gambar 4.68. Roof outlet pada talang metal (smber: data PT. Berca Mandiri Perkasa)
Apabila pemasangan roof outlet tertinggal dari pekerjaan sipil pembetonan, maka dilakukan metode coring untuk meletakkan roof outlet yang direncanakan sesuai dengan gambar shop drawing.
Gambar 4.69. Pekerjaan Roof outlet bersamaan dengan pekerjaan sipil (sumber: data PT. Berca Mandiri Perkasa)
Dilakukan fabrikasi fitting-fitting untuk jalur horizontal di bawah atap yang nantinya menyambungkan roof outlet dan pipa collector. (lihat gambar 4.70).
Gambar 4.70. Fitting untuk jalur horizontal (sumber: data PT. Berca Mandiri Perkasa)
b. Fabrikasi dan pemasangan bracket pada jalur horizontal (gambar 4.71).
Gambar 4.71. Pengerjaan Pipa fabrikasi bracket (sumber: data PT. Berca Mandiri Perkasa)
c. Pemasangan jalur pipa horizontal dan koneksi ke tailpipe dan pipa vertikal. Untuk detail pemasangan pipa vertikal terlihat pada gambar 4.72. berikut.
Gambar 4.72. Pipa vertikal (sumber: data PT. Berca Mandiri Perkasa)
Pemasangan pipa vertikal di H Beam 400 di pasang di setiap jarak 1500 mm. Kemudian untuk pipa horizontal di H Beam lantai 4 dipasang setiap jarak 1300mm. (lihat gambar 4.73).
Gambar 4.73. Pipa Horizontal (sumber: PT. Berca Mandiri Perkasa)
d. Pemasangan Jalur Pipa bawah tanah.
Tipe pemasangan pipa horizontal di beton lantai 4 yang menuju shaft menggunakan UNP 50 (gambar 4.74).
Tipe pemasangan pipa horizontal (gambar 4.75) pada beton dengan menggunakan UNP 50 dan Long Dart M12
Gambar 4.75. Pipa Horizontal dengan UNP 50 dan Long Dart M12 (sumber: data PT. Berca Mandiri Perkasa)
e. Penyambungan antara pipa tegak dan pipa underground f. Test dan Commisioning. (gambar 4.76).
Gambar 4.76. Pengecekan sistem siphonic (sumber: data PT. Berca Mandiri Perkasa)
2. Pemasangan pipa harus sesuai dengan shop drawing dan perhitungan hidrolik yang dibuat oleh SFM.
3. Apabila terjadi perubahan layout jalur pipa, perubahan tersebut harus dikonfirmasi ulang oleh SFM untuk dilakukan perhitungan ulang hidrolik sebelum pemasangan.
4. Pemasangan jalur pipa yang tidak sesuai dengan perhitungan hidrolik akan berdampak pada tidak bekerjanya sistem siphonic.
5. Layout jalur pipa pada metodologi ini harus disesuaikan dengan stack jalur pipa sebenarnya sesuai hasil perhitungan hidrolik, shop drawing dan gambar skematik.
6. Metodologi ini berlaku untuk 1 stack pipa siphonic. Penerapan metodologi ini pada stack pipa siphonic yang lain dimungkinkan dengan penyesuaian layout jalur.
4.3.5. Fire Pump
a. Ketentuan Teknis
Ruang Fire Pump terletak di lantai basement B1. Berikut posisi ruang fire pump pada gambar kerja shop drawing (lihat gambar 4.77).
Berikut spesifikasi untuk pipa fire pump pada tabel 4.5 :
Tabel 4.5. Tabel Spesifikasi Fire Pump (sumber: PT. Beca Indonesia)
b. Pelaksanaan di Lapangan
Mesin fire pump sudah ada yang terpasang dengan cukup baik. Para pekerja masih bekerja memasang bagian-bagian dari fire pump. Terlihat pada gambar 4.78 dan 4.79.
Gambar 4.78. Fire Pump (sumber: dok. Pribadi)
Gambar 4.79. Pekerja yang melakukan instalasi pada bagian fire pump (sumber: dok. pribadi)
Gambar 4.80. Sambungan fire pump menuju hydrant dan sprinkler (sumber: dok. Pribadi)
c. Kendala dan Solusi
Pada pengerjaan ruang fire pump agak terbengkalai dan sepi pekerja. Solusinya ialah dengan menambah pekerja pada bagian fire pump. (gambar 4.80).
4.4. Kendala dan Solusi dalam Pekerjaan MEP
Dalam pengerjaan Mekanikal Elektrikal dan Plumbing (MEP) pada Proyek Pondok Indah Hotel dan Residence terdapat kendala dalam pengerjaannya. Kendala tersebut diantaranya:
a. Gambar perencanaan kurang jelas. Gambar perencanaan MEP yang diajukan untuk pengerjaan (Shop drawing) masih ada yang bagian yang kurang jelas. Solusinya, koordinasi konsultan perencanaan MEP dan kontraktor pelaksana dilakukan lebih intens agar kontraktor mengerti dari gambar yang dimaksud.
b. Produksi gambar lambat. Banyaknya gambar yang harus diselesaikan dan jumlah drafter yang kurang banyak membuat produksi gambar kerja lambat. Solusinya, adalah penambahan drafter untuk bagian MEP.
c. Benturan Desain MEP dan Finishing. Pekerjaan finishing yang dilakukan setelah struktur membuat adanya benturan desain antara MEP dan pekerjaan finishing. Solusinya adalah perubahan dengan sedikit pergeseran atau perombakan dan koordinasi dengan bagian finishing. d. Cuaca tak mendukung. Saat terjadi cuaca yang ekstrim menjadi salah
satu kendala dalam pengerjaan. Pada tanggal 1 September 2016, terjadi hujan angin yang berdampak pada kerusakan. Pada area ground floor, penuh dengan puing-puing dinding celcon dari Hotel yang runtuh (gambar 4.81). Tak lama dari itu segera dilakukan pembersihan dan pengerjaan ulang. Berikut merupakan gambar-gambar setelah kejadian tersebut
Gambar 4.82. Reruntuhan pada podium hotel dan residence (sumber: dok. pribadi)
Gambar 4.83. Atap Ballroom yang lepas karena angin (sumber: dok. pribadi)
Gambar 4.84. Gondola Indalex terhempas angin (sumber: dok. pribadi)