• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI APRIL 2017

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI APRIL 2017"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

No.24/05/75/Th.XI. 2 Mei 2017

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI APRIL 2017

1.

Nilai Tukar Petani (NTP)

NTP yang diperoleh dari perbandingan indeks harga yang diterima petani (It) terhadap indeks harga yang dibayar petani (Ib), merupakan salah satu indikator untuk melihat tingkat kemampuan/daya beli petani di perdesaan. NTP juga menunjukkan daya tukar (term of trade) dari produk pertanian dengan barang dan jasa yang dikonsumsi maupun untuk biaya produksi. Semakin tinggi NTP, secara relatif semakin kuat pula tingkat kemampuan/daya beli petani.

Mulai Desember 2013 dilakukan perubahan tahun dasar dalam penghitungan NTP dari tahun dasar 2007=100 menjadi tahun dasar 2012=100. Perubahan tahun dasar ini dilakukan untuk menyesuaikan perubahan/pergesaran pola produksi pertanian dan pola konsumsi rumah tangga  Pada bulan April 2017, NTP (NTP Umum) Provinsi Gorontalo tercatat sebesar 105,09 atau

mengalami kenaikan sebesar 0,64 persen bila dibandingkan keadaan bulan Maret 2017 yang tercatat sebesar 104,43. NTP masing-masing subsektor tercatat sebesar 107,73 untuk Subsektor Tanaman Pangan (NTP-P), 115,70 untuk Subsektor Hortikultura (NTP-H), 98,13 untuk Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat (NTP-R), 101,65 untuk Subsektor Peternakan (NTP-T) dan 102,30 untuk Subsektor Perikanan (NTN).

 Dari 10 provinsi di Kawasan Timur Indonesia 6 (enam) provinsi yang NTP-nya berada di atas angka 100. NTP tertinggi dicapai oleh Provinsi Sulawesi Barat dengan nilai sebesar 106,00 yang diikuti Provinsi Gorontalo sebesar 105,09, Provinsi Maluku Utara sebesar 100,87, Provinsi Papua Barat sebesar 100,57, Provinsi Maluku sebesar 100,43, dan Propinsi Sulawesi Selatan sebesar 100,11. Nilai Tukar Petani terendah terjadi pada Provinsi Sulawesi Utara sebesar 92,15, Provinsi Sulawesi Tengah sebesar 94,79, Propinsi Sulawesi Tenggara sebesar 94,91, 07 dan Propinsi Papua sebesar 95,76. NTP nasional sebesar 100,01 mengalami kenaikan sebesar 0,06 persen dari bulan sebelumnya yang tercatat sebesar 99,95.

 Pada April 2017, terjadi deflasi di daerah perdesaan di Provinsi Gorontalo sebesar -1,39 persen. Deflasi terjadi karena adanya penurunan indeks harga pada kelompok pengeluaran rumahtangga, yaitu kelompok bahan makanan 2,96 persen, dan sandang -0,09 persen. Sedangkan 5 (lima) kelompok lainnya mengalami inflasi yakni kelompok makanan jadi 0,31 persen, perumahan 0,04 persen, kesehatan 0,05 persen, kelompok pendidikan, rekreasi, dan olah raga 0,20 persen, dan kelompok transportasi dan komunikasi sebesar 0,39 persen.

 Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian (NTUP) Provinsi Gorontalo pada April 2017 sebesar 118,69 atau turun sebesar 0,53 persen dibanding NTUP bulan Maret 2017.

(2)

pertanian diperdesaan, serta perluasan cakupan subsektor pertanian dan provinsi dalam penghitungan NTP, agar penghitungan indeks dapat dijaga ketepatannya.

Perbedaan antara NTP tahun dasar 2007=100 dengan NTP tahun dasar 2012=100 adalah meningkatnya cakupan jumlah komoditas baik pada paket komoditas It maupun Ib. Penghitungan NTP (2012=100) juga mengalami perluasan khususnya pada Subsektor Perikanan yaitu Perikanan Tangkap Nelayan (NTN) dan Perikanan Pembudidaya Ikan (NTPi) juga disajikan secara terpisah.

Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian (NTUP) diperoleh dari perbandingan indeks harga yang diterima petani (It) terhadap indeks harga yang dibayar petani (Ib), dimana komponen Ib hanya terdiri dari Biaya Produksi dan Penambahan Barang Modal (BPPBM). Dengan dikeluarkannya konsumsi dari komponen indeks harga yang dibayar petani (Ib), NTUP dapat lebih mencerminkan kemampuan produksi petani, karena yang dibandingkan hanya produksi dengan biaya produksinya.

Tabel 1

Nilai Tukar Petani Prov. Gorontalo Maret 2017 – April 2017 Per Subsektor serta Perubahannya (2012=100)

Subsektor Maret 2017 April 2017 Persentase Perubahan

(1) (2) (3) (4)

Gabungan

a. Nilai tukar petani (NTP) 104.43 105.09 0.64

b. Indeks Harga yang Diterima Petani (It) 132.11 131.65 -0.35

c. Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) 126.51 125.27 -0.98

- Indeks Konsumsi Rumah Tangga 133.53 131.67 -1.39

- Indeks BPPBM 110.71 110.92 0.19

Gabungan tanpa Perikanan

a. Nilai tukar petani (NTP) 104.50 105.25 0.72

b. Indeks Harga yang Diterima Petani (It) 132.31 131.92 -0.29

c. Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) 126.61 125.34 -1.00

- Indeks Konsumsi Rumah Tangga 133.56 131.66 -1.43

- Indeks BPPBM 110.80 111.02 0.19

1. Tanaman Pangan

a. Nilai tukar petani (NTPP) 105.29 107.73 2.32

b. Indeks Harga yang Diterima Petani (It) 138.54 139.99 1.05

- Padi 127.72 126.42 -1.02

- Palawija 148.26 152.20 2.66

c. Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) 131.57 129.95 -1.24

- Indeks Konsumsi Rumah Tangga 134.93 132.90 -1.50

- Indeks BPPBM 115.77 116.03 0.22

2. Hortikultura

a. Nilai tukar petani (NTPH) 116.78 115.70 -0.93

b. Indeks Harga yang Diterima Petani (It) 150.15 147.13 -2.01

- Sayur-sayuran 156.27 152.83 -2.20

- Buah-buahan 120.68 119.73 -0.78

- Tanaman Obat 118.79 116.47 -1.95

c. Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) 128.58 127.17 -1.10

- Indeks Konsumsi Rumah Tangga 132.85 131.14 -1.29

(3)

Subsektor Maret 2017 April 2017 Persentase Perubahan

(1) (2) (3) (4)

3. Tanaman Perkebunan Rakyat

a. Nilai tukar petani (NTPR) 97.50 98.13 0.64

b. Indeks Harga yang Diterima Petani (It) 127.99 127.16 -0.65

- Tanaman Perkebunan Rakyat 127.99 127.16 -0.65

c. Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) 131.27 129.59 -1.28

- Indeks Konsumsi Rumah Tangga 135.42 133.38 -1.51

- Indeks BPPBM 112.29 112.24 -0.04

4. Peternakan

a. Nilai tukar petani (NTPT) 101.67 101.65 -0.02

b. Indeks Harga yang Diterima Petani (It) 118.85 118.30 -0.47

- Ternak Besar 118.18 116.77 -1.19

- Ternak Kecil 118.53 120.14 1.36

- Unggas 122.20 121.68 -0.43

- Hasil Ternak 120.64 122.58 1.60

c. Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) 116.90 116.38 -0.45

- Indeks Konsumsi Rumah Tangga 131.18 129.38 -1.37

- Indeks BPPBM 105.72 106.20 0.45

5. Perikanan

a. Nilai tukar nelayan dan pembudidaya ikan (NTNP) 103.18 102.30 -0.85

b. Indeks Harga yang Diterima Nelayan dan Pembudidaya

Ikan (It) 128.71 126.95 -1.37

c. Indeks Harga yang Dibayar Nelayan dan Pembudidaya

Ikan (Ib) 124.74 124.10 -0.51

- Indeks Konsumsi Rumah Tangga 132.97 131.94 -0.78

- Indeks BPPBM 109.17 109.25 0.08

5.1. Perikanan Tangkap

a. Nilai tukar nelayan (NTN) 109.11 107.77 -1.22

b. Indeks Harga yang Diterima Nelayan(It) 136.48 134.17 -1.69

- Penangkapan 136.48 134.17 -1.69

c. Indeks Harga yang Dibayar Nelayan (Ib) 125.08 124.49 -0.47

- Indeks Konsumsi Rumah Tangga 132.99 131.95 -0.78

- Indeks BPPBM 110.65 110.87 0.20

5.2. Perikanan Budidaya

a. Nilai tukar pembudidaya ikan (NTPi) 86.04 86.43 0.46

b. Indeks Harga yang Diterima Pembudidaya Ikan (It) 106.48 106.29 -0.18

- Budidaya air tawar 112.91 111.72 -1.06

- Budidaya air laut 103.71 103.71 0.00

- Budidaya air payau 122.69 125.45 2.25

c. Indeks Harga yang Dibayar Pembudidaya Ikan (Ib) 123.76 122.97 -0.64

- Indeks Konsumsi Rumah Tangga 132.91 131.88 -0.78

- Indeks BPPBM 104.92 104.63 -0.28

(4)

Berdasarkan hasil pemantauan harga-harga perdesaan di Provinsi Gorontalo pada April 2017, NTP naik 0,64 persen dibandingkan NTP Maret 2017, yaitu dari 104,43 menjadi 105,09.

Gambar 1. Nilai Tukar Petani Provinsi Gorontalo Januari 2016 – April 2017

Pada periode Januari 2016 – April 2017, NTP Provinsi Gorontalo tertinggi terjadi pada bulan Oktober 2016 sebesar 106,46 dan terendah terjadi pada bulan Maret 2016 sebesar 104,32.

Kenaikan NTP April 2017, disebabkan oleh naiknya NTP pada 2 (dua) subsektor yaitu subsektor tanaman pangan sebesar 2,32 persen, dan subsektor tanaman perkebunan rakyat sebesar 0,64 persen. Sedangkan penurunan indeks terjadi pada subsektor tanaman hortikultura sebesar -0,93 persen, subsektor peternakan sebesar -0,02 persen dan subsektor perikanan sebesar -0,85 persen. 2. Indeks Harga yang Diterima Petani (It)

Pada April 2017 It turun sebesar -0,35 persen dibanding It Maret 2017, yaitu dari 132,11 menjadi 131,65. Subsektor yang mengalami penurunan indeks yang diterima yaitu subsektor tanaman hortikultura sebesar -2,01 persen, subsektor tanaman perkebunan rakyat sebesar -0,65 persen, subsektor peternakan sebesar -0,47 persen dan subsektor perikanan sebesar -1,37 persen. Sedangkan subsektor tanaman pangan mengalami kenaikan indeks sebesar 1,05 persen.

3. Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib)

Melalui Ib dapat dilihat fluktuasi harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh masyarakat perdesaan, khususnya petani yang merupakan bagian terbesar dari masyarakat perdesaan serta fluktuasi harga barang dan jasa yang diperlukan untuk memproduksi hasil pertanian.

Pada April 2017, Ib turun sebesar -0,98 persen bila dibanding Ib Maret 2017, yaitu dari 126,51 menjadi 125,27. Penurunan Ib disebabkan turunnya Ib pada semua subsektor, yaitu subsektor tanaman pangan sebesar -1,24 persen, subsektor tanaman horikultura sebesar -1,10 persen, subsektor tanaman perkebunan rakyat sebesar -1,28 persen, subsektor peternakan sebesar -0,45 persen, dan subsektor perikanan sebesar -0,51 persen.

4. NTP Subsektor

a. Subsektor Tanaman Pangan (NTPP)

Pada April 2017 terjadi kenaikan NTPP sebesar 2,32 persen. Hal ini karena kenaikan It sebesar 1,05 persen, sedangkan Ib turun -1,24 persen. Kenaikan It pada April 2017 karena naiknya indeks pada kelompok palawija sebesar 2,66 persen, sedangkan kelompok padi mengalami penurunan indeks sebesar -1,02 persen. Komoditas yang mengalami kenaikan harga adalah jagung. Penurunan

(5)

Ib sebesar -1,24 persen disebabkan turunnya indeks kelompok Konsumsi Rumah Tangga (KRT) sebesar -1,50 persen, dan indeks kelompok BPPBM naik sebesar 0,22 persen.

b. Subsektor Hortikultura (NTPH)

Pada April 2017, NTPH turun sebesar -0,93 persen. Hal ini dipicu oleh penurunan It yang lebih tinggi dibanding Ib yaitu sebesar -2,01 persen, sedangkan Ib juga turun sebesar -1,10 persen.

Penurunan It April 2017 disebabkan turunnya harga pada kelompok komoditas sayur-sayuran sebesar -2,20 persen, kelompok buah-buahan sebesar -0,78 persen dan kelompok tanaman obat sebesar -1,95 persen. Komoditas yang mengalami penurunan harga yaitu bawang merah, cabai merah, cabai rawit, kangkung, durian, manga, pisang, dan jahe. Untuk nilai Ib terjadi penurunan sebesar -1,10 persen, yaitu dari 128,58 menjadi 127,17 disebabkan pada kelompok KRT turun sebesar -1,29 persen dan indeks BPPBM naik sebesar 0,01 persen.

c. Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat (NTPR)

Pada April 2017, NTPR mengalami kenaikan sebesar 0,64 persen. Hal ini terjadi karena terjadi penurunan It sebesar -0,65 persen lebih kecil dibandingkan Ib yang turun sebesar -1,28 persen.

Penurunan It disebabkan oleh turunnya indeks pada sebagian besar komoditi tanaman perkebunan rakyat yakni kakao, buah aren/enau dan kemiri. Penurunan pada Ib dikarenakan turunnya indeks kelompok KRT sebesar -1,51 persen, dan indeks BPPBM turun sebesar 0,04 persen. d. Subsektor Peternakan (NTPT)

Pada April 2017, NTPT turun sebesar -0,02 persen. Hal ini karena It mengalami penurunan sebesar -0,47 persen dibandingkan Ib yang turun sebesar -0,45 persen.

Penurunan It April 2017 disebabkan turunnya It pada kelompok ternak besar sebesar -1,19 persen, dan ungags sebesar -0,43 persen. Sedangkan kelompok ternak kecil dan hasil ternak mengalami kenaikan masing-masing sebesar 1,36 persen, dan 1,60 persen. Komoditi pada subsektor peternakan yang mengalami penurunan harga adalah komoditi sapi potong, ayam ras pedaging, ayam ras petelur, dan telur ayam ras. Sedangkan Ib yang turun sebesar -0,45 persen disebabkan turunnya indeks kelompok KRT sebesar -1,37 persen, dan indeks kelompok BPPBM naik sebesar 0,45 persen.

e. Subsektor Perikanan (NTNP)

Pada April 2017, NTNP turun sebesar -0,85 persen. It turun sebesar -1,37 persen, dan Ib turun sebesar -0,51 persen. Penurunan It disebabkan turunnya indeks kelompok penangkapan ikan sebesar -1,69 persen, dan kelompok budidaya ikan sebesar -0,18 persen.

Penurunan yang terjadi pada Ib dikarenakan kelompok KRT turun sebesar -0,78 persen, dan kelompok BPPBM naik sebesar 0,08 persen.

1) Kelompok Penangkapan Ikan (NTN)

Pada April 2017, NTN turun sebesar -1,22 persen. It turun sebesar -1,69 persen, sedangkan Ib turun sebesar -0,47 persen. Penurunan It ini disebabkan oleh turunnya harga di sebagian ikan pada kelompok perikanan tangkap (ikan cakalang, kurisi, peperek, selar, tenggiri, teri, tongkol, dan rajungan). Penurunan yang terjadi pada Ib dikarenakan kelompok KRT turun sebesar -0,78 persen, dan indeks BPPBM naik sebesar 0,20 persen.

2) Kelompok Budidaya Ikan (NTPi)

Pada April 2017, NTPi naik sebesar 0,46 persen. Hal ini terjadi karena penurunan It yang sebesar -0,18 persen lebih kecil dibandingkan Ib yang turun sebesar -0,64 persen. Penurunan It ini disebabkan oleh turunnya harga komoditi pada kelompok budidaya (khususnya komoditi lele,

(6)

dan nila). Penurunan Ib sebesar -0,64 persen disebabkan karena turunnya indeks kelompok KRT sebesar -0,78 persen, dan kelompok BPPBM turun sebesar -0,28 persen.

5. Perbandingan Antarprovinsi

Dari 10 provinsi di Kawasan Timur Indonesia 6 (enam) provinsi yang NTP-nya berada di atas angka 100. NTP tertinggi dicapai oleh Provinsi Sulawesi Barat dengan nilai sebesar 106,00 yang diikuti Provinsi Gorontalo sebesar 105,09, Provinsi Maluku Utara sebesar 100,87, Provinsi Papua Barat sebesar 100,57, Provinsi Maluku sebesar 100,43, dan Propinsi Sulawesi Selatan sebesar 100,11. Nilai Tukar Petani terendah terjadi pada Provinsi Sulawesi Utara sebesar 92,15, Provinsi Sulawesi Tengah sebesar 94,79, Propinsi Sulawesi Tenggara sebesar 94,91, 07 dan Propinsi Papua sebesar 95,76. NTP nasional sebesar 100,01 mengalami kenaikan sebesar 0,06 persen dari bulan sebelumnya yang tercatat sebesar 99,95.

Tabel 2

Nilai Tukar Petani Provinsi Kawasan Timur Indonesia dan Persentase Perubahannya April 2017 (2012=100)

Provinsi It Ib NTP Indeks % Perubahan Indeks % Perubahan Rasio % Perubahan (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) Sulawesi Utara 116.05 -0.17 125.93 -0.72 92.15 0.55 Sulawesi Tengah 120.55 -0.12 127.18 0.48 94.79 -0.60 Sulawesi Tenggara 118.69 -1.18 125.06 0.12 94.91 -1.30 Papua 121.13 0.24 126.49 0.55 95.76 -0.32 Sulawesi Selatan 127.06 -0.53 126.92 0.09 100.11 -0.62 Maluku 128.31 0.05 127.76 0.01 100.43 0.04 Papua Barat 127.40 -0.66 126.67 0.09 100.57 -0.75 Maluku Utara 126.34 0.04 125.24 0.18 100.87 -0.13 Gorontalo 131.65 -0.35 125.27 -0.98 105.09 0.64 Sulawesi Barat 129.40 0.75 122.08 0.22 106.00 0.53 NASIONAL 127.08 -0.08 127.07 -0.14 100.01 0.06 6. Inflasi Perdesaan

Pada April 2017, terjadi deflasi di daerah perdesaan di Provinsi Gorontalo sebesar -1,39 persen. Deflasi terjadi karena adanya penurunan indeks harga pada kelompok pengeluaran rumahtangga, yaitu kelompok bahan makanan -2,96 persen, dan sandang -0,09 persen. Sedangkan 5 (lima) kelompok lainnya mengalami inflasi yakni kelompok makanan jadi 0,31 persen, perumahan 0,04 persen, kesehatan 0,05 persen, kelompok pendidikan, rekreasi, dan olah raga 0,20 persen, dan kelompok transportasi dan komunikasi sebesar 0,39 persen.

Dari kawasan timur Indonesia terjadi inflasi perdesaan pada 6 (enam) provinsi, inflasi tertinggi yakni Provinsi Papua sebesar 0,68 persen, Provinsi Sulawesi Tengah sebesar 0,58 persen, Provinsi Sulawesi Barat sebesar 0,25 persen, Provinsi Maluku Utara sebesar 0,20 persen, Provinsi Papua Barat sebesar 0,10 persen, dan Provinsi Sulawesi Tenggara sebesar 0,08 persen. Sedangkan 4 (empat) Provinsi lainnya mengalami deflasi, yakni Provinsi Gorontalo sebesar -1,39 persen, Provinsi

(7)

Sulawesi Utara sebesar -0,99 persen, Provinsi Sulawesi Selatan sebesar -0,01 persen, dan Provinsi Maluku sebesar -0,01 persen.

Tabel 3

Persentase Perubahan Indeks Harga Konsumen Perdesaan April 2017 (2012=100)

Provinsi Bahan Makanan Makanan Jadi Peru-mahan Sandang Kese-hatan Pendidikan Rekreasi dan Olah raga Transpor tasi dan Komuni-kasi Umum / KRT (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) Papua 0.98 0.04 0.99 0.42 1.21 0.03 0.15 0.68 Sulawesi Tengah 0.57 0.80 0.50 1.13 0.73 0.09 0.30 0.58 Sulawesi Barat 0.48 0.00 0.10 -0.05 0.06 0.00 0.13 0.25 Maluku Utara 0.06 -0.04 0.60 0.76 1.39 0.20 0.30 0.20 Papua barat 0.09 -0.03 0.42 0.32 -0.05 -0.02 0.06 0.10 Sulawei Tenggara -0.60 0.91 1.08 0.12 0.61 0.06 -0.03 0.08 Maluku 0.00 -0.13 -0.15 0.15 0.60 0.00 0.08 -0.01 Sulawesi Selatan -0.34 0.42 0.50 0.37 -0.01 0.00 -0.05 -0.01 Sulawesi Utara -2.16 -0.13 0.35 0.02 0.04 0.15 0.14 -0.99 Gorontalo -2.96 0.31 0.04 -0.09 0.05 0.20 0.39 -1.39 Nasional -1.02 0.26 0.38 0.26 0.28 0.07 0.29 -0.29 7. NTUP Subsektor

Pada April 2017 terjadi penurunan NTUP di Provinsi Gorontalo sebesar -0,53 persen. Hal ini disebabkan turunnya It sebesar -0,35 persen, bila dibandingkan Indeks BPBBM yang naik sebesar 0,19 persen. Penurunan NTUP disebabkan oleh turunnya NTUP pada 4 (empat) subsektor yaitu subsektor tanaman hortikultura sebesar -2,02 persen, subsector tanaman perkebunan rakyat sebesar 0,60 persen, subsektor peternakan sebesar 0,91 persen, dan subsektor perikanan sebesar -1,44 persen. Sedangkan subsektor tanaman pangan mengalami kenaikan sebesar 0,83 persen,

Tabel 4

Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian Maret 2017 – April 2017 per Subsektor dan Persentase Perubahannya (2012=100)

Subsektor Maret 2017 April 2017 Perubahan

(1) (2) (3) (4)

1. Tanaman Pangan 119.66 120.65 0.83

2. Hortikultura 138.35 135.56 -2.02

3. Tanaman Perkebunan Rakyat 113.98 113.29 -0.60

4. Peternakan 112.42 111.39 -0.91

5. Perikanan 117.90 116.20 -1.44

a. Tangkap 123.34 121.02 -1.88

b. Budidaya 101.48 101.59 0.10

Gambar

Gambar 1. Nilai Tukar Petani Provinsi Gorontalo Januari 2016 – April 2017

Referensi

Dokumen terkait

Massa bangunan fasilitas pendukung merupakan bangunan dengan skala lebih intim dibandingkan dengan bangunan hunian untuk memberikan suasana kampung bagi pengguna dan

Indikator kinerja Renstra STIKES ‘Aisyiyah Yogyakarta terdiri dari tujuh bidang yaitu : Keunggulan dalam riset yang diakui masyarakat akademis internasional melalui

BAB I PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP STANDAR MUTU STAIN SAR ... Latar Belakang ... Komponen Standar Mutu STAIN SAR ... Pelaksanaan Standar Mutu ... Strategi Pemenuhan Standar STAIN

Duodenum merupakan tempat pencernaan makanan secara sempurna menjadi partikel-partikel sari makanan yang siap diserap oleh mukosa usus.. Jejunum dan ileum merupakan tempat

Dapat memanggil Kreditor, dalam hal permohonan pernyataan pailit diajukan oleh Debitor dan terdapat keraguan bahwa persyaratan untuk dinyatakan pailit sebagaimana dimaksud

Hanya saja, Kebun Raya Liwa belum tertata dengan rapih dibandingan dengan Kebun Raya lainnya seperti Kebun Raya Bogor yang sudah memiliki banyak taman koleksi

Asumsi ini didasarkan atas kondisi apabila pemerintah mengeluarkan kebijakan khusus yang berkaitan dengan belanja pegawai akan diikuti dengan pemberian DAU yang

ANALISIS BOOK TAX DIFFERENCES TERHADAP PERSISTENSI LABA (Studi Empiris pada Perusahaan yang Terdaftar di Jakarta Islamic Index Tahun 2011-2013). adalah hasil karya