• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERILAKU BULLYING PARA SISWA KELAS VIII SMP STELLA DUCE I YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 20102011 Skripsi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PERILAKU BULLYING PARA SISWA KELAS VIII SMP STELLA DUCE I YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 20102011 Skripsi"

Copied!
109
0
0

Teks penuh

(1)

PERILAKU BULLYING PARA SISWA KELAS VIII SMP STELLA DUCE I YOGYAKARTA

TAHUN AJARAN 2010/2011

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S1)

Program Studi Bimbingan dan Konseling

Disusun Oleh: Anisa Purwaningsih

NIM : 051114024

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)

PERILAKU BULLYING PARA SISWA KELAS VIII SMP STELLA DUCE I YOGYAKARTA

TAHUN AJARAN 2010/2011

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S1)

Program Studi Bimbingan dan Konseling

Disusun Oleh: Anisa Purwaningsih

NIM : 051114024

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(3)
(4)
(5)
(6)
(7)

MOTTO

Jika kita tidak mengalami musim dingin, musim semi tidak akan begitu

menyenangkan: jika kita tidak merasakan kesulitan, keberhasilan tidak akan

menyambut kita. (Anne Bradstreet)

Kita tidak akan bisa merubah dunia seperti yang kita inginkan jika kita

tidak bisa merubah diri kita sendiri menjadi lebih baik.

PERSEMBAHAN

Skripsi ini kupersembahkan untuk:

Tuhan Yesus dan Bunda Maria

yang selalu menyertaiku.

Ibunda tercinta dan keluarga

besarku yang selalu mendoakanku.

Ayahanda Bpk Teguh (Alm)

yang kucintai.

Para pecinta dunia anak dan

(8)

ABSTRAK

PERILAKU BULLYING PARA SISWA KELAS VIII SMP STELLA DUCE I YOGYAKARTA

TAHUN AJARAN 2010/2011 Anisa Purwaningsih Universitas Sanata Dharma

2011

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mengetahui seberapa sering siswa kelas VIII SMP Stella Duce 1 Yogyakarta tahun ajaran 2010/2011 melakukan bullying di sekolah, dan (2) mengetahui perilaku bullying yang sering dilakukan para siswa kelas VIII SMP Stella Duce 1 Yogyakarta tahun ajaran 2010/2011. Populasi penelitian ini adalah 231 siswa kelas VIII SMP Stella Duce 1 Yogyakarta tahun ajaran 2010/2011. Subjek penelitian ini berjumlah 150 siswa. Sampel ditentukan dengan menggunakan rumus Slovin dan merupakan cluster random sampling.

Instrumen penelitian ini berupa kuesioner Perilaku Bullying yang terdiri dari 50 item pernyataan yang bersifat favorable dan unfavorable yang dikembangkan berdasarkan teknik penyusunan skala model Likert yang dimodifikasi, dengan empat alternatif jawaban. Koefisien reliabilitasnya adalah rxx‟ = 0,865. Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah kategorisasi yang terdiri atas empat jenjang yaitu kategori “sangat sering”, “sering”, “kadang-kadang”, dan “tidak pernah” (Azwar, 1999:180).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) intensitas perilaku bullying para siswa kelas VIII SMP Stella Duce 1 Yogyakarta tahun ajaran 2010/2011 secara umum menunjukkan bahwa 77 siswa (51,33%) menyatakan tidak pernah berperilaku bullying, 73 siswa (48,7 %) kadang-kadang berperilaku bullying, dan tidak ada siswa yang sering maupun sangat sering berperilaku bullying di sekolahnya. Hal ini menunjukkan bahwa perilaku bullying kelas VIII SMP Stella Duce 1 Yogyakarta jarang terjadi. (2) perilaku bullying ada tiga macam yaitu verbal, fisik, dan relasional. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perilaku bullying yang kadang-kadang dilakukan oleh siswa kelas VIII SMP Stella Duce 1 Yogyakarta yaitu perilaku bullying verbal dan relasional yang meliputi menghina yang bersifat pribadi maupun rasial, memberikan kritik kejam, mencaci maki, mempermalukan teman di depan seluruh kelas, menyindir, dan mengucilkan teman dalam suatu kegiatan di sekolah. Untuk itu, peneliti membuat topik-topik program bimbingan sosial untuk mengatasi perilaku bullying. Topik-topik program bimbingan tersebut dibuat dari item-item perilaku bullying yang kadang-kadang masih dilakukan siswa kelas VIII SMP Stella Duce 1 Yogyakarta sebagai sumbangan untuk guru pembimbing.

(9)

ABSTRACT

THE BULLYING BEHAVIOR OF THE EIGHT GRADE STUDENTS OF STELLA DUCE I JUNIOR HIGH SCHOOL YOGYAKARTA

IN 2010/2011 ACADEMIC YEAR what bullying behavior is often done by the eighth grade students of Stella Duce 1 Junior High School Yogyakarta in 2010/2011 academic year. The population of this research was 231 eighth grade students of Stella Duce 1 Junior High School Yogyakarta in 2010/2011 academic year. There were 150 students as the participants. The sampel was determined by using Slovin formula and was a cluster random sampling.

This research instruments were Bullying Behavior questionnaire which consisted of 50 favorable and unfavorable question items that is developed based on modified Likert model scale arrangement technique, with four alternatives answer. The reliability coeffisient was rxx‟ = 0,865. The data analysis technique used in this research was a categorization consist of four level they were “very often”, “often”, occadionally”, and “never” (Azwar, 1999:180).

(10)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria atas cintaNya yang begitu besar, yang menyertai peneliti sepanjang proses studi hingga dapat menyusun skripsi ini. Skripsi ini ditulis dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan dari Program Studi Bimbingan dan Konseling, Jurusan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa penelitian skripsi ini tidak lepas dari bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu peneliti mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Rohandi Ph.D., Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang dengan penuh ikhlas membantu peneliti dalam urusan administrasi penyelesaian skripsi ini.

2. Dr. Gendon Barus, M. Si., Ketua Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma atas bimbingan, pengertian, dan dukungan selama penyusunan skripsi.

3. Dr. MM. Sri Hastuti, M. Si., selaku dosen pembimbing skripsi atas pengertian, motivasi, saran, dan kesabaran dalam membimbing peneliti selama penyusunan skripsi.

(11)

5. Dra. M.J Retno Priyani, M.Si. dan Ag. Krisna Indah Marheni, S.Pd., M.A., selaku dosen penguji skripsi, terimakasih atas masukan yang sangat berguna bagi skripsi ini.

6. Para Dosen Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma, yang telah memberikan bimbingan, dukungan, dan juga ilmu yang sangat berguna bagi peneliti selama ini serta dukungan dalam menyelesaikan studi di Universitas Sanata Dharma.

7. Segenap karyawan Universitas Sanata Dharma yang telah membantu pengurusan segala keperluan administrasi peneliti khususnya kepada Mas Moko.

8. Drs. C. Haryono, selaku Kepala Sekolah SMP Stella Duce I Yogyakarta yang telah memberikan kesempatan kepada peneliti untuk melakukan penelitian di SMP Stella Duce I Yogyakarta.

9. Theresia Sri Wahyuni, S.Pd guru BK SMP Stella Duce 1 Yogyakarta yang telah membantu peneliti dalam melaksanakan penelitian untuk skripsi ini. 10.Ayahanda tercinta Bapak Teguh (Alm) semoga Ayah bahagia melihat

anakmu ini lulus dan buat Ibunda tersayang Ibu Amia Trimariyah yang tanpa lelah telah membesarkan peneliti dengan penuh cinta dan kasih sayang, selalu mendoakan, mendukung, serta memenuhi segala kebutuhan peneliti.

(12)

12.Agustinus Rohmadi (Gombloh) tersayang yang telah setia menemani peneliti, memberi semangat, doa, dukungan, bantuan, dan bersedia menjadi tempat berkeluh kesah ketika peneliti merasa penat.

13.Teman – teman seperjuangan BK 2005 Novi, Hendra, Mamah, Sisil, Vidy, Emon, Cubby, Uday, Beni, Marcel, Andre, Ike, Desi Vero, Desi Kristina, Ria, Estu, Bul-bul, Sendi, Br. Cahyo, Sr. Mir, Sr. Emil, Sr. Mediatrix, Putri, Rini, teman-teman kelas A dan kelas B yang belum bisa peneliti sebutkan satu per satu atas canda tawa, sharing, kerjasama, dan juga semangatnya. “Bersama kalian aku bisa!”

14.Mbak Endang, Kho Andre, Mbah Sigit, Sepri, Pakdhe Kumis, Pikal, Mami Dwi, Matius (Bebek), Mbak Trias, Mbak Tian atas semangat dan dukungannya.

15.Segenap staf Perpustakaan USD khususnya Pak Supri yang telah memberi kesempatan kepada peneliti untuk menimba pengalaman di perpustakaan di sela-sela penelitian skripsi dan selalu mengingatkan peneliti untuk segera menyelesaikan skripsi.

16.Teman-teman Mitra Perpustakaan Mas Ochep, Cicik, Ika, Ria Bul-bul, Ipong, Dyah, Sapoe, Nopha, Harry, Bunda, Tata, Abang Doni, Penti, Nathan, Feri, Satria, Ditha, Yudha, atas semangat, persahabatan, dukungan dan doanya. 17.Teman-teman Mudika lingkungan St. Clara dan St. Fransiskus Asisi

(13)

18.Mas Ketut dan Mas Antok atas motivasi dan doanya.

(14)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii

HALAMAN PENGESAHAN... iii

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA... iv

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN UMUM... HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN... v vi ABSTRAK... vii

ABSTRACT... viii

KATA PENGANTAR... ix

DAFTAR ISI... xiii

DAFTAR TABEL... xvi

DAFTAR LAMPIRAN... xvii BAB I PENDAHULUAN...

A. Latar Belakang Masalah... B. Rumusan Masalah... C. Tujuan Penelitian... D. Manfaat Penelitian... E. Definisi Operasional...

1 1 7 8 8 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA...

(15)

1. Arti perilaku bullying... 2. Bentuk-bentuk perilaku bullying... 3. Dinamika perilaku bullying... 4. Faktor penyebab perilaku bullying... 5. Dampak perilaku bullying... B. Siswa sebagai Remaja, Tugas-Tugas Perkembangan, dan Aspek-Aspek Perkembangannya... 1. Pengertian siswa sebagai remaja... 2. Tugas-tugas perkembangan remaja awal... 3. Aspek-aspek perkembangan remaja... B. Populasi dan Sampel Penelitian... 1. Populasi penelitian... BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN...

(16)

1. Intensitas perilaku bullying para siswa kelas VIII SMP Stella Duce 1 Yogyakarta tahun ajaran 2010/2011 secara umum... 2. Frekuensi perilaku bullying yang sering dilakukan para siswa kelas VIII SMP Stella Duce 1 Yogyakarta tahun ajaran 2010/2011... B. Pembahasan... 1. Intensitas perilaku bullying para siswa kelas VIII SMP Stella Duce 1 Yogyakarta tahun ajaran 2010/2011 secara umum... 2. Frekuensi perilaku bullying yang sering dilakukan para siswa kelas VIII SMP Stella Duce 1 Yogyakarta tahun ajaran 2010/2011...

50

51 54

54

57 BAB V USULAN TOPIK-TOPIK PROGRAM BIMBINGAN UNTUK

MENGATASI PERILAKU BULLYING... 59 BAB VI PENUTUP...

A. Ringkasan... B. Kesimpulan... C. Saran...

(17)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Data siswa kelas VIII SMP Stella Duce 1 Yogyakarta Tahun Ajaran 2010/2011... 34 Tabel 2 Rincian sampel penelitian siswa kelas VIII SMP Stella Duce 1

Yogyakarta Tahun Ajaran 2010/2011... 36 Tabel 3 Kisi-kisi Kuesioner Perilaku bullying Para siswa kelas VIII SMP

Stella Duce 1 Yogyakarta Tahun Ajaran 2010/201... 38 Tabel 4 Distribusi item kuesioner perilaku bullying para siswa kelas VIII

SMP Stella Duce I Yogyakarta tahun ajaran 2010/2011 setelah uji coba... 42 Tabel 5 Kategorisasi tingkat perilaku bullying para siswa kelas VIII SMP

Stella Duce I Yogyakarta tahun ajaran 2010/2011... 47 Tabel 6 Kategorisasi frekuensi perilaku bullying yang sering dilakukan

para siswa kelas VIII SMP Stella Duce 1 Yogyakarta tahun ajaran 2010/2011... 49 Tabel 7 Intensitas perilaku bullying para siswa kelas VIII SMP Stella Duce

I Yogyakarta tahun ajaran 2010/2011 secara umum... 50 Tabel 8 Kategorisasi Skor Item Kuesioner Berdasarkan Distribusi Norma... 51 Tabel 9 Item-Item Pernyataan Favorable yang Tergolong Kategori

(18)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kuesioner Penelitian... 70

Lampiran 2 Tabulasi Data Penelitian... 75

Lampiran 3 Pengolahan Data Item Penelitian... 78

Lampiran 4 Kuesioner Uji Coba... 80

Lampiran 5 Tabulasi Skor Uji Coba... 86

Lampiran 6 Hasil Uji Daya Diskriminasi Item Total... 88

(19)

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini diuraikan latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan definisi operasional.

A. Latar Belakang

Dewasa ini banyak dijumpai kasus-kasus kekerasan yang terjadi pada anak usia sekolah. Hal tersebut sungguh sangat memprihatinkan bagi seorang pendidik dan juga orang tua. Siswa seharusnya merasa nyaman jika berada di sekolah karena sekolah adalah tempat siswa untuk menuntut ilmu demi meraih cita-citanya, namun saat ini justru menjadi tempat tumbuh suburnya praktek-praktek bullying.

Bullying merupakan istilah populer untuk kekerasan baik secara fisik maupun psikis yang terjadi di sekolah. Menurut Tim Yayasan Semai Jiwa Amini (2008: 38), bullying bukanlah kondisi yang baru di sekolah-sekolah, meski akhir-akhir ini menjadi marak dan bahkan menjadi fenomena keseharian di sekolah. Meski bukan hal baru, bullying tetaplah sebagai suatu persoalan atau kondisi yang perlu diatasi.

Bullying membawa dampak yang buruk baik bagi korban, pelaku, maupun penontonnya.

(20)

penyesuaian sosial menjadi buruk sehingga ia terlihat seperti membenci lingkungan sosialnya, enggan ke sekolah, selalu merasa kesepian, dan sering membolos sekolah. Bagi pelaku bullying, apabila dibiarkan akan belajar bahwa tidak ada risiko apapun bagi mereka bila melakukan kekerasan, agresi, maupun mengancam orang lain. Ketika dewasa pelaku tersebut memiliki potensi lebih besar untuk menjadi orang yang merasa paling berkuasa atau pelaku kriminal dan akan membawa masalah dalam pergaulan sosial. Sedangkan bagi penontonnya, baik yang berlaku pasif maupun aktif bisa berpotensi besar menjadi seorang pelaku bullying.” (Anggraeni, 2008).

Bullying di Indonesia kini bukan merupakan suatu hal yang asing, bahkan banyak ditemukan dalam kehidupan sehari-hari khususnya di sekolah. Pada tahun 2007 sumber media informasi diramaikan oleh pembahasan seputar insiden yang terjadi di Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN). Dalam insiden tersebut diberitakan bahwa seorang mahasiswa praja tewas karena dianiaya oleh para seniornya dalam rangka pemberian hukuman, dalam kegiatan „pembinaan‟ atau „koreksi‟ atas kesalahan yang dilakukan mahasiswa praja yang bersangkutan. Peristiwa tersebut bukanlah peristiwa yang pertama kalinya terjadi di lingkungan IPDN. Dalam situs www.popsi_wordpress.com terungkap bahwa menurut penelitian yang dilakukan oleh seorang dosen IPDN pada tahun 2007 terdapat lebih dari 30 kasus kematian tidak wajar yang dicurigai disebabkan oleh penganiayaan. Kasus-kasus itu terjadi dalam rentang waktu yang panjang dan diduga telah menjadi tradisi dalam institut pemerintah tersebut.

(21)

kota-www.okezone.com pada tahun 2008, diberitakan mengenai aksi beberapa remaja putri yang masih duduk di bangku SMA. Mereka membentuk sebuah gang yang disebut gank Nero dan yang menjadi sasaran aksi kekerasan mereka adalah remaja putri yang rata-rata masih duduk di bangku SMP. Dua orang pelajar putri (Elia dan Widya) berusia 14 tahunan, kelas dua sebuah SMP di Juwana mengaku, pernah menjadi korban aksi kekerasan gank Nero. Korban diajak secara paksa oleh empat temannya yang menjadi anggota gank Nero ke sebuah areal pertambakan di Desa Bajomulyo Juwana, Pati, Jawa Tengah. Di tempat itu, dia sempat ditampar berulang kali di bagian kepala. Korban takut melawan empat orang yang usainya lebih tua darinya. Hal tersebut menunjukkan bahwa selain di kalangan SMA, ternyata perilaku bullying juga telah merambah pada tingkat SMP.

(22)

sama, Aldi yang masih duduk di bangku TK juga sering mendapat perlakuan kasar dari teman sekelasnya, dari mulai dipukul sampai didorong. Aldi takut untuk membalasnya karena pelaku memiliki postur tubuh yang lebih besar dari pada dirinya. Dalam blog angle inside (2007), memaparkan bahwa seorang anak bernama Manda (8) terperanjat ketika berjalan di lorong sekolah dan berpapasan dengan Bobi (9), kakak kelasnya yang terkenal sebagai biang keladi di sekolah.

"Eh, gendut, apa kabar? Hari ini naik berapa kilo nih?" cibir Bobi sambil menunjuk perut Manda. Ejekan Bobi membuat Manda merasa direndahkan dan kehilangan rasa percaya diri.

Kasus tersebut tidak jauh beda dengan kasus gantung diri yang dilakukan Fifi Kusrini (13) pada 15 Juli 2005 lalu. Semuanya itu berawal dari korban sering diejek dan dikucilkan sebagai sebagai anak tukang bubur oleh teman-teman sekolahnya (Kompas, Minggu 17/7/2005). Hasil studi pada 2006 yang dilakukan ahli intervensi bullying asal Amerika Dr Amy Huneck mengungkapkan bahwa 10-16 persen siswa Indonesia melaporkan mendapat ejekan, cemoohan, pengucilan, pemukulan, tendangan ataupun didorong, sedikitnya sekali dalam seminggu.

(23)

Konseling tahun 2008 di SMP Stella Duce 1 Yogyakarta, peneliti melihat bahwa sekolah tersebut merupakan sekolah favorit di Yogyakarta yang mungkin tidak terlepas dari kasus-kasus bullying. Penelitian ini dilakukan di sekolah favorit agar guru pembimbing atau pihak sekolah dapat mengusahakan supaya perilaku bullying pada siswa lebih diperhatikan dan diusahakan adanya penanganan. Pelaku bullying biasanya seorang siswa atau sekelompok siswa yang tingkatannya lebih tinggi dari korbannya, namun ada juga yang pelakunya adalah teman sekelasnya sendiri atau setingkat dengan korbannya.

(24)

menuju masa dewasa. Perubahan-perubahan yang terjadi meliputi aspek jasmani, rohani, pikiran, perasaan, dan aspek sosial. Remaja dalam menghadapi perubahan-perubahan tersebut kadang belum dapat mengontrol dirinya sehingga cenderung melakukan hal-hal yang menyimpang, oleh karena itu mereka masih membutuhkan bimbingan dan bantuan agar siswa terhindar dari perilaku yang merugikan dirinya sendiri maupun orang lain. Di sinilah tugas seorang guru pembimbing lebih memperhatikan kasus-kasus bullying pada kalangan remaja di sekolah.

Dilihat dari berbagai fakta tentang perilaku bullying yang sudah ada maka peneliti ingin mengetahui berbagai macam bentuk perilaku bullying di sekolah baik verbal, fisik, maupun relasional yang terjadi di SMP Stella Duce 1 Yogyakarta khususnya kelas VIII. Menurut Hurlock dalam (Panuju, 1999:4) rentang usia 13/14-17 tahun merupakan fase remaja awal. Dalam fase ini remaja dikenal dengan masa stres dan strain (masa kegoncangan dan kebimbangan). Akibatnya anak melakukan penolakan-penolakan pada kebiasaan di rumah, sekolah, dan mengasingkan diri dari kehidupan umum, membentuk kelompok berupa “gang”. Mereka bersifat sentimentil, mudah

tergoncang dan bingung. Begitu juga dengan siswa kelas VIII SMP Stella Duce 1 Yogyakarta. Mereka menginjak usia 13-14 tahun. Hal ini berarti siswa kelas VIII sedang mengalami masa stres dan strain. Mereka mulai tidak mengikuti peraturan-peraturan yang ada di rumah maupun di sekolah, cenderung membentuk “gang” untuk mengasingkan orang lain, dan menjadi

(25)

memberikan masukan dan solusi bagi pihak sekolah khususnya bagi guru bimbingan dan konseling sebagai bentuk layanan bimbingan dan konseling untuk pencegahan akan adanya perilaku bullying serupa. Selain itu peneliti juga ingin mengetahui frekuensi perilaku bullying yang terjadi di SMP Stella Duce 1 Yogyakarta. Penelitian ini penting dilakukan karena perilaku tersebut kini sering dianggap suatu hal yang biasa terjadi di sekolah, tetapi sebenarnya jika hal ini dibiarkan terus menerus akan berdampak buruk bagi siswa itu sendiri.

Peneliti tertarik melakukan penelitian di SMP Stella Duce 1 Yogyakarta karena peneliti pernah mempunyai pengalaman sebagai praktikan bimbingan dan konseling pada tahun 2008 selama satu bulan. Selama satu bulan peneliti mengamati beberapa kasus-kasus bullying yang terjadi misalnya; kasus pemalakan, pemukulan, pengucilan, dan saling mengejek antarsiswa baik secara langsung maupun lewat internet. Peneliti dalam hal ini belum dapat melihat secara keseluruhan mengenai perilaku bullying di SMP Stella Duce 1 Yogyakarta untuk itu, peneliti ingin membuktikan secara ilmiah lewat penelitian ini bahwa di sekolah tersebut banyak terjadi kasus bullying antarsiswa.

B. Rumusan Masalah

(26)

1. Seberapa sering siswa kelas VIII SMP Stella Duce 1 Yogyakarta tahun ajaran 2010/2011 melakukan bullying di sekolah?

2. Perilaku bullying apa sajakah yang sering dilakukan para siswa kelas VIII SMP Stella Duce 1 Yogyakarta tahun ajaran 2010/2011?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini yaitu:

1. Mengetahui seberapa sering siswa kelas VIII SMP Stella Duce 1 Yogyakarta tahun pelajaran 2010/2011 melakukan bullying di sekolah. 2. Mengetahui perilaku bullying yang sering dilakukan para siswa VIII

SMP Stella Duce 1 Yogyakarta tahun ajaran 2010/2011.

D. Manfaat Penelitian

1 Guru SMP Stella Duce 1 Yogyakarta.

Diharapkan dari penelitian ini dapat memberikan gambaran mengenai perilaku bullying dan membantu guru memahami perilaku bullying yang terjadi di SMP Stella Duce 1 Yogyakarta sehingga dapat meminimalkan bahaya yang terjadi akibat perilaku tersebut.

2. Subjek Penelitian.

(27)

3. Peneliti.

Hasil penelitian ini berguna bagi peneliti untuk tugas selanjutnya dalam pendampingan siswa khususnya di sekolah.

E. Definisi Operasional

(28)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

Bab ini diuraikan mengenai perilaku bullying meliputi; arti perilaku bullying, bentuk perilaku bullying, dinamika perilaku bullying, faktor penyebab perilaku bullying, dampak perilaku bullying, dan mengenai siswa SMP meliputi tugas-tugas perkembangan remaja awal dan aspek-aspek perkembangan remaja. B. Perilaku bullying

1. Arti Perilaku bullying

Menurut Aldilla (2008) bullying berasal dari kata Bully, yaitu suatu kata yang mengacu pada pengertian adanya “ancaman” yang dilakukan

seseorang terhadap orang lain yang menimbulkan gangguan psikis berupa stres yang muncul dalam bentuk gangguan fisik atau psikis, atau keduanya; misalnya susah makan, sakit fisik, ketakutan, rendah diri, depresi, cemas, dan lainnya. Sedangkan menurut Coloroso (2007:43-44) bullying atau penindasan adalah aktivitas sadar, disengaja, dan keji yang dimaksudkan untuk melukai, menanamkan ketakutan melalui ancaman-ancaman agresi lebih lanjut, dan menciptakan teror.

(29)

school bullying sebagai perilaku agresif yang dilakukan berulang-ulang oleh seorang/sekelompok siswa yang memiliki kekuasaan, terhadap siswa/siswi lain yang lebih lemah, dengan tujuan menyakiti orang tersebut. Hal tersebut diperkuat oleh pendapat Astuti (2008:10), yang mengartikan bullying sebagai bagian dari perilaku agresif anak secara berulang terhadap sesama siswa lainnya yang menyebabkan adanya korban. Perilaku ini biasanya dilakukan secara tertutup atau dalam sebuah kelompok kecil yang terbatas, dan sering kali tindakan ini dilakukan sejak mereka masih belia.

Rigby dalam (Astuti, 2008:3) mengatakan bahwa “Bullying adalah sebuah hasrat untuk menyakiti. Hasrat ini diperlihatkan ke dalam aksi dan menyebabkan seseorang menderita. Aksi ini dilakukan secara langsung oleh seseorang atau kelompok yang lebih kuat, tidak bertanggung jawab, biasanya berulang, dan dilakukan dengan perasaan senang”. Sedangkan menurut tim Yayasan Semai Jiwa Amini (2008:2), bullying adalah sebuah situasi di mana terjadinya penyalahgunaan kekuatan/kekuasaan yang dilakukan oleh seseorang/sekelompok.

(30)

2. Bentuk-bentuk perilaku bullying

Di bawah ini ada beberapa bentuk bullying menurut beberapa tokoh. Coloroso (2003:47-51) mengkategorikan perilaku bullying menjadi tiga jenis yaitu verbal, fisik, dan relasional. Tim Yayasan Semai Jiwa Amini (2008:2-5) membagi bentuk perilaku bullying menjadi tiga macam yaitu fisik, verbal, dan psikologis. Tim Yayasan Semai Jiwa Amini (SEJIWA) menamai bentuk bullying relasional dengan nama bullying psikologis dan Astuti (2008:22) menamai bullying relasional dengan nama bullying non-verbal tidak langsung. Pemberian nama tersebut pada dasarnya memiliki arti yang sama. Ketiganya bertujuan untuk merendahkan harga diri korban dan pengucilan.

Masing-masing bentuk perilaku bullying baik verbal, fisik, maupun relasional dapat menimbulkan akibat atau dampak sendiri-sendiri. Sungguhpun demikian, ketiganya kerap membentuk kombinasi untuk menciptakan serangan yang lebih kuat. Ketiga jenis perilaku bullying menurut Coloroso (2003:47-51) tersebut antara lain:

a. Verbal

(31)

bullying jenis ini. Bullying jenis ini terjadi sangat cepat dan tidak menyakitkan bagi pelaku, namun dapat sangat melukai korbannya. Anak-anak pada usia remaja yang belum dapat mengembangkan kesadaran dirinya secara tepat, merupakan pihak paling rentan terpengaruh terhadap hal ini. Namun demikian, serangan yang berulang-ulang dapat mengecilkan setiap anak dan tidak peduli berapa pun usianya.

Jika bullying verbal diterima, bullying tersebut akan menjadi sesuatu yang dianggap wajar. Sekali seorang anak telah direndahkan martabatnya, maka anak itu akan lebih mudah diserang tanpa perlu menimbulkan rasa iba dari orang lain yang berada dalam jarak radius pendengaran.

(32)

tuduhan-tuduhan yang tidak benar, kasak-kusuk yang keji dan keliru, serta pembicaraan yang tidak benar.

b. Fisik

Bullying fisik adalah bentuk bullying yang paling tampak dan paling dapat diidentifikasi di antara bentuk-bentuk bullying lainnya karena terjadi sentuhan fisik antara pelaku dan korbannya. Namun demikian, kejadian bullying fisik hanya sepertiga dari peristiwa bullying yang dilaporkan anak-anak. Bentuk-bentuk bullying fisik antara lain memukuli baik dilakukan secara individu maupun kelompok, mencekik sehingga menimbulkan sakit dibagian leher, mendorong secara kasar, menyikut yang dilakukan secara kasar atau sambil mengancam, meninju korban dengan perasaan marah, menendang secara kasar, menggigit disertai rasa marah dan kesal, mencakar sehingga menyebabkan korban cidera, meludahi anak yang ditindas dengan menunjukkan muka yang keji, merusak serta menghancurkan pakaian serta barang-barang milik korban.

(33)

c. Relasional

Bullying relasional adalah pelemahan harga diri korban secara sistematis melalui pengabaian, pengecualian, pengucilan atau penghindaran. Penghindaran atau pengucilan merupakan suatu tindakan penyingkiran yang paling kuat. Anak yang digunjingkan mungkin tidak mendengar apa yang dibicarakan orang lain tentang dirinya, namun anak tersebut mengalami efeknya yaitu dihindari atau dikucilkan teman lain. Jenis bullying relasional ini paling sulit terdeteksi dari luar karena jika tidak diamati secara cermat tidak terlihat secara kasat mata.

(34)

3. Dinamika perilaku bullying

Bullying sesungguhnya sebuah situasi yang tercipta ketika tiga karakter bertemu di satu tempat. Situasi ini tak ubahnya seperti pentas pertunjukan dengan tiga aktor yang memainkan perannya masing-masing. Kita dapat memahami terjadinya bullying ini dengan mengenali dan memahami tiga aktor di bawah ini (Tim Yayasan Semai Jiwa Amini, 2008:14-20):

a. Pelaku bullying

Pelaku bullying merupakan aktor utama dalam perilaku bullying. Dia merupakan agresor, provokator, sekaligus inisiator situasi bullying. Ia mempunyai kekuatan dan kekuasaan di atas korbannya. Seseorang menjadi pelaku bullying karena mereka menemukan kepuasan apabila mereka berkuasa di kalangan teman sebayanya. Yayasan Semai Jiwa Amini (2008:15) menjelaskan bahwa pelaku bullying umumnya temperamental. Mereka melakukan bullying terhadap orang lain sebagai pelampiasan kekesalan dan kekecewaannya. Ada kalanya mereka tidak mempunyai teman, sehingga menciptakan situasi bullying supaya memiliki “pengikut” dan kelompok sendiri. Bisa jadi mereka takut menjadi korban bullying, sehingga lebih dulu mengambil inisiatif sebagai pelaku bullying untuk keamanan dirinya sediri.

(35)

mungkin ia sendiri dianiaya orang tuanya di rumah. Ia juga mungkin pernah ditindas dan dianiaya anak lain yang lebih kuat darinya di masa lalu. Hal tersebutlah yang menjadikan bullying suatu tradisi turun-temurun dari satu generasi ke generasi berikutnya.

Para pelaku bullying memiliki sifat yang sama dalam menyerang orang lain, walaupun cara dan gaya mereka berbeda-beda (Coloroso, 2007:55-56). Sifat pada umumnya ada dalam diri pelaku bullying antara lain:

1) Suka mendominasi orang lain.

2) Suka memanfaatkan orang lain untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan.

3) Sulit melihat situasi dan kritik pandangan orang lain.

4) Hanya peduli pada keinginan dan kesenangan mereka sendiri, bukan pada kebutuhan, hak-hak, dan perasaan-perasaan orang lain.

5) Cenderung melukai anak-anak lain ketika orangtua atau orang dewasa lainnya tidak ada di sekitar mereka.

6) Memandang saudara-saudara atau rekan-rekan yang lebih lemah sebagai sasaran bullying.

7) Menggunakan kesalahan, kritikan, dan tuduhan-tuduhan yang keliru untuk memproyeksikan ketidakcakapan mereka kepada targetnya.

8) Tidak mau bertanggung jawab atas tindakan-tindakan mereka. 9) Tidak memiliki pandangan terhadap masa depan yaitu, tidak

mampu memikirkan konsekuensi jangka pendek, jangka panjangserta yang mungkin tidak diinginkan dari perilaku mereka saat itu.

10)Suka mencari perhatian lewat perilaku yang salah suai. b. Korban bullying

(36)

membiarkan saja perilaku bullying berlangsung padanya, karena ia tidak memiliki kekuatan untuk membela diri atau melawan. Hal ini justru akan membuat pelaku semakin merasa diberi peneguhan bahwa ia telah menemukan korban yang tepat. Ia pun akan meneruskan aksinya terhadap sang korban setiap mereka bertemu. Dengan demikian situasi bullying pun tercipta. Korban bullying pada umumnya memiliki ciri-ciri sebagai berikut: berfisik kecil, lemah, berpenampilan lain dari biasa, sulit bergaul, memiliki kepercayaan diri rendah, canggung, anak yang memiliki aksen berbeda, dianggap menyebalkan tidak cantik/tidak ganteng, anak orang miskin/tidak kaya, kurang pandai, gagap, dan dianggap sering argumentatif terhadap bully. Menurut Coloroso (2007:95-96) orang yang menjadi sasaran bullying memiliki ciri-ciri berikut antara lain:

1) Anak baru di lingkungan itu. 2) Anak termuda di sekolah.

3) Anak yang pernah mengalami trauma. Mereka pernah disakiti oleh trauma sebelumnya, biasanya sangat peka, menghindari teman sebaya untuk menghindari kesakitan yang lebih parah, dan merasa sulit untuk meminta pertolongan.

4) Anak penurut. Anak ini biasanya merasa cemas, kurang percaya diri, mudah dipimppin serta anak yang melakukan hal-hal untuk menyenangkan atau meredam kemarahan orang lain. 5) Anak yang perilakunya dianggap menganggu bagi orang lain. 6) Anak yang tidak mau berkelahi, lebih suka menyelesaikan

konflik tanpa kekerasan.

7) Anak yang pemalu, menyembunyikan perasaannya, pendiam atau tidak mau menarik perhatian orang lain, orang yang suka gugup, dan orang yang sangat peka.

8) Anak yang miskin maupun kaya.

9) Anak yang etnis/agama yang minoritas dan orientasi gender atau seksualnya yang berbeda.

(37)

11)Anak yang gemuk maupun kurus, pendek maupun jangkung. 12)Anak yang memakai kawat gigi atau kacamata.

13)Anak yang berjerawat atau memiliki masalah kondisi fisiknya, 14)Anak dengan ketidakcakapan mental dan/atau fisik.

c. Saksi bullying

Saksi bullying ini adalah seseorang atau sekelompok orang yang menjadi penonton sekaligus pemeran dalam bullying. Para saksi bullying berperan serta dengan dua cara, yaitu aktif menyoraki dan mendukung pelaku bullying, atau diam dan bersikap tak acuh. Saksi bullying yang aktif berseru dan turut menertawakan korban bullying yang tengah dianiaya, bisa jadi telah menjadi anggota gang yang dipimpin pelaku bullying. Adapun saksi pasif yang juga berada di arena bullying lebih memilih diam karena alasan yang wajar yaitu takut. Jika dia melakukan intervensi secara langsung maupun melaporkan kepada orang dewasa, kemungkinan ia akan turut menjadi korban.

Olweus (Coloroso 2007:130) mengatakan bahwa tidak ada penonton yang tidak bersalah saat peristiwa bullying terjadi. Para penonton bullying berada dalam situasi dengan segala kerumitannya. Olweus juga menemukan bahwa mayoritas kalangan sebaya tidak membantu teman sekelasnya yang menjadi sasaran kekerasan.

(38)

1) Sang penonton takut dirinya ikut tersakiti. Pelaku yang lebih besar dan lebih kuat serta memiliki reputasi yang membenarkan ketakutannya; itulah yang membuta tindakan membela target bukanlah siasat taktis yang bisa dilakukan. 2) Penonton takut menjadi target bullying yang baru. Bahkan,

kalau sang penonton mampu membela target bullying, ada kemungkinan ia akan dipilih menjadi korban berikutnya oleh pelaku bullying.

3) Penonton takut melakukan sesuatu yang hanya akan memperburuk situasi.

4) Penonton tidak tahu tindakan apa yang harus dilakukan. 4. Faktor penyebab perilaku bullying

Faktor penyebab perilaku bullying dikategorikan menjadi dua bagian yaitu:

a. Faktor dari dalam

(39)

1) Dendam atau iri hati.

2) Adanya semangat ingin menguasai korban dengan kekuatan fisik dan daya tarik seksual.

3) Untuk meningkatkan popularitas pelaku di kalangan teman sepermainannya (peer group).

b. Faktor dari luar

Selain faktor dari dalam diri seseorang, ada juga faktor yang berasal dari luar diri seseorang yang menyebabkan terjadinya perilaku bullying. Faktor yang berasal dari luar diri adalah berbagai macam lingkungan di mana seseorang hidup. Menurut Setiawati (2008) perilaku bullying berkembang dari berbagai faktor lingkungan yang kompleks, seperti:

1) Faktor keluarga.

(40)

secara berlebihan atau situasi rumah yang penuh stres, agresi dan permusuhan mendorong anak untuk melakukan bullying. Anak akan mempelajari perilaku bullying ketika mengamati konflik-konflik yang terjadi pada orangtua mereka dan kemudian menirunya terhadap teman-temannya. Sedangkan menurut Wolff (Astuti 2008:53) Kompleksitas masalah keluarga seperti ketidakhadiran ayah, ibu menderita depresi, kurangnya komunikasi antara orang tua dan anak, perceraian atau ketidakharmonisan orang tua, dan ketidakmampuan sosial ekonomi, merupakan faktor tindakan agresi yang signifikan.

2) Faktor sekolah.

Karena pihak sekolah sering mengabaikan keberadaan bullying ini, anak-anak sebagai pelaku bullying akan mendapatkan penguatan terhadap perilaku mereka untuk melakukan intimidasi terhadap anak-anak lainnya. Bullying berkembang dengan pesat dalam lingkungan sekolah yang sering memberikan masukan negatif pada siswanya misalnya, berupa hukuman yang tidak membangun sehingga tidak mengembangkan rasa menghargai dan menghormati antar sesama anggota sekolah.

Menurut (Astuti 2008:4) sekolah yang mudah terdapat kasus bullying pada umumnya berada dalam situasi sebagai berikut, yaitu:

(41)

b) Kurangnya pengawasan dan bimbingan etika dari para guru dan satpam.

c) Sekolah dengan kesenjangan besar antara siswa kaya dan miskin.

d) Adanya kedisiplinan yang sangat kaku atau yang terlalu lemah.

e) Bimbingan yang tidak layak dan peraturan yang tidak konsisten.

Kejadian di atas mencerminkan bahwa bullying adalah masalah penting yang dapat terjadi di setiap sekolah jika tidak terjadi hubungan social yang akrab oleh sekolah terhadap komunitasnya, yakni murid, staf, masyarakat, dan orang tua murid. 3) Faktor kelompok sebaya.

Anak-anak ketika berinteraksi di sekolah atau dengan teman di sekitar rumah kadang terdorong untuk melakukan bullying. Beberapa anak melakukan bullying pada anak yang lainnya dalam usaha untuk membuktikan bahwa mereka bisa masuk dalam kelompok tertentu, meskipun mereka sendiri merasa tidak nyaman dengan perilaku tersebut.

5. Dampak perilaku bullying

(42)

a. Bagi pelaku bullying

Para pelaku bullying berpotensi tumbuh sebagai pelaku kriminal, jika dibandingkan dengan anak-anak yang tidak melakukan bullying. Mereka yang sering menjadi pelaku bullying cenderung menunjukkan kelainan kepribadian antisosial dibandingkan dengan anak-anak lain yang seumur dengan mereka. Mereka juga tampak mengabaikan hukum dan hak-hak orang lain, berperilaku agresi, kejam (Astuti, 2009). Sebaliknya, bagi pelaku bullying, ia juga dalam posisi tidak menguntungkan karena ia akan berkembang menjadi generasi yang akrab dengan kekerasan, serta tidak bisa peduli pada orang lain. Sedangkan menurut Charlisle dan Rofes (Budiman, 2009:6) dampak bagi para pelaku bullying adalah mengalami kesulitan memelihara hubungan, menjadi pelaku bullying di tempat-tempat yang akan ditempati selanjutnya seperti dikampus atau dikantor, memiliki harga diri yang rendah, dan memiliki kesulitan mempercayai orang lain maupun adanya ketakutan akan suasana baru.

b. Bagi korban bullying

(43)

penyesuaian sosial yang buruk, gangguan psikologis, dan kesehatan yang memburuk (Rigby, dalam Riauskina, Djuwita, dan Soesetio, 2005).

Penelitian yang dilakukan Riauskina (2005), ketika korban mengalami bullying maka akan timbul banyak emosi negatif seperti marah, kesal, dendam, tertekan, sedih, malu, terancam, namun tidak berdaya untuk menghadapinya. Roger (1995) mengatakan dampak panjang dari emosi-emosi negatif tersebut akan memunculkan perasaan rendah diri bahwa dirinya tidak berharga. Sedangkan Yayasan Semai Jiwa Amini (2008) menyebutkan beberapa gejala yang muncul akibat perilaku bullying, antara lain:

1) Cidera pada bagian tubuh.

2) Sering sedih, murung, dan menangis.

3) Menjadi pendiam dan sering mengurung diri di kamar.

4) Tidak kerasan di sekolah sehingga anak minta pindah sekolah. 5) Sulit tidur dan sering mengalami mimpi buruk.

6) Stres dan menjadi mudah cemas. 7) Prestasi belajar menurun.

(44)

menarik diri dari lingkungan sosial, keadaan tertekan, dan mengalami gangguan dalam bicara yaitu gagap.

c. Bagi saksi bullying

Saksi bullying adalah peran pendukung yang membantu dan mendorong pelaku selama peristiwa bullying terjadi. Mereka bisa berdiam diri dan menonton saja, mendorong penindasan secara aktif atau bergabung dan menjadi salah satua anggota dari kelompok pelaku.

Menurut Kosasih (2010) diamnya penonton ini ketika terjadi tindakan bullying dapat membuat aman para pelaku bullying dalam menjalankan aksinya, sehingga bullying berlangsung dengan lancar. Sedangkan menurut Coloroso (2007:129-140), keterlibatan aktif penonton menukung pelaku bullying dapat menambah perasaan tertekan pada korban. Adapun dampak yang bisa muncul dalam diri saksi bullying antara lain:

1) Menjadi tidak peka terhadap kekejaman yang terjadi di sekelilingnya.

2) Berpotensi besar menjadi seorang pelaku bullying.

3) Dapat berpotensi pula menjadi sasaran bullying selanjutnya. 4) Dapat meniru aktivitas-aktivitas yang dikakukan pelaku bullying

jika mereka menganggap pelaku sebagai model yang popular, kuat, dan berani.

5) Sulit mengembangkan perasaan empati, belas kasih dan pengambilan perspektif.

(45)

C. Siswa Sebagai Remaja, Tugas-Tugas Perkembangan, dan Aspek-Aspek Perkembangannya.

1. Pengertian Siswa Sebagai Remaja

Remaja dalam bahasa aslinya disebut adolescence, berasal dari latin adolescere yang artinya “tumbuh atau tumbuh untuk mencapai kematangan”. Perkembangan lebih lanjut, istilah adolescence

sesungguhnya memiliki arti yang luas, mencakup kematangan mental, emosional, sosial, dan fisik (Hurlock, 1991). Pandangan ini didukung oleh Piaget (Hurlock, 1991) yang mengatakan bahwa secara psikologis, remaja adalah suatu usia di mana individu menjadi terintegrasi ke dalam masyarakat dewasa, suatu usia di mana anak tidak merasa bahwa dirinya berada di bawah tingkat orang yang lebih tua melainkan merasa sama, atau paling tidak sejajar.

Gunarsa dan Gunarsa (1986:203) mengemukakan bahwa masa remaja merupakan masa peralihan dari masa anak menuju masa dewasa yakni antara usia 12 sampai 21 tahun. Perkembangan pada masa ini sangat menentukan perkembangannya di masa-masa selanjutnya.

2. Tugas-tugas perkembangan remaja awal

(46)

a. Memiliki kemampuan mengontrol diri sendiri seperti orang dewasa.

Tugas perkembangan yang pertama ini timbul karena remaja telah bertambah pekerjaan/perbuatan-perbuatan yang dapat dilakukan seperti halnya orang dewasa. Tetapi, diantara pekerjaan/perbuatan-perbuatan itu ada yang boleh dan ada yang tidak boleh dilakukannya. Untuk itu perlu adanya kontrol agar dirinya dapat berperilaku yang diterima oleh masyarakat lingkungan.

b. Memperoleh kebebasan.

Memperoleh kebebasan merupakan satu di antara tugas perkembangan penting dari remaja awal. Hal ini berarti remaja awal diharapkan belajar dan berlatih bebas membuat rencana, bebas membuat alternatif pilihan, bebas menentukan pilihan dan bebas membuat keputusan-keputusan sendiri; melaksanakan keputusan-keputusannya itu serta bertanggung jawab sendiri atas keputusan dan pelaksanaan keputusannya. Jadi, dalam hal ini yang dimaksud memperoleh kebebasan adalah kebebasan yang bertanggung jawab.

c. Bergaul dengan teman lawan jenis

(47)

d. Mengembangkan ketrampilan-ketrampilan baru

Remaja mempersiapkan diri memasuki masa dewasa, maka mulai dalam masa remaja awal dan sepanjang masa remaja, seseorang diharapkan berlatih dan mengembangkan berbagai ketrampilan-ketrampilan baru yang sesuai dengan tuntutan hidup dan pergaulan dalam masa dewasa kelak. Ketrampilan-ketrampilan baru itu tidak saja menyangkut apa yang dituntut dalam kerja dan jabatan kerjauntuk memperoleh kebebasan ekonomis, melainkan juga bersangkutan juga dengan ketrampilan dengan kehidupan keluarga yang ringan-ringan dalam pergaulan sosial yang biasa. e. Memiliki citra diri yang realistis

Masa remaja awal diharapkan dapat memberi penilaian terhadap keadaan dirinya secara apa adanya. Mereka diharapkan dapat mengukur atau menafsirkakn apa-apa yang lebih dan kurang pada diri mereka serta dapat menerima apa adanya diri mereka, memelihara dan memanfaatkannya secara positif.

(48)

fisik (biologis), desakan dari masyarakat (sosial), dan motivasi dari remaja itu sendiri (psikologis)

3. Aspek-aspek perkembangan remaja

Perkembangan pada masa remaja merupakan proses untuk mencapai kematangan dalam berbagai aspek atau tercapainya tingkat kedewasaan. Berikut ini dipaparkan aspek-aspek perkembangan remaja meliputi aspek fisik, psikis, dan sosial.

a. Perkembangan fisik

Setiap remaja, selalu mengalami perubahan-perubahan fisik dalam dirinya yaitu penambahan tinggi badan, berat badan, perkembangan seksualitas primer, dan tanda-tanda seksualitas yang sekunder. Tercapainya kedewasaan tubuh, seorang remaja di lingkungan kebudayaan manapun akan mengalami perubahan fisik yang menuntut pula perubahan psikis khususnya dalam hal penyesuaian diri remaja (Gunarsa, 1978:51).

(49)

menghasilkan hormon yang bermanfaat bagi tubuh. Akibatnya, remaja mulai merasa tertarik pada lawan jenisnya. Perkembangan hormon tersebut membuat remaja putra mengalami mimpi basah sedangkan remaja putri mengalami menstruasi (Ali, 2005: 21). b. Perkembangan psikis

Perkembangan aspek psikis meliputi perkembangan intelegensi, moralitas, dan afektif. Pada masa ini remaja sudah berada pada tingkat berpikir abstrak. Remaja tidak lagi berpikir mengenai keadaan sekarang, tetapi juga hal-hal yang akan datang.

Pada masa remaja berkembang pula kemampuan untuk menghayati nilai-nilai moral. Remaja sudah dapat menginternalisasikan nilai-nilai moral dan menjadikannya sebagai nilai-nilai pribadi. Pada masa sebelumnya penghayatan nilai-nilai moral tersebut masih ditentukan oleh adanya otoritas diluar diri individu.

c. Perkembangan sosial

Perkembangan sosial berarti perolehan kemampuan berperilaku yang sesuai dengan tuntutan sosial. Menjadi orang yang mampu bermasyarakat memerlukan tiga proses, yaitu:

1) Belajar berperilaku yang dapat diterima secara sosial

(50)

khususnya para remaja dalam usahanya bersosial dan bermasyarakat.

2) Memainkan peran sosial yang dapat diterima

Setiap kelompok sosial mempunyai pola kebiasaan yang telah ditentukan dengan seksama oleh para anggotanya dan dituntut untuk dipatuhi.

3) Perkembangan sikap sosial

(51)

BAB III

METODE PENELITIAN

Bab ini diuraikan hal-hal yang berhubungan dengan metode penelitian, yaitu jenis penelitian, populasi dan sampel penelitian, alat pengumpulan data, prosedur pengumpulan data, dan teknik analisis data.

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif dengan metode survei. Menurut Prasetyo dkk (2005) penelitian deskriptif dilakukan untuk memberikan gambaran yang lebih detail mengenai suatu gejala atau fenomena. Hal ini sejalan dengan pendapat Furchan (2004:447) yaitu penelitian deskriptif dirancang untuk memperoleh informasi tentang status gejala pada saat penelitian dilakukan.

(52)

B. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi penelitian

Populasi penelitian adalah para siswa kelas VIII SMP Stella Duce 1 Yogyakarta tahun ajaran 2010/2011. Data populasi disajikan dalam tabel 1.

Table 1

Data siswa kelas VIII SMP Stella Duce 1 Yogyakarta Tahun Ajaran 2010/2011

Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Sugiyono, 2008:118). Sampel penelitian ini dihitung dengan rumus Slovin (Husein Umar, 2003:102):

2

e = kelonggaran ketidak telitian karena kesalahan pengambilan sampel yang dapat ditolerir.

Jadi jumlah sampel yang akan diambil (n), dengan nilai kritis/batas kesalahan (e) 5% dari populasi (N) tersebut adalah:

𝑛 = 231

(53)

3. Pengambilan sampel

Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah cluster random sampling, yaitu dengan cara menentukan kelompok/kelas (cluster) yang akan digunakan untuk penelitian, dan diambil secara random. Pemilihan sampel secara cluster random sampling menempuh langkah-langkah sebagai berikut (Sumanto, 1990:27):

1) Populasi adalah 231 siswa kelas VIII

2) Besarnya sampel yang diinginkan adalah 146 siswa kelas VIII 3) Cluster adalah kelas

4) Jumlah kelas VIII di sekolah yang diteliti adalah 6 kelas, yaitu kelas VIII Alugara, VIII Ardadedali, VIII Brajamusti, VIII Cundarawa, VIII Guwawijaya, dan VIII Nanggala.

5) Jumlah siswa rata-rata tiap kelas adalah 39 siswa.

6) Jumlah kelas/cluster yang diinginkan sama dengan jumlah sampel dibagi dengan rata-rata jumlah siswa tiap-tiap cluster 39. Jadi, jumlah kelas yang diperlukan adalah 146 dibagi 39 sama dengan 3,74 dibulatkan menjadi 4.

7) Pemilihan 4 dari 6 kelas dilakukan secara random. Prosedur pengambilan sampel secara random dijelas sebagai berikut:

a. Peneliti membuat undian bernomor urut mulai dari 1 sampai dengan 6. Sesuai dengan jumlah kelas.

(54)

kelas. Kelas yang sudah dijadikan tempat uji coba tidak digunakan lagi untuk penelitian.

c. Rincian sampel penelitian disajikan dalam tabel 2, yaitu sebagai berikut:

Tabel 2

Rincian sampel penelitian siswa kelas VIII SMP Stella Duce 1 Yogyakarta Tahun Ajaran 2010/2011

No Kelas Jumlah Siswa

1. VIII Ardadedali 39

2. VIII Brajamusti 37

3. VIII Cundarawa 39

4. VIII Guwawijaya 38

TOTAL 153

C. Alat Pengumpulan Data

Alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner Perilaku Bullying yang disusun oleh penulis. Kuesioner disusun berdasarkan jenis-jenis perilaku bullying menurut Coloroso (2007). Kuesioner yang dipakai dalam penelitian ini adalah kuesioner tertutup dengan 4 pilihan jawaban yang berupa skala.

Pernyataan-pernyataan yang digunakan untuk mengungkap bentuk dan frekuensi perilaku bullying dirumuskan dalam bentuk pernyataan yang bersifat favorable dan unfavorable. Pernyataan favorable mengungkap hal yang mencerminkan perilaku bullying sedangkan pernyataan unfavorable mengungkap hal yang tidak mencerminkan perilaku bullying.

(55)

jawaban yaitu “Sangat Sering” (SS), “Sering” (S), “Kadang-Kadang” (K), “Tidak Pernah” (TP). Skala ini juga tidak memakai alternatif jawaban di

tengah untuk menghindari subjek memberikan jawaban netral atau tidak bisa menentukan adanya pilihan dan adanya central tendency effect, terutama bagi respon ragu-ragu dalam menentukan jawaban. Penentuan skor untuk setiap jawaban dari item-item pernyataan adalah sebagai berikut:

a. Untuk pernyataan yang bersifat favorable atau yang mencerminkan perilaku bullying, jawaban “Sangat Sering” (SS) diberi skor 4, “Sering” (S) diberi skor 3, “Kadang-Kadang” (K) diberi skor 2, “Tidak Pernah”

(TP) diberi skor 1.

b. Untuk pernyataan yang bersifat unfavorable atau yang tidak mencerminkan perilaku bullying, jawaban “Sangat Sering” (SS) diberi skor 1, “Sering” (S) diberi skor 2, “Kadang-Kadang” (K) diberi skor 3, “Tidak Pernah” (TP) diberi skor 4.

c. Subjek diminta memilih satu dari empat alternatif jawaban yang disediakan peneliti pada setiap pernyataan dengan memberi tanda cek (√)

pada kolom alternatif jawaban. Semakin tinggi skor total pada item-item yang bersifat favorable, maka semakin tinggi frekuensi perilaku bullying para siswa. Demikian pula semakin tinggi skor total pada item-item yang bersifat unfavorable, maka semakin rendah frekuensi perilaku bullying para siswa.

(56)

Tabel 3

Kisi-kisi Kuesioner Perilaku bullying Sebelum Uji Coba Para siswa kelas VIII SMP Stella Duce 1 Yogyakarta Tahun Ajaran

2010/2011

No Aspek Indikator Favorable Unfavorable Total

1. Verbal a. Memberikan julukan nama yang tidak sesuai dengan nama yang sebenarnya.

1 1 2

b. Penghinaan baik yang bersifat pribadi maupun rasial.

j. Mengirim surat kaleng berupa ancaman kekerasan.

1 1 2

k. Menyindir. 1 1 2

2. Fisik a. Memukul yang dilakukan secara individu maupun kelompok.

(57)

No Aspek Indikator Favorable Unfavorable Total Fisik j. Merusak atau menghancurkan

pakaian serta barang-barang milik korban.

1 1 2

3. Relasional a. Menampilkan bahasa tubuh yang negatif.

d. Mengucilkan teman dalam suatu kegiatan di sekolah.

2 2 4

Total 35 35 70

D. Prosedur Pengumpulan Data

Adapun tahap dalam pengumpulan data sebagai berikut: 1. Validitas

(58)

Dalam hal ini, profesional judgment oleh pembimbing skripsi. Untuk itu, peneliti meminta pertimbangan dari dosen pembimbing dalam proses penyusunan alat ukur.

2. Uji coba kuesioner perilaku bullying

Uji coba kuesioner penelitian bertujuan untuk mengetahui tingkat reliabilitas alat ukur tersebut sebelum digunakan untuk penelitian. Selain itu uji coba juga dilakukan untuk mengetahui pemahaman siswa terhadap item-item yang telah disusun oleh penulis. Uji coba instrumen dilakukan di kelas VIII Alugara yang berjumlah 37 siswa. Jumlah subjek untuk uji coba kuesioner ini (37 siswa) telah memenuhi persyaratan secara statistik yaitu N minimal = 30 (Furchan, 2005:204). Uji coba dilaksanakan pada tanggal 6 September 2010. Jumlah item pernyataan adalah 70 item. Peneliti menyebarkan kuesioner sebanyak 37 eksemplar dan semuanya kembali (100%) dengan jawaban yang lengkap.

Setelah kuesioner diuji cobakan, data yang telah terkumpul kemudian dianalisis reliabilitasnya dengan menggunakan koefisien alpha (α) Cronbach.

a. Reliabilitas

(59)

reliabilitasnya. Azwar (1999:96) menyatakan bahwa pada umumnya, reliabilitas telah dianggap memuaskan bila koefisiennya mencapai minimal rxx’ = 0,900. Untuk menghitung koefisien reliabilitas dalam penelitian ini, peneliti menggunakan koefisien alpha (α) Cronbach (Azwar, 1997:87).

Penghitungan reliabilitas kuesioner perilaku bullying para siswa kelas VIII SMP Stella Duce I Yogyakarta dengan menggunakan teknik analisis alpha (α) Cronbach menghasilkan angka 𝑟𝑥𝑥 = 0,865.

Angka tersebut menunjukkan bahwa kuesioner perilaku bullying dalam penelitian ini dapat diandalkan untuk pengambilan data penelitian.

b. Uji daya beda/daya diskriminasi item

Daya beda/daya diskriminasi item adalah kemampuan item membedakan antara subjek yang memiliki atribut yang diukur dan yang tidak. Skala yang disusun dalam penelitian ini adalah skala untuk mengungkap perilaku bullying. Oleh karenanya, item yang berdaya beda tinggi adalah item yang mampu menunjukkan mana siswa yang memiliki perilaku bullying dan mana yang tidak.

(60)

total digunakan korelasi product moment dari Pearson (Azwar,

Sebagai kriteria pemilihan item berdasarkan korelasi item total, biasanya digunakan batasan rix ≥ 0,30. Semua item yang mencapai koefisien korelasi minimal 0,30 dipandang memiliki daya diskriminasi yang tinggi dan jika kurang dari 0,30 berarti dipandang memiliki daya diskriminasi yang rendah (Azwar 1999:65). Dari 70 item yang telah diujicobakan, terdapat 44 item yang memiliki koefisien korelasi item total (rix) ≥ 0,30. Rekapitulasi distribusi item skala perilaku bullying setelah uji coba disajikan dalam tabel 4 berikut:

Tabel 4

Distribusi item kuesioner perilaku bullying para siswa kelas VIII SMP Stella Duce I Yogyakarta tahun ajaran 2010/2011 setelah uji coba

(61)
(62)

No Aspek Indikator

No Pernyataan

Lolos Gugur

F UF F UF F UF

Fisik h. Mencakar sehingga menyebabkan korban

3. Relasional a. Menampilkan bahasa tubuh yang negatif.

(63)

dalam memperbaiki item-item tersebut. Selanjutnya item-item yang lolos dan yang sudah diperbaiki dipakai untuk penelitian.

c. Pelaksanaan Penelitian

Penelitian dilaksanakan di kelas VIII SMP Stella Duce 1 Yogyakarta pada tanggal 29 Oktober 2010. Penelitian dilaksanakan pada siang hari sesudah jam pulang sekolah yaitu jam 12.00 – 12.30 WIB. Peneliti menggunakan 4 (empat) kelas sebagai penelitian. Subyek penelitian keseluruhan berjumlah 153 siswa. Jumlah item kuesioner adalah 50 item. Peneliti menyebarkan kuesioner sebanyak 150 eksemplar dikarenakan 3 (tiga) siswa tidak dapat mengikuti penelitian ini. Kuesioner semuanya kembali (100%) dengan jawaban yang lengkap.

E. Teknik Analisis Data

Langkah-langkah yang ditempuh penulis untuk menganalisis data penelitian perilaku bullying siswa kelas VIII SMP Stella Duce 1 Yogyakarta adalah sebagai berikut :

1. Menentukan skor dari masing-masing alternatif jawaban yang sudah diberikan oleh subjek penelitian dan membuat tabulasi skor dari masing-masing butir skala item. Langkah selanjutnya menghitung total skor masing-masing subjek penelitian dan total skor tiap item pernyataan. 2. Data yang diperoleh selanjutnya diolah dengan menggunakan analisis

(64)

deviasi serta pengkategorisasian berdasarkan perhitungan rata-rata (mean) empirik menurut norma yang berpedoman pada Azwar (1999:190).

a. Kategorisasi intensitas perilaku bullying subjek penelitian secara umum

Pengkategorisasian ini disusun berdasarkan model distribusi normal dengan kategori jenjang. Tujuan kategori tersebut untuk menempatkan subjek penelitian ke dalam kelompok-kelompok yang terpisah secara berjenjang menurut suatu kontinum berdasarkan atribut yang diukur. Kontinum jenjang ini disusun dengan berpedoman pada Azwar (1999:108). Namun, dalam penelitian ini peneliti memodifikasi dengan mengelompokkan tingkat perilaku bullying dalam empat kategori sebagai berikut:

X < µ -1,75σ tidak pernah µ - 1,75σ < X < µ - 0σ kadang-kadang µ - 0σ < X < µ + 1,75σ sering

X > µ + 1,75σ sangat sering Keterangan:

Xmaksimum teoretik : skor tertinggi yang mungkin diperoleh subjek penelitian dalam skala.

Xminimun teoretik : skor terendah yang mungkin diperoleh subjek penelitian dalam skala.

σ : standard deviasi, yaitu luas jarak rentangan yang dibagi dalam 6 satuan deviasi sebaran. µ : mean teoretik, yaitu rata-rata teoretik dari skor

maksimum dan minimum.

(65)

50), diperoleh melalui penggolongan dengan perhitungan sebagai

Penentuan kategorisasi frekuensi munculnya perilaku bullying para siswa kelas VIII SMP Stella Duce I Yogyakarta secara umum dapat dilihat dalam tabel 5 sebagai berikut:

Tabel 5

Kategorisasi tingkat perilaku bullying para siswa kelas VIII SMP Stella Duce I Yogyakarta tahun ajaran 2010/2011

Perhitungan Skor Pembulatan

Skor

b. Kategorisasi frekuensi perilaku bullying yang sering dilakukan para siswa kelas VIII SMP Stella Duce 1 Yogyakarta

(66)

berpedoman pada Azwar (1999:108), tetapi peneliti memodifikasi menjadi 4 kategorisasi yaitu sangat sering, sering, kadang-kadang, dan tidak pernah. Norma item skala adalah sebagai berikut:

Xitem < µ -1,75σ tidak pernah µ - 1,75σ < Xitem < µ - 0σ kadang-kadang µ - 0σ < Xitem < µ + 1,75σ sering

Xitem > µ + 1,75σ sangat sering Keterangan:

Xmaksimum teoretik : skor tertinggi yang mungkin dicapai item dalam kuesioner.

Xminimun teoretik : skor terendah yang mungkin dicapai item dalam kuesioner.

σ (item teoritik) : standard deviasi, yaitu luas jarak rentangan yang dibagi dalam 6 satuan deviasi sebaran. µ (item teoritik) : mean teoretik, yaitu rata-rata teoretik dari

Xitem maksimum teoritik dan Xitem minimum teoritik.

Kategorisasi tersebut diterapkan sebagai norma/patokan dalam pengelompokan skor item. Kategorisasi tinggi rendah skor item-item secara keseluruhan dalam penelitian ini diperoleh dengan penggolongan melalui perhitungan sebagai berikut:

Xmaksimum teoretik : 150 x 4 = 600 Xminimun teoretik : 150 x 1 = 150 Range : 600 – 150 = 450 σ (item teoritik) : 450 : 6 = 75

µ (mean item teoritik) : (600 + 150) : 2 = 375

(67)

Tabel 6

Kategorisasi frekuensi perilaku bullying yang sering dilakukan para siswa kelas VIII SMP Stella Duce 1 Yogyakarta tahun

ajaran 2010/2011

Perhitungan Skor Pembulatan

Skor

Kategorisasi Xitem < µ -1,75σ

Xitem < 375 – 131,25

Xitem < 243,75 Xitem < 244 Tidak pernah µ -1,75σ < Xitem < µ -0σ

375-131,25 < Xitem < 375-0

243,75 < Xitem = 375

245 < Xitem = 375

Kadang-kadang µ -0σ < Xitem < µ + 1,75σ

375 – 0 < Xitem < 375+131,25

375 < Xitem = 506,25

376 < Xitem = 506

Sering Xitem > µ +1,75σ

Xitem > 375 + 131,25

Xitem > 506 Xitem > 506 Sangat sering

(68)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Intensitas perilaku bullying para siswa kelas VIII SMP Stella Duce 1 Yogyakarta tahun ajaran 2010/2011 secara umum

Hasil perhitungan frekuensi dan prosentase siswa kelas VIII SMP Stella Duce 1 Yogyakarta yang terkait dengan intensitas perilaku bullying dapat dilihat pada tabel 7 sebagai berikut:

Tabel 7

Intensitas perilaku bullying para siswa kelas VIII SMP Stella Duce I Yogyakarta tahun ajaran 2010/2011 secara umum

Kategori Skor Jumlah Subyek Persentase

Tidak pernah X < 81 77 51,33 %

Kadang-kadang 82 < X < 125 73 48,7 %

Sering 126 < X < 169 - -

Sangat-sering X > 169 - -

Total 150 100 %

Deskripsi intensitas perilaku bullying para siswa kelas VIII SMP Stella Duce 1 Yogyakarta secara umum menunjukkan bahwa 77 siswa (51,33%) masuk dalam kategori tidak pernah, 73 siswa (48,7%) masuk dalam kategori kadang-kadang, dan tidak ada siswa yang termasuk dalam kategori sering dan sangat sering. Intensitas perilaku bullying para siswa kelas VIII SMP Stella Duce 1 Yogyakarta yang berada dalam kategori ”tidak pernah” dapat ditafsirkan sebagai intensitas perilaku bullying dalam

(69)

Hal tersebut berarti siswa tidak pernah sama sekali melakukan bullying kepada teman di sekolah. Sedangkan tingkat perilaku bullying yang berada dalam kategori ”kadang-kadang” dapat ditafsirkan sebagai intensitas

perilaku bullying yang tidak diharapkan karena siswa masih berperilaku bullying kepada temannya di sekolah. Jumlah subjek yang berada dalam kategori tingkat perilaku bullying tersebut yaitu 73 siswa (48,7%). Hal ini berarti 73 siswa masih berperilaku bullying di sekolah meskipun termasuk dalam kategori “kadang-kadang”.

2. Frekuensi perilaku bullying yang sering dilakukan para siswa kelas VIII SMP Stella Duce 1 Yogyakarta tahun ajaran 2010/2011

Untuk mengetahui perilaku bullying yang sering dilakukan para siswa kelas VIII SMP Stella Duce 1 Yogyakarta skor setiap item dikelompokkan ke dalam norma kategorisasi. Dari kategorisasi tersebut didapat skor-skor item yang termasuk kategori sangat sering, sering, kadang-kadang, dan tidak pernah. Kategorisasi skor item kuesioner berdasarkan distribusi norma terdapat pada tabel 8 berikut ini:

Tabel 8

Kategorisasi Skor Item Kuesioner Berdasarkan Distribusi Norma

Skor Kategori Nomor Item Jumlah

(70)

Skor Kategori Nomor Item Jumlah Item

Favorable Unfavorable

376 < Xitem = 506

Sering - 16,40,42

3

Jumlah 0 3

Xitem > 506 Sangat sering

- 38

1

Jumlah 0 1

Data dalam tabel 8 menunjukkan bahwa item dalam kategori “tidak pernah” berjumlah 27 item dengan rincian; item favorable berjumlah 24

item dan item unfavorable berjumlah 3 item. Item dalam kategori “kadang-kadang” berjumlah 19 item dengan rincian; item favorable

berjumlah 7 item dan item unfavorable berjumlah 12 item. Item dalam kategori “sering” berjumlah 3 item unfavorable, dan item dalam kategori “sangat sering” berjumlah 1 item unfavorable.

Item favorable yang memiliki kategori “sangat sering”, “sering”, dan “kadang-kadang” merupakan item-item yang akan dibahas dalam

penelitian ini karena item favorable merupakan item yang mencerminkan perilaku bullying. Dalam penelitian ini tidak ada atau tidak ditemukan item favorable yang berkategori “sangat sering” dan “sering”. Namun, dalam

penelitian ini terdapat 7 item favorable yang memiliki kategori “kadang -kadang”. Ketujuh item favorableyang memiliki kategori “kadang-kadang”

(71)

Tabel 9

Item-Item Pernyataan Favorable yang Tergolong Kategori Kadang-Kadang

Aspek Indikator No Item dan Pernyataan

Verbal

7.Saya mengejek teman yang berbadan sangat gemuk/sangat kurus.

Memberikan kritikan kejam

32.Saya mengkritik teman dengan menggunakan kata seperti, “Bodoh banget sih, gitu aja ga bisa” ketika ia tidak dapat menyelesaikan pekerjaannya.

Mencaci maki 35.Saya memaki teman dengan menggunakan kata-kata kasar.

Mempermalukan teman di depan seluruh kelas.

37.Saya menyoraki teman ketika teman membuat suatu kesalahan di kelas sehingga teman tersebut merasa malu.

Menyindir 47.Saya membicarakan keburukan teman saya dengan orang lain tanpa menyebutkan nama teman itu.

Relasional Mengucilkan teman dalam suatu kegiatan di sekolah

29.Saya meninggalkan seorang teman di kelas sendirian saat jam istirahat.

Gambar

Tabel 1 Data siswa kelas VIII SMP Stella Duce 1 Yogyakarta Tahun
Table 1 Data siswa kelas VIII SMP Stella Duce 1 Yogyakarta
Tabel 2 Rincian sampel penelitian siswa kelas VIII SMP Stella Duce 1
Kisi-kisi Kuesioner PerilakuTabel 3  bullying Sebelum Uji Coba
+7

Referensi

Dokumen terkait

Enam siswa yang termasuk dalam kategori intensitas tinggi inilah yang mendapatkan layanan program konseling kelompok bagi korban bullying di SMP Kanisius Pakem

yang berasal dari Norwegia mengatakan bahwa bullying adalah perilaku negatif yang dilakukan oleh seseorang ataupun lebih yang dilakukan kepada individu lain atau kelompoknya

Sikap-sikap yang dimaksud adalah guru pembimbing yang (1) tidak terbuka terhadap siswa, antara lain meremehkan cara berpikir siswa dan mengabaikan siswa yang bertanya pada

Pertanyaan- pertanyaan yang harus dijawab dalam penelitian ini adalah: (1) Bagaimana tingkat perilaku bullying para siswa kelas XI SMA BOPKRI 2 tahun ajaran 2008/2009?, (2)

Alat pengumpulan data untuk penelitian ini adalah kuesioner Sikap Para Siswa Kelas VIII terhadap Proses Pembelajaran Bahasa Indonesia yang disusun sendiri oleh peneliti

Asosiasi Pendidikan Nasional ( National Education Assiciation /NEA) memiliki pengertian yang berbeda, media adalah bentuk-bentuk komunikasi baik tercetak maupun

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh (Firdaus, 2015) menjelaskan bahwa dalam mengatasi perilaku bullying dapat dilakukan dengan memberikan treatment melalui

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penyebab terjadinya perilaku bullying pada siswa kelas VIII MTs Negeri Pakem, Untuk mengetahui peran guru bimbingan