NO. 451/Pdt.G/2012/PN.Jkt.Bar)
TESIS
Oleh
CHANDRA HALIM 127011160/M.Kn
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
2015
NO. 451/Pdt.G/2012/PN.Jkt.Bar)
TESIS
Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Magister Kenotariatan Pada Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum
Universitas Sumatera Utara
Oleh
CHANDRA HALIM 127011160/M.Kn
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
2015
KASUS PUTUSAN PERKARA NO.
451/Pdt.G/2012/PN.Jkt.Bar) Nama Mahasiswa : CHANDRA HALIM
Nomor Pokok : 127011160 Program Studi : Kenotariatan
Menyetujui Komisi Pembimbing
(Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH, MS, CN)
Pembimbing Pembimbing
(Dr.T.Keizerina Devi A,SH,CN,MHum) (Notaris Dr.Syahril Sofyan,SH,MKn)
Ketua Program Studi, Dekan,
(Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH, MS, CN) (Prof. Dr. Runtung, SH, MHum)
Tanggal lulus : 20 Januari 2015
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua : Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH, MS, CN Anggota : 1. Dr. T. Keizerina Devi A, SH, CN, MHum
2. Notaris Dr. Syahril Sofyan, SH, MKn 3. Notaris Rosniaty Siregar, SH, MKn 4. Notaris Syafnil Gani, SH, MHum
Nim : 127011160
Program Studi : Magister Kenotariatan FH USU
Judul Tesis : ANALISIS PENERAPAN PASAL 31 UNDANG-UNDANG NO. 24 TAHUN 2009 TENTANG KEWAJIBAN PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA TERHADAP KONTRAK INTERNASIONAL YANG BERPEDOMAN PADA ASAS-ASAS DALAM HUKUM KONTRAK
(STUDI KASUS PUTUSAN PERKARA NO.
451/Pdt.G/2012/PN.Jkt.Bar)
Dengan ini menyatakan bahwa Tesis yang saya buat adalah asli karya saya sendiri bukan Plagiat, apabila dikemudian hari diketahui Tesis saya tersebut Plagiat karena kesalahan saya sendiri, maka saya bersedia diberi sanksi apapun oleh Program Studi Magister Kenotariatan FH USU dan saya tidak akan menuntut pihak manapun atas perbuatan saya tersebut.
Demikianlah surat pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya dan dalam keadaan sehat.
Medan,
Yang membuat Pernyataan
Nama : CHANDRA HALIM Nim : 127011160
“Wajib” menggunakan Bahasa Indonesia dalam setiap perjanjian,dan ayat ke 2 yang menegaskan kata “Ditulis juga” dengan menggunakan bahasa pihak Asing tersebut jika melibatkan pihak Asing.Akan tetapi banyak perdebatan mengenai kata “Wajib”
yang dianggap oleh sebagian kalangan Advokat atau Praktisi Hukum harus diutamakan terlebih dahulu dibanding kata “Ditulis juga”.Hal ini menyebabkan Kontrak yang dibuat dengan menggunakan bahasa Asing pada Pokoknya menjadi lemah,dan Puncaknya keluar sebuah Putusan dari Pengadilan Negeri Jakarta Barat yang pada akhirnya mengabulkan gugatan Penggugat karena Perjanjian pada Pokoknya dibuat menggunakan Bahasa Asing dan Perjanjian tersebut dinyatakan Batal Demi Hukum.Oleh karena itu terhadap pasal 31 dan Putusan Hakim tersebut perlu dikaji lebih lanjut dari sudut pandang Asas Hukum Kontrak yang selama ini dipegang dalam pembuatan dan pelaksanaan kontrak berbahasa Asing dan Perlu juga dikaji dari segi kekuatan dan keabsahan Pembuktian di Pengadilan bilamana Kontrak pada pokoknya dibuat dengan menggunakan Bahasa Asing.
Metode penelitian yang digunakan adalah pendekatan yuridis normatif yang bersifat deskriptif analitis,pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan data sekunder berupa bahan primer,sekunder dan tertier sebagai data utama.Data-data yang diperoleh kemudian diolah,dianalisis dan ditafsirkan secara logis,sistematis dengan menggunakan metode berpikir deduktif.
Dari hasil penelitian diketahui bahwa Pasal 31 Undang-Undang Bahasa sudah memenuhi Asas Hukum Kontrak hal ini dapat dilihat dari Asas Pembentukan Peraturan Perundang-undangan No 12 Tahun 2011 yang menginginkan Kepastian Hukum dan juga menginginkan setiap Undang Undang memenuhi Asas Hukum dalam bidang masing masing,dalam hal ini berhubungan dengan Kontrak yang menyangkut Harta benda maka Asas Hukum Kontrak yang harus dipenuhi.
Demikian halnya Kontrak diatur dalam Undang Undang Bahasa juga telah memenuhi Asas Hukum Kontrak, terlebih lagi dari pasal 2 Undang-Undang No 24 tahun 2009 Pengaturan Bahasa dilaksanakan berdasarkan Asas salah satunya huruf g.Kepastian Hukum. Terhadap Pembuktian dan keabsahan Perjanjian yang menggunakan Bahasa Asing di Pengadilan Pasca di Undangkanya Undang-Undang Bahasa tetap dapat menjadi alat bukti yang sah di Pengadilan sepanjang Perjanjian tersebut Asli dalam hal ini Kontrak yang berbentuk Otentik yang diatur dalam Undang Undang Jabatan Notaris,dan sepanjang Kontrak tersebut diakui para Pihak dan salah satu pihak dapat membuktikan Kontrak tersebut di hadapan pengadilan dalam hal Kontrak dibawah tangan.
Kata Kunci : Kontrak, Bahasa, Asas Hukum Kontrak, Pembuktian
paragraph 2 has also confirmed the words, “Ditulis juga” (Also written) in foreign languages when foreigners are involved in the contract.However, there are many arguments about the use of the world,”Wajib” which is considered by some lawyers and legal practitioners to be more prioritized than the word, “Ditulis juga”. The consequence is that any contract written in a foreign languange becomes weak;
eventually, the Verdict of West Jakarta District Court accepted the claim of the plaintiff who used foreign language in the contract so that it was legally null and void. Therefore, Article 31 and the judge’s verdict need to be studied,viewed from the Principle of Contract Law which has been used in making and applying a contract written in a foreign languange and viewed from its enforcemenr and validity of the evidence in Court when a contract is written in a foreign language.
The research used judical normative and descriptive analytic method.The data were gathered bt secondary data which consisted of primary, secondary, and tertiary legal materials as the main data. The gathered data were processed, analyzed, and interpreted logically, systematically, and deductively.
The result of the research show that Article 31 of Law on Language has fulfilled the principle of Contract Law, referred to the Principle of Enacting Legal Provision No. 12/2011 which concerns with Legal Certainty and states that every Law should meet Legal Principle in each field, particularly which is related to a contract on Property; in this case, the Principle of Contract Law should be fulfilled.A contract which is regulated in Law on Language also meets the Principle of Contract Law, especially Article 2 of Law No. 24/2009 on Regulation in Language which is implemented in point g which states that legal certainty on evidence and validity of a contract, which uses a foreign language in Court after Law on Language was enacted, can be used as valid evidence in Court as far as the contract is original and authentic as it is stipulated in the Notarial Act and as far as it is agreed by the parties concerned, and one of them can prove it before the Court in the case of underhanded contract.
Keywords: Contract, Language, Principle of Contract Law, Evidence
persyaratan untuk memperoleh gelar Magister Kenotariatan di Universitas Sumatera Utara Medan. Dalam memenuhi tugas inilah maka penulis menyusun dan memilih judul : “Analisis Penerapan Pasal 31 Undang-Undang No 24 Tahun 2009 Tentang Kewajiban Penggunaan Bahasa Indonesia Terhadap Kontrak Internasional Yang Berpedoman Pada Asas-Asas Dalam Hukum Kontrak (Studi Kasus Putusan Perkara No.451/ Pdt.G /2012 /PN.Jkt.Bar) ”. Penulis menyadari bahwa masih banyak terdapat kekurangan didalam penulisan tesis ini, untuk itu dengan hati terbuka menerima saran dan kritik dari semua pihak, agar dapat menjadi pedoman di masa yang akan datang. Dalam penulisan dan penyusunan tesis ini, penulis mendapat bimbingan dan pengarahan serta saran-saran dari berbagai pihak.Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang tidak ternilai harganya secara khusus kepada Bapak Prof. Dr.
Muhammad Yamin, SH, MS, CN., selaku Ketua Komisi Pembimbing dan Ibu Dr.
T. Keizerina Devi Azwar, SH, CN, MHum., serta Bapak Dr. Syahril Sofyan, SH, MKn., masing-masing selaku anggota komisi pembimbing yang banyak memberi masukan dan bimbingan kepad penulis selama dalam penulisan tesis ini dan kepada Ibu Rosniaty Siregar, SH, MKn., dan Bapak Notaris Syafnil Gani, SH, MHum., selaku dosen penguji yang telah banyak memberikan kritikan, saran serta masukan dalam penulisan tesis ini.
Selanjutnya ucapan terimakasih yang tak terhingga saya sampaikan kepada : 1. Bapak Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, M.Sc (CTM), Sp.A(K).
Selaku Rektor Universitas Sumatera Utara
2. Bapak Prof. Dr. Runtung, SH., MHum., Selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara
Utara
5. Bapak-Bapak dan Ibu-ibu Guru Besar dan Staf Pengajar dan juga para karyawan Biro Administrasi pada Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.
Secara khusus penulis menghaturkan terima kasih yang tak terhingga kepada ayahanda dan Ibunda,yang telah melahirkan, membesarkan dan mendidik ananda dengan penuh kasih sayang.
Ucapan terima kasih juga saya ucapkan kepada rekan-rekan seperjuangan, rekan-rekan se-profesi dan rekan-rekan dalam mengharungi kehidupan, Khususnya rekan-rekan Magister Kenotariatan Kelas Reguler Angkatan 2012 yang namanya tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang terus memberikan motivasi, semangat dan kerjasama dalam diskusi, membantu dan memberikan pemikiran kritik dan saran dari awal masuk di Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara sampai saat penulis selesai menyusun tesis ini.
Saya berharap semoga semua bantuan dan kebaikan yang telah diberikan kepada penulis, mendapat balasan yang setimpal dari Tuhan Yang Maha Esa, agar selalu dilimpahkan kebaikan, kesehatan, kesejahteraan dan rejeki yang melimpah.
Akhirnya, semoga tesis ini dapat berguna bagi diri penulis dan juga bagi semua pihak khususnya yang berkaitan dengan bidang kenotariatan.
Medan, Januari 2015 Penulis
(Chandra Halim)
Nama : Chandra Halim Tempat/Tanggal Lahir : Medan,13 Maret 1989
Alamat : Jl Letnan Abdul Kadir No.1 Kabanjahe
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 25 Tahun
Kewarganegaraan : Indonesia
Agama : Buddha
Nama Bapak : Ombun Nauli
Nama Ibu : Yenty
II. PENDIDIKAN
Sekolah Dasar : SD Methodist Kabanjahe (1996-2002) Sekolah Menengah Pertama : SLTP Methodist Kabanjahe (2002-2005) Sekolah Menengah Atas : SMA Methodist 2 Medan (2005-2008) Universitas : S1 Fakultas Hukum Universitas
Dharmawangsa (UNDAR) Medan (2008-2012)
Universitas : S2 Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara (2012-2015)
ABSTRACT ... ii
KATA PENGANTAR... iii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... v
DAFTAR ISI... vi
DAFTAR ISTILAH ... viii
DAFTAR SINGKATAN... xi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah... 1
B. Perumusan Masalah ... 9
C. Tujuan Penelitian ... 10
D. Manfaat Penelitian ... 10
E. Keaslian Penelitian... 11
F. Kerangka Teori dan Kerangka Konsepsi ... 13
1. Kerangka Teori ... 13
2. Kerangka Konsepsi ... 17
G. Metode Penelitian... 19
1. Sifat Penelitian ... 20
2. Pendekatan Penelitian ... 20
3. Sumber Data Penelitian... 21
4. Teknik dan Alat Pengumpulan Data ... 23
5. Analisis Data ... 23
BAB II PENGGUNAAN DAN PENGATURAN BAHASA TERHADAP KONTRAK INTERNASIONAL YANG MEMEGANG PRINSIP ASAS ASAS DALAM HUKUM KONTRAK ... 25
A. Tinjauan Umum Tentang Kontrak ... 25
BAB III PEMBUATAN KONTRAK INTERNASIONAL YANG
MENGGUNAKAN BAHASA ASING PASCA
DIUNDANGKANNYA PASAL 31 UNDANG UNDANG NO
24 TAHUN 2009 ... 80
A. Tinjauan Umum Pasal 31 Undang Undang No 24 Tahun 2009 80 B. Pelaksanaan Kontrak Internasional Menurut Undang Undang Yang Mengatur Mengenai Penggunaan Bahasa ... 85
BAB IV ASAS KEPASTIAN HUKUM DALAM KONTRAK INTERNASIONAL DALAM HAL PENGGUNAAN DAN PEMILIHAN BAHASA PASCA PEMBERLAKUAN PASAL 31 UNDANG UNDANG NO 24 TAHUN 2009 ... 95
A. Tinjauan Umum Asa Kepastian Hukum ... 95
B. Kepastian Hukum Terhadap Kekuatan Pembuktian Kontrak Yang Menggunakan Bahasa Asing Terhadap Kontrak Yang Berbentuk Otentik dan Dibawah tangan ... 100
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 110
A. Kesimpulan ... 110
B. Saran... 112
DAFTAR PUSTAKA ... 114
Accidental elements : unsur eksidental
Accessoir : tambahan
Agreement : perjanjian
Asas pacta sunt servanda : perjanjian mengikat secara penuh dan harus ditepati
Accessible : mudah diperoleh
Beperkende en derogerende
Werking vande goede trouw : membatasi dan meniadakan
Benoemde : perjanjian bernama
Billikheid,redelijkheid : kepatutan
Bargening power : daya tawar
Conflict of law : hukum perselisihan
Conflictenrecht : hukum perselisihan
Conflict des lois : hukum perselisihan Conflict des status : hukum perselisihan
Contract : perjanjian
Choice of jurisdiction : pilihan forum
Choice of law : pilihan hukum
Choice of domicile : pilihan domisili
Droit international prive : hukum perdata internasional Dirrito internationale privato : hukum perdata internasional
Efferter : penawaran
Equal : sama
Essential Elements : unsur esensialia
Formil bewijskracht : kekuatan pembuktian formil
Forum of non convenient : ajaran hakim dapat menolak memeriksa perkara yang diajukan oleh para pihak Force majeure : suatu kejadian diluar kemampuan manusia Final term condition : kondisi jangka akhir
Freedom of contract : asas kebebasan berkontrak
Governing Law : hukum yang mengatur
General principles of law : prinsip hukum Gesetzliches recht : perundang undangan International law : hukum Internasional
Internationales Privaatrescht : hukum perdata internasional Interlegal law : hukum antar tata hukum
In de handel : objek perdagangan
Loan Agreement : perjanjian pinjam meminjam
Leasing : lembaga pembiayaan
Lex loci contractus : pilihan hukum ditentukan dari tempat kontrak itu dibuat
Lex loci solutionis : pilihan hukum ditentukan dari tempat dimana kontrak tersebut dilaksanakan Law making treaties : pembuatan undang-undang perjanjian Liberary research : penelitian kepustakaan
Lex proper law of contract : pilihan hukum ditentukan oleh pengadilan
Morality of law : moralitas hukum
Materiele bewijskracth : kekuatan pembuktian materil
Nationalite : kewarganegaraan
Natural Elements : unsur natural
Nominaat contract : perjanjian bernama Nobile officium : profesi yang mulia
Ontvangs theorie : alamat penawar
Private international law : hukum perdata internasional
Partij autonomie : pilihan hukum
Party autonomy : pihak bebas memperjanjikan apa yang mereka inginkan
Qualified publicists : pendapat para ahli yang telah diakui kepakarannya
Ratio legis : peraturan hukum
Rechtswahl : pilihan hukum
Recognition and eforcement
Rechtbeginsel : asas hukum
Rechtsregel : aturan hukum
Realistic legal certainly : kepastian hukum sebenarnya
Rechthandeling : perbuatan hukum
Ogg foreign judgment : pengakuan dan pelaksanaan putusan peradilan asing
Structure product : struktur produk
Te goeder trouw : itikad baik
Theachings of the most highly
Treaty contract : perjanjian kontrak
Unus testis nullus testis : seorang saksi bukan saksi
Venue : tempat
Verbintenissenrecht : hukum perikatan
Vermogen : harta kekayaan
Weak law : hukum yang lemah
BANI : Badan Arbitrase Nasional Indonesia BKPL : Bangun Karya Pratama Lestari HPI : Hukum Perdata Internasional
Hlm : Halaman
HATAH : Hukum Antar Tata Hukum ILA : The Institute of International Law KUH Perdata : Kitab Undang Undang Hukum Pedata MOU : Memorandum of Understanding MEA : Masyarakat Ekonomi Asean
PN : Pengadilan Negeri
PHS : Permata Hijau Sawit
UUJN : Undang Undang Jabatan Notaris
UNIDROIT : The International Institute for the univication of Private Law UU HAM : Undang Undang Hak Asasi Manusia
“Wajib” menggunakan Bahasa Indonesia dalam setiap perjanjian,dan ayat ke 2 yang menegaskan kata “Ditulis juga” dengan menggunakan bahasa pihak Asing tersebut jika melibatkan pihak Asing.Akan tetapi banyak perdebatan mengenai kata “Wajib”
yang dianggap oleh sebagian kalangan Advokat atau Praktisi Hukum harus diutamakan terlebih dahulu dibanding kata “Ditulis juga”.Hal ini menyebabkan Kontrak yang dibuat dengan menggunakan bahasa Asing pada Pokoknya menjadi lemah,dan Puncaknya keluar sebuah Putusan dari Pengadilan Negeri Jakarta Barat yang pada akhirnya mengabulkan gugatan Penggugat karena Perjanjian pada Pokoknya dibuat menggunakan Bahasa Asing dan Perjanjian tersebut dinyatakan Batal Demi Hukum.Oleh karena itu terhadap pasal 31 dan Putusan Hakim tersebut perlu dikaji lebih lanjut dari sudut pandang Asas Hukum Kontrak yang selama ini dipegang dalam pembuatan dan pelaksanaan kontrak berbahasa Asing dan Perlu juga dikaji dari segi kekuatan dan keabsahan Pembuktian di Pengadilan bilamana Kontrak pada pokoknya dibuat dengan menggunakan Bahasa Asing.
Metode penelitian yang digunakan adalah pendekatan yuridis normatif yang bersifat deskriptif analitis,pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan data sekunder berupa bahan primer,sekunder dan tertier sebagai data utama.Data-data yang diperoleh kemudian diolah,dianalisis dan ditafsirkan secara logis,sistematis dengan menggunakan metode berpikir deduktif.
Dari hasil penelitian diketahui bahwa Pasal 31 Undang-Undang Bahasa sudah memenuhi Asas Hukum Kontrak hal ini dapat dilihat dari Asas Pembentukan Peraturan Perundang-undangan No 12 Tahun 2011 yang menginginkan Kepastian Hukum dan juga menginginkan setiap Undang Undang memenuhi Asas Hukum dalam bidang masing masing,dalam hal ini berhubungan dengan Kontrak yang menyangkut Harta benda maka Asas Hukum Kontrak yang harus dipenuhi.
Demikian halnya Kontrak diatur dalam Undang Undang Bahasa juga telah memenuhi Asas Hukum Kontrak, terlebih lagi dari pasal 2 Undang-Undang No 24 tahun 2009 Pengaturan Bahasa dilaksanakan berdasarkan Asas salah satunya huruf g.Kepastian Hukum. Terhadap Pembuktian dan keabsahan Perjanjian yang menggunakan Bahasa Asing di Pengadilan Pasca di Undangkanya Undang-Undang Bahasa tetap dapat menjadi alat bukti yang sah di Pengadilan sepanjang Perjanjian tersebut Asli dalam hal ini Kontrak yang berbentuk Otentik yang diatur dalam Undang Undang Jabatan Notaris,dan sepanjang Kontrak tersebut diakui para Pihak dan salah satu pihak dapat membuktikan Kontrak tersebut di hadapan pengadilan dalam hal Kontrak dibawah tangan.
Kata Kunci : Kontrak, Bahasa, Asas Hukum Kontrak, Pembuktian
paragraph 2 has also confirmed the words, “Ditulis juga” (Also written) in foreign languages when foreigners are involved in the contract.However, there are many arguments about the use of the world,”Wajib” which is considered by some lawyers and legal practitioners to be more prioritized than the word, “Ditulis juga”. The consequence is that any contract written in a foreign languange becomes weak;
eventually, the Verdict of West Jakarta District Court accepted the claim of the plaintiff who used foreign language in the contract so that it was legally null and void. Therefore, Article 31 and the judge’s verdict need to be studied,viewed from the Principle of Contract Law which has been used in making and applying a contract written in a foreign languange and viewed from its enforcemenr and validity of the evidence in Court when a contract is written in a foreign language.
The research used judical normative and descriptive analytic method.The data were gathered bt secondary data which consisted of primary, secondary, and tertiary legal materials as the main data. The gathered data were processed, analyzed, and interpreted logically, systematically, and deductively.
The result of the research show that Article 31 of Law on Language has fulfilled the principle of Contract Law, referred to the Principle of Enacting Legal Provision No. 12/2011 which concerns with Legal Certainty and states that every Law should meet Legal Principle in each field, particularly which is related to a contract on Property; in this case, the Principle of Contract Law should be fulfilled.A contract which is regulated in Law on Language also meets the Principle of Contract Law, especially Article 2 of Law No. 24/2009 on Regulation in Language which is implemented in point g which states that legal certainty on evidence and validity of a contract, which uses a foreign language in Court after Law on Language was enacted, can be used as valid evidence in Court as far as the contract is original and authentic as it is stipulated in the Notarial Act and as far as it is agreed by the parties concerned, and one of them can prove it before the Court in the case of underhanded contract.
Keywords: Contract, Language, Principle of Contract Law, Evidence
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perkembangan Bisnis di Indonesia semakin pesat perkembangannya, baik dari bisnis yang kecil maupun bisnis yang sudah mencapai taraf Internasional.
Perkembangan bisnis yang mencapai taraf Internasional dapat dikegorikan sebagai Bisnis Internasional karena kegiatan bisnis yang dilakukan sudah menyangkut hubungan antar Negara yang dilakukan oleh para pihak baik perseorangan maupun pemerintah, tentunya dalam berbisnis disini para pihak membutuhkan kepastian hukum guna menjamin hak dan kewajiban para pihak oleh karena itu perlu diatur lebih jauh yakni melalui Hubungan hukum. Hubungan hukum adalah hubungan antara dua subjek hukum atau lebih mengenai hak dan kewajiban disatu pihak berhadapan dengan hak dan kewajiban dipihak yang lain.1 Hak dan kewajiban para pihak dituangkan dalam bentuk tertulis yakni berupa Kontrak.
Di dalam tesis ini istilah penyebutan kontrak dan perjanjian banyak digunakan yang maksudnya adalah sama. Istilah Kontrak terhadap pengertian Perjanjian sebab sebenarnya pengertian Perjanjian dan Kontrak adalah sama tetapi yang hendak dibahas pada penelitian kali ini menyangkut hubungan bisnis yang sifatnya komersial dan bersifat privat oleh karena itu lebih relevan memakai kata Kontrak sebab jika dilihat dalam praktek sehari hari perjanjian dan kontrak juga digunakan dalam
1.R Suroso, Pengantar Ilmu hukum,(Jakarta:Sinar Grafika, 2005 ) hlm .269.
kontrak komersial misalnya Perjanjian waralaba2, Perjanjian sewa guna usaha3, Kontrak kerjasama4, Perjanjian kerjasama5. Lebih lanjut penelitian ini mengarah pada ranah Kontrak Bisnis Internasional. Dikatakan Kontrak Bisnis Internasional berhubungan dengan unsur Internasional dapat berupa para pihak,substansi yang diatur dan lain lain.Sebagai contoh apabila dalam suatu kontrak bisnis para pihak yang mengikatkan diri adalah warga negara atau badan hukum asing maka hal itu sudah dapat dikatagorikan sebagai Kontrak Bisnis Internasional. Contoh Kontrak Bisnis Internasional adalah Perjanjian Pendirian Usaha Patungan (Joint Venture Agreement), perjanjian Pinjam Meminjam (Loan Agreement) dan lain lain.
Selanjutnya dalam tesis ini akan disebut sebagai Kontrak Internasional yang maksudnya adalah sama dengan yang dijelaskan sebelumnya yakni berhubungan dengan bisnis yang bersifat komersial.
Adapun Latar Belakang penulisan tesis ini dimulai dari sebuah Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Barat dalam Perkara no 451/Pdt.G/2012/PN.Jkt.Bar. Pada Putusan yang diteliti Jenis Perjanjian yang dimaksud adalah perjanjian Pinjam Meminjam (Loan Agreement) ,Perjanjian ini masuk kedalam ranah Kontrak Internasioal.Bermula PT.BANGUN KARYA PRATAMA LESTARI (Penggugat) berkedudukan di Jakarta Barat Indonesia dan NINE AM Ltd ( Tergugat)
2Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1997 tentang Waralaba; lihat juga Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor 259/MPP/Kep/7/1997 tentang Ketentuan dan Tatacara Pendaftaran Usaha Waralaba
3Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 1169/KMK.01/1991 tentang Kegiatan Sewa Guna Usaha (Leasing).
4.Undang-undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi.
5.Peraturan Pemerintah Nomor 67 Tahun 2005 tentang Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur.
berkedudukan di negara Texas Amerika Serikat.Bahwa berdasarkan Loan Agreement/Perjanjian Pinjam Meminjam tertanggal 23 April 2010 yang dibuat oleh dan antara PENGGUGAT dengan TERGUGAT dan berdasarkan Loan Agreement yang telah diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia oleh Penerjemah Resmi dan Tersumpah PENGGUGAT telah memperoleh pinjaman uang dari TERGUGAT sebesar US$ 4,422,000,- (empat juta empat ratus dua puluh dua ribu Dolar Amerika.
Bahwa pada pasal 18 Loan Agreement perihal Hukum Yang Mengatur Dan Domisili Hukum,menentukan bahwa :
Governing Law and Venue
This agreement is governed by and shall be construed and interpreted in accordance with the laws of Republic of Indonesia.For this Agreement and all its consequences the Borrower chooses irrevocable and permanent domicile at Registrar’s Office of the District Court of West Jakarta (Kantor Panitera Pengadilan Negeri Jakarta Barat) Dan diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia
“Perjanjian ini diatur oleh dan ditafsirkan menurut hukum yang berlaku di Republik Indonesia.Mengenai Perjanjian ini dan segala akibatnya,Debitur memilih domisili hukum tetap di Kantor Panitera Pengadilan Negeri Jakarta Barat.
Melihat pada pasal 18 Loan Agreement Para pihak baik Pihak PT. BANGUN KARYA PRATAMA LESTARI (Penggugat) dan Pihak NINE AM Ltd (Tergugat) menundukkan diri pada Pilihan Hukum Republik Indonesia. Kemudian sebagai Jaminan atas hutang tersebut,antara Penggugat dengan Tergugat telah dibuat Akta Perjanjian Jaminan Fidusia Atas Benda tertanggal 27-4-2010 yang dibuat dihadapan Popie Savitri Martosuhardjo Pharmaton, SH., Notaris & PPAT di Jakarta. Benda yang dijaminkan adalah enam unit Truk Caterpillar Model 775F Off Highway.Pelunasan
pembayaran adalah 48 kali angsuran bulanan sebesar AS$ 148,5 ribu per bulan dan bunga akhir AS$ 1,8 juta yang wajib dibayar pada tanggal pembayaran angsuran pinjaman.
Selain gugatan terhadap penggunaan Bahasa Asing,Penggugat juga menggugat bahwa isi Loan Agreement tersebut mengindikasikan bahwa Tergugat sebagai Perusahaan Asing telah bertindak sebagai suatu Perusahaan yang bergerak dalam Bidang Penyewaan atau Rental Alat-alat Berat yang menurut PER.PRES No.36 TAHUN 2010 Jo UU No. 25 Tahun 2007 adalah dilarang karena termasuk dalam bidang yang tertutup bagi Perusahaan Asing.
Hingga sampai pada akhirnya hakim dalam pokok perkaranya mengabulkan gugatan Penggugat untuk seluruhnya,menyatakan bahwa Loan Agreement tertanggal 23 April 2010 yang dibuat oleh dan antara Penggugat dengan Tergugat batal demi hukum,menyatakan bahwa Akta Perjanjian Jaminan Fidusia atas benda tertanggal 27 April 2010 Nomor 33 yang merupakan Perjanjian ikutan (Accesoir) dari Loan Agreement tertanggal 23 April batal demi hukum,Memerintahkan kepada Penggugat untuk mengembalikan sisa uang dari pinjaman yang belum diserahkan kembali kepada Tergugat sebanyak USD.115.540 (seratus lima belas lima ratus empat puluh Dolar Amerika Serikat) dan menghukum Tergugat untuk membayar biaya yang timbul dalam perkara ini sebesar Rp,316.000,-(tiga ratus enam belas ribu rupiah).
Terhadap batal demi hukum Loan Agreement yang dibuat para pihak Majelis Hakim mempertimbangkan sebagai berikut:Menimbang bahwa ketentuan Pasal 1335 KUH Perdata menyatakan bahwa :“Suatu Perjanjian tanpa sebab atau yang telah
dibuat karena suatu sebab yang palsu atau terlarang,tidak mempunyai kekuatan hukum”.Sedangkan ketentuan pasal 1337 KUH Perdata menegaskan bahwa :Suatu sebab adalah terlarang apabila dilarang oleh Undang-undang atau apabila berlawanan dengan kesusilaan yang baik atau ketertiban Umum”.
Menimbang bahwa memperhatikan surat bukti P-1A yang sama dengan surat bukti T-2a yaitu Loan Agreement yang ditandatangani oleh Penggugat dan Tergugat tertanggal 23 April 2010 adalah dibuat dalam 1 (satu) bahasa yaitu Bahasa Inggris tanpa adanya Bahasa Indonesia,sedangkan ketentuan Pasal 31 ayat (1) UU No 24 tahun 2009 tentang Bendera ,Bahasa,Lambang Negara dan Lagu kebangsaan yang diundangkan pada tanggal 09-Juli-2009 menyebutkan sebagai berikut:
“Bahasa Indonesia Wajib digunakan dalam nota kesepahaman atau perjanjian yang melibatkan Negara ,Instansi Pemerintah Republik Indonesia ,Lembaga Swasta Indonesia atau perseorangan Warga Negara Indonesia.”
Secara keseluruhan pada pokok perkara diatas dapat diambil kesimpulan bahwa ada sebuah kontrak internasional yang sifatnya privat yang menyangkut hubungan antara Pihak Indonesia dengan Pihak Asing dimana pada awalnya kedua belah pihak sepakat menggunakan bahasa Inggris dalam pembuatan kontrak sebagai perjanjian pokok yang disebut dengan Loan Agreement, 2 (dua ) tahun kemudian setelah kontrak tersebut dilaksanakan Pihak Indonesia dalam hal ini Penggugat mengajukan gugatan ke Pengadilan Negeri Jakarta Barat dengan alasan bahwa Perjanjian yang dibuat tersebut melanggar Undang Undang bahasa no 24 tahun 2009 khususnya pasal 31 ayat 1 tentang kewajiban penggunaan bahasa Indonesia dan meminta pembatalan demi hukum perjanjian tersebut.Pihak Asing dalam hal ini
Tergugat kemudian membantah dan mengatakan bahwa keberatan Penggugat atas penggunaan bahasa Inggris dalam Perjanjian Pinjam Meminjam (Loan Agreement) adalah tidak berdasar dan sangat mengada ada karena sebelumnya telah ada Perjanjian Pinjam Meminjam (Loan Agreement) pada tanggal 10 November 2008 antar Penggugat dan Tergugat yang juga menggunakan bahasa Inggris dan penggunaan Bahasa Inggris pada Perjanjian Pinjam Meminjam (Loan Agreement) tanggal 23 April 2010 tersebut juga merupakan hasil kesepakatan antara Penggugat dan Tergugat didukung dengan tidak terdapat adanya keberatan pada proses pembuatan sampai ditandatanganinya Perjanjian Pinjam Meminjam (Loan Agreement) tersebut bahkan selama proses tersebut Penggugat dan Tergugat melakukan surat menyurat dengan menggunakan bahasa Inggris.Selain itu Loan Agreement yang dibuat telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh Penerjemah Resmi dan Tersumpah.
Hakim pada akhirnya mengabulkan gugatan dari Pihak Indonesia dalam hal ini Penggugat dengan dasar hukum pasal 1335 jo pasal 1337 Kitab Undang Undang Hukum Perdata selanjutnya di singkat KUH Perdata mengacu kepada Undang Undang no 24 tahun 2009 pasal 31 ayat 1 selanjutnya dalam tesis ini disebut sebagai Undang Undang Bahasa yang mengacu pad pasal 31. Undang undang bahasa pasal 31 ayat 1 berbunyi:
1. Bahasa Indonesia wajib digunakan dalam nota kesepahaman atau perjanjian yang melibatkan lembaga negara,instansi pemerintah Republik Indonesia,lembaga swasta Indonesia atau perseorangan warga negara Indonesia.
Sebenarnya pada pasal 31 ada ayat ke 2 yang berbunyi :
2. Nota kesepahaman atau perjanjian sebagaimana dimaksud pada ayat 1 yang melibatkan pihak asing ditulis juga dalam bahasa nasional pihak asing tersebut dan/atau bahasa Inggris
Tetapi Hakim mengabaikan pasal 31 ayat ke 2 karena menafsirkan kata
“wajib” pada ayat 1 kedudukan kata itu lebih luas dari frasa “ditulis juga” pada ayat ke 2.Hingga pada akhirnya hakim memakai pasal 31 ayat 1 ini sebagai dasar batal demi hukum kontrak tersebut.Batal demi hukum terjadi apabila syarat objektif dalam perjanjian yang dimaksud pada pasal 1320 KUH Perdata ada yang tidak terpenuhi (suatu hal tertentu dan suatu sebab yang legal),akibat hukumnya adalah batal demi hukum. Artinya sejak awal tidak pernah lahir suatu perjanjian sehingga tidak pernah ada perikatan. Karena tidak pernah lahir perjanjian,tidak ada akibat hukum apa pun sehingga tidak ada dasar hukum yang dapat dijadikan alas hak untuk melakukan gugatan atau penuntutan.6
Dilihat dari kasus tersebut diatas Kontrak Internasional dalam hal ini pinjam meminjam atau Loan Agreement dari tahap Kesepakatan Kontrak sampai dengan pelaksanaan kontrak memegang asas-asas perjanjian.Salah satu wujud dari asas perjanjian adalah asas konsensualime.Asas ini mempunyai pengertian bahwa suatu kontrak sudah sah dan mengikat pada saat tercapainya kata sepakat para pihak.tentunya sepanjang kontrak tersebut memenuhi syarat sah yang ditetapkan dalam pasal 1320 KUH Perdata.Salah satunya dalam kesepakatan penggunaan
6 I.G.Rai Widjaya,S.H.,M.A.Merancang Suatu Kontrak, Jakarta: Edisi Revisi,Penerbit Megapoin ,2003) hlm. 55
bahasa.Penggunaan bahasa mencerminkan asas asas dalam perjanjian sebab sebelum para pihak melaksanakan perjanjian ,tentunya para pihak harus saling sepakat terlebih dahulu dan sepanjang perjanjian yang dibuat tidak melanggar pasal 1320 KUH Perdata perjanjian tersebut tetap menjadi sebuah perjanjian yang sah.Sebelum keluarnya Undang undang no 24 tahun 2009 khusus nya pasal 31 ayat 1 dan 2 ,penggunaan dan pemilihan bahasa menggunakan bahasa asing tidak pernah menjadi persoalan yang serius dibidang hukum karena penggunaan bahasa asing sepanjang memenuhi ketentuan hukum dan asas asas dalam hukum kontrak maka perjanjian menggunakan bahasa asing tetap menjadi sebuah perjanjian yang sah dimata hukum.
Pada bab berikut nya akan di terangkan lebih jauh mengenai perjanjian menggunakan bahasa asing berlandaskan pada asas asas dalam hukum kontrak.Asas merupakan jantungnya Undang Undang.Asas hukum adalah prinsip yang dianggap dasar atau fundamen hukum yang terdiri dari pengertian pengertian atau nilai nilai yang menjadi titik tolak berpikir tentang hukum,Selain itu asas hukum dapat disebut landasan atau alasan bagi terbentuknya suatu peraturan hukum atau merupakan ratio legis dari suatu peraturan hukum yang memuat nilai nilai,jiwa,cita cita sosial atau pandangan etis yang ingin diwujudkan,karena itu asas hukum merupakan jantung atau jembatan suatu peraturan hukum yang menghubungkan antar peraturan peraturan hukum positif dengan cita cita sosial dan pandangan etis masyarakat.7Ada 6 Asas yang dijadikan pedoman dalam pembuatan kontrak yakni hukum kontrak bersifat mengatur, Asas Kebebasan Berkontrak (freedom of contract),Asas Hukum Kontrak
7Theo Huijbers,Filsafat Hukum Dalam Lintas Sejarah, (Yogyakarta: Kanisius,1982),hlm 79.
bersifat mengatur, asas keseimbangan, asas mengikat sebagai Undang Undang, Asas Konsensual, Asas itikad baik. Selain dari sudut asas suatu kontrak harus memenuhi syarat sahnya suatu kontrak.Syarat sahnya suatu kontrak ditentukan dalam pasal 1320 KUH Perdata yaitu adanya kesepakatan para pihak,kecakapan/kewenangan para pihak,perihal tertentu,kausa yang legal. Dari segi Pembentukan Undang Undang suatu Undang Undang harus mencerminkan asas asas dalam perundang undangan yang mengatur hubungan hukum para pihak, Demikian halnya dengan undang- undang No 24 tahun 2009 pasal 31 ayat 1 mengenai kewajiban penggunaan bahasa seharusnya harus mencerminkan asas-asas pembentukan perundang undangan. Selain itu pembuktian terhadap dokumen tertulis yang dibuat para pihak wajib mencerminkan asas hukum kontrak demikian hal nya juga kontrak yang dibuat dalam bahasa asing di Pengadilan.
Berdasarkan uraian tersebut diatas,maka lahirlah judul penulisan “Analisis Penerapan Pasal 31 Undang-Undang No 24 Tahun 2009 Tentang Kewajiban Penggunaan Bahasa Indonesia Terhadap Kontrak Yang Berpedoman Pada Asas-Asas Hukum Kontrak (Studi Kasus Putusan perkara no 451/Pdt.G/2012/PN.Jkt.Bar).”
B. Perumusan Masalah
1. Apakah pasal 31 Undang-Undang No 24 Tahun 2009 dalam penggunaan bahasa Indonesia dalam Kontrak Internasional melanggar asas asas hukum kontrak ? 2. Apakah dengan menterjemahkan Kontrak Internasional kedalam Bahasa
Indonesia telah memenuhi ketentuan Undang-Undang No 24 Tahun 2009?
3. Bagaimana Asas Kepastian hukum dalam Pelaksanaan Kontrak Internasional Pasca pemberlakuan pasal 31 Undang-Undang No 24 Tahun 2009?
C. Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan penelitian dalam penulisan tesis ini adalah sebagai berikut
1. Untuk mengetahui apakah pasal 31 Undang Undang Bahasa tentang kewajiban penggunaan Bahasa Indonesia melanggar asas hukum kontrak atau tidak
2. Untuk mengetahui bagaimanakah pelaksanaan Kontrak Internasional menurut Pasal 31 Undang Undang No 24 tahun 2009
3. Untuk mengetahui mengenai asas kepastian hukum terhadap status hukum kontrak Internasional yang berbahasa Asing pasca permberlakuan Pasal 31 Undang Undang No 24 tahun 2009.
D. Manfaat Penelitian
Adapun Manfaat yang didapat dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut 1. Manfaat Teoritis
Secara teoritis hasil penelitan ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi perkembangan ilmu hukum khususnya didalam bidang hukum perjanjian dan untuk mengetahui keabsahaan dan akibat hukum sebuah perjanjian yang dibuat oleh Para pihak sendiri ataupun oleh Notaris yang berhubungan dengan penggunaan bahasa khususnya setelah keluarnya Undang Undang no 24 tahun 2009 khusus pasal mengenai Bahasa
2. Manfaat Praktis
Secara praktis hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan,saran ataupun informasi yang berguna bagi para pihak baik itu perorangan ataupun badan hukum maupun pejabat yang berwenang dalam membuat perjanjian khususnya dalam hal penggunaan Bahasa Asing dengan keluarnya Undang-Undang No 24 Tahun 2009 khususnya pasal mengenai penggunaan Bahasa
E. Keaslian Penelitian
Berdasarkan informasi dan penelusuran pada kepustakaan,khusunya di lingkungan Perpustakaan Program Studi Magister Kenotariatan Universitas Sumatera Utara,tidak ditemukan judul tesis yang berkaitan dengan Perjanjian yang dibuat menggunakan bahasa asing kaitannya dengan Undang-Undang No 24 Tahun 2009 khususnya pasal mengenai Bahasa.Tetapi berdasarkan informasi dan penelusuran dari media internet peneliti menemukan judul terkait Perjanjian yang dibuat menggunakan bahasa asing dengan kaitan Undang undang no 24 tahun 2009 khususnya pasal mengenai bahasa yakni :
1. Skripsi atas nama Haryo Sumarno NPM 110110090333 dari Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran November 2013 dengan judul Kewajiban Penggunaan Bahasa Indonesia Dalam Kontrak Elektronik berdasarkan Undang-undang nomor 24 tahun 2009 tentang bendera,bahasa dan lambang Negara serta lagu kebangsaan dan peraturan pemerintah nomor 82 tahun 2012 tentang
penyelenggaraan system dan transaksi elektronik.8Adapun permasalahan yang dibahas dalam penelitian tersebut adalah sebagai berikut:
a. Apakah kewajiban penggunaan bahasa Indonesia dalam kontrak elektronik sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 48 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2012 Tentang Penyelenggaraan Sistem dan,Transaksi Elektronik termasuk kedalam causa yang halal sebagaiamana dimaksud dalam syarat sahnya perjanjian pada Pasal 1320 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata?
b. Apakah penduduk Indonesia yang melakukan transaksi jual beli dengan www.xsml.co.id yang menggunakan kontrak elektronik berbahasa asing dalam penerapannya telah sah menurut Undang-undang Nomor 24 Tahun 2009 Tentang Bendera,Bahasa dan Lambang Negara serta Lagu Kebangsaan dan Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2012 Tentang Penyelenggaraan Sistem dan Transaksi Elektronik?
2. Tesis atas nama Christina NPM :0806426521 dari Fakultas Hukum Program Magister Kenotariatan Universitas Indonesia Depok Juni 2009 dengan judul Analisa Pasal 31 Undang undang Nomor 24 tahun 2009 mengenai Kewajiban
8Haryo Sumarno,”Kewajiban Penggunaan Bahasa`Indonesia dalam Kontrak Elektronik Berdasarkan Undang undang Nomor 24 tahun 2009 tentang Bendera,Bahasa,Dan Lambang Negara Serta Lagu Kebangsaan Dan Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2012 tentang Penyelanggaraan Sistem dan Transaksi Elektronik”.diakses dari http://fh.unpad.ac.id/repo/2013/11/kewajiban- penggunaan-bahasa-indonesia-dalam-kontrak-elektronik-berdasarkan-undang-undang-nomor-24- tahun-2009-tentang-bendera-bahasa-dan-lambang-negara-serta-lagu-kebangsaan-dan-peraturan- pemerintah/ pada tanggal 02 Januari 2014.
Berbahasa Indonesia Terhadap Akta Pengikatan Jual Beli Tanah.9Adapun tujuan yang dibahas dalam penelitian tersebut adalah menganalisa keberlakukan UU BBLNLK terhadap akta pengikatan jual beli dan akibat hukumnya terhadap pihak ketiga dengan studi kajian yaitu jual beli tanah,dimana dibuat dengan akta Notaris karena AJB belum dapat dilaksanakan dihadapan PPAT.
Beberapa judul penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti terdahulu dengan permasalahan yang beragam,bahwa tidak ada satupun dari pemasalahan yang telah diteliti sebelumnya yang sama dengan permasalahan dalam penelitian ini,sehingga dapat dinyatakan bahwa penelitian dengan topik “Analisis Penerapan Pasal 31 Undang-Undang No 24 Tahun 2009 Tentang Kewajiban Penggunaan Bahasa Indonesia Terhadap Kontrak Yang Berpedoman Pada Asas-Asas Hukum Kontrak (Studi Kasus Putusan perkara no 451/Pdt.G/2012/PN.Jkt.Bar)”
F. Kerangka Teori dan Kerangka Konsepsi 1. Kerangka Teori
Seiring dengan perkembangan masyarakat pada umumnya, peraturan hukum juga mengalami perkembangan. Kontinuitas perkembangan ilmu hukum selain bergantung pada metodelogi, aktivitas penelitian dan imajinasi sosial sangat ditentukan oleh teori
.
10Menurut Maria S.W. Sumardjono menyebutkan rumusan teori9Christina “Judul tesis Analisa Pasal 31 Undang-undang nomor 24 tahun 2009 Mengenai Kewajiban Bahasa Indonesia Terhadap Akta Pengikatan Jual beli” ,diakses dari file Pdf digital_131412-T 27494-Analisa pasal-HA.pdf- Adobe Reader ,tanggal 02 Januari 2014
10 Soerjono Soekanto,Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta:Universitas Indonesia Press, , 1982), hlm 6.
sebagai berikut: Seperangkat preposisi yang berisi konsep abstrak atau konsep yang sudah didefenisikan dan saling berhubungan antara variable sehingga menghasilkan pandangan sistematis dari fenomena yang digambarkan oleh suatu variable dengan variable lainnya dan menjelaskan bagaimana hubungan antara variable tersebut.11
Untuk menjawab permasalahan diperlukan landasan teoritis yang relevan dengan permasalahan yang dibahas,kerangka teori yang digunakan sebagai pisau analisis dalam penulisan ini adalah menggunakan teori Kepastian Hukum.Kepastian hukum merupakan ciri yang tidak dapat dipisahkan dari hukum, terutama untuk norma hukum tertulis. Hukum tanpa nilai kepastian akan kehilangan makna karena tidak lagi dapat dijadikan pedoman perilaku bagi semua orang. Ubi jus incertum, ibi jus nullum (di mana tiada kepastian hukum, di situ tidak ada hukum).12 Menurut Gustav Radbruch terdapat tiga (3) unsur utama dalam penegakan hukum yaitu keadilan, kepastian hukum dan kemanfaatan.13 Demikian hal nya kontrak Internasional yang dibuat dalam bahasa asing,Hukum menjadi penopang pembuatan Kontrak Internasional tersebut dengan begitu dapat menjadi pedoman bagi semua orang dalam membuat Kontrak Internasional yang menggunakan bahasa Asing.
Menurut Radbruch hubungan antara keadilan dan kepastian hukum perlu diperhatikan.Oleh sebab kepastian hukum harus dijaga demi keamanan dalam
11.Maria S.W. Sumardjono, Pedoman Pembuatan Usulan Penelitian,(Yogyakarta: Gramedia, 1989), hlm 12.
12.Sudikno Mertokusumo dalam H. Salim Hs, Perkembangan Teori Dalam Ilmu Hukum, (Jakarta, PT Raja Grafindo Persada),2010 hlm 82
13.Gustav Radbruch: Gerechtigkeit, Rechtssicherheit, Zweckmaβigkeit, dikutip oleh Shidarta dalam tulisan Putusan Hakim: Antara Keadilan, Kepastian Hukum, dan Kemanfaatan, dari buku Reformasi Peradilan dan Tanggung Jawab Negara (Jakarta: Komisi Yudisial, 2010), hlm. 3.
Negara,maka hukum positif selalu harus ditaati,pun pula kalau isinya kurang adil atau juga kurang sesuai dengan tujuan hukum.Tetapi terdapat kekecualian yakni bilamana pertentangan antara isi tata hukum dan keadilan menjadi begitu besar,sehingga tata hukum itu tampak tidak adil pada saat hukum itu boleh dilepaskan.14
Kepastian hukum adalah kepastian hukum itu sendiri.Ada empat hal yang berhubungan dengan makna kepastian hukum yaitu:15
1. Hukum itu Positif artinya bahwa ia adalah perundang undangan (gesetzliches Recht)
2. Hukum itu didasarkan pada fakta (tatsachen),bukan suatu perumusan tentang penilaian yang nanti akan dilakukan oleh hakim,seperti kemauan baik atau kesopanan.
3. Fakta itu harus dirumuskan dengan cara yang jelas sehingga menghindari kekeliruan dalam pemaknaan,disamping itu juga mudah dijalankan.
4. Hukum Positif itu tidak boleh sering dirubah.
Lon Fuller dalam bukunya the Morality of Law mengajukan 8 (delapan) asas yang harus dipenuhi oleh hukum, yang apabila tidak terpenuhi, maka hukum akan gagal untuk disebut sebagai hukum, atau dengan kata lain harus terdapat kepastian hukum. Kedelapan asas tersebut adalah sebagai berikut :
1) Suatu sistem hukum yang terdiri dari peraturan-peraturan, tidak berdasarkan putusan-putusan sesat untuk hal-hal tertentu;
2) Peraturan tersebut diumumkan kepada publik;
3) Tidak berlaku surut, karena akan merusak integritas sistem;
4) Dibuat dalam rumusan yang dimengerti oleh umum;
5) Tidak boleh ada peraturan yang saling bertentangan;
6) Tidak boleh menuntut suatu tindakan yang melebihi apa yang bisa dilakukan;
7) Tidak boleh sering diubah-ubah;
14B.Arief Sidharta,Meuwissen Tentang Pengembangan Hukum,Ilmu Hukum,teori Hukum dan Filsafat hukum ,(Bandung:PT.Refika Aditama,2007),hlm 31.
15Achmad Ali,Menguak Teori Hukum (Legal Theory) dan Teori Peradilan (Judicialprudence),termasuk interperetasi Undang undang (Legisprudence),(Jakarta:Kencana,2012) hlm 292
8) Harus ada kesesuaian antara peraturan dan pelaksanaan sehari-hari.
Pendapat Lon Fuller di atas dapat dikatakan bahwa harus ada kepastian antara peraturan dan pelaksanaannya, dengan demikian sudah memasuki ranah aksi, perilaku, dan faktor-faktor yang mempengaruhi bagaimana hukum positif dijalankan.16
Undang Undang No 24 Tahun 2009 pasal 31 yang mengatur khususnya pasal mengenai bahasa tentu memiliki maksud dan tujuan yang baik untuk masyarakat dalam rangka menciptakan kepastian hukum.Pembentukan undang undang tentu harus sesuai dengan peraturan nya dan pelaksanaan sehari hari,peraturan harus dapat dimengerti oleh umum,dan juga harus berpedoman pada asas pembentukan undang undang dalam hal ini berhubungan dengan perjanjian maka masuk dalam ranah hukum perdata yang dimana harus berpedoman pada asas asas hukum kontrak.
Undang Undang No 24 Tahun 2009 khususnya pasal 31 perlu dikaji lebih lanjut sebab faktanya bahwa terdapat perkara yang sampai kepengadilan yang menyebabkan sebuah perjanjian yang menggunakan bahasa asing, yang selama ini berpedoman pada asas hukum kontrak justru batal demi hukum karena melanggar pasal 31 Undang Undang No 24 Tahun 2009 tersebut.
Untuk mendapatkan kepastian hukum pada pasal 31 ini bukan hanya dikaji dari segi undang undangnya saja tetapi Hakim memegang peranan penting,hakim dalam mempertimbangkan suatu perkara harus didasarkan fakta, fakta itu tentu harus
16.Amgassusari, “Memahami Kepastian (Dalam) Hukum Teori dan Filsafat Hukum”, diakses dari http://ngobrolinhukum.wordpress.com/2013/02/05/memahami-kepastian-dalam-hukum/ tanggal 2 Februari 2014
dinilai dari perumusan cara yang jelas sesuai dengan undang undang yang berlaku dan cara seorang hakim untuk bertindak mandiri tidak berpihak sehingga pemaknaan dalam pasal 31 itu dapat jelas menghasilkan suatu yang namanya kepastian hukum dan keadilan.Seperti yang diketahui pada pasal 31 ayat 1 Undang-Undang No 24 tahun 2009 bahwa terdapat pengaturan mengenai perjanjian yang mewajibkan penggunaan bahasa Indonesia dan ayat 2 yang menegaskan bila perjanjian berhubungan dengan pihak asing dan pihak asing tidak mengerti dengan bahasa Indonesia maka dapat ditulis juga dengan menggunakan bahasa orang asing tersebut.
Dari pemaknaan kata “wajib” yang dianggap lebih tinggi kedudukannya dibanding dengan “ditulis juga” ini hakim menjatuhkan sebuah putusan batal demi hukum.Oleh sebab itu untuk mendapatkan kepastian hukum tentu harus dikaji lebih lanjut,sebab jika Kontrak internasional batal demi hukum tentu dalam hal ini ada pihak yang dirugikan dan sedangkan Kepastian hukum mengkehendaki suatu keadilan
2. Kerangka konsepsi
Perlu diketahui bahwa konsepsi adalah salah satu bagian terpenting dari teori, karena konsep merupakan penghubung yang menerangkan sesuatu yang sebelumnya hanya baru ada dalam pikiran.Kerangka konsepsi merupakan gambaran bagaimana hubungan antara konsep-konsep yang akan diteliti. Salah satu cara untuk menjelaskan konsep-konsep tersebut adalah dengan membuat definisi. Definisi merupakan suatu pengertian yang relatif lengkap tentang suatu istilah dan definisi bertitik tolak pada referensi.
Berikut ini diuraikan beberapa konsep/definisi/pengertian yang dijumpai dalam tesis ini yaitu:
“Analisis Penerapan Pasal 31 Undang-Undang No 24 Tahun 2009 Tentang Kewajiban Penggunaan Bahasa Indonesia Terhadap Kontrak Yang Berpedoman Pada Asas-Asas Hukum Kontrak (Studi Kasus Putusan perkara no 451/Pdt.G/2012/PN.Jkt.Bar).”
1. Bahasa adalah komunikasi yang paling lengkap dan efektif untuk menyampaikan ide,pesan,maksud,perasaan dan pendapat kepada orang lain.17 2. Bahasa Indonesia adalah bahasa resmi Republik Indonesia sebagaimana
disebutkan dalam Undang-Undang Dasar RI 1945, Pasal 36.18
3. Bahasa asing merupakan bahasa yang tidak digunakan oleh orang yang tinggal di sebuah tempat yang tertentu19
4. Kontrak adalah suatu tindakan yang dilakukan oleh dua atau lebih pihak dimana masing maing pihak yang ada didalamnya dituntut untuk melakukan satu atau lebih prestasi.
5. Kontrak Internasional adalah kontrak yang memiliki unsur internasional dapat berupa para pihaknya ,substansi yang diatur dan lain lain,sebagai contoh Perjanjian Pinjam meminjam (Loan Agreement)20
6. Asas-Asas hukum adalah menurut pendapat Sudikno Mertokusumo asas hukum bukan peraturan hukum konkrit,melainkan pikiran dasar umum dan
17Wibowo,Wahyu. Manajemen Bahasa.,(Jakarta: Gramedia, 2001).hlm 13
18Dikutip dari http://ms.wikipedia.org/wiki/Bahasa_Indonesia
19Dikutip dari http://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_asing
20Ibid, hlm 2
abstrak, atau merupakan latar belakang peraturan kongkrit yang terdapat dalam dan di belakang setiap sistem hukum yang terjelma dalam peraturan perundang undangan dan putusan hakim yang merupakan positif dan dapat diketemukan dengan mencari sifat sifat atau ciri yang umum dalam peraturan kongkrit tersebut.21
7. Undang-Undang adalah hukum yang telah disahkan oleh badan legislatif atau unsur pemerintahan yang lainnya. Sebelum disahkan, undang-undang disebut sebagai rancangan Undang-Undang. Undang-undang berfungsi untuk digunakan sebagai otoritas, untuk mengatur, untuk menganjurkan, untuk menyediakan (dana), untuk menghukum, untuk memberikan, untuk mendeklarasikan, atau untuk membatasi sesuatu.
G. Metode Penelitian
Pada penelitian hukum ini,menjadikan ilmu hukum sebagai landasan ilmu pengetahuan induknya.Menurut Soejono Soekanto, yang dimaksud dengan penelitian hukum adalah kegiatan ilmiah yang didasarkan pada metode,sistematika,dan pemikiran tertentu yang bertujuan untuk mempelajari satu atau segala hukum tertentu dengan jalan menganalisanya.22Metode ( Inggeris : method, Latin : Methodus, Yunani: methodos-meta berarti sesudah, di atas, sedangkan hodos, berarti suatu jalan, suatu cara). Metode merupakan suatu prosedur atau cara mengetahui sesuatu yang mempunyai langkah-langkah sistematis. Sehubungan dengan upaya ilmiah, maka
21Ishaq,Dasar dasar Ilmu Hukum,(Sinar Grafika,2007) ,hlm 76
22.Soerjono Soekanto,Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta:Universitas Indonesia, 1986) hlm 43
metode menyangkut masalah cara kerja, yaitu cara kerja untuk dapat memahami objek yang menjdi sasaran ilmu yang bersangkutan dengan langkah-langkah sistematis. Dalam penelitian hukum juga dilakukan pemeriksaan yang mendalam terhadap fakta-fakta hukum untuk selanjutnya digunakan dalam menjawab permasalahan-permasalahan.Supaya mendapat hasil yang lebih maksimal maka peneliti melakukan penelitian hukum dengan menggunakan metode motode sebagai berikut:
1. Sifat Penelitian
Sifat penelitian yang digunakan dalam penulisan tesisi ini yaitu bersifat deskiptif analitis.Deskriptif maksudnya untuk mengetahui gambaran secara menyeluruh dan sistematis mengenai peraturan yang dipergunakan yang berkaitan dengan masalah yang dikaji.Analitis adalah mengungkapkan karakteristik objek dengan cara mengurai dan menafsirkan fakta fakta tentang pokok persoalan yang diteliti. Jadi penelitian ini mengungkapkan peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan objek penelitian.23
2. Pendekatan Penelitian
Metode pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode yuridis normatif, yaitu penelitian hukum yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka atau data sekunder belaka,dapat dinamakan penelitian hukum normatif atau penelitian hukum kepustakaan.Penelitian hukum normatif atau kepustakaan tersebut mencakup:
23Zainuddin Ali,Metode Penelitian hukum,(Jakarta : Sinar Grafika,2009),hlm 105
a. Penelitian terhadap asas-asas hukum b. Penelitian terhadap sistematika hukum
c. Penelitian terhadap taraf sinkroniasi vertical dan horizontal.
d. Perbandingan hukum.
e. Sejarah hukum.
Dari kelima pembedaan penelitian hukum normatif diatas metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian terhadap asas-asas hukum dalam perjanjian yang bertujuan untuk sampai sejauh mana pengaruh asas asas dalam hukum perdata terhadap perjanjian tertulis yang dibuat oleh para pihak dengan keluarnya peraturan perundang undangan yang justru bertentangan dengan asas asas hukum yang dimaksud dan Penelitian terhadap perbandingan hukum yang bertujuan untuk sampai sejauh manakah hukum postif tertulis yang ada serasi satu dengan yang lainnya guna menciptakan keadilan dan kepastian hukum.
3. Sumber Data Penelitian
Pengumpulan data adalah bagian penting dalam suatu penelitian,karena dengan pengumpulan data akan diperoleh data yang diperlukan untuk selanjutnya dianalisis sesuai kehendak yang diterapkan.Dalam penelitian ini menggunakan metode pengumpulan data kepustakaan.24Penelitian kepustakaan dilakukan dengan cara menghimpun data dengan melakukan penelaahan bahan kepustakaan atau data sekunder yang meliputi bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum tertier.25
24Bambang Sunggono,Metodologi Penelitian hukum,Suatu Pengantar,(Jakarta:PT Raja Grafindo Persada 2003),hlm 10
25Soejono Soekanto dan Sri Manudji,Penelitian Hukum Normatif Suatu Tingkatan Singkat,(Jakarta:Raja Grafindo Indonesia, 1995),hlm 38
Data Sekunder diperoleh melalui studi pustaka atau literatur,Data sekunder tersebut meliputi:
1. Bahan Hukum Primer ,yang merupakan bahan hukum yang mengikat berupa peraturan perundang-undangan dan putusan pengadilan ,yang antara lain dari:
a. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (Burgelijk Wetboek);
b. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2009 tentang BENDERA, BAHASA, DAN LAMBANG NEGARA, SERTA LAGU KEBANGSAAN
c. Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Barat dalam perkara no 451/Pdt.G/2012/PN.Jkt.Bar mengenai perkara permohonan membatalkan perjanjian menggunakan bahasa asing.
e. Undang undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 2. Bahan Hukum Sekunder
Bahan hukum sekunder,merupakan bahan hukum yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer sebagaimana yang terdapat dalam kumpulan pustaka yang bersifat sebagai penunjang dari bahan hukum primer,yang terdiri dari :
a. Buku-buku;
b. Jurnal-jurnal;
c. Majalah-majalah;
d. Artikel-artikel media;
e. Dan berbagai tulisan lainnya.
3. Bahan Hukum Tersier atau bahan non hukum,yaitu berupa kamus,ensiklopedia dan lain lain.26
4. Teknik dan Alat Pengumpulan Data
Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan metode Penelitian Kepustakaan (liberary research).Studi kepustakaan dilakukan untuk mengumpulkan data sekunder melalui pengkajian terhadap peraturan perundang-undangan,literatur literatur,tulisan tulisan para pakar hukum,bahan kuliah yang berkaitan dengan penelitian ini27
5. Analisis Data
Analisis data merupakan proses mengorganisasikan dan mengurai data ke dalam pola,kategori dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesa kerja seperti yang disarankan data.28
Analisa data yang digunakan dalam penelitian tesis ini adalah analisa data kualitatif yaitu analisa data yang tidak mempergunakan angka angka tetapi berdasarkan atas peraturan perundang-undangan,pandangan-pandangan informan hingga dapat menjawab permasalahan dari penelitian ini.
Semua data yang diperoleh disusun secara sistematis,diolah dan diteliti serta dievaluasi.Kemudian data dikelompokkan atas data yang sejenis,untuk kepentingan analisis, sedangkan evaluasi dan penafsiran dilakukan secara kualitatif yang dicatat satu persatu untuk dinilai kemungkinan persamaan jawaban.Oleh karena itu data yang
26Mukti Fajar ND dan Yulianto Achmad, Dualisme Penelitian Hukum Normatif dan Empiris, (Jakarta :Pustaka Pelajar) hlm. 156-159
27Riduan,Metode & Teknik Menyusun Tesis,( Bandung : Bina Cipta,2004),hlm 97.
28Lexi J Maleonf,Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung:Remaja Rosdakarya,1993) hlm 103
telah dikumpulkan kemudian diolah,dianalisa secara kualitatif dan diterjemahkan secara logis sistematis untuk selanjutnya ditarik kesimpulan dengan menggunakan pendekatan deduktif.Kesimpulan adalah merupakan jawaban khusus atas permasalahan yang diteliti,sehingga diharapkan akan memberikan solusi atas pemasalahan dalam penelitian ini.
BAB II
PENGGUNAAN DAN PENGATURAN BAHASA TERHADAP KONTRAK INTERNASIONAL YANG MEMEGANG PRINSIP ASAS ASAS
DALAM HUKUM KONTRAK
A. Tinjauan Umum Tentang Kontrak
1. Pengertian Kontrak dan Asas Asas dalam Hukum Kontrak
Argumentasi kritis mengenai penggunaan istilah kontrak atau perjanjian disumbangkan oleh Peter Mahmud Marzuki29dengan melakukan perbandingan terhadap pengertian kontrak atau perjanjian dalam Anglo-American.Sistematika Buku III tentang Verbintenissenrecht ( hukum Perikatan) mengatur mengenai overeenkomst yang kalau diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia berarti perjanjian.Istilah kontrak merupakan terjemahan dari Bahasa Inggris Contract.Didalam konsep Kontinental,penempatan pengaturan perjanjian pada Buku III BW Indonesia tentang Hukum Perikatan mengindikasikan bahwa perjanjian memang berkaitan dengan masalah Harta Kekayaan(Vermogen).Pengertian perjanjian ini mirip dengan contract pada konsep Anglo-American yang selalu berkaitan dengan bisnis.Didalam pola pikir Anglo-American,perjanjian yang bahasa Belanda-nya overeenkomst,dalam Bahasa Inggris disebut agreement yang mempunyai pengertian lebih luas dari contract,karena mencakup hal-hal yang berkaitan dengan bisnis atau bukan bisnis.Untuk agreement yang berkaitan dengan bisnis disebut dengan contract,sedangkan untuk yang tidak terkait dengan bisnis hanya disebut agreement.
29 Peter Mahmud Marzuki, “Batas-batas Kebebasan Berkontrak”, artikel dalam Jurnal Yuridika, Volume 18 No.3, Mei Tahun 2003, hlm. 195-196.
Dalam pengertian sederhana, perjanjian/kontrak adalah kesepakatan antara dua orang atau lebih tentang sesuatu hal,baik dibuat secara tertulis atau lisan. Para pihak yang membuat perjanjian/kontrak,masing-masing mempunyai hak dan kewajiban terhadap pihak lainnya.30 Perjanjian dituangkan dalam akta otentik dan akta dibawah tangan.
Akta otentik dibuat oleh pejabat yang berwenang, akta otentik sebagai alat bukti yang mengikat dan sempurna mempunyai peranan penting dalam setiap hubungan dalam kehidupan masyarakat terutama dalam hubungan bisnis seperti perbankan, sosial dan lain lain, semata mata semua perjanjian dibuat untuk mendapat kepastian dan perlindungan hukum,jadi jelas antara hak dan kewajiban para pihak itu memang betul-betul berada dibawah perlindungan undang-undang. Notaris menjadi pejabat yang berwenang membuat Akta Otentik yang ditunjuk secara yuridis oleh pemerintah, sedangkan akta dibawah tangan dapat dibuat oleh para pihak, dipersiapkan secara pribadi dan bukan dihadapan notaris atau pejabat resmi lainnya, akta dibawah tangan berlandaskan pada asas kebebasan berkontrak jadi meskipun tidak dibuat oleh Notaris sebagai pejabat yang berwenang tetapi tetap sah dengan berpegang pada prinsip asas kebebasan berkontrak. Dari pengertian diatas antara kontrak, perjanjian dan akta menyangkut dengan maksud dan pengertian adalah sama.
Setiap warga Negara Indonesia memiliki Hak Konstitusi untuk mewujudkan kesejahteraan dirinya sebagai wujud demokrasi ekonomi yang berlaku di Indonesia berdasarkan UUD 1945. Kesejahteraan seseorang sebagai indikator untuk
30Yuniman Rijan dan Ira Koesoemawati ”cara mudah membuat surat perjanjian/kontrak+
CD” (Jakarta :Niaga Swadaya, 2009) hlm. 5.
mewujudkan kemakmuran, berkaitan dengan siapa yang akan memperoleh kemakmuran dan bagaimana memperoleh kemakmuran itu.
Di samping itu, pemenuhan kebutuhan seseorang akan benda ekonomi sangat berkaitan dengan kepemilikan. Masalah kepemilikan merupakan bagian terbesar dari kewenangan hukum yang mengaturnya,31
Berdasarkan pendekatan sistem, norma hukum yang dianut di dalam KUH Perdata, perjanjian adalah bagian dari hukum harta kekayaan. Artinya semua perjanjian pada dasarnya adalah berkaitan dan berhubungan dengan kekayaan yang mempunyai nilai ekonomi yaitu yang dapat dijadikan objek perdagangan (in de handel).32 Oleh karena itulah, perjanjian merupakan titel untuk memperoleh dan mengalihkan kekayaan dari dan untuk seseorang.
Pada dasarnya setiap orang bebas melakukan perjanjian Asas asas dalam hukum kontrak harus dipenuhi yakni :
1. Asas Hukum kontrak bersifat mengatur
Hukum dilihat dari daya mengikatnya,umumnya dibagi atas dua kelompok, yaitu:
a. hukum memaksa;
b. hukum mengatur;
Hukum bersifat memaksa maksudnya adalah kaidah kaidah hukum yang dalam keadaan konkrit tidak dapat dikesampingkan.Hukum memaksa ini wajib
31Save M.Dagun, Pengantar Filsafat Ekonomi, (Jakarta, Rineka Cipta, 1992), hlm., 82.
32Pasal 1332 KUHPerdata : yang dapat dijadikan objek perjanjian adalah semua benda yang dapat diperdagangkan.Benda yang dapat diperdagangkan mempunyai arti bahwa benda tersebtu adalah sesuatu yang mempunyai nilai ekonomi.
diikuti oleh setiap warga negara dan tidak dimungkinkan membuat aturan yang menyimpang dari aturan aturan yang ditetapkan dalam hukum yang bersifat memaksa. Hukum memaksa ini umumnya termasuk dalam bidang hukum publik.
Hukum bersifat mengatur maksudnya hukum dalam keadaan konkrit dapat dikesampingkan oleh para pihak dengan memubat pengaturan tersendiri yang disepakati oleh para pihak tersebut. Hukum bersifat mengatur ini umumnya terdapat dalam lapangan hukum perjanjian/hukum kontrak (Buku III KUHPerdata). Jadi dalam hal ini, jika para pihak mengatur lain,maka aturan yang dibuat oleh para pihaknya yang berlaku.
2. Asas Mengikat Sebagai Undang undang.
Asas pacta sunt servanda berarti perjanjian bersifat mengikat secara penuh karenanya harus ditepati.Hukum kontrak di Indonesia menganut prinsip ini sebagaimana diatur dalam pasal 1338 KUH Perdata.Pasal 1338 KUH Perdata “semua persetujuan yang secara sah berlaku sebagai Undang undang bagi mereka yang membuatnya”. Berdasarkan pasal ini,daya mengikat kontrak sama seperti undang undang bagi para pihak yang menyepakati.Semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang undang bagi mereka yang membuatnya dan perjanjian perjanjian itu tidak dapat ditarik kembali selain dengan kesepakatan para pihak atau karean alasan aslasan yang telah ditetapkan oleh undang undang. Dan perjanjian harus dilakukan dengan etikad baik.Suatu hal yang penting yang patut diperhatikan bahwa, perjanjian tidak hanya mengikat untuk hal hal yang dengan tegas dinyatakan didalamnya, tetapi juga untuk segala sesuatu yang menurut sifat perjanjian diharuskan
oleh kepatutan atau kebiasaan undang undang.Pemuatan dua asas hukum,yaitu asas kebebasan berkontrak dan asas mengikat sebagai undang undang didalam satu pasal yang sama menurut logika hukum berarti :
a. Kedua asas hukum tersebut tidak boleh bertentangan satu dengan yang lainya.
b. Kontrak baru akan mengikat sebagai undang undang bagi para pihak dalam kontak tersebut apabila didalamnya terpenuhi asas kebebasan berkontrak yang terdiri atas lima macam kebebasan.
Asas bahwa para pihak harus memenuhi apa yang mereka terima sebagai kewajiban masing masing karena persetujuan merupakan undang undang bagi pihak pihak yang mengadakan dan kekuatan mengikatnya dianggap sama dengan kekuatan undang undang,sehingga istilah Pacta Sun Servanda berarti “janji itu mengikat”.Terikatnya para pihak pada perjanjian itu tidak semata mata terbatas pada apa yang diperjanjikan,akan tetapi juga terhadap beberap unsur lain sepanjang dikehendaki oleh kebiasaan dan kepatutan secara moral.33
3. Asas Konsensualisme
Asas ini mempunyai pengertian bahwa suatu kontrak sudah sah dan mengikat pada saat tercapai kata sepakat para pihak,tentunya sepanjang kontrak tersebut memenuhi syarat sah yang ditetapkan dalam Pasal 1320 KUH Perdata.Asas konsensual tidak berlaku pada perjanjian formal.Perjanjian formal maksudnya adalah perjanjian yang memerlukan tindakan tindakan formal tertentu,misalnya Perjanjian
33 Mariam Darus Badrulzaman, dkk, Kompilasi Hukum Perikatan, (Bandung:PT.Citra AdytiaBakti , 2001), hlm.88.
Jual beli tanah,formalitas yang diperlukan adalah pembuatannya dalam Akta PPAT.Dalam perjanjian formal,suatu perjanjian akan mengikat setelah terpenuhi tindakan tindakan formal dimaksud.
Subekti dalam bukunya Hukum Perjanjian menyatakan bahwa menurut ajaran yang lazim dianut sekarang, perjanjian harus dianggap dilahirkan pada saat dimana pihak yang melakukan penawaran (efferter) menerima yang termaktub dalam surat tersebut, sebab detik itulah dapat dianggap sebagai detik lahirnya kesepakatan.
Bahwasannya mungki ia tidak membaca menjadi tanggungjawabnya sendiri. Ia dianggap sepantasnya membaca surat surat yang diterimanya dalam waktu yang sesingkat singkatnya.34Menurut Wirjono Prododikoro sebagaimana yang dikutip oleh Ridwan Syahrini, ontvangs theorie dan verneming theorie dapat dikawinkan sedemikian rupa, yaitu dalam keadaan biasa perjanjian harus dianggap terjadi pada saat surat penerimaan sampai pada alamat penawar (ontvangs theorie), tetapi dalam keadaan luar biasa kepada si penawar diberikan kesempatan untuk membuktikan bahwa itu mungkin dapat mengetahui isi surat penerimaan pada saat surat itu sampai dialamatnya, melainkan baru beberapa hari kemudian atau beberapa bulan kemudian, misalnya karena bepergian atau sakit keras.35
Asas ini juga dapat ditemukan dalam pasal 1338 KUH Perdata, dalam istilah
“semua” Kata kata “semua” menunjukkan bahwa setiap orang diberi kesempatan
34Subekti, Hukum Perjanjian, (Jakarta: Intermasa, Cet VI. 1979), hlm.29-30.
35Riduan Syahrani, Seluk Beluk dan Azas-azas Hukum Perdata,(Bandung :Alumni Bandung ,2000), hlm.216