TESIS Oleh
HEMA YOSI FIDIANA 137011097/M.Kn
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
2015
TESIS
Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Magister Kenotariatan Pada Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum
Universitas Sumatera Utara
Oleh
HEMA YOSI FIDIANA 137011097/M.Kn
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
2015
Nomor Pokok : 137011097 Program Studi : Kenotariatan
Menyetujui Komisi Pembimbing
(Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH, MS, CN)
Pembimbing Pembimbing
(Prof. Dr. Syafruddin Kalo, SH, MHum) (Dr. T. Keizerina Devi A, SH, CN, MHum)
Ketua Program Studi, Dekan,
(Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH, MS, CN) (Prof. Dr. Runtung, SH, MHum)
Tanggal lulus : 21 Agustus 2015
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua : Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH, MS, CN Anggota : 1. Prof. Dr. Syafruddin Kalo, SH, MHum
2. Dr. T. Keizerina Devi A, SH, CN, MHum 3. Dr. Dedi Harianto, SH, MHum
4. Dr. Jelly Leviza, SH, MHum
Program Studi : Magister Kenotariatan FH USU
Judul Tesis : ANALISIS HUKUM ATAS PERJANJIAN KERJASAMA TRANSPORTASI ANGKUTAN BBM MODA MOBIL TANGKI ANTARA PT. PERTAMINA (PERSERO) DENGAN PT. MITRA WAHYU PRAKASA DI TBBM DUMAI DAN TBBM SIAK.
Dengan ini menyatakan bahwa Tesis yang saya buat adalah asli karya saya sendiri bukan Plagiat, apabila dikemudian hari diketahui Tesis saya tersebut Plagiat karena kesalahan saya sendiri, maka saya bersedia diberi sanksi apapun oleh Program Studi Magister Kenotariatan FH USU dan saya tidak akan menuntut pihak manapun atas perbuatan saya tersebut.
Demikianlah surat pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya dan dalam keadaan sehat.
Medan,
Yang membuat Pernyataan
Nama : HEMA YOSI FIDIANA Nim : 137011097
(Persero), karena PT. Mitra Wahyu Prakasa telah memenangkan tender untuk bekerjasama dengan PT. PERTAMINA (Persero) maka terbentuklah kerja sama diantara kedua belah pihak, dan untuk mengetahui bentuk perjanjian diantara kedua belah pihak maka penelitian tentang Perjanjian Kerja Sama Transportasi Angkutan BBM Moda Mobil Tangki antara PT. PERTAMINA (Persero) dengan PT. Mitra Wahyu Prakasa di Tbbm Dumai dan Tbbm Siak dipandang perlu untuk dianalisis.
Meneliti masalah tersebut diatas teori yang digunakan adalah teori tanggung jawab oleh Hans kelsen dan didukung dengan teori kebebasan berkontrak yang diatur dalam KUHPerdata menyatakan bahwa setiap orang bebas untuk mengadakan perjanjian, sebagaimana tercermin dari Pasal 1338 digunakan untuk meneliti isi dari perjanjian kerja sama transportasi angkutan BBM moda mobil tangki antara PT.
PERTAMINA (Persero) dengan PT. Mitra Wahyu Prakasa yang telah disepakati dalam bentuk baku Jenis penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode yuridis normatif yang bersifat deskriptip analitis dengan menggunakan data sekunder.
Dari hasil penelitian maka dapat diambil kesimpulan bahwa Perjanjian Kerja sama Transportasi Angkutan BBM moda mobil tangki tidak dibuat dalam bentuk Akta otentik karena Pihak PT. PERTAMINA (Persero) menginginkan perjanjian yang dibuat dalam jumlah yang tidak lebih dari satu untuk banyak perusahaan transportasi angkutan di banyak daerah dengan penyelesaian yang cepat sehingga berusaha untuk mengefisienkan biaya, waktu dan tenaga maka Perjanjian kerja sama transportasi PT.
PERTAMINA (Persero) dengan PT. Mitra Wahyu Prakasa dibuat dalam perjanjian baku yang dibuat oleh PT. PERTAMINA (Persero) dan disetujui oleh PT. Mitra Wahyu Prakasa, yang perjanjian transportasi tersebut telah ditetapkan oleh PT. PERTAMINA (Persero) Region I Medan, tetapi di dalam perjanjian tidak memberikan keseimbangan antara hak dan kewajiban, karena kedudukan pihak PERTAMINA dalam hak lebih mendominasi sedangkan untuk kewajiban dan larangan lebih memberatkan PT.Mitra Wahyu Prakasa. Akibat hukum yang timbul apabila salah satu pihak tidak melaksanakan isi perjanjian kerja sama transportasi angkutan BBM moda mobil tangki adalah jika akibat dari wanprestasi maka sanksi administratif berupa teguran, skorsing, ganti rugi, pemutusan hubungan kerja sama dari PT. PERTAMINA (Persero) dan sanksi Pidana, akibat dari kahar (force majeure) maka dibebaskan dari tanggung jawab atas kegagalan dan/atau keterlambatan dalam melaksanakan kewajibannya.
Kata Kunci : Pengangkutan BBM Moda Mobil Tangki, Perjanjian Baku, Otentik
MitraWahyuPrakasa had won the tender for collaborating with PT Pertamina (Persero), the collaboration between the two parties was established. In order to find out the content of the contract, it was necessary to analyze the cooperative agreement between the two parties.
The research used the theory of Responsibility by Hans Kelsen, supported by the theory of Freedom to Make a Contract stipulated in the Civil Code which states that every individual is free to make an agreement as it is stipulated in Article 1338.
They were used to analyze the content of the cooperative contract on BBM transportation between PT Pertamina (Persero) and PT MitraWahyuPrakasa in a standard form. Te research also used judicial normative and descriptive analytic by using secondary data.
The conclusion of the research was that the contract on BBM mode transportation of tank trucks was not made in authentic deed. Here, PT Pertamina (Persero) wanted only one contract for many transportation companies in many areas quickly in order to save money, time, and energy. Therefore, the contract between the two parties was made by PT Pertamina (Persero) Region 1, Medan in a standard contract. The problem was that there was no balance between the right and the obligation since PT Pertamina (Persero) was more dominant than PT MitraWahyuPrakasa. The legal consequence was that when one of the parties breached of contract (default), there would the sanctions of warning, suspension, indemnity, termination of cooperative relationship from PT Pertamina (Persero), and criminal sanction. The consequence of force majeure was that here would be no responsibility for the failure and/or the lateness in carrying out the duties.
Keywords: BBM Mode Transportation of Tank Truck, Standard Contract, Authentic
KERJA SAMA TRANSPORTASI ANGKUTAN BBM MODA MOBIL TANGKI ANTARA PT. PERTAMINA (PERSERO) DENGAN PT. MITRA WAHYU PRAKASA DI TBBM DUMAI DAN TBBM SIAK”.
Penulisan tesis ini merupakan salah satu persyaratan yang harus dipenuhi untuk memperoleh gelar Magister Kenotariatan (MKn) Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.
Dalam penulisan tesis ini banyak pihak yang telah memberikan bantuan dukungan moril berupa masukan dan saran, sehingga penulisan tesis ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Oleh sebab itu, ucapan terimakasih yang mendalam penulis sampaikan secara khusus kepada yang terhormat Bapak Prof. Dr.
Muhammad Yamin, SH, MS, CN, selaku ketua Komisi Pembimbing, Bapak Prof.
Dr. Syafruddin Kalo, SH, M.Hum, dan Ibu Dr. T. Keizerina Devi A, SH, CN, M.Hum, selaku komisi pembimbing yang telah dengan tulus ikhlas memberikan bimbingan dan arahan untuk kesempurnaan penulisan tesis ini sejak tahap kolokium, seminar hasil, sampai pada tahap ujian tesis ini, sehingga penulisan tesis ini menjadi lebih sempurna dan terarah.
Selanjutnya di dalam penulisan tesis ini penulis banyak memperoleh bantuan baik berupa pengajaran, arahan dan bahan informasi dari semua pihak. Untuk itu pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan rasa terimakasih yang sedalam- dalamnya kepada:.
1. Bapak Prof. Subhilhar, Ph.D, selaku Pejabat Rektor Universitas Sumatera Utara atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan kepada Penulis untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan Program Studi Magister Kenotariatan pada Fakultas
Studi Magister Kenotariatan Universitas Sumatera Utara
5. Bapak Dr. Dedi Harianto, SH, M.Hum, selaku Dosen Penguji Program Studi Magister Kenotariatan Universitas Sumatera Utara.
6. Bapak Dr. Jelly Leviza, SH, M.Hum, selaku Dosen Penguji Program Studi Magister Kenotariatan Universitas Sumatera Utara.
7. Seluruh Dosen Universitas Sumatera Utara, khususnya Bapak dan Ibu Guru Besar dan Staff Pengajar Program Magister Kenotariatan Universitas Sumatera Utara, yang telah memberikan ilmu pengetahuan yang sangat bermanfaat selama penulis mengikuti pendidikan.
8. Seluruh Staff Pegawai di Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, yang telah banyak memberikan bantuan kepada penulis selama ini.
9. Kedua orang tua tercinta Ayahanda Suwidodo dan Ibunda Evi Yosita, Ibu Mertua tercinta Hj. Siti Jahrah serta nenek Hj. Siti Maimonah, atas segala rasa sayang dan cinta yang tidak terbatas sehingga menjadi dukungan untuk penulis dalam menyelesaikan tesis ini.
10. Motivator terbesar dalam hidup penulis yang selalu memberikan cinta, kasih sayang dan doa bagi penulis, suami tercinta Abdul Mufakher, SH, serta ananda tersayang Aldika Fama Reynanda.
11. Bapak Amrizal, selaku Direktur PT. Mitra Wahya Prakasa, terimakasih atas arahan dan informasi yang diberikan kepada penulis.
12. Bapak Notaris/PPAT Yusrizal SH, terimakasih banyak atas ilmu, arahan, masukan, dan informasi yang diberikan kepada penulis
Universitas Sumatera Utara angkatan 2013, terimakasih untuk kekompakannya selama ini dan juga untuk setiap motivasi yang diberikan kepada penulis dalam penyelesaian tesis ini.
16. Semua pihak yang telah membantu penulisan tesis ini yang tidak dapat disebut satu persatu.
Penulis berharap semua bantuan dan kebaikan yang telah diberikan kepada penulis mendapat balasan dari Tuhan Yang Maha Esa agar selalu dilimpahkan kebaikan, kesehatan, kesejahteraan dan rezeki yang berlimpah kepada kita semua.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tulisan ini masih jauh dari sempurna, namun penulis berharap kiranya tesis ini dapat memberikan manfaat kepada semua pihak.
Medan, Agustus 2015 Penulis
HEMA YOSI FIDIANA
Tempat/ Tgl Lahir : Magelang / 26 Oktober 1981
Status : Menikah
Alamat : Grand Nusa Setia Budi B.12 Medan.
II. ORANG TUA
Nama Bapak : Suwidodo
Nama Ibu : Evi Yosita
Nama Suami : Abdul Mufakher
Nama Anak : Aldika Fama Reynanda
III. PENDIDIKAN
1. SDN JurangOmbo 4 Magelang : 1988-1994
2. SMPN 2 Magelang : 1994-1997
3. SMUN 3 Magelang : 1997-2000
4. S1 FH Universitas Muhammadiyah Magelang : 2000-2004 5. S2 Kenotariatan USU Medan : 2013-2015
KATA PENGANTAR... iii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... vi
DAFTAR ISI... vii
DAFTAR ISTILAH ... xi
DAFTAR SINGKATAN ... xii
BAB I PENDAHULUAN... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Perumusan Masalah ... 9
C. Tujuan Penelitian ... 9
D. Manfaat Penelitian ... 10
E. Keaslian Penelitian... 11
F. Kerangka Teori dan Konsepsi... 14
1. Kerangka Teori ... 14
2. Konsepsi... 25
G. Metode Penelitian... 29
1. Sifat dan Jenis Penelitian ... 31
2. Tekhnik Pengumpulan Data... 32
3. Alat Pengumpulan Data ... 35
4. Analisa Data... 35
BAB II PERJANJIAN KERJA SAMA TRANSPORTASI ANGKUTAN BBM MODA MOBIL TANGKI ANTARA PT. PERTAMINA (PERSERO) DENGAN PT. MITRA WAHYU PRAKASA MENGGUNAKAN PERJANJIAN BAKU... 37
A. Perjanjian Secara Umum... 37
1. Pengertian Perjanjian ... 37
d. Suatu sebab yang halal... 49
4. Syarat Yang Tidak Dibenarkan Dalam Perjanjian... 51
5. Hapusnya Perjanjian ... 52
6. Asas-Asas Hukum Dalam Perjanjian... 54
B. Perbandingan Perjanjian Baku dengan Perjanjian Akta Otentik... 56
1. Dari Segi Pengertian ... 56
2. Dari Segi Bentuknya ... 59
3. Dari Segi Pembuktian ... 63
4. Dari Segi Kesepakatan ... 65
C. Perjanjian Kerja sama Transportasi Angkutan BBM Moda Mobil Tangki antara PT PERTAMINA (Persero) dengan PT Mitra Wahyu Prakasa yang Menggunakan Perjanjian Baku 66 1. Isi Perjanjian Kerja sama Transportasi Angkutan BBM Moda Mobil Tangki ... 67
2. Bentuk Perjanjian Baku Kerjasama Transportasi Angkutan BBM Moda Mobil Tangki... 71
D. Alasan Perjanjian Kerja sama Transportasi Angkutan BBM Moda Mobil Tangki Antara PT. PERTAMINA (Persero) dengan PT. Mitra Wahyu Prakasa Menggunakan Perjanjian Baku ... 73
BAB III KETENTUAN TENTANG HAK DAN KEWAJIBAN ANTARA PT. PERTAMINA (PERSERO) DENGAN PT. MITRA WAHYU PRAKASA DALAM PERJANJIAN TRANSPORTASI BBM MODA MOBIL TANGKI... 79 A. Hak dan Kewajiban PT. PERTAMINA (Persero) Dalam
Perjanjian Kerja sama Transportasi Angkutan BBM Moda
Moda Mobil Tangki ... 82 B. Hak dan Kewajiban PT. Mitra Wahyu Prakasa Dalam
Perjanjian Kerja sama Transportasi Angkutan BBM Moda Mobil Tangki... 83 1. Hak PT. Mitra Wahyu Prakasa Dalam Perjanjian Kerja
sama Transportasi Angkutan BBM Moda Mobil Tangki 83 2. Kewajiban PT. Mitra Wahyu Prakasa Dalam Perjanjian
Kerja sama Transportasi Angkutan BBM Moda Mobil Tangki ... 83 C. Analisis Penerapan Asas Keseimbangan Kedudukan Hak
Dan Kewajiban Para Pihak Dalam Perjanjian Kerja sama Transportasi Angkutan BBM Moda Mobil Tangki... 88 BAB IV AKIBAT HUKUM YANG TIMBUL APABILA PT. MITRA
WAHYU PRAKASA TIDAK MELAKSANAKAN ISI PERJANJIAN KERJA SAMA TRANSPORTASI ANGKUTAN BBM MODA MOBIL TANGKI... 94 A. Kepastian Hukum Dalam Perjanjian... 94 B. Akibat Hukum Yang Timbul Apabila PT. Mitra Wahyu
Prakasa Tidak Melaksanakan Isi Perjanjian Kerja sama Transportasi Angkutan BBM Moda Mobil Tangki ... 96 1. Akibat Hukum Wanprestasi ... 98
a. Sanksi Administratif Pada PT. Mitra Wahyu Prakasa ... 98 b. Sanksi Pidana Pada PT. Mitra Wahyu Prakasa... 105 2. Akibat Hukum Karena Force Majeur... 109 C. Pemutusan Hubungan Usaha Secara Sepihak Pada PT. Mitra
Wahyu Prakasa Yang Tidak Memenuhi Kewajibannya ... 110
DAFTAR PUSTAKA... 122 LAMPIRAN
5. Integrated Approach : Menggunakan Pendekatan Terpadu
6. Revenue : Pendapatan.
7. Delivery Order : Nota Penyerahan
8. Contract Liability : Pertanggungjawaban Kontrak 9. Product Liability : Tanggung jawab Produk.
10. Profesional Liability : Tanggung jawab Profesional.
11. Criminal Liability : Tanggung jawab Pidana.
12. Overeenkomst : Perjanjian / Persetujuan (Bahasa Belanda) 13. Pacta Sunt Servanda : Undang-Undang Bagi Para Pihak Yang
Membuatnya
14. Wilsoveerenstemming : Persesuaian Kehendak / Kata Sepakat 15. Good Coorporate Governance : Tata Kelola Pemerintah Yang Baik
16. Crude Oil : Minyak Bumi
17. Ospchortendevoorwade : Perikatan Bersyarat
18. Tijdshepaling : Perikatan Yang Digantungkan Pada Suatu Ketetapan Waktu.
19. Hoofdelijk : PerikatanTanggung Menanggung.
20. Strafbeding : Perikatan Dengan Penetapan Hukum.
21. Consensuil : Timbal Balik.
22. NatuurlijkPersoon : Makhluk Pribadi.
23. EagenRichting : Main Hakim Sendiri.
24. Standard Contract : Perjanjian Standar.
25. Real Bargaining : Mengutarakan Kehendaknya.
26. ID Card : Kartu Tanda Pengenal.
3. TBBM : Tempat Bahan Bakar Minyak
4. DO : Delivery Order
5. PT : Perseroan Terbatas
6. UU : Undang-Undang
7. Jo : Juncto
8. PPAT : Pejabat Pembuat Akta Tanah 9. UUJN : Undang-Undang Jabatan Notaris
10. KPTS : Keputusan
11. APD : Alat Pelindung Diri.
12. DPC : Dewan Pimpinan Cabang.
13. HISWANA MIGAS : Himpunan Wiraswasta Nasional Minyak dan Gas.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
PT. PERTAMINA (Persero) didirikan dengan maksud untuk meningkatkan baik produktivitas, efektifitas serta efisiensi operasi perminyakan nasional di dalam wadah suatu integrated oil company dengan satu manajemen yang sempurna dan guna mewujudkan tujuan penyelenggaraan kegiatan usaha minyak dan gas bumi tersebut, maka pemerintah melimpahkan kewenangannya kepada salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN), yaitu PT. PERTAMINA (Persero) untuk melaksanakan kegiatan yang mencakup pengusahaan pertambangan minyak dan gas bumi, berikut pendistribusiannya ke seluruh pelosok tanah air.
Pada awal pembentukannya dan sampai saat ini PT. PERTAMINA (Persero) telah menunjukkan kinerja dan hasil yang cukup baik. PT.
PERTAMINA (Persero) telah mampu memulai dan memasuki era baru sebagai real player dalam industri migas nasional dan internasional.1
Penerapan bentuk Contract Production Sharing mendorong laju pertumbuhan yang cukup berarti karena intensnya hubungan dan exposure
1 Syaiful Bahri, Hukum Migas, (Jakarta: Kreasi Total Media, 2012),hal 134
sehubungan dengan kehadiran dan kerjasama dengan pihak asing dan teknologi mutakhir disamping itu semakin meningkatnya kepercayaan kontraktor asing untuk menanamkan modalnya yang terlihat dari banyaknya Contract Production Sharing yang telah ditandatangani sehingga kegiatan eksplorasi dan produksipun meningkat.2
Peningkatan kinerja PT. PERTAMINA (Persero) juga terlihat dalam pengembangan sektor pengolahan, pengangkutan dan pemasaran serta distribusi minyak dalam negeri. Kilang pengolahan terus dibangun untuk menjawab peningkatan kebutuhan bahan bakar minyak selanjutnya disebut BBM nasional yang meningkat terus seiring dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi nasional. Bidang pemasaran telah meliputi pemasaran dalam dan luar negeri dan mencakup berbagai produk sesuai dengan semakin beragamnya produk yang dihasilkan oleh kilang-kilang pengolahan PT. PERTAMINA (Persero). Bidang pemasaran ini mempunyai peran penting dalam menjamin peningkatan dan kelangsungan jumlah uang yang diterima / pendapatan (revenue) dari sumber daya minyak dan gas bumi.
Sifat monopoli distribusi dalam negeri PT. PERTAMINA (Persero) secara langsung maupun tidak langsung mendukung
2 Ibid hal 34-35
keberhasilan PT. PERTAMINA (Persero), dalam mengemban tugas distribusi Bahan Bakar Minyak (BBM). Hambatan nyata dalam masalah distribusi di Indonesia adalah besar dan menyebarnya lokasi yang umumnya belum terhubungkan dengan baik sehingga menyebabkan distribusi bukanlah pekerjaan yang mudah dan dapat dilakukan oleh siapa saja tetapi dengan monopoli yang menggunakan pendekatan terpadu (integrated approach) masalah ini dapat diatasi dengan baik.3
Mengingat luasnya wilayah yang harus di jangkau oleh PT.
PERTAMINA (Persero) dalam pendistribusian BBM mengharuskan PT.
PERTAMINA (Persero) melakukan kerja sama dengan pihak ketiga sebagai mitra kerja atau dalam praktek di kenal dengan stasiun pengisian bahan bakar untuk umum (SPBU) oleh karenanya transportasi di bidang pengangkutan Bahan Bakar Minyak (BBM) mempunyai peranan yang sangat strategis di dalam perkembangan industri yang berhubungan dengan kelancaran pengiriman BBM dari Depo PT. PERTAMINA (Persero) ke lokasi industri.
3 Rudi M Simamora, Hukum Minyak dan Gas Bumi, (Jakarta : Djambatan, 2000), hal 33
Peranan pengangkutan moda4mobil tangki dalam membawa BBM ke lokasi industri untuk kepentingan para konsumen sangat dibutuhkan yaitu dengan adanya jasa pengangkutan diharapkan adanya pemerataan kebutuhan terhadap BBM menurut kebutuhannya dan pemerataan harga di seluruh lokasi kegiatan ekonomi masyarakat.
Seperti halnya daerah Dumai dan Siak yang begitu luas maka untuk kelancaran pengiriman BBM ke lokasi industri membutuhkan transportasi pengangkutan BBM, dan untuk kelancaran itu PT.
PERTAMINA (Persero) membutuhkan agen-agen yang dapat menjadi penyalur BBM PT. PERTAMINA (Persero), karenanya permohonan kerjasama dari PT Mitra Wahyu Prakasa dalam hal pengangkutan BBM ke Tbbm Dumai dan Tbbm Siak diterima oleh PT. PERTAMINA (Persero).
PT. Mitra Wahyu Prakasa disetujui PT. PERTAMINA (Persero) sebagai agennya karena PT. Mitra Wahyu Prakasa telah memenangkan
4Ridwan Khairandy, dan kawan-kawan, Pengantar Hukum Dagang Indonesia, (Yogyakarta : Gama Media, 1999), hal 196, Secara garis besarnya pengangkutan moda diklasifikasikan sebagai berikut :
1. Pengangkutan darat
a. Pengangkutan melalui jalan (raya) yang diselenggarakan oleh perusahaan angkutan jalan raya
b. Pengangkutan dengan kereta api.
2. Pengangkutan laut 3. Pengangkutan udara
tender diantara perusahaan lain yang ingin bekerjasama dengan PT.
PERTAMINA (Persero) dan memenuhi standar kelengkapan dan keabsahan dokumen yang disahkan Dirjen Migas serta kelengkapan armada mobil tangki untuk pendistribusian Bahan Bakar Minyak (BBM).
Hubungan kerjasama PT. PERTAMINA (Persero) dengan PT Mitra Wahyu Prakasa termasuk melaksanakan program pemerintah yang bertujuan untuk proses pendistribusian minyak kepada konsumen berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, dan asas kebebasan berkontrak merupakan inti daripada perjanjian kerja sama ini yang mengandung pengertian bahwa para pihak bebas memperjanjikan apa saja asalkan tidak bertentangan dengan undang-undang, ketertiban umum dan kesusilaan.
Pada dasarnya suatu perbuatan hukum seperti pelaksanaan pengangkutan BBM industri yang dilakukan antara perusahaan pengangkutan dengan pengelola industri mengharapkan terjadinya kelancaran hubungan bisnis. Oleh karena itu, dalam pengangkutan BBM industri tersebut tidak cukup dengan adanya kata sepakat dari kedua belah pihak secara lisan, dengan di landasi atas saling percaya mempercayai saja, tetapi harus di buat dalam bentuk perjanjian secara tertulis.
PT. PERTAMINA (Persero) mempunyai banyak agen di setiap daerah pelosok tanah air, dan untuk wilayah daerah Dumai dan Siak perjanjian ditetapkan oleh PT. PERTAMINA (Persero) Region I Medan.
Berdasarkan bentuk perjanjian baku tersebut maka pihak PT. Mitra Wahyu Prakasa jika menginginkan kerjasama dengan PT. PERTAMINA (Persero) harus menyetujui segala isi dari perjanjian yang telah ditetapkan PT. PERTAMINA (Persero) tanpa ada negosiasi dalam isi perjanjian yang disepakati tersebut.
Pelaksanaan perjanjian tranportasi angkutan BBM Moda yang dibuat dalam bentuk baku secara sepihak oleh PT. PERTAMINA (Persero) disetujui oleh PT. Mitra Wahyu prakasa tidak disalahkan tetapi belum tentu juga perjanjian tersebut telah mewujudkan keseimbangan hak dan kewajiban bagi kedua belah pihak, walaupun isi perjanjian tersebut telah mengatur hak dan kewajiban para pihak, yang mana hak dan kewajiban tersebut akan menimbulkan tanggung jawab dan akibat hukum yang telah diatur dengan jelas tetapi dalam prakteknya banyak hal yang terjadi tidak sesuai dengan apa yang telah diperjanjikan seperti dari sisi pihak pengangkut BBM menghadapi masalah mengenai waktu pembayaran yang telah ditetapkan, jumlah pembayaran yang seharusnya dan cara pembayaran yang harus dilakukan yaitu tunai atau kredit, dan hal
ini merupakan tanggung jawab pihak PT. PERTAMINA (Persero) sedangkan dari sisi pihak PT. PERTAMINA (Persero) menghadapi masalah mengenai kapasitas BBM yang diangkut PT. Mitra Wahyu Prakasa tidak sesuai dengan Delivery Order (DO) atau nota penyerahan BBM atau surat pengantar pengirim BBM yang dikeluarkan PT.
PERTAMINA (Persero), artinya volume BBM yang diangkut sampai ke tempat tujuan harus sesuai dengan Delivery Order (DO) dari PT.
PERTAMINA (Persero), apabila terjadi penyusutan volume BBM maka penyusutan ini menjadi tanggung jawab pihak pengangkut dalam hal ini PT. Mitra Wahyu Prakasa.
Penyusutan volume BBM bisa saja terjadi akibat perubahan suhu dingin di lokasi pembongkaran, untuk itulah perlu adanya kesepakatan perjanjian antara PT. PERTAMINA (Persero) dengan PT. Mitra Wahyu Prakasa.
Setiap perjanjian kerjasama ini harus dilakukan dengan dasar itikad baik dan rasa kepercayaan satu dengan yang lain yang saling mengikatkan diri, yang merupakan asas dalam hukum perjanjian ini untuk mencapai satu sisi tujuan hukum.5 Oleh karena itu sisi kepastian hukum
5 Soedjono Dirdjosisworo, Misteri Dibalik Kontrak Bermasalah, (Bandung : Mandar Maju, 2002), hal 10
dapat dicapai apabila isi perjanjian dilaksanakan secara tegas dan adil dan dibuat dihadapan pejabat umum yang berwenang dimana perjanjian tersebut dibuat yaitu perjanjian dalam bentuk akta otentik.
Perjanjian Pengangkutan BBM industri yang dibuat secara tertulis dalam bentuk otentik itu akan mengikat hak dan kewajiban dari para pihak. Hal ini sesuai ketentuan Pasal 1313 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, “bahwa perjanjian atau persetujuan adalah suatu perbuatan dimana satu orang atau lebih mengikatkan diri terhadap satu orang lain atau lebih untuk saling melaksanakan kewajiban”. Sebaliknya apabila dalam pelaksanaan perjanjian tersebut tidak melakukan kewajiban yang disepakati maka timbullah pelanggaran dalam hukum.
tetapi PT. PERTAMINA (Persero) masih menggunakan bentuk perjanjian baku sampai sekarang dengan agen-agennya walaupun masih ada bentuk perjanjian yang lebih kuat yaitu akta otentik dan tentunya PT.
PERTAMINA (Persero) memiliki alasan-alasan yang kuat untuk tetap menggunakan perjanjian dalam bentuk baku dengan agen-agennya.
Hal tersebutlah yang menjadi latar belakang penulisan tesis ini yang berjudul Analisis Hukum Atas Perjanjian Kerja Sama Transportasi Angkutan BBM Moda Mobil Tangki antara PT. PERTAMINA (Persero)
dengan PT. Mitra Wahyu Prakasa di Tbbm Dumai dan Tbbm Siak sehingga perlu dilakukan penelitian.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada bagian latar belakang di atas, maka beberapa hal yang menjadi pokok permasalahan dalam penelitian ini yaitu:
1. Mengapa perjanjian kerja sama transportasi angkutan BBM moda mobil tangki antara PT. PERTAMINA (Persero) dengan PT. Mitra Wahyu Prakasa menggunakan perjanjian baku ?
2. Bagaimanakah ketentuan tentang hak dan kewajiban antara PT.
PERTAMINA (Persero) dengan PT. Mitra Wahyu Prakasa dalam perjanjian kerja sama transportasi angkutan BBM moda mobil tangki?
3. Bagaimana akibat hukum yang timbul apabila PT. Mitra Wahyu Prakasa tidak melaksanakan isi perjanjian kerja sama transportasi angkutan BBM moda mobil tangki?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan di atas, maka tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui alasan perjanjian kerja sama transportasi angkutan BBM moda mobil tangki antara PT. PERTAMINA (Persero) dengan PT. Mitra Wahyu Prakasa menggunakan perjanjian baku.
2. Untuk mengetahui ketentuan tentang hak dan kewajiban antara PT.
PERTAMINA (Persero) dengan PT. Mitra Wahyu Prakasa dalam perjanjian kerja sama transportasi angkutan BBM moda mobil tangki 3. Untuk mengetahui akibat hukum yang timbul apabila PT. Mitra Wahyu
Prakasa tidak melaksanakan isi perjanjian kerja sama transportasi angkutan BBM moda mobil tangki.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi:
1. Secara Teoritis penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan terhadap perkembangan ilmu hukum perdata khususnya mengenai perjanjian Kerja Sama Transportasi Angkutan BBM Moda Mobil Tangki antara PT. PERTAMINA (Persero) (Persero) dengan PT. Mitra Wahyu Prakasa
2. Dari segi Praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan pemahaman dan pedoman bagi praktisi hukum dikalangan Mahasiswa, Instansi, dan masyarakat umum yang ingin mengetahi bentuk kerja
sama dan pelaksanaannya di lapangan di bidang transportasi angkutan BBM antara PT. PERTAMINA (Persero) (Persero) Dengan PT. Mitra Wahyu Prakasa.
E. Keaslian Penelitian
Berdasarkan informasi yang ada dan penelusuran kepustakaan, khususnya di lingkungan Sarjana Magister Kenotariatan Universitas Sumatera Utara, judul yang penulis angkat mengenai Analisis Hukum Perjanjian Kerja Sama Transportasi Angkutan BBM Moda Mobil Tangki Antara PT. PERTAMINA (Persero) Dengan PT. Mitra Wahyu Prakasa di Tbbm Dumai dan Tbbm Siak sepengetahuan penulis belum pernah ada yang melakukan penelitian sebelumnya. Karena itu penelitian ini baik dari segi objek permasalahan, subtansi adalah asli dan dapat dipertanggung jawabkan secara Akademis dan Ilmiah, adapun judul yang pernah dibahas adalah:
1. Nova Dame Ria, Nim 087011163, Mahasiswa Magister Kenotariatan, Program Pascasarjana USU, dengan judul “ Tinjauan Yuridis Tentang Hak Dan Kewajiban Pengangkut Dalam Perjanjian Pengangkutan BBM Industri”, dengan permasalahan:
a. Bagaimana ketentuan tentang hak dan kewajiban pengangkut dalam perjanjian pengangkutan BBM Industri?
b. Bagaimana pelaksanaan tentang pemenuhan hak-hak pengangkut BBM Industri?
c. Bagaimana pelaksanaan tentang pemenuhan kewajiban pengangkut BBM Industri?
2. Kartika Puri Mandasari, Nim 097011073, Mahasiswa Magister Kenotariatan, Program Pascasarjana USU, dengan judul “Akibat Hukum Atas Pelaksanaan Perjanjian Kerjasama Produsen PT. Pupuk Sriwidjaja Dengan Distributor Pupuk (Cabang Daerah Sumatera Utara)” dengan permasalahan:
a. Bagaimana bentuk kerjasama antara Produsen PT. Pupuk Sriwidjaja dengan Distributor pupuk dalam menyalurkan pupuk?
b. Bagaimana akibat hukum yang ditimbulkan dalam perjanjian kerjasama yang dilakukan produsen PT. Pupuk Sriwidjaja dengan Distributor pupuk apabila telah melanggar ketentuan klausula dalam perjanjian?
c. Bagaimana upaya penyelesaian sengketa PT. Pupuk Sriwidjaja dengan Distributor pupuk yang mengadakan hubungan kerjasama akibat tidak memenuhi kewajiban kalusula dalam hukum perjanjian?
3. Olga Annemarie Depari, Nim 017011049, Mahasiswa Magister Kenotariatan, Program Pascasarjana USU, dengan judul “Tanggung Jawab Perusahaan Pengiriman Barang Dalam Pengiriman Barang Paket Dengan Klausul Eksonerasi (Studi Kasus di ELTEHA Internasional LTD Cabang Medan” dengan permasalahan:
a. Bagaimana kekuatan hukum klausul eksonerasi dalam perjanjian pengiriman barang yang dibuat secara sepihak?
b. Upaya hukum apa yang dapat dilakukan oleh pihak kedua (pemakai jasa) apabila terjadi kehilangan atau keterlambatan barang paket oleh perusahaan pengiriman barang dengan klausul eksonerasi?
c. Bagaimana tanggung jawab perusahaan pengiriman barang dalam membayar ganti rugi atas pengiriman barang paket dengan klausul eksonerasi?
4. Ramadani Fitria Manurung, Nim 097011096, Mahasiswa Magister Kenotariatan, Program Pascasarjana USU, dengan judul “Pelaksanaan Perjanjian Baku Dalam Perjanjian Pengangkutan Barang Melalui Perusahaan Angkutan Darat Di Kota Medan (Studi Di Perusahaan Pengangkutan Barang Cv. Asi Murni)” dengan permasalahan:
a. Mengapa dalam pelaksanaan perjanjian pengangkutan barang melalui angkutan darat antara konsumen dengan CV. Asi Murni menggunakan perjanjian baku?
b. Bagaimana tanggung jawab pengangkut dalam pelaksanaan perjanjian pengangkutan?
c. Bagaimana perlindungan hukum terhadap konsumen akibat hilang atau rusaknya barang dalam perjanjian pengangkutan antara CV. Asi Murni dengan Konsumen
F. Kerangka Teori dan Konsepsi 1. Kerangka Teori
Perkembangan ilmu hukum tidak terlepas dari teori hukum sebagai landasannya dan tugas teori hukum adalah untuk “menjelaskan nilai-nilai hukum dan postulat-postulatnya hingga dasar-dasar filsafatnya yang paling dalam, sehingga penelitian ini tidak terlepas dari teori-teori ahli hukum yang dibahas dalam bahasa dan sistem pemikiran para ahli hukum sendiri”.6
6 W. Friedman, Teori dan Filsafat Umum, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 1996), hal 2
Kerangka teori adalah kerangka pemikiran atau butir-butir pendapat mengenai sesuatu kasus atau permasalahan (problem) yang menjadi bahan perbandingan dan pegangan teoretis. Kerangka teori merupakan susunan dari beberapa anggapan, pendapat, cara, aturan, asas, keterangan sebagai satu kesatuan yang logis menjadi landasan, acuan dan pedoman untuk mencapai tujuan,7 sedangkan teori adalah penjelasan mengenai gejala yang terdapat dalam dunia fisik tersebut tetapi merupakan suatu abstraksi intelektual dimana pendekatan secara rasional digabungkan dengan pengalaman empiris.8
Teori hukum merefleksikan perjuangan hukum berada diantara tradisi dan kemajuan, stabilitas dan perubahan, kepastian dan keleluasaan.
Sepanjang objek hukum adalah menciptakan ketertiban, maka penekanannya diletakkan pada kebutuhan akan stabilitas dan kepastian.
Pada umumnya teori-teori hukum dan para ahli hukum cenderung untuk lebih menekannya pada stabilitas dari pada perubahan.9.
7Abdulkadir Muhammad, Hukum dan Penelitian Hukum, (Bandung : PT. Citra Aditya Bakti, 2004), hal 72-73
8M. Solly Lubis, Filsafat Ilmu dan Penelitian, (Bandung : CV. Mandar Maju), 1994, hal 27
9 W. Friedman, Legal Theory, Third Edition, (London : Stevens dan Sons Limited,1953), hal 37
Bagi suatu penelitian, teori10 dan kerangka teori mempunyai kegunaan. Kegunaan tersebut paling sedikit mencakup hal-hal sebagai berikut:11
a. Teori tersebut berguna untuk lebih mempertajam fakta;
b. Teori sangat berguna di dalam klasifikasi fakta;
c. Teori merupakan ikhtiar dari hal-hal yang diuji kebenarannya
Dalam setiap penelitian harus disertai dengan pemikiran-pemikiran teoretis, teori dalam suatu penjelasan yang berupaya untuk menyederhanakan pemahaman mengenai suatu fenomena atau teori merupakan simpulan dari rangkaian suatu fenomena menjadi sebuah penjelasan terutama mengenai Perjanjian Kerja Sama Transportasi Angkutan BBM Moda Mobil Tangki Antara PT. PERTAMINA (Persero) dengan PT. Mitra Wahyu Prakasa di Tbbm Dumai dan Tbbm Siak.
Adapun kerangka teori yang digunakan sebagai pisau analisis dalam penelitian ini adalah teori tanggung jawab hukum didukung dengan teori kebebasan berkontrak
10Snelbecker mendefinisikan Teori sebagai perangkat propsisi yang terintegrasi secara sintaksis atau yang mengikuti aturan-aturan tertentu yang dapat dihubungkan secara logis satu dengan lainnya dengan tata dasar yang dapat diamati dan berfungsi sebagai wahana untuk meramalkan dan menjelaskan fenomena yang diamati. Dalam Snelbecker dalam Lexy j Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2002), hal 34
11Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta : UI Press, 1981), hal 121
Mengenai tanggung jawab hukum, Hans Kelsen dalam teorinya tentang tanggung jawab menyatakan, “bahwa seseorang bertanggung jawab secara hukum atas perbuatan tertentu atau bahwa dia memikul tanggung jawab hukum, subyek berarti bahwa dia bertanggung jawab atas suatu sanksi dalam hal perbuatan yang bertentangan”.12
Selanjutnya tanggung jawab13menurut Hans Kelsen adalah:
a. Pertanggungjawaban individu yaitu seorang individu yang bertanggung jawab terhadap pelanggaran yang dilakukannya sendiri.
b. Pertanggungjawaban kolektif berarti bahwa seorang individu bertanggung jawab atas pelanggaran yang dilakukan oleh orang lain
c. Pertanggungjawaban berdasarkan kesalahan yang berarti bahwa seseorang individu bertanggung jawab atas pelanggaran yang dilakukannya karena sengaja dan diperkirakan dengan tujuan menimbulkan kerugian
d. Pertanggungjawaban mutlak yang berarti bahwa seorang individu bertanggung jawab atas pelanggaran yang dilakukannya karena tidak sengaja dan tidak diperkirakan.
Menurut Johanes Gunawan teori pertanggung jawaban hukum dengan struktur yaitu:14
a. Contract Liability
Pertanggungjawaban kontrak adalah tanggung jawab perdata atas dasar perjanjian/kontrak dari pelaku usaha (baik barang maupun jasa) atas
12 Hans Kelsen, sebagaimana yang diterjemahkan oleh Somardi, General Theory Of Law and State, Teori Umum Hukum Dan Negara, Dasar-Dasar Ilmu Hukum Normatif Sebagai Ilmu Hukum Deskriptif-Empiris, (Jakarta : BEE Media Indonesia, 2007), hal 8
13 Tanggung Jawab adalah Keadaan wajib menanggung segala sesuatunya, apabila ada sesuatu hal, boleh dituntut, dipersalahkan, diperbolehkan dan sebagainya., Departemen Pendidikan dan kebudayaan, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka, 1996), hal 1014
14 Johannes Gunawan, Hukum Tentang Perlindungan Konsumen, (Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, 2003), hal 25
kerugian yang dialami konsumen akibat mengkonsumsi barang yang dihasilkan atau memanfaatkan jasa yang diberikan.
b. Product Liability
Tanggung jawab produk adalah tanggung jawab para produsen untuk produk yang dibawanya ke dalam peredaran, yang menimbulkan atau menyebabkan kerugian karena cacat yang melekat pada produk tersebut.
c. Profesional Liability
Tanggung jawab professional adalah tanggung jawab hukum (legal liability) dalam hubungan dengan jasa professional yang diberikan kepada klien.
d. Criminal Liability
Tanggung jawab pidana yang mengatur tentang tindak pidana atau perbuatan pidana dalam Undang-Undang Perlindungan Konsumen.
Dalam hubungan perjanjian kerja sama transportasi angkutan BBM moda mobil Tangki antara PT. PERTAMINA (Persero) dengan PT.
Mitra Wahyu Prakasa walaupun perjanjian dalam bentuk baku tetapi tetap harus memperhatikan segala ketentuan yang berlaku dan harus dijaga segala prinsip umum dalam kontrak tersebut yaitu hak dan kewajiban masing-masing pihak harus terlindungi untuk mencegah terjadinya perselisihan kepentingan para pihak, untuk itu hak dan kewajiban dalam perjanjian kerja sama transportasi angkutan BBM moda mobil Tangki antara PT. PERTAMINA (Persero) dengan PT. Mitra Wahyu Prakasa harus secara tegas diatur dalam perjanjian yang mengikat para pihak untuk bertanggung jawab sesuai dengan isi perjanjian yang ditegaskan. Karena pada dasarnya hak dan kewajiban yang diatur akan menimbulkan tanggung jawab.
Teori kebebasan berkontrak dalam perjanjian sebagaimana yang diatur dalam KUHPerdata menyatakan bahwa setiap orang bebas untuk mengadakan perjanjian, sebagaimana tercermin dari Pasal 1338 ayat 1 KUHPerdata.
a. Adanya aturan yang bersifat umum membuat individu mengetahui perbuatan apa yang boleh dan perbuatan apa yang tidak boleh dilakukan.
b. Berupa keamanan hukum bagi individu dari kesewenang-wenangan pemerintah karena adanya aturan hukum yang bersifat umum itu individu dapat mengetahui apa saja yang boleh dibebankan atau dilakukan oleh negara terhadap individu.
Sebuah teori harus diuji dengan menghadapkannya kepada fakta- fakta yang kemudian harus dapat menunjukkan kebenarannya. Teori kebebasan berkontrak menjelaskan bahwa suatu perjanjian adalah proses interaksi atau hubungan hukum dari dua perbuatan hukum yaitu penawaran oleh pihak yang satu dan penerimaan oleh pihak lainnya sehingga tercapai kesepakatan untuk menentukan isi perjanjian yang akan mengikat kedua belah pihak.15
Definisi perjanjian telah diatur dalam Pasal 1313 KUHPerdata, yaitu bahwa “perjanjian atau persetujuan adalah suatu perbuatan dimana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih.” Kata persetujuan tersebut merupakan terjemahan dari perkataan
15Sudarsono, Pengantar Ilmu Hukum, (Jakarta : Rineka Cipta, 1995), hal 49
overeenkomst dalam bahasa Belanda. Kata overeenkomst tersebut lazimnya diterjemahkan juga dengan kata perjanjian. Jadi persetujuan dalam Pasal 1313 KUHPerdata tersebut, sama artinya dengan perjanjian.
Teori kebebasan berkontrak digunakan untuk meneliti isi dari perjanjian kerja sama transportasi angkutan BBM moda mobil tangki antara PT. PERTAMINA (Persero) dengan PT. Mitra Wahyu Prakasa yang telah disepakati, dalam bentuk baku yakni dibuat oleh satu pihak dan disepakati pihak lain, hal ini diperbolehkan asalkan pihak kedua menyetujui kesepakatan tersebut, namun kebebasan dalam suatu perjanjian yang dibuat juga memiliki batasan-batasan sesuai dengan norma-norma dan aturan hukum yan berlaku.
Menurut Pasal 1338 ayat (1) KUHPerdata menyatakan bahwa semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya dalam hal ini perjanjian antara PT.
PERTAMINA (Persero) dan PT. Mitra Wahyu Prakasa walaupun bentuk perjanjian baku tetapi apabila telah disepakati berarti sah harus dilaksanakan isinya seperti Undang-Undang bagi PT. PERTAMINA (Persero) dan PT. Mitra Wahyu Prakasa, karena dalam perjanjian tersebut terkandung asas yaitu:
a. Konsensualisme adalah perjanjian itu telah terjadi jika telah ada consensus antara pihak-pihak yang mengadakan kontrak.
b. Kebebasan berkontrak, artinya seseorang bebas mengadakan perjanjian, bebas mengenai apa yang diperjanjikan, bebas pula menentukan bentuk kontraknya.
c. Pacta sunt servanda, artinya kontrak itu merupakan undang-undang bagi para pihak yang membuatnya (mengikat).
Adapula yang berpendapat bahwa perjanjian tidak sama dengan persetujuan, persetujuan merupakan terjemahan dari overeenkomst sedangkan perjanjian terjemahan dari toestemming yang ditafsirkan sebagai wilsoveerenstemming (persesuaian kehendak/kata sepakat).16
Perbedaaan pandangan diatas, timbul karena adanya sudut pandang yang berbeda, yaitu pihak yang satu melihat objeknya dari perbuatan, yang dilakukan oleh subjek hukumnya, sedangkan pihak yang lain meninjau dari sudut hubungan hukum. Selanjutnya inti dari suatu perjanjian adalah adanya prestasi yang harusn dipenuhi. Pada umumnya literature yang ada membagi prestasi ke dalam tiga macam, sebagaimana yang diatur dalam Pasal 1234 BW, yaitu: menyerahkan sesuatu, berbuat
16 Sudikno Mertokusumo, Hukum Acara Perdata Indonesia, (Yogyakarta:
Liberty, 1985), hal. 97.
sesuatu, dan tidak berbuat sesuatu. Namun, Ahmadi Minru, tidak sependapat dengan pembagian tersebut karena, apa yang disebut sebagai macam-macam prestasi tersebut bukan wujud prestasi tetapi hanya cara- cara melakukan prestasi yakni:
a. Prestasi yang berupa barang, cara melaksanakannya adalah menyerahkan suatu (barang);
b. Prestasi yang berupa jasa, cara melaksanakannya adalah dengan berbuat sesuatu;
c. Prestasi yang berupa tidak berbuat sesuatu, cara pelaksaannya adalah dengan bersikap pasif yaitu tidak berbuat sesuatu yang dilarang dalam perjanjian
Walaupun pada umumnya prestasi para pihak secara tegas ditentukan dalam kontrak, prestasi tersebut juga dapat lahir karena diharuskan oleh kebiasaan, kepatutan, atau undang-undang. Oleh karena itu, prestasi yang harus dilakukan oleh para pihak telah ditentukan dalam perjanjian atau diharuskan oleh kebiasaan, kepatutan atau undang-undang, tidak dilakukannya prestasi tersebut berarti telah terjadi ingkar janji atau disebut wanprestasi.17 Hal tersebut diatas kemungkinan mengakibatkan beberapa tuntutan yaitu:18
a. Pembatalan kontrak saja;
b. Pembatalan kontrak disertai tuntutan ganti rugi;
17Ibid, hal. 70
18Ibid, hal. 75
c. Pemenuhan kontrak saja;
d. Pemenuhan kontrak disertai tuntutan ganti rugi
Pembagian atas empat kemungkinan tuntutan tersebut diatas, sekaligus merupakan pernyataan ketidaksetujuan Ahmadi Minru, atas pendapat yang membagi atas lima kemungkinan, yaitu pendapat yang masih menambahkan satu kemungkinan lagi, yaitu “penuntutan ganti rugi saja” karena tidak mungkin seorang penuntut ganti rugi saja yang lepas dari kemungkinan dipenuhinya kontrak atau batalnya kontrak karena dibatalkan atau dipenuhinya kontrak merupakan dua kemungkinan yang harus dihadapi para pihak dan tidak ada pilihan lain sehingga tidak mungkin ada tuntutan ganti rugi yang berdiri sendiri sebagai akibat dari suatu wanprestasi. Tuntutan apa yang harus di tanggung oleh pihak yang wanprestasi tersebut tergantung pada jenis tuntutan yang dipilih oleh pihak yang dirugikan. Bahkan apabila tuntutan itu dilakukan dalam bentuk gugatan di Pengadilan, pihak wanprestasi tersebut juga dibebani biaya perkara.19
Perjanjian dalam Pengangkutan dipersamakan dengan kewajiban seseorang yang harus memberikan suatu barang berdasarkan perikatan memberikan sesuatu yang diatur dalam Pasal 1234 dan Pasal 1235 Kitab
19Ibid, hal 75-76
Undang-Undang Hukum Perdata yaitu kewajiban untuk menyimpan dan memelihara barang tersebut, penggantian kerugian apabila pengangkut melalaikan kewajibannya, maka pada umumnya akan diwajibkan membayar ganti rugi.20
PT. Mitra Wahyu Prakasa sebagai pengangkut dalam hal ini diwajibkan mengganti segala kerugian yang disebabkan karena melakukan wanprestasi dari isi perjanjian yang telah disepakti, hal ini adalah akibat hukum dari tanggung jawab 21 Oleh karena itu dalam perjanjian pengangkutan BBM industri bahwa pihak pengangkut BBM Industri bertanggung jawab atas volume dan kualitas BBM yang diangkut dan juga bertanggung jawab terhadap orang-orang yang dipekerjakan untuk pengangkutan BBM tersebut seperti supir dan kernet mobil tangki pengangkut BBM tersebut, pertanggungjawaban PT. Mitra Wahyu Prakasa tersebut adalah kepada PT. PERTAMINA (Persero) sedangkan PT. PERTAMINA (Persero) dalam hal ini harus menjamin ketersediaan BBM di Dumai dan di Siak.
Dalam teori kebebasan berkontrak pada perjanjian pengangkutan BBM antara PT Mitra Wahyu Prakasa dengan PT. PERTAMINA
20Subekti, Aneka Perjanjian, (Bandung : Alumni, 2001), hal 107
21Purwosutjipto, Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia, Jilid 4, (Jakarta : Djambatan, 1998), hal 1-2
(Persero) menjelaskan bahwa dalam perjanjian tersebut telah menerapkan prinsip good coorporate governance terutama prinsip pertanggungjawaban, yaitu bahwa PT. PERTAMINA (Persero) bukanlah sebagai pemain tunggal sekaligus regulator dan operator dalam bidang usaha minyak dan gas bumi Indonesia oleh karenya PT. PERTAMINA (Persero) juga membutuhkan kerja sama dengan perusahaan lain untuk dapat mendistribusikan minyak secara merata di Indonesia.
2. Konsepsi
Konsepsi adalah salah satu bagian terpenting dari teori, peranan konsepsi dalam penelitian ini untuk menggabungkan teori dengan observasi, antara abstrak dengan kenyataan. Konsep diartikan sebagai kata yang menyatukan abstraksi yang digeneralisasikan dari hal-hal yang khusus yang disebut definisi operasional.22
Menurut Burhan Ashofa, suatu konsep merupakan abstraksi mengenai suatu fenomena yang dirumuskan atas dasar generalisasi dari jumlah karakteristik kejadian, keadaan, kelompok atau individual tertentu.23
22Samadi Suryabrata, Metodologi Penelitian, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 1998), hal 31.
23 Burhan Ashofa, Metodologi Penelitian Hukum, (Jakarta : Rineka Cipta, 1996), hal 19
Dalam bahasa Latin, kata conceptus (didalam bahasa Belanda:
begrip atau pengertian merupakan hal yang di mengerti. Pengertian bukanlah merupakan definisi yang didalam bahasa latin adalah definition.
Definisi tersebut berarti rumusan (didalam bahasa Belanda: onshrijving) yang pada hakikatnya merupakan suatu bentuk ungkapan pengertian disamping aneka bentuk lain yang dikenal didalam epistimologi atau teori ilmu pengetahuan.24Dalam konsepsi diungkapkan beberapa konsepsi atau pengertian yang akan dipergunakan sebagai dasar penelitian hukum.25
Disini terlihat dengan jelas, bahwa suatu konsepsi pada hakikatnya merupakan suatu pengarah, atau pedoman yang lebih konkrit dari kerangka teoritis (tinjauan pustaka) yang sering kali masih bersifat abstrak.26
Untuk dapat menjawab permasalahan dalam penelitian tesis ini perlu didefinisikan beberapa konsep dasar dalam rangka menyamakan persepsi agar secara operasional dapat dibatasi ruang lingkup variabel yang sesuai dengan tujuan penelitian yang telah ditentukan. Konsep itu adalah sebagai berikut:
24Konsep berbeda dengan teori, di mana teori biasanya terdiri dari pernyataan yang menjelaskan hubungan kausal antara dua variabel atau lebih. Noeg Muhajir, Metodologi Penelitian Kualitatif, Edisi III, (Yogyakarta : Roke Sarasni, 1996), hal 22-23
25 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum ,Op. Cit, hal 21
26 Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum, Op. Cit. hal. 30
a. Perjanjian pengangkutan BBM industri adalah pelaksanaan pengirim BBM yang dibeli pihak industri dari Depo PT. PERTAMINA (Persero) yang diangkut oleh perusahaan mobill tangki pengangkut BBM dibuat dalam bentuk perjanjian secara tertulis.
b. Perjanjian Kerja sama adalah perjanjian di mana dua orang atau lebih saling berjanji untuk melakukan sesuatu atau tidak melakukan suatu perbuatan tertentu yang menimbulkan hubungan hukum akibat adanya hak dan kewajiban.27
c. Perjanjian Baku adalah perjanjian yang isinya hanya ditetapkan sepihak oleh pihak yang posisi ekonominya lebih kuat, dan pihak lain karena terdorong kebutuhan hanya menerima isi dari perjanjian tersebut tanpa ada negosiasi:28
d. Akta di bawah tangan adalah perjanjian yang dibuat dalam bentuk yang tidak ditentukan oleh Undang-Undang tanpa perantara atau tidak dihadapan Pejabat yang berwenang sehingga kekuatan pembuktiannya
27 Abdul R. Saliman, Hukum Bisnis Untuk Perusahaan Teori Dan Contoh Kasus, (Jakarta : Kencana, 2014), hal 39
28Mariam Darus Badrulzaman, Kompilasi Hukum Perikatan, (Bandung : Citra Adtya Bakti, 2001), hal 1
hanya sepanjang para pihak mengakuinya atau tidak ada penyangkalan dari salah satu pihak.29
e. Minyak Bumi atau Crude Oil adalah hasil proses alami berupa hidrokarbon yang dalam kondisi tekanan dan temperatur atmosfer berupa fasa cair atau padat, termasuk aspal, lilin mineral atau ozokerit,30 dan bitumen31yang diperoleh dari proses penambangan, tetapi tidak termasuk batu bara atau endapan hidrokarbon32 lain yang berbentuk padat yang diperoleh dari kegiatan yang tidak berkaitan dengan kegiatan usaha minyak dan gas bumi33
f. BBM industri adalah pembedaan terhadap jenis minyak yang di butuhkan industri dan harga yang ditentukan PT. PERTAMINA (Persero) bagi pihak pengelola industri.
g. Perseroan Terbatas adalah badan hukum yang merupakan persekutuan modal, didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham dan
29 Habib Adjie, Sanksi Perdata Dan Administratif Terhadap Notaris Sebagai Pejabat Publik, (Bandung : Refika Aditama, 2013), hal 49
30Adalah lilin mineral berwarna cokelat tua yang mengandung bahan mineral dan minyak.
31 Adalah bahan pengikat pada campuran beraspal yang dimanfaatkan sebagai lapis permukaan dan lapis perkerasan lentur.
32 Adalah senyawa yang terdiri dari unsur atom karbon (C) plus atom hydrogen (H)
33 Syaiful Bahri, Op Cit, hal 278
memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam Undang-Undang serta peraturan pelaksananya.34
h. PT. Mitra Wahyu Prakasa adalah perusahaan pengangkut (mobil tangki) sebagai agen pihak swasta yang menerima BBM dari PT. PERTAMINA (Persero).
i. PT. PERTAMINA (Persero) adalah perusahaan yang didirikan dengan maksud untuk meningkatkan produktivitas, efektivitas serta efisiensi operasi perminyakan nasional di dalam wadah suatu integrated oil company dengan satu manajemen yang sempurna.35
G. Metode Penelitian
Secara etimologi metode diartikan sebagai jalan atau cara melakukan atau mengerjakan sesuatu, metode berasal dari bahasa Yunani
"Methodos" yang artinya "Jalan Menuju", bagi kepentingan ilmu pengetahuan, metode merupakan titik awal menuju proposisi-proposisi akhir dalam bidang pengetahuan tertentu.36 Maka penelitian hukum merupakan suatu kegiatan ilmiah yang didasarkan pada metode,
34 Engga Prayogi dan RN Super Team, 233 Tanya Jawab Seputar Hukum Bisnis, (Jakarta : Pustaka Yustisia, 2011), hal 51
35 Syaiful Bahri, Hukum Migas, Op Cit, hal 34
36Bahder Johan Nasution, Metode Penelitian Hukum, (Bandung : CV. Mandar Maju, 2008), hal 13.
sistematika dan pemikiran tertentu yang bertujuan untuk mempelajari satu atau beberapa gejala hukum tertentu dengan jalan menganalisanya, di samping itu juga diadakan pemeriksaan yang mendalam terhadap fakta hukum tersebut, untuk kemudian mengusahakan suatu pemecahan atas permasalahan-permasalahan yang timbul dalam gejala yang bersangkutan37, maka dalam metode penelitian merupakan cara dan prosedur yang sistematis dan terorganisir untuk menyelidiki suatu masalah tertentu dengan maksud mendapatkan informasi untuk digunakan sebagai solusi atas masalah, oleh karena itu metode merupakan keseluruhan langkah ilmiah yang digunakan untuk menemukan solusi atas suatu masalah.38
Pemilihan suatu metodologi yang baik untuk suatu penelitian tergantung kepada sasaran penelitian, bahan yang tersedia, kondisi yang meliputi kegiatan penelitian, dan terutama jenis informasi yang diperlukan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut:
37 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta : UI Press, 2007), hal. 43.
38 Ulber Silalahi, Metode Penelitian Sosial, (Bandung : PT. Refika Aditamam, 2009), hal 12.
1. Sifat dan Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat deskriptif analitis39maksudnya menjelaskan dan menganalisis hukum baik dalam bentuk teori maupun praktek di lapangan,40dalam hal ini perjanjian antara PT. PERTAMINA (Persero) dengan PT. Mitra Wahyu Prakasa mengenai perjanjian pengangkutan BBM di daerah Dumai dan Siak
Jenis penelitian ini mempergunakan metode yuridis normatif,41 dimulai analisis terhadap isi perjanjian yang dibuat dalam bentuk baku oleh PT.PERTAMINA (Persero) yang disetujui oleh PT. Mitra Wahyu Prakasa yang dihubungkan dengan peraturan perundang-undangan yang terkait dengan peraturan perusahaan, perjanjian, yang satu dengan lainnya dihubungkan untuk meneliti isi dari suatu perjanjian.
39 Deskriptif analitis artinya penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan secara cermat karakteristik dari fakta-fakta (individu, kelompok atau keadaan), dan untuk menentukan frekwensi sesuatu yang terjadi. Lihat Rianto Adi, Metode Penelitan Sosial dan Hukum, (Jakarta : Granit, 2000), hal. 58. Dengan penelitian yang bersifat deskriptif dimaksudkan untuk melukiskan keadaan objek atau peristiwa, dalam Sutrisno Hadi, Metodologi Research, (Yogyakarta : Andi Offset, 1989), hal. 3
40 Soerjono Soekanto, Op Cit, hal 63
41Yuridis Normatif, Menurut Ronald Dworkin, penelitian hukum normatif ini disebut juga dengan penelitian doctrinal (doctrinal research) yaitu Suatu penelitian yang menganalisis baik hukum sebagai law as written in the bok, maupun hukum sebagai law as it decided by judge through judical process, Ronald Dworkin dalam Bismar Nasution, Metode Penelitian Hukum Normatif dan Perbandingan hukum dan Hasil Penulisan Hukum pada Majalah Akreditasi, Fakultas Hukum USU tanggal 18 Februari 2003, hal 2, dalam Lila Nasution, Analisis Hukum Penggabungan Beberapa Bank Pemerintah Menjadi Bank Mandiri, Fakultas Ilmu Hukum Bisnis, USU, 2003, hal 35.
2. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data merupakan salah satu tahapan dalam proses penelitian yang sifatnya mutlak untuk dilakukan karena data merupakan sumber yang akan diteliti. Pengumpulan data dalam penelitian ini mempergunakan data sekunder yang diperoleh dengan cara sebagai berikut:
a. Studi Kepustakaan (library research)
Studi kepustakaan merupakan suatu metode pengumpulan data yang dilakukan dengan membaca bahan-bahan hukum yang ada relevansinya dengan topik pembahasan atau masalah yang akan diteliti, baik bahan primer maupun bahan sekunder.
Data Sekunder adalah data yang diperoleh dari dokumen publikasi, artinya data sudah dalam bentuk jadi42atau data kepustakaan yang dikenal dengan bahan hukum dalam yang terdiri dari 3 (tiga) kelompok, yaitu:
1) Bahan hukum primer merupakan bahan hukum yang bersifat autoritatif artinya mempunyai otoritas. Bahan-bahan hukum primer terdiri dari perundang-undangan, catatan-catatan resmi atau risalah
42I Made Wirartha, Pedoman Penulisan Usulan Penelitian Skripsi Dan Tesis, (Yogyakarta : Andi, 2006), hal. 34.
dalam pembuatan perundang-undangan dan putusan-putusan hakim.43 Dalam hal ini yang berkaitan dengan perjanjian, dan perseroan, meliputi:
a) Kitab Undang-Undang Hukum Perdata b) Kitab Undang-Undang Hukum Dagang.
c) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.
d) Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara (BUMN).
e) Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Migas
f) Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa
g) Petunjuk Tekhnis PT. PERTAMINA (Persero) yang terkait dengan perjanjian pengangkutan bahan bakar minyak.
2) Bahan hukum sekunder merupakan semua publikasi tentang hukum yang bukan merupakan dokumen-dokumen teks, kamus-kamus
43Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, (Jakarta : Kencana, 2010), hal.
141.
hukum, jurnal-jurnal hukum44 Yang meliputi bahan hukum sekunder dalam penelitian ini adalah :
a) Kepustakaan mengenai hukum perjanjian.
b) Kepustakaan mengenai hukum perseroan.
c) Kepustakaan mengenai hukum migas
3) Bahan hukum tersier adalah bahan hukum yang mendukung bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder dengan memberikan pemahaman dan pengertian atas bahan hukum lainnya, misalnya:
Kamus Besar Bahasa Indonesia dan Kamus Hukum serta majalah yang terkait dengan perjanjian pengangkutan BBM industri
b. Penelitian Lapangan (Field research)
Wawancara dilakukan langsung dengan informan yaitu:
1). Karyawan PT. Mitra Wahyu Prakasa, yang diwakili oleh 2 (dua) orang.
2). Pegawai PT. PERTAMINA (Persero), yang diwakili oleh 2 (dua) orang
3). Notaris, yang diwakili oleh 1 (satu) orang
44 Ibid
3. Alat Pengumpulan Data
Ada beberapa alat pengumpulan data dalam penelitian ini, yaitu:
a. Studi Dokumen untuk mengumpulkan data sekunder yang terkait dengan permasalahan yang diajukan dengan cara mempelajari buku- buku dan hasil penelitian di lapangan serta perundang-undangan yang terkait dengan perjanjian pengangkutan BBM.
b. Pedoman Wawancara, yaitu melakukan tanya jawab secara langsung dengan membuat daftar pertanyaan yang sudah direncanakan antara penulis dengan informan yaitu: 2 (dua) orang Pegawai PT. Mitra Wahyu Prakasa, 2 (dua) orang Pegawai PT. PERTAMINA (Persero), 1 (satu) orang Notaris.
4. Analisa Data
Setelah pengumpulan data dilakukan, maka data tersebut dianalisis secara kualitatif,45 untuk menemukan hasil dari peneltian dengan melakukan pengolahan data dengan mengadakan sistematisasi terhadap bahan-bahan hukum tertulis,46 Penarikan kesimpulan dengan
45Adalah suatu cara penelitian yang menghasilkan data deskriptif-analitis yaitu apa yang dinyatakan oleh responden secara tertulis atau lisan diteliti, dalam Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta : UI Press, 2012), hal 250.
46Ibid, hal 251
menggunakan metode deduktif maka dapat diharapkan menjawab masalah dalam perjanjian kerjasama transportasi angkutan BBM Moda mobil tangki antara PT. PERTAMINA (Persero) dengan PT. Mitra Wahyu Prakasa yang ditetapkan sehingga kekurangan dalam bentuk perjanjian yang dibuat dalam bentuk baku dapat ditemukan, begitu juga dengan kelebihan dari bentuk perjanjian ini sehingga masih digunakan oleh pihak PT. PERTAMINA (Persero), sehingga jawaban dari permasalahan tersebut dapat menjadi satu temuan baru.
BAB II
PERJANJIAN KERJA SAMA TRANSPORTASI ANGKUTAN BBM MODA MOBIL TANGKI ANTARA PT. PERTAMINA (PERSERO)
DENGAN PT. MITRA WAHYU PRAKASA MENGGUNAKAN PERJANJIAN BAKU.
A. Perjanjian Secara Umum 1. Pengertian Perjanjian
Ketentuan yang mengatur mengenai perjanjian di Indonesia terdapat di dalam Buku III Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPerdata) tentang perikatan. Perjanjian atau perikatan belum mendapat keseragaman bahwa perjanjian berasal dari istilah verbintenis, sebagian pakar hukum ada yang menerjemahkan sebagai perjanjian, sedangkan oveerenkomst diterjemakan sebagai persetujuan.47
Suatu perjanjian adalah suatu peristiwa di mana seseorang berjanji kepada seseorang lain atau dimana dua orang lain saling berjanji untuk melaksanakan suatu hal, yang dari peristiwa ini timbullah suatu hubungan antara dua orang yang dinamakan perikatan, dengan demikian dapat dikatakan bahwa hubungan antara perjanjian dengan perikatan adalah perjanjian menerbitkan perikatan atau sumber terpenting melahirkan suatu perikatan,48 dalam pengertian yang lebih luas yaitu di mana dua orang
47 Wirjono Prodjodikoro, Asas- asas Hukum Perjanjian, (Bandung : Penerbit Sumur, 1993), hal 7
48Subekti, Hukum Perjanjian, (Jakarta : Intermasa, 2005), hal 1
atau lebih saling berjanji untuk melakukan atau tidak melakukan perbuatan tertentu, yang biasanya secara tertulis, dan pihak-pihak yang bersepakat mengenai hal-hal yang diperjanjikan berkewajiban untuk menaati dan melaksanakan sehingga perjanjian tersebut menimbulkan hubungan hukum, yang disebut dengan perikatan karena telah menimbulkan hak dan kewajiban bagi para pihak sehingga perjanjian tersebut merupakan sumber hukum formal, karena asal dari perjanjian itu adalah perjanjian yang sah.49
Menurut Mariam Darus Badrulzaman, perikatan adalah “suatu hubungan hukum di antara dua orang atau lebih, yang terletak dalam harta kekayaan, dengan pihak yang satu berhak atas prestasi dan pihak lainnya wajib memenuhi prestasi itu”.50 Sedangkan menurut Subekti, yang dimaksud dengan perikatan adalah: “suatu hubungan hukum (mengenai kekayaan harta benda) antara dua orang, yang memberi hak pada yang satu untuk menuntut barang sesuatu dari lainnya, sedangkan orang yang lainnya ini diwajibkan memenuhi tuntutan itu”.51
Berdasarkan definisi tersebut dapat diuraikan unsur dari perikatan
49 Abdul R. Saliman, Hukum Bisnis Untuk Perusahaan Teori Dan Contoh Kasus, (Jakarta : Kencana Prenada Media Group, 2015), hal 39
50 Mariam Darus Badrulzaman, Aneka Hukum Bisnis, (Bandung : Alumni, 1994), hal 3
51 Subekti, Pokok-Pokok Hukum Perdata, (Jakarta : Cet XXXI, Intermasa, 2003), hal. 122.
yaitu:
a. Adanya suatu hubungan hukum;
b. Biasanya mengenai kekayaan atau harta benda;
c. Antara dua orang/pihak atau lebih;
d. Memberikan hak kepada pihak yang satu, yaitu kreditur;
e. Meletakkan kewajiban pada pihak yang lain, yaitu debitur; Adanya prestasi
Menafsirkan suatu perjanjian adalah menentukan arti pernyataan kehendak yang dilakukan para pihak yang menimbulkan akibat hukum, melakukan penafsiran perjanjian harus memakai dasar kepatutan dan kelayakan52menurut Van Schilfgaarde
bahwa “penafsiran dari perjanjian ditentukan dengan akibat hukum menurut hukum objektif yang bersifat yuridis normatif ”.53
Menurut R. Setiawan, menyebutkan bahwa “perjanjian ialah suatu perbuatan hukum di mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya atau saling mengikatkan dirinya terhadap satu orang atau lebih”.54 Sedangkan menurut Subekti, suatu perjanjian merupakan “suatu peristiwa di mana seseorang berjanji kepada orang lain, atau di mana dua orang saling berjanji untuk melaksanakan sesuatu hal”.55
52Herlien Budiono, Kumpulan Tulsan Hukum Perdata Di Bidang Kenotariatan, (Bandung : Citra Aditya Bakti, 2013), hal 142
53 Annotatie atas Arres Haviltex, Arresten Burgerlijk Recht, (T.A.W Sterk, W.E.J. Tjeenk Willink, Zwolle, 1995), hal 332
54R. Setiawan, Pokok-Pokok Hukum Perikatan, (Bandung : Bina Cipta, 1977), hal 49
55 Subekti,Pokok-Pokok Hukum Perdata, (Jakarta: PT. Intermasa, 2001), hal. 36
Dari pendapat-pendapat di atas, maka pada dasarnya perjanjian adalah proses interaksi atau hubungan hukum dari dua perbuatan hukum yaitu penawaran oleh pihak yang satu dan penerimaan oleh pihak yang lainnya sehingga tercapai kesepakatan untuk menentukan isi perjanjian yang akan mengikat kedua belah pihak
2. Bentuk-Bentuk Perjanjian
Menurut R. Subekti, perjanjian yang dilihat dari bentuknya, terbagi atas yaitu:56
a. Perikatan bersyarat, adalah suatu perikatan yang digantungkan pada suatu kejadian di kemudian hari, yang masih belum tentu akan atau tidak terjadi. Pertama mungkin untuk memperjanjikan, bahwa perikatan itu barulah akan lahir, apabila kejadian yang belum tentu timbul. Suatu perjanjian yang demikian itu, mengandung adanya suatu perikatan pada suatu syarat yang menunda atau mempertanggung jawabkan (ospchortende voorwade). Suatu contoh saya berjanji pada seseorang untuk membeli mobilnya kalau saya lulus dari ujian, di sini dapat dikatakan bahwa jual beli itu akan hanya terjadi kalau saya lulus dari ujian.
b. Perikatan yang digantungkan pada suatu ketepatan waktu (tijdshepaling), perbedaan antara suatu syarat dengan suatu ketetapan waktu ialah yang pertama berupa suatu kejadian atau peristiwa yang belum tentu atau tidak akan terlaksana, sedangkan yang kedua adalah suatu hal yang pasti akan datang, meskipun mungkin belum dapat ditentukan kapan datangnya, misalnya meninggalnya seseorang.
c. Perikatan yang memperbolehkan memilih (altematif) adalah suatu perikatan, dirnana terdapat dua atau lebih macam, prestasi, sedangkan kepada si berhutang diserahkan yang mana ia akan lakukan. Misalnya ia boleh memilih apakah ia akan memberikan kuda atau mobilnya atau
56 R. Subekti, Aneka Perjanjian, (Bandung : Alumni, 1982), hal 35