• Tidak ada hasil yang ditemukan

4. ANALISA DATA. 69 Universitas Kristen Petra

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "4. ANALISA DATA. 69 Universitas Kristen Petra"

Copied!
48
0
0

Teks penuh

(1)

4. ANALISA DATA

Analisis akan diuraikan secara deskriptif dari objek-objek yang diteliti dengan susunan kategori sesuai dengan urutan pada bab sebelumnya mengenai deskripsi objek. Objek-objek tersebut adalah beberapa galeri seni lukis yang terletak di Surabaya, yaitu OAG (Orasis Art Gallery), SAS (Sozo Art Space), dan AG (AJBS Gallery). Hasil analisa masing-masing objek kemudian akan disederhanakan ke dalam tabel yang akan dinilai dengan keadaan ideal sebagai parameter. Hasil dari penilaian dari masing-masing kategori akan dijelaskan dan dipakai lagi untuk analisis lanjutan mengenai keterkaitan antar kategori sehingga akan memudahkan dalam penarikan kesimpulan.

4.1. Analisa ORASIS ART GALLERY (OAG) 4.1.1. Konsep OAG

Orasis tidak memiliki konsep tertentu secara keseluruhan, lantai 1 dan 2 berbeda dengan lantai 3. Lantai 1 dan 2 terkesan etnik dengan permainan warna lampu dan warna dinding yang sangat berperan dalam ruangan ini, sementara lantai 3 polos tidak banyak diolah, terkesan minimalis dengan warna putih pada keseluruhan ruang. Galeri ini didesain hanya supaya pengunjung merasa nyaman dan bisa melaksanakan tujuannya yaitu memajukan seni seniman-seniman Indonesia khususnya Jawa Timur.

4.1.2. Eksisting bangunan OAG

Galeri ini berupa gabungan 2 ruko yang terdiri dari 3 lantai. Beberapa galeri seni di Surabaya menggunakan ruko sebagai bangunan untuk galeri.

Bangunan berupa ruko memungkinkan pencahayaan alami masuk dari depan saja karena minim bukaan selain dari jendela dan pintu depan. Ruko bisa dipakai sebagai galeri, namun bukan berupa bangunan khusus terpisah yang dapat menonjolkan dan mendukung keberadaan sebuah galeri.

(2)

4.1.3. Main entrance OAG

Pintu dan jendela terbuat dari kaca yang berwarna gelap dengan lis kayu warna coklat tua. Pintu masuk terletak simetris di tengah-tengah main entrance.

Kaca memungkinkan pencahayaan alami masuk semakin banyak namun bisa diatasi dengan kerai dan kaca yang berupa kaca film sehingga sinar UV pun bisa terhalang.

Gambar 4.1. Main Entrance OAG Sumber: Ida (2010, p. 2)

4.1.4. Lantai OAG

Pencahayaan yang mengenai lantai pada galeri ini berasal dari pencahayaan yang diarahkan ke bawah dengan tujuan untuk pencahayaan objek pamer 3 dimensi dan lampu untuk penerangan umum. Efek yang ditimbulkan dipengaruhi jenis material dan warna pada lantai:

Lantai 1:

keramik doff krem  efek lampu tidak memantul (berpendar), efek pantul lukisan tidak ada. Hal ini tidak mengganggu pengunjung untuk mengamati lukisan.

Gambar 4.2. Efek Pencahayaan Buatan pada Lantai 1 OAG

Efek pendaran lampu (lantai 1) Tidak mengganggu

(3)

Lantai 2 dan 3:

keramik glossy  pantulan lukisan akibat efek lampu telihat tetapi tidak sampai mengganggu focus obyek.

(a) (b)

Gambar 4.3. Efek Pencahayaan Buatan pada Lantai 2 (a) dan 3 (b) OAG

4.1.5. Dinding OAG

Pencahayaan yang mengenai dinding berasal dari lampu yang digunakan untuk menyorot lukisan dan lampu-lampu lainnya. Efek yang ada pada dinding biasanya ditimbulkan oleh lampu sorot. Dinding lantai 1 dan 2 berbeda dengan lantai 3. Efek yang ditimbulkan dipengaruhi oleh tekstur dan warna dinding:

Lantai 1 dan 2:

Tekstur dinding kasar, warna cat matte, tidak ada efek pantul pada dinding.

Penggunaan warna hangat (krem, merah bata) pada dinding membuat lukisan kurang terang tetapi terkesan dramatis.

(a) (b)

Gambar 4.4. Efek Pencahayaan Buatan pada Dinding Lantai 1 (a) dan 2 (b) OAG

Efek pantul lukisan (lantai 2) Tidak terlalu mengganggu

Efek pantul lukisan (lantai 3) Tidak terlalu mengganggu

Tidak ada efek pantul pada dinding.

Lukisan kurang terang

(4)

Lantai 3:

Pada dinding putih lukisan terlihat menonjol karena warna-warna pada lukisan lebih nyata dan terang.

Gambar 4.5. Efek Pencahayaan Buatan pada Dinding Lantai 3 OAG

4.1.6. Plafon OAG

Plafon OAG lantai 1 dan 2 berbeda dengan plafon lantai 3 seperti halnya dinding dan lantai. Semua lampu di galeri ini berada di plafon, baik itu sistem tanam maupun tidak, seperti lampu gantung, dll. Efek-efek pencahayaan buatan yang ditimbulkan pada plafon diakibatkan oleh warna cat plafon:

Lantai 1 dan 2:

Plafon dengan cat krem motif dapat mengalihkan perhatian dari dinding, padahal area dinding sebagai tempat lukisan harus menjadi focus utama.

Warna plafon senada dengan dinding, lantai (warna hangat) membuat pancaran lampu spotlight terlihat jelas.

Gambar 4.6. Efek Pencahayaan Buatan pada Plafon Lantai 1 OAG

Pancaran lampu spotlight

terlihat jelas (tidak merata)

Tidak ada efek pantul pada

dinding.

Lukisan terang.

Cat motif  focus berubah, tidak

pada dinding

(5)

Lantai 3:

Plafon putih membuat lampu terlihat lebih terang dengan pencahayaan yang lebih merata. Lampu spotlight dan rel berwarna putih sama dengan plafon membuat focus tidak berpindah ke plafon karena rel dan plafon yang perbedaan warnanya kontras dapat mengalihkan perhatian dari lukisan di dinding.

Gambar 4.7. Efek Pencahayaan Buatan pada Plafon Lantai 3 OAG

4.1.7. Warna dan Suasana OAG

Interior OAG secara keseluruhan warna-warna yang digunakan adalah warna-warna dengan nuansa monokromatik. Pada lantai 1 dan 2 dominan warna yang digunakan adalah warna hangat seperti coklat, krem dan sedikit sentuhan lain seperti abu-abu (hanya pada lantai). Suasana seperti ini mengakibatkan pencahayaan terasa kurang terang. Pada lantai 3 cenderung putih polos mulai dari lantai hingga plafon, warna lainnya hanyalah berasal dari kain hitam pada partisi yang menutupi jendela. Suasananya lebih terang dibanding lantai 1 dan 2. Warna ruangan yang cenderung monokrom warna hangat membuat warna lukisan kurang terlihat karena pantulan lampu dengan interior warna hangat mengakibatkan tidak semua warna dapat sampai ke mata, terutama warna-warna dingin.

4.1.8. Efek Pencahayaan Alami (EPA) OAG

Pencahayaan alami pada lantai 1 masuk sedikit dari bagian main entrance yang berupa kaca secara keseluruhan. Pencahayaan alami tidak terlalu berpengaruh karena pada bagian kaca sudah diberi penghalang berupa kerai dari dalam (a). Walaupun begitu, masih ada penempatan lukisan pada partisi yang

Pancaran lampu spotlight lebih

merata Pencahayaan

merata Focus  dinding

(6)

kurang tepat karena diletakkan berhadapan langsung dengan pintu masuk sehingga lukisan bisa terkena sinar matahari langsung (b).

(a) (b)

Gambar 4.8. Efek Pencahayaan Alami pada Lantai 1 OAG

Bagian jendela kaca pada lantai 2 dan 3 tertutup seluruhnya sehingga pencahayaan alami tidak bisa masuk sama sekali. Pada lantai 2 ditutup oleh partisi yang dicat merah (a) sementara pada lantai 3 ditutup oleh papan yang dilampirkan kain, berfungsi sebagai tempat pamer lukisan (b).

(a) (b)

Gambar 4.9. Efek Pencahayaan Alami pada Lantai 2 (a) dan 3 (b) OAG

4.1.9. Jenis Lampu OAG

Lampu pada OAG terdiri dari 2 tipe, yaitu:

Lampu umum (general lighting)

Lampu umum rata-rata memakai lampu fluorescent warm light sebagai penerangan utama (a) dan tambahan downlight pada lantai 1 dan 2 (c). Lantai 2 dan 3 saja yang memakai tambahan lampu gantung (b). Pencahayaan umum memakai fluorescent, yang sering digunakan untuk penerangan umum, karena

Kerai pada kaca untuk menghalangi pencahayaan

alami

Lukisan yang terkena EPA

EPA terhalang

partisi (lantai 2)

EPA terhalang

partisi (lantai 3)

(7)

memiliki kelebihan yaitu pencahayaan yang dihasilkan merata namun perlu diwaspadai supaya tidak terkena lukisan secara langsung karena mengandung UV yang dapat merusak lukisan. Downlight untuk penerangan umum hanya terdapat pada lantai 1 dan 2 karena warna interior yang cenderung hangat sehingga membutuhkan penerangan yang lebih dibandingkan dengan lantai 3 dengan interior putih.

(a) (b) (c) Gambar 4.10. Jenis-jenis Lampu Umum pada OAG

Lampu khusus (accent lighting)

Lampu khusus (aksen) spotlight: halogen 30-50 W dilengkapi dimmer. Warna lampu yang dominan adalah warm light (a) sementara warna-warna lainnya seperti biru (b) dan merah (c) yang hanya dipakai untuk objek tertentu dan biasanya diletakkan di lantai 3. Pencahayaan aksen untuk lukisan pada galeri ini memakai halogen karena memang paling banyak dan umum digunakan untuk galeri karena memberikan efek yang bagus pada lukisan. Namun, halogen masih mempunyai beberapa kelemahan seperti watt yang besar, tidak ramah lingkungan serta efek infrared yang bisa merusak lukisan.

(a) (b) (c) Gambar 4.11. Jenis-jenis Lampu Khusus pada OAG

(8)

4.1.10. Sistem Pemasangan Lampu OAG

Sistem pemasangan lampu untuk spotlight menggunakan rel 1 line dengan panjang ±1m yang terdiri dari 2 unit lampu spotlight halogen. Rel dipasang sejajar dengan lukisan atau di depan lukisan. Jarak lukisan ke lampu ±1,5 – 2m, sudah cukup memadai untuk penerangan lukisan. Rel adalah yang paling umum untuk spotlight dan sudah cukup ideal tetapi masih kurang fleksibel karena tidak ada variasi line yang bisa membantu pencahayaan untuk lebih maksimal.

Gambar 4.12. Rel Lampu Spotlight pada OAG

Jumlah lampu yang dipakai untuk menerangi lukisan berbeda-beda disesuaikan dengan ukuran lukisan. Ukuran lukisan dibagi menjadi 3 kategori yaitu kecil, sedang dan besar. Ukuran lukisan kecil, sedang dimasukkan ke dalam 1 kategori karena jarang adanya pameran menggunakan lukisan kecil. Unit lampu yang dipakai untuk 1 lukisan berdasarkan ukurannya:

Lukisan sedang (0.50-1.00m):

Dalam 1 rel ada 2 unit lampu, 1 lampu diarahkan ke 1 lukisan, sementara lampu lainnya diarahkan ke lukisan lain. Untuk lukisan berukuran sedang sudah sesuai dengan jumlah lampu yang diperlukan.

1 lampu diarahkan ke

1 lukisan (unit kiri) Sudah sesuai

1 lampu diarahkan ke

1 lukisan (unit kanan) Sudah sesuai

(9)

Lukisan besar (>1.50m):

1 rel (2 lampu) diarahkan ke lukisan sehingga pencahayaan bisa lebih merata.

Lukisan besar tidak ada efek kerudung dari spotlight karena disinari oleh beberapa titik lampu sekaligus. Seringkali lampu hanya diarahkan ke vocal point lukisan saja. Jumlah lampu untuk lukisan besar sudah cukup memadai, tetapi kadang diperlukan lebih hingga 4 lampu untuk lukisan yang panjang sehingga penerangan lebih merata.

Gambar 4.14. Unit Lampu untuk Lukisan Besar pada OAG

4.1.11. Sistem Pencahayaan Buatan OAG

Sistem pencahayaan buatan OAG memakai sistem yang sama, yaitu semua memakai sistem pencahayaan langsung (direct). Sistem pencahayaan ini umum digunakan, termasuk ideal untuk lukisan. Penurunan plafon dapat diisi lampu indirect sebagai aksen, namun pada OAG memakai fluorescent secara direct.

Sistem pencahayaan langsung umum digunakan di galeri dimana semua lampu langsung menyorot ke objek baik dari spotlight yang menyorot lukisan, fluorescent, lampu gantung dan sebagainya yang menerangi ruang. Sistem pencahayaan ini digunakan karena langsung menonjolkan objek terutama pada lukisan sehingga focus pencahayaan tidak pada objek lain.

4.1.12. Teknik Pencahayaan Buatan OAG

Spotlight adalah salah satu teknik pencahayaan yang umum digunakan untuk menerangi lukisan. OAG menggunakan teknik spotlight untuk menyorot semua lukisan yang dipamerkan disana. Teknik pencahayaan spotlight membuat

1 rel (2 lampu) diarahkan ke 1

lukisan besar Sudah sesuai

(10)

efek focus pencahayaan pada lukisan berada di tengah atau pada vocal point tertentu yang ingin ditonjolkan dari lukisan tersebut.

Teknik penyorotan pada vocal point tertentu biasanya digunakan untuk lukisan berukuran besar. OAG sering memamerkan lukisan besar yang diletakkan di partisi panjang, untuk lukisan ukuran ini seringkali yang disorot hanya vocal pointnya saja. Selain itu, untuk beberapa media lukisan tertentu membutuhkan teknik yang berbeda. Lukisan cat minyak harus disorot dari samping supaya tidak mengakibatkan efek pantul di lukisan (silau).

4.1.13. Efek Pencahayaan Buatan (EPB) OAG

Pencahayaan buatan berperan dalam memberikan efek-efek tertentu pada lukisan sehingga lukisan dapat terlihat lebih hidup. Efek-efek yang dihasilkan kadangkala belum tentu sesuai dan tepat sehingga bisa menjadi efek yang mengganggu. Hal-hal itulah yang perlu untuk dianalisis lebih lanjut, efek apa yang terjadi pada lukisan dan apakah efek tersebut sudah tepat atau tidak.

Pada gambar 4.15 (a), Spotlight yang disorot ke tiap-tiap lukisan menimbulkan efek kerudung spotlight pada lukisan. Efek yang ditimbulkan sudah sesuai dengan arah pandang pengamat, jarak lampu dan sudut pantul lampu ke lukisan sudah sesuai dan tidak mengakibatkan silau. Pada pameran ini judul lukisan / informasi terletak di display kanan bawah lukisan. Lampu yang menerangi berasal dari lampu umum saja tetapi sudah cukup.

(ukuran dalam meter) (a) (b)

Gambar 4.15. Pengamatan Lukisan dengan Pencahayaan Buatan di OAG

Informasi terbaca Efek kerudung

pada lukisan (ideal)

PH

LD

VD LH

VH

(11)

Pada gambar 4.15 (b) dapat ditemukan bahwa:

VD (Viewing Distance / jarak pandang) = 1,5 m PH (Picture Height / tinggi lukisan) = 2m LD (Luminair Distance / jarak lampu) = 1,5m LH (Luminair Height / ) = 3m

VH (Viewing Height / ketinggian pandang) = 1,4m

Bila dimasukkan ke dalam perhitungan, yaitu: VD = 1,4 x PH maka hasil VD yang seharusnya adalah 2,8m sementara VD pada kenyataan adalah 1,5m sehingga dapat disimpulkan bahwa jarak pandang bagi pengamat kurang jauh / mundur dari lukisan untuk mendapatkan hasil pandang yang lebih baik. Untuk perhitungan LD = 0,7 (LH-VH) maka hasil LD yang seharusnya adalah 1,085m sementara pada kenyataan adalah 1,5m sehingga jarak lampu (LD) terlalu jauh.

Pada lukisan yang berukuran sedang biasanya focus spotlight diarahkan ke tengah atau objek utama pada lukisan sehingga efek kerudung jelas terlihat per lukisan. Lukisan juga secara keseluruhan terlihat dengan jelas sehingga sudah sesuai bagi pengunjung lukisan. Penempatan lukisan juga sudah sejajar mata, tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu rendah.

Gambar 4.16. Efek Kerudung pada Lukisan Sedang di OAG

Lukisan kecil-sedang jarang ada yang disorot ke bagian-bagian tertentu, kebanyakan tidak memiliki vocal point tertentu sehingga efek spotlight yang dihasilkan mengakibatkan pencahayaan yang merata pada lukisan. Efek kerudung tetap ada, namun karena ukuran lukisan yang tidak terlalu besar sehingga efek lampu lebih merata.

Efek kerudung pada lukisan

(12)

Gambar 4.17. Pencahayaan Merata pada Lukisan Sedang di OAG

Gambar 4.18 menunjukkan jarak lampu ke lukisan harus disesuaikan dengan ukuran lukisan. Untuk lukisan yang berukuran sedang memanjang, jarak lampu yang terlalu dekat mengakibatkan focus lampu hanya ke tengah sehingga pada sisi lukisan kuran jelas terlihat atau kurang merata. Selain itu, intensitas cahaya menjadi terlalu tinggi untuk jarak dekat mengakibatkan efek silau.

Gambar 4.18. Pencahayaan Tidak Merata pada Lukisan Sedang Memanjang di OAG

Sudut pencahayaan yang kurang tepat juga dapat menimbulkan efek silau pada lukisan yang mengganggu pada saat lukisan dinikmati. Lukisan cat minyak membutuhkan perhatian khusus dalam pencahayaan, lampu tidak boleh diarahkan dari depan, harus dari samping untuk menghindari efek pantul pada lukisan yang mengakibatkan silau.

Pencahayaan pada lukisan merata

Lukisan panjang, jarak lampu dekat

 Fokus pencahayaan di tengah, silau

(13)

Gambar 4.19. Pencahayaan pada Lukisan Cat Minyak di OAG

Galeri ini sering memamerkan lukisan berukuran besar (gambar 4.20).

Untuk lukisan besar, teknik pencahayaannya adalah menyorot bagian-bagian yang menjadi vocal point pada lukisan tersebut sehingga pendaran yang terdapat pada lukisan tidak selalu merata tetapi membuat lukisan tampak lebih hidup.

Gambar 4.20. Pencahayaan pada Lukisan Besar di OAG

Di OAG, pada lukisan besar, bila terdapat objek yang menjadi vocal point, maka arah pencahayaan difokuskan pada objek tersebut. Pada gambar 4.21 yang menjadi objek sorot utama terdapat pada bagian kanan lukisan dan terlihat bahwa focus pencahayaan diarahkan kesana. Kekurangannya adalah lampu yang dipakai hanya 1, seharusnya memakai minimal 2 lampu untuk lukisan besar sehingga ada objek dan daerah yang tidak terkena pencahayaan.

Efek silau pada lukisan cat minyak

Fokus spotlight pada vocal point lukisan

(14)

Gambar 4.21. Pencahayaan yang Kurang Tepat pada Lukisan Besar di OAG

4.2. Analisa SOZO ART SPACE (SAS) 4.2.1. Konsep SAS

Galeri ini dibangun dengan sebuah konsep yang diberikan oleh perupa Asri, pengelola galeri ini, yaitu ingin menimbulkan kesan mewah pada interiornya yang ditimbulkan oleh permainan warna ruang dan bukan dengan material yang mahal. Pada bagian luar (main entrance) dibuat sedemikian rupa dengan keinginan orang akan tertarik dan penasaran untuk masuk. SAS memiliki konsep kuat sebagai sebuah galeri dimana tidak banyak bisa ditemukan pada galeri lainnya.

4.2.2. Eksisting bangunan SAS

Eksisting berupa gabungan 2 ruko yang terdiri dari 4 lantai dimana setengahnya dipakai sebagai galeri (memanjang ke samping). Saat ini lantai 3 dan 4 masih dalam tahap renovasi. Bangunan SAS berupa ruko maka bagian yang memungkinkan masuknya pencahayaan alami hanya pada bagian depan ruko saja yaitu jendela dan pintu kaca. Ruko bisa dipakai sebagai galeri, namun bukan berupa bangunan khusus terpisah yang dapat menonjolkan dan mendukung keberadaan sebuah galeri.

4.2.3. Main entrance SAS

Dinding eksterior lantai 1 dilukis oleh perupa Asri (salah satu pengelola SOZO) berupa lukisan abstrak dengan dominasi warna hitam. Pintu masuk berupa pintu kaca terletak agak ke kanan dengan ornament pada bagian luar. Sebagai sebuah galeri seni lukis, SAS termasuk yang paling mengolah bagian main

Fokus spotlight pada vocal point lukisan Objek dan daerah

yang tidak terkena pencahayaan

(15)

entrance. Tidak banyak galeri yang mengolah bagian ini dan membiarkan polos sehingga kurang menonjolkan sebuah galeri seni yang membedakannya dengan bangunan umum lainnya. Main entrance berupa kaca namun masih tertutupi oleh ornament sehingga kemungkinan pencahayaan alami yang masuk tidak banyak.

Jendela juga tidak terlalu berpengaruh karena ditutupi dinding partisi dari dalam.

Gambar 4.22. Main Entrance SAS Sumber: www.sozoartspace.com

4.2.4. Lantai SAS

Lantai di SAS memakai karpet meteran berwarna biru tua dengan motif kuning kecil-kecil. Pencahayaan yang terkena lantai berasal dari lampu spotlight, lampu umum juga ada tapi jarang digunakan. Tidak ada efek pantul sama sekali karena karpet tidak memantulkan cahaya, hanya berupa pendaran halus. Sesuai dengan konsepnya, lantai karpet membawa nuansa mewah pada galeri.

Gambar 4.23. Efek Pencahayaan Buatan pada Lantai 1 SAS

Lukisan pada dinding eksterior lantai 1

Tidak ada efek pantul

(16)

4.2.5. Dinding SAS

Dinding di SAS terdiri dari 3 warna, yaitu putih, merah, dan kuning. Cat dinding dominan putih, merah dan kuning hanya pada sisi dinding tertentu untuk dijadikan sebagai vocal point. Warna kuning juga menghiasi salah satu sisi dinding area tangga. Penggunaan warna kuning ini dimaksudkan supaya mengundang orang untuk naik ke lantai berikutnya.

Gambar 4.24. Efek Pencahayaan Buatan pada Dinding SAS

4.2.6. Plafon SAS

Plafon di SAS berwarna hitam, semua sama baik dari lantai 1 maupun lantai 2. Plafon hitam ditujukan supaya focus pada dinding tidak berubah, karena area dinding yang paling ingin ditonjolkan, sehingga lukisan menjadi satu-satunya objek yang menarik untuk dilihat. Plafon hitam membuat efek lampu lebih terang dan menonjol.

Gambar 4.25. Efek Pencahayaan Buatan pada Plafon SAS

Area vocal point Lukisan lebih menonjol

Tidak ada efek pantul pada

dinding.

Lukisan terang.

Area tangga

Lampu lebih terang dan

menonjol

Fokus  dinding

(17)

4.2.7. Warna dan Suasana SAS

Permainan warna interior yang kontras ingin menimbulkan kesan mewah namun tetap nyaman. Warna-warna yang digunakan adalah warna komplementer, yaitu: putih, merah, kuning, biru tua dan hitam. Pada SAS, warna dan suasana yang ditimbulkan sudah ideal. Kesan mewah sudah berhasil ditimbulkan dan membuat betah para pengunjung yang dating ke galeri. Hal ini sangat mendukung para pengunjung untuk menikmati lukisan yang dipamerkan.

4.2.8. Efek Pencahayaan Alami SAS

Gambar 4.26 menunjukkan pencahayaan alami pada lantai 1 masuk dari pintu kaca. Cahaya alami yang masuk hanya ke arah resepsionis dan sedikit karena adanya ornament metal yang menutupi dari luar sehingga tidak akan banyak mempengaruhi lukisan. Kaca yang dipakai pun merupakan kaca film yang menghalangi masuknya sinar matahari.

Gambar 4.26. Efek Pencahayaan Alami pada Lantai 1 SAS

Lantai atas sama sekali tidak dipengaruhi oleh pencahayaan alami karena pada bagian jendela ditutupi oleh dinding secara keseluruhan. Dinding tersebut sekaligus dipakai untuk memamerkan lukisan sehingga menghemat tempat. Hal ini juga didasari karena ruangan di SAS yang kecil dan memanjang.

Pintu kaca dengan ornamen Area yang

terkena pencahayaan alami

(18)

Gambar 4.27. Efek Pencahayaan Alami pada Lantai 2 SAS

4.2.9. Jenis Lampu SAS

Lampu pada SAS terdiri dari 2 tipe, yaitu:

Lampu umum (general lighting)

Pada galeri ini, spotlight berfungsi juga sebagai lampu umum. Selain spotlight, ada juga lampu CFL (compact fluorescent) tetapi jarang dinyalakan dan jumlahnya tidak banyak. Penerangan dari lampu khusus dianggap sudah cukup untuk menerangi ruang karena luasan ruang galeri yang tidak besar.

Gambar 4.28. Lampu Umum pada SAS

Lampu khusus (accent lighting)

Lampu khusus (aksen) hanya ada 1 jenis, yaitu spotlight dengan tungsten halogen 30-50 W yang dilengkapi dimmer. Untuk penerangan lukisan masih menggunakan halogen seperti galeri seni lukis lain pada umumnya.

Daerah jendela ditutupi dinding

(19)

4.2.10. Sistem Pemasangan Lampu SAS

Sistem pemasangan untuk lampu spotlight hanya menggunakan rel 1 line dengan panjang ±1m dan berisi 3 unit lampu spotlight halogen. Jarak lukisan ke lampu ±1,5 – 2m. Penggunaan rel sudah sesuai tetapi masih kurang fleksibel karena tidak ada variasi line yang bisa membantu pencahayaan untuk lebih maksimal. Warna lampu dan rel juga sudah sesuai karena sama dengan plafon sehingga tidak akan mengalihkan focus dari dinding.

Gambar 4.30. Rel Lampu Spotlight pada SAS

Jumlah lampu ke lukisan berbeda-beda disesuaikan dengan ukuran lukisan.

Ukuran lukisan dibagi menjadi 3 kategori yaitu kecil, sedang dan besar. Ukuran lukisan kecil, sedang dimasukkan ke dalam 1 kategori karena pameran jarang adan lukisan kecil.

Lukisan kecil (<0.50m):

1 unit lampu diarahkan ke beberapa lukisan. Hal ini kurang ideal karena 1 lampu, pencahayaan maksimal untuk 1 lukisan kecil. Bila kurang dari itu, maka akan ada lukisan yang tidak mendapat cahaya yang cukup.

Gambar 4.31. Unit Lampu untuk Lukisan Kecil pada SAS

2 unit lampu untuk 8 lukisan kecil

Jatuhnya spotlight yang tidak sesuai jumlah lukisan

(20)

Lukisan sedang (0.50-1.50m):

Untuk lukisan sedang digunakan 1 unit lampu untuk menyorot 1 lukisan. Hal ini sudah sesuai dan cukup untuk menerangi lukisan ukuran sedang. Tidak ada lukisan sedang yang disinari oleh 2 unit lampu.

Gambar 4.32. Unit Lampu untuk Lukisan Sedang pada SAS

Lukisan besar (>1.50m):

Untuk lukisan besar memakai 1 sampai 2 unit lampu untuk 1 lukisan, sementara lampu lainnya dalam 1 rel diarahkan ke objek lain yang di samping atau di arah yang berlawanan. Untuk lukisan besar, lampu yang digunakan rata-rata 2-4 unit, namun di SAS tidak. Hal ini juga menyesuaikan jumlah lampu yang terbatas di SAS. Penerangan dirasa cukup dengan jumlah lampu yang sudah ada.

Gambar 4.33. Unit Lampu untuk Lukisan Besar pada SAS

1 unit lampu – lukisan sedang (sudah sesuai)

1 unit lampu – lukisan besar (kurang sesuai tetapi masih cukup) 2 unit lampu –

lukisan besar (sudah sesuai)

(21)

4.2.11. Sistem Pencahayaan Buatan SAS

Sistem pencahayaan buatan SAS memakai sistem yang sama, yaitu semua memakai sistem pencahayaan langsung (direct). Sistem pencahayaan ini umum digunakan, termasuk ideal untuk lukisan. Sistem pencahayaan langsung umum digunakan di galeri dimana semua lampu langsung menyorot ke objek baik dari spotlight yang menyorot lukisan, maupun lampu untuk menerangi ruang. Sistem pencahayaan ini digunakan karena langsung menonjolkan objek terutama pada lukisan sehingga focus pencahayaan tidak pada objek lain.

4.2.12. Teknik Pencahayaan Buatan SAS

SAS menggunakan teknik spotlight untuk pencahayaan lukisan. Spotlight merupakan teknik yang paling umum dan banyak digunakan untuk pencahayaan lukisan. Lampu diarahkan ke lukisan sesuai kebutuhan, biasanya berdasarkan ukuran. Media lukisan pada galeri ini hampir semua menggunakan cat acrylic karena lukisan yang dipamerkan kebanyakan merupakan karya perupa Asri, yang sekaligus pengelola, yang selalu menggunakan media cat acrylic. Untuk media tersebut, tidak ada aturan khusus, cat tidak memiliki efek pantul dan efek-efek lain yang dapat mengganggu.

4.2.13. Efek Pencahayaan Buatan (EPB) SAS

Pencahayaan lukisan menggunakan spotlight member efek kerudung pada masing-masing lukisan. Dengan pencahayaan dan pengarahan yang tepat maka efek ini membuat lukisan tampak lebih hidup. Pendaran lampu spotlight juga menambah suasana ruang.

Efek spotlight yang sesuai pada masing- masing lukisan

(22)

Pencahayaan yang jumlah lampunya tidak sesuai menyebabkan efek pencahayaan yang tidak merata pada lukisan. Jumlah lampu tidak memadai sehingga pencahayaan disesuaikan mengikuti jumlah lampu yang ada.

Pencahayaan yang tidak merata menyebabkan lukisan yang bukan merupakan area jatuhnya cahaya menjadi gelap.

Gambar 4.35. Pencahayaan Lukisan dengan Jumlah Lampu yang Tidak Tepat pada SAS

Pengarahan lampu spotlight tidak selalu tepat pada lukisan. Pada saat-saat tertentu, bila pengarahan lampu tidak terlalu diperhatikan, arah spotlight yang tidak tepat atau terlalu miring membuat efek pada lukisan menjadi tidak focus di tengah. Hal ini dapat membuat lukisan menjadi kurang maksimal saat pameran.

Gambar 4.36. Pencahayaan Lukisan yang Tidak Tepat (Miring) pada SAS

Pengarahan spotlight yang berasal dari 2 unit lampu berbeda, bila tidak tepat fokusnya pada lukisan, dapat membuat focus pada lukisan menjadi terpecah.

Lukisan yang seharusnya mendapat pencahayaan merata, sesuai dengan gambarnya yang tidak memiliki vocal point tertentu, karena pengarahan yang

Efek pencahayaan tidak merata

Lukisan yang tidak terkena spotlight (gelap)

Efek pencahayaan tidak tepat (miring) Efek

pencahayaan tidak tepat (miring)

(23)

tidak tepat menyebabkan focus spotlight terpecah menjadi 2 (kiri atas dan kanan tengah)

Gambar 4.37. Pencahayaan Lukisan yang Tidak Merata pada SAS

4.3. Analisa AJBS GALLERY (AG) 4.3.1. Konsep AG

AJBS Gallery memiliki konsep sebuah hall gallery. Galeri ini dibuat berupa hall yang tidak terlalu besar tetapi fleksibel sebagai galeri karena interiornya tidak ada bagian permanen kecuali kolom dan ruang-ruang servis sehingga dapat disesuaikan dengan kebutuhan pameran. Pameran biasanya menggunakan partisi bila dibutuhkan. Konsep pameran dapat disesuaikan karena ruangnya yang memang dibuat polos, namun suasana galeri masih terasa.

Ruangan terlihat besar (hall) dengan warna putih pada dinding dan lampu utama serta efek dinding kaca pada main enterance ditambah dengan permainan void.

Konsep galeri sudah terasa namun masih kurang menonjol secara keseluruhan.

4.3.2. Eksisting bangunan AG

AG berada dalam kompleks AJBS namun berupa bangunan tersendiri yang terpisah dari AJBS Store. Bangunan ini terdiri dari 2 lantai dengan luas lantai 2 hanya setengah dari lantai 1, sisanya void yang menyambung hingga plafon.

Interiornya dibiarkan kosong saat tidak dipakai dan disetting bila ada pameran saja. Sebagai sebuah galeri, bangunan ini cukup memadai, walaupun masih standar, karena secara ideal sebuah galeri sebaiknya memiliki bangunan sendiri sehingga nilai dari sebuah galeri lebih terlihat.

Efek spotlight pada 2 area berbeda (1 lukisan)

(24)

Gambar 4.38. Area Void AG

Pada gambar 4.39, lantai 2 yang dibatasi oleh pagar kaca tidak selalu dipakai dalam pameran. Bila lantai 1 dirasa cukup sebagai area pameran maka lantai 2 tidak dipakai.

Gambar 4.39. Area Lantai 2 AG

4.3.3. Main entrance AG

Main entrance dibuat minimalis dengan dinding kolom yang diberi aksen batu temple dan permainan kaca. Adanya lorong yang menuju ke pintu masuk juga membuat ME semakin menarik. Tampak dari luar berupa kaca transparan yang menyambung hingga ke lantai 2. Pintu masuk berupa pintu kaca terletak di bagian tengah. Pada saat malam hari galeri tampak menarik dari luar karena permainan kaca transparan yang membuat suasana menjadi terang dan menarik perhatian orang yang melihatnya. Namun pada siang hari, kaca yang tidak ditutupi dapat mengganggu para penikmat lukisan dan memberikan efek yang tidak baik bagi lukisan.

Area lantai 2, dipakai saat diperlukan

(25)

Gambar 4.40. Main Entrance AG

4.3.4. Lantai AG

Pencahayaan yang mengenai lantai berasal dari lampu umum dan spotlight yang diarahkan ke bawah. Spotlight disini juga berfungsi sebagai lampu umum.

Efek-efek yang ditimbulkan oleh lantai:

Lantai 1:

Semen plester yang difinishing halus  efek pendaran halus pada lantai. Efek ini tidak mengganggu.

Gambar 4.41. Efek Pencahayaan Buatan pada Lantai 1 AG

Lantai 2:

Parket warna krem muda dengan finishing glossy  ada beberapa pantulan tapi tidak terlalu terasa karena tidak semua lampu dinyalakan. Efek pantul tidak sampai mengganggu.

Lorong menuju pintu masuk

Efek pendaran halus (tidak mengganggu)

(26)

Gambar 4.42. Efek Pencahayaan Buatan pada Lantai 2 AG

4.3.5. Dinding AG

Dinding pada AG seluruhnya memakai finishing cat putih matte yang membuat lukisan terlihat menonjol dan efek pendaran lebih terlihat terutama saat malam hari (a). Saat siang hari karena pengaruh pencahayaan alami sangat kuat untuk beberapa area, dinding putih menyebabkan lukisan terlihat lebih pucat dari aslinya (b). Dinding sudah cukup sesuai, namun tidak ada permainan warna sama sekali.

(a) (b)

Gambar 4.43. Efek Pencahayaan Buatan pada Dinding AG

4.3.6. Plafon AG

Pada gamber 4.44 menunjukkan plafon putih sewarna dinding membuat pencahayaan yang terang dan merata sehingga warna lukisan terlihat jelas. Selain

Efek pantul (tidak mengganggu)

Dinding putih (malam) – efek pendaran jelas

Dinding putih (siang) – lukisan lebih pucat pengaruh EPA

(27)

rel juga berwarna putih, sudah sesuai, karena bila berbeda warna bisa membuat focus tidak lagi pada dinding.

Gambar 4.44. Efek Pencahayaan Buatan pada Plafon AG

4.3.7. Warna dan Suasana AG

Galeri ini bernuansa monokromatik dengan warna yang dominan putih, terlihat dari dinding dan plafon, yang berbeda hanya pada lantai yang memakai warna-warna netral seperti abu-abu pada lantai 1 dan parket coklat muda pada lantai 2. Sebagai sebuah galeri, suasana pada AG bisa dikatakan cukup baik walaupun masih terkesan monoton.

4.3.8. Efek Pencahayaan Alami AG

Pencahayaan alami sangat terasa karena dinding bangunan menyambung dan terdapat kaca bening yang menjadi bagian dominan pada dinding. Pada galeri ini pengaruh pencahayaan alami sangat kuat. Efek pencahayaan alami yang terlalu kuat dapat mengakibatkan pantulan dan silau pada lukisan, selain itu warna pada lukisan dapat berubah dan memudar karena dipengaruhi sinar UV dari matahari.

Plafon putih, ruang terlihat luas,

pencahayaan merata

Plafon senada dinding, focus tetap pada dinding (sesuai)

(28)

Gambar 4.45. Pencahayaan Alami pada AG

Panah pada gambar 4.46 menunjukkan arah masuknya sinar matahari.

Akibat pencahayaan alami yang terlalu kuat mengakibatkan efek pantul/silau pada lukisan cat air dengan bingkai kaca tersebut. Lukisan menjadi tidak jelas dan warna terlihat lebih pucat.

Gambar 4.46. Efek Pencahayaan Alami pada AG

4.3.9. Jenis Lampu AG

Lampu pada galeri ini paling variatif diantara galeri lainnya. Lampu dibagi menjadi 2 sesuai dengan fungsinya:

Lampu umum (general lighting)

Pada gambar 4.47 menunjukkan lampu umum pada galeri ini memakai beberapa jenis lampu, yaitu berupa lampu gantung yang diletakkan di rangka plafon utama (a) dan downlight halogen pada lantai 1 (b). Lampu umum sudah menerangi dengan cukup baik dan pemilihan lampu cukup sesuai.

Selain itu, ada juga lampu spotlight yang difungsikan sebagai lampu umum pada lantai 1 (c) dan pada rangka plafon utama (a) yang diarahkan ke bawah

Dinding kaca bening:

pencahayaan alami sangat kuat

Arah datang sinar matahari

EPA pada lukisan cat air – bingkai kaca  silau  warna lukisan lebih pucat (datar)

(29)

atau agak menyamping dengan tujuan untuk menerangi ruang sebagai tambahan lampu umum. Hal ini sebenarnya kurang sesuai fungsi, biasanya lampu ini berfungsi sebagai lampu aksen yang membantu penyorotan lukisan di partisi pada pameran tertentu.

(a) (b) (c) Gambar 4.47. Jenis-jenis Lampu Umum pada AG

Lampu aksen (accent lighting)

Lampu aksen memakai spotlight halogen yang dilengkapi dimmer. Spotlight terletak di berbagai tempat, yaitu: plafon, plafon miring, rangka plafon hingga partisi. Spotlight untuk aksen paling umum digunakan untuk menerangi lukisan dan informasi lukisan sehingga sudah sesuai.

Gambar 4.48. Jenis-jenis Lampu Spotlight pada AG

Spotlight

 lampu umum Spotlight

 lampu umum

(30)

Pada gambar 4.49 lampu wall wash juga difungsikan untuk menyoroti lukisan dengan efek yang berbeda dengan spotlight. Pencahayaan pada dinding dan lukisan lebih merata. Lampu ini tidak banyak digunakan, hanya diletakkan pada beberapa sisi saja. AG saja yang menggunakan wall wash.

Gambar 4.49. Jenis Lampu Wall wash pada AG

4.3.10. Sistem Pemasangan Lampu AG

Spotlight pada AG memakai rel 1 line ±1m dengan 1-3 unit lampu. Jarak lukisan ke lampu ±1,5 – 2m. Rel dipasang di plafond lantai 1(a) dan plafon miring lantai 2 (b). Sebagian rel disambung memanjang terutama pada bagian yang mengarah pada dinding yang seluruhnya dipakai untuk memajang lukisan tanpa adanya ruang di tengah-tengah (a). Penggunaan rel sambung memudahkan bagi pencahayaan lukisan karena besar lukisan dapat bervariasi dengan jarak yang fleksibel karena pencahayaan dapat disesuaikan dari jumlah lampu yang berjejer dalam 1 rel.

(a) (b) Gambar 4.50. Rel Lampu Spotlight pada AG

Lampu wall wash

Rel spotlight yang disambung

 fleksibel

Rel spotlight pada plafon miring

(31)

Selain menggunakan rel, penempatan lampu juga ada yang diletakkan pada struktur tertentu, dalam hal ini adalah partisi. Untuk pameran tertentu yang menggunakan partisi, lampu spotlight halogen juga dipasang di partisi untuk pencahayaan yang lebih focus dengan intensitas lampu yang lebih rendah dari spotlight plafon. Arah lampu dapat disesuaikan sesuai kebutuhan. Pemasangan lampu pada partisi menambah variasi pada galeri ini. AG merupakan satu-satunya yang memakai sistem ini.

Gambar 4.51. Lampu Spotlight di Partisi pada AG

Penempatan lampu pada struktur selain pada partisi spotlight halogen juga diletakkan pada rangka plafon karena tidak ada penutup plafon sehingga rangka plafon diekspos. Posisi berlawanan dengan lampu yang diletakkan pada rel.

Lampu tetap dapat digerakkan (diputar) namun tidak bisa digeser. Hal ini menambah variasi pemasangan lampu pada AG.

Gambar 4.52. Lampu Spotlight di Rangka Plafon pada AG

Lukisan yang dipamerkan variatif dan pencahayaan disesuaikan. Semakin besar maka semakin banyak lampu yang digunakan.

Spotlight pada partisi

 pencahayaan lebih fokus

Spotlight pada rangka plafon 

pencahayaan lebih terang pada dinding

(32)

Lukisan kecil (<0.50m):

1 lukisan disinari oleh 1 unit lampu. Pencahayaan sudah memenuhi standar minimal untuk pencahayaan lukisan kecil, yaitu minimal 1 unit lampu.

Gambar 4.53. Unit Lampu untuk Lukisan Kecil pada AG

Lukisan sedang (0.50-1.50m):

1 lukisan disinari oleh 1-2 lampu. Hal ini sudah termasuk ideal, minimal 1 lukisan menggunakan 1 lampu. Pada lukisan di lantai 2 ada yang disoroti oleh lampu spotlight rel dan spotlight yang terletak di rangka plafon.

Gambar 4.54. Unit Lampu untuk Lukisan Sedang pada AG

Lukisan besar (>1.50m):

Pada gambar 4.55 lukisan yang cukup besar, lampu spotlight yang digunakan untuk menyorot sebuah lukisan berjumlah 3-4 lampu sesuai kebutuhan.

Semakin besar, maka semakin banyak lampu yang dibutuhkan. Jumlah lampu sudah memadai.

2 unit lampu untuk 1 lukisan sedang (sudah sesuai) 2 unit lampu untuk

1 lukisan sedang (sudah sesuai)

1 unit lampu untuk 1 lukisan kecil (sesuai)

(33)

Gambar 4.55. Unit Lampu untuk Lukisan Besar pada AG

4.3.11. Sistem Pencahayaan Buatan AG

Sistem pencahayaan buatan AG memakai sistem yang sama, yaitu semua memakai sistem pencahayaan langsung (direct). Sistem pencahayaan ini umum digunakan, termasuk ideal untuk lukisan. Sistem pencahayaan langsung umum digunakan di galeri dimana semua lampu langsung menyorot ke objek baik dari spotlight yang menyorot lukisan, lampu gantung dan downlight yang menerangi ruang. Sistem pencahayaan ini digunakan karena langsung menonjolkan objek terutama pada lukisan sehingga focus pencahayaan tidak pada objek lain.

4.3.12. Teknik Pencahayaan Buatan AG

AG menggunakan teknik spotlight dan wall wash. Spotlight merupakan teknik yang paling umum dan banyak digunakan untuk pencahayaan lukisan.

Pengarahan spotlight ke lukisan menimbulkan efek kerudung yang menerangi lukisan satu per satu secara khusus.

Gambar 4.56. Teknik Pencahayaan Buatan Spotlight pada AG

3 unit lampu untuk 1 lukisan besar (sudah sesuai)

4 unit lampu untuk 1 lukisan besar (sudah sesuai)

Tekik Spotlight pada AG (umum untuk lukisan – sesuai)

(34)

Selain itu, pada AG juga tercipta efek wall wash dengan hasil pencahayaan yang merata pada dinding. Efek ini terlihat pada dinding yang terdapat di sebelah jendela main entrance, menyambung dari lantai 1 hingga 2 di area void. Lukisan pada sisi ini disoroti dari spotlight yang terletak jauh di rangka plafon yang sejajar ditambah dengan lampu gantung sehingga menimbulkan efek wall wash.

Gambar 4.57. Teknik Pencahayaan Buatan Wall wash pada AG

4.3.13. Efek Pencahayaan Buatan (EPB) AG

Pada gambar 4.58 (a), Spotlight yang disorot ke lukisan memberi pencahayaan yang merata pada lukisan karena dipengaruhi juga oleh pencahayaan umum ruang. Efek yang ditimbulkan sudah sesuai dengan arah pandang pengamat, jarak lampu dan sudut pantul lampu ke lukisan sudah sesuai dan tidak mengakibatkan silau.

(a) (b)

Gambar 4.58. Pengamatan Lukisan dengan Pencahayaan Buatan di AG

Teknik Wall wash

(pencahayaan ke dinding).

Efek pencahayaan merata pada lukisan.

Lampu tipe spotlight yang disorotkan mengarah ke dinding (teknik wall wash)

PH LD

VD LH

VH

(35)

Pada gambar 4.58 (b) dapat ditemukan bahwa:

VD (Viewing Distance / jarak pandang) = 1,5 m PH (Picture Height / tinggi lukisan) = 2m LD (Luminair Distance / jarak lampu) = 1,5m LH (Luminair Height / ) = 3m

VH (Viewing Height / ketinggian pandang) = 1,55m

Bila dimasukkan ke dalam perhitungan, yaitu: VD = 1,4 x PH maka hasil VD yang seharusnya adalah 2,8m sementara VD pada kenyataan adalah 1,5m sehingga dapat disimpulkan bahwa jarak pandang bagi pengamat kurang jauh / mundur dari lukisan untuk mendapatkan hasil pandang yang lebih baik. Untuk perhitungan LD = 0,7 (LH-VH) maka hasil LD yang seharusnya adalah 1,015m sementara pada kenyataan adalah 1,5m sehingga jarak lampu (LD) terlalu jauh, tetapi pada kenyataan hal ini cukup sesuai tergantung dari besarnya intensitas lampu spotlight dan lampu umum. Selain itu, dapat diatasi dengan rel T.

Spotlight disorot ke tiap-tiap lukisan, umumnya menimbulkan efek kerudung pada tiap lukisan. Pada beberapa tempat, efek kerudung spotlight saat pameran siang hari menjadi kurang jelas karena pengaruh pencahayaan alami yang kuat pada AG.

Gambar 4.59. Efek Kerudung Spotlight pada Lukisan Saat Siang Hari di AG

Pengarahan 2 lampu spotlight pada sebuah lukisan bila terlalu dekat dapat membuat efek kerudung pada lukisan tidak focus. Efek kerudung terlihat ada 2 di atas lukisan. Hal ini sebenarnya tidak terlalu mengganggu, hanya diakibatkan oleh

Efek spotlight kurang jelas krn pengaruh pencahayaan alami Efek spotlight

masih jelas, tidak terkena pencahayaan alami

(36)

bayangan yang tidak pas dapat menutupi informasi lukisan. Bayangan dari pencahayaan lukisan biasanya jatuh ke bawah lukisan dan menutupi informasi lukisan yang diletakkan di bawah lukisan.

Gambar 4.60. Efek Pencahayaan Buatan pada Informasi Lukisan AG

Pengarahan spotlight yang kurang sesuai arahnya dapat menimbulkan efek pencahayaan yang tidak pada tempatnya. Pada gambar 4.61 objek yang ingin dijadikan sorotan adalah pada bagian muka. Pengarahan spotlight yang kurang tepat menyebabkan focus sedikit bergeser ke kiri dari yang seharusnya.

Gambar 4.61. Pencahayaan Lukisan 1 yang Tidak Tepat pada AG

Pada gambar 4.62 pencahayaan berasal dari 2 spotlight yang berbeda posisi (berbeda rel). Kesalahan yang terlihat pada gambar tersebut berasal dari pengaturan focus dari masing-masing spotlight yang tidak pada satu titik di

Informasi lukisan yang tidak terbaca Informasi

lukisan yang terbaca

Arah spotlight tidak tepat, focus lebih ke kiri

Efek spotlight terlalu dekat

(37)

lukisan tersebut. Hal itu menyebabkan jatuhnya efek spotlight yang tidak tepat, satunya bergeser ke kiri sedang yang satunya bergeser ke atas.

Gambar 4.62. Pencahayaan Lukisan 2 yang Tidak Tepat pada AG

Efek spotlight terlalu ke kiri

Efek spotlight terlalu ke atas

(38)

Deskripsi dari hasil analisis objek-objek di atas akan disederhanakan dalam bentuk tabel yang berisi poin-poin analisis. Hasil analisis akan dinilai dengan literatur atau keadaan ideal sebagai parameter dengan kategori penilaian sebagai berikut:

+++ : Terapan ideal dengan adanya penambahan-penambahan yang dapat menjadi kelebihan.

++ : Terapan ideal.

+ : Terapan sudah cukup sesuai namun masih ada kekurangan yang dapat ditoleransi.

- : Terapan cukup sesuai namun masih ada kekurangan yang mengganggu.

-- : Terapan kurang sesuai.

--- : Terapan sangat tidak sesuai.

Tabel 4.1. Analisis Umum Terapan Ideal pada Obyek

No. KATEGORI

ORASIS ART GALLERY (OAG)

SOZO ART SPACE (SAS)

AG GALLERY (AG)

TERAPAN IDEAL ANALISIS

1 Konsep

Orasis tidak memiliki konsep kuat. Tujuan galeri ini adalah supaya pengunjung merasa nyaman. Lantai 1&2 etnik, lantai 3 minimalis.

(-)

Sozo memiliki konsep yang kuat sebagai sebuah galeri.

Kesan mewah menjadi konsep dalam galeri ini.

(++)

Hall galeri adalah konsep dalam galeri ini. Ruang yang luas dengan sekat-sekat yang minimalis dan bisa

disesuaikan dengan kebutuhan pameran.

(+)

Sebuah galeri harus memiliki konsep kuat yang dapat membedakannya dengan galeri lainnya.

OAG: Konsep kurang jelas dan kurang adanya kesatuan (perbedaan mencolok antara lantai 1&2 dengan lantai 3).

SAS: Ideal karena memiliki konsep yang kuat.

AG: Sudah berkonsep namun kurang kuat untuk bisa menonjol

(39)

Tabel 4.1. Analisis Umum Terapan Ideal pada Obyek (sambungan)

No. KATEGORI

ORASIS ART GALLERY (OAG)

SOZO ART SPACE (SAS)

AG GALLERY (AG)

TERAPAN IDEAL ANALISIS

2 Eksisting

Gabungan 2 ruko yang terdiri dari 3 lantai.

(-)

Gabungan 2 ruko yang terdiri dari 4 lantai (yang dipakai hanya setengah bangunan, potongan memanjang).

(-)

Bangunan khusus masih dalam kompleks AJBS, terdiri dari 2 lantai. Luas lantai 2 setengah dari lantai 1, sisanya void.

(+)

Tidak ada criteria khusus untuk bangunan galeri seni namun secara ideal, galeri seni berupa bangunan khusus yang terpisah.

OAG: Ruko bisa dipakai sebagai galeri namun bukan merupakan bangunan khusus SAS: Galeri ini juga memakai ruko (bukan bangunan khusus) AG: Sudah berupa bangunan khusus sebagai galeri tetapi masih standar

3

Main Entrance

(ME)

ME standar seperti ruko perkantoran pada umumnya (pintu kaca).

(-)

ME lantai 1 berupa lukisan abstrak menarik perhatian, berbeda dari yang lain. Lantai 2dan 3 standar ruko (jendela).

(+)

Minimalis dengan permainan batu pada ME yang berupa lorong, mengarah ke pintu kaca di tengah.

(+)

ME yang menarik membuat pengunjung lebih tertarik untuk datang dan masuk ke galeri. ME juga merupakan icon sebuah bangunan (bagian pertama yang dilihat orang dari sebuah bangunan).

OAG: ME standar polos sehingga kurang menarik SAS: Walau berupa ruko, ME dibuat cukup menarik sesuai keinginan pengelola yaitu membuat orang tertarik AG: ME cukup menarik dengan adanya lorong

4 Lantai

Lantai 1: keramik doff krem  efek lampu tidak memantul (berpendar) – tidak mengganggu

Lantai 2 dan 3: keramik glossy

 pantulan efek lampu terasa – tidak sampai mengganggu (-)

Karpet biru gelap  tidak ada efek pantul sama sekali.

(++)

Lantai 1: semen plester finishing halus  efek pendaran halus, tidak mengganggu.

Lantai 2: parket krem muda finishing glossy  pantulan halus, tidak terlalu terasa.

(+)

Efek pencahayaan pada lantai glossy dan berwarna terang akan lebih terlihat dan dapat mengakibatkan silau daripada yang doff dan gelap.

Pantulan tidak

mengganggu selama tidak

OAG: Pada lantai 3 keramik glossy mengakibatkan adanya pantulan.

SAS: Karpet tidak memantulkan lampu dan menambah kesan mewah.

AG: Semen tidak memantulkan lampu namun kesan estetisnya

(40)

Tabel 4.1. Analisis Umum Terapan Ideal pada Obyek (sambungan)

No. KATEGORI

ORASIS ART GALLERY (OAG)

SOZO ART SPACE (SAS)

AG GALLERY (AG)

TERAPAN IDEAL ANALISIS

5 Dinding

Lantai 1 dan 2:

Dinding bertekstur, warna hangat (krem, merah bata)  lampu tidak memantul walaupun lukisan kurang menonjol.

Lantai 3:

Dinding putih  lukisan menonjol.

(+)

Dinding dominan putih  lukisan menonjol.

Cat warna merah dan kuning pada beberapa sisi sebagai vocal point membuat lukisan pada sisi ini lebih menonjol dibanding sisi lainnya.

(++)

Dinding putih  lukisan menonjol namun saat siang hari (pengaruh pencahayaan alami sangat kuat untuk beberapa area) sehingga lukisan terlihat lebih pucat dari aslinya.

(+)

Dinding harus matte atau bertekstur supaya sorot lampu tidak memantul.

Dinding putih membuat efek pancaran lampu lebih terang dan warna lukisan lebih jelas.

Permainan dinding dengan warna mencolok dapat menjadi vocal point.

OAG: Dinding sudah sesuai namun masih terkesan monoton dan vocal point kurang terlihat SAS: Permainan warna dinding menjadi kelebihan pada galeri ini. Vocal point jelas.

AG: Dinding putih dan matte sudah cukup sesuai, tidak ada permainan warna sama sekali.

6 Plafon

Lantai 1 dan 2:

Plafon krem motif cat tidak merata  focus terpecah, tidak hanya pada dinding lagi.

Lantai 3:

Plafon putih  efek pencahayaan merata.

(-)

Plafon hitam  lampu menonjol, focus mengarah ke dinding (sesuai konsep).

(++)

Plafon putih  efek pencahayaan merata.

(+)

Plafon putih membuat efek lampu lebih merata sementara plafon gelap membuat lampu lebih menonjol dan terang.

Plafon tidak boleh lebih menarik perhatian daripada dinding (tempat lukisan).

OAG: Plafon ada yang sesuai namun yang bercorak membuat dinding tidak lagi focus utama.

SAS: Plafon ideal karena tidak mengambil focus pada dinding.

AG: Plafon putih sudah cukup sesuai (sama dengan dinding).

7 Warna &

Suasana

Monokromatik, lantai 1&2 dominan warna hangat (pencahayaan terasa kurang terang), lantai 3 cenderung putih polos.

(-)

Komplementer dengan tujuan kesan beda dan mewah tapi nyaman.

(++)

Monokromatik dominan putih kecuali lantai yang masih cenderung netral.

(+)

Suasana yang terang dengan pencahayaan yang mendukung sangat diperlukan. Interior dengan warna hangat membuat lukisan kurang menonjol.

OAG: Terapan cukup namun pada lantai 1&2 lukisan kurang menonjol.

SAS: Ideal karena mendukung untuk menikmati lukisan.

AG: Cukup walau agak

(41)

Tabel 4.1. Analisis Umum Terapan Ideal pada Obyek (sambungan)

No. KATEGORI

ORASIS ART GALLERY (OAG)

SOZO ART SPACE (SAS)

AG GALLERY (AG)

TERAPAN IDEAL ANALISIS

8

Efek Pencahayaan

Alami (EPA)

EPA pada lantai 1 hanya masuk samar-samar karena ditutupi kerai (sedikit berpengaruh) sementara pada lantai 2 dan 3 tidak masuk (ditutup partisi).

(+)

EPA pada lantai 1 masuk dari pintu dan sedikit terhalang teralis, mengarah ke resepsionis (tidak banyak berpengaruh) sementara pada lantai 2 dan 3 tidak masuk (ditutup partisi).

(++)

EPA masuk dari dinding ME lantai 1 dan 2 yang

didominasi oleh kaca bening, mengakibatkan efek pantul/silau pada lukisan di daerah void terutama yang berbingkai kaca.

(--)

EPA yang terlalu kuat dapat mengakibatkan pantulan dan silau pada lukisan, selain itu warna pada lukisan dapat berubah dan memudar karena dipengaruhi sinar UV dari matahari.

OAG: EPA cukup sesuai, hanya berpengaruh sedikit (tidak sampai mengganggu) SAS: EPA sudah sesuai karena tidak banyak berpengaruh.

AG: Tidak sesuai karena EPA paling kuat dan berpengaruh

9 Jenis Lampu

Lampu umum cukup variatif (Fluorescent, downlight halogen dan lampu gantung).

Semua lampu warm light kecuali spotlight warna.

Lampu khusus (aksen) menggunakan spotlight hanya 1 macam.

(++)

Lampu umum menggunakan spotlight (lampu aksen sekaligus berfungsi sebagai lampu umum). Downlight juga ada tapi jarang dipakai.

Semua lampu warm light.

Lampu khusus (aksen) masih menggunakan spotlight dengan 1 macam.

(+)

Lampu umum menggunakan spotlight (fungsi dobel) dan lampu gantung.

Semua lampu warm light.

Lampu khusus (aksen) menggunakan spotlight, variatif mulai dari jenis dan letak (plafon, plafon miring, rangka plafon hingga partisi).

(+++)

Lampu yang umum digunakan oleh galeri lukis untuk pencahayaan lukisan (lampu aksen) adalah halogen spotlight dengan dimmer dan ada tambahan seperti LED.

Lampu untuk penerangan umum menggunakan fluorescent, incandescent, dan lampu gantung.

OAG: Jenis lampu sudah ideal (khusus dan umum ada) SAS: Jenis lampu cukup, termasuk sedikit dibanding yang lain dan lampu umum jarang digunakan (spotlight sudah cukup)

AG: Jenis lampu ideal dan paling variatif, berbeda-beda sesuai letaknya.

(42)

Tabel 4.1. Analisis Umum Terapan Ideal pada Obyek (sambungan)

No. KATEGORI

ORASIS ART GALLERY (OAG)

SOZO ART SPACE (SAS)

AG GALLERY (AG)

TERAPAN IDEAL ANALISIS

10

Sistem Pemasangan

Lampu

- Rel 1 line ±1m dengan 2 lampu spotlight halogen.

Lukisan kecil-sedang:

1 lampu – 1 lukisan.

Lukisan besar (±1,5m):

1 rel (2 lampu) – 1 lukisan.

(+)

- Rel 1 line ±1m dengan 3 lampu spotlight halogen.

Lukisan kecil-sedang:

1 lampu – 1 lukisan, Lukisan besar:

2 lampu – 1 lukisan (+)

- Rel 1 line ±1m dengan 1- 3 lampu spotlight halogen (plafon) (disambung memanjang).

- Selain rel, spotlight halogen dipasang pada rangka plafon dan partisi

Lukisan kecil-sedang:

1-2 lampu – 1 lukisan.

Lukisan besar:

3-4 lampu – 1 lukisan.

(++)

Sistem pemasangan spotlight dominan menggunakan rel dengan sambungan atau tidak. Rel yang disambung lebih menguntungkan untuk pencahayaan yang fleksibel.

Selain rel, pemasangan lampu pada rangka plafon dan partisi juga menjadi alternative.

Umumnya 1 rel terdiri dari 2-4 unit lampu. Lukisan kecil membutuhkan 1 unit lampu, lukisan sedang dan besar membutuhkan minimal 2 unit lampu.

OAG: Pemasangan spotlight standar menggunakan rel, jarak agak jauh tapi masih cukup SAS: Pemasangan spotlight standar menggunakan rel, jarak antar rel agak jauh

AG: Pemasangan variatif, tidak hanya pada rel tapi juga pada rangka plafon dan partisi. Rel disambung sehingga lebih fleksibel.

11

Sistem Pencahayaan

Buatan

Sistem pencahayaan pada galeri ini adalah direct (langsung).

(++)

Sistem pencahayaan pada galeri ini adalah direct (langsung).

(++)

Sistem pencahayaan pada galeri ini adalah direct (langsung).

(++)

Sistem pencahayaan yang umum pada galeri adalah direct, yaitu semua lampu langsung diarahkan pada objek (lukisan, dinding, dan ruang).

OAG: Terapan sudah ideal dengan penerapan sistem direct SAS: Terapan sudah ideal dengan penerapan sistem direct AG: Terapan sudah ideal dengan penerapan sistem direct

Gambar

Gambar 4.4. Efek Pencahayaan Buatan pada Dinding Lantai 1 (a) dan 2 (b)  OAG Efek pantul  lukisan (lantai 2) Tidak terlalu mengganggu  Efek pantul  lukisan (lantai 3)  Tidak terlalu mengganggu  Tidak ada  efek pantul  pada dinding
Gambar 4.15. Pengamatan Lukisan dengan Pencahayaan Buatan di OAG
Gambar 4.16. Efek Kerudung pada Lukisan Sedang di OAG
Gambar 4.17. Pencahayaan Merata pada Lukisan Sedang di OAG
+7

Referensi

Dokumen terkait

Nilai koefisien korelasi berganda (R) sebesar 0.598, menunjukkan bahwa keeratan hubungan antara variabel bebas, yaitu pertumbuhan broker (X 1 ) dan Produktifitas agen (X 2 )

Sistem pencahayaan gabungan dianjurkan digunakan untuk tugas visual yang memerlukan tingkat pencahayaan yang tinggi, memperlihatkan bentuk dan tekstur yang memerlukan cahaya

Dari hasil tabulasi silang antara efektivitas iklan dengan pengeluaran responden, iklan Barang Murah Unik Jaya pada Facebook ini lebih efektif untuk responden dengan

Lewat video klip “ Nilailah Aku ”, mereka membuktikan bahwa Kangen Band adalah band pop Melayu di Indonesia yang bisa diperhitungkan oleh kelompok dominan dari berbagai macam

Tipografi yang dipakai dalam visualisasi undangan Jawa maupun Tionghoa adalah dari jenis sans serif maupun serif untuk isi dan script untuk penulisan nama pengantin. Berikut

Karena melakukan penyerahan BKP maka pada setiap pembelian barang dagangan dari beberapa manufaktur berdasarkan pasal 2 Peraturan Menteri Keuangan Nomor

Aplikasi yang memadukan antara kontrol otomatis dan kontrol manual dalam sebuah sistem home automation masih kurang.. Teknik pencahayaan dalam sistem home automation

2. Mengajak Kaisar Blind Chess.. kritik, pendapat untuk memotivasi satu sama lain pada saat latihan bersama ataupun ketika sedang menganalisa partai catur. Namun selama