• Tidak ada hasil yang ditemukan

@All Right Reserved Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "@All Right Reserved Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang"

Copied!
237
0
0

Teks penuh

(1)

Internalisasi Al-Qur’an Dan Ritus Budaya Mandi Safar Di Indonesia;

Studi Kasus Di Desa Air Hitam Laut Kecamatan Sadu Tanjung Jabung Timur Provinsi Jambi

Copyright © Rafika Dhiya Alfadhilah, 2021

@All Right Reserved

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang Penulis : Rafika Dhiya Alfadhilah

Editor : Muhammad Hilal Tata Letak : Imron Haqiqi Cover : Maknawi Creative

Cetakan I, Mei, 2021 xx + 175 hlm.; 18.2 x 25.7 cm.

ISBN : 978-623-97020-0-7 Diterbitkan oleh:

MAKNAWI (CV. MAKNAWI)

Jl. K.H. Bukhori, Rt 01, Rw. 01, Dusun Sidomakmur, Desa Pagelaran, Kabupaten Malang, Jawa Timur

Email : maknawipress@gmail.com No. Hp. : 081234451990 (Imron Haqiqi)

Dilarang memperbanyak atau menggandakan sebagian atau seluruh isi buku ini untuk tujuan komersial. Setiap tindak pembajakan akan diproses sesuai hukum yang berlaku. Pengutipan untuk kepentingan akademis, jurnalistik,

dan advokasi diperkenankan.

(2)

INTERNALISASI AL-QUR’AN DAN RITUS BUDAYA MANDI SAFAR DI INDONESIA (Studi Kasus Di Desa Air Hitam Laut Kecamatan

Sadu Tanjung Jabung Timur Provinsi Jambi)

THESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Magister Agama (M.Ag)

Oleh :

Rafika Dhiya Alfadhilah 21180340000002

STUDI MAGISTER ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR (IAT) PROGRAM MAGISTER

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1442 H/2021 M

(3)

i

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING TESIS

“AL-QUR’AN DAN RITUS KEAGAMAAN MANDI SAFAR DI INDONESIA: (Studi Kasus Di Desa Air Hitam Laut Kecamatan Sadu

Tanjung Jabung Timur Provinsi Jambi)

Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta Sebagai Syarat untuk Mendapatkan Gelar Magister

Agama (M.Ag)

Oleh:

Rafika Dhiya Alfadhilah NIM. 21180340000002

Dosen Pembimbing

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Hamid Nasukhi, M.A.

NIP. 19630908 199001 1 001

Kusmana, M.A., Ph.D NIP. 19650424 199503 1 001

STUDI MAGISTER ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR (IAT) PROGRAM MAGISTER

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1442 H/2021 M

(4)

ii

(5)

iii

PENGESAHAN PANITIA UJIAN TESIS

Tesis yang berjudul “Al-Quran dan Ritus Keagamaan Mandi Safar di Indonesia: (Studi Kasus di Desa Air Hitam Laut Kecamatan Sadu Tanjung Jabung Timur Provinsi Jambi)” telah diujikan dalam sidang tesis terbuka Fakultas Ushuluddin Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 05 Mei 2021. Tesis ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister (M.Ag) pada Program Studi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir dengan konsentrasi Tafsir.

Ciputat, 05 Mei 2021 Sidang Terbuka

Ketua Tim Penguji Sekretaris Tim Penguji

Dr. Bustamin, M.Si Dr. Ahmad Fudhaili, M.Ag NIP. 19630701 199803 1 003 NIP. 19740510 200501 1 009

Anggota:

Penguji I Penguji II

Dr. Yusuf Rahman, M.A Dr. Bustamin, M.Si NIP. 19670213 199203 1 002 NIP. 19630701 199803 1 003

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Hamid Nasukhi, M.Ag Kusmana, MA, Ph.D NIP. 19630908 199001 1 001 NIP. 19650424 199503 1 001

(6)

iv ABSTRAK

Tesis ini membahas penggunaan simbol keagamaan yang berupa penggunaan 7 ayat Al-Qur’an berawalan salamun pada ritus di Desa Air Hitam Laut pada hari Rabu terakhir bulan safar dikenal sebagai ritus Mandi Safar. Tujuan dari kajian ini adalah untuk memotret praktik ritus tersebut, memaknai penggunaan simbol keagamaan di dalamnya dan melihat hasil kajian tersebut dalam perkembangan praktik ritus keagamaan di Indonesia.

Dengan menggunakan metode Deskriptik Analitik dan pendekatan Simbolik Interpretatif Clifford Geertz, peneliti menjawab Bagaimana Al- Qur’an digunakan/difungsikan/dipraktikkan dalam praktik, makna penggunaan ayat-ayat Al-Qur’an di dalam praktik ritus Mandi Safar serta makna temuan kajian ini dalam wacana ritus keagamaan di Indonesia.

Setelah data dikumpulkan melalui studi literatur review, observasi lapangan, wawancara, dokumentasi, peneliti mengelompokkan data yang terkumpul dan diolah melalui tiga tahap yaitu reduksi data, display dan verifikasi data.

Kemudian peneliti menafsirkannya dengan menggunakan Simbolime Interpretatif Geertz.

Penelitian ini menemukan beberapa poin: temuan pertama, Internalisasi dua tradisi leluhur yang menggambungkan unsur agama dan kebudayaan dengan menuliskan 7 ayat salamun di atas daun mangga. Ayat- ayat yang digunakan adalah; ; QS. Ya>si>n (58), QS. as}- S}a>ffa>t (79), QS. as}- S}a>ffa>t (109), QS. as}- S}a>ffa>t (120), QS. as}- S}a>ffa>t (130), QS. Az-Zumar (73) dan QS. Al-Qadr (5).

Kemudian Temuan kedua, makna penggunaan Al-Qur’an dari segi agama adalah merupakan ibadah untuk mendapatkan pahala serta wasilah untuk memohon keselamatan. Jika dilihat dari segi makna kebudayaannya secara umum di Indonesia serta khususnya di Desa Air Hitam Laut dalam melaksanakan ceremonial ini merupakan upaya meminta perlindungan tolak balak.

Dan Temuan ketiga, Dari segi penggunaan dan makna simbol ayat ini memiliki hubungan pada ritus keagamaan di Indonesia, dan jika dilihat dari ritus bulan safar di berbagai daerah juga memiliki hubungan, hanya saja menyesuaikan kearifan lokal yang berlaku dimasyarakat setempat sehingga menghasilkan output budaya berbeda-beda.

(7)

v ABSTRACT

This thesis discusses the use of religious symbols in the form of using 7 verses of the Qur’an beginning with the rite in Air Hitam Laut village on the last Wednesday of the safar month known as the Mandi Safar rite. The purpose of this study is to capture the practice of these rites, interpret the use of religious symbols in them and see the results of these studies in the development of religious rite practices in Indonesia.

Using the Analytical Descriptive method and the Symbolic Interpretation approach of Clifford Geertz, the researcher answered how the Qur'an is used / functioned / practiced in practice, the meaning of using Qur'anic verses in the practice of the Safar Bathing rite and the meaning of the findings of this study in discourse on religious rites in Indonesia. After the data is collected through literature review studies, field observations, interviews, documentation, the researcher classifies the collected data and is processed through three stages, namely data reduction, display and data verification. Then the researcher interpreted it using Geertz's Interpretive Symbolism.

This research found several points: the first finding, the internalization of two ancestral traditions that combine elements of religion and culture by writing 7 salamun verses on mango leaves. The verses used are; : QS. Yasin (58), QS. as- Şäffat (79), QS. aş- Şaffät (109), QS. aş- Şaffat (120), QS. as- Şaffat (130), QS. Az-Zumar (73) and QS. Al-Qadr (5).

Then the second finding, the meaning of using the Koran in terms of religion is worship to get reward and wasilah to ask for salvation. When viewed from the point of view of the cultural meaning in general in Indonesia and especially in Air Hitam Laut Village, carrying out this ceremonial is an effort to ask for protection against logs.

And the third finding, in terms of the use and meaning of this verse symbol has a relationship to religious rites in Indonesia, and if seen from the rites of the Safar month in various regions it also has a relationship, it's just that it adjusts to local wisdom that applies in the local community so as to produce different cultural outputs.

(8)

vi

ةصلاخلا

ثحبت ةينيدلا زومرلا مادختسا ةلاسرلا هذه ب

مادختسا لكش 7

أدبت نآرقلا نم تايآ ةملكلاب

" ملاس "

ةيرق يف سقطلا يف Air Hitam Laut

رهش نم ريخلأا ءاعبرلأا موي

لا ص رف ب يمسو سقط

ص لسغ .رف

و لا هذه نم ضرغلا ثحب

ةسرامم ىلع فرعتلا وه

، سوقطلا هذه نأشب

تاساردلا هذه جئاتن ىلع علاطلااو اهيف ةينيدلا زومرلا مادختسا

يف ةينيدلا سوقطلا تاسرامم ريوطت يف .ايسينودنإ

باجأ ، زتريغ دروفيلكل يزمرلا يريسفتلا جهنملاو يليلحتلا يفصولا جهنملا مادختساب ىنعمو ، ةيلمعلا ةسرامملا يف هتسرامم / هليغشت / نآرقلا مادختسا ةيفيك نع ثحابلا سقط ةسرامم يف ةينآرقلا تايلآا مادختسا لسغ نع

ص رف و يف ةساردلا هذه جئاتن ىنعم

لوح باطخلا تاسارد للاخ نم تانايبلا عمج دعب .ايسينودنإ يف ةينيدلا سوقطلا

فينصتب ثحابلا موقي ، قيثوتلاو تلاباقملاو ةيناديملا تاظحلاملاو تايبدلأا ةعجارم تانايبلا ليلقت يهو ، لحارم ثلاث للاخ نم اهتجلاعمو اهعمج مت يتلا تانايبلا ثحابلا اهرسف مث .تانايبلا نم ققحتلاو ضرعلاو .ةيريسفتلا زتريغ ةيزمر مادختساب

بلا دجو حا نيدلا رصانع نيب عمجت دادجأ ديلاقت باعيتسا ، ىلولأا ةجيتنلا :طاقن ةدع ث

ةباتك للاخ نم ةفاقثلاو 7

تايآ

"

ملاس

"

.وجناملا قاروأ ىلع و

يه ةمدختسملا تايلآا

( سي ةروس : 58

( تافصلا ةروس . ) 79

تافصلا ةروس ) (

109 ) تافصلا ةروس

( 120 .) ( تافصلا ةروس 130

( رمزلا ةروس ) 73

( ردقلا ةروسو ) 5

)

، باوثلا يف ةدابعلا وه ينيد روظنم نم نآرقلا لامعتسا ىنعم ، ةيناثلا ةجيتنلا مث لا بلطل ةليصولاو ةملاس

يف ماع لكشب يفاقثلا ىنعملا رظن ةهجو نم اهيلإ رظنلا دنع .

ةيرق يف ةصاخو ايسينودنإ Air Hitam Laut

ف ، ةلواحم وه لافتحلاا اذه ءارجإ نإ

نم ةيامحلا بلطل . ءلابلا

زمر ىنعمو مادختسا ثيح نم ، ةثلاثلا ةجيتنلاو هذه

يف ةينيدلا سوقطلاب ةقلاع اهل ةيلآا

اًضيأ اهل نإف ، ةفلتخم قطانم يف رفص رهش سوقط نم اهتيؤر مت اذإو ، ايسينودنإ ، ةقلاع و

ةيلحملا ةمكحلا عم فيكتت طقف اهنإ جاتنلإ يلحملا عمتجملا يف قبطنت يتلا

ةفلتخم ةيفاقث تاجرخم

(9)

vii

KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan taufiq dan inayah-Nya sehingga penelitian ini selesai dengan baik dan tepat waktu meskipun banyak rintangan yang harus dilewati. Shalawat serta salam untuk baginda Nabi Muhammad SAW semoga kita diberikan syafa’at (pertolongan) dikemudian nanti a>mi>n.

Secara didaktis, penulis sangat sadar bahwa penyusunan tesis ini tidak akan selesai tanpa adanya bantuan dan dukungan dari pihak lain. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih dan memberikan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam menyelesaikan penelitian ini. karena itu, pertama-tama saya menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Dosen Pembimbing I, Dr. Hamid Nasuki, M.Ag yang sudah rela dan ikhlas menyempatkan diri untuk membimbing dengan penuh kehati-hatian, ketelitian dan kesabaran. Ucapan terima kasih juga saya sampaikan kepada Dosen Pembimbing II, Kusmana, MA., Ph.D yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk berdialektika dan membimbing secara intensif kepada penulis di tengah-tengah kesibukannya sebagai wakil Dekan Fakultas Ushuluddin hingga akhirnya penelitian ini selesai.

Tidak pula kepada para penguji : Dr. Yusuf Rahman, MA, Dr.

Bustamin, M.Si, Dr. Hamid Nasuki, M.Ag, dan Kusmana, MA., Ph.D yang telah bersedia membimbing dan meberikan masukan-masukan demi tercapainya kesempurnaan penelitian ini. Para Dosen Program Magister Ushuluddin, Pimpinan dan Staf Perpustakaan Utama (PU) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta dan Dr. Bustamin, M.Si selaku Ketua Program Magister dan Dr. Fudhaili, M.Ag selaku Sekretaris Program Magister Fakultas Ushuluddin.

(10)

viii

Orang tua penulis; papa Ambo Pangiuk, S.Ag., M.Si dan mama Siti Hamidah, S.Ag yang tak henti-hentinya mendo’akan anaknya agar menjadi anak yang sholehah, yang telah memberikan kasih sayang yang tak pernah pudar, selalu memberikan nasehat-nasehat yang menjadi sumber insipirasi dalam meniti kehidupan, membantu penulis dalam menempuh pendidikan dan selalu mengajarkan tentang rasa keikhlasan, ketulusan dan kesederhanaan. Dan untuk kedua adik penulis Semita Dhiya An-Najwa dan Andrina Dhiya Pangiuk yang telah memberikan semangat dan pelajaran agar penulis bisa menjadi kakak yang baik buat kalian. Terima kasih untuk semuanya, tidak ada yang patut penulis persembahkan melainkan do’a, Semoga Allah memberikan kesehatan, kenerkahan dan kebahagiaan lahir batin di dunia maupun akhirat.

Seluruh masyarakat Desa Air Hitam Laut Sadu Tanjung Jabung Timur Provinsi Jambi khususnya KH. M. As’ad Arsyad, M.Ag, Armada, Muhammad Tang, Nisaurraidah Dela Mada dan seluruh informan yang tidak tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu yang telah memberikan informasi dan keterbukaannya mengenai Ritus Mandi safar sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini.

Teman-teman Program Magsiter IAT angkatan 2018 yang telah menemani penulis, berdiskusi, belajar bersama, dan berbagi kebahagiaan.

Beserta kepada semua yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu, yang telah memberikan bantuan motivasi dan dorongan dalam menyelesaikan studi S2 di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Semoga semua jasa yang telah dilakukan menjadi amal saleh dan mendapatkan balasan dari Allah SWT. Penulis menyadari bahwa tesis ini jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu, kritik ataupun saran yang membangun sangat dibutuhkakn penulis untuk kebaikan ke depannya, dan semoga dengan segala kekurangan yang ada dalam skripsi ini, mudah-

(11)

ix

mudahan membawa manfaat dan keberkahan di dunia maupun di akhirat.

a>mi>n.

Jakarta, 8 Maret 2021 Penulis

Rafika Dhiya Alfadhilah

(12)

x

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN

Pedoman Transliterasi Arab-Latin ini merujuk pada SKB Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI, tertanggal 22 Januari 1988 No: 158/1987 dan 0543b/U/1987.

A. Konsonan Tunggal Huruf

Arab Nama Huruf Latin Keterangan

أ

Alif ... Tidak dilambangkan

ب

Bā’ B Be

ت

Tā’ T Te

ث

Ṡā’ Ṡ Es titik atas

ج

Jim J Je

ح

Ḥā’ Ḥ Ha titik di bawah

خ

Khā Kh Ka dan ha

د

Dal D De

ذ

Żal Ż Zet titik di atas

ر

Rā’ R Er

ز

Zai Z Zat

س

Sīn S Es

ش

Syīn Sy Es dan ye

ص

Ṣād Ṣ Es titik di bawah

ض

Ḍād Ḍ De titik di bawah

ط

Ṭā’ Ṭ Te titik di bawah

ظ

Zā’ Ẓ Zet titik di bawah

(13)

xi

ع

‘Ain ....‘.... Koma terbalik (di atas)

غ

Gayn G Ge

ف

Fā’ F Ef

ق

Qāf Q Qi

ك

Kāf K Ka

ل

Lām L El

م

Mīm M Em

ن

Nūn N En

و

Waw W We

ه

Hā’ H Ha

ء

Hamzah ....’.... Apostrof

ي

Yā Y Ye

B. Konsonan rangkap karena tasydīd ditulis rangkap:

Kalimat Ditulis

نيّدقعتم

muta‘aqqidīn

ةّدع

‘iddah

C. Tā’ Marbūṭah di akhir kata 1. Bila dimatikan, ditulis h:

Kalimat Ditulis

ةبه

hibah

ةيزج

jizyah

(14)

xii

(ketetentuan ini tidak diperlukan terhadap kata-kata Arab yang sudah terserap ke dalam bahasa Indonesia, seperti zakat, shalat dan sebagainya, kecuali dikehendaki lafal aslinya).

2. Bila dihidupkan karena berangkaian dengan kata lain, ditulis t:

Kalimat Ditulis

الله ةمعن

ni’matullāh

رطفلا ةاكز

zakātul-fiṭri

3. Vokal pendek

Kalimat Ditulis

َ_

_

(fathah) a contoh َب َرَض ditulis ḍaraba

ِ --

-

(kasrah) i contoh َم هَف ditulis fahima

_ُ_

(ḍammah) u contoh َب تُك ditulis kutiba

D. Vokal panjang

1. Fathah + alif, ditulis ā (garis di atas)

Kalimat Ditulis

ةيلهاج

jāhiliyyah

2. Fathah + alif maqṡur, ditulis ā (garis di atas)

Kalimat Ditulis

يعسي

yas’ā

3. Kasrah + yā mati, ditulis ī (garis di atas)

Kalimat Ditulis

(15)

xiii

ديجم

majīd

4. Ḍammah + waw mati, ditulis ū (garis di atas)

Kalimat Ditulis

ضورف

furūḍ

E. Vokal rangkap:

1. Fathah + yā mati, ditulis ai

Kalimat Ditulis

مكنيب

bainakum

2. Fathah + waw mati, ditulis au

Kalimat Ditulis

لوق

qaul

F. Vokal-vokal pendek yang berurutan dalam satu kat, dipisahkan dengan apostrof.

Kalimat Ditulis

متنأأ

a‘antum

تدعأ

u‘iddat

متركش نئل

la‘in syakartum

G. Kata sandang Alif + Lām

1. Bila diikuti huruf qamariyah ditulis al-

Kalimat Ditulis

(16)

xiv

نآرقلا

al-Qurān

سايقلا

al-Qiyās

2. Bila diikuti huruf syamsiyyah, sama dengan huruf qamariyah.

Kalimat Ditulis

سمشلا al-Syams

ءامسلا al-samā’

H. Huruf Besar

Huruf besar yang digunakan dalam tulisan Latin digunakan sesuai dengan Ejaan Yang Disempurnakan (EYD)

I. Penulisan kata-kata dalam rangkaian kalimat dapat ditulis menurut penulisannya

Kalimat Ditulis

ضورفلا ىوذ

żawi al-furūḍ

ةنسلا لهأ

ahl al-Sunnah

(17)

xv DAFTAR ISI

ABSTRAK ... iv

KATA PENGANTAR ... vii

PEDOMAN TRANSLITERASI ... x

DAFTAR ISI ... xv

DAFTAR TABEL ... xix

DAFTAR GAMBAR ... xx

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 3

1. Identifikasi Masalalah ... 4

2. Pembatasan Masalah ... 5

3. Perumusan Masalah ... 5

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 5

D. Telaah Pustaka ... 6

E. Metode Penelitian ... 14

1. Jenis Penelitian ... 14

2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 16

3. Subjek Penelitian dan Sumber Data ... 16

4. Teknik Pengumpulan Data ... 17

5. Teknik Analisis Data ... 19

F. Sistematika Pembahasan ... 21

BAB II. LIVING QUR’AN DAN RITUS KEAGAMAAN MANDI SAFAR A. Defini dan Sejarah Living Qur’an ... 24

B. Living Qur’an dan Tatanan Praktis ... 37

(18)

xvi

1. Al-Qur’an dan Pengobatan ... 39

2. Al-Qur’an dan Tradisi Masyarakat ... 46

C. Living Qur’an dan Ritus Keagamaan Mandi Safar ... 48

D. Living Qur’an dan Teori Simbolik Interpretatif Geertz .. 52

BAB III. GAMBARAN UMUM DESA AIR HITAM LAUT DAN RITUS MANDI SAFAR A. Demografi dan Geografi Desa Air Hitam Laut ... 57

B. Sejarah Desa Air Hitam Laut ... 60

1. Asal-Usul dan Perkembangan Desa Air Hitam Laut .. 60

2. Keagamaan di Desa Air Hitam Laut ... 64

C. Sejarah dan Keutamaan Bulan Safar ... 67

D. Ragam Praktik Bulan Safar di Nusantara ... 70

BAB IV. TRADISI TOLAK BALAK PADA RITUS MANDI SAFAR DI DESA AIR HITAM LAUT A. Sejarah Ritus Mandi Safar di Desa Air Hitam Laut ... 90

B. Faktor Pelaksanaan Ritus Mandi Safar di Desa Air Hitam Laut ... 99

1. Faktor Tradisi Turun Temurun ... 101

2. Faktor Lingkungan ... 102

3. Faktor Visi Misi ... 103

C. Tahap Persiapan Ritus Mandi Safar di Desa Air Hitam Laut ... 104

1. Khataman dan Do’a Untuk Negeri ... 105

2. Hari Penulisan 7 Ayat salamun ... 108

D. Tahap Pelaksanaan Ritus Mandi Safar di Desa Air Hitam Laut ... 109

1. Menuju Lokasi Pantai Babussalam ... 109

2. Praktik Ritus Mandi Safar ... 110

(19)

xvii

3. Penutupan dan doa bersama ... 111

4. Membagikan Makanan dan bersalam-salaman ... 111

BAB V. INTERNALISASI PENGGUNAAN AYAT-AYAT ALQURAN DALAM RITUS BUDAYA MANDI SAFAR DI DESA AIR HITAM LAUT A. Tujuan Ritus Mandi Safar Di Desa Air Hitam Laut ... 113

1. Dakwah ... 114

2. Silaturahmi ... 115

3. Pemberdayaan Ekonomi ... 119

4. Pelestarian Adat dan Budaya ... 120

B. Internalisasi Penggunaan Ayat-Ayat Al-Quran dalam Praktik Ritus Mandi Safar ... 122

1. Pembacaan Ayat Saat Khataman dan Doa Untuk Negeri ... 122

2. Penggunaaan 7 Ayat Salamun saat Ritus Mandi Safar ... 122

C. Makna Simbol perlengkapan dalam Tradisi Mandi Safar di Desa Air Hitam Laut ... 131

1. Payung ... 131

2. Menara ... 131

3. Pondasi Menara ... 132

4. Telur ... 132

5. Daun Mangga ... 133

6. Pemimpin dan Delapan Orang Pemuda ... 134

D. Makna Penggunaan Ayat-ayat Al-Qur’an dalam Ritus Mandi Safar ... 135

1. Makna Ayat Secara Umum ... 137

2. Makna Agama ... 145

(20)

xviii

3. Makna Kebudayaan ... 148

E. Relevansi Hasil Kajian ini dengan Wacana Ritus Keagamaan di Indonesia ... 156

BAB VI. PENUTUP A. Kesimpulan ... 161

B. Saran ... 162

DAFTAR PUSTAKA ... 164

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... 175

LAMPIRAN-LAMPIRAN Lampiran 1 : Surat Perintah Tugas Riset ... 177

Lampiran 2 : Surat Keterangan Izin Riset ... 178

Lampiran 3 : Instrumen Pengumpulan Data ... 179

Lampiran 4 : Data Informan ... 187

Lampiran 5 : Dokumentasi ... 208

(21)

xix

DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Living Qur’an dalam Studi Al-Qur’an Tabel 2.2 Living Qur’an dan Pendekatan Tabel 3.1 Jumlah Penduduk

Tabel 3.2 Mata Pencarian Penduduk

Tabel 3.3 Nama-Nama Kepala Desa Air Hitam Laut Tabel 3.4 Prasarana Tempat Ibadah

(22)

xx

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Bentuk Irisan Wilayah Desa Air Hitam Laut Berdasarkan Ketinggian

Gambar 2.2 Tipe Luapan yang Terdapat di Desa Air Hitam Laut Gambar 4.1 Daun Mangga untuk Penulisan 7 Ayat Salamun Gambar 4.2 delapan orang pemuda membawa menara

Gambar 5.Lampiran Dokumentasi Perjalanan menuju Desa Air Hitam Laut Gambar 6.Lampiran Naik speadboat menuju lokasi

Gambar 7.Lampiran Teks Kitab Taj al-Mulk sebagai sumber Ritus Mandi Safar Di Desa Air Hitam Laut

Gambar 8.Lampiran Pimpinan Pondok Pesantren Wali Peetu dan Jajarannya dalam memimpin khataman Munajat sebelum Mandi Safar di Mesjid Pondok Pesantren

Gambar 9. Lampiran Santri dan Warga dalam kegiatan khataman Munajat sebelum Mandi Safar di Mesjid Pondok Pesantren

Gambar 10.Lampiran Santri dan Warga dalam kegiatan khataman Munajat sebelum Mandi Safar di Mesjid Pondok Pesantren

Gambar 11.Lampiran Santri dan Warga dalam kegiatan khataman Munajat sebelum Mandi Safar di Mesjid Pondok Pesantren

Gambar 12. Lampiran Sebelum agenda penulisan 7 ayat salamun

Gambar 13. Lampiran Pembagian daun mangga penulisan 7 ayat salamun Gambar 14. Lampiran Pimpinan Pondok Pesantren Wali Peetu menuliskan 7 ayat salamun di atas daun magga

Gambar 15.Lampiran Santri Wali Peetu menuliskan 7 ayat salamun di atas daun magga

Gambar 16.Lampiran Sebelum Ritus Mandi Safar

(23)

xxi

Gambar 17.Lampiran Sesudah Ritus Mandi Safar

(24)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Ritus Mandi Safar sebagai usaha serta upaya (laku) spiritual untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT dan memohon kepada Allah SWT agar dijauhkan dari segala bencana. Pelaksanaan Mandi Safar ini sudah rutin dilaksanakan setiap tahunnya bahkan Ritus ini sudah menjadi icon daerah yang biasa dihadiri dan dilaksanakan oleh ribuan masyarakat dari kalangan laki-laki dan perempuan baik yang tua ataupun yang muda. Ritus ini dilaksanakan sebagai rasa syukur kepada Allah SWT dan sekaligus memohon pada Allah agar dijauhkan dari segala bencana. Masyarakat jahiliyah kuno termasuk bangsa Arab sering mengatakan bahwa bulan Safar merupakan bulan sial, karena dipercayai pada bulan tersebut Allah menurunkan banyak malapetaka.1

Ritus ini merupakan ajaran dari salah satu jejak tradisi ulama sufi, yaitu Syeikh Syarfuddin dalam kitabnya Ta’liqah. Dalam kitab tersebut dijelaskan bahwa pada malam Rabu terakhir di bulan Safar menurunkan dua belas ribu macam bala (bencana alam maupun wabah penyakit atau cobaan) dari lauhul mahfu<dz ke langit dunia. Maka untuk menghindarkan diri dari berbagai macam bala tersebut dengan menuliskan tujuh ayat salamun dari Al- Qur’an kemudian dengan niat untuk memperoleh kebaikan dan barokah.

Adapun tujuh ayat salamun yaitu terdiri dari QS. Ya>si>n (58), QS. as}- S}a>ffa>t (79), QS. as}- S}a>ffa>t (109), QS. as}- S}a>ffa>t (120), QS. as}- S}a>ffa>t (130), QS. Az- Zumar (73) dan QS. Al-Qadr (5).2

1 Abu Daud, Kitab Sunan Abi Daud, Maktabah Syarikah wa Matba‟ah al-Musthafa, Nomor 3414.

2 Nuruddin Ali Janji al-Rani Asy-Syafi’I, Taj Al-Mulk, (Singapura-Jeddah: Al- Haramain li Ath-Thiba’ah wa an-Nasyr wa at-Taizi’, hlm. 71-72

(25)

Selain itu, tentunya Ritus ini juga dimotivasi oleh masyarakat Arab zaman dahulu yang mengatakan bulan Safar adalah bulan penuh bencana yang disebutkan di dalam kitab kanz al-Naja>h wa al-Suru<r fi al-Ad’iyah allati<

Tasyrah al-Shudur, karya Syekh Abd Al-Hami<d Muhammad Al-Quds (Bahwa setiap tahunnya Allah akan menurunkan 320.000 bencana pada hari Rabu terakhir bulan Safar. Di dalam kitab tersebut dianjurkan untuk mengaplikasikan 7 ayat salamun ini sebagai simbol untuk meminta keselamatan agar terhindar dari 320.000 bala.3

Ajaran-jaran tersebut diaktualkan di Desa ini, dan biasa dilaksanakan pada hari Rabu akhir di bulan Safar yang dipimpin langsung oleh pemimpin upacara yaitu seorang Kyai dari Pondok Wali Peetu yang sangat terkenal di desa tersebut yaitu As’ad Arsyad. Dalam Ritus ini selalu dibentuk kepanitian agar acara dapat berjalan dengan lancar. Biasanya pembentukan kepanitian disusun langsung oleh pemimpin pesantren sesuai dengan keperluan ketika Ritus.

Ritus dengan penggunaan lafadz tujuh ayat salamun ini ditulis di atas daun dengan menggunakan tinta yang mudah terhapus. Ayat yang paling inti adalah ketika ayat tersebut dipraktekkan dalam sebuah Ritus keagamaan dengan menggunakan daun yang sudah bertuliskan 7 ayat salamun. Simbol tersebut di masukkan ke dalam sungai atau ember yang berisikan air dan digunakan untuk mandi dengan niat karena Allah SWT.

Mayoritas penduduk sekitar percaya bahwa ayat dan air yang telah dimasukkan ayat dapat memberikan keselamatan.4 Disebabkan Al-Qur’an merupakan kitab suci yang “multi fungsi”. Dalam praktiknya, ayat-ayat Al- Qur’an di samping sebagai bacaan yang mempunyai nilai ibadah, sekaligus

3 Bachtiar, Ritual Mandi Safar Praktik dan Fungsinya dalam Masyarakat, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2015), hlm. 54

4 Bachtiar, Ritual Mandi Safar Praktik dan Fungsinya dalam Masyarakat, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2015), hlm. 55

(26)

sebagai referensi pokok kaum muslimin dalam menghadapi problematika sosial dan transendental.

Jika dilihat dalam penggunaan simbol keagamaan 7 ayat salamun dalam Ritus Mandi Safar di Desa Air Hitam Laut ini menimbulkan makna bervariasi sesuai dengan pola interpretasi masyarakat mengenai simbol 7 ayat salamun tersebut. Ragamnya praktik Ritus ini juga merupakan sebuah gambaran umum dalam melihat perkembangan pemaknaan simbolik pada suatu Ritus keagamaan di Indonesia.

Gambaran fenomena tersebut membuat peneliti tertarik untuk mengkaji lebih dalam. Ada beberapa alasan yang melatarbelakangi dilakukannya penelitian ini. Pertama, Perbedaan tata cara dalam pelaksaaan tradisi Ritus ini dengan di beberapa daerah yang lain. Kedua, penggunaan dan penulisan tujuh ayat salamun sebagai sebuah simbol tradisi lokal pada Ritus Mandi Safar di Desa ini. Ketiga, prakteknya unik, yaitu tujuh ayat salamun dituliskan di atas daun atau kertas. Menurut peneliti, alasan untuk menuliskan tujuh ayat tersebut menunjukkan adanya keterkaitan dengan aspek sosial kebudayaan yang terdapat pada masyarakat Air Hitam Laut..

Menjadi hal lain yang menarik bahwa bagaimana tujuh ayat salamun ini direspon oleh masyarakat, dipahami dan diungkapkan melalui perilaku komunal yang hingga kini masih dipertahankan. Sehingga Ritus Mandi Safar di Desa ini paling aktual dan masih terus terlaksana dari tahun ke tahun.

Sehingga dari latar belakang masalah ini dapat di simpulkan beberapa masalah.

B. Rumusan Masalah

Setelah mengungkapkan latar belakang dari tema ini, peneliti mengidentifikasi beberapa masalah sehingga membatasi guna bisa merumuskan fokus permasalahan yang akan di teliti oleh peneliti.

(27)

1. Identifikasi Rumusan Masalah

Kajian mengenai fenomena Al-Qur’an yang dipraktikkan masyarakat Desa Air Hitam Laut termasuk kajian Living Qur’an, karena menguraikan permasalahan-permasalahan Al-Qur’an yang dipersepsi tidak hanya sebatas petunjuk, pahala, pengetahuan dan hikmah, melainkan lafaẓ yang mengandung sisi esoterik (inhern). Kemudian lafaẓ-lafaẓ Al-Qur’an diramu untuk digunakan sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan masyarakat secara pragmatis.

Praktik-praktik memfungsikan Al-Qur’an dalam kehidupan sehari- hari, disinyalir menjadi penyebab jalan pragmatis masyarakat dalam menyelesaikan berbagai masalah. Sehingga, menimbulkan banyak pemahaman masyarakat atas pengaruh dan mafaat dari Al-Qur’an sendiri.

Penggunaan-penggunaan Al-Qur’an dipahami sebagai bagian dari usaha masyarakat untuk memperoleh kesuksesan dalam menyelesaikan pelbagai masalah. Masyarakat menjadikan Al-Qur’an sebagai pegangan hidup, keselamatan, keberkahan, kekebalan, penyembuhan, kewibawaan yang tinggi di setiap mata manusia, pengasihan, penglaris dalam perdagangan dan lain sebagainya. Hal itu tergantung dari sudut mana masyarakat memandang sesuai dengan kebutuhan (hajat) mereka masing-masing.

Dari penelitian ini bisa dilihat berbagai permasalahan global seperti Bagaimana sejarah Ritus Mandi Safar di Desa Air Hitam Laut ini, siapakah pelopor tradisi Ritus Mandi Safar dan siapakah penerus yang memimpin tradisi ini, bagaimana kajian atas kitab tersebut mengenai bulan Safar dan relevansinya dengan Ritus Mandi Safar, apa saja simbol-simbol yang digunakan dalam Ritus tersebut, apa makna dari simbol-simbol tersebut dan Bagaimana Al-Qur’an difungsikan atau dipraktikkan dalam Ritus Mandi Safar di Desa Air Hitam Laut, apa makna penggunaan ayat-ayat Al-Qur’an di

(28)

dalam praktik Ritus Mandi Safar dan apa relevansi temuan kajian ini dalam wacana Ritus keagamaan di Indonesia?

2. Pembatasan Masalah

Permasalahan dalam penelitian ini sangat luas sehingga penulis membatasi pada sisi potret Ritus Mandi Safar dan penggunaan ayat-ayat Al- Qur’an. Untuk melihat ayat-ayat Al-Qur’an yang digunakan atau difungsikan di dalam prakti ini bisa melihat bagaimana proses praktik Ritus tersebut baik dari tahap proses hingga tahap inti.

Kemudian setelah melihat ayat-ayat Al-Qur’an difungsikan pada Ritus tersebut, peniliti berusaha mengungkapkan makna yang beredar di masyarakat terhadap penggunaan ayat-ayat Al-Qur’an dalam praktik Ritus Mandi Safar di Desa Air Hitam Laut. Setelah diketahui kedua permasalahan tersebut peneliti akan berusaha menjelaskan hubungan hasil kajian ini dengan wacana Ritus Mandi Safar di Indonesia.

3. Rumusan Masalah

Adapun pokok masalah yang akan dijadikan acuan peneliti dalam penelitian ini adalah : Bagaimana Al-Qur’an difungsikan atau dipraktekkan dalam Ritus Mandi Safar di Desa Air Hitam Laut? Dan Apa makna penggunaan ayat-ayat Al-Qur’an di dalam praktik Ritus Mandi Safar? Serta Apa relevansinya temuan kajian ini dalam wacana Ritus keagamaan di Indonesia?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Rumusan masalah di atas dijadikan aspek yang dapat membantu penulis dalam menentukan motif yang ingin diketahui dari penelitian ini termasuk adanya relevansi di dalamnya, adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk :

1. Memotret praktik penggunaan Al-Qur’an dalam Ritus Mandi Safar di Desa Air Hitam Laut.

(29)

2. Mengidentifikasi makna dari penggunaan ayat-ayat Al-Qur’an tertentu di dalam praktik Ritus tersebut?

3. Mengidentifikasi hubungan temuan kajian ini dalam wacana Ritus keagamaan di Indonesia?

Sedangkan kegunaan penelitian ini adalah:

1. Dari aspek akademik, penelitian ini dapat menambah khazanah keilmuan khususnya dalam bidang Living Quran yang diharapkan dapat berguna bagi masyarakat khusunya Masyarakat Jambi.

2. Secara praktis, penelitian ini dimaksudkan untuk membantu meningkatkan kesadaran masyarakat dalam mempertahankan tradisi Ritus Mandi Safar. Serta mampu melihat perkembangan wacana Ritus keagamaan di Indonesia.

D. Telaah Pustaka

Kajian pustaka merupakan upaya seorang penulis untuk menunjukkan posisi karyanya tersebut terhadap karya-karya yang telah ada sebelumnya.

Dengan demikian, dapat diketahui autentitas karya seseorang.

Sejauh penelusuran, cukup banyak tulisan mengenai Ritus Mandi Safar atau rebo Pungkasan atau Rebo Wekasan. Dalam telaah pustaka ini akan dibagi menjadi tiga variable. Pertama, karya-karya yang membahas tentang Ritus Mandi Safar atau rebo Pungkasan atau Rebo Wekasan. Kedua, karya-karya yang membahas tentang Ritus di jambi. Ketiga, karya-karya yang membahas penggunaan ayat-ayat Al-Qur’an di masyarakat (Living Qur’an dan Living Hadis).

Restu Aditiya, dalam penelitiannya “Tradisi Mandi Safar Desa Sungai Buluh Kecamatan Singkep Barat Kabupaten Lingga Kepulauan Riau”. Dalam penelitiannya lebih memfokuskan pada permasalahan mengenai proses pelaksanaan Mandi Safar serta makna simbol yang digunakan saat pelaksanaan Mandi Safar. Teori yang digunakan interaksionalisme simbolik

(30)

(Blummer) dan Tindakan Sosial (Weber) serta dengan metode yang bersifat deskriptif dan pendekatan induktif. Adapun prosesnya melalui beberapa tahap,

seperti Tahap persiapan tradisi Mandi Safar, Tahap penentuan hari dan lokasi

pelaksanaan tradisi Mandi Safar, Tahap proses jalannya tradisi Mandi Safar baik pantang dan larangan tradisi Mandi Safar. Adapun makna dari tradisi Mandi Safar tersebut mengandung nilai pendidikan bagi masyarakat desa Sungai Buluh.5

Siti Faridah dan Mubarak, dalam penelitiannya “Kepercayaan Masyarakat Banjar Terhadap Bulan Safar:Sebuah Tinjauan Psikologis”.

Fokus penelitiannya untuk menjawab perspektif masyarakat Banjar terkait bulan Safar yang diyakini sebagai bulan kesialan. Penelitian ini menggunakan pendekatan teologis untuk menganalisis faktor-faktor psikologis apa yang mendasari kepercayaan dan tradisi/aktivitas tersebut beserta motivasi dan tujuannya dan pendekatan Psikologi Islam guna menganalisis apa yang mendasari kepercayaan dan tradisi itu dan apa motivasi serta tujuan mereka melakukan tradisi atau aktivitas pada bulan Safar. Faktor yang mendasari sebagian masyarakat Banjar mempercayai dan melaksanakan amaliah tertentu di bulan Safar berdasarkan keterangan dari kitab-kitab ulama terdahulu yang disampaikan oleh para tokoh agama sehingga terjadi proses sugesti dan peniruan perilaku (modelling). Tradisi tersebut diwariskan turun temurun hingga sekarang. Motivasi dan tujuannya adalah untuk memperoleh keselamatan dan menhindari kesialan.6

Bachtiar, dalam penelitiannya “Ritus Mandi Safar Praktik dan Fungsinya dalam Masyarakat”. Fokus penelitiannya adalah untuk mengetahui praktek dan fungsi Ritus Mandi Safar bagi Masyarakat Desa Air Hitam.

5 Restu Aditiya, Tradisi Mandi Safar Desa Sungai Buluh Kecamatan Singkep Barat Kabupaten Lingga Kepulauan Riau, JOM FISIP, Vol. 2. No. 2. Oktober 2015.

6 Siti Faridah dan Mubarak, Kepercayaan Masyarakat Banjar Terhadap Bulan Safar:Sebuah Tinjauan Psikologis. AL-BANJARI. Vol. 11, No. 1, Januari 2012, hlm. 50.

(31)

Penelitian ini menggunakan pendekatan etnografi. dari penelitian tersebut dapat dilihat bahwa fungsi pengintegrasi Mayarakat tanpa melihat Suku, Agama dan Ras. Kemudian Fungsi Politik dan Ekonomi yang memperkenalkan potensi kekayaan laut sehingga dapat menarik wisatawan maupun investor. Dan Fungsi Ritus sebagai sarana untuk melakukan doa bersama kepada Allah agar tidak mendatangkan bencana atau wabah penyakit atau bala kepada umat Islam.7

Ahmad Nurozi, dalam penelitiannya “Rebo Wekasan dalam Ranah Sosial Keagamaan di Kabupaten Tegal Jawa Tengah (Analisis terhadap Ritus Rebo Wekasan di Desa Sitanjung Lebaksiu)”.Peneliti lebih menyoroti secara spesifik tentang Ritus Rebo Wekasan di Di Desa Sitanjung Lebaksiu Kabupaten Tegal Jawa Tengah dalam perspektif syariah/hukum Islam serta melihat lebih dalam sejauh mana prosesi Ritus Rebo Wekasan dan apa yang menjadi landasan utama dalam pelaksanaan Ritus tersebut. Hasil dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa Rebo Wekasan merupakan sebuah peristiwa atau fenomena perpaduan intensif kebudayaan Jawa dengan Islam yang dinamis. Perpaduan tersebut berasal dari sebuah kitab yang menjelaskan tentang Ritus tolak bala pada hari Rabu terakhir pada bulan Safar setiap tahun yang diyakini oleh sebagian masyarakat Jawa, khususnya masyarakat Lebaksiu kabupaten Tegal Jawa Tengah yang tidak mengetahui dengan pasti latar belakang Ritus dalam kegiatan tersebut. Islam telah menegaskan bahwa pada bulan Safar tidak ada bala bencana sebagaimana keyakinan masyarakat sehingga tidak perlu melakukan Ritus khusus sebagai bentuk menolak bencana. Pelaksanaa tradisi Rebo Wekasan di wilayah tersebut telah

7 Bachtiar, Ritual Mandi Safar Praktik dan Fungsinya dalam Masyarakat, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2015).

(32)

mengalami pergeseran, kegiatan budaya berbalut keagamaan ke perbuatan khurafat dan aspek hiburan dan ekonomi.8

Zulfa Jamalie dalam penelitian “Perspektif Orang-Orang Banjar Terhadap Bulan Safar” Dengan pendekatan Sejarah dan Budaya. Berkenaan dengan pemahaman orang Melayu (umumnya) dan orang Banjar (khususnya) tentang bulan Safar. Tulisan ini mencoba menjelaskan pemahaman orang Melayu (umumnya) dan orang Banjar (khususnya) tentang bulan Safar sebagai bulan sial atau bulan bala serta sumber pemahaman orang Banjar terhadap bulan Safar. Dari hasil tulisannya, dijelaskan bahwa paham masyarakat Banjar terhadap bulan Safar memang sudah mulai berkurang dan mengalami perubahan, tidak seperti dulu lagi dalam memandang bulan Safar.

Namun, ada juga yang masih menganggap bulan Safar sebagai bulan “panas, penyakit, penuh bahaya, nahas, sial, jelek”. Sumber ini terdapat pada Tulisan ditemukan dalam kitab Jam’ul Fawaaid, tulisan Syekh Daud bin Abdullah al- Fathani.9

Khoiri, dalam penelitiannya “Antara Adat dan Syari’at (Studi Tentang Tradisi Mandi Safar Di Tasik Nabus Riau Perspektif Islam)”. Penelitian ini merupakan penelitian lapangan dengan lokasi Desa Tanjung Darul Takzim, Kecamatan Tebing Tinggi Barat, Kabupaten Kepulauan Meranti, Propinsi Riau. Hasil penelitian ditemukan bahwa secara eksplisit anjuran Mandi Safar tidak ditemukan dalam nas. Salah satu sumber yang dipegang selama ini adalah ungkapan Syeikh Syafruddin dalam kitabnya Ta’liqah bahwa pada malam Rabu terakhir bulan Safar, Allah menurunkan 12.000 macam bala maka untuk menghindarkan diri yaitu dengan menuliskan 7 (tujuh) ayat dari

8 Ahmad Nurozi, Rebo Wekasan dalam Ranah Sosial Keagamaan di Kabupaten Tegal Jawa Tengah (Analisis terhadap Ritual Rebo Wekasan di Desa Sitanjung Lebaksiu).Dosen Fakultas Ilmu Agama Islam UII Yogyakarta.

9 Zulfa jamalie, Perspektif Orang-Orang Banjar Terhadap Bulan Safar:

http://banjarkuumaibungasnya.blogspot.com/2011/01/bulan-safar-jar-urangbanjar-ada apa.html#ixzz6F8D4bAmb

(33)

Al-Qur’an kemudian diminum dan mandi dengan niat untuk memperoleh kebaikan dan barakah. Ada beberapa nilai yang dapat kita ambil dari tradisi Mandi Safar, yaitu bentuk kekayaan adat daerah yang perlu dilestarikan, secara tidak langsung menjadikan Desa Tanjung Darul Takzim sebagai daerah wisata, mempererat tali persaudaraan dan sialturahim dengan sesama dan menghargai orang tua, sesepuh, pemangku adat dan orang yang dituakan dari tradisi yang pernah mereka lakukan.10

Wardatun Nadhiroh, dalam penelitiannya “Amalan Di Hari Arba’

Mustamir Bulan Safar (Tradisi Membaca Doa Nabi Yunus “Lā Ilāha Illā Anta Subĥānaka Innī Kuntu min al-Zhālimīn” 2375 Kali pada Masyarakat Matang Ginalon Pandawan)”. bagaimana masyarakat Islam Banjar terutama yang tinggal di desa Matang Ginalon Pandawan mengaktualisasikan ayat- ayat Al-Qur’an, terkait pandangan mereka menyambut Arba Mustamir di bulan Shafar. Kepercayaan mengenai perkara sial atau bala pada sesuatu hari, bulan dan tempat itu merupakan kepercayaan orang Jahiliyah sebelum kedatangan Islam, Islam sendiri tidak mengajarkan demikian. Dalam penelitiannya, karena Islam merupakan agama yang toleran dengan konteks sosial-budaya masyarakat penganutnya, maka selama hal-hal tersebut tidak bertentangan dengan prinsip ajaran Islam, keadaan yang demikian boleh saja dilakukan. Hal yang sama berlaku pada pembacaan amalan tertentu yang tentunya berasal dari Al-Qur’an demi kepentingan tertentu pula, asal tetap dijaga agar tidak menjadi hal yang berbau syirik. Amalan atau suatu bacaan itu lebih baik jika dilakukan rutin setiap hari, sedikit tetapi konsisten daripada banyak tetapi jarang. Ini sesuai dengan ajaran yang diajarkan oleh Islam.

Selama amalan tersebut ada dasarnya dari Al-Qur’an atau Hadi<s, baik yang

10 Khoiri, Antara Adat dan Syari’at (Studi Tentang Tradisi Mandi Safar Di Tasik Nabus Riau Perspektif Islam). Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Bengkalis.

Jurnal Ilmiah ISLAM FUTURA. Vol. 16. No. 2, Februari 2017, 196-210.

(34)

tersirat maupun tersurat, maka boleh-boleh saja seperti amalan doa/tasbih Nabi Yunus

نيملاّظلا نم تنك ّنإ كناحبس تنأ ّلاإ هلإ لا

.11

Muhammad Dzul Faroh, dengan judul Tradisi Rebo Wekasan di Desa Suci Kecamatan Manyar Kabupaten Gresik ( Studi Simbol). Dalam penelitiannya penulis menggunakan teori simbol Paul Ricoure dengan pendekatan hermeneutik. Skripsi ini menjelaskan sejarah Rebo Wekasan di daerah Gresik dari awal mula penyebarannya sampai menjadi Ritus wajib yang selalu dilaksanakan tiap tahun. Hal yang paling intens dibahas dalam skripsi ini adalah mengenai makna simbol dalam tradisi Rebo Wekasan.

Penelitiannya lebih memfokuskan makna dari simbol-simbol yang digunakan dalam praktik Rebo Wekasan seperti Air yang melambangkan penyucian, mandi di sendang menyimbolkan pembersihan dan penyucian dari segala noda-noda, sholat, do’a dan sujud syukur yang menyimbolkan hubungan atau ikatan manusia dengan Allah dan lain sebagainya.12

Nur Komariyah, dengan judul Tradisi Rebo Pungkasan di Desa Wonokromo Kecamatan Pleret Kabupaten Bantul. Penelitian ini memfokuskan menjawan problem mengenai asal muasal tradisi Pungkasan.

Hasil dari penelitian tersebut bahwa adanya pergeseran dari awal munculnya tradisi sampai saat ini. Salah satu tujuannya yaitu untuk mengenang jasa Mbah Kyai Welit yang konon dalam sejarah telah menyelamatkan masyarakat dari penyakit dan bencana. Hal ini disimbolkan dengan penyajian lemper raksasa. Tradisi yang pada mulanya dijadikan sebagai ajang untuk

11 Wardatun Nadhiroh, Amalan Di Hari Arba’ Mustamir Bulan Safar (Tradisi Membaca Doa Nabi Yunus “Lā Ilāha Illā Anta Subĥānaka Innī Kuntu min al-Zhālimīn”

2375 Kali pada Masyarakat Matang Ginalon Pandawan). IAIN Antasari Banjarmasin.

JURNAL SYAHADAH. Vol. IV, No. 2, Oktober 2016.

12 Skripsi Muhammad Dzul Faroh, Tradisi Rebo Wekasan di Desa Suci Kecamatan Manyar Kabupaten Gresik ( Studi Simbol). (Yogyakarta: Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam, 2006)

(35)

berdakwah saat ini bergeser menjadi objek budaya yang telah diresmikan oleh pemerintah setempat.13

Madhan Khoiri, dengan judul Makna Simbol dan Pergeseran Makna Tradisi Upacara Adat Rebo Pungkasan (Studi Terhadap Upacara Adat Rebo Pungkasan di Desa Wonokromo Kecamatan Pleret Kabupaten Bantul).

Skripsi ini memfokuskan pada problem mengenai pemaknaan dari segi simbol serta pergeseran makna tradisi upacara Rebo Pungkasan. Adapun beberapa simbol yang digunakan memiliki makna tersendi serta fungsi untuk menuntun masyarakat agar dapat menjaga keseimbangan kehidupan sosial dengan mengajarkan kebaikan dan kebenaran. Begitu juga dengan pergeseran nilai, dalam penelitian ini di temukan adanya pergeseran nilai dari pemaknaan transenden ke pemaknaan instrumen sangat berbanding terbalik untuk memperoleh keuntungan ekonomu dan memperoleh hiburan saja.14

Ghufran Ahmad Khoirun, dengan judul Peran Ulama dalam Tradisi Rebo Pungkasan di Desa Wonokromo Kecamatan Pleret Kabupaten Bantul.

Skripsi ini juga tidak jauh beda dengan penelitian-penelitian sebelumnya yang mencoba menjawab problem dari pada peranan Ulama beserta tujuan diadakannya Ritus tersebut. Adapaun hasil dari penelitiannya adalah tujuan dari Ritus ini untuk menjaga tradisi leluhur sekaligus menjaga kewibaan ulama raja. Karena dalam sejarah diceritakan hari Rebo Pungkasan

13 Skripsi Nur Komariyah, Tradisi Rebo Pungkasan di Desa Wonokromo Kecamatan Pleret Kabupaten Bantul. (Yogyakarta: Fakultas Adab dan Ilmu Budaya UIN Sunan Kalijaga, 2009)

14 Skripsi Madhan Khoiri, Makna Simbol dan Pergeseran Makna Tradisi Upacara Adat Rebo Pungkasan (Studi Terhadap Upacara Adat Rebo Pungkasan di Desa Wonokromo Kecamatan Pleret Kabupaten Bantul). (Yogyakarta: Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam, 2009).

(36)

merupakan hari pertama pertemuan Sultan Agung dengan Nyai Ratu Kidul di Sungan Gajah Wong yang berdekaan dengan Desa Wonosari.15

Zia Ulhaq, dengan judul Tradisi Rebo Kasan (Studi kasus di Desa Air Anyir Kecamatan Merawang Kabupaten Bangka Induk Provinsi Bangka Belitung). Dalam penelitiannya penulis memfokuskan menjawab problem mengenai makna simbol yang terdapat dalam tradis tersebut. Terdapat dua simbol yang digunakan dalam tradisi ini yaitu ketupat lepas yang menyimbolkan pelepasan balak dan air wafaq (air sumur yang dimasak dan telah dimasuki selembar kertas putih yang bertuliskan ayat-ayat Al-Qur’an yang berfungsi sebagai penolak balak dan berkah bagi kehidupan.16

Umi Nuriyatur Rohmah dengan judul, Penggunaan Ayat-Ayat Al- Qur’an Dalam Ritus Rebo Wekasan (Studi Living Qur’an di Desa Sukoreno Kec. Kalisat Kab. Jember). Dalam penelitiannya peneliti berusaha menjawab masalah terkait praktek penggunaan ayat-ayat Al-Qur’an dalam Ritus Rebo Wekasan serta makna praktek tersebut dengan menggunakan teori Sosiologi pengetahuan Karl Mannheim. Dari penelitiannya dapat disimpulkan bahwa mengenai fungsi dan makna yang terkandung dalam penggunaan ayat-ayat Al-Qur’an dalam Ritus Rebo Wekasan jika dilihat dengan teori Sosiologi Pengetahuan Karl Mannheim maka makna obyektifnya adalah makna sebuah tradisi dan makna ekspresif adalah sebagai penolak balak serta makna dokumenter adalah sebagai suatu kebudayaan.17

15 Skripsi Ghufran Ahmad Khoirun, Peran Ulama dalam Tradisi Rebo Pungkasan di Desa Wonokromo Kecamatan Pleret Kabupaten Bantul. (Yogyakarta: Fakultas Adab dan Ilmu Budaya UIN Sunan Kalijaga, 2009).

16 Skripsi Skripsi Zia Ulhaq, Tradisi Rebo Kasan (Studi kasus di Desa Air Anyir Kecamatan Merawang Kabupaten Bangka Induk Provinsi Bangka Belitung). (Yogyakarta:

Fakultas Adab dan Ilmu Budaya UIN Sunan Kalijaga, 2009)

17 Skripsi Umi Nuriyatur Rohmah, Penggunaan Ayat-Ayat Al-Qur’an Dalam Ritual Rebo Wekasan (Studi Living Qur’an di Desa Sukoreno Kec. Kalisat Kab. Jember).

(Yogyakarta: Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam, 2014)

(37)

Ade Trial Ramadiputra, dengan judul Pemaknaan Al-Qur’an dan Hadis Dalam Tradisi Ritus Mandi Safar (di Desa Momo Kecamatan Mamosaloto Kabupaten Morowali Utara Provinsi Sulawesi Tengah Studi Living Qur’an). dalam penelitiannya berusaha menjawab permasalahan mengenai pemaknaan ayat-ayat Al-Qur’an yang digunakan dalam Ritus Mandi Safar dengan teori Fenomenologi Sosial Alfred Schuzt dan teori Sosiologi Pengetahuan Karl Mennheim. Diantaranya motif sebab dilaksanakan tradisi Mandi Safar adalah untuk menghidupkan Tradisi luhur, pengaruh lingkungan masyarakat dan pastinya masyarakat memiliki satu Visi yang sama kemudian tujuan dilaksanakan tradisi tersebut adalah untuk memperkuat Tali Silaturrahmi antara masyarakat Desa momo serta untuk sarana sedekah dan memberikan jamuan kepada kerabat, saudara dan tamu.

Makna objektif yang sama yaitu memandang tradisi Ritus Mandi Safar sebagai sebuah tradisi sedangkan penggunaan ayat-ayat Al-Qur’an di dalamnya tidak lain adalah sebagai penolak bala dan adapun makna ekspresive sebagai perantara agar terhindar dari segala musibah dan makna dokumenternya adalah bisa menjadi suatu kebudayaan yang menyeluruh.18

E. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah jenis penelitian lapangan (field research) yang menggunakan metode penelitian deskriptif Analitik dengan pendekatan Simbolik Interpretatif Clifford Geertz fenomenologis19 dan ethnometodologi.

18 Thesis Ade Trial Ramadiputra, Pemaknaan Al-Qur’an dan Hadis Dalam Tradisi Ritual Mandi Safar (di Desa Momo Kecamatan Mamosaloto Kabupaten Morowali Utara Provinsi Sulawesi Tengah Studi Living Qur’an). Yogyakarta: Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam. 2018.

19 Menurut M. Tahir Azhari dalam tulisannya yang berjudul “Penelitian Agama Islam: Tinjauan Disiplin Ilmu Hukum”, tujuan dari pendekatan fenomenologi adalah untuk mendeskripsiskan makna dari gejala. Kinerja fenomenologi mengacau pada tiga hal, yaitu filsafat, sejarah dan pengertian yang lebih luas. Dalam perspektif ilmu budaya, Tahir mengatakan bahwa lingkup pengertian yang lebih luas lebih memiliki referensi untuk

(38)

Menurut Djam’anuri, metode fenomenologis tidak hanya menghasilkan suatu deskripsi mengenai fenomena yang dipelajari, sebagaimana yang sering diperkirakan, tidak juga bermaksud menerangkan hakikat filosofis dari fenomena itu. Sebab fenomena agama adalah bukan deskriptif atau normatif belaka. Namun metode ini juga memberikan arti lebih dalam dari suatu fenomena religius, sebagaimana dihayati oleh manusia-manusia religius.20

Sedangkan ethnometodology adalah suatu model penelitian etnografi yang berupaya memahami bagaimana masyarakat memandang, menjelaskan dan menggambarkan tata hidup mereka sendiri dengan cara yang berbeda- beda.21 Tujuan ethnografi ini adalah untuk memahami sudut pandang penduduk asli, hubungannya dengan kehidupan untuk mendapatkan pandangannya mengenai dunia. Hasil dari kegiatan ini tentu tidak bersifat empiris dan objektif, akan tetapi abstrak dan berdasarkan pandangan subjektif masyarakat yang diteliti.22 Tujuan ini sejalan dengan yang disebut Geertz dalam bukunya sebagai from the native points of view.

Jadi Titik fokus penelitian ini adalah untuk mengungkapkan makna di balik penggunaan tujuh ayat salamun yang dirangkaian dalam tradisi Mandi Safar. Sehingga dengan berpijak pada latar belakang, penulis dapat lebih mengemukakan gejala-gejala secara lengkap di dalam aspek yang diteliti, agar jelas keadaan dan kondisinya dalam berinteraksi dengan Al-Qur’an.

menelaah tradisi, kegiataan lembaga, simbol keagamaan dan ajaran.lihat Ed. M. Deden Ridwan, Tradisi Baru Penelitian Agama Tinjauan Antar Disiplin Ilmu, (Bandung: Nuansa, 2001), hlm. 20. Sedangkan Khoiruddin Nasution menjelaskan karakteristik fenomenologi yang menjelaskan lingkup tradisi, kegiatan lembaga dan ajaran agama dalam pendekatan yang lebih luas, yaitu pendekatan antropologi sebagai pendekatan kebudayaan. Lihat Khoiruddin Nasution, Pengantar Studi Islam, (Yogyakarta: Academia Tazaffa, 2009), hlm.

218-219.

20 Djam.anuri, Studi Agama-Agama: Sejarah dan Pemikiran, (Yogyakarta:Rihlah, 2003), hlm. 152

21 Noeng Muhajir, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Yogyakarta: Rake Sarasin, 20002), hlm. 129-130.

22 James P. Spradley, Metode Etnografi, terj. Misbah Zulfa Elizabeth, (Yogyakarta:

Tiara Wacana, 2006), hlm. 3.

(39)

2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Secara lebih spesifik, penelitian ini berlokasi di Desa Air Hitam Laut yang merupakan bagian wilayah dari Kecamatan Sadu, Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Provinsi Jambi. Desa Air Hitam Laut merupakan salah satu daerah yang berada di Kabupaten Tanjung Jabung Timur yang menjadi basis pendidikan keagamaan Islam. Di Desa ini ada pondok pesantren dan beberapa sekolah. Pondok pesantren di Desa ini memegang peran penting bagi aktivitas masyarakat termasuk dalam pelaksanaan Ritus Mandi Safar yang menggunakan 7 ayat salamun di desa tersebut. Karena semua panitia pelaksana Ritus ini adalah peran dari santri-santri dari pondok tersebut.

Bahkan Ritus ini tidak hanya dilakukan oleh masyarakat setempat, namun juga dari berbagai kota. Hal ini tentu tidak lepas dari peran pondok pesantren dan pemerintah di desa ini.

Waktu penelitian adalah bulan Safar dan dilaksanakan pada hari Rabu terkahir pada bulan Safar. Pada tahun 2020 ini Ritus Mandi Safar dilaksanakan pada tanggal 14 Oktober 2020.

3. Subjek Penelitian dan Sumber Data

Adapun subjek penelitian dalam penelitian ini adalah masyarakat Desa Air Hitam laut. Para informan tersebut meliputi para sesepuh seperti tuan guru, ustaz, kiai, tokoh masyarakat dan aparatur desa. Penggalian data melalui beberapa informan ini bertujuan untuk mendapatkan info yang seluas-luasnya tentang Desa Air Hitam Laut beserta tradisi-tradisi di lingkungan masyarakat, lebih khususnya lagi mengenai penggunaan 7 ayat salamun dalam Ritus Mandi Safar.

Dalam penelitian ini, sumber data yang diambil berupa data primer dan sekunder. Adapun data primer yang digunakan adalah data yang diperoleh dari hasil observasi di Desa Air Hitam Laut dan wawancara menalam dengan para tuan guru, ustaz, kiai, tokoh masyarakat dan aparatur

(40)

desa dalam rangka untuk menggali informasi tentang Desa Air Hitam Laut beserta tradisi-tradisi masyarakatnya terutama tentang penggunaan 7 ayat salamun dalam Ritus Mandi Safar. Selain itu observasi dan wawancara mendalam juga dilakukan pada warga masyarakat Air Hitam Laut baik putra maupun putri yang aktif mengikuti kegiatan resepsi tersebut.

Selain data primer, peneliti juga menggunakan data sekunder yang diperoleh dari arsip-arsip dan dokumentasi Desa Air Hitam Laut. Ada juga dalam bentuk buku seperti karyanya Bachtiar, Ayub Mursalin dan Masburiah, Ritus Mandi Safar: Akulturasi Islam dan Tradisi Lokal: Studi Kasus di Desa Air Hitam Laut Kecamatan Sadu Kabupaten Tanjung Jabung.

4. Teknik Pengumpulan Data a. Observasi

Dalam penelitian ini penulis menggunakan observasi partisipan dan non-partisipan. Adapun yang dimaksud dengn observasi partisipan adalah obsevasi yang dilakukan terhadap objek ditempat terjadi atau berlangsungnya peristiwa, sehingga observer ikut bersama objek yang ditelitinya. Sedangkan observasi non- partisipan yaitu pengamatan yang dilakukan oleh observer tidak pada saat berlangsungnya suatu peristiwa yang akan diteliti.23

Secara spesifik, pada tahap observasi peneliti menggunakan jenis observasi non-Partisipan (Pengamatan bebas) dan Observasi partisipan (berperan serta). Objek observasi dalam penelitian ini mencakup dua hal, yakni mengobservasi orang-orang yang terlibat dalam tradisi ini dan mengamati perilaku orang-orang yang mengikuti tradisi penggunaan 7 ayat salamun dalam Ritus Mandi Safar baik pada saat acara sedang berlangsung maupun sesudahnya.

23 Hadari Nawawi, Metode Penelitian Bidang Sosial, (Yogyakarta: Gajah Madah University Press, 1983), hlm. 100.

(41)

Penulis dapat menggali informasi dengan mengamati proses Ritus ini yang terdapat ayat-ayat Al-Qur’an di dalamnya.

b. Wawancara

Wawancara yaitu suatu bentuk komunkasi verbal berupa tanya jawab.24 Teknik wawancara sebagaimana yang dijelaskan oleh Sutrisno Hadi adalah motede pengumpulan data dengan melakukan tanya-jawab sepihak yang dikerjakan secara sistematis dan berlandaskan dengan tujuan penelitian.25 Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode wawancara terstruktur dan tidak terstruktur.

Penulis melakukan wawancara terstruktur dengan bertanya secara langsung dengan pertanyaan-pertanyaan yang sudah dipersiapkan untuk menggali data yang ditemukan selama melakukan observasi lapangan.

Teknik wawancara dilakukan untuk meng-crosscheck data yang didapat dari teknik observasi. Teknik wawancara dilakukan secara etnografis dan secara terbuka. Adapun wawancara mendalam dilakukan untuk menggali data dari informan kunci mengenai hal-hal yang bersifat pengalaman individu, khusus dan spesifik.

Wawancara ini ditunjukkan kepada partisipan Ritus yaitu dari kalangan kyai dan santri pondok wali petu sebagai pelaksana dan panitia Ritus, tokoh masyarakat, masyarakat dari desa tersebut maupun dari luar desa sebagai pelaksana Ritus. Dan Ritus ini penulis fokuskan kepada pelaksana sekaligus pewaris Ritus ini yaitu kyai Pondok Wali Petu Bapak As’ad. Namun pada saat kondisi Covid-19 ini tidak semua data informan bisa di dapat termasuk data peserta

24 S, Nasution, Metode Research (Penelitian Ilmiah), Cet. Le-2, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), hlm. 113.

25 Sutrisno Hadi, Metode Reaserch III, (Yogyakarta: Yayasan Penerbit Fakultas Psikologi UGM< 1984), hlm. 193.

(42)

Ritus yang dari luar Desa, karena sudah ada peraturan dari Kabupaten setempat untuk melakukan pembatasan sosial di pintu masuk Desa yaitu di dermaga/tempat penyembranngan.

c. Dokumentasi

Untuk melengkapi proses penelitian serta menyempurnakan data-data yang diperoleh dari hasil observasi dan wawancara, peneliti juga melakukan teknik dokumntasi. Dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data yang didokumentasikan dalam bentuk vidio, gambar ataupun foto, tulisan, prasasti, rekaman dan sebagainya26 untuk mendapatkan informasi dari hasil dokumentasi ini peneliti akan menganalisis fakta-fakta yang ada dengan logis dari hasil dokumentasi ke dalam bentuk tulisan.

5. Teknik Analisis Data

Analisis data merupakam suatu proses untuk mengorganisasikan dan mengurutkan hasil data dalam bentuk pola, kategori dan uraian dasar agar menemukan tema yang dapat dirumuskan. Data yang diperoleh nantinya akan melahiran sebuah fakta berdasarkan data tersebut. Dalam artian, data-data yang dianalisis melahirkan sebuah fakta setelah dikumpulkan.

Langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut:

a. Data dikumpulkan berdasarkan kerangka berfikir (teori) yang digunakan.

b. Data diseleksi agar ditemukan data yag relevan dengan fokus pembahasan.

c. Data disusun (dikonstruk)sesuai dengan alur penelitian.

26 Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002), hlm. 127.

(43)

d. Data (ditafsir) sesuai dengan konteks yang dikembangkan.27 Tahap pertama, tahap reeduksi data. Pada tahap ini peneliti akan melakukan penyeleksian, pemfokusan dan abstraksi data dari hasil observasi, wawancara dan dokumentasi. Pada tahap ini, data yang diperoleh dari penelitian terhadap tradisi Ritus Mandi Safar dikumpulkan secara keseluruhan dan kemudian memilih data-data serta fakta yang sesuai dan juga diperlukan dalam kerangka konseptual dan tujuan yang telah direncanakan.

Sehingga, pada tahap ini data lebih terfokus dan telah terpilah-pilah ke dalam beberapa bagian untuk dianalisis pada tahap selanjutnya.28

Selanjutnya adalah tahap display. Pada tahap ini peneliti akan melakukan pengorganisasian data, mengaitkan hubungan antar fakta yang telah dipilah untuk menjadi data, dan mengaitkan antara data yang satu dengan data yang lain. Pada tahap ini, data akan diproses menjadi data yang lebih konkret dan jelas. Pada tahap ini juga peneliti dapat memberikan argumentasi berupa kesimpulan dari proses organisasi dan keterkaitan antar data.29

Adapaun tahap terkahir adalah tahap verifikasi. Pada tahap ini peneliti akan memulai interpretasi terhadap data, sehingga data yang telah diorganisasi pada tahap sebelumnya memiliki makna. Tahap interpretasi ini akan dilakukan dengan cara membandingkan, pencatatan tema-tema dan pola-pola, pengelompokan, melihat kasus per kasus dan melakukan pengecekan hasil wawancara dan observasi. Pada proses ini, data juga akan dikaitkan dengan kerangka teori sehingga akan menghasilkan sebuah hasil

27 Radjaza Mu’tasim, Metode Analisis Data dalam M. Amin Abdullah dkk, Metodologi Penelitian Agama:Pendekatan Multi Disiplinier (Yogyakarta:lembaga Penelitian UIN Sunan Kalijaga, 2006), hlm. 219

28 Moh. Soehada, Metode Penelitian Sosial Kualitatif Untuk Studi Agama, (Yogyakarta: Suka Press, 2012), hlm. 85.

29 Moh. Soehada, Metode Penelitian Sosial, hlm. 131

Gambar

Tabel 3.2 Mata Pencarian Penduduk
Gambar 17.Lampiran Sesudah Ritus Mandi Safar
Tabel 2.1 Living Qur’an dalam Studi Al-Qur’an
Tabel 2.2 Living Qur’an dan Pendekatan   Objek Formal  Objek Material
+7

Referensi

Dokumen terkait

Paper ini membahas tentang rancangan framework knowledge management system untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi dalam pengelolaan pendaftaran peserta didik

Dari persamaan regresi linier yang telah diperoleh, selanjutnya dilakukan perhitungan berat molekul protein membran spermatozoa masing-masing individu kambing

Menjadi perusahaan Jasa Keuangan Ritel terbaik di Indonesia, melampaui pengaharapan para nasabah, tenaga pemasaran, staf dan pemegang saham dengan memberikan

Dari hal ini investasi mengenai prulink yang terdapat fixed income fund ada banyak keuntungan yang bisa kita nikmati antara lain keuntungan investasi yang lebih tinggi dari pada

PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) PT ANEKA TAMBANG Tbk DAN ENTITAS ANAK LAPORAN ARUS KAS INTERIM KONSOLIDASIAN Enam Bulan Yang Berakhir Pada Tanggal-tanggal 30 Juni 2012 (tidak

Pada bab ini peneliti akan menguraikan hasil penelitian yang diperoleh dari hasil penyebaran kuesioner kepada responden yang berjumlah 86 orang di mana respondennya

metode survei tes, yaitu dengan cara tes dari multitahap bentuk penelitian deskriptif kualitatif, Populasi dalam penelitian ini adalah atlet PPLP cabang Olahraga Sepak

Dalam merencanakan dimensi penampang ini menggunakan data curah hujan tahunan dari tahun 2004 sampai 2013, yang di dapat dari stasiun Batang Kapas dan stasiun