• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V. INTERNALISASI PENGGUNAAN AYAT-AYAT

C. Makna Simbol perlengkapan dalam Tradisi Mandi Safar di

5. Daun Mangga

Gambar 4.1 Daun Mangga untuk Penulisan 7 Ayat Salamun

Daun yang dipakai sebagai media untuk menulis tujuh ayat yang di awali dengan lafadz salamun adalah daun yang memiliki ukuran yang cukup lebar berkisar 10 x 20 cm. Daun yang digunakan adalah daun mangga, atau

34Wawancara Armada, Simbol- Simbol-simbol dan Perlengkapan yang digunakan di dalam Tradisi Mandi Sapar di Desa Air Hitam Laut, pada tanggal 21 Oktober 2020 pukul 09.00-11.00

daun nangka, atau daun sawang tanpa di modifikasi yang memang mudah di peroleh di Air Hitam Laut.

Daun mangga, atau daun nangka, atau daun sawang dipilih sebagai salah satu instrumen yang dipakai dengan pertimbangan daun tersebut lebar, mudah ditulis dengan pena, dan tidak mudah sobek atau rusak. Oleh sebagian masyarakat ada yang membawa pulang daun tersebut ke rumahnya masing-masing, namun lebih banyak masyarakat yang membiarkan hanyut daun tersebut ketika mandi di pantai.

Peserta laki-laki mengenakan daun tersebut di kepala, lebih tepatnya lagi dengan mengikatkan daun tersebut di kening, atau di bagian samping kanan kepala dengan menggunakan kain berwarna putih. Sedangkan peserta wanita mengikatkan daun tersebut di bagian lengan kananya dengan menggunakan kain berwarna putih pula dengan pertimbangan bahwa ada wanita sebahagian wanita yang memakai jilbab, sehingga sulit jika mengikatkanya di bagian kepala.35

6. Pemimpim dan Delapan Orang Pemuda

Gambar 4.2 delapan orang pemuda membawa menara

Delapan orang pemuda merupakan panitia yang terlibat tradisi tersebut. Mereka merupakan pemuda yang berusia 19-30 tahun yang bertugas

35 Wawancara Armada, Simbol-simbol dan Perlengkapan yang digunakan di dalam Tradisi Mandi Sapar di Desa Air Hitam Laut, tanggal 21 Oktober 2020, pukul 09.00-11.00 wib.

untuk menggiring menara ke tengah pantai. Mereka mengenakan pakaian adat seperti pakaian adat melayu berwarna kuning, dan di atas kepala diikatkan sehelai daun yang sudah ditulisi ayat-ayat Al-Qur’an dengan menggunakan kain putih.36

Sosok seeorang pemimpin di depan menara yang membawa doa yang telah ditulis di atas tujug lembar daun yang akan dipakai dalam Mandi Safar, menunjukkan keharusan adanya seorang pemimpin dalam suatu masyarakat yang bisa menjadi pengayom, pelindung, dan pengambil keputusan dalam setiap masalah yang dihadapi dengan seadil-adilnya. Selain itu, menjadi penyejuk bagi seluruh masyarakat dan rakyat yang dipimpinnya. Sedangkan makna pembawa rakit atau delapan orang pemuda ini adalah konsep utama dalam pembangunan adalah kebersamaan dan kegotongroyongan serta kemauan untuk berbuat dan berkorban.37

D. Makna Penggunaan Ayat-ayat Al-Qur’an dalam Ritus Mandi Safar

Bagi Clifford Geertz, kebudayaan adalah sebuah pola makna-makna atau ide-ide yang termuat dalam simbol-simbol yang dengannya masyarakat menjalani pengetahuan mereka tentang kehidupan dan mengekspresikan kesadaran mereka melalui simbol-simbol itu.38 Dengan demikian, selain menggambarkan fenomena budaya suatu masyarakat, tugas utama antropolog adalah menemukan makna yang ada di balik fenomena tersebut berdasarkan apa yang diketahui, dirasakan, dan dialami oleh pelaku budaya. Inilah yang disebut Geertz sebagai from the native point’s of view, yang merupakan

36 Wawancara Armada, Simbol- Simbol-simbol dan Perlengkapan yang digunakan di dalam Tradisi Mandi Sapar di Desa Air Hitam Laut, tanggal 21 Oktober 2020, pukul 09.00-11.00 wib.

37Wawancara Armada, Simbol- Simbol-simbol dan Perlengkapan yang digunakan di dalam Tradisi Mandi Sapar di Desa Air Hitam Laut, pada tanggal 21 Oktober 2020 pukul 09.00-11.00

38 Daniel L. Pals, Seven Theories of Religion, terj. Inyiak Ridwan Muzir (Yogyakarta: IRCiSoD, 2012), hlm. 342.

hakikat dari pemahaman antropologis.39 Proses menemukan makna dan nilai yang ada di balik simbol-simbol kehidupan yang diekspresikan oleh suatu masyarakat dan memahaminya dari sudut pandang mereka merupakan konsep dari antropologi interpretatif.

Dengan konsep tersebut, maka kajian tentang kebudayaan masyarakat akan selalu melibatkan persoalan agama yang ada di dalamnya. Melalui simbol, ide, dan adat-istiadat, Geertz menemukan pengaruh agama berada di setiap sudut kehidupan masyarakat. 40 Berdasarkan hal ini, ia kemudian menyimpulkan agama sebagai suatu sistem kebudayaan, karena baginya, agama adalah: A religion is (1) a system of symbols which acts to (2) establish powerful, pervasive, and long lasting moods and motivations in men by (3) formulating conceptions of a general order of existence and (4) clothing these conceptions with such an aura of factuality that (5) the moods and motivations seem uniquely realistic. 41Agama merupakan (1) satu sistem simbol yang bertujuan untuk (2) menciptakan perasaan dan motivasi yang kuat, mudah menyebar, dan tidak mudah hilang dalam diri seseorang (3) dengan cara membentuk konsepsi tentang sebuah tatanan umum eksistensi dan (4) membungkus konsepsi-konsepsi ini dengan aura faktualitas (5) sehingga perasaan dan motivasi ini secara unik akan terlihat realistis.

Dengan menggunakan elemen-elemen teori Geertz tersebut, penggunaan ayat-ayat Al-Qur’an dalam tradisi ritus Mandi Safar yang dilakukan oleh masyarakat Desa Air Hitam Laut akan dilihat sebagai sistem simbol. Di dalam ritus Mandi Safar terdapat simbol-simbol yang mampu menciptakan perasaan dan motivasi yang unik dalam diri seseorang. Teori Geertz tersebut akan digunakan untuk melihat proses pelaksanaan tradisi ritus

39 Nur Syam, Madzhab-Madzhab Antropologi (Yogyakarta: LKiS, 2011), hlm. 93

40 Daniel L. Pals, Seven Theories of Religion, hlm. 341.

41 Clifford Geertz, The Interpretation of Cultures (USA: Basic Books, 1973), hlm.

90

Mandi Safar dan berbagai hal yang mendorong pelaksanaan tradisi tersebut, - termasuk motivasi dan nilai-nilai agama –. Untuk memudahkan aplikasi teori ini, penulis akan memulainya dengan menjelaskan konsep tentang sebuah tatanan umum eksistensi yang kemudian dibungkus dengan aura faktualitas.

Konsep itu kemudian disimbolkan, lalu disampaikan kepada masyarakat, sehingga masyarakat termotivasi untuk melakukannya. Ketika melakukan konsep yang telah disimbolkan, muncul perasaan dalam diri seseorang yang kemudian secara unik akan terlihat realitas.

1. Makna Secara Umum

7 ayat salamun ini menjadi suatu sistem simbol yang memebrikan ide-ide kepada seseorang. Ide-ide-ide tersebut tidak murni bersifat privasi, akan tetapi sebenarnya adalah milik publik. Meskipun sebenarnya ide-ide itu terdapat di dalam pemikiran individu, akan tetapi dapat diangkat dari individu ke ranah publik. Ide-ide itu berada di luar diri individu, sehingga dapat dipisah dan dikaji secara obyektif.42 Dalam konteks ini, ide-ide itu bersumber dari konsep-konsep agama yang memiliki ultimate meaning, yang kemudian memunculkan aura faktualitas, pada tahap selanjutnya dirumuskan dalam bentuk simbol. Simbol ini kemudian disampaikan oleh otoritas dengan gaya yang persuasif, yang menyarankan suatu gaya hidup atau tindakan tertentu. Dalam konteks ini tindakan tersebut berupa pelaksanaan tradisi ritus Mandi Safar dengan penggunaan simbol 7 ayat salamun.

Salah satu point penting yang ada di dalam acara ini adalah penggunaan ayat Al-Qur’an. ada beberapa surat dan ayat yang digunakan dalam ritus ini. Salah satunya alasan mengapa 7 ayat ini yang digunakan dan menjadi point penting dalam tradisi tersebut. Menurut penuturan pimpinan tokoh adat setempat, karena pada ayat tersebut terdapat kata salam

42 Daniel L. Pals, Seven Theories of Religion, hlm.343.

(salaamun).43 Kata salam disebut 42 kali di dalam Al-Qur’an. secara etimologis, kata itu berasal dari kata dasar salima yang pada mulanya erarti selamat dan bebas dari bahaya, arti itu kemudian berkembangan dan menghasilkan arti-arti lain, seperti memberi, menerima, patuh, tunduk, berdamai, tentram, tidak cacat dan ucapan selamat. Akan tetapi, keberagaman arti itu tidak sampai meninggalkan arti asalnya, misalnya memeluk agama Islam, diungkapkan dengan aslama karena dengan memeluk agama Islam, seseorang selamat dari kesesatan. Agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad dinamakan Islam karena dengan Islam yang tunduk kepada Allah.

Ketundukan itu menyebabkan selamat di dunia dan akhirat. Surga dinamai Da>rus-Sala>am, karena penghuni surga bebas dari segara kekurangan. Kata sulla>m diartikan sebagai tangga yang mengantar seseorang selamat sampai ke tempat yang tinggi. Karena itu semua kata salam berarti selamat.44

Al-Qur’an menggambarkan kata ini untuk aneka makna, antara lain sebagai:

a. Ucapan salam yang bertujuan untuk mendoakan orang lain agar mendapat keselamatan dan kesejahteraan (QS. Ad}z-D}zariyat 51 ayat 25)

b. Nikmat besar yang dianugerahkan Allah kepada hambaNya, seperti dalam QS. as}- S}a>ffa>t 37 ayat 79, yang menjelaskan nikmat keselamatan dan kesejahteraan yang diberikan kepada Nabi Nuh, kepada Nabi Musa dan Harun (QS. as}- S}a>ffa>t 37 ayat 120), serta kepada Nabi Ilyas dan keluarganya (QS. as}- S}a>ffa>t 37 ayat 130).

c. Sifat atau keadaan sesuatu di dalam QS. al-Ma>idah 5 ayat 16, yang menggambarkan sifat atau keadaan jalan-jalan yang

43 Ketua MUI Kabupaten Tanjung Jabung Timur dan Eks. Pimpinan Pondok Pesantren Wali Peetu, KH. Arsyad, Wawancara pada tanggal 20 Oktober 2020

44 M. Quraish Shihab, Ensiklopedia Al-Qur’an: Kajian Kosakata, ed: Sahabuddin, hlm. 871-872

ditelusuri oleh orang-orang beriman. Subu>lus-sala>m dan di dalam QS. al-An’am 6 ayat 127 yang menggambarkan negeri yang damai dan sentosa (darus-salam):

d. Sifat dan nama Allah, seperti QS. Al-Hasyr 59 ayat 23

e. Menggambarkan sikap ingin berdamai atau meninggalkan pertengkaran, seperti QS. al-F}urqa>n 25 ayat 63, yang memuji hamba-hambaNya yang selalu mencari kedamaian walaupun dengan orang-orang jahil.45

Sedangkan as}-Sala>m terambil dari akar kata salima yang maknanya berkisar pada keselamtan dan keterhindaran dari segala tercela. Sebagai sifat Allah, kata as}-Sala>m hanya sekali disebut dalam Al-Qur’an, yaitu pada QS.

Al-Hasyr 59 ayat 23 . karena itu salam ada yang bersifat salam positif, dalam arti perolehan yang baik dan menyenangkan dan ada juga dalam arti keterhindaran dari keburukan dan tercela.

Allah as}-Sala>m berarti Dia Yang Maha Esa itu terhindar dari segala aib, kekurangan dan kepunahan yang dialami oleh para mahkluk. Demikian tulis Ahmad Ibnu faris dalam bukunya Maqayis al-Lughah.

Ib}nu al-Arabi sebagaimana dikutip oleh Hamzah an-Nasyari dan kawan-kawan dalam buku mereka Asma’ Al-Husna berpendapat seluruh ulama sepakat bahwa nama as-Salam yang dinisbahkan kepada Allah berarti D}zu as-sala>mah, yakni yang memiliki keselamatan atau keterhindaran.

Hanya saja tulisannya berbeda dalam memahami istilah inu. Ada yang memahami dalam arti, Allah terhindar dari segala aib dan kekurangan, ada juga yang berpendapat bahwa Allah yang menghindarkan semua makhluk dari penganiayaanNya dan kelompok ketiga berpendapat bahwa as}-Sala>m yang dinisbahkan kepada Allah itu berarti, Yang memberi salam kepada

45 M. Quraish Shihab, Ensiklopedia Al-Qur’an: Kajian Kosakata, ed: Sahabuddin, (Jakarta: Lentera Hati, 2007), hlm. 870

hambaNya di surga kelak, pendapat ketiga ini sejalan dengan firmanNya pada QS. Ya>sin 36 ayat 58.

Al-Ghazali menjelaskan bahwa maknanya adalah keterhindaran Dzat dan sifat Allah dari segala aib, dari segala kekurangan dan perbuatan serta dari segala kejahatan serta kebukurukan, sehingga tiada keselamatan atau keterhindaran dari keburukan dan aib yang diraih yang terapat di dunia ini kecuali merujuk kepadaNya dan bersumber dariNya.

Pertanyaan “mengapa ada kejahatan, mengapa ada penyakit dan kemiskinan, bahkan mengapa Allah menganugerahkan si A segala macam kenikmatan dan menjadikan si B tenggelam dalam bencana? Jawaban menyangkut pertanyaan tadi merupakan salah satu yang amat musykil, khususnya bila ingin memuskan semua nalar.

Sementara pakar agama, termasuk agama Islam, menyelesaikan persoalan ini dengan menyatakan bahwa apa yang dinamai kejahatan/keburukan, sebenernya tidak ada atau paling tidak hanya pada pandangan nalar manusia yang sering kali memandang secara parsial. Bahkan Allah menegaskan dalam Al-Qur’an bahwa, Dialah yang membuat segala sesuatu dengan sebaik-baiknya. QS. as}-S}ajadah 32 ayat 7.

Kalau demikian, segalanya diciptakan Allah dan segalanya baik.

Keburukan adalah akibat keterbatasan pandangan, ia sebenernya tidak buruk tetapi nalar manusia mengiranya demikian.

216. Boleh Jadi kamu membenci sesuatu, Padahal ia Amat baik bagimu, dan boleh Jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, Padahal ia Amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.46

Pandangan ini menekankan bahwa keburukan bersifat nisbi.

Memenjarakan seseorang penjahat adalah buruk dalam pandangan si penjahat, tetapi baik dalam pandangan masyarakat dan pandangan Allah.

Hujan baik bagi petanitetapi buruk bagi penatu yang ingin mengeringkan pakaian. Singa adalah bahaya bagi yang diancamnya. Tetapi dia adalah baik ditinjau dari sisi hikmah yang diketahui Allah dari penciptanya. Demikian seterusnya, sehingga jangan memandang kebijaksanaan Allah secara mikro, maka yakinlah bahwa Dia baik. Setiap yang Anda duga keburukan atau kejahatan pasti ada hikmahnya ada kebaikan yang lebih besar yang bisa diraih.

Al-Biqai dalam tafsirnya menjelaskan makna as}-Sala>m serta penempatannya setelah sifat al-Malik dan al-Quddus baahwa tidak dapat tergambar dalam benak, Allah SWT. Disentuh Dzat, sifat dan perbuatanNya dengan sedikit kekurangan pun, disebabkan oleh kesempurnaan kerajaan dan kesucianNya, karena itu pemusnahan dari sisiNya atau sentuhan mudharat kapan pun di dunia dan di akhirat serta dalam keadaan apa pun, tidak dinilai sebagai keburukan.47 Bukankah pengetahuan Yang Maha Suci itu menyangkut lahir dan batin dalam tingkat yang sama? Bukankah Dia meletakkan segala sesuatu pada tempat yang sebaik-baiknya yang pada dasarnya tidak dapat dijangkau atau tidak dapat dijangkau sepenuhnya oleh siapapun. Karena itu setelah penyebutan kedua sifat al-Malik dan al-Quddus diperlukan adanya penjelasan yang dapat memberi rasa selamat dan aman.

Penjelasan itu adalah dengan menyebut as}-Sala>m, karena keselamatan adalah

46 Al-Qur’an dan Terjemahnya, QS. Al-Baqarah (2): 216

47 M. Quraish Shihab, Ensiklopedia Al-Qur’an: Kajian Kosakata, ed: Sahabuddin, hlm. 871-872

batas antara keharmonisan atau kedekatan dan perpisahan, serta batas antara rahmat dan siksaan. Karena as}-Sala>m lebih banyak berkaitan dengan hal-hal lahiriah, maka ia disusul oleh al-Mu’min, karena rasa aman adalah batas antara cinta dan benci bagi yang tidak mampu meraih cinta. Inilah minimal yang dapat diraih oleh pemilik hak dari siapa yang wajar memberinya cinta.

Karena itu pula seseorang yang merasa wajar menerima cinta tidak akan rela bila hanya menerima hak, sebagaimana belum sempurna iman seseorang dengan sekedar beriman dorongan cinta kepadaNya melebihi cintanya kepada yang lain dan mempersamakan cinta untuk dirinya sendiri.48

Adapun makna ayat yang digunakan ketika tradisi ritus Mandi Safar dapat dilihat dari pandangan dua lapis masyarakat, yaitu menurut para tokoh dan menurut masyarakat umum:

a. Makna Menurut Para Tokoh 1) Optimisme

Tindakan Optimisme merupakan harapan kuat terhadap segala sesuatu yang terdapat dalam kehidupan akan mampu teratasi dengan baik, walaupun ditimpa masalah dan frustasi. Optimisme merupakan sikap yang menopang individu agar jangan sampai terjatuh dalam kemasabodohan, keputusasaan, maupun mengalami depresi ketika individu menghadapi kesulitan. optimisme merupakan suatu keyakinan tentang segala yang terjadi saat ini merupakan hal baik yang akan memberikan harapan dimasa depan sesuai apa yang kita angankan. Saat menghadapi suatu kesulitan, seseorang yang optimis yakin bahwa kesulitan baik bagi pengembangan diri dan dibaliknya pasti ada kesempatan untuk mencapai harapan. Adanya ayat-ayat Al-Qur’an yang digunakan dalam ritus ini beberapa masyarakat

48 M. Quraish Shihab, Ensiklopedia Al-Qur’an: Kajian Kosakata, ed: Sahabuddin, hlm. 871-872

beranggapan bahwa ayat ini menunjukkan dan mengharapkan kepada kita untuk selalu bersikap optimis. Dalam artian menggarisbawahi yang sudah menjadi takdir adalah yang terbaik yang sudah digariskan oleh Allah namun tetap memiliki rencana yang bagus untuk kedepannya. Menurut salah satu informan yaitu, mengatakan:

“Belajar optimis berarti belajar mereformasi iman, menyesali dosa-dosa masa lalu, tidak mengulangi kesalahan, dan bertekad menyongsong masa depan yang lebih baik. Oleh karena itu, belajar optimis seyogyanya tidak berhenti pada perbaikan kualitas hidup di dunia, tapi juga bervisi jauh ke depan, yakni harapan baik dalam kehidupan akhirat kelak. Dari tradisi ini dengan adanya ayat-ayat Al-Qur’an yang ada di dalamnya saya ingin belajar optimis bukan sekadar keinginan tanpa tindakan nyata.”49

Selain itu juga dikatakan bahwa ayat-ayat yang ada di dalam ritus tersebut merupakan ayat yang menumbuhkan sikap optimisnya di dalam menjalani kehidupan.

“Belajar optimis menurut Al-Qur’an, harus disertai usaha dan doa.

Usaha itu dapat diwujudkan dengan kembali meneladani perjalanan hidup Rasulullah SAW yang tidak pernah surut dari ujian dan cobaan, bahkan ancaman terhadap keselamatan jiwanya. Belajar optimis diiringi dengan doa dapat menjauhkan diri dari murka Allah, karena Allah sangat senang jika dimintai, lebih-lebih hamba yang meminta kepada-Nya dengan penuh optimistis. Jadi dengan tradisi ini terlebih ada ayat ini saya berharap optimis dengan berdoa meminta keselamatan kepada Allah.50

1) Dakwah

Menurut kyai, ayat ini juga menjadi salah satu ajang dakwah kepada masyarakat apalagi ritus ini tidak hanya dihadiri oleh masyarakat Desa tetapi juga di Luar Desa bahkan orang-orang china.

49 Ketua MUI Kabupaten Tanjung Jabung Timur dan Eks. Pimpinan Pondok Pesantren Wali Peetu, KH. Arsyad, Wawancara pada tanggal 20 Oktober 2020

50 Ketua MUI Kabupaten Tanjung Jabung Timur dan Eks. Pimpinan Pondok Pesantren Wali Peetu, KH. Arsyad, Wawancara pada tanggal 20 Oktober 2020

Ini salah satu dakwah yang bisa kita berikan kepada mereka, ya melalui ayat ini. Yang ada kisah-kisah Nabi di dalamnya. Termasuk menjalankan dakwah yang sudah di laksanakan oleh datuk disini, pelopor ritus ini.51

2) Doa

“Selain itu juga ayat ini, menjadi doa bagi kami, karena kami percaya pasti Allah akan memberikan cobaan kepada hambanya, dan ini menjadi salah satu doa dari kami agar dijauhkan dari balak, dan jika tidak maka kami meminta agar cepat di sembuhkan dari penyakit dan bala. Karena menurut saya ayat-ayat Al-Qur’an bisa menjadi obat bagi umat.”52

1. Makna Menurut Masyarakat Umum

1) Makna Doa Wasilah Memohon Keselamatan

“Ayat ini merupakan salah satu bentuk doa untuk, karena di dalam ayat tersebut ada kata salamun dan jika dilihat dari segi maknanya bagus juga bahwa Allah memberikan selamat kepada Nabi-Nabi. Jadi kita juga memohon keselamatan dan agar Allah selalu melindungi kami dan desa ini.” 53

2) Makna Ikhtiyar

Ikhtiyar merupakan sebuah usaha, usaha bisa dilakukan dengan apa saja asalkan memang benar di jalannya. Dalam artian disini seluruh masyarakat bergotong royong melakukan kebaikan dan memiliki harapan yang sama.

“Menurut saya Spiritualitas itu kan terkait dengan kepedulian, harapan, dan kebaikan. Saya rasa inti dari ayat-ayat tersebut kan mengajarkan harapan yang baik yaitu memohon kesalamatan,.”

51 Ketua MUI Kabupaten Tanjung Jabung Timur dan Eks. Pimpinan Pondok Pesantren Wali Peetu, KH. Arsyad, Wawancara pada tanggal 20 Oktober 2020

52 Wawancara dengan Andriyani Polopadang, tanggal 09 November 2020, pukul 09.00-11.00 wib.

53 Wawancara dengan Khalidinabiha, tanggal 02 November 2020, pukul 09.00-11.00 wib.

Simbol-simbol yang dirumuskan tersebut, kemudian disampaikan oleh otoritas – dalam hal ini yaitu para kiai – kepada masyarakat. Kyai atau pemimpin adat menyampaiakan simbol yang menawarkan suatu gaya hidup atau tindakan yang didasarkan pada dogma dengan cara yang persuasif. Ini kemudian membawa simbol-simbol pada pelaksanaan ritus. Gaya hidup atau tindakan yang disarankan oleh simbol-simbol tersebut diwujudkan dalam bentuk pelaksanaan tradisi ritus Mandi Safar.54

2. Makna Agama a. Ibadah

Di dalam ritus Mandi Safar, ayat-ayat yang digunakan adalah 7 ayat.

Menurut Salah satu guru yaitu Rahmatang, Pembacaan surat-surat Al-Qur’an dalam ritus Mandi Safar merupakan salah satu sarana untuk mencari Khaṣāiṣ al-Qur’ān. Ritus Mandi Safar itu tabarrukan, tawasshul bi wasithati ayat al- Qur’ān, bukan tulisannya saja, tapi isi ayat tersebut adalah keselamatan untuk para-para Nabi. Sebab tawasshul atau media itu bisa lewat ayat-ayat al-Quran diharapkan Tuhan memberikan bantuan di luar batas kemampuan manusia.

Supaya apa yang kita tidak bisa jangkau itu, Tuhan bisa memberi pemahaman kepada kita. Misal ada musibah, itu kita cepat paham bahwa ini baik dan hikmahnya segera tau.55

Di samping itu juga bahwa surat-surat yang dibaca dan digunakan ketika ritus Mandi Safar memiliki fadhilah dan makna masing-masing.

Selaras dengan kepercayaan mereka terhadap keistimewaan Al-Qur’an, mereka percaya bahwa setiap bagian Al-Qur’an yang dibaca itu memiliki keutamaan tersendiri bagi pembacanya. Hal ini sebagaimana yang diyakini oleh Rahmatang, ia memandang bahwa Surat al-Ikhlas dan An-Nas

54Wawancara dengan Lisna Wati, tanggal 03 November 2020, pukul 09.00-11.00 wib.

55 Wawancara dengan Rahmatang, tanggal 02 November 2020, pukul 09.00-11.00 wib.

merupakan surat yang istimewa, kedua surat ini sering dibaca, bahkan secara rutin dibaca dalam Mabacca dan Mabbarasanji, meskipun ia tidak tahu pasti,

merupakan surat yang istimewa, kedua surat ini sering dibaca, bahkan secara rutin dibaca dalam Mabacca dan Mabbarasanji, meskipun ia tidak tahu pasti,