• Tidak ada hasil yang ditemukan

Fraksi Partai Golkar. (2 dari 4 orang Anggota): 7. Ir. H. Azhar Romli, M.Si 8. Dr. Ir. Markus Nari, M.Si 9. Drs. Murad U. Nasir, M.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Fraksi Partai Golkar. (2 dari 4 orang Anggota): 7. Ir. H. Azhar Romli, M.Si 8. Dr. Ir. Markus Nari, M.Si 9. Drs. Murad U. Nasir, M."

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

RISALAH RAPAT PANITIA KERJA RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG APARATUR SIPIL NEGARA

(BIDANG PEMERINTAHAN DALAM NEGERI, OTONOMI DAERAH, APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI, KEPEMILUAN,

PERTANAHAN DAN REFORMA AGRARIA) Tahun Sidang : 2012 – 2013

Masa Persidangan : IV Rapat Ke- : --

Jenis Rapat : Rapat Panitia Kerja (PANJA) Sifat Rapat : Terbuka

Hari/Tanggal : Senin, 20 Mei 2013 Pukul : 14. 00 WIB s.d Selesai

Tempat : Ruang Rapat Komisi II DPR RI(KK.III)

Ketua Rapat : Drs. Agun Gunandjar Sudarsa, BCip, M.Si/ Ketua Komisi II DPR RI Acara : Laporan Pemerintah terkait perkembangan proses RUU tentang ASN Sekretaris Rapat : Dra. Hani Yuliasih/Kabag.Set Komisi II DPR RI

Hadir : A. Anggota Komisi II DPR RI:

15 dari 24 orang Anggota Panja dengan rincian : Pimpinan Komisi II DPR RI

(1 dari 4 orang Pimpinan):

1. Drs. Agun Gunandjar Sudarsa, BCip, M.Si Fraksi Partai Demokrat

(5 dari 6 orang Anggota):

2. H. Abdul Wahab Dalimumunte, SH 3. Sri Novida, SE

4. Ignatius Moelyono 5. Rusminiati, SH

6. Ir. Nanang Samodra, KA, M.Sc Fraksi Partai Golkar

(3 dari 4 orang Anggota): 7. Ir. H. Azhar Romli, M.Si 8. Dr. Ir. Markus Nari, M.Si 9. Drs. Murad U. Nasir, M.Si

Fraksi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (2 dari 4 orang Anggota):

10. Budiman Sudjatmiko, M.Sc, M.Phil 11. Zainun Ahmadi

Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (1 dari 2 orang Anggota):

(2)

Fraksi Partai Amanat Nasional (1 dari 1 orang Anggota):

13. Drs. H. Rusli Ridwan, M.Si

Fraksi Partai Persatuan Pembangunan (1 dari 1 orang Anggota):

14. Drs. H. Akhmad Muqowam Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa (tidak dihadiri):

Fraksi Partai Gerakan Indonesia Raya (1 dari 1 orang Anggota):

15. Mestariany Habie, SH

Fraksi Partai Hati Nurani Rakyat (tidak dihadiri):

B . Pemerintah:

1. Sekretaris Kementerian PAN & Reformasi Birokrasi 2. Sekretaris Jenderal Kementerian Dalam Negeri RI 3. Sekretaris Jenderal Kementerian Keuangan RI

4. Dirjen Peraturan Perundang-undang Kementerian Hukum dan HAM RI

KETUA RAPAT (Drs. AGUN GUNANJAR SUDARSA):

Assalaamu'alaikum Warahmatullaahi Wabarakaatuh.

Selamat sore dan salam sejahtera untuk kita semua.

Sebelum saya lanjutkan atau membuka rapat kali ini, perkenankan saya pribadi menyampaikan mohon maaf terlebih dahulu Pak Prof. Eko, Pak Wakil Menteri karena seyogyanya yang rapat jam 14.00 sudah harus dimulai, saya baru bisa hadir setelah sedikit berlari kencang dari Gedung Nusantara IV karena baru bisa selesai kegiatan di sana yang juga memang sedikit banyak juga terkait beberapa topic diantaranya tentang Undang-Undang ASN.

Baiklah,

Yang terhormat Saudara Wakil Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi,

Yang terhormat Saudara Sekretaris Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi,

Yang terhormat Saudara Dirjen Peraturan Perundang-undangan Kementerian Hukum dan HAM atau yang mewakili,

Yang terhormat Saudara Sekretaris Jenderal Kementerian Dalam Negeri atau yang mewakili, serta

(3)

Yang terhormat hadir di sini Saudara Sekretaris Kementerian Keuangan, Bapak Sekretaris Jenderal Kementerian Keuangan, dan

Seluruh jajaran Pemerintah yang hadir dalam kesempatan Panja ini dan segenap Anggota Panja yang berbahagia,

Terlebih dulu dengan memanjatkan puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa bahwa pada hari ini kita dapat melaksanakan tugas konstitusional di bidang legislasi dalam rangka pembahasan Rancangan Undang-Undang tentang Aparatur Sipil Negara dalam keadaan sehat wal afiat.

Rapat ini telah dihadiri dari 25 orang Anggota Panja. Hadir 15 orang, ijin 4, 7 fraksi dari 9 fraksi. Oleh karena itu, ketentuan pasal 245 Peraturan Tata Tertib DPR RI telah terpenuhi dan untuk itu perkenankan kami membuka rapat Panja ini dan sekaligus menyatakan rapat terbuka untuk umum.

(RAPAT DIBUKA PUKUL 14.55 WIB)

Saudara Wakil Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi beserta dengan jajarannya,

Segenap Anggota Panja yang kami hormati,

Sebelum kami mempersilakan kepada Wakil Menteri untuk menyampaikan laporan perkembangan hasil rapat-rapat sidang cabinet atau konsolidasi yang sering kami gunakan dalam rapat Panja ini diantara paara kementerian lembaga di lingkungan eksekutif di lingkungan Pemerintahan terhadap substansi Rancangan Undang-Undang ini, terlebih dahulu kami meminta persetujuan rapat Panja ini untuk memutuskan agenda rapat kita pada kali ini. Yang pertama, laporan dari Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi yang akan disampaikan secara langsung oleh Bapak Wamen tentang bagaimana sesungguhnya Rancangan Undang-Undang yang sudah mengendap di Pemerintah ini sampai dengan 2 masa sidang ini, Pak yang dalam proses pembahasannya Rancangan Undang-Undang ini sudah 6 kali perpanjangan penundaan. Jadi, sudah cukup lama Rancangan Undang-Undang ini.

Dan sebagai informasi pula kepada Bapak Wamen bahwa Rabu besok, Selasa besok di

press room, press room juga mengangkat topic perkembangan pembahasan Undang-Undang ASN

bahkan kami juga sudah diundang oleh Pimpinan DPR, Wakil Ketua Bidang Polkam yang juga sudah merencanakan ada agenda tersendiri di DPR berkenaan dengan isu ASN yang akhir-akhir ini Pimpinan Dewan sudah banyak menerima surat-surat dari daerah yang mempertanyakan tentang ….. karena sudah banyak yang simpang siur apakah Undang-Undang itu sudah disahkan atau belum.

Begitu pula tentang berbagai hal yang berkenaan dengan pengisian jabatan secara terbuka yang diberi dikenal dengan bahasa media itu lelang jabatan. Di daerah-daerah juga sudah banyak yang mempertanyakan. Kami juga sudah menghadap kepada Pimpinan Dewan bahwa apa

(4)

yang dibicarakan itu sesungguhnya adalah substansi-substansi yang ada di dalam draft Rancangan Undang-Undang ASN namun belum selesai.

Oleh karena itulah Pimpinan Dewan merencanakan akan ada sebuah kegiatan yang mungkin diketahui oleh media tetapi media lebih mendahuluinya di Selasa besok. Diharapkan dari Kementerian PAN juga akan hadir bersama dengan Pimpinan Komisi II di press room tentang perkembangan ini semua. Termasuk beberapa hal isu-isu krusial yang mungkin juga akan mereka pertanyakan.

Untuk itu kami minta persetujuan apakah agenda ini bisa disetujui pertama penyampaian laporan oleh Bapak Wamen setelah itu kita adakan dialog diantara kita dengan Pak Wamen dari seluruh Anggota.

Setuju, ya?

Baiklah, kepada Saudara Wakil Menteri kami persilakan untuk menyampaikan beberapa hal yang terkait dengan pertama mungkin dari time schedule yang dirancang oleh Pemerintah itu seperti apa, prediksinya bagaimana. Itu yang pertama.

Yang kedua soal substansinya, Pak. Soal substansi mungkin yang berkaitan dengan isu-isu krusial yang juga mungkin sampai sejauhmana isu-isu-isu-isu tersebut juga telah tersosialisasikan atau mungkin telah terbahaskan di dalam forum koordinasi antar kementerian. Saya yakin mungkin itu sudah terjadi yang sekarang sedang naik pada tingkatan di kabinet. Untuk itu kami persilakan. WAKIL MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI (Prof. Dr. EKO PRASOJO):

Assalaamu'alaikum Warahmatullaahi Wabarakaatuh.

Yang saya hormati Pimpinan Komisi II dan Anggota Dewan Komisi II,

Para Sesmen, Sekjen yang mewakili Kementerian PAN dan RB, Kementerian Dalam Negeri, dan juga Kementerian Keuangan, Kementerian Hukum dan HAM,

Bapak/Ibu sekalian, Hadirin yang saya hormati,

Pertama-tama tentu saya sampaikan salam dan permohonan maaf dari Pak Menteri tadi pagi beliau men-sms saya karena harus menjalankan tugas di Turki sehingga tidak bisa hadir pada kesempatan ini. Saya diminta untuk mewakili dan menyampaikan apa yang sudah terjadi dalam proses pembahasan di Pemerintah terkait dengan Rancangan Undang-Undang Aparatur Sipil Negara itu.

Pimpinan dan Anggota Dewan yang saya hormati,

Mungkin saya akan menceritakan 2 hal. Jadi, strategic process dan juga strategic content yang sudah kita bahas dalam rapat-rapat yang dipimpin langsung oleh Wakil Presiden maupun yang terakhir dipimpin langsung oleh Presiden dalam rapat terbatas pada 14 Mei lalu, Pak.

(5)

Secara proses tentu kita juga mengucapkan terima kasih yang pertama kaepada Komisi II yang telah memberikan kesempatan kepada Pemerintah untuk menyatukan pandangan, pendapat terkait dengan substansi dari Rancangan Undang-Undang Aparatur Sipil Negara ini.

Proses ini dalam tahap pembahasan langsung dipimpin oleh Wakil Presiden dalam rapat dengan para menteri terkait yang mendapatkan Ampres dari Presiden terutama Menteri PAN, Menteri Dalam Negeri, Menteri Kumham dan juga Menteri Keuangan. Jadi, saya mencatat ada 5 kali rapat yang langsung dipimpin oleh Wakil Presiden melibatkan 3 menteri dan lebih dari 19 kali pertemuan yang melibatkan pejabat Eselon I, II dari instansi terkait termasuk juga dari Lembaga Administrasi Negara, dari BKN, dari Kemenpan, Kemendagri, Kementerian Keuangan, Kementerian Hukum dan HAM. Jadi, ini merupakan suatu proses yang sangat panjang berbagai macam pendapat, perspektif juga exercise terhadap implementasi norma-norma RUU kita coba terapkan implikasinya dalam implementasi kebijakan tersebut.

Prinsipnya memang dalam tingkat pembahasan teknis saya memimpin langsung proses ini bersama-sama dengan Sekjen Kemenkeu, Sesmenpan, Sekjen Kemendagri yang juga Direktorat Jenderal Peraturan Perundang-undangan di Kementerian Hukum dan HAM.

Banyak hal yang sudah kita bahas. Pada prinsipnya berbagai hal yang kita bahas itu tidak lain adalah untuk meng-exercise kemungkinan-kemungkinan mitigasi resiko yang akan terjadi pada saat implementasi Rancangan Undang-Undang Aparatur Sipil Negara tersebut.

Di tingkat proses pembahasan dengan Wakil Presiden kita sudah mencapai kesepakatan bersama diantara menteri-menteri yang sudah diberikan tugas oleh Presiden untuk membahas ini bersama dengan Dewan, nanti saya akan laporkan beberapa hal terkait dengan substansi tersebut, dan secara resmi melalui sidang atau di dalam sidang kabinet terbatas pada 14 Mei lalu kita juga sudah menyampaikan kepada Presiden mengenai hasil proses pembahasan ini dan juga substansi yang terdapat di dalam Rancangan Undang-Undang Aparatur Sipil Negara.

Secara umum Presiden memberikan pendapat bahwa Rancangan Undang-Undang Aparatur Sipil Negara ini merupakan RUU yang sangat kritikal dan fundamental dalam perubahan system administrasi negara secara keseluruhan baik meliputi nantinya lembaga-lembaga negara maupun lembaga-lembaga Pemerintahan. Ini nanti arahan Presiden sudah sangat jelas bahwa Presiden menganggap sangat penting Rancangan Undang-Undang ini bagi reformasi administrasi negara secara keseluruhan dan karena itu ada sejumlah substansi yang diharapkan bisa dijelaskan kepada Presiden terutama terkait dengan what kind of civil servent do we need for

developing Indonesia. Jadi, seperti apa, pegawai negeri seperti apa atau aparatur sipil negara

seperti apa yang memang kita butuhkan success profile-nya itu untuk Indonesia.

Lalu, untuk mencapai success profile tersebut kira-kira policy dan manajemen kepegawaian seperti apa yang harus kita design di dalam Rancangan Undang-Undang Aparatur Sipil Negara dan apakah original intent dan values dari RUU ini sudah menjawab berbagai macam kebutuhan aparatur sipil negara untuk penyelenggaraan Pemerintahan dan juga tugas-tugas pembangunan.

(6)

Kemudian juga hal-hal yang disampaikan oleh Presiden terutama terkait dengan bagaimana kira-kira possible agreement terhadap berbagai substansi yang kita atur ini manakala terjadi perbedaan pendapat antara Pemerintah dan Dewan dalam pasal-pasal pengaturan di Rancangan Undang-Undang Aparatur Sipil Negara. Dan Presiden juga menyampaikan pesan agar RUU Aparatur Sipil Negara ini bisa menjadi instrumen yang bisa mengontrol penggunaan anggaran negara yang ditransfer kepada Pemerintah Daerah terutama terkait dengan belanja aparatur dan efektifitas pencapaian tugas-tugas negara oleh aparatur sipil negara.

Kemudian hal yang juga menjadi perhatian Presiden adalah bagaimana keberadaan 4 lembaga nantinya yaitu Kemudian PAN, LAN, BKN dan KSN ini bisa menjamin efektifitas manajemen sumber daya aparatur kita secara keseluruhan karena ini melibatkan lintas otoritas ya dan yang juga cukup penting adalah Rancangan Undang-Undang ini menyebutkan mengenai pegawai tidak tetap Pemerintah atau dalam bahasa istilah yang digunakan Pemerintah sekarang adalah pegawai Pemerintah dengan perjanjian kerja apa yang membedakan antara perlindungan pegawai dalam ranah hukum public dengan perlindungan buruh apabila kita berbicara mengenai pegawai Pemerintah dengan perjanjian kerja ini. ini adalah hal-hal yang disampaikan oleh Presiden pada rapat terakhir. Yang paling penting adalah bahwa Pemerintah sangat berkomitmen untuk bisa menyelesaikan pembahasan Rancangan Undang-Undang Aparatur Sipil Negara ini pada persidangan ini. jadi, Presiden sudah meminta kepada Sekretaris Kabinet untuk mengagendakan 2 kali rapat dalam 2 minggu sejak 14 Mei lalu dan Presiden ingin juga langsung memimpin proses pembahasan tersebut di kalangan Pemerintah untuk terakhir kalinya sebelum diserahkan kepada DPR RI sebagai wujud bahwa Presiden menganggap sangat penting Rancangan Undang-Undang Aparatur Sipil Negara ini yang secara fundamental menjadi dasar bagi perubahan administrasi negara di Indonesia.

Secara konten memang saya mengidentifikasi dan juga ada beberapa spesifik post bill

agreement yang mungkin akan menjadi proses, akan menjadi focus dalam proses pembahasan

kita. Jadi, yang pertama adalah mengenai pembentukan Komisi Aparatur Sipil Negara yang di dalam konsep Dewan disebutkan sebagai lembaga negara dan memiliki kewenangan di dalam merekrut pejabat eksekutif senior. Ini mungkin nanti akan secara exercise di dalam proses pembahasan kita bahas secara bersamaan karena apa yang sudah dilaporkan oleh Tim Pemerintah kepada Presiden KSN ini nanti akan berbentuk lembaga non struktural dengan tugas utama menjaga system merit. Jadi, kalau di Amerika ini menjadi merit system protection board. Jadi, sebuah lembaga yang mengawasi berjalannya atau pemberlakuan sistem merit termasuk merekomendasikan pembatalan pengangkatan pejabat yang tidak berdasarkan merit system. Jadi, ini kemungkinan possible agreement yang akan kita bahas yang pertama.

Yang kedua, terkait dengan jabatan eksekutif senior yang dalam konsep Pemerintah kita sebut sebagai jabatan pimpinan tinggi. Kemudian kita bagi jabatan pimpinan tinggi pratama, madya, dan utama. Jika Dewan mengusulkan jabatan eksekutif senior ini diseleksi oleh KSN memang kemarin kita di dalam tim kecil mencoba untuk meng-exercise kita memiliki 746 Eselon I seluruh Indonesia, dan 11.400 Eselon II seluruh Indonesia tetapi jika ini perputarannya misalnya 10% di dalam 1 tahun berarti sekitar 12 ribu jadi sekitar 1200 pejabat Eselon I dan Eselon II ini akan berputar dalam 1 tahun maka ini akan membutuhkan energi yang luar biasa besar bagi aparatur sipil negara untuk ikut menyeleksi sehingga memang di dalam desain sementara

(7)

Pemerintah, Komisi Aparatur Sipil Negara ini akan menjadi tim panitia seleksi yang dibentuk oleh masing-masing pejabat yang berwenang di kementerian, lembaga dan juga Pemerintah Daerah. Jadi, ikut mengawasi bahwa proses seleksi jabatan pimpinan tinggi ini bisa dilakukan secara merit system.

Tetapi by principe bahwa Pemerintah setuju bahwa system promosi jabatan ini harus dilakukan secara obyektif, transparan melalui open promotion system yang dalam bahasa sehari-hari oleh Pak Jokowi disebut sebagai lelang jabatan. Dan untuk mengantisipasi ….. ini sebenarnya kami sudah mengeluarkan Surat Edaran Nomor 16 Tahun 2012 yang disampaikan kepada seluruh menteri, pimpinan lembaga dan juga seluruh gubernur, bupati dan walikota untuk mulai menerapkan pengisian jabatan Eselon I, II, III, IV, V secara terbuka sesuai dengan kemampuan dan possibility masing-masing instansi untuk menerapkannya dan kami telah menerima 39 instansi yang sudah melaporkan kepada Kementerian PAN yang akan melaksanakan sudah dan akan melaksanakan promosi secara terbuka di masing-masing level secara berbeda. Ada yang di Eselon I, Eselon II, ada yang sudah di Eselon III dan IV seperti Pak Jokowi untuk promosi terbuka camat dan juga lurah.

Kemudian specific possible agreement yang juga mungkin akan kita bahas adalah satu calon jabatan eksekutif senior yang diusulkan oleh Komisi Aparatur Sipil Negara kepada TAP. Itu kemungkinan posisi Pemerintah adalah bahwa calon pimpinan tinggi yang akan diusulkan kepada TPA itu 1 orang, eh, 3 orang calon, maaf, ada 3 orang calon yang diusulkan kepada Presiden melalui TPA itu.

Kemudian mengenai Pejabat Pembina Kepegawaian, ini DPR mengusulkan Pejabat Pembina Kepegawaian adalah pejabata karir tertinggi seperti dalam draft RUU Aparatur Sipil Negara.

Pemerintah juga sebenarnya sepakat bahwa Pejabat Pembina Kepegawaian adalah pejabat karir tertinggi, cuma di sini ada 2 sistem yang ditawarkan oleh tim Pemerintah yaitu untuk Pejabat Pembina Kepegawaian di tingkat kementerian adalah pejabat politik yaitu menteri dan di tingkat LPNK adalah pimpinan LPNK, sedangkan di daerah adalah pejabat karir tertinggi yaitu Sekretaris Daerah. Ini pun nanti perlu mendapatkan pembahasan dan saya dengan Pak Made di sebagai Ketua Tim, Pak Made sebagai Ketua Tim Revisi Undang-Undang 32 juga sudah membicarakan Bab Kepegawaian Daerah dalam Rancangan Undang-Undang Pemerintahan Daerah. Ini perlu kita exercise kembali tetapi Pemerintah bersepakat bahwa yang paling penting untuk menjaga netralitas dan menjaga intervensi dari intervensi politik pada birokrasi adalah proses yang transparan, prosedur yang bisa menjamin bahwa seseorang dipromosikan dalam jabatannya sesuai dengan kompetensi dan kinerjanya.

Terkait dengan usulan Dewan untuk menggaji PNS Pusat dan Daerah pada pembebanan APBN di tingkat Pemerintah memang terdapat satu kesatuan pandangan bahwa gaji PNS dibiayai oleh APBN dan PNS pusat dibiayai oleh APBN dan PNS daerah oleh APBD seperti yang berlangsung pada saat ini karena ini akan menimbulkan juga citra politik bahwa jika gaji itu dibiayai oleh APBN makanya akan mengurangi dana alokasi umum yang akan diberikan kepada daerah. Ini tingkat akseptabilitas Pemerintah daerah kepada Pemerintah pusat.

(8)

Mengenai batas usia pension, Dewan mengusulkan 58 tahun, Pemerintah mengusulkan beberapa alternatif batas usia pension.

1. Untuk Eselon I jabatan pimpinan tinggi utama dan madya batas usia pensiunnya adalah 60 tahun.

2. Untuk Eselon II jabatan pimpinan tinggi pratama 58 tahun, dan

3. Jabatan Eselon III ke bawah itu yang sekarang ini eksis dengan batas usia pension 56 tahun.

Salah satu pertimbangan Pemerintah adalah bahwa melihat kondisi kompetensi pegawai negeri sipil yang ada sekarang dan pada saat Pemerintah ingin memberlakukan kebijakan pension dini kepada pegawai negeri sipil, menaikkan batas usia pension tidak sesuai dengan keinginan untuk mengurangi secara bertahap pegawai negeri sipil yang tidak berkompeten tadi. Ini kira-kira untuk batas usia pension.

Sedangkan untuk system pengganjian tunggal yang ditawarkan oleh Dewan pada prinsipnya ini bisa dilakukan namun dilakukan secara bertahap.

Untuk system pension fully funded, Pemerintah saat ini sedang mengkaji dampak keuangan yang bisa ditimbulkan dari perubahan system fully funded ini dan kita sedang

meng-exercise bersama-sama dengan Kementerian Keuangan dan nanti akan kami sampaikan juga

tentu dampak fiskalnya kepada yang terhormat Pimpinan dan Anggota Komisi II untuk sama-sama kita putuskan. Tetapi kami memikirkan memang pada masa transisi akan ada 2 sistem yaitu system fast as you go dan juga system fully funded yang baru kalau seandainya ini bisa kita setujui karena tidak mungkin memberlakukan system yang baru untuk pegawai-pegawai yang sudah lama mengiur dengan system yang sudah lama.

Ini beberapa spesifik possible agreement yang mungkin akan menjadi focus utama dalam proses pembahasan selanjutnya dengan Dewan. Tetapi melihat semangat yang sudah diputuskan oleh Wakil Presiden dalam pembahasan tingkat menteri maupun apa yang disampaikan oleh Presiden pada sidang cabinet terbatas tanggal 14 lalu, Presiden menghendaki, karena beliau sendiri juga menanyakan kapan terakhir batas masa sidang kali ini dan beliau berharap bahwa dalam 2 minggu sejak tanggal 14 itu bisa diselesaikan draft Pemerintah untuk disampaikan kepada Dewan Perwakilan Rakyat.

Pimpinan dan Anggota Dewan yang saya hormati,

Kira-kira itu yang bisa kami sampaikan tetapi beberapa kebijakan percepatan reformasi birokrasi termasuk proses penyusunan RPP juga sudah kita lakukan secara paralel sesuai dengan substansi yang ada dalam Rancangan Undang-Undang Aparatur Sipil Negara saat ini kami secara paralel di Kementerian PAN juga menyiapkan 17 RPP yang dimandatkan di dalam Rancangan Undang-Undang Aparatur Sipil Negara ini kami bahas secara paralel supaya nanti begitu ditetapkan kita bisa langsung melaksanakan Undang-Undang ini meskipun Pemerintah juga berpendapat ada masa transisi untuk menyelesaikan semua Rancangan Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang ini selama 2 tahun ya baik berbentuk PP, Peraturan Presiden maupun Peraturan Menteri yang membidangi urusan aparatur negara.

(9)

Demikian yang dapat kami sampaikan untuk kesempatan pertama. Sekali lagi kami atas nama Pemerintah mengucapkan terima kasih atas kesempatan yang telah diberikan oleh Dewan kepada Pemerintah untuk bisa mendiskusikan ini secara bersama-sama dengan seluruh kementerian dan lembaga yang terkait.

Demikian, terima kasih.

Wassalaamu'alaikum Warahmatullaahi Wabarakaatuh.

KETUA RAPAT:

Wa’alaikum salaam Warahmatullaahi Wabarakaatuh.

Terima kasih kepada Wamen yang telah menjelaskan beberapa hal berkenaan dengan perkembangan Rancangan Undang-Undang Aparatur Sipil Negara di tingkat Pemerintah dan untuk selanjutnya kepada seluruh anggota apakah perlu ada dialog pendalaman atau apa saja yang Bapak sampaikan. Tetapi yang jelas kalau untuk berdiskusi soal substansi belum saat ini.

Silakan Pak Zainun. Pak Gamari, silakan. F-PKS (GAMARI SUTRISNO):

Terima kasih, Ketua. Anggota yang terhormat,

Bapak Wamenpan dengan jajarannya,

Assalaamu'alaikum Warahmatullaahi Wabarakaatuh.

Mencermati penjelasan Pak Wamen ada satu hal yang mungkin belum disampaikan, mungkin saya tadi tidak membaca dengan seksama mengenai organisasi aparatur sipil negara, Pak apakah di dalam rapat-rapat terakhir Pemerintah masih menginginkan organisasi aparatur sipil negara ini bersifat kedinasan atau sudah menerima usulan kami walaupun secara informal mengenai organisasi aparatur sipil negara ini. Ini juga pokok masalah yang harus kita clear-kan. Jangan sampai kemudian kita juga belum atau Pemerintah sendiri belum bersepakat mengenai sifat organisasi Aparatur Sipil Negara ini.

Pak Ketua,

Dulu saya pernah mengusulkan sebagai solusi adalah dirumuskannya pasal organisasi aparatur sipil negara ini sebagai organisasi profesi aparatur sipil negara yang akan dituangkan lebih lanjut dalam Peraturan Pemerintah sehingga demikian tidak perlu mencantumkan sifat organisasi aparatur sipil negara itu. Ini langkah tengah yang pernah kami usulkan. Namun kita perlu juga mendengar apakah sudah dibahas atau belum atau masih bersikukuh ini harus dituangkan dalam norma. Kalau itu masih bersikukuh perlu diketahui saya pribadi tidak akan setuju. Yang saya setuju adalah usulan kami. Supaya ini nanti dibawa juga di dalam rapat yang akan diselenggarakan oleh Pemerintah.

(10)

Yang kedua, saya juga ingin memberi klarifikasi sebetulnya mengenai KASN ini, Pak. Kepda kita dulu sudah pernah disampaikan oleh Sekretaris Menpan hasil rapat internal Pemerintah. Dari apa yang disampaikan itu kami berkesimpulan bahwa tugas pokok dan fungsi KASN ini jauh dari apa yang sudah kami rumuskan atau jauh dari usulan daripada Komisi II DPR RI atau dengan kata lain kewenangan KASN ini sungguh dikebiri dan kalau itu memang terjadi ya lebih baik tidak usah ada Komisi Aparatur Sipil Negara karena kalau dia hanya lembaga monitoring saja buat apa, tidak perlu itu. Ini juga mungkin menjadi masalah yang kritikal untuk dibicarakan pada rapat internal Pemerintah nanti.

Mengenai jabatan Pemerintah tinggi, Pak pada dasarnya kami tidak masalah. Ini hanya perubahan istilah saja. Jadi, kami tidak mempersoalkan mengenai terminologi jabatan pimpinan tinggi maupun jabatan eksekutif senior yang menjadi usulan dari Komisi II. Jadi, ini bukan masalah kritikal sehingga berkuranglah ini persoalannya. Tetapi mengenai KASN, kemudian organisasi ASN ini masih menjadi poin yang penting untuk kita diskusikan bersama dan sebagai masukan bagi Pemerintah ini juga perlu kita peroleh penjelasan yang lebih mengenai organisasi ASN itu sendiri.

System pension, Pak dan juga batas usia pension, ini nampaknya dari teman-teman pegawai negeri sipil berharap betul kalau batas usia pension ini masih sebagaimana yang diusulkan oleh DPR sementara Pemerintah kan kayaknya masih keberatan ini untuk memenuhi usulan batas usia pension. Ini juga tolong dikaji kembali karena ini sudah memberikan harapan yang luar biasa kepada pegawai negeri sipil itu sendiri.

Pak Ketua,

Sementara itu dulu. Terima kasih.

Wassalaamu'alaikum Warahmatullaahi Wabarakaatuh.

KETUA RAPAT:

Pak Azhar silakan.

F-PG (Ir. H. AZHAR ROMLI, M.Si.): Terima kasih, Pimpinan.

Pak Wakil Menteri, Pak Eko dan Pak Sekjen serta seluruh jajaran, Teman-teman Komisi II yang saya hormati,

Walaupun kita belum membicarakan substansi dan kita berharap mungkin mekanisme yang akan kita harapkan pada masa sidang ini Undang-Undang ini akan menjadi pengesahan terutama dengan waktu terbatas ini ya benar-benar Pemerintah harus konsen, Pak seperti tadi yang dikemukakan itu karena kalau tidak memang ini terlewatlah.

Ada beberapa hal tadi yang disampaikan tentang kita mengenal tentang jabatan 3 seperti dikatakan Pak Gamari tadi mungkin dari pihak DPR tidak bermasalah, ada jabatan administrasi,

(11)

jabatan tinggi dan juga pimpinan tinggi dan juga jabatan fungsional. Cuma kalau kita mungkin nanti akan terbawa lebih jauh untuk mencari jabatan-jabatan itu promosi secara terbuka dan istilah lelang jabatan tadi secara spektakuler atau secara cepat, Pak ini juga perlu dipertimbangkan untuk jabatan, tidak mungkin tidak perlu kita terlalu terburu-buru tetapi secara bertahap. Kita mengetahui ribuan, 5 jutaan pegawai di Indonesia ini kalau mengikuti jabatan ini secara lelang padahal kita tahu fungsi-fungsi daripada aparatur sipil itu sampai di tingkat Eselon I dan II itu biasanya kita mengenal ada fungsi dalam tingkat pengambil kebijaksanaan, pembuat kebijaksanaan dan tingkat Eselon III katakanlah ke bawah itu dia adalah pengatur dan pengendali persoalan yang telah dibuat suatu kebijaksanaan. Tetapi unsur pelaksana itu ada pada Eselon IV. Kalau ini kita ada system lelang karena mungkin bisa saja orang ambil lelang jabatan ditingkat pelaksana mungkin dia itu sudah bisa sebagai pengambil kebijaksanaan. Tetapi kalau ini kita bebas memilih, tetapi biarlah nanti …..Eselon IV secara bertahap tentang sistem berjenjang yang sekarang ini tetapi kalau untuk tingkat jabatan tinggi seperti tadi kita memang mencari terbaik dari yang baik yang ada itu tentu harus mencari langkah-langkah yang ada itu. Itu yang kita khawatirkan kalau ini disamaratakan. Tetapi kalau ini kita bikin bertahap kita akan menuju persoalan-persoalan pejabat-pejabat itu dipegang orang secara kompetensinya, kepada profesionalnya dan tepat pada saatnya. Ada hal lain juga selain mengenai masalah ini mungkin perlu dibicarakan di tingkat Pemerintah soal mengenai masalah jabatan itu tadi, posisi jabatan secara terbuka. Itu juga mengenai masalah posisi PTP ini, Pak. Kalau istilahnya di sini jabatan pegawai yang membikin perjanjian.

Kita masih ingat pada 1 Mei yang Hari Buruh yang lalu itu walaupun kita tahu itu tuntutan daripada posisi status seorang buruh dan 1 Mei itu tentang masalah tenaga yang kita kenal ini adalah kalau di Kepegawaian honorer, kalau di sana itu tentang ini. Oleh karena itu, mungkin kita harus menempatkan bagaimana posisi baik itu pegawai PTT tadi maupun pegawai tetap. Hanya perbedaan mereka mungkin tidak memiliki jabatan ke depan tetapi yang menyangkut hal-hal yang melekat pada dia seorang pegawai yang diangkatnya harus benar-benar kita tempatkan kepada kesejahteraan nyata.

Kalau ini tidak menjadi perhatian saya pikir sama hal seperti buruh yang menuntut adanya seperti itu juga nanti ke depan karena kalau ada perbedaan-perbedaan yang lebih jauh kepada PTT maupun kepada pegawai tetap ini akan menimbulkan gejolak-gejolak sosial juga. Jadi, ini mungkin harus benar-benar matang pada kita nanti berat daripada Pemerintah karena kalau Pemerintah baru menjawab posisinya DIM-DIM kita ini nanti saya pikir khawatir waktu ini tidak ketemu dengan waktu masa sidang.

Itu saja beberapa catatan kita nanti kita dalami mungkin pada saat kita membahas, Pak. Terima kasih.

Wassalaamu'alaikum Warahmatullaahi Wabarakaatuh.

KETUA RAPAT:

(12)

Kami persilakan Pak Wamen.

WAKIL MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI (Prof. Dr. EKO PRASOJO):

Terima kasih.

Pak Ketua dan Anggota Komisi II yang saya hormati,

Pertama mengenai KORPRI, Pak. Jadi, ini topik yang sangat panjang dalam proses pembahasan di Pemerintah, Pak. Kami berkesimpulan bahwa sepakat dengan yang tadi Bapak sampaikan bahwa kita menyebutkan mengenai peran dan fungsi dari Korps Aparatur Sipil Negara ini, kemudian ketentuan lebih lanjut mengenai Korps Aparatur Sipil Negara ini diatur dengan Peraturan Pemerintah, Pak. Ini posisi sementara karena kita harus beranjak pada topic-topik yang lain pada pembahasan di Pemerintah. Jadi, kami hanya mengatur 3 pasal, Pak untuk Korps Aparatur Sipil Negara ini. Ketentuan Umum itu sendiri fungsi dan role dan kedudukannya serta fungsi dari Korps Aparatur Sipil Negara.

Kemudian mengenai Komisi Aparatur Sipil Negara, Pak ini memang perdebatan yang juga cukup panjang di dalam proses pembahasan di Pemerintah tetapi kalau kita boleh simpulkan bahwa semangat Korps Aparatur Sipil Negara ini menjadi roh yang sangat penting untuk perlindungan merit system, Pak di dalam kebijakan dan manajemen Aparatur Sipil Negara. Jadi, ada 4 tujuan dari Komisi Aparatur Sipil Negara.

1. Menjamin sistem merit dalam kebijakan manajemen ASN,

2. Menjamin kebijakan manajemen ASN sebagai pemersatu bangsa, 3. Menjamin terwujudnya imparsialitas ASN, dan

4. Menjamin terwujudnya pembinaan profesi ASN.

Untuk mencapai tujuan tersebut Komisi Aparatur Sipil Negara memiliki wewenang

- menyusun prosedur dan kriteria pelaksanaan seleksi dalam rangka promosi untuk pengisian jabatan Pimpinan Tinggi, melakukan monitoring evaluasi terhadap kebijakan dan manajemen ASN untuk menjamin pemberlakuan sistem merit, memonitor pelaksanaan prosedur, seleksi promosi jabatan Pimpinan Tinggi yang dilaksanakan oleh instansi untuk menjamin sistem merit Aparatur Sipil Negara untuk berjalan;

- KSN dapat merekomendasikan kepada Presiden untuk pembatalan pengisian dalam jabatan yang dipandang tidak sesuai dengan sistem merit, Pak.

Jadi, ini kewenangan yang diberikan kepada Komisi Aparatur Sipil Negara.

Kemudian mengenai batas usia pension, Pak jadi ada 2 hal yang kami pertimbangkan. Yang pertama, kita ingin memperbaiki sistem remunerasi, Pak tetapi kami tidak yakin apabila sistem remunerasi itu ditinggikan dengan kompetensi aparatur sipil negara yang tidak memadai. Jadi, ka karena itu ingin menjalankan kebijakan pension dini setelah melakukan uji kompetensi terhadap pegawai negeri sipil sehingga untuk masa transisi ini Menteri Keuangan waktu itu Pak

(13)

Agus berpendapat bahwa sambil kita menunggu menjalankan pemberhentian secara sukarela melalui pension dini ini maka kita tidak menaikkan batas usia pension.

Tetapi pada saat yang bersamaa, Pak Sekjen, Kementerian Keuangan juga sedang menghitung dampak fiskal baik untuk kebijakan pension dini maupun untuk upaya untuk menaikkan batas usia pension tadi, Pak karena ini terkait dengan dampak fiskal yang akan kita peroleh.

Hal-hal lain saya saya pikir untuk Eselon I dan II kita sepakat dengan Dewan tidak ada perubahan, Pak dalam naskah draft bahwa Eselon I dan II sebagai pasukan elit birokrasi ini dipilih secara terbuka dengan tingkat nanti promosi dan juga kinerja yang terukur dari masing-masing pejabat Eselon I dan II sementara untuk yang III, IV, V, Pak ini memang hanya anjuran saja dalam Surat Edaran Menteri untuk membiasakan penggunaan assessment center di dalam pengisian jabatan, Pak. Jadi, kalau draftnya sendiri kami tetap sama seperti Dewan hanya untuk Eselon I dan II yang tadi kami sampaikan 746 Eselon I dan 11.400 Eselon II di seluruh Indonesia.

Untuk pegawai Pemerintah dengan perjanjian kerja, istilah baru sebagai usulan kami untuk pegawai tidak tetap Pemerintah ini memang secara khusus mendapatkan perhatian dari Presiden agar jangan sampai kebijakan ini menimbulkan demo-demo buruh yang baru untuk menuntut hak yang harus diberikan kepada pegawai Pemerintah dengan perjanjian kerja.

Tetapi mengenai hak ini kami juga sependapat dengan usul Dewan semua hak dan kewajiban seperti yang ada di dalam Rancangan Undang-Undang ini pada prinsipnya kita setujui untuk pegawai Pemerintah dengan perjanjian kerja, Pak. Mengapa kami mengusulkan istilah baru supaya ada cita rasa baru bahwa pegawai negeri sipil atau Aparatur Sipil Negara itu adalah tidak selamanya bisa dipertahankan kalau orang tidak berkinerja untuk menumbuhkembangkan kompetisi dan juga kompetensi di dalam birokrasi sehingga dengan menggunakan istilah pegawai Pemerintah dengan perjanjian kerja kita ingin menumbuhkan kultur baru birokrasi tetapi juga ingin memotong citra lama bahwa pegawai tidak tetap Pemerintah itu adalah lompatan untuk menjadi pegawai negeri sipil. Jadi, kami ingin memotong istilah itu supaya tidak lagi dipergunakan secara salah dalam praktek birokrasi kita.

Di dalam draft Pemerintah kami juga mengusulkan hal-hal yang ekstrim sebagai arah reformasi, Pak. Jadi, yang pertama untuk jabatan Eselon I dan II yang kita sebut nantinya adalah jabatan pimpinan tinggi itu kami mengusulkan seorang pejabat pimpinan tinggi maksimal dapat menduduki jabatannya 5 tahun. Setelah 5 tahun maka yang bersangkutan harus reapply untuk mengikuti seleksi ulang untuk bisa duduk dalam jabatan itu. Kalau tidak bisa duduk, dia bisa melamar untuk jabatan lain, tidak kalau tidak lulus juga dia bisa diturunkan jabatannya ke eselon dibawahnya, Pak. Kalau dalam 6 bulan dia juga tidak memperoleh posisi jabatan sesuai dengan kompetensinya maka bisa diusulkan untuk diberhentikan. Ini adalah usul Pemerintah.

Kemudian kami juga mengusulkan pemberhentian pegawai karena tidak performs, karena tidak bisa berkinerja. Jadi, selama ini pegawai negeri sipil itu tidak bisa diberhentikan karena alasan tidak berkinerja. Pegawai negeri sipil hanya bisa diberhentikan karena makar, karena berbuat tindak pidana dan seterusnya. Karena itu kami mengusulkan bahwa pemberhentian

(14)

pegawai itu juga bisa disebabkan oleh alasan tidak berkinerja. Jadi, mungkin ini menjadi artinya Pemerintah sendiri dalam beberapa hal sangat mendukung reform ini yang belum dimasukkan ke dalam naskah draft RUU ini dan kami mengharapkan ini bisa menunjukkan juga kepada Dewan bahwa Pemerintah bersungguh-sungguh untuk ikut membahas Rancangan Undang-Undang Aparatur Sipil Negara. Kira-kira begitu, Pak.

Terima kasih.

F-PKS (GAMARI SUTRISNO): Ketua,

Ini yang terakhir. Ini langkah yang sangat progresif, revolusioner tetapi Bapak siap-siap saja menghadapi resistensi. Tetapi dari Dewan setuju, Pak.

KETUA RAPAT:

Tenang saja, Pak. Ini rezim kekuasaan kan bukan gonta-ganti, akan terus bergerak pada koridor nilai yang benar. Itu, Pak Eko. Tenang itu.

WAKIL MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI (Prof. Dr. EKO PRASOJO):

Kami yakin dengan dukungan Dewan tentu ini semua bisa kita atasi, Pak. Terima kasih, Pak.

KETUA RAPAT:

Terima kasih, Pak Wamen.

Kami merasa bersyukur ketika ada respon yang menyatakan bahwa Bapak Presiden pun menempatkan Rancangan Undang-Undang ini sangat penting. Bahkan dari time frame, dari penjadwalan waktu yang disampaikan. Nampak sudah ada kehendak setelah rapat 14 Mei, tadi disampaikan dalam 2 minggu ke depan ini akan ada 2 kali lagi rapat, itu, Pak ya untuk menuntaskan Rancangan Undang-Undang ini di tingkat kabinet bahkan ada kecenderungan terakhir beliau akan memimpin langsung di saat-saat terakhir dan menyampaikan beberapa hal yang perlu didalami lebih lanjut.

Beberapa hal tadi sudah disampaikan, Pak Gamari, paling tidak kami juga berharap, Pak. Mohon menjadi catatan dalam rapat panja kali ini beberapa catatan yang disampaikan oleh Pak Gamari disampaikan oleh Pak Azhar termasuk juga mungkin kami mengingatkan kembali, Pak. kami berharap Rancangan Undang-Undang ini yang dalam mindset kami di Komisi II ini kami tidak akan bisa menghantarkan Indonesia yang demokratis lewat Pemilu dan sejahtera apabila Pemilu 2014 itu tidak menuntaskan 2 Rancangan Undang-Undang,Pak. Yang pertama Undang-Undang ASN, yang kedua Undang-Undang Pertanahan, Pak. Kalau 2 Undang-Undang ini selesai ini karya besar bagi Komisi II.

(15)

Jadi, mohon Pak Wamen dalam rapat kabinet yang akan datang pernyataan Komisi II ini, pernyataan kami dan semua ini tolong juga dihantarkan kepada beliau. Jadi, bagaimana posisi ASN dalam membangun Indonesia sejahtera itu apabila Pemilu 2014 yang diyakini akan menghasilkan orang-orang yang katakanlah lebih capable, lebih acceptable karena partai-partai juga hari ini sudah babak belur dikritik habis-habisan soal caleg, ini masih DJS, Pak pasti dia akan mengoreksi ketika masik ke DJS terakhir ke DCT, sekarang sedang bolak-balik ini, Pak. DJS masih bisa dibongkar-bongkar. Ini terjadi. Pemilih juga sudah kita prediksi hari ini siapa yang menyangka di Bali hanya nol koma perhitungan terakhir itu 0,sekian%. Luar biasa buat saya. Itulah pemilih hari ini. Sudah bisa tidak ada lagi ada urusan ini itu, tuh. Sudah cerdas buat saya.

Tetapi pemimpin-pemimpin yang berkualitas dari pemilih yang cerdas dengan sistem pemerintahan presidential yang relative akan lebih mobile korelasi eksekutif legislatifnya karena partainya relative lebih solid, Pak itu tidak memberi makna apa-apa kalau 2 Undang-Undang ini tidak selesai. Pertama Undang-Undang Aparatur Sipil Negara yaitu bagaimana menjalankan roda mesin birokrasi ini betul-betul bisa efektif, efisien dan professional. Oleh karena itu, mungkin nanti yang akan timbul pertanyaan walaupun kami minta Komisi II ini semuanya kita kalau perlu konsisten, Pak kalau di Pemerintahan Daerah pejabat fungsional tertinggi itu Sekda ya di kementerian jangan menteri dong. Di LPNK juga jangan Ketua Lembaga Non Kementerian. Ya, harus yang tertinggi. Kalau memang yang tertinggi itu dari seorang birokrat aparatur negara tidak ada problem, silakan. Tetapi supaya tidak ada perbedaan norma ya lebih baik sama saja. Tetapi saya maklum Pemerintah masih posisi hari gini, Pak Murad, Pak Budiman, Pak Rusli kita maklum karena banyak orang partai yang kita pilih. Kan begitu ya, Bu Mestaryani? Jadi, nanti kalau Ibu punya partai jadi Presiden harus konsisten dengan ini, jangan nanti ubah-ubah lagi. Ya, Bu? Begitu, Pak Wamen. Jadi, kami ini di Komisi II sudah pokoknya tidak ada urusanlah kira-kira begitu. Ingin maju terus ke depan dalam rangka menata kehidupan birokrasi ke depan lebih.

Saya tahu betul yang protes keras ini memang para bupati, para gubernur dan juga memprovok kami-kami di sini. Termasuk lewat partai-partai kami sendiri-sendiri. Tetapi kita masih daerah solusi kok, masih ada jalan keluar. Timbul problem ini hanya penguatan saja, Pak biar nanti di jajaran sana pimpinan-pimpinan di sana, kok DPR beda. Malah DPR yang seperti kita. Jadi, jelas kan. Artinya bahwa kita menghendaki birokrasi ke depan itu birokrasi yang betul-betul bebas terinterfensi, tersubordinasi oleh jabatan-jabatan politik yang memang itu decision maker. Jadi, ingin dia betul-betul professional saja. Makanya pada posisi itu kita berikan pejabat Pembina Pegawai Negeri Sipil itu kepada yang tertinggi. Di daerah ya Sekda.

Nah, untuk menghindari adanya protes mereka nanti aka nada dualisme antara menteri dengan sekjen, antara kepala LPNK dengan sekretarisnya, kemudian bupati, gubernur, walikota dengan sekdanya. Menurut saya Undang-Undang ini bisa mengatur secara jelas bagaimana fungsi pemanfaatan aparatur dalam konteks manajerial. Itu kan bisa diatur, Pak. Prosesnya bisa kita atur. Tetapi tidak bisa lagi seorang menteri mengangkat sekjen, mengangkat pejabat yang emak baba suka-suka dia. Kalau dia sebagai Pembina itu tidak terhindarkan. Kita juga tidak mau. Jadi, kami minta tidak ambigu di sini.

Yang berikutnya juga kita bisa memahami, memberikan apresiasi ketika Pak Wamen sudah mem-follow up Rancangan Undang-Undang ini dengan mempersiapkan 17 RPP-nya. Ini kita

(16)

memberikan apresiasi ini. Artinya ini belum selesai tetapi Pemerintah sudah bisa melihat peta permasalahn yang harus disikapi, ditindaklanjuti dalam bentuk PP. Ini sudah dipersiapkan.

Yang paling terakhir mungkin kami juga berharap ada semacam paparan dalam rapat kita yang akan datang,Pak supaya semua anggota ini punya referensi bahan tertulis yang sama, ada semacam matrik atau bagan tentang Rancangan Undang-Undang ini terkait dengan RPP-nya itu posisinya dimana itu mungkin dengan teknologi matrik, bagan, dan sebagainya menjadi sangat simple, mudah mengikuti alurnya, itu yang harapan kami dalam pembahasan berikutnya itu bisa kita pegang supaya dipersandingkan dengan draft kami, Pak.

Kami sadar draft kami ini, kami tidak ingin mengatakan kami sudah justru kami nekat saja, pokoknya Rancangan Undang-Undang ini maju dulu nanti kita sempurnakan bareng-bareng saja. kita bukan juga paling, tidak, pasti Pemerintah sangat siap dengan perangkat kesisteman.

Dengan kesiapan perangkat kesisteman itu nanti akan kita lihat jangan sampai nanti cita-cita kami yang begitu tinggi ternyata ada celah, ada bolong regulasi yang tidak tertampung di situ, Pak karena kami memang Undang-Undang ini pada akhirnya nanti setelah dari substansinya ternyata memang membongkar habis Undang-Undang 43 maka menggantikan. Kalau iya menggantikan apakah seluruh substansi yang diatur di Undang-Undang 43 itu sudah terwakili, terwadahi di Undang-Undang ini. Tetapi kami yakin kalau Pemerintah sudah melangkah ke 17 RPP berarti sudah siap.

Sedikit kekhawatiran kami, Pak Wamen, mohon juga di Undang-Undang ini dipertegas landasan yuridis keberadaan Undang-Undang 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara. Itu pertama. Yang kedua juga landasan yuridis dari Undang-Undang Pemerintahan Daerah 32/2004. Kalau pun belum sempat direvisi sementara itu yang dipakai dan secara filosofis kami melihat ini tidak bisa dibenturkan dan ditabrakkan tetapi harus kohesif, Pak dimana dalam Rancangan Undang-Undang kami, kami tidak menghendaki lagi ada Eselon III dan Eselon IV terkecuali untuk urusan-urusan administratif semata.

Untuk urusan substantif kami tidak perkenankan, Pak. Karena tidak boleh lagi Menteri Kesehatan mengadakan alat-alat kesehatan, tidak boleh lagi Menteri Pertanian mengadakan pupuk, mengadakan bibit, mengadakan apa. Tidak boleh lagi. Menteri hanya membuat kebijakan. Dirjen membuat kebijakan teknis atas sebagian urusan menteri tersebut. Dia wujudkan dalam bentuk surat; Surat Edarankah, Keputusan Menterikah tentang standar, norma, acuan, dan sebagainya yang itu semua wajib disosialisasikan, wajib dilaksanakan di daerah dengan memberikan bimbingan teknis dan supervisi oleh orang pusat ke Sabang sampai Merauke. Disitulah Eselon III dan Eselon IV kami mengubahnya menjadi pejabat fungsional per wilayah.

Kalau itu yang terjadi maka dalam draft Undang-Undang ini juga harus tegas, Pak kalau pun tidak di Undang-Undang ini ada di PP. Kami tidak ingin lagi berdiskusi panjang lebar tentang SKPD. Bukan SKPD, tentang UPTD (Unit Pelaksana Teknis Dinas) instansi kementerian di daerah itu sumber korupsi, Pak. Itu sumber korupsi, Pak UPTD-UPTD itu. Apa benar dalam jaman otonomi daerah hari ini kalau Bapak turun ke Pemda-pemda dan saya yakin sudah sering turun, pegawai-pegawai Pemda di bawah itu berseragamnya, Pak masih tetap berseragam Kementerian

(17)

Perhubungan, Kementerian Kelautan, kementerian apa-apa, seragam adalah seragam dari pusat padahal dia pegawai Pemda.

”Kamu baju seragam dari mana?”

“Diadakan dari pusat, Pak.” berarti proyek pengadaan pakaian di kementerian. Korupsi, kan? Luar biasa UPTD-UPTD. Saya tanya, Pak Bupati. “Tidak tahu tuh.” Bahkan bupati ada dinas-dinas yang bagiin traktor, bagiin bibit, bagiin pupuk, bupati pun tidak tahu. Langsung dinas itu ngucur ke daerah. Kirim nomor rekening, di bawah sudah ada yang nungguin. Itu terjadi, Pak. Itulah yang kami maksud demokrasi harus berkorelasi dengan keadilan, demokrasi harus berkorelasi dengan kesejahteraan.

Demokrasi hanya berkorelasi dengan keadilan dan kesejahteraan. Kalau outcome demokrasi itu menjalankan kebijakan anggaran yang sungguh-sungguh anggaran itu berada di tengah-tengah rakyat. Uang APBN kita harus terdistribusikan ke Sabang sampai ke Merauke. Pengadaan pupuk, pengadaan obat, pengadaan buku dan sebagainya tidak perlu lagi dilakukan di Jakarta, serahkan semua itu ke daerah. Pusat hanya membuat kebijakan. Jadi, landasan yuridis Undang-Undang 39, landasan yuridis Undang-Undang 32 mohon ini menjadi dasar pertimbangan.

Saya kira itu, Pak Wamen yang dapat kami sampaikan dan yang paling terakhir Pak Sekretaris Jenderal Kementerian Keuangan kami juga mohon ada semacam simulasi usulan kami tentang fully funded itu, Pak yang tadi fast as you go ke fully funded itu bagaimana transisinya. Supaya juga dalam masa transisi pengaturan ini kita bisa mencari solusi yang terbaik. Mudah-mudahan saja dalam masa sidang ini tentunya kami berharap rapat kabinet untuk menuntaskan di internal Pemerintah ini segenap Pimpinan dan Anggota Komisi II menyampaikan salam dan terima kasihnya, Pak kepada jajaran Pemerintahan terutama Bapak Presiden dan kami terus memberikan dukungan kepada jajaran Kementerian PAN, Pak Menteri, Pak Wamen, Pak Sektama dan seluruh tim Pemerintah yang telah ditetapkan ada 4 kementerian, kami memberikan dukungan penuh dan kami juga masih tetap menunggu. Mudah-mudahan dalam 2 minggu ke depan ini rapat sidang kabinet ini bisa segera tuntas dan selanjutnya kita akan masuk ke rapat Panja mungkin sudah langsung konsinyering, Pak. Kita langsung konsinyering, langsung pembahasan substansi yang kita selesaikan.

Sebelum kami menutup mungkin Pak Wamen masih ada yang disampaikan. Silakan. WAKIL MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI (Prof. Dr. EKO PRASOJO):

Baik, terima kasih, Pak Ketua.

Jadi, saya atas nama Pemerintah tentu menyambut baik atas beberapa tadi yang sudah Bapak sampaikan terutama telah menetapkan RUU Aparatur Sipil Negara ini sebagai 2 RUU penting, sebagai pondasi untuk Indonesia sejahtera dan demokratis.

Kami juga menyiapkan 2 RUU yang lain, Pak yang saya pikir, yang kami pikir juga menjadi pondasi bagi Pemerintahan yang baik yaitu RUU Administrasi Pemerintahan dalam proses akhir

(18)

pembahasan di kabinet, Pak sudah dibahas juga di sidang kabinet, ada beberapa hal yang dimintakan untuk disempurnakan oleh Presiden. Kemudian yang kedua RUU Sistem Pengawasan Pemerintah, Pak untuk memperkuat fungsi Inspektorat Jenderal dalam pengawasan preventif maupun represif.

Mengenai RPP akan kami siapkan untuk ditampilkan juga dalam rapat-rapat dengan Komisi II dan juga Panja dan kami akan sampaikan juga untuk persandingan draft antara DPR dan Pemerintah. Landasan yuridis akan kami perhatikan dan kami sudah bicara juga dengan Pak Made Suwandi atas perintah dari Wakil Presiden untuk bisa mengharmonisasikan proses pembahasan revisi Undang-Undang 32/2004. Sementara posisi kami, Pak di Pemerintah Bab III mengenai Kepegawaian Daerah itu akan kami pindahkan ke RUU Aparatur Sipil Negara. Jadi, Bab III mengenai Kepegawaian Daerah akan dipindahkan ke Rancangan Undang-Undang Aparatur Sipil Negara dan hanya ada beberapa pasal penghubung saja sebagai bridging antara RUU ASN ini dengan Undang-Undang 32. Dan kami sudah bertemu dengan tim juga sehingga menurut saya kita perlu membahas secara bersama-sama, Pak antara revisi Undang-Undang 32 yang sekarang sedang berlangsung dengan Rancangan Undang-Undang Aparatur Sipil Negara.

Sebenarnya banyak hal yang ingin kami sampaikan sebagai hal-hal baru yang sangat reform di hasil Pemerintah terutama terkait penetapan kebutuhan harus berdasarkan kepada jumlah dan jenis jabatan perencanaan kebutuhan SDM 5 tahun itu juga kami masukkan.

Di draft RUU Dewan itu memang tidak secara khusus mengatur mengenai pengembangan kompetensi kami masukkan di sana bahwa setiap aparatur sipil negara wajib memperoleh hak untuk pengembangan kompetensi dan setiap instansi wajib juga untuk merencanakan dan menganggarkan anggaran kompetensi aparatur sipil negara, kemudian ada hal-hal baru terkait dengan penegasan bahwa PNS yang diberhentikan karena menjadi terpidana karena melakukan tindak pidana kejahatan dalam jabatan tidak dapat diangkat lagi sebagai pegawai SN. Ini untuk merespon beberapa kejadian yang sekarang ini sudah kita lihat. Demikian juga kita memperkuat perlindungan hukum kepada sebenarnya maupun perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja dari pegawai aparatur sipil negara.

Jadi, banyak hal, Pak yang mungkin nanti akan kami sampaikan dalam rapat dengan Panja beberapa inisiatif dari Pemerintah sebagai penyempurnaan dari apa yang sudah dituliskan di dalam naskah RUU Aparatur Sipil Negara. Di samping itu perlu juga kami sampaikan dalam sidang yang terhormat ini bahwa sejumlah program percepatan reformasi birokrasi juga dalam rangka untuk mendukung dan memberikan dasar bagi implementasi Rancangan Undang-Undang Aparatur Sipil Negara.

Pesan Bapak untuk beberapa hal tadi akan kami sampaikan kepada Pak Menteri dan juga kepada Wakil Presiden dan juga kepada Presiden dalam sidang-sidang yang akan terjadi pada persidangan selanjutnya, Pak.

Demikian, terima kasih.

(19)

KETUA RAPAT:

Terima kasih, Pak Wamen.

Jadi, Rancangan Undang yang terakhir dari kami itu adalah Rancangan Undang-Undang tentang Pertanahan yang dalam draft Rancangan Undang-Undang-Undang-Undang itu kami sengaja memancing bahwa seluruh Undang-Undang sektoral dinyatakan tidak berlaku sepanjang bertentangan dengan substansi pengaturan Undang-Undang. Artinya Undang-Undang Kehutanan, Kelautan, Perkebunan, Pertanian batal. Itu sengaja, Pak karena demokrasi keadilan, kesejahteraan selama ini kedaulatan ekonomi kita itu tereliminir habis oleh Undang-Undang sektoral. Undang-Undang Pemerintahan Daerah tidak bisa jalan karena ada Undang-Undang sektoral. Semua penyebabnya adalah Undang-Undang sektoral. Yang itu tidak heran karena itu adalah warisan jaman Pemerintahan, orde baru dan beberapa produk hasil jaman reformasi juga banyak yang melanjutkan karena mungkin nikmat orde baru berlanjut yang menurut hemat kami itu eksesif yang pada akhirnya juga menabrak.

Kami sesungguhnya berharap statement kami agak keras tadi sampai hari ini saya belum menemukan figur sosok Menteri Keuangan yang berpikir pada rakyat termasuk yang hari ini sejumlah nama dimunculkan. Saya ….. kandidat masih ….. mohon maaf.

Jadi, itu yang tolong dalam rapat juga disampaikan, Pak. Kami menggagas pemikiran-pemikiran yang dikatakan Pak Gamari tadi sangat revolusioner tetapi karena itu semua,Pak kedaulatan ekonomi kita baru akan berkorelasi dengan kedaulatan politik yang tentunya akan semakin.

Kalau sudah bicara begini, Pak Budiman tidak bisa tidak bicara. Pasti kepancing. Silakan.

F-PDIP (BUDIMAN SUDJATMIKO, M.SC, M.PHIL): Sebentar saja.

Tadi sebenarnya saya bicara dengan Pak Eko waktu dia istirahat. Hambatan reformasi kita ini kan 2, Pak sebenarnya; di birokrasi dan di partai kan, Pak ya. Kalau 2 ini bereskan sebenarnya semua program baik kan jalan, Pak ya. Saya analogikan birokrasi itu adalah hardwarenya, partai itu softwarenya. IC sebagus apapun, gubernur sebagus apapun dari partai kalau birokrasinya tidak jalan, hardwarenya tidak benar, usang misalnya walaupun IC-nya bagus, softwarenya bagus, tidak jalan.

Jadi, saya pikir Undang-Undang ASN adalah Undang-Undang untuk merombak hardware reformasi. Nanti kemudian bagi kami partai adalah pengubah softwarenya. Nanti biarkan kami berproses dengan partai kami masing-masing.

Saya kira tugas sejarah itu ada di Pak Menpan dan Wamenpan dalam hal ini untuk mengubah hardware reformasi. Saya kira itu.

(20)

KETUA RAPAT:

Selamat berjuang, Pak Budiman. Pengalaman masa lalu saya menjadi pengalaman masa baru Anda. Dulu saya nomor 4, sekarang Bapak nomor 4. Itu fenomena berpolitik ya.

Jadi, begitulah, Pak Wamen. Kami bangga, kami salut jajaran Kementerian PAN ini cukup banyak yang bisa kita katakanlah berobsesi ke depan bukan lagi sebagai sebuah obsesi tetapi niscaya itu bisa kita wujudkan karena ternyata sampai dengan detik ini pun kita terus bekerja dan terus bekerja. Dan oleh karena itu kami meminta komunikasi jajaran Sekretariat Kementerian PAN dengan Sekretariat di Tim Reformasi Birokrasinya Pemerintah untuk selalu berkoordinasi dengan tim sekretariat kami supaya agenda-agenda kita bisa segera cepat kita tetapkan sehingga rapat-rapat pembahasan RUU ASN ini bisa secepatnya kita selesaikan.

Demikian Ibu dan Bapak seluruh Anggota Komisi II, Pak Wamen,

Bapak Sekretaris Kemenpan,

Sekjen Kementerian Keuangan, dan yang terakhir dari

Dirjen Peraturan Perundang-Undangan Kementerian Hukum dan HAM,

Kami tanpa harus meng-hire Anda harus bisa menangkap kalau ketika membuat sebuah Rancangan Undang-Undang itu pasal mana, ayat apa yang dinyatakan bertentangan atau … juga, tersirat, tersuratkan dalam setiap Rancangan Undang-Undang yang ada. Teknik perundang-undangan sudah bisa diikuti.

Saya kira itu yang terakhir. Terima kasih atas kehadirannya memenuhi undangan rapat kerja dengan Komisi II ini. Dengan mengucapkan alhamdulillaahirabbil’alamiin rapat ini kami nyatakan ditutup.

(RAPAT DITUTUP PUKUL 16.00 WIB)

Wassalaamu'alaikum Warahmatullaahi Wabarakaatuh.

Jakarta, 20 Mei 2013 a.n. Ketua Rapat

Sekretaris

Dra. HANI YULIASIH 19640726 199103 2002

Referensi

Dokumen terkait

Dr Ir Hadijah, M Si Andi Yusneri, S ST Pi ,M Si Dr Sutia Budi, S Pi , M Si Pengayaan Pakan Benih Rajungan © Sah Media All right reserved Penulis Dr Ir Hadijah, M Si Andi Yusneri, S ST

Aparatur Sipil Negara saya buat dengan sesungguhnya dan sebenar-benarnya sesuai dengan kewajiban dan kesadaran saya sebagai Pegawai Aparatur Sipil Negara/ Mantan Pegawai Aparatur

Aparatur Sipil Negara saya buat dengan sesungguhnya dan sebenar-benarnya sesuai dengan kewajiban dan kesadaran saya sebagai Pegawai Aparatur Sipil Negara/ Mantan Pegawai Aparatur

Aparatur Sipil Negara saya buat dengan sesungguhnya dan sebenar-benarnya sesuai dengan kewajiban dan kesadaran saya sebagai Pegawai Aparatur Sipil Negara/ Mantan Pegawai Aparatur

Aparatur Sipil Negara saya buat dengan sesungguhnya dan sebenar-benarnya sesuai dengan kewajiban dan kesadaran saya sebagai Pegawai Aparatur Sipil Negara/ Mantan Pegawai Aparatur

Aparatur Sipil Negara saya buat dengan sesungguhnya dan sebenar-benarnya sesuai dengan kewajiban dan kesadaran saya sebagai Pegawai Aparatur Sipil Negara/ Mantan Pegawai Aparatur

Aparatur Sipil Negara saya buat dengan sesungguhnya dan sebenar-benarnya sesuai dengan kewajiban dan kesadaran saya sebagai Pegawai Aparatur Sipil Negara/ Mantan Pegawai Aparatur

Aparatur Sipil Negara saya buat dengan sesungguhnya dan sebenar-benarnya sesuai dengan kewajiban dan kesadaran saya sebagai Pegawai Aparatur Sipil Negara/ Mantan Pegawai Aparatur